Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Praktikum PSG

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI

Dosen Pengampuh : Dr. Iriyani Harun, SKM, M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : Nurul Khatimah

Nim : A1D122047

Kelompok :3

Kelas : 22 B

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SI GIZI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. atas anugrah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum mata kuliah penilaian status gizi.

Adapun maksud dan tujuan kami dari penyusunan laporan praktikum ini selain untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah, juga untuk memperluas
wawasan atau pengetahuan mahasiswa lainnya atau orang yang membaca laporan praktikum
ini khususnya mahasiswa gizi.

Kami sebagai penulis telah berusaha untuk dapat menyusun laporan praktikum ini
dengan baik, namun kamipun menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan sebagai manusia
biasa. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan yang ada pada laporan
praktikum ini baik dari segi penulisan maupun isi, kami mohon maaf.

Serta saran dan kritikan dari pembaca atau dosen pengampu mata kuliah penilaian
status gizi sangat kami harapkan guna penyempurnaan laporan praktikum ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.

Makassar, 7 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4

B. Tujuan Praktikum ....................................................................................................... 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 6

A. Status Gizi .............................................................................................................. 6

B. Penilaian Status Gizi ............................................................................................... 6

BAB III

METODE PELAKSANAAN .............................................................................................. 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 15

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 18

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak untuk


peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada masa usia sekolah. Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Anak sekolah pada umumnya berada dalam
masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif, pengaturan makanan yang bergizi baik,
seimbang dan beraneka ragam jenis akan memastikan kecukupan gizinya.

Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di


Indonesia. Masalah tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam pengklasifikasiannya,
status gizi bayi dipengaruhi oleh faktor intrinsik yang meliputi genetik, hormon, dan
kehidupan intrauterin, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi asupan gizi, morbiditas, pola
makan dan pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan
dalam melakukan perbaikan status gizi bayi (Soedjatmiko, 2001).

United Nation Children’s Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada


diperingkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak terhambat pertumbuhannya
paling besar dengan perkiraan 7,7% anak. Tahun 2011 prevelensi status gizi masih seperti
tahun 2010 sebesar 4,9% gizi buruk, gizi kurang 13%, walaupun tidak terjadi kenikan,
angka prevelensi status gizi kurang di Indonesia masih cukup tinggi jika dibandingkan
dengan standar yang di tetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebesar 10%
(Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, secara nasional prevelensi berat-kurang pada


anak adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan
dengan angka prevelensi nasional tahun 2007 18,4% dan tahun 2010 17,9% terlihat
meningkat, padahal target RPJMN sebesar 15% pada tahun 2014. Perubahan terutama pada
prevelensi gizi burul yaitu 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013.
Sedangkan prevelensi gizi kurang naik sebesar 0,9% dari 2007 dan 2013. (Kemenkes RI,
2014).
Peningkatan status kesehatan dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam
upaya peningkatan kualitas manusia dalam aspek lainnya, seperti pendidikan dan
produktivitas tenaga kerja. Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi yaitu dengan
melakukan penilaian status gizi.

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu,
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak
langsung yaitu, survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, dkk,
2002).

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan status gizi seseorang melalui
pengukuran antropometri yakni pengukuran berat badan, tinggi badan atau panjang badan
dan lingkar lengan atas (LILA).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrien. Status gizi merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai perkembangan
kesehatan bayi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi status gizi seorang bayi,
diantaranya pemberian ASI eksklusif, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga.
Penilaian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diet (Beck, 2000).

