Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Kel.7 Tingkatan Apresiasi Sastra

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI DAN APRESIASI SASTRA ANAK SD

Tingkatan Apresiasi Sastra

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1:

DINA OLIVIA 23129147


DZAKYA HAMDA 23129021
FAIZA SALSA SEPTIANI 23129159
FAJRIA PUTRI 23129312
WILA JULIA PUTRI 23129396

23 BB 06

DOSEN PENGAMPU:
Dra. ELFIA SUKMA, M.Pd., Ph.D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan semangat, nikmat,
rahmat, serta kesempatan hidup kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah Teori dan Apresisi Sastra Anak dengan judul “Tingkatan Apresiasi Sastra”

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibuk Dra. Elfia Sukma, M.Pd, Ph.D
selaku dosen pengampu dalam mata kuliah ini, yang telah memberikan bimbingan dan
arahan konsep materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.

Penulis menyadari dalam penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena tentunya masih banyak kekurangan seperti dalam pemilihan kata, tanda baca,
informasi yang dimuat dan sebagainya, sehingga kritik dan saran dari pembaca akan sangat
berguna bagi penulis demi kelengkapan tugas ini untk kedepannya. Dan mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Padang, 14 Maret 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

BAB 1 ........................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 3

C. TUJUAN MAKALAH.................................................................................................... 3

BAB II........................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4

A. TINGKATAN APRESISASI SASTRA ......................................................................... 4

B. MANFAAT APRESIASI SASTRA ............................................................................... 8

C. JENIS-JENIS APRESIASI SASTRA ........................................................................... 10

D. KEGIATAN APRESIASI SASTRA ............................................................................ 11

BAB III .................................................................................................................................... 13

PENUTUP................................................................................................................................ 13

A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 13

B. SARAN ......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata
sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada
hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan
tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi
tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir
dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi
dirinya.
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting
didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-
hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Apresiasi sastra akan
berjalan lancar jika berbahas seorang anak sudak baik. Sastra berasal dari hasil
pengamatan tentang apayang terjadi di sekelilingnya. Sebagai opini yang mesti
diungkapkan serta hasil dari akibat pengalaman batin. Sastra adalah hasil dari olah piker
rasa dan karsa manusia sehingga sastra menandung nilai estetika yan tinggi. Dalam
apresiasi sastra manfaat yang sangat dirasakan adalah adnya pengembangan jiwa,
dimana kita dapat mengeksplore seluruh potensi yang ada dalam diri kita terutama hal
yang ada dalam apresiasi sasta yaitu seperti puisi, prosa, dan drama
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tingkatan dalam apresiasi?
2. Apa manfaat apresiasi sastra?
3. Apa sajakah jenis-jenis apresiasi?
4. Bagaimana kagiatan apresiasi?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui dan memahami tingkatan dalam apresiasi sastra.
2. Mengetahui dan memahami manfaat apresisasi sastra.
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis apresiasi sastra.
4. Memahami dan memahami kegiatan apresiasi sastra.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINGKATAN APRESISASI SASTRA


