PENGEMBANGAN INSTRUMEN ANGKET
Makalah untuk mata kuliah
Metodologi Penelitian Kuantitaif
OLEH
RAZIKIN MASRURI
NIM 150614806176
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAH RAGA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan khidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan lancar. Adapun pembahasan didalam makalah ini membahas tentang Pengembangan Instumen Angket.
Penulis akan berupaya untuk mengupas tentang bagaimana cara penulisan yang benar pada karya ilmiah dengan rujukan dari berbagai buku dan para ahli. Semoga makalah ini bisa memperluas wawasan kita tentang cara penulisan karya ilmiah. Akhirnya, tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat berharga untuk perbaikan makalah ini.
Malang, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang berguna bagi kepentingan pribadi, masyarakat, pendidikan dan sebagainya. Dalam sebuah penelitian ilmiah, keberhasilan dipengaruhi oleh metode pengumpilan data, cara pengolahan data dan kefaktaan terhadap data itu sendiri. Terkadang peneliti sangat sulit menemukan metode apa yang harus digunakan dalam penelitian. Secara garis besar banyak metode yang sudah baku yang dapat digunakan tetapi dalam kenyataannya tidak sedikit peneliti kesulitan dalam menemukan metode yang cocok untuk penelitiannya tersebut.
Metode penelitian atau instrumen penelitian untuk psikologis dan pendidikan memang sulit ditemukan, berbeda halnya dengan instrumen pada penelitian untuk kesenjangan sosial. Untuk penelitian psikologi atau tingkah laku biasanya menggunakan “instrumen angket” dan tak jarang seorang peneliti dituntut untk membuat instrumen sendiri atau yang kita ketahui yakni pengembangan sebuah instrumen. Dalam rangka pengembangan instrumen masih banyak kesalahan yang terjadi dalam penyusunannya.
Dalam penyusunan pengembangan instrumen yang perlu diperhatikan adalah bagaimana instrumen itu bisa digunakan dalam mengukur sebuah aspek yang diangkat dalam penelitian dan sejauh mana tingkat keakuratan instrumen itu dapat dipercaya dalam pengukuran/penghimpunan data.
Instrumen penelitian harus tepat guna, yang artinya instrumen yang digunakan untuk mengukur harus sesuai dengan apa yang akan diukur dalam penelitian. Instrumen bersifat meyakinkan (logis), yakni memberi suatu penalaran yang baik bahwa alat ukur yang digunakan benar-benar sesuai dengan apa yang diukur.
Instrumen dikatakan baik yaitu intrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas. Validitas instrumen penelitian digunakan untuk menentukan keabsahan dari alat ukur itu sendiri. Misalnya mengukur berat pasti menggunakan timbangan yang sudah lazim digunakan untuk mengukur berat, jika menggunakan meteran untuk mengukur berat maka instrumen atau alat itu dikatakan tidak valid karena tidak sesuai dengan fungsinya. Instrumen dikatakan reliabel jika alat yang digunakan untuk mengukur itu menunjukkan hasil yang sama pada waktu yang berbeda penggunaannya. Jadi dalam penyusunan instrumen hal ini sangat penting untuk kita perhatikan
Rumusan Masalah
Bagaimana cara penyusunan pengembangan intrumen peneitian angket?
Tujuan
Mengetahui tata cara penyusunan pengembangan instrumen angket.
BAB II
PEMBAHASAN
Skala Pengukuran
Dalam penelitian, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Intrumen digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur nilai variabel. Tugas utama dalam mengukur adalah memilih alat pengukur yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengukur suatu yang diteliti. Intrumen atau alat pengumpulan data juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan maupun pernyataan yang harus direspon atau dijawab oleh responden. Angket merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti secara tidak langsung bertanya-jawab dengan responden).
Penyusunan angket bertitik tolak pada variabel-variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut selanjutnya akan dibagi menjadi indikator yang akan diukur peneliti. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Penyusunan intrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian sudah banyak tersedia dan telah teruji. Variabel dalam ilmu olahraga misalnya mengukur kecepatan lari maka intrumennya adalah stopwatch.
Sebelum melalakukan penyusunan atau menggunakan sebuah intrumen, sebaiknya kita perlu mengetahui terlebih dahulu berbagai jenis skala pengukuran. Maka ada berbagai macam kesepakatan yang digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur intrumen penelitian, di antanya adalah sebagai berikut :
Skala Likert
Menurut Sugiyono (2015) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang penomena sosial. Furchan (1982) skala jenis Likert merupakan sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu obyek sikap. Arikunto (2012). Bisa disimpulkan bahwa skala Likert yaitu suatu alat untuk mengukur sikap maupun emosi seseorang atau sekelompok orang pada saat tertentu. Dengan skala Likert maka variabel yang akan diukur di jabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai acuan untuk penyusunan item pertanyaan atau pernyataan.
Jawaban dari pertanyaan atau pernyataan pada setiap butir angket menggunakan skala Likert memeliki renggang dari sangat positif sampai dengan sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antaralain :
Sangat setuju a. Sangat baik
Setuju b. Baik
Ragu-ragu c. Cukup baik
Tidak setuju d. Tidak baik
Sangat tidak setuju e. Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban-jawaban ini dapat diberi sekor, contohnya :
Sangat setuju/sangat baik/sangat positif diberi sekor 5
Setuju/baik/positif diberi sekor 4
Ragu-ragu/cukup baik/netral diberi sekor 3
Tidak setuju/tidak baik/negative diberi sekor 2
Sangat tidak setuju/sangat tidak baik/sangat negatif sekor 1
Skala Guttman
Sugiyono (2015) mengungkapkan skala jenis ini akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif dan lain-lain. Menurut Furchan (1982) teknik Guttman ini digolongkan menjadi skala berdimensi tunggal (unidimensional), bermaksud menetapkan apakah sikap yang sedang diselediki itu benar-benar hanya menyagkut satu dimensi saja. Suatu sikap dianggap berdimensi tunggal hanya kalau sikap itu menghasilkan skala yang butir-butirnya berkaitan satu dengan yang lainnya. Skala Guttman adalah skala yang sifat butir-butirnya menetapkan atau menegaskan suata perntanyaan maupun pernyataan menjadi lebih singkat dan jelas.
Conohnya :
Apakah kamu senang mengikuti pelajaran Olahraga di sekolah?
Iya
Tidak
Bagaimana jika jam pelajaran Olahraga di sekolah ditambah?
Setuju
Tidak setuju
Semantic Defferensial
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda dan checklist tapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karateristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang (Sugiyono, 2015). Skala Semantic Defferennsial (skala perbedaan makna) dikembangkan dan dipakai oleh Osgood. Furchan (1982) skala perbedaan makna ini didasarkan pada pandangan bahwa obyek itu memunyai dua macam makna bagi seseorang. Jadi bisa kita pahami bahwa Semantic Differensial ini adalah skala pengukuran cara pandang seseorang terhadap sebuah sikap dimulai dari sisi positif mengarah ke sisi negatif, begitupun sebaliknya yang mempunyai jarak interval.
Contoh : Mohon berikan nilai gaya kepemimpin ketua kelas A.
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Mencela
Sopan 5 4 3 2 1 Kurang ajar
Rating Scale
Arikunto (2012) menerangkan biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama, meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian sekala ini dinamakan skala bertingkat (rating scal). Skala bertingkat (rating scale) menggambarkan suatau nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Kita dapat menilai sesuatu dengan skala dengan maksud agar pencatatannya dapat dinilai dengan obyektif, maka penilain terhadap penampilan atau gambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.
Contoh : Seberapa baik tata ruang di kelas ini?
Berikan jawaban dengan angka!
Bila tata ruang itu sangat baik 4
Bila tata ruang itu cukup baik 3
Bila tata ruang itu kurang baik 2
Bila tata ruang itu sangat tidak baik 1
Adapun skala pengukuran menurut Winarno (2011) dikelompokkan menjadi :
Skala Nominal
Sebuah data dikatakan memiliki skala nominal, apa bila angka-angka dalam rentangan skala pengukuran hanya berfungsi sebagai pengganti nama (label) atau katagoritidak menunjukkan suatu kuatintas maka skala pengukurannya disebut nominal.
