Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

metropop

PROLOG K‘ING kri g kri g ada sepeda. “epedaku roda dua... “a il e gayuh sepedanya, Nesya yang baru berumur lima tahun menyanyikan lagu favoritnya itu. Sepeda melaju asyik, lalu membelok ke kiri. Tapi kemudian... dari arah berlawanan... muncul sepeda yang dikemudikan Vino, tetangga Nesya. Nesya jadi gugup. Tabrakan tak dapat dihindari. Sepeda Nesya jatuh menimpa sepeda Vino! Vino meringis kesakitan. Lengannya tergores batu di pinggir jalan. Nesya yang melihat darah keluar dari luka Vino hanya bisa ikut-ikutan meringis, seakan ikut merasa sakit. Aduh... , keluh Vi o sa il elihat le ga ya se diri. Da egitu elihat darahnya tak kunjung berhenti mengalir, sontak tangis Vino pecah. Tiga anak lain tiba-tiba mengerumuni mereka dan menyoraki Nesya dengan polos. Hayo, E a! E a jahat! E a jahat! Pi o erdarah! Gara-gara ka u sih! Hayo, E a! Hayo, E a! Nesya panik. Dia mulai celingak-celinguk, mengharapkan seseorang datang untuk membelanya. Tapi teman-teman yang ada di sekelilingnya justru makin keras menyalahkannya atas kecelakaan barusan. Tangis Vino makin keras. Nesya makin panik. Dan tanpa menunggu lama, tangis Nesya pun ikut-ikutan pecah. Dia menangis sekeras mungkin, berharap orang tuanya mendengar dan menyelamatkannya dari ledekan teman-temannya yang juga masih seumuran dengannya itu. Nesya menangis bukan sebagai ungkapan rasa bersalah, melainkan ungkapan rasa takutnya yang besar. Lagi pula, apa sih yang diharapkan dari seorang gadis kecil berumur lima tahun yang tanpa sengaja menabrak sepeda temannya sendiri? Mungkin memang hanya tangis yang bisa mengungkapkan kata aaf . Melihat Nesya menangis, anak-anak yang lain langsung berhenti menyoraki, takut disalahkan. Vino yang awalnya menangis karena kesakitan, tiba-tiba menghentikan tangisnya karena bingung melihat Nesya. Dia yang sakit, kok Nesya yang ikut-ikutan menangis? Ka u ke apa? ta ya Vi o polos. Nesya menatap Vino sesaat. Setelah itu ia malah kembali menangis lebih keras! Vi o aki i gu g. Diri ya ulai pa ik. Ka u apa ya ya g sakit? ta ya Vino sambil menyentuh bahu Nesya. Nesya menggeleng sambil menunjuk luka di lengan Vino. Vino cepat-cepat mengelap darah di lengannya dengan bajunya. Entah ke mana hilangnya rasa sakit karena luka itu. Saat itu yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya menghentikan tangis Nesya. Udah ggak sakit lagi kok. ka u ja ga a gis lagi do g... , kata Vi o sa il tersenyum, mencoba menghibur Nesya. Setidaknya itulah yang selalu ia tonton di TV: anak cowok harus lebih kuat daripada anak cewek. Bukankah begitu? Anak-anak yang lain sampai terpukau dan serempak mendekati Vino. Mereka menunjuk luka gores di lengan Vino yang masih mengeluarkan darah segar. Itu ggak sakit? ta ya salah satu a ak de ga ajah superpolos. Vino menggeleng yaki . Nggak! Wah, he at! seru a ak-anak yang lain sambil bertepuk tangan. Vino tersenyum bangga. Nesya yang melihat Vino sudah sehat kembali refleks menghentikan tangis. Perlahan dia ikut tersenyum, sepolos anak-anak yang lain. *** Sore itu langit masih secerah sore kemarin. Daun-daun yang bergoyang tertiup angin menambah sejuknya udara yang diisi canda tawa anak-anak kecil yang sedang bermain dengan riangnya. Di antara mereka, tampak Nesya dan Vino bermain kejar-kejaran, persis di depan rumah Nesya. Tanpa sengaja Nesya menabrak Vino dari belakang. Refleks Vino terjatuh ke atas aspal. Lututnya terluka dan mengeluarkan darah segar. Vino menangis dengan keras, lukanya terasa perih. Melihat Vino menangis, anak-anak yang lain kembali menyoraki Nesya. Dan benar-benar nggak butuh waktu lama untuk membuat Nesya yang memang masih kecil dan jelas bermental lemah itu menangis. E a jahat! E a jahat! seru a ak-anak lain dengan nada kompak. Vino meniup- iup lutut ya u tuk e ghila gka rasa perih. Ja ga a gis lagi do g, Ca! Ya g sakit ka aku! kata Vi o polos, ya g ter yata erhasil membuat Nesya terdiam. Nesya yang memang merasa bersalah, langsung membantu Vino meniup-niup lutut. “akit, ya? ta ya ya pe asara . Vi o e ga gguk yaki . Iya. ‘asa ya gi a a? ta ya Nesya polos. Vino terdiam sesaat, berusaha merasakan luka yang ada di lututnya itu. ‘asa ya... kayak ada ya g usuk- usuk. Iiih! Ja ga -ja ga ada jaru ya! seru Nesya pa ik. Nggak kok! Nggak ada jaru ya! Na ti kalo udah se uh, usuk-nusuknya juga hila g, ja a Vi o ya g aru eru ur e a tahu i i. Ia erusaha meyakinkan dirinya sendiri juga, sambil terus meniup lututnya yang lecet. Ooooh gitu. Ya udah, aku tiupi ya! seru Nesya ria g, seaka lupa aka tangisnya barusan. Lupa bahwa sebenarnya dialah yang membuat Vino terluka. *** Aku ggak au ai sa a E a! seru seora g a ak. A ak-anak yang lain langsung mengangguk. Iya ih. Kalo deket-deket ka u, a ti aku isa ka u ta rak juga! Nesya terdiam, sedih. Memangnya segitu berbahayanyakah dia sampai temantemannya nggak mau bermain lagi dengannya? E a jahat sih! Ke are aja Pi o erdarah! Nesya menundukkan kepala. Matanya mulai basah. Bibirnya bergetar menahan tangis. Dia memang bersalah, sudah dua kali membuat Vino terluka. tapi bukan berarti dia sengaja kan? bukan berarti dia berbahaya, kan? dia hanya ingin main. Itu saja kok. Nggak ada yang meladeni Nesya. Anak-anak yang lain memulai permainan tanpa dirinya. perlahan Nesya membalikkan badan dan berjalan pulang. Tapi baru beberapa langkah, Vino sudah muncul di hadapannya dengan senyum polos. E a, ai sa a aku yuk! kata Vi o sa il e gge gga ta ga Nesya. Nesya menatap Vino dengan takjub. Dikuceknya matanya dengan punggung tangan. Saat ia membuka mata dan melihat senyum Vino yang masih terpampang di hadapannya, ia pun kembali bersemangat. Mai apa? ta ya Nesya sa H .. u pet? ai apa ya... Vi o etus ya. Nesya la gsu g terse yu Nesya polos. Vi o il terse yu e i a g- i ria g. a g. Gi a a kalo petak su ri gah. Ayo! Tapi ka u ya g jaga, ya? ujar ere gut ke il. Kok aku ya g jaga? Ka u ka o ok! sahut Nesya asal. Vino termangu sesaat. Sebenarnya ia masih nggak mengerti mengapa cowok yang harus jaga. Tapi karena nggak mau buang-buang waktu lagi, akhirnya ia mengangguk setuju. Perlahan ia berbalik memunggungi Nesya. Sesuai peraturan, Nesya menyentuh punggung Vino dengan salah satu jarinya. Vino berbalik menghadap Nesya. Ya g i i, ujar ya sa il e u juj jari telu juk Nesya. Nesya menggeleng. Ya g i i... Kali i i Vi o e u juk jari te gah Nesya. Nesya kembali menggeleng. H ... Vi o e e ak- e ak. Ya g i i! seru ya sa kelingking Nesya. il e ye tuh Nesya tersenyum senang. Akhirnya permainan bisa dimulai setelah Vino berhasil memilih jari yang tepat. Vino menyandarkan lengan ke tembok pagar rumah Nesya, lalu memejamkan mata. Pi o! pa ggil Nesya, e uat Vi o ke ali e oleh pada ya. Apa? ta ya Vi o i gu g. Ka u ggak takut Vi o ai sa a aku? e gerutka ke i g. Takut apa? Takut aku iki ka u erdarah lagi..., kata Nesya ta pa era i Vino. Vi o e atap e ggele gka kepala de ga yaki . Nggak kok! Nesya terse yu lega. Ka u akal ari aku sa pai kete u, ka ? ta ya Nesya sambil bersiap-siap lari dan bersembunyi. Pasti aku te ui ! seru Vi o, ggak sa ar u tuk hitu g ya! satu... dua... e ulai per ai a . Aku Nesya langsung berlari sejauh mungkin dan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Dari jauh masih terdengar samar-samar suara Vino yang sedang menghitung. Nesya makin bersemangat. Dia terus berlari ke taman yang terletak di ujung jalan. Dengan gesit dia bersembunyi di balik semak yang ditata rapi di taman itu. Hatinya berdebar kencang, antara takut ketahuan dan senang. Delapa ... se ila ... sepuluh! Udah elo ?! seru Vi o di akhir hitu ga ya. Tanpa menunggu lebih lama, Vino membuka mata dan celingak-celinguk mencari sosok Nesya. Kondisi di jalan saat itu masih dipenuhi anak-anak lain yang juga sedang bermain. Vino makin bersemangat mencari Nesya. Didatanginya setiap rumah tetangga yang pintu pagarnya terbuka. Dilemparkannya pandangan ke setiap celah. Setengah jam telah berlalu. Jalanan pun mulai terlihat sepi. Anak-anak satu per satu pulang ke rumah masing-masing. Vino mulai gelisah. Pasalnya, sebentar lagi magrib. Menurut mitos, saat magrib anak-anak pantang berada di luar rumah. katanya sih bakal diculik sama makhluk gaib. Tapi menurut para ahli, saat matahari terbenam merupakan pergantian udara dari siang ke malam. Jadi memang nggak bagus untuk tubuh. Vino masih celingak- eli guk e ari sosok Nesya. Ia ta pak gelisah. E a! serunya keras, berharap Nesya keluar dan menyudahi permainan. Saat ini yang ada di pikirannya bukan lagi menang-kalah. Ia hanya ingin segera menemukan Nesya karena hari mulai gelap. Dengan panik, Vino berlari ke arah taman. Nalurinya berkata Nesya bersembunyi di situ. E a! seru ya le ih keras. Dari balik semak, Nesya tertawa kecil. Dia bisa melihat sosok Vino yang sedang kebingungan mencarinya. Nesya terus mengawasi dengan dada berdebar. Ia sudah siap-siap bila Vino menemukannya. Vino berjalan ke arahnya. Tinggal beberapa langkah lagi, tetapi... Vi o! Ayo pula g! seru seseora g dari tepi ta a . Vi o e oleh epat. Tapi E a... Ayo pula g! seru Bi Odah, a ita pe gasuh Vino itu dengan nada lebih ti ggi. Na ti di arahi a a lho! Besok pagi ka kita au pi dah ru ah... Vino kebingungan. Dia takut dimarahi mamanya karena pulang kesorean. Tapi dia juga merasa harus mencari Nesya. Ayo! kata Bi Odah sa pulang. il e gga de g le gan Vino dan menggiringnya Nesya melihat sosok Vino yang kebingungan dan tak berdaya. Vino makin menjauh dari taman, sampai akhirnya menghilang di belokan jalan. Pikiran Nesya yang polos membuatnya tetap menunggu. Yap, ia terus menunggu Vino untuk menemukannya. Setengah jam pun berlalu. Hari semakin gelap. Pasukan nyamuk mulai menyerang tubuh Nesya. Nesya mulai cemas. Dia masih menunggu Vino, karena dia yakin Vino akan mencarinya. Lagi pula, selain Vino, siapa lagi temannya yang harus ia percaya? Waktu terus berjalan. Nesya makin panik. Orangtuanya pasti sedang mencarinya sekarang. Tapi dia takut beranjak dari tempat persembunyiannya ini. Apalagi taman mulai gelap, hanya diterangi cahaya dari beberapa lampu taman yang berbentuk bulat. Tanpa sadar Nesya menangis. Tapi tangisnya kali ini nggak sekeras biasanya. Ia menangis perlahan, nyaris nggak mengeluarkan suara. Satu hal yang ia rasakan, hatinya terasa perih. Ada rasa takut yang luar biasa melandanya. Ingin rasanya ia menangis keras-keras, tapi suaranya tersekat. Ia ingin pulang, tapi kakinya nggak mau bergerak. Ia berharap seseorang akan menemukannya. Ia ingin Vino kembali dan membawanya pulang ke rumah. tapi rasanya sia-sia saja. Mungkin memang nggak akan ada orang yang akan menemukannya. Ka u nggak apa-apa? Tangis Nesya terhenti. Perlahan ia mendongakkan kepala, melihat si pemilik suara tadi. Mata Nesya membesar, ia nggak mengenal anak ini. Anak lelaki ini berdiri menatapnya. Kalau dilihat dari umurnya, anak ini paling baru kelas 2 SD. ‘u ah ka u di a a? ta ya a ak itu ra ah. Nesya masih menatapnya bingung. Perlahan rasa takutnya berkurang. Ia nggak menangkap niat jahat dalam diri anak lelaki di hadapanya ini. Yang ia tahu, seseorang telah menemukannya, dan ia ingin pulang. Di sa a..., kata Nesya, sa il e ujuk ke arah jala . Anak cowok itu menoleh sekilas ke arah jalan dan kembali menatap Nesya yang masih jongkok di antara semak-semak. Pelahan dia tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan. Ayo pula g. Aku a tar... SATU Sepuluh tahun kemudian... GUE era gkat se diri aja deh, ‘a, ujar Nesya ya g seda g e elepo Kiara, sahabatnya. Nesya tampak nggak sabar. Ia sibuk mengunyah roti bakarnya. Duh, sori a get, Ca. Gue kesia ga . Kita telat are g aja deh. Gue aru pake seraga ih, sahut Kiara dari se era g sa a. Gila lo! kalo isa o ti e, ke apa harus elat are g? Me di ga gue berangkat sendiri! Jadi kan lo nggak perlu muter buat jemput gue dulu. Gue isa kok aek a gkot... Lho, e a g okap lo ke a a? ta ya Kiara. Bokap gue udah era gkat li a elas e it ya g lalu, “aya g... Ya a pu , sori a get ya! duh, kita telat are g aja deh. Gue je put lo. Gue udah selesai ih, kata Kiara yaki Nggak! Gue ggak au telat di hari perta a kita sekolah. Lagia , gue tau kok jala ke sekolah aru kita itu. Lo ja ga par o gitu do g, sahut Nesya sa meneguk minumannya. Gue uka il ya par o, Ca. Tapi... Oke, oke. Daripada kita e era telat gara-gara kelamaan nelepon, mendingan gue berangkat sekarang. Kita ketemu di ger a g ya. dah...! Nesya menyudahi pembicaraan dan cepat-cepat menutup telepon. Ma, aku era gkat ya! seru Nesya sa Hati-hati! seru Ma a, pa ik il e ga il tas. eliha a ak ya ya g ter uru-buru itu. Sebenarnya, masalahnya adalah Nesya nggak tahu letak kelasnya di mana. Ini hari pertama ia memasuki masa SMA. Dan, yang lebih parah, ia dan Kiara nggak mengikuti MOS sama sekali. Soalnya, Nesya kena flu parah dan Kiara malah liburan bareng orangtuanya. Makanya, awalnya mereka berniat pergi bareng untuk mengecek kelas mereka. Eh, jadinya malah telat kayak begini. Begitu keluar dari pagar rumah, Nesya langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari. Kenapa harus lari? Karena jarak dari rumahnya ke gerbang kompleks jauh banget. Belum lagi ia harus naik angkot. Maka satu-satunya jalan adalah berlari sekencang mungkin dan mendapatkan angkot secepat mungkin supaya sampai di sekolah se-on time mungkin! *** Vi o! ‘efleks o ok ertu uh ti ggi ya g dipa ggil Vi o itu e oleh ke arah datangnya suara, membuat beberapa helai rambutnya bergoyang alami, makin mendukung ketampanan wajahnya. Apa lagi sih, Ma? ta ya Vi o sa il ere gut ke il. Na ti pula g sekolah, la gsu g pula g ke ru ah ya. ja ga keluyura ggak jelas, kata Ma a Vi o sa il erapika kerah seragam putra kesayangannya itu. Aku ka ggak per ah keluyura . Pali g-paling aku maen game online di ar et are g Egi. Pokok ya hari i i ka u ggak oleh ke a a-mana. Pulang sekolah langsung pulang. Bantuin mama beres-beres dong. kita kan baru pi daha ... Vi o e gerutka ke i g, erasa ke erata . Tapi, Ma, aku ka o ok. Me a g ya ke apa kalo ka u o ok? Nggak oleh a tui Ma a? kata mama Vino sambil berkacak pinggang. Vi o la gsu g e egapka ada da Jela dra siap e eri a tugas! Gitu do g, a ak aik..., ujar Ma a sa Tapi a ti aku ada latiha e eri hor at. “iap, Ma! Ar ino il e gelus-elus kepala Vino. asket... Nggak ada alasa ! poto g Ma a, seaka tahu taktik si a ak. Vi o la gsu g e geluh pela . Aku ka sekara g kapte ti , Ma! Ma a ggak au tahu. Mau kape ti kek, kepala sekolah kek, pokok ya ka u harus pula g o ti e hari i i. Titik. Ah, Ma a..., Vi o tetap ke erata . Vi o, ayo era gkat! seru Papa dari dala o il. Iya, Pa! De ga gesit, Vi o engambil tas dan menyampirkannya di bahu. Dah, Ma a! ujar ya sa il e iu kedua pipi a a ya. Setelah itu, dengan cepat ia berlari masuk ke mobil, duduk di sebelah papanya yang ada di bangku pengemudi. Lai kali, kalo egi i lagi, Papa ti ggal ka u, ancam papanya sambil mulai melajukan mobil. “ori deh, Bos. Ya g iki la a ka Ma a, Vi o e ela diri seke a ya. Dengan gesit ia menyalakan tape mobil, dan mengalunlah lagu-lagu dari Within Temptation, band favoritnya. *** Vino memerhatikan pemandangan di luar jendela mobil. Diamatinya satu per satu rumah yang dilewatinya. Ada rasa hangat di dadanya. Sudah lama sekali ia nggak merasakan suasana tempat tinggalnya itu. Sepuluh tahun yang lalu ia pindah ke rumah neneknya. Cukup jauh dari sini, tapi masih di kawasan Jakarta. Selama sepuluh tahun ia hidup di lingkungan yang berbeda. Bahkan ia sempat melupakan teman-teman masa kecil yang suka bermain di sore hari bersamanya dulu. Tapi ada satu orang yang nggak pernah dilupakannya sampai sekarang. Dengan saksama Vino memerhatikan lengannya yang jelas berbeda dengan waktu kecil dulu. Lengan kecil itu sudah berubah menjadi lengan orang dewasa. Sekarang ia sudah kelas dua SMA dan nggak sepolos anak berumur enam tahun lagi. Tapi ada satu hal yang tetap sama. Luka goresan itu masih berbekas di lengannya. Memang sih, luka itu sudah tampak samar-samar. Tapi entah kenapa, ingatannya akan luka itu nggak pernah bisa dilupakan. Ia masih ingat teman kecilnya yang bernama Nesya alias Eca, si penyebab luka di lengannya itu. Sayangnya, ia bahkan nggak tahu apakah Nesya masih tinggal di rumah yang sama atau pindah seperti dirinya dulu. Soalnya, baru kemarin sore Vino pindah ke rumah masa kecilnya karena seminggu yang lalu neneknya meninggal dunia. Dan ia belum sempat jalan-jalan di sekitar kompleks. Kok ela u , Vi ? ta ya Papa sa il e ge ilka olu e tape o il Vi o tersadar. Oh... ggak apa-apa kok. Papa elirik Vi o. I get asa ke il, ya? dulu ka ka u suka teman-teman kamu pas sore-sore... ai sa a Papa tahu dari a a? ta ya Vi o i gu g. Buka kah papa ya i i selalu pulang di atas jam tujuh malam karena jalanan macet? Apa sih ya g Papa ggak tau? ujar papa ya sa il terse yu a gga. Vi o e de gus pela . Pali g di eritai sa a Ma a. Papa tergelak. Papa ka pu ya a yak Alah... pali g juga Ma a ata- ata di ru ah. ata- ata ya. Hahaha. Tau aja ka u! kata Papa sa il terta a lepas. Vino tersenyum puas. Inilah salah satu hal yang ia syukuri, memiliki orangtua yang bisa dijadikan teman. Dan walaupun Vino anak tunggal, ortunya nggak pernah memanjakannya. Dan yang makin membuat Vino merasa beruntung ialah ia memiliki kenangan. Karena baginya, hidup adalah kesatuan dari masa lalu, sekarang, dan masa depan. Sementara wajahnya masih menyisakan senyum, otak Vino mulai bekerja. Jauh di depannya, matanya menangkap sosok cewek berseragam putih abu-abu sedang berlari. Wajah cewek itu penuh keringat. Rambutnya lepek. Rasa penasaran Vino tergelitik. Begitu mobil melaju melewati sosok tersebut, Vino memerhatikan sampai menoleh ke belakang, ingin terus melihat cewek itu. Ada apa, Vi ? ta ya Papa i gu g. Vi o e oleh. Hah? Oh, ggak kok, Pa, kata Vi o seke a ya. Cewek itu, Nesya, tampak semakin bersemangat berlari. Sebentar lagi ia sampai di gerbang kompleks. Napasnya nggak beraturan. Dadanya sedikit sesak karena kekurangan oksigen. Pinggangnya mulai sakit. tapi ia nggak boleh menyerah kalo memang nggak mau telat. Pandangan Vino mulai mengarah lurus ke depan kembali. Tapi baru beberapa detik, ia tetap nggak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Perlahan diliriknya kaca spion samping. Tanpa sadar, bibirnya membentuk senyuman begitu melihat sosok Nesya yang masih bisa ditangkap oleh kaca spion. Lu u a at tuh e ek... *** Gedung SMA Pelita masih seperti beberapa tahun yang lalu. Belum ada renovasi yang signifikan. Meskipun nggak ada renovasi, orang-orang tetap mengagumi mutu sekolah ini. Siapa yang nggak kenal SMA Pelita? Salah satu sekolah favorit yang ada di Jakarta itu memang selalu menjadi incaran para siswa yang baru saja lulus SMP. Dan betapa beruntungnya Nesya dan Kiara karena bisa masuk SMA sepopuler itu. Padahal dulu mereka hanya sekolah di SMP yang biasa-biasa saja. Tapi berkat perjuangan keras, akhirnya mereka berhasil masuk ke SMA yang sama, populer pula! Sayangnya, mereka berdua sama-sama nggak tahu letak kelas baru mereka sendiri. Ya a pu ! Akhir ya lo sa pe juga! sapa Kiara egitu elihat Nesya turu dari angkot dan melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah. Nesya yang masih ngos-ngosan butuh beberapa detik untuk membalas sapaan Kiara. Lha iyalah! ora g gue arato ! Ya salah lo se diri. Gue ajak are g ggak membela diri. Terus kita telat are g, gitu? sahut Nesya, cepat. au, ujar Kiara, erusaha asih de ga dada erde ar Kiara era gkul pu dak Nesya de ga ersaha at. Iya, sori, sori! “ekara g ya g pe ti g, kelas kita di a a? ta ya Kiara sa tai. Nesya elo go e atap te a ya. Lah, daritadi lo elo yari? Belo , ja a Kiara polos. Wah, ga at! seru Nesya pa ik sambil menarik lengan Kiara dan menggiringnya masuk ke sekolah untuk mencari kelas mereka. *** Di pagi hari yang sama, di SMA Pelita... Woy! Vi o! sapa Egi sa il erlari ke il e yusul Vi o. Egi i i te a sekelas Vino waktu kelas satu. Selain teman akrab di sekolah, rumah Egi juga satu kompleks dengan rumah Vino, tapi beda blok. ‘efleks Vi o e oleh. Eh, elo. What s up? Wah... gile lo, ya! pi dah ru ah ggak ila g-bilang. Udah jadi tetangga lagi tapi ggak gasih tau. Nggak raktir gue, lagi! E a g ya gue ula g tahu , pake raktir elo? sahut Vi o sa Egi. il era gkul Egi tergelak. Lagia , se e er ya gue uka pi dah ru ah, tapi ke ali ke ru ah asal, Vi o eralasa . Jadi ggak perlulah raktir lo uat gerayai ru ah aru. Mana elo maka ya kayak ge to g pula, la jut Vi o sa il e aiki a ak tangga. “iala lo! kata Egi uek, ya g justru e lagi lho! Kita di 2-IPA- , kelas kita di atas. uat Vi o tergelak. Eh, kita sekelas Vi o e ghela apas pa ja g. Gue kira akal sekelas sa a cewek-cewek akep, eh ggak tau ya alah sa a ge to g! Gigi lo ge to g! Bodi kere terima. egi i di ila g ge to g! Buta kali lo! Egi ggak Tubuh Egi memang nggak gendut kayak gentong, malah termasuk bagus. Tapi karena waktu kecil dia doyan banget makan tapi nggak bisa gendut, maka Vino see ak ya e juluki ya ge to g . Vino nggak bisa menahan tawa. Cowok kalo bercanda memang seperti itu, kali ya. makin banyak hinaan, makin bersahabat. Tapi kalo hinaannya keterlaluan, tonjokannya juga makin mantap. Eh, Vi , di kelas kita a yak e ek akep ya lho! Dija i deh, lo a te g terus di kelas, kata Egi. Kalo akep ya kayak Dia “astro sih gue ggak akal ose , sahut Vi o asal. Egi langsung bergaya muntah- u tah. Mi pi kali ye...! E a g ya, akep e urut lo ya g kayak gi a a sih, Vi ? Ce ar Egi. Kini mereka mulai menapaki anak tangga ke lantai dua. Vi o erhe ti ela gkah da lo tanya-ta ya kayak gitu? lo e a da g Egi de ga tatapa a eh. Ke apa au daftar? “iala lo! seru Egi refleks. Bisa dikutuk seratus turunan gue kalo sampe aksir lo! Kali i i Vi o keta a sa pai gakak. H e ek akep tuh... ... gi a a ya? kalo e urut gue, BRUK! Tubuh Vino sedikit bergeser ke samping. Tanpa permisi, Nesya menabrak cowok itu dengan cuek. sedangkan Kiara, dengan cara yang sama, menabrak tubuh Egi. Giliran Egi yang kaget. Lalu tanpa kata maaf, kedua cewek itu meneruskan menaiki anak tangga sambil berlari. Tinggallah Vino dan Egi yang masih terbengong-bengong, takjub akan ketidaksopanan kedua anak baru itu. Mau jadi apa egara kita i i? A ak aru aja udah pada elagu sa a kakak kelas, keluh Egi je gkel. Vino masih terdiam. Dia ingat cewek yang menabraknya barusan. Bukankah itu cewek yang sama dengan yang lari di kompleks tadi pagi? Woy! pa ggil Egi, menyadarkan lamunan Vino. Apa? Ayo urua ! Ja ga ila g lo kese gse sambil berjalan mendahului Vino. sa a a ak aru tadi! kata Egi Vino terdiam sesaat. Tanpa sadar ia tersenyum geli. Kebetulan yang aneh. Bertemu dengan orang yang sama dalam waktu nggak lebih dari satu jam! Yah... anggaplah ini memang kebetulan. Vino menegakkan kepala, menatap punggung Egi yang mulai menjauh. Dengan gesit, ia berlari kecil menghampiri Egi dan berjalan memasuki kelas barunya dengan penuh percaya diri. *** Hah? Kiara la gsu g e oleh ke sa pi g. Mata ya e atap ke segala arah, seakan mencari pangeran yang dapat menyelamatkannya dari interogasi putri cantik di hadapan ini. ‘a? pa ggil Nesya, e uat Kiara sadar. H ... tadi lo go o g apa sih, Ca? Sahut Kiara pura-pura lupa. Gue ta ya, ke apa kita sekolah di “MA Pelita? Ke apa ggak di “MA lai ? kata Nesya, mengulang pertanyaan yang semenit lalu baru saja diajukannya kepada Kiara. Kiara e eras otak le ih kuat daripada se elu ya. Oh itu! seru ya keras. Kita asuk “MA Pelita kare a jelas-jelas sekolah ini adalah sekolah terfavorit di Jakarta. Nesya e gerutka ke i g. Yaki lo? “oal ya ka agus da pasti ya le ih dekat sa a ru ah kita... Tapi daridulu lo pe ge a yak “MA lai ya g juga a get sekolah di si i, Ca! lo tar Kiara, ke eplosa . Kare a...? pa i g Nesya epat. Kare a... kare a... Kiara ggak era i e atap saha at ya itu. Kare a dari dulu, menurut lo SMA Pelita adalah SMA terbaik. Makanya sebelum lo kecelakaan, kita berdua udah e daftar di si i, da ter yata kita diteri a, jelas Kiara, berusaha meyakinkan Nesya yang tampaknya masih curiga itu. Oh, gitu? Nesya e ggu a pela . E a g ya ke apa, Ca? Kok ti a—ti a lo a ya kayak gitu? Ga tia Kiara yang penasaran. H ... nggak apa-apa sih. Dahi Nesya erkerut, erusaha e gi gat sesuatu. Gue Cu a erasa... kayak ya gue pu ya alasa ya g kuat u tuk asuk “MA Pelita. Tapi saya g ya gue ggak tau apa alasa itu, kata Nesya, kesal pada dirinya sendiri yang bahkan untuk hal seperti ini pun ia lupa. Perlaha Kiara era gkul ahu saha at ya itu de ga le ut. Kita ilih “MA Pelita karena sekolah ini sekolah favorit, Ca. Itu aja. Nggak ada alasan lain yang harus lo pikiri . Lo harus per aya sa a gue, ujar Kiara eyaki ka . Nesya e atap Kiara, seaka e ari kejujura di ata sohi ya itu. Gue per aya kok sa a elo, sahut Nesya sa il terse yu a is. Kiara balas tersenyum, tanpa berani menatap mata Nesya. Ia takut. Ia benarbenar takut dengan permainan ini. Kiara takut Nesya tahu ia sedang berbohong. Atau lebih tepatnya, ia takut Nesya ingat semuanya... DUA Seminggu kemudian... DENGAN santai Vino berjalan di koridor sekolah. Ditatapnya sekilas anak-anak kelas satu yang sedang jelas-jelas mengaguminya. Dalam hati ia tersenyum sinis. Sampai saat ini ia masih nggak habis pikir dengan kaum yang bernama cewek. Kenapa sih mereka suka menatap cowok dengan tampang terlongolongo begitu? Biasa aja deh! Dulu, waktu kelas satu, Vino memang suka banget kalo para cewek mengagumi dirinya. ia merasa dicintai banyak orang. Bahkan dulu, untuk pacaran dengan Marsya saja Vino nggak perlu nembak. Marsya yang datang duluan ke hadapannya dan menawarkan status pacaran. Bukan berarti ia nggak menyukai Marsya, tapi masalahnya, apa benar makna pacaran hanya sesimpel itu? Hanya se udah e gu apka kata aku suka ka u da oooh ter yata ka u juga suka aku ! Namun, persahabatan Vino dengan Mike (waktu itu Vino kelas satu dan Mike sudah kelas tiga) secara nggak langsung telah menyadarkannya. Sebagai senior dan cowok yang juga populer seperti Vino, Mike nggak pernah senang kalo dikagumi para cewek. Selain ganteng dan jadi kapten tim basket cowok SMA Pelita, Mike sangat low profile. Mungkin itu