Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Lompat ke isi

Kartu nama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kartu nama pengacara tahun 1895.

Kartu nama adalah kartu yang berisikan informasi seseorang atau perusahaan.[1] Kartu nama biasanya bertuliskan nama, telepon, dan alamat rumah atau kantor.

Sejarah dari kartu nama pertama kali tercatat mulai abad ke-15 di Tiongkok. Dahulu pada mulanya kartu nama atau míngcì (名刺) dibuat hanya untuk bentuk undangan khusus.[butuh rujukan] Di negara Barat, baru pada abad ke-17 di Eropa fungsi kartu nama mulai diperkenalkan sebagai "kartu dagang" yang berguna untuk memberitahukan lokasi pedagang tertentu.[butuh rujukan]

Seiring perkembangan zaman, kartu nama mulai dikenal sebagai salah satu media pelengkap untuk data diri singkat. Bisa juga sebagai tanda pengenal di bidang bisnis.

Variasi global

[sunting | sunting sumber]

Kartu nama di Jepang disebut meishi (名刺). Kartu nama di Jepang biasanya menampilkan nama perusahaan di bagian atas dengan ukuran besar, diikuti dengan jabatan dan kemudian nama orang. Informasi ini ditulis dalam huruf Jepang di satu sisi dan terkadang disertai huruf Latin di sisi sebaliknya. Informasi kontak penting lainnya yang biasanya ditulis antara lain alamat bisnis, nomor telepon dan nomor faks. Meishi dapat juga berisi kode QR untuk memberikan rincian kontak dalam bentuk yang dapat dibaca mesin,[2] tetapi ini belum dipraktikan secara luas. Menurut survei 2007, kurang dari 3% orang Jepang memiliki meishi yang disertai dengan kode QR.[3]

Pemberian meishi dari seseorang kepada orang lain lebih formal dan sakral dibandingkan negara Barat. Kartu harus dipegang di dua sudut atas, menghadap ke atas dan diputar sehingga dapat dibaca oleh orang yang menerima meishi. Sang penerima akan mengambilnya menggunakan kedua tangan di bawah dua sudut kartu. Menempatkan jari seseorang di atas nama atau informasi lain dianggap tidak sopan. Setelah menerima meishi, seseorang diharapkan untuk membaca kartu tersebut, terutama nama dan pangkat orang yang memberikan kartu. Si penerima kemudian harus berterima kasih kepada si pemberi kartu, dengan mengatakan "choudai itashimasu" ("Saya menerima kartu nama Anda") atau "choudai shimasu", dan kemudian membungkuk.[4] Bila meishi dipertukarkan antar individu dengan status yang berbeda, seperti antara seorang presiden perusahaan dan seseorang manajer menengah. Orang dengan jabatan yang lebih rendah akan memberikan kartu bisnisnya dengan posisi harus berada di bawah (lebih rendah) dari meishi milik orang dengan jabatan yang lebih tinggi.

Meishi harus disimpan dalam tempat kartu nama khusus agar tidak cepat rusak. Sebuah meishi yang diterima juga tidak boleh ditulis/dicorat-coret atau ditempatkan di saku. Kedua hal tersebut dianggap sebagai tanda tidak hormat atau kesembronoan. Jika meishi sedang diberikan di atas meja, penerima menaruh meishi di atas tempat penyimpanan kartu sampai mereka meninggalkan meja. Jika beberapa orang terlibat dalam pertemuan itu dan ada yang menerima beberapa meishi, kartu dari orang dengan jabatan tertinggi akan disimpan di tempat penyimpanan kartu, sementara kartu dari orang lainnya akan ditempatkan meishi di sampingnya tempat penyimpanan kartu (tetap di atas meja).[butuh rujukan]

Cara sang penerima memperlakukan meishi milik seseorang akan menjadi indikasi bagaimana penerima akan memperlakukan sang pemberi meishi. Tindakan seperti melipat meishi, ataupun menempatkan meishi milik orang lain di saku baju/celana akan dianggap sebagai penghinaan terhadap perusahaan atau individu.[butuh rujukan]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "3 Reasons Why Every Freelancer Needs a Business Card". Resource Moon. Resource Moon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-21. Diakses tanggal 20 July 2018. 
  2. ^ "Japanese QR codes provide marketers a glimpse of the future". Japanmarketingnews.com. 2007-01-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 2014-04-03. 
  3. ^ 2007 survey results Diarsipkan May 8, 2012, di Wayback Machine. (Jepang)
  4. ^ De Mente, Boye (1994). Japanese Etiquette & Ethics in Business (edisi ke-6th). Boston: McGraw-Hill. hlm. 24–25. ISBN 0844285307.