Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

JURNAL-Alifa Rahmatul Sakinah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

FARMASAINS Vol. xx. No.

xx, Desember 2021

PENETAPAN KADAR SENYAWA KUERSETIN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN PLETEKAN


(Ruellia tuberosa L.) DENGAN METODE EKSTRAKSI SOXLET SECARA HPLC DAN UJI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE ABTS (2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)6-
sulfonic acid)

Alifa Rahmatul Sakinah1, Adia Putra Wirman2, Sofia Fatmawati3


Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta Timur
Email: alifarhmtls@gmail.com No.Hp : 089606841817

ABSTRACT
Pletekan leaf (Ruellia tuberosa L.) contains many compounds that have potential as antioxidants. This
study aims to determine the levels of quercetin and antioxidant activity of 70% ethanol extract of
pletekan leaves extracted by soxhletation. The determination of quercetin content was carried out
using the HPLC (High Performance Liquid Chromatoghraphy) method with quercetin as the standard
and carried out in duplicate. Determination of quercetin content of 70% ethanol extract yielded 0.0533
± 0.0186 mg/gram extract and antioxidant activity against ABTS showed an IC 50 value of 2000.0561 ±
11.4653 µg/mL. The 70% ethanol extract of pletekan leaves is possible as a natural antioxidant.
Keywords : Quercetin content, Antioxidant, Pletekan Leaf (Ruellia tuberosa L.), ABTS, HPLC.

ABSTRAK
Daun Pletekan (Ruellia tuberosa L.) memiliki banyak manfaat diantaranya mengandung senyawa
yang dapat berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar
kuersetin serta aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 70% daun pletekan yang diekstraksi secara
soxhletasi. Penetapan kadar kuersetin dilakukan dengan metode HPLC (High Performace Liquid
Chromatoghraphy) dengan kuersetin sebagai standar dan dilakukan secara duplo. Penetapan kadar
kuersetin ekstrak etanol 70% mendapatkan hasil sebesar 0,0533 ± 0,0186 mg/gram ekstrak dan
aktivitas antioksidan terhadap ABTS menunjukkan nilai IC50 sebesar 200,0561 ± 11,4653 µg/mL.
Ekstrak etanol 70% daun pletekan berpotensi sebagai antioksidan alami.

Kata kunci: Kadar kuersetin, Antioksidan, Daun Pletekan (Ruellia tuberosa L.), ABTS, HPLC.

Pendahuluan Salah satu bahan alam yang digunakan


Sejak dulu manusia sangat sebagai obat tradisional adalah daun pletekan
mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk (Ruellia tuberosa L.). Tumbuhan pletekan
memenuhi kebutuhannya. Seperti untuk makan, memiliki khasiat sebagai antidiabetes,
pakaian, tempat berteduh, pupuk, obat, parfum, antihipertensi, antipiretik, dan analgetik (Wulan
dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh et al., 2015). Ruellia tuberosa dilaporkan
dari lingkungan. Sebagai salah satu upaya mengandung senyawa flavonoid, alkaloid,
dalam mengatasi masalah kesehatan, bangsa polifenol, tannin, steroid, triterpenoid, kuinon,
Indonesia telah lama mengenal dan monoterpenoid, dan seskuiterpenoid (Rahmi et
menggunakan tanaman yang berkhasiat al., 2014).
sebagai obat. Penggunaan bahan alam di Kuersetin merupakan senyawa flavonoid
Indonesia telah digunakan sebagai obat yang paling banyak terdapat pada sayur dan
tradisional oleh nenek moyang kita sejak buah (Elinda et al., 2019). Flavonoid adalah
berabad-abad yang lalu (Oktora et al., 2006). salah satu senyawa antioksidan yang memiliki
Secara umum, penggunaan obat tradisional fungsi untuk menetralkan radikal bebas
dinilai lebih aman dari pada obat modern, sehingga dengan pemberian flavonoid tersebut
karena efek sampingnya yang relatif lebih diharapkan bias menghambat kerusakan sel
sedikit dibandingkan dengan obat modern. Efek tubuh serta dapat mencegah terjadinya
sampingnya relatif kecil jika digunakan secara kerusakan tubuh dan timbulnya penyakit (Oetari,
tepat, yaitu kebenaran pada bahan, kebenaran 2019).
pada dosis, waktu dan cara penggunaan yang Radikal bebas merupakan atom atau
tepat, ketepatan dalam menelaah informasi, molekul yang mengandung satu atau lebih
tidak adanya penyalah gunaan serta ketepatan elektron tidak berpasangan dan sangat reaktif
dalam pemilihan obat untuk indikasi tertentu sehingga untuk menjadi stabil ia cenderung
(Oktora et al., 2006). akan mengambil elektron dari molekul lain yang
menimbulkan tidak normalnya molekul lain dan

