Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

BAHAN bacaan zircon Repaired

1. PENDAHULUAN Kebijaksanaan pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah telah mendorong pertumbuhan Industri di dalam negeri. Hal ini disebabkan kebijaksanaan tersebut dapat memberikan suatu jaminan dan kepastian pengembangan produk industri, investasi baru, dan lain-lain. Dalam lima tahun terakhir, perkembangan sektor industri di dalam negeri secara langsung telah mendorong peningkatan kebutuhan zircon, baik sebagal bahan baku maupun bahan penolong. Dalam kaitannya dengan industri hilir di dalam negeri, peningkatan permintaan zircon tersebut terutama dipengaruhi oleh perkembangan industri kerarnik dan logam dasar. Industri keramik yang mengkonsurnsi zircon adalah jenis wall tile dan table ware. Sarnpai dengan saat ini, tingkat produksi kedua industri keramik tersebut baru mencapai sekitar 80-85% dari kapasitas pabrik per tahun. Dalam industri logam dasar, zircon digunakan sebagai bahan anti korosi dan penahan panas (refraktorl dan foundri). Volume kebutuhan zircon pada industri logam dasar tergantung kepada kapasitas pabrik, yang ditandai oleh tingkat kebutuhan besi-baja oleh industri tersebut. Pada tahun 1990, kebutuhan besi-baja oleh industri logam dasar di dalam negeri sebesar 690 ribu ton. Cadangan zircon di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi potensi sumberdaya diperkirakan cukup besar. Namum demikian, zircon telah diproduksi di Indonesia, walaupun masih dalam bentuk produk sampingan dari bijih timah (PT Tambang Timah) dan bijih emas (PT Ampalit Mas Perdana). Di Masa mendatang, kebutuhan zircon di perkirakan semakin meningkat. Peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh perkembangan -industri logam dasar di dalam negeri. Pada tahun 1993, kebutuhan besi-baja oleh industri ini diproyeksikan sebesar 5,2 juta ton. Sedangkan pengaruh perkembangan industri keramik relatif lebih kecil, walaupun Industri ini di masa mendatang diperkirakan semakin berkembang. Selain ltu, produk-produk antara yang sangat dibutuhkan oleh industri keramik dan logam dasar juga semakin meningkat. Produk antara tersebut adalah glasir, frit-enamel, zirconia, refraktorl, dan foundri. Perkembangan zircon di Indonesia erat kaltannya dengan pemasokan-permintaan zircon dunia. Pada tahun 1989, produksi zircon dunia sebesar 860 ribu ton dan diperkirakan meningkat menjadi 1.160 ribu ton (1995) dan 1.400 ribu ton (2000). Sedangkan kebutuhan zircon dunia di masa mendatang mengalami pertumbuhan rata-rata 3,7% per tahun. Pada tahun 2000, kebutuhan zircon dunia diperkirakan mencapai 1.398 ribu ton. 2. MINERAL ZIRCON Dl INDONESIA 2.1 Mineralogi Mineral utama yang mengandung unsur zirconium adalah zircon (z-irconium silikat, ZrOg.S-iO2) dan baddeleyit (zirconium oksida, ZrOg). Dl alam, kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium (HfO2). Kandungan hafnium sekitar 1,5-2,5% dari total berat zircon atau baddeleyit. Pada umumnya zircon mengandung unsur besi,kalsium, sodium, mangan, dan unsur lainnya. Unsur-unsur ini memberikan variasi warna zircon yang bermacam-macam. Warna zircon murni adalah putih bening. Mineralogi zircon dan variasi sifat fisika dan kimianya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 : Sifat Fisika dan Kimia Zircon dan Baddeleyit ( Physical and Chemical Properties of Zircon and Baddeleyite) Zircon Baddeleyit Kristal Ditetragonal Dipiramidal Monoklin Prismatik Warna Putih bening hingga kuning,kehijauan,coklat kemerahan,dan kuning kecoklatan Gelap Kilap Lilin Logam Belahan Tidak sempurna Beraturan Kekerasan 7-5 6,5 Berat jenis 4,6-4,7 5,8 Indeks refraksi 1,92-1,96 2,19 Hilang pijar 0,1% - Titik lebur 2500 c 2500c 2.2 Mula-jadi Zircon terbentuk sebagai mineral ikutan (accessory mineral) pada batuan yang terutama mengandung Na-feldspar, seperti batuan beku asam (granit dan syenit) dan batuan metamorf (gneiss dan skiss). Secara ekonomis, zircon dijumpal dalam bentuk butiran (ukuran pasir), baik yang terdapat pada sedimen sungai maupun sedimen pantai. Pada umumnya zircon terkonsentrasi bersama-sama mineral titanium (rutil dan itmenit), monazit, dan mineral berat lainnya. Di Indonesia, zircon merupakan sedimen sungai yang terdapat di daratan dan lepas pantai. Mineral ini dijumpai bersama - sama dengan mineral kasiterit dan elektrum (Au,Ag) sebagai mineral utama, limenit, magnesit, monazit, xenotim, pyrit, mineral sulfida lainnya, dan kuarsa. Cebakan keseluruhan mineral ini pada umumnya berasal dari batu granit yang telah mengalami pelapukan dan transportasi. 2.3 Cadangan dan Potensi Sumberdaya Sampal dengan saat ini, jumlah cadangan zircon di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Walaupun demikian, potensi mineral ini diperkirakan cukup besar. Di Sumatera, penyebaran zircon pada umumnya mengikuti penyebaran endapan kasiterit, yang lebih; dikenal dengan nama tin belt. Penyebaran tersebut meliputi daerah Sumatera bagian timur, kepulauan Riau, P. Bangka dan P. Belitung, serta sebagian Kalimantan bagian barat. Berdasarkan penyelidikan yang telah dilakukan,endapan zircon di pastikan terdapat di daerah Hatapang (Sumatera Utara), P. Karimun Kundur dan P. Bintan (Riau), serta P. Bangka dan P. Belitung (Sumatera Selatan). Di Kalimantan Tengah, zircon merupakan mineral ikutan bijih emas aluvial, walaupun kadang-kadang di beberapa tempat kandungan zircon lebih dominan. Berdasarkan hasil kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tiga perusahaan KK Emas di Kalimantan Tengah, zircon diketahui tersebar di sungai Cembaga dan Katingan (termasuk anak-anak sungainya). Di Kalimantan Timur, zircon dijumpai di daerah Semboja sebagai endapan pantai bersama-sama mineral rutil. Menurut penelitian terdahulu cadangan zircon tersebut dipastikan sebesar 33 ribu ton. Di Irian Jaya, keberadaan zircon didasarkan kepada kegiatan pertambangan sebanyak sembilan perusahaan kecil di daerah Kabupaten Jayapura. Karena terbatasnya data yang ada, potensi zircon di daerah ini belum jelas, baik tipe endapan, penyebaran maupun mineral -ikutannya. Daerah potensi zircon di Indonesia beserta hasil-hasil penyelidikan dan tahap kegiatan yang sedang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Lampiran 1. 