Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laprak 1 Antro

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI

PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN


KOMPOSISI TUBUH

Dosen Pengampu:

Dr. Etika Ratna Noer, S.Gz., M.Si.


Adriyan Pramono, S.Gz., M.Si., Ph.D.
Dr. dr. Nyoman Suci Widyastiti, M.Kes, Sp.PK(K)

Nama kelompok:
Herlina Hapsari 22030123410007
Ayu Andalia 22030123410010
Arini Noor Khasanah 22030123410020
Lestari Suryaningsih 22030123410031
Putri Indah Nurmalasari 22030123410037

MAGISTER ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
I. LATAR BELAKANG......................................................................................2
A. PENDAHULUAN........................................................................................2
B. TUJUAN.......................................................................................................3
C. MANFAAT...................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
A. Berat Badan dan Tinggi Badan........................................................................4
B. LiLA..............................................................................................................5
C. Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)....................................................5
D. Tebal Lemak Bawah Kulit............................................................................6
E. BIA................................................................................................................6
F. Pengukuran Bayi...........................................................................................6
III. METODE PRAKTIKUM................................................................................10
IV. HASIL..............................................................................................................15
V. PEMBAHASAN...............................................................................................20
VI. PENUTUP.......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
LAMPIRAN...........................................................................................................38

1
I. LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Permasalahan gizi seringkali masih ada di masyarakat. Masalah gizi pada


dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum mencukupi kebutuhan
tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan gizi sesuai
dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat
menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya berlebih
akan menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai
akibat dari asupan gizi sehari-hari. Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran
beberapa parameter, kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan
standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat
menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi.
Beberapa cara penilaian status gizi dapat melalui metode antropometri.1
Antropometri berasal dari kata anthropo yang berarti manusia dan metri
adalah ukuran. Metode antropometri dapat diartikan sebagai mengukur fisik dan
bagian tubuh manusia. Jadi antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian
tubuh manusia. Dalam menilai status gizi dengan metode antropometri adalah
menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan status gizi.
Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri untuk
mengukur status gizi adalah konsep dasar pertumbuhan.1
Pertumbuhan diartikan sebagai terjadinya perubahan sel tubuh yang terjadi
dalam dua bentuk, yaitu pertambahan ukuran sel dan atau pertambahan jumlah sel.
Secara akumulasi perubahan sel ini akan menghasilkan perubahan ukuran tubuh,
yang ditunjukkan dengan pertambahan ukuran fisik, baik dalam bentuk berat
badan, tinggi badan atau tampilan fisik. Akibat dari perubahan sel, juga
menyebabkan proporsi atau komposisi tubuh juga berubah. Jadi pertumbuhan
adalah perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu, baik dari segi ukuran fisik,
proporsi, maupun komposisi tubuh.1

2
Komposisi tubuh tingkat keseluruhan mencirikan ukuran dan konfigurasi tubuh,
yang sering digambarkan dengan ukuran antropometrik seperti berat badan,
ketebalan lipatan kulit, lingkar, dan indeks massa tubuh (BMI). Di sisi lain,
tingkat molekuler terdiri dari enam komponen utama: air, lipid, protein,
karbohidrat, mineral tulang, dan mineral jaringan lunak.2

B. TUJUAN

1. Mengetahui alat dan metode pengukuran antropometri


2. Mengukur antropometri pada responden meliputi; tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar pinggul, tebal lemak bawah
kulit, komposisi tubuh (Tanita), dan pengukuran pada bayi dan
membandingkan dengan baas normalnya.

C. MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mengerti metode pengukuran antropometri kepada


responden secara langsung
2. Mahasiswa dapat mengerti penilaian status gizi dengan mengetahui batas
normal beberapa pengukuran status gizi

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Berat Badan dan Tinggi Badan

Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan.


a. Berat Badan
Berat badan (BB) merupakan cara untuk menggambarkan tentang
massa tubuh manusia. Indikator berat badan dapat menggambarkan status
gizi dan harus diukur untuk setiap orang pada semua kelompok umur.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan cara mengukur berat dalam ukuran
gram, pound, dan kilogram3 Berat badan yang bertambah disebabkan oleh
retensi cairan, bertambahnya lemak dalam tubuh, dan meningkatkan selera
makan. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak yang menyebabkan pengukuran BB termasuk parameter yang
sangat labil. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan.
b. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan (TB) merupakan indikator yang baik untuk
menilai status gizi saat ini (sekarang). Tinggi badan merupakan gambaran
pertumbuhan skeletal, hal ini dikarenakan TB umbuh bersama dengan
pertambahan umur manusia. Pertumbuhan tinggi badan manusia
dipengaruhi oleh faktor genetik seperti umur, keluarga, jenis kelamin,
kelainan kromosom, dan dipengaruhi juga oleh faktor luar seperti
lingkungan tumbuh dan nutrisi yang masuk dalam tubuh.4 Pengukuran
tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam
waktu pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa
lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah
(BBLR) dan kurang gizi pada masa balita.

4
B. LiLA

Lingkar Lengan Atas (LiLA) merupakan metode pengukuran antropometri


yang paling bermanfaat dalam menilai status gizi individu, selain itu LiLA
juga mudah dan praktis dilakukan karena hanya menggunakan satu alat ukur
yaitu pita pengukur LiLA. LiLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan
otot dan lemak, pengukuran ini tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh
dibandingkan dengan berat badan.5 Pengukuran LiLA digunakan untuk
mengukur Kurang Energi Kronik (KEK) dan juga dapat digunakan untuk
mengukur kelebihan distribusi lemak dibagian lengan pada orang yang
mengalami obesitas sentral. Kriteria ukuran gizi normal dari lingkar lengan
atas yaitu 23,5 - 28,5 cm dan gizi lebih memiliki ukuran >28,5 cm (Prihati et
al., 2023).6 Pada kasus gizi lebih yang memiliki ukuran LiLA >39,7 termasuk
obesitas sangat berat.
LiLA dapat digunakan untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronis
(KEK) pada wanita usia subur (WUS). LiLA merupakan salah satu
pengukuran status gizi untuk mendeteksi Kurang Energi Kronis (KEK).7
Kriteria pengukuran LiLA untuk menentukan resiko KEK dengan ambang
batas yaitu 23,5 cm. Pengukuran LiLA hanya digunakan untuk keperluan
skrining, tidak untuk pengendalian atau pemantauan. Hasil pengukuran LiLA
yang tidak memenuhi kriteria KEK dapat disebabkan oleh asupan gizi yang
tidak seimbang antara energi dan protein, sehingga zat gizi yang diperlukan
tidak terpenuhi.8 Terjadinya KEK pada wanita usia subur dapat menyebabkan
anemia, terlebih lagi jika wanita tersebut sedang hamil akan menghambat
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
C. Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)

Pengukuraan lingkar pinggang merupakan indikator kegemukan yang


mudah dan praktis dan dapat menunjukkan abdominal atau sentral.
Pengukuran lingkar pinggang merupakan teknik antropometri yang paling
baik untuk menentukan timbunan lemak disekitar abdomen. Pengukuran
lingkar pinggang dan lingkar panggul dilakukan dengan menggunakan pita
meteran.9 Keakuratan dalam pengukuran lingkar pinggang dan lingkat panggul
bergantung pada ketatnya dan posisi yang benar pada pita ukur yang
digunakan. Kategori pada
5
pengukuran lingkar pinggang terdiri dari dua jenis, yaitu obesitas sentral
apabila
>90 cm pada laki-laki dan >80 cm pada perempuan, dan tidak obesitas sentral
apabila <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan.10
D. Tebal Lemak Bawah Kulit

