The loss of environmental services to humans results from a continuous change in land use. The pu... more The loss of environmental services to humans results from a continuous change in land use. The purpose of this study is to predict the condition of current and future environmental services through the calculation of habitat quality based on the trend of land use change in Padang City. This research begins with an interpretation of Landsat's temporal image, field surveys, focus group discussions, and an analysis of the impacts of land-use change. To collect land use data is done by image interpretation. A field survey was also conducted to determine the impact of land use change and its solutions. In carrying out this model used the quality and rarity habitat tool released by the Natural Capital Project under the name of the Integrated Valuation Ecosystem Services and Tradeoff (InVEST) parent modeler. The results of this study show the condition of environmental services in the city of Padang at the time of the research conducted in 2017 in the aspect of habitat quality showed significant decline until 2030, the intervention of spatial pattern (RTRW) Padang city able to provide an increase in the area of excellent quality from 51.36% to 52.27%, so the role of RTRW is very significant in maintaining and improving the quality of habitat in Padang City.
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education, 2019
Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes i... more Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes in an object at different times. The Semenanjung Kampar peatland underwent land use change after the change in PP No. 71 of 2014 became PP No. 57 of 2016 which requires companies (paper companies) to restore the ecosystem on the Semenanjung Kampar. These changes were analyzed by utilizing remote sensing technology through multi-temporal imagery.This study aims to analyze changes in peatland use on the Semenanjung Kampar in 2009, 2013 and 2018, then estimate carbon stocks from changes in peatland use. The method used is the classification of Iso Cluster unsupervised and calculation of increase and decrease in carbon stocks (Gain and Loss). Based on this research the results of the accuracy of the classification of changes in land use on the Semenanjung Kampar were 0.72 or 72%.Changes in land use on the Semenanjung Kampar occur dynamically.The dominant land change for the 2009-2013 period was shrubs which became acacia forests 89386.31 ha and bushes from 2013-2018 to oil palm plantations 57878.47 ha. Furthermore, carbon stocks in the period 2009-2013 that have increased (acces) are 8.2% acacia forest and 13% decrease in primary peat forest while the 2013-2018 period has increased, namely 8% oil palm plantation and 21% shrub decline.
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education, 2019
Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes i... more Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes in an object at different times. The Semenanjung Kampar peatland underwent land use change after the change in PP No. 71 of 2014 became PP No. 57 of 2016 which requires companies (paper companies) to restore the ecosystem on the Semenanjung Kampar. These changes were analyzed by utilizing remote sensing technology through multi-temporal imagery.This study aims to analyze changes in peatland use on the Semenanjung Kampar in 2009, 2013 and 2018, then estimate carbon stocks from changes in peatland use. The method used is the classification of Iso Cluster unsupervised and calculation of increase and decrease in carbon stocks (Gain and Loss). Based on this research the results of the accuracy of the classification of changes in land use on the Semenanjung Kampar were 0.72 or 72%.Changes in land use on the Semenanjung Kampar occur dynamically.The dominant land change for the 2009-2013 period was shrubs which became acacia forests 89386.31 ha and bushes from 2013-2018 to oil palm plantations 57878.47 ha. Furthermore, carbon stocks in the period 2009-2013 that have increased (acces) are 8.2% acacia forest and 13% decrease in primary peat forest while the 2013-2018 period has increased, namely 8% oil palm plantation and 21% shrub decline.
ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu k... more ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kota. Kota solok merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Meningkatnya jumlah penduduk yang ada di Kota Solok akan meningkatkan kebutuhan, terutama kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lahan di Kota Solok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang berbasis penginderaan jauh dan SIG, yaitu dengan pengolahan citra satelit Landsat tm 5, Landsat etm 7 dan Landsat8 OLI, menggunakan metode Object Base Image Analyst (OBIA) dan metode Overlay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perubahan lahan yang terjadi di Kota Solok, baik itu total luas perubahan dan lokasi perubahan penggunaan lahan itu sendiri. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Solok mengalami perubahan yang signifikan yaitu Lahan Terbangun. Pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 lahan terbangun mengalami peningkatan seluas 115 hektar (84,69%). Dan pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan seluas 614 hektar (181,65%). ABSTRACT The development of cities can be characterized by the number of inner city libraries. Solok City is one of the cities in West Sumatera Province. Increasing the number of residents in Solok City will increase the need, especially the needs of land as a residence, this causes land in the city of Solok. In this research using remote sensing and GIS based methods, by processing Landsat tm 5, Landsat etm 7 and Landsat8 OLI satellite images, using Object Base Image Analyst (OBIA) and Overlay method. This study aims to inform the development that occurred in the city of Solok, be it a larger number of villages themselves. The results of this study can be known Land Usage Change in Solok City which means significant that is Lahan Terbangun. In 1990 until 2000 the land was built with an area of 115 hectares (84.69%). And in 2000 until the year 2015 last month of 614 hectares (181.65%). PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana peruntukannya (Khadiyanto, 2015). Alih fungsi lahan dalam arti perubahaan penggunaan lahan, pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono,2004). Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas lahan dan keterbatasan-keterbatasan didalam lingkungan tempat hidup (As-syakur dkk., 2010). Interaksi antara dimensi ruang dan waktu dengan dimensi biofisik dan manusia mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan (Veldkamp and Verdburg, 2004). Perubahan iklim, peningkatan
abstract Padang City is a city prone to earthquake and tsunami disaster. Recorded areas in the we... more abstract Padang City is a city prone to earthquake and tsunami disaster. Recorded areas in the western coastal area of Sumatra Island is an area prone to tsunami disaster, it is also allegedly triggered the development of urban areas to the east that has been dominated by the use of forest land and agriculture. In harmony with this, socioeconomic development has necessarily resulted in general land use changes from natural areas to cultivated areas. From the results of the identification of land use changes originating from Citra Landsat in 1989-2016, the direction of the development of residential areas has shifted from west to east on more sloping slopes to slopes. This shift in development orientation needs attention since the eastern region of Padang City is a buffer zone with the status of forest areas that have been designated as Protected Forest and Conservation Area. The most significant land use change is in Primary Forest. Primary Forest area in 2017 is calculated 89,494.65 ha and predicted will be reduced to 81,519.30 ha in 2040. Followed by the reduction of the area of Imperata grass and secondary forest. While the change of mixed garden land use has the most significant increase rate, both occur in wake area and wetlands. As for the water body prediction shows no increment or reduction. abstrak Kota Padang merupakan sebuah kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Tercatat daerah-daerah yang berada di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana tsunami,hal ini pula yang disinyalir menjadi pemicu perkembangan kawasan perkotaan ke arahtimur yang selama ini didominasi oleh penggunaan lahan hutan dan pertanian. Selaras dengan hal tersebut, perkembangan sosial ekonomi telah serta merta akan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan yang secara umum dari kawasan alami menjadi kawasan budidaya. Dari hasil identifikasi perubahan penggunaan lahan yang bersumber dari Citra Landsat tahun 1989 – 2016, arah perkembangan kawasan permukiman telah bergeser dari barat ke timur pada lereng yang lebih bergelombang hingga landai. Pergeseran orientasi pembangunan ini perlu mendapat perhatian mengingat kawasan timur Kota Padang merupakan kawasan penyangga dengan status kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi. Perubahan pengunaan lahan paling siknifikan adalah pada Hutan Primer. Luas Hutan Primer pada tahun 2017 dihitung 89,494.65 ha dan di prediksi akan berkurang hingga menjadi 81,519.30 ha tahun 2040. Diikuti oleh pengurangan luas semak alang-alang dan hutan sekunder. Sedangkan perubahan penggunaan lahan kebun campuran memiliki tingkat pertambahan luas yang paling siknifikan, kedua terjadi pada kawasan terbangun dan lahan basah. Sedangkan untuk tubuh air prediksi menunjukkan tidak terjadi penambahan ataupun pengurangan. 1. Latar Belakang Kota Padang merupakan sebuah kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Tercatat daerah-daerah yang berada di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana tsunami, hal ini pula yang disinyalir menjadi pemicu perkembangan kawasan perkotaan ke arah timur yang selama ini didominasi oleh penggunaan lahan hutan dan pertanian. Alasan tersebut sangat realistis dimana masyarakat dan stakeholder akan berupaya melakukan aktivitas semakin menjauhi kawasan pantai sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana.