2.4 Pertambangan Berdasarkan tipe endapan zircon yang merupakan endapan aluvial, maka penambangannya dilakukan dengan menggunakan kapal keruk, bulldozer, dragline, dan lain-lain peralatan yang biasanya digunakan untuk menambang bijih aluvial. Di P. Bangka, P. Belitung, dan P. Karimun Kundur,zircon ditambang bersama-sama dengan kasiterit. Penambangan dilakukan oleh PT Tambang Timah dengan cara : tambang semprot (konvensional dan tambang besar), kapal keruk, - tambang mekanis. Pengolahan zircon termasuk sangat komplek karena selain memisahkannya dari mineral pengganggu (gangue minerals), tetapi juga dipisahkan dari mineral-mineral berat lainnya (multi-mineral processing). Pengolahan kasiterit, zircon, dan mineral berat lainnya dilakukan oleh PT Tambang Timah dalam dua tahap, yaitu : Gambar 2.1 : Peta Penyebaran Sumberdaya Zircon di Indonesia (Distribution Map of Zircon Resources In Indonesia) Pengolahan di Tambang. Pengolahan di sini dilakukan dengan menggunakan sluice box dan jig. Tujuan pengolahan tersebut adalah untuk menghasilkan konsentrat kasiterit beserta mineral ikutannya, termasuk zircon. (2) Pengolahan di Pusat Pencucian Bijih Timah. Pengolahan dilakukan terhadap konsentrat tambang dan kapal keruk. Metoda dan peralatan yang digunakan terdiri atas pemisahan gravitasi (meja goyang, klasifier, jig) pemisahan listrik (high tension separator), dan pemisahan magnit (rapid magnetic separator). Produk pengolahan adalah kasiterit, ilmenit, monazit, xenotim, dan zircon (Gambar 2.2). Di Kalimantan Tengah, zircon ditambang bersama-sama dengan bijih emas oleh PT Ampalit Mas Perdana. Zircon yang dihasilkan merupakan konsentrat sluice box. Oleh karena itu, kadar zircon tersebut masih sangat rendah (± 30% ZrO2). Konsentrat Tambang (30-45% Sn) Pemisahan Gravitasi (Siklon, klasifier, shaking, table, dan Jiy) Konsentrat Kasiterit Middling Kasiterit, Ilmenit, Monasit/Xenotim Zircon, Kuarsa Tailing Kuarsa, Ilmenit, Pyrit/Markesit, Tourmalin Pengeringan (rotary dryer) Pemisahan Listrik (high tension separator) Konduktor Kasiterit, Ilmenit Non – Konduktor Monasit / Xenotim, Zircon, Kuarsa Pemisahan Magnit (rapid magnetik separator) Magnetik Monasit / Xenotim Non-Magnetik Zircon, kuarsa Pemisahan Gravitasi ( air table) Konsentrat Zircon Tailing Kuarsa Gambar 2.2 : Proses Pengolahan Zircon ( Flowsheet of Zircon Processing ) 3. PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASI PRODUK 3.1 Penggunaan Zircon Penggunaan zircon sangat bervariasi, baik sebagai mineral industri (non-logam) maupun mineral logam (Gambar 3.1). Pasaran zircon dunia sebagian besar digunakan sebagai mineral industrl, yaitu untuk pasir cetak (foundri), bata tahan api (refraktorl), kerarnik dan gelas, kimla zirconium, dan lain-lain . 3.1.1 Keramik dan gelas Pada industri keramik dan gelas, zircon yang digunakan berbentuk zirconia, PSZ (partially stabilized zirconia), dan tepung zircon (micronized zircon). (1) Tepung zircon Tepung zircon pada keramik terutama berfungsi sebagai glasir opak (opacifier glazes), hal ini disebabkan zircon mempunyai indeks refraksi cukup tinggi. Zircon di sini menggantikan peranan Sn-oksida untuk menghasilkan keramik putih dan keramik berwarna yang bermutu tinggi, khususnya keramik untuk keperluan rumah tangga (table ware) dan kerarnik ubin (tile ceramic). Prosentase pemakaian zircon sebagai glasir opak adalah 13% dari total bahan glasir yang digunakan. Bahan-bahan glasir lainnya adalah pasir silika (28%), feldspar (27%), kaolin (9%), witherit (5%), dan Zn-oksida (4%). Sebagai frit-enamel, tepung zircon digunakan untuk melapisi logam (baja dan besi tuang). Walaupun jumlah pemakaian zircon sangat kecil dibandingkan TiO2, tetapi penggunaan zircon lebih balk, terutama dalam proses pelapisan secara kering untuk menghasilkan produk-produk peralatan dapur dan kamar mandi. (2) Zirconia Dalam industri gelas, zirconia (fused zircon) digunakan untuuk menghasilkan gelas-gelas yang berkomposi'si khusus, seperti gelas optlk, gelas fiber, gelas TV berwarna, dan lain-lain. Zirconia Gelas Khusus Gelas optik Gelas TV berwarna, Gelas fiber, dll PSZ Bodi Keramik Komponen Mesin, Pompa Kimia, Keramik rekayasa lainnya Tepung Zircon Glasir Opak Keramik rumah tangga, Keramik listrik, Dan lain - lain Enamel Peralatan rumah tangga, Silo, Dan lain - lain Gelas Khusus AZS Refraktori Isolasi Panas Tungku peleburan untuk baja dan gelas Zirconia Mullit Zircon Dan Zirconia Isolasi Panas Alat cetak untuk logam, Piezo elektrik, dan lain-lain Refraktori Foundri AZ & MZ Pemotong Dan Penggerus Gergaji Mesin untuk batu Gerinda , Media penggerus, dll Abrasif Kimia Zr - Sulfat Katalis Obat penyamakan kulit, Pigmen dan lain-lain Batu Permata Jacinth / Hyacinth, Jargon / Jargoon, dan Starlit Logam dan Logam Panduan Zirconium Murni, Batang las, Zircaloy, Dan lain - lain Non-Logam Logam Zircon (ZrO2, SiO2) Baddeleyit (ZrO2) Gambar 3.1 : Kegunaan Utama Zircon ( Major Areas of Application for Zircon ) Gambar 3.2 (3) PSZ (partially stabilized zirconia) Khusus untuk menghasilkan keramik rekayasa dan listrik, sekarang ini telah dibuat bahan dasar keramik yang berasal dari zircon, yaitu PSZ. Produk PSZ yang telah dikembangkan ada dua macam, yaitu : (a) PSZ dibuat dengan menggunakan CaO dan MgO. Keramik yang dihasilkan mempunyai kekuatan dan ketahanan