Papers by Ita Chairun Nissa
Beta: Jurnal Tadris Matematika, 2020
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan ber... more Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan bermain peran terhadap pemecahan masalah calon guru matematika yang mengambil mata kuliah aljabar linier pada semester ketiga. Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain post-test kelompok kontrol yang tidak setara. Empat puluh dua calon guru matematika terlibat dalam penelitian ini dan mereka dibagi menjadi kelompok eksperimen (diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan bermain peran) dan kelompok kontrol (diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis masalah saja). Data dikumpulkan menggunakan tes dan rekaman video. Tes menghasilkan data tentang kemampuan calon guru untuk memecahkan masalah aljabar linier dan rekaman video yang menghasilkan transkrip diskusi calon guru ketika mereka memainkan suatu peran. Data dianalisis melalui dua tahap. Pertama, hasil tes dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji-F untuk mengukur varian kedua kelompok, kemudian mengukur normalitas data menggunakan interpretasi skewness dan kurtosis, dan akhirnya dilakukan uji-t satu pihak untuk mengukur perbedaan hasil tes antara kedua kelompok. Kedua, sampel hasil tes calon guru matematika dari kedua kelompok dan transkrip diskusi dianalisis secara kualitatif untuk memperkuat temuan kuantitatif dan mengungkapkan bagaimana pembelajaran berbasis masalah dengan bermain peran dapat mendukung pemecahan masalah pada calon guru matematika yang menempuh pendidikan guru. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan bermain peran lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah calon guru matematika daripada hanya melakukan pembelajaran berbasis masalah saja. Bermain peran memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berpikir dan mengomunikasikan matematika secara formal dalam konteks pemecahan masalah. Abstract: This study aimed to examine the effect of problem-based learning (PbL) with role-playing toward problem-solving skills of prospective mathematics teachers' (PMTs) who take linear algebra courses. The study was a quasi-experimental with a non-equivalent control group post-test only design. Forty-two PMTs were involved and divided into experimental (taught using PbL combined with role-playing) and control groups (taught using PbL only). Data were collected using tests and video recordings. The test produces data on PMTs' problem-solving skills on linear algebra problems and video recordings resulted in the transcripts of PMTs' discussion when they played a role. Data were analyzed through two stages. Firstly, the results of the test were analyzed quantitatively using F-test to measure the variance of the two groups, then measure the normality of the data using the interpretation of skewness and kurtosis, and finally, one-tail t-test to measure differences in test results between the two groups. Secondly, the sample of PMTs' works in two groups and the transcripts of their conversation were qualitatively analyzed to strengthen the quantitative finding and reveal how PbL with role-playing support PMTs' problem-solving in teacher education. This study shows that PbL with role-playing is more effective to improve students' problem-solving skills
Proceedings of the 2nd Asian Education Symposium (AES 2017), 2017
Pedagogical content knowledge is the intersection of a teacher's knowledge of content, pedagogy, ... more Pedagogical content knowledge is the intersection of a teacher's knowledge of content, pedagogy, and the context of the learning situation, including students. This study offers another approach to improve pedagogical content knowledge of mathematics teachers through MGMP based ELPSA framework. This framework provides a structure for identifying how mathematical concepts and understanding are acquired and developed. ELPSA represents five learning components: Experience, Language, Pictorial, Symbolic and Applications. The subjects of this study were 15 MGMP participants who were trained to design mathematical learning using the ELPSA framework, apply it in the classroom, reflect, and revise the design to produce a lesson plan that allows students to engage mathematically and have problem-solving skills. The data collected were analyzed by triangulating data gathered through observation of instructional events, teacher group discussion and assessments of content knowledge. The results indicated that the teachers lesson plan developed better than ever. They consider student misconception and provide scaffolding and math problems related to daily life. Teachers also feel that their teaching atmosphere in the classroom is more positive. Students talk about mathematics with others and they understand mathematics better and able to use it in problem solving.
