Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Biologi Sel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BIOLOGI SEL

MAKALAH KOMUNIKASI DASAR KEPERAWATAN

Dosen Pengampu: Herliawati, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 1 B

Dosiva Karunia 04021282328054 Najwa Salwa Salsabil 04021282328065


Safira Maulidina 04021282328055 Muhammad Ramadhoni 04021282328066
Kelvi 04021282328056 Amrina Rosadah 04021282328067
Ghalin Novrianti 04021282328057 Erra Fazira 04021282328068
Nadya Dwi Maharani 04021282328059 Nazwa Meysa Syahla 04021282328070
Devita Hidayati Putri 04021282328060 Rahayu Rahmadiah 04021282328071
Zahra Nafila Sastra 04021282328061 Putri Amanda Anjeni 04021282328072
Heni Rani Setianingsih 04021282328062 Dya Sandra Aulia 04021282328073
Anysha Dwi Putri 04021282328063 Atika Anggun Marsabella 04021282328074
Octavia Rachmawati 04021282328064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini, tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga
makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Indralaya, 04 Maret 2024

Kelompok 1

II
DAFTAR ISI

HALAMAN MUKA I

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sel dan sejarah penemuan sel

2.2 Struktur sel: membran sel, sitoplasma, inti sel, organel sel

2.3 Fungsi organel sel: mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, lisosom,


vakuola,

Kloroplas

2.4 Reproduksi sel: mitosis dan meiosis

2.5 Peran sel dalam pertumbuhan dan perkembangan organisme

2.6 Penyakit yang berhubungan dengan gangguan seluler

2.7 Peran teknologi dalam studi sel: mikroskop elektron, pewarnaan sel, kultur
sel

BAB III

PENUTUP

III
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

IV
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

1
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sel Dan Sejarah Penemuan Sel

Sel merupakan unit terkecil organisme/makhluk hidup yang dapat


melaksanakan fungsi hidup sendiri dan bereplikasi atau memperbanyak diri. Sel
merupakan penyusun tubuh organisme yang terulang unsur-unsurnya, baik pada
tumbuhan, hewan, dan manusia. sel adalah struktur dasar dan unit fungsional dari
makhluk hidup. Berdasarkan jumlah sel yang dimiliki makhluk hidup, organisme
dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu organisme uniseluler dan organisme
multiseluler. Pada organisme uniseluler, tubuhnya terdiri atas satu sel sehingga
seluruh kegiatan hidupnya dilaksanakan oleh sel itu sendiri. Contohnya: Amoeba,
Paramecium, dan Bakteri. Pada organisme multiseluler, tubuhnya tersusun atas
banyak sel yang memiliki fungsi masing-masing.

Perkembangan ilmu tentang sel didukung dengan penemuan alat-alat optik


dapat membantu dalam pemeriksaan sel yang berukuran mikroskopis. Pada Tahun
1665 Robert Hooke melakukan pengamatan pertama mengenai sel pada irisan
jaringan gabus ubi kayu. Dari penelitiannya memperkenalkan istilah latin
"Cellulae" yang berarti ruangan kecil atau rongga kosong sehingga disimpulkan
bahwa gabus merupakan bangunan yang berlubang-lubang kecil seperti sarang
lebah. Hal ini terjadi karena jaringan gabus yang diamati oleh Robert Hooke
merupakan jaringan mati dan sejak saat itulah dikenal istilah sel sehingga Robert
Hooke dikukuhkan sebagai penemu sel.

Tahun 1674 selanjutnya Antonie Van Leeuwenhoek dengan menggunakan


mikroskop yang sangat sederhana dengan menggunakan rendaman air jerami
dapat meneliti sel-sel yang bebas dan melihat adanya bangunan ditengah sel yang
sekarang dikenal dengan istilah Inti sel.

Robert Brown (1831) menyatakan sel merupakan suatu ruangan kecil yang
dibatasi oleh membran yang didalamnya terdapat cairan sitoplasma (protoplasma).
Pada tahun 1839, fisiologiwan Purkinye memperkenalkan istilah protoplasma bagi

2
zat hidup dari sel. Istilah protoplasma Purkinye tidak memberi pengertian kimiawi
dan fisik yang jelas, tetapi dapat dipakai untuk menyebut semua zat yang
terorganisasi dalam sel.

