Contoh Kasus Patient Safety
Contoh Kasus Patient Safety
Contoh Kasus Patient Safety
2019, pasien di rawat di ruangan Mawar dengan diagnosa Kejang demam . Sesuai instruksi dokter yang
merawat bahwa diperintahkan agar diberikan obat anti kejang yang bernama Pentoin secara infus ,
dengan
tujuan mencegah kembali pasien kejang . Perawat yang baru bertugas tanpa melihat catatan petugas
perawat
sebelumnya, langsung mencabut infus. Apa yang terjadi ; beberapa menit setelah pencabutan infus
pasien
mengalami kejang-kejang sampai tidak sadarkan diri. Segera keluarga pasien melaporkan kejadian ini.
Analisa dari kasus diatas : terlihat bahwa kelalaian perawat sangat membahayakan keselamatan
pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat diwajibkan mengikuti sesi laporan harian
yang
disampaikan oleh petugas sebelumnya, dengan mengikuti sesi laporan tersebut, petugas yang akan
bertugas
akan mendapatkan berita tentang kondisi semua pasien yang dirawat dan rencana baru sesuai instruksi
kerja
yang terakhir diberikan oleh dokter. Didalam kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip yang
benar
dalam pemberian obat. Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai
atau tidak
dengan order, dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip itu. Disamping itu terkait dengan hal ini
perawat tidak mengaplikasikan konsep patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahannya pasien
mengalami kejang kembali, tentu hal ini samhat membahayakan, bahkan dengan pasien tidak sadarkan
diri
sudah terjadi kelainan di jalan nafasnya, atau pasien bisa mengalami kematian secara mendadak.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus menerapkan keselamatan
pasien.
Perawat harus melibatkan kognitif, afektif, dan tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien.
Perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan harus dengan penuh kepedulian. Persepsi perawat untuk
menjaga
keselamatan pasien sangat berperan dalam pencegahan, pengendalian dan peningkatan keselamatan
pasien
secara terus menerus) dan tersering berinteraksi pada pasien berbagai prosedur dan tindakan
keperawatan. Hal ini dapat memberikan peluang yang besar untuk terjadi kesalahan dan keselamatan
pasien. Selain itu kelelahan pada perawat merupakan faktor yang berkontribusi terjadinya kesalahan
(Mattox, 2012). Karakteristik perawat mempengaruhi pekerjaannya sehari-hari dan berpotensi terhadap
kesalahan dalam keselamatan pasien (White,2012) .
2.Perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan karakteristik perawat yang bersifat bawaan yang teridentifikasi berupa
tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan pengalaman pribadi. Faktor eksternal yang mempengaruhi
perilaku perawat adalah lingkungan, seperti pengaruh orang lain yang dianggap penting atau
kepemimpinan, budaya dan system organisasi. Faktor ini sering menjadi faktor dominan yang mewarnai
perilaku seseorang ( Notoatmojo, 2007)
3.Faktor eksternal berupa pengaruh orang lain juga dapat menimbulkan persepsi perawat terhadap
pelaksanaankeselamatan pasien. Perilaku perawat yang tidak menjaga keselamatan pasien berkontribusi
terhadap insiden
1 Choo, Hutchinson & Bucknall, 2010,Nurse’s role in medication safety, Jurnal of Nursing
Management, vol 18/No.5
2 White, N.,2012,Understanding the role of non technical skills in patient safety .Nursing
Standard, Vol 26/No 26
3 Notoatmojo, S, Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta, Rhineka Cipta, 2007
keselamatan pasien. Perawat yang tidak memiliki kesadaran terhadap situasi yang cepat memburuk
gagal mengenali apa yang terjadi dan mengabaikan informasi klinis penting yang terjadi pada pasien
dapat mengancam keselamatan pasien (Reid, 2012)
4. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya perhatian, motivasi,kecerobohan dan kelelahan
beresiko terjadinya kesalahan selanjutnya. Pengurangan kesalahan dapat dicapaidengan memodifikasi
perilaku (Choo dkk, 2010)
Keselamatan pasien merupakan hak pasien yang dijamin dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit,untuk itu pihak rumah sakit perlu meminimalkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
dalam setiaptindakan yang dilakukan terhadap pasien di rumah sakit. Salah satu upaya meminimalkan
kejadian-kejadiantersebut adalah dengan pembentukan Tim Keselamatan Pasien di rumah sakit yang
bertugas menganalisis danmengkaji kejadian-kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
Strategi meningkatkan keselamatan pasien oleh Permenkes (2011) melalui enam sasaran
keselamatanpasien rumah sakit meliputi identifikasi pasien dengan tepat, meningkatkan komunikasi
yang efektif,meningkatkan keamanan obat perlu diwaspadai, memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi,mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan mengurangi risiko jatuh.
Joint Commision International (JCI) menetapkan sasaran internasional keselamatan pasien dengan
meningkatkan keamanan obatobatan, memastikan lokasi pembedahan, prosedur yang benar dan
pembedahan pada pasien yang benar, memastikan keamanan resiko jatuh pasien (JCI, 2011). Sembilan
solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)
4 Reid, J.,& Bromiley,M. 2012. Clinical human factors: the need to speak up to improve patient safety,
Nursing Standard Vol 26/No 35
5)Choo et all, 2010, Nurse’s role in medication safety, Jurnal of Nursing Management, vol 18/No.5
Berdasarkan kasus diatas solusi untuk pemecahan masalah mengenai perawat yang tidak mengikuti
operan
pergantian jam dinas. Perawat harus mengetahui standar keselamatan pasien sesuai dengan uraian
DepKes,
sebagai berikut :
1. Hak pasien
keselamatan pasien
Standar: Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil
Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib
membuat
rencana pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan
benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien
Standar: RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam
asuhan pasien.
Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem dan mekanisme
mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
pendidikan
tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat : Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan
jujur,
mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk hal
yang tidak dimengerti, memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, mematuhi instruksi dan
menghormati
peraturan RS, memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dan emenuhi kewajiban finansial
yang
disepakati.
Standar : RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
Kriteria : Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari RS,
terdapat
koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan
baik dan
lancar, terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan
keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan
primer dan
tindak lanjut lainnya, terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat
Standar : RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan
melakukan
Kriteria : Setiap RS harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada visi, misi,
dan
tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan
faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan "Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien RS", setiap RS harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan:
pelaporan
insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan, setiap RS harus melakukan
evaluasi
intensif terkait dengan semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu
proses
kasus risiko tinggi, setiap RS harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan
perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar: Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi
dalam organsasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit”,
pimpinan
menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program
menekan
atau mengurangi kejadian tidak diharapkan, pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
oordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien,
pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan menigkatkan kinerja rumah
sait
serta meningkatkan keselamatan pasien dan pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas konribusinya
dalam
Kriteria: Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien, tersedia program
proaktif
untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis
kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “kejadian nyaris cedera (Near miss) sampai dengan “Kejadian
Tidak
Diharapkan” (Adverse event), Tersedia mekanisme kerja untuk menjmin bahwa semua komponen dari
rumah
sakit terintregrasi dan berpatisipasi dalam program keselamatan pasien, tersedia prosedure “cepat
tanggap”
terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan
Standar VI: mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
Standar: rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria: Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang
memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing, setiap rumah sakit harus
megintregasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi
pedoman yan
jelas tentang pelaporan insiden dan setiap rumah sakit harus menyelenggarkan pelatihan tentang
kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
Standar VII: Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standar: Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keelamatan pasien
untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat waktu
dan
akurat.
Kriteria: Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh
data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien, tesedia mekanisme identifikasi
masalah
prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the processes of
healthcare.”
Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan
dari
kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Jika
perawat
mengetahui dan mengaplikasikan dengan benar konsep patient safety, perawat akan sebisa mungkin
Perawat seharusnya menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, sebagai berikut :
1. Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya alergi obat,
menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat, mengetahui
reaksi
obat, mengetahui efek samping obat, hanya memberikan obat yang didiapkan diri sendiri.
2. Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis
dengan
3. Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadarluarsa obat,
4. Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien yang akan
diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks di tempat tidur pasien
5. Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara pemberian
pada
label/kemasan obat.
6. Tepat dokumentasi : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien, nama
obat,
dosis, cara, dan waktu pemberian obat (Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997)7
Sebagai seorang kepala ruangan hal yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah ini adalah
menegur
perawat yang bersangkutan terhadap kelalaian tindakan yang dilakukan. Selalu mengobservasi
berjalannya
operan pergantian jam dinas dilaksananakan dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan lagi.
Sebagai seorang kepala ruangan menjelaskan kepada keluarga tindakan yang akan dilakukan yaitu
pemberian
Tujuan: agar demam kejang teratasi atau agar tidak terjadi kejang berulang
Petugas : Perawat
6 Cooper et al ,Handbook of research on patient safety and quality care through health
informatics,AHISA book series,
7 Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. 1997,Professional Nursing practice: Concepts perspectives,3rd Ed,New
York, Addison –
Awesley USA
Pelaksanaan :
Pasang klem infus dan pasang ujung slang infus pada ujung wing needle
BB 10 kg selanjutnya 1ml/kgBB/jam
Misalnya berat badan 15 kg maka kebutuhan cairan rumatan adalah (10x4) + (5x2) = 40+10 = 50 ml/jam,
•
Apabila kejang teratasi maka dilanjutkan pemberian fenobarbital secara IV langsung setelah kejang
berhenti
dengan dosis awal : usia > 1 tahun : 75 mg lalu dilanjutkan dengan dosis rumatan diberikan 4 jam
kemudian
:dua hari pertama 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis dan hari berikutnya 4-5 mg/kgBB/hari dibagi
dalam
2 dosis
KESIMPULAN
1. Keselamatan pasien merupakan hak pasien yang dijamin dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah
Sakit
2. Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa
Near
3. Keselamatan pasien merupakan hak pasien. Artinya pasien berhak memperoleh keamanan dan
keselamatan
dirinya selama masa perawatan di rumah sakit (Kemenkes, 2009). UU No 36 Tahun 2009 Pasal 53 ayat 3
tentang kesehatan menyatakan, bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan nyawa
pasien.
Bahkan keselamatan pasien telah menjadi prioritas untuk layanan kesehatan seluruh dunia (Cosway,
2012).