Laporan PMK Kel 12
Laporan PMK Kel 12
Laporan PMK Kel 12
lappaceum)
Disusun Oleh:
Kelompok 12
SEKOLAH VOKASI
IPB UNIVERSITY
2023
Abstract
1 Pendahuluan (alifa)
1.1 Latar Belakang
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) adalah salah satu buah komersial tropis terpenting
yang banyak dibudidayakan di negara-negara Asia Tenggara, Australia, Amerika Selatan, dan
Afrika (Jahurul et al. 2020). Tanaman ini diketahui memiliki berbagai manfaat dalam pengobatan
penyakit, antara lain yaitu daging buah rambutan dapat mencegah anemia, mencegah kanker,
meningkatkan kesehatan kulit, jantung, dan mata. Kulit buah rambutan untuk mengatasi
sariawan, daun buah rambutan untuk mengatasi diare dan menghitamkan rambut, akar buah
rambutan untuk mengatasi demam dan serat biji buah rambutan untuk mengatasi diabetes
mellitus (Dwinarta et al. 2020). Namun, minimnya pengetahuan masyarakat menyebabkan
bagian dari buah rambutan tersebut dibuang begitu saja, terutama bijinya. Saat ini, biji rambutan
menarik minat ilmiah khusus karena senyawa bioaktifnya (antioksidan, senyawa fenolik, dan
serat makanan) (Thitilertdecha et al. 2008). Berdasarkan beberapa penelitian, biji rambutan telah
dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, yang
dikaitkan dengan kapasitas senyawa bioaktifnya (Jahurul et al. 2020).
Bhat dan Al-daihan (2014) mengungkapkan bahwa biji rambutan dapat menjadi sumber
antibakteri alami yang potensial terhadap patogen manusia (S. aureus, S. pyogenes, B. subtilis, E.
coli, dan P. aeruginosa). Adanya aktivitas antibakteri dapat disebabkan oleh kandungan senyawa
bioaktif atau metabolit sekunder pada biji rambutan seperti senyawa fenolik, tanin, flavonoid,
antioksidan, dan saponin dalam biji rambutan. Salah satu senyawa bioaktif atau metabolit
sekunder pada tanaman yang berkaitan langsung dengan aktivitas antibakteri yaitu senyawa
fenolik atau polifenol berperan sebagai mekanisme pertahanan tanaman untuk melawan berbagai
jenis cekaman akibat patogen, keadaan bencana lingkungan dan luka. Senyawa fenolik ini
mungkin menjadi faktor utama yang menyebabkan sifat antioksidan kuat yang dimiliki oleh
ekstrak tanaman lebih tinggi karena mereka memiliki potensi yang baik untuk mengikat senyawa
radikal karena kemampuannya untuk menyumbangkan atom hidrogen dari gugus hidroksil
fenoliknya. Berbagai senyawa fenolik, seperti corilagin, geraniin, dan asam ellagic ditemukan
dalam biji rambutan, yang dapat bermanfaat bagi kesehatan (Jahurul et al. 2020).
Adanya potensi biji rambutan sebagai antibakteri, maka ekstrak biji rambutan dapat
diaplikasikan dalam bentuk sediaan salep. Salep adalah sediaan setengah padat, mudah dioleskan
yang dapat digunakan sebagai obat luar, dimana bahan obat dapat dilarutkan dalam dasar salep
yang sesuai atau didistribusikan secara homogen (Davis et al.2022). Salep tersebut dipilih karena
komposisinya cocok untuk perawatan kulit yang disebabkan oleh bakteri (Djumaati et al. 2018).
Selain itu, sediaan salep memiliki beberapa keunggulan, antara lain yaitu dapat melindungi
kontak permukaan kulit dengan iritasi kulit, stabil dalam penggunaan dan penyimpanan, mudah
diaplikasikan dan didistribusikan secara merata, serta memiliki efek perlindungan terhadap iritasi
mekanis, termal, dan kimia (Davis et al.2022).
tujuan (atika)
Tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah menentukan kandungan total fenolik pada
ekstrak biji rambutan dan aktivitasnya sebagai antibakteri serta menentukan formulasi terbaik
salep ekstrak biji rambutan.
