Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
64 tayangan97 halaman

Untitled

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 97

Holaaaa🤗 selamat datang di cerita karangan ku.

Aku buat cerita ini karena


terinspirasi sama novel novel yang aku beli dam baca. Aku tuh pengen juga
ngerasain gimana rasanya ngarang cerita. Selama ini aku cuman baca baca
doang sihhh. Jadi sekali lagi selamat datang di cerita ngawur quuuu moga
kalian sukak😚.

_______________________

"kehidupan tak selalu berjalan dengan indah dan cemerlang"


-sang senja1

_______________

"Mari buat kisah ini menjadi happy ending"


-senja putri langit

_______________

"Ayo kita buat kisah bahagia sendiri"


-fajar aditya putra

____________________________

Senja: semoga semua berakhir happy end apapun yang terjadi

Bintang: walau antagonis aku juga berhak bahagia!

Langit: setidaknya biarkan aku bahagia walau bukan dia yang menjadi jodohku

Fajar: semua mempunyai kehidupan mereka masing masing tak selalu tokoh
utama bahagia dan antagonisnya menderita setelahnya.

Bulan: ku harap semua bahagia...


+

Hohoho aneh yah namanya. Langitnya ada tapi buminya nggak ada


gitu?. Calm down aku bakal buat cast nya kok. Jadi di sini aku bakal buat
cerita yang mungkin bakal jadi panjang.hehe

Salam sayang dari lili😘

Happy reading

Aku terdiam menatap kearah depan dengan kosong. Banyak anak anak di sana
tengah bermain di taman dengan gembira. Aku sesekali meringis kecil saat luka
di perutku berdenyut. Lalu aku menunduk menatap lengan kurus seputih susu
itu dengan sendu. Terdapat luka lebam, memar dan sayatan disana.

Senja putri langit, itu namaku. Seorang gadis yatim piatu yang di titipkan di
panti asuhan. Gadis rapuh yang mencoba menutup lukanya dengan senyuman.
Aku sudah remaja dan beranjak dewasa. Aku tinggal di panti asuhan pelangi.  Di
sini aku satu satunya yang paling dewasa. Anak anak disini sudah ku anggap
seperti adikku.1

Di sekolah aku menjadi korban bulying. Tidak, bukan hanya sekarang. Tapi aku
sudah di bully sejak sekolah dasar. Aku tak punya teman sebaya. Orang orang
membenciku karena aku tak punya orang tua. Hahhh miris sekali padahal luka
lusa lalu belum kering tapi aku sudah mendapat luka baru. Saking seringnya di
lukai tubuhku seperti mati rasa.

Aku kembali menengadahkan kepalaku. Menatap segerombolan anak yang kini


mulai duduk di rerumputan sambil tertawa lepas. Aku tersenyum, hatiku
terenyuh melihatnya.
Aku berharap semoga di masa depan nanti aku akan bahagia sepenuhnya.
Tanpa harus memakai topeng tebal agar terlihat bahagia di depan semua
orang. Semoga...

●●●●●●●

"senja kemari, bantu ibu membawa buku di depan untuk di masukan ke


perpustakaan" itu ibu yuna pengurus panti yang ku tinggali beliau sudah ku
anggap sebagai ibu kandungku sendiri.

Aku tersenyum kemudian mengangguk melangkahkan kakiku menuju gerbang


panti. Panti asuhan ini fasilitasnya sangat lengkap. Hanya saja agak sedikit jauh
dari pusat kota. Memiliki dua gedung yang satu kamar anak anak berada.
Satunya tempat di mana berbagai fasilitas ada. Di tengah tengah gedung
terdapat taman kecil. Setiap gedung memiliki tiga tingkat.

Setelah menumpuk beberapa kardus buku aku mulai mengangkatnya. Berat,


tapi aku sudah biasa. Berjalan dengan tertatih sambil menjaga keseimbangan.
sesekali aku lunglai karena tak sengaja tersenggol anak anak yang sedang
berlarian. Setelah sampai di depan pintu perpustakaan aku menaruh kardus
buku itu di samping pintu agar tak menghalangi jalan. Setelah selesai aku
kembali melakukan hal yang sama bedanya kalau tadi tiga kardus sekarang
hanya membawa dua saja. Karena yang lainnya sudah di bawa ibu yuna.

Setelah pekerjaanku selesai aku mulai memasuki perpustakaan. Bau harum


buku langsung tercium. Aku memang hobi membaca. Jika aku senggang aku
akan pergi keperpustakaan. Di sini aku merasa menjadi lebih tenang dan
damai.2

Aku mulai melangkah sesekali menyapa para pengurus panti yang bertugas di
perpustakaan. Setelah sampai di salah satu rak buku aku mulai memilah.
Melihat lihat buku lalu mengambil buku yang kuranya menarik untuk di baca.
Setelah mendapat beberapa buku aku mulai berjalan ketempat biasa aku
duduk.

Aku mulai membuka salah satu buku yang ku ambil dan membaca kata demi
kata yang tertera di buku itu memahami isi bukunya. Biasanya aku akan
menulis kesimpulan atau makan dari buku yang ku baca dengan menggantinya
dengan sajak. Aku salah satu dari sekian banyak orang yang menyukai sajak.

Setelah di rasa bahawa aku sudah cukup untuk merampungkan nya. Aku mulai
mengambil buku itu dan menatanya kembali ketempat asalnya. Melangkahkan
kakinya meninggalkan ruang perpustakaan dan kembali memasuki gedung
yang berbeda. Aku akan pergi kekamar untuk mandi setelah itu aku akan pergi
kekantin panti yang lebih tepatnya ruang makan itu untuk mengambil jatah
makan malamku.

Ini sudah memasuki pukul 7 biasanya makan malam di mulai pada pukul
8. setelah aku memasuki kamar bernuansa kelabu dan putih aku mulai
menyampirkan handuk bermotif winie the pooh itu ke bahu kananku lalu
memasuki kamar mandi yang terbilang kecil namun pas untuk di masuki hingga
5 orang.

Setelah 15 menit berlalu aku keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi.
Celana jeans blue dengan kaos oversize hitam. Aku mulai duduk di kursi
belajarku memandang pantulanku di cermin kecil itu. Lalu mengambil sisir
menyisir surai halus nan lembut ku dengan telaten serta mengikatnya asal.

Aku melangkah keluar dari kamarku. Melewati lorong yang sedikit ramai karena
banyak anak yang ber lalu lalang. Sesekali anak anak akan menyapaku dengan
riang yang aku balas dengan senyum lebar.

"KAK SENJA"

"hah!?" aku terkejut saat anak perempuan berambut hitam panjang berusia
kurang lebih 10 tahun yang di kepang itu tiba tiba didepanku.
"ehe kak senja kaget yah maafin lili yah" ucap anak itu yang di ketahui bernama
lili

"hm iya lain kali jangan gitu lagi yah" ucapku tersenyum kearahnya sambil
mengelus surai itu

"heem" ucapnya mengangguk sumringah lalu mulai mengambil tangan kanan


ku dan menariknya untuk berjalan.

"kak senja tau nggak tadi lili kan di suruh menggambar sama bu devi nggak sih
satu kelas sebenernya, bu devi nyuruh aku buat nggambar orang yang kita
sayangi"

"oh yah? Terus kamu nggambar apa? pasti bu yuna yah?"

"hem bukan, bukan cuman bu yuna, aku nggambar temen temenku seluruh ibu
panti termasuk kak senja ehe kalian kan sayang sama lili makanya lili sayang
sama kalian" ucapnya sambil meringis

Aku yang mendengar itu merasa terenyuh hatiku terasa campur aduk saat
mendengarnya lalu aku tersenyum manis kearahnya memeluk bahunya yang
rapuh itu sesekali mengusapnya.

"hm kakak sayang sama lili, sayang sama aira dan lainnya, sayang juga sama ibu
panti, lili kalo udah besar lili pengen jadi apa?"

"hemm lili pengen jadi kayak kak senja, kak senja kan kuat orangnya, nggak
cengeng kayak lili, kak senja juga bisa apa aja" ucapnya lagi lagi aku tersenyum
mendengarnya

"lili itu nggak cengeng cuman sesekali manusia juga menangis lagi pula
menangis juga sehat untuk diri kita, orang kuat bukan dari fisiknya kamu harus
ingat itu, petinju terkenal di dunia aja pernah nangis tuh"

"tapi kok lili nggak pernah lihat kak senja sama kak devan nangis?"
"itu karena kak senja sama kak devan nggak pengen kalian ikutan nangis kalo
kamu nangis kak senja nangis siapa dong yang mau nenangin kita?"

"hem iya juga sih eh kita udah sampai aja perasaan tadi masih di loby deh"
ucapnya saat tahu kalau mereka memasuki kantin panti lalu menggeret senja
menuju antrian

Setelah aku dan lili mendapat makanan. Kami mulai menuju pojok kantin di
sana satu satunya bangku kosong. Setelah sampai kami mulai duduk dengan
nyaman dan menyantap makanan kita.

"halooo kak senja halooo lili boleh duduk?" ucap anak laki laki yang sekiranya
berumur 12 tahun itu.

"uhh fahmi ngapain kesini kamu kan biasanya sama amir dan amira" ucap lili
tanpa membiarkan temannya itu duduk

"ck amir amira lagi sakit demam sebenarnya cuman amira tapi kan mereka
kembar jadi sakit satu sakit semua deh" ucap fahmi lalu duduk di samping senja
yang sedari tadi memperhatikan mereka

"emang amira kenapa kok bisa sampai sakit?" tanyaku

"kemarinkan hujan kak senja lupa kalo amira itu suka hujan hujanan tapi
karena hujan kemarin deras banget dan lama amira jatuh sakit" aku ingat
kemarin memang hujan deras bahkan aku yang baru sampai di halte bus yang
berjarak 150 meter dari panti ini saja kehujanan

"lain kali kalian ingetin amira dong kalo hujannya deres jangan lama lama
mainnya kan jadi sakit" ucapku sambil menghembuskan napas pelan. Aku dan
para pengurus panti memang membiarkan mereka jika bermain air apa lagi
hujan. Tapi sesekali kami juga menegur agar berjaga jaga jika ada yang sakit
seperti sekarang.

"hum iyah kak" ucap keduanya

"terus sekarang gimana sama mereka?"


"sekarang sih katanya dah mendingan tapi ya itu katanya masing pusing kalo di
bawa buat jalan makanya bu dian kesana buat ngurus mereka" ucap fahmi aku
yang mendengarnya menghela napas lega

"ya udah lanjut makannya yang ada pr kerjain yah kalo nggak bisa tanya sama
kakak" ucapku lalu kulihat mereka mengangguk dan kami melanjutkan acara
makan kami yang tertunda dengan sedikit perbincangan lili dan fahmi.

○○●●●○○

Aku menengadahkan kepalaku. Menatap rembulan yang tengah di temani


beribu ribu bintang di atas sana. Rembulan yang indah dan bintang kecil yang
nampak cantik. Besok adalah hari pengambilan rapot. Seperti biasa tentunya
aku akan mengambil rapot di temani bu yuna. Anak anak di panti yang masih
bersekolah dasar tak perlu di temani pengurus panti karena mereka bersekolah
di sini tepat di samping panti. Sekolah khusus yng di sediakan pemilik panti.
Hanya ada sekolah paud atau Tk dan sekolah dasar saja. Beda denganku dulu,
waktu aku masih duduk di sekolah dasar panti ini hanyalah panti kecil.
Semenjak aku masuk smp panti ini di ubah ulang oleh pemiliknya. Namanya
pak broto, laki laki paruh baya yang sekarang sudah berumur 73 tahun. Beliau
mambangun tempat ini sejak aku belum lahir. Tepat 9 bulan sebelum aku di
temukan di pinggiran tempat sampah. Miris memang(:

Sebenarnya aku berfikir untuk pindah sekolah saja. Walau aku kuat, ada
kalanya aku akan lelah juga. Seperti sekarang, aku sudah bilang pada pak ajiz
dan bu yuna kalau ingin pindah sekolah. Tentu aku menceritakan apa saja yang
ku alami dan menunjukan semua lukaku. Mereka yang mendengarnya tentu
marah selama ini tidak ada yang pernah di huli sampai sepertiku. Dan
sebenarnya mereka ingin menuntut para pembuly ku tapi tentu aku
menghentikannya. Aku tidak ingin mereka membalas dendam dan membuat
masalah ini jadi lebih besar. Mereka setuju dengan keinginanku untuk pindah
nanti setelah libur kenaikan kelas selesai.
Aku akan pindah, namun kali ini mereka juga akan memindahkanku di pusat
kota. Aku akan tinggal tepat di pusat kota. Di cabang panti
asuhan pelangi.  Memang tidak sebesar panti asuhan ini. Namun itu lebih baik
agar mereka tidak pernah melihatku lagi.

Sebenarnya aku agak ragu dengan pilihan pak ajiz dan bu yuna. Karena dengan
itu aku tidak akan lihat mereka lagi. Tapi mereka bilang kalau aku sesekali bisa
menengok kesini. Jadi sepertinya tidak ada pilihan lagi. Aku akan menerimanya,
resiko serta lainnya aku akan menerimanya.

Setengah bulan waktuku untuk menghabiskan waktu di tempat ini. Akan ku


habiskan waktuku untuk bermain bersama anak anak. Mengajar anak anak,
membuat sajak Dan kejutan untuk mereka.

Setelah lama aku berkelana dengan pikiranku aku mulai menutup jendelaku.
Menguncinya dan menrik gorden berwarna putih susu itu. Mulai menata
kembali buku buku yang terbuka dan berhambur di meja belajarku. Lalu berdiri
dan melangkahkan kakiku menuju ranjang yang tidak terlalu luas namun tidak
sempit juga. Aku mulai memencet saklar lampu dekat ranjang. Menyisakan
lampu kecil yang berada di meja kecil samping kasurku. Merebahkan diriku lalu
menarik selimut kelabu dan mencari posisi nyaman. Setelah di rasa nyaman aku
mulai memejamkan mataku dengan mulut berucap.

"selamat malam sang rembulan"

○○●●●○○

Sang fajar yang memunculkan sinarnya di ufuk timur, Suara kicau burung yang
terdengar berisik, dan angin yang terasa amat sejuk itu. Membuat gadis yang
tak lain senja terusik. Mengerjapkan matanya lalu mulai duduk mengumpulkan
jiwanya yang masih berada di tempat lain. Setelah lama melamun senja mulai
beraanjak dari ranjangnya. Merapikan kasurnya yang sedikit kusut. Berjalan
kearah jendela lalu membuka tirai putih susu itu lebar. Membuat silau cahaya
menyeruak masuk kedalam kamarnya.
Setelah lama senja menatap sang fajar. Ia menyampir handuk lalu memasuki
kamar mandi untuk memulai ritual paginya. Menggosok giginya dengan
perlahan lalu membuang busa yang terasa pedas itu.

Setelah 15 menit berlalu senja mulai keluar dari kamar mandinya dengan
seragam putih abu serta jas berwarna kelabu yang ia tenteng. Menghampiri
meja belajarnya, lalu mengambil hydrayer untuk mengeringkan rambutnya
yang basah nan kusut itu. Lalu menyisirnya dengan telaten dan mencepolnya
asal. Memoles sunscreen di wajahnya lalu di polesi bedak tipis serta liptin peach
yang ia oleskan di bibir merahnya.

Setelah selesai dengan acara berdandannya. Senja mulai menyambar tas


berwarna biru di paduka dengan warna kelabu itu lalu mulai keluar dari
kamarnya. Menyapa beberapa anak atau pengurus panti yang berlalu lalang
dengan sopan. Dia menuju ke ruang bu yuna untuk menjemputnya. Ruang dari
pengurus panti ada di lantai teratas gedung ini. Bukan tepatnya kamar mereka.
Biasanya kamar mereka dua kali lipat lebih luas dari anak anak panti karena
terdapat ruang kerja.

Senja berhenti di depan pintu berwarna orange itu. Lalu mulai mengetuknya
perlahan. Setelah menunggu beberapa saat ia mulai masuk saat suara lembut
by yuna menyuruhnya.

"oh senja sudah siap yah?" tanya bu yuna yang terdengar seperti penyataan itu

"tunggu sebentar ibu mau ambil tas dulu kamu duduk aja duku yah" ucap bu
yuna dengan senyum lembut yang terpantri di wajahnya yang mulai berkeriput

Aku mengangguk lalu mulai berjalan sembari menatap foto foto yang terpajang
di dinding putih kamar bu yuna. Foto saat kunjungan pemilik panti bersama
anak anak dan pengurus panti. Foto kebersamaan anak anak dan bu yuna.
Fotoku dengan bu yuna yang sedang tersenyum menatap kearah kamera. Foto
itu memiliki banyak kenangan yang tak bisa ku lupakan.
"ayo senja kita berangkat sekarang" ucap bu yuna setelah keluar dari
kamarnya.

Aku tersenyum lalu mengangguk. Menggenggam tangan yang sekarang tak


mulus itu lalu berjalan beriringan. Menatap jalanan kota jakarta sembari
mengobrol kecil. Setelah 30 menit aku dan bu yuna sampai di sekolahku,
Sekolah Negri jakarta 02. Kami mulai mamasuki pelataran sekolah yang dua
kalilipat lebih besar dari panti asuhan yang ku tinggali itu.

Lalu pergi ke salah satu gedung sekolah yang berwarna hijau toska. Menyusuri
lorong sempit yang ramai orang itu. Lalu memasuki kelas XII MIPA 1 yang
sekarang telah ramai ibu ibu dan bapak bapak serta teman sebayaku.
Sekolahku itu walau sekolah negri tapi sekolah ini terkenal akan ke elitannya.
Banyak anak dari orang orang kaya dan terkemuka bersekolah di sini. Makanya
aku sering di buly karena aku miskin di tambah tak punya orang tua. Meski aku
pintar sekalipun namun aku tak bisa berbuat apa apa selain pasrah akan
semuanya.

"senja ibu masuk kamu ke kantin yah kamu kan belum sarapan"  ucap bu yuna
sembari melepas pegangan tanganku

"ibu sendiri?" tanyaku

"ibu sudah sarapan waktu di ruang kerja udah sana ini uangnya cukupkan?"
ucap bu yuna lalu menyerahkan uang 50 ribu kepadaku

"ehh bu uang waktu minggu aja aku masih utuh nggak usah" ucapku lalu
mendorong tangan bu yuna yang menggenggam uang itu

"kamu ini kamu nggak dapat jatah sarapan loh jadi terima aja kayak sama
siapanya aja sih" ucapnya lalu memasukan uang itu ke kantong jasnya

"ihhh ya udah deh senja pamit yah dahh ibuuu" ucapku lalu berjalan mundur
melambaikan tanganku serelah di rasa bu yuna telah masuk aku berbalik
menuju kantin yang ku kira pasti tekah ramai. Ini kan bukan jam kos lagi
melainkan hari bebas untuk para siswa dan siswi.

"ehhh si miskin udah dateng? Yang kesini tadi siapa? Ibu gadungan kamu yah?
Hahaha" ucap seorang gadis yang tiba tiba menghalangi jalanku. Aku hanya
diam menatap datar mereka.2

"Heh punya mulut kan lo!? Kalo punya jawab dong" ucap gadis yang di
sampingku menonyor kepalaku keras hingga aku sedikit lunglai

"udah miskin bisu lagi! Dasar perempuan nggak tahu di untung! Keluar aja lo
dari bumi mati aja sekalian dari pada ngotorin nih bumi!!" ucap gadis yang ada
di belakangku mendorongku kearah depan di mana ketua mereka berada.1

Mereka berjumlah 6 orang. Satu ketua mereka bernama adella abraham anak
dari pengusaha kaya. Dua lainnya adalah anak kembar mita firdhian dan meta
fardhani mereka juga anak orang kaya. Yang satunya adalah aditya pamungkas
pacar adella yang dingin namun kasar. Satunya sheila arinka pratama gadis
terkaya sebelum adella. Lalu dwi farhan eliano pacar sheila.

"berani lo natap pacarku!!" seru aditya lalu menarik rambutku membuat aku
menengadahkan kepalaku menampakkan langit langit kantin. Para siswa siswi
yang sudah terbiasa dengan pemandangan ini hanya acuh. Lagi pula jika
mereka melindungi senja mereka akan ikut jadi bulan bulanan geng yang di
sebut LEO    itu.

"udahlah dit kasian tuh pasti sakit iyakan?" ucap farhan lalu adit yang
mendengar itu menyeringai melepaskan jambakannya lalu menghampiri
pacarnya.

SRAKK

Semua orang yang di kantin terkejut dengan apa yang di lakukan farhan.
Farhan, dia merobek seragam senja dengan gampangnya. Lalu membuang
sobekan kain itu kesembarang arah. Menampilkan senja yang kini dadanya
tampak hitam. Di mengenakan kaos hitam tipis untungnya jadi ia tak perlu malu
walau nanti aditnya merobek seragam putihnya lagi.1

Orang orang yang melihat itu mulai bernapas lega. Hah mereka sekarang telah
berlebihan jika hanya melukai senja hingga memar mereka tak apa. Tapi ini
sama saja dengan tindakan pelecehan mereka bisa di penjarakan.

"DWI FARHAN ELIANO KE RUANG BK SEKARANG KALIAN JUGA" ucap pak ilham
yah pak ilham adalah guru bk sekolahku tentu pak ilham kenal denganku
karena bolak balik bk dan uks sekolah tak ketinggallan dengan geng LEO.1

"ck ini semua gara gara lo!" tunjuk farhan kepadaku

"FARHAN!!!"

