Full Text
Full Text
Full Text
SKRIPSI
Oleh:
SURABAYA
2014
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keparahan
karies gigi pada anak usia 3-5 tahun dengan riwayat berat badan lahir rendah di
Puskesmas Selotambak kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Studi S-1 Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya. Penulis
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak dalam
penyusunan skripsi ini, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Prof Coen Pramono D, drg., SU., SpBM(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Unversitas Airlangga yang telah memberi kesempatan
untuk menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga.
2. Adi Hapsoro, drg., MS selaku Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Masyarakat (IKGM) yang telah memberikan ijin untuk pembuatan skripsi
dan bantuan dalam pengarahan analisis data.
3. Adi Hapsoro, drg., MS, selaku pembimbing utama, yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah meluangkan waktu untuk memberikan
petunjuk, koreksi, saran, motivasi, teladan, serta selalu mengingatkan
penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Titiek Bernijanti, drg., M.Kes selaku pembimbing serta yang telah
memberikan memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi serta
motivasi yang diberikan serta serta selalu mengingatkan penulis agar segera
menyelesaikan skripsi ini.
5. Roesanto Heroesoebekti, drg., SU., Dr. R. Darmawan Setijanto,
drg.,M.Kes M.S, Taufan Bramantoro, drg.,M.Kes , selaku penguji skripsi,
yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan baik proposal dan skripsi ini.
6. Teruntuk kedua orang tua, ayah (Drs. Nur Atim, MM), mama (Mastinah,
Amd.Keb), dan kedua adik (M. Daud Al Abror dan M. Farid Al Farizi)
serta seluruh anggota keluarga besar yang penulis cintai, yang tidak
hentinya memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini serta
mendoakan kesuksesan penulis.
7. Irma Ayu K, Ekky Putriana, Nanda Akbar Wibisono, Febry Ramadhani,
Anita Fitria, Adinda Irfanul, Dezy Putri dan seluruh sahabat FKG angkatan
2010 yang selalu mendukung, memotivasi dan membantu penulis dalam
proses penelitian dan pembuatan skripsi ini.
8. Sahabat Puspita Aprilliani,S.Keb, Desy Nur Fadilah, Enny Aditia, Helmi
Irianto dan Ika Mirnawati yang senantiasa mendukung dan memberikan
motivasi serta perhatian penuh dalam pembuatan skripsi ini.
9. Segenap staf pengajar dan pegawai, para sahabat dan semua pihak lain
yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, serta selama menjalani
masa studi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
vi
The Severity of Dental Caries on Children aged 3-5 years with Low Birth
Weight at the Selotambak Local Clinic, District Kraton, Pasuruan
Gambaran Karies Gigi pada Anak Usia 3-5 Tahun dengan Riwayat Berat
Badan Lahir Rendah di Puskesmas Selotambak Kecamatan Kraton
Kabupaten Pasuruan
ABSTRACT
Background. Low Birth Weight (LBW) and dental caries are the major problems
in both developed and developing countries. There is a mechanism how LBW
history can lead to dental caries. A disturbance in amelogenesis process will
cause a porous enamel leading to plaque adhesion that cause a caries. Purpose.
The aim of this research was to know the description of dental caries on Children
aged 3-5 years with LBW history at the Selotambak Local Clinic, District Kraton,
Pasuruan. Method. The type of this research was an observational descriptive.
Samples were 41 children with LBW history at the Selotambak Local Clinic.
Caries measurement that used was def index and oral hygiene measurement using
PHP index. Result. In this research found that the dental caries severity in
children aged 3-5 years with LBW at Local Clinic Selotambak showed a high
category of def score with average 6.68 and the average of PHP score index that
have a bad category was 3.26. The average of caries score on children with LBW
are 7,8 and children with VLBW are 6,52. Conclusion. Children with LBW had a
high caries severity.
Keywords: children aged 3-5 years old, Caries, LBW.
vii
DAFTAR ISI
Sampul Luar
Abstract ........................................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN
2.3 Proses Karies Gigi pada Anak dengan Riwayat Berat Badan
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 5.7 Distribusi Berat Badan Lahir Berdasarkan Susunan Gigi Geligi
Tabel 5.8 Distribusi Berat Badan Lahir Berdasarkan Kategori Indeks PHP
Penelitian ............................................................................... 31
Penelitian ............................................................................... 32
Penelitian .............................................................................. 33
xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari karies gigi
menjadi urutan tertinggi yaitu sebesar 45,68% dan termasuk dalam 10 besar
penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Karies ini menyerang
semua tingkatan umur dan semua ras dari seluruh tempat di dunia sehingga telah
menjadi masalah umum masyarakat dan perlu perhatian yang serius karena
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk
masa gestasi bayi itu (Marmi dan Rahardjo, 2012). Angka kejadian di Indonesia
sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar tahun 2007, diketahui berat badan bayi hasil penimbangan baru
lahir, 11,5% bayi lahir dengan berat badan kurang. Tiga Provinsi dengan
persentase BBLR tertinggi adalah Papua sebesar 27%, Papua Barat sebesar 23,8%
dan NTT sebesar 20,3%. Sementara itu jumlah BBLR yang dilaporkan di Propinsi
Jawa Timur sebanyak 12.922 (2,02%) dari 640.271 bayi lahir hidup (Dinkes
Jatim, 2008). Kejadian bayi lahir rendah di kabupaten Pasuruan dari 3509 bayi
yang lahir, 598 diantaranya adalah bayi dengan berat badan lahir rendah atau
Diantara penyakit di dalam rongga mulut yang paling umum dialami anak
dengan BBLR adalah defek enamel atau hipoplasi enamel (Gravina, 2006).
