PENGUJIAN BAHAN BETON (PASIR DAN KERIKIL)
A.
Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui standar kualitas agregat
yang akan digunakan untuk pembuatan mix design beton.
B.
Jenis Pengujian
Pasir :
1. Kadar Air Pasir SSD
2. Berat Jenis Pasir SSD
3. Kadar Lumpur Pasir
4. Besar Butir Pasir/Gradasi (Zone)
5. Zat Organik
6. Bobot Isi Pasir
7. Keadaan Alami/Pecah
Kerikil :
1. Kadar Air Kerikil SSD
2. Berat Jenis Kerikil SSD
3. Kadar Lumpur Kerikil
4. Besar Butir Maksimum Kerikil
5. Bobot Isi Kerikil
6. Keadaan Alami/Pecah
C. Alat dan Bahan
Alat :
Kerucut tembaga terpancung
Sendok
Ember / piring
Kain lap
Neraca O’hauss
Timbangan
Jangka sorong
Oven
Kuas
Hellige Tester
Kubus
Mesin pengayak
Botol untuk uji zat organik
Gelas ukur
Bahan :
Pasir
Air untuk proses perendaman agregat
Kerikil
Larutan NaOH 3%
D. Langkah Kerja
PASIR
Pengujian kadar air pasir SSD
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil pasir ± 1 ember kemudian letakkan pada nampan yang
telah disediakan.
3. Mengisi pasir dengan alat kerucut terpancung untuk membuat pasir
menjadi SSD.Caranya :
Siapkan kerucut terpancung
Jatuhkan penumbuk 8X
Isi dengan pasir sampai
volume
Isi lagi kerucut abram dengan pasir sampai
Jatuhkan penumbuk 8X
volume
Isi sampai penuh dengan pasir, jatuhkan penumbuk 9X
Isi bagian yang tertumbuk dengan pasir lalu ratakan
Angkat pelan-pelan kerucut
4. Setelah pasir mencapai keadaan SSD kita mengambil pasir 100 gram
sebanyak 3 sampel dimisalkan beratnya A gram.
5. Masukkan ke dalam oven selama ± 24 jam.
6. Mengambil pasir kemudian ditimbang dan hasilnya dimisalkan B
gram.
7. Menghitung kadar air menggunakan rumus :
−
8. Dan hitunglah kadar air rata-ratanya.
�
%
Pengujian berat jenis pasir SSD
1. Ambil gelas ukur kemudian ditimbang beratnya.
2. Gelas ukur diisi air sebanyak 150 ml dan ditimbang beratnya.
3. Masukkan pasir SSD sebanyak 100 gram (dimisalkan A) ke dalam
gelas ukur yang telah diisi air.
4. Menunggu hingga pasir mengendap, lihat kenaikan airnya (dimisalkan
B).
5. Menghitung berat jenisnya dengan rumus :
6. Dan hitunglah berat jenis pasir rata-ratanya.
Pengujian kadar lumpur pasir
1. Siapkan alat dan bahan kemudian ambil pasir.
2. Pasir kemudian dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu kurang lebih
105 derajat celcius selama kurang lebih 24 jam.
3. Setelah dioven, pasir ditimbang seberat 100 gram (dimisalkan A)
untuk masing-masing cawan.
4. Pasir tersebut kemudian dicuci bersih, lalu dioven.
5. Pasir bersih yang telah dioven kemudian ditimbang beratnya
(dimisalkan B)
6. Menghitung dengan rumus :
−
�
%
7. Dan hitunglah kadar lumpur rata-ratanya.
Pengujian besar butir pasir/gradasi (zone)
1. Pasir kering udara dari sumber yang sama disiapkan sebanyak
500gram.
2. Ayakan pasir disiapkan.
3. Pasir kering udara yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam ayakan.
4. Ayakan digetarkan secara manual atau bisa juga dengan alat pengayak.
5. Pasir yang tertahan ditiap nomor ayakan dan wadah sisa ditimbang dan
dicatat hasilnya.
Pengujian zat organik
1. Pasir sebanyak 100 gram disiapkan.
2. Isi botol uji dengan air sebanyak 200 ml.
3. Larutan NaOH sebanyak 3% dilarutkan dalam air sebanyak 200 ml.
4. Pasir yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam larutan NaOH 3%
tersebut diaduk kemudian didiamkan hingga terjadi perubahan warna.
5. Perubahan warna dilihat dan dipadankan dengan standar warna,
kemudian dicatat nomor warnanya sebagai hasil.
Pengujian bobot isi pasir
1. Ukur panjang sisi kubus.
2. Timbang berat kubus tersebut.
3. Masukkan pasir ke dalam kubus dan timbang beratnya.
4. Hitung bobot isinya dengan rumus :
era
Vo
e
KERIKIL
Pengujian kadar air kerikil SSD
1. Kerikil pecah disiapkan sebanyak satu ember kemudian diberi air dan
direndam selama kurang lebih 24 jam.
2. Air rendaman ditiriskan.
3. Kerikil yang telah direndam dilap permukaannya dengan kain lap
hingga kering
4. Kerikil SSD ditimbang (dimisalkan A) untuk tiga cawan masingmasing cawan 250 gram.
5. Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam oven selama kurang
lebih 24 jam.
6. Berat kerikil yang telah dioven ditimbang (dimisalkan B)
7. Menghitung kadar air dengan rumus :
−
8. Dan hitunglah kadar air rata-ratanya.
�
%
Pengujian berat jenis kerikil SSD.
1. Ambil gelas ukur kemudian ditimbang beratnya.
2. Gelas ukur diisi air sebanyak 150 ml dan ditimbang beratnya.
3. Masukkan kerikil SSD sebanyak 3 sampel (dimisalkan A) ke dalam
gelas ukur yang telah diisi air.
4. Diamkan sebentar dan lihat kenaikan airnya (dimisalkan B).
5. Menghitung berat jenisnya dengan rumus :
6. Dan hitunglah berat jenis pasir rata-ratanya.
Pengujian kadar lumpur kerikil
1. Siapkan alat dan bahan kemudian ambil kerikil.
2. Kerikil kemudian dimasukkan ke dalam oven yang bersuhu kurang
lebih 105 derajat celcius selama kurang lebih 24 jam.
3. Setelah dioven, kerikil ditimbang seberat 150 gram (dimisalkan A)
untuk masing-masing cawan.
4. Pasir tersebut kemudian dicuci bersih, lalu dioven.
5. Pasir bersih yang telah dioven kemudian ditimbang beratnya
(dimisalkan B)
6. Menghitung dengan rumus :
−
�
%
7. Dan hitunglah kadar lumpur rata-ratanya.
Pengujian besar butir maksimum kerikil
1. Kerikil kering udara diayak dalam ayakan kerikil.
2. Ayakan yang digunakan adalah no 10,20, dan 40.
3. Kerikil lolos dari lubang ayakan 10 mm dan tertahan pada ayakan
dibawahnya dicari ukuran terbesarnya.
4. Ukuran diameter kerikil terbesar dicatat sebagai data.
Pengujian bobot isi kerikil
1. Ukur panjang sisi kubus.
2. Timbang berat kubus tersebut.
3. Masukkan kerikil ke dalam kubus dan timbang beratnya.
4. Hitung bobot isinya dengan rumus :
era
Vo
e
E. Landasan Teori
1.
Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus adalah pasir yang didapat dari pelapukan batuan secara
alami atau dari pemecahan batuan yang semua butirannya dapat menembus
lubang ayakan 4,8 mm. Agregat halus dalam beton berfungsi sebagai bahan
pengisi rongga-rongga di sela agregar kasar.
Menurut SK SNI S-04-1989-F, syarat-syarat agregat halus untuk
beton adalah sebagai berikut.
a. Butir-butir tajam dan keras
b. Butir agregat halus harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur
akibat pengaruh cuaca. Apabila diuji dengan NaSO4 yang larut maksimum
12% atau dengan MgSO4 yang larut maksimum 10%.
c. Memiliki kekerasan, yaitu apabila diuji dengan mesin Los Angelos
mempunyai indeks kekerasan maksimum 2,2.
d. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila melebihi prosentase
normal, agregat harus dicuci.
e. Tidak banyak mengandung zat organik, yaitu apabila diuji dengan larutan
NaOH 3% warnanya tidak berubah pekat atau seperti standar warna yang
ada.
f. Modulus kehalusan butir antara 1,5-3,8 dengan variasi butir sesuai standar
gradasi berikut.
2.
Menurut Abrams : 2,2 – 3,2
Kadar butiran yang lolos ayakan 0,9 mm lebih besar dari 15% berat
seluruhnya.
Gradasi masuk dalam zone 1,2,3, atau 4.
Agregat Kasar (Kerikil)
Agregat kasar yang dimaksud adalah semua agregat yang ukuran
besar butirnya lebih besar dari 4,8 mm. Dapat berupa agregat alami yang
berasal dari sungai atau penambangan dengan permukaan yang licin dan
bundar misalnya koral atau dapat pula berupa batu pecah yang permukaanya
kasar dan bersudut. Syarat kerikil yang digunakan dalam beton sebagai
berikut.
a. Butirannya tajam, kuat, dan keras
b. Kadar lumpur maksimum 1%.Apabila lebih dari 1% maka kerikil harus
dicuci.
c. Kekerasan
Diuji dengan batang tembaga yang hancur maksimum 20% berat.
Diuji keausan dengan mesin Los Angelos maksimum 50% berat.
Diuji dengan bejana Rudolof yang hancur lolos ayakan 2mm
maksimum 32%.
d. Kadar yang pipih dan lonjong maksimum 20% berat kerikil seluruhnya.
e. Memiliki kekekalan bentuk, yaitu apabila diuji dengan NaSO4 yang larut
maksimum 12% atau dengan MgSO4 yang larut maksimum 10%.
f. Modulus kehalusan butirnya kurang dari 5
F. Analisis Data
PASIR
Pasir SSD
1. Kadar Air Pasir SSD
Benda uji
Berat pasir sebelum
Berat pasir setelah
dioven (A)
dioven (B)
Sampel 1
100 gram
95,5 gram
Sampel 2
100 gram
95 gram
Sampel 3
100 gram
96,2 gram
1. Kadar air
=
−
−
=
�
,
,
= 4,71 %
2. Kadar air
=
−
�
�
%
%
%
=
−
�
%
= 5, 26 %
3. Kadar air
=
=
−
−
�
,
,
= 3, 95 %
Kadar air rata-rata pasir =
=
�
,
,
%
%
%+ ,
%
%+ ,
%
= 4,64 %
2. Berat Jenis Pasir SSD
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Berat pasir (A)
100 gram
100 gram
100 gram
Air
150 ml
150 ml
150 ml
Kenaikan volume (B)
40 ml
40 ml
40 ml
1. Berat jenis
= =
= 2,5
2. Berat jenis
= =
= 2,5
3. Berat jenis
= =
= 2,5
Rata-rata berat jenis = 2,5
3. Kadar Lumpur Pasir
Benda Uji
Berat pasir sebelum
Berat pasir setelah
dioven (A)
dioven (B)
Sampel 1
100 gram
97 gram
Sampel 2
100 gram
96,5 gram
Sampel 3
100 gram
1. Kadar lumpur
98 gram
−
=
�
−
=
= 3,09 %
2. Kadar lumpur
−
=
−
=
�
,
�
,
−
=
−
=
�
= 2,04 %
Kadar lumpur rata-rata pasir
=
%
�
= 3,62 %
3. Kadar lumpur
%
�
,
%
%
%
%
%+ ,
%+ ,
%
= 2,91 %
4. Analisa Besar Butir Pasir
No
Lubang ayak
Berat
Persen
Persen
Persen
(mm)
tertinggal
tertinggal
tertinggal
tembus
(gr)
(gr)
komulatif
komulatif
1
9,52
25,7
5,19
5,19
94,81
2
4,76
15,89
3,20
8,39
91,61
3
2,40
9,3
1,87
10,26
89,74
4
1,20
39,48
7,97
18,23
81,77
5
0,60
142,1
28,70
46,93
53,07
6
0,30
138,2
27,91
74,84
25,16
7
0,15
38,4
7,75
82,59
17,41
8
<0,15
85,99
17,36
99,95
0,05
495,06
82,59
346,38
453,62
Jumlah
Pasir termasuk ke dalam Zone 2
5. Zat Organik Pasir
Setelah didiamkan selama ± 7 hari dan dibandingkan dengan warna
standar/Hellige Tester diperoleh hasil bahwa pasir pada botol bayi tersebut
termasuk ke dalam no 2.Apabila warna hasil uji terletak pada no 2 dan no
3 maka dapat digunakan untuk beton normal, apabila terletak pada no 1
dapat digunakan untuk beton mutu tinggi.