Rudolf Virchow pada tahun 1857 menyatakan bahwa sel berasal dari sel yang
ada sebelumnya. Sel membelah menjadi dua sel (berkembang biak) dan
mengemukakan tentang teori biogenesis life from life". Teori ini menumbangkan
teori Generatio Spontanea. Matthias Schleiden (ahli Botani) menyatakan bahwa
semua tumbuhan tersusun dari sel dan Theodore Schwan (ahli Zoologi) pada
tahun 1939 menyatakan bahwa sel adalah bagian dari organisme dan semua
makhluk hidup tersusun atau terdiri atas sel-sel yang disebut sebagai teori sel. Jadi
semua makhluk hidup merupakan kumpulan dari sel-sel atau sel merupakan
elemen dasar dari makhluk hidup. Kedua ilmuwan tersebut sebagai bapak sitologi
modern membuktikan bahwa sel hidup berisi cairan sitoplasma untuk segala
aktivitas dasar makhluk hidup. Pembuktian ini berkembang menjadi teori sel yang
menyatakan bahwa semua tubuh hewan dan tumbuhan terdiri atas sel-sel, yaitu
unit dasar dari kehidupan.

2.2 Struktur Sel: Membran Sel, Sitoplasma, Inti Sel, Organel Sel

Struktur sel mencakup bagian-bagian yang memainkan peran penting


dalam menjalankan fungsi-fungsi seluler. Setiap sel biasanya memiliki:

1. Membran Sel: Merupakan batas luar sel yang mengontrol aliran zat-zat
masuk dan keluar sel.
2. Sitoplasma: Cairan kental yang mengisi ruang di antara membran sel dan
inti sel.
3. Inti Sel (Nukleus): Mengandung materi genetik dan mengontrol aktivitas
sel.
4. Organel Sel: Struktur kecil di dalam sel yang memiliki fungsi khusus,
seperti mitokondria, ribosom, retikulum endoplasma, dan lain-lain.

3
2.3 Fungsi Organel Sel: Mitokondria, Ribosom, Retikulum Endoplasma,
Lisosom, Vakuola, Kloroplas

Organel adalah struktur subseluler yang memiliki satu atau lebih tugas
spesifik untuk dilakukan di dalam sel, seperti halnya organ di dalam tubuh. Di
antara organel sel yang lebih penting adalah inti sel, yang menyimpan informasi
genetik; mitokondria, yang menghasilkan energi kimia; dan ribosom, yang
merakit protein.

Organel adalah struktur spesifik di dalam sel, dan ada banyak jenis organel
yang berbeda. Organel juga disebut vesikel di dalam sel. Dan mereka mempunyai
fungsi yang penting, karena kita perlu mengelompokkan semua fungsi di dalam
sel. Jadi perlu ada membran di sekitar mekanisme pembuatan produk berbeda di
dalam sel. Jadi sebenarnya, semua organel terikat pada membran. Dan mereka
memisahkan satu fungsi dari fungsi lainnya. Jadi misalnya mitokondria berfungsi
menghasilkan energi, dan lisosom berfungsi menghasilkan molekul kecil dari
molekul besar, kemudian memecahnya. Mereka perlu dikotak-kotakkan karena
mitokondria menjalankan semua jalurnya, semua protein dan enzim di dalamnya,
untuk mengubah satu bahan kimia ke bahan kimia lainnya, dan lisosom
memerlukan pH asam. Dan jika hal-hal tersebut digabungkan, tidak ada fungsi
yang akan dihasilkan sama sekali. Jadi itulah inti dan jiwa dari sebuah organel:
Untuk dikotak-kotakkan dan memungkinkan konsentrasi protein atau asam yang
tinggi, atau apa pun untuk menciptakan lingkungan tersebut sehingga fungsi
tertentu.

Fungsi ribosom adalah sebagai salah satu tempat untuk melakukan sintesis
protein atau pembentukan protein. Retikulum endoplasma merupakan perluasan
selubung nukleus yang terdiri dari jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran
bermembran dan vesikel yang saling terhubung.

Retikulum Endoplasma terbagi menjadi 2:

1. Retikulum endoplasma halus berguna untuk pembentukan lemak dan


karbohidrat.
2. Retikulum endoplasma kasar berfungsi untuk membentuk protein.

4
Lisosom, yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing
yang dimasukkan oleh sel, ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel
tumbuhan. Lisosom berfungsi mencerna senyawa, seperti karbohidrat, serta
protein.

Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti 'kosong' dan
dinamai demikian karena organel ini tidak memiliki struktur internal. Umumnya
vakuola lebih besar daripadavesikel, dan kadang kala terbentuk dari gabungan
banyak vesikel. Fungsi vakuola adalah sebagai tempat untuk menyimpan
cadangan makanan dan air.

Kloroplas, tempat terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel


tertentu daun tumbuhan dan sejumlah organisme uniseluler. Kloroplas berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya fotosintetis dengan bantuan sinar matahari.

2.4 Reproduksi Sel: Mitosis Dan Meiosis

Meiosis adalah pembelahan sel yang berlangsung dalam dua kali


pembelahan dan menghasilkan empat sel anakan. Masing-masing sel anakan ini
mengandung separuh kromosom dari jumlah kromosom induknya. Pembelahan
meiosis terjadi pada waktu pembentukan gamet-gamet.

Mitosis adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-
tahap yang teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap
telofase ke tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan
Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel).

2.5 Peran Sel Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Organisme

Sel memiliki peran krusial dalam pertumbuhan organisme melalui proses


pembelahan sel. Pertumbuhan organisme terjadi saat sel-sel berkembang dan
membelah, meningkatkan jumlah sel dan ukuran organisme. Sel-sel ini juga
berperan dalam diferensiasi, di mana sel-sel mengadopsi fungsi khusus tertentu,
memungkinkan pembentukan jaringan dan organ yang lebih kompleks.

5
Selain itu, sel-sel memainkan peran dalam mengatur pertumbuhan melalui
siklus sel dan faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan adalah molekul yang
mengontrol aktivitas sel, termasuk proliferasi dan diferensiasi. Sel-sel juga dapat
berkomunikasi melalui sinyal kimia, memastikan koordinasi yang diperlukan
untuk pertumbuhan yang teratur dan teratur pada tingkat seluler.

Secara keseluruhan, peran sel dalam pertumbuhan organisme mencakup


pembelahan sel, diferensiasi, dan regulasi pertumbuhan melalui interaksi
kompleks antara sel-sel dan faktor-faktor pertumbuhan.

Sel memiliki peran penting dalam perkembangan organisme melalui


serangkaian proses yang kompleks. Beberapa peran kunci melibatkan:

 Diferensiasi Sel: Sel-sel mengalami diferensiasi, di mana mereka


mengadopsi fungsi khusus yang diperlukan untuk membentuk berbagai jenis
jaringan dan organ dalam tubuh.
 Morfogenesis: Proses di mana sel-sel mengalami perubahan bentuk dan
organisasi spasial untuk membentuk struktur tubuh yang kompleks, seperti
organ, anggota tubuh, dan sistem organ.
 Migrasi Sel: Beberapa sel dapat berpindah dari lokasi satu ke lokasi lain
selama perkembangan, membentuk dan menata struktur tubuh yang sesuai.
 Apoptosis: Sel-sel juga dapat mengalami apoptosis atau kematian selular
terprogram, yang membantu membentuk dan menyusun struktur organisme
dengan menghilangkan sel-sel yang tidak diperlukan atau berlebihan.
 Pola Pembentukan: Sel-sel berinteraksi dan berkomunikasi untuk
membentuk pola yang rumit, termasuk pola spesifik dalam organisme seperti
pola pembentukan otak atau jaringan lainnya.

Peran sel ini bekerja bersama-sama untuk menghasilkan organisme yang


berkembang dengan cara yang terorganisir dan terkoordinasi

2.6 Penyakit Yang Berhubungan Dengan Gangguan Seluler

6
Gangguan sistem kekebalan seperti penyakit autoimun menyebabkan sel
kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat. Karena sistem pertahanan tubuh yang
stabil gagal pada gangguan autoimun, sistem kekebalan menganggap tubuh yang
sehat sebagai benda asing yang perlu dibunuh. Organ sel dalam tubuh seseorang
yang masih sehat bisa saja rusak akibat penyakit autoimun ini, sehingga dapat
menyebabkan luka pada organ tubuh manusia. Hepatitis autoimun, penyakit
celiac, sindrom antibodi atau antifosfolipid (APS), anemia hemolitik, sindrom
Guillain-