"iya iya ini juga mau ke sana"

"awas lo yah" tunjuk sheila lalu berlalu mengikuti teman temannya

"senja kamu ke ruang osis ambil seragam putih kamu di sana tenang aja ini
gratis" ucap pak ilham lalu aku mengangguk dan berlalu pergi kearah dimana
letak ruang osis berada

"hah anak anak ini masih kecil aja udah kayak gini besarnya mau jadi
psykopat!?" ucap pak ilham sembari memijit pelipisnya.

______________

Saat ini senja sedang berada di UKS dengan bu anggi dokter yang menjaga UKS.
sebenarnya senja memang tak mendapat luka lagi. Namun luka lusa lalu yang
belum sembuh membuat senja harus di obati. Apalagi luka yang di dapat senja
itu bukan luka kecil. Memar yang sudah membiru di kedua lengannya dan
perutnya juga terdapat lebam lebar. Mungkin jika orang lain yang ada di
posisinya mereka akan langsung terjun ke jurang atau danau dalam. Namun
bagi senja hidup itu berharga. Tuhan memberi kalian hidup secara cuma cuma.
"senja kamu pernah nggak ngerasain perut kamu sakit banget walau kamu
nggak ada luka luar?" tanya bu anggi setelah selesai mengobati senja.

"hmm nggak sih bu cuman ini aja kalo kepencet gitu sakit agak perih juga tapi
sekarang nggak sesakit itu lagi" jawab senja menatap kearah bu anggi yang
balik menatapnya denga iba. Hahh senja benci dikasihani

"lain kali kalo ada masalah cerita sama ibu bapak yah? Jangan sungkan ibu
takut terjadi apa apa kalo kamu diem aja" ucap bu anggi mengelus surai halus
senja dengan lembut.

"hmm senja nggak bisa bu"

"kenapa kok?"

"aku mau pindah sekolah" ucap senja pelan terdengar seperti bisikan

Bu anggi yang mendengar itu tertegun lalu tak lama ia kembali mengusap surai
senja dan tersenyum lembut. "ibu ngerti, kamu baik baik di sana jadi senja yang
berbeda, disana senja harus lebih percaya diri, harus lebih berani jangan kayak
sekarang, jangan pasrah"

Menarik tangannya dari kepala senja lalu menarik tubuh gadis itu
kerengkuhannya.
"terkadang manusia juga harus melawan takdir demi mendapat kebahagian,
kita hidup di dunia untuk mencari kebahagiaan kita, menebus dosa kita di masa
lampau, hidup tidak selamanya bahagia, namun tidak selamanya juga kita
harus pasrah akan kesedihan dan kehancuran yang kita alami"1

Melepas rengkuhannya lalu ia mengantupkan kedua tangannya pada pipi cuby


senja mendekatkan bibirnya pada kening senja lalu menatap netra bening itu
dalam.

"senja kamu harus ingat itu yah?"


Senja langsung mengangguk agak tertegun dengan kalimat dokter muda itu.
"hm senja janji bakal berubah dan nggak akan ngelupain kata kata ibu" ucap
senja lalu tersenyum manis membuat dimplenya terlihat di kedua pipinya.

"kamu kenapa manis banget sih, madu aja yang manisnya murni dan
menyehatkan kalah"

○○●●●○○

Dua minggu telah berlalu, hari ini adalah para siswa dan siswi di indonesia
kembali di sibukkan dengan sekolah. Hari ini pula senja akan mengawali
hidupnya yang ia rencanakan akan berbeda dari kemarin. Kemarin dia baru saja
pindah ke cabang panti sekarang disini panti asuhan yang sederhana. Tidak
bergedung dan hanya sedikit anak anak yatim piatu berbeda dengan panti
asuhan tempatnya dulu tinggal. Disana ada ratusan anak yatim piatu dan
fasilitas yang amat sangat lengkap. Disini kita harus tidur bersama di satu
ruangan. Lemari yang kecil, dan hanyak 5 orang yang menurus panti ini. 3
perempuan dua lainnya laki laki. Anak di sini pun terbilang masih dini. Yang
paling tua berumur 9 tahun dan yang paling muda berumur satu tahun.
Mungkin sekitar 13 anak yang tinggal di sini.

Aku sekarang sudah masuk kelas XII aku masuk di sekolah swasta. 'SKYNDICE
HIGH SCHOOL'  itu namanya. Pemiliknya bermarga  skyndice  makanya
dinamakan dengan nama depan pemilik. Itu termasuk sekolah elit makanya aku
sempat menolak dan ingin kembali masuk negri tapi sekali lagi sistem 'tidak
bisa menerima sembarang orang'. Makanya aku
dengan terpaksa menyetujuinya. Tak apalah lagi pula tidak sampai setahun
kan?.

Aku kali ini memakai seragam putih dan biru muda. Jika di sekolahku dulu tidak
memakai rompi dan langsung jas. Berbeda dengan kali ini aku memakai rompi
berewarna senada yang sebelumnya aku memakai dasiku. Menyambar jasku
setelah berdandan dengan rambut yang kubiarkan tergerai aku menyandang
tasku pada bahu kananku lalu berjalan ke arah rak sepatu. Mengambil sepatu
pantofel hitamku dan memakainya. Oh yah aku tidak memakai riasan karena
sekarang aku harus membantu para pengasuhku yang sekarang. Sekarang
masih jam 6 pagi aku masih punya waktu 1 jam 15 menit agar tak terlambat.

"oh senja kamu sudah siap?" ucap bu yuni dia yang menyambutku kemarin dan
mang udin dan pak soleh

"iya bu, udah siap yah makanannya?" tanyaku

"ini baru jadi kamu bangunin mereka yah bu siti sama bu amira lagi di pasar
stok makanan tinggal dikit soalnya" uvapnya sambil menaruh masakannya
kedalam piring besar. Ayam opor dan lontong

"iyah bu senja pemit kekamar yah" setelah mendapat balasan aku mulai
melangkah kembali kekamar menatap anak anak yang tengah terlelap Nampak
nyenyak.

Srek

"anak anak bangun heiii ini udah siang kalian mau telat sekolah bisiti masak
opor ayam lohh kalo nggak mau buat kak senja semua nih" ucap senja dengan
suara keras lalu menepuk satu persatu pantat mereka.

"ihhh kak senja ini masih kepagian tahu"

" lbangun atau kakak guyur kalian pake air"

Setelah mengatakan itu semua anak langsung bangun dengan muka bantal dan
rambut yang berantakan. Terkesan imut untuk mereka.

"iya ini udah bangun jangan di siram dong"

"ya udah kalian cepet mandi sekarang atau kakak mandiin pake air es"

"AKU DULU"

"AAA NGGAK MAU POKOKNYA AIS DULU"

"IHHH ITU FAKISH KASIHAN"


"HUWAAAAAAAAAA"

"tuh kan nangis kamu si"

"astaga fakish kalian hati hati lain kali jangan dorong dorong kasihan fakish
masih kecil" ucap ku saat melihat fakish bayi laki laki berumur satu tahun itu
terguling dari kasurnya ke lantai karena tersenggol putri anak perempuan
berumur 7 tahun

"makanya kakak kakak jangan belebut kasian fakish jadi teldolong kan"
( makanya kakak jangan berebut kasuhan fakish jadi terdorong kan ) ucap anak
perempuan berumur 3 tahun itu.

"ihh cadel diem aja yah"

"iksan!" ucapku berseru saat iksan anak laki laki berumur 8 tahun itu menunjuk
amira.

"HUWAAAAAA KAN SENJA KAK IKSAN NAKAL HIKS HUWAAAA"

Menghela napas lelah lalu aku menurunkan fakish yang sudah tenang
mendudukannya di kasur tepat di samping amira menangis mentapa kakaknya
itu polos.

"ami hei jangan nangis dong nggak malu tuh di lihatin fakish fakish ajah udah
nggak nangis lagi udah yah ami kan anak kuat nggak cengeng" ucapku
mengelus surainya yang terasa lembut itu kulihat amira mulai berhenti
menangis lalu mengangguk sesekali akan sesenggukan.

"kalian cepet mandi tapi harus antri jangan berebut kakak amira sama fakish
mau ke ruang makan dulu kakak mau berangkat pagi" ucapku lalu
menggendong fakish dan menuntun tang amira keluar kamar.

"ehhh senja ini kenapa kok amira matanya merah tadi juga di kamar denger
sedikit ada suara ribut ribut" ucap bu yuni sembari mengambil amira  yang ku
gandeng.
"tadi iksan ngejek amira makanya dia nangis, fakish juga nangis tapi sebentar
itupun karena kebangun bu" ucapku sembari memperbaiki iksan yang ada di
gendongannya mencari posisi nyaman.

"oalah emang dasar iksan tuh nakalnya nggak ketulung, amira kalo kak iksan
iseng cubit aja perutnya" ucap bu yuni

"iya iya udah atuh anak anak lagi mandi sama siap siap mereka bisa sendirikan
bu?"

"iya kamu nggak usah hawatir lagi itu fakish di dudukin aja kamu makan terus
berangkat nanti telat" ucap bu yuni lalu aku hanya mengangguk melakukan apa
yang di sarankan bu yuni.

"ehh kak senja udah makan?"

"kalian udah keliar sini makan kak senja mau berangkat sekolah kalian juga
harus berangkat" ucap bu yuni lalu sekumpulan anak itu hanya menurut

"yaudah bu anak anak kak senja berangkat dulu assalamualaikum" ucapku


setelah menyalimi  bu yuni lalu melambaikan tanganku kearah mereka yang di
balas hal serupa.

"dahh kak senja semangat sekolahnya"

"dadah"

Aku mulai berjalan meninggalkan panti asuhan dengan hati yang resah. Takut
jika hal yang ku alami dulu akan ku alami di sini juga. Aku berjalan menuju halte
bus yang berjarak 50 meter dari panti asuhan. Kulirik arloji di tangan kiriku
memastikan bahwa aku tak terlambat. Pukul 7, 5 menit bus akan datang.

Aku mulai duduk di bangku halte itu bersama siswa siswi yang kulihat
kebanyakan memakai seragam sepertiku.
2 menit lagi, hahhh saking gugupnya aku bahkan menghitung waktu.
Bus tiba tepat di hadapanku aku mulai masuk dan duduk di kursi paling
belakang bus. Setelah bus jalan aku mulai menatap kearah jendela. Di sana
banyak sekali mobil dan motor yang berlalu lalang. Tak jarang aku sesekali
melihat jalur yang sedang macet. Untung saja jalurku tidak macet jadi bus ini
melaju tanpa hambatan.

Setelah bus berhenti di halte dekat dengan sekolahku aku mulai turun dan
membayar uang busku. Lalu berjalan kearah sekolahku yang hanya berjarak 10
meter dari halte. Ahh dari gerbang saja sudah terlihat kemegahannya bagaiman
di dalamnya?. Aku mulai melangkah ke pekarangan sekolah yang lebih luas dari
sekolahku dulu. Melihat banyak sekali jenis tumbuhan di pinggiran lapangan
serta taman.

Setelah masuk ke gedung sekolah. Sekarang tujuanku adalah ruang kepala


sekolah. Tadi di mading aku sempat melihat peta sekolah. Namun tetap saja
aku tak tahu betul letaknya dengan benar. Setelah beberapa lama berkeliling
gedung mencari ruang kepala sekolah. Aku berhenti di depan ruangan berjarak
5 meter di depanku. RUANG KEPSEK,  itu tulisan yang ku lihat di atas pintu yang
terlihat mewah itu. Meyakinkan diri lalu aku mulai melangkah mendekat ke
arah pintu itu lalu mengetuknya.

Tok Tok Tok

"masuk"

Setelah mendengar balasan dari dalam sana aku mulai melangkah masuk. Ku
lihat wanita paruh baya dengan kacamata bertengger di hidungnya menatap
lembar kertas yang beliau tumpuk.

"oh kau murid baru dari panti asuhan pelangi bukan?" ucapnya menatapku
dengan netra tegasnya.

"iya, namaku senja putri langit murid pindahan dari SMA NEGRI 2-"
"yah aku tahu, kau murid berprestasi manis yang sering di buly karena itu kau
memilih pindah" ucapnya menyela perkataanku membuatku merasa canggung
tak tahu harus membalas apa.

"eee yah?"

Tertawa kecil lalu mendekat ke arahku dengan tawanya yang menyegarkan itu.
"saking sayangnya pihak pengurus panti hingga beliau ingin aku
mempriotaskanmu, tapi kau pasti tak akan mengecewakanmu bukan?"
ucapnya sambil menarikku kearah sofa

"tentu aku tak mungkin mengecewakan anda bu"

"kamu ini jangan terlalu formal"

"siswa siswi di sini mungkin terbilang nakal tapi kau tenang saja mereka
menghargai sesama, mereka tak saling membedakan kasta atau lainnya"
ucapnya membuatku sedikit lebih lega

"jadi ini sudah waktunya jam masuk, ayo akan aku perkenalkan kamu dengan
teman teman barumu dan wali kelasmu" ucapnya lalu kembali menarik
tanganku pelan keluar ruangan

"hmm kenapa ibu tahu kalau ini udah masuk?"

"ruanganku kedap suara jadi bunyi bell yang nyaring tak terdengar" ucapnya
lalu aku mengangguk paham.

Setelah kami berjalan menyusuri lorong tanpa ada pembicaraan. Kami berhenti
di depan ruang kelas yang terdengar ramai itu. Aku sedikit heran, bukankah ibu
kepala sekolah ini bilang kalau sudah waktunya jam masuk?.

Ceklek

Setelah bu kepala sekolah membuka pintu kelas itu dan masuk mendadak
ruang ruang kelas senyap. Aku tak mendengar suara ricuh kelas itu lagi. Yah aku
yakin itu pasti karena ibu kepala sekolah ini mungkin guru yang tegas dan tak
kenal ampun. Mereka mungkin takut pada beliau.

"kenapa diam? Terus aja teriak teriak menganggu kelas lain yang sedang belajar
dan tidak menghormati guru?" ucap beliau memandang penghuni kelas tajam

"maaf bu sebelumnya aku sudah memperingatkan mereka" ucap guru wanita


yang terlihat muda itu

"yah aku paham sifat mereka tak perlu meminta maaf bu sindi" ucap bu kepala
sekolah menatap balik bawahannya itu

"saya datang kesini membawa siswi baru di siswi pindahan dari sekolah negri"
ucapnya lalu menarik tanganku pelan membawaku masuk keruang kelas itu
membuatku dapat melihat kelas itu yang terdapat banyak murid menatapku
penuh tanda tanya. Beberapa dari mereka ku lihat saling berbisik.

"senja masuk dan perkenalkan diri kamu setelah itu duduk dan aku akan
kembali ke ruanganku" ucapnya padaku

"baik bu terimakasih telah mengantarku langsung" ucapku lalu membungkuk


hormat padanya

"tak masalah, saya permisi" ucapnya lalu melangkah pergi setelah berpamitan

Setelah beliau pergi ruang kelas kembali ricuh. Bu sindi, menegur mereka lalu
menarikku di tengah tengah kelas tepat di depan papan tulis kelas. Mereka
menatapku dengan cara berbeda beda.

"senja kamu kenalin diri kamu dulu ibu perhatiin dari meja ibu"

Aku mengangguk lalu menatap ruangan kelas bernuansa cream itu "salam
kenal namaku senja putri langit murid pindahan dari sekolah SMA NEGRI 2
BOGOR".

Happy reading
Ini aku seorang pemuda yang hidup bergelimang harta. Pemuda yang menjalani
hidupnya untuk menyenangkan hati orang tuaku yang serakah. Bagi mereka
harta adalah segalanya. Dengan uang semua orang bisa mendapatkan apa yang
mereka mau. Tak jarang banyak orang kaya yang menjodohkan anak anaknya
untuk pekerjaan. Sama sepertiku, di paksa bertunangan dengan orang yang
bahkan tak ku kenal asal usulnya.

Aku fajar aditya putra. Jika kalian pikir kisah cintaku dengan tunanganku itu
akan membuahkan hasil seperti 'cinta'?. Sayangnya itu sama sekali tak terjadi.
Dia Bintang aula firdhan. Tunanganku yang sempat tinggal di LA. Dia sangatlah
kaku di sekolah kami tak pernah bertukar sapa kecuali jika ada orang tua kita.
Tapi tentu aku tahu dia diam diam sudah tertarik padaku sejak kami pertama
kali bertemu. Dia juga diam diam selalu mengikuti ku. Namun tetap saja hatiku
terasa sudah beku. Aku tak dapat merasakan debaran cinta pada hati dan
jantungku. Seolah aku merasa tak ada gunanya jika hubungan ini tetap
berdasar pada hubungan politik semata.

Di pagi ini di mana aku memulai kegiatanku di sekolah setelah setengah bulan
aku libur. Biasanya aku akan berangkat dengan sepupuku. Oh yah jika ada yang
ingin tahu aku bersekolah dimana maka akan ku jawab dengan senang hati. Aku
bersekolah di 'HIGH SCHOOL  SKYNDICE'  sekolah yang di bangun oleh pamanku.

Pukul 7 tepat aku mulai keluar kamar dengan seragam abu abu yang melekat
pada tubuhku. Menuruni tangga dengan kaki jenjangku tentu akan cepat
sampai ke lantai terbawah rumah.

"fajar ayo kemari dan makan sarapanmu ibu sudah memasak untukmu"

Mendengar itu aku lantas menghentikan langkahku yang berada di ujung


tangga. Menoleh ke arah dapur di mana ibu dan ayahku berada. Memutar bola
mataku lantas mulai kembali melangkah tanpa mempedulikan teriakan kedua
orang tuaku.
Membawa kaki jenjangku ke garasi mobil yang luas itu. lalu menyambar kunci
motor kesayanganku yang berada tepat di samping pintu garasi.mulai
melangkah ke arah jajaran motor di sana. Lalu menaiki salah satu motor
berjenis ninja dengan warna hitam legam di seluruh bodynya. Lantas aku
menancapkan kunci itu dan memakai helm full face berwarna senada. Aku
mulai menyalakan mesin motorku lalu mulai menarik pedal gas meninggalkan
garasi dengan kecepatan sedang.

Setelah keluar dari rumah bernuansa putih itu. Aku menarik gas dengan
kecepatan penuh. Membelah jalanan ibu kota yang tak pernah sepi
pengendara. Tanpa memperdulikan makian dan umpatan orang orang kala aku
hampir menabrak mereka. Mereka menganggap kalau aku menaiki motor ugal
ugalan. Padahal aku sudah setingkat dengan pembalap profesional di luaran
sana.

Tak berapa lama gerbang sekolah yang berdiri dengan megahnya telah terlihat
di pandanganku. aku mulai merendahkan volume kecepatan karena di sekitar
sini banyak siswa siswi berjalan kaki. Meski tetap saja bagi mereka seorang
pejalan kaki aku tetap terlihat melajukan kendaraanku cepat meski tekah di
rendahkan.

Setelah sampai di parkiran sekolah aku memarkirkan motorku tepat. Lalu turun
dari motor bersamaan dengan itu seorang laki laki dengan motornya berwarna
merah menyala tak lupa di belakangnya seorang perempuan cantik yang
membonceng tanpa memperdulikan tatapan para siswa siswi yang menatapnya
lapar seolah ingin menerkamnya habis habisan.

"hai fajar" sapa gadis yang berboncengan dengan sahabatku itu.namanya bulan
azania praditka. Aku hanya membalasnya dengan anggukan ringan lalu turun
dari motor dan bertos ria dengan sahabatku.
"lo nggak bareng aksan prince?" tanyaku pada lelaki jangkung bernama prince
casandra. Dia anak dari seorang pengusaha kaya dari jerman dan menikah
dengan bunda casandra yang asli indonesia. Yahhh bisa di bilang prince itu bule
kw.

"nggak aksan katanya udah duluan bareng mentari"

"ehh guys tau nggak kata grup lambe turah sekolah kita bakal ada murid baru
katanya dia anaknya jenius banget tapi sayangnya dia anak yatim Piatu yang
tinggal di panti bogor sekarang pindah ke ibu kota" jelas bulan tiba tiba aku
yang mendengarnya lalu mengangkat sebelah alis heran.

Menurutku gosip gosip seperti itu tak ada pengaruhnya denganku. Lagi pula aku
tidak terlalu suka bergosip. Menurutku itu hanya membuang waktuku.

Setelah mendengar kedua sahabatku itu kemudian berbincang mengenai murid


baru itu. Aku lantas memilih pergi meninggalkan keduanya tanpan sepatah kata
pun. Well, mereka mengenalku dengan baik. Jadi mereka memahamiku dan
membiarkan aku pergi. Beda halnya dengan aksan narendra. Anak itu selalu
mengekoriku itu pun kalau mentari tidak bisa berada di dekatnya. Sifatnya yang
tak mau diam dan tengil itu membuatku sesekali memukulnya karena saking
kesalnya. Namun dia juga adalah penghiburku di kala aku sedang stress.

Bagi mereka yang tak mengenalku jauh. Aku adalah seorang pria misterius
berhati es. Acuh tak acuh pada sekitar membuat mereka berpikir kalau aku pria
yang dinginnya melebihi kutub.

"HALOOO EVERYBODYYY hehe kaget nggak kaget nggak kaget lah masa enggak"
itu aksan narendra laki laki tengil yang sempat ku bicarakan.

Aku terdiam menatapnya datar. melihat nya yang merangkul bahuku riang
dengan senyumannya yang terus mengembang. Memperlihatkan gigi-. Tunggu
giginya?

