Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by E-Journal STKIP MPL (Muhammadiyah Pringsewu Lampung) Jurnal Fokus Konseling , Volume 4, No. 1 (2018), 1-8 ISSN Cetak : 2356-2102 ISSN Online : 2356-2099 DOI: https://doi.org/10.26638/jfk.475.2099 Perilaku Agresi Pada Siswa SMK di Yogyakarta Wahyu Nanda Eka Saputra, Irvan Budhi Handaka Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan E-mail koresponden: wahyu.saputra@bk.uad.ac.id Abstract: Behavior of aggression is one of the troubled behaviors that teenagers do today. This is shown by teenagers by intentionally harming others, both physically and verbally. This research is quantitative descriptive research. The populations in this study are students of Muhammadiyah Vocational High School in Yogyakarta city amounted to 306 and the number of samples as many as 160 students. The result of data analysis shows that (1) very high category is 5%; (2) high category is 26%; (3) medium category is 40%; (4) low category is 21%; and (5) very low category is 8%. Keywords: Behavior of Aggression, Students of Vocational High School Abstrak: Perilaku agresi adalah salah satu perilaku bermasalah yang dilakukan remaja saat ini. Hal ini ditunjukkan oleh remaja dengan sengaja merugikan orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Muhammadiyah Yogyakarta sebesar 298 dan jumlah sampel sebanyak 160 siswa. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat perilaku agresi siswa SMK di Kota Yogyakarta sebagai berikut: (a) kategori sangat tinggi sebesar 5%; (b) kategori tinggi sebesar 26%; (c) kategori sedang sebesar 40%; (d) kategori rendah sebesar 21%; dan (e) kategori sangat rendah sebesar 8%. Kata kunci: Perilaku Agresi, Siswa SMK Artikel diterima: 26 September 2017; direvisi: 3 Januari 2018; disetujui: 17 Januari 2018 Cipt aan disebarluaskan di bawah Lisensi Creat ive Com m ons At ribusi- BerbagiSerupa 4.0 I nt ernasional. Tersedia online di : ht t p: / / ej ournal.st kipm pringsewu- lpg. ac.id/ index.php/ fokus 1 Wahyu Nanda Eka Saputra, Irvan Budhi Handaka Beberapa penelitian menunjukkan 1. PENDAHULUAN Salah satu program pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik terangkum dalam Nawacita Joko Widodo – Jusuf Kalla 2014-2019. Agenda utama yang diusung adalah menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Tentunya ini menjadi cita-cita yang perlu diwujudkan oleh berbagai segmen, termasuk segmen pendidikan formal. Partisipasi dari berbagai elemen juga turut mendukung diharapkan pemerintah dapat di dicapai atas dengan maksimal, akan tetapi mendapat berbagai tantangan, terutama pada diri anak remaja. Rasa aman pada warga negara Indonesia ternyata saat ini masih diusik oleh beberapa permasalahan, salah satunya adalah perilaku agresi yang dilakukan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Ng & Chow (2017) menyebutkan bahwa jika perilaku agresi menyebabkan lingkungan. perilaku lingkungan. maka ketidakamanan Sebaliknya, agresi menyebabkan tinggi, perilaku agresi menjadi permasalahan yang masih terjadi pada pelajar. Penelitian Shelton dkk. (2009) menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 72,16% pelajar melakukan jenis kejahatan yang melibatkan sedangkan kekerasan fisik, 27,84% siswa sisanya cenderung melakukan jenis kejahatan yang tidak melibatkan kekerasan fisik. Berdasarkan penelitian Routt & Anderson (2011) menunjukkan bahwa dari keseluruhan remaja yang diwawancarai, 72% melakukan serangan fisik kepada ibu keberhasilan program tersebut. Cita-cita bahwa jika akan suatu tingkat rendah, maka akan keamanan pada suatu mereka, 16% menyerang atau mengancam ayah mereka, 5% karena menyerang atau mengancam kakak mereka, dan 5% menyerang atau mengancam saudara mereka. Terlebih di Yogyakarta, saat ini sedang hangat terjadi salah satu bentuk perilaku agresi, yaitu klithih. Aksi klithih yang dilakukan oleh gank pelajar di Yogyakarta ini telah menimbulkan kegaduhan sosial tersendiri, sebab aksi ini dalam beberapa kasus memakan korban nyawa (Sarwono, 2017). Kusuma (2017) menyebutkan seorang pelajar yang baru duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) meninggal dunia