Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
SISTEM PENYALA NIRKABEL JARAK JAUH
UNTUK MUATAN ROKET
(WIRELESS SWITCHING FOR ROCKET PAYLOAD)
Endro Artono1, Salman
Pusat Teknologi Roket
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Raya Lapan No.2 Mekarsari, Rumpin, Bogor 16350, Jawa Barat
1e-mail: endro.artono@lapan.go.id
Diterima: 23 Juni 2018; Direvisi: 30 Juli 2018; Disetujui: 8 Agustus 2018
ABSTRACT
Currently in LAPAN, to activate the electronics system on the rocket payload is still done
manually by pressing or shifting the switch at the rocket payload tube from the OFF to ON position.
This payload wireless switching system is designed for turning the rocket payload to ON or OFF without
any phisical contact from operator and the rocket. As the result of this study, the rocket payload can be
switched ON or OFF from the control room wirelessly. The system can also release the umbilical interface
from the rocket body before the rocket launched, so it does not interfere with the rocked.
Keywords:payload, wireless, switch, electronics
ABSTRAK
Proses pengaktifan sistem elektronik pada muatan roket hasil penelitian dan pengembangan
LAPAN selama ini masih dilakukan secara manual, dengan menggeser atau menekan saklar pada
tabung muatan roket dari posisi mati (OFF) ke posisi hidup (ON). Sistem penyala muatan roket ini
dirancang untuk dapat menyalakan atau mematikan muatan roket tanpa kontak fisik antara operator
dengan roket. Hasil dari penelitian ini, telah dibuat sebuah sistem untuk menyalakan atapun
mematikan muatan roket secara nirkabel. Sistem ini juga dapat melepaskan perangkat antarmuka
untuk penyalaan muatan dari badan roket, sehingga tidak mengganggu roket saat diluncurkan.
Kata kunci:muatan, nirkabel, saklar, elektronika
101
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
1
PENDAHULUAN
Pada roket-roket yang dilengkapi
dengan sistem muatan, maka sistem
muatan tersebut harus dihidupkan/
dinyalakan sebelum roket ditembakkan
dari peluncurnya. Pada sistem muatan
roket-roket sonda LAPAN terdahulu,
muatan elektronika roket dihidupkan
dengan cara manual, yaitu dengan
mengatur posisi saklar yang terpasang
pada badan muatan roket pada posisi
“ON” dengan diatur menggunakan
tangan secara langsung pada saklar,
begitu pula saat mematikannya. Dengan
cara
ini,
muatan
roket
dapat
dihidupkan/ dimatikan. Namun, hal ini
cukup riskan dan berbahaya, karena
roket telah berada pada posisi siap
meluncur.
Selain
itu,
dengan
menggerakkan saklar secara manual,
rawan terhadap timbulnya electrostatic
discharge(Xue et al. 2016) dari tangan
operator saat menyentuh saklar, dimana
hal ini dapat menimbulkan kerusakan
pada sistem elektronika muatan.
Ditambah lagi, dari sisi dimensi,
saat ini roket-roket LAPAN telah semakin
besar dan panjang, sehingga posisi
muatan saat roket berada pada elevasi
siap terbang di launcher menjadi sangat
tinggi. Sebagai contoh, roket RX320
mempunyai panjang 6.2 meter. Saat
berada di launcher dengan elevasi 70o,
roket akan tampak sebagaimana terlihat
pada Gambar 1.1.
Untuk menyalakan muatan roket,
seseorang harus menaiki tangga dengan
ketinggian 5 meter, dengan tangga yang
terpasang pada sruktur launcher yang
juga berkemiringan 70°. Hal ini tentu
saja sangat riskan dan berbahaya.
Pada sistem roket yang lebih maju,
metode penyalaan muatan roket dengan
cara manual telah lama ditinggalkan,
dan telah digantikan dengan metode
sistem penyala muatan roket jarah jauh,
dengan menggunakan sistem yang
disebut umbilical interface. (Delap,
102
Glidden, and Lamoreaux 2013) Sistem
penyala muatan roket pada tiap-tiap
jenis
roket
dapat
berbeda-beda,
tergantung dengan sistem muatan pada
roket itu sendiri dan fitur-fitur yang
disediakan pada sistem penyala muatan
roket tersebut.