1
PENETAPAN KADAR SENYAWA KUERSETIN EKSTRAK ETANOL …… (Alifa Rahmatul Sakinah)

dapat merusak jaringan lain (Ramadhan, 2015). Vis (shimadzu UV-1900), peralatan gelas dan
Radikal bebas dapat menimbulkan banyak peralatan lainnya.
bahaya salah satunya yaitu dapat membunuh 2. Bahan Penelitian
manusia jika tubuh gagal memeranginya secara a) Bahan Uji
efektif. Senyawa kimia yang berusia singkat Daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) yang
tetapi sangat merusak ini selalu menyerang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat
protein, karbohidrat, lemak, dan DNA tubuh, dan Aromatik (Balitro) Bogor dan determinasi
sehingga menyebabkan kerusakan yang serius dilakukan di Unit Konservasi Budidaya
kecuali diketahui pada tahap awal. Radikal Biofarmaka (UKBB) Pusat Studi Biofarmaka
bebas tidak dapat dihindari, tetapi terdapat Tropikal LPPM IPB.
banyak hal yang bisa dilakukan untuk b) Bahan Kimia
mengurangi jumlah produksinya di dalam tubuh Bahan kimia yang digunakan adalah
dan memastikan bahwa sebagian besar radikal etanol 70%, etanol p.a (1.00983.1000), metanol,
yang diproduksi akan dinetralkan sebelum aquabides, ABTS (Sigma Aldrich), kalium
menimbulkan efek yang berbahaya (Ramadhan, persulfat (K2S2O8.), dapar fosfat pH 7,4, Asam
2015). Asetat Anhidrat, HCl (p), HCl 2N, H 2SO4,
Senyawa antioksidan memiliki pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi
kemampuan untuk menetralisir radikal bebas Bouchardat, serbuk Mg, FeCl3, gelatin 1%, NaCl
dengan cara menerima atau menyumbangkan 10%, aquades, Na2HPO4, C2H207, Kuersetin
elektron tanpa berubah menjadi radikal bebas (Mark Herb), formic acid 0,3%.
itu sendiri dan tetap stabil. Dengan kata lain, Prosedur Penelitian
antioksidan adalah zat kimia yang menawarkan 1. Determinasi Tumbuhan Daun Pletekan
elektron mereka sendiri ke radikal bebas, Daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) yang
sehingga mencegah kerusakan sel (Ramadhan, diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat
2015). dan Aromatik (Balitro) Bogor dan akan
Metode peredaman radikal bebas ABTS dideterminasi terlebih dahulu di bagian
merupakan metode pengujian untuk mengukur Hebarium Bogoriense Bidang Botani, Pusat
jumlah radikal bebas yang dapat ditangkal oleh Penelitian Biologi, LIPI Bogor.
antioksidan yang dikenal dengan aktivitas 2. Pembuatan Serbuk Simplisia
antioksidan. Selain memiliki sensitivitas yang Daun pletekan diperoleh dari Balai
cukup tinggi, kelebihan ABTS dibandingkan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
dengan metode lain yaitu pengujiannya yang (Balitro), Bogor. Dibersihkan, kemudian
sederhana, efektif, cepat, dan mudah diulang dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. lalu
(Serlahwaty & Sevian, 2016). dihaluskan dengan cara di blender, setelah itu
Pada penelitian sebelumnya yang diayak dengan nomor ayakan 40, terakhir
dilakukan oleh Fu-an chen, dkk yaitu evaluasi serbuk disimpan didalam wadah (Depkes RI,
aktivitas antioksidan daun pletekan (Ruellia 2008).
tuberosa L.), menunjukkan bahwa daun 3. Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun
pletekan (Ruellia tuberosa L.) memiliki aktivitas Pletekan
antioksidan yang kuat dengan metode DPPH Daun pletekan yang telah halus
dan penginduksi hydrogen peroksida (Chen et ditimbang sebanyak 30 g, kemudian dibungkus
al., 2006). Penelitian yang telah dilakukan oleh dengan kertas saring dan diikat dengan tali
(Inas, 2018) berupa pengujian aktivitas kasur di kedua ujung sisi. Alat soxhlet dirangkai
antioksidan dengan metode fosfomolibdat pada dengan kondensor dan sampel dimasukkan ke
ekstrak etanol 70% daun pletekan menunjukkan dalam alat soxhlet. Pelarut etanol 70%
bahwa aktivitas antioksidan yang paling besar dimasukkan ke dalam labu alas bulat dengan
terdapat pada konsentrasi 90 ppm dengan nilai perbandingan antara sampel dan pelarut yaitu
aktivitas antioksidan sebesar 151,10 mgQE/ 1 : 10 pada suhu antara 30-50ºC. Ekstraksi
gram ekstrak. dilakukan hingga pelarut dalam selongsong
Alat dan bahan Penelitian berubah warna dari sebelumnya. Ekstrak cair
1. Alat Penelitian yang didapat kemudian diuapkan pelarutnya
Alat-alat yang digunakan terdiri dari alat dengan vacuum rotary evaporator. Ekstrak
vacuum rotary evaporator (Eyela), timbangan kemudian dipekatkan dengan menggunakan
analitik (Mettler Toledo) dan (Ohaus), waterbath penangas air hingga diperoleh ekstrak kental.
(H-WBE-8L), desikator, tanur, oven (Memmert), 4. Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak
hot plate (Maspion), seperangkat alat soxhlet, a) pemerikksaan Organoleptik
HPLC (Waters Alliance), Spektrofotometer UV-

2
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, Desember 2021

Pemeriksaan organoleptik adalah 3 gram dan dimasukkan ke dalam krus silikat


pemeriksaan yang berdasarkan pada bentuk, yang telah dipijar dan ditara, ratakan. Kemudian
warna, bau dan rasa. Bentuk dapat pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
dikategorikan dalam padat, serbuk kering, kental dinginkan dan timbang. Untuk arang yang tidak
maupun cair, warna yang ditimbulkan bisa dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring
bervariasi baik kuning, coklat maupun yang melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa
lainnya, bau yang ditimbulkan dapat dibedakan kertas dan kertas saring dalam krus yang sama.
menjadi aromatik, tidak berbau dan lain-lain, Filtrat dimasukkan ke dalam krus, uapkan dan
sementara rasa yang dihasilkan dapat pijarkan hingga bobot tetap. Hitung kadar abu
dibedakan menjadi pahit, manis, kelat dan lain- yang telah dikeringkan di udara (Departemen
lain (Departemen Kesehatan RI, 2000). Kesehatan RI, 2000).
b) Menghitung Rendemen Ekstrak Kadar abu total (%) =
Perhitungan rendemen yang diperoleh Berat abu total
menggunakan rumus: x
Berat bahanuji
% Rendemen= 100%........................................(3)
bobot ekstrak yang diperoleh(g) e) Skrining Fitikimia Ekstrak Daun Pletekan
x 100 %
bobot simplisia sebelum diekstraksi (g) 1. Alkaloid
......(1) Ekstrak kental 0,5 g ditambah 1 mL HCl
(Departemen Kesehatan RI, 2000). 2N ditambah 9 mL aquadest, dipanaskan
c) Penetapan Susut Pengeringan selama 2 menit lalu dinginkan dan disaring.
Tujuan dilakukan yaitu memberikan Filtrat dibagi menjadi 2 tabung. Tabung 1
batas maksimal (rentang) tentang besarnya ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 2 tetes.
senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Tabung 2 ditambahkan pereaksi Dragendorff
Ekstrak ditimbang secara saksama sebanyak 1 sebanyak 2 tetes. Menghasilkan endapan
sampai 2 gram dan dimasukan ke dalam botol berwarna putih atau kuning pada pereaksi
timbang dangkal bertutup yang sebelumnya mayer dan endapan berwarna merah bata pada
telah dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 pereaksi dragendorff jika positif mengandung
menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang alkaloid (Marjoni, 2016).
ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan 2. Tanin
menggoyangkan botol hingga terbentuk lapisan Ekstrak kental 0,5 g ditambah 10 mL
setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Jika aquadest, dipanaskan selama 5 menit,
ekstrak yang diuji berupa ekstrak kental, ratakan didinginkan lalu saring. Filtrat ditambah larutan
dengan bantuan pengaduk. Kemudian 1% gelatin dalam larutan NaCl. Menghasilkan
dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya, endapan berwarna putih jika positif mengandung
keringkan pada suhu 105ºC selama 30 menit tanin (Departemen Kesehatan RI, 2000).
dan dikeluarkan, lalu masukkan ke desikator 3. Flavonoid
kemudian timbang. Sebelum setiap Ekstrak kental 0,5 g ditambah 1 mL
pengeringan, biarkan botol dalam keadaan etanol, uapkan hingga kering lalu tambahkan
tertutup mendingin dalam esikator hingga suhu 0,1 g serbuk Mg dan 10 tetes HCl pekat. Akan
kamar. Jika ekstrak sulit kering dan mencair terbentuk larutan berwarna merah hingga merah
pada pemanasan, ditambahkan 1 g silika lembayung jika positif mengandung flavonoid
pengering yang telah ditimbang seksama (Hanani, 2015).
setelah dikeringkan dan disimpan dalam 4. Fenolik
desikator pada suhu kamar. Campurkan silika Ekstrak kental 0,5 g ditambah FeCl₃
tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat dalam etanol, akan terbentuk larutan berwarna
panas, kemudian keringkan kembali pada suhu hijau hingga biru hitam jika positif mengandung
penetapan hingga botol tetap (Departemen fenolik (Hanani, 2015).
Kesehatan RI, 2000). Ekstrak kental 0,5 g ditambah 10 mL
berat awal−berat akhir aquadest panas, lalu didinginkan, dan dikocok
% Susut pengeringan : x 100 %kuat selama 10 detik, terbentuk buih/busa
berat awal
..............................(2)d) Penetapan Kadar Abu bertahan selama kurang lebih 10 menit
Total tambahkan 1 tetes HCl 2N. Jika positif
Tujuan dilakukan yaitu untuk mengandung saponin menyebabkan buih/busa
memberikan gambaran kandungan mineral yang terbentuk tidak hilang setelah
internal dan eksternal yang berasal dari proses penambahan HCl (Marjoni, 2016).
awal sampai terbentuknya ekstrak. Ekstrak 5. Triterpenoid/ Steroid
ditimbang secara saksama sebanyak 2 sampai
3
PENETAPAN KADAR SENYAWA KUERSETIN EKSTRAK ETANOL …… (Alifa Rahmatul Sakinah)

