Anindya Dewi Laksitaningrum

Masyarakat Desa Dayeuhkolot, Bandung, telah terbiasa hidup di lingkungan yang selalu digenangi banjir baik pada saat musim penghujan maupun tidak. Penyebab utama banjir adalah meluapnya debit air Sungai Citarum ditambah air kiriman dari tempat lain pada musim hujan.
Letak desa yang berada di dekat sungai menyebabkan ketinggian air yang menggenangi wilayah perumahan warga mencapai dua meter dari permukaan tanah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah dan menghambat aktivitas masyarakat sekitar.

Kenzo Tange merupakan mentor dari grup metabolist. Masingmasing metabolist memiliki identitas sendiri dalam menerjemahkan metabolisme arsitektur, begitu pula dengan sang mentor, Kenzo Tange mengungkapkan bahwa konsep metabolisme adalah linier city dan jaringan tiga dimensi. Kenzo Tange pada tahun 1960 memaparkan pemikirannya yang berjudul Plan for Tokyo.

Rumah dari Kiyonori Kikutake (1928-2011) didesain dan dibangun oleh dirinya sendiri pada tahun 1958, masih berdiri sebagai sebuah monumen prinsip arsitekturnya. Sebagai salah satu pendiri pergerakan Metabolisme, Kikutake memberikan dasaran bagi sebuah arsitektur yang dapat secara intrinsik memungkinkan untuk adanya pertumbuhan, dan model baru bagi kota-kota untuk berkembang dengan dasaran fisik baru.

Dalam arsitektur,  teori—kritik—sejarah  merupakan sesuatu yang saling berkaitan. Dimana  teori yang muncul dan berkembang tidak lepas dari sejarah masa lalu, dan kritik yang diberikan oleh para kritikus juga berdasarkan teori-teori serta sejarah yang berupa fakta-fakta.
Teori, kritik, dan sejarah arsitektur penting dalam masyarakat yang mengalami perubahan. Ditempat teknologi-teknologi baru dikembangkan, dan dimana ketidakpuasan akan masa lalu muncul atau disebarluaskan kedalam sistem sosial, teori—kritik—sejarah  menjadi relevan. Perubahan dapat terjadi secara produktif bila terdapat kesadaran akan teori, kritik, dan sejarah.

(Tugas

Dalam merujukkan makna suatu tanda dalam arsitektur maupun bukan, dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Simbol /simbolik: mode di mana penanda (signifier) tidak menyerupai yang ditandakan (signified). Tapi, konvensional, sehingga hubungan harus dipelajari : misalnya bahasa secara umum (ditambah khusus bahasa, huruf abjad, tanda baca, kata, frasa, dan kalimat), angka, kode morse, lampu lalu lintas, bendera nasional.
2. Icon / ikon: mode di mana penanda (signifier) dianggap sebagai menyerupai atau meniru ditandakan (signified). Hal ini sama terhadap kepemilikan beberapa kualitasnya : misalnya potret, kartun, skala model, dll.
3. Index / indexical: mode di mana penanda (signifier) tidak sewenang-wenang tetapi secara langsung terhubung dalam beberapa cara (secara fisik atau kausal) untuk menandai (signifying).
Pada kedua studi kasus ini, kami berusaha menjelaskan signifier dan signified serta asosiasi yang memungkinkan diantaranya.

(Tugas Makna Arsitektur)

Tanda adalah keseluruhan yang dihasilkan dari asosiasi penanda (signifier) dengan yang diwakilinya (signified) (Saussure 1983, 67; Saussure 1974, 67). Hubungan antara signifier dan signified disebut sebagai “makna”, dan ini diwakili dalam diagram Saussurean oleh panah. Garis horizontal menandai dua elemen tanda ini disebut sebagai “bar”. Kesimpulan dari teori Saussure adalah tanda harus memiliki kedua hal ini Signifier dan Signified. Anda tidak dapat memiliki Signified jika Signifier benar-benar tak berbentuk (Saussure 1983, 101; Saussure 1974, 102-103). Dalam arsitektur bisa saja suatu tanda berarti ketiganya, karena arsitektur sebagai seni maka suatu objek dapat dimaknai banyak. Berikut adalah beberapa contoh objek kasus desain arsitektur seperti berikut.

