Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

HERMENEUTIKA FILSAFAT

2017

Makalah Kuliah Filsafat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu ciri khas filsafat dewasa ini adalah perhatiannya kepada bahasa. Tentu saja, bahasa bukan merupakan tema baru dalam filsafat. Minat untuk masalah-masalah yang menyangkut bahasa terlihat sepanjang sejarah filsafat, sudah sejak permulaannya di Yunani. Dikatakan pula bahwa pada zaman ini bahasa memainkan peranan yang dapat dibandingkan dengan yang adadalam filsafat klasik dulu. Karena terdapat kemiripan tertentu, yaitu keduanya bersifat universal. Teori tentang asal-usul bahasa telah lama menjadi obyek kajian para ahli, sejak dari kalangan psikolog, antropolog, filsuf maupun teolog, sehingga lahirlah sub-sub ilmu dan filsafat bahasa, di antaranya yaitu hermeneutika. Kajian filsafat pada masa sekarang telah banyak menyumbangkan pemikiran-pemikiran. Baik pemikiran-pemikiran tersebut dalam lingkup kajian-kajian lapangan ilmu-ilmu humaniora maupun ilmu-ilmu keislaman. Bahkan dalam Islam, telah banyak menggunakan metode-metode kajian filsafat yang dikembangkan oleh Barat. Metode-metode seperti Realisme, Empirisme dan Fenomenologi telah menjadi dasar berpikir dalam menemukan kebenaran. Begitu juga metode terbaru yang digunakan yakni metode hermeneutic. Suatu metode penafsiran dalam epistemologi yang menghadirkan cara baru dalam memahami ilmu pengetahuan. Pada makalah ini, kita akan membahasa seputar hermeneutika. Diantaranya seperti pengertian hermeneutika, sejarah hermeneutika, tokoh-tokoh dari hermeneutika dan lain sebagainya. Rumusan Masalah Apa pengertian dari Hermeneutika ? Bagaimana sejarah dari adanya Hermeneutika ? Apa saja jenis-jenis dari Hermeneutika ? Tujuan Mengetahui pengertian dan definisi dari Heremeneutika Mengetahui sejarah tentang Heremeneutika Mengetahui jenis-jenis dari Hermeneutika BAB II PEMBAHASAN Pengertian dan Sejarah Hermeneutika Secara etimologi, hermeneutika berasal dari kata hermenuin yang berarti menafsirkan atau seni memberikan makna (the art of interpretation). Istilah hermeneutika secara longgar dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat mengenai interprestasi makna. Istilah ini terungkap pula dalam bahasa inggris heremenutics yang berarti ilmu penafsiran, atau menangkap makna kata-kata dan ungkapan pengarang, serta menjelaskannya pada orang lain. Secara bahasa juga, akar kata hermeneutik berasal dari bahasa yunani dengan kata kerja hermenuin yang berarti “menafsirkan” dan kata benda hermenia yang secara harfiah dapat dikatakan sebagai penafsiran atau interprestasi. Istilah yunani tersebut dinisbatkan kepada tokoh mitologis yang bernama hermes, yaitu seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Hermes, dalam metodologi Yunani dalah seorang dewa yang bertugas membawa pesan-pesan para dewa kepada manusia. Agar pesan itu dapat dipahami manusia, maka Hermes terlebih dahulu menafsirkan lantas menyampaikannya kedalam bahasa yang dapat dipahami atau dimengerti manusia. Sebagai suatu metode penafsiran, hermenutika mulai dipakai (dalam konteks ilmu pengetahuan klasik) yaitu untuk menafsirkan makna yang terkandung dalam kitab suci, dokumen, jurisprudensi, dan juga teks-teks kuno. Prinsip hermenutika waktu itu adalah menjelaskan, menafsirkan, dan menerjemahkan. Dalam perkembangan selanjutnya, hermeneutika tidak saja digunakan sebagai metode menafsirkan teks kitab suci. Pada masa Renaisans metode hermeneutika digunakan dalam rangka mempelajari kebudayaan Yunani dan Romawi Klasik. Kini, Hermenutika berkembang sebagai metode penafsrian teks dalam pengertian luas yakni meliputi : tanda, simbol, ritual keagamaan, karya seni, sastra, sejarah, psikologi (psikoanalisa) dan lain-lain. Jadi, hermeneutika adalah metode analisis tentang segala sesuatu yang mengandung makna. Benih-benih hermeneutika ditemukan dalam Peri Hermeneias karya Aristoteles. Disana dipaparkan bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah symbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan. Pada awalnya hermeneutika digunakan oleh kalangan agamawan. Melihat hermeneutika dapat menyuguhkan makna dalam teks klasik, maka pada abad ke-17 kalangan gereja menerapka telaah hermeneutis untuk membongkar makna teks kitab suci. Dalam posisi ini hermeneutika dianggap sebagai metode untuk memahami teks kitab suci. Fakta ini dinisbatkan sebagai langkah awal dalam pertumbuhan hermeneutika, bahwa hermeneutika adalah sebuah gerakan interpretasi atau eksegesis di awal perkembangannya . Sebagai turunan dari simbol dewa, hermeneutika berarti suatu ilmu yang mencoba menggambarkan bagaimana sebuah kata atau suatu kejadian pada waktu dan budaya yang lalu dapat dimengerti dan menjadi bermakna secara eksistensial dalam situasi sekarang. Dengan kata lain, hermeneutika merupakan teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi terhadap sebuah teks. Persoalan utama hermeneutika terletak pada pencarian makna teks, apakah makna obyektif atau makna subyektif. Perbedaan penekanan pencarian makna pada ketiga unsur hermeneutika: penggagas, teks dan pembaca, menjadi titik beda masing-masing hermeneutika. Titik beda itu dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori hermeneutika: hermeneutika teoritis, hermeneutika filosofis, dan hermeneutika kritis. Pertama, hermeneutika teoritis. Bentuk hermeneutika seperti ini menitikberatkan kajiannya pada problem "pemahaman", yakni bagaimana memahami dengan benar. Sedang makna yang menjadi tujuan pencarian dalam hermeneutika ini adalah makna yang dikehendaki penggagas teks. Kedua, hermeneutika filosofis. Problem utama hermeneutika ini bukanlah bagaimana memahami teks dengan benar dan obyektif sebagaimana hermeneutika teoritis. Problem utamannya adalah bagaimana "tindakan memahami" itu sendiri. Ketiga, hermeneutika kritis. Hermeneutika ini bertujuan untuk mengungkap kepentingan di balik teks. hermeneutika kritis menempatkan sesuatu yang berada di luar teks sebagai problem hermeneutiknya. Jenis-Jenis Hermeneutika Seperti yang telah diungkapkan, metode hermeneutika ini menurut sejarahnya telah digunakan di dalam penelitian teks-teks kuno yang otoritatif misalnya kitab suci, kemudian diterapkan di dalam teologi dan direfleksikan secara filosofis, sampai akhirnya menjadi metode dalam ilmu-ilmu sosial. Kemudian, sejauh hermeneutika merupakan penafsiran teks, maka dia juga digunakan di dalam bidang yang lain, seperti ilmu sejarah, hukum, sastra, dan sebagainya. Hal tersebut juga berhubungan dengan kenyataan bahwa ekspresi manusia yang memiliki unsur penuh makna yang perlu disadari oleh subyek dan yang diubah menjadi sistem nilai dan maknanya sendiri telah melahirkan “permasalahan hermeneutis” yakni sebagai proses itu dapat dilakukan, dan bagaimana mengubah makna subjektif menjadi makna objektif yang ditempuh melalui subjektivitas penafsir (interpreter). Ini menjadi permasalahan hermeneutika kontemporer yang terbagi menjadi beberapa kelompok atau jenis, yaitu : Hermeniutika teoritis Adalah hermeniutika yang mencari makna atau pemahaman yang sesuai dengan maksud penulis atau pengarang teks Bentuk hermeneutika seperti ini menitikberatkan kajiannya pada problem “pemahaman”, yakni bagaimana memahami dengan benar. Sedang makna yang menjadi tujuan pencarian dalam hermeneutika ini adalah makna yang dikehendaki penggagas teks Schleiermacher melakuikan ini dengan menggunakan dua pendekatan yaitu ; pendekatan linguistik (dari sisi bahasa) yaitu dengan cara analisis teks secara langsung, dan yang kedua adalah pendekatan psikologi yaitu mengarah pada unsur psikologis yang obyektif ( harus mengetahui psikologis sang penggagas teks) Hermeniutika filosofis Ini berbeda dengan hermeniutika teoritis jika hermeniutika teoritis ingin mencari makna atau maksud yang sesuai dengan penulis teks yang artinya mengandaikan atau percaya adanya penafsiran yang obyektif maka hermeniutika filosofi beranggapan sebaliknya yang memiliki arti bahwa kita tidak mungkin bisa mangambil makna (pemahaman) yang obyektif Gadarner mengatakan bahwa setiap penafsir atau pembaca teks tidak akan terlepas dari prasangka, disamping gadarner ada juga heiddegger ia beranggapan bahwa hermeniutika tidak bertujuan untuk mengungkap atau memperoleh makna objektif melaikan bertujuan untuk pengungkapan mengenai dassein. Problem utama hermeneutika ini bukanlah bagaimana memahami teks dengan benar dan obyektif sebagaimana hermeneutika teoritis. Problem utamannya adalah bagaimana “tindakan memahami” itu sendiri. Hermeniutika kritis Hermeniutika ini berbeda dengan dua jenis hermeniutika diatas hermeniutika kritis bertujuan untuk mengungkap kepentingan penggagas atau pengarang teks. Hermeneutika ini bertujuan untuk mengungkap kepentingan di balik teks. hermeneutika kritis menempatkan sesuatu yang berada di luar teks sebagai problem hermeneutiknya Teks disini tidak semata-mata diartikan dengan sesuatu yang tertulis saja , namun budaya, politik, kondisi sosial bisa juga diartikan dengan sebuah teks hermeniutika kritis bertujuan untuk membuka selubung selubung dalam pemahaman dan komunikasi yang berlangsung