Ekstrak kental 150 mg ditambah 2 mL bila pH terlalu basa maka ditambahkan dengan
etanol dipanaskan, kemudian disaring. Filtrat KH2PO4 hingga pH mencapai 7,4.
diuapkan, lalu ditambah 3 tetes asam asetat d) Larutan Induk Standar Kuersetin 100 ppm
anhidrat dan 1 tetes H2SO4(p). Akan terbentuk Ditimbang teliti 100 mg kuersetin
warna merah atau ungu untuk terpenoid, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
hijau untuk steroid jika positif mengandung kemudian dilarutkan dengan etanol 70% hingga
triterpenoid/ steroid (Departemen Kesehatan RI, tanda batas (1000 ppm). Untuk mendapatkan
2000). larutan induk kuersetin dengan konsentrasi 100
5. Penetapan Kadar Kuersetin ppm, dilakukan dengan cara memipet 10 mL
Uji penetapan kadar kuersetin pada kuersetin 1000 ppm, masukkan ke dalam labu
ekstrak daun pletekan dibaca menggunakan ukur 100 mL dan diencerkan dengan etanol
alat HPLC (High Performance Liquid 70% sampai tanda batas (N. F. Utami, 2020)
Chromatography) di LABKESDA (Laboratorium e) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Kesehatan Daerah). Fase gerak yang Larutan ABTS dipipet sebanyak 1 mL ke
digunakan yaitu metanol : asam format 0,3% = dalam labu ukur 25 mL, kemudian dicukupkan
60 : 40. Kolom yang digunakan yaitu kolom C 18 volumenya dengan larutan dapar pH 7,4 hingga
dengan laju alir 1 mL/menit. tanda batas. Dipipet sebanyak 1,75 mL dari
Sampel ekstrak daun pletekan sebanyak 0,3 g larutan tersebut, dan dilarutkan dengan etanol
dilarutkan dengan 5 mL metanol, lalu disonikasi p.a hingga batas 10 mL. Larutan ini kemudian
selama 15 menit dan dilakukan penyaringan. diukur pada panjang gelombang 400-800 nm,
Larutan dimasukkan kedalam vial, kemudian sehingga diperoleh panjang gelombang
disuntikkan ke kolom. Pengerjaan ini dilakukan maksimal untuk pengukuran aktivitas
dua kali (duplo). Pada penelitian ini kuersetin antioksidan (Wicaksono, 2020).
digunakan sebagai pembanding. Konsentrasi f) Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
larutan baku kuersetin yang digunakan yaitu 60 Sampel
ppm. Dipipet 1 mL larutan induk sampel 1000
6. Pengujian Antioksidan Menggunakan ppm kemudian ditambahkan 2,75 mL larutan
Metode ABTS ABTS, kemudian dilarutkan dengan etanol p.a
a) Larutan Kalium Persulfat 2,45 mM hingga tanda batas 10 mL. serapan diukur pada
Timbang dengan teliti 70 mg K₂S₂O₈, panjang gelombang 739 nm dan diukur pada
kemudian encerkan dengan etanol 70% sampai waktu 15 menit sehingga didapat waktu serapan
tanda batas 50 mL (N. F. Utami, 2020). optimum yang stabil (sebelumnya labu ukur
b) Larutan ABTS 14,5 Mm sudah dilapisi alumunium foil) (Rosidah et al.,
Timbang dengan teliti 80 mg ABTS, 2008).
masukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian g) Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
dilarutkan dengan etanol 70% hingga tanda Kuersetin
batas. Larutan ABTS kemudian dicampurkan Dipipet 0,1 mL larutan induk kuersetin
dengan 10 mL larutan K₂S₂O₈ 2,45 mM dan 100 ppm kemudian ditambahkan 3,5 mL larutan
diinkubasi selama 16 jam dalam ruang gelap ABTS, kemudian dilarutkan dengan etanol p.a
pada suhu kamar (N. F. Utami, 2020) hingga tanda batas 10 mL. Serapan diukur pada
c) Larutan PBS pH 7,4 panjang gelombang 739 nm dan diukur pada
Buffer fosfat pH 7,4 dibuat dengan waktu 15 menit sehingga didapat waktu serapan
mencampurkan larutan NaOH dan KH2PO4. optimum yang stabil (sebelumnya labu ukur
Ditimbang sebanyak 0,8 g untuk NaOH dan 2,72 sudah dilapisi alumunium foil) (Rosidah et al.,
g untuk KH2PO4. Kemudian dilarutkan dengan 2008).
aquades secukupnya dalam gelas beaker di h) Pembuatan Deret Larutan Pembanding
tempat yang berbeda. Larutan kemudian Kuersetin
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan Dibuat deret larutan kuersetin dengan
ditambahkan aquades sampai tanda batas. konsentrasi 2; 4; 6; 8 dan 10 ppm dari larutan
Dipipet sebanyak 39,1 mL larutan NaOH dalam induk kuersetin 100 ppm dengan cara dipipet
labu ukur 100 mL kemudian dimasukkan dalam 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mL, kemudian
labu ukur 200 mL. Dipipet juga 50 mL larutan ditambahkan 3,75 mL larutan ABTS, dan
KH2PO4 dalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan dengan etanol p.a hingga tanda
dicampurkan dengan larutan NaOH dalam labu batas 10 mL. Diinkubasi pada waktu optimum
ukur 200 mL yang sama. Kemudian ukur larutan dan diukur pada panjang gelombang maksimum
menggunakan pH meter. Apabila pH terlalu (Wicaksono, 2020).
asam maka ditambahkan dengan NaOH dan i) Pembuatan Larutan Uji