(Tugas Makna Arsitektur)

Arsitektur adalah proses atau produk rancangan bangunan dan struktur fisik lainnya. Istilah “arsitektur” berasal dari bahasa latin architectura yang diambil dari bahasa Yunani arkhitekton yang artinya pembangun, tukang, tukang kayu. Kata arsitektur dapat berarti pula seni dan ilmu merancang bangunan dan beberapa struktur non-bangunan. Arsitektur harus dilakukan dengan perancangan, perencanaan dan pembangunan bentuk, ruang, suasana serta mempertimbangkan fungsional, teknis, dampak sosial, lingkungan, dan estetika. Hal ini membutuhkan kreativitas dan koordinasi antara bahan, cahaya, bangunan, dan teknologi.

(Tugas Arsitektur Kiwari)

Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat mengakibatkan kebutuhan akan hunian juga semakin bertambah. Salah satu permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal saat ini salah satunya adalah keterbatasan lahan. Dalam menghadapi permasalahan tersebut maka dibutuhkan strategi dalam menciptakan hunian dengan penataan ruang yang efisien dan fleksibel. Hal tersebut dimaksudkan agar dengan lahan yang terbatas, hunian tetap dapat mewadahi segala aktivitas penghuninya secara optimal. Metode yang dilakukan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah melalui pengumpulan dan analisa data yang kemudian menjadi dasar dari perumusan desain rancangan. Dalam perumusan desain untuk mencapai efisiensi ruang pada rumah di lahan terbatas, hal utama yang perlu diperhatikan adalah organisasi dan pemanfaatan ruang yang optimal melalui penggunaan perabot multifungsi.

Etika berasal dari bahasa Yunani "Ethos" yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidahkaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Menurut para ahli etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesama dan menegaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Pengertian etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

(Tugas Etika Arsitektur)

Teori yang berkembang di dunia Arsitektur berasal dari kritik, penafsiran dan deskripsi dari hasil karya yang telah dibangun/dihasilkan dan yang telah membangun opini masyarakat sehingga muncul pemahaman baru. Suatu teori dalam arsitektur digunakan untuk mencari apa yang sesungguhnya harus dicapai dalam berarsitektur (What Architecture Should Do) dan juga bagaimana cara yang baik bagi untuk merancang (How Best to Design), serta mengetahui apakah arsitektur itu sendiri (What Architecture Is). Perbedaan pada teori arsitektur dengan teori dalam ilmu pengetahuan yang lain (teori ilmiah) menurut saya adalah tidak adanya pembuktian yang terperinci dalam teori arsitektur, dan juga tidak seteliti dan secermat pada teori ilmiah. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan adalah merumuskan suatu pemikiran, bukan menguraikannya.

(Tugas Teori Arsitektur)

Gereja Puhsarang yang terletak di Kediri, Jawa Timur ini merupakan hasil karya dari Henri Maclaine Pont pada tahun 1936-1937. Konsep dasar Gereja Puhsarang dilandasi oleh pemikiran yang diambil dari adat Jawa, termasuk konsep arsitekturnya yang dipadukan dengan konsep Liturgis Gereja Katolik dari Barat. Secara fisik bentuk bangunan utamanya merupakan bentuk yang menyerupai sebuah tenda yang ditopang pada keempat sudutnya dan disebut sebagai “soko guru” dengan bentuknya pilar segitiga atau pilar berbentuk huruf A. Sedangkan pada bagian ruang dalam dari bangunan utama terdapat beberapa fasilitas yakni ruang panti umat, ruang panti imam, altar, ruang sankristi, ruang pengakuan dosa, ruang patung hati kudus Yesus dan ruang patung bunda Maria. Penggunaan bahan material yang masih sangat tradisional seperti batu bata dan batu kali serta konstruksi kayu dan penutup atapnya yang menggunakan genting dari tanah liat sangat mencerminkan arsitektur kenusantaraan yang berusaha ditampilkan oleh sang arsitek.

(Tugas M.K. Makna Arsitektur)

Berdasarkan teori dari arsitek Jepang, Kisho Kurokawa, tentang arsitektur metabolisme dimana ia menganalogikan arsitektur yang dapat bermetabolisme seperti halnya mahluk hidup, dan juga dapat bersimbiosis yaitu saling berhubungan antara manusia dengan arsitektur itu sendiri dan juga arsitektur dengan lingkungan sekitarnya. Dalam teori ini Kisho Kurokawa menyatakan bahwa arsitektur seharusnya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan manusia yang menempatinya, sehingga apa yang dibangun saat ini sudah dirancang sedemikian rupa sehingga manusia tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan mereka dalam hal arsitektur.