6. Bobot Isi Pasir
Panjang kubus = 10,1 cm
Berat kubus
= 106 gr
Lebar kubus
Berat kubus + pasir
= 1725 gr
Berat pasir
= 1725-106 = 1619 gr
= 9,9 cm
Tinggi kubus = 10,1 cm
Volume = p x l x t = 1009,899 cm3
Bobot isi =
era
Vo
e
=
,
= 1,603 gr/cm3
7. Keadaan Alami/Pecah Pasir
Pasir yang digunakan adalah pasir keadaan alami.
KERIKIL
1. Kerikil SSD
kerikil kondisi SSD
kerikil kondisi kering udara
2. Kadar Air Kerikil SSD
Benda uji
Berat kerikil
Berat kerikil setelah
sebelum dioven (A)
dioven (B)
Sampel 1
250 gram
236 gram
Sampel 2
250 gram
237,4 gram
Sampel 3
250 gram
238,5 gram
1. Kadar air
=
−
−
=
�
�
= 5,9 %
2. Kadar air
=
=
−
−
�
,
,
= 5,3 %
3. Kadar air
=
=
−
−
�
,
= 4,8 %
%
,
%
�
�
%
%
%
%
Kadar air rata-rata kerikil =
=
, %+ , %+ , %
,
%
= 5,33 %
3. Berat Jenis Kerikil
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Berat kerikil (A)
150 gram
130 gram
11 5gram
Air
150 ml
150 ml
150 ml
Kenaikan volume (B)
42 ml
45 ml
55 ml
1. Berat jenis
= =
= 2,38
2. Berat jenis
= =
= 2,97
3. Berat jenis
= =
= 2,09
Rata-rata berat jenis = 2,48
4. Kadar Lumpur Kerikil
Benda uji
Berat kerikil
Berat kerikil setelah
sebelum dioven (A)
dioven (B)
Sampel 1
150 gram
149,91 gram
Sampel 2
150 gram
149,90 gram
Sampel 3
150 gram
149,92 gram
1. Kadar lumpur
=
=
−
−
�
,
,
= 0, 060 %
%
�
%
2. Kadar lumpur
−
=
−
=
�
,
%
,
= 0, 066 %
3. Kadar lumpur
−
=
−
=
�
,
=
%
%
,
= 0, 053 %
Kadar lumpur rata-rata kerikil
�
,
�
%
%+ ,
%+ ,
%
= 0, 0596 %
4. Besar Butir Maksimum Kerikil
No
Lubang ayakan (mm)
Berat tertinggal (gr)
1
40
3938
2
20
463
3
10
599
Jumlah
5000
Ukuran butir maksimum = 40 mm
5. Bobot Isi Kerikil
Panjang kubus = 10,1 cm
Berat kubus
Lebar kubus
Berat kubus + kerikil = 1465 gr
= 9,9 cm
Tinggi kubus = 10,1 cm
Berat kerikil = 14655–106 = 1359 gr
Volume = p x l x t = 1009,899 cm3
Bobot isi =
era
Vo
e
=
,
= 106 gr
= 1,345 gr/cm3
6. Keadaan Alami/Pecah Kerikil
Kerikil yang digunakan adalah kerikil keadaan pecah
G. Pembahasan
Pasir :
1. Kadar air pasir SSD
Pasir yang diuji mempunyai kadar air rata-rata sebesar 4,64 %
menunjukkan pasir uji masih terlalu basah, karena kadar air SSD normal
adalah 1-2 %.Kadar air ini berfungsi untuk mengetahui seberapa banyak
air yang harus ditambahkan dalam campuran beton atau spesi.
2. Berat jenis pasir SSD
Berat jenis pasir sebesar 2,5 ini termasuk kategori normal.
3. Kadar lumpur pasir
Kadar lumpur pasir yang diuji sebanyak 2,91% yaitu memenuhi syarat
dari angka minimal kadar lumpur yang diperbolehkan yaitu tidak
mengandung lumpur lebih dari 5%, jadi pasir ini memenuhi syarat mutu
pasir.
4. Analisa besar butir pasir
Besar butir pasir masuk pada zone 2 yang termasuk kelompok butiran
yang agak halus.
5. Zat organik
Berdasarkan uji zat organik menunjukkan warna standar nomor 2, yang
berarti air ini cukup aman untuk digunakan sebagai air pengaduk.Apabila
warna hasil uji terletak pada no 2 dan no 3 maka dapat digunakan untuk
beton normal, apabila terletak pada no 1 dapat digunakan untuk beton
mutu tinggi.
6. Bobot isi kerikil
Bobot isi pasir uji adalah 1,603 gram/cm3
7. Keadaan alami/pecah pasir
Pasir yang digunakan adalah pasir keadaan alami.
Kerikil :
1. Kadar air kerikil SSD
Kerikil uji memiliki kadar air sebesar 5,33%.
2. Berat jenis kerikil SSD
Kerikil uji tergolong kerikil normal karena memiliki berat jenis sebesar
2,48.
3. Kadar lumpur kerikil
Kadar lumpur kerikil sebesar 0,059%.Kerikil ini memenuhi standar
kualitas kerikil yang baik karena agregat kasar tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 1%, apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat
kasar harus dicuci.