Hipoplasi adalah suatu kondisi di mana enamel gigi menjadi lemah. Kondisi ini
dapat terjadi sejak lahir atau akibat kelahiran prematur, infeksi selama masa
kanak-kanak, tidak mendapatkan cukup nutrisi (Pascoe, 1994), dan berat lahir
rendah (Lai, 1997). Kondisi ini lebih umum di antara orang-orang pribumi dari
secara signifikan lebih rendah saat lahir pada bayi berat lahir rendah daripada bayi
dengan berat lahir normal. Hal ini menunjukkan bahwa berat lahir rendah dapat
dikaitkan dengan kerusakan enamel dan karies pada gigi sulung (Burt, 2001).
defek ini akan menjadi faktor predisposisi pembentukan karies gigi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa gigi anak BBLR sangat rentan terhadap karies gigi (Seow,
1997).
Selain karena adanya riwayat berat badan lahir rendah, terjadinya karies
gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko karies yang lain seperti level
menyikat gigi dan asupan gula harian (Lai, 1997). Jadi walaupun anak dengan
terhadap kesehatan mulut anaknya maka terjadinya karies gigi dapat dicegah.
dengan BBLR memiliki faktor resiko terhadap kesehatan mulutnya yang dapat
kejadian bayi lahir dengan berat badan rendah di daerah tersebut, maka peneliti
ingin meneliti tentang karies pada anak usia 3-5 tahun dengan riwayat berat badan
1.2 Masalah
1. Bagaimanakah gambaran tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 3–5
2. Bagaimanakah gambaran tingkat kebersihan mulut pada anak usia 3–5 tahun
1.3 Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui gambaran tingkat keparahan karies gigi pada anak usia
Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 3-5 tahun
Kabupaten Pasuruan.
2. Untuk mengetahui tingkat kebersihan mulut pada anak usia 3-5 tahun yang
Pasuruan.
1.3 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan gigi dan gusi seseorang. Kesehatan mulut yang baik berarti bahwa
tidak merasa malu tentang gigi dan gusi mereka (DOSD, 2005). Kesehatan mulut
kesehatan mulut yang buruk dapat mempengaruhi sistem tubuh lainnya seperti
sistem kardiovaskular (jantung dan sistem peredaran darah) (Ylostalo et al, 2006).
Kesehatan mulut yang buruk juga terkait dengan diabetes (Taylor & Bornakke,
2008), stroke (Joshipura et al, 2003), dan melahirkan prematur dan berat lahir
Karies gigi adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau
oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi
Karies gigi sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka kejadian karies ada
anak masih sebesar 60-90%. Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia
sekolah di seluruh dunia dan sebagian orang dewasa pernah menderita karies.
kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma
penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2007) yang dilakukan di SDN Sutorejo
I dan Mulyorejo I Surabaya pada 87 anak kelas IV dan V SD terdapat 80% anak
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram
(WHO, 2007). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain. Riskesdas 2007, mendata berat badan bayi baru lahir dalam
12 bulan terakhir. Dari bayi yang diketahui berat badan hasil penimbangan waktu
baru lahir, 11,5% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram atau BBLR.
Tiga Provinsi dengan persentase BBLR tertinggi adalah Papua sebesar 27%,
Papua Barat sebesar 23,8% dan NTT sebesar 20,3%. Jika dilihat dari jenis
kelamin, persentase BBLR lebih tinggi pada bayi perempuan dibandingkan laki-
laki yaitu 13% dan 10% (Depkes RI, 2009). Sementara itu jumlah BBLR yang
dilaporkan di Propinsi Jawa Timur sebanyak 12.922 (2,02 %) dari 640.271 bayi
lahir hidup. Kejadian bayi lahir rendah di kabupaten Pasuruan termasuk tinggi.