Tebal lemak tubuh merupakan pengukuran yang menunjukkan massa


lemak tubuh dan komposisi tubuh. Tebal lemak bawah kulit menunjukkan
gambaran deposit lemak subskutan yang dapat menggambarkan perkiraan
total lemak tubuh. Pengukuran Tebal lemak bawah tubuh penting untuk
dilakukan, hal ini disebabkan tebal lemak tubuh berpengaruh pada percepatan
gerak tubuh, tubuh yang memiliki lemak berlebih akan membutuhkan energi
11
yang lebih banyak untuk bergerak. Pengukuran lemak tubuh biasanya
ditunjukkan untuk anak- anak usia remaja ke atas dan dibedakan menurut jenis
kelamin. Tebal lemak tubuh setiap orang berbeda-beda, salah satunya
dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Tebal lemak bawah kulit (TLBK) dapat
diketahui dengan cara pengukuran lemak subkitan pada beberapa titik
diantaranya trisep, bisep, subscapula, dan suprailiaka.12
E. BIA

Pengukuran dengan menggunakan metode bioeletrical impedance analysis


(BIA) merupakan pengukuran komposisi tubuh yang terdiri dari dua bagian
utama, yaitu jaringan adiposa (simpan lemak) dan jaringan bebas lemak.
Massa tubuh tanpa lemak merupakan berat badan tanpa lemak terdiri dari otot,
tulang, kulit, jaringan syaraf dan organ tubuh, sedangkan lemak tubuh
merupakan persen berat lemak tubuh terhadap berat badan total. 13 Prinsip kerja
BIA yaitu resistensi terhadap aliran arus listrik karena perbedaan massa lemak
dan massa bebas lemak yang berisi air dan elektrolit sehingga dapat dikatakan
kontuktor dalam alus listrik. Pengukuran BIA diukur dalam memperkirakan
presentase lemak tubuh (lemak viseral).14
F. Pengukuran Bayi

Pengukuran bayi dilakukan dengan mengukur berat badan bayi, panjang


bayi, dan lingkar kepala bayi. Berat badan merupakan ukuran antropometri
terpenting dan sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus).15 Pengukuran

6
berat badan bayi digunakan untuk mengdiagnosis bayi normal atau bayi berat
badan lahir rendal (BBLR). BBLR adalah bayi dengan berat badan saat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi.16
Penilaian status gizi bayi dapat ditentukan berdasarkan antropometri bayi.
Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan
dan Panjang atau tinggi badan dengan standar antropomteri bayi. Nilai standar
(Z-score) tersebut dapat ditentukan dengan mengacu pada Permenkes No.2
Tahun 2020.
Standar antropometri bayi didasarkan pada parameter berat badan dan
panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi :
a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Indeks ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan
umur bayi. Indeks ini dapat digunakan juga untuk menilai bayi dengan
berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely
undereight), tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan bayi
gemuk atau sangat gemuk. Berikut klasifikasi status gizi anak
berdasarkan indikator BB/U bayi usia 0-60 bulan menurut Permenkes
No.2 Tahun 2020:
Tabel 1. Indikator BB/U bayi usia 0-60 bulan
Indikator Z-score
Berat badan sangat kurang (severely underweight) <- 3 SD
Berat badan kurang (underweight) -3 SD sd <- 2 SD
Berat badan normal -2 SD sd + 1 SD
Risiko berat badan lebih* >+ 1 SD
*Bayi yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah
`pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.

b. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U)
Indeks ini menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan bayi
berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi bayi yang
pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted) yang disebabkan
oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Berikut klasifikasi
status gizi anak berdasarkan indikator PB/U atau TB/U bayi usia 0-60
bulan menurut Permenkes No.2 Tahun 2020:

7
Tabel 2. Indikator PB/U bayi usia 0-60 bulan
Indikator Z-score
Sangat pendek (severely stunted) <- 3 SD
Pendek (stunted) -3 SD sd <- 2 SD
Normal -2 SD sd + 3 SD
Tinggi* >+ 3 SD
*Bayi pada kategori ini termassuk sangat tinggi dan biasanya tidak
menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti
tumor atau memproduksi hormon pertumbuhan.

c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan / Tinggi Badan (BB/PB) atau
(BB/TB)
Indeks ini menggambarkan apakah berat badan bayi sesuai terhadap
pertumbuhan Panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bayi gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta
bayi yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi
gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi
yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis). Berikut
klasifikasi status gizi anak berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB anak
usia 0-60 bulan menurut Permenkes No.2 Tahun 2020 :
Tabel 3. Indikator BB/PB bayi usia 0-60 bulan
Indikator Z-score
Gizi buruk (severely wasted) <- 3 SD
Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD
Berisiko gizi lebih (possible risk of >+1 SD sd 2 SD
overweight)
Gizi lebih (overweight) >+2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) >+ 3 SD

d. Indeks Masa Tumbuh menurut Umur (IMT/U)


Indeks ini digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang,
gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan
grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama.
Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan
obesitas. bayi dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih
sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi lebih
dan obesitas. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan

8
gizi kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut
pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks Berat Badan
menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB).
Tabel 4. Indikator IMT/U bayi usia 0-60 bulan
Indikator Z-score
Gizi buruk (severely thinness) <- 3 SD
Gizi kurang (thinness) -3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD
Gizi lebih (overweight) >+1 SD sd 2 SD
Obesitas (obese) >+2 SD

9
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, tanggal 30 Agustus 2023.

B. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Penilaian Status Gizi
Universitas Diponegoro.

C. Alat dan Bahan

1. Alat :
a) Timbangan berat badan digital
b) Timbangan Manual/Analogg
c) Microtoise
d) Stadiometer
e) Pita meteran
f) Kaliper
g) Tanita
h) BIA
i) Infantometer atau Length board
j) Pita LILA
k) Timbangan bayi
2. Bahan :
a) Manekin bayi

D. Cara Kerja
1. Pengukuran Berat Badan Dewasa
a. Reponden mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang
minimal) serta tidak mengenakan alas kaki.
b. Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.

10
c. Reponden berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan.
Usahakan tetap tenang.
d. Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat
2. Pengukuran Tinggi Badan Dewasa
a. Reponden tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan reponden tepat di
bawah Microtoice.
b. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh
dinding vertikal.
c. Reponden dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu
menyentuh dinding vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan
telapak tangan menghadap paha.
d. Mintalah reponden untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang.
Usahakan bahu tetap santai.
e. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara
horisontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas
maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka
untuk menghindari kesalahan penglihatan.
f. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
a. Reponden diminta untuk berdiri tegak. Tanyakan kepada reponden lengan
mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan adalah lengan
kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya.
b. Mintalah reponden untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan
yang tidak aktif digunakan.
c. Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk
sudut 90o, dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di
belakang reponden dan menentukan titik tengah antara tulang atas pada
bahu dan siku.
d. Tandailah titik tersebut dengan pulpen.

11
e. Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta
telapak tangan menghadap ke bawah.
f. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA
menempel pada kulit. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau
ada rongga antara kulit dan pita. Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm
terdekat
4. Pengukuran Lingkar Pinggang
a. Reponden menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat
ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada
di atas pakaian yag digunakan.
b. Reponden berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.
c. Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan
bagian terkecil dari tubuh. Bagi reponden yang gemuk, dimana sukar
menentukan bagian paling kecil, maka daerah yang diukur adalah antara tulang
rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat
ukur dengan tepat.
d. Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak
menekan kulit.
e. Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
5. Pengukuran Lingkar Panggul
a. Reponden mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan.
b. Reponden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada sisi tubuh dan kaki
rapat.
c. Pengukur jongkok di samping reponden sehingga tingkat maksimal dari
panggul terlihat.
d. Lingkarkan alat pengukur secara horisontal tanpa menekan kulit. Seorang
pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya.
e. Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
6. Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit
Langkah-langkah pengukuran tebal lemak bawah kulit pada bisep dan trisep :
a. Pertama lakukan pengukuran dari tulang acromion dan tulang olecranon.
Tentukan titik tengahnya dan tandai.