Skala Ordinal
Sebuah data dikatakan memiliki skala ordinal, apa bila angka-angka dalam rentangan skala pengukuran tidak hanya menunjukkan kategori-kategori tertentu, tetapi juga menunjukkan hubungan kuantitas tertentu yakni berupa tingkatan (gradasi).
Skala interval
Sebuah data dikatakan memiliki interval, apabila angka-angka dalam skala pengukuran tidak hanya menunjukkan hubungan kuantitatif dalam bentuk gradasi (ranking), tetapi juga menunjukkan bahwa jarak atau perbedaan kuantitas antar dua angka yang berurutan selalu sama (Ibnu, 2003).
Skala Rasio
Sebuah data dikatakan memiliki skala rasio, apabila nilai nol absolut (ukuran kauntitas absolut) diketahui dengan pasti.
Pengembangan Instrumen Angket
Penelitian yang baik menggunakan intrumen yang baik pula. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen yang sudah dibakukan maupun instrumen yang dibuatan oleh peneliti. Khususnya penelitian pendidikan yang ada dan sudah baku tapi sulit untuk ditemukan, untuk itu peneliti dituntut mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Instrumen penelitian disusun dari variabel-variabel yang hendak diteliti. Variabel diukur menggunakan alat atau instrumen yang relevan dengan variabel penelitian.
Variabel yang menjadi acuan penelitian diberikan pengertian operasional kemudian selanjutnya dientukan indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Angket (kuisioner) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (Nana, 2013), yakni peneliti secara tidak langsung bertanya jawab dengan responden. Furchan (1982) mengemukakan bahwa angket adalah kumpulan pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subyek. Dalam pendidikan jasmani dan olahraga angket juga digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang sesuatu yang akan diteliti (Winarno, 2011).
Pada umumnya angket atau kuesioner terdiri dari beberapa macam, diantaranya :
Berdasarkan cara menjawabnya
Kuesioner Terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri (Winarno, 2011), menurut Arikunto (2012) kuesioner yang disusun dengan sedemikian sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya. Angket yang berisi dengan pertanyaan atau pernyataan pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara bebas (Nana, 2013). Furchan (1982) menagatakan kuesioner tak berstruktur atau kuesioner tertubaka tidak menyertakan jawaban yang diharapkan, yakni memberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan sikap mereka. Berarti kuesioner terbuka tidak menekan responden pada jawaban, responden dengan leluasa menuangkan jawaban meraka dengan keadaan pada saat itu.
Kuesioner Tertutup atau kuesioner berstruktur berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan plihan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut (Furchan, 1982). Arikunto (2012) kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Pertanyaan atau pernyataa-pernyataan telah memiliki alternative jawaban (option) yang tinggal di pilih oleh responden, responden tidak bisa memberikn jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternative jawaban (Nana, 2013). Kuesioner jenis tertutup menyediakan jawaban dari tiap-tiap butir pertanyaan maupun pernyataan yang diangkat, sehingga respondek monoton memilih jawaban yang sudah ada tersebut.
Berdasrkan jawaban yang diberikan
Kuesioner Langsung, adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh responden (Arikunto, 2012). Winarno (2011) kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya. Kuesioner ini ditujukan untuk mendapat jawaban dari diri responden itu tersebut.
Kuesioner Tidak Langsung, adalah kuesioner yang dikirimkn dan diisi bukan oleh responden, kuesioner ini biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan , anak, saudara, tetangga dan sebagainya (Arikunto, 2012). Kusioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain (Winarno, 2011). Dengan kata lain kuesioner tidak langsung adalah pertanyaan atau pernyataan kepada responden yang dijawab oleh orang lain.
Berdasarkan bentuknya :
Kuesioner Pilihan Ganda dan Kuesioner Isian
Check list, sebuah daftar di mana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai (Winarno, 2011). Deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat) dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhi tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan (Arikunto,2012).
Rating Scale (Skala Bertingkat).
Teknik pengumpulan data menggunakan angket atau kuesioner mempunyai banyak kebaikan. Peneliti akan memiliki kuesioner yang baik apa bila cara dan pengadaan kuesioner mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian. Ada beberapa prosedur penyusunan kuesioner menurut Winarno (2011) diantaranya sebagai berikut :
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesefik dan tunggal
Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus menentukan teknik analisisnya.
