Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XII MIPA 1 DENGAN MODEL PROBLEM SOLVING DI SMAN 1 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Armi Gusvita SMAN 1 Batang Anai, Padang Pariaman armigusvita,vivi@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XII MIPA1 di SMAN 1 Batang Anaitahun pelajaran 2017 / 2018. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Research). Penelitian dilaksanakan di kelas XII MIPA1 dengan jumlah siswa 35 orang penelitian di laksanakan dalam dua siklus . dengan materi menganalisis ketentuan hukum islam dalam keluarga. Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan pengumpulan data. Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan, yaitu (1) Pembelajaran dengan penerapan model Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa (2) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XII MIPA1 SMAN 1 Batang Anai. Berdasar hasil analisis lembar observasi Keaktifan belajar siswa: (a) Aktivitas bekerjasama memecahkan masalah siswa mengalami peningkatan dari 11% pada siklus I menjadi 20% pada siklus II. Terjadi peningkatan peningkatan sebesar 9%. (b) aktivitas kerjasama mencari data siswa mengalami peningkatan dari 9% pada siklus I menjadi 26%. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 17%.(c) Aktivitas bekerjasama dalam mencari jawaban dari 8%, pada siklus I menjadi 14% pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 6%. (d) Aktivitas belajar siswa bekerjasama mencari kebenaran dari 14%, pada siklus I menjadi 17% pada siklus II terjadi sebesar 3%. (e) Aktivitas dalam kerjasama menyimpulkan materi, dari 11%, pada siklus menjadi 14%, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 3%. (f) Aktivitas Kreatif dalam kelompok, dari 12%, pada siklus I menjadi 26% pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 14%.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatan aktifitas belajar siswa kelas XII MIPA 1 SMAN 1 Batang Anai. Kata kunci: Aktifitas belajar, peningkatan, problem solving ABSTRACT This study aims to improve the learning activities of islamic religious education subjects in class XII MIPA1at SMAN1 Batang Anai in the academia year 2017 / 2018. This research is a classroom action research.The study was conducted in class XII MIPA with 35 students conducting research in two cycles.with material to analyze the provisions of islamic law in the famili. The instruments in this study were observation sheets and data collection.The results of the implementation of action research, namely (1) Learning by applying the problem solving medel can increase activities (2) The implementation of learning by using the problem model increases the learning activities of students in class XII MIPA1 SMAN 1 Batang Anai. Observation sheet student learning activities (a) Activities in collaboratin with Program Pascasarjana UMSB 35 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 students increased from 11 % in the first cycle 1 to 20% in the cycle II.An increase of 9 % . (b) the activity of collaborating looking for student data has increased from cycle I to 26 %. In a cycle of an increase of 17 %. (c) The activity of collaborating in finding answers from 8%, in the first cycle II 14% in the II cycle there was an increase of 6%. (d) Student learning activities work together to find the truth from 14%, in the first cycle I 17% in the cycle II occurred by 3%. (e) Activities in collaboration conclude the material, from 11%, in the cycle I 14%, in the cycle II an increase of 3%. (f) Creative Activities in groups, from 12%, in cycle I to 26% in cycle II an increase of 14%. Based on the results of the study note that the application of the problem solving learning model can increase the activities of class XII MIPA 1 SMAN I Batang Anai Keywords: learning activities, Enhancement, problem solving Program Pascasarjana UMSB 36 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran baik secara formal maupun non formal. Undang-undang RI nomor 20 tentang sistem Pendidikan nasional Bab II pasal 3 bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Pendapat Ahli tentang belajar menurut R Gragne Belajar adalah perubahan di posisikan atau kemampuan yang di capai seseorang melallui aktifitas. 