12
b. Cubit secara vertical pada bagian yang ditandai. Lapisan yang diambil
tidak boleh mencapai lapisan otot.
c. Jepitkan caliper pada lipatan kulit. Lepas tekanan pada caliper oleh jari
dan baca skala. Penjepitan maksimal 3 detik.
d. Pengukuran dilakukan 2 kali. Jika hasil berbeda jauh maka lakukan 3 kali.
Pilih hasil pengukuran yang nilainya dekat lalu hitung rata-rata.
Langkah-langkah pengukuran tebal lemak bawah kulit pada subskapula :
a. Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah ujung scapula/tulang belikat.
b. Lipat tangan kebelakang. Lalu lipat secara diagonal dan pengukuran
dilakukan dengan caliper yang tegak lurus dengan lipatan kulit. Penjepitan
maksimal 3 detik.
c. Pengukuran dilakukan 2 kali. Jika hasil berbeda jauh maka lakukan 3 kali.
Pilih hasil pengukuran yang nilainya dekat lalu hitung rata-rata.
Langkah-langkah pengukuran tebal lemak bawah kulit pada suprailliaka :
a. Pengukuran dilakukan 2 cm diatas iliac crest.
b. Lipat secara diagonal dan pengukuran dilakukan dengan caliper yang
tegak lurus dengan lipatan kulit. Penjepitan maksimal 3 detik.
c. Pengukuran dilakukan 2 kali. Jika hasil berbeda jauh maka lakukan 3 kali.
Pilih hasil pengukuran yang nilainya dekat lalu hitung rata-rata.
7. Pengukuran Panjang Bayi
a. Letakan infantometer pada meja atau bidang datar.
b. Letakkan infantometer dengan posisi panel kepala ada di sebelah kiri dan
panel penggeser berada di sebelah kanan. Panel kepala adalah bagian yang
tidak bisa digeser.
c. Tarik bagian panel yang dapat digeser sampai batas yang diperkirakan
cukup untuk mengukur panjang badan bayi.
d. Baringkan bayi dengan posisi telentang dan pastikan kepala bayi menempel
pada bagian panel yang tidak dapat digeser.
e. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi sampai lurus. Pastikan kedua
kakinya menempel pada meja atau tempat meletakkan infantometer. Tekan
kedua lutut bayi dan tegakkan telapak kakinya, kemudian geser bagian panel
yang dapat digeser sampai persis menempel pada telapak kaki bayi.

13
f. Bacalah skala angka terbesar yang tertera di infantomenter untuk
menunjukkan ukuran panjang badan bayi. Jangan lupa, tulislah hasil
pengukuran tersebut di buku catatan kesehatan anak.
g. Setelah pengukuran selesai, bayi bisa diangkat dari infantometer.
8. Pengukuran Berat Badan Bayi
a. Menyiapkan timbangan digital
b. Meletakkan timbangan digital ditempat yang rata dan datar
c. Menyalakan timbangan digital sampai menunjukkan angka nol
d. Memposisikan tubuh balita diatas timbangan dengan pakaian seminimal
mungkin
e. Membaca hasil penimbangan
f. Mencatat hasil penimbangan
g. Turunkan balita dari timbangan digital
9. Pengukuran Lingkar Kepala Bayi
Pemantauan ukuran lingkar kepala dan merupakan penilaian pertumbuhan
anak yang mencerminkan ukuran dan pertumbuhan otak. Menurut rekomendasi
American Academy of Pediatrics, pemantauan lingkar kepala sebaiknya
dilakukan terutama sampai usia 2 tahun. Pemantauan lingkar kepala sebaiknya
dilakukan bersama dengan ukuran ubun-ubun besar. Lingkar kepala diukur
dengan pita ukur yang tidak elastis, melingkar dari bagian atas alis, melewati
bagian atas telinga, sampai bagian paling menonjol di belakang kepala.

14
IV. HASIL

A. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan


Hasil pengukuran berat badan adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil pengukuran
Alat Ukur Timbangan
HasilGambar
Digital 57,3 kg

Timbangan58 kg Manual/Analog

Stadiometer 158 cm

Microtoise 157 cm

15
Dari pengukuran responden menggunakan timbangan digital dan stadiometer
di dapatkan pengukuran BB = 57,3 kg dan TB = 158 cm dan di dapatkan IMT
adalah 23,8 (Kategori Berat badan berlebihan. Sedangkan pengukuran
menggunakan timbangan manual/analog dan microtoise di dapatkan pengukuran
BB = 58 kg dan TB = 157 cm dan di dapatkan IMT 24,1 (Kategori berat badan
berlebih)

B. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLa)


Tabel 5. Hasil Pengukuran Lila
Karakteristik
Hasil Pengukuran LiLa Batas Kategori Ket
reponden
Normal
Perempuan 26 cm < 23,5 cm Normal
34 tahun

Berdasarkan hasil praktikum antropometri pada pengukuran LiLA dengan


reponden wanita usia 34 tahun dan berat badan 57,3 kg mendapatkan hasil lingkar
lengan atas adalah 26 cm. Hasil ini menandakan bahwa wanita usia subur (WUS)
ini dalam keadaan gizi normal dan tidak dalam kondisi Kurang Energi Kronis
(KEK).

C. Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul


Pengukuran lingkar panggul dan lingkar pingggul menggunakan alat rol
meter dalam ukuran cm, dapat dipanjangkan maksimal 150 cm. Alat ini mudah
digunakan, caranya hanya dengan menekan tombol ditengah untuk
menggulung tape meteran, mudah dibawa serta harganya yang murah.
Berikut hasil
pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, dan rasio lingkar pinggang-
panggul:
Tabel 6. Hasil Pengukuran
Kategori Hasil Batas kategori normal Keterangan
Lingkar Pinggang 70 cm Wanita : <80 cm Normal
Laki-laki: <90 cm
Lingkar Panggul 97,5 cm
Rasio Lingkar 0,71 Wanita : <0,86 Normal
Pinggang Panggul Laki-laki: <0,89

16
Rasio lingkar pingang dengan lingkar panggul (WHC) dapat menggambarkan
distribusi lemak tubuh.
𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑝𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔 (𝑐𝑚) 70 = 0,71
𝑊𝐻𝑅
𝑐𝑚 = =
𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙 (𝑐𝑚) 97,5 𝑐𝑚

D. Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit


Pengukuran tebal lemak bawah kulit menggunakan alat skinfold caliper.
Pengukuran dilakukan untuk mengestimasi persentase lemak tubuh dari
pengukuran lemak subkutan dilokasi tertentu.
Tabel 7. Hasil Pengukuran
Karakteristik Kategori Hasil
reponden Pengukuran 1 Pengukuran 2 Rata-rata
Perempuan Trisep 24 22 23
34 tahun Bisep 14 15 14,5
Subscapula 14,5 15 29,5
Suprailliaka 18 17,5 17,75
Jumlah 84,75
% Lemak 34.03
Tubuh

Berikut rumus dari pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, dan rasio
lingkar pinggang-panggul:
Tabel 8. Rumus TLBK
Age-and Sex-specific Body Compotition Equation Developed
by Durnin and Womersley
Age Range Equation
Laki-laki Body Density
17-19 1,1620 – 0,0630 x (logΣ)
20-29 1,1631 – 0,0632 x (logΣ)
30-39 1,1422 – 0,0544 x (logΣ)
40-49 1,1620 – 0,0700 x (logΣ)
50+ 1,1715 – 0,0779 x (logΣ)
Perempuan Body Density
17-19 1,1549 – 0,0678 x (logΣ)
20-29 1,1599 – 0,0717 x (logΣ)
30-39 1,1423 – 0,0632 x (logΣ)
40-49 1,1333 – 0,0612 x (logΣ)
50+ 1,1339 – 0,0645 x (logΣ)