United States Environmental Agency defines pollution point sources and nonpoint sources pollution... more United States Environmental Agency defines pollution point sources and nonpoint sources pollution as follows: "The source of contaminants (pollutants) can be either a specific location (point source) or indeterminate / spread (non-point / diffuse source). Point source pollutant sources eg car exhaust, smokestacks and industrial waste channel. Pollutants emanating from the point source is local. The effects can be determined based on the spatial characteristics of water quality. Volume of pollutants from a point source is usually relatively fixed. Sources of non-point source pollution can be a point source in large numbers. For example, runoff from agricultural areas containing pesticides and fertilizers, runoff from residential areas (domestic). Meanwhile economic growth of Floating Net Cages (FNC) and land-based livelihoods in the basin Maninjau increase the income of local people but also increase pollution in the lake. Without proper watershed management, water quality will decline so would endanger the preservation of lakes and human health. The aim of this study was to determine the optimum value of the land-base and FNC economic growth based on threshold values of water quality index in the lake Maninjau. The method used to determine land use predictions using the Land Change Modeler (LCM). Patterns of land use change using the Land Change Modeler (LCM) revealed that in the area of Lake Maninjau affect the level of Water Environment Quality Index, in which the highest contribution of pollutants comes from FNC. Land use changes that occur in the area of Lake Maninjau have affected significantly the economic growth and environmental degradation. Changes of land use with a low value to a higher value has proven to improve productivity, thereby increasing the economic value, such as a change from forest to mixed farms, orchards mixture into a field, the field becomes settlement, as well as rice paddies turned into settlements. On the other hand, the use of land in a watershed with a variety of both residential and agricultural uses has donated contaminants which empties into the lake, causing the quality of the environment in each estuary is varied and has a steadily declining trend. Spatial modeling showed contamination levels touching bad condition in 2023. In that year the percentage of forest cover in the area of Lake Maninjau is still dominant, amounting to 21.78%, 20.74% mixed gardens and fields 7.77%, 3.94% rice, land up 2.07% and the open land of 0.001%, while the number of FNC many as 29 146 units, and the total economic value of 3 trillion rupiah region but has experienced a polluted condition. In 2023 the maninjau lake water conditions already in polluted conditions, so that economic activity related to water cannot continue.
ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu k... more ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kota. Kota solok merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Meningkatnya jumlah penduduk yang ada di Kota Solok akan meningkatkan kebutuhan, terutama kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lahan di Kota Solok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang berbasis penginderaan jauh dan SIG, yaitu dengan pengolahan citra satelit Landsat tm 5, Landsat etm 7 dan Landsat8 OLI, menggunakan metode Object Base Image Analyst (OBIA) dan metode Overlay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perubahan lahan yang terjadi di Kota Solok, baik itu total luas perubahan dan lokasi perubahan penggunaan lahan itu sendiri. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Solok mengalami perubahan yang signifikan yaitu Lahan Terbangun. Pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 lahan terbangun mengalami peningkatan seluas 115 hektar (84,69%). Dan pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan seluas 614 hektar (181,65%). ABSTRACT The development of cities can be characterized by the number of inner city libraries. Solok City is one of the cities in West Sumatera Province. Increasing the number of residents in Solok City will increase the need, especially the needs of land as a residence, this causes land in the city of Solok. In this research using remote sensing and GIS based methods, by processing Landsat tm 5, Landsat etm 7 and Landsat8 OLI satellite images, using Object Base Image Analyst (OBIA) and Overlay method. This study aims to inform the development that occurred in the city of Solok, be it a larger number of villages themselves. The results of this study can be known Land Usage Change in Solok City which means significant that is Lahan Terbangun. In 1990 until 2000 the land was built with an area of 115 hectares (84.69%). And in 2000 until the year 2015 last month of 614 hectares (181.65%). PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana peruntukannya (Khadiyanto, 2015). Alih fungsi lahan dalam arti perubahaan penggunaan lahan, pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono,2004). Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas lahan dan keterbatasan-keterbatasan didalam lingkungan tempat hidup (As-syakur dkk., 2010). Interaksi antara dimensi ruang dan waktu dengan dimensi biofisik dan manusia mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan (Veldkamp and Verdburg, 2004). Perubahan iklim, peningkatan
Penelitian ini bertujuan untuk1) mengetahui tutupan lahan Kota Padang, 2) mengetahui prediksi jum... more Penelitian ini bertujuan untuk1) mengetahui tutupan lahan Kota Padang, 2) mengetahui prediksi jumlah penduduk dan volume sampah di Kota Padang 3) mengetahui luas TPA dan lokasi rekomendasi TPA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif. Model yang digunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di overlay menggunakan parameter pengharkatan. Hasil penelitian menunjukkan, 1) analisis tutupan lahan Citra Landsat Kota Padang tahun 2016 adalah; Vegetasi (51486,40 Ha), Lahan Terbangun (11578,44 Ha), dan Sawah (5713,93 Ha). 2) prediksi penduduk pada tahun 2026 sebesar 1.011.166 jiwa dan prediksi volume sampah sebesar 2.952.604.720 kg/jiwa,.3) lahan yang dibutuhkan untuk TPA sebesar 45,67 Ha dengan luas daerah penyangga 11,42 Ha. Rekomendasi pendirian TPA berada pada Kecamatan Koto Tangah dan Kuranji.
The loss of environmental services to humans results from a continuous change in land use. The pu... more The loss of environmental services to humans results from a continuous change in land use. The purpose of this study is to predict the condition of current and future environmental services through the calculation of habitat quality based on the trend of land use change in Padang City. This research begins with an interpretation of Landsat's temporal image, field surveys, focus group discussions, and an analysis of the impacts of land-use change. To collect land use data is done by image interpretation. A field survey was also conducted to determine the impact of land use change and its solutions. In carrying out this model used the quality and rarity habitat tool released by the Natural Capital Project under the name of the Integrated Valuation Ecosystem Services and Tradeoff (InVEST) parent modeler. The results of this study show the condition of environmental services in the city of Padang at the time of the research conducted in 2017 in the aspect of habitat quality showed significant decline until 2030, the intervention of spatial pattern (RTRW) Padang city able to provide an increase in the area of excellent quality from 51.36% to 52.27%, so the role of RTRW is very significant in maintaining and improving the quality of habitat in Padang City.
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education, 2019
Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes i... more Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes in an object at different times. The Semenanjung Kampar peatland underwent land use change after the change in PP No. 71 of 2014 became PP No. 57 of 2016 which requires companies (paper companies) to restore the ecosystem on the Semenanjung Kampar. These changes were analyzed by utilizing remote sensing technology through multi-temporal imagery.This study aims to analyze changes in peatland use on the Semenanjung Kampar in 2009, 2013 and 2018, then estimate carbon stocks from changes in peatland use. The method used is the classification of Iso Cluster unsupervised and calculation of increase and decrease in carbon stocks (Gain and Loss). Based on this research the results of the accuracy of the classification of changes in land use on the Semenanjung Kampar were 0.72 or 72%.Changes in land use on the Semenanjung Kampar occur dynamically.The dominant land change for the 2009-2013 period was shrubs which became acacia forests 89386.31 ha and bushes from 2013-2018 to oil palm plantations 57878.47 ha. Furthermore, carbon stocks in the period 2009-2013 that have increased (acces) are 8.2% acacia forest and 13% decrease in primary peat forest while the 2013-2018 period has increased, namely 8% oil palm plantation and 21% shrub decline.