Gambar 1.1: Posisi roket RX320 di Launcher
(panah putih yang menunjukkan
posisi muatan roket).
Pada
roket-roket
besar
sebagaimana pada roket NASA maupun
lembaga antariksa dari negara-negara
maju, sistem penyala muatan ini telah
sangat kompleks, karena tidak hanya
berfungsi sebagai penyala muatan,
namun juga memiliki fungsi-fungsi lain
sebagai pendukung misi roket, seperti
pembacaan data-data muatan, pengisian
daya baterai, dan lain sebagainya
(Gosselin 2007). Semakin kompleks
sistem muatannya, maka akan semakin
kompleks pula sistem penyala muatan
yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk
membuat suatu sistem yang mampu
untuk menyalakan/mematikan muatan
roket dari jarak jauh, serta dapat
melepaskan sistem ini dari badan roket
sebelum
roket
ditembakkan/
diluncurkan.
Diharapkan penelitian ini menjadi
salah satu solusi terbaik terhadap
permasalahan atau kendala yang ada
pada proses penyalaan muatan roket
sebelumnya.
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
1
METODOLOGI
Sebagaimana
diketahui,
roket
terdiri dari beberapa komponen seperti
nosel, tabung untuk muatan, muatan,
antena, tabung propelan, motor roket,
sirip, dan sebagainya(Satrya and Wigati
2013). Muatan sistem elektronika pada
roket-roket sonda LAPAN ditempatkan di
depan motor roket hingga nosecone,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
2-1.
a
e
b
f
c
g
d
Gambar 2.2: Konfigurasi susunan muatan roket
sonda LAPAN
Gambar 2-1: Komponen penyusun roket sonda
LAPAN
Muatan ini ditempatkan di dalam
tabung muatan, dengan konfigurasi
sebagaimana dapat terlihat pada gambar
2.2. Pada gambar tersebut, sistem
elektronika muatan (e,f dan g) berada di
dalam tabung muatan dan sebagian
berada di dalam nosecone, dengan
disangga oleh struktur/ kompartemen (d)
yang di baut ke tabung muatan.
Untuk menghubungkan antara
sistem elektronika yang berada di dalam
tabung
muatan
dengan
sistem
pendukung lain yang terpisah dengan
roket (Ground Support System, GSS),
seperti
pengisian
daya
baterai,
pemrograman, dan saklar power muatan,
digunakan
beberapa
antarmuka
(interface) yang diletakkan pada tabung
muatan, sebagaimana dapat dilihat pada
posisi b di gambar 2.2.
Keterangan gambar:
a: nosecone
b: GSS interface
c: tabung muatan
d: struktur kompartemen muatan
e: antena muatan
f: radio transceiver
g: sistem elektronika muatan
Untuk menghidupkan sistem elektronika
muatan, maka saklar yang berada di GSS
interface harus digeser dari posisi mati
(OFF) ke posisi hidup (ON) secara
manual, sebagaimana telah dijelaskan
pada bagian pendahuluan. Agar dapat
dilakukan penyalaan sistem elektronika
muatan roket dari jarah jauh, maka
diperlukan penggantian saklar, dari
saklar manual menjadi sistem saklar
elektrik / digital.
2.1
Saklar Elektrik / Digital
Fungsi dari sebuah saklar adalah
untuk menyambungkan dua buah
saluran / jalur elektronik sehingga dapat
digunakan sebagai jembatan untuk
melewatkan arus listrik. Pada saklar
manual, cukup dengan menyambungkan
dua buah jalur listrik tersebut dengan
sebuah penghantar yang berfungsi
seperti jembatan penghubung antara
dua jalur tersebut secara mekanik.
