Askep DHF
Askep DHF
Askep DHF
DHF
DOSEN PENGAMPU:
Lina SKM, M.KES
OLEH:
Mainora (P00320222 060)
Soraya Safira (P00320222 076)
Teuku Ryan Nasution (P00320222 078)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam,
berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya,
dan para yang setia hingga hari pembalasan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing pada mata
kuliah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi,
namun berkat dorongan berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk
itu, kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala kekeliruan
dan kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PEMDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)..................................................2
1. Pengertian.........................................................................................................2
2. Patofisiologi......................................................................................................2
3. Etiologi..............................................................................................................2
4. Gejala Klinis.....................................................................................................2
5. Komplikasi........................................................................................................3
6. Penatalaksanaan................................................................................................3
B. Pengkajian................................................................................................................5
1. Anamnesis.........................................................................................................5
2. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................6
3. Pemeriksaan Diagnostik Dan Laboratorium.....................................................7
C. Diagnosa Keperawatan............................................................................................7
D. Perencanaan Keperawatan.......................................................................................8
E. Impelementasi........................................................................................................13
F. Evaluasi..................................................................................................................13
G. Dokumentasi..........................................................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
ii
BAB I
PEMDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak pada masa usia prasekolah disebut sebagai masa yang sangat aktif seiring
dengan masa perkembangan otot yang sedang tumbuh dan peningkatan aktivitas
bermainnya. Para ahli menggolongkan usia balita pada usia prasekolah sebagai tahapan
perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan
penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit infeksi (Wowor et al. 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di antaranya
kepulauan di Indonesia hingga bagian utara Australia. Faktor penyebab DHF pada
umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku manusia. Mulai dari
perilaku tidak menguras bak, membiarkan genangan air di sekitar tempat tinggal. Belum
lagi saat ini telah masuk musim hujan dengan potensi penyebaran DHF lebih tinggi.
Penderita DHF umumnya terkena demam tinggi dan mengalami penurunan jumlah
trombosit secara drastis yang dapat membahayakan jiwa. Inilah yang membuat orangtua
terkadang menganggap remeh. Sehingga hanya diberikan obat dan 5 menunggu hingga
beberapa hari sebelum dibawa ke dokter atau puskesmas. Kondisi ini tentu bisa parah
bila pasien terlambat dirujuk dan tidak dapat tertangani dengan cepat (Wang et al.
2019).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar DHF?
2. Bagaimana pengkajian dan diagnosa DHF?
3. Bagaimana perencanaan dan implementasi keperawatan DHF?
4. Bagaimana evaluasi dan dokumentasi keperawatan DHF?
5.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat
2
terjadi 16 akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka
akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau
bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali
(Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran
plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler
mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit >20% menunjukan adanya kebocoran atau perembesan
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena (Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk
3
bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik (Murwani 2018).
4
1
3. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk
terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).
4. Gejala Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2015):
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah
di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat
bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin
2
4) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun 6) Kulit dingin lembab.
5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu
perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD).
Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi
yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau
sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi
penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, 24 hidung, telinga,
dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria (Pangaribuan 2017).
6. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun
panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk
diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF
tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF
disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara
nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah
atau komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.
B. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
1. Anamnesis
4
a. Identitas pasien. Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk
datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
c. Riwayat penyakit sekarang. Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita. Penyakit apa saja yang pernah diderita.
Pada DHF anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus
lain.
e. Riwayat Imunisasi. Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat Gizi. Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak
nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya berkurang.
g. Kondisi Lingkungan. Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan
baju dikamar)
h. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan
menurun.
2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.
