Pendekatan Ma'nā cum Maghzā atas Al-Qur'an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer, Feb 26, 2020
Makalah ini dipresentasikan pada sesi peluncuran buku antologi "Pendekatan Ma'na-cum-Maghza atas ... more Makalah ini dipresentasikan pada sesi peluncuran buku antologi "Pendekatan Ma'na-cum-Maghza atas Al-Qur'an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer" vol. 2 di Hotel New Saphir Yogyakarta pada tanggal 27 Februari 2020 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (AIAT) Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI.
Popularitas metodologi Ma'nā cum Maghzā terus meningkat seiring dengan peningkatan intensitas peneliti akademik yang menggunakan framework tersebut sebagai media alternatif untuk mengurai varian makna Al-Qur'an secara holistik. Ma'nā cum Maghzā dipahami sebagai pendekatan interpretasi Al-Qur'an yang concern pada aspek tekstual (ma'na al-ashli) dan aspek kontekstual yang signifikan di tengah masyarakat (maghzā). Term tersebut dimunculkan oleh Sahiron Syamsuddin, hermeneuis era kontemporer, dengan konstruksi pemikiran berbasis pada varian dimensi keilmuan, baik klasik maupun kontemporer. Artikel ini berupaya untuk merekonstruksi tahapan metodologi penelitian ideal dari Ma'nā cum Maghzā.
Pembahasan di dalam artikel mengupayakan sebuah bentuk ideal dari metode Ma'nā cum Maghzā dengan mengkalibrasi ulang berbagai dimensi keilmuan yang melingkupi metode tersebut secara genealogis dan indepth. Artikel ini turut mengamati praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā dan mengamati pergeseran epistemologis dari para akademisi kontemporer. Hasil penelitian dalam artikel diklaim sebagai upaya untuk memunculkan identitas metodologi penelitian yang konsisten, idiosinkratis, sistematis, dan relevan bagi akademisi Al-Qur'an dan Hadis. Praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā diurutkan secara metodologis dengan; Pertama, study of the canon (studi intratekstual); Kedua, litetary critism (ma'āni al-Qur'an); Ketiga, historical critism, yaitu mengkaji aspek historisitas dari penurunan ayat Al-Qur'an secara fenomenologis (asbāb al-nuzūl mikro) dan sosio-antropologis (asbāb al-nuzūl makro), atau dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal historis; Keempat, hermeneutical interpretation (studi intertekstual); Kelima, practical theology yang diekstraksi dari kajian maqāshidī, yang dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal dinamis atau asbab al-nuzūl al-jadīdah; Terakhir, merumuskan bentuk signifikansi ideal yang praktis-dinamis-filosofis dan relevan berbasis pada aspek tekstual dan kontekstual dari keempat tahapan sebelumnya.
Pendekatan Ma'nā cum Maghzā atas Al-Qur'an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer, Feb 26, 2020
Makalah ini dipresentasikan pada sesi peluncuran buku antologi "Pendekatan Ma'na-cum-Maghza atas ... more Makalah ini dipresentasikan pada sesi peluncuran buku antologi "Pendekatan Ma'na-cum-Maghza atas Al-Qur'an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer" vol. 2 di Hotel New Saphir Yogyakarta pada tanggal 27 Februari 2020 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (AIAT) Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI.
Popularitas metodologi Ma'nā cum Maghzā terus meningkat seiring dengan peningkatan intensitas peneliti akademik yang menggunakan framework tersebut sebagai media alternatif untuk mengurai varian makna Al-Qur'an secara holistik. Ma'nā cum Maghzā dipahami sebagai pendekatan interpretasi Al-Qur'an yang concern pada aspek tekstual (ma'na al-ashli) dan aspek kontekstual yang signifikan di tengah masyarakat (maghzā). Term tersebut dimunculkan oleh Sahiron Syamsuddin, hermeneuis era kontemporer, dengan konstruksi pemikiran berbasis pada varian dimensi keilmuan, baik klasik maupun kontemporer. Artikel ini berupaya untuk merekonstruksi tahapan metodologi penelitian ideal dari Ma'nā cum Maghzā.
Pembahasan di dalam artikel mengupayakan sebuah bentuk ideal dari metode Ma'nā cum Maghzā dengan mengkalibrasi ulang berbagai dimensi keilmuan yang melingkupi metode tersebut secara genealogis dan indepth. Artikel ini turut mengamati praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā dan mengamati pergeseran epistemologis dari para akademisi kontemporer. Hasil penelitian dalam artikel diklaim sebagai upaya untuk memunculkan identitas metodologi penelitian yang konsisten, idiosinkratis, sistematis, dan relevan bagi akademisi Al-Qur'an dan Hadis. Praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā diurutkan secara metodologis dengan; Pertama, study of the canon (studi intratekstual); Kedua, litetary critism (ma'āni al-Qur'an); Ketiga, historical critism, yaitu mengkaji aspek historisitas dari penurunan ayat Al-Qur'an secara fenomenologis (asbāb al-nuzūl mikro) dan sosio-antropologis (asbāb al-nuzūl makro), atau dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal historis; Keempat, hermeneutical interpretation (studi intertekstual); Kelima, practical theology yang diekstraksi dari kajian maqāshidī, yang dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal dinamis atau asbab al-nuzūl al-jadīdah; Terakhir, merumuskan bentuk signifikansi ideal yang praktis-dinamis-filosofis dan relevan berbasis pada aspek tekstual dan kontekstual dari keempat tahapan sebelumnya.
