Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

KLPK 1 Miching

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Makalah Micro Teaching

“Pembelajaran Tematik, Pendekatan Saintifik, Model-Model Pembelajaran (PBL, PjBL,


Discovery Learning, Dan Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013”

Oleh kelompok 1:

Lasti Rahma Winta (20129043)

Ramadhani (20129097)

Zakiatul Aulia (20129233)

20 Bb 06

Dosen Pembimbing:

Dra. Tin Indrawati, M.Pd.

Departemen Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Pembelajaran Tematik, Pendekatan Saintifik, Model-Model Pembelajaran (PBL,
PjBL, Discovery Learning, Dan Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013 “ ini dengan tepat
waktu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulis ikhlas penyusun menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada kedua orangtua penyusun, Bapak /Ibu guru dan teman-teman yang telah
memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil untuk
keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya bagi
para pembaca. Aamiin.

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu .............................................................................. 3
B. Konsep Penerapan Pendekatan Saintifik ............................................................................. 8
C. Konsep Model-Model Pembelajaran (PBL, PjBL, Discovery Learning) .......................... 10
D. Konsep penilaian autentik pada kurikulum 2013............................................................... 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 18
B. Saran .................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah
saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tri pusat
pendidikan adalah tempat di mana anak mendapatkan pengajaran baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam kehidupan keluarga (informal), sekolah (fomal) maupun
masyarakat (non formal). Seseorang dikatakan belajar jika dalam dirinya terjadi aktifitas
yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan dapat diamati relatif lama. Proses
belajar mengajar yang penting yaitu guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan,
tetapi menciptakan atmosfer belajar siswa serta memberikan motivasi dan bimbingan
agar siswa mengembangkan potensi dan kreatifitasnya masing-masing. Perilaku guru
akan berkorelasi positif dengan prestasi siswa jika mampu mengalokasikan dan
menggunakan waktu dalam belajar.
Seorang guru dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar di kelas
harusterlebih dahulu memahami berbagai pendakatan, strategi, dan modelpembelajaran.
Hal tersebut dilakukan karena peserta didik yang diajar dalam satukelas memiliki
karakteristik yang berbeda. Dalam prakteknya seorang guru harusingat bahwa tidak ada
model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasidan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepatharuslah memperhatikan kondisi peserta
didik, sifat materi bahan ajar, fasilitasyang tersedia dan kondisi guru tersebut.
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran bermula dari pendekatan pembelajaran memilikipandangan
yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangantentang guru, dan
pandangan tentang peserta didik, berdasarkan perbedaan sudutpandang tersebutlah
mengakibatkan strategi dan model pembelajaran yangdikembangkan menjadi berbeda.
Sehingga proses pembelajaran akan berbedawalaupun strategi pembelajaran sama.Untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran

1
yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media
yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Pembelajaran Tematik?
2. Apa Konsep Penerapan Pendekatan Saintifik?
3. Apa Konsep Model-Model Pembelajaran (PBL, PjBL, Discovery Learning)?
4. Bagaimana Konsep Penilaian Autentik Pada K13?

C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Pembelajaran Tematik.
2. Mengetahui Penerapan Pendekatan Saintifik.
3. Mengetahui Konsep Model-Model Pembelajaran (PBL, PjBL, Discovery
Learning).
4. Mengetahui Konsep Penilaian Autentik Pada K13.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu


Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.
Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan peserta didik pada pendidikan anak usia dini (PAUD) dan pendidikan dasar
(SD/MI). (Rusman: 2015).
Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-
tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan. Tema
merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik
secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam
unit-unit atau satuan-satuan yang utuh, sehingga membuat pembelajaran sarat akan nilai,
bermakna dan mudah dipahami oleh siswa.
Pembelajaran tematik di sekolah dasar merupakan suatu hal yang dapat dianggap relatif
baru dan pemahamannya oleh guru belum mendalam, sehingga dalam implementasinya belum
sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan
pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara
intensif tentang pembelajaran tematik ini. Di samping itu juga guru masih sulit
meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata
pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas
awal yaitu kelas I, II, dan III atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini,
walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas.
Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran Tematik
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik,
maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus
sebaik mungkin. Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam
merancang pembelajaran tematik ini yaitu:

3
(1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap
mata pelajaran
(2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk
setiap kelas dan semester,
(3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”,
(4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dibuat dalam
bentuk matriks atau jaringan topik,
(5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan
topik pembelajaran tematik.
2. Penerapan pembelajaran tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan
dengan baik apabila didukung dengan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi
pembelajaran, sehingga guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan
dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada tersebut, baik dengan cara
membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke lingkungan
sekitar yang terpisah dari ruang kelasnya.
3. Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi
proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat, dan semangat siswa dalam proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan
penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa
sehari-hari. Di samping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama
kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya
siswa.
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar dan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau
keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat
berupa wawancara atau dialog secara informal. Di samping itu instrumen yang
dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan,

4
ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok dan lembar
observasi.
Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh
semua standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai mata
pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Penjabaran standart kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator
b) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik;
c) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran;
d) Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat
diamati.
2. Penentuan Tema
Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
a) Pemikiran konseptual
Tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa, tetapi bisa
mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
b) Pengembangan keterampilan dan sikap
Tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa.
Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi,
mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus bisa
diakomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri, kerja
sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias, mandiri,
jujur, menghormati dan toleransi.
c) Kesinambungan
Kath Murdock (1998) dalam bukunya Clasroom Connection-Strategies for
Integrated Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi
pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang
baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah dipelajari siswa sebelumnya.

5
d) Materi belajar utama dan tambahan
Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber
dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar
utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau
kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari,
suasana belajar di dalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian.
Sedangkan musik, materi audio visual, literatur, progam komputer, dan
internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan
demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber
belajar itu.
e) Terukur dan terbukti
Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran yang akan siswa capai
dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam proses
pembelajaran tematik. Perlu juga menunjukkan bukti-bukti itulah yang dinilai
guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang
diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan
kepada orang tua siswa.
f) Kebutuhan siswa dalam memilih tema
Guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Tema yang dipilih dapat
menjawab kebutuhan siswa. secara kognitif. Gardner (2007) dalam bukunya
Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi
ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu: (a) pikiran yang terlatih, terampil,
dan disiplin; (b) pikiran mensintesis; (c) pikiran mencipta; (d) pikiran
merespek, dan (e) pikiran etis. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat
melalui perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan
perkembangan kebahasaan siswa.
g) Keseimbangan pemilihan tema
Pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran
tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa mampu mempelajari
sekitar enam tema. Para guru hendaknya dapat memilih tema yang bisa

6
mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan,
dan sains dalam tema-tema yang bervariasi.
h) Aksi nyata
Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan
dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi
yang bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan
pengetahuan lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan
lingkungan di mana siswa hidup.
3. Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
Pengidentifikasian dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar
dan indikator dilakukan sesuai/cocok untuk setiap tema hingga semua kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
4. Penetapan Jaringan Tema
Jaringan tema yaitu hubungan kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata
pelajaran atau materi pokok dengan tema pemersatu.
5. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar
dalam penyusunan silabus.
6. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk mengelola pembelajaran dengan baik, guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.
Setelah tahap perencanaan dilakukan, maka selanjutnya adalah tahap pelaksanaan
pembelajaran tematik. Adapun tahap pelaksanaan pembelajarannya meliputi :
a) Kegiatan Pendahuluan/awal
Pada tahap ini dapat dilakukan panggilan terhadap anak tentang tema yang
disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah, bercerita,
kegiatan fisik/jasmani, dan dan menyanyi.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
pengembangan kemampuan baca, tulis, dan hitung. Penyajian bahan

7
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi/metode yang bervariasi
dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c) Kegiatan penutup
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh
kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau
mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng,
membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi
musik.

