Model Penelitian Hadis
Model Penelitian Hadis
Model Penelitian Hadis
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode dan Pendekatan
Studi Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris
Samarinda
Oleh :
Hikmah Hasanuddin (2320100057)
Dosen Pengampu :
Dr. Dra. Siti Sagirah, M,Ag
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 2
A. Kesimpulan................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 28
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang makalah dari metode penelitian hadis dapat dimulai dengan
konteks pentingnya hadis dalam Islam sebagai sumber hukum kedua setelah Al-
pemikiran keilmuan Islam. Sementara itu, dari segi empiris, metode penelitian
Aspek religius juga menjadi landasan penting dalam metode penelitian hadis,
karena tujuannya adalah untuk mendekati kebenaran dan kehendak Allah serta
mengambil hikmah dari sunnah Nabi Muhammad SAW yang terkandung dalam
penelitian hadis menjadi penting bagi para peneliti dan cendekiawan Islam dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis
Hadis menurut bahasa, berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata haddatsa,
1. Al-jadid min al-asy ya' atau dapat diartikan sebgai sesuatu yang baru,
2. Al-qarib yang berarti menunjukkan pada waktu yang dekat atau waktu yang
singkat.
bahasa lebih ditekankan pada arti berita atau khabar, kata tersebut dapat berarti
sesuatu yang baru atau sesuatu yang menunjukkan waktu yang dekat.
1
Isma Hayati Daulay and Sulasmi, Hadis Dan Urgensinya Dalam Pendidikan, Al-Afkar,
Journal For Islamic Studies 6, no. 1 (January 20, 2023)
4
1. Para ulama ahli hadis misalnya berpendapat bahwa hadis adalah ucapan,
perbuatan dan keadaan Nabi Muhammad Saw. Sementara ulama ahli hadis
2. Para ulama ahli ushul fiqh berpendapat bahwa hadis adalah perkataan,
Dalam kaitan ini ulama ahli fiqih berpendapat bahwa hadis adalah sifat
mendefinisikan hadis di atas antara yang lain, karena perbedaan mereka dalam
Rasulullah Saw sebagai yang patut diteladani dan dijadikan contoh yang baik
(uswatun hasanah), apa saja yang berasal dari nabi dapat diterima sebagai hadis,
sedang ulama ahli ushul memandang pribadi Rasulullah Saw sebagai mengatur
2
Rakhmawati Zulkifli, Moderasi Pemahaman Hadis dalam Hukum Islam Menurut Al-
Qaradhawi, el-Buhuth: Borneo Journal of Islamic Studies, December 14, 2018
5
berpendapat bahwa hadis, sunnah, khabar dan atsar tidak ada perbedaannya atau
sama saja pengertiannya, yaitu segala sesuatu yang dinukilkan dari Rasulullah
Saw., sahabat atau tabi'in baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan,
baik semuanya itu dilakukan sewaktu-waktu saja, maupun lebih sering dan
Hadis sebagai sumber hukum kedua dalam Islam harus dipahami dengan
seksama. Menurut Yusuf Qardhawi, ada beberapa metode yang dapat digunakan
Untuk dapat memahami hadis dengan pemahaman yang benar, jauh dari
Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan menjadi rujukan
3
Leni Andariati, Hadis dan Sejarah Perkembangannya, Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis 4,
no. 2 (April 13, 2020)
6
Penjelasan Nabi berkisar pada Al-Qur’an dan tidak pernah melampauinya. Oleh
karena itu, tidak ada hadis shahih yang bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
bertentangan dengan Al-Qur’an, hal itu disebabkan hadis tersebut tidak shahih
atau pemahaman yang tidak benar. Berarti hadis Nabi harus dipahami dalam
konteks Al-Qur’an.4
hadis-hadis yang sejenis atau dikenal dengan metode maudhu'i. Hadis-hadis yang
muthlaq (bebas, tidak terikat) dihubungkan dengan yang muqayyad (terikat dan
dibatasi), yang 'am (umum) ditafsirkan dengan yang khash (khusus). Dengan