"gigi lo?" tanyaku dengan alis mengeryit kecil melihat gigi aksan yang ompong?
"ohhh ini gara gara aku buka sosis so nice pake gigi jadinya copot gara gara aku
paksa" ucapnya lalu meringis

"kenapa nggak pake gunting atau pisau?" tanyaku heran

"eh iya juga yah kok nggak kepikiran?" ucapnya bingung

Aku yang mendengarnya menghela napas pelan. Sudah terbiasa dengan


kelakuannya yang ajaib itu.

Aku mulai kembali melangkah. Melenggang pergi dari hadapan aksan tanpa
memperdulikan teriakan pria tengil itu. Aku berjalan dengan kedua tangan yang
di masukan ke saku celanku. Memandang jalanan koridor datar.

"ck lo tuh yah jar kebiasaan huh selalu aja ninggalin gue seenak jidat nggak
mikir apa kaki incess sakit" ucap aksan dengan napas tersenggal aku hanya
menatapnya datar lalu memasuki ruang kelas yang ramai penghuni.

"widiww pak bos tumben masuk kelas biasa juga langsung ke roftop" ucap laki
laki yang sedang duduk di mejanya sendiri dengan kaki dinaikkan ke kursinya.

"heh aksan sini lo, lo belum bayar infak dari dua bulan lalu yah uang saku gue
jadi kekuras gara gara loo bayar utang lo!?" ucap seorang gadis yang ku ketahui
bernama bulan

"yaelah lan utang dua ribu aja pelit banget sihhh lo" ucap aksan dengan alis
menukik tajam

"heh! Dua ribu delapan kali yah banyak lahh udah 16 ribu utang lo nggak mau
tau yahhh bayar kalo nggak aku aduin lo ke pak botak" ucap bulan tegas

"yaelah lan aduan lo 16 ribu doang juga nih" ucap aksan sambil menyerahkan
uang 10 ribu pada bulan

"sisanya nanti nggak ada uang receh byeeee" ucap aksan lalu melangkah
menuju mejanya. Aku? Sedari tadi juga aku sudah duduk manis di mejaku
sambil menatap pertengkaran itu dengan datar. Biasa
"sialan lo bencong!"1

"heh heh masuk buru duduk bu sindi dah datang nih" ucap angga lalu duduk di
mejanya yang tepat di depanku. Sedangkan temanku lainnya langsung duduk
walau ada beberapa yang masih mengobrol dengan teman meja sebrangnya.

"selamat pagi anak anak kalian sehat?" bu sindi dia guru yang lemah lembut
makanya banyak murid lebih menyukainya di banding dengan guru guru
lainnya yang terkenal dengan ketegasannya.

"alhamdulillah waras semua kok bu aman" itu anji teman sebangku aksan

Sedangkan bu sindi yang mendengar itu hanya terkekeh sambil menggelengkan


kepalanya. "ya sudah sekarang kalian kumpulin tugas yang kemarin ibu kasih
lalu putri kamu nanti nulisin catatan ibu di papan tulis yah"

"Baik bu"

Setelah bu sindi memerintahkan mereka untuk maju satu persatu dengan buku
catatan mereka. Sekarang tinggal satu orang yang belum di panggil oleh bu
sindi.

"nah sekarang agaskara ayo maju" agaskara aksanta biasa di panggil agas laki
laki dengan penampilan urakan itu mulai melangkah menuju meja guru yang
terletak di pinggir papan tulis dengan buku berwarna coklat di tangannya.

Serelah sampai agas meletakkan bukunya di meja bu sindi. "lho gas ini kenapa
bukunya kosong catatannya mana?" ucap bu sindi heran Di tangannya terdapat
buku agas yang sudah sedikit lusuh namun tak ada coretan tinta sedikit pun
disitu.

Menggaruk rambutnya yang tak gatal "ini bu emm buku aku di robek sama
kucing aku terus di cemplungin ke kolam ikan jadi nya aku bawanya buku
sisaan waktu sd dehh"

"Lha gas aku aja buku sdnya dah aku buang semua tuh ngapai simpen simpen?
Mau di jadiin kenangan sd lu?" Ucap anji
"nggak tahu deh soalnya emak gue yang beresin buku buku sekolah" ucap
agaskara

"iyain dah hidup mah nggak ada yang tahu" balas anji sambil memuatr bola
matanya malas.

Menggelengkan kepalanya "Ada ada saja kelakuan kalian ini ya sudah sebagai
hukuman kamu kerjain semua tugas yang ibu kasih sebelum pulang tugas harus
udah ada di meja ibu paham kara?" Ucap bu sindi

"Iya deh buuu"

Dengan berjalan gontai agaskara menuju mejanya dengan buku lusuhnya yang
ia pegang.

"rasain noh makanya jan ngapel mulu hahaha" ucap alfin anak teriseng di kelas
setelah anji

"Yuuu temenin noh si doi kasian nanti keburu botak gegara kepalanya hangus
habis mikir keras" ucap anji mengompori

"Ehhh kok malah ribut sih" peringat bu sindi

"Yaaa bu kalo nggak berisik nggak rame dong, kalo nggak rame nanti nggak
asik, kalo nggak asik alfin sama temen temen jadi males belajar, kali nggak
percaya tanya aja sama pak haji hahaha" ucap alfin dengan logat si ucup

Iyah  ucup  yang main di kartun adit  sopo  & jarwo:v

Ceklek

Setelah mendengar siara itu mendadak ruang kelas sunyi. Para siswa dan bu
sindi menatap orang yang telah membuka pintu itu.

"kenapa diam? Terus aja teriak teriak menganggu kelas lain yang sedang belajar
dan tidak menghormati guru?" ucap bu kepala sekolah dengan tampang
garangnya
"maaf bu sebelumnya aku sudah memperingatkan mereka" ucap bu sindi
sungkan

"yah aku paham sifat mereka tak perlu meminta maaf bu sindi" ucap bu kepala
sekolah menatap balik bawahannya itu

"saya datang kesini membawa siswi baru di siswi pindahan dari sekolah negri"
ucap bu kepala sekolah membuat atensi penghuni kelas teralihkan pada
seorang hadis cantik di belakangnya.

"senja masuk dan perkenalkan diri kamu setelah itu duduk dan aku akan
kembali ke ruanganku" ucap bu kepala sekolah pada gadis tersebut

"baik bu terimakasih telah mengantarku langsung" ucap gadis itu sambil


membungkukkan sedikit badannya tanda hormat

"tak masalah, saya permisi" ucapnya lalu melangkah pergi setelah berpamitan

Setelah beliau pergi ruang kelas kembali ricuh. Bu sindi, menegur mereka lalu
gadis tersebut di tengah tengah kelas tepat di depan papan tulis kelas. Mereka
menatap gadis itu dengan cara berbeda beda.

"senja kamu kenalin diri kamu dulu ibu perhatiin dari meja ibu"

Gadis itu mengangguk lalu menatap ruangan kelas bernuansa cream itu "salam
kenal namaku senja putri langit murid pindahan dari sekolah SMA NEGRI 2
BOGOR"

"Baik semua ada yang ingin memberikan pertanyaan pada senja?" Tanya bu
sindi menatap anak muridnya dengan tenang

"Saya bu" ucap aksan sambil mangacungkan jarinya🤚

"Ya aksan silahkan"

"Ekhem neng geulis dah punya pacar belum?" Tanya aksan dengan wajah
genitnya tak lupa kedua alisnya yang di naik turunkan
"Kalau sekarang belum" ucap gadis itu yang di ketahui bernama senja dengan
senyum manisnya

"Aduh aduh neng jangan senyum atuh kasihan jantung aa" ucap aksan sambil
memegang dadanya dengan raut wajah😳

Senja yang mendengar itu hanya tersenyum canggung. Sedangkan seliruh


penghuni kelas bersorak mengejek aksan. Dan bu sindi yang mencoba
menghentikan keramaian kelas.  hahhh  aksan😑

"hushhh sudah sudah kalian ini" menggelengkan kepalanya lantas bu sindi


menyuruh senja untuk menduduki bangku kosong yang tepat berada di pinggir
jendela.

"Baiklah mari kita mulai pembelajaran hari ini"

○○●●●○○

Kringgg...  kringgg...

"Nah karena sudah bell pembelajaran kali ini kita tutup sampai sini saja sampai
jumpa minggu depan tetap semangat belajar anak anak" ucap bu sindi

"baik buuu"

Setelah bu sindi pergi banyak dari penghuni kelas memilih keluar kelas. Ada
beberapa siswa yang masih berada di kelas termasuk para tokoh sang senja ini.

"Haiii kenalin gue bulan azania praditka biasa di panggil bulan gue bendahar di
kelas ini" ucap bulan sambil mengulurkan tangannya pada senja yang langsung
di sambut hangat senja

"Ak-"

"Halooo haiii kenalin nihh si cantik mentari afidah hehe aku cuman anggota
kelas aja sih hehe" sela mentari

"Ak-"
"halo neng geulis kenalin nama aa, aa aksan narendra bertugas sebagai lambe
turah kelas dan sekolah hahay"

"Aku-"

"Prince casandra ditya"

"Eh?"

"Itu nama dia nja" ucap aksan

"Ohh, kalau aku-"

"Nggak usah kita udah tau kali nama lo" sela bulan

"O-oh" ucap senja canggung

"Ngantin yuk guys dah laper nih kasian cacing cacing di perut aku" ucap
mentari lalu menarik bulan dan senja meninggalkan kelas yang berisikan fajar
dkk

"Heh ri mau di bawa kemana neng geulisnya!" Teriak aksan lalu berlari
menyusul ketiga gadis itu

Sedang prince tengah menggelengkan kepalanya tak habis pikir sesekali


terkekeh kecil. Membalik badannya menatap sahabatnya dari smp. Fajar
nampak dia duduk di bangkunya dengan wajah telungkup.

"Jar ikut ngantin nggak?" Tanya prince

Mengangkat wajahnya lalu nampaklah wajah datar yang terlihat suntuk itu.
"Nggak dulu" ucap fajar lalu kembali menelungkupkan wajahnya

"Ck gue yakin lo belum sarapan tadi pagi udah cepet gue traktir deh" ucap
prince menatap sahabatnya itu sedikit kesal

"Gu-!?"
Tanpa mendengarkan fajar lagi prince menggeret tubuh bongsor fajar dengan
wajah datar. Tanpa memperdulikan fajar yang kini terus meronta. Dia berjalan
santai menuju kantin sekolah.

Saat sampai di kantin sekolah. Mereka di sambut dengan tatapan aneh para
penghuni kantin. Mata prince kini memandang sekitar dengan datar. Mencari
para temannya yang ternyata berada di pojokan. Menatapnya dan fajar dengan
mulut yang penuh makanan.

Prince mulai melangkah kali ini dia tak menyeret fajar lagi. Fajar berjalan
dengan sesekali mendengus saat matanya menatap lengannya yang memerah.
Setelah sampai di meja itu prince duduk tepat di samping senja. Sedangkan
fajar dia duduk di depan prince.

"Nih kebetulan ada mie ayam dua tadi sengaja kita beli lebih" ucap aksan
mendorong dua piring mie ayam tanpa kuah kehadapan dua lelaki bongsor itu.

"Oh ya nja kalo pengen tahu nih cowok depan prince namanya fajar cowok
handsome sekaligus kapten basket sekolah kita" ucap aksan sambil merangkul
fajar yang duduk tepat di sampingnya.

Senja yang mendengar itu lantas bergumam kecil dengan mulut bulatnya.
Mereka nampak makan dengan lahap sesekali aksan atau mentari yang
berdebat kecil.

"Hmm aku kayaknya mau ke toilet dulu deh" ucap senja tiba tiba

"Oh yaudah kamu mau aku anterin nggak siapa tahu kamu belum tau
letaknya?" Ucap bulan

"Bo-"

"Sama gue aja gue kebetulan mau kek toilet" ucap fajar memotong kalimat
senja

"Oh boleh deh temen temen nanti aku nyusul yah" pamit senja dibalas dengan
acungan jempol temannya.
Setelah keluar dari kantin mereka berdua berjalan beriringan tanpa suara.
Hening menyelimuti mereka. Fajar yang nampak acuh tak acuh dan senja yang
tampak canggung sendiri namun berusaha biasa saja. Ingat dia itu korban
bullying tak pernah sekalipun berjalan berdua dengan lelaki apa lagi fajar ini
tipe cowok dingin.

Tanpa sadar mereka berdua telah sampai di toilet siswa. Terlihat dua pintu
dengan tanda 🚹&🚺. Lalu tanpa sepatah kata fajar langsung melanggang
masuk meninggalkan senja yang menatapnya lalu mulai ikut melangkah masuk
kedalam pintu toilet satunya lagi.

Saat masuk senja melihat banyak siswi yang sedang bercermin dengan alat
makeup di tangan mereka. Para siswi itu memakai makeup yang menor senja
bahkan meringis kecil melihatnya. Padahal kalau di lihat lihat mereka terlibat
cantik hanya saja tertutup makeup yang tebal.

Mengenyahkan pemikirannya senja melangkah memasuki salah satu bilik


kosong. Disaat dia membuang air maninya. Senja sedikit mencuri dengar
dengan percakapan sekelompok siswi menor tadi.

"Eh tahu nggak kalo ada siswi baru yang deket sama gengnya fajar"

"Eh iya gue baru inget"

"Nggak nyangka sih kalo siswi itu berani deketin gengnya fajar"

"Tapi kata temen aku yang kelasnya deket fajar dkk mentari sama si bulan itu
yang duluan deketin si anak baru"

"Iya tuh kalo di lihat tadi waktu di kantin juga fajar cuek cuek aja tuh sama
prince"

"Ah udahlah mendingan kita cari mangsa baru aja dompet gue tipis nih mana
liptin abis"

"Gasss lah hahaha"


Tak lama serelah itu ruangan toilet iru menjadi sunyi. Lalu senja keluar dari
salah satu bilik memandang pintu toilet yang terbuka lebar itu lalu
menggelengkan kepala sedikit. Dia tahu sekarang mereka pasti sekelompok
orang yang suka membully murid lainnya. Bedanya senja yakin kalau mereka
hanya memalak orang saja. Karena dari yang senja dengar mereka nampak
cuek dengan berita yang mungkin hot itu.

Senja mulai berjalan kearah walk in closet. Membasuh tangannya lalu


mengeringkannya dengan tisu yang ia ambil dari gulungan. Lalu melangkah
keluar dari toilet. Entah bagaimana ia kurang fokus saat berjalan hingga tak
menatap ke depan. Tanpa ia sadari ada seseorang yang juga baru keluar dari
toilet dari arah berlawanan. Dan...

Bughh

Mereka bertabrakan dengan senja yang hampir jatuh terlentang karena tak bisa
menjaga keseimbangan tubuhnya. Syukurnya orang yang menabrak senja cepat
tanggap hingga akhirnya mereka berada di posisi saling bepelukan.

Senja yang merasa tubuhnya direngkuh kuat lantas membuka matanya


menatap pria jangkung yang merengkuhnya itu dengan mata yang terbelalak
kaget. Pria yang merengkuhnya itu adalah fajar. Orang yang mengantar dirinya
ke toilet. Sedangkan fajar hanya menatap datar senja.

"m-maaf" cicit senja lalu buru buru melepaskan diri dari rengkuhan itu.

"Lain kali kalo jalan lihat lihat"ucap fajar

"i-iya sekali lagi aku minta maaf aku permisi kekelas dulu" ucap senja dan
melangkah dengan terburu namun langkahnya terhenti saat tangan besar
menarik lengannya.

"Bareng aja lagian kelas kita sama" ucap fajar sambil melepaskan genggaman
tangannya dari lengan senja.
"O-oke" jantung senja rasanya ingin meledak saat itu juga. Jadi gini rasanya di
peluk cowok. Batin senja polos

Maklum belum pernah di  alusin  cowok ya gini🙄

Mereka lantas berjalan dengan beriringan. Keadaan mereka sama seperti saat
mereka menuju toilet. Hening~

Dan tanpa mereka sadari. Seorang gadis cantik berambut panjang coklat
kemerahan. Melihat semua kejadian itu dengan tangan terkepal.+

"Lo itu milik gue dan selamanya bakal begitu"

Happy reading

Pelajaran fisika tengah berlangsung di kelas XII MIPA I. Dengan guru yang
membimbing mereka. Yang memiliki wajah sangar dengan kumis lebatnya.
Sebut saja namanya pak hudi. Salah satu guru kiler di sekolah  SKYNDICE.  Beliau
mengajar pelajaran fisika dan matematika. Dengan jatah pelajaran pada dua
kelas XII yaitu mengajar fisika di kelas MIPA I dan MIPA III. sedangkan di
pelajaran matematika beliau mendapat jatah 5 kelas. Tiga dikelas XI MIPA I-III,
dan dua kelas di kelas X MIPA I-II.

Biasanya pak hudi akan melangsungkan kuis atau ulangan dadakan. Seperti
yang di alami kelas dengan julakan 'THE CLASS  HANDSOME'.  h suasana di sana
tampak tegang. Bagaimana tidak ulangan dadakan yang di selenggarakan pak
hudi itu benar benar membuat mereka harus berpikir keras. Padahal baru tadi
mereka bersorak sorai karena freeclass. ehh pak hudi tiba tiba main nyelonong
masuk. Mana ngasih ulangan dadakan di saat pelajaran fisika yang seharusnya
besok lagi.

"Bell istirahat akan berbunyi 15 menit lagi, semua kertas harus sudah
terkumpul di meja bapak mau kosong atau bagaimana pun, paham!" Ucap pak
hudi tegas menatap tajam para muridnya yang menunduk takut.

"Paham pak!"
Tak terasa 15 menit telah berlalu. Para murid telah mengumpulkan kertas
mereka masing masing dengan wajah suntuk. Pak hudi juga sudah pergi
menuju ruangan kerjanya. Kini kelas di penuhi dengan teriakan lelah para murid
di kelas pintar dan cantik ini.

"Sumpah yah baru juga mau leha leha malah di kasih soal fisika mana tuh rumis
nggak tahu bener apa salah lagi"

"Sumpah yah nih otak hampir aja bocor"

"Huhuhu mata aku sakit ngeliat angka angka tak bermoral itu"

"Tau mau tuh nilai anjlog atau telur ayam gue mah bodat salah siapa datangnya
kek jelangkung"

"Aduh aduh keknya gue gegar otak deh aduhhhh"

Lenguhan demi lenguhan murid keluar begitu saja dari mulut mereka. Namun
ada juga yang langsung tertidur di lantai dekat bangkunya. Beda lagi dengan
para tokoh kita fajar dkk. Mereka tampak asyik sendiri. Senja,bulan dan mentari
tengah bergosip ria. Fajar dan prince yang tengah menonton adu panco aksan
dan angga.

Ruang kelas ini sungguh berisik berbeda dari kelas yang lain mereka tampak
tenang duduk di kelas. Dari pada menjelaskan lebih spesifik keadaan kelas mari
kita beralih pada trio visual kita ini.

"Uhh beneran dehh si langit dah pulang dari singapur nggak sabar liat muka
handsomenya"ucap mentari antusias

"Si langit itu siapa?" Tanya senja

"Captain basket sekolah kita, dia terkenal sama mukanya yang katanya tampan
badannya yang berotot and  tinggi biasalah namanya juga anak basket nggak di
ragukan lagi" ucap bulan
"Ihh sumpah yah nja lo harus liat nanti pas istirahat ke dua katanya mereka
bakal kumpul di Lb" ucap mentari antusias

(Lb= lapangan basket)

"Boleh aja lagian aku juga belum liat lapangan basketnya" ucap senja

"Nah iyah tuh sekalian cuci mata hihi"ucap mentari sedangkan senja dan bulan
hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Ehh tapi nja tau nggak? Semenjak kita keluar kantin banyak yang lirik kamu
lohhh, nggak di ragukan sihh kayaknya lo bakal jadi selebriti sekolah" ucap
mentari membuat senja mengeryitkan dahi tak paham

"Perasaan aku nggak mencolok banget juga baru masuk sekolah masa udah
jadi bahan gosip?" Ucap senja heran

"Senja senja lo itu tuh cantik lemah lembut dah gitu pinter tapi yang lebih
mencolok lagi lo baru masuk dah bareng kita kita ini termasuk fajar, gini gini
kita primadona sekolah banyak yang pengen berteman sama kita" ucap bulan

"Lho? Terus kalian kenapa kok mau temenan sama aku?" Tanya senja heran

"Yang di bilang bulan tadi lo cantik lemah lembut dah gitu pinter bedanya lo
nggak pilih pilih temen udah keliatan gimana lo langsung terima kita aja
padahal baru kenal" ucap mentari

"I-iya sih sebenernya agak ragu tapi ya udah kalo kalian ngianatin aku juga aku
nggak papa kok"ucap senja

" yaelah mana mungkin kita ngianatin lo kita setia kawin kok"ucap mentari
yang langsung di balas geplakan maut pada bibir tipisnya

"Kawan begoo"ucap bulan pelaku geplakan maut mentari

"Ya nggak usah di geplak juga bibir seksoy tari" ucap tari sambil menggosok
pelan bibirnya
Terkekeh kecil melihat itu lantas senja tersenyum manis pada kedua temen
barunya. Dia tidak menyangka tindakannya untuk pindah adalah benar.
Awalanya dia ragu untuk pindah ke kota pusat takutnya di sini malah lebih
mengerikan. Taunya disini orqng irangnya friendly semua. Nggak ada yang beda
bedain miskin atau pun kaya terlihat jelas dari cofer mereka. Namun senja
masih tak memberitahukan bahwa dia anak panti yang di tinggal ayah dan
ibunya. Dia ragu jika dia beri tahu pada teman temannya. Dia takut mengalamai
nasib yang sama. Walau dia tahu anak anak di sini berteman tanpa pandang
bulu.

