Laporan Praktikum PSG
Laporan Praktikum PSG
Laporan Praktikum PSG
Disusun Oleh:
Nim : A1D122047
Kelompok :3
Kelas : 22 B
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. atas anugrah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum mata kuliah penilaian status gizi.
Adapun maksud dan tujuan kami dari penyusunan laporan praktikum ini selain untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah, juga untuk memperluas
wawasan atau pengetahuan mahasiswa lainnya atau orang yang membaca laporan praktikum
ini khususnya mahasiswa gizi.
Kami sebagai penulis telah berusaha untuk dapat menyusun laporan praktikum ini
dengan baik, namun kamipun menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan sebagai manusia
biasa. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan yang ada pada laporan
praktikum ini baik dari segi penulisan maupun isi, kami mohon maaf.
Serta saran dan kritikan dari pembaca atau dosen pengampu mata kuliah penilaian
status gizi sangat kami harapkan guna penyempurnaan laporan praktikum ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu,
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak
langsung yaitu, survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, dkk,
2002).
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan status gizi seseorang melalui
pengukuran antropometri yakni pengukuran berat badan, tinggi badan atau panjang badan
dan lingkar lengan atas (LILA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrien. Status gizi merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai perkembangan
kesehatan bayi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi status gizi seorang bayi,
diantaranya pemberian ASI eksklusif, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga.
Penilaian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diet (Beck, 2000).
1. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh
dan metos artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter
adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak
dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, oto dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa dkk., 2002). Dari
beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai
dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan
perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB)
adalah yang paling dikenal.
a. Umur
Umur sangat memegang peran dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu, penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes RI.,
2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan pengukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan
mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan. Berat badan
merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh
(otot dan lemak) (Supariasa dkk., 2002).
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu ke tempat lain.
2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4) Skala mudah dibaca
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Alat yang memenuhi persyaratan dan dianjurkan untuk menimbang anak balita
adalah dacin (Supariasa dkk., 2002).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan pengukuran antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang
cukup lama. Pengukuran tinggi badan untuk balita yang sudah dapat berdiri dilakukan
dengan alat pengukur tinggi “mikrotoa” (Microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm (Supariasa, dkk., 2002).
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan
menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat
dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun (Depkes RI., 2004).
d. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (Prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Alat yang digunakan
merupakan suatu pita pengukur berupa fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis
plastik. LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. LILA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan
status KEP pada balita dan KEK pada ibu WUS dan ibu hamil sebagai risiko bayi
BBLR.
Kesalahan pengukuran LILA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan
gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ambang batas
pengukuran LILA pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥ 9,5 cm. sedangkan pada balita
yaitu < 12,5 cm (Supariasa dkk., 2002).
Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 Hari
KEK < 9,5 cm
Normal 9,5 cm
Balita
KEK < 12,5 cm
Normal 12,5 cm
Tabel 2.3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U, TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometri WHO-NCHS).
Indeks Antropometri
No. Keterangan
BB/U TB/U BB/TB
1. Baik Pendek Gemuk Kronis-Gemuk
2. Lebih Pendek Gemuk Kornis-Gemuk
3. Baik Normal Gemuk Gemuk
4. Lebih Normal Gemuk Tidak kronis-Gemuk
5. Lebih Normal++ Normal Gizi baik, tidak akut/kronis
6. Lebih Normal Gemuk Gemuk
7. Lebih Normal Normal Baik
8. Baik Pendek Normal Kronis
9. Baik Normal Normal Gizi baik, tidak akut/kronis
10. Baik Normal Normal Baik
11. Kurang Pendek Normal Kronis-Tidak akut
12. Kurang Normal Normal Baik
13. Baik Normal Kurus Akut
14. Baik Normal++ Kurus Tidak kronis-Akut
15. Kurang Pendek Kurus Kronis-Akut
16. Kurang Normal Kurus Tidak kronis-Akut
17. Kurang Normal Kurus Akut
Sumber: Depkes RI., 2004
Indek Massa tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak remaja ibu hamil dan olahragawan. IMT juga
tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema,
asites, dan hepatomegali. Rumus untuk menghitung IMT yaitu:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27,0
Sumber: Depkes RI
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Waktu Pelaksanaan
Praktikum penilaian status gizi ini dilaksanakan pada hari Rabu, 06 Desember
2023 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
B. Tempat Pelaksanaan
1. Stadiometer
2. Microtoise
3. Pita LILA
4. Timbangan BB injak/timbangan detecto
5. Timbangan Bayi (baby scale)
6. Infantometer
7. Dacin
8. Alat tulis
A. Hasil
1. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan menggunakan 2 alat yaitu, stadiometer dan microtoise.
Hasil pengukuran yang didapatkan adalah, pada stadiometer 145,3 cm dan pada
microtoise 145 cm.
2. Panjang Badan
Hasil yang didapatkan adalah 34,6 cm.
3. Berat Badan
Pada pengukuran menggunakan timbangan detecto didapatkan hasil 53 kg, pada
pengukuran menggunakan dacin didapatkan hasil 2,2 kg, dan pada pengukuran
menggunakan baby scale didapatkan hasil 2,16 kg.
4. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Hasil yang didapatkan adalah 26,4 cm.
Berdasarkan hasil yang diperolah, adapun perhitungan IMT pada pengukuran tinggi
badan dan berat badan:
1. Pada Stadiometer
53 53
𝐼𝑀𝑇 = = = 25,20
1,45 𝑥 1,45 2,1025
2. Pada Microtoise
53 53
𝐼𝑀𝑇 = = = 25,20
1,45 𝑥 1,45 2,1025
Perhitungan Z-score BB/PB berdasarkan hasil dari pengukuran dacin, baby scale
dan infantometer :
1. BB Dacin
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 (𝑘𝑔)−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝐵/𝑃𝐵
𝑍 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢
2,2 − 2,5
=
2,5 − 2,3
= −1,5 𝑆𝐷
2. BB Baby Scale
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 (𝑘𝑔)−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝐵/𝑃𝐵
𝑍 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢
2,16 − 2,5
=
2,5 − 2,3
= −1,7 𝑆𝐷
B. Pembahasan
Praktikum penilaian status gizi ini mencakup beberapa aspek penilaian pada
pengukuran antropometri yaitu, IMT, Z-score, dan LILA. Berdasarkan perhitungan yang
diperolah, pada pengukuran IMT responden didapatkan hasil 25,20 yang dimana ini masuk
kedalam kategori gemuk tingkat ringan. Maka dari itu kepada responden dianjurkan untuk
mengatur pola makan, pola istirahat dan berolahraga.
Gizi lebih dapat disebabkan karena konsumsi makanan yang berlebihan dan zat gizi
yang lebih sehingga berdampak pada postur tubuh yang lebih atau gemuk. Untuk mengatasi
gizi lebih ini bisa dilakukan dengan mengurangi konsumsi makanan, agar memiliki berat
badan yang ideal.
A. Kesimpulan
B. Saran
Anggraeni R. dan A. Indarti. 2010. Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks
Antropometri (BB/U) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal SNASTI. Beck , E
Mary. 2000. Nutrition And Dietics For Nurses. New York: Aspen Publisher.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA. Jakarta.
Supariasa, Bakri, B dan Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN