Biologi Sel
Biologi Sel
Biologi Sel
Disusun Oleh:
Kelompok 1 B
Kelompok 1
II
DAFTAR ISI
HALAMAN MUKA I
KATA PENGANTAR II
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Struktur sel: membran sel, sitoplasma, inti sel, organel sel
Kloroplas
2.7 Peran teknologi dalam studi sel: mikroskop elektron, pewarnaan sel, kultur
sel
BAB III
PENUTUP
III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
IV
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1
BAB 2 PEMBAHASAN
Robert Brown (1831) menyatakan sel merupakan suatu ruangan kecil yang
dibatasi oleh membran yang didalamnya terdapat cairan sitoplasma (protoplasma).
Pada tahun 1839, fisiologiwan Purkinye memperkenalkan istilah protoplasma bagi
2
zat hidup dari sel. Istilah protoplasma Purkinye tidak memberi pengertian kimiawi
dan fisik yang jelas, tetapi dapat dipakai untuk menyebut semua zat yang
terorganisasi dalam sel.
Rudolf Virchow pada tahun 1857 menyatakan bahwa sel berasal dari sel yang
ada sebelumnya. Sel membelah menjadi dua sel (berkembang biak) dan
mengemukakan tentang teori biogenesis life from life". Teori ini menumbangkan
teori Generatio Spontanea. Matthias Schleiden (ahli Botani) menyatakan bahwa
semua tumbuhan tersusun dari sel dan Theodore Schwan (ahli Zoologi) pada
tahun 1939 menyatakan bahwa sel adalah bagian dari organisme dan semua
makhluk hidup tersusun atau terdiri atas sel-sel yang disebut sebagai teori sel. Jadi
semua makhluk hidup merupakan kumpulan dari sel-sel atau sel merupakan
elemen dasar dari makhluk hidup. Kedua ilmuwan tersebut sebagai bapak sitologi
modern membuktikan bahwa sel hidup berisi cairan sitoplasma untuk segala
aktivitas dasar makhluk hidup. Pembuktian ini berkembang menjadi teori sel yang
menyatakan bahwa semua tubuh hewan dan tumbuhan terdiri atas sel-sel, yaitu
unit dasar dari kehidupan.
2.2 Struktur Sel: Membran Sel, Sitoplasma, Inti Sel, Organel Sel
1. Membran Sel: Merupakan batas luar sel yang mengontrol aliran zat-zat
masuk dan keluar sel.
2. Sitoplasma: Cairan kental yang mengisi ruang di antara membran sel dan
inti sel.
3. Inti Sel (Nukleus): Mengandung materi genetik dan mengontrol aktivitas
sel.
4. Organel Sel: Struktur kecil di dalam sel yang memiliki fungsi khusus,
seperti mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, dan lain-lain.
3
2.3 Fungsi Organel Sel: Mitokondria, Ribosom, Retikulum Endoplasma,
Lisosom, Vakuola, Kloroplas
Organel adalah struktur subseluler yang memiliki satu atau lebih tugas
spesifik untuk dilakukan di dalam sel, seperti halnya organ di dalam tubuh. Di
antara organel sel yang lebih penting adalah inti sel, yang menyimpan informasi
genetik; mitokondria, yang menghasilkan energi kimia; dan ribosom, yang
merakit protein.
Organel adalah struktur spesifik di dalam sel, dan ada banyak jenis organel
yang berbeda. Organel juga disebut vesikel di dalam sel. Dan mereka mempunyai
fungsi yang penting, karena kita perlu mengelompokkan semua fungsi di dalam
sel. Jadi perlu ada membran di sekitar mekanisme pembuatan produk berbeda di
dalam sel. Jadi sebenarnya, semua organel terikat pada membran. Dan mereka
memisahkan satu fungsi dari fungsi lainnya. Jadi misalnya mitokondria berfungsi
menghasilkan energi, dan lisosom berfungsi menghasilkan molekul kecil dari
molekul besar, kemudian memecahnya. Mereka perlu dikotak-kotakkan karena
mitokondria menjalankan semua jalurnya, semua protein dan enzim di dalamnya,
untuk mengubah satu bahan kimia ke bahan kimia lainnya, dan lisosom
memerlukan pH asam. Dan jika hal-hal tersebut digabungkan, tidak ada fungsi
yang akan dihasilkan sama sekali. Jadi itulah inti dan jiwa dari sebuah organel:
Untuk dikotak-kotakkan dan memungkinkan konsentrasi protein atau asam yang
tinggi, atau apa pun untuk menciptakan lingkungan tersebut sehingga fungsi
tertentu.
Fungsi ribosom adalah sebagai salah satu tempat untuk melakukan sintesis
protein atau pembentukan protein. Retikulum endoplasma merupakan perluasan
selubung nukleus yang terdiri dari jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran
bermembran dan vesikel yang saling terhubung.