yang lebih baik, jika dibandingkan dengan keramik konvensional (SiC,Si3,dan Al2O3). Produk keramik ini telah digunakan untuk : - peralatan / komponen mesin / motor, - pompa kimia, - nozel (mulut plpa). (b) PSZ dibuat dengan menggunakan yitrium oksida (Y203). Keramik yang dihasilkan lebih stabil dan mempunyai konduktivitas panas rendah, selain mempunyai ketahanan dan tahan lama. Keramik jenis ini sangat sesuai untuk pembuatan komponen-komponen adiabatik mesin diesel, seperti : - pelapis silinder, - kepala piston, - katup. Kegunaan PSZ lainnya adalah untuk pembuatan elektroda yang berfungsi untuk mengontrol ratio antara bahan bakar dan oksida dalam mesin. Keadaan ini tidak saja menyangkut masalah lingkungan, tetapi juga masalah effisiensi mesin mobil dan penghematan pemakaian bahan bakar. Produk keramik untuk pembuatan electroda tersebut telah dikembangkan oleh perusahaan NGK-insulator (Jepang). 3.1.2 Refraktori Zircon dapat dibuat menjadi bata tahan api yang digunakan untuk melapisi tungku peleburan baja dan gelas. Zircon yang digunakan ada dua jenis, yaitu AZS refraktori dan zirconia- mullit. Pemakaian kedua bahan ini sebagai refraktori karena secara kimia mempunyai sifat netral serta ketahanan terhadap panas mendadak yang sangat baik. Zirconia-mullit digunakan dalam bentuk batangan dan nodul yang disusun secara beraturan. Pemakaian zircon secara langsung untuk refraktori pada umumnya digunakan sebagai ladle brick. Refraktori ini dapat digunakan pada temperatur hingga 3600 F. 3.1.3 Foundri (pasir cetak) Zircon sangat sesuai digunakan sebagai pasir cetak karena sifat-sifatnya: pengantar panas yang sangat tinggi, sehingga proses pendinginan berlangsung empat kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan pasir kuarsa, tidak reaktif terhadap logam lain, - butiran zircon berbentuk bulat dengan permukaan bersih serta sesuai dengan semua jenis binder, - membutuhkan binder lebih sedikit dibandingkan dengan pasir cetak lainnya, - ukuran tetap stabil walaupun terjadi peningkatan panas, - pH zircon netral atau sedikit asam. Sebagai pasir cetak, zircon umumnya digunakan untuk menghasilkan produk cetakan yang mempunyai permukaan halus. Selain zircon, fused zirconia juga digunakan sebagai pasir cetak, khususnya pencetakan gelas secara kontinu. 3.1.4 Abrasif Produk zircon yang umumnya digunakan sebagai abrasif adalah alumina-zirconia. Abrasif jenis ini ada dua kelompok, tergantung prosentase zirconia yang digunakan, yaitu AZ- abrasif (25% zirconia) dan NZ-abrasif (40% zirconia). AZ-abrasif terutama digunakan dalam hubungannya dengan pengerjaan bahan-bahan yang berasal dari logam, seperti steel billet, automotif, dan lain-lain. Di pasaran NZ- abrasif ada dua jenis, yaitu E347 (bonded abrasive) dan E347 (coated abrasive). NZ-abrasif terutama digunakan sebagai bit pada mesin pemotong untuk batu hias (marmer dan granit) dan sebagai bola penggerus (grinding wheel). Sebagai abrasif, pasir zircon dapat juga digunakan secara langsung, yaltu sebagai sandblast menggantikan fungsi pasir kuarsa / silika. 3.1.5 Kimia zirconium Dalam industri kimia, zirconia digunakan untuk pembuatan zirconium sulfat, H2ZrO2 (SO4)2.3H3O..Bahan kimia ini sangat penting karena merupakan bahan dasar dalam pembuatan kimia zirconium lainnya. Zirconium sulfat.digunakan sebagai bahan untuk penyamakan kulit (tanning leather) dan bahan tambahan pada pigmen titania (berfungsi sebagai penstabil pigmen). Produk kimia zirconium lainnya beserta tujuan penggunaan adalah : - zirconium oxyclorida : bahan pelapis (coating) pada tekstil, - zirconium tetrachlorida : bahan pemurnian A1 dan Mg, - zirconium karbonat : obat (berbentuk salep) untuk melawan racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, - zirconium hydrat : moderator neutron. Zirconia Zirconia merupakan produk zircon yang sangat penting karena penggunaannya yang sangat luas, baik sebagai bahan pengganti zircon itu sendiri maupun bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk-produk berteknologi tinggi. Zirconia (termasuk fused zirconia), selain digunakan pada industri yang telah diuraikan diatas, juga digunakan sebagai bahan : - piezo-eJectric dan keramik titanat, - pelapis penahan panas pada baling-baling pesawat terbang, seperti yang telah diproduksi oleh perusahaan Pratt Whitney, General Electric, dan RoJIs Royce. 3.1.7 Zircon sebagai batu mulia (gemstone) Zircon yang mempunyai variasi warna dapat digunakan sebagai batu mulia, seperti : - matara diamond (putih bening), - jacinth atau hyacinth (orange, merah, ataupun coklat), - jargon atau jaargon (kuning ataupun hijau), starlite (berwarna biru sebagai hasil dari pemanasan zircon yang berwarna merah kecoklatan). 3.1.8 Logam zirconium dan Iogam paduan Logam zirconium dengan kemurnian mendekati 100% diperoleh dengan cara mereduksi zirconium tetrachlorida dengan sodium. Logam yang dihasilkan berwarna abu-abu dan bersifat lunak (mudah dibentuk dan dipotong). Sifat terpenting logam ini adalah anti korosif. Berdasarkan sifatnya ini, logam zircon terutama digunakan untuk : - crucible yang digunakan pada laboratorium analit, - pipa keluaran gas, - bahan peledak primer (detonator), - foil pada lampu sorot dan bola lampu kilat kamera, - tabung penukar panas. Dalam jumlah kecil, logam zirconium digunakan untuk konstruksi pabrik petrokimia, pupuk urea, asam sulfat, dan pabrik asam hidrochlorida. Khusus logam zircon dengan kemurnian 100% (unsur hafnium telah dihilangkan) digunakan sebagai tabung bahan bakar radio-aktif pada reaktor nuklir. Logam paduan zircon yang banyak terdapat.di pasaran, antara lain : - baja zirconium yang digunakan untuk gandar / as roda, poros, batang bor, dan konstruksi katup-tekan, - niobium - zirconium sebagai superkonduktor, - magnesium-logam jarang-zirconium yang digunakan pada industri ruang angkasa dan pesawat terbang, - zircaloy, terutama berbentuk tabung digunakan pada pembangkit listrik tenaga nuklir. Logam zirconium terpenting lainnya, terutama dalam bentuk senyawa dengan unsur lain (metal-like compound) adalah zirconium karbida. Logam ini digunakan sebagai konduktor elektronik, komponen alat pemotong, dan material struktur pada reaktor nuklir. 