pula yang membuat Vino kagum padanya. Vino teringat obrolannya dengan Mike beberapa bulan yang lalu, saat mereka sedang istirahat di sela-sela latihan basket yang menyita energi. Mike, lo yadar ggak, kalo lo lagi jala , e ek- e ek pada geliati elo. Oh ya? Mike e oleh sekilas ke arah Vi o. Wah, gue nggak pernah kepikira sa pe sa a tuh. Senyum Vino langsung puna dalam sekejap. Rasa capeknya setelah latihan sa pai ggak terasa lagi. E a g ya lo ggak per ah sadar kalo a ak-anak e ek a yak ya g aksir lo? Mike terse yu geli. Apa ya g perlu ditaksir dari gue? Vino menunduk. Sebodoh inikah seniornya sampai nggak menyadari keta pa a ya se diri? Yaaah a a gue tahu? Mu gki kare a lo jago basket, pinter pula di kelas. Dan alasan paling jujur yang dimiliki cewek, ta pa g lo lu aya , kata Vi o sekenanya, tapi tetap aja nggak mau terangterangan mengatakan bahwa Mike cakep. Habis, nggak lucu kan, kalo cowok muji cowok? Mike ulai tertarik. Kayak ya ya g arusa gue de ger uka iri-ciri gue deh. Buka ya itu elo? Vi o e galihka pa da ga sambil pura-pura asyik e e ggak air i eral. Yaaah, gue sih Cu a isa say tha ks doa g ke ereka, la jut Mike uek. Nggak tertarik uat pa ara ? ta ya Vi o asal. Mike e aikka alis. Gue denger lo selalu nolak cewek yang nembak lo. Kenapa, man? Lo nggak homo, ka ? haha! goda Vi o. Mike terta a geli sa il era gkul pu dak Vi o. Gue udah pu ya pa ar, Vi , ujar ya pela tapi tegas. Vi o elo go. Hah!? “iapa?! Gile, kok gue ggak per ah de ger sih? Bahka anak-a ak juga tau ya lo jo lo sejati! Salah sendiri, mereka nggak pernah nanya langsung ke gue. Sejak setahun ya g lalu, gue udah res i jadia sa a dia. Wih, sela et ya! erapa la a pedekate ya? ta ya Vi o sa menenggak air mineralnya. Mike terse yu il sesekali tipis. Kira-kira... sembila tahu a . Refleks Vino tersedak. Mike langsung menepuk-nepuk punggungnya. Vino menatap Mike dengan tatapan nggak percaya. Dia satu-satunya cewek dalam hidup gue. Karena dia, gue nggak pernah bisa jatuh cinta sama cewek lain. She is a simple girl but I lo e her, kata Mike yaki . Da gue harap, lo juga elakuka hal ya g sa a ke e ek lo-kalo elo punya cewek ya-seperti ya g gue lakuka ke e ek gue. Would you? Vino terdiam. Hening sesaat. Ia membuang pandang ke arah lantai. Jujur, ia sama sekali nggak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulut Mike yang menurutnya cowok serbasuper. Apakah itu artinya pikiran gue dangkal ya? batin Vino. Du o, desah Vi o pela , ta pa memerhatikannya. e yadari ah a sejak tadi Mike terus Mike erdiri, ersiap ke ali ke lapa ga . Na ti gue ke ali e ek gue ke elo. Dia bakal masuk SMA ini juga kok, jadi adik kelas lo. Berhubung gue udah he gka g, jadi... a tu gue jagai dia sela a di sekolah ya! oke deh. Do t aste your ti e, ro! Refleks Vino mendongakkan kepala, melihat Mike sedang menatap ke lapangan basket. Untuk pertama kalinya, Vino mengakui bahwa seniornya ini memang pantas jadi kapten tim. Ada sesuatu yang berbeda dalam diri Mike. Ia tahu, ia nggak akan pernah menyesal mengenal Mike. Vino melangkahkan kaki di koridor, masih sambil mengingat kejadian beberapa bulan lalu itu. Dan karena asyiknya melamun, Vino nggal sadar ada seorang cewek yang berjalan tergesa-gesa di hadapannya. Per isi, Kak! sapa Nesya ya g ti a-tiba muncul di hadapan Vino dengan wajah polos. Vino menatap Nesya dengan takjub. Rasanya sudah tiga kali ia bertemu cewek di hadapannya ini dengan cara yang cukup unik. Apakah ini sungguhan atau Cuma kebetulan? Ya? sahut Vi o seke a ya. “aya au ta ya, lapa ga asket i door di a a, ya? ta ya Nesya sa menatap Vino yang juga sedang menatapnya dengan bingung. il Oh, di... suara Vi o ter ekat. Ti a-tiba ia ingat, saat kejadian di tangga seminggu yang lalu, jelas-jelas Nesya menabrak dirinya tanpa minta maaf. Jadi, buat apa dia membantu cewek ini menemukan lapangan basket indoor, yang nggak lain dan nggak bukan adalah markas Vino? Di a a, Kak? ta ya Nesya, i gu g elihat ekspresi Vi o arusa . Di uju g koridor i i, elok ka a ... “aat elihat Nesya e de garkan de ga saksa a, Vi o aki erse a gat. Na ti ada rua ga ya g pi tu depannya bekas ditempeli poster-poster. Nah, itu rua ga ya. Nesya terse yu tingkah. puas. Makasih ya, Kak! u ap ya tulus, e uat Vi o salah Belum sempat Nesya melenggang pergi, tiba-tiba Vino mencegatnya. E a g ya lo au gapai ke sa a? ta ya Vi o pe asara . H ... ggak gapa-ngapain sih. Cuma karena kemarin saya nggak ikut MOS, sekarang saya pengen tau ekskul apa aja yang ada di sekolah ini. Siapa tau saya tertarik, terus ikut salah satu ya, ja a Nesya seke a ya. Oh, egitu..., ta ya Vi o, Nesya e ge gesa ai asket sih... Vi o asih elu ggak jelas. H e aikka alis. Lho, terus lo puas. ... tapi se e ar ya, saya ggak isa au jadi apa ya? ‘i g asket ya? Atau jadi ola asket ya sekalia ? Nesya menggerutu dalam hati. Hari pertama sekolah aja udah ketemu kakak kelas akep tapi elagu kayak egi i. Ya siapa tau saya isa jadi a ajer ya, jawab Nesya asal. Hah? jadi a ajer klu asket o ok apa e ek? ta ya Vi o, menikmati pembicaraan ini. aki Klu asket o ok do g. iar isa kete u o ok-cowok cakep, terus jadian sa a kapte ti ya, ja a Nesya ulai kesal. Vino melongo. Ia sama sekali nggak nyangka cewek di hadapannya ini berani berkata seperti itu. Andaikan Nesya tahu, sebenarnya ia sedang berbicara dengan si kapten! Tapi belum sempat Vino melanjutkan pertanyaan, Nesya udah keburu e yela. By the ay, akasih ya, Kak! kata Nesya de ga se yu ya g dipaksakan. Dengan cepat ia berlari meninggalkan Vino. Dala hati Nesya e ggerutu. Belagu a get tuh o ok. U tu g Kiara lagi ke toilet. Kalo nggak, beeeh, bisa berantem tuh dia sama si cowok dodol tadi. Huh! *** Sore itu Vino pulang dengan selamat. Egi yang memang sudah seminggu ini menjadi ojek pribadinya itu nggak henti-hentinya memuji rumah baru Vino. Ups, lebih tepatnya, rumah masa kecil Vino. Si tuan rumah malah hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kenorakan sohibnya itu. Lo ke apa sih? ta ya Vi o, udah e ek Wah, a tap..., desah Egi sa il terus le ari paja g. I i aru ru ah... elihat ti gkah Egi. e ye tuh pera ota ya g ada di Vino melemparkan sekaleng soft drink ke arah Egi. Dengan sigap Egi e a gkap ya. Jadi aksud lo, ru ah lo uka ru ah? terus apaa ? Huta ? Hehehe... uka gitu. ru ah elo e ak a get sih. Nya a . Mu gki pe garuh desai ya, sahut Vi o uek. ia sofa, menonton TV sambil menikmati soft drink. e gajak Egi duduk di Egi duduk di samping Vino sambil membuka tutup kaleng minumannya. Ngo o g-ngo o g, yokap lo a a? ta ya Egi sa il eli gak-celinguk. Nih! kata Vi o sa hadapannya. il e ga il sele ar kertas ya g ada di atas eja, di Egi menerima kertas itu dengan bingung. Mau nggak mau, ia pun membacanya sambil mengerutkan dahi. Dear Vino, my sweetest son Tadi Mama ketemu Tante Mia. Kami ngobrol-ngobrol dikit, dan akhirnya Mama kepikiran, nggak ada salahnya kalo kita mengadakan syukuran karena kita udah balik lagi ke rumah ini. Ya anggap aja kita reunian sama tetangga. Jadi sekarang Mama belanja sama Tante Mia. Kalo kamu mau titip sesuatu, telepon HP Mama aja ya. makan siang udah Mama siapin di meja. Mama. NB: Oh ya, rumah udah selesai Mama beresin. Jadi kamu bisa nyantai! Egi tergelak sambil meletakkan kertas itu kembali ke atas meja. Gue pe ge pu ya yokap kayak yokap lo! Pasti fu aget ya! Yap! Cukup fu kalo lo ggak kete u dia setiap hari. Tau egi i, e di ga gue latihan basket di sekolah! Mana anak-anak tadi udah pada bete gara-gara kapte ti ya geli uri latiha , du el Vino. Yaelah! Lo kok gila a get sih sa a asket? Padahal ya g le ih asyik daripada asket. Vi o asih a yak olahraga e oleh ke arah Egi. Maksud lo? Egi la gsu g salah ti gkah. Eh, iya ya. lo per ah erita, re a g lo juga isa, oli lo juga jago. Hehe... iki iri gue aja! Kali i i Vi o ya g tergelak. Udah deh, go o gi ya g lai aja! Ta a Egi pe ah. Tapi yokap lo e er-bener asyik ya. nggak heran anaknya juga asyik. Kalo ggak ah gue ogah jadi te e lo. Wiiih! Gue aki uriga sa a elo, sahut Vi o sa il e ggeser tu uh, menjauhi Egi. Egi langsung menimpuknya dengan bantal sofa. Vino tergelak. Ngo o g-ngomong soal nyokap gue yang nyentrik nih, gue rasa karena itu pula Bokap isa jatuh i ta sa a Nyokap... Egi e ghela apas. Gue pe ge tuh, pu ya istri kayak yokap lo... Tua a get sih otak lo! Masih au je gkol aja udah ikiri istri segala! seru Vino pura-pura jijik, yang langsung disusul oleh tawa Egi. Egi elirik ja ta ga ya. Duh! Gue alik dulu ya, Vi ! Udah ja setengah li a, ujar Egi sa il e akai jaket, e ga il tas, da erjala keluar, menghampiri motornya yang diparkir di garasi. Oke deh, Vi ! Gue alik ya! seru Egi sa di belokan jalan. il elajuka otor da e ghila g Vino menatap rumah-rumah di sekitarnya. Kenangan masa kecil pun mulai mampir di kepalanya. Dulu dia begitu akrab dengan situasi di sore hari begini. Semua anak kecil berkumpul untuk bermain dan berbagi kepolosan. Tiba-tiba hatinya terasa hangat. Ia ingin kembali ke masa-masa itu. Masa-masa ketika ia bisa tertawa dan menangis tanpa harus malu. Mau ketawa ya ketawa aja. Mau nangis ya nangis aja. Nggak akan ada orang yang mencela. Berbeda dengan sekarang. Kalo hari gini ia ketawa dan menangis dengan cueknya di depan orang banyak, bisa-bisa ia disangka orang gila! Perlahan Vino melangkahkan kaki menelusuri kompleks. Mumpung sepi dan nggak ada orang yang mengenalnya, jadi nggak ada salahnya ia jalan-jalan, membandingkan dari setiap perubahan dari ingatan masa kecilnya dulu dengan sekarang. Pastinya, banyak yang berubah. Dan ia ingin tahu seberapa besar perubahan itu. *** Begitu tiba di taman yang terletak di ujung jalan, senyum Vino langsung mengembang. Walaupun samar-samar, ia masih mengingat taman ini. Vino sama sekali nggak ingat dengan jelas wajah teman-teman kecilnya. Bahkan ia lupa siapa saja teman yang dulu sering bermain dengannya. Lagi pula, Vino bukan cowok melankolis, jadi otaknya pun nggak pernah berpikir ke arah situ. Yang ada di hadapannya sekarang ini, itulah yang harus dijalaninya. Baginya, itulah hidup. Jangan berpikir terlalu jauh, melainkan nikmatilah semuanya dengan baik. Dengan begitu, secara nggak langsung, masa depan yang dibentuk pun akan berjalan baik. Perlahan Vino memasuki taman dan duduk di bangku ayunan. Memang konyol sih. Anak kelas dua SMA masa masih main ayunan? Haha! vino tertawa dalam hati, menertawakan dirinya sendiri. Tapi tiba-tiba... BRUK! Tubuh Vino terempas ke depan dan mendarat di tanah. Untung nggak sampai tiarap. Vino langsung meihat kedua telapak tangannya yang sedikit lecet akibat menopang berat tubuhnya. Tapi nggak sampai satu menit kemudian, Vino sudah berdiri dan membalikkan badan untuk melihat siapa orang gila yang berani mendorongnya. Ternyata... Berdiri dengan wajah puas dan tangan terlipat di depan dada, Nesya bersandar di tiang ayunan. Rambutnya yang sebahu dan dikucir kuda makin mendukung ekspresi siap ertaru g . Eh, elo! seru Vi o, ggak per aya de ga pe glihata ya se diri. Ngapai lo di si i?! ta ya Vi o, ya g dua detik sela jutnya baru ingat bahwa Nesya juga ti ggal di daerah si i. Oh, aksud gue, gapai lo doro g gue?! ralat Vino, masih dengan wajah kesalnya. Nesya terse yu si is. Lo asih ggak tau apa dosa lo? Hah? Vi o aki i gu g. E a g ya lo siapa sa pe era i menghakimi dosa-dosa gue? Malaikat ke atia ? kata Vi o de ga se yu e gejek. Gue ora g ya g lo oho gi tadi sia g di sekolah, tolol!! seru Nesya, kesal setengah mati. Vino tersadar. Perlahan ia mundur selangkah, malas meladeni cewek gokil ini. Masalahnya, memang ia yang bersalah. Tadi di sekolah ia memang sengaja menunjukkan ruangan yang salah pada cewek ini. Nesya yang tau gelagat mau kaburnya Vino, makin mendekat ke arahnya. Bukan untuk mengagumi kecakepan wajah si kakak kelas belagu itu, melainkan untuk makin menyudutkannya sampai mengaku dosa. Maksud lo apaa , hah? pake sok-sok baik ngasih tau jalan ke markas ekskul taekwondo segala? Lo bego apa tolol sih? Gue kan nanyanya lapangan basket i door! seru Nesya, e ar-benar kesal dibohongi. Parahnya, pas dia masuk ke dalam ruangan, anak-anak taekwondo lagi pada ganti baju! Untung baru buka baju doang Vino berhenti mundur. Emosinya sedikit terpancing sekarang ia lebih memilih untuk menghadapi Nesya. Eh! Lo elagu a get sih jadi a ak kelas satu! Nggak tau sopa sa tu ya!? balas Vino, nggak terima dibentak-bentak sama Nesya. Ya g elagu itu lo apa gue!? Me ta g-mentang kakak kelas, terus lo bisa see ak ya ai i adik kelas, gitu?! Terus au lo apa, hah? ta ya Vi o, i gi pertengkaran bodoh ini. Gu au lo i ta epat-cepat menyelesaikan aaf ke gue, ujar Nesya sa il terse yu puas. Cih! “eharus ya lo ya g i ta aaf dulua ! Lo ggak i get se erapa elagu ya lo pas asuk sekolah aktu itu? ta ya Vi o, teri gat pada kejadia tabrakan di tangga sekolah. Nesya e gerutka dahi. Kapa ? A ak ke il kayak elo ah e a g ggak u gki i get! “i i, iar Kakak i geti ya, Dik. Hampir seminggu yang lalu, Adik menabrak Kakak di tangga sekolah. Adik ggak i ta aaf, lagi! jelas Vi o. Nesya me gi gat seje ak. Oooh! H , jadi lo itu? Ih! Ba i a get sih lo jadi o ok! arah sa a gue Cu a kare a Lagi-lagi Vi o elo go. Nih e ek era i a get go o g kasar. “e e er ya sih uka Cu a kare a itu. Tapi... Vi o se gaja e gga tu g kali at. Tapi...? ula g Nesya ggak sa ara . Vi o terse yu si is. Tapi kare a gue e a g suka gerjai lo! Dasar elagu! seru Nesya de ga uka erah pada . Tanpa berniat untuk membalas, Vino membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Nesya. Tapi baru beberapa langkah, ia sudah kembali membalikkan badan. Lo gapai gikuti gue? ta ya Vi o jutek. La gkah Nesya pu ikut terhe ti. Dih! Ge-er a get sih lo! sahut Nesya, sa a juteknya sambil melangkah mendahului Vino. Akhirnya Vino melanjutkan perjalanan, dengan Nesya di depannya. Mau nggak mau, diperhatikannya juga sosok Nesya dari belakang. Entah kenapa, Vino merasa mengenal sosok itu. Salah satu teman kecilnyakah? Kalo iya, siapa namanya? Ah! bodohnya ia sampai nggak tahu nama si cewek padahal udah bertengkar mulut seseru tadi. Tapi... yasudahlah. Nesya yang sejak tadi merasa rikuh karena ada Vino di belakangnya, perlahanlahan membalikkan badan. Ia ingin tahu apakah masih diikuti atau nggak. Tapi begitu ia menoleh, sosok Vino sudah menghilang. Mungkin sudah masuk ke rumah. tiba-tiba Nesya merasa kehilangan. Lagi-lagi perasaan seperti ini. Jauh di lubuk hatinya, ia tau bahwa ia dulu pernah merasakan hal yang sama seperti sekarang. Nesya tertunduk. Air matanya merebak. Untung terdengar suara azan magrib. Jadi, Nesya langsung berlari pulang ke rumah dan melupakan rasa sepinya. TIGA BEGITU mendengar suara mobil, Vino langsung keluar kamar, membuka pintu dan menyambut papanya. Bi Odah, pengasuhnya sejak Vino lahir pun hanya bisa menggelengkan kepala dan kembali masuk dapur. Kadang ia bangga sama anak asuhnya ini. Sejak dulu, Vino memang suka sekali membukakan pintu bila ada yang datang. Maklum, nggak ada kerjaan. Anak tunggal sih! Mala , Bos. Udah pula g kerja? Gi a a hari i i? Vi o yero os kayak kereta gandeng. Papa ya ya g aru saja keluar dari dala o il ha ya terse yu geli. Ka u au jadi istri kedua Papa? sahut Papa, ya g ko ta e gu da g ta a Vi o. Ma a a a, Vi ? Tau tuh! dari tadi sia g pergi ke all sa a Ta te Mia. Eh, Pa, Ta te Mia tuh siapa sih? ta ya Vi o sa ile e utup pi tu da e gikuti papa ya ke rua g tamu. Setelah duduk, Papa membuka sepatu dan menyenderkan kepala ke sofa. Ta te Mia...? H ... kalo ggak salah ya g ru ah ya satu deret juga sa a ru ah kita deh. Dia pu ya a ak? ta ya Vi o ta pa asa-basi. Kalo ggak salah lagi, a ak ya satu. Ce ek apa o ok ya? duh, Papa lupa. Na a ya siapa? sela Vi o pe asara . Ka u ke apa sih? Mau reu ia sa a te e ke il? ta ya Papa i gu g. Iya. ka asyik, Pa, isa gu pul lagi sama temen lama. Oya, emangnya Mama deket ya, sa a Ta te Mia? Kayak ya sih egitu. Papa se gaja Vino dengan tatapan misterius. Kok kayak ya? Vi o e aikka alis. e gga tu g kali at sa il e a da g Me di ga ka u ta ya la gsu g ke Ma a ya? papa Papa sambil beranjak. au a di dulu! seru Tinggallah Vino sendirian, duduk di sofa sambil menatap kedua telapak tangannya yang sedikit lecet akibat kejadiian tadi sore. Yah... sepertinya hari ini ingatannya memang dipenuhi cewek di taman tadi. Kadang Vino curiga, jangan-jangan cewek tadi teman masa kecilnya? Bukankah dulu ia punya teman cewek yang selalu membuatnya terluka? Eca-kah? *** Ayo do g, ‘a! te e i gue ke rua g asket i door! re gek Nesya, pas ja istirahat di sekolah. Kiara yang mendengar kata asket la gsu g e olak mentah-mentah. Tapi makin ditolak, Nesya makin merengek. Lo au gapai sih? Mau jadi a ggota? ta ya Kiara ete. Ka lo tau gue ggak isa ai asket... ai asket! Gue tuh Cu a pe ge liat a ak o ok Hah? uat apa? lo mau cari cowok cakep? Gue jamin deh, nggak ada cowok akep di sa a! kata Kiara, sukses er oho g kare a se e ar ya a ak asket cakep-cakep. Nesya tertu duk sedih. Gue Cu a gerasa ada sesuatu di lapa ga Gue kok ngerasa familier, gitu. ya siapa tau i gata gue... I gata lo ggak ada hu u ga cepat. Tapi ka asket. ya sa a a ak-a ak asket! poto g Kiara u gki aja ada ora g ya g... Nggak ada ora g ya g le ih e ge al elo daripada gue, Ca. Kalo lo au tau tentang masa lalu lo, pake memori gue aja, sela Kiara u tuk kedua kali ya, tapi dengan nada yang lebih tinggi hingga membuat Nesya tersentak. Gue Cu a... Nesya tertu duk. Gue Cu a pe ge liat a ak-anak main asket... Kiara menatap Nesya dengan pandangan nanar. Jujur, ia nggak tega melihat sahabatnya yang selalu ceria ini menjadi sedih. Ia hanya ingin melindungi Nesya. Cuma itu! Ia sama sekali nggak bermaksud mengekang hidup sahabatnya ini. Perlahan pandangan Kiara melembut. Kalo memang berisiko, biarlah kali ini ia mengambil risiko itu. Oke, pula g sekolah a ti, kita ke lapa ga akhirnya. asket i door, kata Kiara Wajah Nesya la gsu g eru ah erah. Yes! Kiara menoleh dan tersenyum tipis. Andaikan Nesya tahu betapa besar ketakutan yang disimpan Kiara selama ini. Ya, andaikan Nesya tahu. *** Vino duduk di bangku di pinggir lapangan basket. Di saat semua anggota timnya sudah berganti pakaian, ia masih betah dengan seragam putih abbuabunya itu. Hari ini tugasnya adalah memantau kemampuan anak-anak lain. Sebenernya kapten tim basket sekolah mereka adalah Mike. Tapi sejak wafatnya Mike dua bulan lalu, posisi ketua tim basket kosong. Maka atas kesepakatan bersama, kapten tim basket sekarang dipegang oleh Vino. Jadi sambil duduk manis, Vino memerhatikan satu persatu permainan anggota timnya dan membuat catatan kecil. Dan inilah salah satu keunggulan SMA Pelita. Mereka memiliki lapangan basket indoor. Jadi walaupun hujan atau panas, mereka tetap bisa latihan seperti biasa. Per isi... Vino yang merasa pundaknya ditepuk langsung menoleh ke belakang. Kali ini, baik dirinya maupun Nesya, sama-sama kaget. Eh, elo...? kata kedua ya ko pak. Kiara yang ada di samping Nesya hanya bisa memasang tampang bingung. Ngapai lo di si i? ta ya Nesya jutek. Vi o erka ak pi gga g. “eharus ya gue ya g a ya, gapai lo ke si i? Nesya aki keki. Ka gue udah ila g, gue au ari o ok akep, terus gue pa ari deh kapte ti ya! kata Nesya asal yeplos. Vi o jadi salah ti gkah e de gar ya. Ma a kapte ti ya? ta ya Nesya, erasa e a g melihat Vino speechless. Wait... ait! Lo ke al dia, Ca? isik Kiara sa il e u juk Vi o. Dia i i o ok rese ya g ipu gue ha is-habisan pas istirahat kemaren. Waktu gue tanya di mana lapangan basket indoor, eh dia malah ngasih jalan ke ruangan taekwondo! Mentang- e ta g kakak kelas, elagu! kata Nesya membuat Vino gerah. Vi ! A ak-a ak kelas satu pe ge liat lo tiba-tiba menghampiri Vino. ai ! seru salah satu o ok ya g Kiara dan Nesya serempak bingung. Na a lo siapa? Vi o, ya? ta ya Kiara refleks. Vino menoleh tanpa e gu apka satu kata pu . Lo kapte ti asket o ok, ka ? la jut Kiara, membuat Nesya bingung. Apa, ‘a? ta ya Nesya ggak per aya. Vino yang memang nggak mau melanjutkan perdebatan boodoh dengan Nesya lalu dengan cueknya meninggalkan mereka dan masuk ke lapangan. Dia itu kapte ti ya, kalo ggak salah a a ya Vi o, jelas Kiara, ta pa melepaskan pandangan dari sosok Vino yang sedang mendribel bola dan dengan mudah memasukkannya ke ring. Nesya mengikuti arah pandangan Kiara dan melongo. Terdengar tepukan tangan para anggota tim. Vino tersenyum, tapi tetap low profile. Nggak sengaja tatapannya bersirobok dengan tatapan Nesya. Vino merasa puas menunjukkan kemampuannya. Setelah melakukan beberapa aksi, Vino kembali ke tempat duduknya semula. Tapi dengan cueknya, ia sama sekali nggak menggubris keberadaan Nesya dan Kiara. Nggak salah lo jadi kapte ga tii Mike! seru salah satu o ok ya g duduk di sebelah Vino. Mata Kiara terbelalak. Dengan cepat ia menoleh ke arah Nesya. Begitu melihat tampang Nesya yang masih melongo, hatinya mulai tenang. Tapi sedetik kemudian, rasa penasarannya makin menjadi-jadi. Perlaha Kiara e dekati o ok ya g duduk di se elah Vi o itu. “ori, kalo gue boleh tau, nama kapten yang dulu siapa ya? ta ya Kiara, de ga olu e suara sekecil dan sewajar mungkin. “i o ok e oleh. Na a ya Mi hael Ardia syah. Pa ggila ya Mike. Kiara terse tak. Tepat seperti dugaa ya. Makasih, ya, ujar ya si gkat sambil kembali berdiri di samping Nesya. ‘a..., desah Nesya pela . Kiara Duh, e oleh. Ya? ati deh gue, la jut Nesya sa il e u dukka kepala. Vino yang sejak tadi nggak peduli, tiba-ti a e oleh ke elaka g. Eh, ngomong- go o g soal u apa lo tadi, lo ila g lo au pa ara sa a siapa? tanya Vino sambil memasang tampang innocent-nya. Nesya langsung cengengesan. Perlahan ia berbalik dan mengutuk kebodohannya sendiri. Tanpa berniat menoleh ke arah Vino lagi, ia langsung menarik tangan Kiara dan beranjak meninggalkan tempat memalukan itu. Tapi baru beberapa langkah, Nesya berhenti karena... Hei! Gue tu ggu lho ajaka tangan tinggi-tinggi. ge-date- ya! seru Vi o sa il ela aika Nesya yang sempat berbalik untuk melihat Vino itu pun akhirnya hanya bisa mendumel pelan, lalu mempercepat langkah dan segera pergi dari situ! Setelah pintu tertutup, senyum Vino mengembang. Asli, ia puas banget! *** Dasar o ok elagu! Nesya gedu el di sepa ja g koridor sekolah. Kiara yang cukup bingung dengan sikap sohibnya itu hanya bisa mendengarkan dengan setia. Terus terang, ini pertama kalinya Nesya bisa kembali marahmarah sejak kecelakaan dua bulan yang lalu. Jadi anggaplah ini sebuah kemajuan. Gue tau sih dia e a g akep. Tapi ggak perlu se elagu itu, ka ? e ta g gue a ak kelas satu... se e ar ya lo lagi arah atau lagi uji dia sih? ta ya Kiara, de ga perpadua kata akep da elagu . e ta g- erasa a eh Gue Cu a erusaha o jektif, ‘a. e a g sih dia akep. Tapi di lai sisi, dia elagu. Cukup o jektif, ka ? sahut Nesya. Kiara hanya mengangguk pelan, pura-pura sa a dia... Akra ? Nesya la gsu g e gerti. Tapi keliata e atap Kiara de ga ya lo akra i gu g. Maksud lo? Ya e urut gue sih, tadi kalia kayak udah erte a la a. Buka ya pertengkaran antara kakak dan adik kelas... Kiara se gaja e ggoda Nesya. Nesya la gsu g tese yu jijik. Ih! Gue alah gerasa gue sa a dia udah dotakdirkan untuk jadi musuh bebuyutan. Mana ternyata dia tetangga gue pula! Hah?! Kali i i Kiara terse tak. Maksud lo? Teta gga dari a a? Gue sih nggak tau pasti di mana rumahnya. Tapi yang jelas, masih satu blok sa a ru ah gue. Pe ghu i aru kali ya, ujar Nesya datar. Tapi elu se pat Kiara e uka ulut, Nesya udah ke ali i ara. Oya! ja ga -jangan dia anak yang nyokap gue bilang semala ! Gue asih ggak gerti ih, Ca. Lo go o g apaa sih? Kiara penasaran. Jadi se ala yokap gue pula g agak aki ala . Dia ila g, dia ha is pergi belanja sama Tante Sita, tetangga baru yang sebenarnya tetangga lama banget. Katanya mereka mau ngadai reu ia sa a para teta gga i ggu i i. Kiara aki e gerutka dahi. Tu ggu! teta gga aru tapi se e er ya teta gga la a a get? Maksud lo apaa sih? H ... kayaks ya sih kluarga Ta te “ita itu dulu ya per ah jadi teta gga gue, tapi habis itu dia pindah. Eh sekarang mereka balik lagi deh. Yaaah, secara rumah itu masih tetap rumahnya walupun kosong selama bertahun-tahu , jelas Nesya. Sangat kontras dengan ekspresi Nesya, Kiara malah panik bukan kepalang. Otaknya terus berpikir yang nggak-nggak. Banyak kecurigaan yang mampir di benaknya. Mungkinkah...? ‘a! pa ggil Nesya, e uat Kiara tersadar. Ke apa lo? Kok e go g? H ... gue Cu a hera . Kok isa ke etula a get ya lo ri ut sa a ora g ya g ter yata alah teta gga lo se diri? kata Kiara. Nesya e ga gkat ahu. Gue juga i gu g. Tapi kalo e a g e er dulu ya dia tetangga gue, berarti mungkin aja dia temen kecil gue ya! wiiih, kayak di fil aja... Nesya terta a geli, erasa ko yol de ga u apa ya se diri. Kiara tau Nesya hanya bercanda. Tapi ia nggak bisa menganggap itu hanya lelucon. Kalo memang benar Vino adalah teman kecil Nesya, hal itu nggak bisa dibiarkan. Apalagi kalo ternyata... ya ampun! Kenapa nggak pernah terpikir sebelumnya?! Vino. Nama itu... *** Sesampainya di tempat les Inggris, Kiara masih punya waktu beberapa menit sebelum kelas dimulai. Ia memang datang kecepetan. Ini hari pertamanya les Inggis, dan ia sama sekali belum memiliki satu teman pun. Awalnya Nesya juga ingin ikut les, tapi berhubung kondisi fisiknya setelah kecelakaan belum fit benar-Nesya masih harus kontrol ke dokter-maka Nesya memutuskan ikut tahun depan saja. Sambil menunggu, Kiara masih terus memikirkan obrolannya dengan Nesya tadi siang di sekolah. Ini masih menyangkut Vino. Makin lama ia berpikir, dadaya makin berdebar nggak keruan. Kalo memang benar kecurigaannya ini, apa tang harus dilakukannya? H ... sori... Kiara menoleh ke samping, ke arah datangnya suara. Cowok dengan wajah nggak enak hati plus cengengesan nggak jelasnya itu sedang menunjuk sepatu Kiara. Kiara mengikuti arah tunjukkan si cowok. Kontan Kiara mengangkat kakinya. Ups, sori! Gue ggak liat, ujar Kiara epat, sa il e ga ilka olpoi yang ternyata dia injak sejak tadi, lalu menyerahkannya pada si cowok. Makasih ya, alas o ok itu ra ah, lalu duduk di a gku se elah Kiara. Lo a ak aru? ta ya o ok itu, asih de ga ajah ra ah ya. iya. kalo elo? alas Kiara, asa-basi. Gue