Garden of Heart
Garden of Heart
Garden of Heart
Karya opliok
Namaku Ash.
Ashline sebenarnya, namun panggil saja Ash lebih enak di dengar. Aku hanya remaja
perempuan biasa pada umumnya tidak ada yang special dari ku. Namun bedanya mungkin
aku tidak memiliki teman. Kehidupan remaja sangat rumit, berteman tapi mejelekkan,
berteman tapi memanfaatkan, berkomitmen tapi beringkar. Jadi menurutku lebih baik untuk
tidak berteman, ya kembali lagi pada sifat manusia sebagai makhluk sosial tentu saja aku
masih membutuhkan orang lain, tapi itu seperlunya saja toh aku juga tidak suka melibatkan
orang lain. Sekolah, musik, buku dan kucing. Empat hal yang mendeskripsikan kehidupan ku.
Monoton bisa dibilang tapi ya bagaimana lagi. Introvert, begitu kata orang-orang.
Aku terbangun dan menatap atap kamar yang sama bertahun-tahun. Meragangkan badan dan
perlahan bangkit dari kasur. Membuka jendela untuk merenung seperti biasanya. Kamar ku di
lantai atas jangan bertanya bagaimana pemandangan dari atas sini setiap paginya. Aku selalu
memotretnya, matahari terbit sangat cantik. kucing-kucing berlarian kecil, pemiliknya
memanggil untuk sarapan.
si oren,si hitam,dan si loreng, lengkap!
"srek..srekk…srekk"
Sapu lidi menggesek aspal, kakek itu, ia selalu memasang muka seolah olah yang disapunya
itu memiliki hutang. sangat masam, sangar,dan sinis. bayangkan menatap sinis daun-daun
berjatuhan tersebut hahahhaha.
Motor biru itu mulai muncul dari pintu abu, dinyalakannya mesin motor tersebut namun tidak
dikendarai dibiarkan saja menyala seperti itu. Dan tidak lama dari kejauhan suara tersebut
sudah terdengar.
"bubur ayam…bubur ayam!!"
Motornya melewati jalan tersebut dan memelan ketika melewati rumah coklat itu
ohh hari ini mereka membeli nya, kemarin mungkin nasi goreng lebih menarik.
"Ashh…sampai kapan kamu mau melamun di balkon terus, kebiasaan…cepatann sudah jam
berapa ini" teriak mamaku dari lantai bawah
“iya mahh"
Aku segera mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi.
Kedua orang tua ku cukup sibuk, aku anak tunggal. Kita hanya bertemu di meja makan saat
sarapan, terkadang sabtu dan minggu mereka libur tapi sibuk dengan masing-masing tapi ya
sudahlah lagipula ya aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.
Hari ini cuaca nya cukup cerah dan sedikit berangin. Aku berjalan ke sekolah, karena sekolah
ku cukup dekat dari rumah sekira nya hanya beberapa menit untuk tiba disekolah. Terkadang
kalo sedang tidak di mood aku akan menggunakan bus umum yang lewat.
Hamparan rumput hijau liar menjulang tinggi, pohon-pohon tumbuh bebas. Jalanan ini jarang
dilewati orang banyak tapi bisa dibilang jalanan ini cukup besar, entahlah mungkin karena
akses dari jalan ini yang hanya tembus ke gang kecil perumahan atau mungkin…. Cerita itu
benar adanya. Hahahhaha.
Aku sangat suka jalanan ini sangat sunyi, lagu ku di earphone jadi terdengar sangat dekat.
“The Carnival Of The Animals” instrumen kesukaan ku, setiap mendengarnya membuatku
serasa berada di atas bukit hijau, berbaring di atas rumput dan dikelilingi hewan-hewan
menakjubkan. Ahhh…hidup jadi tidak begitu buruk disaat seperti ini.
“tin..tinn...tin”
Ahh sadar ash.. Kembali ke kehidupan nyata. Jalan tadi berujung ke jalan raya besar.
Tentunya aku sangat tidak suka, berisik tahu. Untungnya sekolah ku hanya di sebrang sedikit
lagi.
Disekolah aku tidak banyak bicara, earphone ku selalu menempel jadi orang berfikir aku
tidak mau diganggu, memang benar sih. Kecuali jika ada guru yakali earphone ku menempel
yang benar saja. Bel istirahat berbunyi, aku mengambil earphone ku dan menempel kan nya
ke telinga, namun sesuatu menahan tangan ku.