4
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, Desember 2021

Timbang 100 mg ekstrak daun pletekan, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus
masukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan
dilarutkan dengan etanol p.a sampai tanda adanya pendingin balik (kondensor). Prinsip dari
batas sehingga didapatkan larutan induk 1000 metode soxhletasi adalah pemanasan dan
ppm. Kemudian larutan induk dipipet 1,5; 2; 2,5; peredaman sampel (Febryanto, 2017).
3 dan 3,5 ke labu 10 mL sehingga didapatkan Pada penelitian ini proses soxhletasi
konsentrasi larutan sampel dengan konsentrasi dihentikan pada saat serbuk daun pletekan
150, 200, 250, 300, 350 ppm. Kemudian sudah tidak mengandung zat aktif lagi, untuk
ditambahkan 3 mL larutan ABTS ke dalam memastikan zat aktif tidak terkandung lagi maka
masing-masing larutan dan diencerkan dengan dilakukan pengujian pada hasil ekstraksi terakhir
etanol p.a sampai tanda batas. Campuran dari serbuk daun tanaman ini. Waktu yang
dihomogenkan, diukur absorbansinya pada dibutuhkan untuk ekstraksi secara soxhletasi
waktu 25-30 menit dan panjang gelombang dari awal proses ekstraksi hingga mendapat
739,00 nm (sebelumnya labu ukur sudah dilapisi hasil negatif pada pengujian ampas serbuk yaitu
alumunium foil dan dilakukan secara triplo (N. F. kurang lebih 2 minggu.
Utami, 2020). Pelarut yang digunakan pada penelitian
1. Analisa Data ini adalah etanol 70%, alasan menggunakan
Aktivitas peredaman radikal bebas pelarut ini adalah karena sifatnya yang polar
dengan ABTS menggunakan rumus sebagai sehingga mampu menarik senyawa bersifat
berikut : polar salah satunya yaitu flavonoid dan non
Peredaman ABTS (%) = polar. Menurut Harborne (1987), etanol 70%
|blanko|−|ekstrak| mampu mengekstraksi golongan senyawa
x 100%..........................(4) flavonoid dengan baik. Etanol merupakan
|blanko|
Keterangan : pelarut yang dapat menarik berbagai macam
Abs blanko = absorbansi tidak mengandung komponen yang terdapat dalam tanaman
sampel karena etanol merupakan pelarut universal yang
Abs ekstrak = absorbansi ekstrak dapat menarik senyawa-senyawa yang larut
Hasil perhitungan % peredaman dalam pelarut polar hingga non polar dan
dimasukkan ke dalam persamaan regresi memiliki indeks polaritas sebesar 5,2 (Synder et
dengan konsentrasi ekstrak (µg/mL) sebagai al., 1997).
absis (sumbu x) dan nilai % inhibisi antioksidan Tabel 1. Hasil Ektraksi Daun Pletekan
sebagai ordinatnya (sumbu y). Nilai IC50 No. Berat Ekstrak Rendemen
dihitung pada saat nilai % peredaman sebesar Serbuk (g) (%)
50% dengan menggunakan persamaan: y = ax (g)
+ b (Faisal, 2019). Replikasi 1 30 3,58 11,93
HASIL DAN PEMBAHASAN Replikasi 2 30 3,66 12,20
A. Hasil Determinasi Daun Pletekan Replikasi 3 40 4,76 11,90
Daun pletekan yang digunakan Rata-rata 33,33 ± 5,77 4 ± 0,65 12.01 ± 0,16
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Ekstraksi dilakukan secara triplo dan
Rempah dan obat (Balitro). Determinasi dilihat rata-rata rendemen ekstrak. Rendemen
tanaman dilakukan di Unit Konservasi Budidaya adalah perbandingan antara ekstrak yang
Biofarmaka (UKBB) Pusat Studi Biofarmaka diperoleh dengan simplisia awal (Depkes RI,
Tropika LPPM IPB. Tujuan dilakukannya 2008). Tujuan dilakukan perhitungan rendemen
determinasi ini adalah untuk memastikan ekstrak adalah untuk mengetahui banyaknya
kebenaran jenis tanaman yang akan diteliti. senyawa yang tertarik oleh pelarut. Semakin
Hasil menunjukkan bahwa daun yang digunakan tinggi rendemen menandakan bahwa bahan
antara lain adalah daun pletekan dengan nama tersebut memiliki peluang untuk dimanfaatkan
lain (Ruellia tuberosa L.). dalam berbagai khasiat. Hasil rata-rata nilai
B. Hasil Ekstraksi Daun Pletekan rendemen ekstraksi soxhlet sebesar 12,01 ±
Pada penelitian ini metode ekstraksi 0,16% (tabel 1).
yang digunakan adalah metode soxhletasi Tabel 2. Hasil Karakteristik Mutu Ekstrak
menggunakan pelarut 70%. Soxhletasi Etanol 70% Daun Pletekan
merupakan suatu sistem penyarian berulang No. Uji Hasil
1. Organoleptis
dengan pelarut yang sama yang menggunakan - Bentuk Kental
proses sirkulasi perubahan uap-cair dari pelarut - Warna Coklat
dengan pemanasan. Soxhletasi merupakan - Bau Khas
- Rasa Pahit
ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru,
5
PENETAPAN KADAR SENYAWA KUERSETIN EKSTRAK ETANOL …… (Alifa Rahmatul Sakinah)
2. Susut pengeringan 3,46 ± 2,59% Penapisan fitokimia dilakukan untuk
3. Kadar abu 2,88 ± 1,47%