Barre (GBS), ideophathic thrombocytopenic purpura (ITP), lupus


eritematosus sistemik, multiple sclerosis, psoriasis, dan diabetes tipe 1 adalah
beberapa contoh dari penyakit autoimun yang paling sering ditemukan.
Pengobatan untuk penyakit autoimun bertujuan untuk menyingkirkan sel-sel
kekebalan yang tidak berfungsi dengan baik sambil mempertahankan sel-sel yang
berfungsi dengan baik. Sebagian besar obat autoimun secara umum terus
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Untuk mengembangkan terapi yang lebih
khusus untuk sel-sel kekebalan yang berperilaku tidak semestinya, penelitian
masih terus berkembang. Beberapa jenis penyakit autoimun yang paling umum
adalah yang tercantum di bawah ini:

a. Hemolytic Anemia

Hemolytic Anemia adalah suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh


menyerang sel darah merah, sehingga

menyebabkan terjadinya anemia.

b. Lupus Eritematosus Sistemik

Suatu keadaan dimana sistem kekebalan tubuh menyerang organ-organ


tubuh seperti kulit, sendi, ginjal, dan otak disebut sebagai Lupus Eritematosus
Sistemik.

c. Diabetes Tipe 1

Suatu keadaan yang disebut Diabetes Tipe 1 terjadi ketika sistem


kekebalan tubuh menyerang sel-sel beta dalam pankreas, yang mengakibatkan

7
produksi insulin yang tidak mencukupi dan menimbulkan peningkatan kadar gula
darah

2.7 Peran Teknologi Dalam Studi Sel : Mikroskop Elektron, Pewarnaan Sel,
Dan Kultur Sel

Sel merupakan unit dasar penyusun mahluk hidup dengan ukuran yang
sangat kecil. Sel sangat sulit untuk dilihat walaupun hanya struktur penyusunnya,
dan akan lebih sulit untuk memahami molekul-molekul yang terkandung di
dalamnya serta menemukan komponen ultratin (sangat tipis) yang terdapat di
dalam sel.

Keberhasilan para ahli biologi mengamati sel dan struktur di dalamnya


sangat bergantung dari alat atau tools yang mendukung. Sekarang ini kemajuan
Biologi Sel dan Molekular perlahanlahan dapat diperkenalkan melalui alat
(instrument) dan teknik-teknik baru yang sudah mengalami penyempurnaan,
sehingga bagian struktur terkecil dari sel mampu diobservasi bahkan molekul
penyusun dari struktur tersebut bisa dipelajari untuk mengetahui segala fenomena
luar biasa yang masih tersembunyi di dalam sel. Oleh karena itu, pengetahuan
dasar yang mutlak diperlukan untuk bisa mengkaji lebih lanjut dengan metode
yang tersteruktur dan jelas akan di uraikan di bawah ini.

1. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron banyak digunakan untuk pengamatan benda dengan
panjang gelombang lebih pendek dari elektron itu sendiri hingga mencapai
resolusi paling rendah yakni 3 A ^ 0 (angstrom), tapi biasanya jarak kerja dari
mikroskop elektron antara 5 sampai 12 A ^ hat 0 Mikroskop elektron memiliki
kemampuan memperbesar objek hingga 2 * 10 ^ 6 dengan memanfaatkan
elektrostatis dan elektromagnetik sebagai pengontrol dan akselerasi pergerakan
pancaran elektron. Di dalam mikroskop elektron terdapat medan (coil)
elekkreomagnetik (“lensa magnetik”) yang digunakan untuk mengontrol fokus
sebuah sinar elektron yang dipercepat dari kawat logam yang dipanaskan dengan
voltase tinggi antara 20.000 hingga 100.000 votl (instrument baru dikembangkan