juga a ak aru. ‘ua g a a? Lo do , ja a Kiara si gkat. Wah, sa a do g. gue juga di rua g Lo do . Lo sekolah di cowok itu makin sok kenal. a a? ta ya Kiara tersenyum tipis. Duh nih cowok salah sikon. Orang lagi bete, malah diajak ke ala . Gue di “MA Pelita. “i o ok ter elalak. Gila! “ekolah kita sa a do g? Hah? kali i i Kiara benar- e ar kaget plus tertarik. Lo juga di “MA Pelita? Kelas erapa? Gue kelas dua. Lo pasti a ak kelas satu ya? Kelas... dua? Kiara terse yu puas. Yap, gue kelas satu. Eh, gue au ta ya ih. Gue au ikut ekskul ih. Ya g e ak ekskul a a ya? pa cing Kiara. Duh, ggak per ah gue aka sih, jadi ggak tau e ak apa ggak, sahut si o ok jayus, da ukup e uat Kiara terse yu re a g. E ak, ai air terus... Kalo asket? te tipis. Gue sih ikut ekskul ak Kiara la gsu g. Kalo ekskul asket, apalagi tim basket cowoknya, oke punya. Tapi kalo yang e ek, gue jara g lihat kiprah ereka. Gue de ger kapte aru ti asket o ok a ak kelas dua ya? te e lo do g? ta ya Kiara pura-pura bego. Co ok itu terse yu a gga. Ya, si Vi o. Dia jago a get. Kemampuannya ha pir e ya ai kapte ya g la a... Maksud lo Mike? sela Kiara, “i o ok aki uriga. e aikka alis. Lo ke al Mike? Matilah! Ke eplosa pula! H ... dulu dia per ah teta ggaa sa a gue, ujar Kiara berbohong. Lho, erarti lo juga teta ggaa sa a Vi o do g? e ar o ok itu. Kiara mengerutkan dahi, bingung. Co ok itu ke udia ela jutka lagi. Vi o ka aru pi dah ke ru ah ya yang lama. Katanya sih dulu dia pernah tinggal di sana sampe umur enam tahunan kalo nggak salah. Kiara tere yak. Maksud lo, pas dia u ur e a lai ? “i o ok tahu , dia pi dah ke te pat e ga gguk yaki . Lo se diri, udah la a ti ggal di sa a? H ... gue aru setahu a , ja a Kiara se aki er oho g. Si cowok hanya ber-oooh tanpa suara. Kiara kembali berpikir. Masuk kelas yuk! ajak o ok itu, e gagetka Kiara. Oh iya, sahut Kiara sa il erdiri da e gikuti si o ok dari elaka g. Tapi langkahnya terhenti karena tiba-tiba cowok itu membalikkan badan. Na a lo siapa sih? ta ya o ok itu epat. Oh... h ... Kiara, ja a Kiara sa “i o ok pu alas terse yu il terse yu ra ah. ra ah. Gue Egi. EMPAT SIANG itu, tanpa mengajak Nesya, Kiara datang ke lapangan basket indoor. Nesya yang tadi mengajak Kiara pulang bareng sama sekali nggak curiga kalo ternyata si sohib nggak langsung pulang karena sengaja ingin mendatangi Vino. Vino yang saat itu kebetulan sedang mengobrol dengan Egi, jelas bingung dengan kehadiran Kiara yang tiba-tiba. Bahkan dia lupa Kiara itu siapa. Eh, elo ‘a! gapai ke si i? ta ya Egi, ya g sejak tadi latihan. Maklum, Egi kan ojek setia. Oh, ggak. Gue Cu a Vino tajam. e u ggu Vi o selesai au liat-liat. Boleh, ka ? kata Kiara sa il e atap Oh ya, Vi , i i Kiara, a ak kelas satu plus te e les gue, ujar Egi, memperkenalkan Kiara kepada Vino. Vi o alas e atap, tapi de ga sorot i gu g. Elo ka ya g aktu itu data g ke si i sa a te e lo itu. “iapa sih a a ya? ta ya Vi o. Nesya, ja a Kiara, pe uh pe eka a . Oh, sahut Vi o uek. peduli a at soal Nesya. Cuma cewek rese yang ternyata tetangga. Lo udah per ah ke si i, ‘a? ta ya Egi, ggak ada. e yadari ketega ga ya g Pa da ga Kiara eralih ke Egi. Iya, are g te e gue. Tapi aktu itu gue asih elu puas geliat lapa ga asket i i. Apa ya g mau lo liat? Cowok- o ok akep kayak te e lo ila g itu? ujar Vino sinis tanpa melihat Kiara. Tatapannya tetap terfokus ke permainan anakanak di lapangan. Kiara ya? e aha e osi. Gue i gu g. Ora g ya g ga tii Mike kok kayak egi i Vino menoleh tersi ggu g. Maksud lo? Yah... setau gue, Mike itu jauh le ih aik daripada elo. Maka ya, a al ya gue kira orang yang bakal gantiin Mike adalah orang yang at least sama baiknya de ga dia. Tapi ter yata... Kiara se gaja e gga tu g kali at ya sa il mendesah keras. Lo tau apa te ta g Mike? ta ya Vi o je gkel. Ter yata uka ha ya Nesya yang menyebalkan. Temannya ini lebih menjengkelkan lagi! Kiara e atap Vi o de ga taja . More tha you k o . Vino tersentak. Ia mulai merasa ada yang aneh. Sebenarnya ada masalah apa sih antara dirinya dan Kiara? Apakah ia pernah berbuat salah sehingga cewek ini sinis padanya? Egi yang mulai merasakan ketegangan yang ada langsung mengalihkan pe i araa . Woi! Latiha ya udah apa elo sih? Vino tersadar dan la gsu g e oleh pada Egi. Oh iya, sori. Gue ila g sa a anak-a ak dulu deh. Gue tu ggu di parkira ya! seru Egi sa meninggalkan ruangan. il e ga il tas da era jak H ... kalo gitu gue alik dulu ya! kapa -kapa gue ke si i lagi, kata Kiara sambil mengikuti Egi. Vino yang masih terpukau dengan kejadian barusan hanya bisa menatap sosok Kiara yang menjauh. Tapi belum sempat ia menghela napas, Kiara sudah kembali mengejutkannya. Pi o! Refleks vino menoleh. Selama sepuluh tahun ini, baru kali ini ia mendengar ke ali seseora g e a ggil ya de ga se uta Pi o . Kiara ya g eliihat ajah terkejut Vi o la gsu g terse yu puas. “ori, aksud gue... Vi o, kata Kiara sa il ela jutka la gkah. E a! pa ggil Vi o refleks. Langkah Kiara terhenti. Vino makin penasaran. Dadanya berdebar cepat. Apa benar Kiara adalah Eca? Perlaha Kiara uka E a... e alikka ada da terse yu aki si is. “ori, gue Vino tersentak sambil mentap sosok Kiara yang menghilang di balik pintu. Bodoh! Mana mungkin Kiara itu Eca? Lagi pula, bukankah tadi Kiara hanya salah e a ggil? “ekilas, Vi o aka terde gar seperti Pi o , uka ? Atau... jangan-jangan Kiara memang punya maksud tersembunyi? Yang patut dicurigai justru adalah Nesya. Nesya-lah yang rumahnya tetanggaan dengan Vino. Jadi andaikan Nesya adalah Eca, itu lebih masuk akal. *** Hari reunian para ibu itu pun tiba. Sore itu rumah Vino ramai oleh para tetangga yang rumahnya masih satu blok dengan rumahnya. Vino yang baru pulang sekolah langsung permisi masuk kamar dan bergegas mandi. Dijamin deh, ia pasti jadi terkenal di depan ibu-ibu. Maklum, ibu-ibu kan suka bergosip ria. Itu a ak ya ya, je g? ta ya salah satu i u ya g arusa hadapannya. Ma a Vi o terse yu elihat Vi o le at di a gga. Iya, aru pula g sekolah. Itu Vi o? Wah... udah gede ya! kata Ta te Mia, ya g ggak lai adalah mamanya Nesya, sambil mengambil camilan dari atas piring. M ak Mia, Nesya ggak diajak? ta ya Ma a Vi o pe asara . Ta te Mia terse yu a is. Tadi sih sudah saya ajak. Tapi dia lagi nelepon te e ya. Pali g a ti yusul. Eh, uka ya Nesya satu sekolah sa a Vi o? kata a a Vi o,ya g ta pa se gaja elihat Vi o ya g sudah rapi keluar dari ka ar. Vi ,, ka u i get Nesya ggak? Apa, Ma? Vi o e oleh ke arah a a ya. Nesya? ula g Vi o pura-pura bego. Jelaslah dia kenal Nesya. Cewek belagu yang mendorongnya sampai jatuh dari ayunan, kan?! Per isi... Refleks semua orang menoleh ke arah datangnya suara. Nah, itu Nesya! seru Ta te Mia sa il e yuruh Nesya asuk. Eh... Nesya...! ah, ka u udah jadi gadis a tik! Ma a Vi o la gsu g menyambut dengan senyum ramahnya. Kemudian ia berbalik memanggil Vino. Vi , ajak Nesya go rol do g! pas ke il ka kalia suka ai are g... Vino melongo. Nesya pun terpaku. Mama Vino yang tahu bahwa anaknya sedang bingung segera menjelaskan le ih detail. Itu lho, pas ke il ka u seri g a ggil dia E a. Serasa ada petir menghantam kepala Vino. Yang pasti, Vino semakin melongo. Tak beda dengan Vino, Nesya juga terus terpaku... *** Dan di sinilah mereka berada. Di ruang makan. Kenapa ruang makan? Karena memang hanya ruang makan yang suasananya sepi tanpa ibu-ibu. Vino yang mengajak Nesya ke sini. Pasalnya, sudah 15 menit berlalu tanpa satu kata pun keluar dari bibir mereka. Jari telunjuk Vino sibuk mengitari bibir gelas, sedangkan Nesya sibuk menghina tindakan Vino itu dalam hati. Tapi akhirnya, Vino-lah yang membuka percakapan. Jadi... lo E a, te e ke il gue ya g suka iki gue jatoh? ta ya Vi o. Nesya menatap Vino polos. Kata ya sih egitu. Vi o e aikka alis. “elupa i ikah Nesya aka diri ya? Hah?! lo ggak i get sa a gue? Nesya terse yu datar, lalu e ggele gka kepala. Gue ggak i get. Vi o erasa dada ya ergejolak kare a inget. Orang otak lo pas-pasa egitu. e aha kesal. Pa tes aja ggak Eh, elo ke apa sih, ti a-tiba sewot begitu? Setiap kita ketemu, elo pasti cariari asalah! “eru Nesya. Buka ya elo ya g selalu ari asalah? Baru hari perta a sekolah aja lo udah nabrak gue. Tanpa minta maaf, lagi. Lo juga udah gerjai gue soal rua ga mau kalah. asket i door! alas Nesya ggak Terus, siapa e ek e til ya g erkoar-koar mau pacaran sama kapten tim asket? te ak Vi o puas. Nesya terdiam, mati kutu. Semuanya memang bermula dari kebodohannya waktu itu. Andaikan ia nggak emosi dan mengucapkan kata-kata bodoh itu... aaarrrgghhh! Ya, aktu itu ka gue ggak tau kalo elo kapte ti asket ya. Kalo gue tau, pasti gue ggak akala go o g kayak gitu, ujar Nesya, sok uek da iasa aja. Vino makin keki. Memangnya kenapa kalo dia kapten tim basket? Kurang cakep dari pacar seorang Nesya yang biasa aja itu? Hah! Maka ya, kalo au go o g dipikir dulu, kata Vi o agak ketus. Kali ini Nesya benar- e ar tersi ggu g. E a g ya ke apa sih? “uara Nesya makin bergetar menahan marah. Tatapn Vino sedikit melunak. Jujur aja, dia takut kalo Nesya sampai nangis. Tapi setelah dipikir-pikir, timbul niat isengnya. Biar saja sekali ini Nesya menangis. Toh dulu cewek ini selalu membuatnya menangis plus terluka! Begi i, gue Cu a ggak a is pikir. Kok isa sih, elo ggak i get te e ke il lo se diri, ya g serri g lo lukai da iki a gis? ta ya Vi o te a g. “oal ya, Vino sendiri tidak pernah melupakan Eca. Memang, sebelumnya ia tak tahu bagaimana rupa Eca sekarang, tapi ia tak pernah lupa kenangan masa kecil mereka. Nesya tersentak. Apa benar dulu dia sering melukai dan membuat Vino e a gis? Tapi gue ka ..., Nesya erusaha e jelaska . Ke apa? Udah ggak isa wajah Nesya. ela a ? ta ya Vi o, aki puas elihat ekspresi Nesya tertu duk seje ak. Iya ya. ke apa gue ggak i get ya...? ujar Nesya dengan suara bergetar seperti hendak menangis. Eh... “ekara g Vi o jadi kha atir. “uara Nesya ulai terde gar er eda. Ternyata nggak enak juga kalo Eca sampai nangis beneran. Gue e a g payah, ggak isa i get apa-apa! seru Nesya lalu Vino. e i ggalka Vino yang sadar bahwa Nesya menangis langsung mengejar cewek itu. Untung Nesya kabur lewat pintu samping, jadi nggak sempat membuat ibu-ibu panik. Tapi sayang, ternyata mama Vino keburu melihat. Ke apa, Vi ? ta ya Ma a pa ik. Ng... itu... E a... Vi o jadi salah ti gkah se diri. Eh iya. tadi Ta te Mia aru erita ke Ma a ah a E a ter yata lagi ke a musibah. Dua bulan yang lalu dia kecelakaan, terus sekarang katanya dia terke a retro... retro apa ya? h ... retrograde! ‘etrograde? ula g Vi o i gu g. Kok kayak le el les I ggris, pake grade segala! Ma a juga a al ya ggak per aya... Buka gitu, Ma. bingung. asalah ya, retrograde itu pe yakit apaa ? ta ya Vi o ‘etrograde itu salah satu pe yakit a esia, isik Ma a. Jadi E a ggak isa e gi gat se agia asa lalu ya se elu ke elakaa itu. Hah?! *** Hei, Nesya! pa ggil Vi o, erlari e yusul Nesya ya g aki e jauh dari rumah ya. Nesya tetap ggak e oleh. E a! seru Vi o keras, ya g ter yata berhasil membuat langkah Nesya terhenti. “ori! Tadi gue Cu a er a da. Gue ggak tau kalo elo... Vi o bersalah. Ia menghampiri Nesya lebih dekat lagi. erasa Buka salah lo, sahut Nesya sambil mengucek mata. Gue e er- e er i ta aaf. Lo au aafi gue, ka ? ta ya Vi o hati-hati. Nesya er alik, e atap Vi o. Lo tulus ggak, polos, membuat Vino tergelak. i ta aaf ya? ta ya ya Ya tuluslah! sahut Vi o lega. Nesya alas terse yu . Tapi... lo e era a esia? Nesya mengangguk pelan. Be er-bener nggak inget apa-apa? ta ya Vi o asih ggak per aya. Ka nggak lucu kalo ternyata mamanya hanya bercanda. Nesya mengangguk lagi. Vino terdiam sejenak, berpikir keras. Memangnya benar-benar ada ya orang yang amnesia? Padahal selama ini dia kira itu hanya ada di film-film. Lah, sekarang penderitanya ada di hadapannya! H ... kalo gitu, gi a a kalo gue a tu elo e gi gat asa ke il kita? ta ar Vino. Sebenarnya tawaran itu tercetus begitu saja dari dalam hatinya. Orang sampai detik ini saja dia masih belum bisa percaya 100% kalo Nesya amnesia! Senyum Nesya langsung mengembang. Akhirnya ada orang lain yang mau membantunya mengingat semuanya selain Kiara. Tapi belum sempat Nesya menjawab, tiba-tiba Kiara sudah muncul dari belakang. E a! Refleks Nesya berbalik dan melihat sahabatnya itu, dengan napas ngos-ngosan, sedang menatapnya panik. Vino pun ikut menoleh ke arah Kiara. Dengan cepat, Kiara menarik Nesya ke belakang tubuhnya dan langsung e atap Vi o de ga taja . Ja ga deket-deket Nesya lagi! lo ke apa sih? ta ya Vi o pada Kiara. Iya, ‘a, lo ke apa? ta ya Nesya sedikit takut. Kiara menoleh ke arah Nesya. Dilihatnya ekspresi sahabatnya yang agak cemas itu. Perlahan suara ya ele ut. Gue Cu a takut lo ke apa-kenapa garagara o ok i i, kata Kiara sa il ke ali e ga asi Vi o. Ya a pu , ‘a! lo le ai deh. Vi o i i ka te e ke il gue. Da kata ya dia ge a tui gue e gi gat asa lalu gue... au Kiara mengerutka dahi. Apa hak lo au sok-sok ge a tui Nesya segala? tanya Kiara sambil menatap Vino dengan tajam. Vi o terse yu tipis. Yah... kare a Nesya te e ke il gue, ja a ya te a g. Te e ? Lo ila g lo te e ya? Lo ggak tau apa-apa te ta g Nesya! seru Kiara emosi. Dia sebel banget sama cowok yang ada di hadapannya ini. ‘a, lo ke apa sih? ta ya Nesya, pa ik elihat Kiara ya g ti a-tiba aneh itu. Ca, gue ka udah ila g sa a lo. Kalo lo au gi get asa lalu lo, pake e ori gue aja, ujar Kiara, erusaha meyakinkan Nesya. Hah? gi a a au pake e ori lo kalo elo se diri ggak tau persis asa lalu gue da Nesya? Vi o ere ehka . Vi o juga uriga, siapa sih Kiara i i sebenernya? Sok ikut campur urusan orang banget. Kiara terse yu si is. Ya g pasti, gue tau le ih a yak daripada ya g lo tau. Kalia ke apa sih?! seru Nesya ulai kesal. Kiara dan Vino tersentak. Kalia ka sa a-sa a te e gue, jadi ja ga era te gitu do g! Nesya e atap Kiara. ‘a, lo e a g saha at gue da gue per aya a get sama lo. Tapi kan lebih bagus kalo ada orang lain yang juga bantuin gue buat inget se ua ya. Tapi, Ca... Kiara he dak e a tah, tapi Nesya e oto g kali at ya. Lo au i gata gue epet pulih ka , ‘a? lo ggak au geliat gue terusterusan kayak orang tolol dan nggak tau apa-apa, ka ? ujar Nesya su gguhsungguh. Kiara memalingkan wajah ke samping. Ia paling nggak tega melihat Nesya seperti ini. Ia bukannya nggak mau ingatan Nesya pulih. Tapi kalo memang hal itu malah akan menyakiti Nesya, untuk apa? Vi o, pa ggil Nesya sa ya! kata Nesya a is. il terse yu a is pada Vi o. Moho a tua ya Vino balas tersenyum manis. Ia merasa lega. Ia nggak pernah melihat senyum Nesya se a is i i. Walaupu sekara g ereka uka lagi Pi o da E a, setidak ya ereka isa sali g terse yu se agai Vi o da Nesya ya g baru. Bukankah ini sebuah anugerah? Pula g yuk! kata Nesya sa il e gga de g ta ga Kiara. Kiara yang sejak tadi masih terdiam dan menyimpan unek-uneknya di dalam hati itu hanya bisa mengiyakan dan ikut pulang ke rumah Nesya. H ... sori! Gue juga pula g ya! kata Vi o. Lo ggak au ai ke ru ah gue? ta ar Nesya. H ... lai kali aja deh. Oke? Yuk, dulua ya! Nesya dan Kiara memerhatikan tubuh Vino yang makin menjauh dan akhirnya menghilang masuk ke rumah. Yuk, ‘a! seru Nesya, sendiri. e yadarka Kiara ya g asih asyik de ga pikira H , sahut Kiara pela sa il e gikuti Nesya. Tapi se elu pergi, Kiara masih sempat melirik ke arah rumah Vino. Matanya masih memancarkan kebencian yang amat sangat. Semuanya gara-gara cowok itu. Ya, gara-gara Vino! *** ya Malam itu hujan. Udara terasa dingin. Nesya sendirian di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Lampu kamar pun sudah dimatikan, hanya tersisa sinar temaram dari lampu kecil di meja belajar di samping tempat tidurnya. Tapi entah kenapa, malam itu mata Nesya nggak mau terpejam. Alhasil, ia memilih membaca buku yang terpajang di lemari bukunya. Sebenarnya, di antara banyaknya buku yang ada di lemarinya. Hanya satu buku yang belum pernah disentuhnya sejak ia kecelakaan dan terkenna amnesia. Semua buku sudah dibacanya, tapi ia nggak pernah tertarik dengan sebuah komik Jepang berjudul Slamdunk jilid satu yang terletak di pojok lemari bukunya. Bahkan, ia sendiri bingung kenapa bisa memiliki buku itu. Apakah dulu ia menyukainya? Kalo memang iya, kenapa ia hanya punya satu judul? Itu pulalah yang membuatnya nggak berniat memabaca komik itu. Tapi entah kenapa, di malam berhujan seperti ini ia makin penasaran ingin membaca komik tentang basket tersebut. Perlahan Nesya mengambil komik itu, membawanya ke ranjang, dan sambil menyenderkan punggung ke bantal ia pun mengamati cover-nya. Nggak menarik. Gambar cowoknya nggak cakep. Muncul niat untuk mengembalikan komik itu ke dalam lemari. Tapi akhirnya Nesya memutuskan untuk tetap membacanya. Yah, paling tidak, dibuka dululah. Kalo nggak menarik, baru ditutup lagi terus dibalikin ke lemari. Gampang, kan? Nesya melirik ke arah jendela yang tertutup gorden. Masih terdengar suara hujan yang cukup deras. Dinginnya udara malam itu makin terasa sampai ke dalam selimut. Hatinya pun terasa sepi. Apakah itu juga pengaruh hujan? Nesya kembali memusatkan perhatiannya pada komik yang ada di tangannya. Ia menghela napas panjang. Setelah dirasa siap, perlahan dibukanya halaman pertama. Nesya terbelalak. Ada selembar kertas yang terselip di halaman pertama. Cepat-cepat diambilnya kertas itu, sementara komik Slamdunk tidak dipedulikannya lagi. Nesya memfokuskan tatapannya pada tulisan yang ada di kertas. Ia membacanya dalam hati. Rasa penasarannya makin bertambah. Setelah selesai membaca, Nesya menatap langit-langit kamar tanpa ekspresi. Beberapa detik kemudian, dilihatnya lagi sekilas tulisan di kertas, lalu dimasukkannya ke laci meja belajar. Nesya menguap. Matanya mulai mengantuk. Sembari memejamkan mata, pikirannya melayang sesaat. Apakah ada arti lain dari tulisan di kertas itu? Atau itu memang hanya tulisan tanpa makna? Atau saat itu ia hanya iseng coratcoret? Sebenarnya, seperti apa sih dirinya sebelum kecelakaan? Apakah ada seseorang yang ia suka? Atau memang hidupnya normal-normal aja seperti yang Kiara ceritakan? Ah, sudahlah! Biarkan waktu yang menjawabnya. Nesya menhentikan kerja otaknya. Ia mulai terlelap, diiringi lagu yang berkumandang di hatinya, dengan lirik yan tertulis di atas selembar kertas yang sepertinya penuh kenangan tadi. We know each other “i e I do t k o ho lo g As long as I remember You were always there singing along There e ee so e good ti es A d it s e e een some sad But we always somehow manage To get something good out of the bad (Remember – I ll al ays e there) I ll e your su shi e after the rai When the sky is turning grey You k o that I e er far a ay Sunshine after the rain Together til the end Whe e er you re i eed of a frie d Or a shoulder to cry on Someone there to rely on I ll e your su hi e after the rai It s the o e thi g I o t ha ge (sunshine after the rain – alexander) LIMA PAGI itu Kiara marah-marah dengan sukses. Soalnya, jam 6 tadi pagi, Nesya mendadak meneleponnya untuk membatalkan berangkat sekolah bareng. Katanya sih Vino udah ngajak Nesya berangkat bareng. Ya memang lebih masuk akal sih. Nesya dan Vino kan tetanggaan, satu sekolah pula, jadi kalo mereka berangkat bareng kan wajar. Tapi nggak di mata Kiara! Menurut Kiara, nggak seharusnya Vino dan Nesya akrab kembali. Vino hanya akan mendatangkan musibah. Vino hanya akan menyusahkan Nesya. Vino hanya akan menyakiti Nesya untuk ke sekian kalinya. gue tuh era gkat sama bokapnya juga, Ra. lo jangan parno gitu dong. lagian dia kan temen kecil plus tetangga gue. Nggak mungkinlah dia macam- a a , jelas Nesya nggak mengerti apa yang sebenarnya dikhawatirkan Kiara. Saat itu mereka bertemu di gerbang sekolah, dan berjalan sama-sama menuju kelas. Dia Cu a akal yusahi lo doa g, Ca. Per aya deh sa a gue, Kiara berusaha meyakinkan Nesya. Nesya e atap Kiara de ga dari gue? Kiara la gsu g e ua g uriga. “e e er ya apa sih ya g lo se u yii uka. Nggak ada kok. Kalo lo terus utupi se ua ya, ya gue ggak akal taulah, seru Nesya sedih. Kiara memejamkan mata, menahan emosi. Biarlah Nesya menganggapnya jahat. Tapi ia memang nggak mau Nesya tau semuanya. ‘a..., pa ggil Nesya sete gah e elas. Eh, ada a ak aru! Serempak Nesya dan Kiara menoleh ke samping. Marsya, sang primadona sekolah bersama dua temannya sedang menatap mereka tajam sambil berkacakpinggang. Lo ya g era gkat are g Vi o tadi pagi, ka ? ta ya Marsya yolot. Nesya mengerutkan dahi. Dia masih nggak mengerti apa hubungan antara cewek di hadapannya ini dengan Vino. Kiara la gsu g aju sela gkah. “ori, tapi lo siapa ya? Cih! Lo ggak tau siapa gue? kata Marsya sa il terse yu Marsya! Dan yang perlu lo inget, Vino itu cowok gue! Kiara alas terse yu si is. Maksud lo MANTAN, kalee? elagu. Gue Nesya makin mengerutkan dahi, bingung akan pengetahuan Kiara yang begitu luas. Kok Kiara bisa tau segitu detailnya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Vino? Jangan-jangan Kiara... Marsya e dekatka ajah ya ke ajah Kiara. Lo ggak usah elagu deh! H ... sori, tapi ka i ggak ada hu u ga apa-apa sama Vino. Jadi lo nggak perlu marah- arah ke ka i, kata Kiara, i gi epat-cepat menyelesaikan masalah konyol ini. Nggak ada hu ungan apa-apa? terus kenapa temen lo ini bisa pergi bareng Vi o, hah?! sahut Marsya aki yolot sa il e u juk Nesya. Nesya e era ika diri u tuk i ara. Gue era gkat are g Vi o kare a ka i teta ggaa . Ka i udah kayak saudara gitu deh, jelas Nesya polos. “audara? ula g Marsya ggak per aya. Lo e era apa-apa sa a Vi o? ta ya ya sekali lagi. Nesya ggak ada hu u ga e ga gguk yaki . Ka i deket kayak saudara. Oh gitu..., desah Marsya, per aya pada ta pa g polos Nesya. Gue ggak peduli hubungan kalian kayak saudara kek, yang pasti, gue ingetin sekarang, lo jangan deket-deket Vi o! seru ya sa il erlalu ersa a ge g ya, meninggalkan Nesya dan Kiara yang masih berdiri menatap punggung para kakak kelas itu. Lo juga, ‘a! seru Nesya ti a-tiba, saat sosok Marsya cs sudah menghilang dari penglihatan mereka. Apaa ? ta ya Kiara i gu g. Lo te a g aja. Gue sa a Vi o Cu a te e kok, ahka udah kayak saudara. Maksud lo? Kiara aki i gu g. Nesya e ghela apas. “ori kalo sela a i i gue nggak nyadar kalo ternyata lo suka sama dia. Makanya lo nggak suka kan kalo gue deket-deket dia? Kiara Cuma bisa melongo. H ... oke deh, ‘a. gi a a kalo gue a tui lo? ta ar Nesya, sok er aik hati. Ba tu apaa ? ta ya Kiara di te gah-tengah keterpakuannya. Ya a tui supaya lo isa jadia sa a dia. Hah? lo gila ya?! siapa ya g suka sa a dia?! seru Kiara, udah ggak taha dengan dugaan Nesya yang menurutnya tolol itu. Udah deh, jujur aja sa a gue. Kalo lo ggak suka sa a dia, terus ke apa lo kha atir a get pas gue deket sa a dia? Ya kare a dia isa ya Cu a yakiti lo doa g! seru Kiara kesall. Nyakiti gue? ta ya Nesya i gu g. Kiara langsung memeras otak. Duh, kenapa sih dia selalu keceplosan? Bukti ya, gara-gara Vino, lo dila rak sa a e ek tadi, ka ? Hah? Vi o itu populer, Ca. Dia suka ge- ga tu g e ek. Jadi kalo sekara g lo deket sa a dia, pasti lo akal dapet a yak asalah, jelas Kiara. Tapi... kok lo isa tau a yak sih te ta g Vi o? ta ya Nesya uriga. Kita kan aru ke al dia di sekolah i i. Kiara terse yu geli. Ya iyalah gue tau. Gue ka ggak kuper kayak lo! Nesya merengut. Kiara tergelak. Jadi egi i, Ca. Waktu kita “MP, gue pu ya te e ya g sekolah di si i. Dia pernah cerita sama gue kalo ada cowok, namanya Vino, yang populer banget. Katanya, Vino tuh pinter, baik, cakep, tapi suka nyuekin cewek-cewek yang seneng sama dia. Makanya sampe sekarang, cewek-cewek masih pada ngerebutin dia. Dan cewek yang tadi ngelabrak lo itu namanya Marsya. Dia mantannya Vino. Gue denger sih katanya Vino yang mutusin dia. Makanya pas gue tau Vi o deket sa a lo, gue jadi kha atir, jelas Kiara pa ja g-lebar. Nesya elo go. Lo ggak oho g, ka ? ta ya ya e astika . Ngapai gue oho g? Kalo asih ggak per aya juga, lo tanya aja sama anaka ak ya g lai . Berita te ta g Vi o ah udah jadi rahasia u u , kata Kiara sok cuek. Nesya ha ya isa erkata oooh . Kiara melirik ke arah Nesya. Wajah Kiara masih dipenuhi senyum, tapi jauh di lubuk hatinya, rahasia itu masih disimpannya dalam-dalam. Nesya hanya boleh tau se atas apa ya g juga diketahui ora g lai . “eda gka asalah o ok asa lalu Nesya , ja ga sa pai Nesya tau. “etidak ya u tuk saat i i. Atau mungkin, lebih baik Nesya nggak perlu tau untuk selamanya.... *** Gue au go o g sa a elo, kata Kiara di gi , egitu sa pai di hadapa Vino, pas jam istirahat berlangsung. Ma a Nesya? ta ya Vi o, sa a di gi Dia di kelas. ya. Lo au go o g apa sa a gue? ta ya Vi o, sedikit pe asara . Kita go o g di elaka g sekolah aja. Kiara berbalik dan berjalan ke arah belakang sekolah. Vino mengikutinya. Jujur, perasaan Vino nggak enak. Sejak awal ia selalu merasa ada yang aneh pada diri Kiara. Ia tahu, Kiara nggak suka padanya. Bahkan kadang Vino merasa Kiara membencinya! Well, jauhi Nesya, ujar Kiara sa sudah di belakang sekolah. il Masalah itu lagi? “e e er ya lo ada kesal. Gue ggak e atap Vi o taja , egitu asalah apa sih sa a gue? ta ya Vi o au lo a tui Nesya gi get Maksud lo apa sih? Buka ereka asa lalu ya. ya lo juga lagi erusaha a tui dia? Kiara terdiam, masih dengan tatapan dinginnya. Vi o tersadar. Oh... egitu ya? jadi, lo ggak per ah a tui dia u tuk i get asa lalu ya? Lo takut ia i get asa lalu ya, tuduh Vi o, ggak e yangka dengan semua kenyataan ini. Gue e a g ggak au dia i get asa lalu ya. Lo siapa? Lo uka saha at ya, ka ? Vi o ulai pa ik. Justru kare a gue saha at ya, gue gerti dia! Gue ya g tau se ua asa lalunya! Dan gue yang paling tau seberapa bakal menderitanya dia kalo dia i get se ua ya! seru Kiara, puas e geluarka se ua u ek-uneknya selama ini. Untung mereka ada di belakang sekolah, jadi nggak ada orang lain yang mendengar. Apa sih aksud lo? Vi o e ar-benar bingung. Lo tau siapa ora g yang selama ini paling deket sama Nesya sebelum dia ke elakaa ? ta ya Kiara, e uat Vi o terse tak. “e elu dia ke elakaa ? ula g Vi o i gu g. “ela a i i ada seseora g ya g selalu ada u tuk Nesya. Mereka teta ggaa . Dan setahun yang lalu mereka res i pa ara . Gue ggak gerti... Beda u ur ereka sekitar