103
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
Pada saklar elektrik / digital, tidak
ada penghantar yang secara fisik
digerakkan
untuk
menghubungkan
antara dua buah jalur listrik. Jalur
penghantar arus listrik tidak lagi berupa
penghantar listrik secara fisik , namun
diganti dengan penghantar elektrik yang
tidak memerlukan pergerakan secara
fisik,
namun
tetap
berfungsi
sebagaimana saklar mekanik. Prinsip
dasar dari hal ini dapat dilihat pada
komponen
semikonduktor
semisal
transistor yang difungsikan sebagai
saklar.
berlaku sebagai saklar terbuka.(Zambou
et al. 2016)
2.3
Mosfet IRF9540
Mosfet
adalah
salah
satu
komponen elektronika modern yang
biasa
digunakan
sebagai
saklar.
Komponen
ini
bisa
menggantikan
transistor junction bipolar yang biasa
digunakan
di
aplikasi
rangkaian
elektronika(Dobrescu,
Smeu,
and
Dobrescu 2016). Gambar 2.4 berikut
adalah rangkaian Mosfet IRF9540 yang
difungsikan sebagai saklar.
2.2
Transistor sebagai Saklar
Transistor
merupakan
sebuah
komponen semikonduktor yang dapat
difungsikan sebagai saklar. Dengan
mengatur transistor berada pada kondisi
saturasi, maka transistor akan berlaku
seolah sebagai saklar yang tertutup.
(Beauvoy, 1959)
Gambar 2.4: Mosfet IRF9540 sebagai saklar
Gambar 2.3: Rangkaian
sederhana
transistor
sebagai saklar.
Pada gambar 2.3 dapat dilihat
rangkaian
dari
transistor
yang
difungsikan sebagai saklar. Transistor
akan berada pada keadaan saturasi
apabila arus yang mengalir pada basis
(IB) sama atau lebih besar dari arus basis
saturasi (IBsat). Sebaliknya, transistor
akan
bekerja
sebagaimana
saklar
terbuka apabila arus yang mengalir pada
basis/ IBlebih kecil dari arus cut-off dari
transistor.
Sederhananya,
dengan
memberikan arus basis sebesar 0 (nol)
volt, maka secara otomatis transistor
akan berada pada kondisi cut-off, dan
104
Pada gambar 2.4 dapat dilihat
rangkaian dari Mosfet IRF9540 yang
difungsikan
sebagai
saklar.
Saat
rangkaian dalam posisi mati (switched
off), rangkaian akan secara total
memutus hubungan antara sumber
tegangan / baterai dengan rangkaian
elektronika di depannya. Pada situasi ini,
tidak ada arus yang mengalir melewati
mosfet.
Sehingga
rangkaian
akan
terputus total dari baterai, meski secara
fisik tidak ada jalur yang diputus(Genc
and Koc 2017).
Apabila pin SW2 dihubungkan ke
GND,
maka
rangkaian
akan
menghantarkan
arus
baterai
ke
rangkaian elektronika di depannya
melalui mosfet, yang berlaku sebagai
saklar tertutup. Hal ini dapat terjadi,
karena saat pin SW2 dihubungkan ke
ground, maka gerbang Gate pada Mosfet
akan terhubung ke ground, sehingga VGS
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
=
Vbaterai,
sehingga
Mosfet
akan
mengalami kondisi saturasi, yang akan
mengalirkan arus dari gerbang source ke
drain.
Saat Gerbang Drain teraliri arus,
maka transistor T1 akan berada pada
kondisi saturasi juga, sehingga akan
berlaku sebagai saklar tertutup antara
kaki kolektor / gerbang Gate pada Mosfet
dengan kaki emitor / ground, sehingga
akan tetap mejaga gerbang Gate pada
Mosfet terhubung ke ground.
Saat pin SW1 dihubungkan ke
ground, maka transistor T1 akan berada
pada kondisi cut-off, sehingga kaki
kolektor akan terputus dari kaki emitor,
yang mengakibatkan gerbang Gate pada
Mosfet terputus dari ground. Di sini nilai
VGS akan kecil atau hampir sama dengan
0 (nol), sehingga Mosfet akan berada
pada
kondisi
cut-off,
yang
mengakibatkan terputusnya arus listrik
dari baterai ke rangkaian elektronika di
depannya.