Tingkatan dalam apresiasi sastra diukur dari tingkat keterlibatan batin
apresiator.Untuk dapat mengetahui tingkat keterlibatan batin, seorang apresiator harus
memiliki “patos”.Istilah “patos” berasal dari kata ‘patere’ (Latin) yang berarti ‘merasa’.
Dengan kata lain, untuk dapat mencapai tingkatan-tingkatan dalam apresiasi, seorang
apresiator harus dapat membuka rasa.
Kemampuan apresiasi dapat bermacam-macam tingkatannya, karena itu dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik, yang belum mampu dapat
dijadikan mampu. Jadi apresiasi itu dapat dipelajari, dapat dilatih, karena itu pula dapat
diajarkan.
1. Apresiasi mempunyai 3 tingkatan menurut Indrabasoeki (2012), yaitu :
a. Apresiasi empatik adalah apresiasi yang hanya menilai baik dan kurang baik
hanya berdasarkan pengamatan belaka. Apresiasi atau penilaian ini biasanya
dilakukan oleh orang awam yang tidak punya pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang seni.
b. Apresiasi estetis adalah apresiasi untuk menilai keindahan suatu karya seni.
Apresiasi pada tingkat ini dilakukan seseorang setelah mengamati dan
menghayati karya seni secara mendalam.
c. Apresiasi kritis adalah apresiasi yang dilakukan secara ilmiah dan sepenuhnya
bersifat keilmuan dengan menampilkan data secara tepat, dengan analisis,
interpretasi, dan peneilaian yang bertanggung jawab.
2. Menurut Rian (2011) tingkatan-tingkatan dalam apresiasi sastra yang
didasarkan pada keterlibatan batin apresiator yaitu:
a. Apresiasi empati, pada tingkatan ini batin apresiator mulai bisa ikut merasakan
dan terlibat dengan isi dalam karya sastra itu. Dengan kata lain, jika kita
membaca prosa cerita, kemudian kita bisa ikut merasakan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam cerita tersebut, berarti tingkat apresiasi sastra kita sudah
sampai pada tingkat kedua, yaitu empati.
b. Apresiasi simpati adalah tingkatan batin apresiator yang tergetar sehingga
muncul keinginan untuk memberikan perhatian terhadap karya sastra yang
dibaca/digauli/diakrabinya. Jika kita membaca karya sastra kemudian mulai

4
muncul perasaan senang terhadap karya sastra tersebut, berarti kita sudah mulai
masuk ke tahap pertama dalam apresiasi sastra, yaitu simpati.
c. Tingkat tertinggi dalam apresiasi sastra adalah ‘refleksi diri’. Pada tingkatan ini,
seorang apresiator tidak hanya sekedar tergetar (simpati), atau dapat merasakan
(empati) saja, tetapi dapat melakukan refleksi diri atas nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra itu. Dengan kata lain, pada tingkat ketiga ini
seorang apresiator dapat memetik nilai-nilai karya sastra sebagai sarana untuk
berrefleksi, bercermin diri.
3. Menurut Waluyo (2002:45) apresiasi memiliki 4 tingkatan antara lain :
a. Tingkat Menggemari
Tingkat dimana keterlibatan pembaca batinnya belum kuat. Sehingga pembaca
hanya menggemari suatu karya sastra. Belum menjurus ke tingkat menikmati
suatu karya sastra.
b. Tingkat Menikmati
Tingkat dimana keterlibatan batin pembaca terhadap karya sastra sudah
semakin mendalam. Sehingga, pembaca sudah bisa menikmati suatu karya
sastra. Tapi belum bisa memberikan reaksi atas karya sastra.
c. Tingkat Mereaksi
Tingkat dimana sikap kiritis terhadap karya sastra semakin menonjol karena ia
mampu menafsirkan dengan seksama dan ia mampu menyatakan keindahan
dan menunjukkan dimana letal keindahan itu.
d. Tingkat Produktif
Tingkat dimana apresiator puisi mampu menghasilkan, mengkritik,
menghasilkan, mendeklamasikan, atau membuat resensi terhadap puisi secara
tertulis.
4. Menurut Yus Rusyana (1979 : 2), tingkatan apresiasi sastra ada 3, yaitu :
a. Apresiasi Tingkat Pertama
Terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam sebuah
karya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif dengan karya itu.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkatan pertama merupakan tingkatan yang
didominasi pergulatan emosi, walaupun tetap dikontrol oleh kesadaran
intelektual dan dipupuk oleh imajinasi.