Untuk mengembangkan intrumen penelitian maka peneliti harus jeli kepada apa yang menjadi sorotan penelitian yakni variabel judul menjadi pusat perhatian. Variabel penelitian kemudian didefinisikan dan kemudian menjadi indikator-indikator. Indikator ini dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan atau pertanyaan. Untuk menetapkan indikator dari setiap variabel yang diteliti diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Kecermatan untuk penggunaan teori harus secermat mungkin guna memperoleh indikator yang valid.
Sebelum instrumen penelitian disusun perlu dibuat dulu kisi-kisi instrumen tersebut. Setiap variabel atau sub-variabel dirincikan menjadi deskripsi keadaan, kegiatan atau prilaku yang dapat diukur. Untuk memudahkan penyusunan instrumen yang akan dikembangkan maka perlu digunakan metrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2012). Rincian variabel diambil dari definisi operasional, definisi operasional adalah suatu rumusan yang menggambarkan keadaan, kegiatan atau perilaku yang dapat diukur.
Penyusuna kisi-kisi instrumen menurut Nana (2013) minimal memuat tiga komponen, yaitu : variabel atau aspek yang akan diukur/dihimpun datanya, teknik pengumpulan data, dan sumber data atau responden. Jika varaibel atau aspeknya cukup luas maka perlu dibagi atau di uraikan menjadi sub-variabel. Setiap variabel atau sub-variabel dirinci menjadi menjadi deskripsi keadaan, kegiatan atau prilaku yang dapt diukur. Kalu instrumennya bersifat mengukur maka perlu dicantumkan kruteria peguasaannya.
Beberapa contoh pengembangan instrumen penelitian olahraga bisa kita lihat sebagai berikut :
Judul Penelitian Siska Mura (2010) : ANALISIS STRATEGI POTENSI PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI DI DAERAH KABUPATEN PINRANG DALAM MENYONGSONG PEKAN OLAHRAGA DAERAH YANG KE XIV DI KABUPATEN PANGKEP
Kisi-kisi Pertanyaan
NO
VARIABEL/SUB VARIABEL
INDIKATOR
NOMOR BUTIR SOAL
1
Sarana dan prasarana
Pengadaan dan jumlah
Kualitas
2
Sumber daya manusia
Atlet
Penjaringan
Jumlah atlet umum dan pelajar
Atlet di kecamatan
Prestasi atlet umum dan pelajar
pelatih
Jumlah pelatih
Kualifikasi pelatih
Pelatih bersertifikat dan non sertifikat
Prestasi pelatih
Prestasi mencetak atlet
Guru olahraga
Jumlah sekolah
Pendidikan terakhir
Keterlibatan dalam pembinaan olahraga
Jumlah guru olahraga
Kegiatan ekstra olahraga
Guru mengajar penjas bukan jurusannya
3
Wasit/juri
Jumlah wasit
Kualifikasi dan level
Keterlibatan dalam olahraga
Sertifikasi wasit
Kenerja organisasi
Cabor yang dibina
Jumlah klub didanai KONIDA, swasta dan masyarakat
Cabor yang belum dilantik pengurusnya
Cabang olahraga kurang diminati masyarakat
Induk organisasi yang mengadakan kejuaraan
Olahraga yang berkembang banyak peminatnya
Induk organisasi sering mengirim atlet ke kejuaraan
Kejuaraan yang sering diadakan
4
dana
Sumber-sumber dana
Kebijakan pemerintah
Peran serta swasta dan masyarakat
Perhatian pemerintah terhadap atlet yang berprestasi
Cabor yang didanai oleh pemerintah dan swadaya masyarakat
Judul penelitian Eka Fransisca (2012) : PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN SKALA PENILAIAN PUKULAN SERVICE PANJANG BULUTANGKIS UNTUK PEMAIN TUNGGAL PUTRA USIA 13-15 TAHUN ANGGOTA PBSI KOTA SEMARANG
No.
Tahapan atau Fase
Penilaian
D. Persiapan
B
S
1
Pegangan menggunakan handshake atau berjabat tangan.
2
Berdiri dengan kaki direnggangkan satu di depan dan satu
3
Shuttlecock dipegang pada ketinggian pinggang.
