Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Chapter I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan obat tradisional merupakan budaya masyarakat di berbagai

belahan dunia. Penggunaan Obat tradisional Indonesia sudah berlangsung sejak

ribuan tahun yang lalu, sebelum obat modern dipasarkan, Oleh karena itu obat

tradisional Indonesia yang merupakan warisan budaya bangsa yang perlu digali,

diteliti, dan dikembangkan (Hedi, 2007).

Indonesia dikenal memiliki megabiodiversity, sehingga sangat kondusif

untuk dilakukan eksplorasi. Pada saat ini diketahui kurang lebih 40.000 spesies

tanaman yang berasal dari daerah tropis yang ada di dunia, dan sebanyak 30.000

spesies tanaman terdapat di Indonesia. Kurang lebih 1000 spesies tanaman sudah

digunakan sebagai obat tradisional. Potensi yang dimiliki Indonesia ini belum

semuanya tereksplorasi maupun terdokumentasi dengan baik untuk

pengembangan obat bagi manusia. Perlu dikembangkan inventarisasi bahan alam

yang berpotensi sebagai penghasil obat, serta pengetahuan tentang bahan aktif

yang terdapat pada tanaman, fungsinya, dan struktur kimianya (Widyastuty,

2013).

Diabetes Melitus (DM) adalah kondisi dimana konsentrasi glukosa dalam

darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai normal (hiperglikemia) yang

disebabkan kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak efektif. DM dapat

menyebabkan aneka penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, dan

gagal ginjal (Guyton, and Hall, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Pengukuran kadar glukosa dapat ditentukan secara invitro dengan metoda

enzimatik, yaitu dengan penambahan enzim Glukosa Oksidase (GOD), seperti

enzim α-glukosidase. Dengan adanya oksigen atau udara, glukosa dioksidasi oleh

enzim menjadi asam glukorunat disertai pemberian H2O2, dengan adanya enzim

peroksidase, H2O2 akan membebaskan O2 yang mengoksidase akseptor kromogen

yang sesuai serta memberikan warna yang sesuai pula (Lucile,1997). Dengan

menggunakan spektrofotometer intensitas warna dapat diukur, sehingga kadar

glukosa darah dapat ditentukan.

Pada metabolisme karbohidrat insulin berperan merangsang glukosa

transporter untuk membawa glukosa darah ke seluruh sel didalam tubuh, jika

insulin berkurang maka glukosa dalam darah akan meninggi sehingga mengalami

penyakit DM. Polisakarida dirubah oleh enzim α-glukosidase menjadi

monosakarida selanjutnya diabsorbsi dalam usus halus menjadi glukosa dalam

darah dan selanjutnya dengan adanya rangsangan insulin glukosa transporter

dibangkitkan membawa glukosa ke dalam sel, selanjutnya digunakan sebagai

energi, glikogen dan adiposa (Guyton, and Hall, 2007).

Pada pasien yang menderita penyakit DM, insulin tidak mencukupi untuk

merangsang glukosa transporter, sehingga untuk mencegah supaya glukosa di

dalam darah tidak menumpuk perlu hambatan terhadap enzim α-glukosidase.

Pengendalian hiperglikemia pada penderita DM antara lain pendekatan

terapi berupa penghambatan enzim penghidrolisis karbohidrat seperti amilase dan

α-glukosidase untuk memperlambat absorbsi glukosa sehingga kadar gula darah

tetap normal. Penghambatan α-glukosidase pada usus mamalia mampu

menurunkan kadar glukosa darah dari hasil metabolisme polisakarida dan


2

Universitas Sumatera Utara


oligosakarida. Perlambatan penyerapan glukosa darah menyebabkan pengurangan

hiperglikemia postprandial untuk mencegah komplikasi kronis dari Diabetes

Melitus seperti retinopati dan neuropati. (Ngadiwiyana et al, 2011).