Dari 3509 bayi yang lahir, 598 diantaranya adalah bayi dengan berat badan lahir
2.3 Proses Karies Gigi pada Anak dengan Riwayat Berat Badan Lahir
Rendah
Defek enamel terjadi pada anak dengan riwayat berat badan lahir rendah,
ini dikarenakan adanya gangguan selama selama kehamilan saat gigi masih pada
enamel hipoplasia. Secara klinis kerusakan enamel ini mengganggu estetik dan
dapat mempengaruhi akumulasi plak dan karies. Patogenesis defek enamel terjadi
karena adanya gangguan sistemik saat periode kehamilan pada anak BBLR yaitu
adanya gangguan metabolisme kalsium. Defek enamel terjadi saat sintesis matriks
kekurangan protein dari matriks serta asupan kalsium dari pembuluh darah yang
maka jumlah enamel akan menurun dan bahkan tidak terbentuk. Kondisi tersebut
yang timbul sejak kehidupan. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya bayi lahir dengan berat badan rendah. Kadang-kadang suatu kelainan
kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru
perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat
wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan kongenital. Kelainan kongenital
merupakan suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang
antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio. Gangguan ini
maloklusi atau ketidakteraturan gigi geligi dan tidak sesuai dengan relasi rahang
(Sudiono, 2008). Karies gigi adalah penyakit jaringan mineralisasi gigi. Namun,
maloklusi seperti gigi berdesakan menyebabkan kontak yang tidak tepat antara
gigi tetangga dan membuat kebersihan mulut yang buruk. Kesulitan dalam
Namun adanya maloklusi menyebabkan gigi menjadi lebih rentan terhadap karies
2.3.3 BBLR dan kaitannya dengan defek enamel yang menyebabkan Karies
Gigi
Kalsium (Ca) dan fosfor (P) penting untuk mineralisasi tulang janin
padamasa kehamilan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah akan kehilangan
pertumbuhan tulang, kalsium dan fosfor harus disediakan dalam jumlah yang
tepat sehingga akan terjadi mineralisasi. Pada bayi lahir dengan berat badan yang
sangat rendah sulit untuk mencapai pertumbuhan dan mineralisasi, oleh karena itu
gangguan tulang dan metabolik terjadi pada sekitar 50 % dari bayi ini. Penelitian
yang dilakukan oleh Wang et al pada tahun 2007 menunjukkan bahwa anak
dengan berat badan lahir rendah massa tulangnya berkurang pada usia 5 sampai
2007). Pada densitas tulang yang rendah lebih rentan terhadap karies gigi daripada
yang yang normal karena adanya perbedaan kandungan mineral dan perbedaan
riwayat BBLR adalah enamel gigi dan hipoplasia (Gravina, 2006). Ini
diperhatikan faktor resiko yang terkait sehingga mengurangi yang prevalensi dan
Resiko yang sering pada rongga mulut keterlambatan erupsi dan hipoplasia
enamel. Hipoplasia adalah suatu kondisi di mana enamel gigi menjadi lemah.
Kondisi ini dapat terjadi sejak lahir atau akibat kelahiran prematur, infeksi selama
masa kanak-kanak, tidak mendapatkan cukup nutrisi (Pascoe, 1994), dan berat
lahir rendah (Lai, 1997). Kondisi ini lebih umum di antara orang-orang Pribumi
tulang tulang secara signifikan lebih rendah saat lahir pada bayi berat lahir rendah
dari pada bayi berat lahir normal. Ini menunjukkan bahwa berat lahir rendah dapat
dikaitkan dengan kerusakan enamel dan karies pada gigi primer tetapi mungkin
memiliki sedikit efek pada gigi permanen, sebagian besar yang mengalami
kalsifikasi setelah usia tersebut (Burt, 2001). Kerusakan enamel ini menyebabkan
Penumpukan plak pada gigi yang mengalami defek ini akan menjadi faktor
tersebut sebenarnya begitu rentan terhadap karies gigi (Seow, 1997). Selain itu,
defek pada enamel dapat mempengaruhi akumulasi plak dan karies dan dalam
kasus yang parah bahkan dapat menyebabkan hilangnya maloklusi (Bansal et al,
2012).
Ada bukti bahwa bayi dengan berat lahir rendah memiliki tingkat serum
yang lebih rendah dari IgG, IgM, IgA dan titer antibodi yang lebih rendah, angka
sirkulasi T-sel yang rendah dan komplemen faktor. Oleh karena itu
mengakibatkan insiden infeksi lebih tinggi dan sebaliknya bayi berat lahir yang
bayi dengan berat lahir rendah dapat mengakibatkan cepatnya kolonisasi oleh
yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun
perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh
90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi,
sumber dari kedua penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan
mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis yang melekat
Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial
gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara
gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya
kebersihan gigi dan mulut, di mana akan mempengaruhi juga angka karies dan
fisik dan neurologis mereka. Menyikat gigi memerlukan teknik agar dapat
membersihkan permukaan gigi maupun tempat yang tidak terjangkau oleh sikat
gigi, yang mungkin tidak mungkin untuk anak kecil. Kebanyakan anak menyikat
dipengaruh oleh usia. Teknik menyikat gigi biasanya terdiri horisontal, vertikal,
dari permukaan luar dan dalam permukaan gigi, namun umumnya dianggap
merugikan karena menggosok kuat dapat menyebabkan resesi gingiva. Pasta gigi
dan sikat gigi bertekstur keras dapat membuat daerah abrasi pada gigi. Oleh
karena itu, anak-anak diajarkan menyikat gigi yang benar yaitu gerakan memutar
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Frekuensi Menyikat
Maloklusi Enamel Defek Gigi
13
Penyakit di dalam rongga mulut yang paling umum dialami anak dengan
BBLR adalah gangguan pada enamel yang menyebabkan enamel gigi menjadi
lemah. Ini terjadi karena kepadatan mineral tulang tulang secara signifikan lebih
rendah saat lahir pada bayi berat lahir rendah daripada bayi dengan berat lahir
normal. Hal ini menunjukkan bahwa berat lahir rendah berpengaruh terhadap
pada gigi yang mengalami defek ini akan menjadi faktor predisposisi
pembentukan karies. Hal tersebut menunjukkan bahwa gigi anak BBLR sangat
ketidakteraturan gigi. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada
menyebabkan maloklusi atau ketidakteraturan gigi geligi dan tidak sesuai dengan
relasi rahang. Maloklusi terjadi karena gangguan pada saat kehamilan yaitu
kekurangan nutrisi. Pada maloklusi bisa dilihat dari susunan gigi anak, yaitu
terjadinya akumulasi plak dan akan berpengaruh terhadap kebersihan mulut anak.