tiga tahu a . Co ok itu alu lanjut Kiara, sengaja memotong kalimat Vino. i “MA kita i i..., Vino tersentak. Sepertinya dia tau siapa yang sedang dibicarakan oleh Kiara. Terakhir kali gue ngomong sama cowok itu sekitar dua bulan yang lalu, pas dia ulang tahun yang ke-18. Dia bilang dia mau mengenalkan Nesya ke temennya. Tapi ternyata, hari di saat Nesya amnesia, juga merupakan hari terakhir gue isa go rol sa a o ok itu... Vino terenyak. Dia nggak berani melihat tatapan nanar Kiara. Banyak kepedihan terpancar di mata cewek itu. Dan sekarang, rasanya kepedihan itu mulai menular kepadanya. Maksud lo... Mike? ta ya Vi o, asih sho k. Kiara terse yu , a tara si is da sedih. Lo deket kan sama Mike? Dia pasti udah erita te ta g pa ar ya, ka ? Ntar cewek gue bakal masuk SMA ini juga, jadi adik kelas lo. Berhubung gue udah hengkang, jadi... bantu gue jagain dia selama di sekolah ya! kalimat itu terngiang kembali di telinga Vino. Vino makin terenyak. Dia sama sekali nggak pernah menganggap ucapan Mike itu serius. Bahkan dia nggak tau kalo cewek yang selalu dibicarakan Mike itu adalah Nesya, teman kecilnya. Nggak sinis. u gki ! Lo pasti oho g, ka ? ujar Vi o, e atap Kiara de ga Gue juga a al ya ggak per aya... Kalo egitu, esya harus tahu! seru Vi o sa il era jak pergi. Tapi cepat- epat Kiara e aha le ga Vi o. Maksud lo, dia harus tahu apa, hah?! tau kalo Mike udah nggak ada? Tau kalo cowok yang paling penting dalam hidup ya udah hila g da ggak akal u ul lagi? Gitu? ujar Kiara cemas. Vino terdiam sesaat. Lo au a esia Nesya se uh, tapi luka di hati ya aki parah? Gue se diri aja ggak isa ge aya gi gi a a perasaa ya kalo dia tau Mike udah... Gi a a de ga Mike? sela Vi o di gi , e uat Kiara terse tak. Lo peduli sa a perasaa Nesya, tapi apa per ah lo ikiri perasaa Mike? Lho, Mike ka udah... Udah apa? ha ya kare a Mike udah ggak ada di du ia i i, terus lo oleh seenaknya menghapus keberadaa ya? I i ggak adil uat Mike! tegas Vi o, berhasil membuat Kiara berpikir ulang. Tapi... kalo Nesya tau terus ter yata dia aki sakit, apa Mike akal se e g? Apa Mike akal terse yu puas? Apa itu keadila ya g Mike i gi ka ? sahut Kiara. Lagi-lagi Vino dibuat mengerutkan dahi. Dia benar-benar nggak mengerti jalan pikiran Kiara. Kiara ke ali e tap ya taja . Gue tetep ggak akal gi getii Nesya te ta g asa lalu ya. e iarka lo au sa pe kapa lo se u yii hal i i? “ela a ya? Apa gu a ya hidup kalo ggak pu ya ke a ga ? seru Vi o e osi. Kiara asih ertaha de ga keputusa ke a ga te ta g Mike. ya. Biar aja Nesya ggak pu ya lo gila! kata Vi o. Terserah apa a ggapa lo. Ya g pasti, gue akal eli du gi Nesya. itu a a ya uka eli du gi, tapi e oho gi! a tah Vi o. Gue tetap akal a tui Nesya u tuk gi get se ua ya, ujar Vi o yaki . Eh, Vi o...! kayak ya per u a deh gue go o g sa a lo. Jadi... ter-se-rah! tegas Kiara. Terserah de ga iat lo. Da gue juga aka gelanjutin tekad gue, la jut Kiara sa il erjala ele ati Vi o ya g asih dia ggak berkutik. *** Sepulang sekolah, Vino tidur-tiduran di dalam kamar. Bahkan ia sempat tertidur saat mendengarkan MP3 yang ada di HP-nya. Dan begitu ia membuka mata, jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Bi, Ma a ke a a? ta ya Vi o saat keluar ka ar da mamanya di ruang keluarga. Tadi pergi sa a te e ya, ja a Bi Odah. ggak e e uka Te e ya? “iapa? ta ya Vi o i gu g. Duh, Bi i ggak tau a a ya, sahut Bi Odah sambil melanjutkan menyapu lantai. Vi o e eguk air putih ya. “aya ke lapa ga asket di ta a dulu ya, kata Vino cuek sambil beranjak keluar rumah dengan bola basket di tangan. Sepanjang perjalanan menuju taman, Vino teringat akan pembicaraannya dengan Kiara di sekolah tadi. Duh, hari gini dia disuruh mikir yang aneh-aneh? Bikin sakit kepala aja. Andaikan dia nggak bertemu Nesya lagi, pasti hidupnya masih normal-normal aja. Tapi kalau ia nggak bertemu Nesya, ia nggak akan tau apa yang sebenarnya terjadi pada Mike. Yap, Mike. Bagi Vino, hari ini seperti mimpi. Banyak hal yang tiba-tiba diketahui olehnya secara bertubi-tubi. Dan menurutnya, Cuma orang gila yang percaya pada semua ini! Vino sampai di lapangan dan langsung duduk di bangku. Ia masih shock. Bukan karena Nesya yang hilang ingatan, melainkan karena Mike. Ini tentang Michael Ardia syah. Ora g perta a ya g telah diakui ya he at . Ora g ya g beberapa bulan yang lalu masih bermain basket bersamanya. Orang yang selalu mengomelinya kalo dia malas latihan. Orang yang meminta bantuannya untuk... menjaga Nesya. Tapi sekarang... Mike udah nggak ada. Vino membanting bola ke tengah lapangan. Dadanya terasa sakit, seperti ada sesuatu yang menekan kuat-kuat. Dia bukan cowok melankolis! Kepergian Mike nggak akan berpengaruh besar dalam hidupnya. Tapi kenapa dadanya terasa sakit? kenapa air matanya ingin keluar?! Vi o...? Vino tersentak. Ia menoleh dan melihat siapa cewek yang memanggilnya. Untung air matanya belum keluar. Kalo nggak, apa yang harus dikatakannya pada Nesya yang sekarang sedang menatapnya bingung itu? Lo lagi gapai ? ta ya Nesya, sa il e gha piri Vi o ya g salah ti gkah. Lo aru alik? ta ya Vi o, i gu g he dak go o g apa. Nesya yang masih memakai seragamnya mengambil bola dari tengah lapangan. Yap, tadi gue ai ke ru ah Kiara dulu. Lo au ai asket, ya? ta ya Nesya seraya melemparkan bola ke arah Vino. Vi o e a gkap ya de ga satu ta ga . Niat ya sih gitu. Lo juga ai ? Yeee! Lo yi dir gue? Gue ka ggak isa ai au asket... Ya di o a aja dulu. Lagia ka ggak ada ya g liat ke egoa lo itu selai gue. Vino kembali melempar ke tangan Nesya. Oke. Kalo dri el doa g sih gue isa, ujar Nesya, erharap Vi o takut da nggak jadi menantangnya. Tapi ternyata Nesya salah. Vino malah tersenyum geli sambil menunggu Nesya beraksi. Mau nggak mau, Nesya mulai membanting bola ke lantai, lalu dengan cepat menangkapnya kembali. Senyum Vino makin lebar. Nesya menghela napas panjang, lalu langsung mendribel bola. Vino tertawa ngakak. Nesya bukan mendribel, tapi megejar bola yang meneggelinding cepat, seolah-olah kabur dari Nesya. Begitu bola tertangkap, Nesya merengut menatap Vino. Dan dengan satu gerakan... BUK! Bola menghantam kepala Vino. duh apa-apaan sih lo?! seru Vi o kaget, sa il e gelus elus kepala ya yang baru saja dicium bola. “iapaya g yuruh lo keta a?! Ka lo ya g gajak gue mau kalah. ai ? Nesya ggak Vi o e u gut ola asket ya g tero ggok di ru put. oke, sekara g lo re ut bola ini dari gue. Ayo ulai! Nesya berlari endekati Vino yang dengan lincahnya mendribel bola. Setengah mati Nesya mengejar dan berusaha merebut bola itu nggak mau lepas dari tangan Vino. Nesya berhenti mengejar Vino. Napasnya mulai ngos- gosa . Lo ura g ah! pasti ada ag et di ola itu da di telapak ta ga lo! Iya ka ? Vi o ke ali tergelak. Lo ila g i gata apa ego sih? Hahaha! Kok lo jadi bawa- a a ila g i gata gue? Vi o e gga ti ta a ya e jadi se yu a . lo i get a a lo siapa? Nesya merengut ke il. Nesya Ve esia. Lo lahir di Ve esia? ta ya Vi o. Pasal ya, aru hari i i dia tahu a a le gkap Nesya. Nesya e i ir. Ya ggaklah! Gue lahir di Jakarta. Ooooh. Ta ggal lahir lo? Ke apa? Mau kasih kado? ta ya Nesya epat. Lo gapai sih nanya- a ya? lanjut Nesya, mulai risi diinterogasi seperti ini. Gue Cu a au getes... Vino terdiam sesaat. Ternyata memang susah mengembalikan ingatan seseorang. Buktinya sekarang, Nesya malah jadi bete! Oke, yang perlu dipikirkan adalah gimana cara paling mudah supaya ingatan Nesya cepat pulih.setahu Vino, amnesia akan pulih seiring dengan waktu atau dengan benturan keras di kepala. Kalo begitu... BUK! A ! jerit Nesya sa il e gelus-elus kepala. Vino ikut-ikut meringis. Pasti rasanya sakit. tadi kan dia juga sudah merasakannnya. Tapi apa boleh buat? Namanya juga usaha, walaupun belum tentu usahanya ini benar. Lo gila ya? “akit tahu! o el Nesya. Vi o e ge gesa . Gue ks Cu a Lo au e tui gue apa Iya, iya, sori... Vi o tersenyum manis. au a tui lo supaya i gata lo pulih. au ge u uh gue? seru Nesya sa e gha piri Nesya. kita il eri gis. ai lagi, ya? ajak Vi o sa il H ... Nesya asih ere gut, ya g la gsu g disa ut ha gat oleh Vi o dengan senyum dan aksi mendribel lalu memasukkan bola ke ring. Nesya tertegun. Tiba-tiba ia ingat sosok seseorang saaat Vino berlari dan memasukkan bola ke ring. Rasanya ada orang yang juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang Vino lakukan barusan. Tapi wajah orang itu nggak terlihat jelas. Lagi pula, bayangan itu hanya samar-samar dan cepat menghilang. Vino yang awalnya tersenyum bangga langsung bingung melihat ekspresi kosong Nesya. Ca...? Hah? Nesya tersadar. Lo ke apa? ta ya Vi o kha atir. H ... ggak kok. Cu a iri aja geliat lo isa asuki ola, sahut Nesya se ajar u gki . Yuk ai lagi! seru ya sa il ere ut ola dari ta ga Vino dan mendribelnya. Mata Vino mengikuti gerakan Nesya yang kacau. Firasatnya berkata bahwa Nesya menutupi perasaannya. Vino yakin, barusan Nesya mengingat sesuatu. Tapi kalo memang iya, kenapa Nesya nggak cerita padanya? Bukankah mereka udah sepakat akan bersama-sama memulihkan ingatan Nesya? Oke, sebenarnya yang terpenting adalah apa yang diingat oleh Nesya? Vi o! pa ggil Nesya, e uyarkan pikiran Vino. Vino merebut bola dari tangan Nesya, mendribelnya tapi dengan tanda tanya besar di dalam hatinya. *** Nesya merasa di sekitarnya gelap. Ia celingak-celinguk dengan panik, berharap seseorang menemukannya. Dadanya terasa penuh, rasa takut semakin menekannya dengan begitu kuat. Ia ingin menangis. Ia ingin tau dimana dirinya saat ini. Ia seperti tersesat! Dan satu-satunya yang bisa dilakukannya hanyalah menangis tanpa suara. Ka u ggak apa-apa? ta ya seseora g ya g ti a-tiba muncul di hadapannya. Itu suara anak kecil. Anak laki-laki. Nesya mendongakkan kepala. Matanya menyipit. Sosok anak kecil itu samarsamar berubah menjadi seorang sosok cowok dewasa. Sebisa mungkin Nesya mengamati sosok itu, tapi wajah orang itu tetap tak terlihat. ‘u ah ka u di a a? ta ya o ok itu de ga suara ya g terde gar le ih berat, bukan suara anak kecil. Nesya bbisa melihat senyum di wajah cowok itu. Senyum yang mampu membuat rasa takutnya menghilang begitu saja. Ia merasa menemukan titik terang dalam ketersesatan ini. Di sa a..., ta pa sadar Nesya itu. e ja a sa il e u juk ke elaka g o ok Si cowok tersenyum lembut sambil mengulurkan tangan. Nesya balas tersenyum. Ia mengenal sosok di hadapannya ini. Ia pun merasa pernah mengalami kejadian ini. Entah kapan. Tapi yang pasti, bila harus mengulang, ia akan melakukannya dengan senang hati. Nesya menyambut uluran tangan si cowok. Tiba-tiba kepalanya terasa berputar. Ia memejamkan mata untuk menghalau rasa sakit di kepalanya. Saat ia membuka mata, semuanya berubah menjadi terang. Udara sore hari pun terasa menyegarkannya dari kegelapan tadi. Cowok tadi sudah tidak lagi ada di hadapannya, melainkan jauh di depannya. Dengan gesit, cowok itu mendribel bola dan melemparkannya ke ring. Bola masuk dengan sempurna! Si cowok tersenyum puas ke arah Nessya. Seakan ikut merasakan kepuasan yang dirasakan cowok itu, Nesya balas tersenyum. Ini seperti bukan dirinya. semuanya berjalan di luar kendalinya. Aku iri sa a ka u! seru Nesya, asih de ga se yu ahagianya. Cowok itu memungut bola dan kembali menoleh pada Nesya. Ke apa iri? ta ya ya. Kare a ka u jago asket. “eda gka aku, dri el ola aja ggk isa, kata Nesya sambil pura-pura merengut. Cowok itu menghampiri Nesya. Sayangnya, Nesya nggak bisa melihat wajah cowok itu dengan jelas. Tapi Nesya merasa sudah kenaldekat dengan cowok itu. Nggak isa juga ggak apa-apa. ya g pe ti g ka ka u pu ya aku, ujar cowok itu lembut. Ya... u tu g ya aku pu ya ka u, sahut Nesya sa il terse yu a gga. pula g yuk! Udah sore ih. Nesya mendongak. Dilihatnya langit mulai gelap. Tapi begitu ia menatap cowok itu lagi, cowok itu sudah menghilang. Nesya melayangkan pandangannya ke segala arah, berharap menemukan cowok itu. Nesya terus mencari. Rasa takut itu pun kembali menghampirinya. Ia mulai panik. Ia ingin menangis. Ia ingin cowok itu kembali menemukannya dan pulang bersamanya... Nesya terbangun dengan napas nggak beraturan. Peluh membasahi wajahnya. Tubuhnya keringat dingin. Ditatapnya langit-langit kamar yang putih bersih. Tidak ada kegelapan yang ditakutinya seperti dalam mimpinya barusan. Mimpi... Nesya mengembuskan napas panjang. Mimpi aneh pertama yang dialaminya semenjak kecelakaan itu. Apa benar semuanya hanya mimpi? Atau janganjangan, itu sebuah petunjuk untuk ingatannya yang hilang? ENAM ITU ka Cu a i pi, Ca, ko e tar Kiara, erusaha sesa tai u gki , egitu Nesya emnceritakan mimpinya. Tapi rasa ya kayak e era . Lo yaki itu Cu a i pi, ‘a? e a g ya e era nih, gue nggak pernah deket sa a o ok ya g jago asket? Nesya pe asara . Kiara e atap saha at ya. Gue rasa lo ulai kese gse sa a Vi o deh. Nesya la gsu g e ekuk ajah. Kok jadi Vi o sih? Gue yaki liat di i pi itu uka Vi o! o ok ya g gue “e erapa yaki ? ta ta g Kiara. Nesya e dadak gagu. H ... yah... perse lah... Oh...Cu a perse ... Kiara ke ali e a a ajalah ya g ada di tangannya. Saat itu Nesya memang sedang main ke rumah Kiara. Oke, uka perse , tapi perse ! seru Neya kesal. Kiara melirik ke arah Nesya. Kalo gitu, gue le ih per aya sa a ya g sisa ya. perse Kok lo gitu sih?! seru Nesya je gkel. Kiara e utup ajalah da ke ali e fokuska diri pada Nesya. Gi i ya, Ca. Empat tahun gue jadi sahabat lo, gue nggak apernah denger ada cerita kayak dala i pi lo itu di kehidupa yata lo. Jadi ya... Lo yaki ? poto g Nesya, Kiara alas e ari kejujura di ata Kiara. e atap Nesya de ga taja . Yaki . Nesya terdiam. Kiara menghela napas, membuka majalah, lalu pura-pura membacanya dengan serius. Andaikan Nesya tahu, saat ini dada Kiara berdebar sangat kencang karena telah sukses berbohong. Andaikan Nesya tahu, saat ini Kiara begitu panik mendengar mimpi Nesya yang sebenarnya pernah menjadi kenyataan itu! *** Siang itu di sekolah, Nesya dan Kiara kembali menonton anak-anak basket yang sedang latihan. Awalnya Kiara nggak mau, tapi begitu Nesya bilang ia mau nonton sendiri, akhirnya Kiara setuju ikut. Bukankah lebih berbahaya kalo Nesya dibiarkan sendiri? Apalagi lawannya adalah Vino! Hei, ‘a! sapa Egi, egitu Hei! elihat Kiara da Nesya di tepi lapa ga . alas Kiara ra ah. Vino yang sejak tadi berdiri di samping Egi pun ikut menyapa Kiara dan Nesya. Nesya membalasnya dengan senyuman, tapi Kiara ogah tersenyum begitu melihat Vino. Lo elu pula g? ta ya Vi o ra ah pada Nesya. Mau liat lo latiha dulu, sahut Nesya seke a ya. Vi o se pat salah ti gkah. Lo khusus ke si i Cu a uat liat gue latiha ? tanya Vino setengah nggak percaya. H ... soal ya gue gerasa ada sesuatu di sini. Yah, siapa tau bisa bantu ulihi i gata gue, ja aB Nesya polos. Pupus sudah salah tingkah Vino barusan. Ternyata Nesya darang karena hal lain. Mulihi i gata ? eletuk Egi. E a g ya lo ke apa? tar gue eritai deh di les i ggris, kata Kiara si gkat, sa tatapan penuh arti ke Egi. il elaya gka Egi Cuma bisa ber-oooh ria. Vino yang sadar akan tujuan awalnya, langsung mengambil tindakan. eh iya, Gi. Gue de ger ih, e ek ya Mike sekolah di si i ya? ujar Vi o. Kiara refleks menoleh, menatapnya tajam. Vino balas menatap sekilas, tapi kemudian langsung kembali memasang wajah biasa-biasa saja. E a g ya Mike udah pu ya e ek? ta ya Egi kaget. Vi o elirik ke arah Nesya ya g asih e asa g ta pa g polos ya. Mike pernah cerita kalo dia udah punya cewek yang tahun ini bakal masuk sekolah kita... “erius lo?! Na a ya siapa? Gue jadi pe asara . Kayak gi a a ya e ek ya g isa jadi pa ar seora g Mi hael Ardia syah? kata Egi. Kiara hanya bisa menghina kebodohan Egi itu dalam hati. Ya bukan salah Egi sih, dia kan emang nggak tau. Tapi yang patut disalahkan adalah manusia rese yang bernama Arvino Jelandra yang ada di hadapannya dengan wajah cakep tapi sinis itu! Kalia lagi go o gi siapa sih? ta ya Nesya pe asara . Kiara langsu g e arik ta ga Nesya. Pula g yuk, Ca! Gue lagi go o gi a ta kapte ti asket se elu gue. Na a ya Mi hael Ardia syah, pa ggila ya Mike! kata Vi o, se gaja er i ara de ga suara lebih keras, dengan penekanan khusus pada kata terakhir. Kiara langsung melirik ke arah Nesya. Nesya e gerutka dahi. Kayak ya gue per ah de ger deh. Gue ke al ggak sih, ‘a? ta ya Nesya polos. Vino tersenyum dalam hati. Ini kesempatan emas untuk membangkitkan ke a ga Nesya aka Mike. Mike itu terke al di “MA Pelita. Dan yang gue tau, kata ya dia pu ya pa ar ya g seu ura kalia ... Eh, lo isa die Kok lo ggak sih? poto g Kiara. arah sih, ‘a? ta ya Nesya, i gu g elihat ti gkah Kiara. Me a g ya siapa, Vi ? ta ya Egi pe asara , ta pa Pa ar ya Mike itu ter yata... Vi o ersiap e uka e edulika Kiara. ulut. Gue, ja a Kiara. Serempak Vino, Nesya, dan Egi menoleh ke arah cewek itu. Nesya terbelalak. Egi melongo. Vino hanya bisa menatap kaget. Gue e a g e ek ya Mike. Puas lo? ujar Kiara dingin, sambil menatap Vino tajam. Kok lo ggak per ah erita sih, ‘a? Nesya ggak isa plus penasarannya. e utupi rasa kaget Gue ggak per ah erita kare a se e er ya dua ula ya g lalu gue udah putus sama Mike. Gue nggak mau terus mengingat hubungan kami. Tapi ter yata, si ora g sok tau i i de ga se gaja alah gu gkit se ua ya! Kiara menunjuk ke arah Vino dengan kecewa. Vino tersentak. Dia sama sekali nggak menyangka Kiara akan senekat itu! Vino nggak tahu harus ngomong apa lagi. Jelas-jelas Kiara berbohong. “ori, Vi , gue sa a Kiara pula g dulu ya, ujar Nesya sa il e gga de g tangan sahabatnya. Vino hanya bisa melongo. Egi yang merasa nggak enak hati dengan situasi saatnitu ikut-ikutan cari alasan untuk pergi. Tinggallah Vino sendiri, hanya ditemani beberapa anak basket lain yang sedang bermain di lapangan. Sesaat Vino tertunduk, berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi. Pertama, ia harus berhadapan dengan orang yang amnesia, yang selama ini Cuma dilihatnya dalam film atau pernah dibacanya di novel. Terus sekarang, Kiara mengaku-aku sebagai mantan pacar Mike. Gila! Sebenernaya permainan apa sih yang sedang dijalaninya ini? Vino tersentak. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Kiara waktu di belakang sekolah dulu, Terserah de ga iat lo, da gue juga aka gela juti tekad gue... Perlahan Vino tersenyum. Kok gue tolol amat ya? rutuknya dalam hati. Sekarang ia tau apa maksud kata-kata Kiara itu. Betapa bodohnya ia sampai bisa terbawa arus permainan Kiara tadi. Ternyata lawannya kali ini lumayan seimbang. Semuanya berjalan begitu cepat sampai Vino yang awalnya berpikir akan memenangkan permainan, malah dibuat seri oleh Kiara. *** Pulang sekolah, Nesya malas pulang ke rumah. ia ingin main ke rumah Kiara. Tadi di sekolah ia sudah menelepon Mama, izin bahwa ia akan pulang sore. Selama perjalanan, keduanya nggak bicara satu kata pun. Nesya takut Kiara makin sedih perihal Mike, sedangkan Kiara sendiri takut kebohongannya terbongkar. Sebenarnya, setiap kali berbohong kepada Nesya, Kiara selalu merasa bersalah. Bahkan ia selalu mengutuki dirinya sendiri. Kenapa harus berbohong pada sahabatnya sendiri? Lagi pula, sebenarnya Nesya adalah orang yang paling berhak tau semua kebenaran yang ada. Tapi tetap saja, setiap kali pikiran untuk jujur itu muncul, rasa khawatir itu pun ikut-ikutan muncul. Kiara takut Nesya tambah terluka. Begitu sampai di rumah, Kiara membulatkan hati. Semuanya terlanjur terjadi. Sekali berbohong, ia memang harus melanjutkan kebohongan-kebohongan lainnya. Lo ggak au erita apa-apa te ta g Mike? ta ya Nesya e ulai pembicaraan saat mereka berdua sudah berada di kamar Kiara. Kiara e ghela apas pa ja g. Apa ya g pe ge lo ketahui? sahut Kiara, berharap Nesya berhenti bertanya. Dulu gue ke al ggak sa a Mike? ta ya Nesya polos. Kiara terenyak. Hatinya terasa pedih. Bisa-bisanya Nesya bertanya hal seironis itu dengan wajah sangat polos. Andaikan Mike ada di sini dan mendengar pertanyaan Nesya barusan, tidakkah Mike akan merasa sedih? Dilupakan oleh orang yang disayangi, apakah Mike masih bisa tersenyum ramah seperti biasanya? Oh, tidak. Walaupun Mike sudah nggak ada, Nesya harus tetap mengenal Mike. Kalo nggak bisa secara terang-terangan, Kiara bisa mencari cara lain yang lebih halus. Dan kesempatan itu sudah ada di depan mata! ‘a...? Nesya Kiara e ye tuh ahu Kiara de ga le ut. e atap Nesya de ga yaki . lo ke al aik sa a Mike. Oya? Nesya sedikit kaget. H . “e e er ya ora g ya g di i pi lo itu u gki Mike. “e ara fisik, ti ggi Mike hampirr sama dengan Vino. Dia juga cakep. Jago basket pula. Waktu pertama kali gue ketemu dia, gue pikir orangnya sombong. Tapi ternyata pas dia se yu , saat itulah gue tau kalo dia e a g ora g ya g tepat... ...untuk lo, Ca! Tambah Kiara dalam hati. Kare a itu lo jatuh i ta sa a dia? ta ya Nesya, ulai er i ar-binar. Kiara makin nggak tega melihat wajah Nesya yang terlihat bahagia itu. Hatinya aki e elos. Kiara ke ali e era a g. Buka Cu a kare a itu. Sebenernya gue udah jatuh cinta sama dia sejak sembilan tahun ya g lalu... Wo ! Gile! Lo jatuh i ta sa a dia pas “D?! sela Nesya, a tara ggak percaya dan kagum. Kiara tesenyum tipis. Yap, gue juga kaget, Ca, pas denger hal itu pertama kali dari mulut lo dulu. Mike is y hero. Dia ya g yela eti gue aktu gue nangis ketakutan. Bagi gue, u gki dia uka ya g perta a, tapi pasti ya g terakhir, la jut Kiara, yang sebenarnya mengulanng kata-kata Nesya dulu. Terus, ke apa kalia putus? Nesya aki pe asara . Ke apa putus? ula g Kiara, i gu g harus e ja a apa. “e a , terkada g kita nggak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Gue menginginkan dia, tapi takdir erkata lai . Nesya terse yu prihati . Terus, sekara g dia di a a? Mike di mana? Andaikan Kiara tahu. Andaikan ada orang yang bisa menjelaskan di mana Mike sekarang ini. Andaikan Kiara juga bisa mengucapkan pertanyaan itu sepolos Nesya. Andaikan Nesya tahu bahwa semua yang diceritakan oleh Kiara barusan adalah tentang Nesya dan Mike! Kiara nggak bisa lagi menutupi rasa sedihnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Perlahan ia menunduk, nggak berani menatap mata Nesya yang polos. “ea dai ya gue tahu, Ca, ujar Kiara lirih. *** Malam itu sebelum tidur, seperti biasa, Nesya mengobrol sebentar dengan Mama. Obrolan singkat yang penuh kehangatan. Soalnya sejak Nesya kecelakaan, Mama memang lebih perhatian kepadanya. Dan Nesya juga jadi lebih tergantung pada Mama. Eh, Ma, aku aru tahu lho kalo Kiara ter yata pu ya pa ar, Nesya er erita dengan semangat. Mama Nesya menaikkan alis. Sejak kapan Kiara punya pacar? Kiara dan Nesya memang sobat karib. Bahkan saking akrabnya, mama Nesya sampai tahu selukeluk Kiara. Pokok ya, seperti a ak ya se diri deh. Masa sih? “ela a i i Ma a ggak per ah de ger tuh. kiara juga ggak per ah erita ke Ma a... Iya nih. Aku juga baru tau tadi siang. Kiara sendiri yang cerita kalo pacarnya itu a ta kapte ti asket di “MA Pelita, jelas Nesya yaki . Ma a la gsu g gusar. hati-hati. a ta kapte ti asket “MA Pelita? ula g Ma a Nesya e ga gguk yaki . Na a ya Michael Ardiansyah. Mama pernah de ger ggak? ta ya Nesya polos. H ... Mi hael? Kayak ya Ma a per ah de ger deh. Dulu ka u da Kiara memang suka nyebut- ye ut a a ya... Masa sih? “e el ih, aku ggak i get sa a sekali. Kapa ya i gata aku alik lagi? keluh Nesya sa il ere gut ete. Ma a e gelus kepala Nesya de ga le ut sa udah saat ya, i gata ka u juga pasti pulih. il terse yu sedih. Kalau Nesya memeluk mamanya erat. Dadanya terasa hangat dan damai. Jauh di lubuk hatinya, ia merasa pernah merasakan pelukan yang seperti ini. Entah dengan siapa, tapi yang pasti bukan dengan mamanya. Mama berusaha tetap tersenyum, meskipun di dalam hati ia merasa sedih. Entah bagaimana cara yang tepat untuk jujur kepada Nesya akan apa yang sebenarnya terjadi.... *** Kiara mendengus bete. Ia menyesal kenapa harus datang lebih awal. Mendingan telat sekalian. Lebih baik ditegur Mr. Bryan, guru les Inggris-nya, daripada disapa Egi yang bawelnya selangit. Egi makin mendekat ke arahnya dan nggak berhenti me atap ya. Ayo do g, ‘a! lo ka udah ja ji au erita ke gue, Egi e oho . “e e er ya sih ggak ada hu u ga ya sa a elo, Gi... Kiara erusaha mengelak. Ia malas cerita pada cowok ini. Lagi pula, mau mulai cerita darimana? Eh, pali g ggak, gue ka temen lo, sahabatnya Vino, dan sekarang kenal pula sama Nesya. Jadi gue berhak tau dong? daripada gue bengong sendiri kalo kalia ertiga lagi go rol kayak ke ari ? kata Egi gotot. Ya udah. Kalo gitu, lo pergi aja kalo ka i ertiga lagi go rol. Ga pa g, ka ? sahut Kiara jutek, tanpa peduli apakan Egi bakal tersinggung apa nggak. Sebenarnya Kiara sengaja, biar Egi tersinggung, terus jangan deket-deket dia lagi. Nggak isa gitu do g! lo udah ja ji au kasih tau gue. Jadi, se elu lo erita, gue nggak akal yerah! seru Egi, e uat Kiara elo go. Kok isa ada manusia kayak begini? Kiara terse yu si is. Lo lagi gapai sih se e er ya? Kayak lagi au nembak, terus nngarepin jawaban gue, pake bawa-bawa janji dan nyerah segala... Lo le ih ilih erita atau gue tembak? Terus, kapan hubungan kita berlanjut ke tingkat lebih serius? Terus, kira-kira maskawinnya apaan ya? terus, entar kita ula adu ya ke a a, “ay? Gi a a kalo ke Zi a e? goda Egi ise g. Kiara la gsu g e ekuk ajah. Oke! Gue kasih tahu inti ceritanya. Nesya itu amnesia. Dan sekarang, sebagai temen kecilnya, Vino mau membantu Nesya u tuk e ulihka i gata ya. Puas lo? Egi elo go sesaat. A esia? Kok ggak keliata , ya? Keliata apa ya? Lo au ada kertas di jidat ya ya g ertuliska Gue a esia , gitu? sahut Kiara, elade i keko yola Egi. Ya uka gitu. gue Cu a ggak ya gka aja akal kete u la gsu g sa a orang yang amnesia. Gue kira Cuma ada di film. Beuh, bener-bener nggak keliata kalo dia a esia. He at! Egi alah terkagum-kagum. Kiara hanya bisa menggelengkan kepala. Orang amnesia kok malah dikagumi?! Terus, lo a tui dia supaya i gata Kiara e oleh sesaat, lalu e ya epet pulih? ta ya Egi. ua g uka de ga di gi . Buka urusa lo. Berbeda dengan respons sebelumnya, kali ini Egi hanya mengangguk pelan, tanpa banyak protes. Kiara sendiri agak kaget. Baru beberapa menit yang lalu Egi memaksanya untuk bercerita, eh sekarang dengan alimnya Egi terdiam, seolah mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Kiara. Marahkah Egi garagara dijutekin barusan? Belum sempat Kiara berpikir lebih jauh, Egi sudah menjawab pertanyaannya. Udah ja sete gah e pat. Masuk yuk, ‘a... Kiara elo go. Hah? Egi terse yu akal. Lo au gue ge do g ke kelas? Ih! A it-a it! seru Kiara. Egi tergelak geli. Kiara hanya merengut kecil sambil berjalan mendahului Egi yang dengan setia mengikutinya dari belakang. *** Vi ! Ada ya g yari! seru salah seora g te a Vi o ya g ke etula Nesya di depan kelas. erte u Vino melirik ke arah pintu. Begitu melihat siapa yang mencarinya, ia pun langsung beranjak menghampiri Nesya sambil tersenyum manis. Marsya yang melihat adegan tersebut memerhatikan dari jauh. Ke apa, Ca? ta ya Vi o ra ah. Nesya Cuma tersenyum kecil. Vino yang sudah hafal gelagat Nesya itu langsung e ghela apas. Pasti a eh-a eh lagi... Nggak kok, seru Nesya sa il ere gut. Gue Cu a au kasih lo i i... Nesya mengulurkan sepotong pastel yang masih terbungkus rapi di dalam plastik. Vi o e gerutka dahi. Buat gue? Tu Nesya terse yu e a at, ujar Vi o uriga. a is. Gue aik, ka ? Pasti lo eli ke a yaka , terus ggak ha is, aka ya sisa ya dikasih ke gue. Iya, ka ? duga Vi o. Nesya e atap Vi o kagu . Lo e a g pi ter ya! kata Nesya spo ta . Melihat ekspresi Nesya arusa , Vi o ha ya isa ggak lo kasih te e lo aja? Kiara, isal ya? e ghela apas. Ke apa Kiara ggak doya pastel... E a g ya lo tau gue doya pastel? Vi o nggak penting ini. ulai e ik ati pe i araa Feeli g gue sih ila g lo doyan. Kalo ternyata nggak, ya tinggal balikin aja. Ga pa g, ka ? sahut Nesya, i gu g dita ya-tanya melulu. Orang mau ngasih pastel aja kok ribet banget. Vi o terse yu Nesya ke le ut. Ya udah, tha ks ya. ali erse a gat. Tapi lai kali ga tia lo ya g traktir gue ya! Dasar ggak tulus gasih ya! kata Vi o, pura-pura bete sambil mengacakacak rambut Nesya. Nesya sendiri hanya tertawa kecil. Melihat itu Marsya langsung berdiri dan hendak menghampiri mereka. Hatinya dongkol. Rasanya seperti ada yang membakar dadanya. Memang sih Vino terkenal baik pada semua cewek. Tapi untuk kasus kali ini, Marsya merasakan hal yang berbeda. Dan kalau dibiarkan, Vino benar-benar akan menjadi milik orang lain! Eits! ujar salah seora g te a Marsya sa il e arik lengan cewek itu. Marsya e oleh. Kita tu ggu pula g sekolah aja. *** “epula g sekolah, Nesya ke elet pipis. Jadi de ga se a gat , ia erlari ke toilet cewek dan meninggalkan Kiara yang menunggunya di gerbang sekolah. Marsya dan gengnya yang melihat Nesya sendirian di toilet, sengaja membuntuti Nesya. Begitu Nesya masuk ke bilik toilet, Marsya cs mengeluarkan tali yang sudah mereka persiapkan. Hendel pintu bilik yang dimasuki Nesya segera diikat dengan hendel pintu bilik sebelahnya. Jelas, Nesya nggak bakalan bisa buka pintu dari dalam. Nesya ya g tahu ada ora g ise g e gu i ya dari luar, ko ta pa ik. Hei! Ja ga ise g do g! seru ya keras-keras. Maka ya, jadi e ek ja ga kege ita ! sahut salah satu perso el ge g ya Marsya dengan suara nyolot. Nesya aki pa ik plus i gu g. Kege ita ? “a a siapa? Ng... e a g ya gue kege ita sa a siapa? ta ya Nesya polos. Lo e a g ego ya! seru te a Marsya lai pertanyaan polos Nesya barusan. ya ya g justru kesal e de gar “upaya lo isa koreksi diri, lo bakal kami kurung di sini sampai tukang bersihin toilet nemuin lo! Bye- ye! Marsya dan gengnya pun berlalu dengan tawa mirip nenek sihir. Eh, bukan mirip deng, tapi udah ngelebihin ketawanya nenek sihir! Nesya berhenti minta tolong. Percuma. Lebih baik ia menunggu tukang bersihin toilet, atau Kiara, atau siapapun orang baik yang akan menemukannya. Duh..., mana tas dan HP dititipkan ke Kiara pula! Jadi benarbenar nggak ada jalan selain berharap dan berdoa supaya nggak ada makhluk gaib penunggu toilet yang mengganggunya! Huaaa! Di sela-sela kebetean menunggu, mata Nesya menemukan sesuatu yang menarik: tembok toilet yang penuh dengan coretan-coretan kreatif para murid cewek! Dan karena nggak ada kerjaan, ia pun membaca tulisan-tulisan itu sambil tersenyum geli sendiri. I love Vino! Dia bakalan jd tunagan gw lho. Eh, pd dtg ya ke pernikahan kami yg bakal diadain di White House sono (JL-IPS 4) White House muka lo rata! Vino tuh punya gw kaleee! (AD cutez-anak IPA donkz) Buat semua anak IPS 2, you rock, guys!! Ben, I love u, darling! Mmuah! Buat IPA 2, aloha yuhuuu!! (Dina-IPA 2) Apa sih bgsnya Vino?! Jls2 Mike lbh kren! Lbh cool pula! Mike, I love u! ^^ (NA-sastra s da est) Mike? Nesya aki tertarik e a a hatti g -an gratis dengan inisial nama yang super nggak jelas di dalam toilet ini. Bahkan ada yang saking kurang kerjaannya, sampi mencuplik lirik lagu untuk Mike! Eh, ni lgu fav Mike! Gw tau dr anak mading! Pst bt gw. (Hanni-IPS 2-no absen 22) What if I never knew What i I never found you I d e er ha e this feeli g i y heart How did this come to be I do t k o ho you fou d e But from the moment I saw you Deep inside my heart I knew Ba y you re y desti y You and I were meant to be With all my heart and soul I give my love to have and hold And as far as I can see You were always meant to be my destiny Nesya tertegun sesaat setelah selesai membaca lirik lagu tersebut. Dia tau lagu itu. Di celah-celah ingatannya yang hilang, dia merasa begitu familier dengan lagunya Jim Brickman yang berjudul Destiny itu. Apa benar lagu itu nggak memiliki makna tersendiri bagi dirinya? ini bukan tentang Mike dan Kiara, tapi lebih kepada hati kecilnya. Yang gundah. Nesya tahu dia punya kenangan yang harus diingatnya segera. Tapi apa?! SREK... SREK... terdengar langkah seseorang di luar bilik toilet. Nesya tersadar. Ada ora g di luar?! seru ya. Ibu tukang bersih-bersih toilet yang sudah setengah baya itu langsung e ukaka pi tu toilet. Masya Allah! Ada ora g di si i! Begitu pintu terbuka, Nesya terse yu lega. Maksaih ya, Bu! ujar ya, lalu berlari keluar toilet dan secepat mungkin menemui Kiara yang sudah menunggunya. Mungkin lebih baik cerita tentang toilet dihapus aja dari ingatannya. Karena kalo nggak, urusan dengan kakak-kakak kelas tadi bisa tambah runyam! TUJUH WAKTU semakin bergulir. Namun, baik Kiara maupun Vino masih keukeuh dengan prinsip masing-masing. Vino menginginkan ingatan Nesya kembali. Kiara tidak ingin ingatan Nesya kembali. Hampir setiap hari Vino mendekati Nesya dan menceritakan segalanya tentang Mike. Nesya yang menganggap Mike adalah mantan pacar Kiara mendengarkan dengan setia dan bersemangat. Yah, walaupun dia nggak ingat Mike, setidak ya Nesya peduli te ta g a ta kekasih saha at ya itu. Namun, di saat yang sama, dengan penuh kewaspadaan Kiara justru mengawasi Nesya dengan ketat. Sebisa mungkin ia menjauhkan Nesya dari halhal yang berhubungan dengan Mike. Mungkin memang nggak ada yang tau betapa dilemanya hati Kiara. Di nggak mau Nesya melupakan Mike begitu aja, tapi dia juga nggak mau kalo ingatan itu justru akan membuat Nesya tambah terluka. Padahal, baik Vino maupun Kiara nggak ada yang benar-benar tau bagaimana perasaan Nesya. Nggak ada yang tau apa yang benar-benar Nesya inginkan. Bahkan Nesya sendiri pun nggak tau apa yang sebenarnya ia inginkan saat ini. *** Te ak i i siapa? Vino tersenyum geli mendengar pertanyaan dari orang yang baru aja menutup kedua elah ata ya dari elaka g itu. Pasti E a le ot, ja a Vi o, se gaja meledek. Nesya melepaska ta ga ya da u ul di hadapa Vi o. Kok lo gue Eca sih? Ikut-ikuta Kiara ya? ta ya Nesya i gu g. Itu ka a a ke il elo. Gue asih i get kok, kalo elo tuh..., Vi o tak melanjutkan kalimatnya. Ia mencubit hidung Nesya. a ggil Nesya meringis kecil. Mungkin Nesya yang dulu akan tersinggung bila diejek seperti itu. Tapi berhubung Vino yang mengucapkannya, Nesya pun udah terbiasa. Yah, beberapa bulan ini mereka memang jadi teman akrab. Gue i get se ua hal ya g lo eritai ke gue, sahut Nesya angga. Co toh ya? ta ta g Vi o ise g. Nesya memungut bola basket di sampingnya dan memainkannya dengan kedua ta ga . Gue i get lo ila g kalo lo latiha setiap hari, ke uali hari “a tu dan Minggu. Lo juga nggak suka makanan yang bersantan. Lo selalu mulai mendribel bola dengan tangan kiri. Lo populer banget di sekolah sampe te ok toilet e ek pu pe uh de ga a a lo... Eh, kok toilet e ek di a a- a a sih? Jelek a at? poto g Vi o. Ke yataa ya e a g gitu kok, ja a Nesya uek. Vino tersenyum ma is. O o g-omong, yang lo inget itu semuanya tentang gue? Buka te ta g ora g lai ? pa i g Vi o ta pa sadar. Sebenarnya ia juga nggak tau kenapa bertanya seperti itu. Tapi satu hal yang pasti, hatinya merasa sangat senang karena hal pertama yang Nesya ingat justru adalah semua hal yang berhubungan dengan Arvino Jelandra, bukan orang lain! Nesya yang sadar bahwa Vino sedang kege-eran itu langsung memalingkan ajah. Ya ggak u a elo sih. Masih a yak hal ya g gue i get... Oya? Vi o ere ut ola dari tangan Nesya dan mendribelnya ke tengah lapangan di sore hari yang cerah itu. Nesya memerhatikan Vino sambil tersenyum lembut. Entah apa yang ada di otaknya saat ini. Tapi yang pasti, seiring berjalannya waktu yang sudah mereka habiskan bersama selama ini, hatinya mulai merasakan getaran aneh bila bersama Vino. Cintakah namanya? Ah, terlalu cepat! Gue juga i get se ua hal ya g lo eritai te ta g Mike, seru Nesya sekenanya. Vino tersentak. Tubuhnya mematung begitu mendengar nama Mike. Kenapa sesaat tadi dia bisa melupakan Mike sama sekali dan malah menikmati saatsaar bersama Nesya? Lagi pula, kenapa Nesya harus mengingatkannya akan Mike? Gue i get, Mike itu se ior lo, kapte asket ya g pali g lo kagu i. Mike juga punya banyak persamaan dengan elo. Dia nggak suka makanan bersantan. Hal yang paling sering Mike lakukan kalo udah ketemu sama bola basket adalah memutar- utar ola de ga telu juk ka a ya... Vino menoleh, menatap Nesya dengan panik. Kenapa dia merasa panik? Kenapa saat Nesya ingat semua ucapannya tentang Mike, justru hatinya merasa gundah? Kenapa jauh di lubuk hatinya, dia merasa nggak rela? Dia nggak ingin Nesya membicarakan tentang Mike saat ini! oh ya ada lagi. Mike ggak suka i u kopi, kare a ada kafei ya. Dia juga syang banget sama ceweknya. Dan satu-satunya hal yang lo iriin dari Mike adalah... ...gue elo per ah e yaya gi seseora g seperti Mike e yaya gi e ek ya, la jut Vi o sa il tertu duk. Ekspresi ajah ya koso g. Nesya menghampiri Vino sambil tersenyum lembut. Lo ggak perlu iri sa a Mike. Semua orang punya jalan hidup masing-masing. Dan gue yakin, di dunia i i pasti a yak ora g ya g iri sa a lo. Apa Mike juga per ah iri sa a seseora g? sela Vi o epat. Nesya sempat terdiam. Tapi beberapa detik kemudian, ia menjawab dengan te a g. Gue yaki , Mike pu per ah iri sa a ora g lai . Vino nggak berhenti menatap Nesya. Entah kenapa, saat ini hatinya merasa begitu bersalah. Logika menyuruhnya menjelaskan yang sebenarnya kepada Nesya, tentang masa lalu Nesya, terutama tentang Mike. Tapi hatinya berkata lain. Jauh di lubuk hatinya, ia muli takut ingayan Nesya tentang Mike kembali. Dan yang lebih parah, ia nggak tahu kenapa ia merasa seperti itu. *** Gue ggak tahu harus gi a a, Gi, nongkrong di kantin sekolah. Egi Vi o urhat Vi o, saat ia da Egi sedang e yedot softdri k ya perlaha . Masalah apaa sih? e ai ka sedota ya g ada di otol softdri k ya. Nesya. Nesya? ula g Egi, lu aya kaget plus pe asara . Pasalnya, selama ini Vino nggak pernah curhat tentang cewek. Lha, kalo sekarang si cowok populer itu tiba-tiba curhat, berarti memang ada appaapanya! Gue ulai ragu sa a keputusa gue se diri, ujar Vi o, ggak isa rasa gundahnya. Maksud lo? ta ya Egi, ulai e utupi e yi ak de ga serius. Vi o e atap Egi. Gue ulai ragu apakah gue harus memulihkan ingatannya, atau malah seperti Kara... e a tu Nesya Egi yang memang sudah tau cerita lengkap mengenai permasalahan Nesya, dan juga tau bahwa selama ini Vino mempunyai misi yang berbeda dengan Kiara, hanya bisa menghela napas. Jujur, sebagai pihak luar, ia juga bingung. Sebenarnya permainan seperti apa sih yang sedang dimainkan oleh Vino dan Kiara ini? Kalo memang permainan takdir, bukankah lebih baik berhenti bermain? Ke apa lo isa ti a-ti a eru ah pikira ? ta ya Egi pe asara . Vi o terdia . Egi ela jutka perta yaa . Apa alasa lo kayak Kiara? De i... Nesya? Takut dia ta ah terluka? Vi o terse yu si is. Buka de i Nesya, tapi de i diri gue se diri... Egi yang tau maksud Vino, nggak bisa berkata-kata lagi. Gue ggak tau i i a a ya apa. tapi gue ulai e uru kalo Nesya i get tentang Mike. Misi awal gue memang supaya Nesya ingat sama Mike. Tapi sekarang, gue malah takut kalo hal itu terjadi. Gue pengen Cuma ada gue di ingatannya. Apa gue egois? kata Vi o aki i gu g de ga diri ya se diri. Lo uka egois, tapi ggak ko siste , sahut Egi kesal. Gue ggak gerti sama jalan pikiran lo, Vin. Kalo Kiara nggak mau ingatan Nesya pulih karena takut Nesya terluka, itu masih bisa gue terima. Tapi lo? Lo bener-bener nggak ko siste sa a isi lo se diri. Egi terse yu si is. Vi , di a tara ratusa e ek di sekolah i i, ke apa harus Nesya sih? Vino hanya tertunduk tanpa bisa membantah ataupun membela diri. Benar kata Egi, dia memang nggak konsisten. Tapi bukan kemauannya juga kan, untuk nggak konsisten seperti ini?! Gue juga ggak tau ke apa harus dia, ja a Vi o. Kalo lo e ulao se uah hu u ga atas dasar ke oho ga , per aya deh sa a gue, ggak akala erhasil, ujar Egi serius. Vi o e oleh ke arah Egi. Maka ya, gue erusaha erita ke Nesya kejadia yang sebenarnya. Mungkin kalo nggak bisa dengan kata-kata, gue bisa la gsu g gajak dia ke te pat Mike... ke aka ya. Egi hanya bisa menatap Vino dengan perasaan campur aduk. Nggak pernah dia membayangkan akan melihat Vino yang seperti ini. Vino yang tiba-tiba berubah jadi nggak mantap. Vino yang nggak tau harus memilih. Dan satu hal yang paling terlihat... Vino yang sedang jatuh cinta. *** Gue liat lo aki deket sa a Vi o, kata Kiara uriga. Hari itu ke etula Kiara sedang main di rumah Nesya, sebelum berangkat les inggris. Nesya la gsu g salah ti gkah. Ah, ggak juga. Kiara ya g tau gelagat a eh sohi ya sa a Vi o? e ar Kiara. ya i i ggak isa erdia Ta pa era i e atap Kiara, Nesya erkata, H ... gue kalo ada di sa pi g dia.. diri lagi. Lo suka erasa ya a aja Lo harus jauh-jauh dari dia, Ca, poto g Kiara di gi . Lo ke apa sih, ‘a? e a g ya Vi o ggak pa tes uat gue? Nesya terusik dengan komentar-komentar Kiara. Kiara e ja a de ga yaki , Yap, dia ulai e a g ggak pa tes uat lo. Terus, ya g pa tes uat gue siapa? ta ta g Nesya. Mike! Seru Kiara dalam hati. Andaikan dia bisa menyebut nama Mike dengan keras. Vi o ka aik, akep, pi ter, temen kecil gue pula. Jadi gue rasa, kalo gue suka dia, itu hal yang wajar. Sehari aja gue nggak ngebahas dia, rasanya ada yang a eh, ‘a... Kiara tersentak. Bukan baru-baru ini aja, Nes! Dari dulu pun tiada hari tanpa lo ye ut a a Vi o ! da se ua ya pun memang gara-gara Vino! Kiara ulai pa ik. Ca, se e er ya ada ya g au gue eritai ke elo... Te ta g? ta ya Nesya erse a gat. Te ta g... h ... Mike! “e e er ya dia... Ah, udahlah! Gue udah ose de ger erita te ta g dia. “etiap hari Vi o cerita tentang Mike sampe gue curiga jangan-jangan dia homo. Tapi untung, akhir-akhir ini dia mulai males ngebahas Mike. Lo juga bukannnya mau gelupai a ta lo itu? sela Nesya ete. Kiara terenyak. Dia benar-benar nggak tau kesalahan apa yang udah diperbuatnya selama ini sampe-sampe Nesya bosan mendengar cerita tentang Mike. Kalo aja dia tau bahwa nantinya Nesya akan menyukai Vino, lebih baik sejak awal dia menceritakan semuanya tentang Mike. Dia pun nggak perlu berbohong segala. Dia akan memilih Nesya terluka karena kehilangan Mike daripada terluka karena Vino. *** Egi melongo. Gue ggak isa ge iari i i se ua, Gi, urhat Kiara. Kedua re aja itu tak menyadari mereka kini akrab. Yang pasti, Kiara selalu curhat kepada Egi saat les Inggris. Padahal dia tau Egi sohibnya Vino, tapi tetap aja dia percaya pada si cowok bawel itu. Wait, ait! Jadi aksud lo? ta ya Egi pela sa il elirik ke arah Mr. Brya . Jangan sampai guru les mereka itu memergoki mereka ribut saat pelajaran berlangsung. Kiara menghela apas. Gue akal eritai se ua ya ke Nesya. Egi kaget luar biasa. Gimana nggak? Dalam waktu kurang dari 24 jam, dia harus mendengar kedua temannya berubah pikiran dan jadi nggak konsisten! Dan parahnya, sekarang Vino dan Kiara malah tukeran misi. Selabil itukah anak SMA? Gi! Lo de ger ggak sih? Egi tersadar. Perlaha dia terta a ko yol. Asli, gue e er-bener speechless gede geri elo da Vi o! Mr. Brya e oleh ke arah ereka. What didi you ea ith spee hless ? Egi dan Kiara mematung. H ... I ea t... h ... sorry, “ir. It as just... h ... hu a error! Te h i al mistake! Hahaha, ujar Egi, campuran ngaco dan jayus. Mr. Bryan yang mengerti maksud Egi itu hanya merengut kecil, lalu melanjutkan pelajaran. Egi menghela napas lega. Kiara e gerutka dahi, i gu g. Maksud lo? “ekara g lo da Vi o tukera isi. Tau ggak? ujar Egi. Butuh beberapa menit bagi Kiara untuk memahami ucapan Egi. Dan begitu sadar, ata ya la gsu g ter elalak. Nggak ko siste a get sih dia! seru ya kesal. Egi la gsu g e yahut epat. “a a kayak lo! Kiara menoleh ke arah Egi dan langsung mati kutu. “a a kayak siapa? ta ya Mr. Brya de ga logat ule ya ya g ka au a is. Semua orang menoleh ke arah Egi. Kali ini giliran Egi yang cengengesan nggak jelas. Hehehe... No, “ir. H ... sa a kayak Brad Pitt! *** Sore itu gerimis. Vino mengintip ke luar dari balik tirai jendela kamarnya. Tetesan air yang perlahan-lahan menderas memupuskan semangat latihan basket Vino. Vino memang paling nggak suka hujan. Nggak ada alasan khusus sih. Dia hanya merasa hujan akan mendatangkan banyak penyakit, membuat jemuran nggak kering, prang yang kehujanan pun akan basah, kotor, dan ujung-ujungnya masuk angin. Apa sih bagusnya hujan? Kalo ada orang yang bilang hujan itu romantis, di mana sisi romantisnya? Setengah jam telah berlalu. Kini sudah pukul lima sore. Hujan mulai reda. Vino masih berharap hujan akan berhenti agar ia bisa bermain basket di taman. Vino berdiri di teras depan sambil memerhatikan titik-titik air yang masih membasahi rerumputan di halaman depan rumahnya. Perlahan ia berjalan ke pintu pagar. Diliriknya lapangan basket yang terletak di ujung jalan. Kepalanya sedikit basah karena tertetesi gerimis. Vino tertegun sesaat. Sekilas tadi ia seperti melihat sosok Nesya berlari ke arah taman. Mungkinkah hanya perasaannya saja karena kangen pada Nesya? Karena beberapa hari ini dia berusaha keras untuk menjauh dari Nesya? Karena dia belum yakin dengan apa yang harus dilakukannya? Tanpa pikir panjang lagi, Vino membuka pintu pagar dan berlari keluar menuju taman. Ah, masa bodoh. Biar saja dia dianggap konyol. Yang penting sekarang ini, dia ingin memastikan itu Nesya atau bukan! *** Nesya duduk di ayunan. Entah apa yang membawanya ke sini. Sekedar ingin menenangkan diri, untuk meredakan resah hatinya? Kalo memang iya, kenapa hatinya masih gundah? Benaknya terasa penuh, seolah-olah ada bagian dari ingatannya yang memaksa keluar. Seolah-olah ada kenangan tersendiri yang memang seharusnya dia ingat. Dia butuh jawaban. Dia butuh tempat menenangkan diri... E a? Nesya mendongak. Vino berdiri di hadapannya sambil ngos- gosa . Lo ha is arato ? ta ya Nesya seke a ya. Vi o e ge uska apas lega. Lo lagi gapai ? Nesya e atap reru puta di a ah kaki ya. Mai aja, jawabnya pelan tanpa ekspresi. Mai ? ula g Vi o i gu g. Iya! Nesya e ga gguk yaki . Yah... gue erasa, sore-sore begini, apalagi habis hujan, kayaknya enak ya, main di taman. Kayaknya gue sering kok egi i... Vino menaikkan alis, tambah bingung. Me a g ya iasa ya kalo sore lo gapai ? Yah... kada g gue di ka ar aja. Atau pula g sekolah, gue suka Kiara sa pai sore... He i g sesaat sa pai akhir ya Vi o da pula g sekolah are g gue aja. Hah? Nesya e uka ai ke ru ah ulut. Mulai esok, lo pergi e atap Vi o i gu g. Vi o jadi salah ti gkah. H ... di ru ah ada o il Ma a ya g ga ggur. Jadi ulai esok, gue a a o il ke sekolah. Lo ikut gue aja. oh, ggak usah! Gue isa kok era gkat da pula g se diri! Nesya ggak enak hati. Lagi pula, kalo dia bareng Vino setiap hari, bisa didamprat lagi sama Marsya. Belom lagi fans lainnya. Weleh-weleh! Maksud gue, kita ka teta ggaa . Jadi sekalia , gitu, ta Nesya makin salah paham. ah Vi o, takut Nesya merasa dadanya sedikit sakit saat mendengar ucapan Vino barusan. Tetanggaan?hanya karena tetanggaan? Hah! nesya berharap terlalu banyak. Oh iya, ya. gue ka e a g teta gga lo ya, ujar Nesya, e aksaka se yu . Eh... uka gitu... Oke deh, kapa -kapan kita pergi-pulang sekolah bareng. Tha ks ya! seru Nesya sambil turun dari ayunan dan beranjak meninggalkan taman. E a! pa ggil Vi o sa il e aha le ga Nesya. Nggak ha ya itu, perlaha kedua tangan Vino meraih tangan Nesya. Nesya e oleh. Tatapa ya pe uh ta ya. Ke apa, Vi ? Nesya mematung, nggak nyangka Vino akan memperlakukannya seperti ini. Di satu sisi dia kaget, tapi di sisi lain, dia juga sangat senang. Ca... h ... jadi pa ar gue ya..., te Nesya ak Vi o la gsu g. asih ggak per aya. Maksud lo? Vino menghela napas, meyakinkan diri sendiri, lalu menatap Nesya dalamdala . Buat gue, lo le ih dari sekadar te a ke il... gue saya g sa a elo, Ca. Nesya tertegun sesaat. Bukan karena penembakan Vino, melainkan karena rasanya kejadian seperti ini pernah dialaminya. Tapi dengan siapa? Ca...? Ya? sahut Nesya tersadar. Jadi... lo au ggak...? ta ya Vi o sekali lagi. Perlahan Nesya tersenyum manis. Konyol kalo ia nggak menerima Vino saat ini. Konyol kalo ia terus-menerus memikirkan hal yang bahkan ia pun nggak tau nyata atau nggak. Konyol kalo ia harus meladeni Marsya dan gengnya. Dan memang akan sangat konyol kalo ia membohongi perasaannya terhadap Vino. Jadi... Ya, Vi o, gue au... *** Pada hari pertama Nesya dan Vino pergi sekolah bareng dengan status resmi pacaran, Kiara, Egi, dan satu sekolah heboh! Bagi anak-anak yang lain, kehebohan itu terjadi karena Vino, i Mr. Populer itu akhirnya resmi menggandeng seorang pacar, dan yang pasti bukan Marsya. Bagi Kiara dan Egi, heboh karena... kegilaan apalagi sih yang sedang Vino mainkan? Mau lo apa sih?! e tak Kiara. “aat itu ereka erada di elaka g sekolah. Nesya sendiri sedang ditangani oleh Egi dengan trik persuasif yang memang sudah menjadi bakat Egi. Ya, Kiara menyuruh Egi mengobrol dengan Nesya, supaya dia dan Vino bisa bicara empat mata. Buka urusa lo, sahut Vi o si gkat. urusa Nesya adalah urusa gue. Gue ggak ha is pikir sa a otak lo ya g katanya nyaris jenius itu. Bisa- isa ya lo pa ara sa a Nesya!? seru Kiara, nggak bisa menutupi rasa kecewanya. Vi o la gsu g e ela diri. Me a g ya ke apa kalo gue pa ara sa a Nesya? Ga ggu elo? Kiara e atap Vi o di gi . Buka ga ggu gue, tapi ga ggu Mike. Vi o terse tak. Ja ga a a- a a Mike dala asalah i i. Lo lupa ya kalo Nesya itu pa ar ya Mike? Perta yaa Kiara e uat Vi o erasa ersalah. Lo lupa kalo tujua a al lo adalah u tuk e ari keadila buat Mike. Lupa ya, kalo orang yang sebenernya Nesya sayangi bukanlah elo, tapi Mike? Buat Nesya, Mike adalah asa lalu. “ela a i i gue udah berusaha untuk mengingatkan Nesya akan Mike. Tapi toh nggak berhasil. Jadi kalo sekarang orang yang Nesya sayangi justru adalah gue, baik lo ataupun Mike sekalipun ya harus isa eri a, kata Vi o, kaget de ga u apa ya se diri. Lo jahat! Vino terenyak. Lo e er-bener jahat! Dulu, gue selalu beranggapan kalo lo itu jahat. Dan sekarang, gue baru bener- e er tau se erapa jahat diri lo! Kiara terse yu sinis. Vi o e atap Kiara de ga di gi . Kalo lo ila g gue jahat, terus ya g aik itu seperti apa? Kiara terdiam. “eperti elo, egitu? la jut Vi o. “e erapa pu rasa saya g Nesya pada Mike, tetap nggak akan mengembalikan Mike ke dunia ini. Dan kalo gue pengen Nesya melupakan Mike, apakah itu berarti gue jahat? Gue nggak mau membohongi perasaan gue sendiri. Gue nggak pengen membiarkan Nesya terus-menerus hidup dalam bayangan Mike. Dan apakah itu berarti gue jahat? Gue nggak mau kami membuang masa depan yang seharusnya bisa kami mulai sekara g. Apakah itu jahat? la jut Vi o de ga perasaa a pur aduk. Kiara hanya bisa membalas tatapan Vino dengan bingung. Jangankan Vino, ia pun nggak tau apa yang harus dilakukan saat ini. “ori, ‘a, gue pu ya defi isi aik da jahat e urut ka us gue se diri, ujar Vino datar, lalu berbalik dan meninggalkan Kiara yang masih mematung. *** Dasar e ek ge it! e tak Marsya pe uh e osi. Ia e udi g Nesya di pojok koridor, dekat gudang sekolah. Tadi, sewaktu keluar kelas hendak pulang. Nesya la gsu g didekati Marsya s da digiri g ke te pat i i. Nesya hanya bisa terdiam. Bukan karena takut, tapi karena dia nggak tau gimana harus merespons. Ke apa? Lo takut?! Kalo aru segi i aja udah takut, ja ga jadi pa ar ya Vi o! seru salah satu te a Marsya ya g juga ada di lokasi kejadia . Nesya berusaha tersenyu . Tatapa ya polos. H ... se e er ya... apa salah ya kalo gue da Vi o pa ara ? ta ya ya. Lo a ya apa salah ya? “alah esar! Vi o itu pu ya gue! tegas Marsya. Wush! Serasa ada angin yang berembus di wajah Nesya. Ucapan Marsya menyadarkan Nesya akan sesuatu. Cewek-cewek di hadapannya ini udah pada nggak waras! Pu ya lo? sejak kapa Vi o jadi ara g? sori ya, tapi uka ya lo a ta pacarnya Vino? Dan bukankah yang namanya MANTAN berarti nggak punya hak lagi? Nesya ulai yolot. “ekara g i i Vi o udah jadi pacarnya. Jadi wajar dong kalo dia lebih berhak daripada Marsya yang hanya sekadar mantan? Darah Marsya naik sampai ke ubun-ubun. Dilayangkannya tangan ke pipi Nesya. Nesya yang kaget langsung menutup mata. Tapi beberapa detik berlalu, Nesya merasa tamparan itu nggak mendarat di pipinya. Perlahan ia membuka mata, dan dilihatnya Vino sedang menahan lengan Marsya kuat-kuat. Vi o e ge paska ta ga Marsya de ga kasar. “ori ya, “ya, tolo g ja ga ga ggu e ek gue lagi, ujar Vi o di gi sa Marsya ya g erasa terhi a aki sih agus ya dia di a di g gue!? Vi o erhe ti sesaat, ta pa di a di g lo. ggak isa il enggandeng tangan Nesya. e ge dalika e osi ya. Apa e oleh. Bagus ya adalah, gue le ih saya g dia Nesya merasa pipinya menghangat. Jujur, ia senang mendengar Vino membelanya seperti tadi. Mereka