8
dengan penggunaan 1.000.000 volt). Panjang gelombang dari sebuah elektron
akan ditentukan oleh besaran dari voltase yang digunakan dan bahkan bisa
mencapai 0,01 A ^ 0 atau lebih Kecil. Elektron pada dasarnya akan terpancar
secara menyebar ke segala arah, elektron yang dipancarkan perlu alat bantu
pengatur (manage) untuk mencapai fokus yang maksimal ke arah spesimen
dengan sebuah “”lensa objektiv”.
Bayangan gambar ahir dari lensa objektiv tersebut ditransmisikan dan
diperoduksi oleh sebuah lensa proyektor, hasil gambar ahir inilah yang
dimunculkan secara langsung pada fluorescent screen (layar yang berpendar mirip
dengan proyektor) atau direkam pada photographic film untuk memproleh
“electron micrograph” yang disebut sebagai Transmission Electron Microscopy
(TEM).
Mikroskop electron, gambar spesimen terbentuk dari perbedaan intensitas
elektron yang terpancar atau tersebar ke area objek yang diamati tidak seperti
mikroskop cahaya, di mana pembentukan gambar tergantung pada perbedaan
penyerapan cahaya oleh spesimen. Elektron memiliki daya tembus yang sangat
rendah, sehingga mereka dengan mudah tersebar ke bendabenda yang dilaluinya.
Sejauh mana kekuatan elektron dapat tersebar sangat ngat ditentukan oleh
ketebalan dan kepadatan atom yang dimiliki oleh objek (spesimen): daerah
dengan kepadatan tinggi (daerah objek yang memiliki atom dengan nomor atom
tinggi) menyebabkan elektron tersebar lebih dari daerah kepadatan atom rendah
dan akibatnya terlihat lebih gelap di gambar akhir.
Sifat elektron yang mudah tersebar, maka spesimen yang digunakan dalam
mikroskop elektron harus sangat tipis (ultrathin, yaitu ketebalan 10 nm sampai
100 nm). Jika pengirisan spesimen tidak dalam bentuk ultratin, sebagian besar
elektron akan dipantulkan dan gambar yang dihasilkan akan gelap secara
keseluruhan. Selama kondisi elektron masih bisa tersebar bahkan oleh molekul
gas sekalipun, gambar ahir yang dihasilkan tidak akan maksimal, oleh karena itu
pancaran elektron harus melalui ruang vakum yang sangat tinggi dan sampel harus
benar- benar kering dan non-volatile (tidak bersifat menguap). Untuk itu, sel- sel
hidup dalam kondisi basah tidak dapat dilihat atau diamati menggunakan
mikroskop elektron.

9
2. Pewarnaan Sel

Pewarnaan dalam bidang biologi dilakukan dengan bahan kimia yang bisa
secara selektif terikat pada molekul dari struktur sel dan mampu membuat struktur
sel tersebut menjadi lebih kontras. Pewarna non vital digolongkan menjadi dua
jenis pewarna yang berbeda: 1) Pewarna asam (acid stains) seperti eosin, orange
G, aniline blue, dan fast green, keseluruhan dari kombinasi pewarna tersebut
ditentukan dengan pemilihan jenis pengamatan dari struktur sel; dan 2) pewarna
dasar (basic stains) seperti methylene blue, kristal violet, haematoxylin, basic
funchsin dan sebagainya, keseluruhan bahan tersebut dikombinasikan dengan
asam nukleat dan jenis molekul asam lainnya untuk mengamati jenis sel yang
diinginkan. Struktur sellular yang diwarnai dengan pewarna asam disebut
acidophilic dan yang menggunakan pewarna dasar disebut basophilic.

Sebagai tambahan, ada jenis pewarnaan spesifik yang disebut


cytochemical stains yang secara selektif berikatan dengan beberapa klompok
makromolekul sel seperti protein, asam nukleat, polisakarida dan lemak. Sebagai
contoh, Millon reaction, diazonium reaction dan 5 pewarna Naphthol Yellow
digunakan untuk protein; Alkalin “fast green” digunakan untuk pewarnaan histone
(protein dasar); Feulgen reaction digunakan utnuk pewarnaan DNA; pewarna

10
methyl green- pyronine digunakan dalam membedakan antara DNA dan RNA
(dicirikan dengan warna hijau pada DNA dan warna merah pada RNA); pewarna
acetocarmine dan acetoorcein digunakan untuk mewarnai kromosom saat terjadi
pembelahan sel; pewarna periodic acidSchiff (PAS) pectin digunakan pada
tanaman dan muciprotein (glycoprotein), asam hyaluronic dan zat kitin pada sel
hewan; dan fat soluble dyes seperti Sudan Red dan Sudan Black B digunakan
untuk pewarnaan lemak (lipids). Sudan Black B pewarna spesifik untuk
phospholipids dan digunakan pada badan golgi (Golgi apparatus). Pewrna Vital,
secara selektif mewarnai struktur intraseluler sel hidup tanpa perubahan atau
mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel. Misalnya, Janus green B secara
selektif mewarnai mitokondria, pewarna natural red mewarnai Vakuola tanaman
dan methylene blue mewarnai badan golgi dan benang kromatin nucleus pada
pembelahan sel.