mengetahui kandungan metabolit sekunder
No Senyawa Pengamatan Hasil
yang terdapat di dalam ekstrak. Uji penapisan
1. Alkaloid Terbentuk endapan kuning +
fitokimia pada penelitian sebelumnya yang
kecoklatan (Dragendorf), dilakukan oleh (Anggia, 2020) menunjukkan
endapan putih (Mayer) dan bahwa ekstrak daun pletekan memiliki senyawa
endapan kuning kecoklatan
(Bouchardat) metabolit sekunder diantaranya alkaloid,
2. Fenolik Terbentuk warna hijau + flavonoid, tanin, fenol, steroid, dan saponin.
kehitaman Pada penelitian ini hasil yang didapatkan
3. Tannin Terbentuk endapan putih +
(gelatin) dan hijau menunjukkan hasil yang sesuai dengan
kehitaman (FeCl3) penelitian-penelitian yang sebelumnya seperti
4. Saponin Tidak terbentuk buih - yang terlihat pada tabel 3.
5. Flavonoid Terbentuk larutan berwarna + Tabel 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol
merah
6. Triterpenoid/ Terbentuk warna hijau Steroid 70% Daun Pletekan
Steroid (+)
Triterpen
oid (-)
Pada identifikasi alkaloid, larutan HCl
Parameter organoleptik dibutuhkan dan air ditambahkan pada sampel uji sebelum
untuk pengenalan awal dan karakterisasi pereaksi yang bertujuan untuk menjenuhkan
ekstrak. Parameter yang diamati meliputi larutan karena sifat alkaloid yang memiliki sifat
bentuk, warna, bau, dan rasa dari ekstrak etanol yang basa sehingga dilarutkan dengan pelarut
70% daun pletekan (Departemen Kesehatan yang terkandung asam di dalamnya (Harborne,
Republik Indonesia, 1995). Hasil karakteristik 1996). Alkaloid yang diuji dengan menggunakan
menunjukkan bahwa ekstrak daun pletekan reagen Dragendorf jika positif akan
memiliki bentuk kental, bau khas, warna coklat, menghasilkan endapan berwarna jingga atau
dan rasa pahit (tabel 2.) kuning kecoklatan, sedangkan dengan reagen
Daun pletekan yang akan ditetapkan Mayer menghasilkan endapan putih, dan
kadarnya harus masuk ke dalam syarat dengan reagen Bouchardat menghasilkan
ketentuan kadar air dan kadar abu yang telah endapan coklat. Endapan yang terbentuk
ditetapkan, maka dari itu perlu dilakukan karena senyawa nitrogen berikatan dengan ion
penetapan kadar air dan kadar abu untuk K+ yang terdapat pada masing-masing reagen
mengetahui kelayakan dari daun pletekan yang (Simaremare, 2014). Perubahan warna endapan
akan dianalisis. Pengujian kadar abu bertujuan pada penambahan reagen dikarenakan adanya
untuk memberikan gambaran kandungan pergantian ligan berupa logam yang terdapat
mineral eksternal dan internal dari mulai proses pada masing-masing reagen (Ergina et al.,
awal sampai terbentuknya ekstrak (Y. P. Utami 2014).
et al., 2017). Hasil kadar abu yang didapat pada Senyawa tanin adalah senyawa yang
ekstrak etanol 70% daun pletekan yaitu 2,88 ± bersifat polar karena adanya gugus OH (Wahid
1,47%, hasil ini menunjukkan bahwa kadar & Safwan, 2019). Pada identifikasi tanin
mineral dan senyawa anorganik yang terdapat dilakukan penambahan FeCl3, adanya senyawa
pada tanaman daun pletekan berjumlah sedikit. tanin pada sampel uji ditandai dengan
Susut pengeringan adalah salah satu berubahnya warna menjadi biru tua atau hijau
parameter non spesifik yang tujuannya adalah kehitaman. Menurut (Sangi et al., 2008), setelah
untuk mengetahui batas maksimal atau rentang penambahan FeCl3 tanin terhidrolisis
mengenai besarnya senyawa yang hilang pada menunjukkan warna biru kehitaman sedangkan
proses pengeringan. Parameternya yaitu pada tanin terkondensasi menunjukkan warna
mengukur sisa zat yang telah dikeringkan pada hijau kehitaman, hal ini menunjukkan bahwa
temperatur 105⁰C sampai berat konstan, yang ekstrak daun pletekan mengandung golongan
dinyatakan sebagai nilai persen (Y. P. Utami et tanin terhidrolisis. Pada penambahan pereaksi
al., 2017). Syarat ketentuan susut pengeringan gelatin 1% dan NaCl menghasilkan endapan
yang baik adalah tidak lebih dari 10%. Dari hasil yang menunjukkan positif tanin. Identifikasi tanin
yang didapat yaitu 3,46 ± 2,59%, hal ini dengan gelatin bertujuan sebagai penguat
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun bahwa di dalam ekstrak suatu tanaman terdapat
pletekan masuk kedalam syarat ketentuan susut senyawa tanin (Noviyanty et al., 2020).
pengeringan yang baik. Pada identifikasi fenol, ketika ekstrak
C. Hasil Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun direaksikan dengan FeCl3 berubahan warna
Pletekan menjadi biru kehitaman maka hasilnya
dinyatakan positif (Maharani, 2013) Fenolik jika