demikian, makna yang dimaksud akan semakin jelas antara satu sama lain dan
tidak ada pertentangan. Contohnya adalah hadis yang berkaitan dengan isbal,
yaitu memakai pakaian yang melebihi mata kaki. Sebagian ulama mengharamkan
perilaku isbal secara mutlak dan sebagian lainnya mengharamkan perilaku isbal
Terjemahan : Tiga jenis manusia yang kelak pada hari kiamat tidak akan
diajak bicara oleh Allah: (1) Seorang mannan (pemberi) yang tidak memberi
sesuatu kecuali yang untuk diungkit-ungkit; (2) Seorang pedagang yang berusaha
4
Muhammad Asriady, Metode Pemahaman Hadis, Ekspose: Jurnal Penelitian Hukum Dan
Pendidikan 16, no. 1 (April 13, 2019)
7
dan (3) seorang yang membiarkan sarungnya terjulur sampai di bawah kedua
sampai menyentuh atau hampir menyentuh tanah) karena sombong, maka Allah
tidak akan memandang padanya, pada hari kiamat. (HR. Muttafaq Alaih)
Apabila hadis di atas tidak dikumpulkan di tempat yang sama atau tidak
kesimpulan bahwa perbuatan itu isbal haram secara mutlak. Akan tetapi, dari
hadis kedua terdapat 'illat yang menjelaskan bahwa yang diharamkan itu adalah
saling bertentangan. Apabila ada pertentangan, hal itu hanya tampak dari luar,
bukan dalam kenyataan yang hakiki. Ada tiga cara yang dapat digunakan apabila
kiblat ketika buang air kecil atau besar, sementara ada hadis-hadis lain yang
5
Danni Nursalim, Tinjauan Metodologi Pemahaman Hadis Dari Berbagai Aspek Terhadap
Ilmu Pengetahuan, TAMMAT (Journal Of Critical Hadith Studies) 1, no. 1 (March 6, 2023): 34–47.
8
metode yang kedua, yaitu dengan cara menarjihnya. Tarjih merupakan suatu
cara memenangkan salah satu dari dua hadis atau lebih yang dianggap lebih
kuat dengan berbagai cara penarjihan yang telah ditentukan oleh para ulama.
berbeda dengan cara menghapus salah satu hadis. Hadis yang datang
belakangan. Hadis yang mansukh (dihapus) bisa dalam arti sebenarnya atau
dalam arti yang lain, yaitu dengan memahami mansukh berarti karena situasi
dan kondisi yang berbeda. Salah satu contohnya adalah tentang hukum ziarah
kubur. Pada awalnya Nabi melarang karena takut aqidah umat Islam belum
serta Tujuannya
wurud. Salah satu metode yang tepat dalam memahami hadis Nabi adalah melihat
sebab-sebab khusus atau alasan tertentu yang menjadi latar belakang atau alasan
6
Mohamad Anas and Imron Rosyadi, Metode Memahami Hadis-Hadis Kontradiktif,
Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith 3, no. 1 (June 1, 2013)
9
tertentu dalam suatu hadis, baik yang tersirat maupun yang tersurat, atau yang
dipahami dari kejadian yang menyertainya. Salah satu contohnya adalah larangan
Nabi bagi perempuan untuk bepergian tanpa mahram. Latar belakang larangan
perjalanan selama waktu yang lama, dan melalui daerah-daerah sepi dan padang
pasir tak berpenghuni. Jika dalam kondisi perjalanan seperti ini seorang wanita
luput dari bahaya, dan namanya akan tercemar. Akan tetapi, kondisi telah berubah
seperti pada perjalanan jauh ditempuh dengan pesawat terbang yang dapat
ditempuh dalam waktu yang singkat. Maka tidak akan ada lagi alasan yang
itu tidak dapat menjadi masalah bagi Wanita tersebut, dan juga tidak dianggap
menyalahi hadis.7
Tetap
adalah sebagian orang mencampur antara tujuan tetap yang hendak dicapai
dengan sarana yang menunjang pencapaian tujuan. Adapun sarana bisa berubah
7
Ahmad Sobari Ahmad Sobari, Metode Memahami Hadis, Mizan: Journal of Islamic Law 2,
No. 2 (June 12, 2018)
10
Misalkan saja, hadis yang menyatakan bahwa sebaik-baik obat adalah bekam dan
kayu-kayuan laut. Maksud dari hadis di atas adalah resep-resep obat yang
digunakan, yaitu berbekam dan kayu-kayuan laut. Dalam hadis lain menyebutkan
kayu-kayuan India, jintan hitam, itsmid (bahan untuk celak) juga sebagai obat.