(Tugas M.K. Penelitian Arsitektur)

Dalam arsitektur, teori—kritik—sejarah merupakan sesuatu yang saling berkaitan. Dimana teori yang muncul dan berkembang tidak lepas dari sejarah masa lalu, dan kritik yang diberikan oleh para kritikus juga berdasarkan teori-teori serta sejarah yang berupa fakta-fakta. Teori, kritik, dan sejarah arsitektur penting dalam masyarakat yang mengalami perubahan. Ditempat teknologi-teknologi baru dikembangkan, dan dimana ketidakpuasan akan masa lalu muncul atau disebarluaskan kedalam sistem sosial, teori— kritik—sejarah menjadi relevan. Perubahan dapat terjadi secara produktif bila terdapat kesadaran akan teori, kritik, dan sejarah

(Tugas M.K. Teori Arsitektur)

Pada bukunya, pada bagian awal, Jencks memaparkan argumennya mengenai kematian arsitektur modern. Arsitektur modern memperoleh kematiannya pada tanggal 15 Juli 1972 yang ditandai dengan dirobohkannya Pruitt – Igoe di St. Louis, sebagaimana menurut Charles Jencks hal itu menunjukkan kesalahan – kesalahan pada urbanisme modern pada era itu. "Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang hancur berkepingkeping. Ketika modernisme mati di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru - postmodern."

(Tugas Teori Arsitektur)

Pada tahun 1960 di Jepang muncullah sebuah gerakan arsitektur yang beranggotakan arsitek-arsitek muda Jepang yang belajar dan bekerja pada Kenzo Tange dan Kunio Maekawa. Gerakan yang mereka cetuskan dinamakan “Metabolism”. Arsitektur dan kota dianggap sebagai mahluk hidup yang dapat bereaksi terhadap perubahan yang terjadi. Disini metabolisme diusulkan sebagai suatu sistem urbanisme yang baru, penerapan gerakan metabolisme pada arsitektur adalah pada fleksibilitas bangunan terhadap penambahan atau pengurangan volume, baik secara vertikal maupun horizontal. Arsitektur Metabolisme Jepang muncul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pemikiran-pemikiran arsitek modern seperti Le Corbusier, Louis I Kahn, Konrad Wachsmann, Bertrand Goldberg, Aldo van Eyck dan Bernard Rudofsky.

(Tugas Teori Arsitektur)

Kenneth Frampton adalah seorang profesor di bidang sejarah dan arsitektur. Karya nya yang paling influental adalah buku “Toward A Critical Regionalism”, yang memperkenalkan teori kritis regionalisme sebagi respon globalisasi dan universalisasi. Pemikirannya didasari oleh kekhawatiran atas dampak berlebihan dari modernisasi, globalisasi dan situasi politik pada saat itu, yang berdampak pada arsitektur. Contohnya adalah bangunan – bangunan bergaya klasik banyak tergantikan dengan arsitektur bergaya modern yang merupakan simbol dari industrialisasi. Teori ini diharapkan dapat mengembalikan arsitektur dan bangunan ke pada konteksnya dan perkembangan yang ada disekitarnya, sebagai usaha untuk memperkuat identitas lokal dengan melihat berbagai potensi dan memperhatikan detail dari bangunan. Teori ini pada akhirnya telah disebarluaskan dan banyak dikembangkan oleh arsittek – arsitek dunia, dimana arsitek – arsitek ini sukses merancang arsitektur modern menjadi lebih tacticle dan tectocic, menciptakan bentuk struktur tektonik yang kreatif dimana hal tersebut mampu menandingi unversalisme dalam arsitektur dengan mengembalikan teknologi sebagai instrumen dalam arsitektur.