2.4
Komunikasi Serial
Proses pengiriman data dari satu
mikroprosesor ke mikroprosesor atau
peralatan lain dapat dilakukan dengan
berbagai metode, tergantung dari jenis,
besar dan kecepatan data yang dikirim.
Salah satu dari jenis komunikasi yang
sering digunakan adalah komunikasi
serial. Berbagai macam jenis antarmuka
serial, seperti RS232, RS422, RS485, dan
lain sebagainya, telah digunakan pada
berbagai peralatan industri(Wang, Hu,
and Fu 2016).
Komunikasi
serial
dapat
dimanfaatkan untuk pengiriman data,
baik berupa karakter dalam format ASCII
maupun
format
biner.
Pada
mikrokontroler umumnya terdapat satu
atau lebih port serial, yang dapat
digunakan sebagai debugging maupun
pengiriman informasi/ komunikasi.
Media untuk pengiriman komunikasi
serial dapat berupa hardware yaitu
kabel, dan dapat juga tanpa kabel/
wireless,
dengan
menggunakan
perangkat radio transceiver serial.
Banyaknya data yang dikirimkan/
diterima akan sangat berpengaruh
terhadap
pemilihan
jenis
radio
transceiver ini.(Fajriansyah 2016)
3
HASIL PEMBAHASAN
Sistem penyala nirkabel jarah jauh
untuk muatan roket ini dibuat dengan
menggantikan saklar mekanik pada
sistem muatan roket dengan saklar
elektrik dengan menggunakan mosfet Pkanal, sehingga memungkinkan proses
pensaklaran
tanpa
menggerakkan
tombol saklar secara fisik pada muatan
roket.
Untuk
melakukan
proses
pensaklaran
pada
muatan
roket,
digunakan
konektor
antarmuka
(interface) yang akan menghubungkan
antara rangkaian saklar elektrik pada
muatan
roket
dengan
rangkaian
pensaklar dari stasiun bumi / kotak
kontrol GSS.
Konektor antarmuka / interface
saklar elektrik pada muatan roket ini
berupa konektor circular umbilical yang
ditempatkan secara permanen di tabung
muatan roket, sebagaimana dapat dilihat
pada gambar 3.1. Agar dapat di pasanglepas dengan mudah, maka konektor
yang digunakan adalah konektor dengan
jenis
push-pull,
sehingga
tidak
diperlukan gerakan memutar untuk
memasang
maupun
melepaskan
konektor.
Tabung
muatan
Konektor
antarmuka
saklar elektrik
Gambar 3.1:
Konektor
antarmuka
saklar
elektrik muatan roket.
105
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
Pasangan
dari
konektor
ini
(connector plug) terhubung langsung ke
kotak kontrol GSS, dengan konfigurasi
desain interface sebagaimana terlihat
pada gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2: Konfigurasi konektor antarmuka
saklar elektrik dari GSS.
Pada gambar 3.2 terlihat konektor
circular yang terpasang pada struktur
alumunium
dengan
konfigurasi
sebagaimana terlihat pada gambar,
sehingga
konektor
tersebut
dapat
dilepaskan dari konektor yang berada
pada tabung roket secara elektrikal
dengan menggunakan bantuan motor
servo sebagai penggeraknya.
Lengan motor servo di set untuk
menekan konektor saat posisi konektor
dari GSS tersambung dengan konektor
antarmuka dari muatan roket di tabung
muatan.
Untuk melepaskan konektor dari
tabung muatan, lengan motor servo di set
untuk menarik konektor hingga terlepas
dari konektor antarmuka di tabung
muatan.
Gambar 3.3: Kotak kontrol GSS
106
Posisi lengan motor servo diatur
oleh sistem mikrokontroler yang berada
di kotak kontrol GSS. Motor servo dan
konektor antarmuka tersambung ke
sistem kotak kontrol GSS menggunakan
kabel penghubung.