Akan tetapi, tujuan dari semua obat itu adalah memelihara kesehatan. Sesuai
kesehatan. Untuk itu, obat-obatan tersebut bisa diubah diganti dengan sarana
sekitarnya.8
bentuk majaz, lebih berkesan ketimbang dalam bentuk hakiki atau biasa.
Pengertian majaz mencakup majaz lughawi, aqli, isti'arah, kinayah, dan berbagai
menyimpang dari makna yang dimaksud dan akan terjadi kekeliruan dalam
majaz, juga sudah muncul pada zaman Rasulullah. Ketika Beliau bersabda pada
8
Neneng Nurhasanah, Amrullah Hayatuddin, Yayat Rahmat Hidayat, Metodologi Studi Islam,
(Jakarta : AMZAH, Cetakan kedua, Februari 2022), 170.
11
adalah yang paling panjang tangannya." Mereka mengira yang dimaksud adalah
orang yang tangannya paling panjang. Seperti dikatakan Aisyah ra. mereka saling
Rasulullah tidak bermaksud seperti itu. Maksud dari tangan yang paling panjang
adalah yang paling baik dan paling dermawan. Sabda Nabi tersebut memang
sesuai dengan fakta, di antara istri-istri Nabi yang meninggal dunia setelah Beliau
adalah Zainab binti Zahsyi ra. ia dikenal sebagai wanita yang sangat terampil
bekerja dan suka bersedekah. Apalagi di Indonesia makna majazi dari panjang
Di antara matan hadis ada yang mengabarkan pada sesuatu yang gaib,
seperti malaikat dan tugasnya, jin yang dapat melihat manusia dan manusia tidak
dapat melihatnya, setan atau iblis yang bersumpah ingin menyesatkan manusia,
hal-hal yang terkait tentang alam kubur, dan lain sebagainya. Kekeliruan
yang nyata atau akhirat terhadap dunia. Analogi seperti itu tidak tepat karena
waktu seratus tahun pun, belum cukup untuk melewatinya. Menurut Yusuf Al-
dunia, dan tidak diketahui perbandingan antara waktu di dunia dan waktu di sisi
makna yang ditunjukkan oleh kata-kata hadis. Namun, makna kata-kata tersebut
bisa berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu lingkungan ke lingkungan yang
lain. Hal ini diketahui oleh mereka yang mempelajari perkembangan bahasa dan
kata-kata tertentu untuk menunjukkan suatu makna tertentu. Akan tetapi, yang
dalam hadis sesuai dengan istilah sekarang, akibatnya akan timbul kekacauan dan
kekeliruan. Contohnya adalah hadis tentang siksaan di neraka pada orang yang
pembentukan rupa) yang disebutkan dalam hadis shahih yang disepakati telah
10
Neneng Nurhasanah, Amrullah Hayatuddin, Yayat Rahmat Hidayat, Metodologi…,
(Jakarta : AMZAH, Cetakan kedua, Februari 2022), 171.
11
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan Dilengkapi dengan Asbabul Nuzul
dan Hadis Sahih, (Bogor : PPPA Daarul Qur”an, 2007).
13
ada pada zaman Nabi tidak mungkin ditujukkan kepada ahli foto saat ini.
Ancaman siksa dalam hadis tersebut tidak tepat bagi ahli foto yang menggunakan
para ahli, bahkan dapat dikatakan penelitian terhadap Al-Hadis lebih banyak
dilihat dari segi datangnya Al-Qur’an dan hadis berbeda. Kedatangan (wurud),
atau turun (nuzul)nya Al-Qur’an diyakini secara mutawatir berasal dari Allah.
Tidak ada satu ayat Al-Qur’an yang diragukan sebagai yang bukan berasal dari
Allah Swt. Atas dasar ini, maka dianggap tidak perlu meneliti apakah ayat-ayat
Hal ini berbeda dengan Al-Hadis. Dari segi datang (al-wurud) hadisnya
tidak seluruhnya diyakini berasal dari nabi, melainkan ada yang berasal dari
selain nabi. Hal ini selain disebabkan sifat lafal-lafal hadis yang tidak bersifat
Rasulullah agak kurang, bahkan beliau pernah melarangnya; dan juga karena
sebab-sebab yang bersifat politis dan lainnya. Inilah yang menyebabkan para
ulama seperti Imam Bukhari dan Muslim yang mencurahkan segenap tenaga,
12
Neneng Nurhasanah, Amrullah Hayatuddin, Yayat Rahmat Hidayat, Metodologi…,
(Jakarta : AMZAH, Cetakan kedua, Februari 2022), 172.