Media Pendidikan Matematika, 2019
This study aims to describe the ability of students to understand the concept of the Three Variab... more This study aims to describe the ability of students to understand the concept of the Three Variable Linear Equation System (SPLTV) based on the APOS theory (Action, Process, Object and Schema) in students of MA Tarbiyatul Mustafid Batu Rimpang. This type of research is a qualitative descriptive study with 3 students subject taken from MA Tarbiyatul Mustafid Batu Rimpang students with high, medium and low ability categories. The results of the study show that highly capable subjects have an understanding of the stages of action, processes, objects and schemes. Subjects who are capable of having understanding at the stage of action, process, object and at the schematic stage students cannot design and complete the mathematical model they form. While low-ability subjects have an understanding of the stages of action, process, object but have not fully arrived at these stages because the subject made a mistake in the calculation process so that the solution given is wrong. The understanding possessed by students with moderate and low ability is the same at the scheme stage. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam memahami konsep Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel (SPLTV) berdasarkan teori APOS (Action, Process, Object and Schema) pada siswa MA Tarbiyatul Mustafid Batu Rimpang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek 3 siswa yang diambil dari siswa MA Tarbiyatul Mustafid Batu Rimpang dengan kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah.Hasil penelitian menunjukkan subjek berkemampuan tinggi memiliki pemahaman pada tahap aksi, proses, objek dan skema.Subjek berkemampuan sedang memiliki pemahaman pada tahap aksi, proses, objek dan pada tahap skema siswa tidak dapat merancang dan menyelesaikan model matematika yang dibentuknya. Sedangkan subjek berkemampuan rendah memiliki pemahaman pada tahap aksi, proses, objek tetapi belum sepenuhnya sampai pada tahap-tahap tersebut dikarenakan subjek melakukan kesalahan pada proses perhitungan sehingga solusi yang diberikan salah. Pemahaman yang dimiliki oleh siswa berkemampuan sedang dan rendah sama pada tahap skema. Kata kunci: pemahaman konsep, SPLTV, Teori APOS PENDAHULUAN Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai sekolah tingkat menengah bahkan sampai perguruan tinggi. Selain itu, mata pelajaran matematika pada setiap jenjang pendidikan diharapkan dapat membekali setiap individu atau peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar dan bekerjasama secara efektif. Kompetensi tersebut dibutuhkan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah. Belajar matematika dengan pemahaman konsep memerlukan daya nalar yang tinggi dikarenakan objek
Media Pendidikan Matematika, 2019
Students' knowledge about apperception material is important in supporting the success of a learn... more Students' knowledge about apperception material is important in supporting the success of a learning. One of the learning innovations to maximize apperception material can be done with treffinger learning model. This research aims to find out how the effect of the learning model treffinger on students' cognitive learning outcomes for the subject of two variables linear inequality system. This research was conducted at SMA Negeri 1 Gunungsari, West Lombok. The research design used is quasi experimental design. Sampling in this study uses simple random sampling technique. X MIA 3 class as an experimental class and X MIA 1 class as a control class. The research instrument was a test sheet and observation sheet for the implementation of the learning model treffinger. The results of the research were obtained by using t-test, the average score of cognitive results of the experimental class students was 68.88 and the control class was 64.10, obtained t count >t table (2.557 > 2.042). So it can be conclude that H 0 is rejected and H a is accepted, this means that there are significant treffinger learning model towards students cognitive learning outcomes in materials twi variable linear inequality system at class X grade of SMA Negeri 1 Gunungsari academic year 2018/2019. Abstrak: Pengetahuan siswa tentang materi apersepsi penting dalam mendukung keberhasilan suatu pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran untuk memaksimalkan suatu apersepsi dapat dilakukan dengan pembelajaran model treffinger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran treffinger terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gunungsari. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 1 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian adalah lembar tes dan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran treffinger. Hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan uji-t skor rata-rata hasil kognitif menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen 68,88 dan kelas kontrol 64,10 diperoleh nilai t hitung >t tabel (2,557 > 2,042). Jadi dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti ada pengaruh model pembelajaran treffinger terhadap hasil belajar kognitif siswa pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel kelas X SMA Negeri 1 Gunungsari tahun pelajaran 2018/2019. Kata Kunci: Model Treffinger, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri peserta didik, sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu tujuan pendidikan adalah membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya III (KNPMP III), 2018