Disamping itu, keadaan mulut anak dapat dilihat dari frekuensi dan cara menyikat
gigi yang biasa dilakukan anak. Cara menyikat gigi yang biasa dilakukan anak
adalah dengan cara vertikal atau horisontal. Pada anak yang menyikat gigi secara
vertikal, kebersihan mulutnya lebih bagus daripada anak yang menyikat gigi
secara horisontal. Frekuensi dan cara menyikat gigi juga dapat dikaitkan dengan
tingkat kebersihan mulut yang dapat berpengaruh pada terjadinya karies gigi.
Anak yang lebih banyak menyikat gigi memiliki kebersihan mulut yang lebih
BAB 4
METODE PENELITIAN
Pasuruan.
jenis kelamin.
tinggal
16
1. Yang dimaksud tingkat keparahan karies gigi sulung pada penelitian ini
adalah jumlah gigi pada anak usia 3-5 tahun, baik pada anterior maupun
gigi posterior rahang atas dan rahang bawah yang mengalami kerusakan
akibat proses patologis. Diukur dengan indeks karies gigi sulung yaitu
indeks def-t.
2. Berat badan anak saat lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang
pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir (Depkes RI,
tempat tersebut.
kebersihan mulut gigi sulung. Variabel ini diukur dengan indeks plak
4. Yang dimaksud susunan gigi geligi adalah jenis gigi geligi subyek
observasi langsung.
dari:
b. Subvariabel cara menyikat gigi yaitu jawabab dari orang tua dari
orang tua cara yang paling sering dilakukan dalam menyikat gigi
terang dengan kaca mulut dan sonde. Skor def-t adalah jumlah decay
def – t ↔ d + e + f
Keterangan :
sementara.
b. exfoliated (e) : setiap gigi sulung yang sudah atau indikasi cabut
karena karies
c. filling (f) : setiap gigi sulung yang ditambal dan tanpa karies
sekunder.
Catatan :
• Bila pada gigi terdapat lesi karies (decay) dan tumpatan (filling), maka
• Pada anak dengan kehilangan gigi sulung secara alamiah harus dibedakan
dengan gigi sulung yang hilang oleh karena karies. Selain karena karies,
2. Untuk mengukur oral hygiene pada gigi sulung digunakan indeks plak.
semua gigi subyek. Gigi yang diperiksa adalah gigi molar kedua sulung kiri
dan kanan atas bawah. Bila molar kedua sulung tidak memenuhi syarat,
cara meletakkan sonde secara mendatar pada 2/3 servikal mahkota gigi
permukaan lingual molar bawah dan permukaan labial gigi anterior atas dan
bawah.
3. Untuk memberikan kategori pada riwayat berat badan lahir rendah, dibagi
a. Berat badan lahir rendah, yaitu berat anak saat lahir dibawah 2500gr.
b. Berat badan lahir sangat rendah, yaitu berat anak saat lahir dibawah
2000gr.
a. Sangat rendah : 0 – 1
b. Rendah :2
c. Sedang :3
d. Tinggi :4–5
b. Indeks plak (angka) subjek yang diteliti didapat dari permukaan gigi sulung
yang di skor. Cara menentukan angka (skor) adanya plak dipermukaan gigi
sebagai berikut:
- Skor 1 bila terdapat debris tidak lebih dari 1/3 servikal mahkota gigi
- Skor 2 bila terdapat debris lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3
- Skor 3 bila terdapat debris lebih dari 2/3 servikal mahkota gigi
Angka (indeks) debris adalah jumlah skor debris dibagi jumlah gigi yang dinilai
a. Kaca mulut
b. Pinset
c. Sonde
d. Alkohol 70%
e. Disclosing agent
f. Cotton Pellet
g. Nierbeckhen
Anak usia 3-5 tahun yang mempunyai riwayat berat badan lahir rendah
Kabupaten Pasuruan diperiksa giginya, sehingga diperoleh skor def-t dan skor
BAB 5
Kabupaten Pasuruan yang dimulai pukul 09.00 sampai pukul 12.00 dan
subjek penelitian adalah jenis kelamin subjek, usia subjek dan berat badan
lahir subyek. Berikut deskripsi data subjek penelitian secara rinci disajikan
dimana dari sebagian besar perempuan memiliki keparahan karies yang lebih
tabel 5.1.
23
Laki-Laki 26 63,4
Perempuan 15 36,6
Jumlah 41 100
penelitian yang berusia antara 3-5 tahun. Usia subyek penelitian adalah 3-5
tahun yang memiliki susunan gigi sulung. Secara rinci, distribusi usia
badan lahir rendah menurut WHO, yaitu dibawah 2500gr. Secara rinci
Total 41 100
penelitian pada saat lahir yang paling banyak adalah yang termasuk kategori
berat badan rendah, yaitu 36 anak (87,8%) dibandingkan dengan anak yang
sebesar 3.263 yang masuk dalam kategori buruk dengan simpangan baku
Baik 10 24,4
Buruk 31 75,6
Total 41 100
Indeks PHP dikategorikan menjadi baik dan buruk. Dari hasil tersebut
karies gigi dan menggunakan indeks def-t. Secara rinci disajikan pada
tabel 5.5
Rendah 8 19,5
Tinggi 33 80,5
Total 41 100
skor def-t terendah adalah 1 dan skor def tertinggi adalah 19, dengan nilai
sangat rendah dan tinggi. Dari hasil tersebut didapatkan kategori skor def-t
yang terkait dengan berat badan lahir dan faktor resikonya. Faktor resiko
menyikat gigi anak dan susunan gigi geligi anak. Peran keterkaitan ini bisa
Tabel 5.6 Distribusi Berat Badan Lahir Rendah berdasarkan Jenis Kelamin Subyek
Sangat F 3 2 5
Rendah % 60% 40% 100%
F 23 13 36
Rendah
% 63,9% 36,1% 100%
F 26 15 41
Jumlah
% 63,4% 36,6% 100%
perempuan (36,6%) dan berat badan lahir rendah yang tertinggi yaitu pada
lahir rendah.
