Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Teori Akuntansi : Kewajiban dan Ekuitas Pemilik

KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMILIK Adetiya Firmanzah [01] Ahmad Yusuf [02] Fiona Simorangkir [13] Rickza Alfafa Sara [23] TEORI AKUNTANSI Mahasiswa Program D-IV Akuntansi Kurikulum Khusus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Sebuah perusahaan memegang aset karena baik para pemilik maupun pihak-pihak lain (kreditur) telah menyediakan dana untuk mendapatkan aset tersebut. Oleh karena itu, total nilai aset sesungguhnya diperuntukkan bagi beberapa pihak yang memiliki hak (claims), biasanya untuk pembayaran dalam wujud uang. Terdapat dua jenis klaim yang pasti akan muncul yaitu klaim oleh kreditur (liabilities) dan oleh pemilik (owner’s equity). Hak dari kreditur dan pemilik di sini memiliki perbedaan. Kreditur memiliki hak utama pada aset perusahaan dalam hal terjadi likuidasi dan hak mereka hampir selalu lebih spesifik dibandingkan para pemilik dengan memperhitungkan nilai dan waktu pembayaran. Sedangkan hak dari kreditur adalah tanggung jawab bagi entitas pelaporan, sedangkan entitas biasanya tidak wajib untuk membuat transfer spesifik atas aset kepada pemilik. Demikian juga, ketika sebuah tanggung jawab muncul, misalnya ketika dividend diumumkan, hak dari pemilik menjadi sebuah kewajiban/liability (contohnya dividends payable). Atau dengan kata lain liabilities menunjukkan tanggung jawab dari sebuah entitas, sedangkan owner’s equity adalah residual interest or claim (kepentingan/hak terakhir), namun bukan keharusan untuk mentransfer aset. Proprietary Theory (Teori Kepemilikan) And Entity Theory (Teori Entitas) Pada bagian ini akan dijelaskan dua teori yang telah diusulkan untuk membantu kita dalam memahami akuntansi, yaitu proprietary theory dan entity theory. Proprietary theory adalah sebuah teori yang didasarkan pada pemikiran bahwa proprietor (atau pemilik) adalah pusat dari seluruh perhatian. Dibawah pemikiran/pandangan ini seluruh konsep akuntansi, prosedur dan aturan diformulasikan/disusun sesuai dengan kepentingan pemilik sebagai dasar pemikirannya. Sementara di sisi lain, kebalikan dari proprietary theory, entity theory mengusulkan agar proses bisnis diartikan sebagai sebuah entitas terpisah dan juga sebagai pencatatan akuntansi atas transaksi dari entitas tersebut. Proprietary Theory (Teori Kepemilikan) Kepemilikan menggambarkan kekayaan bersih atas bisnis (kegiatan usaha) dan dapat direpresentasikan dalam persamaan akuntansi: P = A — L Dimana kepemilikan (atau owner’s equity) adalah sama dengan aset dikurangi dengan kewajiban. P menggambarkan kekayaan bersih pemilik usaha. Seperti yang diungkapkan oleh Sprague: The balance sheet of proprietorship is a summing-up at some particular time of all the elements which constitute te wealth of some person or collection of persons … The whole purpose of the business struggle is increase of wealth, that is, increase of proprietorship. - - - Neraca kepemilikan menjumlahkan semua elemen pada periode tertentu yang merupakan kekayaan beberapa orang atau kumpulan orang ... Keseluruhan tujuan dari kegiatan usaha adalah peningkatan kekayaan, yaitu peningkatan atas kepemilikan. Aset menjadi milik proprietor dan kewajiban adalah tanggung jawabnya. Dari pernyataan ini, kita dapat melihat bahwa tujuan akuntansi adalah untuk mencerminkan kekayaan bersih pemilik. Teori ekonomi pada perusahaan mengambil pandangan proprietary, dengan menitikbertkan pada peranan entrepreneur-owner (pemilik usaha). Konsep pendapatan, yang meningkatkan kekayaan bersih, ditunjukkan sebagai pengembalian untuk ‘entrepreneurship’ (bentuk perikatan usaha). Pendapatan dihasilkan dan beban muncul dikarenakan keputusan dan tindakan dari pemilik dan pemilik representatif. Akun pendapatan dan beban adalah akun pembantu bagi P, di mana secara temporer dipisahkan untuk tujuan menentukan keuntungan pemilik. Pendapatan adalah kenaikan dalam proprietorship; beban adalah penurunan dalam proprietorship. Vatter menjelaskan: The theory of double entry is based on the idea that expense and revenue accouts have the same algebraic characteristics as ‘net worth’, i.e. accounts tending to increase net worth are increased by credits, accounts tending to decrease net worth are handled in reverse order. - - - Teori double entry didasarkan pada gagasan bahwa beban dan pendapatan piutang memiliki karakteristik aljabar yang sama seperti kekayaan bersih, sebagai contoh akun cenderung meningkatkan kekayaan bersih yang meningkat sebesar kredit, akun cenderung menurunkan kekayaan bersih yang ditunjukkan dalam urutan terbalik. Oleh karena itu, net income adalah peningkatan kemakmuran/kekayaan pemilik dari proses bisnis