“ash.. apakah kamu sibuk akhir pekan ini..hehehe” tanyanya sambil nyengir.
“ada apa?” jawabku singkat
“ayolahh”
“maaf, tidak bisa”
“ah jangan bilang kau sibuk dengan buku-buku atau les biola, ayolah ini akan seru aku yakin
kau suka laut kan, kita akan kesana berenang dan membuat api unggun”
Sok tau banget sejak kapan aku suka laut, pegunungan lebih baik
“aku bilang ke mamaku dulu”
“yesss baiklah, sampai jumpa ash” ucapnya sambil berjalan menjauh
Aku tidak akan bilang ke mama juga sih hahaha.
Dia itu eiji, teman kecil ku bisa dibilang. Seperti yang tadi ku bilang begini-begini juga aku
masih ada teman sedikit tapi. Eiji tidak terlalu dekat dengan ku, entahlah aku merasanya tidak
begitu dekat. Sejak TK kita bersama tapi sempat berpisah karena aku pernah pindah keluar
kota untuk beberapa tahun dan Kembali lagi.
Sekolah berjalan lancar hari ini. Kecuali masalah eiji tadi, iya aku anggap itu adalah masalah.
Tapi mudah saja aku tidak akan bicara atau meminta izin hal itu ke mamaku. Langit mulai
gelap aku berjalan keluar sekolah dan menyebrang jalan besar itu. Berjalan melipir sedikit
dan belok, Kembali ke jalanan sepi tadi. Sangat cantik…. Langit orange sore hari sangat
cocok dengan rumput-rumput hijau dan pohon disini. Aku berhenti sejenak untuk memotret
dan menikmati pemandangan ini. Sangat cantik.
“BUK!”
Aku terkaget, seperti sesuatu jatuh ke tanah. Ayolah apa itu, jangan menakutiku. Jujur aku
sedikit takut jalanan ini sepi siapa orang yang mau lewat sini selain diriku?. Suara tersebut
berasal dari belakang semak-semak tinggi itu, sesuatu ingin keluar dari balik semak-semak
tersebut. aku melangkah mundur perlahan dan bersembunyi dibalik pohon besar mengintip
sedikit. Rumput-rumput itu bergerak, seseorang mendekat, aku menahan napas, dadaku
berdegup kencang.
Aku tidak percaya saat teman kelas ku bercerita bahwa jalanan ini yang kata nya hidup
seorang yang suka membawa tongkat Panjang menyeramkan. Hahahaha tawa ku dalam hati
saat mendengar cerita tersebut. huftt… aku berubah pikiran, mungkin saja cerita itu benar.
Badanku gemetar di balik pohon. Tak lama keluarlah seseorang dari semak-semak tersebut,
benar saja sesosok pria berbadan tinggi kurus tersebut membawa benda Panjang terbungkus
kain hitam, Rambut nya putih, bajunya sedikit kebesaran. Ia menoleh kearah pohon,
“HAH?!” sontakku kaget melihat wajahnya, aku langsung menutup mulut dengan kedua
tangan ku dan berhenti mengintip. Kakek itu, kakek yang sinis dengan daun, kakek yang
kulihat setiap pagi menyapu dengan muka sangar, kakek yang kata tetangga ini menakutkan.
Astaga…. Keringat ku bercucuran, terdengar suara Langkah mendekat, aku menutup rapat
mulut ku dengan tangan, menahan napas.
“tap..tap..tap…”
Akhirnya suara Langkah itu Kembali menjauh. Hufttt… aku bernapas lega, berdiri dan
mengamati sekitar, kulihat kakek itu sudah jauh menuju jalan ke perumahan kami.
apa yang kakek itu lakukan disini, memangnya ada yang menarik?
Aku mendekati semak-semak tersebut, menyingkirkan beberapa rumput Panjang yang
menghalangi jalan, srek…srek… terdengar sesuatu mendekat, pandangan ku tidak terlihat
jelas tertutupi dengan rumput-rumput ini. Jangan-jangan kakek itu Kembali lagi… haduhh
ini jalan keluarnya kemana sih.