B. Penilaian Status Gizi

1. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh
dan metos artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter
adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak
dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, oto dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa dkk., 2002). Dari
beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai
dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan
perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB)
adalah yang paling dikenal.
a. Umur

Umur sangat memegang peran dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu, penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes RI.,
2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan pengukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan
mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan. Berat badan
merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh
(otot dan lemak) (Supariasa dkk., 2002).
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu ke tempat lain.
2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4) Skala mudah dibaca
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Alat yang memenuhi persyaratan dan dianjurkan untuk menimbang anak balita
adalah dacin (Supariasa dkk., 2002).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan pengukuran antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang
cukup lama. Pengukuran tinggi badan untuk balita yang sudah dapat berdiri dilakukan
dengan alat pengukur tinggi “mikrotoa” (Microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm (Supariasa, dkk., 2002).
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan
menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat
dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun (Depkes RI., 2004).
d. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (Prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Alat yang digunakan
merupakan suatu pita pengukur berupa fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis
plastik. LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. LILA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan
status KEP pada balita dan KEK pada ibu WUS dan ibu hamil sebagai risiko bayi
BBLR.
Kesalahan pengukuran LILA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan
gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ambang batas
pengukuran LILA pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm. sedangkan pada balita
yaitu < 12,5 cm (Supariasa dkk., 2002).

Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 Hari
KEK < 9,5 cm
Normal 9,5 cm
Balita
KEK < 12,5 cm
Normal 12,5 cm

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan


asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Indeks
antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi balita adalah berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), Berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) serta lingkar lengan atas menurut umur (LILA/U) (Anggraeni dan
Aviarini, 2010).
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi
Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur
yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau
dengan menggunakan rumus:
𝑵𝑰𝑺−𝑵𝑴𝑩𝑹
Z-score =
𝑵𝑺𝑩𝑹

Dimana: NIS : Nilai Individual Subjek


NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Tabel 2.2 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standar Baku
antropometri WHO-NCHS
No. Indeks yang Dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1. BB/U < -3 SD Gizi Buruk
-3 s/d < -2 SD Gizi Kurang
-2 s/d + 2 SD Gizi Baik
> + 2 SD Gizi Lebih
2. TB/U < -3 SD Sangat Pendek
-3 s/d < -2 SD Pendek
-2 s/d + 2 SD Normal
> + 2 SD Tinggi
3. BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
-3 s/d < -2 SD Kurus
-2 s/d + 2 SD Normal
> + 2 SD Gemuk
Sumber: Depkes RI., 2004

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000


oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 2.1 diatas serta
diinterpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat
pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U, TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometri WHO-NCHS).
Indeks Antropometri
No. Keterangan
BB/U TB/U BB/TB
1. Baik Pendek Gemuk Kronis-Gemuk
2. Lebih Pendek Gemuk Kornis-Gemuk
3. Baik Normal Gemuk Gemuk
4. Lebih Normal Gemuk Tidak kronis-Gemuk
5. Lebih Normal++ Normal Gizi baik, tidak akut/kronis
6. Lebih Normal Gemuk Gemuk
7. Lebih Normal Normal Baik
8. Baik Pendek Normal Kronis
9. Baik Normal Normal Gizi baik, tidak akut/kronis
10. Baik Normal Normal Baik
11. Kurang Pendek Normal Kronis-Tidak akut
12. Kurang Normal Normal Baik
13. Baik Normal Kurus Akut
14. Baik Normal++ Kurus Tidak kronis-Akut
15. Kurang Pendek Kurus Kronis-Akut
16. Kurang Normal Kurus Tidak kronis-Akut
17. Kurang Normal Kurus Akut
Sumber: Depkes RI., 2004
Indek Massa tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak remaja ibu hamil dan olahragawan. IMT juga
tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema,
asites, dan hepatomegali. Rumus untuk menghitung IMT yaitu:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Setelah IMT dihitung, kemudia dikategorikan seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Kategori Ambang batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27,0
Sumber: Depkes RI
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Waktu Pelaksanaan

Praktikum penilaian status gizi ini dilaksanakan pada hari Rabu, 06 Desember
2023 pukul 08.00 WITA sampai selesai.

B. Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan praktikum penilaian status gizi ini adalah di Laboratorium


Antropometri Prodi S1 Gizi Universitas Megarezky.