17
Formula Brozek
%lemak tubuh = (457 : body density ) – 414
Pengukuran skinfold pada praktikum :
Body density = 1,1423 – 0,0632 x (logΣ)
= 1,1423 – 0,0632 x (log 23+14,5+29,5+17,75)
= 1,1423 – 0,0632 x (log 84,75) = 1,02
%lemak tubuh = ( 457 : body density ) – 414
= (457 : 1,02) – 414
= 34.0

E. Pengukuran Body Composition


Berikut adalah table hasil pengukurkuran body composition menggunakan
Tanita:
Tabel 9. Hasil Pengukuran body composition (TANITA)
Kategori Hasil Batas kategori Keterangan
normal
Berat badan 56,6 kg 54,9 kg Normal
Persen lemak 32,9% 21-33% Normal
Massa lemak 15,6 kg
Massa otot 63,25% 63-75% Normal
Massa lemak bebas 36,8 kg
Total body water 27 kg
TBW% 47,7% 45-60% Normal
Massa tulang 2,2 kg 2,4kg Normal
BMR 4781 kJ / 1145
Kkal
Umur metabolik 40
Lemak viseral 5 1-12 Normal
IMT 22,7 18,5 – 22,9 Normal
Berat badan ideal 54,9 kg
Derajat obesitas 3,1%
Tingkat aktifitas Standar
fisik

18
Berikut adalah table hasil pengukurkuran body composition menggunakan
BIA:
Tabel 10. Hasil pengukuran menggunakan BIA
Indikator Hasil Batas normal Keterangan
BB 57,1
Persen lemak 24,5% 21-33% Normal
Lemak visceral 7 1-12 Normal
Usia metabolik 28
BMR 1410
BMI 22,4

Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, Panjang Badan dan Lingkar


Kepala Bayi
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui penilaian status gizi pada anak dibawah 2
(dua) tahun dengan metode antropometri. Metode ini dilakukan dengan cara mengukur
berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil pengukuran bayi
Pengukuran Hasil
Berat badan 3,2 kg
Panjang badan 46,4 cm
Lingkar kepala 33,5 cm

19
V. PEMBAHASAN

A. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan


1. Berat Badan
Salah satu parameter pengukuran antropometri adalah pengukuran berat badan,
karena berat badan bisa melihat status gizi saat ini. Untuk melakukan pengukuran
berat badan diperlukan alat yang hasilnya akurat. Untuk mendapatkan pengukuran
berat badan yang akurat terdapat beberapa persyaratan, antara lain alat ukur berat
badan mudah untuk digunakan, mudah di bawa, mudah di dapatkan dan harganya
relative murah, ketelitian alat ukur 0,1 kg (100 gr), skala mudah di baca, cukup
aman digunakan serta alat sudah di kalibrasi. Pada pengukuran berat badan
responden menggunakan timbangan digital dan timbangan manual/analog
hasilnya berbeda. Tetapi perbedaan nya tidak terlalu signifikan.17
Timbangan biasanya disebut scale dalam Bahasa Inggris adalah alat ukur
untuk menetukan berat atau massa benda. Sebuah timbangan yang menggunakan
sistem pegas melakukan proses pengukuran berat dengan mengukur jarak pegas
dengan rentang yang telah disiapkan akibat beban.17
Timbangan Manual merupakan jenis timbangan yang bekerja secara mekanis
dengan sistem pegas. Biasanya jenis timbangan ini menggunakan indicator berupa
jarum sebagai penunjuk ukuran massa yang telah terskala.
Timbangan Digital merupakan alat ukur untuk mengukur masa benda atau zat
dengan tampilan digital. Dalam pemanfaatannya timbangan digunakan di berbagai
bidang, dari bidang medis/kesehatan, bidang perdagangan, industry sampai
perusahaan jasa.17
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai
dengan rancangannya. Sistem pengukuran yang efektif memerlukan sistem
manajemen kualitas yang baik, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodic
dan terdokumentasi, hal ini berlaku untuk semua perangkat pengukuran
berdasarkan standard ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang
efektif. Pada prinsipnya proses kalibrasi untuk timbangan digital dan timbangan
manual hampir sama, yaitu memastikan kondisi timbangan harus dalam keadaan
nol sebelum digunakan.

20
Kalibrasi Timbangan Manual Adapun proses kalibrasi timbang manual
adalah dengan menggunakan metode analytical balance :
a. Melakukan pemeriksaan titik nol, jarum penunjuk angka harus menunjukkan
angka nol
b. Metakkan responden untuk di timbang
c. Membaca dan mencatat hasilnya
d. Mengulangi penimbangan sampai 3 kali
e. Anak timbangan dianggap masih tepat bila berat yang ditunjukkan oleh anak
timbangan tidak menyimpang lebih besar dari 0,1 % dari berat masing-masing
responden
Kalibrasi Timbangan Digital Proses kalibrasi pada timbangan digital tidak
terlalu sulit, hal ini bisa dilakukan dengan mengambil bebrapa pembanding
sebagai sample. Adapun prosedur kalibrasinya dengan menggunakan metode
electrical balance adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penimbangan anak timbangan
b. Mencatat hasil penimbangan
c. Mengulangi sampai 3 kali
d. Mengitung nilai rata-ratanya
2. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan responden menggunakan 2 alat yaitu stadiometer
dan microtoise. Pengukuran antropometri digunakan untuk menggambarkan
kondisi pertumbuhan dan status gizi. Pertumbuhan linier salah satunya dapat
diketahui melalui pengukuran tinggi badan. Pengukuran tinggi badan selama ini
sering menggunakan alat microtoise yang mempunyai beberapa persyaratan dalam
cara kerja nya yaitu membutuhkan dinding tegak, Lantai datar, dan membutuhkan
presisi untuk memastikan titik awal pengukuran pada ketinggian 200 cm, yang
membuat pengukuran dengan metode ini sulit untuk menjamin validitas di
lapangan. Sedangkan pengukuran dengan menggunakan stadiometer merk Seca
217 yaitu dengan cara memasang bagian batang stadiometer secara urut sesuai
dengan kode gambar yang tertera pada dasar alat, pasang bagian batang pertama
dan kedua, kemudian masukkan bagian penunjuk skala pada batang stadiometer
yang kedua selanjutnya pasang batang stadiometer yang ketiga dan keempat.

21
Memasang bagian penyangga untuk membantu stadiometer agar tegak lurus
membentuk sudut 90° Meletakkan stadiometer pada tempat yang datar dan
dinding yang lurus. Reponden yang akan diukur melepaskan topi, sepatu atau
sandal. Reponden yang akan diukur berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat,
punggung dan kepala bagian belakang harus menempel pada batang stadiometer
dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan turunkan bagian
penunjuk skala sampai rapat pada kepala bagian atas, kemudian baca angka yang
terlihat pada lubang dalam bagian penunjuk skala. Angka tersebut menunjukkan
tinggi reponden yang diukur.
Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai pertumbuhan
Panjang atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan dalam waktu yang lama
sehingga sering di sebut masalah gizi kronis. Alat ukur yang digunakan harus
memiliki ketelitian 0,1 cm.
Dari tinggi badan dan berat badan kitab bisa menentukan IMT. Sedangkan
untuk populasi Asia, termasuk Indonesia, pengelompokan IMT adalah sebagai
berikut:
a. Obesitas = IMT lebih dari atau sama dengan 25
b. Berat badan berlebih = IMT antara 23-24,9
c. Berat badan normal = IMT antara 18,5-22,9
d. Berat badan di bawah normal = IMT di bawah 18,5

Dari pengukuran responden menggunakan timbangan digital dan stadiometer


di dapatkan pengukuran BB = 57,3 kg dan TB = 158 cm dan di dapatkan IMT
adalah 23,8 (Kategori Berat badan berlebihan. Sedangkan pengukuran
menggunakan timbangan manual/analog dan microtoise di dapatkan pengukuran
BB = 58 kg dan TB = 157 cm dan di dapatkan IMT 24,1 (Kategori berat badan
berlebih)