2 Kualitas pembelajaran ditandai dengan semakin meningkatnya hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Namun yang didapatkan oleh penulis di lapangan aktivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih bernilai rendah dan kendala dalam menentukan keberhasilan siswa. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah rendahnya keaktifan siswa waktu proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil pengalaman penulis ketika terjadinya proses belajar mengajar berlangsung siswa yang memperhatikan guru saat guru sedang menerangkan materi pelajaran dan yang aktif mengikuti proses pembelajaran dapat di perkirakan sekitar 25%, siswa kebanyakan melirik kiri kanan, membuat coretan yang tidak perlu, mengobrol dengan teman sebangku dan lain sebagainya malahan malu untuk bertanya tentang pelajaran yang disampaikan oleh gurunya dan tidak mau maju kedepan kelas, serta menunggu guru mencatatkan kesimpulan tentang materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru. Berdasarkan realita di atas penulis memberikan solusi dari permasalahan rendahnya aktivitas belajar siswa tersebut dengan menerapkan model pembelajaran yang akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengatur sendiri kelompoknya dan berbagi tugas dalam kelompok-kelompok sesuai dengan apa yang menjadi keputusan bersama kelompoknya. Dengan model pembelajaran ini diharapkan juga dapat menumbuhkan sikap saling menghargai antar sesama anggota, 1 2 UU RI 2003 No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 8 Suprijono, Metode dan Model-model Belajar, (Bandung: Alfabet, 2012), h. 2. Program Pascasarjana UMSB 37 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 meningkatkan kemampuan berpikir kritis, saling berinteraksi, berbagi pendapat, tanya jawab dan melakukan sesuatu bersama. Model pembelajaran yang penulis maksud adalah pembelajaran Problem Solving. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam siswa XII MIPA 1 di SMAN 1 Batang Anai. Penulis merasa model pembelajaran ini sangat cocok untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga penulis menggunakan model pembelajaran ini kedalam suatu penelitian tindakan kelas dengan judul “ Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa kelas XII MIPA 1 dengan Metode Problem Solving di SMAN 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. B. Landasan Teoritis A. Pengertian Belajar Agar seseorang dapat menguasai suatu bidang ilmu, dibutuhkan suatu proses balajar. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya jika tidak pernah belajar maka responnya akan turun.3 Menurut Gagne belajar adalah kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang akan berubah menjadi memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.4 Menurut W.S Winkel belajar adalah suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.5 Pendapat Gagne” An Active process and suggest that teaching involves facilitating active mental process by students” artinya bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran.6 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang mengandung 3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 9. Ibid 5 A. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 38. 6 Isjoni, Coverative Learning, (Bandung: Alfabet, 2012), h. 50. 4 Program Pascasarjana UMSB 38 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 makna belajar dan mengajar, sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah tingkah lakunya. B. Metode Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari pemecahan/jawaban oleh siswa.7 Problem solving mencari atau menemukan cara penyelesaian menemukan pola, aturan, atau algoritma. Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode.8 Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai.9Selanjutnya menurut Sabri syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Metode yang dipergunakan harus mengembangkan motif, minat, atau gairah belajar siswa. b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan inovasi dan ekspotasi. c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya. d. Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan kegiatan e. kepribadian siswa. f. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri. g. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilainilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.10 7 Mbulu Jhoseph, Pengajaran Individual Pendekatan Metode dan Media Pedoman Mengajar Bagi Guru dan Calon Guru, (Malang: Yayasan Elang Emas, 2001), h. 52. 8 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Quantum Learning, 2005), h. 52. 9 Aisyah dkk, Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikna, 2005), h. 219. 10 ibid Program Pascasarjana UMSB 39 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 Metode Problem Solving p-ISSN :2615-2304 digunakan dalam kegiatan belajar yang bersifat pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus sebuah masalah. Biasanya teknik ini dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok, kelompokkelompok ini diminta untuk melakukan diskusi dalam waktu yang singkat setiap kelompok diberi sebuah masalah dan kelompok lain diminta untuk mencari penyelesaiannya. Di dalam kelompok tidak ada yang namanya ketua, yang diperlukan adalah pelopor (juru bicara) atau orang yang ahli untuk melaporkan hasil diskusi di dalam kelompok. Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.11 Langkah-langkah dalam metode ini adalah: a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. b. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain. c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas. d. Menguji kebenaran jawaban sementara dari masalah tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu diperlukan metode-metode lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi dan lain-lain. e. Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan.12 C. Kerangka Konseptual Kualitas suatu pembelajaran sangat tergantung pada aktivitas belajar siswa, oleh karena itu guru harus berupaya menciptakan proses pembelajaran yang dapat 11 12 Opcit, h. 60. Jamarah dan Zain, Sstrategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 92. Program Pascasarjana UMSB 40 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 meningkatkan aktivitas dan melatih siswa belajar memahami secara sendiri maupun berkelompok serta mampu menyelesaikan tugas-tugas.13 Salah satunya adalah dengan model pembelajaran problem solving yaitu strategi yang digunakan dalam diskusi dimana dalam satu kelas dibentuk kelompok-kelompok yang memungkinkan siswa-siswa tersebut untuk saling berinteraksi, berbagi pendapat, tanya jawab dan melakukan sesuatu bersama dalam menyelesaikan suatu masalah yang diberikan guru. Model pembelajaran problem solving bertujuan untuk memperoleh informasi,14 untuk memecahkan suatu masalah atau mendiskusikan suatu pokok permasalahan, dengan adanya metode ini diharapkan masing-masing siswa dapat terlibat secara aktif dalam setiap pertemuan dan pada akhirnya hasil belajar siswa juga dapat ditingkatkan. Proses belajar mengajar bertujuan untuk mencapai ketuntasan dalam belajar. Hal ini tentu didukung metode-metode yang dipakai untuk mendukung ketuntasan belajar mengajar yaitu problem solving (metode memecahkan masalah). C. Metode penelitian A. Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Action Research). Penelitian ini adalah suatu kegiatan ilmiah yang di lakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengna jalan merancang,melaksanakan,mengamati,dan merefleksin tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dann partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu mutu proses pembelajaran di kelasnya. 15 Peneliti menggunakan rancangan penelitian berdasarkan model Arikunto. Menurut rancangan ini, konsep penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahapan, yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. 16 Dengan menerapkan konsep penelitian kelas tersebut, akan bisa direfleksikan secara kritis 13 Neng Yani Permatasari Akhmad Margana, Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Dengan Model Pembelajaran Treffinger (Studi Penelitian Eksperimen di SMP Al-Hikmah Tarogong Kaler Garut) (STKIP Garut Tahun 2012/2013), Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3, No. 1, 2013, pp. 31-42. 14 Firmansyah, Surjani Wonorahardjo, Munzil Arief, Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Pada Materi Ekstraksi Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Mahasiswa, Jurnal Pendidikan Sain, Vol. 4, No. 2, 2016, pp. 65-72 15 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Raja Grafindo, 2010), h. 46. 