Ahhh bicara tentang nasibnya yang anak panti kini senja rindu pantinya yang
lama. Padahal baru satu hari dia pergi dari sana. Biasanya jika jam segini kalau
libur dia akan ikut mengajar anak anak di panti. Huhh mengingat itu rasanya
senja ingin menangis. Mengenyahkan pemikirannya lantas senja mengambil
ponselnya yang berada di lacinya. Ingin mengirim foto kelas barunya pada ibu
panti yang lama dan sekarang.

Cekrek

Suara cekrekan foto lantas mengundang atensi kedua gadis yang tengah adu
mulut. Menatap sang pelaku dengan linglung.

"Senja lo motret kita yah?" Tanya mentari

"Nggak kok motret depan kelas kita buat aku kirim ke temen lama aku" ucap
senja, bohong tentang dia yang mengirimnya ke teman lama dia bahkan tak
pernah bertegur sapa sekalipun dengan teman sekolahnya dulu. Senja tak
punya teman selain keluarga besar panti.

"Ahh tapi gue nggak kelihatan kan? Gue nggak pake makeup soalnya takut
muka ku burik" ucap mentari sambil memegang kedua pipinya sedangkan
bulan yang melihatnya memutar bola matanya malas

"Dari orok juga dah burik kali!"


"Ish sekali kali muji gue kek!" ucap senja sambil menonjok bahu bulan yang
tentunya tak sakit

"Komuk lo minta di nistain"

"Jahad!"

Senja yang mendengar perdebatan kedua temannya terkekeh kecil. Ia bahkan


tak menyangka dapat berteman dengan dua gadis absurd di depannya. Namun
jika ditanya tentang visual mereka tentu wajah mereka teramat cantik. Hanya
saja tertutup tinggkah absurd mereka. Sama seperti angga yang dapat julukan
bencong handsome dan aksan si lambe ganteng. Julukan 'THE
CLASS  HANDSOME'  itu memang benar adanya. Di kelas ini semuanya terlihat
cantik dan tampan. Namun beberapa kelas juga punya primadona mereka
sendiri kok.

Setelah berlama lama di kelas tak terasa lima menit lagi bell istirahat kedua
sudah berbunyi.Namun kelas XII MIPA I terlihat kosong.bisa di bilang satu kelas
bolos. Rata rata penghuni kelas beralih ke kantin mengisi perut mereka yang
butuh asupan. Nahh kalo yang cewek kebanyakan mereka pergi ke lapangan
basket. Seperti yang di katakan mentari tadi. Di lapangan basket kini sudah
mulai ramai padahal bell istirahat belum berbunyi.

Kita beralih saja pada trio kita ini. Mereka tengah duduk di tempat duduk yang
telah di sediakan di pinggir lapangan basket. Di tangan mereka masing masing
menggenggam botol mineral yang tinggal separuh. Mentari terlihat antusias
menatap barisan anggota basket yang masih segar itu.

"Nja tuh tuh liat yang paling kanan itu yang tinggi gagah ganteng itu yang
namanya langit, gantengkan?" Ucap mentari sambil menunjuk pemuda yang
memakai pakaian basketnya tengah berdiri tegap memandang sang pelatih
yang tengah berpidato.

Senja yang melihat itu mengangguk setuju. Memang pria yang di bilang mentari
bernama langit itu terlihat sangat tampan. Kulitnya yang putih bersih, tubuh
tinggi tak lupa dengan bisep yang terlihat kekar dan wajahnya yang rupawan.
Sejenak senja merasa terpesona.

"Eh eh eh mereka mau mulai huwaaaa mamah huhuhu mereka emang paling
pinter bikin jantung anak orang bedebar ampe mau meledak" ucap mentari
dramatis membuat kedua temannya yang tengah mengapitnya menggelengkan
kepala mereka pelan

Lantas ketiganya mulai menonton kembali pertandingan basket yang kini


tengah mulai. Sesekali mentari dan penonton cewek lainnya akan berteriak
histeris menyemangati idola mereka.

Ngomong ngomong tentang basket. Club basket di sekolah ini punya dua tim.
Yang pertama adalah tim 'SKY HIGH'  dan kedua adalah tim 'SKYNDICE'.  Tim
pertama di ketuai oleh Langit karandra mahendra anak kelas XII MIPA II dia
terkenal di sekolah ini sebagai selebrity sekolah dan captain basket. Sedangkan
di tim kedua di ketuai oleh Praditya pamungkas yang biasa di panggil ditya ini
anak kelas XII IPS I dia terkenal akan kepintarannya di bidang akademik sejarah
dan olahraga makanya tubuhnya tampak kekar. Biasanya kedua tim ini akan di
seleksi jika adanya pengadaan lomba basket. Dan yang paling sering membawa
piala maupun piagam adalah tim 'SKY HIGH'  yang di ketuai langit tak heran
langit dan timnya lebih unggul jika tentang popularitas di basket.

Betapa beruntungnya senja. Dia bahkan baru masuk kesekolah ini tadi pagi tapi
sudah di suguhkan pemandangan indah para laki laki tampan yang banjir
keringat. Terlihat seksi. Membuat fans berat mereka berteriak histeris saat
sesekali mereka menyugar rambutnya yang lepek memperlihatkan dahi mereka
yang banjir keringat.

"AAAA sumpah senjaaaa mereka seksi banget dah kek bias aku kalo lagi
ngonser!" Teriak mentari histeris

"Pertandingan kali ini keknya sengit banget yah? Biasanya mereka nggak kek
gini banget deh" ucap bulan tiba tiba
"Iya juga sih, tapi kan yang kayak gini itu udah biasa namanya juga
pertandingan" ucap senja santai

"Iya juga tapi ini tuh bukan seleksi biasanya kalo pertandingan biasa mereka
santai aja mainnya" ucap bulan lalu mentari yang kini kalem mendengarkan
obrolan pendek senja dan bulan lantas menyikut lengan bulan

"Lo lupa lan rumor kalo timnya si ditya itu dari seleksi bulan lalu kalo ditya
nuduh timnya langit curang padahal jelas jelas si ditya sama timnya yang
curang keknya mereka lagi pada punya dendam kesumat masing masing
jadinya kek gitu" ucap mentari yang langsung di angguki paham keduanya

"Gue lupa, tapi kenapa baru kali ini mereka bener bener jadi musuh biasnya
juga friendly aja tuh?" Tanya senja

"Entahlah mungkin masalah pribadi si aksan juga nggak tahu kenapa padahal
dia yang selalu tahu sama masalah yang ada di sekolah" ucap mentari

"Keknya emang masalah pribadi deh lihat aja mereka berdua kek saling serang
gitu" ucap bulan lantas menunjuk dengan dagunya kedua pria yang kini
memperebutkan bola dengan tatapan tajamnya

"Wahhh nggak lama pasti ada war" ucap mentari antusias.

"Hadeuhhh emang cuman bocah ini yang kek gini, idolanya bakalan terluka
malah seneng?" Ucap bulan menggelengkan kepalanya dan menepuk lembut
dahinya tak habis pikir.

"Hush jangan bilang gitu dulu mungkin aja apa yang kalian mungkin kan nggak
kejadian?" Ucap senja