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLa)


Pada praktikum pengukuran LiLa yang didapat adalah 26 cm. Hasil ini
menandakan bahwa wanita usia subur (WUS) ini dalam keadaan gizi normal dan
tidak dalam kondisi Kurang Energi Kronis (KEK). Hal ini sesuai dengan pendapat
Indriani (2023) yang menyatakan bahwa ambang batas LiLA pada WUS dengan
resiko KEK adalah kurang dari 23,5 cm, apabila memiliki LiLA dibawah ambang

22
batas maka WUS tersebut dalam kondisi KEK. 18 Asupan gizi berpengaruh pada
hasil pengukuran LiLA. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewi et al. (2023) yang
menyatakan bahwa Asupan gizi terutama zat gizi makro seperti protein dan
lemak, selain itu ada zat gizi mikro seperti zink dan zat besi dapat menghasilkan
ukuran LiLA yang baik.19
4. Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul
Hasil pengukuran didapatkan lingkar pinggang reponden adalah 70 cm. Jika
dibandingkan dengan cut point lingkar pinggang perempuan maka ukuran lingkar
pinggang reponden adalah normal. Ukuran lingkar pinggang digunakan untuk
menentukan obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu >90 cm untuk
pria dan >80 cm. Lingkar pinggang menggambarkan keadaan obesitas central
seseorang. Ukuran lingkar pinggang yang normal menggambarkan bahwa
reponden tidak dalam keadaan obesitas sentral. Beberapa penelitian meganjurkan
untuk memakai ukuran lingkar pinggang dalam melakukan skrining pada obesitas
sentral. Lingkar pinggang lebih sederhana dan lebih cepat dibandingkan dengan
IMT20.
Penelitian Zang C (2023) mengkategorikan ukuran lingkar pinggang kedalam
3 kategori21 :
a. Normal (Perempuan < 80 cm dan laki-laki < 85 cm)
b. Pre-central obesity (Perempuan 80-85 cm dan laki-laki 85-90 cm)
c. Central obesity (Perempuan ≥ 85 cm dan laki-laki ≥ 90 cm)
Rasio lingkar pinggang panggul reponden adalah 0,71. Penelitian Pan J (2016) di
cina menunjukkan bahwa cut point rasio lingkar pinggang panggul pada wanita
dan laki-laki adalah 0,86 dan 0,89. Jika dibandingkan dengan cut point tersebut
maka rasio lingkar pinggang panggul reponden dikategorikan normal. Rasio
lingkar pinggang panggul digunakan untuk mentukan obesitas sentral.22
5. Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit
Skinfold caliper merupakan pengukuran ketebalan lemak subkutan di lokasi
tertentu. Fungsinya yaitu untuk mengetahui persentasi lemak tubuh berdasarkan
pengukuran lemak subkutan. Pengukuran persentase lemak tubuh digunakan
untuk menentukan resiko obesitas seseorang.14 Metode yang paling sering
digunakan dalam skinfold caliper adalah empat lokasi yaitu trisep, bisep,
subscapula dan suprailliaka.23

23
Pada praktikum dengan reponden berjenis kelamin perempuan dengan umur
34 tahun. Dilakukan pengukuran di 4 lokasi yaitu trisep, bisep, subscapula dan
suprailliaka. Jika dijumlahkan keempat pengukuran maka hasilnya adalah 84,75.
Jika dilihat menggunakan tabel rentang nilai jumlah lipatan kulit (bisep, trisep,
subscapular, dan supra-iliaka) pria dan wanita pada usia berbeda maka persentase
lemak tubuh adalah 35,1%. Jika menggunakan rumus Dumin dan wormesley
diperoleh persentase lemak tubuh 34,03. Berdasarkan tabel ACSM Body
Compotition tubu(%Body Fat) For Men and Women nilai persentase lemak
reponden tergolong kedalam kategori Poor.24
6. Pengukuran Body Composition
Salah satu alat Tanita BIA adalah tipe MF-BIA 8-elektroda dengan postur
berdiri: MC-980A (TANITA, Tokyo, Jepang) yang digunakan untuk mengukur
impedansi bioelektrik. Arus listrik pada frekuensi 50 kHz untuk memperkirakan
jumlah air ekstraseluler dan intraseluler dalam tubuh. Penggunaannya peserta
cukup berdiri di atas dua elektroda logam dan memegang elektroda pegangan
logam.25 Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa mesin Tanita
BIA tampaknya dapat diandalkan dan valid untuk memprediksi massa lemak
bebas mahasiswa pria dan wanita. Oleh karena itu, salah satu dari Tanita BIA ini
sesuai digunakan untuk penilaian komposisi tubuh pada populasi orang dewasa
yang sehat.26

a. Berat badan
Pengukuran berat badan responden adalah 56,6 kg sedangkan berat badan
idealnya adalah 54,9 kg. Berat badan responden masih terbilang normal,
namun perlu untuk menurunkan sedikit sampai 2 kg agar mencapai berat
badan ideal.
b. Persen Lemak Tubuh
Pada pengukuran body composition menggunakan Tanita BIA didapatkan
hasil pengukuran persen lemak tubuh responden adalah 32,9%. Berdasarkan
umur responden 34 tahun maka normalnya adalah 21-33%. Maka dapat
dikatakan persen lemak tubuh responden adalah normal. Berikut kategori
persen lemak tubuh berdasarkan Segmental Healthy Care (Australia)27:

24
Tabel 12. Kategori persen lemak tubuh
Umur perempuan Underfat Normal Over weight Obes
20 - 39 0% - 21% 21% - 33% 33% - 39% 39%+
40 - 59 0% - 23% 23% - 34% 34% - 40% 40%+
60 - 79 0% - 24% 24% - 36% 36% - 42% 42%+
Umur laki-laki Underfat Normal Over weight Obes
20 - 39 0% - 8% 8% - 19% 19% - 25% 25%+
40 - 59 0% - 11% 11% - 21% 21% - 28% 28%+
60 - 79 0% - 13% 13% - 25% 25% - 30% 30%+

Massa lemak tubuh adalah berat lemak dalam tubuh. Persentase lemak tubuh
adalah perbandingan massa lemak tubuh dengan total berat badan. Lemak tubuh
memenuhi fungsi penting, seperti menjaga tubuh tetap hangat atau melindungi
organ tubuh. Massa lemak menjadi penting penting, tapi kelebihan atau
kekurangan lemak kontra produktif bagi kesehatan. Persentase lemak yang tinggi
dapat menyebabkan penyakit gaya hidup seperti diabetes tipe 2 atau obesitas,
sedangkan persentase lemak yang rendah dapat menyebabkan osteoporosis,
menstruasi tidak teratur, atau hilangnya massa tulang. Skala analisis tubuh kami
membantu mengukur persentase lemak tubuh, dengan menghitung lemak tubuh
dalam kaitannya dengan total berat badan. Persentase yang terlalu rendah berarti
mungkin perlu melakukan perubahan pada pola makan dan pola olahraga untuk
meningkatkan massa lemak ke tingkat yang lebih sehat, sedangkan persentase
yang tinggi berarti dapat memperoleh manfaat dari lebih banyak olahraga dan pola
makan yang lebih sehat.27
c. Massa Otot
Massa otot meliputi otot rangka, otot polos seperti otot jantung dan
pencernaan serta air yang terkandung dalam otot tersebut. Otot berperan sebagai
mesin dalam mengonsumsi energi. Ketika massa otot meningkat, laju pembakaran
energi (kalori) meningkat yang mempercepat laju metabolisme basal (BMR) dan
membantu mengurangi kadar lemak tubuh berlebih dan menurunkan berat badan
dengan cara yang sehat. Jika seseorang berolahraga dengan keras, massa otot akan
meningkat dan mungkin akan meningkatkan total berat badan juga. Itulah
mengapa penting untuk memantau pengukuran secara teratur untuk melihat
dampak program latihan

