Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terbukanya pasar bebas bisa mengakibatkan tingginya kompetisi

disektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit baik swasta, pemerintah

maupun rumah sakit asing akan semakin keras. Untuk merebut pasar yang

semakin terbuka bebas dan tuntutan terhadap pelayanan di rumah sakit,

dimana rumah sakit harus memberikan pelayanan kepada pasien langsung

dapat dilayani secara cepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau. Arus

demokrasi dan peningkatan supremasi hukum dengan diberlakukannya

Undang–Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menuntut

pengelola rumah sakit lebih transparan, berkualitas dan memperhatikan

kepentingan pasien.

Visi Indonesia Sehat 2010 menuntut adanya pelayanan kesehatan yang

bermutu. Rumah Sakit sebagai salah satu tempat untuk menciptakan

masyarakat sehat baik secara jasmani dan rohani, secara prima dalam hal

pelayanan rawat inap maupun gawat darurat.

Tenaga kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang

terdiri dari tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga paramedis non perawatan

dan tenaga non medis. Dari semua katagori tenaga kesehatan yang bekerja di

rumah sakit, tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan mereka

1
2

mempunyai waktu kontak dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga

kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai peranan penting dalam

menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit

(Simmons, 2001).

Kinerja menjadi isu dunia saat ini (WHO, 2006). Hasil penelitian

Direktorat Keperawatan dan PPNI mengenai kegiatan perawat diketahui

bahwa lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan kesehatan adalah

kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005). Masalah umum yang terjadi

dalam pelayanan keperawatan menurut Aditama (2003) adalah kurangnya

perawat yang memiliki pendidikan tinggi, banyaknya perawat yang kurang

ramah dan kurangnya kesabaran perawat dalam menghadapi pasien. Asuhan

keperawatan mempunyai tujuan antara lain mencegah terjadinya kondisi

memburuk dan komplikasi melalui observasi dan monitoring yang ketat

disertai kemampuan untuk menginterpretasikan setiap data yang didapat dan

melakukan tindakan lanjut (DEPKES, 2001).

Setiap tindakan manusia selalu didorong oleh faktor-faktor tertentu,

sehingga terjadi tingkah laku. Faktor pendorong ini bisa disebut motivasi atau

motif untuk berbuat sesuatu. Motif-motif pada saat tertentu akan menjadi aktif

bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan (Handoko, 2002).

Menurut George R. dan Leslie W mengatakan bahwa motivasi adalah “getting

a person to exert a high degree of effort” yang artinya motivasi membuat

seseorang bekerja lebih berprestasi (Matutina, 1993). Sedang menurut David


3

McClelland menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku

”The Achieving Society”: Motivasi untuk berprestasi, motivasi untuk

berkuasa, Motivasi untuk berafiliasi atau bersahabat (Robbins, 2001).

Beberapa perawat memiliki motivasi untuk bekerja dengan sebaik-

baiknya dan kreatif, sementara yang lainnya hanya merasa cukup dengan asal

selesai mengerjakan tugasnya tanpa memikirkan hasilnya. Sehingga untuk

memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, pimpinan harus benar-benar

memperhatikan motivasi perawat, karena motivasi tersebut akan terefleksi

dalam pekerjaan mereka. Banyak perawat menikmati pekerjaan yang

dilakukan bersama-sama dalam satu tim, saling bersosialisasi dalam suasana

kerja yang menyenangkan. Keanggotaan dalam organisasi profesi juga akan

memberikan motivasi, mereka akan menemukan hal-hal yang baru dan solusi

dalam memecahkan masalah klien baik dari organisasi tersebut maupun dari

kolega-kolega mereka (Swansburg, 1996).

Program patient safety adalah untuk menjamin keselamatan pasien di

rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam memberikan

pelayanan kesehatan antara lain : infeksi nosokomial, pasien jatuh, pasien

decubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan bunuh diri yang bisa

dicegah dan kegagalan profilaksis (Kusnanto, 2007).

Berdasarkan observasi awal, secara keseluruhan program patient

safety RS Kota Jogja sudah baik, tapi pelaksanaan terutama laporan kejadian

tak diharapkan belum maksimal. Yang masih perlu diperhatikan masalah inti
4

yaitu penerapan program dilapangan yang merujuk pada konsep patient

safety, karena walaupun sosialisasi, pelatihan sudah dilaksanakan tapi sikap

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara aman

yang merujuk pada konsep patient safety belum optimal, juga masih sering

ditemukan keterlambatan penggantian cairan infus, angka kematian pasien

dan kejadian infeksi nosokomial masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

konsep patient safety yang sudah disosialisaikan belum dijalankan secara

maksimal. Masalah tersebut diduga penyebabnya adalah sikap perawat dalam

mendukung penerapan program patient safety masih rendah.

Mengingat kondisi masyarakat yang semakin kritis dan mudah untuk

melakukan tuntutan hukum, keadaan ini sangat rawan bagi petugas medis

maupun institusi rumah sakit. Seperti misalnya kasus dugaan malpraktek yang

mengakibatkan dua orang pasien meninggal di RS At Medika, Kabupaten

Palopo Sulawesi Selatan pada bulan Nopember dan Januari 2008, setelah

dilakukan investigasi, polisi akhirnya menetapkan seorang perawat menjadi

tersangka (Berita Tempo, 2009). Dalam mengobati pasien, keselamatan atau

perlindungan pasien dari efek pemeriksaan dan pengobatan harus diutamakan.

Peningkatan mutu pelayanan tidak ada artinya jika keselamatan pasien

terancam.
5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian yaitu “adakah pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan

patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Kota Jogja?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan

patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Kota Jogja.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengaruh motivasi berprestasi atau achievement perawat

terhadap penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit

Kota Jogja.

b. Menganalisis pengaruh motivasi berkuasa atau power perawat

terhadap penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit

Kota Jogja.

c. Menganalisis pengaruh motivasi bersahabat atau affiliation perawat

terhadap penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit

Kota Jogja.

d. Menganalisis pengaruh secara bersama-sama motivasi berprestasi,

motivasi berkuasa dan motivasi bersahabat perawat terhadap

penerapan patient safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Kota Jogja.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi manajemen Rumah Sakit Kota Jogja : Hasil penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi upaya pengembangan

sumber daya manusia dalam meningkatkan motivasi perawat terhadap

penerapan program patient safety.

2. Bagi Program Magister Manajemen Rumah Sakit UMY : Diharapkan

penulisan ini dapat memperkaya bahasan dalam bidang manajemen

sumber daya manusia bidang kesehatan yang berhubungan dengan

motivasi perawat terhadap penerapan patient safety.

3. Bagi peneliti : Peneliti dapat menerapkan ilmu atau teori pada waktu

kuliah yang digunakan untuk penelitian ini. Disamping itu penelitian ini

menambah wawasan bagi peneliti tentang faktor motivasi terhadap

penerapan patient safety.

Anda mungkin juga menyukai