3.2 Spesifikasi Produk 3.2.1 Zircon sebagai mineral industri Kualitas zircon yang terdapat di pasaran dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan penggunaannya, yaitu premiun grade (ceramic grade), standar grade (foundry grade), dan intermediate grade. Komposisi kimia utama dan tujuan penggunaan masing-masing kualitas zircon dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 : Kualitas Zircon dan Penggunaannya (Zircon Qualities and Applications) Parameter Kualitas Premium Intermediate Standar ZrO2 + (HfO2), % min. 66,00 65,50 65,00 TiO2, % mak. 0,10 0,30 0,25 Fe2O3, % mak. 0,05 0,07 0,15 Penggunaan Refraktori gelas Zirconium silikat Keramik bermutu tinggi Refraktori baja Keramik Foundri Refraktori basa Foundri Sumber : 9 th Industrial Minerals International Congress. Ukuran butir zircon yang pada umumnya digunakan terdiri atas milled zircon (+200 mesh atau + 300 mesh) dan micronized zircon (1.5 mikron atau 10 mikron), tetapi dalam pemasaran ukuran ini tidak begitu penting. Berbeda dengan zircon, baddeleyit yang dipasarkan mempunyai kandungan ZrO2 lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh unsur utama mineral ini sudah dalam bentuk ZrO2. Oleh karena itu, penggunaan baddeleyit eebenarnya lebih baik dibandingkan zircon. Akan tetapi jumlah baddeleyit yang ada di pasaran sangat terbatas, hal ini disebabkan oleh cadangan baddeleyit sangat jarang dijumpal di alam. Produsen baddeleyit terbesar adalah perusahaan PMC (Palabora Mining Co ) dan Foskor (Phosphate Development Corp.) di Afrika Selatan. Kualitas produk baddeleyit yang dipasarkan oleh kedua perusahaan ini dapat dilihat pada Tabel 3.2. Selain itu perusahaan PMC juga memproduksl zirconium sulfat dengan spesitikasi seperti yang terlihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.2 : Standar Kualitas Baddeleyit Foskor dan PMC (Qualities Standard of Foskor and PMC Baddeleyite) Unsur Kimia Foskor PMC BC96 BC99SEF N SQ X) ZrO2 + HfO2 96,00 >99,00 98,00 99,00 TiO2 1,00 <0,30 0,40 0,20 Fe2O3 1,00 <0,05 0,50 0,20 SiO2 1,50 <0,50 0,30 0,20 CuO 0,60 <0,02 0,10 0,10 P2O5 0,20 <0,01 0,10 <0,10 ThO2 0,30 <0,03 0,05 0,05 U2O8 <0,07 <0,07 0,10 0,10 X) Unsur hafnium yang terkandung adalah 1,5-1,9% HfO2 Sumber : Industrial Minerals, Oktober 1981. Tabel 3.3 : Standar Kualitas ZR-Sulfat (Qualities Standard of ZR-Sulphate) Unsur Kimia Komposisi Kimia ZrO2 + HfO2 33,50 (min. 33,0) SO4 52,40 H2SO4 bebas nihil H2O bebas 3,00 (mak. 5) Asam tidak larut 0,30 Fe2O3 0,05 TiO2 0,30 SiO2 0,50 P2O5 0,05 Na2O <0,01 LOI pada 1000 C 66,40 Sumber : Industrial Minerals, Oktober 1981. 3.2.2 Zircon sebagai logam Logam zirconium murni yang terdapat di pasaran mempunyai kadar 98% dan 100%. Logam zircon yang mempunyai kadar mendekati 100%, menunjukkan bahwa logam ini masih terdapat unsur hafnium di dalamnya (1,5-2,5% berat). Logam zirconium yang diproduksi di pasaran berbentuk sponge, plate, cold rolled, dan powder. Logam paduan (alloy) zircon terpenting adalah zircolay-2 dan zircolay-4. Unsur logam lain yang terkandung dalam zircolay-2 adalah timah (1,5%), besi (0,12%), chromium (0,10%), dan nikel (0,05%). Sedangkan pada zircolay-4 unsur-unsur logam tersebut sama, kecuali nikel. Dalam logam paduan niobium-zirconium mengandung sekitar 20-40% zirconium. 3.3 Mineral Substitusi Terdapat beberapa mineral dan produk kimia yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi zircon dalam penggunaannya, seperti : - refraktori : chromit, alumina-magnesia spinel, dan pasir kuarsa / silika, - foundri : pasir kuarsa, chromit, dan olivin, - keramik : TiO2 dan Sn-oksida, - abrasif : pasir kuarsa dan ilmenit. 4. STRUKTUR EKOMOMI ZIRCON Zircon merupakan salah satu mineral baru dalam pengadaannya oleh sektor pertambangan di dalam negeri. Akan tetapi pemakaian mineral ini oleh industri hilir di dalam negeri sudah berlangsung cukup lama. 4.1 Produksi Pengadaan zircon oleh tambang di dalam negeri berlangsung sejak tahun 1984. Zircon ini berasal dari tambang-tambang timah di P. Bangka dan P. Belitung yang dikelola oleh PT Tambang Timah. Pada tahun 1989, produksi zircon ditambah dari produk sampingan bijih emas aluvial yang ditambang oleh PT Ampalit Mas Perdana di Kalimantan Tengah. Produksi zircon selama kurun waktu 1984 -1989 menunjukkan angka yang fluktuatif. Angka-angka produksi ini didasarkan kepada jumlah penjualan zircon oleh PT Tambang Timah, baik di dalam negeri maupun ekspor. Sedangkan produk zircon yang berasal dari PT Ampalit Mas Perdana hingga tahun 1990 belum dapat dipasarkan karena mutunya yang sangat rendah. Pada tahun 1984, produksi zircon baru mencapai 73 ton, kemudian meningkat menjadi 460 ton pada tahun 1985. Tetapi pada tahun 1986 tidak ada produksi, dan baru berproduksi kembali pada tahun 1987 sebesar 50 ton. Pada tahun 1988, produksi meningkat sebesar 1.230 ton, dan pada tahun 1989 meningkat kembali menjadi 1.471 ton Sedangkan pada tahun tahun sesudahnya tidak tercatat dengan baik (Tabel 4.1). Tabel 4.1 : Jumlah Produksi dan Penjualan Zircon, 1984 – 1989 (Productions and Sales of Zircon By Volumes, 1984 – 1989) Tahun Produksi, Ton Penjualan Dalam Negeri +) Ekspor PT Tambang Timah PT Ampalit Mas Perdana Total (Ton) Tonase (Ton) Nilai (.000Rp) Tonase (Ton) Nilai (As$) 1984 73 - 73 - - 73 11.890 1985 460 - 460 - - 460 46.000 1986 - - - - - - - 1987 50 - 50 50 18.750 - - 1988 1.230 - 1.230 30 10.614 1.200 170.970 1989 277 1.194 1.471 50 33.440 227 51.985 1999-2000 - - - - - - - *) 2001 - - - - - 9.008 23.278 2002 - - - - - 9.458 24.442 Keterangan : Kandungan zircon PT Tambang Timah : 60-65% ZrO2 Kandungan zircon PT Ampalit Mas Perdana : + 30% ZrO2 +) Termasuk Ppn 10% *) . Data tidak tercatat Sumber : PT Tambang Timah (Persero). PT Ampalit Mas Perdana. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan produksi-zircon di dalam negeri mengalami fluktuasi. Faktor-faktor tersebut adalah : produksi zircon seluruhnya merupakan produk sampingan (by-product) bij-ih timah dan emas, penyebaran zircon, terutama dalam bijih timah tidak tentu sehingga jumlah produksi zircon tidak dapat dipastikan berdasarkan jumlah produksi bijih timah, hingga saat, ini produksi zircon masih sangat tergantung kepada permintaan konsumen, baik pasar di dalam negeri maupun ekspor. Dari faktor-faktor tersebut dapat diperkirakan bahwa sebenarnya setlap tahun zircon sebagai produk samping bijih timah tersebut tetap ada, walaupun jumlahnya sedikit dan tidak menentu. Karena PT Tambang Timah tidak dapat memenuhi permintaan konsumen (luar dan dalam negeri) atau bahkan tidak ada permintaan sama sekali maka produksi tersebut tidak tercatat. Sedangkan PT Ampalit Mas Perdana baru berproduksi pada tahun 1989. 4.2 Konsumsi Di Indonesia, zircon terutama digunakan pada industri keramik,yaitu sebagai glasir opak. Kebutuhan zircon pada industri ini mencapal 94% dari total konsumsi rata-rata. Sisanya 6%, digunakan pada industri logam dasar (3,5%) dan industri barang-barang logam (2,5%). Zircon yang digunakan pada industri logam dasar dan industri barang-barang logam berfungsi sebagai bahan penahan panas (refraktori) dan pasir cetak (foundri). Jumlah konsumsi zircon pada industri hilir di dalam negeri cukup besar. Selama kurun waktu 1985 -1988, konsumsi zircon mengalami Gambar 4.1 peningkatan, yaitu 295 ton pada tahun 1985 menjadi 737 ton pada tahun 1988, atau meningkat 2,5 kali lipat. Hingga bulan Oktober 1989, konsumsi zircon telah mencapai 530 ton, dan pada akhir tahun 1989, diperkirakan akan melebihi konsumsi pada tahun-tahun sebelumnya (Tabel 4.2). Tabel 4.2 : Jumlah Konsumsi Zircon, 1985 – 1989 (Zircon Consumption By Volume, 1985 – 1989) (ton) No Industri 1985 1986 1987 1988 x 1989 2002 2003 1. Keramik 268 457 537 p 699 p 503 2. Logam Dasar 18 13 18 p 24 p 16 3. Lain – lain 9 11 11 p 14 p 11 Total 295 481 566 737 530 10.500 13.650 Keterangan : +) Apparent consumption = impor + penjualan dalam negeri x) Data sampai dengan bulan Oktober 1989. p = Perkiraan. Sumber : Survei PPTM dan Biro Pusat Statistik. Berdasarkan fungsi dan kegunaan zircon, sebenarnya pemakaian zircon oleh industri di dalam negeri jauh lebih besar lagi, terutama pemakaian secara tidak langsung. Beberapa bahan baku yang diperkirakan mengandung unsur zirconium dan digunakan oleh industri di dalam negeri adalah : - tanning material (industri penyamakan kulit), - glasir dan frit-enamel (industri keramik dan gelas), foundri, refraktori, dan abrasit (Industri logam dasar dan industri barang-barang logam). Penggunaan produk-produk tersebut, terutama refraktori yang menyebabkan konsumsi zircon pada Industri logam dasar sangat kecil. 4.3 Ekspor dan Impor Ekspor zircon berlangsung sejak tahun 1984. Ekspor tersebut seluruhnya berasal dari PT Tambang Timah. Selama kurun waktu 1984–1989, ekspor zircon memperlihatkan peningkatan dan penurunan, bahkan pada tahun 1986 dan tahun 1987 sama sekali tidak ada ekspor. Ekspor terbesar terjadi pada tahun 1988 sejumlah 1.200 ton dengan nilai AS$ 170.970. Besarnya ekspor pada tahun tersebut kemungkinan disebabkan banyaknya stok karena tidak ada permintaan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 1989, ekspor zircon mencapai 227 ton dengan nilai AS$ 51.935, atau turun sekitar 50% dibandingkan ekspor pada tahun 1985 yang besarnya 460 ton ( Tabel 4.1). Negara tujuan ekspor zircon Indonesia adalah Malaysia dan Singapura. Kebutuhan zircon oleh industri hilir belum seluruhnya dapat dipenuhi oleh pemasok di dalam negeri (PT Tambang Timah), baik kualitas maupun kontinuitas pemasokan dalam jumlah besar. Oleh karena itu, impor mineral ini masih sangat besar, yaitu sekitar 90% dari total konsumsi di dalam negeri. Selama kurun waktu 1985 -1988, impor zircon mengalami peningkatan. Pada tahun 1985, impor zircon tercatat sebesar 295 ton, dan pada tahun 1988 meningkat menjadi 707 ton, atau meningkat 2,4 kali lipat. Hingga bulan Oktober 1989, impor zircon telah mencapai 480 ton (Tabel 4.3). sedangkan pada tahun 2002 ditunjukkan adanya impor komoditi tersebut sebanyak 18 ribu ton dan meningkat pada tahun 2003 menjadi 18 .932 ton, pada tahun antara 1990 sampai dengan tahun 1999 tidak terdata. Impor zircon Indonesia selama ini terutama berasal dari Tabel 4.3 : Jumlah dan Nilai Impor Zircon, 1985 – 1989 (Zircon Import By Volume and Value, 1985 –1989) No Impor 1985 1986 1987 1988 x 1989 2002 2003 1. Jumlah, ton 295 481 516 707 480 18.030 18.932 2. Nilai, 1000 AS$ 411 532 570 808 532 - - Keterangan : X) Data sampai dengan bulan Oktober 1989. Sumber : Departemen Perdagangan dan Biro Pusat Statistik 4.4 Harga Zircon Pada tahun 1989, zircon yang dipasarkan oleh PT Tambang Timah untuk penggunaan di dalam negeri berharga Rp 500.000 - 800.000 per ton. Sedangkan harga ekspor sekitar ASS 226-232 per ton. Harga zircon inl relatif meningkat dibandingkan harga pada tahun-tahun sebelumnya. Harga zircon yang bervariasi ini tergantung kepada kadarnya (% Zr0g). Zircon yang dijual (luar dan dalam negeri) 25 mempunyai kadar antara 30-60% ZrO2. Harga zircon import jauh lebih besar lagi. Pada tahun 1989, harga zircon impor (termasuk ongkos pengangkutan) sekisar AS$ 1.083 per ton. Berdasarkan Industrial Minerals, bulan Juni 1990, harga zircon Australia per ton (bulk dan FOB) adalah : - standard grade : A$ 570-640, - intermediate grade : A$ 600-700, - premium grade : A$ 630-750. Untuk komoditi zircon saat ini terjadi kenaikan harga yang hampir 10 kali lipat dari tahun periode 90 an. Harga Zirkon dari Sumatera Selatan ( Bangka ) dengan kualitas Kadar Zr = 60 – 80 % , adalah Rp. 6000/ kg Franco Lokasi tambang. 