4. Besar butir maksimum
Ukuran butir maksimum = 40 mm.
5. Bobot isi kerikil
Bobot isi kerikil sebesar 1,34 gram/cm3
6. Keadaan alami/pecah pasir
Kerikil yang digunakan adalah kerikil keadaan pecah.
H. Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan :
a. Pasir
Pasir pada percobaan SSD telah menunjukan keadaan SSD.
Kadar air pasir sebesar 4,64 %.
Berat jenis pasir sebesar 2,5.
Kadar lumpur pasir sebanyak 2,91% .
Pasir uji termasuk dalam zone 2.
Uji zat organik menunjukkan warna standar nomor 2.
Bobot isi pasir uji adalah 1,603 gram/cm3.
Pasir yang digunakan adalah pasir keadaan alami.
b. Kerikil
Kerikil uji dalam kondisi SSD.
Kerikil uji memiliki kadar air sebesar 5,33%.
Kerikil uji memiliki berat jenis sebesar 2,48.
Kadar lumpur dalam kerikil sebesar 0,059%.
Ukuran butir maksimum = 20 mm.
Bobot isi kerikil sebesar 1,34 gram/cm3.
Kerikil yang digunakan adalah kerikil keadaan pecah.
SARAN
1. Menambah agregat yang akan diuji karena agregat yang tersedia terbatas.
2. Saat membuat pasir SSD, usahakan alas untuk menjemur pasir dalam
kondisi kering, agar pasir dapat tepat mendapatkan kondisi SSD.
3. Hati-hati dan teliti pada saat menimbang pasir menggunakan neraca
o’haus agar tidak ada pasir yang tercecer sehingga tidak mengurangi berat
keseluruhan.
4. Usahakan lebih berhati-hati dalam mengayak kerikil agar tidak ada yang
tercecer.
Rancangan campuran beton balok normal dan serat beserta
pengujian kuat tekan lenturnya
A. Tujuan
Tujuan perancangan campuran dan pengendalian bahan ini adalah menguji
beton keras dalam hal Kekuatan tekan lentur kemudian membandingan hasil
kuat tekan lentur kedua jenis balok tersebut
B. Dasar Teori
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi antara 2200 s.d 2500
kg/m³ dengan bahan penyusun air, agregat halus, agregat kasar baik yang
dipecah atau tidak dipecah, dan semen portland , dengan atau tanpa bahan
tambah sesuai SNI 03-2834-1992.
Beton serat adalah beton yang cara pembuatannya ditambah serat[1]. Tujuan
penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan
tarik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim
dan temperatur yang biasanya terjadi pada beton dengan permukaannya
yang luas. Jenis serat yang dapat digunakan dalam beton serat dapat
berupa serat alam atau serat buatan
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada
dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda
uji yang diberikan padanya, sampai benda uji patah. Kuat lentur balok
adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan
momen penahan penampang benda uji. Kuat lentur balok merupakan faktor
penting dalam menentukan sifat-sifat mekanis dan karakteristik beton itu
sendiri. Komponen-komponen yang mempengaruhi kekuatan beton adalah
faktor air semen, derajat kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen
dan kualitas agregat. Jarak titik belah balok sampai ujung balok sangat
penting untuk menentukan rumus yang dipakai. Salah satu metode yang
sering digunakan untuk menguji kuat lentur balok adalah pengujian lentur
balok dengan satu titik pembebanan.
Sumbu panjang benda uji adalah garis yang melalui pusat berat benda uji
pada arah panjangnya. Tampang lintang benda uji adalah penampang
benda uji apabila dipotong arah tegak lurus sumbu panjang.
Perletakan benda uji adalah dua alas-penyangga/blok tumpuan atau
penumpu berbentuk silinder, dari baja yang dapat berputar pada jarak
tertentu untuk meletakkan benda uji.
Titik pembebanan adalah titik (satu atau dua titik tergantung sistem
pembebanan yang digunakan) pada jarak tertentu sebagai tempat beban
diberikan
Perhitungan
Kuat lentur beton dihitung dengan ketentuan dan rumus-rumus yang
tergantung metoda pengujian atau sistem pembebanan, sbb.:
a. Sistem Pembebanan Dua Titik
a) Bila akibat pengujian patahnya benda uji berada didaerah pusat pada
1/3 jarak titik perletakan pada bagian tarik beton, maka dihitung
menurut persamaan
Fit =
�.�
.ℎ2
b) Bila akibat pengujian benda uji patah diluar pusat (diluar 1/3 jarak titik
perletakan) dibagian tarik beton, dan jarak antara titik patah dan titik
pusat (beban) kurang dari 5% jarak titik perletakan, maka kuat lentur
beton dihitung dengan rumus:
��� =
. �.
.ℎ
c) Untuk benda uji akibat pengujian patah diluar pusat pada bagian tarik
beton dan jarak antara titik patah dan titik pembebanan lebih dari 5%
bentang, maka hasil pengujian tidak dipergunakan.
b. Sistem Pembebanan Satu Titik
a) Bila akibat pengujian patahnya benda uji tepat berada dibawah beban
(ditengah benda uji), maka dihitung menurut persamaan
Fit =
��2
ℎ2
b) Bila akibat pengujian benda uji patah tidak tepat dibawah beban
dibagian tarik beton, dan jarak antara titik patah dan titik beban kurang
dari 10% jarak titik perletakan, maka kuat lentur beton dihitung dengan
rumus:
Fit =
.�.
.ℎ2
c) Untuk benda uji akibat pengujian patah tidak tepat dibawah beban pada
bagian tarik beton dan jarak antara titik patah dan titik beban lebih dari
10% bentang, maka hasil pengujian tidak dipergunakan.
Dengan :
flt : Kuat Lentur benda uji
P : beban maksimum
L : jarak (bentang) antara dua perletakan
b
: lebar tampang lintang patah
h
: tinggi tampang lintang patah
c
: jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan terdekat,
diukur pada
empat tempat pada sisi titik dari bentang.