6
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, Desember 2021

bereaksi dengan FeCl3 akan membentuk warna Gambar 5. Hasil Kromatogram Kuersetin
merah, ungu, hitam, atau biru yang pekat pada Sampel 1 Ekstrak Daun Pletekan
karena FeCl3 bereaksi dengan gugus –OH Penetapan kadar kuersetin pada ekstrak
aromatis (Haryati et al., 2015). daun pletekan dibaca menggunakan alat HPLC
Pada identifikasi flavonoid pengujiannya (High Performance Liquid Chromatography) di
menggunakan serbuk magnesium dan HCl LABKESDA (Laboratorium Kesehatan Daerah).
pekat. Ketika senyawa flavonoid tereduksi Fase gerak yang digunakan yaitu metanol -
dengan Mg dan HCl pekat maka hasil yang asam format 0,3% : 60 - 40. Kolom yang
didapatkan yaitu warna merah, kuning, atau digunakan yaitu kolom C18, volume injeksi yang
jingga. Hasil skrinning fitokimia menunjukkan digunakan sebanyak 10µL dengan laju alir 1
bahwa pada ektrak etanol daun pletekan mL/menit, waktu analisis selama 10 menit, dan
mengandung flavonoid ditandai dengan warna panjang gelombang yang digunakan yaitu 225
merah (Wahid & Safwan, 2019). nm.
Saponin merupakan senyawa aktif yang Sampel ekstrak daun pletekan sebanyak
dapat dengan mudah terdeteksi dengan melihat 0,3 g dilarutkan dengan 5 mL metanol, lalu
terbentuknya busa pada sampel uji. Saponin disonikasi selama 15 menit dan dilakukan
cenderung bersifat polar, disebabkan karena penyaringan. Larutan dimasukkan kedalam vial,
komponen ikatan glikosida yang terdapat kemudian disuntikkan ke kolom. Pengerjaan ini
didalamnya. Keberadaannya dinyatakan positif dilakukan dua kali (duplo). Pada penelitian ini
jika ekstrak yang diuji selama selang waktu kuersetin digunakan sebagai pembanding.
kurang lebih 10 menit dapat membentuk busa Konsentrasi larutan baku kuersetin yang
setinggi 1-10 cm. Berdasarkan hasil skrinning digunakan yaitu 60 ppm.
ekstrak etanol daun pletekan tidak terdapat Pada penelitian ini dilakukan duplo pada
saponin karena tidak membentuk busa (Wahid sampel ekstrak daun pletekan. Diketahui dari
& Safwan, 2019). Beberapa faktor yang hasil perhitungan % kadar kuersetin pada
mempengaruhi, salah satunya yaitu karena sampel ekstrak daun pletekan mendapatkan
sampel ini tidak memiliki kemampuan untuk hasil rata-rata sebesar 0,0533 ± 0,0186
membentuk busa. mg/gram ekstrak. Pada penelitian ini dapat
Pada identifikasi terpenoid dan steroid diketahui bahwa sangat sedikitnya kadar
menggunakan pereaksi H2SO4 pekat dan Asam kuersetin pada ekstrak etanol daun pletekan.
Asetat Anhidrat. Pada penelitian yang telah Sementara itu (Lin et al., 2006) melaporkan
dilakukan oleh (Rahmi et al., 2014) melaporkan senyawa golongan flavonoid yang terkandung
bahwa pada daun pletekan terdapat terpenoid pada daun pletekan antara lain adalah
dan steroid. Hasil skrinning fitokimia kirsimarin, kirsimaritin, kirsiliol 4-glukosida,
menunjukkan hasil positif pada steroid yang sorbifolin, pedalitin (Lin et al.,2006).
menghasilkan ekstrak kental berwarna biru, E. Aktivitas Antioksidan
namun pada terpenoid didapatkan hasil negatif. Metode ABTS (2,2-Azinobis(3-
Hasil negatif diduga karena terjadi reaksi negatif ethylbenzothiazoline)-6-sulfonicacid) ditentukan
palsu dimana hasil pengujian menyatakan berdasarkan pada bisa atau tidaknya suatu
negatif tetapi sebenarnya positif. Hal ini dapat senyawa dengan mendonorkan radikal proton
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya untuk menstabilkan senyawa radikal bebas.
karena kadar didalam sampel terlalu sedikit, Metode ini adalah metode yang menentukan
reagen yang digunakan sudah kurang baik, aktivitas antioksidan yang diperoleh dari hasil
rusak atau sudah terkontaminasi, dan kesalahan oksidasi kalium persulfat dengan garam
pada saat pengerjaan atau pengujian. diammonium ABTS. Hilangnya warna biru pada
D. Penetapan Kadar Kuersetin pereaksi ABTS menunjukkan bahwa adanya
aktivitas antioksidan pada sampel. Nilai IC50
merupakan penentuan besarnya aktivitas
antioksidan. Nilai IC50 merupakan nilai
konsentrasi pada larutan sampel yang
dibutuhkan untuk meredam 50% aktivitas radikal
bebas ABTS (Imrawati et al., 2017).
Panjang gelombang maksimum ABTS
(2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)-6-
sulfonicacid) ditentukan dengan alat
spektrofotometer UV-Vis. Hasil panjang
gelombang yang didapat yaitu 739,0 nm
7
PENETAPAN KADAR SENYAWA KUERSETIN EKSTRAK ETANOL …… (Alifa Rahmatul Sakinah)

