Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Lompat ke isi

Kosakata Sino-Jepang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kosakata Sino-Jepang atau kango (漢語, kata bahasa Tionghoa) adalah kosakata asal bahasa Tionghoa yang dijadikan kata serapan dalam bahasa Jepang, atau kata-kata yang dibuat di Jepang dengan menggabungkan aksara kanji (wasei kango). Kata-kata dari bahasa Tionghoa semuanya dibaca menurut bacaan Kanji (on'yomi) untuk masing-masing karakter. Nama lain untuk kango adalah kanjigo (漢字語). Selain dalam bahasa Jepang, kosakata dari bahasa Tionghoa juga dikenal dalam bahasa Korea dan bahasa Vietnam yang sama-sama dipengaruhi budaya kanji.

Kosakata Sino-Jepang merupakan salah satu dari tiga kategori kosakata dalam bahasa Jepang modern selain kosakata asli Jepang (wago atau yamato kotoba), kosakata dari bahasa asing (gairaigo), dan kata hibrida (konshugo). Kata-kata asli Jepang misalnya: yama (やま), kawa (かわ), sakura (さくら), kotoba (ことば) yang semuanya adalah kun'yomi. Kosakata Sino-Jepang hampir semua terdiri dari kata benda, misalnya: gengo (言語, bahasa), kasen (河川, sungai-sungai), dōbutsu (動物, hewan).

Selain itu, bahasa Jepang mengenal kosakata yang berasal dari penggabungan aksara kanji (wasei kango), misalnya: shizen (自然, alam), bungaku (文学, sastra), enzetsu (演説, pidato), tetsugaku (哲学, filsafat), dan koten (古典, klasik). Kata-kata asli Jepang seperti ohone (おほね, lobak) dan hinokoto (ひのこと, kebakaran) memiliki padanan dalam wasei kango: 大根 (daikon) dan 火事 (kaji).

Kata-kata bahasa Tionghoa diperkirakan pertama kali dikenal orang Jepang sekitar abad 1 Masehi, atau mungkin sejak lama sebelumnya. Dalam Nihon Shoki (720 M) dijelaskan bahwa introduksi bahasa Tionghoa secara sistematis berlangsung sekitar tahun 400 M setelah buku-buku berbahasa Tionghoa dibawa cendekiawan Korea yang pergi ke Jepang.[1] Aksara Tionghoa dalam bentuk kanbun dipakai untuk menulis dokumen resmi dan karya sastra, sehingga secara bertahap kosakata bahasa Tionghoa terserap ke dalam bahasa Jepang. Setelah Restorasi Meiji, kebudayaan Barat mengalir masuk ke Jepang. Penerjemahan dilakukan secara besar-besaran untuk konsep abstrak dan benda-benda yang baru dikenal, misalnya: kagaku (科学, ilmu), shakai (社会, masyarakat), hikōki (飛行機, pesawat terbang), dan jidōsha (自動車, mobil).

Sekitar 60 persen dari entri kamus Jepang Genkai (1859) adalah kosakata dari bahasa Tionghoa.[1] Institut Nasional Bahasa Jepang mengadakan penelitian terhadap kosakata yang dipakai dalam majalah-majalah Jepang terbitan 1956. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kosakata dari bahasa Tionghoa jauh melebihi jumlah kosakata asli Jepang. Kosakata bahasa Jepang terdiri dari 36,7% kosakata asli Jepang, 47,5% kosakata dari bahasa Tionghoa, 9,8% kosakata asal bahasa asing, dan kosakata hibrida 6,0%.[2]

Hasil penelitian serupa oleh institut yang sama pada tahun 1994 menunjukkan pemakaian kosakata asli Jepang dan kosakata dari bahasa Tionghoa yang semakin menurun. Kosakata asli Jepang hanya sekitar 25,7%, kosakata dari bahasa Tionghoa 34,2%, kosakata asal bahasa asing 33,8%, dan kosakata hibrida 6,4%.[3]

Kamus Jepang Shinsen Kokugo Jiten edisi 8 tahun 2002 berisi 73.181 entri yang terdiri dari kosakata asli Jepang: 24.708 entri (33,8%), kosakata dari bahasa Tionghoa: 35.928 entri (49,1%), kosakata asal bahasa asing: 6.415 entri (8,8%), dan kosakata hibrida: 6.130 entri (8,4%).[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Shibatani, Masayoshi (1990). The Languages of Japan. Cambridge University Press. hlm. 142-145. ISBN 0-5213-6918-5. 
  2. ^ Gendai Zasshi Kyūjusshu no Yōgo Yōji (現代雑誌九十種の用語用字). 国立国語研究所. 
  3. ^ "Gendai Zasshi 2.000.000-ji Gengo Chōsa Goi-hyō (現代雑誌200万字言語調査語彙表)". Diakses tanggal 2009-11-18. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Kyōsuke Kindaichi, et.al., ed. (2002). Shinsen Kokugo Jiten (新選国語辞典). Tokyo: Shogakukan. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]