4
Lisosom, yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing
yang dimasukkan oleh sel, ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel
tumbuhan. Lisosom berfungsi mencerna senyawa, seperti karbohidrat, serta
protein.
Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti 'kosong' dan
dinamai demikian karena organel ini tidak memiliki struktur internal. Umumnya
vakuola lebih besar daripadavesikel, dan kadang kala terbentuk dari gabungan
banyak vesikel. Fungsi vakuola adalah sebagai tempat untuk menyimpan
cadangan makanan dan air.
Mitosis adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-
tahap yang teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap
telofase ke tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan
Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel).
5
Selain itu, sel-sel memainkan peran dalam mengatur pertumbuhan melalui
siklus sel dan faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan adalah molekul yang
mengontrol aktivitas sel, termasuk proliferasi dan diferensiasi. Sel-sel juga dapat
berkomunikasi melalui sinyal kimia, memastikan koordinasi yang diperlukan
untuk pertumbuhan yang teratur dan teratur pada tingkat seluler.
6
Gangguan sistem kekebalan seperti penyakit autoimun menyebabkan sel
kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat. Karena sistem pertahanan tubuh yang
stabil gagal pada gangguan autoimun, sistem kekebalan menganggap tubuh yang
sehat sebagai benda asing yang perlu dibunuh. Organ sel dalam tubuh seseorang
yang masih sehat bisa saja rusak akibat penyakit autoimun ini, sehingga dapat
menyebabkan luka pada organ tubuh manusia. Hepatitis autoimun, penyakit
celiac, sindrom antibodi atau antifosfolipid (APS), anemia hemolitik, sindrom
Guillain-
a. Hemolytic Anemia
c. Diabetes Tipe 1
7
produksi insulin yang tidak mencukupi dan menimbulkan peningkatan kadar gula
darah
2.7 Peran Teknologi Dalam Studi Sel : Mikroskop Elektron, Pewarnaan Sel,
Dan Kultur Sel
Sel merupakan unit dasar penyusun mahluk hidup dengan ukuran yang
sangat kecil. Sel sangat sulit untuk dilihat walaupun hanya struktur penyusunnya,
dan akan lebih sulit untuk memahami molekul-molekul yang terkandung di
dalamnya serta menemukan komponen ultratin (sangat tipis) yang terdapat di
dalam sel.
1. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron banyak digunakan untuk pengamatan benda dengan
panjang gelombang lebih pendek dari elektron itu sendiri hingga mencapai
resolusi paling rendah yakni 3 A ^ 0 (angstrom), tapi biasanya jarak kerja dari
mikroskop elektron antara 5 sampai 12 A ^ hat 0 Mikroskop elektron memiliki
kemampuan memperbesar objek hingga 2 * 10 ^ 6 dengan memanfaatkan
elektrostatis dan elektromagnetik sebagai pengontrol dan akselerasi pergerakan
pancaran elektron. Di dalam mikroskop elektron terdapat medan (coil)
elekkreomagnetik (“lensa magnetik”) yang digunakan untuk mengontrol fokus
sebuah sinar elektron yang dipercepat dari kawat logam yang dipanaskan dengan
voltase tinggi antara 20.000 hingga 100.000 votl (instrument baru dikembangkan
8
dengan penggunaan 1.000.000 volt). Panjang gelombang dari sebuah elektron
akan ditentukan oleh besaran dari voltase yang digunakan dan bahkan bisa
mencapai 0,01 A ^ 0 atau lebih Kecil. Elektron pada dasarnya akan terpancar
secara menyebar ke segala arah, elektron yang dipancarkan perlu alat bantu
pengatur (manage) untuk mencapai fokus yang maksimal ke arah spesimen
dengan sebuah “”lensa objektiv”.
Bayangan gambar ahir dari lensa objektiv tersebut ditransmisikan dan
diperoduksi oleh sebuah lensa proyektor, hasil gambar ahir inilah yang
dimunculkan secara langsung pada fluorescent screen (layar yang berpendar mirip
dengan proyektor) atau direkam pada photographic film untuk memproleh
“electron micrograph” yang disebut sebagai Transmission Electron Microscopy
(TEM).
Mikroskop electron, gambar spesimen terbentuk dari perbedaan intensitas
elektron yang terpancar atau tersebar ke area objek yang diamati tidak seperti
mikroskop cahaya, di mana pembentukan gambar tergantung pada perbedaan
penyerapan cahaya oleh spesimen. Elektron memiliki daya tembus yang sangat
rendah, sehingga mereka dengan mudah tersebar ke bendabenda yang dilaluinya.
