Struktur Fisik Dan Batin Puisi
Struktur Fisik Dan Batin Puisi
Struktur Fisik Dan Batin Puisi
Struktur puisi terdiri atas struktur fisik dan batin. Struktur fisik puisi merupakan unsur-unsur
pembangun puisi yang dapat diamati secara jelas. Sementara itu, struktur batin puisi berhubungan dengan
perasaan dan pesan yang ingin disampaikan penyair. Berikut pemaparan struktur fisik dan batin puisi.
1. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi dapat kamu amati dengan jelas. Struktur ini merupakan unsur pembangun
yang bersifat fisik atau tampak dalam susunan kata-kata puisi. Struktur fisik terdiri atas diksi, imaji, kata
konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi (rima, ritme, metrum), dan perwajahan (tipografi).
a. Diksi (Pemilihan Kata)
Diksi merupakan pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Pemilihan
kata-kata dalam puisi berkaitan erat dengan makna, rima, dan urutan kata dalam puisi. Oleh
karena itu, kata-kata yang disajikan dalam puisi harus dipilih dengan cermat.
b. Imaji
Imaji merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dalam puisi dibagi menjadi tiga, yaitu
imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang dialami
penyair.
c. Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata konkret merupakan kebalikan dari kata abstrak. Kata konkret yaitu kata
yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh pancaindra.
Kata konkret memiliki ciri bisa dirasakan, bisa dilihat, diraba, didengar, dan bisa dicium. Kata
konkret dalam puisi biasanya menyimbolkan sesuatu. Contoh penggunaan kata konkret yaitu kata
buku yang mewakili ilmu, matahari yang mewakili harapan, dan jabat tangan yang mewakili sikap
hormat.
a. Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif atau majas merupakan bahasa yang mengandung kias. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan cara menyamakan dengan
sesuatu yang lain atau kiasan. Bahasa majas dapat meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif membuat puisi kaya akan makna. Beberapa majas yang sering digunakan
dalam penulisan puisi sebagai berikut.
1) Personifikasi atau penginsanan merupakan gaya bahasa yang menggunakan sifat-sifat insani
untuk benda atau barang yang tidak bernyawa.
2) Hiperbola merupakan gaya bahasa yang mengandung makna melebih-lebihkan atau
membesar besarkan sesuatu.
3) Metonimia merupakan gaya bahasa menggunakan nama ciri atau nama hal yang ditautkan
dengan segala sesuatu sebagai pengganti.
4) Metafora adalah perbandingan implisit, tanpa kata pembanding, seperti atau bagai di antara
dua unsur berbeda.
5) Simile adalah perbandingan eksplisit, yaitu menyatakan sesuatu dengan hal lain,
menggunakan kata pembanding seperti atau bagai.
6) Asosiasi atau perumpamaan merupakan perbandingan dua unsur yang sebenarnya berlainan,
tetapi sengaja dianggap sama. Perbandingan ini secara eksplisit menggunakan kata, seperti,
bagai, ibarat, umpama, bak, dan laksana.
7) Pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata mubazir.
8) Ironi adalah gaya bahasa yang berupa sindiran halus, berupa pernyataan yang maknanya
bertentangan dengan makna sebenarnya.
9) Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi
dari kenyataan yang sebenarnya dengan tujuan untuk merendahkan diri.
10) Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan dengan
menggunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.
11) Repetisi adalah gaya bahasa berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat dalam larik ataupun
bait puisi.
b. Versifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)
Versifikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah struktur puisi. Versifikasi juga berarti
seni atau praktik menulis sajak. Versifikasi menyangkut rima, ritme, dan metrum.
1) Rima merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi.
Rima dalam puisi menyangkut aspek-aspek sebagai berikut.
a) Onomatope adalah tiruan bunyi yang ada.
b) Bentuk intern pola bunyi terdiri atas aliterasi, asonansi, persamaan akhir, dan repetisi
bunyi (kata).
c) Pengulangan kata/ungkapan, pengulangan dalam puisi tidak terbatas pada bunyi, tetapi
juga kata dan ungkapan.
2) Ritme/irama adalah alunan yang terjadi karena perulangan dan pergantian kesatuan bunyi
pada arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada.
3) Metrum adalah ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata
dalam setiap baris hingga pergantian naik turun suara secara teratur.
c. Tata Wajah (Tipografi)
Perwajahan puisi (tipografi) adalah tatanan kata, kalimat, larik, dan bait dalam puisi.
Perwajahan puisi memberikan kesan dan suasana tertentu dalam puisi. Perwajahan juga
membedakan puisi dengan prosa dan drama. Larik dalam puisi berbentuk bait, sedangkan prosa
berbentuk paragraf. Setiap bait puisi tidak selalu berawal dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan.
Bait puisi dapat saja ditulis di tengah-tengah, tepi kiri, dan kanan maupun membentuk bentuk
tertentu.
2. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi merupakan unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam
penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat.
a. Tema/Makna (Sense)
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisi. Gagasan pokok
tersebut menjadi pedoman utama penyair dalam mengungkapkan isi puisi. Tema yang terdapat
dalam puisi, antara lain tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme, perjuangan, kesedihan, alam,
sosial, pendidikan, perpisahan, cinta, dan politik.
b. Perasaan (Feeling)
Perasaan penyair dapat diungkapkan melalui puisi. Perasaan penyair akan muncul saat
menghadapi sesuatu. Perasaan yang menjiwai puisi, antara lain perasaan gembira, sedih, terharu,
marah, ketakutan, putus asa, dan sombong.
c. Nada (Tone) dan Suasana
Penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Sikap penyair terhadap pembaca
tersebut diungkapkan dalam nada, sehingga tercipta suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis,
protes, menggurui, takut, mengejek, mengimbau, dan memuji.
d. Amanat
Amanat dapat disebut pesan atau nasihat dalam sebuah puisi. Amanat merupakan kesan yang
ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat ditentukan sendiri oleh pembaca yang
berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu objek. Meskipun demikian, amanat tidak
dapat lepas dari tema yang dikemukakan penyair.