Hap HPP
Hap HPP
Hap HPP
HPP
Kelompok 5 :
Aurellia Agnethasya
Delfira Suci Ramadani
Maysha Fadila
Nur Aini
Sonia Vaindri
Wahyuni Irwan
Dosen Pembimbing :
Metri Lidya ,SKp.M.Biomed
Pengertian
Menjalani perawatan
Mengalami syok
ventilasi mekanis
Menginfeksi paru-paru
Peningkatan suhu
Gangguan pertukaran gas
Hipertermi
Adanya sekret
1) Trauma Persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus
diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada
jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.
2) Atonia Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus
diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat
uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
1. Atonia Uteri
• Gejala yang selalu ada:
Uterus tidak berkontraksi 2. Robekan Jalan lahir
dan lembek dan • Gejala yang selalu ada:
perdarahan segera setelah perdarahan segera, darah
anak lahir (perarahan segar mengalir segera
postpartum primer) setelah bayi lahir,
• Gejala yang kadang- kontraksi uterus baik,
kadang timbul: Syok plasenta baik
(tekanan darah rendah, • Gejala yang kadang-
denyut nadi cepatdan kadang timbul: pucat,
kecil, ekstremitas dingin, lemah, menggigil
gelisah, mual dan lain-
lain)
4. Tertinggalnya Plasenta (sisa
3. Retensio Plasenta plasenta)
Gejala yang selalu ada: plasenta • Gejala yang selalu ada :
belum lahir setelah 30 menit, plasenta atau sebagian
perdarahan segera, kontraksi selaput (mengandung
uterus baik pembuluh darah) tidak
Gejala yang kadang-kadang lengkap dan perdarahan
timbul: tali pusat putus akibat segera
traksi berlebihan, inversi uteri • Gejala yang kadang-kadang
akibat tarikan, perdarahan timbul: Uterus berkontraksi
lanjutan baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang
5. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak
teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta
belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat
Gejala yang kadang-kadang timbul:
Syok neurogenik dan pucat.
Komplikasi
1. Memudahkan terjadinya :
Anemia yang berkelanjutan
Infeksi puerperium
2. Terjadi necrosis hipofise anterior dan sindrom Sheehan
Kelemahan umum (Asthenia)
Menurunnya berat badan sampai cachexia
Penurunan fungsi seksual
Memudarnya tanda-tanda seks sekunder
Turunnya metabolisme – hipotensi
Amenorea sekunder
3. Kematian perdarahan post partum
Penatalaksanaan
beri uterotonika 10 ml IV
1. Penatalaksanaan Umum
dilanjutkan infus 20 ml dalam
Ketahui secara pasti kondisi ibu
500ml NS/RLdengan tetesan 40
bersalin sejak awal tetes/menit)
Pimpin persalinan dengan Pastikan plasenta telah lahir
mengacu pada persalinan bersih lengkap dan eksplorasi
dan aman kemungkinan robekan jalan lahir
Selalu siapkan keperluan Bila perdarahan tidak
tindakan gawat darurat berlangsung, lakukan uji bekuan
Segera lakukan penilaian klinik darah
dan upaya pertolongan apabila Pasang kateter tetap dan pantau
dihadapkan dengan masalah dan cairan keluar masuk
komplikasi
Lakukan observasi ketat pada 2
Atasi syok jika terjadi syok jam pertama paska persalinan
Pastikan kontraksi berlangsung dan lanjutkan pemantauan
baik (keluarkan bekuan darah, terjadwal hingga 4 jam
lakukan pijatan uterus, berikutnya
2. Penatalaksanaan Khusus b. Retensio plasenta dengan separasi
a. Atonia uteri parsia
▪ Tentukan jenis retensio yang terjadi
Kenali dan tegakan kerja
karena berkaitan dengan tindakanyang
atonia uteri akan diambil
Sambil melakukan ▪ Regangkan tali pusat dan minta pasien
pemasangan infus dan untuk mengejan, bila ekspulsi tidak
pemberian uterotonika, terjadi coba traksi terkontrol tali pusat
lakukan pengurutan uterus ▪ Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc
NS atau RL dengan tetesan 40/menit,
Pastikan plasenta lahir
bila perlu kombinasikan dengan
lengkap dan tidak ada misoprostol 400 mg per rektal
laserasi jalan lahir ▪ Bila traksi terkontrol gagal melahirkan
Lakukan tindakan spesifik plasenta, lakukan manual plasenta
yang diperlukan : secara hati-hati dan halus
Kompresi bimanual ▪ Restorasi cairan untuk mengatasi
hipovolemia
eksternal , Kompresi
▪ Lakukan transfusi darah bila diperlukan
bimanual internal ,
▪ Berikan antibiotik profilaksis (ampicilin
Kompresi aorta 2 gr IV/oral + metronidazole 1gr
abdominalis supp/oral)
▪ Jepit porsio dengan klem
c. Plasenta inkaserat ovum pada jam 12, 4 dan 8
Tentukan diagnosis kerja dan lepaskan speculum
Siapkan peralatan dan ▪ Tarik ketiga klem ovum
agar ostium, tali pusat dan
bahan untuk
plasenta tampak jelas
menghilangkan kontriksi ▪ Tarik tali pusat ke lateral
serviks yang kuat sehingga menampakkan
Bila bahan anestesi tidak plasenta disisi berlawanan
tersedia, lakukan agar dapat dijepit sebanyak
mungkin, minta asisten
manuver sekrup untuk memegang klem
untuk melahirkan tersebut
plasenta ▪ Lakukan hal yang sama
Pasang spekulum Sims pada plasenta kontra lateral
sehingga ostium dan ▪ Satukan kedua klem
sebagian plasenta tersebut, kemudian sambil
diputar searah jarum jam
tampak jelas tarik plasenta keluar
perlahan-lahan.
d. Ruptur uteri
▪ Berikan segera cairan
isotonik (RL/NS) 500 cc
dalam 15-20 menit dan ▪ Bila luka mengalami
siapkan laparatomi nekrosis yang luas dan
▪ Lakukan laparatomi untuk kondisi pasien
melahirkan anak dan mengkwatirkan lakukan
plasenta, histerektomi
fasilitas pelayanan ▪ Lakukan bilasan peritonial
kesehatan dasar harus dan pasang drain dari
merujuk pasien ke rumah cavum abdomen
sakit rujukan ▪ Antibiotik dan serum anti
▪ Bila konservasi uterus tetanus, bila ada tanda-
masih diperlukan dan tanda infeksi
kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan
operasi uterus
e. Sisa plasenta f. Ruptur perinium dan
▪ Penemuan secara dini, robekan dinding vagina
dengan memeriksa ▪ Lakukan eksplorasi untuk
kelengkapan plasenta mengidentifikasi lokasi
setelah dilahirkan laserasi dan
▪ Berika antibiotika karena sumber perdarahan
kemungkinan ada ▪ Lakukan irigasi pada tempat
endometriosis luka dan bubuhi larutan
▪ Lakukan eksplorasi antiseptic
digital/bila serviks terbuka ▪ Jepit dengan ujung klem
dan mengeluarkan bekuan sumber perdarahan kemudian
darah atau jaringan, bila ikat dengan benang yang
serviks hanya dapat dilalui dapat diserap
oleh instrument, lakukan ▪ Lakukan penjahitan luka dari
evakuasi sisa plasenta bagian yang paling distal
dengan dilatasi dan kuret ▪ Khusus pada ruptur perineum
▪ Hb 8 gr% berikan transfusi komplit dilakukan penjahitan
atau berikan sulfat ferosus lapis demi lapis dengan
600 mg/hari selama 10 hari bantuan busi pada rektum
jika setelah eksploitasi
g. Robekan serviks lanjutkan tidak dijumpai
▪ Sering terjadi pada sisi robekan lain, lakukan
lateral, karena serviks yang penjahitan, jahitan dimulai
terjulur akan mengalami dari ujung atas robekan
robekan pada posisi spina kemudian kearah luar
ishiadika tertekan oleh sehingga semua robekan
kepala bayi dapat dijahit
▪ Bila kontraksi uterus baik, ▪ Setelah tindakan periksa
plasenta lahir lengkap, tanda vital, kontraksi uterus,
tetapi terjadi perdarahan tinggi fundus uteri dan
banyak maka segera lihat perdarahan paska tindakan
bagian lateral bawah kiri ▪ Berikan antibiotika
dan kanan porsio profilaksis, kecuali bila jelas
▪ Jepitan klem ovum pada ditemui tanda-tanda infeksi
kedua sisi porsio yang ▪ Bila terjadi defisit cairan
robek lakukan restorasi dan bila
sehingga perdarahan kadar Hb dibawah 8 gr%
dapat segera di hentikan berikan transfusi darah
Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang sering muncul antara lain :
2. Perfusi perifer tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke jaringan akibat perdarahan post partum
3. Hipovolemia yang berhubungan dengan kekurangan cairan akibat
output berlebih atau perdarahan post partum
4. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
5. Risiko infeksi berhubungan dengan ruptur peritonium dan robekan
dinding vagina
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan ( SLKI ) Intervensi ( SIKI )