selama periode yang teah ditetapkan. Jika hal ini merupakan representasi dari pendapatan, seharusnya hal ini meliputi seluruh aspek yang merubah kekayaan pemilik selama periode yang telah diberikan/ditetapkan. Dengan demikian, perubahan kekayaan bersih berasal dari kegiatan yang menghasilkan pendapatan sebagaimana dia melakukan perubahan atas nilai aset. Misalnya, nilai intrinsik dari surat kabar masthead dapat meningkatkan nilai dan bisa menarik premi yang signifikan untuk pemilik jika direalisasikan (dijual). Dalam kasus tersebut, alasannya adalah bahwa peningkatan kekayaan bersih pemilik harus diakui, meskipun perubahan kekayaan masih menjadi anggapan sampai waktu tertentu seperti saat surat kabar sebenarnya dijual kepada pihak ketiga. Masalah akuntansi adalah mengukur perubahan nilai yang masih menjadi anggapan tersebut (notional). Untuk sebagian besar praktik akuntansi saat ini didasarkan pada teori kepemilikan (proprietary theory). Dividen lebih dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada beban karena dibayarkan kepada pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak penghasilan dianggap sebagai beban karena mereka mengurangi kekayaan pemilik. Bagi kepemilikan tunggal dan partnership (bentuk kerjasama), gaji yang dibayarkan kepada pemilik perusahaan yang sekaligus bekerja dalam usahanya, tidak bisa dianggap sebagai beban, karena pemilik dan perusahaannya adalah entitas yang sama, sehingga masing-masing tidak bisa membayar gaji atas dirinya sendiri dan mengurangkannya sebagai beban. Metode ekuitas untuk investasi jangka panjang mengakui kepemilikan atau kepentingan pemilikan atas perusahaan investor. Oleh karena itu perusahaan investor berwenang untuk mencatat persentase pembagian laba atas perusahaan investee sebagai profit. Dalam laporan keuangan konsolidasi, perusahaan induk (parent company) menggunakan metode yang didasarkan pada teori kepemilikan (proprietary theory). Perusahaan induk nampak seperti “memiliki” perusahaan anak (subsidiary). Minority interest (kepentingan minoritas) dari sudut pandang ‘pemilik’ perusahaan anak menggambarkan hak-hak dari grup outsiders. Umumnya minority interest digambarkan sebagai pengurang dalam hubungan kepemilikan. Gagasan mengenai financial capital dibandingkan dengan physical capital lebih sesuai dengan teori kepemilikan. Yang pertama menekankan investasi keuangan pemilik, sedangkan yang terakhir fokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasi fisik tanpa mempedulikan klaim kepemilikan. Sudut pandang kepemilikan melihat tidak ada perbedaan antara aset pemilik dan aset entitas. Oleh sebab itu seluruh laba perusahaan adalah laba yang bisa dibagi kepada para pemilik usaha. Jika entitas membutuhkan tambahan sumber daya keuangan, maka dana tersebut akan tersedia dari suber daya keuangan pribadi milik proprietor. Modal menggambarkan cash yang diinvestasikan oleh pemilik ditambah dengan profits yang diinvestasikan kembali untuk mempertahankan usaha. Sudut pandang proprietary dalam akuntansi telah disusun pada suatu waktu ketika bentuk usaha/bisnis masih relatif kecil dan terutama untuk kepemilikan dan kemitraan. Namun seiring dengan munculnya perusahaan besar, teori ini telah terbukti tidak memadai untuk dijadikan sebagai dasar untuk menjelaskan akuntansi perusahaan. Secara hukum perusahaan adalah adalah ntitas yang terpisah dari pemilik dan memiliki hak-haknya sendiri. Seperti misalnya perusahaan (bukan pemegang saham) mengambil kepemilikan atas aset dan asumsinya sebagai penanggung jawab usaha. Tidak hanya asumsi perusahaan sebagai penanggung jawab usaha, namun juga ciri dari kewajiban terbatas membuatnya sulit/mustahil untuk mengatakan bahwa pemegang saham bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan. Apabila pemegang saham dari sebuah perusahaan besar ingin menrealisasikan apa yang mereka anggap sebagai hak mereka dengan jalan menarik aset dari perusahaan besar tersebut, maka mereka akan melakukan pelanggaran hukum. Penarikan cash (dividends) sesungguhnya adalah pembagian yang merupakan prosedur formal yang legal. Akuntabilitas pemilik adalah fungsi penting bagi sebuah perusahaan besar karena adanya kesenjangan (gap) antara manajemen dan pemegang saham. Untuk perusahaan kecil, pemilik senantiasa memperhatikan status keuangan usaha sehingga gagasan akuntabilitas atau kepengurusan tidak terlalu berarti. Sebaliknya, hubungan antara pemegang saham dengan urusan perusahaan besar sangatlah sedikit. Oleh karena itu pemegang saham bergantung pada informasi yang dilaporkan kepada mereka oleh manajemen. Namun ada beberapa kasus di mana perusahaan besar terhubung kepada satu atau beberapa individu penting atau organisasi pengatur yang mana kekayaan dari pemilik utama dan organisasi secara praktek tidak dapat dipisahkan. Contohnya Rupert Murdoch dan News Corporation. Dalam kasus semacam ini, proprietary theory masih relevan. Entity Theory (Teori Entitas) Teori entitas disusun sebagai tanggapan atas kekurangan dari pandangan proprietary tentang status hukum yang terpisah atas perusahaan. Teori ini dimulai dengan fakta bahwa perusahaan merupakan entitas yang terpisah dengan identitasnya sendiri. Teori ini melampaui ‘accounting antity assumption’ tentang pemisahan urusan bisnis dan pribadi. Martin menguraikan dua asumsi terkait yang terkandung dalam pengertian entitas akuntansi: Separation. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya. Viewpoint. Prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas. Meskipun teori entitas sangat cocok untuk akuntansi perusahaan, pendukungnya percaya bahwa hal itu dapat diterapkan untuk kepemilikan, kemitraan dan bahkan untuk organisasi nirlaba, dengan menyediakan : akun-akun dan transaksi diklasifikasikan dan dianalisis dari sudut pandang entitas sebagai unit operasi dan, prinsip dan prosedur akuntansi tidak disusun hanya untuk suatu kepentingan tunggal, seperti halnya kepemilikan tunggal (proprietorship). Paton menyatakan, untuk setiap perusahaan bisnis: It is ‘business’ whose financial history the bookkeeper and accountant are trying to record and analyse; the books and accounts are the record of ‘the business’; the periodeic statement of operations and financial condition are the reports of ‘the business’. - - - Ini adalah ‘bisnis’ yang mana pemegang sejarah pembukuan keuangan dan akuntan mencoba untuk merekam dan menganalisa, buku-buku dan akun-akun adalah catatan dari ‘bisnis’; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan adalah laporan ‘bisnis’. Adalah benar bahwa entitas bukanlah perseorangan dan tidak bisa bertindak sesuai keinginannya. Entitas adalah sebuah institusi, namun demikian entitas adalah sebuah bentuk yang sangat nyata atau ‘very real thing’ menurut Paton. Entitas memiliki pengukuran keberadaan yang nyata, bahkan entitas memiliki kepribadiannya sendiri. Untuk sebuah perusahaan, ketika modal saham diterbitkan, kehidupan perusahaan tidak bergantung pada pemilik sahamnya. Pada umumnya, dari perspektif akuntansi sebuah entitas bisa diartikan sebagai berbagai area dari kepentingan ekonomi yang keberadaannya terpisah dari pemilik. Ketika sebuah perspektif entitas diambil, tujuan akuntansi mungkin bisa berupa kepengurusan atau akuntabilitas. Bentuk tradisional dari teori entitas adalah bahwa perusahaan bisnis beroperasi untuk kepentingan pemilik modal (equityholders), yaitu mereka yang menyediakan dana untuk entitas. Karena itu entitas harus melaporkan kepada pemilik modal status dan konsekuensi dari investasi mereka. Interpretasi baru melihat entitas beroperasi untuk dirinya sendiri dan berkepentingan atas kelangsungan hidupnya sendiri. Karena hal itu berkaitan dengan kelangsungan hidupnya, entitas bisnis melaporkan kepada pemilik modal dalam rangka memenuhi persyaratan secara legal dan untuk menjaga hubungan baik dengan mereka dalam hal entitas membutuhkan lebih banyak dana di masa yang akan datang. Meskipun kedua versi dari teori entitas ini focus pada entitas sebagai unit independen, pandangan tradisional melihat pemilik modal sebagai ‘rekan’ (associates) dalam bisnis, sedangkan pandangan yang lebih baru melihat mereka sebagai ‘orang luar’ (outsiders). Informasi mengandung pernyataan akuntansi untuk pengambilan keputusan, di mana telah ditegaskan selama beberapa tahun, dapat dengan mudah diasimilasikan dalam kedua interpretasi dari teori entitas ini. Dalam teori entitas, fokus dari persamaan akuntansi adalah aktiva dan ekuitas. Kekayaan bersih pemilik bukanlah konsep yang berarti, karena entitas adalah pusat perhatian. Pemilik dan kreditur dipandang hanya sebagai pemilik modal, yaitu penyedia dana. Persamaan akuntansinya adalah seperti ini: Assets = equities Neraca menunjukkan aset entitas, yang mana menurut Paton seperti mewakili pernyataan ‘langsung’ dari nilai entitas dan ekuitas yang disebutnya sebuah ekspresi ‘tidak langsung’ dari total yang sama. Aset adalah milik perusahaan dan kewajiban adalah tanggung jawab dari perusahaan, bukan pemilik. Hal ini telah dijadikan pendapat bahwasannya dikarenakan jumlah yang diinvestasikan oleh pemilik modal harus dicatat, tujuan ini secara logis mengarah ke penggunaan biaya historis untuk aset non-moneter, karena total pada sisi kanan dari laporan posisi keuangan harus sama dengan total kiri. Setelah menerima dana yang diberikan oleh pemilik modal, perusahaan menginvestasikan dana dalam aset. Untuk aset non-moneter, ini merupakan harga beli. Namun akuntabilitas tidak selalu