5
b. Apresiasi Tingkat Kedua.
Terjadi apabila daya intelektual pembaca bekerja lebih giat. Maksudnya adalah
selain terjadi pergulatan emosi, terjadi pula pergulatan intelektual. Pada tingkat
kedua ini, intelektual bekerja lebih giat, karena apresiator tidak hanya puas
dengan memperoleh kenikmatan menemukan pengalaman, melainkan ia juga
ingin tahu mengapa karya tersebut memberi nikmat.
Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai gambaran tentang karya yang
sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui kualitas karya tersebut, dan
jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan karya tersebut dan terhadap
pengarangnya. Iapun semakin menikmati dan semakin bergairah mngakrabi
karya tersebut.
c. Apresiasi Tingkat Ketiga
Terjadi apabila pembaca menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya
sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan dengan lebih luas
dan mendalam. Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari bahwa
sastra bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata
memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang
menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia
menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.
5. Menurut Wardani (1981), ia membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam
empat tingkatan, yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat Menggemari
Tingkat menggemari ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra
serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan
kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang
karya sastra dari berbagai bentuk.
b. Tingkat Menikmati
Tingkat menikmati yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai
tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-
anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton
drama anak-anak.
c. Tingkat Mereaksi
Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang
cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat
6
dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk
keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
d. Tingkat Produktif
Tingkat produktif yaitu mulai ikut menghasilkan cipta sastra di berbagai media
masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik
dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
6. Tingkatan Apresiasi Sastra Menurut P. Suparman
P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi tingkatan apresiasi sastra atas lima
tingkatan, yakni sebagai berikut:
a. Tingkat Penikmatan
misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi, menonton drama,
mendengarkan cerita.
b. Tingkat Penghargaan
misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra,
meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang
terkandung dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.
c. Tingkat Pemahaman
misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya
sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik
karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
d. Tahap Penghayatan
misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam
bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk
prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan
hakikat isi karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
e. Tingkat Implikasi
misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi sasatra untuk
kepentingan peningkatan harkat kehidupan, Tingkatan apresiasi yang
dipaparkan dia atas mendorong kita untuk tidak sekedar menghasilkan karya
sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk dihayati dan diamalkan oleh
peserta didik dalam kehidupannya.
7. Tingkatan Apresiasi Sastra dari Tingkat Keterlibatan Batin Apresiator
Mengingat tujuan apresiasi sastra adalah untuk mempertajam kepekaan terhadap
persoalan hidup, membekali diri dengan pengalaman-pengalaman rohani,
7
mempertebal nilai moral dan estetis. Maka, tingkatan dalam apresiasi sastra diukur
dari tingkat keterlibatan batin apresiator. Untuk dapat mengetahui tingkat
keterlibatan batin, seorang apresiator harus memiliki patos. Istilah patos berasal dari
kata patere (Latin) yang berarti merasa. Dengan kata lain, untuk dapat mencapai
tingkatan-tingkatan dalam apresiasi, seorang apresiator harus dapat membuka rasa.
Untuk dapat membuka rasa tersebut, dibutuhkan tiga tingkatan, yaitu:
a. Simpati
Pada tingkatan ini batin apresiator tergetar sehingga muncul keinginan untuk
memberikan perhatian terhadap karya sastra yang dibaca/digauli/diakrabinya.
Jika kita membaca karya sastra kemudian mulai muncul perasaan senang
terhasdap karya sastra tersebut, berarti kita sudah mulai masuk ke tahap pertama
dalam apresiasi sastra, yaitu simpati.
b. Empati
Pada tingkatan ini batin apresiator mulai bisa ikut merasakan dan terlibat dengan
isi dalam karya sastra itu. Dengan kata lain, jika kita membaca prosa cerita
kemudian kita bisa ikut merasakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita
tersebut, berarti tingkat apresiasi sastra kita sudah sampai pada tingkat kedua,
yaitu empati.
c. Refleksi Diri
Pada tingkatan ini adalah tingkatan tertinggi, yaitu seorang apresiator tidak
hanya sekedar tergetar (simpati), atau dapat merasakan (empati) saja, tetapi
lebih dari itu dapat melakukan refleksi diri atas nilai-nilai yang terkandung
dalam karya sastra itu. Dengan kata lain, pada tingkat ketiga ini seorang
apresiator dapat memetik nilai-nilai karya sastra sebagai sarana untuk
berrefleksi, bercermin diri.
B. MANFAAT APRESIASI SASTRA
Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie S. (dalam
Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra:
a. melatih keempat keterampilan berbahasa,
b. menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat,
agama, kebudayaan, dsb,
c. membantu mengembangkan pribadi,
d. membantu pembentukan watak,
e. memberi kenyamanan,