setelah ditusuk oleh 2 Tingkat Perilaku Agresi Pada Siswa SMK di Yogyakarta… sekelompok orang di Jalan Kenari sekitar keterangan mengenai apa yang diteliti. pukul 12.45 WIB. Identifikasi perilaku Penelitian deskriptif kuantitatif ini akan agresi perlu dilakukan untuk mengetahui mendapatkan data aktual tentang tingkat kondisi keparahan perilaku agresi pada perilaku agresi siswa pada dua SMK pelajar. Identifikasi perilaku agresi juga Muhammadiyah di Kota Yogyakarta, dapat mengidentifikasi penyebab dan utamanya kelas XI. profil perilaku agresi yang dilakukan pelajar. Hal sebagai penelitian ini adalah skala perilaku agresi. merancang Populasi dalam penelitian ini sebanyak program dan strategi untuk mereduksi 298 siswa dan sampelnya adalah 160 perilaku agresi yang mereka munculkan. siswa pedoman ini konselor Penelitian ini dilakukan Instrumen yang digunakan dalam untuk bertujuan karena merujuk pada tabel untuk penentuan jumlah sampel Isaac dan mengidentifikasi tingkat perilaku agresi Michael pada tingkat kesalahan 5%. Hasil siswa SMK. Sehingga, hasil penelitian ini penelitian ini perlu dilakukan kategorisasi akan dapat merekomendasikan kepada terkait tingkat perilaku agresi siswa pemangku kepentingan dalam mengatasi apakah sangat tinggi, tinggi, sedang, perilaku agresi yang muncul pada siswa. rendah, maupun sangat rendah. Terminimalisirnya perilaku agresi siswa, diharapkan dapat menciptakan Analisis data dalam penelitian ini iklim adalah dengan menggunakan statistik sekolah yang nyaman bagi siswa untuk diskriptif dengan teknik persentase, yaitu belajar. Penelitian Macneil, Prater & statistik Busch (2009), Wang & Holcombe (2010) mendeskrepsikan atau memberi gambaran dan Makewa dkk. (2011) menyimpulkan terhadap obyek yang diteliti melalui bahwa iklim sekolah tentunya memiliki sampel atau populasi sebagaimana adanya pengaruh signifikan terhadap prestasi (Sugiyono, 2007). yang berfungsi untuk belajar siswa. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 2. METODE PENELITIAN Analisis statistik deskriptif Penelitian ini menggunakan jenis dilakukan dengan menggunakan program penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian SPSS 16.00. Hasil analisis ditunjukkan ini pada tabel berikut ini. dalam proses menemukan pengetahuan, data yang digunakan berupa angka sebagai alat untuk menemukan 3 Wahyu Nanda Eka Saputra, Irvan Budhi Handaka Tabel 1. Tabel analisis statistik deskriptif Descriptive Statistics VAR0001 Valid N (listwise) Mean Std. Deviation 78.725 13.33834 Berdasarkan tabel analisis statistik deskriptif tersebut temuan-temuan dapat dalam diketahui penelitian ini. Temuan penelitian untuk mengidentifikasi tingkat perilaku agresi pada siswa pada dua SMK Muhammadiyah di Gambar 2. Tingkat Perilaku Agresi Kota (a) Identifikasi tingkat perilaku agresi kategori sangat tinggi sebesar 5%; (b) menggunakan instrumen skala perilaku kategori tinggi sebesar 26%; (c) kategori agresi yang dikembangkan oleh Saputra & sedang sebesar 40%; (d) kategori rendah Handaka (2017a) dan terdiri dari 38 item sebesar 21%; dan (e) kategori sangat pernyataan. rendah sebesar 8%. melalui tahap uji coba. Hasil analisis Yogyakarta menunjukkan bahwa Instrumen tersebut telah tersebut disimpulkan dari 50 jumlah total item, 38 permasalahan item diataranya dinyatakan valid dengan perilaku agresi masih dialami oleh siswa koefisien reliabilitasnya adalah 0,826 SMK dan belum terentaskan secara yang termasuk dalam kategori reliabilitas optimal. tinggi. Temuan menunjukkan penelitian bahwa Tentunya hal ini menjadi Hasil analisis tersebut perhatian para guru terutama konselor menunjukkan bahwa skala perilaku agresi yang menjadi salah satu pihak penting layak digunakan untuk mengukur tingkat yang dapat membantu siswa mengubah perilaku agresi siswa. tingkah laku bermasalahnya. Temuan penelitian ini akan diagram pie berikut ini. dijabarkan pada Identifikasi dengan menggunakan instrumen skala perilaku agresi yang dikembangkan oleh Saputra & Handaka (2017a) terdiri dari 4 aspek utama, yaitu perilaku agresi dapat berbentuk agresi fisik, verbal, kemarahan dan kebencian. Pengembangan skala perilaku agresi 4 