C. Alat dan Bahan

1. Stadiometer
2. Microtoise
3. Pita LILA
4. Timbangan BB injak/timbangan detecto
5. Timbangan Bayi (baby scale)
6. Infantometer
7. Dacin
8. Alat tulis

D. Prosedur Pengukuran Status Gizi

1. Pengukuran Tinggi Badan Menggunakan Stadiometer


 Siapkan pengukuran stadiometer dan tempelkan pada dinding yang tegak
lurus dengan permukaan tanah/lantai yang rata.
 Respondek berdiri tegak, persis dibawah stadiometer tanpa menggunakan
alas kaki.
 Posisi kepala, bahu bagian belakang, lengan, pantat, dan tumit ditempelkan
pada dinding.
 Stadiometer ditarik sampai menyentuh bagian atas kepala responden,
posisi kepala responden lurus ke depan.
 Angka yang tertera dibaca sejajar dnegan mata praktikan lalu hasilnya
dicatat.
2. Pengukuran Tinggi Badan Menggunakan Microtoise
 Microtoise disipakan dan diletakkan pada dinding yang tegak lurus dengan
permukaan tanah/lantai yang rata.
 Respondek berdiri tegak, persis dibawah microtoise tanpa menggunakan
alas kaki.
 Posisi kepala, bahu bagian belakang, lengan, pantat, dan tumit ditempelkan
pada dinding tempat microtoise dipasang.
 Microtoise digeser sampai menyentuh bagian atas kepala responden, posisi
kepala responden lurus ke depan.
 Angka yang tertera dibaca sejajar dengan mata praktikan lalu hasilnya
dicatat.
3. Pengukuran Panjang Badan Bayi
 Infantometer disiapkan dan diletakkan di meja yang rata.
 Tarik geser bagian yang dapat digeser sampai diperkirakan cukup panjang
untuk menaruh bayi.
 Bayi dibaringkan dengan posisi terlentang, telinga sejajar dengan puncak
tulang pipui, dan kepala bayi ditempelkan pada bagian yang tidak dapat
digeser.
 Kedua kaki bayi dirapatkan, lutut bayi ditekan sampai lurus dan
menempel, telapak kaki ditekan sampai membentuk siku. Bila sulit
dilakukan dengan kedua kaki, lakukan dengan hanya satu telapak kaki
yang menempel.
 Baca panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar dan catat
hasilnya.
4. Pengukuran Berat Badan Bayi
 Timbangan bayi (baby scale) disiapkan dan diletakkan pada meja yang rata
 Timbangan dikalibrasi pada angka 0
 Bayi diletakkan pada timbangan dengan posisi terlentang, dengan pakaian
yang seminimum mungkin.
 Catat hasil pengukuran yang diperoleh.
5. Pegukuran Dacin
 Gantung dacin pada tempat yang kokoh.
 Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata.
 Letakkan banduk geser pada angka nol.
 Pasang sarung timbangan yang kosong pada dacin
 Seimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbangan dengan
kantong plastik yang berisikan pasir di ujung batang dacin, sampai kedua
jarum tegak lurus.
 Masukkan balita yang akan ditimbang ke dalam sarung timbang dengan
pakaian seminimal mungkin dan geser bandul geser sampai jarum tegak
lurus.
 Baca hasilnya dengan melihat angka di ujung bandul geser. Catat hasilnya
yang diperoleh.
 Kembalikan bandul geser ke angka nol, letakkan batang dacin pada tali
pengaman, dan keluarkan balita dari sarung timbangan.
6. Pengukuran Berat Badan Menggunakan Timbangan Detecto
 Timbangan detecto disiapkan dan diletakkan pada permukaan tanah/lantai
yang rata.
 Timbangan dikalibrasi pada angka 0. Jika timbangan belum pas di angka 0,
putar sekrup yang berada pada ujung timbangan sampai timbangan
seimbang.
 Persilahkan responden berdiri diatas timbangan dengan posisi badan tegak,
kepala menghadap lurus ke depan, dan menggunakan pakaian yang
seminimal mungkin.
 Catat hasil pengukurannya.
7. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
 Pastikan lengan yang diukur adalah lengan yang tidak banyak beraktifitas.
 Tetapkan posisi siku dan bahu.
 Letakkan pita di antara bahu dan siku dan tentukan titik tengah lengan.
 Lingkarkan pita pada tiitk dengan dan pastikan tangan responden lurus ke
bawah.
 Pita jangan terlalu longgar dan jangan terlalu ketat.
 Catat hasil yang diperoleh.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan menggunakan 2 alat yaitu, stadiometer dan microtoise.
Hasil pengukuran yang didapatkan adalah, pada stadiometer 145,3 cm dan pada
microtoise 145 cm.
2. Panjang Badan
Hasil yang didapatkan adalah 34,6 cm.
3. Berat Badan
Pada pengukuran menggunakan timbangan detecto didapatkan hasil 53 kg, pada
pengukuran menggunakan dacin didapatkan hasil 2,2 kg, dan pada pengukuran
menggunakan baby scale didapatkan hasil 2,16 kg.
4. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Hasil yang didapatkan adalah 26,4 cm.