(Lampiran 12). Pada penelitian sebelumnya Pada penelitian ini, hasil uji aktivitas
yang dilakukan oleh (Faisal, 2019) melaporkan antioksidan dengan metode ABTS pada ekstrak
panjang gelombang maksimum ABTS sebesar etanol daun pletekan memiliki nilai IC 50 sebesar
734 nm sehingga pada penelitian ini panjang 200,0561 ± 11,4653 µg/mL dan kuersetin
gelombang yang didapat tidak jauh berbeda sebesar 2,8471 ± 0,4338 µg/mL. Berdasarkan
dengan penelitian sebelumnya. Hasil operating hasil yang diperoleh, maka aktivitas antioksidan
time didapatkan pada menit ke 10-15 (Lampiran pada kuersetin <50 µg/mL yang menunjukkan
13). bahwa kuersetin masuk kedalam kategori
Pada penelitian ini pembanding yang sangat kuat dan ekstrak etanol 70% daun
digunakan adalah kuersetin. Kuersetin dipilih pletekan memiliki aktivitas antioksidan 100-250
sebagai kontrol positif karena kuersetin µg/mL yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol
merupakan senyawa bahan alam (metabolit 70% daun pletekan masuk ke dalam kategori
sekunder), yaitu golongan flavonoid yang sudah sedang (Lung & Destiani, 2007). Hal ini
dikenal cukup efektif sebagai antiradikal karena menunjukkan bahwa ekstrak sampel memiliki
adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur potensi sebagai antioksidan khususnya di
molekulnya (Murwanto & Santosa, 2012). Pada bagian daun walaupun potensinya sebagai
penelitian ini kuersetin bertujuan untuk melihat antioksidan masih jauh berbeda dengan
potensi aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% kuersetin yang memiliki kategori sangat kuat.
daun pletekan lebih kuat atau tidak jika SIMPULAN
dibandingkan dengan kuersetin. Pada hasil Dari hasil penelitian % kadar kuersetin yang
penelitian menunjukkan bahwa pembanding diperoleh pada ekstrak etanol 70% daun
kuersetin lebih kuat antioksidannya pletekan secara soxhletasi mendapatkan hasil
dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% daun rata-rata sebesar 0,0533 ± 0,0186 mg/gram
pletekan. ekstrak. Aktivitas antioksidan nilai IC50 pada
kuersetin sebesar 2,8471 ± 0,4338 µg/mL dan
pada ekstrak etanol 70% daun pletekan secara
soxhletasi sebesar 200,0561 ± 11,4653 µg/mL.
DAFTA PUSTAKA
Anggia, V. 2020. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol 70% Daun Pletekan
(Ruellia tuberosa L.) Terhadap Kadar
MDA dan SOD Ginjal Tikus Jantan yang
Diinduksi CCI4. Skripsi.
Annissa, S., Musfiroh, I., & Indriati, L. 2020.
Gambar 6. Kurva regresi linear aktivitas Perbandingan Metode Analisis Instrumen
antioksidan kuersetin dengan metode ABTS HPLC dan UHPLC : Article Review.
FARMAKA, Volume 17.
http://journal.unpad.ac.id/farmaka/article/vi
ew/21894/pdf
Cahyono, B., Prihatini, C. S., Suzery, M., &
Bima, D. N. 2021. Penentuan Aktivitas
Antioksidan Senyawa Kuersetin dan
Ekstrak Lengkuas Menggunakan HPLC
dan UV-Vis. ALCHEMY, 8(2).
https://doi.org/10.18860/al.v8i2.10594
Chanda, S., & Dave, R. 2009. In vitro models for
antioxidant activity evaluation and some
Gambar 7. Kurva regresi linear aktivitas medicinal plants possessing antioxidant
antioksidan daun pletekan dengan metode properties: An overview. African Journal of
ABTS Microbiology Research, 3(13), 981–996.
Tabel 4. Hasil IC50 kuersetin dan ekstrak https://doi.org/10.5897/AJMR.9000401
etanol 70% secara soxhletasi Chen, F. A., Wu, A. B., Shieh, P., Kuo, D. H., &
Sampel IC50 (µg/mL) Hsieh, C. Y. 2006. Evaluation of the
Kuersetin 2,8471 ± 0,4338 antioxidant activity of Ruellia tuberosa.
Ekstrak etanol 70% 200,0561 ± 11,4653 Food Chemistry.
daun pletekan secara https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2004.0
soxhletasi 9.046

8
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, Desember 2021

Chothani, D. L., Patel, M. B., & Mishra, S. H. Merah (Syzygium myrtifolium Walp.)
(2012). HPTLC Fingerprint Profile and Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Isolation of Marker Compound of Ruellia dan Escherichia coli. Kimia Mulawarman,
tuberosa . Chromatography Research 13 (1), 35–40.
International. Imrawati, Mus, S., Gani, S. A., & Bubua, K. I.
https://doi.org/10.1155/2012/180103 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil
Dachriyanus. 2017. Analisis Struktur Senyawa Asetat Daun kersen ( Muntingia calabura
Organik Secara Spektroskopi. In Lembaga L .) Menggunakan Metode ABTS. Journal
Pengembangan Teknologi Informasi dan of Pharmaceutical and Medicinal
Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas. Sciences.
https://doi.org/10.25077/car.3.1 Inas, U. 2018. Penetapan Kadar Flavonoid Total
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. In Etanol 70% Daun Pletekan (Ruellia
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik tuberosa L.) dengan Metode
Indonesia. Fosfomolibdat.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Inventaris Jatmiko, M. P., & Mursiti, S. 2021. Isolation,
Tanaman Obat Indonesia edisi ke IV. Identification, and Activity Test of
Badan Penelitian dan Pengembangan Flavonoid Compounds in Jamblang
Kesehatan. Leaves (Syzygium cumini L.) Skeel as
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Antioxidants. Indonesian Journal of
Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. In Chemical Science, 10 (2), 136.
Departemen Kesehatan RI (Vol. 1, pp. 10– https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijc
11). s
Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Kedare, S. B., & Singh, R. P. 2011. Genesis and
Indonesia. In Farmakope Herbal development of DPPH method of
Indonesia. antioxidant assay. In Journal of Food
Elinda, T., Wahyuni, W. T., & Rohaeti, E. 2019. Science and Technology.
Deteksi Simultan Kuersetin dan Rutin https://doi.org/10.1007/s13197-011-0251-
Menggunakan Screen-Printed Carbon 1
Electrode Termodifikasi Grafena. Jurnal Kemenkes. 2017. Farmakope Herbal Edisi II
Kimia Valensi, 5(1). 2017. Kementrian Kesehatan Republik
https://doi.org/10.15408/jkv.v5i1.11203 Indonesia.
Ergina, Nuryanti, S., & Pursitasari, I. D. 2014. Uji Lin, C. F., Huang, Y. L., Cheng, L. Y., Sheu, S.
Kualitatif Senyawa Metabolit Sekunder J., & Chen, C. C. 2006. Bioactive
Pada Daun Palado (Agave angustifolia) Flavonoids From Ruellia Tuberosa. J Chin
yang Diekstraksi dengan Pelarut Air dan Med, 17 (3), 103–109.
Etanol. J. Akad. Kim, 3(3), 165–172. Lung, J. K. S., & Destiani, D. P. 2007. Uji
Faisal, H. 2019. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Aktivitas Antioksidan Vitamin A, C, E
Etanol Buah Okra (Abelmoschus dengan Metode DPPH. Farmaka, 15 (1),
esculentus L. Moench) Dengan Metode 53–56.
DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil) dan Maharani, N. D. 2013. Senyawa Fenolik Dan
Metode ABTS (2,2-azinobis-(3- Terpenoid Daun Jati (Tectona grandis (L)
Ethylbenzothiazoline-6-Sulfonic Acid). Finn.) dan Akasia (Acaciamangium Willd)
READY STAR, Vol 2, No. pada Umur Daun Berbeda. In Universitas
https://ptki.ac.id/jurnal/index.php/readystar Gadjah Mada.
/article/view/26/pdf Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. Trans
Febryanto, M. A. 2017. Studi Ekstraksi dengan Info Media.
Metode Soxhletasi pada Bahan Organik Murwanto, P. E., & Santosa, D. 2012. Uji
Umbi Sarang Semut (Myrmecodia Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Cyanara
pendans) sebagai Inhibitor Organik. scolimus L., Artemisia china L., Borreria
Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. In Egc. repensDC., Polygala paniculata L., Hasil
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia : Koleksi dari Taman Nasional Gunung
penuntun cara modern menganalisis Merapi dengan Metode Penangkapan
tumbuhan. ITB Press. Radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Haryati, N. A., Saleh, C., & Erwin. 2015. Uji Majalah Obat Tradisional, 17 (3), 53–60.
Toksisitas dan Aktivitas Antibakteri Noviyanty, Y., Hepiyansori, & Agustian, Y. 2020.
Ekstrak Daun Merah Tanaman Pucuk Identifikasi dan Penetapan Kadar
9
PENETAPAN KADAR SENYAWA KUERSETIN EKSTRAK ETANOL …… (Alifa Rahmatul Sakinah)