diartikan dengan cara menelusuri jumlah awal investasi. Pemilik modal juga tertarik dengan perubahan atas nilai investasi mereka. Pendukung current value menunjukkan bahwa teori entitas mengasumsikan investor tidak cukup dekat dengan bisnis untuk membuat penyesuaian mereka sendiri atas nilai. Oleh karena itu, akuntabilitas harus menyiratkan bahwa penyesuaian yang dinamakan perubahan nilai ini telah dilaporkan. Hal ini juga bisa dijadikan alasan mengapa entitas perlu tahu nilai saat ini dari aset-asetnya dalam rangka membuat keputusan yang tepat. Di bawah sudut pandang entitas, pendapatan diartikan sebagai aliran masuk atas aset yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dan beban adalah biaya atas aset dan jasa lainnya yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. Beban mengurangi nilai dari aset entitas. Konsep kepemilikan memusatkannya pada P pada persamaan akuntansinya. Konsep entitas fokus pada sisi lain dari persamaan, yaitu aset. Hal ini dikarenakan aset dilihat sebagai hal ‘nyata’ yang dioperasikan oleh perusahaan, sedangkan ekuitas lebih abstrak, yang berkaitan dengan klaim atas aset — sebuah cara ‘tidak langsung’, seperti pandangan Paton tentang nilai dari aset. Aset dan beban pada dasarnya sama secara umum, mereka menyediakan jasa. Ini hanyalah sebuah pertanyaan apakah jasa digunakan atau tetap untuk penggunaan masa depan. Karakteristik dasar dari pendapatan adalah bahwa dia menciptakan lebih banyak aset sedangkan biaya akhirnya mengurangi aset: Accounting theory, therefore, should explain the concepts of revenue [income] and expense in terms of enterprise asset changes rather than as increases or decreases in proprietors’ or shareholders’ equities. - - - Oleh karena itu teori akuntansi, seharusnya menjelaskan konsep pendapatan (income) dan biaya dalam hal perubahan aset perusahaan bukan sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Net income muncul bagi perusahaan. Jika seperti itu, mengapa dia ditutup pada laba ditahan seolah-olah menjadi milik pemegang saham? Paton dan Littleton berpendapat bahwa para pemegang saham memiliki klaim sisa kontrak pada total aktiva, dan itu untuk alasan ini bahwa pendapatan bersih ditempatkan pada laba ditahan. Para pemegang saham mendapatkan sisanya, harus diingat, setelah para kreditur dibayar dalam hal terjadi likuidasi perusahaan. Penjelasan ini berkembang dari versi konvensional teori ekuitas. Penafsiran yang lebih baru melihat akun laba ditahan sebagai modal perusahaan atau investasi sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang adalah biaya karena baik kreditur dan pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu, biaya bunga dan dividen, serta pajak penghasilan, adalah biaya-biaya bisnis. Mereka mengurangi jumlah ekuitas yang dimiliki sendiri oleh enntitas. Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa baik teori kepemilikan maupun teori entitas sama-sama berpengaruh dalam prakteknya. Teori akuntansi konvensional didasarkan pada konsep entitas dan laporan keuangan mencerminkan sudut pandang entitas, dengan fokus mereka pada dividen dan laba bersih per saham. Perusahaan memperdagangkan saham mereka sendiri, yang menunjukkan bahwasannya pasar menerima perusahaan sebagai entitas terpisah. Namun demikian konsep kepemilikan juga tetap berpengaruh. Sebagai contoh dalam konsep kepemilikan, biaya bunga dianggap sebagai beban dan dividen adalah pembagian laba. Definisi Kewajiban Kewajiban adalah elemen kunci dalam akuntansi. Sekarang kita bandingkan bagaimana untuk mendefinisikan kewajiban, ketika mereka harus di akui dalam akun dan bagaimana mengukur meraka. IASB Kerangka Definisi ayat 49 (b) mendefinisikan kewajiban adalah: Kewajiban kini perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya dari perusahaan sumber daya dan manfaat ekonomi. Definisi tersebut mengandung dua komponen arti: - Keberadaan kewajiban sekarang, membutuhkan penyerahan di masa mendatang - Hasil dari transaksi masa lampau atau kegiatan lain yang lewat. Syarat dari sebuah kewajiban adalah keharusan bahwa kewajiban adalah hasil dari sebuah transaksi di masa lalu dan keyakinan bahwa hanya kewajiban di masa kini-lah yang dicatat bukan kewajiban di masa depan. Lalu, transaksi masa lalu seperti apakah yang memenuhi syarat kewajiban? Saat sebuah perusahaan melakukan pemesanan barang persediaan kepada penyedia, peraturan saat ini menyatakan bahwa tidak ada kewajiban yang muncul sampai barang persediaan tersebut diterima atau hak kepemilikannya berpindah. Oleh karena itu, transaksi masa lalu dalam contoh ini adalah peristiwa penerimaan barang, bukan saat pembuatan pesanan. Pengakuan Kewajiban Sekali definisi kewajiban terpenuhi, akuntan harus menentukan aturan apakah itu harus diakui. Jenis peraturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan untuk pengakuan aset. Mereka termasuk : ketergantungan pada hukum penentuan substansi ekonomi acara kemampuan untuk mengukur nilai kewajiban penggunaan prinsip konservatisme Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal. Kerangka IASB Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan neraca dan laporan laba rugi. Ayat 82 menyatakan bahwa item yang memenuhi definisi elemen harus diakui jika: Hal ini kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item yang akan mengalir ke atau dari entitas Item ini biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban diakui di neraca apabila kemungkinan besar tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal. Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah ‘bebas dari kesalahan material dan bias’; lebih lanjut, bahwa item diukur sehingga ‘setia merupakan’ apa yang dimaksudkan untuk mewakili (paragraf 31) menyatakan kerangka kerja ini secara khusus bahwa kewajiban yang tidak dapat termasuk jika mereka tidak dapat diukur dengan andal Pengukuran Kewajiban Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk kewajiban adalah biaya historis. Nilai wajar merupakan pengukuran yang digunakan pada awal transaksi yang melibatkan kewajiban dalam hubungannya dengan IAS 17 tentang sewa, IAS 39 tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, IFRS 2 tentang setoran saham berbasis IFRS 3 tentang penggabungan usaha. Apa yang kita maksud dengan nilai wajar dalam hal ini? Konsep ini didefinisikan dalam standar IAS 17 (ayat 4): “The amount for which an asset could be exchanged or liability settled between konowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction.” Dengan demikian, kewajiban yang timbul dalam sewa pembiayaan diakui pada awal berdasarkan nilai wajar sewa (yang menurut definisi di atas bisa menjadi harga pasar untuk aset sewaan) atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah ( IAS 17, ayat 20) di tahun-tahun berikutnya, pengukuran jumlah kewajiban berdasarkan metode ‘amortisasi biaya’, yaitu, ‘biaya’ dari kewajiban awal (nilai wajar atau nilai tunai pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah) disesuaikan secara tahunan untuk mencerminkan estimasi nilai saat ini. Saldo kewajiban berdasarkan metode amortisasi tingkat bunga efektif (ayat 25). Kita bisa melihat bahwa biaya historis (modifikasi biaya historis, dalam hal ini amortisasi biaya) adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran kewajiban selanjutnya. Dua contoh di mana pengukuran nilai wajar diperlukan setelah akuisisi adalah kewajiban pasca kerja seperti pensiun yang diatur dalam standar IAS 119 tentang manfaat karyawan 19/AASB dan ketentuan jangka panjang dengan ketentuan 37/AASB IAS 137. Kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi. Rencana Imbalan Kerja Pensiun Di banyak negara rencana dana pensiun ditetapkan oleh atasan untuk memberikan manfaat pensiun untuk karyawan. Pengusaha melakukan pembayaran dana pensiun dengan mempertahankan aktiva, kepercayaan, untuk mendanai pembayaran ketika karyawan pensiun. Dana pensiun adalah suatu badan hukum, terpisah dari perusahaan pemberi kerja. Dana pensiun dapat seluruhnya didanai, sebagian didanai atau tidak didanai. Rencana dana pensiun yang sepenuhnya didanai memiliki kas atau investasi yang cukup untuk memenuhi kewajiban dana pensiun anggota. Sebaliknya, rencana yang tidak didanai tidak memiliki kas atau investasi untuk menutupi potensi pembayaran yang belum direncanakan. Sejauh jumlah yang dibayarkan untuk dana pensiun tidak cukup untuk memenuhi kewajiban mereka saat program jatuh tempo, maka dana pensiun tersebut dikatakan tidak didanai. Karena dana pensiun adalah badan hukum yang terpisah, mungkin akan dianggap bahwa rencana komitmen tidak didanai, bukan merupakan kewajiban atasan dari sebuah perusahaan untuk membayar dana pensiun. Namun, bisa dikatakan bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang adil untuk memenuhi komitmen yang tidak didanai dan karenanya, memiliki kewajiban. Untuk mendukung argumen ini, Whittred, Zimmer dan Taylor memberikan contoh sebuah perusahaan yang mendukung untuk mempensiunkan dana akan kehilangan reputasi dalam pasar tenaga kerja dan pasar lain sebagai konsekuensinya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan manfaat ekonomi. Meskipun beberapa perusahaan tradisional belum mengakui komitmen yang didanai sebagai kewajiban, dalam kerangka kerja dan standar IAS 37/AASB 137 sulit untuk berpendapat bahwa mereka bukan merupakan kewajiban. Masalah lainnya berkaitan dengan kapan harus mengakui kewajiban pembayaran untuk pensiun (tabungan hari tua). Apakah: Sebagai balas jasa