Uploads
Popularitas metodologi Ma'nā cum Maghzā terus meningkat seiring dengan peningkatan intensitas peneliti akademik yang menggunakan framework tersebut sebagai media alternatif untuk mengurai varian makna Al-Qur'an secara holistik. Ma'nā cum Maghzā dipahami sebagai pendekatan interpretasi Al-Qur'an yang concern pada aspek tekstual (ma'na al-ashli) dan aspek kontekstual yang signifikan di tengah masyarakat (maghzā). Term tersebut dimunculkan oleh Sahiron Syamsuddin, hermeneuis era kontemporer, dengan konstruksi pemikiran berbasis pada varian dimensi keilmuan, baik klasik maupun kontemporer. Artikel ini berupaya untuk merekonstruksi tahapan metodologi penelitian ideal dari Ma'nā cum Maghzā.
Pembahasan di dalam artikel mengupayakan sebuah bentuk ideal dari metode Ma'nā cum Maghzā dengan mengkalibrasi ulang berbagai dimensi keilmuan yang melingkupi metode tersebut secara genealogis dan indepth. Artikel ini turut mengamati praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā dan mengamati pergeseran epistemologis dari para akademisi kontemporer. Hasil penelitian dalam artikel diklaim sebagai upaya untuk memunculkan identitas metodologi penelitian yang konsisten, idiosinkratis, sistematis, dan relevan bagi akademisi Al-Qur'an dan Hadis. Praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā diurutkan secara metodologis dengan; Pertama, study of the canon (studi intratekstual); Kedua, litetary critism (ma'āni al-Qur'an); Ketiga, historical critism, yaitu mengkaji aspek historisitas dari penurunan ayat Al-Qur'an secara fenomenologis (asbāb al-nuzūl mikro) dan sosio-antropologis (asbāb al-nuzūl makro), atau dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal historis; Keempat, hermeneutical interpretation (studi intertekstual); Kelima, practical theology yang diekstraksi dari kajian maqāshidī, yang dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal dinamis atau asbab al-nuzūl al-jadīdah; Terakhir, merumuskan bentuk signifikansi ideal yang praktis-dinamis-filosofis dan relevan berbasis pada aspek tekstual dan kontekstual dari keempat tahapan sebelumnya.
Popularitas metodologi Ma'nā cum Maghzā terus meningkat seiring dengan peningkatan intensitas peneliti akademik yang menggunakan framework tersebut sebagai media alternatif untuk mengurai varian makna Al-Qur'an secara holistik. Ma'nā cum Maghzā dipahami sebagai pendekatan interpretasi Al-Qur'an yang concern pada aspek tekstual (ma'na al-ashli) dan aspek kontekstual yang signifikan di tengah masyarakat (maghzā). Term tersebut dimunculkan oleh Sahiron Syamsuddin, hermeneuis era kontemporer, dengan konstruksi pemikiran berbasis pada varian dimensi keilmuan, baik klasik maupun kontemporer. Artikel ini berupaya untuk merekonstruksi tahapan metodologi penelitian ideal dari Ma'nā cum Maghzā.
Pembahasan di dalam artikel mengupayakan sebuah bentuk ideal dari metode Ma'nā cum Maghzā dengan mengkalibrasi ulang berbagai dimensi keilmuan yang melingkupi metode tersebut secara genealogis dan indepth. Artikel ini turut mengamati praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā dan mengamati pergeseran epistemologis dari para akademisi kontemporer. Hasil penelitian dalam artikel diklaim sebagai upaya untuk memunculkan identitas metodologi penelitian yang konsisten, idiosinkratis, sistematis, dan relevan bagi akademisi Al-Qur'an dan Hadis. Praktik metodologi Ma'nā cum Maghzā diurutkan secara metodologis dengan; Pertama, study of the canon (studi intratekstual); Kedua, litetary critism (ma'āni al-Qur'an); Ketiga, historical critism, yaitu mengkaji aspek historisitas dari penurunan ayat Al-Qur'an secara fenomenologis (asbāb al-nuzūl mikro) dan sosio-antropologis (asbāb al-nuzūl makro), atau dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal historis; Keempat, hermeneutical interpretation (studi intertekstual); Kelima, practical theology yang diekstraksi dari kajian maqāshidī, yang dikenal dengan istilah signifikansi fenomenal dinamis atau asbab al-nuzūl al-jadīdah; Terakhir, merumuskan bentuk signifikansi ideal yang praktis-dinamis-filosofis dan relevan berbasis pada aspek tekstual dan kontekstual dari keempat tahapan sebelumnya.