Tabel 5.7 Distribusi Berat Badan Lahir Rendah berdasarkan Susunan Gigi Geligi
Subyek
Sangat F 4 1 5
Rendah % 80% 20% 100%
F 31 5 36
Rendah
% 86,1% 13,9% 100%
F 35 15 41
Jumlah
% 85,4% 14,6% 100%
berat badan lahir rendah yang terbanyak pada anak yang mempunyai berat
badan lahir rendah yaitu berdesakan (86,1%). Pada anak yang mempunyai
berat badan lahir sangat rendah yang terbanyak yaitu susunan giginya
berat badan lahir rendah mempunyai susunan gigi geligi yang berdesakan.
Tabel 5.8 Distribusi Berat Badan Lahir Rendah berdasarkan Kategori Indeks PHP
Sangat F 2 3 5
Rendah % 40% 60% 100%
F 8 28 36
Rendah
% 22,2% 77,8% 100%
F 10 31 41
Jumlah
% 24,4% 75,6% 100%
indeks PHP pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa anak yang memiliki
kategori berat badan lahir yang rendah terbanyak yaitu memiliki skor
kategori indeks PHP yang jelek (77,8%). Pada anak yang memiliki riwayat
berat badan lahir sangat rendah juga mempunyai skor kategori indeks PHP
yang jelek (60%). Tabel tersebut menunjukkan bahwa anak yang memiliki
berat badan lahir rendah memiliki skor kategori indeks PHP yang jelek
daripada anak yang memiliki riwayat berat badan lahir sangat rendah.
Tabel 5.9 Distribusi Berat Badan Lahir Rendah berdasarkan Kategori Keparahan
Karies Gigi
Kategori deft-t
Kategori BBLR Total
Rendah Tinggi
Sangat F 0 5 5
Rendah % 0% 100% 100%
F 8 28 36
Rendah
% 22,2% 77,8% 100%
F 8 33 41
Jumlah
% 19,5% 80,5% 100%
indeks keparahan karies deft pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa anak
yang memiliki kategori berat badan lahir yang rendah terbanyak memiliki
skor kategori indeks keparahan karies deft yang tinggi (77,8%). Pada anak
dengan riwayat berat badan lahir sangat rendah yang terbanyak adalah
anak dengan riwayat berat badan lahir rendah memiliki skor kategori
keparahan karies yang tinggi, ini disebabkan karena berat badan lahir
Rata-rata skor karies gigi pada anak yang memiliki riwayat berat
badan lahir rendah dan berat badan lahir sangat rendah dibedakan, seperti
Pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa karies pada anak dengan berat
badan lahir rendah lebih tinggi dibandingkan karies pada anak dengan
riwayat berat badan sangat rendah yaitu 3,54. Begitu juga dengan rata-rata
indeks PHP, skor indeks PHP pada anak dengan riwayat berat badan lahir
rendah lebih tinggi daripada anak dengan riwayat berat badan lahir sangat
Tabel 5.11 Distribusi PHP berdasarkan Susunan Gigi Geligi Subyek Penelitian
Kategori PHP
Susunan Gigi Total
Baik Jelek
F 10 25 35
Berdesakan
% 28,6% 71,4% 100%
F 0 6 31
Normal
% 0% 100% 100%
F 35 15 41
Jumlah
% 24,4% 75,6% 100%
terbanyak memiliki tingkat kebersihan mulut yang jelek (71.4%). Pada anak
dengan susunan gigi normal yang terbanyak yaitu kategori tingkat kebersihan
mulut yang jelek (100%). Ini menunjukkan bahwa anak dengan susunan gigi
dibandingkan dengan anak yang memiliki susunan gigi yang normal karena
paling banyak dilakukan oleh subyek penelitian adalah tidak menyikat gigi
dengan kategori keparahan karies yang jelek (90%). Pada anak yang
menyikatkan giginya dua kali sehari memiliki skor keparahan karies yang
menyikat gigi pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa orang tua yang
menyikat gigi anak 2 kali dalam sehari memiliki tingkat kebersihan mulut
yang lebih baik. Semakin sedikit orang tua melakukan sikat gigi dalam
sehari, maka semakin jelek kebersihan mulut yang dimiliki oleh anak.
Cara menyikat gigi subyek penelitian dibagi menjadi dua, yaitu vertikal
Tabel 5.13 Distribusi PHP berdasarkan Cara Menyikat Gigi Subyek Penelitian
Kategori PHP
Cara Menyikat Total
Baik Jelek
F 3 1 4
Vertikal
% 75% 25% 100%
F 7 30 37
Horisontal
% 18,9% 81,1% 100%
F 10 31 41
Jumlah
% 24,4% 75,6% 100%
tabel 5.13 menunjukkan bahwa cara menyikatkan gigi yang terbanyak adalah
secara horisontal dengan tingkat kebersihan mulut yang jelek (81,1%). Pada
anak yang menyikatkan giginya secara vertikal memiliki skor kategori PHP
yang baik (75%). Tabel 5.13 menunjukkan bahwa orang tua yang menyikat
gigi anak secara horisontal memiliki jumlah tingkat kebersihan mulut yang
jelek dibandingkan dengan orang tua yang menyikat gigi anak secara vertikal.
jenis kelamin dan usia subyek penelitian yang disajikan ada tabel 5.14 dan
tabel 5.15.