Pengujian dilakukan dengan metode Pembebanan Satu Titik
Maka :
Tabel Data kuat lentur beton normal pada ur 28 hari
Perhitungan kuat lentur jika retakan tidak terjadi pada ass atau titik tengah
Rumus F = M/W
Dimana ;
M = momen akibat beban sebesar P KN pada jarak c
c
+
SFD
-
+
BMD
Jadi Momen maximal terjadi pada patahan saat gaya lintang sama dengan nol dan
BMD mempunyai titik maximum sehingga, M = p x c
C. Alat dan bahan
1. Alat :
Ember / tempat bahan
Timbangan dengan ketelitian 0,01 kg
Timbangan dengan ketelitian 0,2 kg
Cetok
Molen / mixer
Rol kabel listrik
Tempat aduk beton
Gelas ukur
Kuas
Cawan
Selang air
Kerucut dari tembaga penguji pasir SSD dan alat pemadatnya
Alat penguji slump dan pemadatnya
Mistar baja
Cetakan (berbentuk balok berukuran 15 x 15 x 50)
Sendok
Kuas
Kain lap
Drum (berisi air dan dijadikan sebagai tempat perawatan beton
yang sudah dicetak)
Mesin uji kuat tekan lentur beton UTM (Universal testing machine
2. Bahan :
Semen tipe 1 sebanyak 5,472 kg
Air sebanyak 2,784 kg
Pasir sebanyak 9,288 kg
Kerikil sebanyak 5,244 kg
Oli
Kawat bendrat dengan panjang 3 cm
D. Langkah Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Menimbang semen dengan berat 5,472 kg
3.
Menimbang pasir dengan berat 9,288 kg
4.
Menimbang kerikil dengan berat 5,244 kg
5.
Mengukur air sebanyak 2,784 kg
6.
Mencuci alat penguji slump
7.
Mengolesi cetakan dengan oli
8.
Memasukkan pasir dan kerikil ke dalam molen lalu menambahkan
jumlah air
9.
Memutar molen selama 1 menit
10. Menambahkan semen ke dalam molen
11. Memutar lagi selama menit
12. Menambahkan sisa air
13. Memutar lagi molen selama 1 hingga 1 menit
14. Memutar molen lagi maksimal 1 menit apabila campuran beton
kurang homogen
15. Khusus untuk beton serat maka setelah tahap 14 harus mencampurkan
kawat bendrat yang telah disediakan secara bertahap ke dalam molen
dan tunggu selama 1 menit supaya adukan homogen
16. Menuangkan adukan beton ke dalam silinder
17. Mengukur tinggi slumpnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Menempatkan kerucut slump berdiri pada alas, dengan posisi
bidang alas lebih luas.
b.
Mengisi kerucut dengan adukan beton setinggi kira-kira tinggi
kerucut
c.
Memadatkan adukan dalam kerucut dengan alat pemadat
sebanyak 25 kali
d.
Menambahkan adukan hingga tingginya mencapai tinggi
kerucut
e.
Memadatkan kembali sebanyak 25 kali
f.
Menambahkan adukan hingga penuh
g.
Memadatkan kembali sebanyak 25 kali
h.
Menambahkan lagi hingga kerucut penuh
i.
Meratakan permukaan adukan beton dengan alat pemadatnya
j.
Membersihkan adukan yang berada di sekeliling / di luar kerucut
k.
Mengangkat kerucut vertikal ke atas dengan hati-hati sampai
semua adukan lepas dari kerucut
l.
Meletakkan kerucut dengan posisi terbalik di sisi adukan tadi
m. Meletakkan alat penumbuk yang sudah dibersihkan di atas
kerucut hingga satu ujung di atas adukan
n.
Mengukur jarak antara sisi bawah alat penumbuk dengan ujung
adukan tertinggi dengan mistar baja
18. Memasukan adukan ke dalam cetakan balok dengan tahap 1/3 cetakan
dipadatkan 25 kali, hingga tiga kali perlakuan
19. Meratakan antara adukan dengan permukaan balok menggunakan n
alat penumbuk
20. Menempatkan benda uji ke tempat yang datar dan aman
21. Memberi nama kelompok dan tanggal pembuatan pada tiap-tiap
silinder
22. Mendiamkan selama 24 jam
23. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dengan hati-hati
24. Memberi tanda pada tiap-tiap benda uji
25. Merendam benda uji selama 28 hari (perawatan beton)
26. Mengukur dan menimbang benda uji
27. Pengujian kuat lentur :
a. Satu hari sebelum melakukan uji kuat lentur, benda uji dipindahkan
dari tempat perendaman ke dalam ruangan agar beton tidak lembab
ketika diuji.
b. Mengukur dimensi benda uji yaitu panjang, lebar dan tinggi balok
c. Menimbang massa balok
d. Melakukan uji tekan dengan UTM hingga mencapai kuat lentur
maksimum, lalu mencatat beban pada saat mencapai kuat lentur
maksimumnya.
e. Menghitung kuat lentur beban
PERANCANGAN CAMPURAN BETON
Diketahui:
Beton untuk dinding, plat pondasi dan telapak bertulang
Kuat tekan beton yang disyaratkan fc’ = 25 MPa.