Tingkat Perilaku Agresi Pada Siswa SMK di Yogyakarta… tersebut merujuk pada teori Buss & Perry Perilaku agresi sendiri memiliki (1992) yang menyatakan bahwa perilaku beberapa bentuk. Atkinson dkk. (1987) agresi terdiri dari empat bentuk yaitu menyebutkan agresi agresi adalah perilaku yang secara sengaja fisik, verbal, kemarahan dan bahwa bentuk perilaku bermaksud untuk melukai secara fisik, kebencian. sesuai verbal serta menghancurkan harta benda dengan penelitian terdahulu yang telah orang lain. Buss & Perry (1992) telah dilakukan bahwa mengklasifikasikan agresivitas menjadi perilaku prokrastinasi akademik masih empat aspek, yaitu agresi fisik, verbal, dialami oleh siswa. Penelitian Shelton kebencian, dan kemarahan. Sedangkan Temuan penelitian yang ini menunjukkan terdapat Myers (2012) menyatakan bahwa perilaku 72,16% pelajar melakukan jenis kejahatan agresi terdiri dari dua aspek, yaitu aspek yang fisik dan verbal. dkk. (2009) menyimpulkan melibatkan sedangkan kekerasan 27,84% siswa fisik, cenderung Berdasarkan hasil penelitian melakukan jenis kejahatan tetapi tidak terdahulu, perilaku agresi tidak terjadi melibatkan kekerasan fisik. dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh Penelitian Routt & Anderson faktor tertentu. Penelitian Nisfiannoor & (2011) menyimpulkan 72% melakukan Yulianti (2005) menunjukkan bahwa serangan fisik kepada ibu mereka, 16% remaja yang berasal dari keluarga bercerai menyerang atau mengancam ayah mereka, lebih agresif dibandingkan dengan remaja 5% karena menyerang atau mengancam dari keluarga utuh. Ditinjau dari segi kakak mereka, dan 5% menyerang atau dimensi agresivitas, remaja yang berasal mengancam saudara mereka. Penelitian dari keluarga bercerai juga lebih agresif Hidayat, Yusri & Ilyas (2013) yang secara fisik maupun verbal. menunjukkan bahwa perilaku agresi siswa Penelitian Qoyyum dkk. (2013) dapat dilihat dari menyakiti orang lain menunjukkan perilaku agresi disebabkan secara fisik dengan persentase 35,32%, karena adanya program televisi yang sedangkan tindakan agresi yang dilakukan menayangkan siswa dilihat dari menyakiti orang secara Rodriguez verbal 41,30%, dan tindakan agresi dilihat bahwa ketidakmampuan individu untuk dari merusak dan menghancurkan harta meregulasi emosi dan menoleransi frustasi benda dengan persentase 30,42%. berdampak kekerasan. dkk. pada (2017) Penelitian menunjukkan munculnya perilaku agresi. Begitu juga dengan Miles dkk. 5 Wahyu Nanda Eka Saputra, Irvan Budhi Handaka (2017) seseorang yang berperilaku agresi Sehingga iklim sekolah terbangun secara karena terjadinya emotion dysregulation. kondusif sesuai dengan harapan konseli. Perilaku agresi yang muncul pada Tentunya iklim sekolah yang kondusif diri siswa SMK perlu untuk direduksi. adalah iklim sekolah yang diharapkan Jika oleh tidak direduksi, tentunya akan berpengaruh negatif pada diri siswa. Salah warga sekolah untuk proses pembelajaran dan hasil yang optimal. satu upaya yang bisa diterapkan adalah mengimplementasikan konseling 4. SIMPULAN kedamaian. Saputra & Handaka (2017b) Permasalahan perilaku agresi pada menyatakan bahwa konseling kedamaian siswa SMK masih menjadi topik masalah adalah pengembangan dari pendidikan yang perlu dientaskan. Oleh sebab itu kedamaian yang diterapkan dalam sesi identifikasi tingkat perilaku agresi siswa konseling. SMK perlu diidentifikasi sebagai bahan Strategi remaja untuk mengalami mungkin tersebut berpikir dasar konselor merancang strategi untuk damai ketika tertentu yang Temuan menyenangkan bagi menunjukkan fenomena tidak mendorong mereduksi perilaku agresi siswa SMK. dalam bahwa penelitian tingkat ini perilaku mereka, sehingga remaja mengurungkan agresi siswa SMK di Kota Yogyakarta niatnya untuk menyakiti orang lain baik sebagai berikut: (a) kategori sangat tinggi secara sengaja maupun tidak sengaja. sebesar 5%; (b) kategori tinggi sebesar Lebih jauh, karena Indonesia adalah 26%; (c) kategori sedang sebesar 40%; (d) negara muslim terbesar di dunia, maka kategori rendah sebesar 21%; dan (e) dasar pendidikan kedamaian yang dipakai kategori sangat rendah sebesar 8%. bisa berbasis nilai-nilai islam yang sangat berpotensi konseling diterapkan (Saputra, Merujuk pada hasil penelitian ini, dalam sesi konselor seyogyanya merancang sebuah Widiasari, Dina, program dan strategi layanan bimbingan 2016). dan konseling dalam upayanya mereduksi Diharapkan model konseling ini perilaku agresi. selain itu, perlu berbagai dapat menjadi salah satu strategi yang dukungan dari pemangku kepentingan dapat agar program yang disusun oleh konselor dirujuk mereduksi oleh perilaku konselor agresi untuk remaja. dapat berjalan dengan optimal. 6 Tingkat Perilaku Agresi Pada Siswa SMK di Yogyakarta… 5. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., & Hilgard E. R. (1987). Introduction to Psychology. San Diego: Harcourt Brace. Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The Aggression Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63: 452-459. Hidayat, H., Yusri, & Ilyas, A. (2013). Profil Siswa Agresif dan Peranan Guru BK. Jurnal Ilmiah Konseling, 2(1), 1-5. Kusuma, W. (2017). Aksi "Klitih" Kembali Terjadi di Yogyakarta, Seorang Pelajar SMP Tewas. (Online), (http://regional.kompas.com), diakses 7 Juni 2017. Macneil, A. J., Prater, D. L., & Busch, S. (2009). The Effects of School Culture and Climate on Student Achievement. International Journal Leadership in Education, 12(1), 7384. Makewa, L. N., Role, E., Role, J., & Yegoh, E. (2011). School Climate and Academic Performance in High and Low Achieving Schools: Nandi Central District, Kenya. International Journal of Scientific Research in Education, 4(2), 93104. Miles, S. R., Sharp, C., Tharp, A. T., Stanford, M., Stanley, M., Thompson, K. E., & Kent, T. A. (2017). Emotion dysregulation as an underlying mechanism of impulsive aggression: Reviewing empirical data to inform treatments for veterans who perpetrate violence. Aggression and Violent Behavior, 37, 147-153. Myers, D. G. (2012). Social psychology. New York: Mc Graw-Hill. Ng, H. K. S., & Chow, T. S. (2017). The effects of environmental resource and security on aggressive behavior. Aggressive behavior, 43(3), 304-314. Nisfiannoor, M., & Yulianti, E. (2005). Perbandingan Perilaku Agresif antara Remaja yang Berasal dari Keluarga Bercerai Dengan Keluarga Utuh. Jurnal Psikologi, 3(1), 1-18. Qoyyum, S., Malik, N., Iqbal, M. M. A., Anwar, H. N., & Sohail, M. M. (2013). Exposure to Violent Television Programs and its Effect on Siblings Aggressive Behavior: Parents’ Perceptions. International Journal of Business and Social Science, 4(7), 205-212. Rodriguez, C. M., Baker, L. R., Pu, D. F., & Tucker, M. C. (2017). Predicting Parent-Child Aggression Risk in Mothers and Fathers: Role of Emotion Regulation and Frustration Tolerance. Journal of Child and Family Studies, 26(9), 1-10. Routt, G., & Anderson, L. (2011). Adolescent Aggression: Adolescent Violence to Wards Parents. Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma, 20, 1-19. Saputra, W. N. E., Widiasari, S., & Dina, D. A. M. (2016). Peace Education: Islamic Perspective. Makalah dipresentasikan pada Proceeding 1st International Conference on Islamic Education. Saputra, W. E. S., & Handaka, I. B. (2017a). Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala Perilaku Agresi. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter 2017. Saputra, W. E. S., & Handaka, I. B. (2017b). Konseling Kedamaian: Strategi Konselor untuk Mereduksi Perilaku Agresi Remaja. Makalah dipresentasikan pada Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan III 2017. 7 Wahyu Nanda Eka Saputra, Irvan Budhi Handaka Sarwono, R. B. (2017). Mengendalikan Kegaduhan Sosial “Klithih” Dengan Ketahanan Keluarga. Makalah dipresentasikan pada Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Bimbingan dan Konseling 2017. Shelton, D., Sampl, S., Kesten, K. L., Zhang, W., & Trestman, R. L. (2009). Treatment of Impulsive Aggression in Correctional Settings. Behavioral Sciences and the Law, 27: 787–800. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Wang, M. T., & Holcombe, R. (2010). Adolescents’ perceptions of school environment, engagement, and academic achievement in middle school. American Educational Research Journal, 47(3), 633-662. 8