"Peran kita di sini cukup jadi penonton"

~~~

Sementara di sisi lain tempat area pertandingan basket yang tengah


berlangsung. Tampak kedua tim saling memperebutkan bola orange. Selisih
poin mereka hanya satu poin saja. Tinggal satu kali lagi bola itu masuk maka
salah satu tim di nyatakan menang dalam babak ini.

"Ngalah aja lo!" Teriak pemuda berkulit tan pada pemuda di hadapannya.

"Punya hak apa lo nyuruh gue ngalah?!" Tungkas pemuda tersebut yang tak lain
adalah Langit

Berdecih sarkas lantas menggiring bola mencoba menjauhkannya dari


jangkauan sang lawan. Ditya terlihat sedikit kualahan, biar bagaimana pun yang
dia lawan adalah rajanya basket di jakarta. Meski beberapa kali dia pernah
menang melawan langit namun tak di pungkiri langit adalah lawan terberatnya
sampai sekarang bersyukur di saat menang melawan tim langit waktu itu
karena tim langit yang ber kendala. Sedangkan kali ini tidak ada kendala sama
sekali kedua tim itu benar benar saling melawan dengan brutal.

"Ditya lempar bolanya kesini woy!" Teriak salah satu rekan ditya

"Nggak perlu gue sendiri bisa nanganin!" Balas ditya sambil berlari dengan bola
orange yang terus ia dirble

Langit yang mendengar itu mendecih. Ohh betapa bodohnya laki laki ini. Tak
sadarkah dia sudah masuk perangkapnya.

"JO!" Teriak langit tiba tiba yang di angguki lelaki yang di panggil jo itu.

Johan adikta, pria tampan seusia langit itu nampak mengepung ditya dengan
dua rekannya. Algras argantara nampak mengambil alih bola saat ditya mulai
lengah ia mendrible bola menjauh dari kerumunan musuh. Dia mengcode langit
untuk menangkap bola dan dengan sigap langit menangkapnya. Langit berada
tepat di depan gawang lawan jadi dia tinggal melompat memasukkan bola itu
dann.

"YEAHHHHHHH"

"WOYYY KITA MENANG HAHAHAHA"


sorak sorai memenuhi lapangan basket. Dengan final akhir pertandingan yang
sempat membuat semua orang tercengang kini mereka tampak puas akan hasil
pertandingan. Tim  'SKY HIGH'  menang dengan perbedaan poin satu poin. Kini
langit tengah di bopong dua rekannya pada bahu mereka berdua. Sedangkan
tim  'SKYNDICE'  nampak duduk di area istirahat mereka dengan muka masam.
Pendukung mereka juga nampak kecewa dengan hasil yang menyatakan bahwa
tim yang mereka dukung kalah.

"Emang sky high itu yang terbaik dari yang terbaik nggak ada yang busa
ngalahin mereka" ucap bangga mentari

"Udah aku dugong mereka itu licik jadi skyndice bakal kalah, kalo skyndice
menang kekuatannya, kalo sky high akalnya, mereka pinter dan licik nggak
kaget aku kalo mereka punya banyak musuh saingan" ucap bulan yang di
angguki mentari

Lantas ketiganya mulai melangkah meninggalkan area lapangan. Mentari bilang


dia lapar akibat terus terusan berteriak. Jadi mereka sekarang tengah menuju
kantin.

Saat tengah berjalan sembari bersenda gurau dari arah kanan mereka tak
sengaja melihat fajar dan antek anteknya yang tengah berjalan. Fajar dkk
nampak berjalan menuju ketiganya saat mendengar aksan dan angga meneriaki
nama mereka bertiga. Lantas ketiganya diam di tempat menunggu para lelaki
most wanted itu datang menghampiri. Sesekali mentari dan bulan akan
berdecih atau merotasikan matanya malas saat melihat para pria pejantan itu
tebar pesona.

"Helooo girl's dari mana nih?" Tanya angga sembari menggandeng lengan
mentari saat mereka sampi di hadapan ketiganya.

"Dari Lb habis nonton basket" balas senja saat kedua temannya diam

"Kalian kemana aja biasanya juga kalian yang paling semangat kalo ada yang
kek gini tumben banget angkrem kek ayam" ucap bulan malas
(Angkrem=diam di tempat)

"Ada misi yang harus kita jalani" ucap aksan sembari menyugar rambutnya
membuat para cewek yang berkerumun di kejauhan melihat mereka berteriak
histeris.

"Ck kantin aja yuk laper nihhh" desak mentari yang langsung di angguki semua

"Kita juga mau ke kanti laper kuyyy babeh fajar nih yang traktir" ucap aksan
membuat fajar mendelik

"Udahlah lo kan punya blackcard duit seratusan menumpuk di dompet


sumbangin dikit kek buat temen ndiri juga" ucap angga sambil menepuk bahu
fajar sedangkan fajar hanya menghela napas pasrah lantas berjalan mendahului
temannya.

"Asikkk di traktir fajar huhuyyy!" Teriak aksan sembari berjoget ria

Teman temannya hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir lalu


melenggang pergi meninggalkan aksan yang masih berjoget ria di temani
tatapan aneh sekumpulan cewek itu.

"HEH! Lucknut lo semua tinggalin ai tunguin WOI!" teriak aksan lantas berlari
sembari menahan malu.

"Hahhh  untung ganteng"

"Neng geulis mau beli apa?" Tanya ibu penjaga warung

"Oh iya berasnya 10 kilo, minyak 2 liter, cabe sama bawangnya masing masing
setengah kilo, popoknya yang isi 50 merk M*M* P**O ukurannya L, bawang
putih, jahe, daun salam, sereh, gula pasir sama gula jawanya seperempat
kilo,kecapnya satu renteng sama susu formula yang S*M sama B*N*TO satu
yang besar" ucap senja
"S*M nya yang amanda kan neng?" Tanya ibu warung sembari mengambil
pesanan senja

"Iya bu rasanya masing masing cokelat yah bu" ucap senja yang di angguki ibu
warung

"Oh yah! Garam daun sama S*S* mecinnya yang 5rb bu" ucap senja sembari iku
membantu menata barangnya

"Sabun nggak neng?"

"Sabun masih banyak mungkin minggu depan balik lagi kesini"ucap senja
tersenyum lembut

"Eneng kalo tiap hari kesini juga nggak papa" ucap ibu warung sembari tekekeh
pelan

"Oh iya ibu baru lihat eneng kayaknya eneng pindahan yah?" Tanya ibu warung

"Oh iya bu saya senja pindahan dari bogor" jawab senja sembari menata
barangnya yang sudah di hitung.

"Oalah eneng geulis saya kirain teh blasteran, eh eneng blasteran bule kan
yah?" Tanya ibu warung lantas senja tersenyum simpul

"Bukan bu asli bogor"

"Ibu bapaknya cantik ganteng yah neng? Makanya eneng teh geulis pisan,
bahasanya orang bule apa yak? Oh yah insekur hehe ibu jadi insekur sama
kamu" ucap ibu warung membuat senja tertawa kecil ibu ini lucu sekali.

"Iya bu, kalo gitu saya pamit yah permisi" pamit senja

"Oh mangga neng kapan kapan mampir yah"

"Iya bu"
Setelah berpamitan pada ibu penjaga warung. Senja mulai mengangkat dus
berisi sembako. Untuk berasnya senja tak membawanya pulang. Bu yuni bilang
bahwa pak agus yang akan mengambil beras pesanannya.

TIIIT...  TIIIT...

Bunyi klakson motor membuat senja tersentak kaget. Lalu ia berbalik melihat
sang peluka. Motor ninja hitam dengan sang pemilik yang memakai baju serba
hitam dan helm  full face    berwarna hitam. Bergidik ngeri,dia mau culik
aku?  Pikir senja.

Pemikiran senja terhapus kala melihat sang empunya membuka helm hitam.
Menampakkan wajahnya yang rupawan tanpa cacat sedikitpun. Dari pagi senja
merasa dia selalu melihat pria tampan dimanapun. Padahal waktu di bogor
para lelaki di sekolahnya tak ada yang setampan ini.

"Ngapain malam malam di sini sendiri?" Tanya pria itu membuat senja
menghela napas

"Rumah aku di sekitar sini, harusnya aku yang tanya sama kamu" ucap senja
lalu meletakkan kardus itu ke aspal setelah di rasa tangannya sakit.

"Apaan tuh?"

"Sembako"

"Lo mau bagi bagi sembako malam malam?"

"Ya enggak lah! Ini keperluan rumah aku"

Pria itu lantas kembali melihat kardus cokelat besar itu lalu menatap senja dari
bawah hingga atas.

"He? Nggak nyangka bocah pendek kayak lo kuat ngangkat beban sebesar ini?"
Ucap pria itu tersenyum sinis

"Nggak tuh aku nggak sekuat itu, buktinya aku nggak bisa ngangkat barble"
balas senja sinis
"Biasanya cewek kalo di hadapan gue bakal di imut imutin kelihatan kalo dia
pengen aku bantuin, nggak nyangka cewek kayak lo masih ada ternyata" ucap
fajar menatap senja intens sedangkan yang di tatap mendecih pelan.

"Mau kamu apa sih fajar? Kalo nggak mau apa apa aku mau pulang udah di
tunggu di rumah" tukas senja pada pria yang ternyata fajar itu.

"Emangnya lo mau gue apa apain"ucap fajar tersenyum manis membuat senja
bergidik ngeri.

"Apaan sih nggak yah"

"Tadi pagi yang aku anter ke toilet malu malu kucing siapa yah?" Sindir fajar
membuat senja mendelik ke arahnya.

"Itukan kita baru kenal nama lagian waktu itu kamu sok cool banget" desis
senja membuat fajar terkekeh kecil. Ganteng banget.

"Terserah lo aja sih"

"Sini gue anterin nanti kalo lo bopong ampe rumah, takutnya tetiba jadi
kurcaci" ucap fajar membuat senja kembali mendelik kesal. Hahh ada gitu
jelmaan manusia ganteng tapi nyebelinnya minta ampun.

"Mau nggak gue bantu nih ikhlas nggak pake pungutan" ucap fajar membuat
senja berpikir. Mereka itu baru kenal.

"Hahhh lo udah gede nggak usah mikir gue mau nyulik lo nggak mampu gue
kalau ngangkat badan gajah lo" ucap fajar membuat senja melotot tak senang.
He? Tadi dia bilang dia itu pendeklah kurcacilah ini tiba tiba di bilang gajah.
Siapapun orang apa lagi perempuan pasti akan marah mendengarnya.

"Gue nggak mau nunggu yang nggak pasti yah kalo nggak mau gue tinggal"

Satu

Brumm  brumm
Dua

Brumm  brummm

Ti...

"Ikuttttt!"

○○●●●○○

Kicauan burung terdengar sangat merdu. Sang fajar pun kini telah berdiri
dengan gagahnya di ufuk timur. Senja terlihat tengah berjalan menyusuri
jalanan setapak dengan riang. Pagi ini entah mengapa terasa begitu ceria.
Suasana hatinya begitu baik.

Ngomong ngomong tentang kejadian semalam. Senja kembali tersipu ahh


apakah dia jatuh cinta?. Atau jatuh pada pesona fajar?. Memikirkan itu senja
lantas mengenyahkan pemikirannya. Ahh tidak mungkin kan? Mereka baru saja
mengobrol santai saat malam tadi. Ah yah saat sampai di rumah panti fajar
sempat bertanya.

"Rumah lo terlihat megah, kenapa nggak Art aja yang beli keperluan di
supermarket?"

Pertanyaan dari fajar membuat gugup senja. Untunglah senja bisa berbohong
dan fajar juga percaya percaya saja padanya.hahh senja pagi yang indah ini
seharusnya kita bersenang senang bukan?.

Setelah sampai di halte senja pun berdiri tak jauh dari kursi penunggu.
Sebenarnya ingin duduk. Namun melihat kursi penunggu yang penuh juga
banyak siswa siswi yang juga berdiri tentu senja berdiri mana berani dia
mengusir orang orang yang tengah duduk santai.

Saat tengah menunggu tiba tiba mobil mewah berwarna kuning berhenti di
depan senja. Mobil berjenis sport ini membuat senja termangu kagum sekaligus
para calon penumpang bus. Tak lama kaca mobil menurun memperlihatkan
gadis sebayanya yang terlihat anggun dan cantik.
"Lo yang namanya senja kan?" Tanya gadis itu yang di balas anggukan oleh
senja.

"Emm boleh minta waktu sebentar nggak?" Ucap gadis itu membuat senja
bingung

"Kita satu sekolah bareng aja sama gue sekalian gue mau ngobrol dikit sama lo,
mau?" Ucap gadis itu membuat senja termenung ragu.

"Gue bintang dari kelas sebelah lo" ucap gadis bernama bintang itu.

"Emm nggak ngerepotin yah?"

"Nggak kok, lo nebeng ka gue, gue ngobrol sama lo, but ini sebanding kan?"
Ucap bintang membuat senja mengiyakanya yang di sambut antusia senja.

"Duduk di samping akau sini" ucap binta sembari menepuk kursi penumpang di
sebelahnya.

Lantas senja berjalan berputar mengelilingi mobil dan membuka pintu mobil.
Setelahnya ia duduk bergerak sedikit mencari posisi nyaman. Mobilnya sangat
harum dan nyaman.

"Udah?"

"Udah"

"Okey lest go"

Kini kedua gadis cantik itu tengah menikmati alunan musik klasik dari mobil
bintang. Senja nampak sudah terlihat nyaman dengan bintang setelah
beberapa kali berbincang santai.

Tak terasa mereka telah sampai di sekolah. Mobil bintang mulai memasuki
pekarangan sekolah menuju parkir mobil. Setelah sampai bintang mengajak
senja bertemu di taman belakang sekolah setelah meletakkan tas mereka nanti.
Senja hanya mengiyakan lantas mereka kembali berjalan di iringi obrolan
ringan.
Senja lantas memasuki ruang kelasnya yang kini sedikit ramai. Dia menuju
mejanya dan meletakkan ransel hitamnya di gantungan meja. Lalu kembali
keluar untuk memenuhi janjinya pada bintang.

"Loh? Senja mau kemana lagi? Di sini aja ngobrol sama kita" ucap seorang gadis
manis teman sekelas senja

"Makasih tapi maaf aku ada janji sama orang di taman belakang lain kali aja yah
ngobrolnya dadah" ucap senja sambil melambai kearah gadis itu

"Em dahh"

"Can, senja kenapa?" Tanya mentari saat melihat senja berjalan keluar dari
pintu sebrang

"Ahh katanya ada janji sama orang di taman belakang" ucap gadis bernama
cantika itu.

"Ohh" balas mentari

"Kira kira senja mau ketemu sama siapa yah?"

"Bulan, tapi dia kan masih di jalan"

"Aksan angga, hufttt ngapain juga mereka ketemu secara pribadi"

"Fajar prince?, astaga kamu mikir apa sih mentari, bego banget ya kali senja
deket sama duo kutub itu"

"Au ah lieur"

Beralih kembali pada senja. Kini senja tengah berjalan sendiri melewati lorong
kelas yang ramai. Dia tengah menuju taman belakang dimana dia pertama kali
bertemu dengan kapten basket. Setelah beberapa menit berjalan dia sampai di
taman belakang. Saat matanya tengah berputar menatap sekeliling berharap
menemukan apa yang dia cari. Namun belum sempat ketemu, tangannya sudah
di tarik paksa.
Saat dirinya berhenti dan tak lagi di seret. Senja menatap sekeliling dan sang
pelaku yang kini membelakanginya. Senja di seret ke gudang sekolah yang
memang letaknya berdekatan dengan taman. Tempat ini sangat sepi jarang
sekali ada siswa siswi, guru maupun pengurus sekolah lewat kemari. Saat senja
menatap pelaku, dia adalah seorang gadis yang ia yakini pasti dia orang yang ia
cari. Namun kenapa dia membawanya ke gudang?.

"Gue nggak mau basa basi" tukas gadis yang sekarang berbalik menatap senja
tajam.

Senja yang melihat gadis itu terkejut. Karena dia orang yang baru dia kenal.
Bintang aula firdhan

"Lo! Senja putri langit!" Tekan bintang sambil menunjuk wajah senja tajam.

"Gue minta! Jauhin fajar dari sekarang!"

"Jangan pernah lo deketin fajar! Apa lagi berhubungan sama fajar!" Tekan
bintang lantas bintang mendekat ke arah senja yang kini terpojok lalu mengelus
pipi senja lembut.

"Karena gue itu tunangan sah fajar!"

"Lo tau, kalau kita, aku dan fajar lulus jadi sarjana"

"Kita bakal langsung nikah" ucap bintang laku tersenyum manis membuat senja
bergidik takut. Bintang mulai menjauhkan tangannya dari pipi senja.

"Dan lo! Karena lo fajar jadi lebih menjauh!"

Plak

Bintang baru saja menampar senja membuat senja meringis kecil. Senja lantas
memegang pipinya yang terasa panas. Ia menatap bintang takut.

"Heh! ini baru permulaan"


"Kalo lo lakuin lebih dari kemarin" bintang memajukan wajahnya lantas
berbisik

"Gue bakal lakuin lebih dari ini"  ucap bintang sembari menyeringai membuat
senja bingung.

"K-kemarin?"

"Lo!" Ucap bintang marah sembari menunjuk senja tajam

"BERANI BANGET LO LUPAIN KEJADIAN KEMARIN, EMANG LO SIAPA HAH!"

plak

Bugh

"A-ah"

"Hei"

"Kejadian yang bikin gue marah besar itu" bintang menurunkan badannya
sedikit menatap senja yang terkulai di lantai yang dingin setelah dia
menendang perut senja.

"Waktu lo ke toilet siswi dan lo!" Tekan bintang menunjuk senja tajam

"LO BERANI BERANINYA MELUK TUNANGAN GUE HAH!!!"

"LO SIAPA!?"

"GUE TANYA LO SIAPANYA TUNANGAN GUE!?"

"JAWAB JALANG!"

plak

Plak

Dugh

Bugh
"GUE BILANG JAWAB!" Teriak bintang sembari mengapit kedua pipi senja
dengan kencang membuat senja meringis ngilu.

"A-aku cuman t-temennya aja, g-gak lebih hiks" pada akhirnya tangis senja pun
pecah sembari menahan rasa sakitnya di sekujur tubuh.

"iya kalian cuman temen"

"TAPI LO ADA RASAKAN SAMA FAJAR JUJUR ATAU LO GUE CAMBUK!"

"hiks nggak, aku baru aja kenal sama fajar mana mungkin aku suka sama orang
yang bahkan aku baru kenal nama" ucap senja sembari sesenggukan

"Iya juga, tapi lo nggak bohong kan" tekan bintang

"M-mana mungkin aku bohong hiks hiks, aku emang baru kenal fajar dan juga
hiks aku cuman deket sama aksan"

"Huh oke kali ini lo gue lepas, tapi-"

"Kalo lo berbuat lebih dari ini gue juga bakal buat lo lebih menderita"

"Ingat itu" tunjuk bintang lantas ia berlalu meninggalkan senja yang terkulai
lemas sembari menangis menahan sakit.

"Hiks aku salah ternyata di sini sama aja hiks hiks"

Happy reading

Setelah kejadian senja yang di bully oleh bintang. Kini dia tengah berjalan
tertatih ke UKS untuk mengobati lukanya. Sekolah kini nampak sepi, senja
yakin pelajaran telah dimulai. Hahh padahal hari ini akan ada kuis kimia tapi ia
bolos.

Saat berjalan sembari melamun mengingat kata kata bintang yang terus
terngiang di otaknya. Senja di kagetkan oleh teriakan wanita paruh baya yang
kini tengah tergopoh gopoh mendekatinya.
"SENJA!"1

"Ya ampun senja, ibu cariin dari tadi ternyata di sini" ucap wanita itu yang tak
lain adalah ibu kepala sekolah

"Tadi kata bu ari kamu bolos pelajarannya, jadi ibu nyari kamu karena ibu yakin
kamu bukan tipe anak yang kayak gitu, taunya emang bener kayak gini"

"Kamu di bully sama siapa? Jawab aja nggak papa nggak usah takut, jawab
senja yang jujur!"

"Emm bintang" ucap senja pelan

"Bintang? Bintang siapa?" Tanya bu kepala sekolah bingung

"Bintang aula firdhan"ucap senja pelan seperti berbisik

"Oh! Anaknya pak alex, astaga berani sekali anak itu nyakitin kamu"

"Kamu kenapa? Kenapa dia sampe bully kamu hm?"

"A-aku nggak tahu, t-tapi dia bilang d-dia marah karena a-aku deket sama
tunangannya"

"Fajar aditya putra!?"

"Astaga anak itu, kenapa setiap siswi yang di bully biang keroknya dia" ucap bu
kepala sembari berkacak pinggang.

"Setiap?" Tanya senja bingung. Berarti selama ini di sini ada pembullyan karena
bintang yang cemburu pada cewek yang dekat dengan fajar?. Huh obsesi yang
gila

"Iya, jadi kata anak anak, bintang itu suka sama si fajar itu, tapi fajarnya itu
ndak suka malahan acuh tak acuh, jadinya bintang cuman bisa ngejar diam
diam sama ngebully anak cewek yang deket sama tunangan blangsaknya itu"
ucap bu kepala dengan logat jawa.
"Terus kalo nggak cinta kenapa tunangan?" Tanya senja heran sembari berjalan
saat bu kepala menarikanya pelan menuju UKS yang kini hanya beberapa meter
saja letaknya.

"Perjodohan, biasa senja namanya juga manusia buta harta jadi yahh apapun
bakal mereka lakuin demi dapet harta yang melimpah, termasuk jual anaknya
lewat perjodohan sama seperbisnisan dengan dalih mendapatkan gono gini"
ucap bu kepala lalu memasuki UKS sambil menggandeng lengan senja lembut
sedangkan senja mengangguk mengerti.

"Bu devi tolong obati nak senja yah" ucap bu kepala

"Oh iya bu, mari senja berbaring di brankar ibu ambil p3k dulu" ucap bu devi
dokter bedah dari rumah sakit negri yang kini memilih menjadi penjaga UKS
sekolah.

Setelah mendengar instruksi dokter senja mulai berbaring brankar. Lalu bu devi
dan bu kepala mendatanginya dengan kotak putih bertanda + di tangan bu
devi.

"Senja kamu diapain aja?"

"Hmm di tampar sama di tendang aja dok"

"Huftt bagian mana?"tanya bu devi lantas senja menunjuk kerah perutnya dan
wajahnya yang kini lebam lebam.

"Lepas jaketnya sama tarik keatas seragamnya ibu mau lihat kondisinya
takutnya bagian dalam ikut kena" ucap bu devi lalu membantu senja
melepaskan almamaternya dan menarik seragam putihnya memperlihatkan
perutnya yang putih bersih dengan lebam membiru yang melebar.
"Astaga ini nggak di tendang satu kali yah senja? Keliatan dari lukanya sampe
ngebentuk gitu" ucap bu devi lalu membuka kotak p3k nya.

"Cuman tiga kali sih dok, tapi aku nggak tau bakal kayak gini banget"

"Siapa bu?" Tanya bu devi pada bu kepala yang kini memandang luka senja.

"Bintang tunangannya si fajar itu" ucap bu kepala sarkas.

"Bu kayaknya ini harus di tindak lanjutin deh, masalahnya nggak satu dua orang
yang kena" ucap bu devi sambil mengoleskan obat merah pada pipi senja yang
sedikit lecet.

"Hufttt saya juga pengennya gitu, kalo cuma skors satu minggu dengan kasus
sebanyak ini, ini terlalu ringan"

"Para orangtua korban kebanyakan protes sama yayasan dan saya, tapi saya
nggak bisa apa apa, yayasan juga bener bener melindungi bintang yang
statusnya adalah tunangan calon direktur sekolah" ucap bu kepala lirih sembari
menghela napas membuat bu devi juga ikut menghela napasnya.

Mendengar percakapan dari kedua wanita itu. Senja dapat menyimpulkan


bahwa yayasan sekolah takut pada bintang karena statusnya. Tapi kenapa
cuman karena dia tunangan fajar? Kenapa nggak karena ayahnya saja?.

"Bu emang bintang itu siapa yah?" Tanya senja pelan pelan sembari meringis
kecil saat bu devi menekan luka perutnya dengan handuk yang terasa hangat.

"Sebenarnya bintang cuman anak dari Alex firdhan yang mempunyai


perusahaan kecil, namun karena dia bersahabat dengan orang tua fajar dari
SMA kabarnya dari fajar dan bintang kecil keduanya sudah di jodohkan, hanya
saja bintang harus pergi ke amerika untuk ibunya yang akan berobat di sana,
sampai akhirnya ibu bintang di nyatakan yelah tiada di usia bintang yang ke 16,
bintang dan keluarganya kembali ke indonesia dan terjadilah pertunangan
dadakan,semenjak pertunangan itu terjadi perusahaan firdhan's grup jadi
lebih maju, dan pak alex yang kini menjabat sebagai wakil yayasan di sekolah
kita kini berbuat semena mena, perbuatannya yang mengutamakan anaknya di
sekolah membuat beberapa orang tua protes, namun ayah fajar hanya acuh
seakan itu tidak mengganggunya, tapi ibu tak suka, ada masa saat vanessa
gadis yang di sukai fajar saat itu di siksa habis habisan oleh bintang vanessa
sampai harus di larikan kerumah sakit dan di nyatakan koma, kerana itu orang