kembali melangkah, masih sambil bergandengan tangan, meninggalkan Marsya cs yang masih terlongo dan shock. *** sori ya, Vi . Ha is tadi pas keluar kelas, ereka udah yegat gue. Ma a pelajara Bu E da g garet a get, keluh Nesya. Kita au la gsu g pula g? Me a g ya ka u au ke a a? ta ya Vi o, ulai er- aku-ka u . Aku mau jalan-jalan. Hari ini kan tepat empat bulan sejak aku kecelakaan. Jadi aku au... Ke apa sih hari ke elakaa aja kesa ya jadi isti e a a get? Vi o refleks bertanya begitu mendengar Nesya menyebut- ye ut soal ke elakaa . Nesya e gerutka dahi. Me a g ya ke apa? Buat aku sih itu e a g istimewa. Habis, sejak kecelakaan itu, kata dokter sebagian memoriku hilang. Ya g kui gat Cu a Ma a, Papa, Kiara.. Cu a kare a itu? ta ya Vi o, e utupi ketakuta ya se diri. Pasal ya, hari di saat Nesya dan Mike kecelakaan adalah hari ulang tahun Mike! Me a g ya kare a apa lagi? Nesya alik erta ya. Vino tersadar. H , uka apa-apa. kita ke toko uku aja yuk, ujar Vi o akhirnya. Nesya hanya mengangguk pelan. Mobil baru memasuki tol. Entah kenapa, bagi Vino, perjalanan terasa jauh sekali. Dia merasa toko buku yang harusnya hanya bisa ditempuh dalam setengah jam itu berubah jadi berabad-abad. Dia ingin cepat-cepat sampai di toko buku bersama Nesya. Dia nggak mau pikiran tentang Mike menghantui dirinya seperti saat ini. Yup, lagi-lagi Vino merasa bersalah pada Mike. Benar kata Egi, sebuah hubungan yang diawali kebohongan nggak akan ada artinya. Bener juga kata Kiara, darimana Vino tahu Nesya benar-benar menyayanginya atau nggak? Kalo Nesya tau tentang Mike, apakah dia akan tetap mencintai Vino? Setelah beberapa menit dilanda kebimbangan, akhirnya Vino mengambil keputusan. Mungkin keputusan ini salah. Atau mungkin juga semuanya akan jadi tambah berantakan. Tapi kesempatan ini memang hanya datang satu kali. Jadi... Lho, kita au ke a a? ta ya Nesya, elihat toko buku yang seharusnya mereka datangi. Vi o o il terus elaju ele ati e oleh sekilas. Ke te pat Mike... Mike? dahi Nesya Mike? ere gut. Perasaa Hari i i tepat ula g tahu Mike ya g kepelan. ya ggak e ak. Ngapai ke te pat tahu e pat ula , sahut Vi o Hah? e a g ya au dirayai ? Kok aneh sih ada orang yang ngerayain ulang tahu pas udah le at e pat ula ? kata Nesya, ya g ke udia tersadar. ...e pat ula ...? Vino mengangguk yakin. Ditahannya perih yang sejak tadi sudah mengumpul di dada ya. Tepat e pat ula . Maksud ka u? tanya Nesya, mulai curiga. Perasaannya makin nggak enak. Vi o se diri e gga er i ara lagi. ja ga ila g kalo dulu aku ke elakaa are g Mike... Vi o asih terus dia . Ya Tuha ... ada apa sih se e ar ya?! seru Nesya kesal. Vino menepikan mobil. Ditatapnya Nesya yang masih terlihat kalut dan ke e a. Ca... Mike itu a ta pa ar ya Kiara, ka ? terus ke apa aku isa ke elakaa are g dia? Terus... E a! e tak Vi o, e yadarka kekaluta Nesya ya g ulai erle iha . Ekspresi wajah Nesya kosong. Air matanya mengalir. Entah apa yang dirasakan Nesya saat ini. Tapi yang pasti, Vino bisa merasakannya. Aku ggak au liat ka u kayak egi i. Le ih aik kita ke te pat Mike, da ka u akal tau se ua ya, ujar Vi o lirih, sa il he dak ela jutka perjalanan. Tapi belum sempat Vino melajukan mobil, tiba-tiba Nesya membuka pintu dan turun dari dalam mobil. Refleks Vino ikut turun dan menahan lengan Nesya. Ka u au apa?! ta ya Vi o keras. Aku au pula g! seru Nesya sa il e ye era g jala da he dak menghentikan taksi di tengah jalan raya. Vi o e gejar da sama-sa a! Aku e aha le ga Nesya de ga le ih kuat. Kita pula g au pula g se diri! Aku ggak au tau te ta g Mike! Aku ggak ke al Mike da ggak perlu ke al dia! seru Nesya le ih keras. Vi o e atap ya a ar. Kalo e a g ka u ggak au i get te ta g Mike, oke! Aku nggak bakal nyebut nama Mike lagi. Aku akan menganggap Mike ggak per ah ada... Nesya tersentak. Tatapannya kosong. Dia seperti teringat sesuatu. Ca...? kita pula g ya? kata Vino lembut sambil mendekati Nesya. Nesya mengangguk pelan. Tapi belum sempat mereka melangkah untuk menepi, tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil yang keras. Nesya menoleh, dan dilihatnya sebuah mobil sedang melaju ke arah mereka. Refleks Nesya mendorong Vino sekuat tenaga sampai mereka terjatuh. Selanjutnya... CIIIIIITT!!! BRAK! DELAPAN Empat bulan sebelumnya... MIKE melepaskan bola basket yang dipegangnya, karena tiba-tiba dirasakannya kulit lembut telapak tangan seseorang menutupi kedua matanya. Senyum Mike mengembang. Cewek yang mengisengi Mike menghentikan keisengannya. Ia mengangkat kedua tangannya. Eh, aku rlu r ak siapa ka u kok udah dilepas dulua sih? ta ya Mike sambil tertawa kecil. Nesya terse yu a is. Iya, ood aku hila g gara-gara liat kamu senyum- se yu ggak jelas kayak tadi! Yaudah deh. Mai petak u pet aja, ya? ta ar Mike ti a-tiba. Mata Nesya u pet? e esar. Ih, ga o! Udah gede kok asih au ai petak Mau ostalgia. Masih i get ggak, perte ua perta a kita? ta ya Mike sambil tersenyum lembut. Aku ggak aka per ah lupa. Ka u e ui aku saat ggak ada satu ora g pu ya g erhasil e ui aku. iya, ka ? ujar Nesya a is. Tapi sesaat ke udia , ia ela jutka , Waktu itu aku takut a get. ‘asa ya pe ge jerit, tapi suaraku nggak mau keluar. Dan semua itu gara-gara Pi o... Lagi-lagi dia. Na a ya Vi o, uka Pi o, Nes, ralat Mike u tuk kesekia kalinya. Ya aku ka dulu a ggil ya Pi o, uka Vi o. Da u tuk kesekia kali ya pula, Nesya selalu membantah. “a pai sekara g pu aku ggak isa lupa sama dia. Aku pengen banget ngeliat kayak apa sih dia sekarang ini. Aku pengen ngomelin dia, pengen bikin dia ngerasain apa yang dulu aku rasain pas dia i ggali aku egitu aja! Mike menghela napas. Jujr, udah lama dia merasa bosan. Saat ini Nesya udah resmi jadi pacarnya, tapi tetap aja, yang diomongin Nesya setiap hari pastilah tentang teman kecilnya, Pino. Oke, bukan Pino, tapi Vino. Awlanya Mike menduga, seiring berjalannya waktu, Nesya akan melupakan Vino. Tapi ternyata, semakin besar, bahkan udah sepuluh tahun berlalu, Nesya malah semakin terobsesi dengan keberadaan Vino yang nggak jelas. Nesya selalu bilang bahwa dia penasaran sama Vino. Dia nggak terima Vino meninggalkannya saat main petak umpet dulu. Tapi sebenarnya, memang hanya sebatas itukah perasaan Nesya terhadap Vino? Waktu kenaikan kelas tiga, Mike mengenal Vino di ekskul basket SMA Pelita. Saat itu posisi Mike adalah kapten tim, dan Vino adik kelas yang baru gabung jadi anggota. Awalnya Mike nggak tahu bahwa Vino adalah Pino. Tapi setelah lumayan dekat dengan Vino, akhirnya ia ngeh bahwa orang yang selama ini menjadi saingannya justru berada sangat dekat dengannya. Cukup lama Mike menyembunyikan hal itu dari Nesya. Biarlah hanya dia yang tahu bahwa Pino yang begitu ingin ditemui Nesya adalah Vino yang setiap hari selalu bermain basket bersamanya. Karena jauh di lubuk hatinya, dia takut kehilangan Nesya. Dan ketakutan itu hanya karena satu alasan, yaitu Vino. *** Kiara mengembuskan napas kesal. Pi o lagi Pi o lagi. Lo kok erita te ta g dia melulu sih? Nggak bosen ya? selama jadi temen lo, lo cerita tentang diaaa terus. Lama-la a gue jadi hafal ih! Nesya ere gut kesal. Ya gue ka Cu a pe ge urhat etapa e ye alka ya si Pi o o o itu. “eenaknya aja dia ninggalin gue. Dia nggak tau apa kalo gue ketakuta ? U tu g aja aktu itu... Mike data g e ui lo, poto g Kiara, udah tau la juta ya. Yap! Mike is y hero. Dia ya g yela eti gue aktu gue a gis ketakuta . Bagi gue, mungkin dia buka ya g perta a, tapi pasti ya g terakhir, ujar Nesya sok romantis. Kiara e asa g ta pa g pura-pura tidur -nya. Nesya langsung e i puk ya de ga a tal. Oke, jadi Mike uka ya g perta a? Terus ya g perta a siapa? Nesya terdia Kiara sesaat. Gue juga ggak tau, ujar ya sa e a da g ya de ga tatapa il e ge gesa . uriga. “i Pi o, ya? A it-a it! seru Nesya epat. “ori ya. si pi okio tuka g oho g itu ggak pa tes uat gue! *** Malam itu Mike dan Nesya duduk di bangku taman yang hanya diterangi lampu bulat. Untung mereka pakai celana panjang dan jaket. Kalo nggak, bisa-bisa mereka jadi makanan lezat nyamuk, sepupunya drakula. Besok kita ai ke laut yuk! seru Nesya, e e ahka kehe i ga . Mike yang sejak tadi asyik memotret kunang-kunang di pojok taman dengan ka era digital ya itu refleks e oleh ke arah Nesya. Ke laut? Boleh! Mau ajak Kiara sekalia ? Nesya e ggele g. Mike ke ali duduk di sa pi g Nesya. Kok ka u kayak ya suka a get ya jala are g Kiara? ta ya Nesya. Hah? Mike i gu g. Maksud ka u? Bisa aja ka , ka u jadia sa a aku kare a pe ge deketi Kiara? Hei... stop... stop! Aku pali g Mike. ales de geri o o ga ga o ka u, sahut Seakan ingin menyudahi pembicaraan, ia sudah siap berdiri, tapi... Nesya menaha le ga Mike. Di fil -fil iasa ya egitu, Mike... Mike e guru gka Nesya lembut. iat ya u tuk erdiri. Terus? ta ya ya sa il e atap Ya terus akhir ya ketaua deh kalo ter yata o ok ya itu i ta sa a sahabatnya. Cewek itu nangis bombai deh, kata Nesya. Mike terta a ke il. Kalo ka u jadi e ek di fil itu, ka u juga akal a gis o ai kalo ter yata aku i ta sa a Kiara, egitu? pa i g Mike geli. Nesya e atap Mike taja . Ya ggaklah! Ngapai aku a gis Cu a gara-gara kehilangan kamu? Aku malah ikut seneng kalo ternyata Kiara dan kamu jadian. Da ... Oh ya? e er ih...? Mike pura-pura takjub. Nesya ere gut. Oke, oke, aku oho g. Kalo e era ka u jadia sa a aku Cuma karena pengen deketin Kiara, aku bakal neror kamu setiap hari. Eh, terlalu baik, setiap detik! Habis itu aku bakal bikin kamu putus sama Kiara dan sela a ya gejo lo! Bagus... kreatif..., seru Mike kagu . Nesya terse yu a gga. Iya do g! esya gitu loh! poko ya ggak oleh ada cewek lain deket-deket sama kamu. Apalagi kalo sampe pacaran sama kamu. “ejak sepuluh tahu ya g lalu, ka u ka udah terikat ko trak sa a aku, da ... Nesya tak sempat menyadari apa yang selanjutnya terjadi. Yang dia tau, bibir Mike sudah mendarat di bibirnya. Posisi itu bertahan hanya beberapa detik, sampai akhirnya Mike melepaskan diri dan menatapnya lembut. Itu ta da sah ya ko trak kita, ujar Mike le ut. Nesya masih tertegun. Tapi perlahan senyumnya mengembang begitu melihat Mike tersenyum. Dan belum sempat Nesya membuka mulut, mereka udah dikejutkan oleh suara alarm HP Nesya yang berbunyi nyaring. Happy irthday Mike! seru Nesya ria g sa Mike e il e eluk Mike erat. alas peluka Nesya. Tha ks ya. sekara g kita foto-fotoa dulu. Mike dan Nesya pun berpose. Mike memeluk pinggang Nesya, sedangkan Nesya memeluk leher Mike. Mereka tersenyum manis. Dan... KLIK! Momen itu pun terabadikan untuk selamanya. *** Met ultah ya, Mike..., u ap Kiara le at telepo . Mike ya g aru aja selesai erpakaia la gsu g eria. Tha ks ya, ‘a. kadonya a a? Kado ya, satu hari i i gue ggak akal ga ggu kalia . Oke? ja a Kiara ise g. Mike terta a ke il. E a g ya lo per ah ga ggu gue da Nesya? Nggak, kali! Malah seru kalo ada lo. ‘a e! Udah deh, lo ggak usah e ghi ur gue. Gue tau kok lo aik. Eh, ‘a, se e er ya hari i i gue pu ya kejuta Kejuta ? ula g Kiara. uat Nesya, kata Mike. Mike e arik apas. Gue au e perte uka Nesya de ga Vi o. Vi o siapa? ta ya Kiara epat. Tapi elo se pat Mike keburu sadar. Vi o te e ke il ya Nesya? e ja a , Kiara Yap! Lo udah gila ya, Mike! Ngapai lo e perte uka Nesya sa a ora g ggak jelas itu? Lagia lo ka tau kalo Nesya terlalu tero sesi sa a si Vi o, o el Kiara, seratus persen nggak setuju. Justru itu gue pe ge se uanya selesai. Gue pengen ngeyakinin diri gue sendiri kalo Nesya bener-bener nggak ada perasaan khusus sama Vino. Nesya hanya terobsesi sama bayangan Vino kecil, bukan Vino yang nyata sekarang ini. Me a g ya lo ke al sa a Vi o ya g sekara g? Kiara uriga. “e e er ya, gue udah ke al sejak setahu ya g lalu. Dia ju ior gue di ti basket sekolah. Sori kalo selama ini gue nggak cerita ke elo dan Nesya. Gue pikir belom saatnya aja. Tapi berhubung sebentar lagi kalian bakal ketemu orangnya langsung di Pelita, mendingan gue kenalin dulu ke Nesya. Gue kan nggak akan di Pelita lagi, jadi gue pengin ngeyakinin diri gue sendiri kalo semuanya memang bakal baik- aik aja, jelas Mike pa ja g-lebar. Kiara e ghela apas pa ja g. Gue ggak tau harus go o g apa lagi. Gue udah ja jia kete u Vi o ja se elas i i di sekolah. Gue ila g sih au ge ali pa ar gue ke dia. Lo au ikut? ta ar Mike, kali i i uka ha ya sekadar basa-basi. Kayak ya lo erdua aja deh sa a Nesya. I i ka asalah kalia . Jadi gue tinggal de ger ka ar aja setelah kalia pula g. Good lu k ya! oke? Ya udah kalo gitu. tha ks ya, ‘a! Begitu menutup telepon, kiara mendesah berat. Perasaannya nggak enak. Dia tau akan terjadi sesuatu yang buruk setiap kali ada Vino. Tapi nggak pernah terlintas di otaknya sedikit pun bahwa obrolannya dengan Mike di telepon tadi akan menjadi obrolan yang terakhir. *** Nesya masih asyik menikmati pemandangan di luar mobil, di jalan tol, sambil mendengarkan lagu Destiny lantunan Jim Brickman kesukaan Mike. Sekali-kali Mike menoleh ke arah Nesya, ingin tahu apa yang ada di pikiran gadis itu saat ini. Ka u ke apa geliati aku terus dari tadi? ta ya Nesya, kutu. e uat Mike Aku Cu a lagi u ggu, kapa ka u gasih kado ke aku? ujar Mike sa tersenyum kecil. Nesya ati il e u it pipi Mike. Nih kado ya. A ! Mike eri gis ke il. “epuluh tahu aku gerayai ula g tahu are g kamu, dan baru kali ini kamu nggak kasih kado apa-apa ke aku..., keluh Mike. Nesya terse yu pe uh arti. Ya udah, kado ya... aku yanyi aja ya! ...And as far as I a see... You ere al ays ea t to e... y desti y... Nesya e ya yika lagu desti y de ga pe uh pe ji aa . Gi a a? suara aku agus ka ? ujar Nesya. Mike tersenyum manis. Inilah yang membuatnya senang bila berada di dekat Nesya. Apa pun yang dilakukan Nesya, pasti mampu menarik perhatian Mike plus membuatnya tersenyum. Yeah, you ere al ays ke arah Nesya. Nes... ea t to e y desti y..., ula g Mike ta pa Ya? Ka u Nesya au kete u Vi o? ta ya Mike. e atap Mike de ga Mike terdia Vi o? uriga. Kita au e laut, ka ? esaat. Kita ggak ke laut, tapi kete u Vi o... e oleh Ya, Vi o te a ke il ka u. “ori aku aru erita sekara g. Vi o iitu ter yata ju ior asket aku di sekolah. Kok ka u ggak ila g sih? keluh Nesya. Ia ggak tahu ke apa isa ti a-tiba kesal, tapi yang pasti, mendadak rasa takut itu muncul begitu membayangkan akan segera bertemu Vino. “ela a i i ka u pe ge a get kete u Vi o, ka ? Nggak! Aku Cu a pr ge tau dia kayak gi a a sekara g. Aku... Ah, terus tera g aja... ka u pe ge kete u dia..., sela Mike di gi . Nesya terdia . Ka u ggak ikir ya g a eh-a eh, ka ? Nesya uriga. A eh-a eh kayak gi a a? Mike pura-pura bego, tapi masih dengan nada dingin. Ka u ggak ikir kalo aku suka sa a dia, ka ? Mike menoleh sekilas sambil tersenyum datar. Matanya tampak terluka. Ka u ya g go o g egitu. Nesya ulai pa ik. Dia ggak le ih dari te e ke il aku, Mike! Ya, te e ke il ya g sela a sepuluh tahu i i selalu ka u bahas. Nggak ada hari ta pa a a Vi o. Ya ggak gitu! aku ggak per ah suka sa a Vi o. Da harus e uru... Maka ya, aku au ggak ada alasa ka u e astika ... De ga gajak aku kete ua sa a dia? sela Nesya. Ka u pikir se ua ya akan tetap seperti dulu kalo aku udah kete u dia? Maksud ka u? Gi a a kalo ter yata hu u ga kita ggak aka sa a lagi setelah aku kete u Vi o? ta ta g Nesya di gi . Emosi Mike terpancing. Dia mulai nggak konsentrasi mengemudi. Sebentarsebentar dia menoleh ke arah Nesya. Jadi itu ya g ka u au? Nesya terdia . Kalo gitu, sela a i i ra g ya g ka u saya g uka aku, tapi Vi o? O o ga ka u aki ga o deh, sahut Nesya kesal. Aku ggak salah do g, kalo dari dulu selalu iri sa a Vi o... Kali ini emosi Nesya ya g terpa i g. Ka u ke apa sih? Apa ya g perlu ka u irii dari Vi o? Ka u tahu, Mike, ka u tuh jauh le ih aik daripada dia! ggak tuh. sa pai kapa pu , di ata ka u, Vi o aka terus jadi sosok ya g nggak akan terlupakan. Dan terkadang bikin aku kepe ge jadi Vi o... Ka u uka dia! Ka u ggak harus jadi dia! Buat aku, ka u jauh le ih aik di a di gka o ok a a pu di du ia i i! Mike e ge uska apas keras. Kalo gitu, sekara g kita kete u sa a dia. Ke apa sih ka u ggak gerti-ngerti juga?! Nesya ta ah kesal. seharus ya aku ya g a ya. Ke apa sih ka u takut kete u dia? Apa ya g sebenarnya kamu takuti? Kamu takut ya, kalo ternyata kamu memang masih u ggu dia? sahut Mike sa a kesal ya. Nu ggu dia? Ngapai aku u ggu dia? Nesya percakapan mereka sia-sia belaka. akin tegang. Ia merasa Mike terdiam sesaat. Mungkin bagi Nesya, kecurigaan Mike terdengar konyol. Tapi uat Mike, it s a ight are! Aku selalu gerasa... sejak dulu ka u asih u ggui dia... Nu ggui dia u tuk apa? tanya Nesya. Ya u tuk e ui ka u, ujar Mike. Nesya terse tak. Petak u pet sepuluh tahu ya g lalu udah erakhir, Mike. Ka u ya g e ui aku, uka dia. Ka u yaki per ai a udah erakhir? Aku terus berjalan. Vino belum e ui ka u. alah gerasa per ai a Ya g e ui aku uka Vi o, Mike, tapi ka u! Da uadah selesai! seru Nesya. asih uat aku, per ai a Tapi di dalam hati, Mike yakin Nesya nggak bicara terus terang. Rasanya ironis banget. Di hari ulang tahunnya, yang seharusnya dirayakan dengan romantis, mereka malah bertengkar. Mike benar-benar nggak tau apakah harus melanjutkan semua ini atau malah menjalani semuanya seperti nggak pernah ada apa-apa. Mobil terus melaju dengan kencang. Baik Nesya maupun Mike sama-sama diam. Kita ke laut, ka ? ta ya Nesya, Mike asih e asa g ajah di gi e e ahka kehe i ga . ya. Kita tetap kete u Vi o. Nesya la gsu g e ge uska aps pa ja g. Terserah ka u deh, sahut ya, nggak pengen cari ribut lagi. Kalo Mike ingin mempertemukan dirinya dan Vino, fine! Mike e oleh ke arah Nesya. Ka u ggak arah, ka ? “edikit. “e ua ya akala Nesya. aik- aik aja kok, ujar Mike sa il e gge gga ta ga Mudah- udaha , sahut Nesya pela . Nesya merasakan tangan Mike dingin. Ia tahu, yang sebenarnya takut bukanlah dirinya, melainkan Mike sendiri. Nesya memang ragu akan perasaannya terhadap Vino kecil. Tapi berbeda dengan Nesya, Mike justru khawatir pada sosok Vino yang sekarang! Mike....? H ? “e ua ya akala dirinya sendiri. Mike aik- aik aja, ka ? ta ya Nesya, seakan ingin meyakini e atap ya sesaat sa il terse yu le ut. Ya. Nesya balas tersenyum. Begitu Mike kembali memerhatikan jalan di depannya tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah mobil yang melaju cepat ke arah mereka. Apa-apaa sih tuh ke tepi. o il...? gerutu Mike sa il e ge udika o il le ih Si mobil makin mendekat. Mike masih berusaha menghindar. Tapi mobil di depannya itu malah makin menuju ke arahnya. Mike membanting setir dan... BRAK!! SEMBILAN Lost in the darkness, hoping for a sign Instead there is only silence Ca t you hear y s rea s? Never stop hoping Need to know where you are But one thing is for sure You re al ays i y heart I ll fi d you so e here I ll keep o tryi g u til y dyi g day I just need to know whatever has happened The truth will free my soul (somewhere – Within Temptation) NESYA merasa kepalanya sakit. runtunan peristiwa bergantian datang dan pergi di depan matanya yang terpejam. Kerongkongannya terasa kering. Ia butuh air. Ia ingin berteriak meminta segelas air. Nesya membuka matanya perlahan. Dilihatnya Mama, Papa, Kiara, dan Vino tersenyum lega melihat dirinya. entah sudah berapa lama ia tertidur sampai kepalanya sakit begini. Ups, bukan! Ia bukan sedang tertidur. Ini bukan kamarnya. Ini kamar rumah sakit. ia kecelakaan. Ya, kecelakaan! Nesya erusaha a gkit dari te pat tidur. Ma... udah erapa la a aku di si i? ta ya Nesya. Ka u pi gsa dua hari. Tapi syukur, sekara g ka u udah sadar, ujar Ma a senang, lalu mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang. wajah Mama tampak lelah, dan matanya sembap karena habis menangis. Papa ppa ggil dokter dulu ya! kata Papa sa il e gha ur keluar. Nesya menoleh ke samping. Vino sedang tersenyum lembut memerhatikan diri ya. Vi o...? Vi o Nesya e ega g ta ga Nesya de ga le ut. Ya, aku di si i. e atap Kiara ya g ada di sa pi g Vi o. ‘a... Hei, Ca..., alas Kiara sa il terse yu lega. Nesya masih merasa lemas. Matanya masih mengantuk. Kepalanya terasa berat. Tapi masih ada orang yang ingin dilihatnya. Nesya menatap setiap sudut ruangan. Lo yari siapa, Nes? ta ya Kiara i gu g. Mike a a, ‘a? Baik Kiara, Vi o, ulai pa ik. Mike a a?!! aupu Ma a sa a-sama terdiam. Nesya *** Gue ggak tahu harus go o g apa ke Nesya, kata Vi o sa wajah dengan kedua telapak tangannya. Kiara ya g duduk di sa pi g ya nggak tau harus ngomong apa. il e utup e oleh. Lo uka satu-satunya orang yang Vi o alas e atap Kiara. U tuk se e tara kita asih isa erkelit. Tapi nanti setelah kesadaran Nesya mulai kembali, apa kita harus bilang yang sebenarnya tentang Mike? Kiara mendesah bingung. Baru kali ini ia merasakan hal yang sama dengan Vi o. Gue rasa le ih aik Nesya tau ya g se e ar ya setelah ko disi ya pulih. Ya paling nggak, setelah dia keluar dari rumah sakit.. Lo yaki Nesya isa ditaha sela a itu? sela Vi o, putus asa dulua . Gue sih udah siap kalo dia marah, bahkan sampai benci sama gue. Gue tau gue uka saha at ya g aik kare a ggak isa jujur sa a dia. Kiara e arik napas dan mengembuskannya dengan sedih. Perlahan, ia menoleh ke arah Vi o, asih de ga tatapa sedih ya. Ya g gue khawatirkan justru elo. Gue? ta ya Vi o i gu g. Apa lo udah siap u tuk kehila ga Nesya? Vino tertegun. Kalo Cu a putus sih asih agus. Tapi kalo dia sa pai e i sa a elo, apa lo udah siap? ujar Kiara prihati . Vino terenyak. Dia nggak mau kehilangan Nesya! Dia nggak mau putus dari Nesya! Dan terlebih lagi, dia nggak mau Nesya membencinya! Kiara e epuk ahu Vi o. Gue tau dari dulu kita ggak per ah akur. Tapi untuk sekarang, kita bener-bener punya masalah yang sama. *** Nggak u gkin! Wajah Nesya tampak pucat. Perlahan tubuhnya terempas ke atas sofa. Ca, lo harus de ger dulu pe jelasa gue, kata Kiara, erusaha Nesya yang kini mematung. Lo udah oho gi gue..., ujar Nesya lirih. Air Mike ggak u gki i ggali gue! ata ulai e e a gka e galir di pipi ya. Tapi, Ca... Kiara ggak sa ggup erkata-kata lagi. Nesya e atap Kiara de ga ke e a. Lo saha at gue, ‘a. lo ora g ya g paling gue percaya. Lo juga deket sama Mike. Dulu kita sering jalan bareng, kan? tapi kenapa lo malah sengaja menghapus keberadaan Mike! Mike pasti masih hidup... Kiara hanya bisa mematung melihat Nesya yang begitu shock di hadapannya. Kiara melihat dengan jelas betapa sakitnya hati Nesya sampai air mata pun nggak cukup untuk mengungkapkannya. Vino, yang juga ada di ruangan itu, hanya bisa menunduk. Ia nggak berani menatap Nesya. Melihat Nesya begitu sedih saat ini, rasanya sama aja dengan mengiris jantungnya perlahan-lahan. Kalo tau akan seperti ini, ia lebih rela nggak ketemu Nesya. Ia rela terus menjadi bayangan. Ia rela Mike yang menjadi pacar Nesya. Nesya e ghapus air ata ya g e asahi pipi ya. Ia erusaha kuat. Semua orang bohong sama gue. Semua orang nggak ada yang bener-bener tau gimana perasaan gue. Semua orang jahat sama gue. Kalia jahat..., ujar Nesya lirih. *** Nesya duduk sambil memeluk lutut di atas ranjang. Dadanya terasa sakit dan hampa. Ia nggak tau lagi apa yang harus ditangisi. Air matanya sudah e geri g. “aat i i ia erasa le ih ha pa, le ih tersesat di a di gka saat amnesia dulu. Terdengar suara pintu diketuk. Nesya nggak menyahut. Akhirnya pintu terbuka dan Mama masuk menghampirinya. Tadi aku ke ru ah Mike, Ma. tapi ru ah ya koso g... Nesya i ara ta pa ekspresi. Ca... se elu ya Ma a i ta aaf, ggak e eritaka se ua ya ke ka u. Seminggu setelah pemakaman Mike, keluarganya pindah. Mama nggak tau ereka pi dah ke a a. Ma a duduk di hadapa Nesya. Ma a tau ka u pasti kaget... Nesya tetap u gka . Tapi ka u ggak isa kayak egi i terus. Life goes o , saya g, ujar Ma a sa il e elai ra but Nesya. Ma a oho g sa a aku, ujar Nesya di gi . Ma a terdia , erasa ersalah. “ela a i i ke apa Ma a ggak erita kalo Mike udah ggak ada? “a pai detik i i, aku asih ggak isa per aya kalo Mike udah e i ggal! Tak sanggup lagi menahan pedih di hatinya, Nesya menangis. Ia merasa ditipu habis-habisan. Apa eda ya ka u tau dulu atau sekara g? Nesya dan Mama langsung menoleh ke arah datangnya suara. Papa udah berdiri di depan pintu dan berjalan menghampiri mereka berdua. Kalo ka u tau se ua ya pada saat kamu masih amnesia, apa kamu yakin kamu nggak akan merasa sedih kayak sekarang ini? Atau jangan-jangan, kamu malah makin menyalahkan diri kamu sendiri, karena orang yang kamu sayangi udah nggak ada tapi kamu malah nggak inget apa-apa tentang dia? Nesya tersentak. Papa duduk di sa pi g Nesya. Nggak usah ikiri ya g udah le at, Ca. Sekarang yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana kamu menjalani hidupmu sekara g, ujar Papa ijak. Nesya terdiam, sadar bahwa kata-kata papanya benar. Tapi masalahnya nggak semudah itu. Dia masih belum bisa menerima bahwa Mike udah nggak ada. Itu aja. Papa yang seakan tau apa yang sedang dipikirkan putrinya itu langsung ela jutka , Me a g ggak udah e jala i hidup. “atu-satunya yang kita butuhkan adalah... waktu. *** Nesya masih berbaring di ranjangnya. Sejam yang lalu orantuanya udah keluar dari kamarnya setelah menceramahinya habis-habisan. Papa yang selama ini terkesan cuek, ternyata diam-diam tahu masalah apa yang sedang dihadapi Nesya. Nesya memejamkan mata, berusaha tidur, tapi rasa kantuknya hilang entah ke mana. Hatinya masih terasa perih. Dadanya terasa penuh, seakan ingin meledak. Otaknya belum bisa diajak berpikir jernih. Yang ada di benaknya saat ini hanyalah Mike, Mike, dan Mike. Perlahan Nesya mengambil komik Slamdunk yang masih ada di pojok lemari buku. Sekarang ia ingat dari mana ia mendapatkan komik itu. Komik itu memang bukan miliknya. Itu milik Mike. Ia ingat, saat itu Mike sedang asyik- asyiknya membaca komik Slamdunk. Karena kesal dicuekin, akhirnya Nesya merebut komik itu dari tangan Mike. Mike meminjamkan komik tersebut pada Nesya, tapi Cuma jilid pertama. Nesya nggak berminat membaca lanjutannya. Awalnya ia ingin mengembalikan komik itu saat Mike ulang tahun. Tapi ia lupa. Padahal ia udah menyelipkan selembar kertas bertuliskan lirik lagu khusus untuk Mike. Nesya mengambil kertas bertuliskan lirik lagu sunshine after the rain itu dari dalam laci meja belajar. Dibacanya ulang lirik lagu yang dulu