Jenis semen
: normal
Jenis kerikil
: pecah
Ukuran maksimum kerikil
: 40 mm
Nilai slam
: 5,0 – 12,5 cm
Jenis pasir
: alami
FORMULIR PERANCANGAN ADUKAN BETON
(Menurut Standar Pekerjaan Umum)
No
1
Uraian
Kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28
25 Mpa
hari
2
Deviasi standar (s)
5,6 Mpa
3
Nilai tambah (m)
9,184 Mpa
4
Kuat tekan rata-rata yang direncanakan (fcr)
34,18 Mpa
5
Jenis semen (biasa/cepat keras)
Tipe 1
6
Jenis agregat kasar (alami/batu pecah)
Pecah
Jenis agregat kasar (alami/pecahan)
Alami
7
Faktor air semen
0,64
8
Faktor air semen maksimum
0,52
Dipakai faktor air semen yang rendah
9
Nilai slump
5,0 – 12,5 cm
10
Ukuran maksimum agregat kasar
40 mm
11
Kebutuhan air
184,9 lt
12
Kebutuhan semen portland
355,57 kg
13
Kebutuhan semen portland minimum
325 kg
14
Dipakai kebutuhan semen portland
355,57 kg
15
Penyesuaian jumlah air atau fas
Tetap
16
Daerah gradasi agregat halus
Zone II
17
Persen berat agregat halus terhadap campuran
35 %
18
Berat jenis agregat campuran
2,487 t/ m3
19
Berat jenis beton
2298 kg/m3
20
Kebutuhan agregat
1757,53 kg/m3
21
Kebutuhan agregat halus
615,13 kg/m3
22
Kebutuhan agregat kasar
1142,4 kg/m3
KESIMPULAN
Volume
Berat total
Air
Semen
Ag. Halus
Ag. kasar
1 m3
2298 kg
184,9 kg
355,57Kg
615,13 kg
1142,4 kg
1 adukan
28,91 kg
2,32 kg
4,56 Kg
7,74 kg
14,37 kg
34,692 kg
2,784 kg
5,472 Kg
9,288 kg
17,245 kg
1 adukan +
faktor
aman
Langkah Kerja Mix Design Beton (Adukan Beton)
1.
Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada umur 28 hari. F’c
= 25 MPa.
2.
Penetapan deviasi standar (sd)
Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran beton. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil
nilai deviasi standarnya.
Tabel 1. Nilai deviasi standar mutu
3.
No
Tingkat pengendalian mutu pekerjaan
MPa
1
Memuaskan
2,8
2
Sangat baik
3,5
3
Baik
4,2
4
Cukup
5,6
5
Jelek
7,0
6
Sangat jelek
8,4
Menetapakan kuat tekan rata-rata yang direncanakan
Diket : k = 1,64
M
s (deviasi standart) = 5,6
=k.s
= 1,64 . 5,6
= 9,184 MPa
f’cr
= f’c + M
= 25 + 9,184 = 34,18 MPa
4.
Penentuan jenis semen portland.
Ditetapkan
5.
6.
= Tipe 1
Penetapan jenis agregat.
Agregat halus
= Alami
Agregat Kasar
= Pecah
Penetapan faktor air-semen dengan berdasarkan jenis semen yang dipakai
dan kuat tekan rata-rata silinder beton yang direncanakan pada umur 28 hari
menggunakan grafik 7.9.
Fas
= 0,64
37
25
0,64
Gambar 1. Grafik Hubungan Fas dengan F’cr
7.
Penetapan faktor air-semen maksimum
Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu
ditetapkan nilai faktor air-semen maksimum. Penetapan dilakukan dengan
Tabel 2. Nilai faktor air-semen (fas) ini yaitu sebesar 0,55 lebih tinggi daripada
nilai faktor air-semen (fas) dari langkah 7, maka nilai fas yang digunakan
adalah nilai pada langkah 7 (yang nilainya lebih kecil).
Tabel 2. Persyaratan Faktor Air Semen Maksimum untuk Berbagai
Pembetonan dan Lingkungan Khusus
Jenis Pembetonan
Fas maksimum
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non-korosif
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh
kondensasi atau uap korosi
0,60
0,52
Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
b. Terlindung dari hujan
dan terik matahari
langsung
0,55
0,60
Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering bergantiganti
0,55
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
Lihat tabel 7.12.a
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar /
payau / laut
Lihat tabel 7.12.b
Penentuan faktor air semen digunakan nilai faktor air semen terkecil = 0,52
8.
Penentuan nilai slam
Penentuan nilai slam dilakukan dengan memperhatikan pemakaian beton. Lihat
Tabel 3
Tabel 3. Penetapan Nilai Slam (cm)
Pemakaian Beton
Maks
Min
12,5
5,0
9,0
2,5
Pelat, nalok, kolom dan dinding
15,0
7,5
Pengerasan jalan
7,5
5,0
Pembetonan masal
7,5
2,5
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak
bertulang
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison
dan struktur di bawah tanah
Slump = 5,0 – 12,5 mm
9.
Penetapan besar butir agregat maksimum.
Ditetapkan : 40 mm (sesuai dengan hasil praktikum sebelumnya)
10.
Penetapan jumlah air per meter kubik beton berdasarkan ukuran
maksimum agregat, jenis agregat, dan slam yang diinginkan, lihat tabel 7.14.
Tabel 4. Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)
Besar ukuran
Jenis batuan
maks. kerikil
0 - 10
10 - 30
30 - 60
60 – 180
Alami
150
180
205
225
Batu pecah
180
205
230
250
Alami
135
160
180
195
Batu pecah
170
190
210
225
Alami
115
140
160
175
Batu pecah
155
175
190
205
(mm)
10
20
40
Slam
Dalam Tabel 4 Apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai jenis yang
berbeda, maka jumlah air dapat diperoleh dengan rumus:
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
A
= Jumlah air (liter/m3)
Ah
= jumlah air yang diperlukan menurut jenis agregat halus
Ak
= jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasar
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
= 0,67 x 175 + 0,33 x 205
= 117,25+ 67,65
= 184,9 lt/m3
Kebutuhan air = 184,9 lt/m3
11.
Penghitungan berat semen yang diperlukan
Berat semen dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah air per meter kubik
yang diperlukan dengan fas yang didapat.
184,9 : 0,52 = 355,5769 kg/m3
12.
Kebutuhan semen minimum
Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 7.15. Kebutuhan semen
minimum ditetapkan untuk menghindarkan beton dari kerusakan akibat
lingkungan khusus misalnya korosi, air, air payau, dan air laut.