13
Abduddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Depok : PT. Rajagrafindo Persada, Cetakan ke-
23, November 2019), 237.
14
penelitiannya itu dibukukan dalam Kitabnya Sahih Bukhari (810-870) dan Sahih
Muslim (820-875).14
tidak semua hadis yang terdapat dalam Sahih Bukhari dan Muslim diterima oleh
ulama secara sepakat. Di antara ulama yang tidak menerima adalah dia sendiri,
antara lain: a) Berkaitan dengan lebih atau kurangnya rawi; b) Berkaitan dengan
penyendirian (fardhu) rawi; dan d) Sebagian rijalnya ada yang dituduh wahm
(kurang jelas identitasnya). Sementara ulama yang membela dan kagum pada
Bukhari antara lain Ibnu Hajar Al-Haitami. Menurutnya, hadis mu'allaq (yang
terputus sanadnya) yang terdapat dalam kitab Sahih Bukhari sebenarnya bukan
masalah pokok yang perlu diperdebatkan, karena pada tempat lain hadis serupa
itu ada sanadnya; dan penyebutannya pada kali yang lain tanpa sanad hanya
sebagai syahid saja. Sama halnya pada Bukhari, pada Muslim pun datang pula
ulama yang memuji dan mengeritiknya. Ulama yang memuji Muslim antara
tidak ada Bukhari, Muslim tidak akan pernah ada Kritik yang bernada
meremehkan Imam Muslim ini berkisar pada masalah sanad dan matan. Namun,
kritik terhadap kedua kitab tersebut tidak akan sampai menjatuhkan kesahihan
kitab tersebut, dengan dua alasan: a) Kritik pada sanad itu muncul karena Bukhari
menerima riwayat seseorang yang oleh orang lain dianggap memiliki kelemahan
karena dia menganggap lebih dekat dan lebih tahu terhadap rawi tersebut; b)
perbandingan.
dibandingkan kritik yang ditujukan pada Imam Muslim. Hal ini dapat dilihat,
misalnya: a) Rijal hadis Bukhari yang dikritik hanya 80 orang, sedangkan Muslim
terhadap Muslim 180 orang; 3) Perawi hadis Bukhari yang dikritik adalah orang-
orang yang diketahui keadaannya oleh Bukhari atau Bukhari lebih kenal pada
Pada sisi lain ada yang menilai bahwa Sahih Muslim jauh lebih memiliki
lain: 1) Sistematikanya lebih baik; 2) Dari segi redaksi, Muslim lebih diterima
redaksinya memiliki kelemahan. Hal ini antara lain, karena Bukhari setelah
sehingga kemungkinan lupa bisa terjadi. Oleh karena itu, jika dijumpai perbedaan
matan yang terdapat pada kedua kitab tersebut, yang dipakai adalah matan yang
penambahan liqa' yakni harus berjumpa antara sesama perawi dalam hadis
kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada masing-masing kitab tersebut. Hal
masing. Yang jelas mereka adalah peneliti-peneliti awal di bidang hadis. Peneliti
jumlahnya tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian terhadap Al-
hanya meneliti dua sisi dari keberadaan hadis, yaitu mengenai hubungan hadis
dan Al-Qur’an serta fungsi dan posisi sunnah dalam tafsir. Bahan-bahan
penelitian yang beliau gunakan adalah bahan kepustakaan atau bahan bacaan,
yaitu sejumlah buku yang ditulis para pakar di bidang hadis termasuk pula Al-
tersebut dalam pandangan sekian banyak ulama beragam bentuk dan sifat serta
fungsinya. Abdul Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar, dalam bukunya Al-
Shihab, menulis bahwa sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan Al-
Qur’an dan fungsi yang berhubungan dengan pembinaan hukum syara'. Dengan
bahwa dalam kaitannya dengan Al-Qur’an ada fungsi Al-Sunnah yang tidak
kembali apa yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Ulama lain menyebutnya sebagai
yang paling besar? Sahut kami (para sahabat): Ya Rasulullah. Beliau meneruskan
sabdanya: (1) Menyekutukan Allah; (2) Berbuat durhaka kepada kedua orang tua
(saat itu Rasulullah sedang bersandar, tiba-tiba duduk seraya bersabda lagi: Awas
ingat pula) yaitu (2) bersaksi palsu. (HR Bukhari dan Muslim).