Pada gambar 3.3 terlihat kotak
kontrol GSS yang berfungsi untuk
mengatur sinyal untuk saklar dan posisi
lengan motor servo. Pada kotak kontrol
GSS terdapat sistem mikrokontroler,
rangkaian relay
untuk saklar, radio
transceiver, baterai dan tombol-tombol
untuk pengaturan manual.
Gambar 3.4 berikut adalah diagram
blok sederhana pada sistem kotak
kontrol GSS.
Radio
Transceiver
Sistem Relay
Sistem
Mikrokontroler
Sistem Servo
Tombol Manual
Gambar 3.4:
Diagram blok sederhana Kotak
kontrol GSS
Radio Transceiver berfungsi untuk
menerima data serial dari Ground Station
secara nirkabel, dan mengirimkan status
dari kotak kontrol GSS ke Ground Station.
Sistem Relay berfungsi sebagai
pengganti
saklar
manual
untuk
menyalakan sistem elektronika muatan
roket. Sistem relay terdiri dari rangkaian
driver relay dengan transistor Darlington
sebagai komponen utamanya. Tegangan
keluaran mikrokontroler yang hanya 5
volt dan arus yang kecil, sekitar 10 mA,
akan mengaktifkan rangkaian driver
relay ini,(Arisandi 2017) sehingga dapat
mengaktifkan relay. Rangkaian driver
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
relay tersebut dapat dilihat pada gambar
3.5 berikut.
Gambar 3.5: Rangkaian driver relay .(Arisandi
2017)
Sistem servo berfungsi untuk
menggerakkan lengan motor servo pada
dua kemungkinan posisi, membuka atau
menutup.
Pada posisi lengan servo menutup,
akan menahan posisi konektor umbilikal
dari kotak kontrol GSS di interface
umbilikal pada tabung muatan roket.
Pada posisi lengan servo membuka,
berarti akan melepaskan konektor
umbilikal pada kotak kontrol GSS dari
interface umbilikal pada tabung muatan
roket.
Sistem
mikrokontroler
akan
menerima perintah pensaklaran maupun
posisi lengan servo dari dua sumber,
tombol manual dan radio transceiver.
Dari
perintah
tersebut,
kemudian
mikrokontroler akan menerjemahkannya
dalam bentuk sinyal digital untuk
kemudian diumpankan ke sistem relay
dan motor servo.
Radio transceiver akan menerima
perintah pensaklaran dari Ground Station
dalam bentuk data serial dengan format
protokol tertentu.
Pada protokol ini data serial yang
dikirim
akan
memuat
informasi
(pengenal) dari Ground Station, kode
keamanan, perintah posisi lengan servo,
perintah posisi saklar relay , dan
checksum. Protokol perintah ini dikirim
dengan format komunikasi serial, dengan
baudrate sebesar 38.400 bps.
Pada
penelitian
ini,
radio
transceiver yang digunakan adalah radio
APC802 dengan frekuensi kerja 418 –
455 MHz. Pemilihan penggunaan radio
ini, selain karena jarak transmisinya
hingga 2800 meter, dimana masuk
dalam jarak antara launchpad roket
dengan Ground Station LAPAN, juga
karena
menghindari
penggunaan
frekuensi komunikasi yang sama dengan
muatan roket, yang menggunakan
frekuensi 900 MHz dan 2.4 GHz.
Gambar 3.6: Radio transceiver APC802
Mikrokontroler
kemudian
akan
memilah
data-data
yang
masuk,
mengidentifikasi data, kemudian akan
melakukan eksekusi perintah jika data
yang diterimanya telah dianggap valid/
sesuai
dengan
protokol.
Setelah
melakukan
eksekusi
perintah,
mikrokontroler
kemudian
akan
mengirimkan sinyal balasan tentang
status terakhir dari sistem penyala
tersebut dalam format serial ke Ground
Station
melalui
radio
transceiver.
Diagram
alir
dari
kerja
sistem
mikrokontroler tersebut dapat dilihat
pada gambar 3.7 berikut:
107
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
yang telah banyak membantu dalam
penelitian ini.