dalam interaksi sehari-hari, tokoh dalam hermeniutika kritis ini seperti Jurgen habermas berkaitan dengan hermeniutikanya habermas menolak asumsi yang mendasari baik hermeniutika teoritis maupun hermeniutika filosofi keduanya dianggap habermas mengabaikan faktor ekstra linguistik yang membentuk konteks pemikiran dan tindakan yakni kerja dan dominasi. Hermenutika Metode Yakni hermeneutika yang memiliki fokus kajian pada teori umum tentang interpretasi sebagai metodologi dalam ilmu-ilmu sosial (geisteswissenschaften). Penggunaan hermeneutika sebagai metode ini ditekankan pada upaya pencapaian objektivitas. Dalam kategori hermeneutika metode ini adalah hermeneutika model F. Schleiermacher, Wilhelm Dilthey, dan Emilio Betti Cara Kerja Hermeneutika Bahasa dan hermeneutika adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa penting bagi hermneutika karena lahan hermeneutika adalah bahasa. Demikian juga hermneutika penting bagi bahasa karena hermeneutika menjadi metode untuk memahami bahasa. Keterkaitan ini menjadikan hermeneutika sebagai metode untuk mengeluarkan makna kebahasaan sebuah teks .  Pada dasarnya semua objek itu netral. Husserl menyatakan bahwa objek dan makna tidak pernah terjadi secara serentak atau bersama-sama. Meskipun makna mencul sesudah objek atau objek menurunkan maknanya atas dasar situasi objek, semuanya adalah sama saja .  Untuk dapat membuat interpretasi, orang lebih dahulu harus:  Mengerti atau memahami. “mengerti” bukan didasarkan atas penentuan waktu, melainkan bersifat ilmiah. Sebab, apabila seorang telah mengerti, sebenarnya ia telah melakukan interpretasi.  Harus mengenal pesan atau kecondongan sebuah teks. terdapat pertentangan antara pikiran yang diarahkan pada objek dan pikiran penafsir itu sendiri.  Meresapi isi teks, sehingga yang mulanya ‘yang lain’ menjadi ‘aku’ penafsir itu sendiri. Mengerti secara sungguh akan berkembang apabila didasarkan atas pengetahuan yang benar Fungsi dan Metodologi Tugas Hermeneutika, dari sejak plato sampai sekarang, adalah untuk mempertahankan makna hakiki kata, baik yang tertulis ataupun yang terucap, dengan menghubungkan kembali kepada maksud, makna asli, cakupan dan konteksnya. Jika demikian, maka yang menjadi pertanyaan adalah, apa sebenarnya “makna”?. Pertanyaan ini adalah jantung pembahasan Hermeneutika. Makna atau dalam bahasa inggris “meaning”, berasal dari bahasa Jerman “meinen”, yang menunjuk pada pengertian: “ada di pikiran atau benar”. Makna adalah tanda linguistic, yang tiap tanda terdiri atas dua unsure, yang diartikan (unsure makna) dan yang mengartikan (unsure bunyi). Keduanya disebut sebagai intralingual dan merujuk pada suatu referen (seperti maksud) yang merupakan unsure ekstralingual. Dan pada umumnya, kata memiliki makna majemuk. Setiap kata memiliki makna denotative, yaitu makna yangvtidak mengandung arti tambahan, dan makna konotatif, yaitu makna yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang umum. Itu sebabnya makan sbuah teks bias lebih luas dari pada maksud penulis sekalipun. Sebab, tafsir atas teks nyaris tidak terbatas dan tidak sepenuhnya bias dikontrol oleh si penulis sendiri. Bahkan, Ricoeur menegaskan, maksud si penulis pun bukan satu-satunya tafsir terbaik. BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penjelasan makalah sederhana di atas, maka penulis secara ringkas merumuskan kesimpulan antara lain sebagai berikut : Secara umum, epistemologi hermeneutika didefinisikan sebagai salah satu metode dalam mencari dan mengetahui kebenaran dengan jalan menginterpretasikan (menafsirkan) simbol-simbol, teks, maupun tanda-tanda lainnya. Dalam hermeneutika, sangat terkait sekali dengan tiga unsur yang saling mendukung dan terikat antara satu dengan yang lain, yakni pertama, pesan, berupa teks maupun tanda; kedua, penafsir atau mediator, yakni orang yang menginterpretasikan tanda atau teks tersebut; dan ketiga, audiens, yakni para penerima hasil penafsiran atau interpretasi dari mediator atau penafsir tersebut. Teori hermeneutika terbagi atas empat jenis atau kelompok hermeneutika, yaitu: pertama, Hermeneutika teoritis, kedua, Hermeneutika filosofis, ketiga, Hermeneutika kritis; dan keempat, Hermeneutika metode Daftar Pustaka Lubis, Akhyar Yusuf. 2016. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta : Rajawali Press Dr. Zaprulkhan. 2015. Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada Grondin, Jean. 2007. Sejarah Hermeneutik dari Plato sampai Gadamer. Yogyakarta : Ar Ruzz Media Bakhtiar, Amsal, 2009, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.