F 3 5 8
Rendah
% 37,5% 62,5% 100%
F 23 10 33
Tinggi
% 69,7% 30,3% 100%
F 26 15 41
Jumlah
% 63,4% 36,6% 100%
yang tertinggi adalah laki-laki dan ketegori def-t tertinggi yaitu pada
kategori tinggi (69,7%). Pada perempuan yang paling banyak yaitu dengan
F 2 5 1 8
Rendah
% 25% 62,5% 12,5% 100%
F 12 10 11 33
Tinggi
% 36,4% 30,3% 33,3% 100%
F 14 15 12 41
Jumlah
% 34,1% 36,6% 29,3% 100%
dengan menggunakan indeks def dengan kategori rendah dan tinggi. Untuk
Kategori karies gigi yang sudah dibagi menjadi rendah dan tinggi
gigi geligi dibagi menjadi dua yaitu normal dan berdesakan, yang disajikan
Tabel 5.16 Distribusi Karies Gigi berdasarkan Susunan Gigi Subyek Penelitian
Kategori def-t
Susunan Gigi Total
Rendah Tinggi
F 7 28 35
Berdesakan
% 20% 80% 100%
F 1 5 6
Normal
% 16,7% 83,3% 100%
F 8 33 41
Jumlah
% 19,5% 80,5% 100%
Sedangkan pada susunan gigi yang normal yang terbanyak yaitu dengan
kategori keparahan karies gigi yang tinggi (83,3%). Ini menunjukkan bahwa
anak yang memiliki susunan gigi geligi yang berdesakan memiliki tingkat
keparahan karies gigi yang tinggi daripada anak yang memiliki susunan gigi
subyek penelitian, yaitu cara menyikat gigi secara horisontal dan vertikal,
Tabel 5.17 Distribusi Karies Gigi berdasarkan Cara Menyikat Gigi Subyek Penelitian
Kategori def-t
Cara Menyikat Total
Rendah Tinggi
F 3 1 4
Vertikal
% 75% 25% 100%
F 5 32 37
Horisontal
% 13,5% 86,5% 100%
F 8 33 41
Jumlah
% 19,5% 80,5% 100%
Pada tabel 5.17 cara menyikat terbanyak yang dilakukan oleh subyek
penelitian yaitu secara horizontal dengan keparahan karies gigi yang tinggi
(86,5%). Pada anak yang menyikatkan gigi secara vertical memiliki tingkat
keparahan karies gigi yang rendah (75%). Pada distribusi keparahan karies
gigi berdasarkan cara menyikat gigi pada tabel 5.17 menunjukkan bahwa
orang tua yang menyikat gigi anak secara horisontal memiliki jumlah tingkat
keparahan karies yang tinggi dibandingkan dengan orang tua yang menyikat
Selain dikaitkan dengan susunan gigi geligi dan cara menyikat gigi
menyikat gigi. Frekuensi menyikat gigi anak yaitu tidak menyikat gigi, sekali
dalam sehari dan dua kali dalam sehari. Tiga kategori ini dibagi menurut yang
Tabel 5.18 Distribusi Karies Gigi berdasarkan Frekuensi Menyikat Gigi Subyek
Penelitian
karies gigi yang tinggi (100%). Pada anak yang menyikatkan giginya satu kali
sehari memiliki tingkat keparahan karies gigi yang tinggi (85,7%) dan pada
anak yang menyikatkan giginya dua kali sehari memiliki tingkat keparahan
karies gigi yang rendah (85,1%). Pada distribusi keparahan karies gigi
orang tua yang menyikat gigi anak 2 kali dalam sehari memiliki tingkat
keparahan karies yang lebih rendah. Semakin sedikit orang tua melakukan
sikat gigi dalam sehari, maka semakin tinggi jumlah keparahan karies yang
dengan keparahan karies pada rongga mulut. Kebersihan mulut yang dihitung
dalam indeks PHP dikaitkan dengan tingkat keparahan karies (def-t) yang
F 4 6 10
Baik
% 40% 60% 100%
F 4 27 31
Jelek
% 12,9% 87,1% 100%
F 8 33 41
Jumlah
% 19,5% 80,5% 100%
dengan kategori kebersihan mulut yang jelek dengan keparahan karies gigi
yang tinggi (87,1%). Sedangkan pada kategori kebersihan mulut yang baik
memiliki skor kategori keparahan karies yang tinggi (60%). Pada distribusi
keparahan karies gigi berdasarkan kategori skor indeks PHP pada tabel
5.19 menunjukkan bahwa anak yang memiliki indeks PHP jelek maka
BAB 6
PEMBAHASAN
Kraton Kabupaten Pasuruan, penelitian dilakukan pada anak usia 3-5 tahun karena
menurut Ichiba pada usia tersebut enamel tumbuh matang dan akan terlihat bila
ada gangguan pada gigi. Selain itu untuk menemukan keterkaitan antara
skor indeks kebersihan mulut (indeks PHP) sebesar 3,26 yang dikategorikan
dalam keadaan buruk. Hal ini sesuai dengan teori Seow yang menyatakan bahwa
ada akumulasi plak yang tinggi pada anak dengan riwayat berat badan lahir
rendah.