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education, 2019
Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes i... more Remote sensing has advantages in terms of temporal resolution that can be used to check changes in an object at different times. The Semenanjung Kampar peatland underwent land use change after the change in PP No. 71 of 2014 became PP No. 57 of 2016 which requires companies (paper companies) to restore the ecosystem on the Semenanjung Kampar. These changes were analyzed by utilizing remote sensing technology through multi-temporal imagery.This study aims to analyze changes in peatland use on the Semenanjung Kampar in 2009, 2013 and 2018, then estimate carbon stocks from changes in peatland use. The method used is the classification of Iso Cluster unsupervised and calculation of increase and decrease in carbon stocks (Gain and Loss). Based on this research the results of the accuracy of the classification of changes in land use on the Semenanjung Kampar were 0.72 or 72%.Changes in land use on the Semenanjung Kampar occur dynamically.The dominant land change for the 2009-2013 period was shrubs which became acacia forests 89386.31 ha and bushes from 2013-2018 to oil palm plantations 57878.47 ha. Furthermore, carbon stocks in the period 2009-2013 that have increased (acces) are 8.2% acacia forest and 13% decrease in primary peat forest while the 2013-2018 period has increased, namely 8% oil palm plantation and 21% shrub decline.
ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu k... more ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kota. Kota solok merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Meningkatnya jumlah penduduk yang ada di Kota Solok akan meningkatkan kebutuhan, terutama kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lahan di Kota Solok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang berbasis penginderaan jauh dan SIG, yaitu dengan pengolahan citra satelit Landsat tm 5, Landsat etm 7 dan Landsat8 OLI, menggunakan metode Object Base Image Analyst (OBIA) dan metode Overlay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perubahan lahan yang terjadi di Kota Solok, baik itu total luas perubahan dan lokasi perubahan penggunaan lahan itu sendiri. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Solok mengalami perubahan yang signifikan yaitu Lahan Terbangun. Pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 lahan terbangun mengalami peningkatan seluas 115 hektar (84,69%). Dan pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan seluas 614 hektar (181,65%). ABSTRACT The development of cities can be characterized by the number of inner city libraries. Solok City is one of the cities in West Sumatera Province. Increasing the number of residents in Solok City will increase the need, especially the needs of land as a residence, this causes land in the city of Solok. In this research using remote sensing and GIS based methods, by processing Landsat tm 5, Landsat etm 7 and Landsat8 OLI satellite images, using Object Base Image Analyst (OBIA) and Overlay method. This study aims to inform the development that occurred in the city of Solok, be it a larger number of villages themselves. The results of this study can be known Land Usage Change in Solok City which means significant that is Lahan Terbangun. In 1990 until 2000 the land was built with an area of 115 hectares (84.69%). And in 2000 until the year 2015 last month of 614 hectares (181.65%). PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana peruntukannya (Khadiyanto, 2015). Alih fungsi lahan dalam arti perubahaan penggunaan lahan, pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono,2004). Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas lahan dan keterbatasan-keterbatasan didalam lingkungan tempat hidup (As-syakur dkk., 2010). Interaksi antara dimensi ruang dan waktu dengan dimensi biofisik dan manusia mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan (Veldkamp and Verdburg, 2004). Perubahan iklim, peningkatan
abstract Padang City is a city prone to earthquake and tsunami disaster. Recorded areas in the we... more abstract Padang City is a city prone to earthquake and tsunami disaster. Recorded areas in the western coastal area of Sumatra Island is an area prone to tsunami disaster, it is also allegedly triggered the development of urban areas to the east that has been dominated by the use of forest land and agriculture. In harmony with this, socioeconomic development has necessarily resulted in general land use changes from natural areas to cultivated areas. From the results of the identification of land use changes originating from Citra Landsat in 1989-2016, the direction of the development of residential areas has shifted from west to east on more sloping slopes to slopes. This shift in development orientation needs attention since the eastern region of Padang City is a buffer zone with the status of forest areas that have been designated as Protected Forest and Conservation Area. The most significant land use change is in Primary Forest. Primary Forest area in 2017 is calculated 89,494.65 ha and predicted will be reduced to 81,519.30 ha in 