4
Tangan yang memegang raket pada posisi backswing(ayunan ke belakang).
5
Pergelangan tangan berada pada posisi menekuk.
E. Pelaksanaan
6
Melepaskan shuttlecockdi depan samping badan disertai
dengan memindahkan berat badan dari kaki yang belakang
ke kaki yang depan.
7
Menggunakan gerakan menelungkupkan tangan bagian
bawah dan menyentakkan pergelangan tanga
8
Melakukan kontak pada ketinggian lutut.
9
Melambungkan shuttlecock tinggi dan jauh.
F. Lanjutan
10
Mengakhiri gerakan dengan raket mengarah ke atas lurus dengan gerakan shuttlecock
11
Menyilangkan raket di depan dan di atas bahu tangan yang tidak memegang raket
12
Memutar pinggul dan bahu.
Jumlah
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Penggunaan instrumen penelitian harus memeiliki validitas dan reliabilitas. Dalam hal ini instrumen yang dikatakan valid yakni alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau mengukur data itu valid (sahih), valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran valid untuk mengukur panjang sesuatu yang diteliti, karena meteran adalah alat untuk mengukur panjang. Instrumen yang reliable adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2015).
Validitas Instrumen
Validitas instrumen diartikan sebagai derajat kedekatan hasil pengukuran dengan keadaan yang sebenarnya (kebenaran), bukan masalah sama sekali benar atau seluruhnya salah (Winarno, 2011). Dalam hal ini seseorang tidak melakukan validitas semata-mata melainkan melaksanakan validasi penggunaan di mana instrumen ada di dalamnya.
Validitas instrumen dibedakan menjadi tiga, diantaranya :
Validitas Isi
Validitas isi diartikan sebagai derajat keterwakilan aspek kemampuan yang hendak diukur di dalam butir-butir instrumen. Nana (2013) validitas isi (content validity) berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan di ukur.
Validitas kriteria
Menunjukkan seberapa baik suatu instrumen mampu memprediksi penampilan dimasa dating atau mengestimasi penampilan dimasa sekarang. Validitas kriteria (criterion validity) merupakan tingkat ketepatan instrumen segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan instrumen lain yang menjadi kriteria(Nana, 2013).
Validitas konstruk
Merupakan hal paling sulit untuk diketahui, karena hal ini menunjukkan seberapa jauh instrumen mampu mengukur secara akurat hal-hal yang berdimensi psikologis.
Reliabitas Instrumen
Winarno (2011) menjelaskan dalam bidang psikologis dan pendidikan, reabilitas (keterandalan) instrumen diartikan sebagai keajegan (consistency) hasil dari instrumen tersebut. Ini berarti suatu instrumen memiliki keterandalan mana kala hasil pengukurn berkali-kali terhadap subyek yang sama selalu menunjukkan hasil atau skor yang sama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan yan sudah ada di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa dalam penyusunan pengembangan instrumen angket kita harus memperhatikan berbagai aspek yakni aspek skala pengukuran, bentuk angket/kuesioner dan validitas serta reliabilitas dari angkat itu sendiri. Proses penyusunan pengembangan angket yakni meliputi menentukan variabelnya, kemudian variabel-variabel ini diuraikan menjadi definisi operasional, dari definisi operasional kemudian bisa dibuat indicator-indikator. Setelah indicator-indikator ini didapatkan maka dari sana butir-butir pernyataan maupun pertanyaan untuk angket muncul.
DAFTAR RUJUKAN
Furchan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Terjemahan Herman. Surabaya: Usaha Nasional
Fransisca, Eka. (2012). Skripsi: PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN SKALA PENILAIAN PUKULAN SERVICEPANJANG BULUTANGKIS UNTUK PEMAIN TUNGGAL PUTRA USIA 13-15 TAHUN ANGGOTA PBSI KOTA SEMARANG.
Mura, Siska. (2010). Skripsi: ANALISIS STRATEGI POTENSI PEMBINAAN OLAHRAGA PRESTASI DI DAERAH KABUPATEN PINRANG DALAM MENYONGSONG PEKAN OLAHRAGA DAERAH YANG KE XIV DI KABUPATEN PANGKEP
Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suharsimi, Arikunto. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Winarno, M. E,. (2011). Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani. Malang: UM