Tabel 5 Kebutuhan semen minimum untuk pembetonan dengan lingkungan
khusus
Semen minimum
Jenis pembetonan
(kg/m3 beton)
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non-korosif
275
b. Keadaan
325
sekeliling
korosif,
disebabkan oleh kondensasi atau
uap korosi
Beton di luar ruangan
a. Tidak terlindung air hujan dan
325
terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
275
a. Mengalami keadaan basah dan
325
kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan
alkali tanah
Beton yang selalu berhubungan dengan
air tanah/payau/laut
Ditentukan dengan persyaratan
khusus
Ditentukan dengan persyaratan
khusus
Kebutuhan semen minimum = 325 kg/m
13.
Penyesuaian kebutuhan semen.
Bila kebutuhan semen yang diperoleh pada langkah 11 ternyata lebih sedikit
daripada kebutuhan semen minimum (langkah 12), maka kebutuhan semen
dipakai yang langkah 12 (yang nilainya lebih besar). Dipakai 355,57 kg/m3.
14.
Penentuan daerah gradasi agregat halus. ( lihat tabel 10 dibawah ini)
Tabel hasil praktikum analisa besar butir pasir
Persen
Lubang
Berat tertinggal
Persen
ayakan
(gr)
tertinggal (%)
1
9,52
25,7
5,19
5,19
94,81
2
4,76
15,89
3,20
8,39
91,61
3
2,40
9,3
1,87
10,26
89,74
4
1,20
39,48
7,97
18,23
81,77
5
0,60
142,1
28,70
46,93
53,07
6
0,30
138,2
27,91
74,84
25,16
7
0,15
38,4
7,75
82,59
17,41
8
<0,15
85,99
17,35
99,95
0,05
No
tertinggal
komulatif (%)
Persen tembus
komulatif (%)
Berdasarkan pengujian mengenai analisa ayak yang telah dilakukan sebelumnya,
maka diperoleh agregat yang masuk ke dalam Zone 2
15.
Perbandingan agregat halus dan agregat kasar
Nilai banding dibutuhkan untuk memperoleh gradasi agregat campuran
yang baik. Pada langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan
berat agregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar
butir maksimum agregat kasar, nilai slam, fas, dan daerah gradasi agregat
halus. Lihat grafik pada Gambar 7.10.c
presentase agregat halus =
+
= 35,5
Jadi Presentase agregat halus : 35,5%
16.
Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus
Diketahui
Bj agregat halus = 2,5
Bj agregat kasar = 2,48
BJ camp =
�
�
+
�
= 35% x 2,5 + 65% x 2,48 = = 2,487
�
17.
Penentuan berat jenis beton
Dengan selesainya pencarian berat jenis campuran, maka didapat berat
jenis beton dengan melihat pada Gambar 7.11.
(Kardiyono Tjokrodimuljo,1996)
Diperoleh BJ Beton = 2298 kg/m3
18.
Kebutuhan berat agregat campuran
Dihitung berdasarkan pengurangan berat beton permeter kubik oleh berat
semen dan air.
BJ beton = kebutuhan Air + kebutuhan Semen + Agregat Campuran
2298
= 184,9+ 355,57 + Agregat campuran
Agregat campuran = 1757,53 kg/m3
19.
Kebutuhan berat agregat halus yang diperlukan
Cara menghitung kebutuhan agregat halus adalah mengalikan kebutuhan
agregat campuran dengan presentase berat agregat halus.
35% x 1757,53 = 615,13 kg ( 35% X kebutuhan agregat campuran )
20.
Kebutuhan berat agregat kasar yang diperlukan
Cara menghitung kebutuhan agregat kasar adalah mengalikan kebutuhan
agregat campuran dengan presentase berat agregat kasar.
Kebutuhan aggregate camp – kebutuhan aggregate halus = keb agg kasar
1757,53 – 615,13 = 1142,4 kg
21.
Kebutuhan bahan untuk 1 adukan
Balok 1
Balok 2
Pangjang balok
: 51 cm
Panjang balok
: 53 cm
Lebar balok
: 11 cm
Lebar balok
: 11 cm
Tinggi balok
: 11cm
Tinggi balok
: 11 cm
Volume balok 1 = p . l . t
= 51 x 11 x 11
= 6171 cm3
Volume balok 2 = p . l . t
= 53 x 11 x 11
= 6413 cm3
Total kebutuhan volume
= volume balok 1 + volume balok
2
= 6171 + 6413
= 12584 cm3
= 0,012584 m3
Jumlah kebutuhan masing-masing bahan
Berat total adukan
Berat total adukan = BJ beton x Total kebutuhan volume
= 2298 x 0,012584 =28,91 kg
Kebutuhan air
184,9 x 0,012584 = 2,32 kg
Kebutuhan semen
355,57 x 0,012584 =4,56 kg
Kebutuhan pasir
615,13 x 0,012584 = 7.74 kg
Kebutuhan kerikil
1142,4 x 0,012584 = 4,37 kg
22. Faktor aman bahan campuran beton
Penjelasan : setiap bahan ditambahkan 20% dari total bahan tersebut.
Berat total adukan
28,91 x 20% + 28,91 = 34,692 kg
Kebutuhan air
2,32 x 20% + 2,32 = 2,784 kg
Kebutuhan semen
4,56 x 20% + 4,56 = 5,472 kg
Kebutuhan pasir
7,74 x 20% +7,74 = 9,288 kg
Kebutuhan kerikil
4,37 x 20% + 4,37 = 5,244 kg
E. ANALIS DATA
A. Data slump
Balok beton
Slump (cm)
beton normal
12,5
Beton serat
9,3
B. Perhitungan
Kuat lentur beton dihitung dengan ketentuan dan rumus-rumus
yang tergantung metoda pengujian atau sistem pembebanan, sbb.:
c. Sistem Pembebanan Dua Titik
a) Bila akibat pengujian patahnya benda uji berada didaerah pusat pada
1/3 jarak titik perletakan pada bagian tarik beton, maka dihitung
menurut persamaan
Fit =
�.�
.ℎ2
b) Bila akibat pengujian benda uji patah diluar pusat (diluar 1/3 jarak titik
perletakan) dibagian tarik beton, dan jarak antara titik patah dan titik
pusat (beban) kurang dari 5% jarak titik perletakan, maka kuat lentur
beton dihitung dengan rumus:
��� =
. �.