Pengobatan dengan mengkonsumsi ekstrak tanaman secara langsung

berupa air rebusan, jamu-jamuan maupun berupa kapsul herbal, seperti pada

penyakit Diabetes Melitus sudah sejak lama dilakukan baik pada masyarakat

pedesaan maupun perkotaan untuk menghindari effek dari obat-obatan kimia.

Belakangan ini lebih dari 80% penduduk di negara berkembang

mengkonsumsi bahan alam terutama yang berasal dari tanaman, baik sebagai

menjaga kesehatan maupun berupa obat-obatan. Pada banyak Negara

berkembang, penggunaan obat bahan alam disukai karena untuk menghindari efek

samping dari obat bahan kimia. Dan saat ini pengobatan berbasis tanaman

memiliki pangsa pasar sekitar 30% (WHO, 2005).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan pengobatan

secara tradisional yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita

baik menggunakan daun, batang, kulit, akar, biji maupun buah dari tumbuhan

tersebut (Heyne, 1987). Telah dilakukan penelitian bahwa ekstrak dari tanaman

memberi dampak aktivitas sebagai antidiabetik seperti: Vermonia amygdalina,

Bidens pilosa, Carica papaya, Citrus aurantiifolia, Ocimumgratisimum,

Momordica Charantia dan Morinda lucida tanaman-tanaman tersebut telah

dikonsumsi di Nigeria (Adebayo, 2008).

Ekstrak Terminalia cattapa Linn Fruits menunjukkan bahwa ekstrak

etanol dari kulit batangnya secara nyata dapat menurunkan glukosa darah tikus.

Tikus wistar sebagai hewan percobaan diinduksi dengan aloksan untuk


3

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan kadar gula darahnya, sehingga tikus mengalami hiperglikemia

(Nagappa et al, 2003).

Penelitian uji aktivitas ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)

dengan metoda toleransi glukosa memberikan dampak penurunan kadar gula

darah tikus (Ketut et al, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, 2009 pada 4 jenis pohon

tanaman raru sebagai tanaman pohon hutan yaitu: Cotylelobium melanoxylum

Pierre, 2. Shorea bolancarpoides Symington, 3. Cotylelobium lanceolatum craib,

4. Cotylelobium melanoxylon Pierre, mengandung senyawa flavonoid dan dapat

menurunkan kadar gula darah secara in vitro. Secara in vitro ekstrak kayu batang

dapat menghambat enzim α- glukosidase sehingga kadar gula darah terkontrol.

Isolasi ekstrak etil asetat dari tanaman daun Arto carpus communis

ditemukan senyawa flavonoid yang mempunyai aktivitas sebagai antidiabetik

yaitu 8- geranyl-4’,5,7-trihidroksi flavone, hambatannya terhadap enzim α-

glukosidase IC50 18,12 μg mL-1. Isolasi dilakukan dengan kromatografi kolom

dengan fasa diam silika gel dielusi dengan n-heksan-etil asetat (8:2), elusidasi

struktur dengan NMR ( 1H-NMR, 13C-NMR, DEPT 135, HMQC dan HMBC)

(Lotulung, 2008).

Tiga Senyawa flafonoid yang mempunyai aktifitas sebagai antidiabetik

adalah . 3-β-hydrokxynaringenin atau isoaromadendrin (1),Ttaxifolin (2), dan 5-

hidroksi-3,4’,7 trimethoksiflavonone (3). Flavonoid tersebut diekstraksi dengan

pelarut etanol, senyawa 1 dan 2 ditemukan dari tanaman Euphorbia cuneata Vahl,

sedangkan senyawa yang ke 3 ditemukan dari ekstrak etanol Salvia verbenaca L.

Universitas Sumatera Utara


Flavonoid diidentifikasi dengan data spektroskopi 1H, 13
C NMR, DEPT, COSY,

HMQC dan NOESY (Bahar,2005).

Gambar 1. Isoaromadendrin R1 = OH, R2= R3= H (1);


Taxifolin R1 = R2 = OH, R3 = H (2); 5-hidroksi-3,4’,7-
trimetoksiflafon (3).