tua vanessa menuntut sekolah kita di pengadilan dan akhirnya sekolah hanya
mengeluarkan uang untuk membiayai biaya rumah sakit vanessa"

"Dan kamu tau senja? Bintang hanya di hukum skors selama sebulan dan di
larang menemui siapapun kecuali pembantunya di rumah, tentu saja fajar saat
itu sempat murka bahkan meminta ayahnya untuk memutuskan
pertunangannya namun ayahnya menolak mentah mentah membuat fajar
semakin membenci bintang atas tindakannya yang masih ia lakukan hingga
saat ini" lanjut bu kepala membuatku tertegun

Hahh ini benar benar sudah gila. Dulu ia di bully karena statusnya. Sekarang
hanya karena cowok yang bahkan tak ada hubungannya dengan dia. Hufttt
senja bersyukur bintang tak tau pasal fajar yang memboncengnya kemarin
malam. Kalau sampai bintang tau senja yakin nasibnya akan sama dengan
perempuan yang bu kepala ceritakan.

"Senja kamu lain kali harus berhati hati dengan bintang dan fajar, ibu tak mau
kejadian itu terulang lagi hm?"

"Baik bu" patuh senja

"Nahhh senja sudah selesai kamu tiduran aja di sini istirahat yahh lagian nggak
papa kok membolos sesekali" ucap bu devi

"Benar kata bu devi senja bu ari akan mengerti kondisimu" ucap bu kepala
membuat ku menganggukkan kepala pasrah

"Yasudah ibu mau keruang bk sama menemui bu ari dulu, ibu tinggal yah?"
Ucap bu kepala yang di angguki senja.
Kini senja sudah sendiri. Senja berbaring dan melamun memikirkan kejadian
tadi. Hahhh cinta itu memang rumit. Tak semuanya seindah yang di harapkan.
Dari dulu bahkan senja tak pernah jatuh cinta pada siapapun. Karena dari dulu
senja merasa orang orang yang selama ini perhatian padanya karena rasa
kasihan.huh mendengar itu senja benci di kasihani. Dia merasa bahwa dirinya
tengah mengemis uang di jalanan.

Memikirkan itu senja lantas merengut. Seperti yang senja pikirkan waktu bu
kepala cerita. Senja harus menjauhi fajar dan bintang. Kedua sejoli itu benar
benar akan membuat senja tak tenang mulai sekarang. Dia harus menjauhi
teman temannya yang lain. Biar bagaimanapun mereka memiliki hubungan
yang erat dengan fajar. Dimana mereka ada di situ juga ada fajar. Huhhh
selamat tinggal teman pertama senja. Senja akan mulai menjauhi kalian mulai
sekarang.

○○●●●○○

Bell istirahat telah berbunyi, dimana para siswa telah menghabiskan dua materi
dalam dua setengah jam. Para siswa juga telah menyebar memenuhi setiap
sudut bangunan sekolah. Termasuk kantin yang kini ramai. Fajar dan kawan
kawan terlihat baru memasuki kantin membuat atensi para siswa menoleh
menatap mereka dengan kagum. Fajar dan kawan kawan duduk di tengah
tengah kantin yang memiliki meja terpanjang.

"Hufttt sebenernya senja tuh kemana sih kok nggak kelihatan yah?" Ucap
mentari sembari memutar bola matanya menatap sekitar.

"Iya gue yakin senja kenapa kenapa, karena senja bukan tipe orang yang kek
gitu apa lagi ini sampe bell istirahat" ucap bulan sembari mengaduk aduk
baksonya tanpa napsu.

"Bulan kalo nggak mau baksonya buat gue aja kasian nanti puyeng lo aduk
aduk begitu" ucap aksan membuat bulan mendelik.

"Ck keknya kita kudu cari deh takutnya kenapa napa si senja" decak mentari
"Lo pada tadi cari kemana aja emang?" Tanya prince sembari memakan
batagornya santai meski dalam hati tengah porak poranda.

"Kelas udah, toilet udah, kelas lain lain udah, taman udah, lapangan udah,
kantin udah, gudang udah" ucap mentari sembari menghitung dengan jarinya.

"UKS!!!" seru mereka yang pasti kecuali fajar dan prince hang hanya menjawab
pelan.

"Yodah hayuk kita lest go ke UKS sekarang!" Ucap mentari semangat lalu berdiri
dan hendak melangkah pergi namun tangannya di cekal oleh prince.

"Habisin makanannya dulu mubazir semuanya juga bulan!" Ucap prince


membuat mentari dan bulan mendesah pasrah lalu melanjutkan acara makan
mereka yang sempat tertunda.

Jika fajar yang acuh tak acuh dan memiliki jiwa lawak yang sangat rendah.
Prince adalah yang paling pengertian di sini walau dingin dia itu sebenarnya
soft banget kayak kulitnya. Kalo aksan itu jahil abis nggak jarang mentari suka
nangis di buatnya tapi dengan cara itulah dia membuat teman temannya
bahagia dengan ke absurdannya. Kalo angga dia julid abis dia sama aksan itu
udah kayak tom and jerry, tomnya angga jerrynya aksan. Kalo mentari dia
ceweknya friendly abis kadang kadang bar bar kadang kadang kalem kadang
juga buat orang jadi pengen nyubit ginjalnya gemeshh:). Nahhh kalo bulan dia
agak julid tapi kalo lagi baik manisnya minta ampun. Dia itu kebalikannya
mentari. Kalo mentari bisa berubah ubah sifat sesuai moodnya kalo bulan
nggak dia orangnya really banget. Julid yah julid, manis yah tetep aja manis,
kalo marah dia yang paling di takutin bahkan prince dan fajar aja kapok waktu
pernah buat bulan marah besar.

Oke back to story

"Emm misi boleh ikut gabung nggak?" Ucap seorang gadis membuat semua
atensi di meja panjang itu menatapnya.
"Mejanya penuh tinggal meja ini aja yang masih longgar panjang" ucapnya lagi

"Ck lo mau duduk sini kek mau berak sini kek jungkir balik kek, serah lo! bentar
lagi juga kita minggat" ucap angga membuat bulan menyenggol sikutnya.

"Bintang duduk aja di samping gue, sini" ucap mentari sembari menepuk kursi
kosong di sebelahnya.

Bintang yang mendengar itu mendesah pasrah. Padahal dia pengen duduk di
samping fajar yang kosong.

"Iyah makasih" ucap bintang sembari tersenyum dengan hati yang agak
dongkol.

"Cih nggak usah sok muna lo di hadapan kita, masih mending kita baek nerima
lo yang notabenya pembully tak berperasaan" ucap angga membuat bintang
tersenyum canggung dan mengepalkan tangannya diam diam menahan
amarah yang ingin meledak.

Menepuk pundak angga lantas aksan berucap "dia juga cewek kalo lo inget"

"Ck bodo males gue di sini panas tau nggak" ucap angga lalu melirik bintang
sinis. Memang angga lah yang selalu terang terang menampilkan kebenciannya
pada bintang beda dengan yang lain mereka masih bisa menahan kedongkolan
mereka apa lagi mentari yang pernah di bully habis habisan. Sebenarnya
mentari juga membenci bintang. Namun jika dia ikut menyerang seperti angga
dia takut itu akan memperburuk sifat bintang yang semakin semena mena.

"Udah kan? Kita pergi sekarang" ucap prince lalu di angguki semuanya.

Fajar dan kawan kawan telah meninggalkan kantin. Membuat bintang kini
semakin tersulut emosi mengingat perkataan angga tadi.

"Awas aja mereka, sebentar lagi hanya sebentar bintang lo bakal jadi nyonya
besar putra dan lo bisa balas dendam saat itu huh"
Kembali lagi pada fajar dkk. Kini mereka telah berjalan dengan angga yang
misuh misuh tak jelas perihal bintang. Tanpa mereka sadari mereka telah
sampai di UKS. Lantas mereka memasuki ruangan serba putih itu dan di sambut
oleh bu devi.

Setelah bercakap sedikit dengan bu devi. Kini angga, aksan, bulan dan mentari
misuh misuh sembari melangkah mendekati salah satu bankar yang tertutup
tirai.

"Huhh bisa bisanya tuh jalang nyakitin ayang senja" ucap aksan membuat
mentari mencubit pinggangnya pelan. Tentu saja itu tidak sakit.

"Kayaknya ini harus di tindak lanjutin deh" ucap mentari lalu naik ke bangsal
yang terdapat senja di sana. Kebetulan senja tengah tidur dengan plester
tertampal di beberapa sudut wajahnya.

"Hooh udah keterlaluan sih ini" ucap mentari lalu duduk di kursi yang telah di
sediakan.

"Waduhhh gimana nih jar" ucap angga sembari merangkul bahu fajar.

Sedangkan fajar dan prince menatap datar senja dengan pikiran yang entah
kemana. Memang kasus senja ini terbilang ringan. Namun bintang tak
melakukan ini sekali dua kali. Banyak cewek juga menjadi korban penindasan
bintang. Namun kebanyakan mereka tak di bawa keranah hukum sekolah. Jadi
mungkin saja masih ada korban selain senja di sini.

"Jar nggak ada solusi gitu, gue udah muak sama si nenek lampir" decak aksan
membuat fajar mengeryit.

"Lo pikir ini segampang lo minta traktir apa?" Desis fajar lalu dia keluar dari UKS
tanpa sepatah kata.

"Biarin aja aku tau dia pasti bisa nyari solusinya, ini udah jadi tanggung jawab
dia" ucap prince lalu duduk di pinggiran bangsal sembari menatap senja lekat.
"Ssh pelan pelan napa!" Teriak seorang pria membuat atensi mereka teralihkan
pada pintu yang kini terdapat dua pria dengan kaus basketnya.

"Loh! Itukan langit!" Teriak mentari tertahan.

Ucapan mentari membuat kedua pria yang terlihat jangkung beralih menatap
segerombolan manusia di salah satu bangsal. Lalu pria yang di panggil langit itu
kembali berjalan tertatih menuju bu devi yang kini tengah menatap beberapa
alat dan obat.

"Langit kenapa bisa kayak gini?" Tanya bu devi lalu berlutut pada langit yang 
kini duduk di kursi depan meja kerjanya.

"Keseleo dia bu"ucap lelaki yang terlihat manis itu.

"Makanya kalo lagi main basket juga harus hati hati biar nggak gini jadinya"
ucap bu devi pelan sembari membalut kaki kiri langit dengan perban khusus.

"Nahhh udah nanti kalo masih sakit ke tukang urut aja soalnya ibu cuman buat
darahnya itu mengalir seperti air" ucap bu devi dengan sedikit lawakan

"Ibu nggak cocok jadi pelawak bu lawakan ibu garing kek krupuk" ucap langut
membuat bu devi terkekeh pelan

"Ya kan ibu bukan pelawak ibu kan dokter gimana sih kalian" ucap bu devi lalu
menata kembali alat alat dan obat yang ia gunakan tadi.

"Y-ya iya sih" ucap langit sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ya udah yuk ada kelas nih kita" ucap teman langit yang bernama johan adikta

"Hayuk atuh" ucap langit lalu beranjak pergi dengan di tuntun johan.

Sedangkan segerombolan manusia yang tak lain adalah prince dkk. Karena
gabut jadi mereka terus memperhatikan. Tanpa mereka sadari orang yang
membuat mereka di sini telah sadar. Menatap sekitar dalam diam.
"Ini ada apa yah?" Tanya senja membuat mereka termasuk bu devi
menatapnya.

"Loh senja lo udah sadar!" Teriak pelan mentari

"Huwaaa untung aja luka lo nggak parah, kalo sampe iya gue penyek habis
habisan dia" ucap mentari sembari memeluk senja erat

"Dia? Dia siapa?" Tanya senja bingung. Mereka udah tau? Masa sih secepat ini?.
Pikir senja dalam hati

"Bintang Aula firdhan" ucap prince santai sembari menyodorkan botol mineral
pada senja setelah mentari melepas pelukannya.

"Nih lo haus kan?" Ucap prince lalu tangan senja terulur menerimanya.

"hm makasih" ucap senja lalu meminum air itu setelah di bantu duduk
bulan. Gue mah bukannya di  gituin  malah di olokin, mana teh manis yang buat
gue di abisin ama  bestod  lucknut-_- -curhat author.

"Huh jadi dari mana kalian tahu? Bukan dari bu devi kan?" Tanya senja lalu di
balas gelengan oleh temen temannya.

"kita kita tahu karena udah banyak korban yang di gituin, termasuk onoh" ucap
aksan sembari menunjuk mentari dan bulan dengan dagunya.

"iya nja bahkan mereka berdua lebih parah dari lo" ucap angga

"alesannya karena dia cemburu bulan ama mentari di anterin ama fajar" ucap
aksan

"aku tahu bu kepala sekolah cerita sama aku, dia juga yang pertama kali lihat
aku pas aku jalan ke UKS" ucap senja lalu menghela napasnya pelan.

"Sebenernya aku juga pernah jadi korban pembullyan di sekolah aku dulu"
ucap senja pelan membuat orang orang di sekitarnya melotot tak percaya.
"eh buset bening gini aja jadi korban bully lah yang kek serabi gosong apa
jadinya" tutur aksan membuat bulan menampar wajah tampannya.

"Berisik lu!"

"Jadi ini sebabnya lo pindah yah?" Lanjut bulan yang diangguki oleh senja
membuat mereka menghela napas pelan.

"Atuh eneng geulis teh nggak usah takut kalo di sini Aa angga akan siap jadi
benteng pertahanan eneng" ucap angga membuat aksan menggeplak
kepalanya hingga angga mengaduh sakit.

"Nggak usah di dengerin si inces mah" ucap aksan sembari memiting leher
angga pelan.

"Tapi kata kata angga ada benernya, lo nggak usah takut senja kita bakal
lindungin lo kok dari si binanjing" ucap mentari membuat senja terkekeh
mendengar kalimat terakhir mentari.

"Iya sekarang aku nggak takut kok, aku janji nggak bakal nyusahin kalian" ucap
senja sembari tersenyum manis kearah mereka.

"Lo nggak nyusahin kok nja yang nyusahin tuh duo tuyul entu" ucap bulan
sembari menunjuk angga dan aksan yang tengah bergelut.

"Enak aja lu bulandarigot badan segede thor lu kate kate" ucap aksan sembari
menatap bulan sinis.

"Dih enak aja gua baru aja jatoh dari kayangan di bilang dari got" ucap bulan
dan terjadilah perdebatan tak berujung antara duoA dan bulan mana si mentari
ikut ikutan lagi hadehhh.

Prince dan senja hanya menatap mereka pasrah. Udah tahu nanti ujung
ujungnya mereka tepar sendiri. Ato nggak di jewer ama bu devi baru deh
berhenti. Lama menatap teman temannya yang masih berdebat. Senja lantas
memutar atensinya dan terdiam menatap prince yang kini menatap
pertarungan di depannya datar tanpa ada beban.
Jika di lihat lihat prince tak kalah tampannya dari fajar dan langit. Sifatnya yang
biasa saja namun diam diam menghangatkan. Jujur saja senja pernah jatuh
dalam kegagumannya. Ngomong ngomong tentang langit. Tadi senja sempat
melihat langit berjalan keluar dengan di bantu oleh temannya. Hahhh langit itu
dia orang yang ramah dan hangat. Siapapun pasti merasa nyaman berada di
dekatnya termasuk senja.

Setelah lama menatap prince. Senja baru menyadari kini ruangan tengah
hening. Tak ada lagi suara gaduh dari keempat most wanted itu. Hanya hening
yang menyelimuti. Saat senja menatap kearah mereka hah senja tercengang.
Keadaan mereka sudah tak karuan. Apa lagi rambut mereka yang seperti sarang
burung itu. Saat senja kembali menatap prince. Tanpa sadar tatapan mereka
bertemu. Mereka saking bertatapan lama dan seolah hanyut dalam tatapan
masing masing.

○○●●●○○

Setelah kejadian tadi pagi yang ia menimpanya. Kini senja tengah berada di
kursi jok motor prince. Iyah hari kini mulai sore kebanyakan siswa dan siswi
telah pulang ada juga yang menunggu bus atau transportasi lain untuk busa
pulang. Senja juga sebenarnya ingin menunggu bus di halte. Namun teman
temannya melarang karena kondisi senja. Jadi prince menyarakan agar senja di
antar olehnya saja. Mentari dan bulan yang biasanya nebeng bersama angga
dan aksan. Bila kalian bertanya di mana fajar. Maka jawabannya hanya tuhan
dan Author yang tahu. 

"Ya udah kita mau langsung jalan nih bye semua" ucap mentari yang kini di
bonceng aksan lalu aksan mulai membawa motornya kearah jalanan beraspal
setelah berpamitan dengan teman temannya. Di susul senja dan bulan yang
berboncengan dengan angga. angga letoy letoy motornya paling gede lohh fajar
aja kalah:v
Di perjalanan senja dan prince sama sama diam sesekali senja akan berteriak
menunjuk jalan menuju rumahnya. Hanya suara knalpot motor dan bisingnya
jalanan ibukota yang menyelimuti mereka.

Tak terasa mereka sampai di depan gerbang putih yang berdiri kokoh. Prince
menatap gerbang itu dengan intens membiarkan senja turun sendiri. Lalu
prince melepas helm full facenya menatap senja yang kini menatap rambutnya
yang berantakan terkena angin.

"Lo orang kaya?" Tanya prince lalu menerima helm yang di ukurkan senja.

"Nggak aku bukan anak orang kaya" ucap senja laku menatap prince ragu.

"Hufttt ini sebenernya panti asuhan" ucap senja membuat prince menatapnya
bingung.

"Aku tinggal di sini, aku yatim piatu makanya aku bilang ke kalian kalo aku
pernah jadi korban bully, ya karena ini" lirih senja tak berani menatap prince
yang kini tengah menatapnya kaget.

"L-lo kenapa nggak cerita" ucap prince pelan masih dengan menatap senja
intens.

"Aku takut, kalian semua bakal sama sama temen temen aku dulu" lirih senja
semakin menundukan kepala setelah mendengar helaan napas yang keluar dari
mulit prince.

"Seperti yang di bilang angga sama mentari, jangan takut, dalam artian
sebenarnya termasuk jujur, senja kita nggak sejahat itu sampe sampe ngelukain
li hanya karena lo anak panti dan miskin" ucap prince membuat senja
menatapnya dengan mata berkaca kaca.

"Emm vue boleh liat nggak panti lo?" Tanya prince tiba tiba membuat senja
tertegun.

"K-kamu"
"Emm b-boleh kok kebetulan anak anak kalo jam segini main di taman" ucap
senja

"Ayo kamu bawa motor kamu sekalian ke dalem takut ada rampok" ucap senja
yang di angguki prince.

Setelah memasuki bangunan serba putih itu. Prince memarkirkan motornya di


depan rumah yang terlihat sederhana namun besar itu. Senja lalu
mempersilahkan prince masuki. Dia bilang dia akan membuat minuman untuk
prince dan membawa beberapa camilan. Sebelumnya prince sempat menolak
halus namun senja bilang ia merasa sungkan jika tidak menjamunya.

Prince menatap dinding ruang tamu yang di isi beberapa foto. Di situ banyak
foto foto anak yang prince duga pasti mereka anak anak panti ini. Setelah lama
menunggu senja pun terlihat membawa beberapa gelas dan dua piring tak lupa
cangkir kecil di atas nampan.

"ini prince maaf yah kami cuman punya ini aja, sirupnya habis di minum anak
anak" ucap sesal senja membuat prince tersenyum canggung.

"Ngga-"

"Senja astaga itu tolongin ikhsan rewel banget katanya mau kamu ibu udah
cape ngeladenin" ucap ibu yuni memotong ucapan prince.

"Loh ini anak lakinya siapa nja? Pacar kamu yah?" Tanya bu yuni saat melihat
prince yang ternyata ada di sana.

"Ih ibu tuh ya bukanlah ini temen senja, ya ya udah prince kamu mau ikut ke
taman apa mau di sini aja?" Ucap senja laku diangguki prince.

"Gue ikut lo aja" ucap prince.

"Ck senja senja laki bagus kok nggak di pepet" cetus bu yuni membuat prince
dan senja merasa canggung.
"Bu yuni udah ihh sana urusin amira dia pasti nyariin" ucap senja laku menarik
lengan prince menuju taman.

" aduh prince maaf banget yah tadi, bu yuni emang gitu orangnya" sesal senja

"Iya nggak papa kok"

"KAK ENJA HUWAAAAAA" teriak anak laki laki yang kini berlari kecil kearah
senja.

"Eh ya ampun fakish kenapa nangis hm?" Tanya senja lembut setelah
mengangkat ikhsan kegendongannya.

"Akis dali tadi tungguin kak enja kenapa lama? Hik" ucap ikhsan sembari
sesenggukan.

"Ulululu fakish nungguin yah? Maaf yah kakak ada tamu tadi, tuh lihat ada
kakak ganteng  coba sapa" ucap senja sembari menunjuk prince yang kini
tengah melihat interaksi mereka. Ucapan senja tadi pun lantas menyadarkan
prince lalu tersenyum manis pada ikhsan.

"Hallo ganteng nama kakak prince kamu siapa?" Tanya prince

"Hallo kaka anteng nama aku akish" ucap fakish sembari melambai tangan.  say
hello

"Fakish kakak kamu dimana?" Tanya senja lalu fakish menunjuk area bermain
lantas senja berjalan kearah taman bermain. Terdengar suara tawa anak anak
memenuhi gendang telinganya sekarang. Senyum senja lantas merekah melihat
mereka dan kembali berjalan di ikuti prince.

"KAK SENJA DATENG YEAYYY"

"KAK SENJA LIHAT AMI UDAH PINTAR MAIN JUNGKIT JUNGKIT SENDILI"

"KAK SENJA SINI HAHAHA SERU BANGET DI SINI"


Teriakan teriakan anak anak yang memanggilanya dengan ceria membuat
senyum senja semakin merekah. Prince kini juga tampak tersenyum manis
menatap anak anak yang kini bermain dengan gembira. Di sini dia merasa
kehangatan yang sangat nyaman. Biasanya jika di rumah ia akan berdiam diri di
kamar sembari mendengar keributan yang di lakukan orang tuanya. Yah jika
orang tua fajar gila harta. Maka orang tua prince lain cerita. Sedari prince kecil
orangtuanya saling selingkuh secara terang terangan. Prince sudah terbiasa
dengan pertengkaran hebat keduanya. Orang tua prince menikah berdasarkan
cinta. Namun mereka saling sekilngkuh akibat kurangnya rasa percaya.

Hahhh mengingat itu prince kembali mendatarkan wajahnya. Dia menatap


senja yang kini ikut bermain bersama anak anak dengan datar. Lalu prince
memilih duduk di kursi taman yang telah di sediakan. Kira kira bagaimana
keadaan rumahnya sekarang?. Semoga barang barang di kamarnya tak ikut
rusak karena pertengkaran konyol itu.

"Kakak ganteng namanya siapa?" Ucap seorang perempuan dengan rambut


yang di ikat dua.

"Prince" ucap prince datar.

"Kakak mukanya serem tapi ganteng hihi" ucap anak itu sembari cekikikan
membuat prince tersenyum kecil.

"Oh ya kenalin nama ami amila" ucap amira dengan mulut cadelnya.

"Amila?" Tanya prince membuat ami mencebikkan bibir kesal.

"Ihhh amila bukan amila" ucap amira sedikit berteriak.

"Iyah amila kan?"

"Amira, prince ami dia belum bisa bilang R" ucap senja membuat keduanya
menatap kearahnya.

"Emang umurnya berapa?" Tanya prince pada senja.


"Umurnya 3 tahun kalo tadi fakish 1 tahun setengah" ucap senja lalu
menggendong ami.

"Hallo kakak" ucap anak laki laki gang berumur 8 tahunan itu menyapa prince
lalu di balas senyuman manis oleh prince.

"Oh ya kak senja nanti malem bantu ngerjain prnya iksan yah kebetulan pr nya
matematika" ucap iksan yang di angguki senja.

"Huuu kak iksan udah besal masa nggak bisa ngisi pl sendeli kak sandi aja bisa"
ucap amira membuat iksan kebakaran cenggot.

"Cadel diem yah" cerca iksan membuat amira melengkungkan bibirnya


kebawah.

"Kak senja hiks"

"Iksan jangan nakal sana main nanti belajar bareng ami juga yah habis makan
malem" ucap senja lalu menurunkan amira dari gendongannya setelah amira
tak jadi menangis.

"Ihhh iksan belum kenalan tauu sama kakak ini" ucap iksan sembari menunjuk
prince yang hanya diam.

"Udah iksan susul temen temen ato nggak ayam kecapnya nggak jadi!" Tegas
senja membuat iksan melompat.

"JANGAN! AYAM KECAPNYA HARUS JADI! YAUDAH DADAH KAKAK KAPAN KAPAN
KETEMU LAGI YAHHH" teriak iksan sembari berlari menjauh dari keduanya.