25
terhadap massa otot. Untuk menghitung massa otot dapat menggunakan rumus di
bawah ini27:
(MUSCLE MASS (KG) ÷ TOTAL BODY WEIGHT (KG) x 100 = MUSCLE
MASS%)

(35,8 kg : 56,6 kg) x 100 = 63,25%

Hasil massa otot responden adalah 63,25% maka berdasarkan rentang normal usia
18-39 tahun adalah 63-75%. Maka massa otot responden adalah normal. Berikut
tabel kategori massa otot27:

Tabel 13. Kategori massa otot


Usia 18-39 40-59 60-79 Usia laki- 18-39 40-59 60-79
Perempuan laki
Sangat <56% <55% <54% Sangat <72% <55% <54%
rendah rendah
Rendah 56- 56 - 54 - Rendah 71-76% 68 - 66 -
61% 62% 60% 74% 71%
Baik 63 - 62 - 60 - Baik 76- 88% 74 - 71 -
75% 73% 72% 85% 83%
Tinggi >75% >73% >72% Tinggi >88% >85% >83%

d. Massa lemak bebas / fat free mass (FFM)


Berdasarkan pengukuran FFM artinya pengukuran semua bagian tubuh
(kecuali bagian otot, tulang, air, jaringan) responden adalah 38 kg.

e. Total body water


Total Air Tubuh adalah jumlah total cairan dalam tubuh yang dinyatakan
dalam persentase terhadap berat total. Air adalah bagian penting untuk tetap sehat.
Lebih dari separuh tubuh terdiri dari air bertujuan mengatur suhu tubuh dan
membantu menghilangkan limbah. Seseorang kehilangan air terus menerus
melalui urin, keringat, dan pernapasan, jadi penting untuk terus menggantinya.
Jumlah cairan yang dibutuhkan setiap hari bervariasi dari orang ke orang dan
dipengaruhi oleh kondisi iklim dan seberapa banyak aktivitas fisik yang
dilakukan. Terhidrasi dengan baik membantu tingkat konsentrasi, kinerja
olahraga, dan kesejahteraan umum.

26
Para ahli menyarankan agar minum setidaknya delapan gelas cairan 8 sehari,
sebaiknya air putih atau minuman rendah kalori lainnya. Jika sedang berlatih,
penting untuk meningkatkan asupan cairan untuk memastikan performa puncak
setiap saat.27
f. Total Body Water%
Pada pengukuran TBW% menggunakan Tanita BIA didapatkan hasil
pengukuran responden adalah 47,7%. Berdasarkan jenis kelamin responden
perempuan standar bukan atlet maka normalnya adalah 45-60%. Maka dapat
dikatakan persen lemak tubuh responden adalah normal. Berikut kategori persen
lemak tubuh berdasarkan Segmental Healthy Care (Australia)27:
Tabel 14. Kategori total air
Responden Kurang (dehidrasi) Normal (sehat)
Perempuan standar <45% 45% - 60%
Atlet perempuan <50% 50%-65%
Laki-laki standar <50% 50%-65%
Laki-laki atlet <55% 55%-70%

g. Massa tulang
Pada pengukuran massa tulang menggunakan Tanita BIA didapatkan hasil
pengukuran responden adalah 2,2 kg. Berdasarkan berat badan responden 56,6kg
maka normalnya adalah 2,4%. Maka dapat dikatakan persen lemak tubuh
responden adalah normal. Berikut kategori persen lemak tubuh berdasarkan
Segmental Healthy Care (Australia):
Tabel 15. Kategori massa tulang
Responden BB Rentang normal
Perempuan <49kg 1,95kg
50-75kg 2,40kg
>76kg 2,95kg
Laki-laki <64kg 2,65kg
65-95kg 3,29kg
>95kg 3,69kg
Massa tulang memperkirakan berat mineral tulang dalam tubuh. Meskipun
massa tulang kemungkinan tidak akan mengalami perubahan nyata dalam jangka
pendek, penting untuk menjaga kesehatan tulang dengan mengonsumsi makanan
seimbang yang kaya kalsium dan banyak berolahraga.

27
h. Energi metabolism basal / BMR (Basal Metabolic Rate)
BMR (Basal Metabolic Rate) adalah jumlah minimum energi atau kalori
yang dibutuhkan tubuh setiap hari agar berfungsi secara efektif saat istirahat. Ini
termasuk tidur. Basal Metabolic Rate (BMR) adalah tingkat energi atau kalori
minimum harian yang dibutuhkan tubuh saat istirahat, agar organ pernapasan dan
peredaran darah, sistem saraf, hati, ginjal, dan organ lainnya dapat berfungsi
secara efektif. BMR Anda sangat dipengaruhi oleh jumlah otot yang dimiliki.
Meningkatkan massa otot dapat meningkatkan BMR, yang kemudian dapat
meningkatkan jumlah kalori yang dikonsumsi dan selanjutnya menurunkan
jumlah lemak tubuh.
Di sisi lain, BMR yang lebih rendah akan mempersulit pembuangan lemak
tubuh. Jika seseorang mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang Anda
bakar, berat badan Anda akan turun; dan sebaliknya. Oleh karena itu, BMR dapat
digunakan untuk menentukan asupan kalori minimum, yang dapat dihitung
berdasarkan aktivitas sepanjang hari. Skor BMR dapat dengan mudah ditentukan
menggunakan skala analisis tubuh. Berdasarkan Hasil pengukuran BMR
responden adalah sebesar 1145 kkal.

i. Umur metabolik
Umur metabolic atau metabolic age bertujuan memberi nilai pada lemak
visceral, yang terletak jauh di dalam area inti perut, mengelilingi dan melindungi
organ vital. Metabolic age dihitung dengan membandingkan tingkat metabolisme
basal (BMR) dengan rata-rata BMR kelompok usia kronologis. Jika usia
metabolisme lebih tinggi dari usia sebenarnya, ini merupakan indikasi bahwa
seseorang perlu meningkatkan laju metabolisme. Solusinya dapat dengan
meningkatkan olahraga suntuk membangun jaringan otot yang sehat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan usia metabolisme. Berdasarkan hasil pengukuran
menggunakan Tanita, umur metabolic responden adalah 40, artinya usia
metabolisme lebih tinggi dari usia sebenarnya.
j. Lemak visceral
Pada pengukuran lemak visceral menggunakan Tanita BIA didapatkan
hasil pengukuran responden adalah 5. Berdasarkan jenis kelamin responden
perempuan maka normalnya adalah 1-12. Maka persen lemak tubuh responden
adalah normal.

28
Berikut kategori persen lemak tubuh berdasarkan Segmental Healthy Care
(Australia):
Tabel 16. Kategori lemak
visceral Responden Normal
Lebih Perempuan
1-12 13-59
Laki-laki 1-12 13-59

Lemak visceral terletak jauh di dalam area inti perut, mengelilingi dan
melindungi organ-organ vital meskipun berat badan dan lemak tubuh Anda tetap
konstan, seiring bertambahnya usia, distribusi lemak berubah dan kemungkinan
besar berpindah ke area perut. Memastikan memiliki tingkat lemak visceral yang
sehat secara langsung dapat mengurangi risiko penyakit tertentu seperti penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, dan dapat menunda timbulnya diabetes tipe 2.
k. IMT
Rasio standar berat badan terhadap tinggi badan, digunakan sebagai indikator
umum kesehatan. IMT dapat dihitung dengan membagi berat badan (dalam
kilogram) dengan kuadrat tinggi badan Anda (dalam meter). IMT merupakan
indikator umum yang baik untuk studi populasi namun memiliki keterbatasan
yang serius ketika menilai pada tingkat individu27. IMT responden adalah 22,7
sedangkan standar normal adalah 18,5-22,9, artinya IMT responden adalah
normal.
l. Berat badan ideal (BBI)
Nilai BBI yang digunakan untuk menilai berat badan diberikan sebagai nilai
yang sesuai dengan usia dan nilai intermiten27. Perhitungan berat badan ideal
= [tinggi badan (sentimeter) – 100] – [(tinggi badan (sentimeter) – 100) x 15
persen]27. Pengukuran berat badan responden adalah 56,6 kg sedangkan berat
badan idealnya adalah 54,9 kg. Berat badan responden masih terbilang normal,
namun perlu untuk menurunkan sedikit sampai 2 kg agar mencapai berat badan
ideal.
m. Derajat obesitas
Derajat Obesitas menyatakan rasio dari berat badan yang dihitung paling ideal
sebagai persen27. Pada pengukuran responden berat badan saat ini adalah 56,6 kg,
kisaran berat badan ideal anda adalah antara 54,9 kg. Dengan demikian, Derajat

29
Obesitas menjadi 3,10%. Nilai ini dapat dilihat sebagai nilai positif jika terjadi
kelebihan berat badan dan sebagai nilai negatif jika tidak ada.