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran ELPSA terhadap literasi m... more Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran ELPSA terhadap literasi matematika siswa di salah satu SMP di Kabupaten Lombok Barat, NTB. Penelitian ini merupakan suatu eksperimen dengan one group pretest-posttest design. Data dikumpulkan melalui tes, wawancara, dan dokumentasi untuk mengukur dan menginvestigasi kemampuan merumuskan (formulate), kemampuan mengaplikasikan (employ), dan kemampuan menafsirkan (interpret). Menggunakan t-test diperoleh nilai ℎ = 2,173, dan dengan = 21, = 5% diperoleh nilai = 1,720. Karena nilai ℎ > berarti ada perbedaan hasil tes secara siginifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan temuan penelitian maka pembelajaran ELPSA dapat dirujuk sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan literasi matematika siswa. Kata Kunci: Literasi Matematika, ELPSA, Relasi dan Fungsi 1. PENDAHULUAN Literasi matematika telah menjadi perhatian utama para pendidik di Indonesia, terutama sejak dirilisnya hasil tes PISA yang menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam menggunakan matematika untuk memecahkan masalah. Literasi matematika berkaitan dengan kecakapan menggunakan keterampilan dan kompetensi matematika yang diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman hidup untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Proses dasar yang berkaitan dengan hal tersebut disebut dengan matematisasi. Matematisasi adalah suatu proses mengubah konteks masalah kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika untuk menyelesaikannya. Matematisasi melibatkan proses menafsirkan dan mengevaluasi masalah yang dicerminkan pada solusi yang benar-benar menjawab masalah yang diberikan (OECD, 2013). Indonesia sebagai negara mitra OECD ikut disurvei oleh PISA. Hasil tes PISA tahun 2012 membuat Indonesia menduduki ranking 64 dari 65 negara dan pada tahun 2015 Indonesia menduduki ranking 62 dari 70 negara. Walaupun terjadi peningkatan ranking, namun hal ini belum menunjukkan bahwa Indonesia mampu bersaing dengan Negara tetangga seperti Singapura dan Thailand yang berturut-turut menduduki ranking 1 dan 54 (Schleicher, 2015). Berdasarkan data tersebut maka literasi matematika siswa SMP di Indonesia masih perlu untuk ditingkatkan. Literasi matematika harus termuat dalam kurikulum matematika sekolah dan penilaian terhadap literasi matematika siswa tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran yang ada, karena pengetahuan dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada apa dan bagaimana matematika diajarkan di sekolah dan bagaimana para guru membelajarkan pemecahan masalah (Nissa & Kinasih, 2014). Namun,
Media Pendidikan Matematika, 2019
[Title: The Effect of Open-Ended Problems on Mathematics Problem toward Students' Ability in Solv... more [Title: The Effect of Open-Ended Problems on Mathematics Problem toward Students' Ability in Solving Linear Program Problems]. The purpose of this study is to determine whether the provision of linear program mathematical problems in the form of open-ended problems can affect students' problem-solving abilities. This research is an experiment with one sample group, 28 students of class XI IPA-2 in SMA Negeri 7 Mataram. Data was collected through tests and interviews that were statistically analyzed both descriptive and inferential. The validity of mathematical problems is based on expert judgment while the reliability is tested using product-moment correlation. Pre-test and post-test data have been tested both homogeneous and normally distributed. The homogeneity test uses the F-test statistics and the normality test uses the interpretation of skewness and kurtosis. The influence test is performed using one-party t-test statistics. Student problem-solving performance was assessed using a holistic rubric. All data is processed using data analysis tools on Microsoft Excel. This experiment showed success by obtaining an average test score of students when the pre-test was 39.58 which then increased when the post-test became 79.76. This increase was statistically significant as evidenced by the one-party t-test where tcount = 37.33> ttable = 1.67 at α = 0.05, which means that Ha was accepted. So it can be concluded that there is an effect of the treatment given a mathematical problem in the form of open-ended problems to the ability of students to solve linear program problems. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah diberikannya soal matematika program linier dalam bentuk open-ended problems dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa. Penelitian ini merupakan suatu eksperimen dengan satu kelompok sampel yaitu 28 siswa kelas XI IPA-2 di SMA Negeri 7 Mataram. Data dikumpulkan melalui tes dan wawancara yang dianalisis secara statistik baik deskriptif maupun inferensial. Validitas soal matematika didasarkan pada penilaian ahli sedangkan reliabilitasnya diuji menggunakan korelasi product moment. Data pre-test dan post-test telah teruji keduanya homogen dan terdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan statistik uji-F dan uji normalitas menggunakan interpretasi skewness dan kurtosis. Uji pengaruh dilakukan menggunakan statistik uji-t satu pihak. Kinerja pemecahan masalah siswa dinilai menggunakan rubrik holistik. Semua data diolah menggunakan data analysis tools pada microsoft excel. Eksperimen ini menunjukkan keberhasilan dengan diperolehnya rata-rata nilai tes siswa ketika pre-test sebesar 39,58 yang kemudian meningkat ketika post-test menjadi 79,76. Peningkatan ini secara statistik adalah signifikan yang dibuktikan dengan uji-t satu pihak dimana diperoleh nilai thitung = 37,33 > ttabel = 1,67 pada α = 0,05 yang berarti bahwa Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari perlakuan diberikan soal matematika dalam bentuk open-ended problems terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah program linier.