karyawan yang telah memberikan jasanya? Gagasan bahwa pembayaran adalah bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan pada saat pemberian jasa. Namun, dibayarkan di masa depan, setelah pensiun. Ketika karyawan pensiun? Ketika membutuhkan dana untuk melakukan pembayaran berdasarkan program pensiun? Provisions and contingencies Provisi dan kewajiban kontinjensi muncul dimana terapat ketidakjelasan antara kewajiban saat ini dan kewajiban waktu mendatang. IAS 37/AASB 137 paragraf 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai: Kewajiban yang terjadi karena peristiwa masa lalu dan akan terjadi hanya jika terjadi atau tidak terjadinya satu atau beberapa peristiwa di masa depan yang belum pasti keterjadiannya dimana peristiwa di masa depan tersebut diluar kendali dari entitas, atau Kewajiban saat ini yang terjadi karena peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena: Hal ini tidak mungkin mengakibatkan arus keluar atau sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut; atau Jumlah kewajiban tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup. IAS 37/AASB 137 paragraf 14 menyatakan bahw kriteria provisi konsisten dengan kriteria Framework dalam pengakuan kewajiban. Sedangkan kewajiban kontinjensi tidak sesuai dengan kriteria pengakuan kewajiban. Ekuitas Pemilik Ekuitas Pemilik adalah konsep ketiga dari dasar akuntansi yang ada dalam persamaan akuntansi. Ekuitas merupakan aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) dari entitas (P = A-L). Dengan demikian, pemilik ekuitas (atau usaha) akan mengklaim aktiva bersih entitas, yang tidak memiliki kewajiban untuk membayar. Hal ini mewakili kepentingan pemilik modal dalam perusahaan. Ekuitas Pemilik (bunga sisa) adalah sebuah klaim aktiva bersih entitas. Kerangka konseptual mendefinisikan ekuitas dalam ayat 49 (C) sebagai berikut: “Ekuitas adalah kepentingan sisa dalam aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajibannya.” Oleh karena itu, ekuitas pemilik tidak berkewajiban untuk melakukan pengalihan aset, namun klaim sisa. Selanjutnya, hal itu tidak dapat didefinisikan secara terpisah dari aktiva dan kewajiban. Ada dua fitur penting yang dapat membantu kita untuk membedakan antara kewajiban dan ekuitas pemilik. yaitu: Hak para pihak Pengaturan substansi ekonomi Hak hukum merupakan pertimbangan yang sangat penting. Namun, mereka tidak boleh menjadi dasar satu-satunya perbedaan antara kreditur dan pemilik. Secara keseluruhan, definisi kewajiban termasuk kewajiban konstruktif dan adil serta kewajiban hukum. Alasan lain adalah bahwa fokus sudut pandang hukum terlalu sempit untuk digunakan dalam mencapai tujuan akuntansi sebagai alat dalam pengambilan keputusan. Hak para pihak Kreditor memiliki hak-hak berikut: Penyelesaian klaim mereka dengan tanggal tertentu melalui pengalihan aset (barang atau jasa) Prioritas dari pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam likuidasi Perhatikan bahwa klaim kreditur terbatas pada jumlah tertentu (yang mungkin berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan persyaratan perjanjian). Sebaliknya, pemilik memiliki kepentingan sisa saja, walaupun dengan pengaturan kontrak yang berbeda dari pemilik yang mungkin memiliki prioritas berbeda dalam pengembalian modal. Aspek lain dari hak kreditur dan pemilik berkaitan dengan penggunaan aset atau operasi bisnis. Kreditor tidak memiliki hak untuk menggunakan aset dari perusahaan lain selain yang dirinci dalam kontrak. Kecuali secara tidak langsung dalam beberapa kasus, mereka tidak memiliki hak dalam proses pengambilan keputusan dalam operasi bisnis. Dalam cara yang terbatas, dengan kontrak, mereka mungkin mengganggu operasi dengan mensyaratkan bahwa saldo laba dibatasi, atau bahwa aset yang diberikan tidak akan dijual tanpa persetujuan mereka. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau wewenang untuk menjalankan usahanya. Substansi Ekonomi Baik kewajiban dan ekuitas pemilik mewakili klaim terhadap entitas. Semua pengadu terhadap entitas menanggung risiko kerugian, tetapi karena klaim sebelumnya, risiko kreditur lebih rendah dari pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan. Mereka membawa beban risiko dalam bisnis. Dalam setiap perusahaan, tingkat risiko kreditur dan pemilik tergantung pada hak-hak mereka. Dengan demikian, perbedaan utama antara hak kreditur dan pemilik adalah bahwa kreditor memiliki hak untuk penyelesaian, sedangkan pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keuntungan (residual). Perbedaan ini mencerminkan risiko ekonomi dan fitur pengembalian dua jenis klaim: kreditor menanggung risiko lebih kecil dan mendapatkan imbalan yang relatif tetap (bunga dan pelunasan pokok), sedangkan pemilik