5
4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk
Aedes aegypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
b. Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
c. Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
kulit tampak biru
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual
6
maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP
PPNI 2017) :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
nilai normal
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
5. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan kebocoran plasma darah
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
8. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
9. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
10. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan
D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Pola napas tidak Mempertahankan pola Observasi
efektif pernafasan Monitor pola napas (frekuensi, usaha
berhubungan normal/efektif napas)
dengan hambatan Kriteria Hasil : Monitor bunyi napas tambahan (mis,
upaya napas Kapasitas vital gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
meningkat basah)
Dispneu menurun Monitor sputum (jumlah, warna,
Frekuensi napas aroma)
membaik Terapeutik
Posisikan semi fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Berikan oksigen, jika perlu
7
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Hipertermia Suhu tubuh agar tetap Observasi
berhubungan berada pada rentang Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
dengan proses normal Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penyakit Kriteria Hasil : penggunaan incubator)
Menggigil menurun Monitor suhu tubuh
Kulit merah Monitor kadar elektrolit
menurun Monitor haluaran urine
Suhu tubuh Terapeutik
membaik Sediakan lingkungan yang dingin
Tekanan darah Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Lakukan pendinginan eksternal (mis,
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Nyeri akut Diharapkan nyeri yang Observasi
berhubungan dirasakan klien Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen berkurang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pencedera Kriteria Hasil : Identifikasi skala nyeri
fisiologis Keluhan nyeri Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun Identifikasi factor yang memperberat
Meringis menurun dan memperingan nyeri
Gelisah menurun Terapeutik
Pola napas Berikan teknik nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri (mis, terapi
musik, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat
8
rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Defisit nutrisi Anoreksia dan Observasi
berhubungan kebutuhan nutrisi dapat Identifikasi status nutrisi b) Identifikasi
dengan faktor teratasi. alergi dan intoleransi makanan
psikologis Kriteria Hasil : Identifikasi makanan yang disukai
(keengganan Porsi makanan yang Monitor asupan makan
untuk makan) dihabiskan Monitor berat badan
meningkat Monitor hasil pemeriksaan
Frekuensi makan laboratorium
membaik Terapeutik
Nafsu makan Berikan makanan tinggi serat untuk
membaik mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis, Pereda nyeri,
antimietik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Hipovolemia Gangguan volume Observasi
berhubungan cairan tubuh dapat Periksa tanda dan gejala hipovolemia
dengan teratasi (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi
peningkatan Kriteria Hasil : terasa lemah, tekanan darah menurun,
permeabilitas Turgor kulit tekanan nadi menyempit, turgor kulit
kapiler meningkat menurun, membran mukosa kering,
9
Output urine volume urin menurun, hematokrit
meningkat meningkat, haus lemah)
Tekanan darah dan Monitor intake dan output cairan
nadi membaik Terapeutik
Kadar Hb membaik Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis, NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis, albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
Intoleransi Aktivitas sehari-hari Observasi
aktivitas klien kembali normal. Monitor kelelahan fisik dan emosional
berhubungan Kriteria Hasil : Monitor pola dan jam tidur
dengan Frekuensi nadi Terapeutik
kelemahan meningkat Sediakan lingkungan nyaman dan
Kemudahan dalam rendah stimulus (mis, cahaya, suara,
melakukan aktivitas kunjungan)
sehari-hari Berikan aktivitas distraksi yang
meningkat menenangkan
Frekuensi napas Edukasi
membaik Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Defisit Pengetahuan klien/ Observasi
pengetahuan keluarga bertambah. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
berhubungan Kriteria Hasil : menerima informasi
dengan kurang Kemampuan Edukasi
terpapar menjelaskan Jelaskan factor risiko yang dapat
informasi pengetahuan tentang mempengaruhi kesehatan
suatu topik
10
meningkat Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Perilaku sesuai sehat
dengan pengetahuan Ajarkan strategi yang dapat digunakan
meningkat untuk meningkatkan perilaku hidup
Persepsi yang keliru bersih dan sehat
terhadap masalah
menurun
Ansietas Rasa cemas klien akan Observasi
berhubungan berkurang/hilang Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
dengan krisis Kriteria Hasil : dan nonverbal)
situasional Verbalisasi khawatir Terapeutik
akibat kondisi yang Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan kepercayaan
Perilaku gelisah Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun Gunakan pendekatan yang tenang dan
Konsentrasi meyakinkan
membaik Edukasi
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Risiko Perdarahan tidak Observasi
perdarahan terjadi. Monitor tanda dan gejala perdarahan
ditandai dengan Kriteria Hasil : Monitor nilai hamatokrit atau
koagulasi Kelembapan kulit hemoglobin sebelum dan setelah
(trombositopenia meningkat kehilangan darah
) Hemoglobin Monitor tanda-tanda vital
membaik Terapeutik
Hematokrit Pertahankan bed rest selama
membaik perdarahan
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat pengontrol
11
perdarahan, jika perlu
Kolaborasi pemberian produk darah,
jika perlu
Risiko syok Tidak terjadi syok Observasi
ditandai dengan hipovolemik. Monitor status kardiopulmonal
kekurangan Kriteria Hasil : (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
volume cairan Tingkat kesadaran napas, TD)
meningkat Monitor status cairan (masukan dan
Tekanan darah, haluaran, turgor kulit, CRT)
frekuensi nadi dan Monitor tingkat kesadaran dan respon
napas membaik pupil
Terapeutik
Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
Jelaskan penyebab atau faktor risiko
syok
Anjurkan melapor jika menemukan
atau merasakan tanda dan gejala awal
syok
Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfusi darah,
jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi,
jika perlu
E. Impelementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan
oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan
kesehatan (Ali 2016).
F. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
12
perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir yang
bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah.
G. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Koesier, dkk, 2010). Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus
menyadari pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan kepada pasien, sebagai pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan pelaksanaan asuhan keperawatan serta untuk menjamin
pelaksanaan asuhan dapat berlangsung kontinue dan akurat. Dengan demikian diharapkan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat optimal dan berkualiatas.
13
14
SOP (STANDART OPERASIONAL PROSEDUR) KOMPRES HANGAT
Pengertian Prosedur pemberian kompres hangat adalah memberi rasa
hangat dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Tujuan 1. Memperbaiki sirkulasi
2. Menghilangkan edema
3. Meningkatkan drainase
4. Mengurangi rasa nyeri
Alat dan bahan 1. Air hangat dengan suhu 43-46 derajat celcius
2. Kassa seteril
3. Sarung tangan
4. Mangkuk kecil
5. Pinset
6. Kantung buli-buli
Prosedur 1. Perawat mendekatkan alat-alat didekat pasien
2. Perawat memberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan
3. Perawat mencuci tangan
4. Kain kasa diambil dan dimasukkan kedalam air
hangat,kemudian diperas sedikit kemudian
diletakkan pada bagian yang akan dikompres
5. Kain kasa dibalut atau ditutup kain kasa kering lalu
ditutup
6. Bila menggunakan air panas:
a. Buli-buli diisi air panas 1/3-2/3 bagian
b. Udara dikeluarkan dengan cara buli-buli
diletakkan ditempat yang rata,bagian atas
ditekuk sampai air kelihatan ditutup
c. Dibungkus dengan kantong buli-buli
d. Perawat cuci tangan
e. Mendokumentasikan tindakan dan respon
pasien
Referensi Buku saku pratikum kebutuhan dasar manusia menurut aziz
alimun hidayat,musrifatul uliyah 2004
15
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) PENGUKURAN SUHU TUBUH
Pengertian Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk
menilai keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas meningkat.kondisi demikian juga dapat
disebabkan oleh vasodilatasi,berkeringat,hiperventilasi dan
lain-lain.demikian sebaliknya bila pembentukan panas
meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.kondisi ini
dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi
otot.pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara
oral,aksila,dan rektal.
Tujuan Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui
rentang suhu tubuh.
Alat dan bahan 1. Thermometer
2. Tiga buah botol
Botol pertama berisi larutan sabun
Botol kedua berisi larutan desinfektan
Botol ketiga berisi air bersih
3. Bengkok
4. Tisu
5. Sarung tangan
6. Buku catatan suhu
Prosedur kerja 1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila
denggan menggunakan tisu
6. Turunkan thermometer dibawah suhu 34 derajat
celcius-35 derajat celcius
7. Letakkan thermometer pada daerah aksila dan
lengan pasien fleksi diatas dada
8. Setelah 3-10 menit thermometer diangkat dan
dibaca hasilnya
9. Catat hasil
16
10. Bersihkan thermometer dengan kertas tisu
11. Cuci dengan air sabun,desinfektan,bilas dengan air
bersih dan keringkan
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 1
17
10. Kasa steril
11. Betadin
12. Sarung tangan
Prosedur kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan
menusukkan ke bagian karet atau akses slang ke
botol infus.
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan me- nekan
ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka
klem slang hingga cairan meme- nuhi slang dan
udara slang keluar.
5. Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang
akan dilakukan penginfusan.
6. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet
pembendung) 10-12 cm di atas tem- pat
penusukan dan anjurkan pasien untuk
menggenggam dengan gerakan sirkular (bila
sadar).
7. Gunakan sarung tangan steril.
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk de- ngan
kapas alkohol.
9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah
vena dan posisi
jarum (abocath) mengarah ke atas.
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum
(abocath/surflo). Apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui jarum (abocath/surflo)
maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil
meneruskan tusukan ke dalam vena.
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/
keluarkan, tahan bagian atas vena dengan
menekan menggunakan jari tangan agar darah
tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan slang
18
infus.
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai
dengan dosis yang diberikan.
13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril.
14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus
serta catat ukuran jarum.
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran,
ukuran, dan tipe jarum infus.
19
hentikan aliran
7. Melakukan penyuntikan dengan memasukkan
jarum spuit.hingga menembus bagian tengah
selang intravena dan masukkan obat perlahanlahan
8. Menarik spuit kemudian jalankan kembali aliran
serta periksa kecepatan infus
9. Mencuci tangan
10. Mencatat obat yang telah diberikan dan dosisnya
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan,
nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam
berdarah dengue yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom
syok dengue (SSD).
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat
dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma.
B. Saran
Bagi mahasiswa tenaga kesehatan supaya lebih memahami tanda dan gejala DHF pada
pasien anak sehingga optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22