Journal of Physic: Conference Series, 2019
Mathematical functions are good to learn for solving problems in everyday life associated with th... more Mathematical functions are good to learn for solving problems in everyday life associated with the "input" and "output" processes. Mathematically, functions are expressed in terms of formulas. Students may be able to determine the functional value of a given function formula for an input value, but most students still have difficulties to do otherwise. The difficulties faced by students are related to the ability to transfer problem in context to mathematical problem. ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbolic, Application) is a framework that views learning as an active process in which students build their own way of knowing (developing understanding) through both individual thinking and social interaction with others. This is an experimental research to measure the effect of mathematics teaching by using ELPSA framework on students' ability to solve function problems. The samples of this study were the 8 th grade of Aletheia Christian Junior High School at Mataram city, West Nusa Tenggara. This research used a quasi-experimental with non-equivalent control group design. Data were collected by giving a test and observations during the learning process taken place. Data were analyzed by using data analysis tools in Microsoft. Based on the results of statistical tests and observations of students' performance during the mathematics learning process, then there was significant effect of the ELPSA framework on students' ability to solve function problems. Furthermore, it is can be used as a reference for mathematics teachers to use ELPSA framework as an innovative strategy of teaching mathematics in improving students' problem solving skills.
Cakrawala Pendidikan, 2019
This research was conducted with the aim of describing the engagement of junior high school stude... more This research was conducted with the aim of describing the engagement of junior high school students in the mathematics learning process measured using an adapted Watson analytical tool. This research is a qualitative study that analyzes video transcripts of a junior high school teacher in West Nusa Tenggara who are carrying out mathematical teaching on probability. In this study, the teacher carried out mathematics teaching designed by researchers using the ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbolic, and Application) framework. The learning process was recorded through a video and then transcribed so that it is easily analyzed. The results showed that the dimensions of student mathematical engagement that emerged during the mathematics learning process were dominated by activities comparing/classifying and justifying/reasoning. These results also have a positive impact that by using the adapted of Watson analytical tool to analyze the learning process of mathematics can help teachers to gain deeper insight into students' mathematical engagement. This technique can be used as a reference by the teacher to further analyze so that better teaching actions can be planned. Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan keterlibatan siswa SMP dalam proses belajar matematika yang diukur menggunakan adaptasi alat analisis Watson. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis transkrip video seorang guru SMP di Nusa Tenggara Barat yang sedang melaksanakan pengajaran matematika mengenai probabilitas. Dalam penelitian ini, guru melaksanakan pengajaran matematika yang telah dirancang oleh peneliti menggunakan kerangka kerja ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbolic, dan Application). Proses pembelajaran direkam melalui suatu video kemudian ditranskipsi sehingga mudah dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi keterlibatan siswa secara matematika yang muncul selama proses pembelajaran matematika didominasi oleh aktivitas membandingkan/mengklasifikan dan membuat justifikasi/penalaran. Hasil ini juga memberikan dampak positif bahwa dengan menggunakan adaptasi dari alat analisis Watson untuk menganalisis proses pembelajaran matematika dapat membantu guru untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang keterlibatan matematika siswa. Teknik ini dapat dijadikan salah satu rujukan oleh guru untuk menganalisis lebih lanjut sehingga dapat direncanakan tindakan pengajaran yang lebih baik.
Jurnal Kependidikan, 2015
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan problem solving mahasiswa calon guru
... more Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan problem solving mahasiswa calon guru
matematika IKIP Mataram sebagai upaya untuk memetakan pemahaman dan keterampilan memecahkan
masalah matematika berdasarkan standar PISA. Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan
menjadi dua indikator, yaitu (1) kemampuan problem solving pada saat memecahkan masalah matematika
standar PISA, dan (2) kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya.
Kemampuan problem solving dalam diri mahasiswa diukur menggunakan tes kemampuan matematika standar
PISA, sedangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya diukur
menggunakan angket dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan
matematika IKIP mataram dengan yang memperoleh peringkat 4 (empat) nilai Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL) terbaik di kelasnya masing-masing. Sehingga diperoleh sebanyak 20 orang mahasiswa yang dipilih
menggunakan teknik proportionate random sampling. Materi tes diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan
alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan konten matematika standar PISA.. Hasil
penelitian terhadap 20 orang mahasiswa calon guru matematika, menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru
matematika memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang baik, tetapi memiliki kelemahan
pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) karena tidak
memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada hasil
perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung oleh data angket dan
wawancara yang menunjukkan bahwa banyak calon guru matematika yang tidak memahami dengan baik
mengenai teori problem solving dan belum kaya dengan teknik memecahkan masalah maupun membuat
problem matematika.
