Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Lompat ke isi

Kekaisaran Songhai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kekaisaran Songhai

1464–1591
Kekaisaran Songhai (sekitar tahun 1500)
Kekaisaran Songhai (sekitar tahun 1500)
StatusKekaisaran
Ibu kotaGao
Bahasa yang umum digunakanSonghai
Agama
Islam
Agama tradisional Afrika
PemerintahanMonarki
Sonni; nantinya Askiya 
• 1464-1492
Sonni Ali (first)
• 1588-1591
Askia Ishaq II (last)
Sejarah 
• Songhai muncul di Gao
c.1000
• Songhai bebas dari Kekaisaran Mali
1464
• Songhai memulai ekspansi militer
c.1460
• Dinasti Sonni dimulai
1468
• Dinasti Sonni dijatuhkan oleh Dinasti Askia (Pertempuran Anfao)
1493
1591
• Songhai mendirikan Kerajaan Dendi
1592
Luas
15001.400.000 km2 (540.000 sq mi)
Mata uangCowry
(emas, garam dan perunggu juga digunakan)
Didahului oleh
Digantikan oleh
ksrKekaisaran
Mali
krjKerajaan
Dendi
Moroko
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kekaisaran Songhai, juga disebut Kekaisaran Songhay, adalah negara Afrika pra-kolonial di Mali tengah dan timur. Dari awal abad ke-15 sampai akhir abad ke-16, Songhai merupakan salah satu kekaisaran di Afrika terbesar. Kekaisaran ini memiliki yang sama dengan grup etnis utamanya, Songhai. Ibu kota Songhai adalah Gao, tempat negara Songhai kecil telah eksis sejak abad ke-11. Basis kekuatannya berada di Sungai Niger.

Di bawah pemerintahan Sonni Ali, Songhai melampaui Kekaisaran Mali di bidang kekayaan dan kekuasaan, menaklukan wilayah Kekaisaran Mali dan mencapai puncak terbesarnya. Putranya dan penggantinya, Sonni Bāru (1492–1493), adalah penguasa kekaisaran yang kurang populer, kemudian digulingkan oleh Muhammad Ture (1493-1528; lalu disebut Askia) salah satu jenderal ayahnya, yang mereformasi politik dan ekonomi di seluruh kekaisaran.

Serangkaian insiden dan kudeta oleh penerus Askia menyebabkan kekaisaran mengalami penurunan dan ketidakstabilan. Kerabat Askia berusaha untuk memerintah kekaisaran, tetapi kekacauan politik dan beberapa perang saudara di dalam kekaisaran memperparah kemunduran, terutama selama pemerintahan brutal Askia Ishaq I (1539-1549). Kekaisaran tersebut mengalami periode stabilitas dan serangkaian keberhasilan militer pada masa pemerintahan Askia Daoud (1549-1582 / 1583). Ahmad al-Mansur, sultan Maroko pada saat itu, menuntut pemasukan pajak dari tambang garam kekaisaran.

Cakupan wilayah terluas dari Kekaisaran Songhai

Askia Daoud menanggapi dengan mengirimkan sejumlah besar emas sebagai hadiah dalam upaya untuk menenangkan sultan. Askia Ishaq II (1588-1591) naik ke tampuk kekuasaan dalam perjuangan dinasti yang panjang setelah kematian Askia Daoud. Dia menjadi penguasa terakhir kekaisaran. Pada 1590, al-Mansur mengambil keuntungan dari perselisihan sipil yang baru terjadi di kekaisaran dan mengirim pasukan di bawah komando Judar Pasha untuk menaklukkan Songhai dan untuk mendapatkan kendali atas rute perdagangan Trans-Sahara. Setelah kekalahan telak di Pertempuran Tondibi (1591) Kekaisaran Songhai runtuh. Kerajaan Dendi menggantikan kekaisaran sebagai kelanjutan dari budaya dan masyarakat Songhai.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Cissoko, S. M., Timbouctou et l'empire songhay, Paris 1975.
  • Hunwick, J., Timbuktu and the Songhay Empire, Leiden 2003.
  • Lange, D., Ancient Kingdoms of West Africa, Dettelbach 2004 (the book has a chapter titled "The Mande factor in Gao history", pp. 409-544).

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]