Manajemen Keselamatan Perkeretaapian (Safety Management)

Visikes: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2017

JURNAL MANAJEMEN TRANSPORTASI DAN LOGISTIK, 2017

This study aimed to analyze the effect of the implementation of Safety Management System (SMS) and the use of information system on the Flight Safety in the Indonesian Air Navigation Services Organization both partially and simultaneously. The research uses quantitative methods, and the data are analyzed using linear regression, simple correlation both partially and simultaneously and path analysis. The result shows; implementation of Safety Management System (X1) as measured by the Flight Safety (Y) has a positive and significant contribution on the level of Flight Safety. The amount of the application contribution of Safety Management System that directly contributes to the Flight Safety is 35.4%, so the research hypothesis which states that the Safety Management System application directly impacts significantly on Aviation Safety is accepted; the use of Information Systems (X2) as measured by the Flight Safety (Y) has a positive and significant contribution on the level of Fligh...

Media Wisata

Safety visitors in the world of tourism is a top priority that travel service providers must consider to the visitor to minimize accidents. Moreover, a zoo with the main attraction of its animal collection can also be a risk to visitors. Implementing the safety management system is essential to be applied in tourism management to provide visitors safety protection, so they feel safe and comfortable when they are travelling and are willing to come back to visit the zoo. This study uses a qualitative descriptive method carried out at Gembira Loka Zoo. The results showed that Gembira Loka Zoo had implemented a safety management system in tourism management by covering POAC (planning, organizing, actuating and controlling) based on eight indicators. It consists of exhibit design, distance and exhibit enclosures, warning boards, monitoring, sanitation, health and medicine, boredom, saturation and fear.

PENDAHULUAN Safety Management bukanlah suatu konsep yang baru dalam industri konstruksi, baru-baru ini beberapa penelitian industri konstruksi utama telah membahas dan dengan kuat menganjurkan penggunaan safety management dalam kontrak konstruksi publik, dengan memasukkan Kontrak yang Lebih Baik untuk konstruksi Bawah Tanah , Manajemen yang Lebih Baik atas Proyek Utama Konstruksi Bawah Tanah , dan Berbagai Konstruksi dan Pembagian Tanggung Jawab. Meskipun lebih dari seabad pengalaman praktek dalam keselamatan pekerjaan dan hampir seperempat abad terbukanya perbincangan/debat mengenai bermacam-macam aspek pembagian keselamatan kerja, nampak bahwa masih sedikit pemahaman yang benar terhadap konsep tersebut. Beberapa contoh terbaru menggambarkan pernyatan ini. Pada suatu sesi " Konferensi Penggalian Cepat dan Terowongan, " saya menangkap suatu pertukaran antara seorang pemilik dan seorang kontraktor setelah adanya persentasi suatu makalah yang menunjukkan konsep safety management. Perwakilan dari pemilik berpendapat bahwa, " kalangan industri konstruksi telah mendengar semua hal yang membicarakan tentang keselamatan kerja " dan apa yang seharusnya para pemilik lakukan atau tidak lakukan. Ini menyangkut saat orang mulai melihat pada resiko apa kontraktor yang sebenarnya harus ditanggung daripada mencoba untuk mengalihkan segala sesuatu pada pemiliknya. " Berdasarkan pada pendapat ini, perwakilan dari kontraktor menanggapi. Ia mengatakan bahwa, " safety management mirip dengan hukum properti masyarakat di berbagai negara semua mengambil separuhnya dan pengacaranya mengambil separuh bagian lainnya. " Sementara komentar tersebut mendatangkan suatu ketawa kecil, hal ini mengindikasikan adanya suatu kesalahpahaman yang mendasar terhadap safety management. Melanjutkan keberadaan anekdot ini, dalam suatu pertemuan dengan seorang klien mengenai sebuah ulasan atas pembedaan kondisi lapangan/tempat kerja diajukan oleh seorang kontraktor, petugas kontrak menyatakan bahwa tuntutan/klaim dapat diingkari/

Rumah sakit mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan tentang pemeriksaan fasilitas Maksud dan Tujuan MFK 1 Pertimbangan pertama untuk setiap fasilitas fisik adalah peraturan perundangan dan ketentuan lainnya yang terkait dengan fasilitas tersebut. Beberapa ketentuan mungkin berbeda tergantung pada umur dan lokasi fasilitas serta faktor lainnya. Misalnya, banyak ketentuan (codes) kontruksi bangunan dan keselamatan kebakaran, seperti sistem sprinkler, berlaku hanya pada konstruksi baru. Para pimpinan organisasi, termasuk pimpinan rumah sakit dan manajemen senior, bertanggung jawab untuk : ■ mengetahui peraturan nasional dan daerah, peraturan dan persyaratan lainnya yang berlaku terhadap fasilitas rumah sakit; ■ mengimplementasikan ketentuan yang berlaku atau ketentuan alternatif lain yang disetujui; ■ perencanaan dan penganggaran untuk pengembangan dan penggantian yang perlu sesuai hasil identifikasi data monitoring atau untuk memenuhi ketentuan yang berlaku dan kemudian untuk menunjukkan kemajuan dalam upaya memenuhi perencanaan. (lihat juga MFK.4.2) Bila rumah sakit sudah dinyatakan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, para pimpinan bertanggung jawab untuk membuat perencanaan agar dapat memenuhi ketentuan dalam kurun waktu yang ditentukan. Elemen penilaian MFK 1 TELUSUR SKOR DOKUMEN SASARAN MATERI