Kata kunci: Analisis, Problem Solving, dan PISA
Jurnal Kependidikan, 2014
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kualitas alat penilaian mate... more Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kualitas alat penilaian matematika yang
mampu dihasilkan oleh mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir karya ilmiah untuk jenjang strata-1
(skripsi) walaupun yang telah melaksanakan kegiatan Pengalaman Praktek Lapangan (PPL), dimana sebagian
besar permasalahan terletak pada ketidaktepatan alat penilaian yang dirancang dengan aspek penilaian
matematika yang akan diukur, sehingga hal ini berdampak pada kevalidan hasil penilaian yang diperoleh
mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, pada mahasiswa semester V (lima) yang sedang menempuh mata kuliah
evaluasi pembelajaran matematika akan diberikan perlakuan melalui penerapan Problem Based Learning
dengan metode Seven Jumps yang bertujuan untuk meningkatkan daya pikir kritis mahasiswa dalam
melakukan perancangan alat penilaian matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
subjek penelitian adalah mahasiswa semester V (lima) jurusan pendidikan matematika IKIP Mataram. Data
dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik tes, portofolio, dan wawancara. Data tes dan portofolio alat
penilaian yang dihasilkan oleh mahasiswa, dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data wawancara dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan Problem Based Learning dengan metode Seven Jumps menunjukkan daya pikir kritis yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci : daya pikir kritis, problem based learning, alat penilaian
Jurnal Kependidikan, 2014
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan problem solving guru matematika SMP s... more Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan problem solving guru matematika SMP se-kota
Mataram sebagai upaya untuk memetakan kesiapan guru dalam mendukung implementasi kurikulum 2013.
Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua indikator utama yaitu (1)
kemampuan problem solving yang ada dalam diri guru sendiri dan (2) kemampuan guru membelajarkan
problem solving kepada siswanya. Kemampuan problem solving dalam diri guru matematika akan diukur
menggunakan kemampuan matematika standar PISA yaitu (1) kemampuan merumuskan masalah (formulate),
(2) kemampuan melaksanakan (employ), dan (3) kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate). Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik proportionate random sampling untuk mengambil sampel dari
62 SMP/Mts negeri dan swasta yang terdapat di kota Mataram, yang kemudian diperoleh sebanyak 6 SMP
sebagai sampelnya. Data dalam penelitian ini diambil dengan teknik tes, angket, dan wawancara. Materi tes
diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan
konten matematika standar PISA. Konteks soal terdiri dari personal, occupational, dan societal, sedangkan
konten soal terdiri dari quantity, uncertainy and data, change and relationship serta space and shape. Hasil
penelitian terhadap 16 orang guru yang tersebar dalam 6 SMP/Mts negeri dan swasta di kota Mataram
menunjukkan bahwa guru memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang baik, tetapi memiliki
kelemahan pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) karena
tidak memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada
hasil perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung pula oleh data angket
yang menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum kaya dengan strategi untuk membelajarkan problem
solving kepada siswanya di kelas
Kata kunci: Analisis, problem solving, PISA
Jurnal Kependidikan, 2014
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan problem based learning menggunakan
conceptual ... more Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan problem based learning menggunakan
conceptual scaffolding, strategic scaffolding and metacognitive scaffolding yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa kelas 8 SMP dalam memecahkan masalah luas permukaan bangun ruang sisi datar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian
adalah siswa kelas 8 sebanyak 30 orang siswa. Data dikumpukan melalui tes, lembar kerja siswa,
observasi aktivitas siswa dan guru serta wawancara. Scaffolding diberikan dalam lima tahap pembelajaran
berbasis masalah, antara lain (1) conceptual scaffolding diberikan pada tahap 1 – orientasi siswa pada
masalah, (2) strategic scaffolding diberikan pada tahap 2 – mengorganisasi siswa belajar memecahkan
masalah, (3) strategic scaffolding dan procedural scaffolding diberikan pada tahap 3 – membimbing
pemecahan masalah secara individu maupun kelompok, (4) metacognitive scaffolding diberikan pada
tahap 4 – menyajikan hasil pemecahan masalah, dan (5) metacognitive scaffolding diberikan pad tahap 5 –
mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan adanya
keberagaman cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah luas permukaan bangun ruang sisi datar,
antara lain memecahkan masalah dengan rumus matematika, memecahkan masalah dengan konsep luas
permukaan, dan memecahkan masalah dengan representasi geometri. Melalui pemberian scaffolding siswa
juga dibantu untuk dapat memecahkan masalah seperti memahami masalah, memilih strategi yang tepat,
memilih operasi hitung yang akan digunakan dan menarik kesimpulan.