"Anak ini" ucap senja pelan lalu ikut duduk di samping prince.

"Kenapa dari tadi diem?" Tanya senja membuat prince yang tengah menatap
anak anak kini menatapnya.

"Inget rumah" ucap prince pelan membuat senja terkekeh kecil.


"Udah kangen banget yah sama rumah?" Tanya senja kembali terkekeh
membuat prince menatapnya intens.

"Nggak, aku malah paling nggak suka kalo harus duduk diem di rumah, berisik"
ucap prince pelan lalu senja menatapnya heran.

"Berisik?" Beo senja

"Hm hidup aku bahkan lebih hancur kalo di banding fajar" ucap prince semberi
menatap lurus membuat senja terdiam.

"Maksudnya?" Tanya senja

"Hahhh aku nggak tau kenapa di saat kamu yang nggak ada apa apanya di
banding aku sama fajar, kamu masih busa bahagia sedangkan kita? Huh nggak
bisa seakan semesta bilang, kalo aku itu di lahirkan bukan buat bahagia" ucap
prince pelan.

"Kamu salah" ucap senja lalu menatap lurus sama seperti prince.

"Setiap manusia punya jalannya sendiri, mereka bahagia dengan cara masing
masing, kayak aku walau nggak punya apa apa aku bahagia karena ada anak
anak dan penjaga panti yang udah aku anggap sebagai keluarga, kalo kamu
pengen tahu bahagia kamu itu apa? Tanya sama hati kamu tanya sama tuhan
hidup itu anugrah terkadang kita akan menangis dan tertawa, prince"

"Hahhh jangan pernah berpikir dunia itu kejam, dunia nggak adil sama kamu,
kamu sakit tapi ada yang lebih sakit dari kamu, pepatahnya emm, ah  kalau ada
langit diatas langit kenapa tidak ada tanah di bawah tanah?"

"Artinya, kalau masih ada orang yang lebih bahagia kenapa nggak ada orang
yang lebih menyedihkan dari kita, mungkin kamu pikir keluarga kamu kacau,
tapi prince kamu sebagai anak harus busa menengahi mereka, kamu jangan
hanya berdiam diri di kamar sembari meringkuk, jadilah penengah buat
mereka"
"Prince kamu harus bersyukur, nggak semua orang bisa kayak kamu, termasuk
aku"

Happy reading

Suara kicauan burung yang tengah bernyanyi. Kini memasuki gendang telinga
sang gadis yang masih terlelap di atas kasurnya. Sang fajar yang kini mulai
menampakkan diri. Senja yang merasa terusik oleh sinar yang terasa menyilau
mata itu lantas terduduk sembari mengumpulkan nyawanya. Senja menatap
sekitar dengan linglung. Lalu setelah di rasa ia tak lagi merasa pusing senja
lantas beranjak dari kasurnya. Mengikat rambutnya yang berantakan lalu dia
menata kembali kasurnya.Setelah selesai senja melangkah sembari
menyampirkan handuk orangenya yang sempat ia ambil. Lalu memasuki kamar
mandi dan memulai ritual paginya.

Sepuluh menit berlalu kini senja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang
melilit tubuh polosnya. Rambutnya nampak basah karena di siram air. Senja
habis keramas.

Setelah siap dengan baju batik khas  SKYNDICE.  Batiknya bercorak bunga yang
menaungi burung garuda warnanya biru langit. Dengan rok biru dongker
sebatas lutut. Tak lupa rambutnya yang kini kering. Ia ikat kuda lalu
memasangkan dasi biru tua dan name tagnya.

Setelah puas dengan hasil karyanya. Senja lantas pergi menuju kamar anak
anak. Ahh ngomong ngomong senja tadi malam pindah kamar. Sekarang dia
punya kamar sendiri. Namun anak anak masih tidur di satu kamar.

Setelah sampai di kamar bernuansa pelangi itu. Senja lantas membangunkan


anak anak. Yah seperti biasa, namanya anak kecil yahh pasti ada aja yang di
permasalahin. Ribut mulu. Tapi kalo lagi di kelas anteng banget katanya sih
takut di hukum. Di hukumnya itu cosplay jadi apa aja random.

Setelah membangunkan anak anak dan membantu mereka bersiap. Senja kini
tengah menuju ke dapur yang kini telah ramai.

"Loh ibu udah siap?" Tanya senja pada bu yuni

"Lha kamu tumben tumbenan bangun siang biasa juga bangun subuh" ucap bu
yuni membuat senja menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Anu waktu malam keasyikan ngobrol ama temen ampe malem hehe senja
khilaf sumpah deh"

"Senja senja untung temen kamu cowok jadi nggak watir dia gagah juga kayak
artis koreah"ucap bu yuni membuat senja terkekeh pelan.

(Watir= khawatir)

"Korea bu"

"Iya itu maksud ibu" 

Setelahnya mereka semua memulai sarapan dengan candaan dan keributan


anak anak. Lalu senja mulai keluar dari pekarangan panti menuju halte bus.
Tadi malam senja sangat ingat bagaimana prince menceritakan kisah hidupnya
padanya. Prince bilang baru dirinya, senja, orang yang tahu keadaan
keluarganya yang sebenarnya. Senja telah tahu semua yang di alami prince dan
menyebabkan prince sedikit trauma. Namun prince bilang dia telah sembuh
dari traumanya karena kemoterapi dan menjalani sedikit psikis.

Hahhh senja sadar sekarang. Tak semuanya akan bahagia dengan harta yang
melimpah. Senja sadar kebahagian bukanlah dari rasa kepuasan. Namun dari
hati kita yang merasa nyaman. Nyaman akan kehidupan yang kita jalani meski
kita hanyalah seorang pengemis jalanan.
Senja terkadang mengutuk tuhan karena dia tak adil padanya. Padahal tuhan
itu maha adil. Tuhan mendatangkan kebahagiaan. Namun tak selamanya kuta
akan bahagia. Ada kalanya kita akan melewati rintangan. Dan tentu tuhan telah
menakarnya apakah dia mampu melewatinya. Sama seperti senja, dia tak tahu
siapa keluarganya dan orangtuanya. Di bully habis habisan di sekolah. Membuat
luka di hatinya semakin dalam. Senja berharap semoga rintangan yang akan
datang senja mampu menghadapinya dengan kesabaran lebih.

Setelah ia menunggu dan menunggu lagi. Senja kini telah sampai di sekolahnya.
Dia berjalan riang namun pelan. Menatap kedepan dengan wajah ceria. Lalu
senja memasuki kelasnya dengan riang pula.

"Halo teman teman selamat pagi" sapa senja pada teman kelasnya yang kini
semakin banyak.

"Pagi juga senja" balas mereka serempak

Lantas senja berjalan menuju ke arah mejanya dengan bersenandung kecil.


Setelah sampai senja mendudukan dirinya di sana dan melepas tasnya dari
pundak sempitnya. Menaruhnya di gagang meja lalu mengambil benda pipih
dan memainkannya.

"Halo senja udah dateng aja nih" ucap gadis yang tak lain adalah mentari.

"Nggak kok kali ini aku berangkat lebih siang" ucap senja sembari tersenyum
menyapa teman temannya yang kini sudah duduk di bangku masing masing.

"Hallo hai untuk semua kawan kawan tercintah!" sapa aksan di depan papan
tulis membuat atensi kelas teralihkan padanya.

"Jadi hari ini gue bawa berita hot dan paling hot di  SKYNDICE  HIGH
SCHOOL,  karena apa? Ya karena ini tentang BINTANG AULA FIRDHAN WHOOO!!!"

"Setelah sekian abad akhirnya guru bisa menghukum adil dia, pengen taju
hukumannya apa?" Tanya aksan membuat satu kelas menganggukkan
kepalanya.
"Hukumannya yaituuuu, DIA BAKAL TINGGAL DI PANTI ASUHAN SAMPE DIA
LULUS SMA HOHOHO!" Sorak aksan

"Yahhh tinggal di panti mah sama aja boong"

"Hooh kalo dia tetep berulah lagi?"

"Hehhh nggak cumab itu, pak alex juga sebar berita realnya kalo bintang itu
bukan anak kandungnya, makanya dia bakal di pindahin kepanti lagi, marganya
di cabut dan fajar sama bintang bukan lagi tunangan yahh tahulah kalian kalo
marga dah di cabut dia bukan lagi keluarga FIRDHAN yah jadi dia nggak lagi
berani buat bully lagi yang ada nanti dia nggak sekolah lagi!" Jelas aksan
membuat penghuni kelas bersorak senang.

"Akhirnya bisa deketin ayang bebeb"

"Hilih yang ada langsung di depak lu"

"Hohoho bales aja bully dia habis habisan kesel gue sok jadi psykopat banget
hihh"

"Iya ihhh"

Dan masih banyak lagi cercaan para penghuni kelas untuk bintang. Yahh satu
kelas ini, nggak maksudku cuman ceweknya. Mereka udah pernah di bully habis
habissan karena waktu kelas XI mereka itu di kelompokkan. Nah kelompoknya
tuh ganti ganti. Jadi para cewek di kelas ini tentu deket sama fajar. Jadilah
bintang yang emang pencemburu langsung beraksi.Makanya kebanyakan di
kelas ini itu pada dendam kesumat sama bintang. Sisanya mah netral aja tahu
lah yah:).

"Aksan!" Teriak senja pelan

"Yah beb kenapa?" Tanya aksan membuat seisi kelas menyorakinya.

"Bintang pindah di panti mana?" Tanya senja

"Ouhhh kalo nggak salah sih yah namanya panti asuhan pelangi III"
Deg

Hah rasanya jantung senja mau lepas saja. Hey panti asuhan pelangi III itu panti
yang senja tempati. Bu yuna bilang panti ini di bangun baru 10 tahun yang lalu.
Masa bintang dari sana sih?.

"Oh ya sebenernya dia itu dari panti asuhan pelangi yang di bogor cuman
supaya tetep sekolah di sini dia di pindahin kecabang yang ke tiganya" jelas
fajar membuat senja mengeryitkan dahinya bingung.

Senja juga dari bayi ada di sana. Tapi kenapa dia nggak pernah lihat bintang
yah?. Ohh apa karena bintang di adopsi pas mereka masih bayi?. Huh
mengingat itu senja rasanya ingin berteriak di sini dan bilang dia juga dari panti.

"Em temen temen aku boleh jujur nggak?" Tanya senja sembari menatap
sekitarnya.

"Ya boleh dong bilang aja"

"Hufttt aku dari panti yang sama kayak yang bintang akan tempati sekarang
dan juga dulu" ucap senja membuat ruang kelas yang semula senyap menjadi
lebih hening.

"WHAT THE!? JADI NANTI NENG SENJA BAKAL SATU RUMAH SAMA NENEK
LAMPIR!?"

"NGGAK NGGAK BISA INI"

"Haduhhh nanti senja di bully lagi dong"

Dan masih banyak lagi yang membuat senja semakin bingung. Ini kenapa
semua malah takut aku di bully. Pikir senja.

"Kalian kenapa sih? Kalian nggak marah?" Tanya senja membuat seisi kelas
mengeryit. Tentu di kecualikan.

"Ngapain marah senja. Kita malah bangga kamu mau jujur, juga kamu tahu
sendiri bintang itu gimana"
"Iyah senja aku malah seneng kamu jujur"

"Udah sihhh kita harus cari cara supaya tuh nenek lampir nggak nekat" ucap
bulan yang di angguki penghuni kelas.

"Kalian nggak perlu ngapa ngapain, cukup diam dan ikutin alurnya aja" ucap
senja

"Tap-"

"Aku yakin bintang nggak seburuk itu, bintang itu baik, cuman mungkin bintang
lagi khilaf aja" ucap senja

"Baik dari mananya!?"

"Iya ihhh kalo ngebulky aja udah kayak psykopat!"

"Manusia itu tak luput dari kesalahan, kita semua bisa khilaf kapan aja,
termasuk bintang, aku tau ada alasannya kenapa dia sampe berbuat yang
kayak gini, percaya deh aku janji nggak bakal kenapa kenapa" ucap senja
sembari tersenyum simpul

"Huftt iya deh tapi kalo nenek lampir berulah bilang yah?" Ucap mentari yang
diangguki senja.

kringgg...  kringgg...

Bell masuk telah berbunyi. Pertanda bahwa dialog ini usai.

○○●●●○○

Setelah rumor tentang bintang yang ternyata anak angkat keluarga firdhan
menyebar. Kini satu sekolah tengah gempar karena itu. Banyak yang mencerca
ataupun mengasihani bintang karena itu. Dan hari ini pula orang yang tengah
membuat warga sekolah gempar tak berangkat menimba ilmu. Tentu saja
bintang tengah menjalani masa skorsnya dari hari ini. Mereka terutama para
korban merasa puas dengan hukuman yang di terima bintang. Namun di
kecualikan banyak pula yang kasihan.
Kini orang yang tengah mereka maki tengah membereskan barangnya. Yah
dia BINTANG AULA  FIRDHA.  dia akan pindah ke panti asuhan. Tentu saja kabar
yang bintang dapat membuat dia terpuruk. Dia tidak menyangka bahwa ini
akan terjadi. Kejadian ini bahkan tak pernah terlintas di benak bintang. Namun
nasi telah menjadi bubur. Semuanya terjadi begitu cepat dia bahkan tak sempat
untuk bernapas. Rasanya begitu sesak.

"Heh! Kamu kalo beresin yang cepet dong, supaya saya nggak lihat kamu lagi di
rumah ini!" Cerca wanita paruh baya yang tak lain adalah mantan ibu
angkatnya.

Bintang yang mendengar itu lantas menatapnya sinis. Dari dulu dia
dan mantan ibu angkatnya itu tak pernah akur. Mantan ayah angkatnya pun
memilih acuh dan hanya memenuhi keinginan bintang saja.

Melihat bintang yang menatapnya sinis lantas wanita paruh baya yang
bernama  TESSA ALEXANDER  FIRDHAN  ini melotot kearah bintang. Dia menarik
bintang untuk menghadapnya dan menamparnya.

"DASAR ANAK NGGAK TAU DIRI MASIH MENDING KAMU BISA NIKMATIN HARTA
INI SECARA GRATIS!" teriak tessa dengan wajah memerah padam.

Plak

Dugh

"BIBI CEPET BERESIN BARANG BARANG JALANG INI DAN SERET DIA KELUAR,
JANGAN BIARIN DIA KELUAR DENGAN CARA HORMAT DIA PANTES DAPETIN INI!"

BUGH

Setelah menendang keras wajah bintang. Dia keluar dari kamar bintang dengan
senyum yang terukir indah di wajahnya. Meninggalkan bintang yang kini terisak
pelan. Bintang menatap para pembantu yang tengah membereskan barang
barangnya dengan kasar.
Dari kecil, bintang tak pernah tahu apa itu kasih sayang. Dia selalu mencari
perhatian mantan ibu dan ayahnya. Namun ibunya yang malah memukulinya
dan ayahnya yang menatapnya datar. Hingga sewaktu dia pulang ke negara
asalnya indonesia. Dia merasakan yang namanya cinta. Dia jatuh cinta pada laki
laki yang menolongnya dari preman jalanan. Dari situ terjadilah pertunangan
antara dirinya dan sang pria yang tak lain adalah fajar. Dan sejak itu pula
bintang memilih tinggal di indonesia sedangkan kedua mantan orangtuanya
tetap di amerika karena pekerjaan.

Namun karena obsesinya. Dia terus mengejar fajar diam diam dan
menyingkirkan wanita yang menurutnya menggangu. Hingga akhirnya kejadian
ini terjadi. Namun bintang tak akan pernah menyerah dengan cinta fajar. Meski
tanpa menyingkirkan para tikus yang mengerayangi fajar. Dia akan
menggunakan cara bersih. Dia akan berusaha memikat fajar dengan sifatnya
yang baru. Bintang akan berubah mulai sekarang. Yah semoga ini awal yang
baik.

○○●●●○○

Kini bintang berada di dalam taxi. Setelah dia di usir dari rumahnya dengan di
seret paksa. Dia memilih menaiki taxi mengingat dia memiliki bawaan yang
lumayan banyak. Mantan ayahnya, dia ada di singapura. Mantan ayahnya
sendirilah yang memutuskan hukuman untuknya yang tentu langsung di setujui
yayasan sekolahnya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Taxi yang bintang naiki kini
berhenti di depan gerbang bernuansa putih. Bintang menatap gerbang itu
intens lalu mulai membuka pintu penumpang dan turun dari mobil tanpa
mengalihkan pandangan.

"Nak ini koper sama tasnya bapak permisi yah" ucap supir taxi setelah
mengangkat dua koper besar dan satu tas besar milik bintang dari bagasi mobil.
Bintang hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan kearah gerbang itu. Dia
mencoba mendorong gerbangnya namun tak bisa. Saat bintang melirik kearah
kanan gerbang dia melihat ada tombol bell. Bintang lalu menghampiri tombol
itu lalu menekan tombolnya dua kali.

Ting... tong...

Tak berapa lama setelah bintang menekan tonbolnya. Keluar pria paruh baya
dia membawa gunting besar terdapat sejumput rumput di gunting itu.

"Oh ini nak bintang yah?" Tanya pria paruh baya itu yang di angguki bintang.

"Masuk aja nak, PAK SOLEH INI BINTANGNYA UDAH DATENG BANTU ANGKATIN
AKU BERSIHIN DIRI DULU!" Teriak pria paruh baya itu kearah dalam gerbang.

"SIAP  LURRR!" Teriak pria yang di panggil oleh pria paruh baya itu.

"Maaf yah nak bapak nggak bisa bantuin abis bersihin taman sama motong
rumput ini hehe"ucap pria itu sembari menunjuk guntingnya.

"Oh ya nama bapak pak udin panggil aja mang udin mangga atuh masuk" ucap
mang udin sembari mempersilahkan bintang masuk. Bintang pun hanya iya iya
saja dan masuk sembari menggeret kopernya.

"Eh ya ampun ini teh bintang yah?" Tanya tiba tiba wanita paruh baya

"Iyah bu, ibu siapa yah?" Tanya bintang

"Ibu namanya yuni panggil aja bu yuni, dulu ibu yang nemuin kamu ibu nemu
kamu ada di depan panti yang di bogor, kamu waktu itu masih bayi banget
masih merah kulit kamu ibu nemuin kamu yang ada di keranjang bayi sama ada
kertas yang isinya nama kamu" jelas bu yuni membuat bintang tersenyum miris.

"Di kertasnya isinya apa yah bu?"

"Cuman nama kamu  Bintang aula  dhifa  sama tanggal lahir kamu 30 januari
2006 udah sih gitu aja maaf yah nak bintang kertasnya udah hilang" ucap sesal
bu yuni.
"Nggak papa bu ibu inget isi suratnya aja aku udah seneng"

"Tapi, Dhifa?"

"Itu marganya nak bintang cuman di ganti firdhan karena nak bintang di angkat
jadi keluarga mereka" ucap bu yuni

"Ini kenapa ngobrolnya di sini? Udah hayuk masuk nanti kalo malem kamu
kenalan sama seisi panti yah?"

"Hm iya bu"

○○●●●○○

Sang fajar telah pulang keperaduannya. Meninggalkan cahaya keemasan di


barat daya. Senja, gadis manis ini tengah berjalan pulang sembari menendang
beberapa kerikil. Jujur saja dia gelisah mengingat orang yang kemarin
membullynya kini satu rumah dengannya. Hufttt sudahlah senja berdoa saja
semoga kau selamat.

Saat tengah berjalan dan sedikit melamun. Senja menatap kearah depan saat
suara motor terdengar tepat di hadapannya. Motor ninja berwarna merah
menyala dengan seorang pria yang mengendarainya.

"Hei senja kita ketemu lagi yah?" Sapa pria itu setelah membuka helmnya.

"Wahh langit yah nggak nyangka ketemu di sini, kamu rumahnya di sekitar
sini?" Tanya senja pada oknum bernama langit itu.

"Nggak komplek sebelah sana kompleknya mang gojel hehe" ucap langit
sembari terkekeh.

"Oh gitu hahaha" ucap senja ikut tertawa kecil.

"Eh aku tebeng deh kayaknya kita searah" ajak langit pada senja.

"Ih nggak usah nanti aku ngerepotin kamu" tolak senja halus
"Nggak kok, kan kamu cantik" ucap langit dengan kalimat akhir yang ia
pelankan suaranya.1

"Hah? Tadi kamu ada ngomong?"

"Ohh nggak tuh nggak ngomong apa apa, buru naik dah senja loh ini" ucap
langit membuat senja menganggukkan kepalanya pasrah.

angit mulai menyalakan motornya dan menarik gasnya. Lalu menjalankan


mobilnya dengan arahan yang senja berikan. Jujur saja baru pertama kali ini jok
penumpang langit di duduki seorang gadis. Sebelumnya dia hanya
membonceng teman laki lakinya saja. Ramah ramah gini langit paling kaku kalo
soal cewek.Setelah beberapa menit menempuh perjalanan yang ternyata dekat
itu. Motor langit berhenti di depan gerbang bernuansa putih.

"Makasih langit maaf yah kalo ngerepotin" ucap senja setelah turun dari jok
motor langit.

"Santai aja kali lagian kita searah kok" ucap langit sembari tersenyum manis
pada senja.

"Emm mau mampir bentar nggak?" Tawar senja

"Ehh nggak usah ini mau langsung pulang aja takut di tungguin dirumah" tolak
langit sembari menggelengkan kepalanya ribut dan tersenyum manis pada
senja.

"Ya udah kalo gitu sekali lagi makasih udah kasih tebengan" ucap senja sembari
tersenyum manis pada langit yang di balas senyuman oleh langit.

"Iya kalo gitu gue jalan yah?" Ucap langit yang di angguki senja. Langit lantas
memakai helm full face merahnya dan mengcode senja dia akan pergi.

"DADAH🤗"
Saat melihat langit yang telah menghilang dari pandangannya senja lalu
menekan bell di depan gerbangnya dengan senyum yang menghias wajahnya.

"LOH! SENJA!?"

○○●●●○○

Setelah kejadian dimana bintang yang berteriak kaget melihat senja yang
ternyata juga tinggal di pantinya. Kini mereka berdua tengah duduk di kursi
ayunan. Mereka memutuskan untuk bertemu di taman setelah makan malam.

Senja menengadahkan kepalanya, menatap langit malam yang di penuhi


bintang. Lalu tersenyum kecil sembari mengayunkan ayunannya pelan.

"Malam ini indah yah?" Ucap senja membuat bintang menatapnya.

"Lo nggak marah atau ngerasa benci gitu sama gue? Gue kan udah bully lo"
ucap bintang membuat senja menatapnya dengan senyuman yang masih sama.

"Ngapain aku marah sama kamu? Aku tahu kamu ngelakuin ini pasti ada
alasannya" ucap senja lalu bintang menundukkan kepalanya menatap kakinya
yang di balut sandal jepit bergambar kelinci.

"Yah aku cuma mau menjaga orang yang aku cintai" ucap bintang pelan
membuat senja tersenyum lalu ikut memandang arah pandang bintang.

"Niat kamu baik tapi cara kamu yang salah, dari cara kamu kamu kayak
ambisius banget buat ngejaga dia seakan dia cuma punya kamu dan harus milik
kamu?"

"Yah gue tahu cara gue salah, mungkin yang kamu bilang bener aku selalu
memandang kearah titik yang ingin aku gapai sampe sampe nggak tau keadaan
sekitar"

"Semua ini bukan cuma rasa obsesi dan cinta tapi mungkin faktor lingkungan
yang buat gue trauma dan berpikir dangkal" ucap bintang lalu menatap senja
dengan wajah suntuknya.
"Mantan ibu angkatku itu, selama ini dia hanya berpura pura baik" ucap bintang
sambil mengepalkan tangannya.

"Di depan publik dia selalu berakting bahwa kami keluarga bahagia tapi..."

"Di balik itu gue cuman pake topeng gue, dia selalu mukul gue seakan akan gue
itu binatang, dan mantan ayah gue dia cuman diem aja pas gue lagi sekarat"
ucap bintang tanpa sadar dia meneteskan air matanya membuat senja
tertegun.

"Bintang" panggil senja lembut membuat bintang menatapnya dengan mata


berair.

"Menangislah dengan keras, jangan di tahan nanti kamu bakal lebih sakit" ucap
senja lalu meraih tangan bintang dan mengusapnya pelan.

"Kamu bebas mau menangis dan tertawa di sini"

"Bintang kamu harus ingat kamu nggak sendirian di sini, di samping kesedihan
kamu juga harus cari hal yang membuat kamu bahagia, kalo mungkin cinta
kamu sama fajar hanya membuat kamu terus terusan menjadi pencemburu
kamu cari kebahagiaan lainnya, aku nggak bilang kamu harus jauhin fajar tapi
kamu juga berhak buat bahagia bintang kamu harus tahu kebahagiaan
datangnya itu bukan dari orang lain tapi dari diri kamu sendiri"

"Kalo kamu butuh temen curhat datang aja ke aku, aku siap jadi penghapus air
mata kamu yang pertama" ucap senja membuat bintang kini terisak.

Dia merasa berdosa karena dengan teganya menganiaya gadis baik seperti
senja. Hahh dia sekarang merasa jadi orang yang paling berdosa mengingat
banyak sekali korban yang ia aniaya.