Senyawa Tanin Pada Ekstrak Daun Biduri Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius.
(Calotropis gigantea) Metode Simaremare, E. S. 2014. Skrinning Fitokimia
Spektrofotometri UV-Vis. Ilmiah Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea
Manuntung, 6(1), 57–64. decumana (Roxb.) Wedd). Pharmacy,
Oetari, S. U. 2019. Khasiat Obat Tradisional 11(1), 98–107.
sebagai Antioksidan Diabetes. Rapha Siswarni MZ, Yusrina Ika Putri, & Rizka Rinda P.
Publishing. 2017. Ekstraksi Kuersetin dari Kulit
Oktora, L., Kumala, R., Staf, S., Program, P., Terong Belanda (Solanum betaceum
Farmasi, S., & Pendahuluan, U. J. 2006. Cav.) Menggunakan Pelarut Etanol
Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan dengan Metode Maserasi dan Sokletasi.
Pertimbangan Manfaat dan Jurnal Teknik Kimia USU, 6(1).
Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. https://doi.org/10.32734/jtk.v6i1.1563
Ozgen, S., Kilinc, O. K., & Selamoğlu, Z. 2016. Suriani, Nastity, G., & Restianingrum, A. I. 2017.
Antioxidant Activity of Quercetin: A Uji Toksisitas LD50 Ekstrak Daun
Mechanistic Review. Turkish Journal of Pletekan (Ruellia tuberosa L.) terhadap
Agriculture - Food Science and Mencit (Mus musculus). Majalah Farmasi.
Technology, 4(12). Synder, L. R., Kirkland, J. J., & Glajch, J. L.
https://doi.org/10.24925/turjaf.v4i12.1134- 1997. Practical HPLC Method
1138.1069 Development. A Wiley-Interscience.
Priyanto. 2010. Toksikologi. Lembaga Studi dan Utami, N. F. 2020. Potensi Antioksidan dari Biji
Konsultasi Farmakologi ( LESKONFI). Kopi Robusta 9 Daerah di Pulau Jawa (A.
Puspitasari, A. D., Susanti, E., & Khustiana, A. K. Wardani (ed.)). Lembaga Penelitian
2020. Aktivitas Antioksidan dan dan Pengabdian Pada Masyarakat
Penetapan Kadar Vitamin C Perasan Universitas Pakuan.
Daging Buah Lemon (Citrus limon (L.) Utami, Y. P., Umar, A. H., Syahruni, R., &
Osbeck) Menggunakan Metode ABTS. Kadullah, I. 2017. Standarisasi Simplisia
Jurnal Ilmiah Teknosains, 5(2). dan Ekstrak Etanol Daun Leilem
https://doi.org/10.26877/jitek.v5i2.4591 (Clerodendrum minahassae Teisjm.&
Rahmi, A. N., Sutjiatmo, A. B., & Vikasari, S. N. Binn.). Jurnal of Pharmaceutical and
2014. Efek Hipoglikemik Ekstrak Air Daun Medicinal, 2(1), 32–39.
Kencana Ungu (Ruellia tuberosa L.) Pada Wahid, A. R., & Safwan. 2019. Skrining
Tikus Wistar Jantan. Kartika Jurnal Ilmiah Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder
Farmasi. Terhadap Ekstrak Tanaman Ranting
https://doi.org/10.26874/kjif.v2i2.17 Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.). Ulul
Ramadhan, P. (2015). Buku Mengenal Albab, 23 (1), 45–47.
Antioksidan. Graha Ilmu. Warono, D., & Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja
Rosidah, Yam, M. F., Sadikun, A., & Asmawi, M. Spektrofotometer Untuk Analisa Zat Aktif
Z. 2008. Potensi Antioksidan dari Gynura Ketoprofen. Konversi.
procumbens. Biologi Farmasi, 46(9), 616– Wicaksono, B. 2020. Uji Aktivitas Antioksidan
625. Ekstrak Etanol, Fraksi Polar, Semi Polar
Sangi, M., Runtuwenen, M. R. J., Simbala, H. E. dan Non Polar Bunga Telang (Clitoria
I., & Makang, V. M. A. 2008. Analisis ternatea L.). Skripsi.
Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Wulan, D. R., Utomo, E. P., & Mahdi, C. 2015.
Minahasa Utara. Analisis Fitokimia Antidiabetic Activity of Ruellia tuberosa L.,
Tumbuhan, 1(1), 47–53. Role of α-Amylase Inhibitor: In Silico, in
Serlahwaty, D., & Sevian, A. N. 2016. Uji Vitro, and in Vivo Approaches.
aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96% Biochemistry Research International.
kombinasi buah strawberry dan buah https://doi.org/10.1155/2015/349261
tomat dengan metode ABST. Prosiding Yuslianti, E. R. 2018. Pengantar Radikal Bebas
Seminar Nasional Tumbuhan Obat dan Antioksidan. In
Indonesia. Deepublish;Yogyakarta.
Setiawan, F., Yunita, O., & Kurniawan, A. 2018.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Kayu Secang dan FRAP. Media
Pharmaceutica Indonesiana.

10

Anda mungkin juga menyukai