Gadar
Gadar
Gadar
PENDAHULUAN
1
tahunnya. terdapat 9,4 juta kematian akibat hipertensi dan berbagai penyakit
komplikasi. Diperkirakan sekitar 1,28 miliar penduduk dunia mengalami hipertensi,
sebagian besar (dua pertiga) penduduk hidup di negara- negara berpenghasilan
rendah dan menengah (World Health Organization, 2021).
Hipertensi gestasional merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di dunia, baik bagi ibu maupun janin. Secara global, 80% kematian ibu
yang diklasifikasikan sebagai penyebab langsung kematian ibu adalah karena
perdarahan (25%), biasanya. perdarahan postpartum, dan hipertensi pada ibu hamil
(12%), eklampsia (8%) dan aborsi (13%). Setiap hari pada tahun 2017 sekitar 810
wanita meninggal, pada akhir tahun mencapai 295.000 penduduk dari 94%
diantaranya terdapat di negara berkembang (Ford et al., 2022) Hasil Riskesdas
tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi pada usia 218 tahun sebanyak
658.201 penduduk (34,11%) dengan angka kematian penyakit hipertensi di
Indonesia mencapai 6,75 per 1.000 penduduk (Khairani et al., 2022). Jika dilakukan
perbandingan dengan hasil Riskesdas tahun 2013 yakni (25,8%) angka ini tentu
mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu 8,3%. Berdasarkan urutan provinsi,
prevalensi hipertensi tertinggi berada pada Provinsi Kalimantan Selatan (44,13%),
disusul Jawa Barat (39,60%), Kalimantan Timur (39,30%), Jawa Tengah (37,57%),
Kalimantan Barat (36,99%), dan Jawa Timur (36,32%), sedangkan provinsi paling
terendah yaitu Provinsi Papua (22,2%) (Riskesdas, 2018).
Saat ini status kesehatan ibu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan,
ditandai dengan masih tingginya AKI. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih
relatif tinggi, hal ini jauh di bawah target SDGs yaitu sebanyak 305 per 100.000
kelahiran hidup, yang dimana target dari Sustainable Development Goals (SDGs)
yaitu menurunkan AKI sebanyak kurang dari 70 per
100.000 Kelahiran Hidup. Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan
program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan meningkat setiap tahun.
2
Pada tahun 2021 menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia. Jumlah ini
menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627 kematian.
Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2021 terkait Covid-
19 sebanyak 2.982 kasus, perdarahan sebanyak 1.330 kasus, dan hipertensi dalam
kehamilan sebanyak 1.077 kasus (Kemenkes RI, 2021). Terdapat banyak faktor
resiko untuk terjadinya hipertensi gestasional dalam kehamilan yang meliputi: mola
hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes militus, bayi besar, usia, riwayat keluarga
pernah menderita hipertensi, riwayat preeklampsia atau eklampsia, penyakit-
penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, dan obesitas
(Jumaiza, dkk 2018). Akibat dari hipertensi gestasional selama kehamilan yaitu
dapat menyebabkan komplikasi ibu yang parah, termasuk kejang eklampsia,
perdarahan intraserebral, edema paru (karena kebocoran kapiler, disfungsi miokard,
pemberian cairan intravena berlebihan). Komplikasi janin meliputi plasenta
abruptio, pembatasan pertumbuhan intrauterine, persalinan prematur, dan kematian
janin intrauterine.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan penulis dapat dirumuskan
masalah yaitu “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan pada
Perempuan “KA” G4P1A2 Usia Kehamilan 12 Minggu 2 Hari Dengan Hipertensi
Gestasional Di PMB "NP" Wilayah Kerja Puskesmas Kubutambahan I Kabupaten
Buleleng Tahun 2024?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melalui studi kasus ini penulis mampu memberikan dan melaksanakan
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan pada Perempuan Di PMB "NP" Wilayah Kerja
Puskesmas Kubutambahan I Kabupaten Buleleng Tahun 2024.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Dapat melakukan pengumpulan data subyektif pada perempuan di PMB “NP”
Wilayah Kerja Puskesmas Kubutambahan I Kabupaten Buleleng tahun 2024.
2) Dapat melakukan pengumpulan data obyektif pada perempuan di PMB “NP”
Wilayah Kerja Puskesmas Kubutambahan I Kabupaten Buleleng tahun 2024.
3) Dapat menganalisis data (menegakkan diagnosa) pada perempuan di PMB “NP”
Wilayah Kerja Puskesmas Kubutambahan I Kabupaten Buleleng tahun 2024.
4) Dapat melakukan penatalaksanaan pada perempuan di PMB “NP” Wilayah Kerja
Puskesmas Kubutambahan I Kabupaten Buleleng tahun 2024.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
Meningkatkan pengalaman belajar dalam mengaplikasikan teori dengan
keterampilan yang didapat dalam tatanan nyata pada asuhan kebidanan komprehensif,
terutama untuk meringankan keluhan yang terjadi pada ibu hamil dengan kram pada
kaki, nyeri punggung bawah, dan sering kencing.
1.4.2 Tempat Pelayanan
Sebagai wadah dalam bertukar pikiran/pendapat terkait dengan pelaksanaan
asuhan kebidanan secara komprehensif dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan. Hasil studi kasus diharapkan dapat
memberikan masukan kepada tempat pelayanan asuhan kebidanan dan tenaga
kesehatan terutama kepada bidan dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan kesehatan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, dan nifas, serta melancarkan upaya preventif saat proses pemberian asuhan
kebidanan komprehensif.
1.4.3 Institusi
Melalui praktik yang dilakukan oleh mahasiswa maka institusi pendidikan
dapat memberikan bimbingan dan memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa
sehingga teori yang telah didapatkan dapat diterapkan pada pasien secara langsung.
4
Hasil studi kasus diharapkan dapat menjadi referensi kepustakaan bagi institusi
pendidikan serta sebagai acuan dalam pengembangan ilmu kebidanan untuk
mahasiswa yang akan melaksanakan studi kasus selanjutnya mengenai pelayanan
asuhan kebidanan secara komprehensif.
1.4.4 Masyarakat
Melalui praktik kebidanan oleh mahasiswa diharapkan dapat memberikan
informasi serta edukasi kepada masyarakat terkait asuhan kebidanan komprehensif
sehingga dapat melakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya komplikasi dari
ketidaknyamanan kram pada kaki, nyeri punggung dan sering kencing pada ibu hamil
sehingga dapat meningkatkan kesejahteran ibu dari hamil hingga masa nifas dan
mengetahui serta mampu melakukan penanganan terhadap keluhan kram kaki, nyeri
punggung bawah dan sering kencing.
5
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1.1 Kehamilan
6
15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester III berlangsung
selama 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40).
2.1.1.2 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Selama Kehamilan
Dalam masa kehamilan ibu hamil akan mengalami adanya suatu perubahan
baik secara fisik maupun psikisnya. Hal ini merupakan hal yang wajar terjadi selama
masa kehamilan. Adapun perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut
(Prawirohardjo, 2018).
1) Perubahan Fisiologis
(1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan mengalami masa adaptasi untuk menerima dan
melindungi apa yang ada di dalam rahim baik itu janin, plasenta maupun amnion.