ditulisnya dengan penuh perasaan untuk Mike. Tanpa terasa, air matanya mengalir. Buru-buru ia menghapusnya. Mike nggak akan suka melihatnya menangis, apalagi kalo lagi sendirian. Bahkan dulu, bukankah Mike-lah orang yang menghapus tangisnya pada saat ia main petak umpet, ditinggalkan Vino dan menangis sendirian? Seakan ada yang menyuruhnya, Nesya membuka lemari baju. Di bawah lipatan baju terbawah, di sudut terdalam, tangan Nesya meraba-raba. Ia menemukan sebuah kotak hitam. Perlahan dikeluarkannya kotak hitam itu dari dalam lemari bajunya. Ia ingat, sudah lama ia menyimpan kotak itu. Nesya membukanya perlahan. Ditatapnya satu per satu benda yang pernah diberikan Mike kepadanya. Nesya tersenyum pilu saat mengeluarkan gantungan kunci berbentuk bola basket sebagai kado ulang tahunnya yang ke10. Ada pula gelang, kalung, bando. Nesya tertawa sedih. Terlalu banyak kenangan indah bersama Mike yang nggak akan mungkin ia lupakan. Nesya ingat cara Mike memutar bola basket dengan telunjuk kanannya. Ia ingat Mike nggak suka makanan bersantan. Ia ingat Mike nggak suka kopi. Kata Mike dulu, alasannya nggak suka kopi adalah, karena kalau sudah e i ipi ya, takut ke a dua . Tapi ada satu a du ya g sa gat dii gi ka Mike, yaitu Nesya! Nesya mengeluarkan foto terakhir mereka saat malam sebelum kecelakaan. Ia ingat, sebelum pergi, Mike sempat memberikan foto itu kepadanya. Awalnya ia juga kaget kenapa bisa jadi secepat itu. Mike khusus mencetaknya pagi-pagi dan langsung memberikannya sebagai kenangan termanis yang mereka miliki. Untung ia masih sempat menyimpannya. Jadi sekarang, ia masih bisa melihat senyum Mike dengan jelas. Wajah bahagia mereka malam itu benar-benar terabadikan untuk selamanya. Dan kini, seberapa kuat pun Nesya menahan tangis, air matanya tetap aja keluar. Malah perasaannya semakin tercabik-cabik. Ingin rasanya ia berteriak, tapi suaranya tercekat. Andaikan Mike bisa mendengar jeritnya saat ini. Andaikan Mike bisa merasakan perih hatinya. Andaikan Mike tau betapa Nesya menangis karena merindukannya. Andaikan Mike ada di suatu tempat yang bisa dijangkau oleh Nesya. Sayangnya, seberapa keras pun Nesya mencari, Mike nggak akan pernah ditemukan lagi. Mike nggak akan muncul di hadapannya lagi dengan senyum, tawa, dan pelukan hangat seperti biasanya. Padahal keinginan Nesya Cuma satu: ia ingin Mike kembali... SEPULUH NGGAK ada yang berubah dari sekolah. Semuanya masih sama seperti empat bulan lalu, saat pertama kali Nesya menapakkan kaki di SMA Pelita. Tapi buat Nesya, semuanya jelas terasa berbeda. Cara pandangnya pun nggak sesimpel dulu. Ingatannya telah pulih. Dan itu artinya, melihat SMA Pelita sama saja seperti melihat sosok Mike saat SMA dulu. Di setiap sudut ada bayangan Mike. Kalo terus seperti ini, bagaimana ia bisa menghilangkan Mike dari pikirannya!? Ca, gue harus jelasi se ua ya ke elo, ujar Kiara sa il e egat Nesya yang hendak menuju kantin sendirian. Sudah cukup Kiara dicuekin sejak tadi pagi. Nesya e atap Kiara de ga si is. Lo au ge oho gi gue apa lagi? Kiara erusaha e aha e osi. Gue tahu gue salah kare a udah ngebohongin lo habis-ha isa ... E a g! “a pai gaku- gaku jadi pa ar ya Mike segala. He at! poto g Nesya epat. “ori, ‘a, sekara g gue udah i get se ua ya. gue uka ora g tolol lagi. Nesya er alik he dak pergi. Kiara menahan lengan Nesya kuat-kuat. Gue ggak per ah ga ggep lo tolol, Ca! Gue Cu a pe ge geli du gi elo. Gue ggak au lo ta ah sakit. Tapi lo ggak tau ka kalo sekara g gue le ih sakit?! Nesya tak sa ggup menahan emosinya. Air matanya udah mau keluar lagi. U tuk itu gue inta maaf. Gue emang bersalah banget. Jadi, gue harus kayak gi a a supaya lo isa aafi gue? Nesya terse yu si is sa il e gelap ata ya. Lo ta ya aja sa a Mike gi a a ara ya supaya dia isa aafi elo... setelah erkata egitu, Nesya meninggalkan Kiara yang terenyak sendirian. *** Sepulang sekolah, setelah gedung sekolah cukup sepi, tempat pertama yang dikunjungi Nesya adalah toilet cewek. Kenapa? Karena hanya di tempat itulah keberadaan Mike terabadikan. Walaupun semua orang menganggapnya udah nggak ada, tapi buat Nesya, Mike akan selalu ada di hatinya. Dibacanya satu per satu kalimat-kalimat yang tertulis di tembok toilet cewek. Begitu banyak cewek yang naksir Mike. Padahal selama ini Mike nggak pernah cerita kalo dia populer di sekolah. Dan sekarang, ironisnya, setelah Nesya tau, ia hanya bisa tersenyum datar. Kalo saja Mike ada di sini, mungkin Nesya bisa membanggakan diri karena menjadi pacar Mike yang populer. Tapi Nesya nggak peduli pada kebanggaan dan kepopuleran. Yang penting baginya adalah Mike kembali ke sisinya. Tapi itu tak mungkin! Nesya mencuci muka untuk menyamarkan sisa tangis yang masih membekas di wajahnya. Setelah merasa lebih baik, ia mengambil tas dan beranjak keluar toilet. E a...? terde gar suara e a ggil ya. Nesya menoleh ke samping. Vino sedang menatapnya tajam. Tapi Nesya nggak peduli. Dia berbalik dan melanjutkan langkahnya. Ca, ka u harus de geri aku dulu..., ujar Vi o sete gah e elas. Nesya terus erjala , ta pa e ghirauka diri ya. E a! seru Vi o sa il enarik lengan Nesya. Mau ggak au Nesya e oleh ke arah ya. Aku ggak utuh pe jelasa ka u, kata Nesya di gi . Aku e a g salah kare a udah ge oho gi ka u. Tapi aku Cu a pe ge geli du gi ka u. Aku... Nesya e asa g ajah kagu . Wah! He at ya! kamu dan Kiara sama-sama pe ge geli du gi aku... Nesya la gsu g e gu ah ekspresi ajah ya e jadi di gi . Makasih deh. Vino menahan emosi kuat-kuat. Terus, sekara g ka u au ya gi a a? ngehukum aku dan Kiara dengan cara menghindari kami? Apa itu bisa e yelesaika asalah? Nesya he dak e yahut, tapi Vi o ke ali ela jutka , Apa itu isa ge alii Mike ke du ia i i? E osi Nesya eledak. Ka u ggak erhak ye ut- ye ut a a Mike! Vino tersentak. Baru kali ini ia melihat Nesya membentak dirinya dengan keras. Dan yang membuatnya nggak berani berkutik adalah, Nesya menangis di tengah amarah! “etiap hari ka u erita te ta g Mike. Bila g kalo Mike adalah ora g ya g pali g ka u kagu i... Nesya e ghela apas pa ja g. Terlihat jelas ia menahan kepediha . Apa ka u ggak per ah gerasa ersalah setiap kali ka u ye ut a a Mike di depa aku? Vi o e atap Nesya de ga pa da ga spee hless. Kalo ka u au tau, setiap detik aku selalu merasa bersalah pada Mike. Tapi apa aku salah kalo lama-lama aku alah jadi saya g sa a ka u...? Ya! seru Nesya epat. Nggak au e de gar la juta kali at Vi o. Aku pacar Mike. Dan andaikan Mike sekarang masih ada, kami pasti bakal jadi pasa ga pali g ahagia di du ia i i..., ujar Nesya lirih sa il tertu duk. Vino nggak bisa membantah. Ia kecewa mendengar kalimat Nesya. Jadi selama ini hubungan mereka nggak ada artinya sama sekali? Hah! Kalo saja... Nesya e atap Vi o de ga pe uh ke e ia . Kalo saja hari itu Mike nggak ngajak aku ketemuan sama kamu, Mike pasti masih hidup. Ini semua gara-gara ka u! Nesya e u pahka se ua e osi, sakit hati, da kesedihan yang selama ini nggak tau harus ia lampiaskan pada siapa. Dan tanpa berani menatap Vino, Nesya langsung berlari, pergi sejauh mungkin dari Vino yang ia tau pasti sama sakit hatinya seperti dirinya. *** Nesya berlari ke belakang sekolah. Saat ini ia butuh tempat untuk menangis sepuas mungkin, tanpa harus disodori beribu pertanyaan yang ia sendiri pun nggak tau apa jawabannya. Ia nggak tau siapa yang sebenarnya membuat hatinya begitu sedih saat ini. Mike yang pergi untuk selamanya ataukah malah Vino yang udah membohonginya? Kenapa dia justru ikut merasa sakit saat tau Vino terluka oleh kata-katanya tadi? Kenapa ia malah nggak merasa puas sama sekali? Duuuuuuh... siapa tuh ya g lagi a gis?! Lagi ri ut sa a pa ar tersaya g, ya? hahaha! Refleks Nesya menghapus tangisnya dan menoleh ke arah suara yang mengejeknya barusan. Lagi-lagi Marsya dan gengnya yang kurang kerjaan itu menampilkan wajah senang. Nesya memilih untuk nggak menghiraukan. Ia hendak beranjak pergi, sebelum akhir ya le ga ya ditarik kasar oleh Marsya. Maka ya, ggak usah elagu lo! e tak Marsya. Nesya Gue e atap ya taja . Jadi au lo apa? au lo putus sa a Vi o! seru Marsya yolot. Nesya terse yu aja... si is. Lo au gue putus sa a Vi o? Ya udah, putus ya putus Marsya yang mengira Nesya sedang mempermainkannya langsung mendorong Nesya ke tembok. Nesya meringis kecil, merasakan sakit di punggungnya. Be er-bener belagu lo ya! Marsya elaya gka ta ga ya ke arah Nesya. Nesya menutup mata. Tapi lagi-lagi, tangan Marsya nggak mendarat di pipinya. Perlahan Nesya membuka mata. Kali ini bukan Vino, melainkan Kiara yang dengan kuat menahan tangan Marsya. Lo pikir lo siapa, sa pe era i a par te e gue see ak ya?! sambil mengempaskan lengan Marsya dengan kasar. e tak Kiara, Marsya meringis kesakitan, tapi sedetik kemudian dia pasang tampang belagu lagi. Oooh, jadi lo au sok jadi pahla a !? sere pak, ge g ya Marsya aju hendak melabrak Kiara. Kiara bergeming. Dia malah berani menatap kakak-kakak kelasnya itu dengan taja . Mau ai keroyoka ? Mau pakai gaya apa? ja ak-jambakan atau tampar-tamparan?: tantang Kiara. “iala lo! Emang nggak tahu malu, Marsya dan gengnya benar-benar maju untuk mengeroyok Kiara. Cukup!!! seru Nesya. “uara ya keras a get, hi gga e uat e ek-cewek itu e oleh ke arah ya. Nesya aju e ghala gi Kiara. Lo au gue putus sa a Vi o, ka ? ta ya Nesya pada Marsya. Asal lo tau, gue udah putus sama Vi o. Cih! Lo kira gue isa lo egoi ?! Terserah lo per aya atau ggak. Gue udah ggak peduli lagi sa a Vi o! kata Nesya serius. Marsya terus e atap Nesya de ga taja . Oke, tapi kalo lo oho g, lo tau apa aki at ya! a a Nesya dan Kiara. ya. Ke udia Marsya dan gengnya pergi dari hadapan Ca, lo ggak apa-apa, ka ? ta ya Kiara kha atir. Nesya terdiam cukup lama sambil menatap Kiara tanpa ekspresi. Tapi sedetik kemudian, air matanya kembali mengalir. Kali ini Kiara langsung memeluknya erat, seakan tahu perasaan Nesya. Gue... Nesya erusaha i ara di sela-sela tangisnya, tapi tetap aja nggak sanggup. Kiara e elai kepala Nesya. Gue gerti kok... Maafi gue, ‘a..., ujar Nesya. Kiara e ga gguk pela . Buka salah lo... sekarang gue udah nggak punya siapa-siapa lagi. Mike udah ninggalin gue... da gue udah yakiti Vi o... Vi o? ta ya Kiara kaget. Lo penasaran. asih saya g sa a dia ka , Ca? ta ya Kiara Nesya menggeleng kuat-kuat, asih sa il e a gis. Gue ggak tau, Ra, gimana sebenarnya perasaan gue ke dia. Gue benci sama dia. Kalo aja dia nggak ada, gue dan Mike nggak bakal kecelakaan, dan mungkin Mike masih ada sampai sekarang. Tapi gue ikut sedih kalo tau Vino sedih. Gue sayang sama dia, Ra. gue nggak tau harus gimana sekarang. Gue pengen menghilang dari du ia... Kiara e pererat peluka g ati se ua ya... ya. Lo utuh aktu, Ca. Cu a aktu ya g isa Nesya nggak menyahut. Dia udah tenggelam dalam kesedihan dan tangisnya sendiri. Kiara pun hanya bisa ikut merasakan perasaan Nesya, tanpa bisa membantu lebih banyak lagi. Sedangkan Vino, tanpa sengaja ia mendengar semuanya dari balik tembok. Ingin rasanya ia menghampiri Nesya dan melakukan sesuatu yang bisa membuat Nesya pulih. Tapi benar yang Kiara bilang, yang Nesya butuhkan saat ini bukanlah dirinya atau siapa pun juga. nesya Cuma butuh waktu.... *** Sudah lebih dari tiga bulan, Nesya nggak pernah bicara lagi dengan Vino. Setiap bertemu pun, keduanya pasti langsung membuang muka, seolah-olah nggak kenal. Dan jelas, berita putusnya hubungan mereka langsung menyebar. Nesya! pa ggil Egi sa kantin sendirian. il e gha piri Nesya ya g saat itu seda g duduk di Lho, Kiara a a? ta ya Nesya, egitu elihat Egi data g ta pa Kiara. Pasalnya, tadi Kiara bilang ia mau menemui Egi. Katanya sih dia mau ikut ekskul renang, sama kayak Egi. Lagi go rol sa a ketua ekskul. Maka ya gue se gaja ke si i, uat e e i elo. Ooh... Nesya e ga gguk pela . Lo ggak are g Vi o? Dala juga kaget kenapa ia bertanya seperti itu. hati Nesya Egi terse yu ise g. “ejak putus sa a elo, dia aki si uk sa a asket ya. Gue ajak ai ke ar et aja dia ggak au, keluh Egi ete. Tapi go o ggo o g, elo asih gedie i dia, ya?? Nesya terse yu tipis. Gue rasa dia ya g ggak Lho, ke apa? Buka au go o g sa a gue. ya dia ya g salah? ta ya Egi i gu g. Nesya e atap Egi sedih. “oal ya gue juga udah yakiti dia... esya e ghela apas pa ja g. Dia pasti e i a get sa a gue. Dia ggak per ah mau ngomong lagi sama gue. Ngeliat gue pu dia la gsu g ua g uka. Yah... dia pu ya perti a ga se diri, kali, Nes. Gue tau a get dia ggak per ah er iat yueki lo, apalagi ge oho gi lo te ta g Mike. Lo tau se erapa esar arti Mike uat gue? ta ya Nesya. Egi terdia . Mike is y hero... E a g ya Mike e yela atka lo dari siapa? sela Egi epat. Dia ya g e ui gue, yela eti gue aktu gue i gu g. Waktu gue ggak tau jala pula g... Tapi lo yaki , ora g ya g sela a i i lo a ggap pe ti g Cu a Mike? Nesya me gerutka dahi, i gu g. Maksud lo? Egi e atap Nesya de ga taja . Lo tau, dala se uah fil , siapa tokoh uta a ya g se e ar ya? Nesya asih terdia , ggak e gerti. Kita memang selalu berpikir, yang namanya superhero adalah tokoh utama. Tapi apa arti superhero kalo nggak ada penjahatnya? Jadi mana yang penting, pe jahat atau superhero? Nesya terse tak. Nggak per ah sekalipu dia erpikir seperti itu. Ah, ga o lo! Eh, gue go o g serius. Kalo ggak ada pe jahat, ggak aka ada superhero, la jut Egi yaki . Nesya asih spee hless. Maka ya gue ta ya sa a elo. Kalo Mike adalah hero uat elo, terus pe jahat ya siapa? Vino! Jerit Nesya dalam hati. Jelas-jelas Vino yang dulu meninggalkannya begitu aja saar main petak umpet. Da i ti perta yaa gue adalah, mana yang lebih penting: Mike atau penjahat itu? “iapa ya g se e er ya lo pikiri sela a i i? Pe jahat atau superhero? Nesya terenyak. Benar kata Egi. Sebenernya yang selama ini ada di pikirannya Mike atau Vino? Tiada hari tanpa nama Vino dalam hidupnya. Semua hal yang dilakukannya pasti berhubungan dengan Vino. Dan tanpa sadar, Vino-lah yang selama ini selalu menjadi tokoh utama dalam hidupnya, bukan Mike! Tiba-ti a Egi tergelak. “ori, sori... gue Cu a er a da, Nes. Elo ja ga serius gitu do g. tapi o o ga gue arusa kere a get, ka ? seru Egi sa il cengengesan. Nesya Cu a isa Gue Cu a pe ge elo go, e yadari diri ya seda g dikerjai Egi. Hah? gise gi elo, eh ter yata lo ga ggep ya e era . Egi kembali tergelak. Jadi, se ua teori yang lo omongin tadi itu Cuma asal-asala ? Nesya jadi ilfil sama cowok ini. Kecentilan banget! Egi kembali cengengesan. Nesya geleng-gele g kepala sa Tapi il terse yu geli. Gelo lo! ood lo jadi agus, ka ? Nesya sadar Egi sedang berusaha menghiburnya. Karena itu ia tersenyum a is. Tha ks ya, Gi. “a a-sa a. Eh iya, berpromosi. Nesya terse yu e di ga lo juga ikut ekskul re a g, Nes. “eru lho! Egi a is. Gue pikir-pikir dulu deh. Oke, gue dulua ya! kata Egi sa il era jak dari kantin. Tapi belum jauh dia melangkah, tiba-ti a dia er alik, asih de ga e ge gesa ya. Oh ya, Nes. Kalo superhero gue sih Batman. Walaupun dia punya sayap tapi nggak bisa ter a g, setidak ya o il ya kere . Mirip gue, lagi! Nesya tertawa kecil. Kok ada orang kayak Egi ya? hah! *** Sepulang sekolah, Nesya dan Kiara kembali ke markas ekskul renang. Selain memiliki lapangan basket indoor, SMA Pelita juga memiliki kolam renang indoor. Nesya yang tertarik oleh ajakan Egi dan Kiara itu pun ingin mendaftar jadi anggota. Tapi gue ggak isa ere a g, ‘a, ujar Nesya Kiara ditemani Egi. Argi, sa g ketua ekskul re a g, la gsu g tapi ggak isa ere a g? Ka aru alu-malu. Saat itu Nesya dan e atap Nesya. Mau ikut re a g au elajar..., sahut Nesya pelan. Tapi pali g ggak, lo isa gapu g, ka ? A di sedikit erharap. Nesya menggeleng. Andi tampak menimbang-nimbang. Nesya mulai putus asa. Kiara sendiri malah asyik mengobrol dengan anggota lainnya. Maklum, dia kan suka cari informasi sebanyak mungkin. Egi mendekati Andi, ingin merayu sang ketua agar mau mengajari Nesya renang. Ternyata, pucuk dicinta ulam tiba. Oke, ka i akal gajari lo re a g di si i. Met ga u g di ekskul re a g ya! kata Ardi, memenuhi harapan Egi. Egi sampai terbengong-bengong. Dia nggak nyangka Ardi dan dirinya punya hubungan batin yang amat kuat. Yiha! Nesya la gsu g terse yu Hei, Vi ! seru Egi, egitu lega. Makasih ya! elihat Vi o asuk ke rua ga . Vino yang awalnya tersenyum, ekspresi wajahnya langsung berubah begitu melihat Nesya di samping Egi. Nesya jadi salah tingkah. Lo udah selesai elo , Gi? Gue au alik ih, kata Vi o. Egi e gha piri Vi o de ga ge ira. Lo tau ggak? Nesya aru aja jadi anggota ekskul renang lho. Yah, walaupun dia nggak bisa ere a g... Vi o e aikka alis. Nggak isa ere a g tapi ikut ekskul re a g? Nesya langsung membuang muka. Dia merasa Vino mengejeknya. Memangnya kalo nggak bisa berenang, nggak boleh ikut ekskul renang? Justru dia mau belajar. Nesya berbalik dan hendak berjalan menghampiri Kiara yang sedang asyik mengobrol di sudut kolam. Karena jalan terburu-buru, Nesya nggak nyadar bahwa lantainya licin. Tiba-tiba kakinya terpeleset, dan... BYUR! Semua menoleh ke arah Nesya. Nesya tercebur di bagian kolam yang dalam. Tangannya menggapai-gapai dengan panik. Napasnya pun mulai tersengalsengal. Ardi dan Egi hendak melompat ke kolam. Tapi belum sempat mereke bergerak, Vino udah nyebur duluan. Dengan cepat Vino meraih tubuh Nesya dan membawanya ke tepi. Ardi dan Egi membantu Nesya naik. Nesya langsung terbatuk-batuk, berusaha mengeluarkan air yang tadi nggak sengaja ditelannya. Matanya merah karena kemasukan air. Tubuhnya basah kuyup dan kedinginan. Lo ggak apa-apa, Ca?! seru Kiara pa ik. Belum sempat Nesya menjawab, terdengar suara Vino menggelegar di sudut rua ga . Lo ggak pu ya otak ya!? Nesya menoleh, kaget. Vino yang juga basah kuyup memukul wajah Ardi dengan keras. Ardi meringis kesakita . Kalo tadi Nesya te ggela , lo au ta ggu g ja a , hah!? Vi ! Udah, Vi ! Lo gila, ya!? seru Egi pa ik sa il e aha tu uh Vi o. Lo juga! udah tau Nesya ggak isa ere a g, gapai lo gajak dia ke si i? Lo sa a aja kayak Ardi, ggak pu ya otak! sahut Vi o e osi. Itu uka salah Ardi! Nesya jatuh se diri. Lo nggak liat? Lo yang nggak punya otak! Egi ggak au disalahka egitu saja oleh Vi o. Vino terdiam. Egi e gha piri Ardi. Lo ggak apa-apa? Ardi membuang muka, kesal. Vino yang merasa bersalah langsung meminta aaf. “ori, gue e osi a get. Belum selesai Vino bicara, Ardi udah memukul wajahnya dengan keras. Ga tia , Vi o ya g eri gis kesakita . I pas, ka ? ujar Ardi. Vino nggak menjawab. Tapi ia terima. Ini memang salahnya karena terlalu emosional. Ardi pergi menghampiri anggota lainnya untuk menenangkan mereka yang sejak tadi menonton adegan tadi. Nes, lo ggak apa-apa? ta ya Egi, e uat Vi o e oleh ke arah Nesya. Nesya menggeleng cepat, tanpa bisa melepaskan pandangan dari sosok Vino. Gi, gue tu ggu di parkira , ujar Vi o sa il erbalik dan berjalan keluar. Vi o! pa ggil Nesya keras. Vi o e ghe tika la gkah ta pa er alik. Tha ks udah yela ati gue..., ujar Nesya tulus. Vino melanjutkan langkah dan menghilang di balik pintu. *** Akhirnya Nesya nggak jadi mendaftar ekskul renang. Dia udah jiper duluan sebelum benar-benar belajar. Cukup sekali hampir mati karena tenggelam. untung ada Vino yang menyelamatkannya. Ya, lagi-lagi Vino. Sayangnya, walaupun udah beberapa hari berlalu sejak peristiwa itu, tetap aja hubungan mereka belum membaik. Mereka sama-sama enggan memulai duluan. Gue asih suka a gis kalo i get Mike, kata Nesya, dengan Kiara di kantin. Kiara e ga ali o rola ya era gkul pu dak Nesya. “ori, gue ggak gasih tau elo dari a al. Nesya menggelengkan kepala. Be er kata okap gue. Nggak ada eda ya gue tau dari dulu ataupun sekarang. Gue tetap bakal sedih. Bahkan kalo gue tau dari dulu, gue bakal lebih menyalahkan diri gue sendiri. Pacar gue meninggal, tapi gue malah nggak inget apa-apa te ta g dia... Kiara mempererat rangkulannya saat melihat mata Nesya mulai tergenang air lagi. Lo au ke aka Mike? ta ar Kiara ti a-tiba. Nesya terse tak. Gue asih elu siap. Kiara e ga gguk e gerti. Lo udah ulai go o g sa a Vi o? Nesya e desah pela . Ke apa sih orang itu selalu ada di hidup gue? Bahkan gara-gara dia, Mike jadi... kali at Nesya terhe ti. Itu ur i ke elakaa , Ca. Buka salah Vi o. Dia ggak tau apa-apa, ujar Kiara, membela Vino. Dia e a g selalu jadi ora g ya g ggak tau apa-apa! keluh Nesya kesal. Lo tau, setiap gue lewat, cewek-cewek pasti pada ngeliatin gue dan bisik-bisik. Padahal udah lama banget gue nggak ngobrol sama dia. Ketemu aja kayak lagi kete u irus! Dahi Kiara erkerut. Lo kesel sa a dia gara-gara masalah Mike, atau gara-gara hu u ga lo da Vi o ya g ggak jelas sekara g i i? Nesya terse tak. Dia i gu g e ja a ya. M ... Lo ka ge sa a dia, ya? ta ya Kiara. Gue saya g Mike, Nesya e gelak. Buka itu aksud gue. Gue tau lo saya g sa a Mike. Tapi lo juga sayang sa a Vi o, ka ? He i g sesaat, sa pai akhir ya Nesya era i tau. Kiara e uka e desah pela . Ca, gue tau, per ai a kalia ulut lagi. Gue ggak elo erakhir. Maksud lo? ta ya Nesya i gu g. Kiara e atap Nesya. Ta pa sadar, lo se e er ya asih e ari lo.... asih terus nunggu dia, dan dia pun *** Lewat celah pintu yang terbuka sedikit, Nesya mengintip ke dalam lapangan basket indoor. Vino dan anggota yang lain tampak sedang latihan. Seperti biasa, Vino, sang kapten andalan, selalu menjadi pusat perhatian. Awalnya Nesya hanya ingin membayangkan sosok Mike jika sedang latihan. Tapi begitu melihat Vino, bayangan Mike sama sekali nggak muncul. Bahkan senyum Nesya saat ini tulus untuk Vino, bukan orang lain. Perlahan Nesya masuk dan meletakkan sebotol air mineral di atas tas Vino. Hanya beberapa menit Nesya berada dalam ruangan tersebut, memerhatikan sosok Vino yang udah lama nggak dilihatnya. Dia nggak bisa membohongi dirinya sendiri lagi. Walaupun sangat menyayangi Mike, dia kangen sama Vino. Nesya tersenyum ragu, tapi kemudian ia keluar dari ruangan itu. Sambil mengayunkan langkah, ia terus berpikir. Entah akan jadi seperti apa hubungannya dengan Vino. Selama hampir empat bulan ini, dia benar-benar menolak kehadiran Vino. Dan seakan mengerti posisi Nesya, Vino memberi waktu bagi Nesya, selama yang Nesya butuhkan. Woy! I i i u siapa? ta ya Vi o seusai latiha , sa il e ga gkat otol minum yang ada di atas tasnya tinggi-ti ggi. Kalo ggak ada ya g gaku, gue i u ih! Lho, ka e a g pu ya lo! seru salah satu o ok. Hah? ggak kok. gue alah lupa a a i u ... Vi o jangan ada orang yang mau mengerjainya! ulai uriga. Ja ga - Tadi e ek lo ya g aro situ... Ce ek gue? Vi o terse tak. Eh, a ta lo deh! Itu lho, ya g a ak kelas satu! Perlahan senyum Vino mengembang. Sekarang ia tau dari mana asal si botol minum. Tanpa ragu, diteguknya air dari dalam botol. Apakah ini artinya sebuah kesempatan...? *** Ca, tha ks uat i u ya ya! seru Vi o, saat Nesya erjala elewati ta a dekat ko pleks ru ah ereka. Nesya e oleh. Ka u dari a a? tanya Vino sambil menghampiri Nesya. Nesya e ua g uka. ‘u ah Kiara. Kalo au arah, arah aja, Ca. Aku udah siap kok, ujar Vi o sa menyodorkan bola basket ke arah Nesya. il Melihat ta pa g polos Vi o, Nesya alah aki kesal. Ke apa sih ka u selalu iki aku sedih?! Nesya e ukul ola itu de ga keras. Dari dulu kamu selalu seenaknya. Kamu nggak pernah peduli sama aku. kamu selalu oho gi aku! air ata Nesya ke ali engalir. Aku tau aku salah. Tapi aku e er-bener nggak pernah berniat bohongin kamu. Asal kamu tau, setiap detik aku selalu ngerasa bersalah karena udah jatuh i ta sa a ka u... Nesya terse tak. Tapi sesaat ke udia , ia alah terse yu si is. Ci ta? Kamu ngomong tentang cinta? Vino yang terkenal suka meng- ga tu g e ekcewek di sekolah, sekarang bawa- a a i ta? Vino terenyak. Nesya ke ali e aha ta gis. Aku e er-bener ragu kamu cinta sama aku. atas dasar saya g atau kasiha ? Kasiha ? ula g Vino nggak ngerti. Ka u sok aik da i ta aku jadi pa ar ka u kare a ka u kasiha sa a aku, kan? kasihan sama cewek amnesia tolol yang bahkan nggak inget pacarnya se diri? Iya, ka ? Nesya erasa hati ya sakit. uka i i ya g se e ar ya i gi ia ucapkan. Tapi Mike ya g udah gere ut ka u dari aku! seru Vi o kesal. Nesya terpera jat. Ngere ut? Mike ya g udah yela eti aku! dia ya g nemuin aku waktu kamu ninggalin aku sendirian. Kamu nggak tau betapa takutnya aku waktu itu. Dan kamu nggak pernah kembali untuk nyari aku, ka ? Vino tersentak. Dia nggak pernah tau kalo permainan petak umpet saat kecil itu meninggalkan bekas luka yang terlalu dalam seperti ini. Dia benar-benar nggak pernah menyangka semuanya bakal menjadi serumit ini. Dan yang nggak bisa dia terima adalah, kenapa harus Mike yang menemukan Nesya saat itu!? Aku e a g salah. Tapi aktu itu kita ka asih ke il, Ca! Aku asih ggak tau apa-apa dan... Ya ampun...! masa Cuma kejadian sepele gitu kamu ungkitu gkit sih? Vi o erusaha e ela diri. “epele? Ka u ila g sepele? “oal ya ka u e ak sih, ti ggal pula g egitu aja. Nggak ikiri aku ya g ketakuta . U tu g ada Mike, poto g Nesya epat. Di tuh u ul Cu a ke etula ! seru Vi o kesal. Ke apa sih harus Mike yang jadi pahlawan di ata ka u? Kare a dia ggak egois, ggak seperti ka u, ujar Nesya ke e a. Vino terenyak. Jujur, dia nggak menyangka bakal mengucapkan kata-kata seperti tadi. Itu bukan dirinya! nggak pernah dia memiliki pikiran seperti itu! Dan hanya satu alasan kenapa dia menjadi begitu, yaitu karena... Nesya. Tapi, kenapa masalahnya jadi runyam begini? Bukankah sebenarnya ia ingin berbaikan dengan Nesya? Buat aku, sa pai kapa pu Mike adalah o ok ter aik dala Nesya dingin, lalu berlalu. hidupku, kata *** Eh, spider a ! seru Egi, sa il e epuk pu ggu g Vi o keras. Vino langsung berlagak muntah- u tah. Dasar ge to g gila! Lo ge u uh gue? au Egi tergelak da duduk di sa pi g Vi o. Lo ke apa? Masih ggak ada ke ajua sa a Nesya? ta ya ya. Vino mengem uska apas lelah. “ejak gue ri ut sa a dia se i ggu ya g lalu, se ua ya alah jadi ta ah uruk. ‘i ut di ta a deket ru ah lo itu? ‘i ut di a a lagi? “ekolah? Biar se ua ora g tau gue lagi ada asalah sa a dia, terus dijadii hot gossip? sahut Vino bete. Egi cengengesan nggak jelas. Gue pe ge aika sa a dia, tapi kayak ya e a g elu isa... Egi e atap Vi o ukup la a. Baru kali i i gue liat lo putus asa a get. Ma a Vino yang selalu tegar menghadapi