Mulai
DAFTAR RUJUKAN
Set serial com
Set relay
Set PWM servo
Set digital input
Xue, Fei et al. (2016). MoS
Transistor
for
Smart
Tribotronic
2
Tactile
Switch.
Advanced Functional Materials 26(13):
2104–9.
http://doi.wiley.com/10.1002/adfm.201
Ada
inputmanu
Data
serial
NO
YES
504485.
NO
Delap, Damon, Joel Glidden, and Christopher
Lamoreaux. (2013). Development of the
Orion
YES
Crew-Service
Retention
Pilah data
and
Conference
Module
Release
proceedings
Umbilical
Mechanism.
of
the
15th
European Space Mechanisms & Tribology
Symposium
Data OK?
NO
(September):
25–27.
http://www.esmats.eu/noordwijk/index.
php.
Gosselin, Armand M. (2007). Automated Ground
YES
Umbilical
Systems
Proceedings.
(
The
AGUS
)
Space
Project.
Congress.
http://commons.erau.edu/space-
Proses perintah relay
Proses perintah Servo
Kirim feedbackke GS
congress-proceedings.
Satrya, Errya, and Wigati. (2013). Beberapa
Masalah Dalam Proses Pembuatan Roket
Seri
Rx/Rkx-100
(Problems
In
The
Production Process Of Rocket Rx/Rkx-100.
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara
Gambar
3.7:
Diagram
alir
program
pada
mikrokontroler.
8(2):
70–77.
http://www.jurnal.lapan.go.id/index.ph
p/majalah_sains_tekgan/article/view/21
4
KESIMPULAN
Sesuai dengan fungsinya, sistem
penyala roket ini dapat bekerja dengan
baik untuk menyalakan muatan roket
yang telah berada di peluncur roket
secara nirkabel, yang diatur dari ruang
Ground Station. Sistem ini juga dapat
melepaskan konektor umbilical GSS dari
tabung muatan roket sehingga tidak
mengganggu roket saat proses meluncur
dari launcher .
71.
Beauvoy, Transistor Switching-Circuit Design
Using the Charge-Control Parameters. The
Institution of Electrical Engineers. paper
no. 2970. May 1959.
Zambou,
Serges
et
al.
(2016).
Variable
Temperature Performance of a Fully Screen
Printed
Transistor
Electronics
Switch.
Solid-State
126:
59–66.
http://dx.doi.org/10.1016/j.sse.2016.09
.014.
Dobrescu, Lidia, Raluca Smeu, and Dragos
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih ditujukan
kepada Kepala bidang Kendali dan
Telemetri, dan seluruh tim muatan roket
108
Dobrescu. (2016). Load Switch Power
MOSFET SPICE Model. Proceedings of the
2016
International
Exposition
on
Conference
Electrical
and
and
Power
Sistem Penyala Nirkabel Jarak Jauh Untuk...(Endro Artono & Salmanl)
Engineering, EPE 2016 (Epe): 644–47.
Genc, Naci, and Yavuz Koc. (2017). Experimental
Verification of an Improved Soft-Switching
Cascade Boost Converter. Electric Power
Systems
Research
149:
1–9.
http://dx.doi.org/10.1016/j.epsr.2017.0
4.015.
Wang, Yinqiao, Xiaoguang Hu, and Li Fu. (2016).
Design and Realization of Multi-Function
Serial
Port
with
High-Speed/Large-
Capacity/Asynchronous
FIFO.
IEEE
International Conference on Control and
Automation, ICCA 2016–July: 227–31.
Fajriansyah,
Burhan.
(2016).
Evaluasi
Karakteristik XBee Pro Dan NRF24L01+
Sebagai
Transceiver
Nirkabel.
jurnal
Elkomika 4(1): 83–97.I SSN (e): 24599638.
Arisandi, Effendi Dodi. (2017). Sistem Pengaman
Power
Shape-Charge
pada
Flight
Termination System. Jurnal Teknologi
Dirgantara, vol.15 no.1, Juni 2017 : 21–
28.
109
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol.16 No.2 Desember 2018 : hal 101 - 110
110