Selain mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin, biji rambutan juga
mengandung berbagai senyawa bioaktif atau metabolit sekunder seperti flavonoid dan polifenol
seperti flavonol, tannin, fenol, alkaloid, dan saponin, sehingga biji rambutan berperan dalam
aktivitas antioksidan dan antibakteri. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan para
peneliti menemukan kandungan senyawa fenolik yang tinggi dalam biji rambutan ekstrak
metanol sebesar 58.6 mg/g. Berbagai senyawa fenolik, seperti corilagin, geraniin, dan asam
ellagic ditemukan dalam biji rambutan (Akhtar et al. 2018). Mehdizadeh et al. (2015)
menghitung konstituen fenolik dalam biji rambutan menggunakan HPLC dan menemukan 98,
423, 94,5, dan 461 mg asam gallic, geraniin, corilagin, dan ellagic diperoleh dari 1 g ekstrak air.
Selain itu, Maisuthisakul et al. (2008) menemukan kandungan flavonoid sebesar 13,3 mg/g RE
dalam ekstrak etanol biji rambutan.
Metode
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain, yaitu sonikator, oven, spektrofotometer UV-Vis,
sentrifuse, tabung sentrifuse, tabung reaksi, vortex, blender, penangas es, neraca analitik, pipet
Mohr 5 mL dan 10 mL, labu takar 25 mL, labu takar 10 mL, gelas piala 100 mL dan 250 mL,
saringan 50 dan 80 mesh, pipet tetes, sudip, batang pengaduk, bulb. Bahan yang digunakan
antara lain yaitu, biji rambutan, metanol 80%, asam format 0,1%, NaOH 2 M, HCl 2 M, serbuk
Mg, HCl Pekat, Amil alkohol, Kloroform:Ammonia (3:1), H2SO4 Pekat, pereaksi Wagner,
Dragendroff, Mayer, FeCl3 1%, dietil eter, pereaksi Libermann Buchard, asam galat, pereaksi
Folin Ciocalteu, Na2So3, akuades,
3.2 Ekstraksi Metanol Biji Rambutan Aceh dengan Metode Ultrasound Assisted Extraction
(UAE)
Ekstraksi biji rambutan aceh dilakukan dengan cara simplisia dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 50 derajat selama 2 jam, lalu biji rambutan dipisahkan dari kulit ari nya dan
dipotong kecil. Biji rambutan tersebut dihaluskan menggunakan blender dan disaring
menggunakan saringan 50 dan 80 mesh. Setelah itu, serbuk biji rambutan ditimbang
masing-masing sebanyak 0,5 g menggunakan neraca analitik dalam empat tabung sentrifuse yang
sudah ditimbang bobot kosongnya. Sampel dilarutkan dalam 10 mL pelarut metanol 80%, lalu
larutan disimpan dalam penangas es selama 15 menit. Larutan sampel disentrifugasi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Supernatan hasil sentrifugasi pertama dimasukkan dalam
labu takar 25 mL. Endapan disentrifugasi kembali dengan penambahan 5 mL pelarut metanol
80% dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Supernatan hasil sentrifugasi kedua
dicampurkan dalam labu takar yang sama dan dimasukkan ke dalam kulkas untuk analisis
lanjutan. Endapan dikeringkan semalam pada suhu ruang.
Sebanyak 0,1 g endapan ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, lalu
ditambahkan 2 mL NaOH 2M dan dihomogenkan menggunakan vortex selama 1 menit. Tabung
sentrifuse ditempatkan ke dalam sonikator selama 60 menit. Setelah itu, HCl ditambahkan untuk
menetralisir larutan, lalu ditambahkan 4 mL asam format 0,1% yang telah dilarutkan dengan
metanol. Sampel divortex selama 1 menit, kemudian disentrifugasi kembali selama 10 menit
dengan kecepatan 4000 rpm. Supernatan dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL, kemudian
endapan diekstraksi kembali dengan 4 mL asam format 0,1%. Endapan dihomogenkan
menggunakan vortex selama 1 menit dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 4000
rpm. Supernatan ditampung kembali dalam labu takar dan ditera dengan metanol.