(Tugas Teori Arsitektur)

"I am not attracted to straight angles or to the straight line, hard and inflexible, created by man. I am attracted to free-flowing sensual curves. The curves that I find in the mountains of my country, in the sinuousness of its rivers, in the waves of the ocean, and on the body of the beloved woman. Curves make up the entire universe, the curved universe of Einstein. My work is not about form follows function, but form follows beauty or, even better, form follows feminine."  - Oscar Neimeyer

Dengan semakin berkembangnya teknologi dari hari ke hari ikut berpengaruh pada pola fikir dan juga aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Dalam bidang arsitektur tentunya selain berhubungan dengan bangunan, juga erat kaitannya dengan lingkungan sekitar. Dimana bangunan tersebut berada, lingkungan sekitar dapat memberi dampak positif-negatif bagi bangunan terbangun. Begitu pula sebaliknya bangunan yang terbangun dapat menjadi pengaruh baik maupun kurang baik bagi lingkungan sekitarnya. Teknologi yang semakin berkembang tentunya lebih memudahkan perancang untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang dapat terjadi, karena bangunan yang berdiri tersebut sesungguhnya sudah memiliki suatu sistem metabolisme sendiri. Satu hal yang juga diperlukan adalah pemikiran akan bagaimana cara untuk mewujudkan hal tersebut, dengan life cycle thinking salah satunya. Berikut adalah pembahasan kami dan juga contoh kasus dari bagaimana keterkaitan antara life cycle thinking dengan metabolism building.

Open Building pertama kali dicetuskan oleh John Habraken pada bukunya yang berjudul Supports: An Alternative to Mass Housing, diterbitkan dalam bahasa Belanda pada tahun 1961 dan dalam bahasa Inggris pada 1972 dan 1999.

(Tugas III Ekologi Arsitektur)

Seiring dengan perkembangan teknologi yang terjadi hampir di seluruh dunia, terlebih yang terjadi pada negara-negara maju cukup signifikan. Berbagai produk teknologi tinggi diciptakan untuk diaplikasikan dalam kegiatan manusia sehari-harinya. Termasuk juga dalam berarsitektur, dimana teknologi yang canggih digunakan salah satunya  untuk ikut menjaga lingkungan sekitar bangunan.

(Tugas I Ekologi dan Arsitektur)

• Taman diberi tempat duduk yang tersebar di pinggir-pinggir taman dan diberi naungan yang dapat digunakan sebagai tempat mengerjakan tugas, menggambar, atau makan. Sedangkan bagian tengah dibiarkan kosong sehingga dapat digunakan untuk berkumpul/rapat dengan mahasiswa yang banyak dan diberi beberapa tanaman hias untuk mempercantik taman. Terdapat beberapa bagian taman yang diberi naungan dan ada beberapa bagian yang tidak diberi naungan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

(Mata Kuliah Metoda Perancangan Arsitektur)

Perancangan Gedung Sate sangat dipengaruhi oleh gaya perancangan arsiteknya, Ir. J. Gerber, yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda, Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara. Begitu banyaknya arsitek yang memuji keberhasilan desain Gedung Sate, sehingga tidak heran jika di dalam buku Bandoeng en haar Hoogvlakte (1952) tercantum bahwa Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia.

(Tugas III Asitektur Indonesia)

Mimesis merupakan istilah yang dipakai oleh bangsa Yunani kuno dalam perihal estetika. Tindakan imitasi yang merujuk pada imaji tertentu yang dihasilkan dari suatu konsep. Beberapa contoh: bangunan yang menyerupai kapal, gajah, hot dog atau imaji lain baik yang universal atupun yang sulit dimengerti. Literality dapat menurunkan daya imajinasi. Arsitek yang menggunakan literal interpretation atau visual imitation mengesampingkan kemampuan pikiran untuk membuat konsep yang lebih luas atau abstraksi dari bagian-bagian bangunan yang ditirunya. Daya imajinasi hanya terhenti pada apa yang terlihat saja.


(Tugas Metoda Perancangan Arsitektur)

Rumah adat Lobo berfungsi menampung segala aktivitas yang menyangkut kepentingan masyarakat lebih khususnya bagi para pemegang tampuk pemerintahan “Maradika” (bangsawan), para Totua Ngata (orang yang dituakan), anggota dewan adat dan tokoh masyarakat. Musyawarah, perumusan, pengambilan keputusan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat umum dilakukan di dalam bangunan ini.