Uterus mempunyai kemampuan untuk bertambah besar seiring dengan besarnya
janin nantinya. Bagi perempuan yang tidak hamil berat uterusnya yakni 70 gr
dengan kapasistas + 10 ml. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan
pada sel otot Rahim (Prawirohardjo, 2018).uterusnya yakn 70 gr dengan kapasistas
+ 10 ml. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan pada sel otot Rahim
(Prawirohardjo, 2018).
(2) Serviks
Arteri uterine serta ovarika dalam diameternya, panjang akan terus bertambah,
seiring dengan bertambahnya anak cabangnya, pembuluh darah dan vena yang
mengembang. Bertambahnya vaskularisasi menjadikan serviks menjadi lunak dalam
hal ini disebut dengan tanda Goodell. Sedangkan dengan bertambahnya dan terdapat
pelebaran pada vena hal ini mengubah warna menjadi livid, dan ini disebut tanda
Chadwick (Jannah, 2017).
(3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan olikel baru akan
tertunda. Proses ovulasi terhenti namun terdapat korpus luteum graviditas yang akan
mengambil alih pengeluaran progesterone dan estrogen dalam tubuh ibu (Jannah,
2017).
7
(4) Vagina dan Perineum
Akibat adanya pengaruh hormon estrogen, selama kehamilan akan terjadi
hipervaskularisasi pada vagina sehingga hal tersebut terlihat merah maupun kebiruan.
Dalam vagina banyak terjadi perubahan yaitu meningkatnya ketebalan mukosa dan
mengendornya jaringan ikat(Prawirohardjo, 2018).
(5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan mengalami adanya strechtmark, terjadi perubahan
warna dan kebiruan. Hal ini sering terjadi pada ibu hamil. Selama kehamilan ibu
akan mendapatkan hyperpigmentasi pada wajah, ketiak, area kewanitaan, dan di
sekitar lipatan tubuh. Pigmentasi yang meningkat akan menurun seiring dengan masa
pasca bersalin (Jannah, 2017).
(6) Payudara
Adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh kormon, jaringan glandular dari
payudara membesar dan putting susu menjadi berubah baik membesar dari putting
susu sampai ukurannya, hal ini akan sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan
dan sampai jelang persalinan. Setelah bulan pertama suatu cairan akan keluar dari
putting susu ibu, biasanya cairan tersbut berwarna kekuningan. Cairan tersebut
dinamakan colostrum (Jannah, 2017).
(7) Perubahan metabolik
Sebagian wanita dalam masa kehamilan akan mengalami adanya kenaikan berat
badan. Kenaikan berat badan selama hamil dari trimester I s.d III sebanyak 12,5-20,5
kg (Prawirohardjo, 2018).
Tabel 2.2 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan
berdasarkanindeks massa tubuh
Nilai Kategori
IMT
< 18,5 Berat badan kurang (underweight)
18,5 hingga 22,9 Berat badan normal
8
23 hingga 24,9 Kelebihan berat badan (overweight)
dengan risiko
25 hingga 29,9 Obesitas grade I
> 30 Obesitas grade II
Nilai Kategori
IMT
< 18,5 Berat badan kurang (underweight)
18,5 hingga 22,9 Berat badan normal
23 hingga 24,9 Kelebihan berat badan (overweight)
dengan risiko
25 hingga 29,9 Obesitas grade I
> 30 Obesitas grade II
Sumber: (P2PTM Kemenkes RI, 2018).
Perubahan metabolik ini juga dipengaruhi oleh sistem pencernaan ibu hamil,
dengan beragam keluhan terkait pola nutrisinya. Pada trimester I biasanya ibu hamil
akan mengalami rasa mual baik sedang maupun berat jadi dalam hal ini ibu akan
sulit dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya jika di hubungkan dengan tabel diatas.
Pada trimester II dan III biasanya konstipasi akan terjadi karena pengaruh
meningkatnya hormone progesteron. Selain itu pula biasanya ibu akan mengalami
perut kembung akibat penekanan pada epigastrium dan ibu biasanya akan mengalmai
heart burn akibat aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus.
(8) Sistem Kardiovaskular
Pada trimester I siklus darah ibu dalam kehamilan akan dipengaruhi oleh plasenta.
Selama kehamilan semua akan membesar mulai dari pembuluh darah, uterus,
mammae, serta alat-alat lainya yang berpengaruh ke kehamilannya. Seiring
bertambahnya usia kehamilan suplai darah ke janin akan semakin banyak, dan
dengam meningkatnya hormon estrogen menyebabkan pembuluh darah baru akan
bermunculan dan membuat jaringan berliku-liku di dinding rahim. Sedangkan saat
9
kehamilan memasuki trimester II ukuran jantung akan membesar akibat dari
peningkatan cardiac output. Dalam hal ini kapasitas pembuluh darah dan kapiler
akan bertambah begitupun curah jantung akan semakin meningkat sebesar 30%.
Bertambahnya hemodilusi darah akan tampak pada usia kehamilan 16 minggu
dimana hal ini akan memicu tekanan darah yang menurun tetapi volume darah
meningkat. Dengan meningkatnya volume darah akan meningkatkan jumlah serum
darah sehingga terjadi pengenceran darah. Hemodilusi memuncak saat kehamilan
berusia 32 minggu dengan persentase 25-30 %. Selama ibu mengalami perubahan
sistem kardiovaskuler, ibu sering mengeluhkan hidung tersumbat atau berdarah,
terjadi edema dependen, gusi berdarah, hemorrhoid, hipotensi supinasi, timbulnya
spider nevi, dan varises padakaki (Prawirohardjo, 2018).
(9) Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan
hormone. Sistem endokrin yang esensial terjadi untuk mempertahankan kehamilan,
pertumbuhan normal janin, dan pemuliha pasca bersalin. Adapun perubahan sistem
endokrin selama kehamilan yakni (Hatijar et al., 2020). Kelenjar Tiroid selama
kehamilan, pembesaran pada kelenjar ini merupakan akibat dari hiperplasia jaringan
glandular serta peningkatan vaskularitas. Kelenjar paratiroid, kehamilan menginduksi
hiperparatiroidisme sekunder ringan, sehingga menjadikan suatu refleksi peningkatan
kebuutuhan kalsium dan vitamin D. Pankreas, kebutuhan nutrisi janin memerlukan
beberapa perubahan dari kontrol homeostatik metabolik ibu, dengan akibat
perubahanperubahan baik struktural maupun fungsional dari pankreas ibu. Ukuran
pulau-pulau pankreas bertambah, dan sel-sel penghasil insulin mengalami
hiperplasia. Kadar insulin basal lebih rendah atau tidak berubah pada awal
kehamilan, namun meningkat pada trimester kedua. Sesudahnya kehamilan
merupakan keadaan hiperinsulinemik yang resisten terhadap efek metabolic perifer
dari insulin. Peningkatan kadar insulin telah dibuktikan sebagai akibat dari
peningkatan sekresi dan bukan karena berkurangnya bersihan. Produksi glucagon
pankreas tetap responsif terhadap rangsang yang umum dan dapat ditekan oleh beban
10
glukosa, meskipun tingkat responsivitas belum sungguh-sungguh dinilai. Peranan
utama insulin dan glukagon adalah transpor zat-zat gizi intraselular, khususnya
glukosa, asam amino, dan asam lemak. Insulin tidak dapat menembus plasenta
namun lebih memperlihatkan pengaruhnya terhadap metabolit-metabolit yang
ditranspor.
Jadi pada kehamilan normal, kadar glukosa dikurangi secukupnya namun
mempertahankan glukosa untuk kebutuhan janin sementara kebutuhan energi ibu
dipenuhi dengan meningkatkan metabolisme asam lemak perifer. Perubahan
perubahan metabolisme energi ini menguntungkan janin dan tidak berbahaya bagi
ibu dengan diet yang adekuat (Jannah, 2017). Prolaktin hipofise, berat kelenjar ini
meningkat 30-50% yang menyebabkan wanita hamil menderita pusing. Sekresi
hormon prolaktin, adrenokortikotropik, tirotropik, dan melanocyt stimulating
hormone meningkat. Produksi hormon perangsang folikel dan LH dihambat oleh
estrogen dan progesteron plasenta. Efek meningkatnya sekresi prolaktin adalah
ditekannya produksi estrogen dan progesteron pada masa kehamilan (Hatijar etal.,
2020).
(10) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi sistem muskuloskeletal sejalan dengan usia kehamilan yang
semakin bertambah. Adaptasi muskuleskeletal mencangkup peningkatan berat badan,
bergesernya pusat akibat dari pembesaran rahim, rehabilitasi dan mobilitas. Namun,
setelah ibu bersalin perubahan sistem muskulokeletal akan berangsur-angsur
kembali. Sehingga perlunya ambulasi secara dini untuk mempercepat pemulihannya
(Prawirohardjo, 2018).
2) Perubahan Psikologis
(1) Trimester I
Setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen meningkat menyebabkan
timbulnya mual muntah, lemah, lelah, dan pembesaran payudara. akibatnya ibu
merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Pada trimester I banyak
ibu yang mengalami rasa kecewa, penolakan, kecemasan dan kesedihan (Yulizawati.,
11
et al, 2017).
Adapun faktor yang mempengaruhi kehamilan berdasarkan faktor psikologisnya
adalah sebagai berikut (Jannah, 2017).
(1) Stressor internal
Pemicu stressor internal adalah faktor dari ibu sendiri. Adanya beban psikologis
yang di tanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang
nantinya akan telihat ketika bayi lahir. Stressor internal meliputi kecemasan,
ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan,
perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, persalinan, dan
kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu pemantauan kesehatan ibu secara psikologis
perlu dilakukan (Yulizawati., et al, 2017).
(2) Stressor eksternal
Pemicu dari stressor eksternal meliputi status sosial, mal adaptasi,relationships, kasih
sayang, support mental, broken home, respon negatif dari lingkungan terhadap
kehamilannya (Yulizawati., et al, 2017).
(3) Dukungan keluarga
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami banyak perubahan baik bersifat
fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yamg
terjadi tersebut, dimana sumber stress terbesar terjadi karena dalam rangka
melakukan adaptasi terhadap kondisi ibu. Dalam menjalani proses tersebut, ibu hamil
sangat membutuhkan dukungan keluarga salah satunya yaitudengan memberikan
dukungan kasih sayang dan perhatian yang cukup (Yulizawati., et al, 2017).
(4) Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan
Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus tetap diwaspadai oleh
tenaga kesehatan karena hal ini akan mempengaruhi kondisi ibu dan kehamilan
nantinya. Efek psikologis yang didapatkan ibu adalah rasa yang kurang nyaman
dimana hal ini akan mengancam pertumbuhan dan perkembangan janinnya
(Yulizawati., et al, 2017).
12
2.1.1.3 Kebutuhan Dasar Ibu hamil
Kebutuhan pada ibu hamil setiap trimester berbeda-beda. Adapun kebutuhan dasar
ibu hamil adalah sebagai berikut (Yulizawati., et al, 2017).
1) Kebutuhan Dasar Fisiologis
(1) Kebutuhan Oksigen
Oksigen Meningkatnya jumlah progesterone selama kehamilan mempengaruhi
pusat pernapasan,CO2 menurun dan O2 meningkat. O2 meningkat akan bermanfaat
bagi janin. Kehamilanmenyebabkan hiperventilasi, dimana keadaan Oksigen
menurun. Pada TM III janin membesardan menekan diafragma, menekan vena cava
inferior yang menyebabkan nafas pendek-pendek (Yulizawati., et al, 2017).
(2) Kebutuhan Nutrisi
Adapun kebutuhan nutrisi pada kehamilan diantaranya, karbohidrat merupakan
sumber yang utama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam US dan Kanada jumlah
karbohidrat yang disarankan oleh ibu hamil sebesar 175 gram (Hatijar et al., 2020).
Kebutuhan selanjutnya ada protein pada awal kehamilan saat ibu hamil usia 19-50
tahun kebutuhan protein yang perlukan sebesar 46 gram perharinya. Namun, saat
usia kehamilan sudah memasuki trimester II dan III kebutuhan protein sebesar 60
gram per hari. Protein sangat berguna dalam proses sintesis jaringan maternal dan
pertumbuhan janin (Hatijar et al., 2020). Lemak sangat diperlukan dalam masa
kehamilan. Rekomendasi intake lemak selama kehamilan sebesar 20-35% dari total
energi keseluruan. Lemak dalam hal ini membantu dalam proses penyerapan vitamin
larut lemak yaitu A, D, E, dan K.
Selama kehamilan, janin mengambil asam lemak dari nutrisi ibu untuk
memenuhi kebutuhannya. Namun pada trimester III janin dapat membuat asam
lemak sendiri berguna untuk menaikkan berat badan nantinya (Yulizawati., et al,
2017).
(3) Hygiene
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomic pada
perut, area genitalia/lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit
13
menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroogranisme. Sebaiknya
gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam
bathtub dan melakukan vaginal douched. Bagian tubuh lain yang sangat
membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah vital karena saat hamil biasanya
terjadi pengeluaran secret vagina yang berlebih. Selain mandi, mengganti celana
dalam secara ruitn minimal sehari dua kali sangat dianjurkan(Hatijar et al., 2020).
(4) Kebutuhan Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah
konstipasi dan sering BAK.Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon
progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot
usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika
lambung dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltic usus. Jika ibu
sudah mengalami dorongan, segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi. Sering buang air kecil merupakan keluhan yang umum dirasakan oleh ibu
hamil, terutama pada TM I dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologi. Ini
terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak
kantong kemih sehingga kapasitasya berkurang. Sedangkan pada TM III terjadi
pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada kantong kemih. Tindakan
mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan
karena akan menyebabkan dehidrasi (Hatijar et al., 2020).
(5) Kebutuhan Pakaian
Hal yang perlu diperhatikan untuk pakaian ibu hamil diantaranya, pakaian harus
longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat didaerah perut. Bahan pakaian
usahakan yang mudah menyerap keringat, pakailah bra yang menyokong payudara,
memakai sepatu dengan hak rendah serta pakaian dalam harus selalu bersih (Hatijar
et al., 2020)
(6) Kebutuhan Imunisasi
14
Pemberian imunisasi tetanus artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit
tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Imunisasi tetanus berguna
untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum. Memberi kekebalan
terhadap penyakit tetanus terhadap ibu dan janin yang dikandungnya, sehingga pada
saat melahirkan ibu dan bayi terhindar dari penyakit tetanus. Antitoksin yang
melewati plasenta kejanin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian
tetanus neonatorum. Efektifitas dua dosis Td selama hamil dalam mencegahtetanus
neonatorum berkisar antara 80-100%.
Pada ibu hamil Imunisasi tetanus sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8
bulan untuk mendapatkan imunisasi Tetanus lengkap Td1 dapat diberikan sejak
diketahui postif hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil
kesarana kesehatan. Jika pasien belum pernah imunisasi, berikan serum anti tetanus
1500unit IM dan suntikan booster tetanus difteri (Td) 0,5 ml IM diberikan 4 minggu
kemudian.
Tabel 2. 3 Pemberian Vaksin Td
Antigen Interval Lama %
(Waktu Minimal) perlindungan Perlindungan
(tahun)
Td 1 Padakunjunganpertama - -
(sedini mungkin pada
Kehamilan)
Td 2 4 minggu setelah Td 1 3 80
Td 3 6 bulan setelah Td 2 5 95
Td 4 1 tahun setelah Td 3 10 99
Td 5 1 tahun setelah Td 4 25-seumur 99
hidup
Sumber : (Mardalis, 2020)
(7) Kebutuhan Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat
15
penyakit yaitu antara lain sering abortus dan kelahiran premature, perdarahan
pervaginam, koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu pertama
kehamilan dan bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intra uteri (Hatijar et al., 2020):
(8) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya beban berat pada
perut, terjadi perubahan sikap tubuh. Tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan.
Oleh karena itu istrahat dan tidur sangat penting bagi ibu hamil. Ibu hamil dianjurkan
untuk merencanakan periode istirahat, terutama saat hamil tua. Posisi berbaring
miring dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterin dan oksigenasi fetoplasental.
Selama periode istrahat yang singkat, seorang perempuan bisa mengambil posisi
telentang kaki disandarkan pada tinggi dinding untuk meningkatkan aliran vena
dari kaki dan mengurangi edema kaki serta varises vena. Relaksasi adalah
membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakan
dan dipraktikan. Kemampuan relaksasi secara disengaja dan sadar dapat
dimanfaatkan sebagai pedoman untuk mengurangi ketidaknyamanan yang normal
sehubungan dengan kehamilan. Selain itu, relaksasi juga mengurangi stress sehingga
persepsi nyeri tidak mengganggu dan ibu masih mampu melahirkan anak (Jannah,
2017).
1) Kebutuhan Dasar Psikologis
Dalam masa kehamilan, wanita hamil tidak hanya membutuhkan kebutuhan
fisiologis saja melainkan selama hamil kondisi psikologis ibu harus diperhatikan agar
dapat mendeteksi terjadinya kelainan daripada ibu yang bisa membahayakan kondisi
janin nantinya. Adapaun kebutuhan dasar psikologis ibu hamil (Hatijar et al., 2020)
sebagai berikut:
(1) Dukungan Keluarga
Pertama: ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan Kedua:
ayah-ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini Ketiga:
seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
16
Keempat: Walaupun ayah-ibu kandung maupun mertua ada didaerah lain, sangat
didambakandukungan melalui telepon, surat atau doa dari jauh
(2) Dukungan dari tenaga kesehatan
Pertama: aktif-melalui kelas antenatal
Kedua: Pasif-dengan memberi kesempatan pada mereka yang mengalami masalah
untuk berkonsultasi
Ketiga: Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang ada disekitar ibu
hamil/pasca bersalin yaitu bapak (suami ibu bersalin), kakak (saudara kandung dari
calon bayi/sibling) serta faktor penunjang. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
peran keluarga, khususnya suami sangat diperlukan bagi seorang perempuan hamil.
Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami guna kehamilan akan mempererat
hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil
akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilan yang sehat. Dukungan
yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan
kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil mengidam, mengingatka minum tablet zat
besi, maupun membantu ibu melakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil.
Walau suami melakukan hal kecil, tindakan tersebut mempunyai makna yang berarti
dalam meningkatkan kesehatan psikologis ibu hamil kearah yang lebih baik.
(3) Persiapan menjadi orang tua kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat
dianggap sebagai masa transisiatau peralihan. Terlihat adanya peralihan yang sangat
besar akibat kelahiran dan peran yang baru serta ketidakpastian yang terjadi sampai
peran yang baru ini dapat disatukan dengan anggota keluarga yang baru.
2.1.1.4 Tanda Bahaya dalam Kehamilan
1) Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan sering kali
merupkan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sebagai berikut (Hatijar et al.,2020):
(1) Sakit kepala hebat
(2) Sakit kepala menetap
(3) Tidak hilang dengan istrahat
17
Terkadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilannya adalah gejala dari preeklamsia Hal ini disebabkan edema pada otak
dan meningkatnya retensi otak yang mempengaruhi system saraf pusat yang dapat
menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan.
2) Penglihatan kabur
Penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah
normal. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa
adalah perubahan visual mendadak misalnya penglihatan kabur atau berbayang,
melihat bintik-bintik (spot) dan berkunang-kunang. Selain itu, adanya skotoma,
diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menunjukkan adanya
preeklamsia berat yang mengarah pada eklamsia. Hal ini disebabkan adanya
perubahan peredaraan darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
retina (edema retina dan spasme dalam pembuluh darah). Perubahan penglihatan ini
mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat. Diagnosis nyeri kepala,
gangguan penglihatan kejang atau koma dan hipertensi (Hatijar et al., 2020).
3) Bengkak pada muka dan tangan
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa sehingga tidak seberapa penting untukpenentuan diagnosis
preeklamsia. Selain itu, kenaikan BB ½ kg setiap minggunya dalam kehamilan masih
dianggap normal tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali mkan perlu
kewaspadaan teradap timbulnya preeklamsia. Hampir separuh dari ibu- ibuakan
mengawali bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristrahat
atau meninggikan kaki. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah apabila ditandai
dengan tanda- tanda berikut ini (Hatijar et al., 2020):
(1) Jika muncul pada muka dan tangan
(2) Bengkak tidak hilang setelah beristrahat bengkak disertai dengan keluhan fisik
18
lainnya seperti sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur. Hal ini dapat
merupakan pertanda anemia gagal jantung atau preeklamsia.
4) Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak
normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristrahat.
Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul,
persalinan preterm, gastritis, abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi
(Hatijar et al., 2020).
5) Gerakan bayi yang berkurang
Gerakan janin adalah suatu hal yang biasa terjadi pada kehamilan yaitu pada usia
kehamilan 20- 24 minggu. Ibu mulai merasakan gerak bayinya selama bulan ke-5
atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Gerakan janin
tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu umur kehamilan, transport glukosa,
stimulus pada suara, kebiasaan janin, ibu yang merokok dan penggunaan obat-
obatan oleh ibu hamil. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 ali dalam periode 3 jam.
Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat serta jika
ibu makan dan minum dengan baik. Hal yang paling penting bahwa ibu hamil perlu
waspada terhadap jumlah gerakan janin ibu hamil perlu melaporkan jika terjadi
penurunangerakan janin terhenti (Hatijar et al., 2020).
6) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam dalam kehamilan jarang yang normal/fisiologis. Pada
awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan sedikit/spotting disekitar
waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan
hal tersebut normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan perdarahan ringan
mungkin pertanda dari serviks yang rapuh (erosi). Perdarahan semacam ini mungkin
suatu tanda infeksi yang tidak membahayakan nyawa hamil dan janinnya. Perdarahan
pada masa kehamilan yang patologis dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut
(Hatijar et al., 2020):
19
(1) Perdarahan pada awal masa kehamilan yaitu perdarahan yang terjadi pada masa
kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan pervaginam dikatakan tidak normal
bila ada tanda-tanda berikut yaitu keluar darah merah, perdarahan yang banyak dan
perdarahan dengan nyeri perdarahan semacam ini perlu dicurigai terjadinya abortus,
kehamilan ektopik dan kehamilan molahidatidosa.
(2) Perdarahan pada masa kehamilan lanjut yaitu perdarahan yang terjadi pada
kehamilan 22 minggu sampai sebelum persalinan. Perdarahan tidak normal bila
terdapat tanda-tanda berikut ini yaitu keluar darah merah segar atau kehitaman
dengan bekuan, perdarahan banyak kadang- kadang/tidak terus menerus dan
perdarahan disertai rasa nyeri Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa,
solusio plasenta dan rupture uteri. Selain itu perlu dicurigai adanya gangguan
pembekuan darah.
2.1.1.5 Penatalaksanaan dalam Kehamilan
1) Kunjungan Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
Menurut Permenkes (2021), pelayanan kesehatan pada masa hamil dilakukan paling
sedikit 6 (enam) kali selama masa kehamilan meliputi:
(1) 1 (satu) kali pada trimester I
(2) (dua) kali pada trimester II
(3) (tiga) kali pada trimester III
2) Pelayanan Kesehatan Masa Hamil (Antenatal Care/ANC)
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan yangmemiliki
kompetensi dan kewenangan dan paling sedikit 2 (dua) kali oleh dokter atau dokter
spesialis kebidanan dan kandungan pada trimester pertama dan ketiga. Pelayanan
Kesehatan Masa Hamil yang dilakukan dokter atau dokter spesialis yang dimaksud
termasuk pelayanan ultrasonografi (USG). Pelayanan Kesehatan Masa Hamil wajib
dilakukan melalui pelayanan antenatal sesuai standar dan secara terpadu. Pelayanan
Antenatal Care (ANC) terpadu menurut Permenkes (2021), meliputi :
(1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
20
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang
kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi
badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko
pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko
untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion). Keperluan penambahan BB
semua ibu hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum hamil.
Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan BB dan
TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Penambahan BB selama hamil dan
perkembangan janin berhubungan dengan BB dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT)
(Tyastuti danWahyuningsih,2016).
Cara menghitung IMT adalah :
Tabel 2. 4 Klasifikasi Indeks Masa Tubuh
Nilai Kategori
IMT
< 18,5 Berat badan kurang (underweight)
18,5 hingga 22,9 Berat badan normal
23 hingga 24,9 Kelebihan berat badan (overweight)
dengan risiko
25 hingga 29,9 Obesitas grade I
> 30 Obesitas grade II
Sumber: (P2PTM Kemenkes RI, 2018).
Pada ibu hamil Trimester III akan mengalami peningkatan berat badan rata rata
sebanyak 0,4 - 0,5 kg setiap minggunya, peningkatan berat badan selama trimester III
mencapai 5 - 5,5 kg. Peningkatan berat badan dari mulai awal kehamilan sampai
akhir kehamilan adalah 9 - 12 kg (Fitriahadi, 2017).
(2) Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
21
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama,
tekanan ini harus cukup tinggi untuk menjamin tekanan pendorong yang optimal,
tanpatekanan ini, otak dan jaringan lainnya tidak akan menerima aliran yang
memadai. Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi yang dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh darah halus. Oleh
karena itu, peningkatan atau penurunan tekanan ini akan berpengaruh kepada
homeostatis tubuh (Sherwood, 2019). Mean Arterial Pressure (MAP) adalah rata-rata
nilai tekanan arterial dinilai dari pengukuran diastole dan systole, kemudian
ditentukan nilai rata-rata
dengan rumus:
MAP = X (2X Diastole X Sistole)3
Apabila didapatkan MAP ≥ 90, maka ibu harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebihmemadai (Nurbudiman, 2020).
(3) Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiIA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energy kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama
(beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK
akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
(4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukanuntuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
(5) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
22
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,atau kepala
janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
(6) Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi
Pemberian imunisasi tetanus artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit
tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Imunisasi tetanus berguna
untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum. Memberi kekebalan
terhadap penyakit tetanus terhadap ibu dan janin yang dikandungnya, sehingga pada
saat melahirkan ibu dan bayi terhindar dari penyakit tetanus. Antitoksin yang
melewati plasenta kejanin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian
tetanus neonatorum. Efektifitas dua dosis Td selama hamil dalam mencegah tetanus
neonatorum berkisar antara 80-100%. Pada ibu hamil Imunisasi tetanus sebaiknya
diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi tetanus lengkap
Td1 dapat diberikan sejak diketahui postif hamil dimana biasanya diberikan pada
kunjungan pertama ibu hamil kesarana kesehatan. Jika pasien belum pernah
imunisasi, berikan serum anti tetanus 1500 unit IM dan suntikan booster tetanus
difteri (Td) 0,5 ml IM diberikan 4 minggu kemudian.
(7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 (sembilan puluh) tablet
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan
yang diberikan sejak kontak pertama.
(8) Tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan
laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,
hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria, HIV,
23
dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium
lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
(9) Tata laksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai
dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
(10) Temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa.
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi: Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar
beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
2.1.2 Hipertensi dalam Kehamilan
2.1.2.1 Definisi Hipertensi Kehamilan
Hipertensi pada kehamilan adalah adanya tekanan darah 140 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg diatas nilai
normal (Imaroh, I.I, dkk, 2018). Hipertensi pada kehamilan dapat menimbulkan
komplikasi yang membahayakan pada ibu hamil diantaranya adalah preeklamsia dan
eklamsia (Junaidi, 2010 dalam Basana, Lely D.U, dkk, 2017). Hipertensi karena
kehamilan yaitu tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang disebabkan
karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang menyebabkan gangguan serius
kehamilan. Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan dengan tingkat
aktifitas dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg (Pemiliana, PD, dkk,
2018).
2.1.2.2. Klasifikasi hipertensi pada kehamilan
Hipertensi pada kehamilan dapat digolongkan menjadi hipertensi kronik,
24
gestasional, preeklamsia, eklamsia dan Superimposed preeklamsiaeklamsia.
1) Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik adalah suatu kondisi hipertensi yang telah muncul sebelum
kehamilan atau hipertensi yang muncul pada umur kehamilan belum masuk ke dalam
minggu ke-20. Hipertensi tetap ada walaupun lebih dari 12 minggu setelah
melahirkan. Ditandai dengantekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg ataupun gabungan keduanya (Setyawati,
Budi, dkk, 2015). Hipertensi kronik pada kehamilan yaitu apabila tekanan darahnya
≥140/90 mmHg, terjadi sebelum kehamilan atau ditemukan sebelum 20 minggu
kehamilan. Seringkali merupakan hipertensi esensial/primer, dan didapatkan pada
3,6-9% kehamilan dan dapat bertahan lama sampai lebih dari 12 minggu pasca
persalinan (Alatas, Haidar, 2019). Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang
sudah ada sebelumnya semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu.
Preeklamsia pada hipertensi kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini
daripada preeklamsiaaa murni, serta cenderung cukup parah dan pada banyak kasus
disertai dengan hambatan pertumbuhan janin (Manuaba, 2007 dalam Suryani, Sri dan
Ririn W, 2018).
2) Hipertensi Gestasional
Pregnancy Induced Hypertension/ Gestational Hypertension yaitu adanya
tekanan darah 140 /90 mmHg atau lebih atau peningkatan 20 mmHg pada tekanan
diastolik setelah 20 minggu usia kehamilan dengan pemeriksaan minimal 2 kali
setelah 24 jam pada wanita yang sebelumnya normal. Apabila dikuti dengan
proteinuria dan oedema maka dikategorikan preeklampsia. Bila ditambah dengan
kejang adalah eklampsia (Fitriahadi, E, 2017). Hipertensi gestasional merupakan
peningkatan tekanan darah yang terjadi akibat dari proses kehamilan, dimana
peningkatan tekanan darah secara abnormal terjadi akibat proses kehamilan tanpa
disertai dengan protein urine. Hipertensi gestasional ini biasa terjadi saat terjadi
hemodiolusi yaitu pada akhir semester II atau pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu (Irianti, Bayu, dkk, 2013). Hipertensi gestasional berat adalah kondisi
25
peningkatan tekanan darah > 160/110 mmHg. Tekanan darah baru menjadi normal
pada post partum, biasanya dalam sepuluh hari. Pasien mungkin mengalami sakit
kepala, penglihatan kabur, dan sakit perut dan tes laboratorium abnormal, termasuk
jumlah trombosit rendah dan tes fungsi hati abnormal. Hipertensi gestasional terjadi
setelah 20 minggu kehamilan tanpa adanya proteinuria. Penyebabnya belum jelas,
tetapi merupakan indikasi terbentuknya hipertensi kronis dimasa depan sehingga
perlu diawasi dan dilakukan tindakan pencegahan (Alatas, Haidar 2019).
(1) Diagnosis
Tekanan darah ≥140/90 mmHg, Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil,
tekanan darah normal di usia kehamilan, Tidak ada proteinuria, Dapat disertai tanda
dan gejala preeklamsia, seperti nyeri ulu hati dan trombositopenia
(2) Tatalaksana
Pantau tekanan darah, urine, dan kondisi janin setiap minggu, Jika tekanan
darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia ringan, Jika kondisi janin memburuk
dan pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin, Beri tahu
pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklamsia dan eklamsia, Jika tekanan
darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
(3) Penanganan
Tanyakan pada ibu mengenai tekanan darah sebelum dan selama kehamilan serta
tanda tanda trias preeclampsia, Tanyakan tentang riwayat tekanan darah tinggi dan
preeklampsia pada ibu dan keluarga, Periksa dan monitor tekanan darah, protein
urine, reflek dan oedema, Anjurkan ibu untuk rutin ANC dan persiapan rujukan
untuk persalinan (Fitriahadi, E, 2017).
26
menggunakan amnanesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan laboratorium.
2) Langkah II Interpretasi Data Dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau masalah klien atau
kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagosa tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan terhadap klien.
Masalah bisa menyertai diagnosa. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang harus
diberikan kepada klien.
3) Langkah III Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini merupakan langkah mengidentifikasikan masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan agar masalah potensial tidak terjadi.
Dalam pemberian asuhan pada ibu hamil trimester III, bersalin, nifas, dan bayi
fisiologis belum memerlukan antisipasi diagnosa atau masalah potensial.
4) Langkah IV Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Menetapkan perlunya 27 angkah 27 segera dan melaksanakannya berdasarkan
masalah potensial yang dirumuskan. Tindakan segera dilakukan untuk mengantisipasi
kondisi yang membahayakan nyawa ibu dan janin sehingg ibu dan janinnya dapat
diselamatkan. Tindakan segera bisa merupakan intervensi langsung oleh bidan, bisa
juga merupakan 27angkah2727 dengan profesi lain. Dalam pemberian asuhan pada
ibu hamil trimester III, bersalin, nifas, dan bayi fisiologis belum memerlukan
27angkah27 segera.
5) Langkah V Perencanaan Asuhan Komprehensif
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh 27 angkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
6) Langkah VI Implementasi
27
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
28angkah perencanaan, dilaksanakan secara efisien dan aman Walaupun bidan tidak
melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
penatalaksanaannya dengan melibatkan pasien dan keluarga.
7) Langkah VII Evaluasi
Langkah ini merupakan 28 angkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
dilaksanakan tetapi belum efektif, atau merencakan kembali yang belum terlaksana.
2.2.2 Pendokumentasian SOAP
Metode SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan
manajemen kebidanan (Surtinah et al., 2019).
1) Subyektif Data
Subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney dalam langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien. Data subjektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosis yang
disusun.
2) Objektif
Data Objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney dalam langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui observasi dari pemeriksaan antropometri, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3) Analisa
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan intervensi kesimpulan)
dari data subjektif dan data objektif. Analisa yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien,
28
dapat terus diikuti dan diambil keputusan atau tindakanyang tepat. Analisa
merupakan pendokumentasian manajeman kebidanan menurut Helen Varney dalam
langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah
potensial.
4) Penatalaksanaan
Merupakan mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.Pelaksanan asuhan sesuai rencana yang telah
disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.Dalam
penatalaksanaan juga harus mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan
yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan atau hasil pelaksanaan
tindakan.Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan
perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP.
29
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Data Subjektif
1. Biodata
Golongan Darah O+ O+
30
4. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan kalau ini merupakan pernikahan pertama ,pernikahan
ibu sah, dan lama menikah 13 tahun
5. Riwayat Kehamilan,Persalinan,Nifas dan Laktasi yang Lalu
Hamil Tgl UK Jenis Tem Kond Keadaan bayi saat lahir Kondis
ke- lahir (bln/ persa pat/ isi i nifas
saat PB BB JK Kondis Kondisi
/um mgg linan peno
i saat sekaran
ur ) long bersa
lahir g
anak lin
1 14 th 39 mg Spt.B PMB/ Sehat 49 3.800 L Sehat Sehat Sehat
Bidan cm gr
2018 abortus
2
3 2019 Abortu
s
4 Ini
31
nyeri ulu hati, sakit kepala yang hebat,pusing, cepat lelah, dan mata
berkunang-kunang.
32
1) Bernafas
Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat bernafas.Pola makan dan minum
Ibu mengatakan menu makanan yang sering dikonsumsi ibu berupa
nasi,daging/ikan, sayur, tahu dan tempe dengan komposisi seperempat
piring nasi,setengah piring sayuran,sepotong ikan atau daging ukuran
sedang, sepotong tahu dan sepotong tempe. Ibu makan 3 kali sehari
dengan porsi secukupnya, minum sekitar 8 gelas air sehari dan ibu
mengatakan tidak ada pantangan/alergi serta keluhan saat makan dan
minum.
2) Pola eliminasi
Ibu mengatakan ibu buang air kecil kurang lebih 7 kali dalam
sehari,warna jernih, bau tidak menyengat dan buang air besar 1 kali
sehari dengan konsistensi lunak, warna kecoklatan dan ibu mengatakan
tidak ada keluhan saat buang air kecil dan buang air besar.
3) Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan tidur malam sekitar 7 jam dalam sehari dan istirahat
siang selama kurang lebih 30 menit sehari dan ibu mengatakan tidak ada
gangguan tidur.
4) Pekerjaan
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak melakukan pekerjaan berat sehari-
hari,ibu hanya melakukan pekerjaan rumah.
5) Personal hygiene
Ibu mengatakan ibu mandi 2 kali dalam sehari, keramas 3 kali
seminggu,menggosok gigi 2 kali sehari,dan mengganti pakaian dan
pakaiandalam setiap sehabis mandi atau ketika basah atau kotor.
6) Perilaku seksual
Ibu mengatakan sejak memasuki Trimester I kehamilan ibu
mengurangi frekuensi berhubungan seksualnya menjadi 1-2 kali dalam
seminggu, dengan posisi senyaman ibu dan ibu mengatakan tidak ada
33
keluhan saat berhubungan seksual.
7) Sikap/respon terhadap kehamilan sekarang
Ibu mengatakan kehamilannya direncanakan dan diterima.
8) Kekhawatiran-kekhawatiran terhadap kehamilan sekarang
Ibu mengatakan tidak ada kekhawatiran terhadap kehamilannya
sekarang.
9) Respon keluarga terhadap kehamilan
Ibu mengatakan respon keluarga terhadap kehamilan sangat baik
dan menerima.
10) Dukungan suami dan keluarga
Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung dengan baik kehamilan
ini.
11) Rencanapersalinan
Ibu mengatakan berencana melahirkan di Rumah Sakit dan ditolong oleh
bidan.
12) Persiapan persalinan lainnya
Ibu mengatakan sudah mempersiapkan beberapa persiapan
persalinan seperti biaya persalinan, pendonor yaitu kakak dan adik
perempuan ibu, perlengkapan ibu dan bayi, ibu akan di dampingi suami
saat bersalin, suami dan keluarga sudah mempersiapkan alat tranportasi
yang digunakan untuk menuju ke fasilitas Kesehatan berupa sepeda
motor, serta berkas penting seperti KTP, KK, Jaminan kesehatan dan
Buku KIA.
13) Perilaku spiritual selama kehamilan
Ibu mengatakan tidak ada ritual khusus, hanya bersembahyang
bersama suami dan keluarga.
9. Pengetahuan
Ibu mengatakan belum mengetahui penyebab dan cara mengatasi pusing
yang dialaminya.
34
3.2 DataObjektif
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda Vital
2) Nadi : 97 kali/menit
3) Suhu :36,7°C
4) Respirasi :20 kali/menit
3. Antropometri
1) Berat Badan : 62 kg
2) Berat Badan sebelum hamil : 60 kg
6) IMT : 23,43
4. Keadaan Fisik
1) Kepala:
a. Wajah ibu tidak pucat,tidak ada edema pada wajah ibu,dan tidak
adacloasma pada wajah.
b. Mata ibu simetris, kunjungtiva ibu berwarna merah muda dan
35
scleramata ibu berwarna putih.
c. Bibir ibu lembab dan berwarna kemerahan dan tidak ada caries
padagigi ibu atau keluhan lainnya pada mulut dan gigi.
2) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan tidak ada pelebaran vena jugularis pada leher ibu.
3) Dada
Tidak ada wheezing, tidak ada nyeri dada, payudara ibu simetris,
puting susu menonjol, kolostrum ibu sudah mulai keluar, tidak ada
benjolan dan retraksi pada bagian payudara ibu,payudara ibu bersih dan
tidak ada pembesaran limfe pada aksila ibu.
4) Abdomen
a. Inspeksi: Tampak pembesaran perut ibu belum terlihat, tidak ada
bekasluka operasi, terdapat linea nigra dan striaealbican.
b. Palpasi: TFU : 3 jari diatas simpisis
Leopold I : TFU teraba 3 jari diatass simpisis.Leopold II :
tidak dilakukan
Leopold III : tidak dilakukan Leopold IV : tidak dilakukan
Auskultasi:
Punctum maksimum terdapat dibagian sisi kanan bawah perut ibu
dengan DJJ didapatkan hasil 125 kali/menit dengan irama teratur.
5) Anogenital
Tidak ada pengeluaran cairan, tanda-tanda infeksi, tidak ada luka,
tidakada pembengkakan, tidak ada varises, tidak dilakukan inspikulo
vagina dan vaginatoucher dan tidak ada haemoroid di anus.
6) Tangan dan Kaki
a. Tangan:
Pada tangan ibu tidak ada edema (bengkak), keadaan kuku tangan
ibu bersih dan kuku ibu berwarna kemerahan.
36
b. Kaki:
Tidak ada edema pada kaki ibu, tidak ada varises, keadaan kaki
kuku ibu bersih, kuku kaki ibu berwarna kemerahan, reflek patella kaki
kanan ibu positif dan reflek patella kaki kiri ibu positif.
5. Pemeriksaan Penunjang
Ibu sudah melakukan pemeriksaan penunjang di Trimester I
kehamilanpada tanggal 02-03-2024 dengan hasil:
1) Hb : 12,5 gr/dl
2) GDA : 117 ml/dl
3.3 Analisa
1. Analisa : G4P1A2 UK 12 minggu 2 hari
2. Masalah : Belum mengetahui penyebab dan cara mengatasi keluhan
pusing.
1) Penatalaksanaan
Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu sehat dan ibu
mengalami hipertensi pada kehamilan. Ibu paham dengan hasil pemeriksaan.
2) melakukan informed concent terhadap tindakan selanjutnya. Ibu paham dan
bersedia dengan tindakan selanjutnya.
3) Memberikan KIE penyebab pusing yaitu pusing pada ibu hamil disebabkan
adanya perubahan hormone progesterone yang meningkat terjadi saat
perempuan hamil mampu melebarkan pembuluh darah. Sehingga tubuh akan
mengalirkan lebih banyak darah ke bayi yang berada di dalam kandungan.
Sistem kardiovaskuler dan detak jantung ibu hamil meningkat hingga 50%.
Akibatnya ibu hamil mengalami keluhan pusing. Ibu paham dengan penyebab
pusing yang dialaminya.
4) Memberitahu ibu beberapa cara mengatasi pusing, yaitu makan teratur dan
bergizi seimbang, mengatur pola makan yang sehat seperti rendah garam,
rendah kolesterol, dan rendah hidrat arang serta meningkatkankan konsumsi
37
buah-buahan dan sayur-sayuran. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
5) Menyarankan pada ibu untuk menghindari makanan yang asin secara
berlebihan karena dapat meningkatkan kadar kolesterol dan bisa meningkatkan
tekanan darah.
Ibu mengerti dan akan mencoba untuk menghindari makan yang mengandung
kadar garam yang berlebihan.
6) Memberitahu ibu cara mengatasi tengkuk yang terasa pegal salah satunya
dengan cara melakukan senam hamil yang bertujuan untuk melatih otot-otot
serta melancarkan peredaran darah. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan
akan mencobanya.
7) Memberitahu ibu tanda bahaya. kehamilan seperti perdarahan pervaginam,
sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, rasa nyeri yang hebat di bagian
bawah perut. bengkak pada wajah, tangan dan berkurang. kaki, dan pergerakan
janin
38
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan dijelaskan tentang kesenjangan antara teori yang
ada dengan kasus yang dibuat. Dalam menjelaskan kesenjangan itu digunakan
langkah - langkah manajemen kebidanan yaitu subjektif, objektif, analisa data dan
penatalaksanaan.
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk dapat mengambil kesimpulan
dan pemecahan masalah yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut
di dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan efisien khususnya
pada ibu hamil yang mengalami Hipertensi Gestasional.
39
TD:150/90 mmHg, dilakukan pengecekan protein urine hasilnya negatif, TFU tiga
jari diatas simpisis. Berdasarkan penelitian Pregnancy Induced Hypertension/
Gestational Hypertension yaitu adanya tekanan darah 140 /90 mmHg atau lebih atau
peningkatan 20 mmHg pada tekanan diastolik setelah 20 minggu usia kehamilan
dengan pemeriksaan minimal 2 kali setelah 24 jam pada wanita yang sebelumnya
normal. Apabila dikuti dengan proteinuria dan oedema maka dikategorikan
preeklampsia. Bila ditambah dengan kejang adalah eklampsia (Fitriahadi, E, 2017).
Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi akibat
dari proses kehamilan, dimana peningkatan tekanan darah secara abnormal terjadi
akibat proses kehamilan tanpa disertai dengan protein urine. Hipertensi gestasional
ini biasa terjadi saat terjadi hemodiolusi yaitu pada akhir semester II atau pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu (Irianti, Bayu, dkk, 2013. Berdasarkan data tersebut
tidak ada kesenjangan teori dan praktik.
4.3 Analisa
Pengkajian analisa pada Perempuan “KA” berdasarkan hasil pemeriksaan
data sujektif dan objektif yaitu dapat dirumuskan diagnosa yaitu diagnosa G4P1A2
UK 12 Minggu dengan Hipertensi Gestasional. Tidak ada kesenjangan teori dan
praktik.
4.4 Penatalaksanaan
Pada ibu hamil yang mengalami pusing dan hipertensi Gestasional maka
penatalaksanaan yang diberikan yaitu Memberikan KIE penyebab pusing yaitu
pusing pada ibu hamil disebabkan adanya perubahan hormone progesterone yang
meningkat terjadi saat perempuan hamil mampu melebarkan pembuluh darah.
Sehingga tubuh akan mengalirkan lebih banyak darah ke bayi yang berada di dalam
kandungan. Sistem kardiovaskuler dan detak jantung ibu hamil meningkat hingga
50%. Akibatnya ibu hamil mengalami keluhan pusing. Ibu paham dengan penyebab
pusing yang dialaminya. Memberitahu ibu beberapa cara mengatasi pusing, yaitu
makan teratur dan bergizi seimbang, mengatur pola makan yang sehat seperti
rendah garam, rendah kolesterol, dan rendah hidrat arang serta meningkatkankan
konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
40
diberikan. Menyarankan pada ibu untuk menghindari makanan yang asin secara
berlebihan karena dapat meningkatkan kadar kolesterol dan bisa meningkatkan
tekanan darah.
Ibu mengerti dan akan mencoba untuk menghindari makan yang
mengandung kadar garam yang berlebihan.
41
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan pengalaman langsung dari lahan
praktek melalui studi kasus, serta membandingkan antara teori dengan praktik
berdasarkan hasil pengkajian mengenai asuhan kebidanan (SOAP) pada Perempuan
"KA" G4P1A2, maka dapat disimpulkan:
1) Pengkajian data subjektif pada perempuan “KA” yaitu Ibu mengeluhkan pusing
dan sudah mempunyai riwayat hipertensi saat hamil.
2) Pengkajian data objektif pada perempuan “KA” yaitu keadaan umum baik,
kesadaran composmetis, tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi 97 kali/menit,
respirasi 20 kali/menit, suhu 36,7 C, TFU teraba 3 jari diatas simpisis, DJJ 125
x/menit.
3) Pengkajian analisa data pada perempuan “KA” dapat dirumuskan diagnosa dan
masalah yaitu G4P1A2 UK 12 MK Minggu 2 Hari dengan Hipertensi Gestasional
4) Penatalaksanaan yang diberikan pada perempuan “KA” yaitu Menginformasikan
hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu sehat dan ibu mengalami hipertensi pada
kehamilan. Ibu paham dengan hasil pemeriksaan.
2) melakukan informed concent terhadap tindakan selanjutnya. Ibu paham dan
bersedia dengan tindakan selanjutnya.
3) Memberikan KIE penyebab pusing yaitu pusing pada ibu hamil disebabkan
adanya perubahan hormone progesterone yang meningkat terjadi saat perempuan
hamil mampu melebarkan pembuluh darah. Sehingga tubuh akan mengalirkan lebih
banyak darah ke bayi yang berada di dalam kandungan. Sistem kardiovaskuler dan
detak jantung ibu hamil meningkat hingga 50%. Akibatnya ibu hamil mengalami
keluhan pusing. Ibu paham dengan penyebab pusing yang dialaminya.
4) Memberitahu ibu beberapa cara mengatasi pusing, yaitu makan teratur dan
bergizi seimbang, mengatur pola makan yang sehat seperti rendah garam, rendah
kolesterol, dan rendah hidrat arang serta meningkatkankan konsumsi buah-buahan
dan sayur-sayuran. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.Menyarankan
42
pada ibu untuk menghindari makanan yang asin secara berlebihan karena dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan bisa meningkatkan tekanan darah.
Ibu mengerti dan akan mencoba untuk menghindari makan yang mengandung kadar
garam yang berlebihan.
6) Memberitahu ibu cara mengatasi tengkuk yang terasa pegal salah satunya dengan
cara melakukan senam hamil yang bertujuan untuk melatih otot-otot serta
melancarkan peredaran darah. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan
mencobanya.
7) Memberitahu ibu tanda bahaya. kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit
kepala yang hebat, penglihatan kabur, rasa nyeri yang hebat di bagian bawah perut.
bengkak pada wajah, tangan dan berkurang. kaki, dan pergerakan janin.
Dan dokumentasi asuhan.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Bisma Barat No.25 A Telp (0362) 7001042, Fax (0362) 2134 Kode Pos 81117
Nama Mahasiswa : Desak Putu Balik Setiawati
NIM : 2106091005
Singaraja………,……2024
Pembimbing Institusi
NIM : 2106091005
Singaraja………,……2024
Pembimbing Lapangan