B. Konsep Penerapan Pendekatan Saintifik


Menurut Rusman (2015) Pendekatan saintifik adalah model belajar yang menyediakan
ruang pada siswa untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi materi yang dipelajari. Selain itu,
model pendidikan ini juga memberikan kesempatan pada para siswa untuk mengasah
kemampuan melalui kegiatan belajar yang telah dirancang oleh guru.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik artinya pembelajaran itu
dilakukan secara ilmiah. Proses pembelajaran dapat disepadankan dengan suatu proses ilmiah.
Karena itu, kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah
afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa. Melalui
pendekatan ini diharapkan siswa dapat menjawab rasa ingin tahunya melalui proses yang
sistematis sebagaimana langkahlangkah ilmiah. Dalam rangkaian proses pembelajaran secara
ilmiah inilah siswa akan menemukan makna pembelajaran yang dapat membantunya untuk
mengoptimalkan kognisi, afeksi dan psikomotor. Jika praktik ini diterapkan di sekolah, maka
akan membentuk pembiasaan ilmiah yang berkelanjutan.
Pembelajaarn dengan menerapkan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum, atau
prinsip melalui tahapan kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
simpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan (Daryanto,
2014). Dengan demikian, penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran berpusat pada
siswa agar secara aktif mengontruksi pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan ilmiah.

8
Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran dimulai pada tahap pendahuluan,
kegiatan inti, sampai penutup. Kegiatan pendahuluan diarahkan untuk memantapkan pemahaman
peserta didik tentang tujuan dan pentingnya materi yang akan disampaikan, sehingga
memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu inilah yang menjadi modal besar
dalam tahap pembelajaran berikutnya, yaitu kegiatan inti.
Kegiatan inti yang merupakan learning experience (pengalaman belajar) bagi peserta
didik merupakan waktu yang paling banyak digunakan untuk melakukan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seorang tenaga pendidik
mendesain kegiatan belajar yang sistematis sesuai dengan langkah ilmiah. Kegiatan peserta didik
diarahkan untuk mengonstruksi konsep, pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan dengan
bantuan tenaga pendidik melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan. Langkah-langkah tersebut tidak harus dilakukan secara urut, akan tetapi
dapat dilakukan sesuai dengan pengetahuan yang akan dipelajari (Prihadi, 2014).
a) Mengamati, merupakan kegiatan mengidentifikasi suatu objek melalui
penginderaan, yaitu melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau,
pendengar, pencecap dan peraba pada saat mengamati suatu objek menggunakan
ataupun tidak menggunakan alat bantu sehingga siswa dapat mengidentifikasi suatu
masalah.
b) Menanya, merupakan kegiatan mengungkapkan suatu hal yang ingin diketahuinya
baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu.
Pertanyaan dapat diajukan secara lisan maupun tulisan dan dapat berupa kalimat
pertanyaan atau kalimat hipotesis sehingga siswa dapat merumuskan masalah dan
hipotesis. Pertanyaan tersebut hendaknya berkaitan dengan mengapa dan
bagaimana yang menuntut jawaban melalui kegiatan eksperimen.
c) Mengumpulkan data, merupakan kegiatan mencari informasi sebagai bahan untuk
dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca buku,
observasi lapangan, uji coba, wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lainlain
sehingga siswa dapat menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.
d) Mengasosiasi, merupakan mengolah data dalam serangkaian aktivitas fisik dan
pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Pengolahan data dapat dilakukan dengan
klasifikasi, mengurutkan, menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk

9
yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna.
Bentuk pengolahan data misalnya tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung,
dan pemodelan. Selanjutnya, siswa menganalisis data untuk membandingkan
ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang
ada sehingga dapat ditarik suatu simpulan.
e) Mengomunikasikan, merupakan kegiatan siswa dalam mendeskripsikan dan
menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada
orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar,
dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi
informasi dan komunikasi.

C. Konsep Model-Model Pembelajaran (PBL, PjBL, Discovery Learning)


a. PBL
Menurut Rusma (2010:229) Problem Based Learning merupakan penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi
terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu
yang baru dan kompleksitas yang ada”.
Model Problem Based Learning adalah salah satu usaha pemerintah dalam
meningkatkan proses pembelajaran dalam pembelajaran tematik terpadu. Peserta
didik dilatih untuk menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan, mereka tidak
hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan
sebagai pelaku dari penemuan pengetahuan baru.
Contoh penerapan model pembelajaran problem based learning (dalam
RPP) menurut Ibrahim&Nur (dalam Trianto, 2017, hlm. 12) adalah sebagai
berikut.