“meong..meongg”
Seekor kucing tiba-tiba saja mengendus-endus kaki ku, bulunya berwarna coklat dan putih,
perutnya sangat gendut, menggemaskan sekaliii. Posisiku tiba-tiba sudah jongkok saja
mengelus kucing tersebut di tengah rumput tinggi.
“sedang apa kamu disini kucing gendut” ucapku sambil mengelus kucing itu
“meong..meongg”
“sudah hampir gelap pus aku ingin pulang deh yaa”
“meong..meong..” Kucing itu menyundulkan kepala nya ke kaki ku, menandakan aku harus
berdiri.
“eh ada apa pus” ucapku sambil berdiri
Sambil mengeong kucing itu berjalan perlahan ke dalam rumput-rumput seperti menuntun ku
ke sesuatu. Setelah 1 menit aku mengikuti kucing itu, ia berhenti di depan satu pohon dengan
daun yang besar mungkin bisa menutupi seluruh badan ku ini. Aku heran, apa semua ini?.
Aku membuka daun besar tersebut. sebuah gubuk, ada sebuah gubuk di depan sana, gubuk
dari kayu yang nampaknya sudah usang.
“apa ini pus?” tanyaku pada pus gendut itu yang tentunya hanya dijawab dengan meongan
nya.
Aku mendekati gubuk tersebut ada sebuah jendela dan pintu, seperti gubuk pada umumnya.
Aku mengintip dari jendela, woahh biola, sebuah biola usang didalamnya dan rak buku
dengan buku-buku usang. Menarik… apakah ini milik kakek tersebut, tapi mengapa disimpan
di gubuk usang ini kan jadi tak terawat.
Gawat… aku baru sadar hari sudah semakin gelap aku harus pulang. Aku mencari-cari pus
gendut itu, tapi entahlah ia tiba-tiba menghilang begitu saja. Aku berlari keluar dari semak-
semak tersebut dan berjalan menuju rumah. Sesampainya dirumah aku segera mandi dan
mengerjakan hal lain setelah itu Kembali ke kamar ku. Tidak lupa membawa beberapa snack
untuk menonton film, aku menutup semua gorden kamar ku tangan ku terhenti saat aku
melihat rumah kakek itu. Rumah bercat putih jadul dan sederhana, tamannya luas pagar nya
pendek seperti rumah jaman dulu. Aku jarang melihat orang lain keluar dari rumah itu,
mungkin kakek itu tinggal sendiri. Aku menutup gorden ku dan saatnya menonton film.
“ash bangunn!! Ini sudah telat banget ga usah ngelamun dulu sekarang ” teriak mama ku
terdengar di depan pintu kamar.
Aku berguling di Kasur sampai badan ku terlilit dengan selimut. Hoamm series tadi malam
sangat seru aku sampai begadang. Aku berdiri mengambil handuk dan bersiap untuk
sekolah.
“mah…mamah kenal kakek yang di rumah depan itu ga si?” tanyaku sambil mengunyah roti.
“kakek? Ohh ya kakek itu mamah ga terlalu tahu si, pernah denger aja katanya kakek itu..”
“gimana sekolah kamu ash?” tanya ayahku yang baru muncul ke ruang makan. Ucapan mama
ku terhenti dan mama dengan sigap menyiapkan roti untuk ayah. Kakek itu kenapa mahh?
“baik kok yah gitu-gitu aja” jawabku
“baguslah, lakukan yang terbaik ya”
Aku mengangguk,baiklah.
Aku berangkat menggunakan bus umum karena ini sudah telat banget. Untungnya aku masih
bisa masuk gerbang yang sudah di tutup setengahnya. Huftt akhirnyaa.
Sekolah berjalan normal seperti biasa, namun satu hal yang tidak biasanya. Eiji, dia terus
menanyaiku tentang acara kumpul ke pantai itu yang tentu nya tidak menarik sama sekali
bagiku.
“Ayolah ash… inikan tahun terakhir kita, kamu harus ikut dong nanti jadinya gak lengkap,
ayolahh kita kan teman.” Ucapnya terus menerus sambil menarik tanganku.
“kita lihat nanti ji kalau mamaku sedang mood” jawabku asal.
Langkah ku memelan saat melewati semak-semak itu. Aku penasaran apakah kemarin itu
benar terjadi atau hanya khayalan ku semata. Aku melihat sekeliling dan melangkah
memasuki semak-semak tersebut.