"Senja makasih aku janji kali ini aku bakal cari kebahagiaan ku sendiri"
Happy reading

Kejadian dimana bintang yang menangis di pelukan senja. Itu pertanda bahwa
hubungan mereka akan baik. Seperti sekarang senja dan bintang memilih tidur
bersama di kamar senja sembari menanti kamar bintang yang di perbaiki.

Kini senja telah memakai seragamnya dan menata rambutnya. Bintang masih
bergelung di selimutnya. Dia sudah bangun hanya saja terlalu malas baginya
untuk bangun. Lagi pula ini masih hari kedua dia menjalani hukum skorsnya.

"Bintang bangun ihh nggak baik tiduran mulu nanti kepala kamu sakit" ucap
senja sembari menata tasnya.

"Ck iya deh tapi nanti kita sarapan apa? Bukan tempe tahu kan?" Tanya bintang
membuat senja terkekeh.

Menyampirkan tasnya pada bahunya lalu senja menatap bintang. "nggak kok
kamu buruan sana nanti jatah makan kamu keburu di ambil iksan" ucap senja
sembari terkekeh kecil.

"Ck bocil tengil itu yah? Pengen banget gue tendang ampe ke mars kezel tau
nggak" ucap bintang sembari duduk dan mengacak rambutnya kasar.

"Namanya anak kecil wajar kalo dia nakal, kamu yang udah gede jangan kayak
anak kecil juga dong" ucap senja membuat bintang merasa dongkol.

"Ih au ah jagain tuh bocil jan sampe jatah makan gue di makan dia" ucap
bintang lalu berjalan ke kamar mandi dengan wajah suntuknya.

Senja yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Yah tadi malam
sempat ada adu debat antara bintang dan iksan. Semuanya berawal dari
bintang yang cerita ke senja dan tiba tiba iksan nongol terus ngatain bintang
jahat. Bintang yang tadinya nangis jadinya marah karena di katain bocah kecil.
Jadilah mereka adu bacotan yang di tengahi senja. Mereka emang udah
maafan. Tapi itu kepaksa. Jadi keknya iksan dan bintang bakal jadi musuh
bacot abadi:v
Seperti biasa setiap paginya senja akan pergi kekamar anak anak tercintanya
dan membantu mereka bersiap. Tak lupa drama drama di pagi hari yang
menemaninya. Kini senja telah duduk di meja makan lengkap dengan orang
orang yang juga tengah makan nasi goreng merah buatan senja dan bu yuni tak
lupa bintang juga ikut andil walau hanya memotong bawang merah dan putih
saja.

"Kak senja ini kok bawangnya potongan gede?" Tanya iksan pada senja.

"Ohh itu yang motong kak bintang makan aja lagian bawang juga sehat" ucap
senja

"Pantesan gede gede orang sama kayak yang motong" ucap iksan membuat
bintang naik pitam.

"Bocil diem ye!"

"Udah udah nggak baik makan ribut ribut, kamu juga iksan jangan nakal!"
Peringat bu yuni membuat bintang tersenyum penuh kemenangan sedangkan
iksan hanya mengangguk lesuh.

Menggelengkan kepalanya lantas senja beranjak dari duduknya dan


menyampirkan tasnya. "Senja berangkat dulu semua, dadah" pamit senja
setelah mencium tangan bu yuni dan lainnya.

"DADAH!"

Setelah berpamitan senja mulai melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan


panti. Saat tengah asik berjalan senja di kagetkan dengan suara klakson motor.

"Pagi senja hehe"sang pelaku hanya tersenyum sembari menyapanya.

"Astaga langit aku kira siapa" ucap senja sembari mengelus dadanya yang
berdebar kencang. Karena kaget loh ini

"Maaf yah, oh ya bareng yuk" ucap langit sembari menepuk jok di belakangnya.
"Ehh nggak usah aku mau naik bis aja nggak papa" tolak senja

"Ihh nggak papa lagian kan kita satu sekolah, udah ayo!" Ucap langit sembari
menarik lengan senja untuk lebih dekat dengan motornya.Senja pun hanya
pasrah dan menaiki motor langit dengan hati hati.

"Udah?"

"Udah kok"

○○●●●○○

Setelah membuat sekolah gempar dengan kedatangannya bersama kapten


basket. Kini senja tengah duduk di mejanya dengan teman teman sekelasnya
yang mengerubunginya.tentu di kecualikan pada fajar yang duduk dan
menatap mereka datar. Senja merasa heran padahal langit sendiri yang
memaksanya ikut. Dia tak tahu kenapa mereka bisa seribut ini hanya karena dia
nebeng pada langit.

"Senja lo harus kasih tahu kita dari awal sampe akhir titik!" Ucap mentari
menggebu yang langsung diangguki penghuni kelas -.

"Jelasin apa?" Tanya senja pada mereka dengan wajah polosnya.

"Kamu sama langit lohhh! Kenapa bisa bareng!" Ucap aksan yang kembali di
angguki mereka.

"Ohhh itu kebetulan langit rumahnya deket komplek aku, aku nggak tau kalo
dia tiba tiba nyamperin aku waktu jalan ke halte bus terus dia nawarin aku buat
ikut dia aja" jelas senja

"Terus terus terus!" Ucap angga antusias.

"Aku sempet nolak tapi di paksa ya udah aku iya iya aja deh" ucap senja
membuat mereka semakin antusias.

"Ada adegan adegan nggak!?" Tanya mentari antusias.


"Hah? Adegan apa?" Tanya senja bingung.

"Ck itu lohhh kek kamu meluk perut langit pas ngebut ato nggak kamu tetiba
mau jatoh terus di tangkap langit!" Ucap mentari antusias membuat bulan yang
di belakangnya menonyor kepala mentari pelan.

"Ini lagi bahas kenapa dia deket tetiba sama si kapten basket bukan adegan kek
di drakor lu!" Ucap bulan.

"Nggak kok nggak ada langit jyga nggak ngebut pas naik motor nyantai gitu"
ucap senja yang langsung di angguki mereka.

"Heh heh udah udah sesi wawancara dah tamat bubar dah semua Bubar!" Ucap
aksan mengusir teman temannya membuat mereka berdecak kesal.

"Wahhh nggak lama lagi ada bumbu bumbu nih?" Ucap mentari tiba tiba
membuat senja bulan dan aksan mengeryit bingung.

"BUMBU BUMBU CINTA EAAAKKK!" ucap mentari dan angga bersamaan lalu
bertos ria.

"Apaan sih kalian ini kan cuman langit yang ngasih tebengan ke aku bukan
langit yang lagi pendekatan sama aku" ucap senja lalu terkekeh pelan.

"Dih sape tahu dia diem diem suka" ucap angga yang langsung diangguki
mereka.

"Nggak ah lagian masih mau fokus belajar dulu, nanti kalo emang udah jodoh
pasti bakal ketemu" ucap senja.

"Ah lo mah nggak asik senja ini tuh SMA tempat bumbu bumbu cinta keluar di
masa pubertas ini" ucap aksan yang langsung di tampar bulan dan mentari
akibat ucapannya yang nyeleneh.

"Iya aku tahu tapi aku mau fokus belajar dulu"

Kringgg...  kringgg...
Setelah bell berbunyi garu pun datang dan membubarkan murid muridnya yang
masih menggorompol. Lalu acara belajar mengajar pun di mulai dengan sedikit
lawakan dari guru maupun para murid yang memenuhi kelas.

○○●●●○○

Sang surya kini mulai kembali keperaduannya. Meninggalkan cahaya keemasan


yang sangat indah. Aku menatap kearah kananku melihat fenomena alam yang
selalu ku rindukan. Senja, sama seperti namaku. Senja satu kata penuh makna.
Saat ini aku tengah duduk di salah satu kursi dalam bus. Aku akan pulang
setelah setengah hari ku habiskan waktu di sekolah.

Sebenarnya tadi pagi sampai siang semua orang- ah tidak tidak semua hanya
beberapa orang yang suka mengurusi urusan orang. Mereka menatapku dengan
tatapan yang err- entahlah aku tak bisa mendeskripsikannya dengan benar.
Mereka seperti binatang buas yang tengah menatapku seperti daging segar
yang lezat. Sangat aneh, dari pagi hingga pulang sekolah banyak siswa dan
siswi yang menggosipi kedekatanku dan langit.

Bahkan grup lambe turah di instastorynya terpampang potret ku dan langit


yang sedang duduk di atas motor. Dengan langit yang mengemudi dan aku yang
membonceng dengan tangan di pundak langit. Terlihat seperti sepasang
kekasih. namun, untukku yang kaku akan hubungan semacam itu tentu terasa
awkward.Sudahlah memikirkan kejadian itu aku merasa canggung sendiri.

Membuka tas berwarna hitam pekat. Aku mengambil buku kesayanganku yang
bersampul kelinci pinky dengan background putih halus membawa kesan imut
pada buku itu. Itu buku diary ku, aku selalu membawanya kemana mana lalu
menuliskan keseharianku. Dari yang terburuk hingga momen membahagiakan
aku torehkan pada buku itu.Aku mulai mengambil pena hitamku dan mulai
mencoreti buku itu dengan pena.

07-05-2022
15:46
Hari ini aku memulai awal yang baik dengan bintang. Dia gadis baik dan kuat
aku yakin suatu saat dia bisa bersama lelaki baik juga:)

Senja putri langit

07-05-2022
15:50

Aku  ikut membonceng ke langit tadi pagi:) dia pria yang baik dan ramah. Namun
aku tidak tahu kenapa orang orang  memandangku  seperti itu di sekolah. Teman
teman  sekelasku  juga terus  menanyaiku  bagaimana aku bisa dekat dengan
langit.
Tapi aku senang sekarang aku punya banyak teman:) terimakasih tuhan sudah
mau memberikan  kesempetan  seperti ini pada manusia tak tahu
malu  sepertiku:)

Senja putri langit

Dua paragraf yang ku coretkan pada dua lembar kertas di bukuku membuatku
tersenyum. Demi apapun aku sangat bahagia hari ini. Entah kenapa.

Tapi ini adalah hari yang membahagiakan untukku. Semoga masih ada hari hari
seperti ini nanti. Di masa depan.

Bus berhenti tepat di depan halte. Aku mulai memasukan kembali buku dan
penaku sembari berjalan keluar bus.

Berjalan di atas aspal lembab sembari bersenandung kecil. Komplek ini tampak
asri dengan pepohonan di pinggir jalan. Tak ada sampah di jalanan karena
banyak tong sampah yang berjejer di sepanjang jalan.

Mengeratkan peganganku pada tasku sembari menendang nendang kerikil kecil


yang dekat dengan kakiku. Lalu mendongak menatap langit yang sedikit
tertutupi ranting pohon yang menjulang tinggi.
18 tahun sudah ku lalui di dunia ini. Iya sebenarnya hari ini ulangtahunku. Aku
tak pernah merayakan ulangtahunku. Terkadang anak anak panti yang dulu
akan memberikanku hadiah kecil.

Mengingat itu aku tertawa kecil. Sangat cringe menceritakan bagaimana


kakunya aku saat meniup lilin di depan mereka. Lalu memberikan suapan
pertama pada orang yang paling ku sayangi. Dan hahh aku malu sendiri
mengingatnya. Aku melahap kue suapan pertama itu untukku sendiri. Yahh aku
lebih menyayangi diri dari pada orang lain. Tapi, hahhh sepertinya aku harus
mengikuti les gaul dengan mentari. Sungguh aku tak ingin kejadian itu terulang
lagi. Malu setengah mati.

Lupakan tentang itu. Sekarang aku sudah berada di pekarangan panti. Sepi,
padahal biasanya jam segini anak anak sedang bermain di taman setelah mandi
sore.

Tanpa pikir panjang aku melangkahkan kakiku menuju rumah bernuansa putih.
Lalu masuk setelah mengetuk pintu dua kali.

Gelap, sepi, dan errr-horor?. Aku seketika merinding padahal ini masih sore.
Matahari belum benar benar terbenam.Akhirnya aku memutuskan mendekati
stopkontak. Dan...

"SELAMAT ULANG TAHUN KAKAK SENJA!"

teriakan yang membuatku terkejut hingga terlonjak pelan. Lalu aku


mengerjapkan mata kala melihat ruangan yang sudah penuh oleh properti. Aku
bingung, tak tahu bagaimana menanggapi situasi ini.

"KAK SENJA, KAK SENJA KOK DIEM!" teriak ami sembari menggembungkan
pipinya yang membuatku gemas.

"Kak senja kaget ami namanya surprise yah kagetlah" jelas bintang yang
membuat amira beroh ria.
"Emmm gini kalian ngapain buat yang kayak ginian?" Tanyaku membuat
mereka mengerjap namun bintang menghela napasnya pelan.

"Masih mending ini nja, noh bu yuni tadi mau buat syukuran se RT buat
ngerayain ultah lo!" Ucap bintang membuatku terkejut setengah mati.

"H-Hah!"

"Ya kan kamu baru disini ibu tuh pengen buat tumpeng gitu nja" ucap bu yuni
membuatku mendelik lalu aku menghela napas panjang.

"Untung nggak jadi" ucapku pelan benar benar pelan. Entah mereka dengar
atau tidak yang pasti aku sudah bilang sepelan mungkin.

"KAK SENJA!" Teriakan amira dan iksan membuatku terlonjak kaget lantas
menatap mereka bertanya.

"Ini lilinnya tiup dulu ami pengen makan kuenya nih!" Ucap amira membuatku
mengangguk saja.

Fiuhhhh  

Wushhh

Lilin sudah padam. Aku mulai meraih pisau kue yang di sodorkan bintang.
Ngomong ngomong kuenya tidak di pegang kok. Di taruh di meja ruang tamu.
Hanya ada satu sofa panjang. Tak tahu yang lainnya di bawa kemana.

"Nah ini mau di kasih ke siapa?" Tanya bintang saat aku menyendokan kuenya.
Lalu aku menatap anak anak dan para pengurus panti bergantian.

"Bu yuni" panggilku lalu kulihat bu yuni menunjuk dirinya sendiri. Lantas aku
menjawabnya dengan anggukkan. Mengayunkan tanganku di udara
menyuruhnya mendekat.

Bu yuni mendekat sambil melirik anak anak yang mendesah kecewa. Lalu saat
sampai aku menarik dua tangannya menengadah keudara dan meletakkan
piring kecil berisi kueku di sana.
"Buat bu yuni" ucapku meringis lalu bu yuni memelukku sebentar dan aku
menyuapinya. Matanya nampak merah. Seperti menahan tangis.

"Kamu sehat sehat yah, bahagia selalu, ibu nggak minta sama tuhan buat
memperpanjang umur kamu, yang penting umurmu itu berkah" ucapnya
mengelus suari hitamku sayang. Aku hanya tersenyum lalu kembali memotong
kue dengan sama rata untukku bagikan pada mereka.

"YEAYYY MAKAN KUE!"

Aku hanya tersenyum menanggapi itu lalu menatap bintang yang juga tengah
menatapku. Dia tersenyum, sangat cantik. Lalu memutus atensi kami saat ami
menarik narik ujung kemeja bintang.

Benar kan kataku. Ini hari yang sangat baik. Rasanya aku ingin menangis. Aku
tak pernah meniup lilin ataupun memakan kue ulangtahun.

Waktu masih tinggal di panti yang dulu. Mereka hanya memberikan kado kecil,
surat dan ucapan serta doa.

Wajarkan jika aku terharu?. Biasanya aku di kelilingi orang orang yang
memukulku. Sebenarnya aku sempat berteman dengan seorang gadis yang juga
korban bully di sekolahku dulu. Namun gadis itu, Srikandi ledrina,  dia memilih
untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke danau. Nyawanya sempat
selamat, namun dia menusuk nadinya dengan pisau buah. Aku sempat depresi
waktu itu. Dia temanku satu satunya saat itu. Namun sekian waktu aku mulai
melupakan kejadian itu. Mengenangnya dengan kenangan baik saja. Itu akan
lebih baik. 

Acara mendadak ini telah selesai tepat pada pukul 8. Anak anak masih kecil
mereka harus tidur tepat waktu. Fakish bahkan sudah tertidur pada pukul 7 di
pangkuanku. Dan amira menyusul tidur di gendongan bintang.
Aku sekarang udah di kamarku dengan piyama pink bercorak kelinci. Duduk di
meja belajar sembari menatap langit malam dari jendela kamar yang kebetulan
di samping meja belajarku.

Ngomong ngomong bintang sudah pindah kamar. Tadi siang dia sudah
memindahkan barang barangnya yang ada di kamarku.

Mengambil buku bersampul pink. Aku mulai membuka lembar demi lembar
buku. Lalu berhenti di lembar kertas kosong.

Mengambil pena lalu mulai merangkai kata demi kata di atas kertas bersih itu.
Mencoretinya dengan kalimat yang ku tulis.

07-05-2022
20:21

Aku merayakan ulangtahun ke 18 ku hari ini. Mereka (bintang, bu yuni anak anak
dan pengurus panti) yang menyelenggarakan acara itu. Aku sempat berdoa
sebelum meniup lilin  pertamaku. Aku berdoa agar orang orang yang ku cintai
bahagia. Berdoa agar masa depanku baik baik saja. Aku bahagia hari ini.
Sungguh. Aku tak tahu harus mendeskripsikan seperti apa rasa  bahagiaku  saat
ini. Malam ini juga terasa sangat  menyejukan. Bulan dan bintangnya sangat
indah. Rasanya aku masih ingin berada diantara rembulan dan bintang ini.

Selamat malam☆

Senja putri langit

 
Menutup buku lantas beranjak dari kursi setelah mengembalikan buku dan
pena ketempat asalnya. Berjalan ke arah kasur dan membaringkan tubuhku.
Bergerak sedikit mencari posisi nyaman lalu menarik selimut hingga batas
dada.

"Selamat malam... rembulan"

○○●●●○○
Masa hukuman skors bintang telah selesai. Pagi ini mereka-bintang dan senja-
akan berangkat bersama untuk pertama kali.

Pertama kali juga untuk bintang menaiki bus dan berjalan kaki. Biasanya dia
akan di antar supir atau bodyguard pribadinya untuk mengantarnya ke sekolah.

Selama mereka tinggal serumah. Mereka sudah seperti saudara kandung.


Merawat dan menjaga anak anak. Membantu para pengurus panti. Atau
terkadang membawa anak anak liburan saat weekend.

Seluruh penghuni sekolah juga kini tahu bahwa senja anak yatim piatu dan
tinggal di panti yang sama dengan bintang. Awalnya banyak yang iba pada
senja karena berpikir senja di aniaya di pantinya oleh bintang. Namun setelah
senja mengatakan bahwa kini bintang berubah. Sedikit orang yang lega dan
bahagia. Namun banyak siswa yang masih tak percaya.

Wajar, senja pun hanya memaklumi itu dan bodo amat tentang itu. Senja juga
pernah ikut olimpiade karena di tunjuk langsung oleh wali kelasnya.

Bu sindi, beliau bilang pada rekam rekan guru. Bahwa senja siswi yang
berprestasi. Apa lagi di bidang kimia. Pelajaran kesukaan senja.

Dan untungnya senja meraih medali perak. Yang tentu di sambut antusias
warga sekolah. Walaupun mendapat medali perak senja dan siswa bahkan guru
lainnya sudah merasa bangga. Karena bidang olimpiade yang senja ikuti itu
fisika. Biasanya sekolah ini hanya akan meraih medali perunggu apa lagi di
bidang kimia.

Maklum saja ini sekolah yang baru di bangun beberapa tahun lalu. Siswanya
masih terbilang sedikit. Apa lagi ini sekolah swasta. sangat wajar.

Ngomong ngomong mereka -bintang dan senja- sudah berada di sekolah.


Mereka menjadi bahan tontonan sejak masuk dari gerbang. Namun bintang
hanya menanggapinya dengan acuh. Berbeda dengan senja yang kini
menampakkan wajahnya yang tak nyaman. Risih.
"Ck emang dasar manusia kurang kerjaan" ketus bintang membuat senja yang
di sampingnya menoleh.

"Ngomong ngomong gue mau rapat OSIS pulang sekolah"

Fyi bintang itu salah satu anggota OSIS. Dia bertugas jadi bendahara osis.
Biasanya dia yang bakal ngurus keuangan sama sekertaris
OSIS.  Alexandra,  biasa di panggil lexa. Gadis berperawakan tinggi

Menganggukan kepala mengerti "Katanya sih kalian (OSIS) bakal rapat buat
nentuin ketua sama anggota baru yah?" Ucap senja yang di angguki bintang.

"Kita kan hampir lulus nggak mungkin kan bakal terus menetap di sini?"
Ucapnya lalu terkekeh pelan senja hanya ber'oh ria lalu ikut terkekeh.

"Tapi kan seharusnya udah dari awal semester kenapa baru sekarang?" Tanya
senja

"Hahhh iyah sebenernya juga udah rapat tapi belum ada yang pas, tapi kalo
sekarang harus ke pilih karena batas waktu kita sampe besok doang, itu pun
buat ngurus pelantikan" ucap bintang yang di balas anggukan senja.

"Ya udah sampai jumpa istirahat nanti bye senja" pamit bintang saat mereka
sudah di depan kelas bintang. Senja membalas senyuman lalu kembali
melangkah.

Sekolah sudah ramai. Senja dan bintang berangkat agak siang kerena terjadi
insiden waktu di panti.

Saat senja melangkah masuk ke dalam kelas. Hal pertama yang senja dapat.
Keributan.

"Kalian ngapain?" Tanya senja pada teman temannya yang menggerompol di


pojok kelas.
"OMEGAT OMEGAT SENJA LU HARUS LIAT INI" ucap aksan tergesa
mendatangiku sembari membawa ponsel berwarna merah menyala tak tahu
siapa pemiliknya. Milik aksan? Mungkin.

"Kenapa sih?" Tanya senja kembali saat aksan sampai padanya.

"LO! Jangan bilang ini beneran astaga senja?" Ucap akan sembari menunjuk
ponselnya. Senja lalu melirik ponsel yang di pegang aksan lalu menatap teman
temannya.

"Kenapa sih? Padahal aku sama dia  cuman ngobrol biasa" ucap senja santai.

"WAT THE F-" teriak satu kelas membuat senja terkejut.

○○●●●○○

Wiliam aditama, atau biasa di panggil liam. Pria jangkung berusia 18 tahun dia
sekolah di SMA  PRADA  MAJA.  sekolah itu agak dekat dengan SKYNDICE
SCHOOL. Dan minggu lalu dia -wiliam aditama- juga mengikuti olimpiade fisika
di jakarta selatan. Iya, olimpiade yang senja ikuti.

Pria jangkung ini terkenal akan kepintarannya. Dia juga ketua OSIS di
sekolahnya. Mereka -liam dan senja- sempat mengobrol kecil di hotel yang
mereka tempati (khusus peserta dan guru). Liam itu juga terkenal anti sosial.
Tak ada yang tahu alasannya. Namun Liam selalu aktif untuk mengikuti lomba
akademik bahkan dia juga pernah ikut olimpiade matematika di singapura.
Namun dia kalah.

Akibat obrolan kecil yang terjadi diantara mereka berdua. Mereka tak tahu
bahwa seseorang memotret mereka diam diam dan mengirimnya ke media
sosial.

Makanya satu sekolah kini heboh. Hingga membuat senja risih saat mereka
menatapnya terang terangan dengan tatapan yang errr-.
"Plisss yah lu enak banget buset, kemarin kemarin lo di bonceng langit,
sekarang lo ngobrol ama Liam OMG mana senyumnya ganteng banget lagi"
ucap mentari heboh.

Mereka tengah di kantin. Tentu saja mereka tak lepas dari mata pengunjung
kantin lainnya.

"Huhh padahal cuman ngobrol aja, tapi dia ramah kok baik juga" ucap senja
lalu menyeruput jus tomatnya.

"Suka kali dia" ucap bulan sembari memakan batagornya yang di angguki
mentari. Setuju.

"Nggak heran sih senja kan cantik baik juga" ucap mentari senja hanya
membalasnya dengan senyuman lalu kembali memakan somaynya.

Ngomong ngomong soal bintang. Dia juga sempat kekelas senja dan bertanya
pasal rumor itu. Lalu dia kembali dan mengatakan kalau dia tak bisa ikut senja
kekantin. Ada urusan OSIS.

"Nanti juga bakal meredam cuman ngobrol kecuali kalian official baru deh
hebohnya berkelanjutan" ucap bulan membuat senja terkekeh.

"Nggak bakalan, dia bilang udah punya tunangan" ucap senja lantas mentari
menyembuarkan boba yang ada di dalam mulutnya dan melotot terkejut.

"Hahh iya juga yah kabarnya dia deket sama perempuan bule gitu aku liat juga
di instagramnya cantik sih tapi masih cantikan aku"ucap mentari

"Hilih muka kek cabe cabean gitu juga"

"Sirik aja netijen"

Senja hanya tertawa pelan menikmati pertengkaran kecil kedua temannya.


Menurutnya itu sungguh lucu.
Dan seperti kata bulan. Hari hari berikutnya rumor itu menghilang bak di telan
bumi. Tak ada lagi kehebohan yang terjadi di sekolah. Semuanya berjalan biasa
saja.

Anda mungkin juga menyukai