skor rata-rata 6,68 yang termasuk kategori keparahan karies yang sangat tinggi
dalam skor yang dikategorikan oleh WHO. Pada hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada keterkaitan antara tingkat kebersihan mulut anak dengan tingkat
keparahan karies gigi pada anak, jadi pada kebersihan mulut anak yang jelek akan
berpengaruh pada keparahan karies yang buruk. Tingkat keparahan karies yang
tinggi dan jumlah anak yang terinfeksi karies mayoritas kebanyakan anak laki-
39
Pada hasil penelitian yaitu pada tabel 5.10 didapatkan bahwa pada anak
yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah memiliki skor kebersihan mulut
dan keparahan karies gigi yang lebih buruk daripada anak yang memiliki riwayat
berat badan lahir sangat rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori Lai (1997) yang
menyatakan bahwa anak yang memiliki riwayat berat badan lahir sangat rendah
memiliki resiko karies lebih tinggi daripada anak dengan riwayat berat badan
rendah. Hal ini disebabkan karena adanya faktor resiko lain yang menyebabkan
suplemen fluoride, skor plak, frekuensi menyikat gigi dan asupan gula harian (Lai, 1997).
kebersihan mulut dan terjadinya karies adalah cara menyikat gigi dan frekuensi
anak menyikat gigi. Metode menyikat gigi menurut Sharika ada beberapa
karena menggosok kuat dapat mendorong resesi gingiva dan dengan adanya pasta
gigi yang memiliki abrasivitas serta sikat gigi bertekstur keras yang dapat
membuat gigi abrasi. Cara menyikat gigi yang benar yaitu dengan gerakan
Pada penelitian ini, ada dua cara menyikat yang dilakukan subyek
lebih tinggi. Pada distribusi keparahan karies gigi berdasarkan cara menyikat gigi
pada tabel 5.17 menunjukkan bahwa 78% orang tua yang menyikat gigi anak
dibandingkan dengan orang tua yang menyikat gigi anak secara vertikal.
menyikat gigi, menyikat gigi sekali dalam sehari dan menyikat gigi dua kali
sehari. Pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa orang tua yang menyikat gigi anak
2 kali dalam sehari memiliki tingkat kebersihan mulut yang lebih baik. Semakin
sedikit orang tua melakukan sikat gigi dalam sehari, maka semakin jelek
kebersihan mulut yang dimiliki oleh anak. Pada tabel 5.18 menunjukkan bahwa
orang tua yang menyikat gigi anak 2 kali dalam sehari memiliki tingkat keparahan
karies yang lebih rendah. Semakin sedikit orang tua melakukan sikat gigi dalam
sehari, maka semakin tinggi jumlah keparahan karies yang dimiliki oleh anak
Anak dengan riwayat berat badan lahir rendah memiliki faktor resiko
gangguan terhadap rongga mulutnya, yaitu enamel defek dan ketidakteraturan gigi
geligi atau relasi antar gigi yang buruk. Ini dapat dilihat dari banyaknya anak yang
memiliki gigi yang berdesakan (85,4%) daripada anak yang memiliki susunan gigi
dengan susunan geligi berdesakan memiliki jumlah keparahan karies gigi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan susunan geligi nomal yaitu
85,4%. Hasil ini sesuai dengan teori Cheng (2007) bahwa susunan gigi yang
berdesakan dan permukaan gigi yang berjejal atau halus dapat menyebabkan
sulitnya akses sikat gigi dan pembersih gigi sehingga mempengaruhi kebersihan
mulut anak. Kebersihan gigi anak yang buruk dapat mempermudah terjadinya
karies gigi.
BAB 7
7. 1 Kesimpulan
1. Tingkat Keparahan karies pada anak usia 3-5 tahun dengan riwayat berat
2. Tingkat kebersihan mulut pada anak usia 3-5 tahun dengan riwayat berat
7.2 Saran
longitudinal, karena akan didapatkan hasil yang lebih jelas dan akurat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan
dasar nasional tahun 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.
h.129-46
Bansal R, A Sharma, G Sidram. Effect Of Low Birth Weight And Very Low Birth
Weight On Primary Dentition In The Indian Population. 2012. Journal of
Pediatrics and Neonatology. Vol 14 no.2
Barker DJP. Mothers, babies and health in later life. Edinburgh: Churchill, and
Livingston; 1998.
Bharathi,M. Oral health status of 12-year-old children with disabilities and
controls in Southern India. South-East Asia Journal of Public Health
2012;1(3):330-338
Burt BA, Pai S. Does low birth weight increase the risk of caries? A systematic
review. J Dental Educ. 2001;65:1024–1027.
Chandra RK. Concentrations and production of IgG subclasses in preterm and
small-for-gestation low birth weight infants. Monogr Allergy 1988;23:156-9.
Cheng LL, Moor SL, & Christoper TC. 2007. Predisposing Factor to Dental
Caries in Children with cleft Lip and Palate: A review and Strategies for
Early Prevention. Cleft Palate-Craniofacial J: Vol 44 (1): pp. 67-72.