(Tugas Mata Kuliah Arsitektur Indonesia)

Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap bentuk arsitektur yang ada, baik bangunan rumah tinggal maupun bangunan lain. Kondisi iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain dari bangunan tersebut. Begitu pula dengan Gedung Rektorat Universitas Indonesia. Bangunan ini terdiri atas banyak lantai dan mempunyai konsep desain yang menarik, meskipun susunan konstruksi yang dimiliki cukup rumit. Konstruksi maupun kerangka yang jumlahnya banyak ini dapa terlihat dengan jelas, hal ini karena dinding pada bangunan tidak berupa tembok dari batu bata, namun terdiri dari kaca-kaca yang disusun yang berfungsi sebagai jendela. Jendela kaca ini dipasang secara mendatar dan memenuhi semua dinding yang berada di tiap lantai bangunan.

(Tugas Mata Kuliah Arsitektur Indonesia)

Art deco adalah gaya yang lahir setelah Perang Dunia I, yang termasuk pada seni terapan. Langgam ini menunjukkan suatu langgam yang dekoratif. Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern. Pengertian dari art deco sendiri adalah suatu aliran dalam membuat bangunan yang terdiri dari unsur-unsur dekoratif berupa garis-garis dan bidang geometri. Sesuai klasifikasinya, arsitektur langgam art deco dibedakan menjadi empat, yaitu floral deco, streamline deco, zigzag deco, dan neoclassicael deco. Di Indonesia,
banyak dikenal dua langgam yang pertama disebut, jarang didapati corak ketiga dan keempat.

(Tugas UAS Arsitektur Barat dan Asia)

Asas fungsional arsitektur sesungguhnya mengedepankan guna dari arsitektur yang dirancang, dan juga perannya bagi manusia itu sendiri. Fungsi berbeda dengan guna, hal ini menyebabkan sering tertukarnya asas fungsional dengan asas utilitas. Fungsi arsitektur lebih cenderung kepada tujuan dibuatnya arsitektur tersebut, sedangkan untuk guna lebih kepada pemanfaatan bangunan tersebut oleh manusia yang melakukan kegiatan didalamnya. Asas fungsional sendiri meliputi sepuluh prinsip perancangan, yakni principle of totality, time, value, resources, synthesis, iteration, change, relationships, competence, dan service."

(Tugas Asas Perancangan)

"Aliran kubisme muncul karena adanya rasa bosan terhadap aliran klasik yang ada sebelumnya, dimana aliran klasik dipenuhi dengan berbagai ornamen sebagai penghias dan hal yang utama. Kubisme sendiri merupakan penyederhanaan bentuk-bentuk alam yang ada menjadi bentuk-bentuk yang geometris (kotak-kotak). Kubisme sendiri berasal dari seni rupa yang dipopulerkan oleh Pablo Picasso, yang selanjutnya mempengaruhi bidang-bidang lain, dalam contoh ini adalah bidang arsitektur."

(Tugas Arsitektur Barat dan Asia)

"Sebagai salah satu kebutuhan dasar bagi manusia, rumah menjadi tempat berlindung manusia dari fenomena alam seperti hujan, terik sinar matahari dan dari segi keamanan. Bagi sebagian besar orang yang mencari tempat tinggal, banyak pertimbanganpertimbangan yang harus diambil. Diantaranya seperti harga sewa/harga beli yang murah, kualitas rumah yang bagus, lokasinya tidak jauh dari tempat dia bekerja, adanya sarana prasarana seperti sekolah—pasar—tempat ibadah, transportasi yang mudah dijangkau, dll."

(Tugas Pengantar Teori Perumahan dan Perkotaan)

"Dibangun oleh N. V. Maatschappij Tot Exploitatie van Het Technish Bureau Gebroeders Knaud, sebuah biro teknik bangunan dari Belanda pada tahun 1916. Nama asli bangunan ini adalah Gedbroders Knaud. Letaknya di Jalan Rajawali 5 di sebelah Hotel Ibis atau seberang  Jembatan Merah Plaza. Sempat dijadikan sebagai Gedung Bank Bumi Daya dan juga Kantor  Said Bin Oemar Bagil pada 1916. Ditetapkan sebagai landmark kawasan kota lama Surabaya."

(Tugas Mata Kuliah Tektonika)

GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem informasi dengan basis komputer yang dirancang untuk menangkap, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan informasi spasial berupa grafik dan gambar untuk kemudian dilakukan pemindaian analisis spasial dan dicetak dalam banyak format (Dölek & Avcı, 2016).
GIS berkaitan erat dengan data spasial, yakni data yang berdasarkan pada posisi, objek, dan hubungan di antara keduanya dalam ruang bumi. Data spasial adalah salah satu bagian informasi yang di dalamnya terdapat informasi perihal bumi termasuk permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, perairan, kelautan, dan di bawah atmosfer (Irwansyah, 2013).