Sejauh mana kekuatan elektron dapat tersebar sangat ngat ditentukan oleh
ketebalan dan kepadatan atom yang dimiliki oleh objek (spesimen): daerah
dengan kepadatan tinggi (daerah objek yang memiliki atom dengan nomor atom
tinggi) menyebabkan elektron tersebar lebih dari daerah kepadatan atom rendah
dan akibatnya terlihat lebih gelap di gambar akhir.
Sifat elektron yang mudah tersebar, maka spesimen yang digunakan dalam
mikroskop elektron harus sangat tipis (ultrathin, yaitu ketebalan 10 nm sampai
100 nm). Jika pengirisan spesimen tidak dalam bentuk ultratin, sebagian besar
elektron akan dipantulkan dan gambar yang dihasilkan akan gelap secara
keseluruhan. Selama kondisi elektron masih bisa tersebar bahkan oleh molekul
gas sekalipun, gambar ahir yang dihasilkan tidak akan maksimal, oleh karena itu
pancaran elektron harus melalui ruang vakum yang sangat tinggi dan sampel harus
benar- benar kering dan non-volatile (tidak bersifat menguap). Untuk itu, sel- sel
hidup dalam kondisi basah tidak dapat dilihat atau diamati menggunakan
mikroskop elektron.
9
2. Pewarnaan Sel
Pewarnaan dalam bidang biologi dilakukan dengan bahan kimia yang bisa
secara selektif terikat pada molekul dari struktur sel dan mampu membuat struktur
sel tersebut menjadi lebih kontras. Pewarna non vital digolongkan menjadi dua
jenis pewarna yang berbeda: 1) Pewarna asam (acid stains) seperti eosin, orange
G, aniline blue, dan fast green, keseluruhan dari kombinasi pewarna tersebut
ditentukan dengan pemilihan jenis pengamatan dari struktur sel; dan 2) pewarna
dasar (basic stains) seperti methylene blue, kristal violet, haematoxylin, basic
funchsin dan sebagainya, keseluruhan bahan tersebut dikombinasikan dengan
asam nukleat dan jenis molekul asam lainnya untuk mengamati jenis sel yang
diinginkan. Struktur sellular yang diwarnai dengan pewarna asam disebut
acidophilic dan yang menggunakan pewarna dasar disebut basophilic.
10
methyl green- pyronine digunakan dalam membedakan antara DNA dan RNA
(dicirikan dengan warna hijau pada DNA dan warna merah pada RNA); pewarna
acetocarmine dan acetoorcein digunakan untuk mewarnai kromosom saat terjadi
pembelahan sel; pewarna periodic acidSchiff (PAS) pectin digunakan pada
tanaman dan muciprotein (glycoprotein), asam hyaluronic dan zat kitin pada sel
hewan; dan fat soluble dyes seperti Sudan Red dan Sudan Black B digunakan
untuk pewarnaan lemak (lipids). Sudan Black B pewarna spesifik untuk
phospholipids dan digunakan pada badan golgi (Golgi apparatus). Pewrna Vital,
secara selektif mewarnai struktur intraseluler sel hidup tanpa perubahan atau
mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel. Misalnya, Janus green B secara
selektif mewarnai mitokondria, pewarna natural red mewarnai Vakuola tanaman
dan methylene blue mewarnai badan golgi dan benang kromatin nucleus pada
pembelahan sel.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari biologi sel adalah bahwa sel adalah unit dasar
kehidupan, memiliki struktur dan fungsi yang kompleks, dan semua organisme
hidup terdiri dari satu atau lebih sel. Sel juga mengandung materi genetik dan
memiliki kemampuan untuk mereproduksi diri sendiri. Selain itu, mereka
berinteraksi dengan lingkungan sekitar untuk mempertahankan kehidupan suatu
organisme secara keseluruhan.
3.2 Saran
Struktur dan fungsi organel-organel dalam sel akan mudah dipelajari jika
ditunjang oleh banyak literatur baik dari buku-buku penunjang atau internet
Sehingga kita dapat mengetahui hubungan antara struktur dan fungsi dari masing-
masing organel dengan jelas. Selain itu kita juga dapat memahami hubungan
antara organel-organel tersebut di dalam sel Bagi kita dan generasi akan datang
sudah sepatutnya untuk mengetahui struktur dan fungsi organel sel pada mahluk
hidup, dan perbedaan antara sel hewan dan tumbuhan. Kepada para pembaca
kalau ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau
majalah-majalah yang memuat tentang struktur dan fungsi organel sel
pada mahluk hidup.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, R., Azimata, R. 2019. Bahan Ajar Teknologi Bank Darah (TBD): Biologi
Sel dan Genetika edisi tahun 2019.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Karim, A., Esabella, S., Kusmanto, K., Suryadi, S., & Purba, E. (2023).
Penerapan Metode Teorema Bayes Dalam Mendiagnosa Penyakit
Autoimun. Building of Informatics, Technology and Science (BITS), 5(1),
254-263.
13
14