Kata kunci : Problem-based Learning, Scaffolding, dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Teaching Documents by Ita Chairun Nissa
Banyak para pendidik guru memodelkan pedagogi konstruktivis untuk calon guru di kelas matematika ... more Banyak para pendidik guru memodelkan pedagogi konstruktivis untuk calon guru di kelas matematika yang mereka ambil. Bagaimanapun juga calon guru, belum tentu nyaman menjadi bagian dari kelas tersebut. Studi kasus kualitatif berikut ini meneliti harapan dan reaksi dari sekelompok calon guru yang mengambil konten terakhir pada kuliah matematika mereka. Hasil survey yang dipilah berdasarkan analisis isi menunjukkan bahwa siswa mengharapkan (1) suatu kelas yang mengajarkan metode, (2) pengajar untuk mengajari mereka matematika dengan cara memberitahu, dan (3) pengajar untuk mengambil peran yang lebih berwenang di dalam kelas. Reaksi siswa dilaporkan sebagai kutipan langsung. Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mendorong dialog diantara pendidik guru yang berada disekitar reaksi umum tersebut. Gerakan pembaharuan dalam pendidikan matematika saat ini telah didorong melalui banyak hal salah satu dengan terbitnya A Nation at Risk (National Commision on Excellence in Education) pada tahun 1983 yang memperingatkan bahwa standar sedang diturunkan di Sekolah umum. Pernyataan seperti dibawah ini telah mengejutkan masyarakat umum : Jika hanya untuk menjaga dan meningkatkan daya saing yang tipis kita masih mempertahankannya di pasar dunia, kita harus mendedikasikan diri pada pembaharuan sistem pendidikan kita untuk kepentingan bersama – tua dan muda, kaya dan miskin, mayoritas dan minoritas adalah sama. Belajar adalah investasi
Deskripsi materi matakuliah persamaan diferensial subbab 3.7 variasi parameter
Uploads
Papers by Ita Chairun Nissa
matematika IKIP Mataram sebagai upaya untuk memetakan pemahaman dan keterampilan memecahkan
masalah matematika berdasarkan standar PISA. Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan
menjadi dua indikator, yaitu (1) kemampuan problem solving pada saat memecahkan masalah matematika
standar PISA, dan (2) kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya.
Kemampuan problem solving dalam diri mahasiswa diukur menggunakan tes kemampuan matematika standar
PISA, sedangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya diukur
menggunakan angket dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan
matematika IKIP mataram dengan yang memperoleh peringkat 4 (empat) nilai Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL) terbaik di kelasnya masing-masing. Sehingga diperoleh sebanyak 20 orang mahasiswa yang dipilih
menggunakan teknik proportionate random sampling. Materi tes diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan
alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan konten matematika standar PISA.. Hasil
penelitian terhadap 20 orang mahasiswa calon guru matematika, menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru
matematika memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang baik, tetapi memiliki kelemahan
pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) karena tidak
memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada hasil
perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung oleh data angket dan
wawancara yang menunjukkan bahwa banyak calon guru matematika yang tidak memahami dengan baik
mengenai teori problem solving dan belum kaya dengan teknik memecahkan masalah maupun membuat
problem matematika.
Kata kunci: Analisis, Problem Solving, dan PISA
mampu dihasilkan oleh mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir karya ilmiah untuk jenjang strata-1
(skripsi) walaupun yang telah melaksanakan kegiatan Pengalaman Praktek Lapangan (PPL), dimana sebagian
besar permasalahan terletak pada ketidaktepatan alat penilaian yang dirancang dengan aspek penilaian
matematika yang akan diukur, sehingga hal ini berdampak pada kevalidan hasil penilaian yang diperoleh
mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, pada mahasiswa semester V (lima) yang sedang menempuh mata kuliah
evaluasi pembelajaran matematika akan diberikan perlakuan melalui penerapan Problem Based Learning
dengan metode Seven Jumps yang bertujuan untuk meningkatkan daya pikir kritis mahasiswa dalam
melakukan perancangan alat penilaian matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
subjek penelitian adalah mahasiswa semester V (lima) jurusan pendidikan matematika IKIP Mataram. Data
dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik tes, portofolio, dan wawancara. Data tes dan portofolio alat
penilaian yang dihasilkan oleh mahasiswa, dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data wawancara dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan Problem Based Learning dengan metode Seven Jumps menunjukkan daya pikir kritis yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci : daya pikir kritis, problem based learning, alat penilaian
Mataram sebagai upaya untuk memetakan kesiapan guru dalam mendukung implementasi kurikulum 2013.
Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua indikator utama yaitu (1)
kemampuan problem solving yang ada dalam diri guru sendiri dan (2) kemampuan guru membelajarkan
problem solving kepada siswanya. Kemampuan problem solving dalam diri guru matematika akan diukur
menggunakan kemampuan matematika standar PISA yaitu (1) kemampuan merumuskan masalah (formulate),
(2) kemampuan melaksanakan (employ), dan (3) kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate). Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik proportionate random sampling untuk mengambil sampel dari
62 SMP/Mts negeri dan swasta yang terdapat di kota Mataram, yang kemudian diperoleh sebanyak 6 SMP
sebagai sampelnya. Data dalam penelitian ini diambil dengan teknik tes, angket, dan wawancara. Materi tes
diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan
konten matematika standar PISA. Konteks soal terdiri dari personal, occupational, dan societal, sedangkan
konten soal terdiri dari quantity, uncertainy and data, change and relationship serta space and shape. Hasil
penelitian terhadap 16 orang guru yang tersebar dalam 6 SMP/Mts negeri dan swasta di kota Mataram
menunjukkan bahwa guru memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang baik, tetapi memiliki
kelemahan pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) karena
tidak memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada
hasil perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung pula oleh data angket
yang menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum kaya dengan strategi untuk membelajarkan problem
solving kepada siswanya di kelas
Kata kunci: Analisis, problem solving, PISA
conceptual scaffolding, strategic scaffolding and metacognitive scaffolding yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa kelas 8 SMP dalam memecahkan masalah luas permukaan bangun ruang sisi datar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian
adalah siswa kelas 8 sebanyak 30 orang siswa. Data dikumpukan melalui tes, lembar kerja siswa,
observasi aktivitas siswa dan guru serta wawancara. Scaffolding diberikan dalam lima tahap pembelajaran
berbasis masalah, antara lain (1) conceptual scaffolding diberikan pada tahap 1 – orientasi siswa pada
masalah, (2) strategic scaffolding diberikan pada tahap 2 – mengorganisasi siswa belajar memecahkan
masalah, (3) strategic scaffolding dan procedural scaffolding diberikan pada tahap 3 – membimbing
pemecahan masalah secara individu maupun kelompok, (4) metacognitive scaffolding diberikan pada
tahap 4 – menyajikan hasil pemecahan masalah, dan (5) metacognitive scaffolding diberikan pad tahap 5 –
mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan adanya
keberagaman cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah luas permukaan bangun ruang sisi datar,
antara lain memecahkan masalah dengan rumus matematika, memecahkan masalah dengan konsep luas
permukaan, dan memecahkan masalah dengan representasi geometri. Melalui pemberian scaffolding siswa
juga dibantu untuk dapat memecahkan masalah seperti memahami masalah, memilih strategi yang tepat,
memilih operasi hitung yang akan digunakan dan menarik kesimpulan.
Kata kunci : Problem-based Learning, Scaffolding, dan Kemampuan Pemecahan Masalah
Teaching Documents by Ita Chairun Nissa
matematika IKIP Mataram sebagai upaya untuk memetakan pemahaman dan keterampilan memecahkan
masalah matematika berdasarkan standar PISA. Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan
menjadi dua indikator, yaitu (1) kemampuan problem solving pada saat memecahkan masalah matematika
standar PISA, dan (2) kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya.
Kemampuan problem solving dalam diri mahasiswa diukur menggunakan tes kemampuan matematika standar
PISA, sedangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami teori problem solving dan tekniknya diukur
menggunakan angket dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan
matematika IKIP mataram dengan yang memperoleh peringkat 4 (empat) nilai Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL) terbaik di kelasnya masing-masing. Sehingga diperoleh sebanyak 20 orang mahasiswa yang dipilih
menggunakan teknik proportionate random sampling. Materi tes diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan
alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan konten matematika standar PISA.. Hasil
penelitian terhadap 20 orang mahasiswa calon guru matematika, menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru
matematika memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang baik, tetapi memiliki kelemahan
pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) karena tidak
memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada hasil
perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung oleh data angket dan
wawancara yang menunjukkan bahwa banyak calon guru matematika yang tidak memahami dengan baik
mengenai teori problem solving dan belum kaya dengan teknik memecahkan masalah maupun membuat
problem matematika.