segala masalah? Yang nggak pantang me yerah? Pa da ga Vi o koso g. Lo tau, kalo la a gue a usia, gue pasti e a g. Tapi sekarang, lawan gue adalah bayangan. Dan sampai kapan pun, gue nggak aka isa e a g dari aya ga Mike. “a a seperti Mike ya g dulu ggak per ah isa ucap Egi pelan tanpa sadar. e a g dari aya ga lo, Apa?! Gue sih yaki lo isa e e a gka per ai a i i, kata Egi te a g. Lo pasti isa e ui Nesya, Vi . Vi o e gerutka dahi. Maksud lo? Nesya asih u ggui lo uat e ui dia, ujar Egi, asih sok misterius. Maksud lo, petak u pet sepuluh tahu ya g lalu? Itu ka udah la a a get. Da ya g e ui dia pu uka gue, tapi Mike... Tapi seperti ya g per ah lo ila g ke gue, per ai a i i ka a tara elo da dia. Elo yang memulai permainan, dan udah seharusnya lo juga yang e gakhiri... Kata-kata Egi ukup telak, e uat Vi o aki i a g. Lo tau nggak, Vin. Gue selalu ngerasa kalian sama-sama tolol. Yang satu masih setia e u ggu, ya g satu lagi asih setia yari. Kapa au kete u ya? SEBELAS NGGAK terasa, ujian semester udah berlalu. Hubungan Kiara dan Nesya masih dekat seperti dulu. Ya iyalah, namanya juga teman sebangku. Sayangnya, hubungan baik itu masih nggak menghampiri Nesya dan Vino. Mereka masih diem-dieman. Status mereka pun masih nggak jelas. Setiap kali ada yang bertanya, baik Nesya maupun Vino sama-sama enggan menjawab. Vino masih bertahan dengan keraguan akan perasaan Nesya terhadapnya. Nesya sendiri masih enggan mengakui bahwa selain Mike, ternyata masih ada Vino yang juga disayanginya. Ca, kita ggak re idi! seru Kiara se a g, sa ulangan matematika mereka. il e u jukka kertas Nesya ter elalak. Wih! Ma tap! Gue dapet delapa li a! Tapi gue pu ya erita uruk ih, Ca... Apaa , ‘a...? Nesya e gikuti arah pa da ga Kiara. Dilihatnya Vino yang sedang ddikerubungi teman-teman sekelasnya. Di kelas kita, a ak e ek ya Cu a lo da gue ya g ggak re idi. Itu kare a kita seri g elajar are g, ka ? Kiara erhe ti seje ak u tuk e ge gesa . Kayaknya udah ketularan Egi deh! Tapi asalah ya, Bu E da g i ta Vi o jadi tutor temen-temen kita yang dapat nilai jelek. Begitu cewek-cewek di kelas kita tahu, ereka la gsu g he oh gitu deh. Nesya asih e erhatika sosok Vi o ya g ta pak gerah dikelili gi a yak e ek. Biari aja! Hah? Kiara terkejut. Nesya ere gut ete. Biari aja dia jadi tutor. Ka lu aya , isa deket cewek- e ek ego! ujar Nesya ketus sa il era jak pergi. Kiara hanya bisa geleng-geleng kepala. *** Ke apa sih kita juga harus ikut-ikutan ditutorin sa a dia? keluh Nesya ete. Saat itu mereka di dalam kelas atas perintah Bu Endang. Kiara ere gut ke il. Kare a ilai kita elo seratus. Kata Bu E da g, ggak ada salahnya kalo sekalian aja satu kelas, tanpa terkecuali, ikut tutorialnya Vi o. Vino yang saat ini sedang mengajar di depan kelas, sekilas melirik Nesya dan Kiara yang duduk di paling pojok belakang. Apa yang mereka berdua lakukan sejak tadi? Memerhatikan Vino sambil mendengarkan MP3 secara diam-diam. Tapi go o g-ngomong, dia baik juga ya... Dia siapa? ta ya Nesya. Kiara e u juk Vi o de ga geraka kepala ya. Dia tau kita ggak de geri dia, tapi dia ggak egur kita... Ke apa harus ditegur? Kita ka seharus ya ggak ada di si i. Nilai delapa lima kan udah bagus. Mungkin dia sendiri matematikanya nggak jago-jago a at, kata Nesya, ggak sadar kalo Vi o udah ada di sa pi g ya. “ori, tapi ilai ujia pelan tapi dalem. ate atik gue ya g terakhir dapet seratus, ujar Vi o, Nesya melirik kiara. Kiara langsung pura-pura mencatat. Nesya memejamkan mata kuat-kuat, dan begitu ia menoleh dan membuka matanya lebar-lebar, Vino udah menatapnya lekat-lekat. Ada perta yaa ? ta ya Vi o, seperti ola asket ya g Nesya. e gha ta kepala Nesya Cuma bisa diam. Masalahnya, status Vino sekarang ini adalah tutor, jadi nggak lucu kan, kalo dia marah-marah soal masalah pribadi? Nesya melirik satu kelas. Semuanya sedang mencatat. Untung nggak ada yang memerhatikan mereka! Fiuh! H ... selesai ya ja erapa ya? ta ya Nesya. Kiara langsung melengos. Cape deh! Pertanyaan Nesya tolol banget sih? Pikirnya. “e e tar lagi, sahut Vi o datar sa Nesya e de gus kesal. “ok kere il erjala ke depa kelas. a get... Buka ya e a g kere ? sahut Kiara sa il terse yu geli. Cih! Nesya e ua g muka. Tapi kemudian, bukannya mencatat, dia malah asyik menggambar di kertas. Sekali-sekali dia memang melirik ke arah Vino. Itu sih karena dorongan hati. Jadi nggak bisa dijelasin pake logika. Ya a pu , Ca... Nesya menoleh begitu mendengar desahan Kiara. Dilihatnya Vino sedang membungkuk di samping salah satu teman Nesya yang kebetulan cewek. Gayanya sih seakan sedang menjelaskan, tapi sambil ketawa-ketawa. Kali ini, tanpa dicolok ke listrik pun, hati Nesya udah panas sendiri. Dicoretnya kertas sampai sobek. Kiara ergidik. Lo ke apa, Ca? Terus aja... Keta a aja terus..., gerutu Nesya sa Vino. Kiara Ca? E il terus e erhatika elirik ke arah Vi o. Ooooh..., kata ya lo udah ggak peduli sa a dia, er! ujar Nesya, sa Terus, ke apa lo il e oret-coret kertas dengan kejam. arah? pa i g Kiara. Tanpa sengaja, mata Nesya kembali melihat Vino yang masih ketawa-ketawa. Emosinya makin terpancing. Ditekannya pensil dengan kuat sampai isinya patah. Kare a gue... Huh! seru Nesya kesal sa il membanting pensilnya. Semua menoleh, termasuk Vino. Cepat-cepat Nesya membereskan buku, mengambil tas, dan berjalan keluar kelas tanpa menoleh lagi pada Vino. Kiara segera bangkit ingin mengejar Nesya, tapi kali ini dia sempat ditahan oleh Vino. Nesya ke apa, ‘a? ta ya Vi o kha atir. Biasa, e uru, isik Kiara sa il terse yu sok isterius. “ori ya, gue dulua ! Cepat-cepat ia keluar kelas menyusul Nesya. Tinggallah Vino, terlongo-longo di depan pintu. Cemburu? Nesya cemburu? Perlahan ia tersenyum, campuran antara geli, senang, dan lega. Sepertinya ia memang harus melakukan sesuatu. Ia memang suka meng- ga tu g e ek, tapi Nesya nggak akan jadi salah satunya! *** Seperti biasa, Vino pulang bareng Egi naik motor. Sejak putus dengan Nesya, dia nggak pernah lagi membawa mobil ke sekolah. Buat apa naek mobil sendirian? Sepi. Bikin dia teringat terus sama Nesya. Oh iya, Vi . Tadi pelatih lo itipi gue i i, ujar Egi, sa sebuah CD dari dalam tas. Vi o e aikka alis. CD apaa il e geluarka ih? Kta ya sih itu CD hasil reka a pas perpisaha Mike. Berhu u g tadi lo udah di parkira da dia kete u ya sa a gue, ya dia yuruh gue kasih ke elo... Mike...? ula g Vi o i gu g. Perasaa ya ggak e ak. Egi langsung menepuk punggungnya dengan keras. Kita to to are g yuk! Dan sekarang, di sinilah mereka. Duduk di ruang TV di rumah Vino sambil memutar CD tersebut. Sebelum menonton, Egi udah mengajak Vino berdoa terlebih dahulu, yang langsung ditanggapi Vino dengan timpukan bantal. Lo kira au o to apaa ? kata Vi o, putus asa a is gadepi Egi ya g ajai . Ya siapa tau itu CD terkutuk. Ti a-tiba ada Sadako yang keluar dari TV, terus kita ati! Aaaaaa!!! jerit Egi. Berle iha a get deh tuh o ok. Kalo lo jerit lagi, se elu “adako keluar, lo udah pingsan duluan gara-gara gue ti puk pake i i! Vi o sudah siap-siap mengangkat bantal sofa lagi, kali ini yang lebih besar. Egi cengengesan. Vino menghela napas sambil menekan tombol play. Dan rekaman pun terputar di hadapan mereka. Sorotan dimulai dari lapangan basket indoor. Semua orang di dalamnya tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang asyik mengobrol. Ada yang sedang sharing dengan pelatih. Dan terakhir, kamera menyorot dua orang yang sedang bermain di lapangan. Mike dan Vino. Mereka saling berebut bola. Mike memasukkan bola ke ring dan dengan cepat langsung mengopernya pada Vino. Vino menangkap dengan sigap, melompat, dan three point pun didapatkannya. Mike tersenyum puas. Tanpa kata, mereka saling menghampiri dan ber-high five. I i dia kapte ke a gggaa kita! Mi hael Ardia syah! seru si pereka . Mike menoleh sambil tersenyum malu- alu. Apaa sih lo...? Mike, kasih pesa -pesa do g! Mike e ghadap ke ka era. H ... pesa apa ya? gue Cu a au ila g, kalian jangan males latihan. Kita bisa berprestasi bukan karena karbitan, tapi kare a seri g erlatih... Tapi kalau dari sa a ya ggak pu ya akat, susah juga, kali ya. isa sa pe o gkok latiha ya, aru isa... Kamera langsung menyorot ke arah datangnya suara. Vino, dengan tampang kagetnya karena nggak nyangka bakal ikut disorot, hanya bisa tersenyum lebar. Mike langsung merangkul leher Vino sambil pura-pura arah. Nih a ak emang belagu. Nggak usah diikutin. Untung aja jago, kalo nggak, udah gue dribel terus gue masuki ke ri g, ujar Mike de ga ajah e garah ke kamera. Vi o terta a geli. Yap-yap! Mike ini memang kapten tim basket kita yang paling... nggak jelas kehidupan cintanya. Gue aja nggak pernah liat ceweknya ya g a a. Eh, eh, go o g apa lo arusa ? Bawa-bawa cewek gue lagi! Eh iya, pesan gue buat elo,Vin, ntar kan cewek gue bakal jadi adik kelas lo. Berhubung gue udah he gka g, jadi a tu gue jagai e ek gue sela a di sekolah, ya! Halah! Cewek kok pakai dijaga-jagain segala. Siapa sih yang mau ganggu cewek lo? sahut Vi o, seke a ya. Eh, e er ya. kalo udah liat e ek gue, lo ggak oleh deket-deket dia! kata Mike bercanda. Tiba-tiba Vino menekan tombol pause. Eh, kok di-pause? ta ya Egi i gu g. “ela a ya Nesya e a g ilik Mike. Gue ggak erhak gere ut dia, ujar Vino, bangun dari sofa, hendak masuk ke kamarnya. Ya udah, gue to to se diri aja, sahut Egi sa play. il ke ali e eka to ol Terdengar suara Mike dari player. ...eh iya, erhu u g si Vi o elagu itu lagi ggak ada, gue mau bocorin rahasia. Sebenernya dia itu calon kapten yang baru. Walaupun belagu, dia aslinya asyik kok. jadi kalo pas belagunya keluar, timpuk aja pake bola biar sadar. Hehehehe! Vino terus melangkah menuju kamar sambil tersenyum sedih. Terus, gue au a ahi pesa uat dia, terde gar lagi suara Mike. Langkah Vino terhenti mendengar lanjutan rekaman yang diputar Egi. Dengan cepat, ia kembali menoleh ke TV. ...ada satu hal lagi ya g au gue sa pei . Vi , kalo suatu saat terjadi sesuatu yang nggak per ah gue prediksii , tolo g tetep jagai e ek gue ya..., ujar Mike yakin. Mike, kayak ya ukup deh. E a g ya kita au iki fil ? Betah a get di depa ka era?! ujar Vi o sa il era gkul Mike. Yuk. Oke! Mike dan Vino melambaikan tangan ke arah kamera. Sedetik kemudian, kamera pun dimatikan. Vino terdiam sesaat. Dia masih terpaku. Masih nggak percaya akan apa yang baru saja dilihatnya. Menjaga Nesya? Bolehkah? Dan, bolehkah ia lebih dari sekadar menjaga? Apakah dari awal Mike memang sudah memperkiraka ya Tuh ka , Vi . Lo tuh udah dititipi sa a Mike u tuk jagai Nesya, kata Egi, menyadarkan Vino. Ya, tapi... gue ggak akal ere ut Nesya dari Mike, sahut Vi o di gi . Egi menoleh, mencoba meyakinkan diri apakah roh Sadako telah merasuki tubuh Vino. Tapi sedetik kemudian, Vino tersenyum yakin. Gue aka i ta, uka gere ut... *** Lo asih Nesya arah ya sa a Vi o? ta ya Kiara pe asara . e ghela apas pa ja g. Gue udah aafi dia kok... Maafi se ua ya? aafi kesalaha dia gebohongin elo, Mike, juga masa ke il kalia ? ta ya Kiara ggak per aya. Terus ke apa lo ggak au aika sa a dia? Gue takut, ‘a! sahut Nesya epat. Takut apaa ? Gue takut sa a perasaa gue s diri. Maki la a gue aki sadar kalo gue suka dia. Bahka lae ih dari itu, gue sya g sa a dia..., kata Nesya. Ke apa takut, Ca? Lo tau dia juga saya g sa a elo... Justru itu. “e ua ya jadi Kiara terse tak. Mike? aki ggak adil uat Mike. Nesya tertu duk sedih. Kalo gue jadia sa a Vi o, itu sama aja gue mengkhianati Mike. Sejak dulu, Mike menganggap Vino adalah bayangan masa lalu gue. Satu-satunya orang yang Mike iriin adalah Vino. Dan kalo sekarang gue alah ilih Vi o, Mike akal... Mike udah ggak ada, poto g Kiara di gi . Nesya terse tak. Lo go o g seolah-olah Mike masih hidup, Ca. Apa lo udah bener-bener bisa nerima kalo Mike udah ggak ada? MIKE UDAH NGGAK ADA, la jut Kiara pe uh penekanan. Nesya tere yak. Gue Cu a... Kalo lo udah e er-bener bisa nerima itu, lo nggak akan nyia-nyiain waktu kayak sekarang. Kalo lo terus mikirin perasaan Mike, sori, lo bakal menyesal karena udah ngancurin perasaan Vino dan perasaan lo sendiri. He i g ukup la a, sa pai akhir ya Nesya era i uka ulut. ‘a... kalo gue jadian sama Vino, bener nih, Mike ggak arah? ta ya Nesya lirih. Kiara terse yu le ut. Yup! Trust e. *** Berhubung Nesya sering pulang sore-tuh anak betah banget nongkrong dulu di rumah Kiara-sore itu Vino sengaja menunggunya di taman sambil duduk di ayunan. Vino yakin banget, Nesya pasti lewat taman ini. Selama menunggu, ingatan Vino kembali melayang ke peristiwa sepuluh tahun lalu. Dia ingat pertama kali ribut sama Nesya. Waktu itu Nesya mendorongnya jatuh dari ayunan. Dia juga ingat di taman inilah pertama kalinya dia nembak Nesya untuk jadi pacarnya. Kenangan yang manis sekaligus konyol kalau diingat-ingat lagi. Dugaan Vino benar. Sepulang dari rumah Kiara, Nesya memang lewat taman. Dan dia heran banget ngeliat Vino duduk sendirian di ayunan. Vino nggak sadar Nesya muncul dari belakang. Perlahan Nesya menghampiri Vino dan... BRUK! Vino terempas ke tanah. Tapi kali ini, dia langsung bisa menebak siapa yang mendorongnya dari ayunan... untuk kedua kalinya! Ka u apa-apaa sih?! seru Vi o kesal. Lagi-lagi telapak tangannya lecet. Nesya terse yu si is. “akit, ya? syukuri ! Dari dulu ka u tuh selalu iki aku elaka, keluh Vi o, sa butiran-butiran pasir dari telapak tangannya. il e ereska Ah, erle iha ! Eh, i i e era , tau! Vi o e dekat ke arah Nesya da menatapnya dalamdala . Ka u ggak i get kalo dulu ka u per ah a rak aku sa pai jatuh pas lagi main kejar-kejaran? Waktu itu kalo nggak salah, lutut aku berdarah. Terus yang paling aku inget, kamu pernah nabrak aku pake sepeda sampai lengan aku kena batu. Bekas luka ya aja asih ada sa pai sekara g..., kata Vi o sambil memperlihatkan luka di lengannya pada Nesya. Ah, asa sih? ta ya Nesya polos sa il e julurka kepala u tuk elihat bekas luka di lengan Vino. Dia benar-benar nggak nyangka, waktu kecil ternyata dia sering membuat Vino terluka. huah! “ekara g ka u harus ta ggu g ja a , Ca! seru Vi o ise g. Nesya la gsu g e ukul pela ekas luka di le ga Vi o. Itu ka udah sembuh. Bekas lukanya juga udah nggak terlalu kelihatan. Lama-lama juga hila g. Aku alah ggak au ekas luka ya hila g, sahut Vi o su gguh-sungguh. Nesya terpaku e de gar ya. Biar ka u erasa ersalah terus, la jut Vi o sambil cengengesan. Nesya la gsu g ere gut. Dasar Pi okio jelek! Pi okio? Iya, se e er ya kamu lebih cocok dipanggil Pinokio daripada Pino. Kamu tuka g oho g! seru Nesya, e u pahka u ek-unek masa kecilnya. Vino tersentak. Dia nggak bisa menebak ke mana arah pembicaraan Nesya ini. Akankah semuanya memang akan kembali ke masalah Mike? Semoga saja tidak. Dia hanya ingin memperbaiki semuanya dengan Nesya. Ke apa dia ? Udah gaku kalah? ta ya Nesya a gga. Aku ka udah i ta aaf soal... Kapa i ta aaf ya? Buka ya setelah ai petak u pet itu, esok ya ka u la gsu g pi dah? sela Nesya cepat, tau apa yang dipikirkan Vino. “esaat Vi o elo go. Aku kira Ka u tetep ggak au i ta asalah... aaf? sela Nesya u tuk kedua kali ya. Vino tersenyum lega. Terima kasih, Tuhan! Ternyata Nesya menuntut permintaan minta maaf atas permainan petak umpet mereka dulu. Bukan soal Mike. Ngapai aku harus i ta aaf? Dala per ai a , ggak ada kata aaf . Kalo ggak puas, ya la juti per ai a ya. Gi a a? ta ta g Vi o, belagu seperti biasanya. Nesya e aikka alis. Maksud ka u? Kita la juti per ai a sepuluh tahu ya g lalu. Perlahan Vino berbalik memunggungi Nesya. Nesya terdiam sesaat. Haruskah dia melanjutkan permainan ini lagi? Tapi perlahan ia tersenyum. Mengerti apa maksud ucapan Vino, Nesya pun menyentuh punggung Vino dengan salah satu jarinya. Vino berbalik menghadap Nesya. Ya g i i..., ujar ya sa il e u juk jari telu juk Nesya. Nesya menggeleng. Ya g i i... Kali i i Vi o e u juk jari te gah. Nesya kembali menggeleng. H ... Vi o e e ak- e ak. Ya g i i! seru ya sa kelingking Nesya. il menyentuh Nesya tersenyum senang. Akhirnya permainan bisa juga dimulai setelah Vino berhasil memilih jari yang tepat. Vino menyandarkan lengan ke tembok taman, sambil menutup mata. Ka u akal ari aku sa pai kete u, ka ? ta ya Nesya pelan. Ada keraguan dalam suaranya. Vi o e oleh. Dia tau Nesya aka erta ya seperti itu. Kali i i, ka u pasti aku te ui , ujar Vi o yaki sa il e atap Nesya dala -dala . Aku hitu g ya! satu... dua... tiga... Nesya berbalik dan mencari tempat persembunyian yang aman. Dan persis seperti sepuluh tahun yang lalu, Nesya bersembunyi di balik semak-semak yang ditata rapi di taman. Tempat itu masih ada. Tempat Mike dulu pernah menemukannya. Tapi sekarang, Mike nggak akan pernah menemukannya lagi, karena Vino-lah yang akan menemukannya. Suara Vino masih terdengar jelas di telinga Nesya. Nesya memejamka mata, e u ggu da terus e u ggu. ...delapa ... se ila ... sepuluh... udah elo ? seru Vi o di akhir hitu ga ya. Vino membuka mata dan celingak-celinguk mencari sosok Nesya. Tekadnya satu: menemukan Nesya. Matahari mulai surut. Senja mulai datang. Lampu taman yang berbentuk bola menyala temaram. Tanpa sadar, di tempat persembunyiannya, Nesya menangis. Tapi ia menangis bukan karena ketakutan seperti dulu. Ia bukan lagi anak berumur lima tahun yang takut gelap. Dia sudah 15 tahun dan bisa pulang sendiri ke rumah. Bukan itu yang ditakutkannya. Dia takut kejadian sepuluh tahun yang lalu terulang lagi. Dia takut Vino menyerah dan nggak menemukannya seperti dulu. Ini bukan lagi masalah siapa yang akan menemukannya. Dia baru sadar, sejak sepuluh tahun yang lalu, yang sebenarnya ia inginkan bukanlah seseorang menemukannya, melainkan hanya Vino yang menemukannya. Ya! dia ingin Vino, bukan Mike ataupun orang lain! Ke apa a gis, Ca? Nesya mengelap matanya dengan punggung tangan dan mendongakkan kepala. Begitu melihat Vino sedang berdiri di hadapannya, tangis Nesya malah tambah keras. Vi o pa ik. Perlaha ia e a tu Nesya erdiri. Hei, kok a gis sih? Aku berhasil e ui ka u, ka ? Nesya e eluk Vi o erat. Aku kira ka u akal i ggali aku lagi... Vino mengelus-elus kepala Nesya de ga le Aku ja ji. ut. Nggak aka per ah lagi. *** Vino dan Nesya duduk bersisian di bangku taman. Vino masih menggenggam tangan Nesya. Nesya malah asyik menatap langit malam yang gelap. Kok ggak ada i ta g, ya? ta ya ya. Apa Vi o ikut e atap la git. H ... au huja ? u gki . Udara ya juga ulai di gi . Nesya terse yu lega. Perlaha ia e oleh ke arah Vi o. “ori ya, Vin, tangan kamu lecet karena aku dorong tadi. Habis, pas tutorial waktu itu, kamu bikin aku e uru sih... Vi o tergelak. Ka u e uru? Bagus do g! Nesya ere gut ke il. H ... seri g-sering aja begitu ya! jadi tiap hari aku punya alasan untuk ngelukain kamu. Aku boleh nabrak kamu pake sepeda, doro g ka u dari ayu a , i puk ka u pake ola asket... U apa Nesya terhenti, karena tiba-tiba Vino meraih kedua bahu Nesya dan mendekatkan wajahnya. Nesya terbelalak. Bibir Vino mendarat cepat di bibirnya. Sama dengan first kiss dulu, tapi bedanya, orang yang ada di hadapannya ini, yang sedang menciumnya, bukanlah Mike, tapi Vino. Vino menatap Nesya lekat-lekat. Nggak apa-apa, Ca, asal kamu tetap di sisiku da saya g sa a aku, ujar Vi o le ut. Tapi omong-omong, kayaknya aku elo per ah de ger ka u ila g saya g ke aku deh, Vi o e gi gat-ingat. Nesya salah ti gkah se diri. Me a g ya perlu diu api ? Kalo ka u ggak ila g, gi a a aku tau isi hati ka u ya g se e ar ya? Vi o... aku saya g ka u, sela Nesya epat-cepat dan dengan suara pelan. Wajahnya bersemu merah. Vi o e aikka alis. Apa? epet a get go o g ya. “uara ya pela , lagi. Pasti ggak tulus. Nesya e atap Vi o ete. AKU... “AYANG... KAMU! seru Nesya keras da perlahan. Vino terta a geli. Aku juga saya g ka u, ujar Vi o yaki . Bi ir ya terse yu lebar. Sorot matanya menyiratkan ketulusan. Ia mencubit hidung Nesya pelan. Angin berembus makin kencang. Suasana begitu hening, karena mereka berdua mendadak sama-sama diam dan hanya saling menatap. Sampai akhirnya.. Huaaaaaah!!! Huja !!! seru Nesya pa ik saat ti a-tiba hujan turun. Ayo pula g! seru Vi o, la gsu g berlari menuju rumah. e arik ta ga Nesya da e gajak ya Nesya tertawa riang. Belum pernah ia hujan-hujanan seperti ini, apalagi bareng Vino. Tapi baru beberapa langkah, tiba-ti a Nesya erhe ti. Per ai a udah erakhir, ka ? ta ya ya, terde gar ragu da e as. Vi o e pererat ge gga a per ai a udah erakhir. ya, lalu e oleh sa il terse yu le ut. Ya, Nesya kembali menoleh ke arah bangku taman, tempat ia dan Mike sering menghabiskan waktu mereka. Ya, sekarang udah benar-benar berakhir, Mike, ujarnya dalam hati sambil tersenyum lega. EPILOG SIANG itu cerah ceria. Matahari terhalang awan putih, bukan awan hitam yang akan membawa hujan. Angin yang bertiup sepoi-sepoi membuat udara sejuk. Nesya menatap makan yang ada tepat di hadapannnya. Makam Mike. Kompleks pemakaman ini begitu rapi dan asri. Nggak ada kesan seram sama sekali. Yang terasa hanya kedamaian. Perlaha Nesya e ye tuh ukira a a Mi hael Ardia syah di atu isa . Tatapannya begitu sedih. Seberapa kuat pun ia menahan, rasa sakit di dadanya masih tetap ada. Matanya pun lagi-lagi terasa panas. Mike, ka u isa de gar aku? ta ya Nesya pela . Maaf kare a aku telat datang ke sini. Maaf karena aku sempat lupa sama kamu. Dan maaf karena sekarang aku juga menyayangi cowok lain selain kamu... Nesya merasa air matanya jatuh seiring berembusnya angin, membelai rambut hitamnya yang terurai lembut. Aku asih i get de ga jelas ajah ka u, se yu ka u, ta a ka u, suara ka u, peluka ha gat ka u... Nesya e gusap air ata ya. Aku ahka masih inget gimana pertemuan kita pertama kali dulu. Kamu nemuin aku... you are my hero, Mike... Nesya menghela apas sesaat. “aat aku tau ka u udah ggak ada, aku selalu berharap semua itu Cuma mimpi. Aku berharap di saat aku terbangun, kamu ada di sisi aku da erkata ka u ggak aka per ah i ggali aku... Air ata Nesya makin deras. Nesya menatap rerumputan di hadapa ya ya g ergoya g le ut. Tapi sekarang aku sadar, ternyata kamu benar. Selama ini aku selalu menunggu Vino. Walaupun dulu kamu udah nemuin aku, tetap aja aku masih nunggu dia untuk nemuin aku. dan pada saat aku sadar, aku nggak bisa menghentikan rasa sayangku ke dia... Tapi ya g perlu ka u tau, Mike, perasaa saya gku pada ka u ggak aka hilang. Betapa pun sayangnya aku ke orang lain, kamu tetap nggak akan tergantikan. Aku bisa bertahan karena aku merasa kamu selalu ada dalam hidup aku. kenangan... ya, Cuma kenangan yang meyakinkan aku bahwa kamu akan terus ada di hati aku. Perlahan Nesya menghapus sisa air mata di pipinya, lalu berdiri menyambut Vino, Egi, dan Kiara yang menghampirinya dengan buket bunga di tangan mereka. I i... ujar Vino sambil menyerahkan buket mawar merah yang masih segar kepada Nesya. Vino sendiri memilih mawar putih. Mike, gue a ai a ggrek putih uat elo, ujar Kiara. “e e er ya, gue asih pe ge erita a yak ke elo, tapi... Kiara e gelap air ata ya g yaris jatuh dari matanya. Udah, udah. “ekara g gilira gue! seru Egi, se gaja supaya Kiara ggak jadi a gis. H ... Mike, u gki lo ggak ke al gue. Jadi gue e perke alka diri dulu ya. nama gue Egi. Gue anggota ekskul renang di SMA Pelita... Nesya, Vino, dan Kiara langsung menatapnya tajam. Egi langsung cengengesan. Eh, iya, g... gue gasih lo tulip ku i g aja ya. kata ya g jual sih arti ya harapan cinta. Tapi nggak apa-apalah. Toh ntar kalo di kehidupan mendatang gue jadi cewek, gue rela kok jatuh cinta sama elo. Hehehe. Ng... Mike, gue pilih tulip kuning karena gue suka aja, kuning kan warna favorit gue. Udah, die ! kata Kiara sa nyerocos terus kayak bebek. il e u gka ulut Egi, takut o ok itu Vi o terse yu tulus. Tha ks, Mike. Lo udah gajari a yak hal ke gue. Gue nggak akan pernah bisa ngerebut Nesya dari elo. Gue Cuma bisa minta izin lo. Dan Nesya memang bukan bola basket yang bisa kita rebutin. Kita sama-sama sayang sama dia. Dan sekarang giliran gue yang menjaga dia. Lo tenang aja. Trust me... Gilira Nesya terse yu le ut. Ka u tau, Mike? Mu gki Vi o ora g ya g tepat uat aku. tapi ya g pasti, ka u ya g ter aik. You re the est a d ill always be... Nesya menyelipkan selembar kertas di antara celah tangkai yang ada di buket mawar merahnya dan meletakkannya ke atas makam, kemudian disusul oleh yang lainnya. Vino dengan mawar putihnya, Kiara dengan anggrek putihnya, dan Egi dengan tulip kuningnya. Serempak mereka mengucapkan doa di dalam hati. Doa tertulus untuk seorang Michael Ardiansyah yang nggak akan terlupakan. Mike boleh pergi untuk selamanya, tapi nggak ada satu orang pun yang bisa menghapus keberadaannya di dunia ini. Dia pernah ada. Dan selama orang yang menyimpan kenangan tentangnya masih hidup, ia pun akan terus ada. Mereka berbalik dan beranjak pergi meninggalkan makam. Egi dan Kiara sudah berjalan jauh di depan. Sedangkan Vino dengan setia mendampingi Nesya. Baru beberapa melangkah, tiba-tiba Nesya berbalik, menoleh ke arah makam. Dilihatnya kertas yang tadi diselipkannya terbang bersama angin yang berembus kencang. Nesya sempat tertegun. Tapi biarlah, cukup dia, Tuhan, dan mungkin Mike yang tau apa yang tertulis di kertas itu. Perlahan senyumnya mengembang. Senyum tertulus dan damai yang khusus diberikannya untuk Mike. Ke apa? ta ya Vi o i gu g. Nesya e ggele g epat sa pulang! il terse yu a is. Nggak apa-apa kok. ayo Nesya menggandeng lengan Vino dengan erat. Mereka melanjutkan langkah pulang. Kertas yang ditulis Nesya untuk Mike terbang semakin jauh tertiup angin. Kertas itu berisi lirik lagu kesayangan Nesya, buat Mike. In this world you tried Not leaving me alone behind There s o other ay I prayed to the gods let him stay The memories ease the pain inside Now i know why All of my memories keep you near In silent moments imagine you here All of my memories keep you near Your silent whispers, in silent tears Made e pro ise I d try To find my way back in this life I hope there is a way To give me a sig you re ok ‘e i ds e agai it s orth it all So I can go on Together in all these memories I see your smile All the memories I hold dear Darling, you know I will love yu Until the end of time (Memories-Within Temptation)