30
n. Tingkat aktifitas fisik (Physique Rating)
Penilaian aktifitas fisik bertujuan untuk menilai tingkat otot dan lemak
tubuh dan menilai hasilnya sebagai salah satu dari sembilan tipe tubuh seperti
berikut ini:

Gambar 1. Bentuk 9 tipe tubuh berdasarkan tingkat aktifitas fisik

Ketika tingkat aktivitas berubah, keseimbangan lemak tubuh dan massa


otot secara bertahap akan berubah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi fisik
secara keseluruhan. Pada pengukuran tingkat aktifitas fisik menggunakan Tanita
BIA didapatkan hasil pengukuran responden adalah standar. Artinya persen rata-
rata lemak tubuh dan massa otot normal. Berikut kategori persen lemak tubuh
berdasarkan Segmental Healthy Care (Australia)27:
Tabel 17. kategori physique range
No. Phisique range Keterangan
1. Hidden excess fat % lemak tubuh tinggi dengan massa otot
rendah
2. Medium frame & % lemak tubuh tinggi, massa otot sedang
excess
fat
3. Solidly built Bingkai besar, % lemak tubuh tinggi dan
massa otot
4. Low muscle Rata-rata% lemak tubuh dan massa otot
rendah
5. Standard Rata-rata% lemak tubuh dan massa otot.

31
6. Muscular Rata-rata% lemak tubuh dan massa otot
tinggi
7. Low muscle & low fat % lemak tubuh rendah dan massa otot
rendah
8. Thin & muscular Kurus dan berotot (atlet) % lemak tubuh
rendah dan massa otot cukup
9. Very muscular % lemak tubuh rendah dan massa otot
tinggi

Hasil pengukuran menggunakan Tanita dan BIA (pengukuran komposisi


tubuh menggunakan alat timbangan BIA). Terdapat perbedaan hasil antara
pengukuran komposisi tubuh menggunakan Tanita dan BIA. Misalnya berat
badan, persen lemak, dan BMR hasilnya lebih tinggi menggunakan Tanita
daripada BIA. Berdasarkan penelitian Kreissl,2019 disebutkan bahwa Margin
berat badan atas dan bawah lebih dari ±5 kg dapat didefinisikan relevan secara
klinis. Selain itu, persentase lemak tubuh batas atas dan bawah lebih dari ±5%,
dan laju metabolisme basal lebih dari ±250 kkal. TANITA melebih-lebihkan
persentase lemak tubuh, massa lemak, dan laju metabolisme basal. Semakin tinggi
persentase total lemak tubuh dan massa lemak, semakin tinggi deviasi antar
pengukuran yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi tubuh
harus selalu dilakukan dengan perangkat komposisi tubuh yang sama untuk
mendapatkan hasil yang sebanding.27

7. Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, Panjang Badan dan Lingkar


Kepala Bayi
Pengukuran antropometri adalah salah satu pemeriksaan yang rutin
dilakukan pada bayi baru lahir. Ini adalah kunci untuk menilai status gizi bayi
serta memprediksi komplikasi kesehatan jangka panjang. Parameter yang
paling sering digunakan adalah usia gestasi, berat badan, panjang badan, dan
28
lingkar kepala. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan bayi baru
lahir normal adalah antara 2500 g – 3999 g. Berdasarkan hasil praktikum
didapatkan berat bayi adalah 3,2 kg (3200 g) sehingga angka ini menunjukkan
bahwa bayi tersebut memiliki berat badan normal. Ukuran panjang badan pada
bayi baru lahir digunakan untuk mengukur pencapaian pertumbuhan linier
bayi yang
32
menggambarkan kondisi gizi pada masa lalu (kandungan). Rendahnya ukuran
panjang badan bayi baru lahir menggambarkan “pendek” (shortness), outcome
dari proses ini adalah stunting. Standar panjang badan badan bayi baru lahir di
Indonesia yang normal adalah 48-52 cm.
Hasil pengukuran panjang/tinggi bayi pada praktikum ini adalah 46,4 cm.
Berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwa bayi tersebut memiliki
panjang/tinggi badan yang tidak normal. Lingkar kepala adalah standar
prosedur yang biasanya digunakan untuk memeriksa keadaan patologi dari
besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala (patologi serebral). Lingkar
kepala mencerminkan pertumbuhan otak (ukuran otak) dan tulang tengkorak.
Standar lingkar kepala normal bayi baru lahir di Indonesia adalah 33-37 cm.
Pada praktikum untuk pengukuran lingkar kepala bayi didapatkan hasil 33,5
cm. Hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa bayi tersebut memiliki lingkar
kepala normal.

33
VI. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Alat dan metode antropometri adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran antropometeri untuk tinggi badan pada anak yang
sudah bisa berjalan hingga dewasa dapat menggunakan microtoise
dan stadiometer. Untuk bayi pengukuran tinggi badan / panjang
badan dapat menggunakan infantometer atau length board.
b. Pengukuran berat badan pada anak yang sudah bisa berjalan
hingga dewasa dapat menggunakan berat badan digital dan
timbangan manual (analog) sedangkan untuk bayi penimbangan
dapat menggunakan timbangan bayi.
c. Pengukuran lingkar lengan atas dapat menggunakan pita LiLA.
Untuk pengukuran lingkar pinggang, lingkar pinggul dan lingkar
kepala bayi dapat menggunakan pita meteran.
d. Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit dapat menggunakan alat
kaliper.
e. Pengukuran komposisi tubuh dapat menggunakan Tanita dan BIA.
2. Didapatkan hasil pengukuran berikut ini:
a. Hasil praktikum dengan responden wanita yang memiliki usia 34
tahun diketahui bahwa responden tersebut memiliki berat badan
57,3 kg (timbangan digital) dan 58 kg (timbangan analog) dengan
tinggi badan 158 cm yang menghasilkan IMT masing-masing
23,8 dan 24,1. Kedua nilai IMT tersebut masuk dalam kategori
berat berlebih berdasarkan populasi Asia sedangkan untuk hasil
LiLA, lingkar pinggang dan lingkar pinggul pada responden
tersebut memiliki hasil normal.
b. Pengukuran tebal lemak bawah kulit pada responden wanita
dengan usia 34 tahun diperoleh hasil persentase lemak tubuh
sebesar 34,03 dimana angka tersebut termasuk pada kategori poor
berdasarakan table ACSM.

34
c. Pengukuran komposisi tubuh pada responden dengan usia 34
tahun diperoleh hasil normal pada pengukuran berat badan, persen
lemak tubuh, massa otot, total body water %, lemak visceral dan
IMT. Pada pengukuran massa tulang diperoleh hasil 2,4%.
d. Energi metabolise basal (Basal Metabolic Rate) pada responden
diperoleh hasil sebesar 1145 kkal dan untuk umur metabolic
diperoleh hasil 40 artinya metabolism responden lebih tinggi dari
usia sebenarnya.
e. Pengukuran antropometri bayi mendapatkan hasil normal pada
berat badan normal dan lingkar kepala sedangkan untuk
panjang/tinggi bayi diperoleh hasil tidak normal.