Ekstrak metanol dan ekstrak asam format biji rambutan dipanaskan dengan penanangas air
selama 5 menit lalu ditambahkan seujung sudip serbuk mg, 5 tetes HCl pekat, dan amil alcohol
kemudian dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning, jingga menujukkan keberadaan
flavonoid. Endapan ekstrak biji rambutan ditambahkan air panas lalu dikocok hingga homogen.
Larutan kemudian disaring dengan kertas saring lalu dipanaskan dengan penanangas air selama 5
menit dan ditambahkan seujung sudip serbuk mg, 5 tetes HCl pekat, 5 tetes amil alkohol
kemudian dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning, jingga menunjukkan keberadaan
flavonoid.
Alkaloid
Endapan ekstrak biji rambutan ditambahkan akuades lalu dikocok hingga homogen. Larutan
kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan endapan ekstrak biji rambutan,
ekstrak metanol dan ekstrak asam format biji rambutan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan masing-masing ekstrak selanjutnya ditambahkan 5 tetes kloroform:ammonia (3:1) dan 5
tetes H2SO4 lalu didiamkan hingga membentuk 2 lapisan. Lapisan asam diambil dan
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi berbeda lalu masing-masing ditambahkan pereaksi
Wagner, Dragengroff, dan Mayer. Terbentuknya endapan coklat menunjukkan adanya alkaloid
pada pereaksi wagner, terbentuknya warna jingga menunjukkan adanya alkaloid pada pereaksi
Dragengroff, dan terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya alkaloid pada pereaksi
mayer.
Fenol/Tanin
Endapan ekstrak biji rambutan ditambahkan akuades lalu dikocok hingga homogen. Larutan
kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan endapan ekstrak biji rambutan,
ekstrak metanol dan ekstrak asam format biji rambutan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan masing-masing ekstrak selanjutnya ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%. Terbentuknya warna
hijau menunjukkan adanya fenol/tannin pada ekstrak biji rambutan.
Steroid
Endapan ekstrak biji rambutan ditambahkan akuades lalu dikocok hingga homogen. Larutan
kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan endapan ekstrak biji rambutan,
ekstrak metanol dan ekstrak asam format biji rambutan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan masing-masing ekstrak selanjutnya ditambahkan 5 tetes dietil eter dan 5 tetes pereaksi
Liebermann Burchard. Terbentuknya warna hijau menunjukkan adanya steroid pada ekstrak biji
rambutan.
Larutan induk asam galat 100 ppm dibuat dengan 0,05 g asam galat ditimbang dan dilarutkan
dengan akuades dalam labu takar 50 mL. Larutan induk asam galat diencerkan menjadi 50 ppm
dengan 25 mL larutan asam galat 100 ppm diambil dan diencerkan dengan akuades dalam labu
takar 50 mL. Larutan asam alat 50 ppm kemudian diencerkan lagi untuk membuat standar asam
galat 1 ppm; 2,5 ppm; 5,0 ppm; 7,5 ppm; dan 12,5 ppm dengan larutan asam galat 50 ppm
diambil sebanyak 0,2 mL; 0,5 mL; 1 mL; 1,5 mL; dan 2,5 mL secara berturut-turut lalu
diencerkan dengan akuades dalam labu takar 10 mL. Masing-masing standar asam galat diambil
0,5 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2,5 mL pereaksi Folin
Ciocalteu dan didiamkan dalam ruang gelap selama 5 menit. Setelah 5 menit larutan
ditambahkan 2,0 mL Na2Co3 7,5% lalu di vortex selama 20 detik dan didiamkan dalam ruang
gelap selama 1 jam. Masing-masing larutan standar selanjutnya diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer Uv-Vis dengan panjang gelombang 754 nm.
Total fenol
Sebanyak 0,5 mL ekstrak metanol biji rambutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 2,5 mL pereaksi Folin Ciocalteu dan didiamkan dalam ruang gelap selama 5 menit.
Setelah 5 menit larutan ditambahkan 2,0 mL Na2Co3 7,5% lalu di vortex selama 20 detik dan
didiamkan dalam ruang gelap selama 1 jam. Larutan sampel selanjutnya diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer Uv-Vis dengan panjang gelombang 754 nm.
5. Simpulan (atika)