5. PROSPEK PERKEMBANGAN ZIRCON INDONESIA Di masa mendatang, potensi zircon di dalam negeri dapat dikembangkan menjadi komoditi bahan tambang yang dapat diandalkan. Ada beberapa faktor yang mendukung perkembangan tersebut, antara lain : - ketersediaan potensi sumberdaya zircon dan kemampuan teknologi, - perkembangan industri hilir di dalam negeri, - peluang ekspor. 5.1 Ketersediaan Cadangan Dan Kemampuan Teknologi Potensi zircon di Indonesia berjumlah cukup besar. Walaupun belum terdapat angka pasti yang menunjukkan hal tersebut, akan tetapi penyebaran mineral ini telah diketahui terdapat di daerah Hatapang (Sumatera Utara), P. Karirnun Kundur dan P. Bintan (Riau), P.Bangka dan Belitung (Sumatera Selatan),daerah Kasongan (Kalimantan Tengah), Semboja (Kalimantan Timur), serta daerah Jayapura. Di Indonesia, mineral ini merupakan mineral ikutan bijih timah (kasiterit) dan bijih emas (elektrum). Walaupun kadang-kadang mineral ini lebih dominan (daerah Kasongan dan Semboja). Faktor lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah kemampuan teknologi penambangan maupun teknologi proses pengolahan. Indonesia (dalam hal ini PT Tambang Timah dan PT Aneka Tambang) sudah sangat berpengalaman dalam mengelola pertambangan mineral berat yang berbentuk endapan aluvial (placer). Tambang-tambang bijih aluvial banyak beroperasi diIndonesia, baik tambang konvensional (tambang semprot) maupun tambang berteknologi tinggi (kapak keruk). Demikian juga halnya dengan proses pengolahan, Indonesia juga telah sangat berpengalaman dalam mengolah bijih yang dapat menghasilkan beberapa mineral berat sebagai konsentrat ( multi-minerals processing ) 5.2 Perkembangan Industri Hilir Di Dalam Negeri Perkembangan industri di dalam negeri selama lima tahun terakhir ini memperlihatkan perkembangan yang sangat pesat. Keadaan ini sebagai akibat pengaruh dari kebijaksanaan pemerintah dalam menenbukan strategi pembangunan ekonomi, seperti yang tertuang dalam paket-paket deregulasi. Paket kebijaksanaan tersebut akan memberikan suatu jaminan dan kepastian untuk mengembangkan produk industri, industri baru dan tain-lain. Perkembangan zircon dalam kaitannya dengan industri hilir di dalam negeri secara langsung tergantung pada perkembangan industri keramik dan industri logam dasar. 5.2.1 Industri Keramik Dalam industri keramik zircon digunakan sebagai glasir opak. Industri keramik pemakai zircon adalah dari jenis yang memproduksi wall tile dan table ware. Kapasitas terpasang kedua jenis industri keramik ini cukup besar. Berdasarkan data Departemen Perindustrian, pada tahun 1989, kapasitas terpasang industri keramik (wall tile sebesar 15 juta m2 per tahun dengan jumlah perusahaan 25 buah. Sedangkan kapasitas terpasang industri keramik table ware adalah 265 juta buah per tahun dengan jumlah perusahaan 24 buah. Tingkat produksi kedua ilujustri keramik ini baru mencapai sekitar 80-85% kapasitas terpasang. Dengan semakin membaiknya iklim usaha di dalam negeri, diperkirakan industri keramik di masa mendatang dapat meningkatkan produksi maupun melakukan perluasan kapasitas pabrik. Kebutuhan glasir untuk industri keramik selama lima tahun terakhir juga meningkat. Dalam kurun waktu 1985-1989, kebutuhan glasir yang diimpor meningkat tajam, yaitu dari 2.733 ton pada tahun 1985 menjadi 6.026 ton pada tahun 1989, atau meningkat hampir tiga kali lipat (tabel 5.1). Tabel 5.1 : Impor Refraktori, Foundri, Abrasif, Glasir, dan Frit Enamel Import of Refractori, Foundry, Abrasive, Glaze and Frit Enamel (ton) No. Jenis Bahan 1985 1986 1987 1988 + 1989 1. Refraktori 50.210 64.551 48.246 43.922 48.582 2. Foundri 1.204 991 1.097 1.238 1.270 3. Abrasif 1.172 2.356 2.827 2.333 2.359 4. Glasir 2.733 2.228 2.011 2.351 6.026 5. Frit-enamel 914 2.649 2.325 4.167 6.010 Sumber : Departemen Perdagangan dan Biro Pusat Statistik Perkembangan impor glasir, memungkinkan untuk pengembangan industri-industri yang menghasilkan produk antara tersebut. Mengingat zircon merupakan salah satu bahan baku utama glasir (13% dari total bahan yang diperlukan ) serta bahan baku lainnya juga cukup tersedia, maka keadaan ini dapat membuka peluang bagi pengembangan industri glasir di dalam negeri. 5.2.Industri logam dasar (besi-baja) Di Indonesia, penggunaan zircon pada Industri logam dasar berfungsi sebagai material anti korosi dan penahan panas ( refraktori ) . Pengembangan industri logam dasar sebagai akibat semakin meningkatnya kebutuhan besi-baja di dalam negeri. Menurut Departemen Perindustrian, pada tahun 1990 kebutuhan besi- baja oleh industri logam dasar (PT Krakatau Steel dan perusahaan swasta) mencapai 690 ribu ton, dan diperkirakan akan meningkat 5,2 juta ton pada tahun 1993. Pengembangan industri logam dasar tersebut, selain mengakibatkan peningkatan kebutuhan zircon secara langsung, juga secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan zircon dalam bentuk produk antara, seperti refraktori. Kebutuhan refraktori oleh industri logam dasar cukup besar, terutama yang berasal dari impor (Tabel 5.1). Keadaan ini menyebabkan pemakaian zircon di industri ini sangat kecil, karena telah dipenuhi oleh pemakai refraktori impor yang sangat besar. Pengembangan industri refraktori di masa mendatang sangat mempunyai prospek. Keadaan ini selain dapat mendukung pengembangan) industri logam dasar, tetapi juga dapat memacu pertumbuhan kebutuhan zircon di dalam negeri. 