3. KULTUR SEL (Cell Culture)


Untuk pengamatan biologi sel dibutuhkan pemeliharaan yang optimal dari
sel tumbuhan dan hewan di bawah kondisi yang terkontrol dan benar-benar
aseptik. Proses ini dikenal dengan istilah kultur sel (cell culture). Kultur sel
memiliki tipe yang harus difahami; cultur utama (primary culture) proses ini
diproleh dari jaringan hewan secara langsung, organ diambil secara aseptik,
pemotongan dilakukan hingga membentuk fragmen-fragmen kecil kemudian
diperlakukan dengan enzim trypsin untuk memisahkan gabungan-gabungan sel
hingga menjadi satu sel yang tersuspensi dalam media. Sel-sel ini kemudian
dilapisi (plated) di dalam petridishes dan ditumbuhkan pada medium kultur yang
sesuai. Ketika kultur sel dilanjutkan dengan tripsinasi dan pelapisan kembali (re-
plated) di dalam medium baru (fresh medium) kemudian menghasilkan kultur sel
selnjutnya, hal ini disebut dengan secondary culture (kultur kedua). Jenis kultur
sel yang utama berikutnya yakni penggunaan established cell lines (galur sel),
yakni sel tersebut sudah diadaptasikan untuk proses pertumbuhannya dari sel
sebelumnya dengan teknik in vitro. Ada beberapa jenis sel line yang bisa
dilakukan proses kultur sel yakni HeLa cell (diperoleh dari sel kangker manusia),
L dan 3T_{3} cells (diperoleh dari embrio tikus/mencit), BHK cells (diperoleh
dari ginjal bayi hamster) dan CHO cells (dari ovary Chinese hamster).

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari biologi sel adalah bahwa sel adalah unit dasar
kehidupan, memiliki struktur dan fungsi yang kompleks, dan semua organisme
hidup terdiri dari satu atau lebih sel. Sel juga mengandung materi genetik dan
memiliki kemampuan untuk mereproduksi diri sendiri. Selain itu, mereka
berinteraksi dengan lingkungan sekitar untuk mempertahankan kehidupan suatu
organisme secara keseluruhan.

3.2 Saran

Struktur dan fungsi organel-organel dalam sel akan mudah dipelajari jika
ditunjang oleh banyak literatur baik dari buku-buku penunjang atau internet
Sehingga kita dapat mengetahui hubungan antara struktur dan fungsi dari masing-
masing organel dengan jelas. Selain itu kita juga dapat memahami hubungan
antara organel-organel tersebut di dalam sel Bagi kita dan generasi akan datang
sudah sepatutnya untuk mengetahui struktur dan fungsi organel sel pada mahluk
hidup, dan perbedaan antara sel hewan dan tumbuhan. Kepada para pembaca
kalau ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau
majalah-majalah yang memuat tentang struktur dan fungsi organel sel
pada mahluk hidup.

12
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, R., Azimata, R. 2019. Bahan Ajar Teknologi Bank Darah (TBD): Biologi
Sel dan Genetika edisi tahun 2019.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Maxki. (2023). Sel: Pengertian, Struktur, Jenis, Prokariotik, dan Eukariotik.


UMSU. Diakses pada tanggal 06 Maret 2023 pukul 19.40 WIB dari
https://umsu.ac.id/berita/sel-pengertian-struktur-jenis-prokariotik-dan-
eukariotik/

National Human Genome Research Institute. 2024.


https://www.genome.gov/genetics-glossary/Organelle

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik


Indonesia.2023.Pembelahan Meiosis, Pengertian dan Tahapannya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah
kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang menyelenggarakan urusan
di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidika.
https://etheses.uinsgd.ac.id/30941/1/Biosel%20Revisi%20Akhir
%20%281%29.pdf

Karim, A., Esabella, S., Kusmanto, K., Suryadi, S., & Purba, E. (2023).
Penerapan Metode Teorema Bayes Dalam Mendiagnosa Penyakit
Autoimun. Building of Informatics, Technology and Science (BITS), 5(1),
254-263.

Alton Biggs, Whitney C. Hagins, William G, Chris L. Kapicka, Ann Haley


MacKenzie dan William D. Rogers, 2008. Glencoe Science Biology. New
York: National Geographic.

Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V.


Minorsky dan Robert B. Jackson, 2011. Campbell Biology 9th Edition.
New York: Library of Congress Cataloging-Publication Data.

Stanley E. Gunstream, 2012. Explorations in Basic Biology. New York: Library of


Congress Cataloging-Publication Data.

13
14

Anda mungkin juga menyukai