(Tugas M.K. Penataan Ruang dan Analisis Wilayah)

Memasuki tahun 2020, dengan kemunculan COVID-19 yang tiba-tiba, banyak kota menyoroti kurangnya kapasitas dasar dalam menanggapi keadaan darurat dan bencana (Pisano, 2020). Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia telah menghasilkan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan dengan cepat mengubah kehidupan sehari-hari kebanyakan manusia. Sejak kasus pertama yang ditemukan pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China, virus ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat (Gallina & Ricci, 2020). Pada 30 Januari 2020 secara resmi WHO (World Health Organization) menetapkan “darurat kesehatan global” setelah dilaporkan adanya 213 kasus meninggal dari 9.692 kasus di seluruh provinsi China (Almuttaqi, 2020). Segala upaya dilakukan untuk mengurangi penyebarannya, salah satunya yaitu dengan penggunaan masker. Banyak pemerintah di seluruh dunia yang kemudian menerapkan praktik isolasi dan social distancing atau pembatasan sosial (Lewnard & Lo, 2020). Selain itu kebijakan karantina wilayah, baik secara penuh (lockdown) atau sebagian seperti yang dilakukan di Indonesia

(Tugas M.K. Penataan Ruang dan Analisis Wilayah)

Aracaju merupakan sebuah kota yang terletak di timur laut Brasil, di negara bagian Sergipe. Seperti kebanyakan negara bagian di timur laut Brasil, pedalaman Sergipe hampir seluruhnya merupakan sabana (caatinga), dan garis pantainya dicirikan oleh hutan bakau, rawa, dan pantai berpasir. Terdapat lajur kecil hutan hujan tropis yang membentang di pantai. Ibu kota negara bagian Sergipe ini mempunyai luas wilayah 181.8 km2 dengan jumlah penduduk 641.523 jiwa per sensus pada tahun 2016. Aracaju terletak di muara Sungai Cotinguiba, dekat pesisir pantai. Pelabuhan di sini hanya sering dikunjungi oleh kapal-kapal bermuatan kecil (1911 Encyclopædia Britannica/Sergipe, 2010).

(Tugas M.K. Penataan Ruang dan Analisis Wilayah)

Konektivitas lanskap sangat penting bagi kelangsungan organisme dan merupakan pusat pemulihan ekosistem dari gangguan. Sedangkan tindakan manusia dapat berdampak luas pada lanskap dan keterhubungannya, dan seringkali merugikan hewan dan habitatnya. Hewan berpindah dari satu habitat ke habitat lain dalam bentang laut untuk mencari makan, berkembang biak, dan menyebar sehingga menghubungkan populasi, jaring makanan, dan ekosistem. Populasi manusia yang terkonsentrasi di daerah pesisir dan tindakannya (urbanisasi, penangkapan ikan, penggunaan sumber daya) menurunkan kualitas air, memecah belah habitat, dan mengurangi keanekaragaman hayati di bentang laut. Urbanisasi mengancam burung pantai dan hewan berkuku pada tingkat kritis di jalur migrasi mereka, pembangunan infrastruktur dan praktik penangkapan ikan menghalagi pergerakan ikan di sepanjang sungai dan bentang laut pesisir. Pengaruh urbanisasi pada fauna pesisir tersebar luas secara geografis dan mencakup dampak pada distribusi dan kelimpahan sebagian besar kelompok taksonomi, termasuk invertebrata, ikan, reptil, burung, dan mamalia.

(Tugas M.K. Penataan Ruang dan Wilayah)

Pesatnya urbanisasi di kota memberi kontribusi besar dalam banyaknya sumber kebisingan dan kebisingan lingkungan yang mengganggu kegiatan sehari-hari, seperti halnya belajar, bekerja, bersantai, dan beristirahat. Pada lingkungan perkotaan penyebaran kebisingan dipengaruhi oleh berbagai elemen yang membentuk ruang kota seperti kepadatan bangunan, jalan, kawasan hijau, serta posisi dan bentuk bangunan. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana bentuk perkotaan mempengaruhi kebisingan lingkungan suatu wilayah. Objek studi yang dipilih yaitu daerah Jardins yang terletak di kota Aracaju di timur laut Brazil. Daerah ini muncul dari perpotongan dua jalan yaitu Pedro Valadares dan Deputado Sílvio Teixeira yang kemudian menyediakan ruang untuk kondominium dan pusat perbelanjaan. Area ini didominasi oleh permukiman dengan ruang perkotaan yang karakter fisiknya seperti; kepadatan bangunan, keberadaan kawasan terbuka, bentuk dan sebaran spasial bangunan, serta variasi profil permukaan jalan yang bercabang dari jalan utama.