menanggung risiko yang lebih besar dan karenanya mendapatkan imbalan variatif (dan sering lebih tinggi). Pemilik atau representasi mereka memiliki kontrol atas akuisisi, komposisi, penggunaan, dan pelepasan aset perusahaan. Mereka memiliki kontrol operasi dan tanggung jawab untuk menjalankan bisnis dan untuk kelangsungan hidup dan profitabilitas. Secara umum, pemilik perusahaan (pemegang saham) mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab dan kontrol kepada direksi dan manajer. Konsep modal Akuntansi modal dipengaruhi oleh ketentuan hukum yang berlaku. Sebagai contoh, di Inggris dan Australia, hukum terkait perusahaan termasuk undang-undang yang berkaitan dengan akuntansi untuk modal. Yang terpenting adalah kebutuhan ‘pemeliharaan modal’, yang menuntut bahwa perusahaan mempertahankan secara utuh modal awal mereka. Kerangka konseptual mengakui bahwa baik perusahaan mempertahankan atau tidak modal awal mereka tidak hanya merupakan fungsi dari definisi ekuitas sebagai suatu kepentingan sisa dalam suatu entitas, tetapi juga konsep modal. Modal dapat dikonseptualisasikan sebagai uang yang diinvestasikan atau investasi daya beli (modal keuangan) atau sebagai kapasitas produktif dari entitas (modal fisik). Selanjutnya, modal dapat diukur dengan satuan dollar atau skala daya beli. Berbagai kombinasi dari konsep modal dan skala pengukuran digunakan dalam berbagai model yang berbeda yang menghasilkan ukuran yang berbeda dari modal dalam keadaan yang identik. Tujuan lain persyaratan perawatan modal adalah untuk melindungi kreditur dengan memberikan sebuah ‘bantal’ atau ‘buffer’. Misalnya, suatu entitas memiliki modal resmi tidak lebih dari sebesar $ 10.000, jika jumlah aktiva adalah $ 100.000, ini berarti bahwa jumlah kewajiban adalah $ 90,000: A = L + P $ 100.000 = $ 90.000 + $ 10.000 Jika entitas itu harus dilikuidasi dan nilai aktiva yang tercatat hanya $ 80.000, akan cukup untuk membayar kreditur. Hal ini dimungkinkan karena adanya modal sebesar $ 10.000. Tanpa itu, kreditur tidak akan dibayar lunas. Modal bukan jaminan untuk perlindungan kreditur, tetapi dapat menawarkan beberapa keamanan. Klasifikasi Modal Pada tahun 1950, sebuah komite khusus dari American Accounting Association menjelaskan bahwa alokasi modal semestinya berasal dari tiga jenis: dirancang untuk menjelaskan kebijakan manajerial tentang reinvestasi laba dimaksudkan untuk membatasi dividen sebagaimana disyaratkan oleh hukum atau kontrak Mereka yang menyediakan antisipasi kerugian. Komite ini menyatakan sebagai berikut : Jenis pertama tidak efektif untuk mencapai tujuan dan akan menjadi lebih baik apabila dijelaskan dalam bentuk narasi di tempat lain. Untuk jenis kedua, diyakini catatan ke rekening akan lebih baik pada suatu pengalokasian Untuk jenis ketiga, komite merasa apropriasi tidak perlu dan sering menyesatkan catatan akan. Komite ini menekankan bahwa alokasi tidak boleh mempengaruhi penentuan keuntungan Tantangan pembuat Standar Perbedaan Hutang dengan ekuitas Berdasarkan kriteria definisi dan pengakuan yang dibahas dalam bab ini, kita setuju bahwa saham yang dikeluarkan untuk membentuk bagian investor dari ekuitas dan pinjaman dari kreditur merupakan kewajiban. Namun, pertanyaan diajukan tentang hybrid instrument yang memiliki karakteristik dari konsep hutang dan ekuitas. Sebagai contoh, saham preferensi secara tradisional dianggap sebagai modal dan, karena itu, sebagai bagian dari ekuitas pemilik’, tetapi keduanya memiliki karakteristik yang juga menyelaraskan mereka dengan kewajiban, seperti berikut: tagihan kewajiban jangka panjang mungkin tidak berpartisipasi dalam dividen lain pada tingkat tertentu (mirip dengan bunga) memiliki prioritas atas saham biasa dalam pengembalian modal (seperti halnya kewajiban) umumnya tidak memiliki hak suara Meskipun disebut saham, kemungkinan bahwa mereka kadang-kadang memenuhi definisi kewajiban, dan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban. Klasifikasi instrumen keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas memiliki efek di luar neraca sejak klasifikasi dalam menentukan apakah bunga, dividen, kerugian atau keuntungan yang berhubungan dengan instrumen yang diakui sebagai pendapatan atau beban dalam menghitung laba bersih, atau apakah mereka diperlakukan sebagai distribusi dari keuntungan yang dihitung. Distribusi bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan atau komponen dari instrumen keuangan yang merupakan kewajiban diakui sebagai pendapatan atau beban. Sebaliknya, distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas diperlakukan sebagai pembagian keuntungan setelah saham dihitung. Tujuan membedakan antara pemilik modal dan kewajiban adalah untuk meningkatkan manfaat informasi