5.2.3 Industri lain - lain Industri lain yang juga di perkirakan mengakibatkan peningkatan kebutuhan zircon adalah industri mesin, barang-barang logam (peralatan rumah tangga dan kantor), dan industri otomotif (asembling kendaraan bermotor). Industri tersebut secara tidak langsung membutuhkan zircon dalam bentuk produk-produk antara lain , seperti : - Frit-enamel (industri barang-barang logam), - abrasif industri barang-barang logam dan otomotif), - foundri (industri mesin dan industri pengecoran). Kebutuhan produk-produk tersebut sangat besar, dan saat ini masih dlimpor dalam jumlah besar (Tabel 5.1). Walaupun pemakaian zircon pada produk tersebut relatif kecil, tetapi pengembangan industri mesin, barang-barang logam, dan industri otomotif di masa mendatang akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan zircon di dalam negeri, apalagi jika industri yang menghasilkan produk antara tersebut dapat dikembangkan di dalam negeri. 5.3 Peluang Ekspor Sejak tahun 1984, Indonesia telah memproduksi zircon, yaitu dalam bentuk penjualan keluar negeri (ekspor). Walaupun demikian produksi zircon ini masih merupakan produk sampingan bijih timah dan bijih emas sehingga kualitas dan kontinuitas produksi zircon tidak menentu. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan ekspor zircon dimasa mendatang, maka potensi mineral ini perlu dikelola lebih profesional (bukan sebagai sebagai produk sampingan), yaitu dengan cara : - melakukan penyelidikan dan eksploitasi zircon secara rinci sehingga diperoleh data cadangan yang pasti, - penanganan proses pengolahan zircon secara khusus sehingga dapat diperoleh produk yang sesuai dengan spesifikasi pasar. Selain itu, ekspor zircon Indonesia sangat tergantung kepada situasi pemasokan - permintaan zircon dunia saat ini dan di masa mendatang. 5.3.1 Sisi pemasokan (supply side), Pada tahun 1989, produksi zircon dunia mencapai 860 ribu ton. Negara penghasil zircon utama adalah Australia, yaitu lebih dari 50% total produksi zircon dunia. Negara penghasil zircon terbesar lainnya adalah Afrika Selatan (16%), Amerika Serikat (12%), dan Rusia (10%). Pada tahun yang sama, sejumlah 60 ribu ton zircon (12% total produksi dunia) diproduksi oleh Brazilia, China, India, Nigeria, Malaysia, Thailand, dan Srilangka Zircon yang berasal dari negara-negara tersebut pada umumnya berkadar rendah. Di masa mendatang, produksi zircon dunia di perkirakan meningkat pesat. Pada tahun 1995 produksi zircon di perkirakan 1.160 ribu ton dan tahun 2000 mencapai 1.400 ribu ton. Pada produksi tersebut Australia masih tetap sebagai pemasok terbesar (Tabel 5.2). Tabel 5.2 : Perkiraan Produksi Zircon Dunia, 1990- 2000 ( Estimate world Zircon Production, 1990-2000 ) (Ribuan ton) (Thausand tons) No. Pemasok Perkiraan 1989 1990 1995 2000 1. Australia 473 540 610 720 2. Afrika Selatan 138 160 230 300 3. Amerika Serikat 103 100 120 140 4. Rusia dan negara blok timur lainnya 86 90 100 120 5. Lain-lain 60 90 100 120 Total 860 980 1.160 1.400 Sumber : Mining Journal dan Industrial Minerals International Congress, Maret 1990. Harga zircon relatif turun tetapi diimbangi dengan peningkatan zircon dunia yang menjadi bahan pertimbangan peningkatan produksi zircon di masa mendatang. 5.3.2 Sisi Permintaan (demand side) Perkembangan konsumsi zircon dunia diasumsikan berdasarkan tingkat pertumbuhan yang berbeda untuk setiap penggunaan zircon tersebut pada industri hilirnya. (1) Refraktori Konsumsi zircon untuk refraktori pada tahun-tahun terakhir mengalami penurunan, terutama pada industri Iogam dasar. Penurunan ini disebabkan oleh pengurangan pemakaian zircon untuk ladle refractory, terutama yang telah dilakukan oleh negara-negara industri. Penurunan ini lebih terasa lagi karena selama ini, industri logam dasar di Jepang menggunakan zircon dalam jumlah sangat besar. Faktor yang menyebabkan penurunan konsumsi zircon, terutama oleh industri logam dasar di Jepang, yaitu pemasokan zircon (dari Australia) tidak dapat mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan harga zircon meningkat. Selain itu, sekarang ini telah dikembangkan bahan substitusi zircon, yaitu alumina magnesia spinel (A12O3 70% dan MgO 28%) yang mempunyai karakteristik lebih baik dari zircon, walaupun harganya jauh lebih mahal. Sebaliknya, konsumsi zircon untuk refaktori peleburan gelas cenderung meningkat. Tingkat pertumbuhan konsumsi dunia pada industri ini rata-rata 3% per tahun sedangkan pada industri logam dasar rata-rata -0,7% per tahun. (2) Foundri Konsumsi zircon untuk foundri cenderung meningkat. Hal ini disebabkan sifat fisika zircon yang lebih baik dibandingkan bahan yang mempunyai fungsi sama seperti chromit, silika, dan olivin. Penggunaan zircon tidak dapat dihindari, terutama pada pencetakan logam dasar untuk menghasilkan komponen-komponen berpresisi tinggi, seperti blok-blok mesin aluminium. Tingkat pertumbuhan konsumsi zircon dunia untuk foundri rata-rata 2,6 % tahun (Tabel 5.3). Tabel 5.3 : Perkiraan Konsumsi Zircon Dunia, 1990-2000 (Estimate world zircon consumption, 1990-2000) (Ribuan ton) (Thausand tons) No. 1990 2000 Tingkat Pertumbuhan Rata-rata Per Tahun 1. 2. 3. 