yang berbunyi :
ٰ ْ ُ َ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َ ْ َّ ُ َ ِ َ َ ْ َّ ٌ ْ َ َ ُ َ ه ُ ِ َ َ ٰ
ِ ذ ِلك َو َم ْن ُّيع ِظ ْم ح ُر ٰم ِت
اّٰلل فهو خير له ِعند ر ِبهۗٗ وا ِحلت لكم الانعام ِالا ما يتلى
ْ ُّ َْ َ ْ ُ َ ْ َ َْ َْ َ َ ْ ِ ُ َ ْ َ ْ ُ ََْ
ۙان واجت ِنبوا قول الزو ِر
ِ الرجس ِمن الاوث ِ عليكم فاجت ِنبوا
Terjemahan : Demikianlah (petunjuk dan perintah Allah). Siapa yang
mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah (ḥurumāt)500) lebih baik baginya
di sisi Tuhannya. Semua hewan ternak telah dihalalkan bagi kamu, kecuali yang
19
berhala yang najis itu dan jauhi (pula) perkataan dusta. (QS Al-Hajj, ayat:30).18
yang lahir dari ayat-ayat Al-Qur’an. Yaitu memberikan perincian dan penafsiran
khusus) ayat- ayat Al-Qur’an yang masih umum. Misalnya perintah mengerjakan
ibadah haji. Tetapi semuanya itu telah ditafshil (diterangkan secara terperinci) dan
bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Sedangkan dua macam
bangkai itu adalah bangkai ikan dan bangkai belalang. Sedangkan dua macam
darah itu adalah hati dan limpa” (HR Ibnu Majah dan Al-Hakim). Hadis ini
merupakan pengecuali terhadap ayat Al-Qur’an yang sifat umum sebagai berikut:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah dan daging babi (QS Al-Maidah,
5:3).
hukum atau aturan yang tidak didapati di dalam Al-Qur’an. Dalam hubungan ini
18
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan Dilengkapi dengan Asbabul
Nuzul dan Hadis Sahih, (Bogor : PPPA Daarul Qur”an, 2007).
20
(memadu) seorang wanita dengan 'ammah (saudari bapak) nya dan seorang wanita
dengan khalah (saudari ibu) nya". (HR Bukhari Muslim), dan hadits yang artinya:
dan Muslim). Materi hukum yang ditetapkan keharamannya oleh kedua hadis
tersebut sepanjang penelitian yang dilakukan para ahli hadis tidak dijumpai di
mengharamkannya.19
pandang Islam, juga menulis buku-buku materi kajian agama Islam. Di antara
dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam Sebuah Pembelaan Kaum Suni
dan diterbitkan oleh Pustaka Firdaus, Jakarta pada tahun 1991, cetakan pertama.
19
Abduddin Nata, Metodologi…, (Depok : PT. Rajagrafindo Persada, Cetakan ke-23,
November 2019), 242-244.
21
kurun waktu yang tidak singkat. Penerjemah buku ini, Nurcholish Madjid,
mengatakan: "Seperti dapat kita baca dari buku Mushthafa Al-Siba'iy ini, proses
pencatatan dan pengumpulan bahan "laporan" itu memakan waktu cukup panjang,
selama 200 tahun, sejak dari masa rintisan Syihab Al-Din Al-Zuhri (wafat 124
H./742 M.) sampai penyelesaian Al-Nasa'iy (wafat 303 H./916 M.), salah seorang
sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadis mulai dari Rasulullah sampai
terjadinya upaya pemalsuan hadis dan usaha para ulama untuk membendungnya,
Ilmu Jarh dan al-Ta'dil, Kitab-kitab tentang hadis-hadis palsu dan para pemalsu
dan penyebarannya.
hadis dalam bukunya berjudul al-Sunnah al-Nabawiyah Baina Ahl al-Fiqh wa Ahl
Tengah, dan salah seorang penulis Arab yang sangat produktif. Menurut Quraish
Shihab, buku ini telah menimbulkan tanggapan yang berbeda, sehingga menjadi
salah satu buku terlaris dengan lima kali naik cetak dalam waktu antara Januari-
Oktober 1989.