(Tugas M.K. Penataan Ruang dan Analisis Wilayah)

Sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia dinilai belum dapat mengelola wilayah pesisir secara merata dan optimal. Kegiatan pembangunan di daerah pesisir masih mengesampingkan masyarakat lokal yang rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional, dan tidak mempertimbangkan aspek pelestarian ekosistem dan habitat aslinya (Trinanda, 2017). Dalam perkembangannya muncul Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP3K) yang meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dan pemanfaat wilayah pesisir dan pulaupulau kecil dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kasworo, 2017), yang di dalamnya mengatur perihal Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K). Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 mengenai Pemerintah Daerah mengatur secara rinci kewenangan yang dimiliki oleh Daerah Provinsi, antara lain untuk melakukan pengaturan tata ruang dengan memperhatikan ketentuan yang ada. Penataan ruang dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang, serta meminimalisir konflik yang dapat terjadi di antara pihak-pihak yang berkepentingan (Chikmawati & Evita, 2018). Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak dilakukan dengan benar adalah terjadinya ketidakteraturan kawasan, yang akan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang dampaknya berupa gangguan terhadap lingkungan (Nurmayani, 2015)

(Tugas M.K. Penataan Ruang dan Analisis Wilayah)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai infrastruktur dalam tata ruang kota menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung keberlangsungan ekologis kota (Prakoso & Herdiansyah, 2019). Dalam hal jasa ekosistem, RTH perkotaan dapat membantu mengurangi banyak masalah lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penduduk, selain itu RTH memiliki manfaat besar untuk kesehatan fisik dan mental manusia dan juga manfaat sosial yang signifikan (Bird, 2007; Kim, 2012; Peacock et al., 2007).
Dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 Pasal 29 ayat 1 tentang Penataan Ruang mensyaratkan kota di Indonesia harus memiliki RTH minimal sebesar 30% dari total luas kota terkait secara keseluruhan, dengan komposisi 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijau privat. Alokasi RTH ini ditetapkan ke dalam Peraturan Daerah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan Kabupaten. Namun dengan keterbatasan lahan dan dana yang tersedia, serta tingginya harga tanah menyebabkan pihak pemerintah daerah enggan memasukkan target tersebut ke dalam (Eni, 2015).

(Tugas M.K. Prinsip Ilmu Lingkungan)

Penilitian ini dilatar belakangi kebutuhan untuk menilai secara kuantitatif pengaruh lingkungan di dekat pulau-pulau utama. Pada penelitian ini digunakan pendekatan multi perspektif untuk mengevaluasi keutuhan ekologis, agar ekosistem dapat tercermin lebih obyektif dan komprehensif (Jiang et al., 2018). Oleh karena itu berbagai faktor di wilayah studi ikut menjadi pertimbangan yaitu, skala spasial; lokasi spasial; faktor fisik, kimia, dan biologi; serta kondisi interior dan pengaruh eksternal ekosistem.
Penelitian ini menggunakan sistem indeks evaluasi yang komprehensif dan metode evaluasi, dengan mempertimbangkan letak ruang dan skala heterogenitas dalam ekosistem pulau, pengaruh perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Peneliti mengusulkan pulau-pulau dekat daratan memiliki integritas ekologis jika struktur dan fungsi daratan, zona intertidal, dan ekosistem perairan dalam skala yang berbeda tidak terganggu oleh tekanan dari perubahan iklim dan aktivitas manusia. Peneliti membuat sistem indeks evaluasi komprehensif integritas ekologi pulau (Tabel 1). Metode evaluasi dengan menggunakan normalisasi indeks dan standar evaluasi (Tabel 2) di mana tiap indeksnya dibagi menjadi lima level sesuai dengan penilaian subjek.

(Tugas Ekologi)