Kata kunci: Analisis, Problem Solving, dan PISA
mampu dihasilkan oleh mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir karya ilmiah untuk jenjang strata-1
(skripsi) walaupun yang telah melaksanakan kegiatan Pengalaman Praktek Lapangan (PPL), dimana sebagian
besar permasalahan terletak pada ketidaktepatan alat penilaian yang dirancang dengan aspek penilaian
matematika yang akan diukur, sehingga hal ini berdampak pada kevalidan hasil penilaian yang diperoleh
mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, pada mahasiswa semester V (lima) yang sedang menempuh mata kuliah
evaluasi pembelajaran matematika akan diberikan perlakuan melalui penerapan Problem Based Learning
dengan metode Seven Jumps yang bertujuan untuk meningkatkan daya pikir kritis mahasiswa dalam
melakukan perancangan alat penilaian matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
subjek penelitian adalah mahasiswa semester V (lima) jurusan pendidikan matematika IKIP Mataram. Data
dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik tes, portofolio, dan wawancara. Data tes dan portofolio alat
penilaian yang dihasilkan oleh mahasiswa, dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data wawancara dianalisis
secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan Problem Based Learning dengan metode Seven Jumps menunjukkan daya pikir kritis yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci : daya pikir kritis, problem based learning, alat penilaian
Mataram sebagai upaya untuk memetakan kesiapan guru dalam mendukung implementasi kurikulum 2013.
Kemampuan problem solving pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua indikator utama yaitu (1)
kemampuan problem solving yang ada dalam diri guru sendiri dan (2) kemampuan guru membelajarkan
problem solving kepada siswanya. Kemampuan problem solving dalam diri guru matematika akan diukur
menggunakan kemampuan matematika standar PISA yaitu (1) kemampuan merumuskan masalah (formulate),
(2) kemampuan melaksanakan (employ), dan (3) kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate). Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik proportionate random sampling untuk mengambil sampel dari
62 SMP/Mts negeri dan swasta yang terdapat di kota Mataram, yang kemudian diperoleh sebanyak 6 SMP
sebagai sampelnya. Data dalam penelitian ini diambil dengan teknik tes, angket, dan wawancara. Materi tes
diadaptasi dari soal PISA dengan melakukan alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia serta memuat konteks dan
konten matematika standar PISA. Konteks soal terdiri dari personal, occupational, dan societal, sedangkan
konten soal terdiri dari quantity, uncertainy and data, change and relationship serta space and shape. Hasil
penelitian terhadap 16 orang guru yang tersebar dalam 6 SMP/Mts negeri dan swasta di kota Mataram
menunjukkan bahwa guru memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang baik, tetapi memiliki
kelemahan pada kemampuan melaksanakan (employ) dan kemampuan menafsirkan (interpret/evaluate) karena
tidak memiliki strategi yang tepat untuk melakukan proses matematika selanjutnya sehingga berakibat pada
hasil perhitungan yang salah dan justifikasi yang kurang tepat. Hasil tes ini didukung pula oleh data angket
yang menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum kaya dengan strategi untuk membelajarkan problem
solving kepada siswanya di kelas
Kata kunci: Analisis, problem solving, PISA
conceptual scaffolding, strategic scaffolding and metacognitive scaffolding yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa kelas 8 SMP dalam memecahkan masalah luas permukaan bangun ruang sisi datar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian
adalah siswa kelas 8 sebanyak 30 orang siswa. Data dikumpukan melalui tes, lembar kerja siswa,
observasi aktivitas siswa dan guru serta wawancara. Scaffolding diberikan dalam lima tahap pembelajaran
berbasis masalah, antara lain (1) conceptual scaffolding diberikan pada tahap 1 – orientasi siswa pada
masalah, (2) strategic scaffolding diberikan pada tahap 2 – mengorganisasi siswa belajar memecahkan
masalah, (3) strategic scaffolding dan procedural scaffolding diberikan pada tahap 3 – membimbing
pemecahan masalah secara individu maupun kelompok, (4) metacognitive scaffolding diberikan pada
tahap 4 – menyajikan hasil pemecahan masalah, dan (5) metacognitive scaffolding diberikan pad tahap 5 –
mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan adanya
keberagaman cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah luas permukaan bangun ruang sisi datar,
antara lain memecahkan masalah dengan rumus matematika, memecahkan masalah dengan konsep luas
permukaan, dan memecahkan masalah dengan representasi geometri. Melalui pemberian scaffolding siswa
juga dibantu untuk dapat memecahkan masalah seperti memahami masalah, memilih strategi yang tepat,
memilih operasi hitung yang akan digunakan dan menarik kesimpulan.
Kata kunci : Problem-based Learning, Scaffolding, dan Kemampuan Pemecahan Masalah