Cleide,T. Mineral in the Nutrition of Extremely Low Birth Infant. J Pediatr (Rio
J). 2005;81(1 Suppl):S43-S51
Dental and Ophthalmic Services Division (2005) Choosing better oral health: an
oral health plan for England. London: Department of Health, UK
44
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2007. Narasi Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Timur.
Dini EL, Holt RD, Bedi R. Prevalence of caries and developmental defects of
enamel in 9-10 year old children living in areas in Brazil with differing
water fluoride histories.Br Dent J. 2000 Feb 12;188(3):146-9.
Gravina DBL, Cruvinel VRN, Azevedo TDPL, Toledo OAD, Bezerra ACB.
Prevalence of dental caries in children born prematurely or at full
term. Braz Oral Res. 2006;20:353–357.
Idiculla Jose, Brave VR, Puranik RS, Vanaki. 2011. Enamel Hypoplasia and its
Correlation with Dental Caries In School Children of Bagalkot, Karnataka.
Journal of Oral Health and Community Dentistry. Department of Oral and
Maxillofacial Pathology. Vol.5 (1). Hal 31-36.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
Joshipura KJ, Hung HC, Rimm EB, Willet WC, Ascherio A (2003) Periodontal
disease, tooth loss and incidence of ischemic stroke. Stroke; 34(1): 47-52
Lai PY, Seow WK, Tudehope DI, Rogers Y (1997) Enamel hypoplasia and dental
caries in very-low birthweight children: a case-controlled, longitudinal
study. Pediatric Dentistry; 19(1): 42-49
Mason J, Pearce MS, Walls AW, Parker L, Steele JG (2006) How do factors at
different stages of the lifecourse contribute to oral-health related quality of
life in middle age for men and women?. Journal of Dental Research;
85(3): 257-261
Sarika Sharma, Ramakrishna Yeluri, Amit A. Jain and Autar K. Munshi. Effect of
toothbrush grip on plaque removal during manual toothbrushing in
children. 2012. Journal of Oral Science, Vol. 54, No. 2, 183-190
Sheiham A. 2006. Dental Caries Affects Body Weight, Growth and Quality of
Life in Pre-School Children. DOI: 10.1038/sj.bdj.4814259. P 625-526.
Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan :
Universitas Sumatera Utara. 2004.
Sonis, Stephen T. "Dental Secrets: Questions and Answers Reveal the Secrets to
the Principles and Practice of Dentistry." 3rd edition. Hanley & Belfus,
Inc., 2003, p. 130. ISBN 1-56053-573-3.
Sugito FS. Peranan Teh dalam Mencegah Terjadinya Karies Gigi. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2000; 7 (Edisi Khusus); 375-379.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001055.htm Dental
Cavities, MedlinePlus Medical Encyclopedia, page accessed August 14,
2006.
LAMPIRAN 1
LAIK ETIK
LAMPIRAN 2
FORM PENELITIAN
Nama : ..........................................................................................
Umur : ................................................ L / P
BB Sekarang : ..................... kg
Deft
V IV III II I . I II III IV V
V IV III II I . I II III IV V
PHP 51
71
54
64
74
84
Nama Ayah :
Pekerjaan Ayah :
Nama Ibu :
Pekerjaan Ibu :
Pasuruan, ...................................2013
Tanda tangan orangtua
(..................................................)
*tanda tangan dan nama terang
LAMPIRAN 3
STATISTIKA PENELITIAN
Statistics
JENISKELAMIN
N Valid 41
Missing 0
JENISKELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
USIA
N Valid 41
Missing 0
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Kategori_bblr
N Valid 41
Missing 0
Mean 1.8780
Median 2.0000
Mode 2.00
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Kategori_bblr
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
kategori_php
N Valid 41
Missing 0
Mean 1.7561
Median 2.0000
Mode 2.00
Minimum 1.00
Maximum 2.00
kategori_php
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
kategori_deft
N Valid 41
Missing 0
Mean 1.8049
Median 2.0000
Mode 2.00
Minimum 1.00
Maximum 2.00
kategori_deft
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
JENISKELAMIN
Rendah Count 23 13 36
Total Count 26 15 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,83.
Cases
SUSUNANGIGI
Rendah Count 31 5 36
Total Count 35 6 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,73.
Cases
kategori_php
Rendah Count 8 28 36
Total Count 10 31 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,22.
Cases
kategori_deft
Rendah Count 8 28 36
Total Count 8 33 41
Cases
kategori_php
Normal Count 0 6 6
Total Count 10 31 41
kategori_php
Normal Count 0 6 6
Total Count 10 31 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,46.
Cases
Cases
Frekuensi_menyikat
Normal Count 3 2 1 6
Total Count 20 14 7 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
Cases
CARAMENYIKAT
Jelek Count 1 30 31
Total Count 4 37 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,98.
Cases
JENISKELAMIN
Tinggi Count 23 10 33
Total Count 26 15 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,93.
Cases
USIA
3 4 5 Total
Tinggi Count 12 10 11 33
Total Count 14 15 12 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
Cases
SUSUNANGIGI
Tinggi Count 28 5 33
Total Count 35 6 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,17.
Cases
CARAMENYIKAT
Tinggi Count 1 32 33
Total Count 4 37 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,78.
Cases
Frekuensi_menyikat
Tinggi Count 20 12 1 33
Total Count 20 14 7 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
Cases
kategori_deft
Jelek Count 4 27 31
Total Count 8 33 41
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 41
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,95.