No. Fase/Indikator Kegiatan / Perilaku Guru

10
No. Fase/Indikator Kegiatan / Perilaku Guru

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan saran atau


Mengorientasi peserta logistik yang dibutuhkan. Selanjutnya, guru
1.
didik terhadap masalah memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah nyata yang dipilih.

Mengorganisasi Pendidik membantu peserta didik untuk


peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
2.

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan


Membimbing
informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen
penyelidikan
3. untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk
individual maupun
menyelesaikan masalah. Siswa dituntut untuk menjadi
kelompok
penyidik yang aktif.

Pendidik membantu siswa untuk berbagi tugas dan


Mengembangkan dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai
menyajikan hasil karya sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk
4.
laporan.

Menganalisis dan Guru membantu pesera didik untuk melakukan refleksi


5. mengevaluasi proses atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang
pemecahan masalah dilakukan.

11
b. PjBL
Project based learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menjadikan
peserta didik sebagai subjek atau pusat pembelajaran, menitikberatkan proses
belajar yang memiliki hasil akhir berupa produk. Artinya, peserta didik diberi
kebebasan untuk menentukan aktivitas belajarnya sendiri, mengerjakan proyek
pembelajaran secara kolaboratif sampai diperoleh hasil berupa suatu produk.
Itulah mengapa kesuksesan pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan
peserta didik.
Adapun berikut beberapa sintak model pembelajaran project based
learning, yaitu:
1. Menyiapkan Pertanyaan atau Penugasan Tugas Proyek
Berikan pertanyaan kepada siswa untuk dapat mendorong peserta didik untuk
melakukan suatu aktivitas atau proyek. Beri pertanyaan yang berkaitan
dengan Kompetensi Dasar (KD) dan ada dalam kehidupan nyata dan
kehidupan sehari-hari.
Yang dapat guru lakukan adalah dengan membuat satu pertemuan dengan
rencana proyek di kelas. Dalam pertemuan tersebut, khususkan untuk
menemukan permasalahan saja. Misalnya pada pelajaran Geografi dalam KD
lingkungan hidup, cari masalah tentang polusi, global warming, atau
pengolahan limbah yang ramah lingkungan.

2. Mendesain Perencanaan untuk Proyek


Perencanaan ini harus secara kolaboratif antara guru sebagai pengajar dan peserta
didik. Perencanaan ini dilakukan supaya semua pihak merasa memiliki atas
proyek tersebut.
Dalam perencanaan, yang dibicarakan adalah tentang kegiatan pendukung yang
akan dilakukan, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan aturan main untuk
penyelesaian proyek tersebut.
3. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Penyelesaian Proyek
Setelah mendesain perencanaan, susunlah jadwal. Dalam tahap ini, aktivitas yang
dilakukan adalah:

 Membuat timeline penyelesaian proyek

 Membuat deadline penyelesaian proyek

12
 Merencanakan cara pemecahan yang baru dengan siswa

 Membimbing peserta didik saat membuat hal-hal yang kurang berhubungan


dengan proyek

 Siswa diminta membuat penjelasan alasan tentang pemilihan cara baru


tersebut

4. Memonitor Siswa dan Progres dari Proyeknya


Guru sebagai pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor dan
mengikuti aktivitas peserta didik selama mereka menyelesaikan proyek. Proses
monitoring progres proyek siswa ini dapat dilakukan dengan menggunakan rubrik
khusus. Rubik tersebut berguna untuk merekam keseluruhan aktivitas penting.
Peserta didik tugasnya adalah untuk melakukan pengecekan atas kerja mereka
sendiri. Apakah tugasnya sudah sesuai dengan tahap perkembangan proyeknya
atau belum.
Dengan melakukan ini maka akan memungkinkan mereka untuk terus melakukan
perbaikan. Pada akhirnya, diperoleh suatu proyek yang sudah sesuai dengan
kriteria penugasan yang diberikan sejak awal.
5. Menguji Hasil
Pengujian hasil proyek yang dilakukan siswa dapat dilakukan melalui presentasi
atau penyajian proyek. Guru sebagai pengajar akan mengukur ketercapaian
kompetensi peserta didiknya pada tahap ini.
Di tahap ini, guru dan siswa dapat sama-sama melihat dimana kekurangan dan
kelebihan proyek yang mereka hasilkan. Guru akan membahas tentang kelayakan
proyek yang telah dibuat oleh siswa. Siswa dari kelompok lain juga bisa
memberikan masukan untuk sama-sama belajar.
6. Evaluasi Pengalaman
Tugas guru untuk membimbing proses pemaparan proyek dan menanggapi hasil
proyek siswa sudah selesai. Terakhir, saatnya guru dan siswa melakukan evaluasi
yaitu dengan merefleksi dan membuat kesimpulan.
Refleksi dilakukan oleh setiap siswa secara individu maupun kelompok di akhir
penyelesaian proyek ini. Siswa akan sekaligus mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama melakukan dan menyelesaikan tugas proyeknya. Dalam
tahap ini, guru dan siswa mengembangkan diskusi untuk menjawab permasalahan
di awal.
c. Discovery Learning
Discovery learning menjadi salah satu model pembelajarannya banyak digunakan
oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Pengertian discovery
learning menurut Buana (2017), merupakan metode belajar yang menitikberatkan

13
pada murid, di mana mereka diharapkan bisa mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan secara mandiri, untuk menambah pengetahuan atau meningkatkan
keterampilan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk menerapkan model pembelajaran discovery learning di kelas,
Anda bisa melakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Stimulation/Stimulasi (Pemberian Rangsangan)


Pada tahapan pertama ini, stimulasi fungsinya adalah untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar. Stimulation dilakukan dengan melakukan teknik bertanya.
Teknik bertanya dilakukan dengan siswa diajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan mereka pada kondisi yang mendorong eksplorasi dan ide-
ide. Siswa akan memiliki keinginan untuk melakukan penyelidikan sendiri.
Dalam stimulasi, yang dapat dilakukan adalah menyajikan bahan kajian di awal,
contohnya berupa potensi daerah yang berkaitan dengan konsep geografi yang
sedang dipelajari. Selanjutnya, siswa akan merasa dihadapkan dengan kondisi
yang mengharuskan mereka memikirkan ide-ide.
2. Problem Statement/Pernyataan (Identifikasi Masalah)
Dalam problem statement atau mengidentifikasi masalah ini, siswa diberi
kesempatan untuk menganalisis dan mengidentifikasi permasasalahan yang telah
diberikan kepada mereka. Teknik ini berguna untuk membangun pemikiran siswa
agar terbiasa memecahkan problem atau masalah.
Lalu dilanjutkan dengan menentukan salah satu solusi pemecahan masalah yang
dianggap paling relevan dalam proses penyelesaian masalah tersebut. Salah satu
jenis penyelesaian masalah tersebut disebut kategori hipotesis.
Contohnya adalah dengan mengidentifikasi potensi daerah dalam konsep geografi
secara satu per satu. Siswa akan mengidentifikasi masalah apa yang ada dan
potensi dari daerah tersebut.
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan kebenaran
hipotesis. Siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan (collecting)
berbagai informasi yang relevan, mengamati objek, membaca literatur, melakukan
wawancara (interview) dengan narasumber, melakukan uji coba dan lainnya.