4. Foundri Refraktori : besi – baja gelas Keramik Kegunaan baru 201 177 162 243 195 259 165 217 395 362 + 2,6% - 0,7 % + 3,0 % + 5,0 % + 6,4 % Total 978 1.398 + 3,7 % Sumber : Industrial Minerals International Congress, Maret 1990 (3) Keramik Perkembangan konsumsi zircon untuk glasir pada keramik wall tile sangat kuat dipengaruhi oleh bidang kontruksi bangunan, baik bangunan komersial maupun perorangan. Warna-warna produk keramik yang menarik dan tahan lama, juga merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi zircon pada industri ini. Tingkat pertumbuhan konsumsi zircon dunia pada industri keramik rata-rata 5% per tahun. (4) Lain-lain Selain ke tiga kegunaan zircon di atas, beberapa kegunaan baru zircon lainnya yang diperkirakan mendorong perkembangan konsumsi di masa mendatang, seperti : zirconia, PSZ, kimia zirconium, logam zirconium, abrasif dan lain-lain. Secara bersama-sama, penggunaan zircon untuk tujuan diatas mempengaruhi pertumbuhan konsumsi zircon raba-raba 6,4% per tahun. Secara keseluruhan total konsumsi zircon dunia mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan konsumsi tersebut rata-rata 3,1% per tahun. Pada tahun 2000, konsumsi zircon dunia diperkirakan mencapai 1.398 ribu ton (Tabel 5.3). 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Konsumsi zircon di dalam negeri selama Iima tahun terakhir memperlihatkan peningkatan pesat, yaitu dari 295 ton (1985) menjadi 737 ton (1988), dan 530 ton pada tahun1989 (sampai dengan bulan Oktober 1989). Pengadaan zircon untuk memenuhi kebutuhan di daIam negeri belum dapat diharapkan kontinuitasnya. Hal ini disebabkan zircon masih merupakan produk sampingan bijih timah (PT Tambang Timah) dan bijih emas (PT Ampalit Mas Perdana). Untuk memenuhi kebutuhan industri hilir di dalam negeri, impor zircon terus meningkat selama lima tahun terakhir, yaitu dari 295 ton (1985) menjadi 480 ton (1989). (2) Industri hilir pemakai zircon di dalam negeri adalah industri keramik dan logam dasar. Selain jumlahindustri hilir yang terbatas, jumlah konsumsi zircon juga tidak terlalu besar. Keterbatasan penggunaan zircon di dalam negeri ditunjukkan oleh besarnya produk-produk antara yang dibutuhkan, seperti refraktori, abrasif, foundri, glasir dan frit-enamel. Kebutuhan produk antara ini sebagian besar masih di impor. Sampai dengan bulan Oktober 1989, impor bahan ini adalah : - refraktori : 48.582 ton, - foundri : 1.270 ton, - abrasif : 2.026 ton, - glasir : 6.026 ton, - frit-enamel : 6.010 ton. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya impor tersebut relatif meningkat. Peningkatan ini disebabkan karena di daIam negeri belum ada industri yang menghasilkan produk antara tersebut, terutama yang menggunakan zircon sebagai salah satu bahan bakunya. (3) Di masa mendatang, konsumsi zircon diperkirakan semakin meningkat. Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh semakin membaiknya dunia usaha di dalam negeri. Keadaan ini secara tidak langsung akan mengakibatkan terjadinya peningkatan produk industri, seperti dalam bentuk perluasan kapasitas pabrik dan penganekaragaman produk. Selain itu, penggunaan zircon yang semakin beragam di dalam negeri, terutama yang menyangkut produk-produk teknologi tinggi juga merupakan salah satu pendorong perkembangan zircon di masa mendatang. 6.2 Saran-saran (1) Peningkatan kebutuhan zircon di masa mendatang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri memberikan peluang kepada sektor pertambangan di dalam negeri untuk mengembangkan potensi sumberdaya zircon yang diperkirakan cukup besar. Khusus Perusahaan besar yang sangat berpengalaman dalam pengelolaan tambang-tambang bijih aluvial, sehingga keadaan ini dapat dijadikan dasar pemikiran untuk ikut serta dalam pengembangan mineral zircon di dalam negeri di masa mendatang. Untuk maksud tersebut, Diharapkan perusahaan tambang yang ada harus melakukan penyelidikan dan penelitian lebih intensif terhadap daerah potensi zircon, terutama di daerah Hatapang (Sumatera Utara), Kasongan (Kalimantan Tengah), Semboja (Kalimantan Timur) dan daerah Jayapura (Irian Jaya). (2) Sektor industri pabrikasi di dalam negeri yang menggunakan zircon sebagai bahan baku, sebenarnya tidak terbatas pada industri keramik dan logam. Tetapi masih banyak lagi,seperti industri-industri pendukung yang menghasilkan produk antara. Produk-produk tersebut adalah : frit-enamel, glasir, refraktori, zirconia, foundri, dan abrasif, yang kebutuhannya masih diimpor dalam jumlah besar. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan industri- industri ini perlu dilakukan. Khusus zirconia, karena bahan ini sangat erat hubungannya dengan produk berteknologi tinggi, maka pengembangannya di dalam negeri perlu mendapat prioritas. Di masa mendatang, zirconia sangat dibutuhkan terutama dalam mendukung era industrialisasi di dalam negeri. DAFTAR BACAAN 1. Benbow. J., SkeeJ Industry Minerals, Adding Value Provide the Key, Industrial Minerals, October 1989. 2. Berry, L.G. and Mason, B., Mineralogy, W.H. Freeman and Company, London, 1959. 3. Clarke, G., The Palabora Complex, Triumph Over Low Grade Ores, Industrial Minerals, October 1981. 4. Coope, B.M., Zircon - In Good Shape After Turbulent Decade, Industrial Minerals, December 1976. 5. Griffiths. J., Rare-earths, Attracting Increasing Attention,Industrial Minerals, April 1984. 6. Grullemans, W., Zircon Supply and Demand in the 1990's, 9th Industrial Minerals International Congress, Sydney, 1990. 7. -----------, Industrial Minerals Supplement, Mining Journal, Vol. 308 No. 7919, London, May 1990. 8. Kuzvart, M., Industrial Minerals and Rocks, Developments in Economic Geology, Elsevier, Amsterdam, 1984. 9. ------------, Logam Nusantara, Warta Logam dan Besi Baja Indonesia, No.0003, Maret 1990. 10. Mayer,W., A Field Guide to Australian Rocks, Minerals & Gemstones, Rigby Ltd., Sydney, 1976. 11. Power, T., Fused Minerals, The High Purity High Performance Oxider, Industrial Minerals, July 1985. 12. Rouse, I.M., Zirconium and Hafnium, Mining Annual Review Mining Journal, 1989. 13. Suryono dan Subejo, Prospek Endapan Mineral Timah Dan Wolfram di Daerah Hatapang, Rantau Prapat, Sumatera Utara, Proceedings,Direktorat Sumberdaya Mineral, No. 19, Kotokium, Vol. 1, Februari 1985. 14. Watson, I., Minerals for Frits and Glazer, Value in Variety, Industrial Minerals, June 1981.