16 Suharsimi Arikunto ddk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 16. Program Pascasarjana UMSB 41 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 dan objektif pengaruh melalui metode Problem Solving yang digunakan peneliti terhadap permasalahan yang dihadapi siswa sehingga dari hasil penelitian akan ditemukan jawaban ilmiah dari sebuah tindakan yang diterapkan di kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada akhir siklus dilakukan refleksi baik berupa keberhasilan maupun kegagalan. Refleksi ini dilakukan oleh peneliti bersama guru pengamat (observer). Hasil refleksi akan dijadikan bahan pertimbangan untuk siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam Penelitian tindakan kelas ini adalah teknik penialian tes dan non tes. Teknik nontes yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat kualitatif.Teknik nontes dilakukan dengan cara Observasi.Observasi adalah cara menghimpun keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang di jadikan sasaran.17 Adapun tes ialah berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang dengan menjaring data kuantitaif. Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologi dalam dirinya. 18 teknik tes yang di gunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam melalui penerapan metode problem solving dengan mengunakan tes formatif. Sebelum dilaksanakan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dengan maksud untuk mengetahui kemampuan awal siswa. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Perbandingan hasil pengamatan pada siklus I dan II akan tergambar pada tabel berikut ini: Tabel 1: Perbandingan Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II No Rata-rata Peningkatan Aktivitas yang Diamati 1. Kerjasama Siklus I Siklus II Pert 1 Pert Pert 46% 57% 66% Pert 2 86% Siklus I Siklus II 11% 20% memecahkan masalah 17 18 Anas Sujiyono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 76. Kunandar, opcit, h. 186. Program Pascasarjana UMSB 42 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 2. Kerjasama mencari p-ISSN :2615-2304 40% 49% 51% 77% 9% 26% 46% 54% 60% 74% 8% 14% 20% 34% 43% 60% 14% 17% 29% 40% 43% 57% 11% 14% 37% 49% 54% 80% 12% 26% data 3. Kerjasama Mencari jawaban 4. Kerjasama mencari kebenaran 5. Kerjasama menyimpulkan materi 6. Kreatif dalam kelompok Berdasarkan tabel 1 di atas, maka terlihat peningkatan aktivitas belajar siswa yang dapat diamati yaitu aktivitas kerjasama memecahkan masalah pada siklus I ratatara aktivitas siswa meningkat sebesar 11% sedangkan pada siklus II sebesar 20%. Ini berarti selama dua siklus terjadi peningkatan aktivitas sebesar 9%. Hal ini dikarenakan siswa sudah diberi tugas untuk membaca materi dirumah sebelum siklus II dilaksanakan dan aktivitas kerjasama mencari data pada siklus I rata rata aktivitas siswa meningkat sebesar 9% sedangkan pada siklus II sebesar 26%. Ini berarti selama dua siklus terjadi peningkatan aktivitas sebesar 17%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa semakin tingginya minat siswa dalam melakukan metode diskusi. Aktivitas bekerjasama dalam mencari jawaban memperlihatkan peningkatan. Rata-rata aktivitas kerjasama siswa pada siklus I meningkat sebesar 8%, sedangkan pada siklus II sebesar 14%. Ini berarti selama dua siklus terjadi peningkatan aktivitas kerjasama oleh siswa sebesar 6%. Peningkatan ini terjadi karena tingginya rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh semua tim, dan kerjasama yang baik pula yang akan bisa mencapai hasil yang optimal. Aktivitas belajar siswa bekerjasama mencari kebenaran juga mengalami peningkatan. Rata-rata aktivitas bertanya pada siklus I meningkat sebesar 14%, sedangkan pada siklus II sebesar 17%. Ini berarti selama siklus terjadi peningkatan aktivitas bertanya siswa dalam diskusi sebesar 3%. Hal ini dirasa masih kurang dari harapan sebelumnya, namun hal ini dirasa terjadi akibat kurang keingintahuan tentang kebenaran materi yang didiskusikan. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas dalam kerjasama menyimpulkan materi, dimana rata-rata peningkatan aktivitas ini pada siklus I sebesar 11%, sedangkan pada Program Pascasarjana UMSB 43 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 siklus II sebesar 14%. Ini berarti telah terjadi peningkatan aktivitas menanngapi siswa sebesar 3%. Hal ini juga dirasa masih kurang dari yang diharapkan, ini mungkin karena siswa kurang memahami dan menganalisa hasil diskusi kelompok mereka. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas Kreatif dalam kelompok , dimana ratarata peningkatan aktivitas ini pada siklus I sebesar 12%, sedangkan pada siklus II sebesar 26%. Ini berarti telah terjadi peningkatan aktivitas Kreatif dalam kelompok sebesar 14%. Peningkatan ini karena tingginya minat untuk belajar tentang ketentuan hokum islam dalam keluarga. Perbandingan aktivitas siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Persentase 30 25 20 15 Siklus I Siklus II 10 5 0 A B C D E F Aktivitas Gambar 1 Perbandingan Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II Keterangan: A : Kerjasama Memecahkan Masalah B : Kerjasama Mencari Data C : Kerjasama Mencari Jawaban D : Kerjasama Mencari Kebenaran E : Kerjasama Menyimpulkan Materi F : Kreatif dalam kelompok Faktor yang tidak kalah penting yang dapat memotivasi siswa adalah pemberian penguatan dan penghargaan terhadap siswa yang menunjukkan prestasi yang bagus sehingga membangkitkan rasa percaya diri untuk berani melakukan aktivitas. Pemberian penguatan Program Pascasarjana UMSB dan penghargaan sangat dituntut dalam 44 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 pembelajaran. Penguatan yang diberikan itu dapat berupa pujian, dorongan untuk respon atau tingkah laku siswa seperti penggunaan kata-kata yang bagus, pemberian senyuman, anggukkan, tepuk tangan, acungan jempol dan pemberian sentuhan. Model pembelajaran seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa, sehingga siswa tidak malu lagi dalam bertanya atau menjawab pertanyaan. Model pembelajaran seperti ini akan membuat siswa tidak sulit untuk mengerti karena materi yang didiskusikan dicari oleh siswa sendiri, guru hanya membimbing dan mengarahkan diskusi. Akhirnya metode diskusi ini akan sangat bermanfaat bagi siswa, sehingga siswa dapat terlatih dalam mengemukakan pendapat atau ide yang mereka miliki. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam bekerjasama memecahkan masalah dengan metode problem solving dengan menerapkan dua siklus mengalami peningkatan sebesar 9%. Aktivitas belajar siswa dalam bekerjasama mencari data dengan metode problem solving dengan menerapkan dua siklus mengalami peningkatan sebesar 17%. Aktivitas belajar siswa dalam bekerjasama menetapkan jawaban dengan metode problem solving dengan menerapkan dua siklus mengalami peningkatan sebesar 6 %. Aktivitas belajar siswa dalam bekerjasama mencari kebenaran dengan metode Problem Solving dengan menerapkan dua siklus mengalami peningkatan sebesar 3%. Aktivitas belajar siswa dalam bekerjasama menyimpukan jawaban dengan metode Problem Solving dengan menerapkan dua siklus kurang mengalami peningkatan sebesar 3%. aktivitas belajar siswa kreatif dalam kelompok dengan metode Problem Solving dengan menerapkan dua siklus mengalami peningkatan sebesar 14%. Program Pascasarjana UMSB 45 Ruhama : Islamic Education Journal Vol 1, No.2 (2019): Oktober 2019 p-ISSN :2615-2304 DAFTAR PUSTAKA Aisyah dkk, Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Depdikna, 2005. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Firmansyah, Surjani Wonorahardjo, Munzil Arief, Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Pada Materi Ekstraksi Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Mahasiswa, Jurnal Pendidikan Sain, Vol. 4, No. 2, 2016, pp. 65-72 Isjoni, Coverative Learning. Bandung: Alfabet, 2012. Jamarah dan Zain, Sstrategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo, 2010. Jhoseph, Mbulu. Pengajaran Individual Pendekatan Metode dan Media Pedoman Mengajar Bagi Guru dan Calon Guru. Malang: Yayasan Elang Emas, 2001. Permatasari, Neng Yani, Margana, Akhmad. Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Dengan Model Pembelajaran Treffinger (Studi Penelitian Eksperimen di SMP Al-Hikmah Tarogong Kaler Garut) (STKIP Garut Tahun 2012/2013), Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3, No. 1, 2013, pp. 31-42. Ritonga, Mahyudin. Desain Bahan Ajar Bahasa Arab Sains dengan Pendekatan Whole Language, Edukasi: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 1, 2017, pp. 01-24. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Quantum Learning, 2005. Sardiman, A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Suharsimi Arikunto ddk, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Sujiyono, Anas. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011. Suprijono, Metode dan Model-model Belajar. Bandung: Alfabet, 2012. UU RI 2003 No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. . Program Pascasarjana UMSB 46