Dilihat dari segi kandungan yang terdapat dalam buku tersebut, nampak
diberikan status hukumnya dengan berpijak pada konteks hadis tersebut. Dengan
20
Abduddin Nata, Metodologi…, (Depok : PT. Rajagrafindo Persada, Cetakan ke-23,
November 2019), 244-245.
23
sehingga terkesan ada misi pembelaan dan pemurnian ajaran Islam dari berbagai
paham yang dianggapnya tidak sejalan dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang
mutawatir.
jeritan keluarganya, tentang hukum qishash, salat tahiyah masjid, tentang sekitar
dunia wanita yang meliputi antara kerudung dan cadar, wanita keluarga dan
pidana dan qishash, perihal nyanyian, etika makan, minum, berpakaian, dan
berkaitan dengan etika dan teologi hanya disinggung secara sepintas saja. Di sini
Al-Hafidz Zain Al-Din 'Abd Al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqy yang hidup
al-Shalah adalah termasuk kitab ilmu hadis tertua yang banyak mengemukakan
hasil penelitian dan banyak dijadikan rujukan oleh para peneliti dan penulis hadis
Mesir dan mendalami bidang fiqih. Di antara gurunya adalah Al-Asnawiy dan Ibn
'Udlan yang keduanya termasuk pendiri mazhab Syafi'i. Selain itu ia juga dikenal
Mengingat sebelum zaman Al-Iraqy belum ada hasil penelitian hadits, maka
hadis nabi serta berbagai pendapat para ulama yang dijumpai dalam kitab tersebut.
ilmu. Buku inilah buat pertama kali mengemukakan macam-macam hadis yang
didasarkan pada kualitas sanad dan matannya, yaitu ada hadis yang tergolong
sahih, hasan, dan dhaif. Kemudian dilihat pula dari keadaan bersambung atau
yang dapat diterima riwayatnya, cara menerima dan menyampaikan hadiah, etika
dan tatakrama kesopanan para ahli hadis, dan lainnya yang berkaitan dengan
25
mengkompromikannya.22
fokus kajian aspek tertentu saja. Misalnya, Rif'at Fauzi Abd Al- Muthallib pada
tahun 1981, meneliti tentang perkembangan Al-Sunnah pada abad ke-2 Hijriah.
Rayyah melalui telaah kritis atas sejumlah hadis Nabi Muhammad Saw. dalam
meneliti cara menyeleksi hadis serta penentuan sanad yang disampaikan dalam
bukunya berjudul Ushul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid, diterbitkan tanpa tahun.
Disusul pula oleh Ahmad Muhammad Syakir yang meneliti buku Ikhtishar 'Ulum
al-Hadits karya Ibn Katsir (701-774 H.) dalam bukunya berjudul al-Baits al-
Hadits Syarh Ikhtishar Ulum al-Hadits yang diterbitkan di Beirut, tanpa tahun.
Dalam pada itu ada pula yang menyusun buku-buku hadis dengan
Adib Shalih menulis buku berjudul Lahmat fi Ushul al-Hadits; dan Nur Al-Din
Atar menulis buku berjudul Manhaj al-Naqd fi Ulum al-Hadits, yang diterbitkan
tumbuh menjadi salah satu disiplin ilmu keislaman. Penelitian hadis tampak
masih terbuka luas terutama jika dikaitkan dengan permasalahan aktual dewasa
ini. Penelitian terhadap kualitas hadis yang dipakai dalam berbagai kitab
ada hubungannya dengan berbagai masalah aktual tampak masih terbuka luas.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
tentunya tidak lepas dari kritik dan saran, peneliti hadis berikut peneliti hadis
model Mustafa Al-Siba’iy, model Muhammad Al-Ghazali, model Zain Al-Din Abd
memahami hadis sesuai dengan latar belakang, situasi dan kondisi, serta tujuannya,
membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan tujuan yang tetap, pemahaman
hadis menurut hakikat dan majaz, membedakan antara gaib dan yang nyata,
DAFTAR PUSTAKA