2040. Followed by the reduction of the area of Imperata grass and secondary forest. While the change of mixed garden land use has the most significant increase rate, both occur in wake area and wetlands. As for the water body prediction shows no increment or reduction. abstrak Kota Padang merupakan sebuah kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Tercatat daerah-daerah yang berada di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana tsunami,hal ini pula yang disinyalir menjadi pemicu perkembangan kawasan perkotaan ke arahtimur yang selama ini didominasi oleh penggunaan lahan hutan dan pertanian. Selaras dengan hal tersebut, perkembangan sosial ekonomi telah serta merta akan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan yang secara umum dari kawasan alami menjadi kawasan budidaya. Dari hasil identifikasi perubahan penggunaan lahan yang bersumber dari Citra Landsat tahun 1989 – 2016, arah perkembangan kawasan permukiman telah bergeser dari barat ke timur pada lereng yang lebih bergelombang hingga landai. Pergeseran orientasi pembangunan ini perlu mendapat perhatian mengingat kawasan timur Kota Padang merupakan kawasan penyangga dengan status kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi. Perubahan pengunaan lahan paling siknifikan adalah pada Hutan Primer. Luas Hutan Primer pada tahun 2017 dihitung 89,494.65 ha dan di prediksi akan berkurang hingga menjadi 81,519.30 ha tahun 2040. Diikuti oleh pengurangan luas semak alang-alang dan hutan sekunder. Sedangkan perubahan penggunaan lahan kebun campuran memiliki tingkat pertambahan luas yang paling siknifikan, kedua terjadi pada kawasan terbangun dan lahan basah. Sedangkan untuk tubuh air prediksi menunjukkan tidak terjadi penambahan ataupun pengurangan. 1. Latar Belakang Kota Padang merupakan sebuah kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Tercatat daerah-daerah yang berada di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana tsunami, hal ini pula yang disinyalir menjadi pemicu perkembangan kawasan perkotaan ke arah timur yang selama ini didominasi oleh penggunaan lahan hutan dan pertanian. Alasan tersebut sangat realistis dimana masyarakat dan stakeholder akan berupaya melakukan aktivitas semakin menjauhi kawasan pantai sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana.
United States Environmental Agency defines pollution point sources and nonpoint sources pollution... more United States Environmental Agency defines pollution point sources and nonpoint sources pollution as follows: "The source of contaminants (pollutants) can be either a specific location (point source) or indeterminate / spread (non-point / diffuse source). Point source pollutant sources eg car exhaust, smokestacks and industrial waste channel. Pollutants emanating from the point source is local. The effects can be determined based on the spatial characteristics of water quality. Volume of pollutants from a point source is usually relatively fixed. Sources of non-point source pollution can be a point source in large numbers. For example, runoff from agricultural areas containing pesticides and fertilizers, runoff from residential areas (domestic). Meanwhile economic growth of Floating Net Cages (FNC) and land-based livelihoods in the basin Maninjau increase the income of local people but also increase pollution in the lake. Without proper watershed management, water quality will decline so would endanger the preservation of lakes and human health. The aim of this study was to determine the optimum value of the land-base and FNC economic growth based on threshold values of water quality index in the lake Maninjau. The method used to determine land use predictions using the Land Change Modeler (LCM). Patterns of land use change using the Land Change Modeler (LCM) revealed that in the area of Lake Maninjau affect the level of Water Environment Quality Index, in which the highest contribution of pollutants comes from FNC. Land use changes that occur in the area of Lake Maninjau have affected significantly the economic growth and environmental degradation. Changes of land use with a low value to a higher value has proven to improve productivity, thereby increasing the economic value, such as a change from forest to mixed farms, orchards mixture into a field, the field becomes settlement, as well as rice paddies turned into settlements. On the other hand, the use of land in a watershed with a variety of both residential and agricultural uses has donated contaminants which empties into the lake, causing the quality of the environment in each estuary is varied and has a steadily declining trend. Spatial modeling showed contamination levels touching bad condition in 2023. In that year the percentage of forest cover in the area of Lake Maninjau is still dominant, amounting to 21.78%, 20.74% mixed gardens and fields 7.77%, 3.94% rice, land up 2.07% and the open land of 0.001%, while the number of FNC many as 29 146 units, and the total economic value of 3 trillion rupiah region but has experienced a polluted condition. In 2023 the maninjau lake water conditions already in polluted conditions, so that economic activity related to water cannot continue.
ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu k... more ABSTRAK Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kota. Kota solok merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Meningkatnya jumlah penduduk yang ada di Kota Solok akan meningkatkan kebutuhan, terutama kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lahan di Kota Solok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang berbasis penginderaan jauh dan SIG, yaitu dengan pengolahan citra satelit Landsat tm 5, Landsat etm 7 dan Landsat8 OLI, menggunakan metode Object Base Image Analyst (OBIA) dan metode Overlay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan perubahan lahan yang terjadi di Kota Solok, baik itu total luas perubahan dan lokasi perubahan penggunaan lahan itu sendiri. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Solok mengalami perubahan yang signifikan yaitu Lahan Terbangun. Pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 lahan terbangun mengalami peningkatan seluas 115 hektar (84,69%). Dan pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan seluas 614 hektar (181,65%). ABSTRACT The development of cities can be characterized by the number of inner city libraries. Solok City is one of the cities in West Sumatera Province. Increasing the number of residents in Solok City will increase the need, especially the needs of land as a residence, this causes land in the city of Solok. In this research using remote sensing and GIS based methods, by processing Landsat tm 5, Landsat etm 7 and Landsat8 OLI satellite images, using Object Base Image Analyst (OBIA) and Overlay method. This study aims to inform the development that occurred in the city of Solok, be it a larger number of villages themselves. The results of this study can be known Land Usage Change in Solok City which means significant that is Lahan Terbangun. In 1990 until 2000 the land was built with an area of 115 hectares (84.69%). And in 2000 until the year 2015 last month of 614 hectares (181.65%). PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana peruntukannya (Khadiyanto, 2015). Alih fungsi lahan dalam arti perubahaan penggunaan lahan, pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono,2004). Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas lahan dan keterbatasan-keterbatasan didalam lingkungan tempat hidup (As-syakur dkk., 2010). Interaksi antara dimensi ruang dan waktu dengan dimensi biofisik dan manusia mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan (Veldkamp and Verdburg, 2004). Perubahan iklim, peningkatan
Penelitian ini bertujuan untuk1) mengetahui tutupan lahan Kota Padang, 2) mengetahui prediksi jum... more Penelitian ini bertujuan untuk1) mengetahui tutupan lahan Kota Padang, 2) mengetahui prediksi jumlah penduduk dan volume sampah di Kota Padang 3) mengetahui luas TPA dan lokasi rekomendasi TPA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif. Model yang digunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di overlay menggunakan parameter pengharkatan. Hasil penelitian menunjukkan, 1) analisis tutupan lahan Citra Landsat Kota Padang tahun 2016 adalah; Vegetasi (51486,40 Ha), Lahan Terbangun (11578,44 Ha), dan Sawah (5713,93 Ha). 2) prediksi penduduk pada tahun 2026 sebesar 1.011.166 jiwa dan prediksi volume sampah sebesar 2.952.604.720 kg/jiwa,.3) lahan yang dibutuhkan untuk TPA sebesar 45,67 Ha dengan luas daerah penyangga 11,42 Ha. Rekomendasi pendirian TPA berada pada Kecamatan Koto Tangah dan Kuranji.
Uploads
Papers by Yudi Antomi
Conference Presentations by Yudi Antomi
Drafts by Yudi Antomi