8
f. meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.
Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat apresiasi
sastra, yakni:
a. nilai personal: memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi
pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah
persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;
b. Nilai pendidikan: membantu perkembangan bahasa, meningkatkan
kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan menulis,
mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
Manfaat apresiasi sastra secara umum diantaranya yaitu :
1. Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah terbentuknya
kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjdi kreatif, salah satu aspek mutlak yang
harus dimiliki adalah daya imajinasi yang memadai. Akhadiah (1992:3)
menyatakan bahwa “sesuangguhnya hanya dapat menjadi kreatif jika siswa
memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana yang dikemukakan Huck (1987) bahwa
mengapresiasi sastra dapat mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang
dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan) atau menciptakan
sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya) berdasarkan kenyataan atau pengalaman
sesorang (dalam KBBI, 1994:372). Mengapa apresiasi sastra dapat meningkatkan
imajinasi siswa? Sebagai jawaban yang bersifat tentatif atas pertanyaan ini adalah
dalam bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal tanpa
kekangan aturan yang kaku “licentie puetica”. Kebebasan itu bukan berarti sebebas-
bebasnya tanpa batas dan tidak berakar pda dunia nyata yang bersifat logis, luwes,
dan dinamis. Dengan batas yang demikian orang yang bergelut dalam dunia sastra
dapat menciptakan kreasi yang di dalamnya selalu ada unsur kebaruan, baik dari
segi isi maupun dari segi bentuk. Misalnya, karya Sutan Takdir Alisyahbana, Nur
Sutan Iskandar, dan seniman lainnya.
2. Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan
Melalu pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat diperoleh yang
kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang kemanusian sekaligus
berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi yang baik dalam mengarungi
kehidupan masyarakat. Misalnya dalam puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri,
memberi perluasan wawasan dan pengalaman kejiwaan bahwa kita harus menjadi
9
ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas, generasi dapat
mengharumkan bangsa di tingkat internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/ Sudah
itu mati” jika kita cermati dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita untuk
memperbanyak amal saleh, agar kita dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisi-
Nya, tidak sederajat binatang atau lebih rendah lagi.
3. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan
berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan bahwa siswa yang menggunakan karya
sastra dalam membaca memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan
pemahaman isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra
sebagai bahan bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997). Adapun hubungannya dengan
peningkatan keterampilan menulis dengan memanfaatkan karya sastra sebagai
bahan pembelajaran. Agustina (1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak
kelas tiga SD yang diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan
peningkatan kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3)
mengungkapkan bahwa di negara-negara maju pembelajaran apresiasi sastra tidak
dipisahkan dengan pengajaran membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan
pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya komponen bahasa disajikan secara
terpadu seperti dalam pembelajaran sastra dipadukan antara membaca, dan menulis
C. JENIS-JENIS APRESIASI SASTRA
Jenis jenis apresiasi sastra diantaranya yaitu :
1. Memberikan penilaian dan penghargaan yang positif bagi semua karya sastra.
2. Memberikan penjelasan secara objektif dan mempertanggungjawabkan sikap
kepada orang lain.
3. Menarik pikiran dan perasaan atau jiwa seninya
4. Merespons karya dengan bentuk sikap atau apresiatif kinetic dan sikap tindakan
atau apresiatif bersifat verbalitas.
a. Apresiasi bersifat kinetik : sikap memberikan minat pada sebuah karya sastra
lalu berlanjut keseriusan untuk melakukan langkah-langkah apresiatif secara
aktif.