bagi pengambilan keputusan. Pertanyaan menarik yang diajukan tentang bagaimana investor melihat efek hibrida yang disebut, menggabungkan kedua fitur hutang dan ekuitas seperti catatan konversi, penebusan saham preferensi dan hutang subordinasi. IASB menginginkan perbedaan yang lebih baik antara instrumen ekuitas dan non-ekuitas. Titik awalnya adalah gagasan bahwa semua instrumen abadi adalah modal. Selain itu, instrumen yang dipertukarkan sesuai dengan pilihan penerbit akan ekuitas. Sebaliknya, kewajiban adalah wajib diuangkan pada tanggal tertentu atau tanggal saat terjadinya . Penyelesaian utang Utang mungkin diselesaikan dengan cara lain selain dengan pembayaran langsung atau jasa kepada kreditur. Situasi itu berhubungan dengan yang disebut sebagai ‘set-off dan pelunasan utang’ atau ‘substansi peniadaan’. Hal ini memungkinkan debitur untuk menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset finansial bersih atau kewajiban hanya jika entitas memiliki hak kekuatan hukum tetap saat terdapat jumlah yang diakui, dan bermaksud baik untuk (a) menyelesaikan secara bersih atau (b) merealisasikan aktiva dan menyelesaikan kewajiban secara bersamaan. Misalnya Perusahaan A memiliki hutang obligasi $ 10.000.000 dijual awalnya setara dengan tingkat bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan jatuh tempo dalam jangka waktu 10 tahun. Saat ini, karena suku bunga yang lebih tinggi, nilai pasar obligasi lebih rendah dari nilai jatuh tempo mereka. Sebuah perusahaan akan membeli obligasi pemerintah dengan nilai nominal sebesar $ 10.000.000 suku bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan jangka waktu 10 tahun, untuk $ 7.500.000. Hal ini akan ditempatkan dalam sebuah kepercayaan yang tidak dapat dibatalkan untuk tujuan melunasi hutang obligasi perusahaan. Keuntungan bagi perusahaan adalah : Hutang dihapus dan, oleh karena itu, utang perusahaan terhadap ekuitas meningkat. Laba tahun berjalan meningkat dengan jumlah keuntungan yang untuk keperluan pajak, keuntungan tersebut tidak diakui karena perusahaan masih secara hukum diwajibkan untuk membayar obligasi. Untuk tujuan pajak, bunga dari obligasi pemerintah akan diperhitungkan dengan beban bunga obligasi perusahaan Pencabutan izin perusahaan untuk mengelola sisi kewajiban dalam neraca karena adanya surat berharga pada sisi aktiva Saham Karyawan (berdasarkan pembayaran saham) IASB telah memutuskan untuk memperlakukan saham berdasarkan pembayaran sebagai beban. Berdasarkan IFRS 2/AASB 2 Pembayaran Saham membedakan antara pembayaran saham yang diselesaikan berbasis kas dan mereka yang diselesaikan berbasis ekuitas. Ketika barang dan jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham, entitas mencatat kejadian ketika barang atau jasa tersebut diterima. Jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi pembayaran diselesaikan dengan berbasis saham, sisi kredit adalah ekuitas pemilik. Sebaliknya, jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi yang akan diselesaikan secara tunai, sisi kredit yang sesuai adalah kewajiban. Masalah Auditor Kelengkapan kewajiban yang diakui pada neraca dan pengungkapan catatan tentang kontinjensi dan kewajiban lainnya merupakan isu utama bagi para auditor. Mereka diwajibkan untuk mengumpulkan bukti hutang, akrual, dan kewajiban lainnya mencakup semua jumlah yang terhutang oleh entitas kepada pihak lain. Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan penyimpangan waktu, di mana kewajiban yang timbul sebelum akhir periode keuangan tidak dicatat oleh entitas sampai dimulainya periode akuntansi baru. Tes cut-off dirancang untuk mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat dalam periode yang tepat. Di samping itu, auditor perlu menguji apakah kewajiban dicatat sebesar nilai yang tepat. Penyembunyian oleh manajer dari kewajiban entitas, seperti kewajiban kontinjensi, jaminan pinjaman, dan komitmen sehubungan dengan perjanjian kontraktual berbagai kewajiban menciptakan kesan solvabilitas yang lebih besar bagi perusahaan. Dalam kasus ekstrim, seperti penyembunyian berarti bahwa hal tersebut tidak pantas untuk laporan keuangan yang akan disiapkan secara langsung, dan auditor akan gagal untuk memenuhi syarat opini audit. Audit standar ASA 570 mengharuskan auditor untuk secara khusus mempertimbangkan apakah penggunaan manajemen terhadap asumsi kelangsungan usaha ini sesuai dan, jika ada keraguan, apakah keadaan yang relevan telah diungkapkan dengan benar. Jika auditor menyimpulkan bahwa entitas tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan usaha, auditor akan mengeluarkan pendapat merugikan jika laporan keuangan telah disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha (ASA 570 ayat 63). Page 1 of 15