B. Saran
Saran untuk praktikum antropometri dan komposisi tubuh adalah
pengukuran berat badan baik menggunakan timbangan digital maupun
timbangan analog perlu dilakukan pengambilan data minimal 2 (dua) kali
agar diperoleh hasil yang lebih valid.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Rauf S, Mustamin. Metode Penilaian Status Gizi (Pusat Pendidikan Sumber


Daya Manusia Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia).
2021.
2. Bahrul B. Hubungan Kadar Hemoglobin dan Indeks Massa Tubuh
dengan VO2Max pada Atlet Futsal SMA Negeri 2 Sinjai. Int J Hypertens.
2020;1:1–171.
3. Wigati DN, Ekasari W. Rutinitas kunjungan posyandu terhadap
peningkatan berat badan balita. The Shine Cahaya Dunia
Kebidanan. 2020;5(2).
4. Adha CN, Prastia TN, Rachmania W. Gambaran Status Gizi Berdasarkan
Lingkar Lengan Atas Dan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswi Fikes Uika
Bogor Tahun 2019. J Mhs Kesehat Masy. 2019;2(5):340–50.
5. Suryaningsih E, Trisusilani A. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang kekurangan energi kronik (KEK) dengan ukuran lingkar lengan atas
(LiLA) di Puskesmas Depok III Sleman tahun 2016. J Permata Indones.
2017;8(1).
6. Prihati DR, Nurrasyidah R, Kuswati. Status gizi remaja putri di
puskesmas Klaten Selatan. Bunda Edu-Midwifery Journal. Bunda Edu-
Midwifery J. 2023;6(1).
7. Wahyuni Y, Huda ASM. Pemantauan Kesehatan Gizi Ibu Hamil
Dilihat dari Pertambahan Berat Badan dan Pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) Berbasis E-Digital. J Ilm Ilmu Komput dan Mat.
2019;16(1).
8. Alfarisi R, Nurmalasari Y, Nabilla S. Status gizi ibu hamil dapat
menyebabkan kejadian stunting pada balita. J Kebidanan Malahayati.
2019;5(3):271–8.
9. Harahap M, Mochtar Y. Gambaran rasio lingkar pinggang pinggul,
riwayat penyakit dan usia pada pegawai polres pekanbaru. J Kesehat Masy
Andalas. 2016;10(2):140–4.
10. Amma YA, Rahmah M. Hubungan pola konsumsi terhadap kejadian
obesitas sentral pada pengendara becak motor (bentor) di Kota Gorontalo. J
Gizi Dan Kesehat. 2023;15(1).
11. Yasrial INH, Ilmiawati C. Hubungan Tebal Lemak Bawah Kulit dengan
Tingkat Kebugaran Jasmani pada Siswa Sekolah Dasar di Daerah Rural
di Kota Padang. J Ilmu Kesehat Indones. 2021;2(1).
12. Ratumanan. Metode antropometri untuk menilai status gizi: sebuah studi
literatur. Heal Inf J Penelit. 2023;15.
13. Fahritsani H, Wanto S, Putri SAR, Kumbara H. Sosialisasi pentingnya
endurance dan komposisi tubuh untuk mempertahankan performa
atlet
36
sepak takraw. J Pengabdi Masy Olahraga. 2023;1(1):25–33.
14. Wijayanti DN, Sukmaningtyas H, Fitranti DY. Kesesuaian Metode
Pengukuran Persentase Lemak Tubuh Skinfold Caliper Dengan Metode
Biolectrical Impedance Analysis. J Kedokt Diponegoro. 2020;7(2):1504–
10.
15. Hamzah DF. Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap berat badan
bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Kota. J Ilm Penelit
Kesehat. 2018;3(2):8–15.
16. Aulia M, Aisyah S. Hubungan anemia, usia kehamilan dan preeklampsia
dengan kejadian BBLR di RSI Siti Khadijah Palembang Tahun 2018.
Masker Med. 2019;7(2).
17. Yandra EF, Lapanporo BP, Jumarang MI. Rancang Bangun Timbangan
Digital Berbasis Sensor Beban 5 Kg Menggunakan Mikrokontroler
Atmega328. Positron. 2016;6(1):23–8.
18. Indriani PS. Asupan Nutrisi, Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Lingkar
Lengan Atas (LILA) Ibu Menyusui berhubungan dengan Status Gizi
dan Pemberian ASI Ekslusif Bayi Usia 0-6 Bulan. J Interprofesi
Kesehat Indones. 2022;2(1):192–202.
19. Dewi AP, Pratiwi AR, Damayanti S. Hubungan asupan gizi dan
pengetahuan gizi dengan lila (lingkar lengan atas) remaja putri di
pekon pamenang. J Gizi Aisyah. 2023;6(1).
20. Tutunchi H, Ebrahimi-Mameghani M, Ostadrahimi A, Asghari-Jafarabadi
M. What are the optimal cut-off points of anthropometric indices for
prediction of overweight and obesity? Predictive validity of waist
circumference, waist-to-hip and waist-to-height ratios. Heal Promot
Perspect. 2020;10(2):142–7.
21. Zhang C, Wang W, Chang X, Zhan S, Wang S, Feng L, et al. Obesity and
risk of hearing loss in the middle-aged and elderly: a national cohort of
Chinese adults. BMC Public Health. 2023;23(1):1–9.
22. Pan J, Wang M, Ye Z, Yu M, Shen Y, He Q, et al. Optimal cut-off levels of
obesity indices by different definitions of metabolic syndrome in a
southeast rural Chinese population. J Diabetes Investig. 2016;7(4):594–
600.
23. Ingle AS, Kashyap NK, Trivedi S, Chaudhary R, Suryavanshi G,
Thangaraju P, et al. Assessment of Body Fat Percentage Using B-Mode
Ultrasound Technique versus Skinfold Caliper in Obese Healthy
Volunteers. Cureus. 2022;14(3):1–10.
24. Durnin BYJVG a, Womersley J. Body fat assessed from total body density
and its estimation from skinfold thickness : measurements on 481 men and
women aged from 16 to 72 years. Br J Nutr. 1973;32(1):77–97.
25. Yamada Y. Validating muscle mass cutoffs of four international sarcopenia-
working groups in Japanese people using DXA and BIA. Cachexia Sarcopenia
Muscle J. 2021;(12):1000–10.
37
26. Vasold KL. Reliability and Validity of Commercially Available Low-Cost
Bioelectrical Impedance Analysis. Int J Sport Nutr Exerc Metab.
2019;29(4):406–410.
27. Tanita Australia. Segmental Healthy Range Chart.in. 2020.
28. Sangapta J, Willar R. STATUS ANTROPOMETRI PADA BAYI YANG
DIRAWAT DI NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT RSUP Prof. Dr.
R. D. KANDOU MANADO. J Med dan Rehabil. 2019;1(3).

38
LAMPIRAN

Gambar 1. Tinggi badan menggunakan Gambar 2. Pengukuran TB


microtoice menggunakan stadiometer

Gambar 3. Berat badan menggunakan


timbangan digital Gambar 4. Berat badan
menggunakan timbangan analog

39
Gambar 5. Pengukuran Gambar 6. Pengukuran
menggunakan Tanita menggunakan BIA

Gambar 8. Pengukuran TLBK Bisep


Gambar 7. Pengukuran TLBK
Subscapular

40
Gambar 9. TLBK Trisep Gambar 10. Pengukuran LiLA

Gambar 11. Pengukuran lingkar Gambar 12. Pengukuran PB bayi


kepala bayi

Gambar 13. Pengukuran BB bayi

41

Anda mungkin juga menyukai