10
b. Apresiasi bersifat verbal : pemberian penafsiran, penilaian dan penghargaan
yangberbentuk penjelasan, tanggapan, komentar, kritik, dan saranserta pujian
baik lisaan maupun tulisan.
D. KEGIATAN APRESIASI SASTRA
Kegiatan apresiasi dapat mengambil bentuk kegiatan langsung, kegiatan tidak
langsung, kegiatan dokumentatif maupun kegiatan kreatif.
1. Kegiatan Apresiasi Langsung.
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang secara sengaja dilakukan
untuk apresiasi, dalam hal ini untuk memperoleh kenikmatan, menghargai dan
menilai karya sastra secara tepat.Termasuk dalam kegiatan ini antara lain dengan
membaca karya sastra (puisi dan prosa fiksi),mendengarkan/melihat karya sastra
dibacakan, dilakukan/dideklamasikan baik melalui pertunjukan life, atau melalui
media elektronika.
a. Membaca Karya Sastra (puisi dan prosa fiksi)
Membaca karya sastra di sini bukan sekedar membaca, tetapi membaca dengan
sungguh-sungguh, dengan empati, dengan kegairahan, sampai ia menemukan
pengalaman pengarang di dalam karangannya. Pembaca memperoleh
kenikmatan, dan pada akhirnya ia merasa perlu untuk memberikan penghargaan
yang layak terhadap karya sastra.
b. Mendengarkan Karya Sastra Dibacakan/Dilakukan
Mendengarkan karya sastra dibacakan/dilakukan dapat mengambil bentuk
mendengarkan puisi/cerpen dituturkan, baca dongeng, dst. Kegiatan ini dapat
dilakukan secara life maupun melalui saluran media elektronik, seperti radio
atau televisi, bahkan melalui rekaman kaset/tape recorder, CD/MP-3/VCD,
komputer/internet, dst.
2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung.
Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan di luar apresiasi langsung
yang dapat membantu meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan apresiasi
langsung. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain mempelajari konsep, teori,
sejarah, ulasan, yang berhubungan dengan sastra.
Kegiatan ini akan sangat menunjang kegiatan apresiasi langsung, sebab –seperti
disebutkan di muka- apresiasi adalah penikmatan pemuasan rasa terhadap hasil
sastra berdasarkan pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan
pengertian yang sifatnya teoritis.

11
Jadi jika pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan pengertian
meningkat, maka apresiasi kita terhadap karya sastra akan meingkat pula. Dengan
demikian kegiatan apresiasi tidak langsung ini, tidak bisa dianggap remeh, karena
apresiasi tanpa ditunjang kegiatan tersebut tidak akan efektif.
3. Kegiatan dokumentatif.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau
mengadakan koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku,
artikel, atau pembahasan tentang sastra.
4. Kegiatan kreatif.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan karya sastra
itu sendiri atau menulis tentang sastra, seperti menulis kritik, esai, artikel, studi,
penelitian sastra, dan sebagainya.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Apresiasi secara umum adalah suatu pengghargaan atau penilaian terhadap suatu
karya tertentu. Biasanya apresiasi berupa hal positif Dan ada jua yang negative. Dalam
memberikan apresiasi tidak boleh mendasarkan pada suatu ikatan teman atau
pemaksaan. Pemberian apresiasi harus dengan tulus hati dan menurut penilaian aspek
umum.Hakikat apresiasi adalah suatu langkah untuk mengenal, memahami dan
menghayati suatukarya yang berakhir dengan timbulnya pencelupan atau rasa
menikmatikarya tersebut.Tingkatan apresiasi menurut Indrabasoeki (2012) mempunyai
3 tingkatan, yaitu :
1. Apresiasi empatik
2. Apresiasi estetis
3. Apresiasi kritis,
Menurut Rian (2011) tingkatan-tingkatan dalam apresiasi sastra yang didasarkan
pada keterlibatan batin apresiator yaitu:
1. Apresiasi empati
2. Apresiasi simpati
3. Refleksi diri
Kegiatan apresiasi dapat mengambil bentuk kegiatan langsung, kegiatan tidak
langsung, kegiatan dokumentatif maupun kegiatan kreatif. Contoh: mendengarkan
musik, membaca puisi, membuat puisi, membuat synopsis dalam cerpen, dan
sebagainya.
B. SARAN
Makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami meminta saran dan kritik
yang membangun.semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penulis maupun bagi
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Relita, F. N. (2022). Rekonstruksi Cerita Rakyat Berau “Kepala Tua” Berdasarkan Perspektif
Alam Pikir Sebagai Apresiasi Sastra Bahan Ajar Kelas X Sma (Doctoral dissertation,
FKIP UNPAS).
Khepo. 2016 . Pengertian, Tingkatan, Dan Manfaat Apresiasi Sastra Anak-
Anak. (online)https://kepompong.xyz/pengertian-tingkatan-dan-manfaatapresiasi-
sastra-anak-anak/ .
Susanto, Hadi.2016. Apresiasi Sastra: Pengertian, Tingkatan Apresiasi
Sastra. (online) https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/01/05/apresiasi-sastra/.

14

Anda mungkin juga menyukai