.ℎ
c) Untuk benda uji akibat pengujian patah diluar pusat pada bagian tarik
beton dan jarak antara titik patah dan titik pembebanan lebih dari 5%
bentang, maka hasil pengujian tidak dipergunakan.
d. Sistem Pembebanan Satu Titik
a) Bila akibat pengujian patahnya benda uji tepat berada dibawah beban
(ditengah benda uji), maka dihitung menurut persamaan
Fit =
��2
ℎ2
b) Bila akibat pengujian benda uji patah tidak tepat dibawah beban
dibagian tarik beton, dan jarak antara titik patah dan titik beban kurang
dari 10% jarak titik perletakan, maka kuat lentur beton dihitung dengan
rumus:
Fit =
.�.
.ℎ2
c) Untuk benda uji akibat pengujian patah tidak tepat dibawah beban pada
bagian tarik beton dan jarak antara titik patah dan titik beban lebih dari
10% bentang, maka hasil pengujian tidak dipergunakan.
Dengan :
flt : Kuat Lentur benda uji
P : beban maksimum
L : jarak (bentang) antara dua perletakan
b
: lebar tampang lintang patah
h
: tinggi tampang lintang patah
c
: jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan terdekat,
diukur pada
empat tempat pada sisi titik dari bentang.
Pengujian dilakukan dengan metode Pembebanan Satu Titik
Maka :
Tabel Data kuat lentur beton normal pada umur 28 hari
Perhitungan kuat lentur
Rumus F = M/W
Dimana ;
M = momen akibat beban sebesar P KN pada jarak c
SFD
++
--BMD
+
Jadi Momen maximal terjadi pada patahan saat gaya lintang sama dengan nol dan
BMD mempunyai titik maximum sehingga, M = p x c
Analisis Kuat Lentur Beton Normal
W ( titik berat balok ) =
Momen
M = gaya x jarak
M= ��
ℎ2
M = 9.
�
M = 960.261 KNmm
M = 960261 Nmm
W=
W=
ℎ2
�
2
W = 221,833.33 mm 3
F = M/W
F = 960261 /221,833.33
F = 4.33 N/��
F = 4.33 Mpa
Data Analisis Beton Berserat
KETERANGAN
BETON SERAT
Lebar benda uji
(mm)
110
Tinggi benda uji
(mm)
110
Panjang benda uji
(mm)
525
Berat benda uji
(kg)
13,16
(mm)
43
Berat volume
(kg/m³)
Panjang bentang antar tumpuan
Jarak beban P ke tumpuan
21,5
(mm)
Beban maksimun
(KN)
Jarak bidang patah ke tumpuan
10,77
23,5
(mm)
Lebar tampang patah
2.5
(mm)
1. Perhitungan kuat lentur beton berserat
Rumus F = M/W
Dimana ;
M = momen akibat beban sebesar P KN pada jarak c
W ( titik berat balok ) =
ℎ2
Momen
M = gaya x jarak
M= ��
M=
.77 �
5
M = 1265.4 KNmm
M = 1265400 Nm
W=
W=
ℎ2
�
2
W = 221,833.3 ��
F = M/W
F = 1,265,400 /221,833.3
F = 5.7 N/��
F = 5.7 Mpa
F. Pembahasan
Beton Balok
Kuat Lentur ( N/mm )
Beton Serat
5,7
Beton Normal
4,33
Pada pengujian kuat lentur beton balok normal dan balok beton serat dengan
ukuran p x l x t secara berturut turut yaitu 110 mm x 110 mm x 507 mm
untuk beton normal dan 110 mm x 110 mm x 525 mm untuk balok beton
serat dengan menggunakan alat tes berupa Universal Testing Machine (
UTM ) kami memperoleh data kuat lentur balok normal sebesar 4.33 Mpa
dan kuat lentur beton balok serat sebesar 5.7 Mpa. Dari data kuat tekan
tersebut dapat dibandingkan bahwa nilai kuat tekan beton balok serat
mempunyai nilai yang lebih besar dari pada beton balok normal. Hal
tersebut disebabkan oleh penambahan bahan tambah berupa serat baja
dengan kuantitas 10% dari berat semen yang diperlukan untuk adukan
beton. Sehingga kuat lentur balok serat mempunyai kuat lentur yang lebih
tinggi.
Serat baja dapat memberikan nilai tambah pada kuat lentur beton
dikarenakan kawat tersebut akan mencengkram antar ikatan pada beton
yang telah mengeras. Sehingga ketika beton diuji kuat lenturnya, kawat –
kawat tersebut akan memberikan ikatan atau cengkraman terhadap ikatan
antar agregat. Selain mempengaruhi kuat tekan, secara audiovisual
penambahan serat baja dapat mengakibatkan beton balok serat memiliki
suara yang keras saat beton patah atau saat diberi pembebanan maksimum.
Kemudian, penambahan serat juga mempengaruhi nilai slum pada beton
segar yang mana memberikan nilai slum yang lebih rendah.
G. Kesimpulan
Pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penambahan serat kawat
baja sebesar 10% dari berat semen dapat mempengaruhi kuat tekan lentur.
sehingga kuat tekan lentur beton balok serat mempunyai nilai kuat tekan
lentur yang lebih besar yaitu sebesar 5.7 Mpa Jika dibandingkan dengan
kuat tekan lentur beton balok normal yaitu sebesar 4.33 Mpa. Selain itu
penambahan serat juga mempengaruhi nilai slum yang mana akan
menurunkan nilai slum yang dihasilkan. Diketahui bahwa nilai slum beton
balok serat mempunyai slum sebesar 12.5 cm dan beton balok normal
sebesar 9.3 cm
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1993.SNI-03-2834-1993 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal
Kardiyono Tjokrodimuljo. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta : Nafiri
Samekto, Wuryati, dkk. - . Teknologi Beton. Yogyakarta.
lampiran gambar
pengujian balok lentur
Balok Normal
Balok Serat
Setelah pengujian
Balok Normal
Balok Serat