Berdasarkan hasil yang diperolah, adapun perhitungan IMT pada pengukuran tinggi
badan dan berat badan:

1. Pada Stadiometer
53 53
𝐼𝑀𝑇 = = = 25,20
1,45 𝑥 1,45 2,1025

2. Pada Microtoise
53 53
𝐼𝑀𝑇 = = = 25,20
1,45 𝑥 1,45 2,1025

Perhitungan Z-score BB/PB berdasarkan hasil dari pengukuran dacin, baby scale
dan infantometer :

1. BB Dacin
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 (𝑘𝑔)−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝐵/𝑃𝐵
𝑍 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢

2,2 − 2,5
=
2,5 − 2,3
= −1,5 𝑆𝐷
2. BB Baby Scale
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 (𝑘𝑔)−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝐵/𝑃𝐵
𝑍 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢

2,16 − 2,5
=
2,5 − 2,3
= −1,7 𝑆𝐷

Perhitungan Berat Badan berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) berdasarkan


rumus gibson:

Berat badan = (2,001 x LILA) – 1,223


= (2,001 x 26,4) – 1,223
= 51,60 kg

B. Pembahasan

Kegiatan praktikum penilaian status gizi dilakukan untuk mengetahui langsung


bagaimana cara menggunakan alat pengukuran dan mengetahui status gizi pada responden.
Serta dapat mengetahui bagaimana cara berbicara yang baik saat mewawancarai responden.

Praktikum penilaian status gizi ini mencakup beberapa aspek penilaian pada
pengukuran antropometri yaitu, IMT, Z-score, dan LILA. Berdasarkan perhitungan yang
diperolah, pada pengukuran IMT responden didapatkan hasil 25,20 yang dimana ini masuk
kedalam kategori gemuk tingkat ringan. Maka dari itu kepada responden dianjurkan untuk
mengatur pola makan, pola istirahat dan berolahraga.

Gizi lebih dapat disebabkan karena konsumsi makanan yang berlebihan dan zat gizi
yang lebih sehingga berdampak pada postur tubuh yang lebih atau gemuk. Untuk mengatasi
gizi lebih ini bisa dilakukan dengan mengurangi konsumsi makanan, agar memiliki berat
badan yang ideal.

Kesulitan yang di alami pada pengukuran antropometri adalah tidak adanya


responden asli pada pengukuran bayi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengukuran antropometri dilakukan pada responden berusia 20 tahun dan


diapatkan hasil termasuk ke dalam kategori gemuk tingkat ringan. Dan adanya hambatan
pada pengukuran bayi dikarenakan tidak adanya responde asli atau hanya menggunakan
manekin.

B. Saran

1. Menggunakan alat yang normal atau tidak rusak.


2. Selama praktikum, ikuti dan patuhi aturan yang ada pada laboratorium.
3. Fokus dalam melakukan pengukuran dan lakukan sesuai dengan ketentuan yang
ada atau yang berada pada modul.
4. Praktikan lebih peka dan komunikatif dalam mewawancarai responden.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni R. dan A. Indarti. 2010. Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks
Antropometri (BB/U) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal SNASTI. Beck , E
Mary. 2000. Nutrition And Dietics For Nurses. New York: Aspen Publisher.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA. Jakarta.

Supariasa, Bakri, B dan Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai