Dokumen tersebut membahas tentang preformulasi yang didefinisikan sebagai fase pengembangan formula obat untuk mempelajari aspek fisika dan kimia molekul obat guna mengembangkan sediaan obat yang aman, efektif dan stabil. Tujuan preformulasi antara lain menentukan parameter fisikokimia molekul obat, memastikan stabilitas dan kinetikanya, serta mengetahui kompatibilitasnya dengan bahan tambahan. Area studi preformul
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
92 tayangan32 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang preformulasi yang didefinisikan sebagai fase pengembangan formula obat untuk mempelajari aspek fisika dan kimia molekul obat guna mengembangkan sediaan obat yang aman, efektif dan stabil. Tujuan preformulasi antara lain menentukan parameter fisikokimia molekul obat, memastikan stabilitas dan kinetikanya, serta mengetahui kompatibilitasnya dengan bahan tambahan. Area studi preformul
Dokumen tersebut membahas tentang preformulasi yang didefinisikan sebagai fase pengembangan formula obat untuk mempelajari aspek fisika dan kimia molekul obat guna mengembangkan sediaan obat yang aman, efektif dan stabil. Tujuan preformulasi antara lain menentukan parameter fisikokimia molekul obat, memastikan stabilitas dan kinetikanya, serta mengetahui kompatibilitasnya dengan bahan tambahan. Area studi preformul
Dokumen tersebut membahas tentang preformulasi yang didefinisikan sebagai fase pengembangan formula obat untuk mempelajari aspek fisika dan kimia molekul obat guna mengembangkan sediaan obat yang aman, efektif dan stabil. Tujuan preformulasi antara lain menentukan parameter fisikokimia molekul obat, memastikan stabilitas dan kinetikanya, serta mengetahui kompatibilitasnya dengan bahan tambahan. Area studi preformul
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32
PREFORMULASI
TFS Semisolid & Liquid
Pertemuan 2 Pengertian Preformulasi Didefenisikan sebagai suatu fase dalam pengembangan formula obat yang mempelajari mengenai aspek-aspek fisika dan kimia dari molekul obat dengan tujuan untuk mengembangkan sedian obat yang aman, efektif dan stabil. Tujuan Preformulasi Menentukan parameter fisikokimia suatu molekul obat Memastikan stabilitas dan kinetikanya Mengetahui kompatibilitas/kecocokan dengan eksipien/bahan tambahan Memberikan gambaran bagaimana suatu produk obat akan diproses dan disimpan untuk memastikan stabilitasnya. Area Studi Preformulasi Organoleptik Analisa Stabilitas Karakter bulk/produk ruahan Stabilitas larutan
Kristalinitas dan polimorfisme Stabilitas bentuk solid
Higroskopisitas Kompatibilitas bahan
Ukuran partikel aktif - eksipien
Laju alir serbuk Kelarutan Konstanta ionisasi – pKa Solubilisasi Koefisien partisi Disolusi Organoleptik Pengujian organoleptik/pemerian umumnya dilakukan manual dengan alat indra manusia. Hasil uji organoleptik, seperti bentuk, warna, aroma, rasa harus dicatat. Pengamatan sifat organoleptis dapat dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis Beberapa istilah organoleptik pada FI IV Karakter Bulk/Ruahan Kristalinitas Struktur internal dan bentuk eksternal dari suatu kristal molekul obat (dikenal dengan ‘habit’) dapat mempengaruhi sifat-sifat fisikokimia dari suatu molekul, misalnya sifat aliran, kestabilan, dan daya kempa. Perubahan pada struktur internal molekul dapat menyebabkan perubahan bentuk eksternal/habit. Suatu struktur senyawa bisa memiliki beberapa bentuk kristal eksternal/habit yang berbeda (bentuk plat, spatula, jarum, tabular, prismatik, dll) tergantung kondisi lingkungannya. Kristalinitas diketahui dengan menggunakan teknologi difraksi X-ray. Berdasarkan kristalinitasnya bahan baku obat dapat berbentuk: 1. Amorf 2. Kristalin Bentuk amorf adalah bentuk yang tidak beraturan (non kristalin). Bentuk ini didapatkan dengan metode pengendapan, lipofilisasi dan pendinginan secara cepat. Senyawa bahan baku obat dengan bentuk amorf umumnya memiliki kelarutan dan kecepatan disolusi lebih tinggi namun cendrung tidak stabil karena memiliki energi termodinamik yang tinggi. Senyawa obat berbentuk kristalin memiliki stabilitas lebih baik. Contohnya pada bahan aktif Novobisin, bentuk amorfnya10X lebih mudah larut dan memiliki efek terapi lebih baik dari pada bentuk kristalnya. Polimorfisme Banyak bahan aktif obat yang memiliki lebih dari satu bentuk kristal dengan pengaturan kisi-kisi yang berbeda. Sifat seperti ini disebut polimorfisme. Bahan aktif obat yang bersifat polimorf, dapat memiliki sifat-sifat fisiko kimia yang berbeda walaupun molekulnya sama, seperti kelarutan, titik didih, densiti, kekerasan, sifat pengempaan. Polimorfisme memberi dampak yang cukup signifikan pada formulasi, biofarmasetika dan proses kimia suatu sediaan. Higroskopisitas Banyak senyawa obat, terutama bentuk garam yang larut dalam air, mempunyai kecendrungan menyerap kelembapan. Kadar air bahan baku obat tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kelembapan lingkungan, temperatur, area permukaan. Tingkatan higroskopisitas ada 4: 1. Sedikit higroskopik: penambahan berat ≥ 0.2 % w/w dan < 2% b/b 2. Higroskopik: penambahan berat ≥ 0.2 % w/w dan < 15% b/b. 3. Sangat higroskopik: penambahan berat ≥ 15% b/b 4. Deliquescent: banyak air terserap sehingga material mencair. Ukuran partikel Ukuran partikel dapat disebutkan dengan istilah berikut: sangat kasar, kasar, kasar sedang, halus, sangat halus. Ukuran partikel akan mempengaruhi: Kecepatan disolusi Kemampuan tersuspensi Keseragaman Kemudahan penetrasi Metode-metode penentuan ukuran partikel: pengayakan, mikroskopi, kecepatan sedimentasi, difraksi energi cahaya, laser holography. Laju alir serbuk Laju alir dapat dipengaruhi oleh perubahan ukuran, bentuk dan kerapatan/density partikel. Laju alir tergantung pada: Kekuatan gesekan Kohesi antara satu partikel dengan partikel lain Partikel halus memiliki laju alir yang buruk karena, partikel halus akan mengisi ruang diantara partikel kasar dan menyebabkan pemadatan. Bahan tambahan seperti glidant bisa membantu mengatasi pemadatan, misalnya: talc. Penentuan laju alir dengan metode ‘Angle of repose’ Penentuan laju alir dengan metode ‘Carr’s Index’ Pengukuran kompresibiliti Carr’s Index Kelarutan Kelarutan solid didefenisikan sebagai konsentrasi di mana fase cair berada dalam kesetimbangan dengan fase padat pada temperatur dan tekanan yang ditetapkan. Kelarutan menentukan banyaknya obat yang terlarut, jumlah obat yang tersedia untuk diabsorbsi. Kelarutan obat dalam cairan fisiologi pada rentang pH 1 – 8 sangat penting untuk diketahui. Berdasarkan kelarutan dan permeabilitas suatu senyawa dikategorikan dalam 4 kelas: 1. Kelas 1: kelarutan tinggi, permeabilitas tinggi 2. Kelas 2: Kelarutan rendah, permeabilitas tinggi 3. Kelas 3: kelarutan tinggi, permeabilitas rendah 4. Kelas 4: kelarutan rendah, permeabilitas rendah Tingkat kelarutan suatu senyawa diklasifikasikan sebagai berikut: pKa atau konstata ioniasi Mayoritas kandidat senyawa obat adalah asam atau basa lemah. pH dari medium mempengaruhi kelarutan dari senyawa asam dan basa. Ionisasi senyawa asam/basa lemah tergantung pH medium. Senyawa obat yang tidak terionisasi larut dalam lemak, sehingga dapat menemus membran lipid. Senyawa yang terionisasi tidak larut lemak, sehingga permeabilitasnya juga rendah. Penting untuk mengetahui jumlah molekul yang terioniasi pada pH tertentu, karena kelarutan, penyerapan, stabilitas, dan aktivitas obat dipengaruhi oleh parameter tersebut. Persamaan Henderson Hasselbalch Untuk senyawa basa
Untuk senyawa asam
Pada pKa = pH, 50% senyawa terionisasi,
50% tidak terionisasi (log 1 = 0) Koefisien Partisi Adalah rasio pendistribusian obat kedalam pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut lipofilik (oktanol) dan pelarut hidrofilik (air). P= Bahan obat dengan koefisien partisi tinggi akan mudah larut dalam pelarut non polar (contoh: toluen, heksan, dsb). Bahan obat dengan koefisien partisi rendah akan mudah larut dalam pelarut polar (contoh: air, alkohol, dsb). Solubilisasi/ Pelarutan Solubilisasi didefinisikan sebagai peristiwa senyawa obat menjadi larutan. Kelarutan senyawa obat berpengaruh terhadap ketersediaan hayati obat/bioavailabilitas. Metode yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan adalah perubahan pH, kosolvensi, konstanta dielektrik, pelarutan oleh surfaktan, kompleksasi, hidrotropi, dan modifikasi kimia obat, dll. Disolusi Menentukan kecepatan disolusi intrinsik obat pada rentang pH cairan fisiologis sangat penting karena dapat digunakan untuk memprediksi absorbsi dan sifat fisikokimia Uji disolusi menggunakan media cair yang dibuat kondisinya sama dengan pH cairan fisiologis tubuh. Stabilitas Jenis stabilitas senyawa obat 1. Stabilitas bentuk larutan 2. Stabilitas bentuk padat
Stabilitas bentuk larutan
Pada stabilitas bentuk larutan dekomposisi obat terjadi melalui hidrolisis, oksidasi, dan fotolisis. Hidrolisis adalah proses penguraian yang sering ditemukan dalam formulasi obat. Reaksi biasanya terjadi pada ester, lakton, laktam, amida, imida, dan oksim Kecepatan hidrolisis dapat dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen atau hidroksida jika proses hidrolitik bergantung pada pH. Senyawa seperti fenol, amin aromatik, aldehida, eter, dan senyawa alifatik tidak jenuh segera bereaksi dengan oksigen dari atmosfer autooksidasi. Penguraian degradatif dapat dicegah dengan menghilangkan oksigen dengan cara mengaliri/mengisi bagian permukaan atas kemasan dengan gas nitrogen (inert). Fotolisis. Cahaya dapat menyebabkan penguraian (fotolisis) pada bahan obat. Sebagai contoh: riboflavin, Na-prusida, nifedipin, steroid, klorpromazin, hidroklortiazid, cefotaxin, dsb. Reaksi fotolisis biasanya terkait dengan oksidasi karena reaksi ini sering diawali oleh cahaya. Saat senyawa obat terpapar sinar UV, ia mengabsorbsi energi dan menyebabkan reasksi degradasi Stabilitas bentuk padat Sabilitas bentuk padat tergantung pada suhu, cahaya, kelembaban, perubahan polimorfis, oksidasi. Pengujian bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi penyimpanan yang stabil serta mengetahui eksipien yang sesuai. Sampel diletakkan dalam vial terbuka, kemudian dipaparkan langsung pada temperatur, kelembapan dan intensitas cahaya yang bervariasi sampai 12 jam. Vial dipaparkan pada oksigen dan nitrogen untuk menguji oksidasi permukaan dan stabilitas kimia, perubahan polimorfis dan perubahan warna. Kompatibilitas obat - eksipien Untuk mengetahui apakah senyawa obat kompatibel/cocok dengan bahan tambahan/eksipien. Metodenya dengan mencampurkan bahan obat dengan eksipien dengan jumlah 1:1 dalam 1 vial kaca, kemudian disimpan pada suhu 50°C dalam waktu tertentu. Tugas Kelompok Buatlah preformulasi (berdasarkan literatur/monograf) syrup Paracetamol yang mengandung bahan sebagai berikut berdasarkan karakter organoleptik, kandungan, kelarutan, struktur, stabilitas dan inkompatibilitas: Paracetamol Propilen glikol Gliserin Sukrosa Sakarin Propylparaben Methylparaben
Tuliskan literature/monograf yang dipakai (gunakan FI atau famakope
lain misalnya USP, BP, JP, Handbook of Excipients/ Merck Index, Martindale dll). Contoh Sorbitol Karakter Keterangan Pemerian serbuk, butiran atau kepingan; putih; rasa manis; higroskopis Kelarutan sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, dalam metanol P dan dalam asetat P. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat Stabilitas sorbitol secara kimiawi relatif inert dan kompatibel dengan kebanyakan eksipien, stabil di udara dengan tidak adanya katalis dan dalam dingin, asam encer dan alkali. Sorbitol tidak menggelapkan atau terurai pada suhu tinggi Inkompatibiltas sorbitol akan membentuk khelat air yang larut dalam air dengan banyak divalen dan ion logam trivalen pada kondisi asam dan basa. Penambahan cairan polietilenglikol menjadi larutan sorbtol dengan agitasi yang kuat, menghasilkan lilin, air-gel larut dengan titik leleh 35-408oC. Larutan sorbitol juga bereaksi dengan oksida besi menjadi berubah warna.