14
Konsekuensi pada tahap ini adalah siswa diharuskan untuk dapat belajar lebih
aktif dalam menemukan informasi tertentu yang berhubungan dengan
permasalahan yang diberikan, secara implicit. Melalui proses tahapan ini, siswa
dengan secara tidak disengaja telah ada dalam proses menghubungkan masalah
yang ada dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Setelah data dikumpulkan baik dari infromasi, interview, observasi, dan lainnya,
tentunya data akan diolah dan diproses. Data processing juga sering disebut
dengan pengkodean coding/kategorisasi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi.
Dari generalisasi, siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
penyelesaian/jawaban yang perlu mendapat pembuktian logis. Lalu semuanya
akan diolah, diklasifikasikan, diacak, bahkan jika perlu akan dihitung dengan
mengunakan metode tertentu. Lalu kemudian akan ditafsirkan dengan baik supaya
dapat lewat tahap verifikasi.
5. Verification (Pembuktian)
Verification supaya proses belajar berjalan dengan kreatif dan baik. Hal ini
dilakukan guru untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
sebuah konsep, teori, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ada kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan hasil dari pengolahan, siswa akan diarahkan untuk memeriksa ulang
informasi, baik hipotesis atau pernyataan yang telah mereka rumuskan
sebelumnya, apakah terjawab atau tidak dan apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization/Generalisasi (Menarik Kesimpulan)
Berdasarkan hasil verifikasi maka akan dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalization (generalisasi). Siswa akan diminta untuk menarik
kesimpulan.
Setelah itu siswa harus menarik kesimpulan, siswa harus memperhatikan proses
generalisasi yang mengharuskan untuk menguasai pelajaran atas makna atau
prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang. Dan juga

15
pentingnya proses generalization (generalisasi) dan pengaturan dari pengalaman
tersebut.
Penilaian dalam metode Discovery Learning ini mencakupi aspek proses, domain
kognitif, sikap, atau penilaian hasil kerja yang telah diselesaikan siswa. Adapun
penggunaan penilaian aspek masing-masing, contohnya seperti aspek afektif,
kognitif, dan psikomotor yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
siswa, baik berupa test ataupun non-test.

D. Konsep penilaian autentik pada kurikulum 2013


Dalam Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, dinyatakan bahwa
penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
input (masukan), proses, dan output (keluaran).

Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau reliable. Autentik berarti
keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
Misalnya, peserta didik diberi tugas proyek untuk melihat kompetensi peserta didik dalam
menerapkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau dunia
nyata.

Menurut Nurhadi (2004: 172) penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara
tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian autentik juga
merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-tugas yang riil yang
dibutuhkan peserta didik untuk dilaksanakan dalam menghasilkan pengetahuan mereproduksi
informasi.

Evaluasi autentik pada kurikulum 2013 yaitu berfokus pada pengetahuan melalui evaluasi
output menjadi berbasis kemampuan melalui evaluasi proses, portofolio dan evaluasi output
secara utuh dan menyeluruh, Mulyasa (2013: 66).

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pada Kurikulum 2013 penilaian peserta
didik di dasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

16
a) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
b) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
f) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran berpusat pada siswa agar
secara aktif mengontruksi pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan ilmiah.
Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran dimulai pada tahap pendahuluan,
kegiatan inti, sampai penutup. Kegiatan pendahuluan diarahkan untuk memantapkan
pemahaman peserta didik tentang tujuan dan pentingnya materi yang akan disampaikan,
sehingga memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu inilah yang menjadi
modal besar dalam tahap pembelajaran berikutnya, yaitu kegiatan inti.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa
senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam
mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran
sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap-tiap model
pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda.

B. Saran
Penulis berharap atas adanya makalah ini dapat memberikan sedikit pemahaman
kepada kita tentang Pembelajaran Tematik, Pendekatan Saintifik, Model-Model
Pembelajaran (PBL, PjBL, Discovery Learning, Dan Penilaian Autentik Pada Kurikulum
2013. Walau demikian kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca
sekalian agar kiranya nanti dapat kami perbaiki atas kekurangan yang ada dalam makalah
ini.

18
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto. (2017). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontektual.
Jakarta: Kencana.

Asrul, dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cipustaka Media.

Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava.

Dr. Rusman, M.Pd.(2015). Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta
: Rajawali Press.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu pendekatan Praktis. Jakarta: Rajawali Press

Kurikulum 2013 di SMPN 8 Kota Pekalongan tanggal 23 – 24 Mei 2014. Rhosalia, L. A. (2017).
Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
Kurikulm 2013 versi 2016. JTIEE, 1(1): 59 – 77.

Media. Musfiqon, H. M. & Nurdyansah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:


Nizamia Learning Center.

Prihadi, B. (2014). Penerapan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


dalam Kurikulum 2013. Makalah disampaikan pada In House Training Implementasi.

19

Anda mungkin juga menyukai