Uji hambatan aktivitas antidiabetik ekstrak n-heksan, etil asetat, etanol,

dan air dari tanaman kulit batang raru (Vatica pauciflora Blume) menunjukkan

bahwa aktivitas penghambatan α- glukosidase ekstrak etanol kulit batang lebih

Universitas Sumatera Utara


tinggi dibandingkan ekstrak etil asetat, n- heksan maupun air dengan

menggunakan acarbose sebagai kontrol (Ida, 2013).

Melihat potensi dari tanaman ini penulis merasa tertarik untuk menelusuri

struktur kimia senyawa bioaktif sebagai antidiabet dari tanaman raru yang

jenisnya berasal dari Tapanuli Tengah. Jenis tanaman tersebut telah diidentifikasi

sebagai Vatica, pauciflora. Identifikasi dilakukan di Herbarium Bogoriense LIPI

Cibinong. Jenis ini banyak dikonsumsi masyarakat sebagai obat yang diyakini

dapat menurunkan kadar gula darah.

Pada penelitian ini dilakukan dengan mengekstrak kulit batang raru jenis

Vatica pauci flora Blume dan menguji aktivitas ekstrak sebagai daya hambat

terhadap enzim α-glukosidase dan uji toksisitas Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT). Terhadap ekstrak yang mempunyai aktivitas daya hambat enzim α-

glukosidase yang paling tinggi ditelusuri dengan isolasi dan elusidasi, dan struktur

kimianya berdasarkan data spektra spektroskopi (UV, FT IR1, RMI 1D, RMI 2D

(COSY, HMQC, HMBC), dan HR MS.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa senyawa bioaktif yang dari kulit

batang dari tanaman raru (Vatica pauciflora Blume).

2. Apakah senyawa tersebut dapat menghambat enzim α-glukosidase yang

dapat bersifat antidiabetik.

3. Bagaimana struktur kimia dari senyawa yang dapat menghambat enzim α-

glukosidase tersebut..
6

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi senyawa bioaktif dari kulit batang raru

tersebut.

2. Untuk mengetahui jenis senyawa yang dapat menghambat enzim α-

Glukosidase diperoleh pada tumbuhan kulit batang raru.

3. Untuk mengetahui bioaktivitas kulit batang raru terhadap penurunan

kadar glukosa darah secara invitro melalui bioaktivitas inhibisi enzim α-

glukosidase.

4. Untuk mengetahui struktur kimia dari senyawa yang dapat menghambat

enzim α-Glukosidase diperoleh pada tumbuhan kulit batang raru.

1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian ini dilakukan uji inhibisi enzim α-glukosidase secara in vitro

terhadap hasil ekstraksi dari n-heksan, etil asetat, etanol, dan air dari kulit batang

Raru (Vatica pauciflora Blume), ekstrak kulit batang diuji daya hambat paling

besar terhadap enzim α- glukosidase. Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan

cara Kromatografi, kemudian hasil pemurnian yang diperoleh ditentukan struktur

kimianya dengan metoda spektroskopi. Berdasarkan data UV, FT-IR RMI 1D ,

RMI 2D (COSY, HMQC, HMBC), dan HR MS.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tanaman

yang memiliki bioaktivitas antihiperglikemik dengan mekanisme penghambatan

enzim α-glukosidase.

Universitas Sumatera Utara


1. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai masukan mengenai

senyawa penghambat enzim α-glukosidase sehingga dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan pengobatan dan

pengembangan potensi tanaman obat.

2. Mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang berperan dalam penurunan

kadar gula darah dan dapat digunakan sebagai bahan obat anti diabetik.

1.6 Hipotesis

Di dalam kulit batang tumbuhan kulit batang Raru (Vatica pauciflora

Blume) terdapat senyawa bioaktif yang dapat menghambat enzim α-Glukosidase,

dan dapat ditentukan strukturnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai