PROLOG
K‘ING kri g kri g ada sepeda. “epedaku roda dua... “a il e gayuh
sepedanya, Nesya yang baru berumur lima tahun menyanyikan lagu favoritnya
itu. Sepeda melaju asyik, lalu membelok ke kiri. Tapi kemudian... dari arah
berlawanan... muncul sepeda yang dikemudikan Vino, tetangga Nesya. Nesya
jadi gugup. Tabrakan tak dapat dihindari. Sepeda Nesya jatuh menimpa sepeda
Vino!
Vino meringis kesakitan. Lengannya tergores batu di pinggir jalan. Nesya yang
melihat darah keluar dari luka Vino hanya bisa ikut-ikutan meringis, seakan ikut
merasa sakit.
Aduh... , keluh Vi o sa il elihat le ga ya se diri. Da egitu elihat
darahnya tak kunjung berhenti mengalir, sontak tangis Vino pecah.
Tiga anak lain tiba-tiba mengerumuni mereka dan menyoraki Nesya dengan
polos.
Hayo, E a!
E a jahat! E a jahat!
Pi o erdarah! Gara-gara ka u sih!
Hayo, E a! Hayo, E a!
Nesya panik. Dia mulai celingak-celinguk, mengharapkan seseorang datang
untuk membelanya. Tapi teman-teman yang ada di sekelilingnya justru makin
keras menyalahkannya atas kecelakaan barusan.
Tangis Vino makin keras. Nesya makin panik. Dan tanpa menunggu lama, tangis
Nesya pun ikut-ikutan pecah. Dia menangis sekeras mungkin, berharap orang
tuanya mendengar dan menyelamatkannya dari ledekan teman-temannya
yang juga masih seumuran dengannya itu.
Nesya menangis bukan sebagai ungkapan rasa bersalah, melainkan ungkapan
rasa takutnya yang besar. Lagi pula, apa sih yang diharapkan dari seorang gadis
kecil berumur lima tahun yang tanpa sengaja menabrak sepeda temannya
sendiri? Mungkin memang hanya tangis yang bisa mengungkapkan kata
aaf .
Melihat Nesya menangis, anak-anak yang lain langsung berhenti menyoraki,
takut disalahkan. Vino yang awalnya menangis karena kesakitan, tiba-tiba
menghentikan tangisnya karena bingung melihat Nesya. Dia yang sakit, kok
Nesya yang ikut-ikutan menangis?
Ka u ke apa? ta ya Vi o polos.
Nesya menatap Vino sesaat. Setelah itu ia malah kembali menangis lebih
keras!
Vi o aki i gu g. Diri ya ulai pa ik. Ka u apa ya ya g sakit? ta ya
Vino sambil menyentuh bahu Nesya.
Nesya menggeleng sambil menunjuk luka di lengan Vino. Vino cepat-cepat
mengelap darah di lengannya dengan bajunya. Entah ke mana hilangnya rasa
sakit karena luka itu. Saat itu yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana
caranya menghentikan tangis Nesya.
Udah ggak sakit lagi kok. ka u ja ga a gis lagi do g... , kata Vi o sa il
tersenyum, mencoba menghibur Nesya. Setidaknya itulah yang selalu ia tonton
di TV: anak cowok harus lebih kuat daripada anak cewek. Bukankah begitu?
Anak-anak yang lain sampai terpukau dan serempak mendekati Vino. Mereka
menunjuk luka gores di lengan Vino yang masih mengeluarkan darah segar.
Itu ggak sakit? ta ya salah satu a ak de ga
ajah superpolos.
Vino menggeleng yaki . Nggak!
Wah, he at! seru a ak-anak yang lain sambil bertepuk tangan.
Vino tersenyum bangga. Nesya yang melihat Vino sudah sehat kembali refleks
menghentikan tangis. Perlahan dia ikut tersenyum, sepolos anak-anak yang
lain.
***
Sore itu langit masih secerah sore kemarin. Daun-daun yang bergoyang tertiup
angin menambah sejuknya udara yang diisi canda tawa anak-anak kecil yang
sedang bermain dengan riangnya. Di antara mereka, tampak Nesya dan Vino
bermain kejar-kejaran, persis di depan rumah Nesya.
Tanpa sengaja Nesya menabrak Vino dari belakang. Refleks Vino terjatuh ke
atas aspal. Lututnya terluka dan mengeluarkan darah segar. Vino menangis
dengan keras, lukanya terasa perih.
Melihat Vino menangis, anak-anak yang lain kembali menyoraki Nesya. Dan
benar-benar nggak butuh waktu lama untuk membuat Nesya yang memang
masih kecil dan jelas bermental lemah itu menangis.
E a jahat! E a jahat! seru a ak-anak lain dengan nada kompak.
Vino meniup- iup lutut ya u tuk e ghila gka rasa perih. Ja ga a gis
lagi do g, Ca! Ya g sakit ka aku! kata Vi o polos, ya g ter yata erhasil
membuat Nesya terdiam.
Nesya yang memang merasa bersalah, langsung membantu Vino meniup-niup
lutut. “akit, ya? ta ya ya pe asara .
Vi o
e ga gguk yaki . Iya.
‘asa ya gi a a? ta ya Nesya polos.
Vino terdiam sesaat, berusaha merasakan luka yang ada di lututnya itu.
‘asa ya... kayak ada ya g usuk- usuk.
Iiih! Ja ga -ja ga ada jaru
ya! seru Nesya pa ik.
Nggak kok! Nggak ada jaru ya! Na ti kalo udah se uh, usuk-nusuknya
juga hila g, ja a Vi o ya g aru eru ur e a tahu i i. Ia erusaha
meyakinkan dirinya sendiri juga, sambil terus meniup lututnya yang lecet.
Ooooh gitu. Ya udah, aku tiupi ya! seru Nesya ria g, seaka lupa aka
tangisnya barusan. Lupa bahwa sebenarnya dialah yang membuat Vino terluka.
***
Aku ggak au ai sa a E a! seru seora g a ak. A ak-anak yang lain
langsung mengangguk.
Iya ih. Kalo deket-deket ka u, a ti aku isa ka u ta rak juga!
Nesya terdiam, sedih. Memangnya segitu berbahayanyakah dia sampai temantemannya nggak mau bermain lagi dengannya?
E a jahat sih! Ke are aja Pi o erdarah!
Nesya menundukkan kepala. Matanya mulai basah. Bibirnya bergetar menahan
tangis. Dia memang bersalah, sudah dua kali membuat Vino terluka. tapi bukan
berarti dia sengaja kan? bukan berarti dia berbahaya, kan? dia hanya ingin
main. Itu saja kok.
Nggak ada yang meladeni Nesya. Anak-anak yang lain memulai permainan
tanpa dirinya. perlahan Nesya membalikkan badan dan berjalan pulang. Tapi
baru beberapa langkah, Vino sudah muncul di hadapannya dengan senyum
polos.
E a,
ai sa a aku yuk! kata Vi o sa
il
e gge gga
ta ga Nesya.
Nesya menatap Vino dengan takjub. Dikuceknya matanya dengan punggung
tangan. Saat ia membuka mata dan melihat senyum Vino yang masih
terpampang di hadapannya, ia pun kembali bersemangat.
Mai apa? ta ya Nesya sa
H
..
u pet?
ai apa ya... Vi o
etus ya.
Nesya la gsu g terse yu
Nesya polos.
Vi o
il terse yu
e i
a g- i
ria g.
a g. Gi a a kalo petak
su ri gah. Ayo! Tapi ka u ya g jaga, ya? ujar
ere gut ke il. Kok aku ya g jaga?
Ka u ka
o ok! sahut Nesya asal.
Vino termangu sesaat. Sebenarnya ia masih nggak mengerti mengapa cowok
yang harus jaga. Tapi karena nggak mau buang-buang waktu lagi, akhirnya ia
mengangguk setuju.
Perlahan ia berbalik memunggungi Nesya. Sesuai peraturan, Nesya menyentuh
punggung Vino dengan salah satu jarinya. Vino berbalik menghadap Nesya.
Ya g i i, ujar ya sa
il
e u juj jari telu juk Nesya.
Nesya menggeleng.
Ya g i i... Kali i i Vi o
e u juk jari te gah Nesya.
Nesya kembali menggeleng.
H ... Vi o e e ak- e ak. Ya g i i! seru ya sa
kelingking Nesya.
il
e ye tuh
Nesya tersenyum senang. Akhirnya permainan bisa dimulai setelah Vino
berhasil memilih jari yang tepat. Vino menyandarkan lengan ke tembok pagar
rumah Nesya, lalu memejamkan mata.
Pi o! pa ggil Nesya,
e
uat Vi o ke
ali
e oleh pada ya.
Apa? ta ya Vi o i gu g.
Ka u ggak takut
Vi o
ai sa a aku?
e gerutka ke i g. Takut apa?
Takut aku iki ka u erdarah lagi..., kata Nesya ta pa era i
Vino.
Vi o
e atap
e ggele gka kepala de ga yaki . Nggak kok!
Nesya terse yu lega. Ka u akal ari aku sa pai kete u, ka ? ta ya
Nesya sambil bersiap-siap lari dan bersembunyi.
Pasti aku te ui ! seru Vi o, ggak sa ar u tuk
hitu g ya! satu... dua...
e ulai per ai a . Aku
Nesya langsung berlari sejauh mungkin dan mencari tempat yang aman untuk
bersembunyi. Dari jauh masih terdengar samar-samar suara Vino yang sedang
menghitung. Nesya makin bersemangat. Dia terus berlari ke taman yang
terletak di ujung jalan. Dengan gesit dia bersembunyi di balik semak yang
ditata rapi di taman itu. Hatinya berdebar kencang, antara takut ketahuan dan
senang.
Delapa ... se
ila ... sepuluh! Udah elo ?! seru Vi o di akhir hitu ga
ya.
Tanpa menunggu lebih lama, Vino membuka mata dan celingak-celinguk
mencari sosok Nesya. Kondisi di jalan saat itu masih dipenuhi anak-anak lain
yang juga sedang bermain. Vino makin bersemangat mencari Nesya.
Didatanginya setiap rumah tetangga yang pintu pagarnya terbuka.
Dilemparkannya pandangan ke setiap celah.
Setengah jam telah berlalu. Jalanan pun mulai terlihat sepi. Anak-anak satu per
satu pulang ke rumah masing-masing. Vino mulai gelisah. Pasalnya, sebentar
lagi magrib. Menurut mitos, saat magrib anak-anak pantang berada di luar
rumah. katanya sih bakal diculik sama makhluk gaib. Tapi menurut para ahli,
saat matahari terbenam merupakan pergantian udara dari siang ke malam.
Jadi memang nggak bagus untuk tubuh.
Vino masih celingak- eli guk e ari sosok Nesya. Ia ta pak gelisah. E a!
serunya keras, berharap Nesya keluar dan menyudahi permainan.
Saat ini yang ada di pikirannya bukan lagi menang-kalah. Ia hanya ingin segera
menemukan Nesya karena hari mulai gelap. Dengan panik, Vino berlari ke arah
taman. Nalurinya berkata Nesya bersembunyi di situ.
E a! seru ya le ih keras.
Dari balik semak, Nesya tertawa kecil. Dia bisa melihat sosok Vino yang sedang
kebingungan mencarinya. Nesya terus mengawasi dengan dada berdebar. Ia
sudah siap-siap bila Vino menemukannya.
Vino berjalan ke arahnya. Tinggal beberapa langkah lagi, tetapi...
Vi o! Ayo pula g! seru seseora g dari tepi ta a .
Vi o
e oleh epat. Tapi E a...
Ayo pula g! seru Bi Odah, a ita pe gasuh Vino itu dengan nada lebih
ti ggi. Na ti di arahi a a lho! Besok pagi ka kita au pi dah ru ah...
Vino kebingungan. Dia takut dimarahi mamanya karena pulang kesorean. Tapi
dia juga merasa harus mencari Nesya.
Ayo! kata Bi Odah sa
pulang.
il
e gga de g le gan Vino dan menggiringnya
Nesya melihat sosok Vino yang kebingungan dan tak berdaya. Vino makin
menjauh dari taman, sampai akhirnya menghilang di belokan jalan. Pikiran
Nesya yang polos membuatnya tetap menunggu. Yap, ia terus menunggu Vino
untuk menemukannya.
Setengah jam pun berlalu. Hari semakin gelap. Pasukan nyamuk mulai
menyerang tubuh Nesya. Nesya mulai cemas. Dia masih menunggu Vino,
karena dia yakin Vino akan mencarinya. Lagi pula, selain Vino, siapa lagi
temannya yang harus ia percaya?
Waktu terus berjalan. Nesya makin panik. Orangtuanya pasti sedang
mencarinya sekarang. Tapi dia takut beranjak dari tempat persembunyiannya
ini. Apalagi taman mulai gelap, hanya diterangi cahaya dari beberapa lampu
taman yang berbentuk bulat.
Tanpa sadar Nesya menangis. Tapi tangisnya kali ini nggak sekeras biasanya. Ia
menangis perlahan, nyaris nggak mengeluarkan suara. Satu hal yang ia
rasakan, hatinya terasa perih. Ada rasa takut yang luar biasa melandanya. Ingin
rasanya ia menangis keras-keras, tapi suaranya tersekat.
Ia ingin pulang, tapi kakinya nggak mau bergerak. Ia berharap seseorang akan
menemukannya. Ia ingin Vino kembali dan membawanya pulang ke rumah.
tapi rasanya sia-sia saja. Mungkin memang nggak akan ada orang yang akan
menemukannya.
Ka u nggak apa-apa?
Tangis Nesya terhenti. Perlahan ia mendongakkan kepala, melihat si pemilik
suara tadi. Mata Nesya membesar, ia nggak mengenal anak ini. Anak lelaki ini
berdiri menatapnya. Kalau dilihat dari umurnya, anak ini paling baru kelas 2 SD.
‘u ah ka u di
a a? ta ya a ak itu ra ah.
Nesya masih menatapnya bingung. Perlahan rasa takutnya berkurang. Ia nggak
menangkap niat jahat dalam diri anak lelaki di hadapanya ini. Yang ia tahu,
seseorang telah menemukannya, dan ia ingin pulang.
Di sa a..., kata Nesya, sa
il
e ujuk ke arah jala .
Anak cowok itu menoleh sekilas ke arah jalan dan kembali menatap Nesya
yang masih jongkok di antara semak-semak. Pelahan dia tersenyum ramah
sambil mengulurkan tangan.
Ayo pula g. Aku a tar...
SATU
Sepuluh tahun kemudian...
GUE era gkat se diri aja deh, ‘a, ujar Nesya ya g seda g e elepo Kiara,
sahabatnya. Nesya tampak nggak sabar. Ia sibuk mengunyah roti bakarnya.
Duh, sori a get, Ca. Gue kesia ga . Kita telat are g aja deh. Gue aru pake
seraga
ih, sahut Kiara dari se era g sa a.
Gila lo! kalo isa o ti e, ke apa harus elat are g? Me di ga gue
berangkat sendiri! Jadi kan lo nggak perlu muter buat jemput gue dulu. Gue
isa kok aek a gkot...
Lho, e a g okap lo ke
a a? ta ya Kiara.
Bokap gue udah era gkat li a elas
e it ya g lalu, “aya g...
Ya a pu , sori a get ya! duh, kita telat are g aja deh. Gue je put lo. Gue
udah selesai ih, kata Kiara yaki
Nggak! Gue ggak
au telat di hari perta a kita sekolah. Lagia , gue tau kok
jala ke sekolah aru kita itu. Lo ja ga par o gitu do g, sahut Nesya sa
meneguk minumannya.
Gue uka
il
ya par o, Ca. Tapi...
Oke, oke. Daripada kita e era telat gara-gara kelamaan nelepon,
mendingan gue berangkat sekarang. Kita ketemu di ger a g ya. dah...! Nesya
menyudahi pembicaraan dan cepat-cepat menutup telepon.
Ma, aku era gkat ya! seru Nesya sa
Hati-hati! seru Ma a, pa ik
il
e ga
il tas.
eliha a ak ya ya g ter uru-buru itu.
Sebenarnya, masalahnya adalah Nesya nggak tahu letak kelasnya di mana. Ini
hari pertama ia memasuki masa SMA. Dan, yang lebih parah, ia dan Kiara
nggak mengikuti MOS sama sekali. Soalnya, Nesya kena flu parah dan Kiara
malah liburan bareng orangtuanya. Makanya, awalnya mereka berniat pergi
bareng untuk mengecek kelas mereka. Eh, jadinya malah telat kayak begini.
Begitu keluar dari pagar rumah, Nesya langsung mengambil ancang-ancang
untuk berlari. Kenapa harus lari? Karena jarak dari rumahnya ke gerbang
kompleks jauh banget. Belum lagi ia harus naik angkot. Maka satu-satunya
jalan adalah berlari sekencang mungkin dan mendapatkan angkot secepat
mungkin supaya sampai di sekolah se-on time mungkin!
***
Vi o!
‘efleks o ok ertu uh ti ggi ya g dipa ggil Vi o itu e oleh ke arah
datangnya suara, membuat beberapa helai rambutnya bergoyang alami, makin
mendukung ketampanan wajahnya.
Apa lagi sih, Ma? ta ya Vi o sa
il
ere gut ke il.
Na ti pula g sekolah, la gsu g pula g ke ru ah ya. ja ga keluyura ggak
jelas, kata Ma a Vi o sa il erapika kerah seragam putra kesayangannya
itu.
Aku ka
ggak per ah keluyura . Pali g-paling aku maen game online di
ar et are g Egi.
Pokok ya hari i i ka u ggak oleh ke a a-mana. Pulang sekolah langsung
pulang. Bantuin mama beres-beres dong. kita kan baru pi daha ...
Vi o
e gerutka ke i g,
erasa ke erata . Tapi, Ma, aku ka
o ok.
Me a g ya ke apa kalo ka u o ok? Nggak oleh a tui Ma a? kata
mama Vino sambil berkacak pinggang.
Vi o la gsu g e egapka ada da
Jela dra siap e eri a tugas!
Gitu do g, a ak aik..., ujar Ma a sa
Tapi a ti aku ada latiha
e
eri hor at. “iap, Ma! Ar ino
il
e gelus-elus kepala Vino.
asket...
Nggak ada alasa ! poto g Ma a, seaka tahu taktik si a ak.
Vi o la gsu g
e geluh pela . Aku ka sekara g kapte ti , Ma!
Ma a ggak au tahu. Mau kape ti kek, kepala sekolah kek, pokok ya
ka u harus pula g o ti e hari i i. Titik.
Ah, Ma a..., Vi o tetap ke erata .
Vi o, ayo era gkat! seru Papa dari dala
o il.
Iya, Pa! De ga gesit, Vi o engambil tas dan menyampirkannya di bahu.
Dah, Ma a! ujar ya sa il e iu kedua pipi a a ya.
Setelah itu, dengan cepat ia berlari masuk ke mobil, duduk di sebelah papanya
yang ada di bangku pengemudi.
Lai kali, kalo egi i lagi, Papa ti ggal ka u, ancam papanya sambil mulai
melajukan mobil.
“ori deh, Bos. Ya g iki la a ka Ma a, Vi o e ela diri seke a ya.
Dengan gesit ia menyalakan tape mobil, dan mengalunlah lagu-lagu dari Within
Temptation, band favoritnya.
***
Vino memerhatikan pemandangan di luar jendela mobil. Diamatinya satu per
satu rumah yang dilewatinya. Ada rasa hangat di dadanya. Sudah lama sekali ia
nggak merasakan suasana tempat tinggalnya itu.
Sepuluh tahun yang lalu ia pindah ke rumah neneknya. Cukup jauh dari sini,
tapi masih di kawasan Jakarta. Selama sepuluh tahun ia hidup di lingkungan
yang berbeda. Bahkan ia sempat melupakan teman-teman masa kecil yang
suka bermain di sore hari bersamanya dulu. Tapi ada satu orang yang nggak
pernah dilupakannya sampai sekarang.
Dengan saksama Vino memerhatikan lengannya yang jelas berbeda dengan
waktu kecil dulu. Lengan kecil itu sudah berubah menjadi lengan orang
dewasa. Sekarang ia sudah kelas dua SMA dan nggak sepolos anak berumur
enam tahun lagi. Tapi ada satu hal yang tetap sama.
Luka goresan itu masih berbekas di lengannya. Memang sih, luka itu sudah
tampak samar-samar. Tapi entah kenapa, ingatannya akan luka itu nggak
pernah bisa dilupakan. Ia masih ingat teman kecilnya yang bernama Nesya alias
Eca, si penyebab luka di lengannya itu.
Sayangnya, ia bahkan nggak tahu apakah Nesya masih tinggal di rumah yang
sama atau pindah seperti dirinya dulu. Soalnya, baru kemarin sore Vino pindah
ke rumah masa kecilnya karena seminggu yang lalu neneknya meninggal dunia.
Dan ia belum sempat jalan-jalan di sekitar kompleks.
Kok
ela u , Vi ? ta ya Papa sa
il
e ge ilka
olu e tape
o il
Vi o tersadar. Oh... ggak apa-apa kok.
Papa elirik Vi o. I get asa ke il, ya? dulu ka ka u suka
teman-teman kamu pas sore-sore...
ai sa a
Papa tahu dari a a? ta ya Vi o i gu g. Buka kah papa ya i i selalu
pulang di atas jam tujuh malam karena jalanan macet?
Apa sih ya g Papa ggak tau? ujar papa ya sa
il terse yu
a gga.
Vi o
e de gus pela . Pali g di eritai sa a Ma a.
Papa tergelak. Papa ka pu ya a yak
Alah... pali g juga Ma a
ata- ata di ru ah.
ata- ata ya.
Hahaha. Tau aja ka u! kata Papa sa
il terta a lepas.
Vino tersenyum puas. Inilah salah satu hal yang ia syukuri, memiliki orangtua
yang bisa dijadikan teman. Dan walaupun Vino anak tunggal, ortunya nggak
pernah memanjakannya.
Dan yang makin membuat Vino merasa beruntung ialah ia memiliki kenangan.
Karena baginya, hidup adalah kesatuan dari masa lalu, sekarang, dan masa
depan.
Sementara wajahnya masih menyisakan senyum, otak Vino mulai bekerja. Jauh
di depannya, matanya menangkap sosok cewek berseragam putih abu-abu
sedang berlari. Wajah cewek itu penuh keringat. Rambutnya lepek.
Rasa penasaran Vino tergelitik. Begitu mobil melaju melewati sosok tersebut,
Vino memerhatikan sampai menoleh ke belakang, ingin terus melihat cewek
itu.
Ada apa, Vi ? ta ya Papa i gu g.
Vi o
e oleh. Hah? Oh, ggak kok, Pa, kata Vi o seke a ya.
Cewek itu, Nesya, tampak semakin bersemangat berlari. Sebentar lagi ia
sampai di gerbang kompleks. Napasnya nggak beraturan. Dadanya sedikit
sesak karena kekurangan oksigen. Pinggangnya mulai sakit. tapi ia nggak boleh
menyerah kalo memang nggak mau telat.
Pandangan Vino mulai mengarah lurus ke depan kembali. Tapi baru beberapa
detik, ia tetap nggak bisa menghilangkan rasa penasarannya. Perlahan
diliriknya kaca spion samping. Tanpa sadar, bibirnya membentuk senyuman
begitu melihat sosok Nesya yang masih bisa ditangkap oleh kaca spion.
Lu u a at tuh e ek...
***
Gedung SMA Pelita masih seperti beberapa tahun yang lalu. Belum ada
renovasi yang signifikan. Meskipun nggak ada renovasi, orang-orang tetap
mengagumi mutu sekolah ini. Siapa yang nggak kenal SMA Pelita? Salah satu
sekolah favorit yang ada di Jakarta itu memang selalu menjadi incaran para
siswa yang baru saja lulus SMP.
Dan betapa beruntungnya Nesya dan Kiara karena bisa masuk SMA sepopuler
itu. Padahal dulu mereka hanya sekolah di SMP yang biasa-biasa saja. Tapi
berkat perjuangan keras, akhirnya mereka berhasil masuk ke SMA yang sama,
populer pula! Sayangnya, mereka berdua sama-sama nggak tahu letak kelas
baru mereka sendiri.
Ya a pu ! Akhir ya lo sa pe juga! sapa Kiara egitu elihat Nesya turu
dari angkot dan melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah.
Nesya yang masih ngos-ngosan butuh beberapa detik untuk membalas sapaan
Kiara. Lha iyalah! ora g gue arato !
Ya salah lo se diri. Gue ajak are g ggak
membela diri.
Terus kita telat are g, gitu? sahut Nesya,
cepat.
au, ujar Kiara, erusaha
asih de ga dada erde ar
Kiara era gkul pu dak Nesya de ga ersaha at. Iya, sori, sori! “ekara g
ya g pe ti g, kelas kita di a a? ta ya Kiara sa tai.
Nesya
elo go
e atap te a
ya. Lah, daritadi lo elo
yari?
Belo , ja a Kiara polos.
Wah, ga at! seru Nesya pa ik sambil menarik lengan Kiara dan
menggiringnya masuk ke sekolah untuk mencari kelas mereka.
***
Di pagi hari yang sama, di SMA Pelita...
Woy! Vi o! sapa Egi sa il erlari ke il e yusul Vi o. Egi i i te a sekelas
Vino waktu kelas satu. Selain teman akrab di sekolah, rumah Egi juga satu
kompleks dengan rumah Vino, tapi beda blok.
‘efleks Vi o
e oleh. Eh, elo. What s up?
Wah... gile lo, ya! pi dah ru ah ggak ila g-bilang. Udah jadi tetangga lagi
tapi ggak gasih tau. Nggak raktir gue, lagi!
E a g ya gue ula g tahu , pake raktir elo? sahut Vi o sa
Egi.
il
era gkul
Egi tergelak.
Lagia , se e er ya gue uka pi dah ru ah, tapi ke ali ke ru ah asal,
Vi o eralasa . Jadi ggak perlulah raktir lo uat gerayai ru ah aru.
Mana elo maka ya kayak ge to g pula, la jut Vi o sa il e aiki a ak
tangga.
“iala lo! kata Egi uek, ya g justru e
lagi lho! Kita di 2-IPA- , kelas kita di atas.
uat Vi o tergelak. Eh, kita sekelas
Vi o e ghela apas pa ja g. Gue kira akal sekelas sa a cewek-cewek
akep, eh ggak tau ya alah sa a ge to g!
Gigi lo ge to g! Bodi kere
terima.
egi i di ila g ge to g! Buta kali lo! Egi ggak
Tubuh Egi memang nggak gendut kayak gentong, malah termasuk bagus. Tapi
karena waktu kecil dia doyan banget makan tapi nggak bisa gendut, maka Vino
see ak ya e juluki ya ge to g .
Vino nggak bisa menahan tawa. Cowok kalo bercanda memang seperti itu, kali
ya. makin banyak hinaan, makin bersahabat. Tapi kalo hinaannya keterlaluan,
tonjokannya juga makin mantap.
Eh, Vi , di kelas kita a yak e ek akep ya lho! Dija i deh, lo a te g terus
di kelas, kata Egi.
Kalo akep ya kayak Dia “astro sih gue ggak akal ose , sahut Vi o asal.
Egi langsung bergaya muntah- u tah. Mi pi kali ye...!
E a g ya, akep
e urut lo ya g kayak gi a a sih, Vi ? Ce ar Egi.
Kini mereka mulai menapaki anak tangga ke lantai dua.
Vi o erhe ti ela gkah da
lo tanya-ta ya kayak gitu? lo
e a da g Egi de ga tatapa a eh. Ke apa
au daftar?
“iala lo! seru Egi refleks. Bisa dikutuk seratus turunan gue kalo sampe
aksir lo!
Kali i i Vi o keta a sa pai gakak. H
e ek akep tuh...
... gi a a ya? kalo
e urut gue,
BRUK!
Tubuh Vino sedikit bergeser ke samping. Tanpa permisi, Nesya menabrak
cowok itu dengan cuek. sedangkan Kiara, dengan cara yang sama, menabrak
tubuh Egi. Giliran Egi yang kaget. Lalu tanpa kata maaf, kedua cewek itu
meneruskan menaiki anak tangga sambil berlari. Tinggallah Vino dan Egi yang
masih terbengong-bengong, takjub akan ketidaksopanan kedua anak baru itu.
Mau jadi apa egara kita i i? A ak aru aja udah pada elagu sa a kakak
kelas, keluh Egi je gkel.
Vino masih terdiam. Dia ingat cewek yang menabraknya barusan. Bukankah itu
cewek yang sama dengan yang lari di kompleks tadi pagi?
Woy! pa ggil Egi, menyadarkan lamunan Vino.
Apa?
Ayo urua ! Ja ga ila g lo kese gse
sambil berjalan mendahului Vino.
sa a a ak aru tadi! kata Egi
Vino terdiam sesaat. Tanpa sadar ia tersenyum geli. Kebetulan yang aneh.
Bertemu dengan orang yang sama dalam waktu nggak lebih dari satu jam!
Yah... anggaplah ini memang kebetulan.
Vino menegakkan kepala, menatap punggung Egi yang mulai menjauh. Dengan
gesit, ia berlari kecil menghampiri Egi dan berjalan memasuki kelas barunya
dengan penuh percaya diri.
***
Hah? Kiara la gsu g e oleh ke sa pi g. Mata ya e atap ke segala arah,
seakan mencari pangeran yang dapat menyelamatkannya dari interogasi putri
cantik di hadapan ini.
‘a? pa ggil Nesya,
e
uat Kiara sadar.
H ... tadi lo go o g apa sih, Ca?
Sahut Kiara pura-pura lupa.
Gue ta ya, ke apa kita sekolah di “MA Pelita? Ke apa ggak di “MA lai ?
kata Nesya, mengulang pertanyaan yang semenit lalu baru saja diajukannya
kepada Kiara.
Kiara e eras otak le ih kuat daripada se elu ya. Oh itu! seru ya keras.
Kita asuk “MA Pelita kare a jelas-jelas sekolah ini adalah sekolah terfavorit
di Jakarta.
Nesya e gerutka ke i g. Yaki lo? “oal ya ka
agus da pasti ya le ih dekat sa a ru ah kita...
Tapi daridulu lo pe ge
a yak “MA lai ya g juga
a get sekolah di si i, Ca! lo tar Kiara, ke eplosa .
Kare a...? pa i g Nesya epat.
Kare a... kare a... Kiara ggak era i e atap saha at ya itu. Kare a dari
dulu, menurut lo SMA Pelita adalah SMA terbaik. Makanya sebelum lo
kecelakaan, kita berdua udah e daftar di si i, da ter yata kita diteri a,
jelas Kiara, berusaha meyakinkan Nesya yang tampaknya masih curiga itu.
Oh, gitu? Nesya
e ggu a
pela .
E a g ya ke apa, Ca? Kok ti a—ti a lo a ya kayak gitu? Ga tia Kiara
yang penasaran.
H ... nggak apa-apa sih. Dahi Nesya erkerut, erusaha e gi gat sesuatu.
Gue Cu a erasa... kayak ya gue pu ya alasa ya g kuat u tuk asuk “MA
Pelita. Tapi saya g ya gue ggak tau apa alasa itu, kata Nesya, kesal pada
dirinya sendiri yang bahkan untuk hal seperti ini pun ia lupa.
Perlaha Kiara era gkul ahu saha at ya itu de ga le ut. Kita ilih “MA
Pelita karena sekolah ini sekolah favorit, Ca. Itu aja. Nggak ada alasan lain yang
harus lo pikiri . Lo harus per aya sa a gue, ujar Kiara eyaki ka .
Nesya e atap Kiara, seaka
e ari kejujura di ata sohi ya itu. Gue
per aya kok sa a elo, sahut Nesya sa il terse yu
a is.
Kiara balas tersenyum, tanpa berani menatap mata Nesya. Ia takut. Ia benarbenar takut dengan permainan ini. Kiara takut Nesya tahu ia sedang
berbohong. Atau lebih tepatnya, ia takut Nesya ingat semuanya...
DUA
Seminggu kemudian...
DENGAN santai Vino berjalan di koridor sekolah. Ditatapnya sekilas anak-anak
kelas satu yang sedang jelas-jelas mengaguminya. Dalam hati ia tersenyum
sinis. Sampai saat ini ia masih nggak habis pikir dengan kaum yang bernama
cewek. Kenapa sih mereka suka menatap cowok dengan tampang terlongolongo begitu? Biasa aja deh!
Dulu, waktu kelas satu, Vino memang suka banget kalo para cewek mengagumi
dirinya. ia merasa dicintai banyak orang. Bahkan dulu, untuk pacaran dengan
Marsya saja Vino nggak perlu nembak. Marsya yang datang duluan ke
hadapannya dan menawarkan status pacaran. Bukan berarti ia nggak menyukai
Marsya, tapi masalahnya, apa benar makna pacaran hanya sesimpel itu? Hanya
se udah e gu apka kata aku suka ka u da oooh ter yata ka u juga
suka aku !
Namun, persahabatan Vino dengan Mike (waktu itu Vino kelas satu dan Mike
sudah kelas tiga) secara nggak langsung telah menyadarkannya.
Sebagai senior dan cowok yang juga populer seperti Vino, Mike nggak pernah
senang kalo dikagumi para cewek. Selain ganteng dan jadi kapten tim basket
cowok SMA Pelita, Mike sangat low profile. Mungkin itu pula yang membuat
Vino kagum padanya.
Vino teringat obrolannya dengan Mike beberapa bulan yang lalu, saat mereka
sedang istirahat di sela-sela latihan basket yang menyita energi.
Mike, lo yadar ggak, kalo lo lagi jala , e ek- e ek pada geliati elo.
Oh ya? Mike e oleh sekilas ke arah Vi o. Wah, gue nggak pernah
kepikira sa pe sa a tuh.
Senyum Vino langsung puna dalam sekejap. Rasa capeknya setelah latihan
sa pai ggak terasa lagi. E a g ya lo ggak per ah sadar kalo a ak-anak
e ek a yak ya g aksir lo?
Mike terse yu
geli. Apa ya g perlu ditaksir dari gue?
Vino menunduk. Sebodoh inikah seniornya sampai nggak menyadari
keta pa a ya se diri? Yaaah a a gue tahu? Mu gki kare a lo jago
basket, pinter pula di kelas. Dan alasan paling jujur yang dimiliki cewek,
ta pa g lo lu aya , kata Vi o sekenanya, tapi tetap aja nggak mau terangterangan mengatakan bahwa Mike cakep. Habis, nggak lucu kan, kalo cowok
muji cowok?
Mike ulai tertarik. Kayak ya ya g arusa gue de ger uka iri-ciri gue
deh. Buka ya itu elo? Vi o e galihka pa da ga sambil pura-pura asyik
e e ggak air i eral. Yaaah, gue sih Cu a isa say tha ks doa g ke
ereka, la jut Mike uek.
Nggak tertarik uat pa ara ? ta ya Vi o asal. Mike e aikka alis. Gue
denger lo selalu nolak cewek yang nembak lo. Kenapa, man? Lo nggak homo,
ka ? haha! goda Vi o.
Mike terta a geli sa il era gkul pu dak Vi o. Gue udah pu ya pa ar,
Vi , ujar ya pela tapi tegas.
Vi o elo go. Hah!? “iapa?! Gile, kok gue ggak per ah de ger sih? Bahka
anak-a ak juga tau ya lo jo lo sejati!
Salah sendiri, mereka nggak pernah nanya langsung ke gue. Sejak setahun
ya g lalu, gue udah res i jadia sa a dia.
Wih, sela et ya! erapa la a pedekate ya? ta ya Vi o sa
menenggak air mineralnya.
Mike terse yu
il sesekali
tipis. Kira-kira... sembila tahu a .
Refleks Vino tersedak. Mike langsung menepuk-nepuk punggungnya. Vino
menatap Mike dengan tatapan nggak percaya.
Dia satu-satunya cewek dalam hidup gue. Karena dia, gue nggak pernah bisa
jatuh cinta sama cewek lain. She is a simple girl but I lo e her, kata Mike
yaki . Da gue harap, lo juga elakuka hal ya g sa a ke e ek lo-kalo elo
punya cewek ya-seperti ya g gue lakuka ke e ek gue. Would you?
Vino terdiam. Hening sesaat. Ia membuang pandang ke arah lantai. Jujur, ia
sama sekali nggak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu keluar dari
mulut Mike yang menurutnya cowok serbasuper. Apakah itu artinya pikiran
gue dangkal ya? batin Vino.
Du o, desah Vi o pela , ta pa
memerhatikannya.
e yadari ah a sejak tadi Mike terus
Mike erdiri, ersiap ke ali ke lapa ga . Na ti gue ke ali e ek gue ke
elo. Dia bakal masuk SMA ini juga kok, jadi adik kelas lo. Berhubung gue udah
he gka g, jadi... a tu gue jagai dia sela a di sekolah ya! oke deh. Do t
aste your ti e, ro!
Refleks Vino mendongakkan kepala, melihat Mike sedang menatap ke
lapangan basket. Untuk pertama kalinya, Vino mengakui bahwa seniornya ini
memang pantas jadi kapten tim. Ada sesuatu yang berbeda dalam diri Mike. Ia
tahu, ia nggak akan pernah menyesal mengenal Mike.
Vino melangkahkan kaki di koridor, masih sambil mengingat kejadian beberapa
bulan lalu itu. Dan karena asyiknya melamun, Vino nggal sadar ada seorang
cewek yang berjalan tergesa-gesa di hadapannya.
Per isi, Kak! sapa Nesya ya g ti a-tiba muncul di hadapan Vino dengan
wajah polos.
Vino menatap Nesya dengan takjub. Rasanya sudah tiga kali ia bertemu cewek
di hadapannya ini dengan cara yang cukup unik. Apakah ini sungguhan atau
Cuma kebetulan?
Ya? sahut Vi o seke a ya.
“aya au ta ya, lapa ga asket i door di a a, ya? ta ya Nesya sa
menatap Vino yang juga sedang menatapnya dengan bingung.
il
Oh, di... suara Vi o ter ekat. Ti a-tiba ia ingat, saat kejadian di tangga
seminggu yang lalu, jelas-jelas Nesya menabrak dirinya tanpa minta maaf. Jadi,
buat apa dia membantu cewek ini menemukan lapangan basket indoor, yang
nggak lain dan nggak bukan adalah markas Vino?
Di
a a, Kak? ta ya Nesya, i gu g
elihat ekspresi Vi o arusa .
Di uju g koridor i i, elok ka a ... “aat elihat Nesya e de garkan
de ga saksa a, Vi o aki erse a gat. Na ti ada rua ga ya g pi tu
depannya bekas ditempeli poster-poster. Nah, itu rua ga ya.
Nesya terse yu
tingkah.
puas. Makasih ya, Kak! u ap ya tulus,
e
uat Vi o salah
Belum sempat Nesya melenggang pergi, tiba-tiba Vino mencegatnya.
E a g ya lo au gapai ke sa a? ta ya Vi o pe asara .
H
... ggak gapa-ngapain sih. Cuma karena kemarin saya nggak ikut MOS,
sekarang saya pengen tau ekskul apa aja yang ada di sekolah ini. Siapa tau saya
tertarik, terus ikut salah satu ya, ja a Nesya seke a ya.
Oh, egitu..., ta ya Vi o,
Nesya e ge gesa
ai asket sih...
Vi o
asih elu
ggak jelas. H
e aikka alis. Lho, terus lo
puas.
... tapi se e ar ya, saya ggak isa
au jadi apa ya? ‘i g asket ya? Atau jadi
ola asket ya sekalia ?
Nesya menggerutu dalam hati. Hari pertama sekolah aja udah ketemu kakak
kelas akep tapi elagu kayak egi i. Ya siapa tau saya isa jadi a ajer ya,
jawab Nesya asal.
Hah? jadi a ajer klu asket o ok apa e ek? ta ya Vi o,
menikmati pembicaraan ini.
aki
Klu asket o ok do g. iar isa kete u o ok-cowok cakep, terus jadian
sa a kapte ti ya, ja a Nesya ulai kesal.
Vino melongo. Ia sama sekali nggak nyangka cewek di hadapannya ini berani
berkata seperti itu. Andaikan Nesya tahu, sebenarnya ia sedang berbicara
dengan si kapten!
Tapi belum sempat Vino melanjutkan pertanyaan, Nesya udah keburu
e yela. By the ay, akasih ya, Kak! kata Nesya de ga se yu ya g
dipaksakan. Dengan cepat ia berlari meninggalkan Vino.
Dala hati Nesya e ggerutu. Belagu a get tuh o ok. U tu g Kiara lagi ke
toilet. Kalo nggak, beeeh, bisa berantem tuh dia sama si cowok dodol tadi.
Huh!
***
Sore itu Vino pulang dengan selamat. Egi yang memang sudah seminggu ini
menjadi ojek pribadinya itu nggak henti-hentinya memuji rumah baru Vino.
Ups, lebih tepatnya, rumah masa kecil Vino. Si tuan rumah malah hanya bisa
geleng-geleng kepala melihat kenorakan sohibnya itu.
Lo ke apa sih? ta ya Vi o, udah e ek
Wah, a tap..., desah Egi sa il terus
le ari paja g. I i aru ru ah...
elihat ti gkah Egi.
e ye tuh pera ota ya g ada di
Vino melemparkan sekaleng soft drink ke arah Egi. Dengan sigap Egi
e a gkap ya. Jadi aksud lo, ru ah lo uka ru ah? terus apaa ?
Huta ?
Hehehe... uka gitu. ru ah elo e ak a get sih. Nya a .
Mu gki pe garuh desai ya, sahut Vi o uek. ia
sofa, menonton TV sambil menikmati soft drink.
e gajak Egi duduk di
Egi duduk di samping Vino sambil membuka tutup kaleng minumannya.
Ngo o g-ngo o g, yokap lo a a? ta ya Egi sa il eli gak-celinguk.
Nih! kata Vi o sa
hadapannya.
il
e ga
il sele
ar kertas ya g ada di atas
eja, di
Egi menerima kertas itu dengan bingung. Mau nggak mau, ia pun membacanya
sambil mengerutkan dahi.
Dear Vino, my sweetest son
Tadi Mama ketemu Tante Mia. Kami ngobrol-ngobrol dikit, dan akhirnya Mama
kepikiran, nggak ada salahnya kalo kita mengadakan syukuran karena kita udah
balik lagi ke rumah ini. Ya anggap aja kita reunian sama tetangga. Jadi sekarang
Mama belanja sama Tante Mia. Kalo kamu mau titip sesuatu, telepon HP
Mama aja ya. makan siang udah Mama siapin di meja.
Mama.
NB: Oh ya, rumah udah selesai Mama beresin. Jadi kamu bisa nyantai!
Egi tergelak sambil meletakkan kertas itu kembali ke atas meja. Gue pe ge
pu ya yokap kayak yokap lo! Pasti fu aget ya!
Yap! Cukup fu kalo lo ggak kete u dia setiap hari. Tau egi i, e di ga
gue latihan basket di sekolah! Mana anak-anak tadi udah pada bete gara-gara
kapte ti ya geli uri latiha , du el Vino.
Yaelah! Lo kok gila a get sih sa a asket? Padahal
ya g le ih asyik daripada asket.
Vi o
asih a yak olahraga
e oleh ke arah Egi. Maksud lo?
Egi la gsu g salah ti gkah. Eh, iya ya. lo per ah erita, re a g lo juga isa, oli
lo juga jago. Hehe... iki iri gue aja!
Kali i i Vi o ya g tergelak. Udah deh, go o gi ya g lai aja!
Ta a Egi pe ah. Tapi yokap lo e er-bener asyik ya. nggak heran anaknya
juga asyik. Kalo ggak ah gue ogah jadi te e lo.
Wiiih! Gue aki uriga sa a elo, sahut Vi o sa il e ggeser tu uh,
menjauhi Egi. Egi langsung menimpuknya dengan bantal sofa. Vino tergelak.
Ngo o g-ngomong soal nyokap gue yang nyentrik nih, gue rasa karena itu
pula Bokap isa jatuh i ta sa a Nyokap...
Egi
e ghela apas. Gue pe ge tuh, pu ya istri kayak yokap lo...
Tua a get sih otak lo! Masih au je gkol aja udah ikiri istri segala! seru
Vino pura-pura jijik, yang langsung disusul oleh tawa Egi.
Egi elirik ja ta ga ya. Duh! Gue alik dulu ya, Vi ! Udah ja setengah
li a, ujar Egi sa il e akai jaket, e ga il tas, da erjala keluar,
menghampiri motornya yang diparkir di garasi.
Oke deh, Vi ! Gue alik ya! seru Egi sa
di belokan jalan.
il
elajuka
otor da
e ghila g
Vino menatap rumah-rumah di sekitarnya. Kenangan masa kecil pun mulai
mampir di kepalanya. Dulu dia begitu akrab dengan situasi di sore hari begini.
Semua anak kecil berkumpul untuk bermain dan berbagi kepolosan.
Tiba-tiba hatinya terasa hangat. Ia ingin kembali ke masa-masa itu. Masa-masa
ketika ia bisa tertawa dan menangis tanpa harus malu. Mau ketawa ya ketawa
aja. Mau nangis ya nangis aja. Nggak akan ada orang yang mencela. Berbeda
dengan sekarang. Kalo hari gini ia ketawa dan menangis dengan cueknya di
depan orang banyak, bisa-bisa ia disangka orang gila!
Perlahan Vino melangkahkan kaki menelusuri kompleks. Mumpung sepi dan
nggak ada orang yang mengenalnya, jadi nggak ada salahnya ia jalan-jalan,
membandingkan dari setiap perubahan dari ingatan masa kecilnya dulu dengan
sekarang. Pastinya, banyak yang berubah. Dan ia ingin tahu seberapa besar
perubahan itu.
***
Begitu tiba di taman yang terletak di ujung jalan, senyum Vino langsung
mengembang. Walaupun samar-samar, ia masih mengingat taman ini. Vino
sama sekali nggak ingat dengan jelas wajah teman-teman kecilnya. Bahkan ia
lupa siapa saja teman yang dulu sering bermain dengannya.
Lagi pula, Vino bukan cowok melankolis, jadi otaknya pun nggak pernah
berpikir ke arah situ. Yang ada di hadapannya sekarang ini, itulah yang harus
dijalaninya. Baginya, itulah hidup. Jangan berpikir terlalu jauh, melainkan
nikmatilah semuanya dengan baik. Dengan begitu, secara nggak langsung,
masa depan yang dibentuk pun akan berjalan baik.
Perlahan Vino memasuki taman dan duduk di bangku ayunan. Memang konyol
sih. Anak kelas dua SMA masa masih main ayunan? Haha! vino tertawa dalam
hati, menertawakan dirinya sendiri.
Tapi tiba-tiba...
BRUK! Tubuh Vino terempas ke depan dan mendarat di tanah. Untung nggak
sampai tiarap. Vino langsung meihat kedua telapak tangannya yang sedikit
lecet akibat menopang berat tubuhnya. Tapi nggak sampai satu menit
kemudian, Vino sudah berdiri dan membalikkan badan untuk melihat siapa
orang gila yang berani mendorongnya.
Ternyata...
Berdiri dengan wajah puas dan tangan terlipat di depan dada, Nesya bersandar
di tiang ayunan. Rambutnya yang sebahu dan dikucir kuda makin mendukung
ekspresi siap ertaru g .
Eh, elo! seru Vi o, ggak per aya de ga pe glihata ya se diri. Ngapai
lo di si i?! ta ya Vi o, ya g dua detik sela jutnya baru ingat bahwa Nesya
juga ti ggal di daerah si i. Oh, aksud gue, gapai lo doro g gue?! ralat
Vino, masih dengan wajah kesalnya.
Nesya terse yu
si is. Lo
asih ggak tau apa dosa lo?
Hah? Vi o aki i gu g. E a g ya lo siapa sa pe era i menghakimi
dosa-dosa gue? Malaikat ke atia ? kata Vi o de ga se yu
e gejek.
Gue ora g ya g lo oho gi tadi sia g di sekolah, tolol!! seru Nesya, kesal
setengah mati.
Vino tersadar. Perlahan ia mundur selangkah, malas meladeni cewek gokil ini.
Masalahnya, memang ia yang bersalah. Tadi di sekolah ia memang sengaja
menunjukkan ruangan yang salah pada cewek ini.
Nesya yang tau gelagat mau kaburnya Vino, makin mendekat ke arahnya.
Bukan untuk mengagumi kecakepan wajah si kakak kelas belagu itu, melainkan
untuk makin menyudutkannya sampai mengaku dosa.
Maksud lo apaa , hah? pake sok-sok baik ngasih tau jalan ke markas ekskul
taekwondo segala? Lo bego apa tolol sih? Gue kan nanyanya lapangan basket
i door! seru Nesya, e ar-benar kesal dibohongi. Parahnya, pas dia masuk ke
dalam ruangan, anak-anak taekwondo lagi pada ganti baju! Untung baru buka
baju doang
Vino berhenti mundur. Emosinya sedikit terpancing sekarang ia lebih memilih
untuk menghadapi Nesya.
Eh! Lo elagu a get sih jadi a ak kelas satu! Nggak tau sopa sa tu ya!?
balas Vino, nggak terima dibentak-bentak sama Nesya.
Ya g elagu itu lo apa gue!? Me ta g-mentang kakak kelas, terus lo bisa
see ak ya ai i adik kelas, gitu?!
Terus au lo apa, hah? ta ya Vi o, i gi
pertengkaran bodoh ini.
Gu
au lo
i ta
epat-cepat menyelesaikan
aaf ke gue, ujar Nesya sa
il terse yu
puas.
Cih! “eharus ya lo ya g i ta aaf dulua ! Lo ggak i get se erapa
elagu ya lo pas asuk sekolah aktu itu? ta ya Vi o, teri gat pada kejadia
tabrakan di tangga sekolah.
Nesya
e gerutka dahi. Kapa ?
A ak ke il kayak elo ah e a g ggak u gki i get! “i i, iar Kakak i geti
ya, Dik. Hampir seminggu yang lalu, Adik menabrak Kakak di tangga sekolah.
Adik ggak i ta aaf, lagi! jelas Vi o.
Nesya me gi gat seje ak. Oooh! H , jadi lo
itu? Ih! Ba i a get sih lo jadi o ok!
arah sa a gue Cu a kare a
Lagi-lagi Vi o elo go. Nih e ek era i a get go o g kasar. “e e er ya
sih uka Cu a kare a itu. Tapi... Vi o se gaja e gga tu g kali at.
Tapi...? ula g Nesya ggak sa ara .
Vi o terse yu
si is. Tapi kare a gue e a g suka gerjai lo!
Dasar elagu! seru Nesya de ga
uka
erah pada .
Tanpa berniat untuk membalas, Vino membalikkan badan dan berjalan
meninggalkan Nesya. Tapi baru beberapa langkah, ia sudah kembali
membalikkan badan.
Lo gapai
gikuti gue? ta ya Vi o jutek.
La gkah Nesya pu ikut terhe ti. Dih! Ge-er a get sih lo! sahut Nesya, sa a
juteknya sambil melangkah mendahului Vino.
Akhirnya Vino melanjutkan perjalanan, dengan Nesya di depannya. Mau nggak
mau, diperhatikannya juga sosok Nesya dari belakang. Entah kenapa, Vino
merasa mengenal sosok itu. Salah satu teman kecilnyakah? Kalo iya, siapa
namanya? Ah! bodohnya ia sampai nggak tahu nama si cewek padahal udah
bertengkar mulut seseru tadi. Tapi... yasudahlah.
Nesya yang sejak tadi merasa rikuh karena ada Vino di belakangnya, perlahanlahan membalikkan badan. Ia ingin tahu apakah masih diikuti atau nggak. Tapi
begitu ia menoleh, sosok Vino sudah menghilang. Mungkin sudah masuk ke
rumah. tiba-tiba Nesya merasa kehilangan. Lagi-lagi perasaan seperti ini. Jauh
di lubuk hatinya, ia tau bahwa ia dulu pernah merasakan hal yang sama seperti
sekarang.
Nesya tertunduk. Air matanya merebak. Untung terdengar suara azan magrib.
Jadi, Nesya langsung berlari pulang ke rumah dan melupakan rasa sepinya.
TIGA
BEGITU mendengar suara mobil, Vino langsung keluar kamar, membuka pintu
dan menyambut papanya. Bi Odah, pengasuhnya sejak Vino lahir pun hanya
bisa menggelengkan kepala dan kembali masuk dapur. Kadang ia bangga sama
anak asuhnya ini. Sejak dulu, Vino memang suka sekali membukakan pintu bila
ada yang datang. Maklum, nggak ada kerjaan. Anak tunggal sih!
Mala , Bos. Udah pula g kerja? Gi a a hari i i? Vi o yero os kayak kereta
gandeng.
Papa ya ya g aru saja keluar dari dala
o il ha ya terse yu geli. Ka u
au jadi istri kedua Papa? sahut Papa, ya g ko ta
e gu da g ta a Vi o.
Ma a a a, Vi ?
Tau tuh! dari tadi sia g pergi ke all sa a Ta te Mia. Eh, Pa, Ta te Mia tuh
siapa sih? ta ya Vi o sa ile e utup pi tu da
e gikuti papa ya ke rua g
tamu.
Setelah duduk, Papa membuka sepatu dan menyenderkan kepala ke sofa.
Ta te Mia...? H ... kalo ggak salah ya g ru ah ya satu deret juga sa a
ru ah kita deh.
Dia pu ya a ak? ta ya Vi o ta pa asa-basi.
Kalo ggak salah lagi, a ak ya satu. Ce ek apa o ok ya? duh, Papa lupa.
Na a ya siapa? sela Vi o pe asara .
Ka u ke apa sih? Mau reu ia sa a te e ke il? ta ya Papa i gu g.
Iya. ka asyik, Pa, isa gu pul lagi sama temen lama. Oya, emangnya Mama
deket ya, sa a Ta te Mia?
Kayak ya sih egitu. Papa se gaja
Vino dengan tatapan misterius.
Kok kayak ya? Vi o
e aikka alis.
e gga tu g kali at sa
il
e a da g
Me di ga ka u ta ya la gsu g ke Ma a ya? papa
Papa sambil beranjak.
au
a di dulu! seru
Tinggallah Vino sendirian, duduk di sofa sambil menatap kedua telapak
tangannya yang sedikit lecet akibat kejadiian tadi sore. Yah... sepertinya hari ini
ingatannya memang dipenuhi cewek di taman tadi. Kadang Vino curiga,
jangan-jangan cewek tadi teman masa kecilnya? Bukankah dulu ia punya
teman cewek yang selalu membuatnya terluka? Eca-kah?
***
Ayo do g, ‘a! te e i gue ke rua g asket i door! re gek Nesya, pas ja
istirahat di sekolah. Kiara yang mendengar kata asket la gsu g e olak
mentah-mentah. Tapi makin ditolak, Nesya makin merengek.
Lo
au gapai sih? Mau jadi a ggota? ta ya Kiara ete.
Ka lo tau gue ggak isa
ai asket...
ai
asket! Gue tuh Cu a pe ge liat a ak o ok
Hah? uat apa? lo mau cari cowok cakep? Gue jamin deh, nggak ada cowok
akep di sa a! kata Kiara, sukses er oho g kare a se e ar ya a ak asket
cakep-cakep.
Nesya tertu duk sedih. Gue Cu a gerasa ada sesuatu di lapa ga
Gue kok ngerasa familier, gitu. ya siapa tau i gata gue...
I gata lo ggak ada hu u ga
cepat.
Tapi ka
asket.
ya sa a a ak-a ak asket! poto g Kiara
u gki aja ada ora g ya g...
Nggak ada ora g ya g le ih e ge al elo daripada gue, Ca. Kalo lo au tau
tentang masa lalu lo, pake memori gue aja, sela Kiara u tuk kedua kali ya,
tapi dengan nada yang lebih tinggi hingga membuat Nesya tersentak.
Gue Cu a... Nesya tertu duk. Gue Cu a pe ge liat a ak-anak main
asket...
Kiara menatap Nesya dengan pandangan nanar. Jujur, ia nggak tega melihat
sahabatnya yang selalu ceria ini menjadi sedih. Ia hanya ingin melindungi
Nesya. Cuma itu! Ia sama sekali nggak bermaksud mengekang hidup
sahabatnya ini. Perlahan pandangan Kiara melembut. Kalo memang berisiko,
biarlah kali ini ia mengambil risiko itu.
Oke, pula g sekolah a ti, kita ke lapa ga
akhirnya.
asket i door, kata Kiara
Wajah Nesya la gsu g eru ah erah. Yes!
Kiara menoleh dan tersenyum tipis. Andaikan Nesya tahu betapa besar
ketakutan yang disimpan Kiara selama ini. Ya, andaikan Nesya tahu.
***
Vino duduk di bangku di pinggir lapangan basket. Di saat semua anggota
timnya sudah berganti pakaian, ia masih betah dengan seragam putih abbuabunya itu. Hari ini tugasnya adalah memantau kemampuan anak-anak lain.
Sebenernya kapten tim basket sekolah mereka adalah Mike. Tapi sejak
wafatnya Mike dua bulan lalu, posisi ketua tim basket kosong. Maka atas
kesepakatan bersama, kapten tim basket sekarang dipegang oleh Vino. Jadi
sambil duduk manis, Vino memerhatikan satu persatu permainan anggota
timnya dan membuat catatan kecil.
Dan inilah salah satu keunggulan SMA Pelita. Mereka memiliki lapangan basket
indoor. Jadi walaupun hujan atau panas, mereka tetap bisa latihan seperti
biasa.
Per isi...
Vino yang merasa pundaknya ditepuk langsung menoleh ke belakang. Kali ini,
baik dirinya maupun Nesya, sama-sama kaget.
Eh, elo...? kata kedua ya ko pak.
Kiara yang ada di samping Nesya hanya bisa memasang tampang bingung.
Ngapai lo di si i? ta ya Nesya jutek.
Vi o erka ak pi gga g. “eharus ya gue ya g a ya, gapai lo ke si i?
Nesya aki keki. Ka gue udah ila g, gue au ari o ok akep, terus gue
pa ari deh kapte ti ya! kata Nesya asal yeplos. Vi o jadi salah ti gkah
e de gar ya. Ma a kapte ti ya? ta ya Nesya, erasa e a g melihat
Vino speechless.
Wait... ait! Lo ke al dia, Ca?
isik Kiara sa
il
e u juk Vi o.
Dia i i o ok rese ya g ipu gue ha is-habisan pas istirahat kemaren. Waktu
gue tanya di mana lapangan basket indoor, eh dia malah ngasih jalan ke
ruangan taekwondo! Mentang- e ta g kakak kelas, elagu! kata Nesya
membuat Vino gerah.
Vi ! A ak-a ak kelas satu pe ge liat lo
tiba-tiba menghampiri Vino.
ai ! seru salah satu o ok ya g
Kiara dan Nesya serempak bingung.
Na a lo siapa? Vi o, ya? ta ya Kiara refleks. Vino menoleh tanpa
e gu apka satu kata pu . Lo kapte ti
asket o ok, ka ? la jut Kiara,
membuat Nesya bingung.
Apa, ‘a? ta ya Nesya ggak per aya.
Vino yang memang nggak mau melanjutkan perdebatan boodoh dengan Nesya
lalu dengan cueknya meninggalkan mereka dan masuk ke lapangan.
Dia itu kapte ti ya, kalo ggak salah a a ya Vi o, jelas Kiara, ta pa
melepaskan pandangan dari sosok Vino yang sedang mendribel bola dan
dengan mudah memasukkannya ke ring.
Nesya mengikuti arah pandangan Kiara dan melongo. Terdengar tepukan
tangan para anggota tim. Vino tersenyum, tapi tetap low profile. Nggak
sengaja tatapannya bersirobok dengan tatapan Nesya. Vino merasa puas
menunjukkan kemampuannya.
Setelah melakukan beberapa aksi, Vino kembali ke tempat duduknya semula.
Tapi dengan cueknya, ia sama sekali nggak menggubris keberadaan Nesya dan
Kiara.
Nggak salah lo jadi kapte ga tii Mike! seru salah satu o ok ya g duduk di
sebelah Vino.
Mata Kiara terbelalak. Dengan cepat ia menoleh ke arah Nesya. Begitu melihat
tampang Nesya yang masih melongo, hatinya mulai tenang. Tapi sedetik
kemudian, rasa penasarannya makin menjadi-jadi.
Perlaha Kiara e dekati o ok ya g duduk di se elah Vi o itu. “ori, kalo
gue boleh tau, nama kapten yang dulu siapa ya? ta ya Kiara, de ga olu e
suara sekecil dan sewajar mungkin.
“i o ok
e oleh. Na a ya Mi hael Ardia syah. Pa ggila
ya Mike.
Kiara terse tak. Tepat seperti dugaa ya. Makasih, ya, ujar ya si gkat
sambil kembali berdiri di samping Nesya.
‘a..., desah Nesya pela .
Kiara
Duh,
e oleh. Ya?
ati deh gue, la jut Nesya sa
il
e u dukka kepala.
Vino yang sejak tadi nggak peduli, tiba-ti a e oleh ke elaka g. Eh,
ngomong- go o g soal u apa lo tadi, lo ila g lo au pa ara sa a siapa?
tanya Vino sambil memasang tampang innocent-nya.
Nesya langsung cengengesan. Perlahan ia berbalik dan mengutuk
kebodohannya sendiri. Tanpa berniat menoleh ke arah Vino lagi, ia langsung
menarik tangan Kiara dan beranjak meninggalkan tempat memalukan itu. Tapi
baru beberapa langkah, Nesya berhenti karena...
Hei! Gue tu ggu lho ajaka
tangan tinggi-tinggi.
ge-date- ya! seru Vi o sa
il
ela
aika
Nesya yang sempat berbalik untuk melihat Vino itu pun akhirnya hanya bisa
mendumel pelan, lalu mempercepat langkah dan segera pergi dari situ!
Setelah pintu tertutup, senyum Vino mengembang. Asli, ia puas banget!
***
Dasar o ok elagu! Nesya gedu el di sepa ja g koridor sekolah.
Kiara yang cukup bingung dengan sikap sohibnya itu hanya bisa mendengarkan
dengan setia. Terus terang, ini pertama kalinya Nesya bisa kembali marahmarah sejak kecelakaan dua bulan yang lalu. Jadi anggaplah ini sebuah
kemajuan.
Gue tau sih dia e a g akep. Tapi ggak perlu se elagu itu, ka ?
e ta g gue a ak kelas satu...
se e ar ya lo lagi arah atau lagi uji dia sih? ta ya Kiara,
de ga perpadua kata akep da
elagu .
e ta g-
erasa a eh
Gue Cu a erusaha o jektif, ‘a. e a g sih dia akep. Tapi di lai sisi, dia
elagu. Cukup o jektif, ka ? sahut Nesya.
Kiara hanya mengangguk pelan, pura-pura
sa a dia...
Akra ? Nesya la gsu g
e gerti. Tapi keliata
e atap Kiara de ga
ya lo akra
i gu g. Maksud lo?
Ya e urut gue sih, tadi kalia kayak udah erte a la a. Buka ya
pertengkaran antara kakak dan adik kelas... Kiara se gaja e ggoda Nesya.
Nesya la gsu g tese yu jijik. Ih! Gue alah gerasa gue sa a dia udah
dotakdirkan untuk jadi musuh bebuyutan. Mana ternyata dia tetangga gue
pula!
Hah?! Kali i i Kiara terse tak. Maksud lo? Teta gga dari
a a?
Gue sih nggak tau pasti di mana rumahnya. Tapi yang jelas, masih satu blok
sa a ru ah gue. Pe ghu i aru kali ya, ujar Nesya datar. Tapi elu se pat
Kiara e uka ulut, Nesya udah ke ali i ara. Oya! ja ga -jangan dia
anak yang nyokap gue bilang semala !
Gue asih ggak gerti ih, Ca. Lo go o g apaa sih? Kiara
penasaran.
Jadi se ala
yokap gue pula g agak
aki
ala . Dia ila g, dia ha is pergi
belanja sama Tante Sita, tetangga baru yang sebenarnya tetangga lama
banget. Katanya mereka mau ngadai reu ia sa a para teta gga i ggu i i.
Kiara aki
e gerutka dahi. Tu ggu! teta gga aru tapi se e er ya
teta gga la a a get? Maksud lo apaa sih?
H ... kayaks ya sih kluarga Ta te “ita itu dulu ya per ah jadi teta gga gue,
tapi habis itu dia pindah. Eh sekarang mereka balik lagi deh. Yaaah, secara
rumah itu masih tetap rumahnya walupun kosong selama bertahun-tahu ,
jelas Nesya.
Sangat kontras dengan ekspresi Nesya, Kiara malah panik bukan kepalang.
Otaknya terus berpikir yang nggak-nggak. Banyak kecurigaan yang mampir di
benaknya. Mungkinkah...?
‘a! pa ggil Nesya,
e
uat Kiara tersadar. Ke apa lo? Kok e go g?
H ... gue Cu a hera . Kok isa ke etula a get ya lo ri ut sa a ora g ya g
ter yata alah teta gga lo se diri? kata Kiara.
Nesya e ga gkat ahu. Gue juga i gu g. Tapi kalo e a g e er dulu ya
dia tetangga gue, berarti mungkin aja dia temen kecil gue ya! wiiih, kayak di
fil aja... Nesya terta a geli, erasa ko yol de ga u apa ya se diri.
Kiara tau Nesya hanya bercanda. Tapi ia nggak bisa menganggap itu hanya
lelucon. Kalo memang benar Vino adalah teman kecil Nesya, hal itu nggak bisa
dibiarkan. Apalagi kalo ternyata... ya ampun! Kenapa nggak pernah terpikir
sebelumnya?! Vino. Nama itu...
***
Sesampainya di tempat les Inggris, Kiara masih punya waktu beberapa menit
sebelum kelas dimulai. Ia memang datang kecepetan. Ini hari pertamanya les
Inggis, dan ia sama sekali belum memiliki satu teman pun. Awalnya Nesya juga
ingin ikut les, tapi berhubung kondisi fisiknya setelah kecelakaan belum fit
benar-Nesya masih harus kontrol ke dokter-maka Nesya memutuskan ikut
tahun depan saja.
Sambil menunggu, Kiara masih terus memikirkan obrolannya dengan Nesya
tadi siang di sekolah. Ini masih menyangkut Vino. Makin lama ia berpikir,
dadaya makin berdebar nggak keruan. Kalo memang benar kecurigaannya ini,
apa tang harus dilakukannya?
H ... sori...
Kiara menoleh ke samping, ke arah datangnya suara.
Cowok dengan wajah nggak enak hati plus cengengesan nggak jelasnya itu
sedang menunjuk sepatu Kiara. Kiara mengikuti arah tunjukkan si cowok.
Kontan Kiara mengangkat kakinya.
Ups, sori! Gue ggak liat, ujar Kiara epat, sa il e ga ilka olpoi
yang ternyata dia injak sejak tadi, lalu menyerahkannya pada si cowok.
Makasih ya, alas o ok itu ra ah, lalu duduk di a gku se elah Kiara. Lo
a ak aru? ta ya o ok itu, asih de ga ajah ra ah ya.
iya. kalo elo?
alas Kiara, asa-basi.
Gue juga a ak aru. ‘ua g
a a?
Lo do , ja a Kiara si gkat.
Wah, sa a do g. gue juga di rua g Lo do . Lo sekolah di
cowok itu makin sok kenal.
a a? ta ya
Kiara tersenyum tipis. Duh nih cowok salah sikon. Orang lagi bete, malah diajak
ke ala . Gue di “MA Pelita.
“i o ok ter elalak. Gila! “ekolah kita sa a do g?
Hah? kali i i Kiara benar- e ar kaget plus tertarik. Lo juga di “MA Pelita?
Kelas erapa?
Gue kelas dua. Lo pasti a ak kelas satu ya?
Kelas... dua? Kiara terse yu puas. Yap, gue kelas satu. Eh, gue au ta ya
ih. Gue au ikut ekskul ih. Ya g e ak ekskul a a ya? pa cing Kiara.
Duh, ggak per ah gue
aka sih, jadi ggak tau e ak apa ggak, sahut si
o ok jayus, da ukup e uat Kiara terse yu
re a g. E ak, ai air terus...
Kalo asket? te
tipis. Gue sih ikut ekskul
ak Kiara la gsu g.
Kalo ekskul asket, apalagi tim basket cowoknya, oke punya. Tapi kalo yang
e ek, gue jara g lihat kiprah ereka.
Gue de ger kapte aru ti
asket o ok a ak kelas dua ya? te e lo
do g? ta ya Kiara pura-pura bego.
Co ok itu terse yu
a gga. Ya, si Vi o. Dia jago a get. Kemampuannya
ha pir e ya ai kapte ya g la a...
Maksud lo Mike? sela Kiara,
“i o ok
aki
uriga.
e aikka alis. Lo ke al Mike?
Matilah! Ke eplosa pula! H ... dulu dia per ah teta ggaa sa a gue, ujar
Kiara berbohong.
Lho, erarti lo juga teta ggaa sa a Vi o do g?
e ar o ok itu.
Kiara mengerutkan dahi, bingung.
Co ok itu ke udia
ela jutka lagi. Vi o ka aru pi dah ke ru ah ya
yang lama. Katanya sih dulu dia pernah tinggal di sana sampe umur enam
tahunan kalo nggak salah.
Kiara tere yak. Maksud lo, pas dia u ur e a
lai ?
“i o ok
tahu , dia pi dah ke te pat
e ga gguk yaki . Lo se diri, udah la a ti ggal di sa a?
H ... gue aru setahu a , ja a Kiara se aki
er oho g.
Si cowok hanya ber-oooh tanpa suara. Kiara kembali berpikir.
Masuk kelas yuk! ajak o ok itu,
e gagetka Kiara.
Oh iya, sahut Kiara sa il erdiri da
e gikuti si o ok dari elaka g. Tapi
langkahnya terhenti karena tiba-tiba cowok itu membalikkan badan.
Na a lo siapa sih? ta ya o ok itu epat.
Oh... h ... Kiara, ja a Kiara sa
“i o ok pu
alas terse yu
il terse yu
ra ah.
ra ah. Gue Egi.
EMPAT
SIANG itu, tanpa mengajak Nesya, Kiara datang ke lapangan basket indoor.
Nesya yang tadi mengajak Kiara pulang bareng sama sekali nggak curiga kalo
ternyata si sohib nggak langsung pulang karena sengaja ingin mendatangi Vino.
Vino yang saat itu kebetulan sedang mengobrol dengan Egi, jelas bingung
dengan kehadiran Kiara yang tiba-tiba. Bahkan dia lupa Kiara itu siapa.
Eh, elo ‘a! gapai ke si i? ta ya Egi, ya g sejak tadi
latihan. Maklum, Egi kan ojek setia.
Oh, ggak. Gue Cu a
Vino tajam.
e u ggu Vi o selesai
au liat-liat. Boleh, ka ? kata Kiara sa
il
e atap
Oh ya, Vi , i i Kiara, a ak kelas satu plus te e les gue, ujar Egi,
memperkenalkan Kiara kepada Vino.
Vi o alas e atap, tapi de ga sorot i gu g. Elo ka ya g aktu itu
data g ke si i sa a te e lo itu. “iapa sih a a ya? ta ya Vi o.
Nesya, ja a Kiara, pe uh pe eka a .
Oh, sahut Vi o uek. peduli a at soal Nesya. Cuma cewek rese yang
ternyata tetangga.
Lo udah per ah ke si i, ‘a? ta ya Egi, ggak
ada.
e yadari ketega ga ya g
Pa da ga Kiara eralih ke Egi. Iya, are g te e gue. Tapi aktu itu gue
asih elu puas geliat lapa ga asket i i.
Apa ya g mau lo liat? Cowok- o ok akep kayak te e lo ila g itu? ujar
Vino sinis tanpa melihat Kiara. Tatapannya tetap terfokus ke permainan anakanak di lapangan.
Kiara
ya?
e aha e osi. Gue i gu g. Ora g ya g ga tii Mike kok kayak egi i
Vino menoleh tersi ggu g. Maksud lo?
Yah... setau gue, Mike itu jauh le ih aik daripada elo. Maka ya, a al ya gue
kira orang yang bakal gantiin Mike adalah orang yang at least sama baiknya
de ga dia. Tapi ter yata... Kiara se gaja e gga tu g kali at ya sa il
mendesah keras.
Lo tau apa te ta g Mike? ta ya Vi o je gkel. Ter yata uka ha ya Nesya
yang menyebalkan. Temannya ini lebih menjengkelkan lagi!
Kiara
e atap Vi o de ga taja . More tha you k o .
Vino tersentak. Ia mulai merasa ada yang aneh. Sebenarnya ada masalah apa
sih antara dirinya dan Kiara? Apakah ia pernah berbuat salah sehingga cewek
ini sinis padanya?
Egi yang mulai merasakan ketegangan yang ada langsung mengalihkan
pe i araa . Woi! Latiha ya udah apa elo sih?
Vino tersadar dan la gsu g
e oleh pada Egi. Oh iya, sori. Gue ila g sa a
anak-a ak dulu deh.
Gue tu ggu di parkira ya! seru Egi sa
meninggalkan ruangan.
il
e ga
il tas da
era jak
H ... kalo gitu gue alik dulu ya! kapa -kapa gue ke si i lagi, kata Kiara
sambil mengikuti Egi.
Vino yang masih terpukau dengan kejadian barusan hanya bisa menatap sosok
Kiara yang menjauh. Tapi belum sempat ia menghela napas, Kiara sudah
kembali mengejutkannya.
Pi o!
Refleks vino menoleh. Selama sepuluh tahun ini, baru kali ini ia mendengar
ke ali seseora g e a ggil ya de ga se uta Pi o .
Kiara ya g eliihat ajah terkejut Vi o la gsu g terse yu puas. “ori,
aksud gue... Vi o, kata Kiara sa il ela jutka la gkah.
E a! pa ggil Vi o refleks.
Langkah Kiara terhenti.
Vino makin penasaran. Dadanya berdebar cepat. Apa benar Kiara adalah Eca?
Perlaha Kiara
uka E a...
e
alikka
ada da terse yu
aki si is. “ori, gue
Vino tersentak sambil mentap sosok Kiara yang menghilang di balik pintu.
Bodoh! Mana mungkin Kiara itu Eca? Lagi pula, bukankah tadi Kiara hanya
salah e a ggil? “ekilas, Vi o aka terde gar seperti Pi o , uka ? Atau...
jangan-jangan Kiara memang punya maksud tersembunyi? Yang patut dicurigai
justru adalah Nesya. Nesya-lah yang rumahnya tetanggaan dengan Vino. Jadi
andaikan Nesya adalah Eca, itu lebih masuk akal.
***
Hari reunian para ibu itu pun tiba. Sore itu rumah Vino ramai oleh para
tetangga yang rumahnya masih satu blok dengan rumahnya. Vino yang baru
pulang sekolah langsung permisi masuk kamar dan bergegas mandi. Dijamin
deh, ia pasti jadi terkenal di depan ibu-ibu. Maklum, ibu-ibu kan suka bergosip
ria.
Itu a ak ya ya, je g? ta ya salah satu i u ya g arusa
hadapannya.
Ma a Vi o terse yu
elihat Vi o le at di
a gga. Iya, aru pula g sekolah.
Itu Vi o? Wah... udah gede ya! kata Ta te Mia, ya g ggak lai adalah
mamanya Nesya, sambil mengambil camilan dari atas piring.
M ak Mia, Nesya ggak diajak? ta ya Ma a Vi o pe asara .
Ta te Mia terse yu
a is. Tadi sih sudah saya ajak. Tapi dia lagi nelepon
te e ya. Pali g a ti yusul.
Eh, uka ya Nesya satu sekolah sa a Vi o? kata a a Vi o,ya g ta pa
se gaja elihat Vi o ya g sudah rapi keluar dari ka ar. Vi ,, ka u i get
Nesya ggak?
Apa, Ma? Vi o e oleh ke arah a a ya. Nesya? ula g Vi o pura-pura
bego. Jelaslah dia kenal Nesya. Cewek belagu yang mendorongnya sampai
jatuh dari ayunan, kan?!
Per isi...
Refleks semua orang menoleh ke arah datangnya suara.
Nah, itu Nesya! seru Ta te Mia sa
il
e yuruh Nesya
asuk.
Eh... Nesya...! ah, ka u udah jadi gadis a tik! Ma a Vi o la gsu g
menyambut dengan senyum ramahnya. Kemudian ia berbalik memanggil Vino.
Vi , ajak Nesya go rol do g! pas ke il ka kalia suka ai are g...
Vino melongo.
Nesya pun terpaku.
Mama Vino yang tahu bahwa anaknya sedang bingung segera menjelaskan
le ih detail. Itu lho, pas ke il ka u seri g a ggil dia E a.
Serasa ada petir menghantam kepala Vino. Yang pasti, Vino semakin melongo.
Tak beda dengan Vino, Nesya juga terus terpaku...
***
Dan di sinilah mereka berada. Di ruang makan.
Kenapa ruang makan? Karena memang hanya ruang makan yang suasananya
sepi tanpa ibu-ibu. Vino yang mengajak Nesya ke sini.
Pasalnya, sudah 15 menit berlalu tanpa satu kata pun keluar dari bibir mereka.
Jari telunjuk Vino sibuk mengitari bibir gelas, sedangkan Nesya sibuk menghina
tindakan Vino itu dalam hati. Tapi akhirnya, Vino-lah yang membuka
percakapan.
Jadi... lo E a, te e ke il gue ya g suka iki gue jatoh? ta ya Vi o.
Nesya menatap Vino polos. Kata ya sih egitu.
Vi o e aikka alis. “elupa i ikah Nesya aka diri ya? Hah?! lo ggak i get
sa a gue?
Nesya terse yu
datar, lalu
e ggele gka kepala. Gue ggak i get.
Vi o erasa dada ya ergejolak kare a
inget. Orang otak lo pas-pasa egitu.
e aha kesal. Pa tes aja ggak
Eh, elo ke apa sih, ti a-tiba sewot begitu? Setiap kita ketemu, elo pasti cariari asalah! “eru Nesya.
Buka ya elo ya g selalu ari asalah? Baru hari perta a sekolah aja lo udah
nabrak gue. Tanpa minta maaf, lagi.
Lo juga udah gerjai gue soal rua ga
mau kalah.
asket i door!
alas Nesya ggak
Terus, siapa e ek e til ya g erkoar-koar mau pacaran sama kapten tim
asket? te ak Vi o puas.
Nesya terdiam, mati kutu. Semuanya memang bermula dari kebodohannya
waktu itu. Andaikan ia nggak emosi dan mengucapkan kata-kata bodoh itu...
aaarrrgghhh!
Ya, aktu itu ka gue ggak tau kalo elo kapte ti
asket ya. Kalo gue tau,
pasti gue ggak akala go o g kayak gitu, ujar Nesya, sok uek da iasa
aja.
Vino makin keki. Memangnya kenapa kalo dia kapten tim basket? Kurang
cakep dari pacar seorang Nesya yang biasa aja itu? Hah!
Maka ya, kalo
au go o g dipikir dulu, kata Vi o agak ketus.
Kali ini Nesya benar- e ar tersi ggu g. E a g ya ke apa sih? “uara Nesya
makin bergetar menahan marah.
Tatapn Vino sedikit melunak. Jujur aja, dia takut kalo Nesya sampai nangis.
Tapi setelah dipikir-pikir, timbul niat isengnya. Biar saja sekali ini Nesya
menangis. Toh dulu cewek ini selalu membuatnya menangis plus terluka!
Begi i, gue Cu a ggak a is pikir. Kok isa sih, elo ggak i get te e ke il lo
se diri, ya g serri g lo lukai da iki a gis? ta ya Vi o te a g. “oal ya,
Vino sendiri tidak pernah melupakan Eca. Memang, sebelumnya ia tak tahu
bagaimana rupa Eca sekarang, tapi ia tak pernah lupa kenangan masa kecil
mereka.
Nesya tersentak. Apa benar dulu dia sering melukai dan membuat Vino
e a gis? Tapi gue ka ..., Nesya erusaha e jelaska .
Ke apa? Udah ggak isa
wajah Nesya.
ela a ? ta ya Vi o,
aki puas
elihat ekspresi
Nesya tertu duk seje ak. Iya ya. ke apa gue ggak i get ya...? ujar Nesya
dengan suara bergetar seperti hendak menangis.
Eh... “ekara g Vi o jadi kha atir. “uara Nesya ulai terde gar er eda.
Ternyata nggak enak juga kalo Eca sampai nangis beneran.
Gue e a g payah, ggak isa i get apa-apa! seru Nesya lalu
Vino.
e i ggalka
Vino yang sadar bahwa Nesya menangis langsung mengejar cewek itu. Untung
Nesya kabur lewat pintu samping, jadi nggak sempat membuat ibu-ibu panik.
Tapi sayang, ternyata mama Vino keburu melihat.
Ke apa, Vi ? ta ya Ma a pa ik.
Ng... itu... E a... Vi o jadi salah ti gkah se diri.
Eh iya. tadi Ta te Mia aru erita ke Ma a ah a E a ter yata lagi ke a
musibah. Dua bulan yang lalu dia kecelakaan, terus sekarang katanya dia
terke a retro... retro apa ya? h ... retrograde!
‘etrograde? ula g Vi o i gu g. Kok kayak le el les I ggris, pake grade
segala!
Ma a juga a al ya ggak per aya...
Buka gitu, Ma.
bingung.
asalah ya, retrograde itu pe yakit apaa ? ta ya Vi o
‘etrograde itu salah satu pe yakit a esia, isik Ma a. Jadi E a ggak isa
e gi gat se agia
asa lalu ya se elu ke elakaa itu.
Hah?!
***
Hei, Nesya! pa ggil Vi o, erlari e yusul Nesya ya g aki
e jauh dari
rumah ya. Nesya tetap ggak e oleh. E a! seru Vi o keras, ya g ter yata
berhasil membuat langkah Nesya terhenti.
“ori! Tadi gue Cu a er a da. Gue ggak tau kalo elo... Vi o
bersalah. Ia menghampiri Nesya lebih dekat lagi.
erasa
Buka salah lo, sahut Nesya sambil mengucek mata.
Gue e er- e er
i ta
aaf. Lo
au
aafi gue, ka ? ta ya Vi o hati-hati.
Nesya er alik, e atap Vi o. Lo tulus ggak,
polos, membuat Vino tergelak.
i ta
aaf ya? ta ya ya
Ya tuluslah! sahut Vi o lega. Nesya alas terse yu . Tapi... lo e era
a esia?
Nesya mengangguk pelan.
Be er-bener nggak inget apa-apa? ta ya Vi o asih ggak per aya. Ka
nggak lucu kalo ternyata mamanya hanya bercanda.
Nesya mengangguk lagi.
Vino terdiam sejenak, berpikir keras. Memangnya benar-benar ada ya orang
yang amnesia? Padahal selama ini dia kira itu hanya ada di film-film. Lah,
sekarang penderitanya ada di hadapannya!
H ... kalo gitu, gi a a kalo gue a tu elo e gi gat asa ke il kita? ta ar
Vino. Sebenarnya tawaran itu tercetus begitu saja dari dalam hatinya. Orang
sampai detik ini saja dia masih belum bisa percaya 100% kalo Nesya amnesia!
Senyum Nesya langsung mengembang. Akhirnya ada orang lain yang mau
membantunya mengingat semuanya selain Kiara. Tapi belum sempat Nesya
menjawab, tiba-tiba Kiara sudah muncul dari belakang.
E a!
Refleks Nesya berbalik dan melihat sahabatnya itu, dengan napas ngos-ngosan,
sedang menatapnya panik. Vino pun ikut menoleh ke arah Kiara.
Dengan cepat, Kiara menarik Nesya ke belakang tubuhnya dan langsung
e atap Vi o de ga taja . Ja ga deket-deket Nesya lagi!
lo ke apa sih? ta ya Vi o pada Kiara.
Iya, ‘a, lo ke apa? ta ya Nesya sedikit takut.
Kiara menoleh ke arah Nesya. Dilihatnya ekspresi sahabatnya yang agak cemas
itu. Perlahan suara ya ele ut. Gue Cu a takut lo ke apa-kenapa garagara o ok i i, kata Kiara sa il ke ali e ga asi Vi o.
Ya a pu , ‘a! lo le ai deh. Vi o i i ka te e ke il gue. Da kata ya dia
ge a tui gue e gi gat asa lalu gue...
au
Kiara mengerutka dahi. Apa hak lo au sok-sok ge a tui Nesya segala?
tanya Kiara sambil menatap Vino dengan tajam.
Vi o terse yu
tipis. Yah... kare a Nesya te e ke il gue, ja a
ya te a g.
Te e ? Lo ila g lo te e ya? Lo ggak tau apa-apa te ta g Nesya! seru
Kiara emosi. Dia sebel banget sama cowok yang ada di hadapannya ini.
‘a, lo ke apa sih? ta ya Nesya, pa ik
elihat Kiara ya g ti a-tiba aneh itu.
Ca, gue ka udah ila g sa a lo. Kalo lo au gi get asa lalu lo, pake
e ori gue aja, ujar Kiara, erusaha meyakinkan Nesya.
Hah? gi a a au pake e ori lo kalo elo se diri ggak tau persis asa lalu
gue da Nesya? Vi o ere ehka . Vi o juga uriga, siapa sih Kiara i i
sebenernya? Sok ikut campur urusan orang banget.
Kiara terse yu
si is. Ya g pasti, gue tau le ih a yak daripada ya g lo tau.
Kalia ke apa sih?! seru Nesya
ulai kesal.
Kiara dan Vino tersentak.
Kalia ka sa a-sa a te e gue, jadi ja ga era te gitu do g! Nesya
e atap Kiara. ‘a, lo e a g saha at gue da gue per aya a get sama lo.
Tapi kan lebih bagus kalo ada orang lain yang juga bantuin gue buat inget
se ua ya.
Tapi, Ca... Kiara he dak
e
a tah, tapi Nesya
e oto g kali at ya.
Lo au i gata gue epet pulih ka , ‘a? lo ggak au geliat gue terusterusan kayak orang tolol dan nggak tau apa-apa, ka ? ujar Nesya su gguhsungguh.
Kiara memalingkan wajah ke samping. Ia paling nggak tega melihat Nesya
seperti ini. Ia bukannya nggak mau ingatan Nesya pulih. Tapi kalo memang hal
itu malah akan menyakiti Nesya, untuk apa?
Vi o, pa ggil Nesya sa
ya! kata Nesya a is.
il terse yu
a is pada Vi o. Moho
a tua
ya
Vino balas tersenyum manis. Ia merasa lega. Ia nggak pernah melihat senyum
Nesya se a is i i. Walaupu sekara g ereka uka lagi Pi o da E a,
setidak ya ereka isa sali g terse yu se agai Vi o da Nesya ya g
baru. Bukankah ini sebuah anugerah?
Pula g yuk! kata Nesya sa
il
e gga de g ta ga Kiara.
Kiara yang sejak tadi masih terdiam dan menyimpan unek-uneknya di dalam
hati itu hanya bisa mengiyakan dan ikut pulang ke rumah Nesya.
H ... sori! Gue juga pula g ya! kata Vi o.
Lo ggak
au
ai ke ru ah gue? ta ar Nesya.
H ... lai kali aja deh. Oke? Yuk, dulua ya!
Nesya dan Kiara memerhatikan tubuh Vino yang makin menjauh dan akhirnya
menghilang masuk ke rumah.
Yuk, ‘a! seru Nesya,
sendiri.
e yadarka Kiara ya g
asih asyik de ga pikira
H , sahut Kiara pela sa il e gikuti Nesya. Tapi se elu pergi, Kiara
masih sempat melirik ke arah rumah Vino. Matanya masih memancarkan
kebencian yang amat sangat. Semuanya gara-gara cowok itu. Ya, gara-gara
Vino!
***
ya
Malam itu hujan. Udara terasa dingin.
Nesya sendirian di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Lampu
kamar pun sudah dimatikan, hanya tersisa sinar temaram dari lampu kecil di
meja belajar di samping tempat tidurnya. Tapi entah kenapa, malam itu mata
Nesya nggak mau terpejam. Alhasil, ia memilih membaca buku yang terpajang
di lemari bukunya.
Sebenarnya, di antara banyaknya buku yang ada di lemarinya. Hanya satu buku
yang belum pernah disentuhnya sejak ia kecelakaan dan terkenna amnesia.
Semua buku sudah dibacanya, tapi ia nggak pernah tertarik dengan sebuah
komik Jepang berjudul Slamdunk jilid satu yang terletak di pojok lemari
bukunya.
Bahkan, ia sendiri bingung kenapa bisa memiliki buku itu. Apakah dulu ia
menyukainya? Kalo memang iya, kenapa ia hanya punya satu judul? Itu pulalah
yang membuatnya nggak berniat memabaca komik itu. Tapi entah kenapa, di
malam berhujan seperti ini ia makin penasaran ingin membaca komik tentang
basket tersebut.
Perlahan Nesya mengambil komik itu, membawanya ke ranjang, dan sambil
menyenderkan punggung ke bantal ia pun mengamati cover-nya.
Nggak menarik.
Gambar cowoknya nggak cakep.
Muncul niat untuk mengembalikan komik itu ke dalam lemari. Tapi akhirnya
Nesya memutuskan untuk tetap membacanya. Yah, paling tidak, dibuka
dululah. Kalo nggak menarik, baru ditutup lagi terus dibalikin ke lemari.
Gampang, kan?
Nesya melirik ke arah jendela yang tertutup gorden. Masih terdengar suara
hujan yang cukup deras. Dinginnya udara malam itu makin terasa sampai ke
dalam selimut. Hatinya pun terasa sepi. Apakah itu juga pengaruh hujan?
Nesya kembali memusatkan perhatiannya pada komik yang ada di tangannya.
Ia menghela napas panjang. Setelah dirasa siap, perlahan dibukanya halaman
pertama.
Nesya terbelalak. Ada selembar kertas yang terselip di halaman pertama.
Cepat-cepat diambilnya kertas itu, sementara komik Slamdunk tidak
dipedulikannya lagi. Nesya memfokuskan tatapannya pada tulisan yang ada di
kertas. Ia membacanya dalam hati. Rasa penasarannya makin bertambah.
Setelah selesai membaca, Nesya menatap langit-langit kamar tanpa ekspresi.
Beberapa detik kemudian, dilihatnya lagi sekilas tulisan di kertas, lalu
dimasukkannya ke laci meja belajar.
Nesya menguap. Matanya mulai mengantuk. Sembari memejamkan mata,
pikirannya melayang sesaat. Apakah ada arti lain dari tulisan di kertas itu? Atau
itu memang hanya tulisan tanpa makna? Atau saat itu ia hanya iseng coratcoret? Sebenarnya, seperti apa sih dirinya sebelum kecelakaan? Apakah ada
seseorang yang ia suka? Atau memang hidupnya normal-normal aja seperti
yang Kiara ceritakan? Ah, sudahlah! Biarkan waktu yang menjawabnya.
Nesya menhentikan kerja otaknya. Ia mulai terlelap, diiringi lagu yang
berkumandang di hatinya, dengan lirik yan tertulis di atas selembar kertas yang
sepertinya penuh kenangan tadi.
We know each other
“i e I do t k o ho lo g
As long as I remember
You were always there singing along
There e ee so e good ti es
A d it s e e een some sad
But we always somehow manage
To get something good out of the bad
(Remember – I ll al ays e there)
I ll e your su shi e after the rai
When the sky is turning grey
You k o that I
e er far a ay
Sunshine after the rain
Together til the end
Whe e er you re i eed of a frie d
Or a shoulder to cry on
Someone there to rely on
I ll e your su hi e after the rai
It s the o e thi g I o t ha ge
(sunshine after the rain – alexander)
LIMA
PAGI itu Kiara marah-marah dengan sukses. Soalnya, jam 6 tadi pagi, Nesya
mendadak meneleponnya untuk membatalkan berangkat sekolah bareng.
Katanya sih Vino udah ngajak Nesya berangkat bareng. Ya memang lebih
masuk akal sih. Nesya dan Vino kan tetanggaan, satu sekolah pula, jadi kalo
mereka berangkat bareng kan wajar.
Tapi nggak di mata Kiara!
Menurut Kiara, nggak seharusnya Vino dan Nesya akrab kembali. Vino hanya
akan mendatangkan musibah. Vino hanya akan menyusahkan Nesya. Vino
hanya akan menyakiti Nesya untuk ke sekian kalinya.
gue tuh era gkat sama bokapnya juga, Ra. lo jangan parno gitu dong. lagian
dia kan temen kecil plus tetangga gue. Nggak mungkinlah dia macam- a a ,
jelas Nesya nggak mengerti apa yang sebenarnya dikhawatirkan Kiara.
Saat itu mereka bertemu di gerbang sekolah, dan berjalan sama-sama menuju
kelas.
Dia Cu a akal yusahi lo doa g, Ca. Per aya deh sa a gue, Kiara
berusaha meyakinkan Nesya.
Nesya e atap Kiara de ga
dari gue?
Kiara la gsu g
e
ua g
uriga. “e e er ya apa sih ya g lo se
u yii
uka. Nggak ada kok.
Kalo lo terus utupi se ua ya, ya gue ggak akal taulah, seru Nesya sedih.
Kiara memejamkan mata, menahan emosi. Biarlah Nesya menganggapnya
jahat. Tapi ia memang nggak mau Nesya tau semuanya.
‘a..., pa ggil Nesya sete gah
e elas.
Eh, ada a ak aru!
Serempak Nesya dan Kiara menoleh ke samping. Marsya, sang primadona
sekolah bersama dua temannya sedang menatap mereka tajam sambil
berkacakpinggang.
Lo ya g era gkat are g Vi o tadi pagi, ka ? ta ya Marsya yolot.
Nesya mengerutkan dahi. Dia masih nggak mengerti apa hubungan antara
cewek di hadapannya ini dengan Vino.
Kiara la gsu g
aju sela gkah. “ori, tapi lo siapa ya?
Cih! Lo ggak tau siapa gue? kata Marsya sa il terse yu
Marsya! Dan yang perlu lo inget, Vino itu cowok gue!
Kiara alas terse yu
si is. Maksud lo MANTAN, kalee?
elagu. Gue
Nesya makin mengerutkan dahi, bingung akan pengetahuan Kiara yang begitu
luas. Kok Kiara bisa tau segitu detailnya tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Vino? Jangan-jangan Kiara...
Marsya
e dekatka
ajah ya ke ajah Kiara. Lo ggak usah elagu deh!
H ... sori, tapi ka i ggak ada hu u ga apa-apa sama Vino. Jadi lo nggak
perlu marah- arah ke ka i, kata Kiara, i gi epat-cepat menyelesaikan
masalah konyol ini.
Nggak ada hu ungan apa-apa? terus kenapa temen lo ini bisa pergi bareng
Vi o, hah?! sahut Marsya aki yolot sa il e u juk Nesya.
Nesya e era ika diri u tuk i ara. Gue era gkat are g Vi o kare a
ka i teta ggaa . Ka i udah kayak saudara gitu deh, jelas Nesya polos.
“audara? ula g Marsya ggak per aya. Lo e era
apa-apa sa a Vi o? ta ya ya sekali lagi.
Nesya
ggak ada hu u ga
e ga gguk yaki . Ka i deket kayak saudara.
Oh gitu..., desah Marsya, per aya pada ta pa g polos Nesya. Gue ggak
peduli hubungan kalian kayak saudara kek, yang pasti, gue ingetin sekarang, lo
jangan deket-deket Vi o! seru ya sa il erlalu ersa a ge g ya,
meninggalkan Nesya dan Kiara yang masih berdiri menatap punggung para
kakak kelas itu.
Lo juga, ‘a! seru Nesya ti a-tiba, saat sosok Marsya cs sudah menghilang
dari penglihatan mereka.
Apaa ? ta ya Kiara i gu g.
Lo te a g aja. Gue sa a Vi o Cu a te e kok, ahka udah kayak
saudara.
Maksud lo? Kiara
aki
i gu g.
Nesya e ghela apas. “ori kalo sela a i i gue nggak nyadar kalo ternyata lo
suka sama dia. Makanya lo nggak suka kan kalo gue deket-deket dia?
Kiara Cuma bisa melongo.
H ... oke deh, ‘a. gi a a kalo gue a tui lo? ta ar Nesya, sok er aik
hati.
Ba tu apaa ? ta ya Kiara di te gah-tengah keterpakuannya.
Ya a tui supaya lo isa jadia sa a dia.
Hah? lo gila ya?! siapa ya g suka sa a dia?! seru Kiara, udah ggak taha
dengan dugaan Nesya yang menurutnya tolol itu.
Udah deh, jujur aja sa a gue. Kalo lo ggak suka sa a dia, terus ke apa lo
kha atir a get pas gue deket sa a dia?
Ya kare a dia isa ya Cu a yakiti lo doa g! seru Kiara kesall.
Nyakiti gue? ta ya Nesya i gu g.
Kiara langsung memeras otak. Duh, kenapa sih dia selalu keceplosan?
Bukti ya, gara-gara Vino, lo dila rak sa a e ek tadi, ka ?
Hah?
Vi o itu populer, Ca. Dia suka ge- ga tu g e ek. Jadi kalo sekara g lo
deket sa a dia, pasti lo akal dapet a yak asalah, jelas Kiara.
Tapi... kok lo isa tau a yak sih te ta g Vi o? ta ya Nesya uriga. Kita kan
aru ke al dia di sekolah i i.
Kiara terse yu
geli. Ya iyalah gue tau. Gue ka
ggak kuper kayak lo!
Nesya merengut. Kiara tergelak.
Jadi egi i, Ca. Waktu kita “MP, gue pu ya te e ya g sekolah di si i. Dia
pernah cerita sama gue kalo ada cowok, namanya Vino, yang populer banget.
Katanya, Vino tuh pinter, baik, cakep, tapi suka nyuekin cewek-cewek yang
seneng sama dia. Makanya sampe sekarang, cewek-cewek masih pada
ngerebutin dia. Dan cewek yang tadi ngelabrak lo itu namanya Marsya. Dia
mantannya Vino. Gue denger sih katanya Vino yang mutusin dia. Makanya pas
gue tau Vi o deket sa a lo, gue jadi kha atir, jelas Kiara pa ja g-lebar.
Nesya
elo go. Lo ggak oho g, ka ? ta ya ya
e astika .
Ngapai gue oho g? Kalo asih ggak per aya juga, lo tanya aja sama anaka ak ya g lai . Berita te ta g Vi o ah udah jadi rahasia u u , kata Kiara
sok cuek.
Nesya ha ya isa erkata oooh .
Kiara melirik ke arah Nesya. Wajah Kiara masih dipenuhi senyum, tapi jauh di
lubuk hatinya, rahasia itu masih disimpannya dalam-dalam. Nesya hanya boleh
tau se atas apa ya g juga diketahui ora g lai . “eda gka
asalah o ok
asa lalu Nesya , ja ga sa pai Nesya tau. “etidak ya u tuk saat i i. Atau
mungkin, lebih baik Nesya nggak perlu tau untuk selamanya....
***
Gue au go o g sa a elo, kata Kiara di gi , egitu sa pai di hadapa
Vino, pas jam istirahat berlangsung.
Ma a Nesya? ta ya Vi o, sa a di gi
Dia di kelas.
ya.
Lo
au go o g apa sa a gue? ta ya Vi o, sedikit pe asara .
Kita go o g di elaka g sekolah aja.
Kiara berbalik dan berjalan ke arah belakang sekolah. Vino mengikutinya. Jujur,
perasaan Vino nggak enak. Sejak awal ia selalu merasa ada yang aneh pada diri
Kiara. Ia tahu, Kiara nggak suka padanya. Bahkan kadang Vino merasa Kiara
membencinya!
Well, jauhi Nesya, ujar Kiara sa
sudah di belakang sekolah.
il
Masalah itu lagi? “e e er ya lo ada
kesal.
Gue ggak
e atap Vi o taja , egitu
asalah apa sih sa a gue? ta ya Vi o
au lo a tui Nesya gi get
Maksud lo apa sih? Buka
ereka
asa lalu ya.
ya lo juga lagi erusaha a tui dia?
Kiara terdiam, masih dengan tatapan dinginnya.
Vi o tersadar. Oh... egitu ya? jadi, lo ggak per ah a tui dia u tuk i get
asa lalu ya? Lo takut ia i get asa lalu ya, tuduh Vi o, ggak e yangka
dengan semua kenyataan ini.
Gue
e a g ggak
au dia i get
asa lalu ya.
Lo siapa? Lo uka saha at ya, ka ? Vi o
ulai pa ik.
Justru kare a gue saha at ya, gue gerti dia! Gue ya g tau se ua asa
lalunya! Dan gue yang paling tau seberapa bakal menderitanya dia kalo dia
i get se ua ya! seru Kiara, puas e geluarka se ua u ek-uneknya selama
ini. Untung mereka ada di belakang sekolah, jadi nggak ada orang lain yang
mendengar.
Apa sih
aksud lo? Vi o e ar-benar bingung.
Lo tau siapa ora g yang selama ini paling deket sama Nesya sebelum dia
ke elakaa ? ta ya Kiara, e uat Vi o terse tak.
“e elu
dia ke elakaa ? ula g Vi o i gu g.
“ela a i i ada seseora g ya g selalu ada u tuk Nesya. Mereka teta ggaa .
Dan setahun yang lalu mereka res i pa ara .
Gue ggak gerti...
Beda u ur ereka sekitar tiga tahu a . Co ok itu alu
lanjut Kiara, sengaja memotong kalimat Vino.
i “MA kita i i...,
Vino tersentak. Sepertinya dia tau siapa yang sedang dibicarakan oleh Kiara.
Terakhir kali gue ngomong sama cowok itu sekitar dua bulan yang lalu, pas dia
ulang tahun yang ke-18. Dia bilang dia mau mengenalkan Nesya ke temennya.
Tapi ternyata, hari di saat Nesya amnesia, juga merupakan hari terakhir gue
isa go rol sa a o ok itu...
Vino terenyak. Dia nggak berani melihat tatapan nanar Kiara. Banyak
kepedihan terpancar di mata cewek itu. Dan sekarang, rasanya kepedihan itu
mulai menular kepadanya.
Maksud lo... Mike? ta ya Vi o,
asih sho k.
Kiara terse yu , a tara si is da sedih. Lo deket kan sama Mike? Dia pasti
udah erita te ta g pa ar ya, ka ?
Ntar cewek gue bakal masuk SMA ini juga, jadi adik kelas lo. Berhubung gue
udah hengkang, jadi... bantu gue jagain dia selama di sekolah ya! kalimat itu
terngiang kembali di telinga Vino.
Vino makin terenyak. Dia sama sekali nggak pernah menganggap ucapan Mike
itu serius. Bahkan dia nggak tau kalo cewek yang selalu dibicarakan Mike itu
adalah Nesya, teman kecilnya.
Nggak
sinis.
u gki ! Lo pasti oho g, ka ? ujar Vi o,
e atap Kiara de ga
Gue juga a al ya ggak per aya...
Kalo egitu, esya harus tahu! seru Vi o sa
il era jak pergi.
Tapi cepat- epat Kiara e aha le ga Vi o. Maksud lo, dia harus tahu apa,
hah?! tau kalo Mike udah nggak ada? Tau kalo cowok yang paling penting
dalam hidup ya udah hila g da ggak akal u ul lagi? Gitu? ujar Kiara
cemas.
Vino terdiam sesaat.
Lo au a esia Nesya se uh, tapi luka di hati ya aki parah? Gue se diri
aja ggak isa ge aya gi gi a a perasaa ya kalo dia tau Mike udah...
Gi a a de ga Mike? sela Vi o di gi , e uat Kiara terse tak. Lo peduli
sa a perasaa Nesya, tapi apa per ah lo ikiri perasaa Mike?
Lho, Mike ka udah...
Udah apa? ha ya kare a Mike udah ggak ada di du ia i i, terus lo oleh
seenaknya menghapus keberadaa ya? I i ggak adil uat Mike! tegas Vi o,
berhasil membuat Kiara berpikir ulang.
Tapi... kalo Nesya tau terus ter yata dia aki sakit, apa Mike akal se e g?
Apa Mike akal terse yu puas? Apa itu keadila ya g Mike i gi ka ? sahut
Kiara.
Lagi-lagi Vino dibuat mengerutkan dahi. Dia benar-benar nggak mengerti jalan
pikiran Kiara.
Kiara ke ali e tap ya taja . Gue tetep ggak akal
gi getii Nesya te ta g asa lalu ya.
e
iarka lo
au sa pe kapa lo se u yii hal i i? “ela a ya? Apa gu a ya hidup kalo
ggak pu ya ke a ga ? seru Vi o e osi.
Kiara asih ertaha de ga keputusa
ke a ga te ta g Mike.
ya. Biar aja Nesya ggak pu ya
lo gila! kata Vi o.
Terserah apa a ggapa lo. Ya g pasti, gue akal
eli du gi Nesya.
itu a a ya uka
eli du gi, tapi e oho gi! a tah Vi o. Gue tetap
akal a tui Nesya u tuk gi get se ua ya, ujar Vi o yaki .
Eh, Vi o...! kayak ya per u a deh gue go o g sa a lo. Jadi... ter-se-rah!
tegas Kiara. Terserah de ga iat lo. Da gue juga aka gelanjutin tekad
gue, la jut Kiara sa il erjala
ele ati Vi o ya g asih dia
ggak
berkutik.
***
Sepulang sekolah, Vino tidur-tiduran di dalam kamar. Bahkan ia sempat
tertidur saat mendengarkan MP3 yang ada di HP-nya. Dan begitu ia membuka
mata, jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.
Bi, Ma a ke a a? ta ya Vi o saat keluar ka ar da
mamanya di ruang keluarga.
Tadi pergi sa a te e
ya, ja a Bi Odah.
ggak
e e uka
Te e
ya? “iapa? ta ya Vi o i gu g.
Duh, Bi i ggak tau a a ya, sahut Bi Odah sambil melanjutkan menyapu
lantai.
Vi o e eguk air putih ya. “aya ke lapa ga asket di ta a dulu ya, kata
Vino cuek sambil beranjak keluar rumah dengan bola basket di tangan.
Sepanjang perjalanan menuju taman, Vino teringat akan pembicaraannya
dengan Kiara di sekolah tadi. Duh, hari gini dia disuruh mikir yang aneh-aneh?
Bikin sakit kepala aja. Andaikan dia nggak bertemu Nesya lagi, pasti hidupnya
masih normal-normal aja. Tapi kalau ia nggak bertemu Nesya, ia nggak akan
tau apa yang sebenarnya terjadi pada Mike.
Yap, Mike.
Bagi Vino, hari ini seperti mimpi. Banyak hal yang tiba-tiba diketahui olehnya
secara bertubi-tubi. Dan menurutnya, Cuma orang gila yang percaya pada
semua ini!
Vino sampai di lapangan dan langsung duduk di bangku. Ia masih shock. Bukan
karena Nesya yang hilang ingatan, melainkan karena Mike. Ini tentang Michael
Ardia syah. Ora g perta a ya g telah diakui ya he at . Ora g ya g
beberapa bulan yang lalu masih bermain basket bersamanya. Orang yang
selalu mengomelinya kalo dia malas latihan. Orang yang meminta bantuannya
untuk... menjaga Nesya.
Tapi sekarang... Mike udah nggak ada.
Vino membanting bola ke tengah lapangan. Dadanya terasa sakit, seperti ada
sesuatu yang menekan kuat-kuat. Dia bukan cowok melankolis! Kepergian
Mike nggak akan berpengaruh besar dalam hidupnya. Tapi kenapa dadanya
terasa sakit? kenapa air matanya ingin keluar?!
Vi o...?
Vino tersentak. Ia menoleh dan melihat siapa cewek yang memanggilnya.
Untung air matanya belum keluar. Kalo nggak, apa yang harus dikatakannya
pada Nesya yang sekarang sedang menatapnya bingung itu?
Lo lagi gapai ? ta ya Nesya, sa
il
e gha piri Vi o ya g salah ti gkah.
Lo aru alik? ta ya Vi o, i gu g he dak go o g apa.
Nesya yang masih memakai seragamnya mengambil bola dari tengah lapangan.
Yap, tadi gue ai ke ru ah Kiara dulu. Lo au ai asket, ya? ta ya
Nesya seraya melemparkan bola ke arah Vino.
Vi o e a gkap ya de ga satu ta ga . Niat ya sih gitu. Lo juga
ai ?
Yeee! Lo yi dir gue? Gue ka
ggak isa
ai
au
asket...
Ya di o a aja dulu. Lagia ka ggak ada ya g liat ke egoa lo itu selai gue.
Vino kembali melempar ke tangan Nesya.
Oke. Kalo dri el doa g sih gue isa, ujar Nesya, erharap Vi o takut da
nggak jadi menantangnya.
Tapi ternyata Nesya salah. Vino malah tersenyum geli sambil menunggu Nesya
beraksi. Mau nggak mau, Nesya mulai membanting bola ke lantai, lalu dengan
cepat menangkapnya kembali. Senyum Vino makin lebar. Nesya menghela
napas panjang, lalu langsung mendribel bola.
Vino tertawa ngakak. Nesya bukan mendribel, tapi megejar bola yang
meneggelinding cepat, seolah-olah kabur dari Nesya. Begitu bola tertangkap,
Nesya merengut menatap Vino. Dan dengan satu gerakan... BUK! Bola
menghantam kepala Vino.
duh apa-apaan sih lo?! seru Vi o kaget, sa
il
e gelus elus kepala ya
yang baru saja dicium bola.
“iapaya g yuruh lo keta a?! Ka lo ya g gajak gue
mau kalah.
ai ? Nesya ggak
Vi o e u gut ola asket ya g tero ggok di ru put. oke, sekara g lo re ut
bola ini dari gue. Ayo ulai!
Nesya berlari endekati Vino yang dengan lincahnya mendribel bola. Setengah
mati Nesya mengejar dan berusaha merebut bola itu nggak mau lepas dari
tangan Vino.
Nesya berhenti mengejar Vino. Napasnya mulai ngos- gosa . Lo ura g ah!
pasti ada ag et di ola itu da di telapak ta ga lo! Iya ka ?
Vi o ke
ali tergelak. Lo ila g i gata apa ego sih? Hahaha!
Kok lo jadi bawa- a a ila g i gata gue?
Vi o
e gga ti ta a ya
e jadi se yu a . lo i get a a lo siapa?
Nesya merengut ke il. Nesya Ve esia.
Lo lahir di Ve esia? ta ya Vi o. Pasal ya, aru hari i i dia tahu a a le gkap
Nesya.
Nesya
e i ir. Ya ggaklah! Gue lahir di Jakarta.
Ooooh. Ta ggal lahir lo?
Ke apa? Mau kasih kado? ta ya Nesya epat. Lo gapai sih nanya- a ya?
lanjut Nesya, mulai risi diinterogasi seperti ini.
Gue Cu a
au getes...
Vino terdiam sesaat. Ternyata memang susah mengembalikan ingatan
seseorang. Buktinya sekarang, Nesya malah jadi bete! Oke, yang perlu
dipikirkan adalah gimana cara paling mudah supaya ingatan Nesya cepat
pulih.setahu Vino, amnesia akan pulih seiring dengan waktu atau dengan
benturan keras di kepala. Kalo begitu... BUK!
A ! jerit Nesya sa il e gelus-elus kepala. Vino ikut-ikut meringis. Pasti
rasanya sakit. tadi kan dia juga sudah merasakannnya. Tapi apa boleh buat?
Namanya juga usaha, walaupun belum tentu usahanya ini benar.
Lo gila ya? “akit tahu! o el Nesya.
Vi o e ge gesa . Gue ks Cu a
Lo
au e tui gue apa
Iya, iya, sori... Vi o
tersenyum manis.
au a tui lo supaya i gata lo pulih.
au ge u uh gue? seru Nesya sa
e gha piri Nesya. kita
il
eri gis.
ai lagi, ya? ajak Vi o sa
il
H ... Nesya asih ere gut, ya g la gsu g disa ut ha gat oleh Vi o
dengan senyum dan aksi mendribel lalu memasukkan bola ke ring.
Nesya tertegun. Tiba-tiba ia ingat sosok seseorang saaat Vino berlari dan
memasukkan bola ke ring. Rasanya ada orang yang juga pernah melakukan hal
yang sama seperti yang Vino lakukan barusan. Tapi wajah orang itu nggak
terlihat jelas. Lagi pula, bayangan itu hanya samar-samar dan cepat
menghilang.
Vino yang awalnya tersenyum bangga langsung bingung melihat ekspresi
kosong Nesya.
Ca...?
Hah? Nesya tersadar.
Lo ke apa? ta ya Vi o kha atir.
H ... ggak kok. Cu a iri aja geliat lo isa asuki ola, sahut Nesya
se ajar u gki . Yuk ai lagi! seru ya sa il ere ut ola dari ta ga
Vino dan mendribelnya. Mata Vino mengikuti gerakan Nesya yang kacau.
Firasatnya berkata bahwa Nesya menutupi perasaannya. Vino yakin, barusan
Nesya mengingat sesuatu. Tapi kalo memang iya, kenapa Nesya nggak cerita
padanya? Bukankah mereka udah sepakat akan bersama-sama memulihkan
ingatan Nesya? Oke, sebenarnya yang terpenting adalah apa yang diingat oleh
Nesya?
Vi o! pa ggil Nesya,
e
uyarkan pikiran Vino.
Vino merebut bola dari tangan Nesya, mendribelnya tapi dengan tanda tanya
besar di dalam hatinya.
***
Nesya merasa di sekitarnya gelap. Ia celingak-celinguk dengan panik, berharap
seseorang menemukannya. Dadanya terasa penuh, rasa takut semakin
menekannya dengan begitu kuat. Ia ingin menangis. Ia ingin tau dimana dirinya
saat ini. Ia seperti tersesat! Dan satu-satunya yang bisa dilakukannya hanyalah
menangis tanpa suara.
Ka u ggak apa-apa? ta ya seseora g ya g ti a-tiba muncul di hadapannya.
Itu suara anak kecil. Anak laki-laki.
Nesya mendongakkan kepala. Matanya menyipit. Sosok anak kecil itu samarsamar berubah menjadi seorang sosok cowok dewasa. Sebisa mungkin Nesya
mengamati sosok itu, tapi wajah orang itu tetap tak terlihat.
‘u ah ka u di a a? ta ya o ok itu de ga suara ya g terde gar le ih
berat, bukan suara anak kecil.
Nesya bbisa melihat senyum di wajah cowok itu. Senyum yang mampu
membuat rasa takutnya menghilang begitu saja. Ia merasa menemukan titik
terang dalam ketersesatan ini.
Di sa a..., ta pa sadar Nesya
itu.
e ja a sa
il
e u juk ke elaka g o ok
Si cowok tersenyum lembut sambil mengulurkan tangan. Nesya balas
tersenyum. Ia mengenal sosok di hadapannya ini. Ia pun merasa pernah
mengalami kejadian ini. Entah kapan. Tapi yang pasti, bila harus mengulang, ia
akan melakukannya dengan senang hati.
Nesya menyambut uluran tangan si cowok.
Tiba-tiba kepalanya terasa berputar. Ia memejamkan mata untuk menghalau
rasa sakit di kepalanya.
Saat ia membuka mata, semuanya berubah menjadi terang. Udara sore hari
pun terasa menyegarkannya dari kegelapan tadi. Cowok tadi sudah tidak lagi
ada di hadapannya, melainkan jauh di depannya. Dengan gesit, cowok itu
mendribel bola dan melemparkannya ke ring. Bola masuk dengan sempurna!
Si cowok tersenyum puas ke arah Nessya. Seakan ikut merasakan kepuasan
yang dirasakan cowok itu, Nesya balas tersenyum. Ini seperti bukan dirinya.
semuanya berjalan di luar kendalinya.
Aku iri sa a ka u! seru Nesya,
asih de ga se yu
ahagianya.
Cowok itu memungut bola dan kembali menoleh pada Nesya.
Ke apa iri? ta ya ya.
Kare a ka u jago asket. “eda gka aku, dri el ola aja ggk isa, kata
Nesya sambil pura-pura merengut.
Cowok itu menghampiri Nesya. Sayangnya, Nesya nggak bisa melihat wajah
cowok itu dengan jelas. Tapi Nesya merasa sudah kenaldekat dengan cowok
itu.
Nggak isa juga ggak apa-apa. ya g pe ti g ka ka u pu ya aku, ujar
cowok itu lembut.
Ya... u tu g ya aku pu ya ka u, sahut Nesya sa
il terse yu
a gga.
pula g yuk! Udah sore ih.
Nesya mendongak. Dilihatnya langit mulai gelap. Tapi begitu ia menatap cowok
itu lagi, cowok itu sudah menghilang. Nesya melayangkan pandangannya ke
segala arah, berharap menemukan cowok itu.
Nesya terus mencari. Rasa takut itu pun kembali menghampirinya. Ia mulai
panik. Ia ingin menangis. Ia ingin cowok itu kembali menemukannya dan
pulang bersamanya...
Nesya terbangun dengan napas nggak beraturan. Peluh membasahi wajahnya.
Tubuhnya keringat dingin. Ditatapnya langit-langit kamar yang putih bersih.
Tidak ada kegelapan yang ditakutinya seperti dalam mimpinya barusan.
Mimpi...
Nesya mengembuskan napas panjang. Mimpi aneh pertama yang dialaminya
semenjak kecelakaan itu. Apa benar semuanya hanya mimpi? Atau janganjangan, itu sebuah petunjuk untuk ingatannya yang hilang?
ENAM
ITU ka Cu a
i pi, Ca, ko e tar Kiara, erusaha sesa tai
u gki , egitu
Nesya emnceritakan mimpinya.
Tapi rasa ya kayak e era . Lo yaki itu Cu a i pi, ‘a? e a g ya e era
nih, gue nggak pernah deket sa a o ok ya g jago asket? Nesya pe asara .
Kiara
e atap saha at ya. Gue rasa lo
ulai kese gse
sa a Vi o deh.
Nesya la gsu g e ekuk ajah. Kok jadi Vi o sih? Gue yaki
liat di i pi itu uka Vi o!
o ok ya g gue
“e erapa yaki ? ta ta g Kiara.
Nesya
e dadak gagu. H ... yah...
perse lah...
Oh...Cu a perse ... Kiara ke ali e a a ajalah ya g ada di
tangannya. Saat itu Nesya memang sedang main ke rumah Kiara.
Oke, uka
perse , tapi
perse ! seru Neya kesal.
Kiara melirik ke arah Nesya. Kalo gitu, gue le ih per aya sa a ya g
sisa ya.
perse
Kok lo gitu sih?! seru Nesya je gkel.
Kiara e utup ajalah da ke ali e fokuska diri pada Nesya. Gi i ya,
Ca. Empat tahun gue jadi sahabat lo, gue nggak apernah denger ada cerita
kayak dala
i pi lo itu di kehidupa yata lo. Jadi ya...
Lo yaki ? poto g Nesya,
Kiara alas
e ari kejujura di
ata Kiara.
e atap Nesya de ga taja . Yaki .
Nesya terdiam.
Kiara menghela napas, membuka majalah, lalu pura-pura membacanya dengan
serius. Andaikan Nesya tahu, saat ini dada Kiara berdebar sangat kencang
karena telah sukses berbohong. Andaikan Nesya tahu, saat ini Kiara begitu
panik mendengar mimpi Nesya yang sebenarnya pernah menjadi kenyataan
itu!
***
Siang itu di sekolah, Nesya dan Kiara kembali menonton anak-anak basket yang
sedang latihan. Awalnya Kiara nggak mau, tapi begitu Nesya bilang ia mau
nonton sendiri, akhirnya Kiara setuju ikut. Bukankah lebih berbahaya kalo
Nesya dibiarkan sendiri? Apalagi lawannya adalah Vino!
Hei, ‘a! sapa Egi, egitu
Hei!
elihat Kiara da Nesya di tepi lapa ga .
alas Kiara ra ah.
Vino yang sejak tadi berdiri di samping Egi pun ikut menyapa Kiara dan Nesya.
Nesya membalasnya dengan senyuman, tapi Kiara ogah tersenyum begitu
melihat Vino.
Lo elu
pula g? ta ya Vi o ra ah pada Nesya.
Mau liat lo latiha dulu, sahut Nesya seke a ya.
Vi o se pat salah ti gkah. Lo khusus ke si i Cu a uat liat gue latiha ?
tanya Vino setengah nggak percaya.
H ... soal ya gue gerasa ada sesuatu di sini. Yah, siapa tau bisa bantu
ulihi i gata gue, ja aB Nesya polos.
Pupus sudah salah tingkah Vino barusan. Ternyata Nesya darang karena hal
lain.
Mulihi i gata ?
eletuk Egi. E a g ya lo ke apa?
tar gue eritai deh di les i ggris, kata Kiara si gkat, sa
tatapan penuh arti ke Egi.
il
elaya gka
Egi Cuma bisa ber-oooh ria.
Vino yang sadar akan tujuan awalnya, langsung mengambil tindakan.
eh iya, Gi. Gue de ger ih, e ek ya Mike sekolah di si i ya? ujar Vi o. Kiara
refleks menoleh, menatapnya tajam. Vino balas menatap sekilas, tapi
kemudian langsung kembali memasang wajah biasa-biasa saja.
E a g ya Mike udah pu ya e ek? ta ya Egi kaget.
Vi o elirik ke arah Nesya ya g asih e asa g ta pa g polos ya. Mike
pernah cerita kalo dia udah punya cewek yang tahun ini bakal masuk sekolah
kita...
“erius lo?! Na a ya siapa? Gue jadi pe asara . Kayak gi a a ya e ek ya g
isa jadi pa ar seora g Mi hael Ardia syah? kata Egi.
Kiara hanya bisa menghina kebodohan Egi itu dalam hati. Ya bukan salah Egi
sih, dia kan emang nggak tau. Tapi yang patut disalahkan adalah manusia rese
yang bernama Arvino Jelandra yang ada di hadapannya dengan wajah cakep
tapi sinis itu!
Kalia lagi go o gi siapa sih? ta ya Nesya pe asara .
Kiara langsu g
e arik ta ga Nesya. Pula g yuk, Ca!
Gue lagi go o gi
a ta kapte ti
asket se elu gue. Na a ya
Mi hael Ardia syah, pa ggila ya Mike! kata Vi o, se gaja er i ara de ga
suara lebih keras, dengan penekanan khusus pada kata terakhir.
Kiara langsung melirik ke arah Nesya.
Nesya e gerutka dahi. Kayak ya gue per ah de ger deh. Gue ke al ggak
sih, ‘a? ta ya Nesya polos.
Vino tersenyum dalam hati. Ini kesempatan emas untuk membangkitkan
ke a ga Nesya aka Mike. Mike itu terke al di “MA Pelita. Dan yang gue
tau, kata ya dia pu ya pa ar ya g seu ura kalia ...
Eh, lo isa die
Kok lo
ggak sih? poto g Kiara.
arah sih, ‘a? ta ya Nesya, i gu g
elihat ti gkah Kiara.
Me a g ya siapa, Vi ? ta ya Egi pe asara , ta pa
Pa ar ya Mike itu ter yata... Vi o ersiap
e
uka
e edulika Kiara.
ulut.
Gue, ja a Kiara.
Serempak Vino, Nesya, dan Egi menoleh ke arah cewek itu.
Nesya terbelalak.
Egi melongo.
Vino hanya bisa menatap kaget.
Gue e a g e ek ya Mike. Puas lo? ujar Kiara dingin, sambil menatap Vino
tajam.
Kok lo ggak per ah erita sih, ‘a? Nesya ggak isa
plus penasarannya.
e utupi rasa kaget
Gue ggak per ah erita kare a se e er ya dua ula ya g lalu gue udah
putus sama Mike. Gue nggak mau terus mengingat hubungan kami. Tapi
ter yata, si ora g sok tau i i de ga se gaja alah gu gkit se ua ya! Kiara
menunjuk ke arah Vino dengan kecewa.
Vino tersentak. Dia sama sekali nggak menyangka Kiara akan senekat itu! Vino
nggak tahu harus ngomong apa lagi. Jelas-jelas Kiara berbohong.
“ori, Vi , gue sa a Kiara pula g dulu ya, ujar Nesya sa il e gga de g
tangan sahabatnya. Vino hanya bisa melongo. Egi yang merasa nggak enak hati
dengan situasi saatnitu ikut-ikutan cari alasan untuk pergi. Tinggallah Vino
sendiri, hanya ditemani beberapa anak basket lain yang sedang bermain di
lapangan.
Sesaat Vino tertunduk, berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Pertama, ia harus berhadapan dengan orang yang amnesia, yang selama ini
Cuma dilihatnya dalam film atau pernah dibacanya di novel. Terus sekarang,
Kiara mengaku-aku sebagai mantan pacar Mike. Gila! Sebenernaya permainan
apa sih yang sedang dijalaninya ini?
Vino tersentak. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Kiara waktu di belakang sekolah
dulu, Terserah de ga iat lo, da gue juga aka gela juti tekad gue...
Perlahan Vino tersenyum. Kok gue tolol amat ya? rutuknya dalam hati.
Sekarang ia tau apa maksud kata-kata Kiara itu. Betapa bodohnya ia sampai
bisa terbawa arus permainan Kiara tadi. Ternyata lawannya kali ini lumayan
seimbang. Semuanya berjalan begitu cepat sampai Vino yang awalnya berpikir
akan memenangkan permainan, malah dibuat seri oleh Kiara.
***
Pulang sekolah, Nesya malas pulang ke rumah. ia ingin main ke rumah Kiara.
Tadi di sekolah ia sudah menelepon Mama, izin bahwa ia akan pulang sore.
Selama perjalanan, keduanya nggak bicara satu kata pun. Nesya takut Kiara
makin sedih perihal Mike, sedangkan Kiara sendiri takut kebohongannya
terbongkar.
Sebenarnya, setiap kali berbohong kepada Nesya, Kiara selalu merasa bersalah.
Bahkan ia selalu mengutuki dirinya sendiri. Kenapa harus berbohong pada
sahabatnya sendiri? Lagi pula, sebenarnya Nesya adalah orang yang paling
berhak tau semua kebenaran yang ada. Tapi tetap saja, setiap kali pikiran
untuk jujur itu muncul, rasa khawatir itu pun ikut-ikutan muncul. Kiara takut
Nesya tambah terluka.
Begitu sampai di rumah, Kiara membulatkan hati. Semuanya terlanjur terjadi.
Sekali berbohong, ia memang harus melanjutkan kebohongan-kebohongan
lainnya.
Lo ggak au erita apa-apa te ta g Mike? ta ya Nesya e ulai
pembicaraan saat mereka berdua sudah berada di kamar Kiara.
Kiara e ghela apas pa ja g. Apa ya g pe ge lo ketahui? sahut Kiara,
berharap Nesya berhenti bertanya.
Dulu gue ke al ggak sa a Mike? ta ya Nesya polos.
Kiara terenyak. Hatinya terasa pedih. Bisa-bisanya Nesya bertanya hal seironis
itu dengan wajah sangat polos. Andaikan Mike ada di sini dan mendengar
pertanyaan Nesya barusan, tidakkah Mike akan merasa sedih? Dilupakan oleh
orang yang disayangi, apakah Mike masih bisa tersenyum ramah seperti
biasanya?
Oh, tidak. Walaupun Mike sudah nggak ada, Nesya harus tetap mengenal Mike.
Kalo nggak bisa secara terang-terangan, Kiara bisa mencari cara lain yang lebih
halus. Dan kesempatan itu sudah ada di depan mata!
‘a...? Nesya
Kiara
e ye tuh ahu Kiara de ga le
ut.
e atap Nesya de ga yaki . lo ke al aik sa a Mike.
Oya? Nesya sedikit kaget.
H . “e e er ya ora g ya g di
i pi lo itu
u gki Mike. “e ara fisik, ti ggi
Mike hampirr sama dengan Vino. Dia juga cakep. Jago basket pula. Waktu
pertama kali gue ketemu dia, gue pikir orangnya sombong. Tapi ternyata pas
dia se yu , saat itulah gue tau kalo dia e a g ora g ya g tepat...
...untuk lo, Ca! Tambah Kiara dalam hati.
Kare a itu lo jatuh i ta sa a dia? ta ya Nesya,
ulai er i ar-binar.
Kiara makin nggak tega melihat wajah Nesya yang terlihat bahagia itu. Hatinya
aki
e elos. Kiara ke ali e era a g. Buka Cu a kare a itu.
Sebenernya gue udah jatuh cinta sama dia sejak sembilan tahun ya g lalu...
Wo ! Gile! Lo jatuh i ta sa a dia pas “D?! sela Nesya, a tara ggak
percaya dan kagum.
Kiara tesenyum tipis. Yap, gue juga kaget, Ca, pas denger hal itu pertama kali
dari mulut lo dulu.
Mike is y hero. Dia ya g yela eti gue aktu gue nangis ketakutan. Bagi
gue, u gki dia uka ya g perta a, tapi pasti ya g terakhir, la jut Kiara,
yang sebenarnya mengulanng kata-kata Nesya dulu.
Terus, ke apa kalia putus? Nesya
aki pe asara .
Ke apa putus? ula g Kiara, i gu g harus e ja a apa. “e a , terkada g
kita nggak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Gue menginginkan dia,
tapi takdir erkata lai .
Nesya terse yu
prihati . Terus, sekara g dia di
a a?
Mike di mana? Andaikan Kiara tahu. Andaikan ada orang yang bisa
menjelaskan di mana Mike sekarang ini. Andaikan Kiara juga bisa mengucapkan
pertanyaan itu sepolos Nesya. Andaikan Nesya tahu bahwa semua yang
diceritakan oleh Kiara barusan adalah tentang Nesya dan Mike!
Kiara nggak bisa lagi menutupi rasa sedihnya. Matanya mulai berkaca-kaca.
Perlahan ia menunduk, nggak berani menatap mata Nesya yang polos.
“ea dai ya gue tahu, Ca, ujar Kiara lirih.
***
Malam itu sebelum tidur, seperti biasa, Nesya mengobrol sebentar dengan
Mama. Obrolan singkat yang penuh kehangatan. Soalnya sejak Nesya
kecelakaan, Mama memang lebih perhatian kepadanya. Dan Nesya juga jadi
lebih tergantung pada Mama.
Eh, Ma, aku aru tahu lho kalo Kiara ter yata pu ya pa ar, Nesya er erita
dengan semangat.
Mama Nesya menaikkan alis. Sejak kapan Kiara punya pacar? Kiara dan Nesya
memang sobat karib. Bahkan saking akrabnya, mama Nesya sampai tahu selukeluk Kiara. Pokok ya, seperti a ak ya se diri deh. Masa sih? “ela a i i
Ma a ggak per ah de ger tuh. kiara juga ggak per ah erita ke Ma a...
Iya nih. Aku juga baru tau tadi siang. Kiara sendiri yang cerita kalo pacarnya
itu a ta kapte ti
asket di “MA Pelita, jelas Nesya yaki .
Ma a la gsu g gusar.
hati-hati.
a ta kapte ti
asket “MA Pelita? ula g Ma a
Nesya e ga gguk yaki . Na a ya Michael Ardiansyah. Mama pernah
de ger ggak? ta ya Nesya polos.
H ... Mi hael? Kayak ya Ma a per ah de ger deh. Dulu ka u da Kiara
memang suka nyebut- ye ut a a ya...
Masa sih? “e el ih, aku ggak i get sa a sekali. Kapa ya i gata aku alik
lagi? keluh Nesya sa il ere gut ete.
Ma a e gelus kepala Nesya de ga le ut sa
udah saat ya, i gata ka u juga pasti pulih.
il terse yu
sedih. Kalau
Nesya memeluk mamanya erat. Dadanya terasa hangat dan damai. Jauh di
lubuk hatinya, ia merasa pernah merasakan pelukan yang seperti ini. Entah
dengan siapa, tapi yang pasti bukan dengan mamanya.
Mama berusaha tetap tersenyum, meskipun di dalam hati ia merasa sedih.
Entah bagaimana cara yang tepat untuk jujur kepada Nesya akan apa yang
sebenarnya terjadi....
***
Kiara mendengus bete. Ia menyesal kenapa harus datang lebih awal.
Mendingan telat sekalian. Lebih baik ditegur Mr. Bryan, guru les Inggris-nya,
daripada disapa Egi yang bawelnya selangit.
Egi makin mendekat ke arahnya dan nggak berhenti me atap ya. Ayo do g,
‘a! lo ka udah ja ji au erita ke gue, Egi e oho .
“e e er ya sih ggak ada hu u ga ya sa a elo, Gi... Kiara erusaha
mengelak. Ia malas cerita pada cowok ini. Lagi pula, mau mulai cerita
darimana?
Eh, pali g ggak, gue ka temen lo, sahabatnya Vino, dan sekarang kenal pula
sama Nesya. Jadi gue berhak tau dong? daripada gue bengong sendiri kalo
kalia ertiga lagi go rol kayak ke ari ? kata Egi gotot.
Ya udah. Kalo gitu, lo pergi aja kalo ka i ertiga lagi go rol. Ga pa g, ka ?
sahut Kiara jutek, tanpa peduli apakan Egi bakal tersinggung apa nggak.
Sebenarnya Kiara sengaja, biar Egi tersinggung, terus jangan deket-deket dia
lagi.
Nggak isa gitu do g! lo udah ja ji au kasih tau gue. Jadi, se elu lo erita,
gue nggak akal yerah! seru Egi, e uat Kiara elo go. Kok isa ada
manusia kayak begini?
Kiara terse yu si is. Lo lagi gapai sih se e er ya? Kayak lagi au
nembak, terus nngarepin jawaban gue, pake bawa-bawa janji dan nyerah
segala...
Lo le ih ilih erita atau gue tembak? Terus, kapan hubungan kita berlanjut
ke tingkat lebih serius? Terus, kira-kira maskawinnya apaan ya? terus, entar
kita ula
adu ya ke a a, “ay? Gi a a kalo ke Zi a e? goda Egi ise g.
Kiara la gsu g e ekuk ajah. Oke! Gue kasih tahu inti ceritanya. Nesya itu
amnesia. Dan sekarang, sebagai temen kecilnya, Vino mau membantu Nesya
u tuk e ulihka i gata ya. Puas lo?
Egi
elo go sesaat. A
esia? Kok ggak keliata , ya?
Keliata apa ya? Lo au ada kertas di jidat ya ya g ertuliska Gue
a esia , gitu? sahut Kiara, elade i keko yola Egi.
Ya uka gitu. gue Cu a ggak ya gka aja akal kete u la gsu g sa a
orang yang amnesia. Gue kira Cuma ada di film. Beuh, bener-bener nggak
keliata kalo dia a esia. He at! Egi alah terkagum-kagum.
Kiara hanya bisa menggelengkan kepala. Orang amnesia kok malah dikagumi?!
Terus, lo a tui dia supaya i gata
Kiara
e oleh sesaat, lalu
e
ya epet pulih? ta ya Egi.
ua g
uka de ga di gi . Buka urusa lo.
Berbeda dengan respons sebelumnya, kali ini Egi hanya mengangguk pelan,
tanpa banyak protes. Kiara sendiri agak kaget. Baru beberapa menit yang lalu
Egi memaksanya untuk bercerita, eh sekarang dengan alimnya Egi terdiam,
seolah mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Kiara. Marahkah Egi garagara dijutekin barusan?
Belum sempat Kiara berpikir lebih jauh, Egi sudah menjawab pertanyaannya.
Udah ja sete gah e pat. Masuk yuk, ‘a...
Kiara
elo go. Hah?
Egi terse yu
akal. Lo
au gue ge do g ke kelas?
Ih! A it-a it! seru Kiara.
Egi tergelak geli. Kiara hanya merengut kecil sambil berjalan mendahului Egi
yang dengan setia mengikutinya dari belakang.
***
Vi ! Ada ya g yari! seru salah seora g te a Vi o ya g ke etula
Nesya di depan kelas.
erte u
Vino melirik ke arah pintu. Begitu melihat siapa yang mencarinya, ia pun
langsung beranjak menghampiri Nesya sambil tersenyum manis. Marsya yang
melihat adegan tersebut memerhatikan dari jauh.
Ke apa, Ca? ta ya Vi o ra ah.
Nesya Cuma tersenyum kecil. Vino yang sudah hafal gelagat Nesya itu langsung
e ghela apas. Pasti a eh-a eh lagi...
Nggak kok, seru Nesya sa il ere gut. Gue Cu a au kasih lo i i...
Nesya mengulurkan sepotong pastel yang masih terbungkus rapi di dalam
plastik.
Vi o
e gerutka dahi. Buat gue? Tu
Nesya terse yu
e a at, ujar Vi o uriga.
a is. Gue aik, ka ?
Pasti lo eli ke a yaka , terus ggak ha is,
aka ya sisa ya dikasih ke gue.
Iya, ka ? duga Vi o.
Nesya
e atap Vi o kagu . Lo e a g pi ter ya! kata Nesya spo ta .
Melihat ekspresi Nesya arusa , Vi o ha ya isa
ggak lo kasih te e lo aja? Kiara, isal ya?
e ghela apas. Ke apa
Kiara ggak doya pastel...
E a g ya lo tau gue doya pastel? Vi o
nggak penting ini.
ulai
e ik ati pe
i araa
Feeli g gue sih ila g lo doyan. Kalo ternyata nggak, ya tinggal balikin aja.
Ga pa g, ka ? sahut Nesya, i gu g dita ya-tanya melulu. Orang mau
ngasih pastel aja kok ribet banget.
Vi o terse yu
Nesya ke
le
ut. Ya udah, tha ks ya.
ali erse a gat. Tapi lai kali ga tia lo ya g traktir gue ya!
Dasar ggak tulus gasih ya! kata Vi o, pura-pura bete sambil mengacakacak rambut Nesya. Nesya sendiri hanya tertawa kecil.
Melihat itu Marsya langsung berdiri dan hendak menghampiri mereka. Hatinya
dongkol. Rasanya seperti ada yang membakar dadanya. Memang sih Vino
terkenal baik pada semua cewek. Tapi untuk kasus kali ini, Marsya merasakan
hal yang berbeda. Dan kalau dibiarkan, Vino benar-benar akan menjadi milik
orang lain!
Eits! ujar salah seora g te a Marsya sa il e arik lengan cewek itu.
Marsya e oleh. Kita tu ggu pula g sekolah aja.
***
“epula g sekolah, Nesya ke elet pipis. Jadi de ga se a gat
, ia erlari ke
toilet cewek dan meninggalkan Kiara yang menunggunya di gerbang sekolah.
Marsya dan gengnya yang melihat Nesya sendirian di toilet, sengaja
membuntuti Nesya. Begitu Nesya masuk ke bilik toilet, Marsya cs
mengeluarkan tali yang sudah mereka persiapkan. Hendel pintu bilik yang
dimasuki Nesya segera diikat dengan hendel pintu bilik sebelahnya. Jelas,
Nesya nggak bakalan bisa buka pintu dari dalam.
Nesya ya g tahu ada ora g ise g e gu i ya dari luar, ko ta pa ik. Hei!
Ja ga ise g do g! seru ya keras-keras.
Maka ya, jadi e ek ja ga kege ita ! sahut salah satu perso el ge g ya
Marsya dengan suara nyolot.
Nesya aki pa ik plus i gu g. Kege ita ? “a a siapa? Ng... e a g ya gue
kege ita sa a siapa? ta ya Nesya polos.
Lo e a g ego ya! seru te a Marsya lai
pertanyaan polos Nesya barusan.
ya ya g justru kesal
e de gar
“upaya lo isa koreksi diri, lo bakal kami kurung di sini sampai tukang bersihin
toilet nemuin lo! Bye- ye!
Marsya dan gengnya pun berlalu dengan tawa mirip nenek sihir. Eh, bukan
mirip deng, tapi udah ngelebihin ketawanya nenek sihir!
Nesya berhenti minta tolong. Percuma. Lebih baik ia menunggu tukang
bersihin toilet, atau Kiara, atau siapapun orang baik yang akan
menemukannya. Duh..., mana tas dan HP dititipkan ke Kiara pula! Jadi benarbenar nggak ada jalan selain berharap dan berdoa supaya nggak ada makhluk
gaib penunggu toilet yang mengganggunya! Huaaa!
Di sela-sela kebetean menunggu, mata Nesya menemukan sesuatu yang
menarik: tembok toilet yang penuh dengan coretan-coretan kreatif para murid
cewek! Dan karena nggak ada kerjaan, ia pun membaca tulisan-tulisan itu
sambil tersenyum geli sendiri.
I love Vino! Dia bakalan jd tunagan gw lho.
Eh, pd dtg ya ke pernikahan kami yg bakal diadain di White House sono
(JL-IPS 4)
White House muka lo rata!
Vino tuh punya gw kaleee!
(AD cutez-anak IPA donkz)
Buat semua anak IPS 2, you rock, guys!!
Ben, I love u, darling! Mmuah!
Buat IPA 2, aloha yuhuuu!!
(Dina-IPA 2)
Apa sih bgsnya Vino?! Jls2 Mike lbh kren!
Lbh cool pula! Mike, I love u!
^^
(NA-sastra s da est)
Mike? Nesya aki tertarik e a a hatti g -an gratis dengan inisial nama
yang super nggak jelas di dalam toilet ini. Bahkan ada yang saking kurang
kerjaannya, sampi mencuplik lirik lagu untuk Mike!
Eh, ni lgu fav Mike! Gw tau dr anak mading! Pst bt gw.
(Hanni-IPS 2-no absen 22)
What if I never knew
What i I never found you
I d e er ha e this feeli g i
y heart
How did this come to be
I do t k o ho you fou d e
But from the moment I saw you
Deep inside my heart I knew
Ba y you re y desti y
You and I were meant to be
With all my heart and soul
I give my love to have and hold
And as far as I can see
You were always meant to be my destiny
Nesya tertegun sesaat setelah selesai membaca lirik lagu tersebut. Dia tau lagu
itu. Di celah-celah ingatannya yang hilang, dia merasa begitu familier dengan
lagunya Jim Brickman yang berjudul Destiny itu. Apa benar lagu itu nggak
memiliki makna tersendiri bagi dirinya? ini bukan tentang Mike dan Kiara, tapi
lebih kepada hati kecilnya. Yang gundah. Nesya tahu dia punya kenangan yang
harus diingatnya segera. Tapi apa?!
SREK... SREK... terdengar langkah seseorang di luar bilik toilet.
Nesya tersadar. Ada ora g di luar?! seru ya.
Ibu tukang bersih-bersih toilet yang sudah setengah baya itu langsung
e ukaka pi tu toilet. Masya Allah! Ada ora g di si i!
Begitu pintu terbuka, Nesya terse yu lega. Maksaih ya, Bu! ujar ya, lalu
berlari keluar toilet dan secepat mungkin menemui Kiara yang sudah
menunggunya. Mungkin lebih baik cerita tentang toilet dihapus aja dari
ingatannya. Karena kalo nggak, urusan dengan kakak-kakak kelas tadi bisa
tambah runyam!
TUJUH
WAKTU semakin bergulir. Namun, baik Kiara maupun Vino masih keukeuh
dengan prinsip masing-masing.
Vino menginginkan ingatan Nesya kembali.
Kiara tidak ingin ingatan Nesya kembali.
Hampir setiap hari Vino mendekati Nesya dan menceritakan segalanya tentang
Mike. Nesya yang menganggap Mike adalah mantan pacar Kiara
mendengarkan dengan setia dan bersemangat. Yah, walaupun dia nggak ingat
Mike, setidak ya Nesya peduli te ta g a ta kekasih saha at ya itu.
Namun, di saat yang sama, dengan penuh kewaspadaan Kiara justru
mengawasi Nesya dengan ketat. Sebisa mungkin ia menjauhkan Nesya dari halhal yang berhubungan dengan Mike. Mungkin memang nggak ada yang tau
betapa dilemanya hati Kiara. Di nggak mau Nesya melupakan Mike begitu aja,
tapi dia juga nggak mau kalo ingatan itu justru akan membuat Nesya tambah
terluka.
Padahal, baik Vino maupun Kiara nggak ada yang benar-benar tau bagaimana
perasaan Nesya. Nggak ada yang tau apa yang benar-benar Nesya inginkan.
Bahkan Nesya sendiri pun nggak tau apa yang sebenarnya ia inginkan saat ini.
***
Te ak i i siapa?
Vino tersenyum geli mendengar pertanyaan dari orang yang baru aja menutup
kedua elah ata ya dari elaka g itu. Pasti E a le ot, ja a Vi o, se gaja
meledek.
Nesya melepaska ta ga ya da
u ul di hadapa Vi o. Kok lo
gue Eca sih? Ikut-ikuta Kiara ya? ta ya Nesya i gu g.
Itu ka a a ke il elo. Gue asih i get kok, kalo elo tuh..., Vi o tak
melanjutkan kalimatnya. Ia mencubit hidung Nesya.
a ggil
Nesya meringis kecil. Mungkin Nesya yang dulu akan tersinggung bila diejek
seperti itu. Tapi berhubung Vino yang mengucapkannya, Nesya pun udah
terbiasa. Yah, beberapa bulan ini mereka memang jadi teman akrab.
Gue i get se ua hal ya g lo eritai ke gue, sahut Nesya angga.
Co toh ya? ta ta g Vi o ise g.
Nesya memungut bola basket di sampingnya dan memainkannya dengan
kedua ta ga . Gue i get lo ila g kalo lo latiha setiap hari, ke uali hari “a tu
dan Minggu. Lo juga nggak suka makanan yang bersantan. Lo selalu mulai
mendribel bola dengan tangan kiri. Lo populer banget di sekolah sampe
te ok toilet e ek pu pe uh de ga a a lo...
Eh, kok toilet e ek di a a- a a sih? Jelek a at? poto g Vi o.
Ke yataa
ya e a g gitu kok, ja a Nesya uek.
Vino tersenyum ma is. O o g-omong, yang lo inget itu semuanya tentang
gue? Buka te ta g ora g lai ? pa i g Vi o ta pa sadar.
Sebenarnya ia juga nggak tau kenapa bertanya seperti itu. Tapi satu hal yang
pasti, hatinya merasa sangat senang karena hal pertama yang Nesya ingat
justru adalah semua hal yang berhubungan dengan Arvino Jelandra, bukan
orang lain!
Nesya yang sadar bahwa Vino sedang kege-eran itu langsung memalingkan
ajah. Ya ggak u a elo sih. Masih a yak hal ya g gue i get...
Oya? Vi o ere ut ola dari tangan Nesya dan mendribelnya ke tengah
lapangan di sore hari yang cerah itu.
Nesya memerhatikan Vino sambil tersenyum lembut. Entah apa yang ada di
otaknya saat ini. Tapi yang pasti, seiring berjalannya waktu yang sudah mereka
habiskan bersama selama ini, hatinya mulai merasakan getaran aneh bila
bersama Vino. Cintakah namanya? Ah, terlalu cepat!
Gue juga i get se ua hal ya g lo eritai te ta g Mike, seru Nesya
sekenanya.
Vino tersentak. Tubuhnya mematung begitu mendengar nama Mike. Kenapa
sesaat tadi dia bisa melupakan Mike sama sekali dan malah menikmati saatsaar bersama Nesya? Lagi pula, kenapa Nesya harus mengingatkannya akan
Mike?
Gue i get, Mike itu se ior lo, kapte asket ya g pali g lo kagu i. Mike juga
punya banyak persamaan dengan elo. Dia nggak suka makanan bersantan. Hal
yang paling sering Mike lakukan kalo udah ketemu sama bola basket adalah
memutar- utar ola de ga telu juk ka a ya...
Vino menoleh, menatap Nesya dengan panik. Kenapa dia merasa panik?
Kenapa saat Nesya ingat semua ucapannya tentang Mike, justru hatinya
merasa gundah? Kenapa jauh di lubuk hatinya, dia merasa nggak rela? Dia
nggak ingin Nesya membicarakan tentang Mike saat ini!
oh ya ada lagi. Mike ggak suka i u kopi, kare a ada kafei ya. Dia juga
syang banget sama ceweknya. Dan satu-satunya hal yang lo iriin dari Mike
adalah...
...gue elo per ah e yaya gi seseora g seperti Mike e yaya gi
e ek ya, la jut Vi o sa il tertu duk. Ekspresi ajah ya koso g.
Nesya menghampiri Vino sambil tersenyum lembut. Lo ggak perlu iri sa a
Mike. Semua orang punya jalan hidup masing-masing. Dan gue yakin, di dunia
i i pasti a yak ora g ya g iri sa a lo.
Apa Mike juga per ah iri sa a seseora g? sela Vi o epat.
Nesya sempat terdiam. Tapi beberapa detik kemudian, ia menjawab dengan
te a g. Gue yaki , Mike pu per ah iri sa a ora g lai .
Vino nggak berhenti menatap Nesya. Entah kenapa, saat ini hatinya merasa
begitu bersalah. Logika menyuruhnya menjelaskan yang sebenarnya kepada
Nesya, tentang masa lalu Nesya, terutama tentang Mike. Tapi hatinya berkata
lain. Jauh di lubuk hatinya, ia muli takut ingayan Nesya tentang Mike kembali.
Dan yang lebih parah, ia nggak tahu kenapa ia merasa seperti itu.
***
Gue ggak tahu harus gi a a, Gi,
nongkrong di kantin sekolah.
Egi
Vi o
urhat Vi o, saat ia da Egi sedang
e yedot softdri k ya perlaha . Masalah apaa sih?
e ai ka sedota ya g ada di otol softdri k ya. Nesya.
Nesya? ula g Egi, lu aya kaget plus pe asara .
Pasalnya, selama ini Vino nggak pernah curhat tentang cewek. Lha, kalo
sekarang si cowok populer itu tiba-tiba curhat, berarti memang ada appaapanya!
Gue ulai ragu sa a keputusa gue se diri, ujar Vi o, ggak isa
rasa gundahnya.
Maksud lo? ta ya Egi,
ulai
e utupi
e yi ak de ga serius.
Vi o e atap Egi. Gue ulai ragu apakah gue harus
memulihkan ingatannya, atau malah seperti Kara...
e
a tu Nesya
Egi yang memang sudah tau cerita lengkap mengenai permasalahan Nesya,
dan juga tau bahwa selama ini Vino mempunyai misi yang berbeda dengan
Kiara, hanya bisa menghela napas. Jujur, sebagai pihak luar, ia juga bingung.
Sebenarnya permainan seperti apa sih yang sedang dimainkan oleh Vino dan
Kiara ini? Kalo memang permainan takdir, bukankah lebih baik berhenti
bermain?
Ke apa lo isa ti a-ti a eru ah pikira ? ta ya Egi pe asara . Vi o terdia .
Egi ela jutka perta yaa . Apa alasa lo kayak Kiara? De i... Nesya? Takut
dia ta ah terluka?
Vi o terse yu
si is. Buka de i Nesya, tapi de i diri gue se diri...
Egi yang tau maksud Vino, nggak bisa berkata-kata lagi.
Gue ggak tau i i a a ya apa. tapi gue ulai e uru kalo Nesya i get
tentang Mike. Misi awal gue memang supaya Nesya ingat sama Mike. Tapi
sekarang, gue malah takut kalo hal itu terjadi. Gue pengen Cuma ada gue di
ingatannya. Apa gue egois? kata Vi o aki i gu g de ga diri ya se diri.
Lo uka egois, tapi ggak ko siste , sahut Egi kesal. Gue ggak gerti
sama jalan pikiran lo, Vin. Kalo Kiara nggak mau ingatan Nesya pulih karena
takut Nesya terluka, itu masih bisa gue terima. Tapi lo? Lo bener-bener nggak
ko siste sa a isi lo se diri. Egi terse yu si is. Vi , di a tara ratusa
e ek di sekolah i i, ke apa harus Nesya sih?
Vino hanya tertunduk tanpa bisa membantah ataupun membela diri. Benar
kata Egi, dia memang nggak konsisten. Tapi bukan kemauannya juga kan,
untuk nggak konsisten seperti ini?!
Gue juga ggak tau ke apa harus dia, ja a Vi o.
Kalo lo e ulao se uah hu u ga atas dasar ke oho ga , per aya deh sa a
gue, ggak akala erhasil, ujar Egi serius.
Vi o e oleh ke arah Egi. Maka ya, gue erusaha erita ke Nesya kejadia
yang sebenarnya. Mungkin kalo nggak bisa dengan kata-kata, gue bisa
la gsu g gajak dia ke te pat Mike... ke aka ya.
Egi hanya bisa menatap Vino dengan perasaan campur aduk. Nggak pernah dia
membayangkan akan melihat Vino yang seperti ini. Vino yang tiba-tiba
berubah jadi nggak mantap. Vino yang nggak tau harus memilih. Dan satu hal
yang paling terlihat... Vino yang sedang jatuh cinta.
***
Gue liat lo aki deket sa a Vi o, kata Kiara uriga. Hari itu ke etula Kiara
sedang main di rumah Nesya, sebelum berangkat les inggris.
Nesya la gsu g salah ti gkah. Ah, ggak juga.
Kiara ya g tau gelagat a eh sohi
ya sa a Vi o? e ar Kiara.
ya i i ggak isa erdia
Ta pa era i e atap Kiara, Nesya erkata, H ... gue
kalo ada di sa pi g dia..
diri lagi. Lo suka
erasa ya a aja
Lo harus jauh-jauh dari dia, Ca, poto g Kiara di gi .
Lo ke apa sih, ‘a? e a g ya Vi o ggak pa tes uat gue? Nesya
terusik dengan komentar-komentar Kiara.
Kiara
e ja a de ga yaki , Yap, dia
ulai
e a g ggak pa tes uat lo.
Terus, ya g pa tes uat gue siapa? ta ta g Nesya.
Mike! Seru Kiara dalam hati. Andaikan dia bisa menyebut nama Mike dengan
keras.
Vi o ka aik, akep, pi ter, temen kecil gue pula. Jadi gue rasa, kalo gue suka
dia, itu hal yang wajar. Sehari aja gue nggak ngebahas dia, rasanya ada yang
a eh, ‘a...
Kiara tersentak. Bukan baru-baru ini aja, Nes! Dari dulu pun tiada hari tanpa lo
ye ut a a Vi o ! da se ua ya pun memang gara-gara Vino!
Kiara
ulai pa ik. Ca, se e er ya ada ya g
au gue eritai ke elo...
Te ta g? ta ya Nesya erse a gat.
Te ta g... h ... Mike! “e e er ya dia...
Ah, udahlah! Gue udah ose de ger erita te ta g dia. “etiap hari Vi o
cerita tentang Mike sampe gue curiga jangan-jangan dia homo. Tapi untung,
akhir-akhir ini dia mulai males ngebahas Mike. Lo juga bukannnya mau
gelupai
a ta lo itu? sela Nesya ete.
Kiara terenyak. Dia benar-benar nggak tau kesalahan apa yang udah
diperbuatnya selama ini sampe-sampe Nesya bosan mendengar cerita tentang
Mike. Kalo aja dia tau bahwa nantinya Nesya akan menyukai Vino, lebih baik
sejak awal dia menceritakan semuanya tentang Mike. Dia pun nggak perlu
berbohong segala. Dia akan memilih Nesya terluka karena kehilangan Mike
daripada terluka karena Vino.
***
Egi melongo.
Gue ggak isa ge iari i i se ua, Gi, urhat Kiara. Kedua re aja itu tak
menyadari mereka kini akrab. Yang pasti, Kiara selalu curhat kepada Egi saat
les Inggris. Padahal dia tau Egi sohibnya Vino, tapi tetap aja dia percaya pada si
cowok bawel itu.
Wait, ait! Jadi aksud lo? ta ya Egi pela sa il elirik ke arah Mr. Brya .
Jangan sampai guru les mereka itu memergoki mereka ribut saat pelajaran
berlangsung.
Kiara menghela apas. Gue akal eritai se ua ya ke Nesya.
Egi kaget luar biasa. Gimana nggak? Dalam waktu kurang dari 24 jam, dia harus
mendengar kedua temannya berubah pikiran dan jadi nggak konsisten! Dan
parahnya, sekarang Vino dan Kiara malah tukeran misi. Selabil itukah anak
SMA?
Gi! Lo de ger ggak sih?
Egi tersadar. Perlaha dia terta a ko yol. Asli, gue e er-bener speechless
gede geri elo da Vi o!
Mr. Brya
e oleh ke arah
ereka. What didi you
ea
ith spee hless ?
Egi dan Kiara mematung.
H ... I ea t... h ... sorry, “ir. It as just... h ... hu a error! Te h i al
mistake! Hahaha, ujar Egi, campuran ngaco dan jayus.
Mr. Bryan yang mengerti maksud Egi itu hanya merengut kecil, lalu
melanjutkan pelajaran. Egi menghela napas lega.
Kiara
e gerutka dahi, i gu g. Maksud lo?
“ekara g lo da Vi o tukera
isi. Tau ggak? ujar Egi.
Butuh beberapa menit bagi Kiara untuk memahami ucapan Egi. Dan begitu
sadar, ata ya la gsu g ter elalak. Nggak ko siste a get sih dia! seru ya
kesal.
Egi la gsu g
e yahut epat. “a a kayak lo!
Kiara menoleh ke arah Egi dan langsung mati kutu.
“a a kayak siapa? ta ya Mr. Brya de ga logat ule ya ya g ka au a is.
Semua orang menoleh ke arah Egi. Kali ini giliran Egi yang cengengesan nggak
jelas. Hehehe... No, “ir. H ... sa a kayak Brad Pitt!
***
Sore itu gerimis. Vino mengintip ke luar dari balik tirai jendela kamarnya.
Tetesan air yang perlahan-lahan menderas memupuskan semangat latihan
basket Vino. Vino memang paling nggak suka hujan. Nggak ada alasan khusus
sih. Dia hanya merasa hujan akan mendatangkan banyak penyakit, membuat
jemuran nggak kering, prang yang kehujanan pun akan basah, kotor, dan
ujung-ujungnya masuk angin. Apa sih bagusnya hujan? Kalo ada orang yang
bilang hujan itu romantis, di mana sisi romantisnya?
Setengah jam telah berlalu. Kini sudah pukul lima sore. Hujan mulai reda. Vino
masih berharap hujan akan berhenti agar ia bisa bermain basket di taman.
Vino berdiri di teras depan sambil memerhatikan titik-titik air yang masih
membasahi rerumputan di halaman depan rumahnya. Perlahan ia berjalan ke
pintu pagar. Diliriknya lapangan basket yang terletak di ujung jalan. Kepalanya
sedikit basah karena tertetesi gerimis.
Vino tertegun sesaat. Sekilas tadi ia seperti melihat sosok Nesya berlari ke arah
taman. Mungkinkah hanya perasaannya saja karena kangen pada Nesya?
Karena beberapa hari ini dia berusaha keras untuk menjauh dari Nesya?
Karena dia belum yakin dengan apa yang harus dilakukannya?
Tanpa pikir panjang lagi, Vino membuka pintu pagar dan berlari keluar menuju
taman. Ah, masa bodoh. Biar saja dia dianggap konyol. Yang penting sekarang
ini, dia ingin memastikan itu Nesya atau bukan!
***
Nesya duduk di ayunan. Entah apa yang membawanya ke sini. Sekedar ingin
menenangkan diri, untuk meredakan resah hatinya? Kalo memang iya, kenapa
hatinya masih gundah? Benaknya terasa penuh, seolah-olah ada bagian dari
ingatannya yang memaksa keluar. Seolah-olah ada kenangan tersendiri yang
memang seharusnya dia ingat. Dia butuh jawaban. Dia butuh tempat
menenangkan diri...
E a?
Nesya mendongak. Vino berdiri di hadapannya sambil ngos- gosa . Lo ha is
arato ? ta ya Nesya seke a ya.
Vi o
e ge
uska
apas lega. Lo lagi gapai ?
Nesya e atap reru puta di a ah kaki ya. Mai aja, jawabnya pelan
tanpa ekspresi.
Mai ? ula g Vi o i gu g.
Iya! Nesya e ga gguk yaki . Yah... gue erasa, sore-sore begini, apalagi
habis hujan, kayaknya enak ya, main di taman. Kayaknya gue sering kok
egi i...
Vino menaikkan alis, tambah bingung. Me a g ya iasa ya kalo sore lo
gapai ?
Yah... kada g gue di ka ar aja. Atau pula g sekolah, gue suka
Kiara sa pai sore...
He i g sesaat sa pai akhir ya Vi o
da pula g sekolah are g gue aja.
Hah? Nesya
e
uka
ai ke ru ah
ulut. Mulai esok, lo pergi
e atap Vi o i gu g.
Vi o jadi salah ti gkah. H ... di ru ah ada o il Ma a ya g ga ggur. Jadi
ulai esok, gue a a o il ke sekolah. Lo ikut gue aja.
oh, ggak usah! Gue isa kok era gkat da pula g se diri! Nesya ggak
enak hati. Lagi pula, kalo dia bareng Vino setiap hari, bisa didamprat lagi sama
Marsya. Belom lagi fans lainnya. Weleh-weleh!
Maksud gue, kita ka teta ggaa . Jadi sekalia , gitu, ta
Nesya makin salah paham.
ah Vi o, takut
Nesya merasa dadanya sedikit sakit saat mendengar ucapan Vino barusan.
Tetanggaan?hanya karena tetanggaan? Hah! nesya berharap terlalu banyak.
Oh iya, ya. gue ka e a g teta gga lo ya, ujar Nesya,
e aksaka se yu .
Eh... uka gitu...
Oke deh, kapa -kapan kita pergi-pulang sekolah bareng. Tha ks ya! seru
Nesya sambil turun dari ayunan dan beranjak meninggalkan taman.
E a! pa ggil Vi o sa il e aha le ga Nesya. Nggak ha ya itu, perlaha
kedua tangan Vino meraih tangan Nesya.
Nesya e oleh. Tatapa ya pe uh ta ya. Ke apa, Vi ? Nesya mematung,
nggak nyangka Vino akan memperlakukannya seperti ini. Di satu sisi dia kaget,
tapi di sisi lain, dia juga sangat senang.
Ca... h ... jadi pa ar gue ya..., te
Nesya
ak Vi o la gsu g.
asih ggak per aya. Maksud lo?
Vino menghela napas, meyakinkan diri sendiri, lalu menatap Nesya dalamdala . Buat gue, lo le ih dari sekadar te a ke il... gue saya g sa a elo, Ca.
Nesya tertegun sesaat. Bukan karena penembakan Vino, melainkan karena
rasanya kejadian seperti ini pernah dialaminya. Tapi dengan siapa?
Ca...?
Ya? sahut Nesya tersadar.
Jadi... lo
au ggak...? ta ya Vi o sekali lagi.
Perlahan Nesya tersenyum manis. Konyol kalo ia nggak menerima Vino saat ini.
Konyol kalo ia terus-menerus memikirkan hal yang bahkan ia pun nggak tau
nyata atau nggak. Konyol kalo ia harus meladeni Marsya dan gengnya. Dan
memang akan sangat konyol kalo ia membohongi perasaannya terhadap Vino.
Jadi...
Ya, Vi o, gue
au...
***
Pada hari pertama Nesya dan Vino pergi sekolah bareng dengan status resmi
pacaran, Kiara, Egi, dan satu sekolah heboh! Bagi anak-anak yang lain,
kehebohan itu terjadi karena Vino, i Mr. Populer itu akhirnya resmi
menggandeng seorang pacar, dan yang pasti bukan Marsya. Bagi Kiara dan Egi,
heboh karena... kegilaan apalagi sih yang sedang Vino mainkan?
Mau lo apa sih?! e tak Kiara. “aat itu ereka erada di elaka g sekolah.
Nesya sendiri sedang ditangani oleh Egi dengan trik persuasif yang memang
sudah menjadi bakat Egi. Ya, Kiara menyuruh Egi mengobrol dengan Nesya,
supaya dia dan Vino bisa bicara empat mata.
Buka urusa lo, sahut Vi o si gkat.
urusa Nesya adalah urusa gue. Gue ggak ha is pikir sa a otak lo ya g
katanya nyaris jenius itu. Bisa- isa ya lo pa ara sa a Nesya!? seru Kiara,
nggak bisa menutupi rasa kecewanya.
Vi o la gsu g e ela diri. Me a g ya ke apa kalo gue pa ara sa a
Nesya? Ga ggu elo?
Kiara
e atap Vi o di gi . Buka ga ggu gue, tapi ga ggu Mike.
Vi o terse tak. Ja ga
a a- a a Mike dala
asalah i i.
Lo lupa ya kalo Nesya itu pa ar ya Mike? Perta yaa Kiara e uat Vi o
erasa ersalah. Lo lupa kalo tujua a al lo adalah u tuk e ari keadila
buat Mike. Lupa ya, kalo orang yang sebenernya Nesya sayangi bukanlah elo,
tapi Mike?
Buat Nesya, Mike adalah asa lalu. “ela a i i gue udah berusaha untuk
mengingatkan Nesya akan Mike. Tapi toh nggak berhasil. Jadi kalo sekarang
orang yang Nesya sayangi justru adalah gue, baik lo ataupun Mike sekalipun ya
harus isa eri a, kata Vi o, kaget de ga u apa ya se diri.
Lo jahat!
Vino terenyak.
Lo e er-bener jahat! Dulu, gue selalu beranggapan kalo lo itu jahat. Dan
sekarang, gue baru bener- e er tau se erapa jahat diri lo! Kiara terse yu
sinis.
Vi o e atap Kiara de ga di gi . Kalo lo ila g gue jahat, terus ya g aik
itu seperti apa?
Kiara terdiam.
“eperti elo, egitu? la jut Vi o. “e erapa pu rasa saya g Nesya pada
Mike, tetap nggak akan mengembalikan Mike ke dunia ini. Dan kalo gue
pengen Nesya melupakan Mike, apakah itu berarti gue jahat? Gue nggak mau
membohongi perasaan gue sendiri. Gue nggak pengen membiarkan Nesya
terus-menerus hidup dalam bayangan Mike. Dan apakah itu berarti gue jahat?
Gue nggak mau kami membuang masa depan yang seharusnya bisa kami mulai
sekara g. Apakah itu jahat? la jut Vi o de ga perasaa a pur aduk.
Kiara hanya bisa membalas tatapan Vino dengan bingung. Jangankan Vino, ia
pun nggak tau apa yang harus dilakukan saat ini.
“ori, ‘a, gue pu ya defi isi aik da jahat e urut ka us gue se diri, ujar
Vino datar, lalu berbalik dan meninggalkan Kiara yang masih mematung.
***
Dasar e ek ge it! e tak Marsya pe uh e osi. Ia e udi g Nesya di pojok
koridor, dekat gudang sekolah. Tadi, sewaktu keluar kelas hendak pulang.
Nesya la gsu g didekati Marsya s da digiri g ke te pat i i.
Nesya hanya bisa terdiam. Bukan karena takut, tapi karena dia nggak tau
gimana harus merespons.
Ke apa? Lo takut?! Kalo aru segi i aja udah takut, ja ga jadi pa ar ya
Vi o! seru salah satu te a Marsya ya g juga ada di lokasi kejadia .
Nesya berusaha tersenyu . Tatapa ya polos. H ... se e er ya... apa
salah ya kalo gue da Vi o pa ara ? ta ya ya.
Lo a ya apa salah ya? “alah esar! Vi o itu pu ya gue! tegas Marsya.
Wush! Serasa ada angin yang berembus di wajah Nesya. Ucapan Marsya
menyadarkan Nesya akan sesuatu. Cewek-cewek di hadapannya ini udah pada
nggak waras!
Pu ya lo? sejak kapa Vi o jadi ara g? sori ya, tapi uka ya lo a ta
pacarnya Vino? Dan bukankah yang namanya MANTAN berarti nggak punya
hak lagi? Nesya ulai yolot. “ekara g i i Vi o udah jadi pacarnya. Jadi wajar
dong kalo dia lebih berhak daripada Marsya yang hanya sekadar mantan?
Darah Marsya naik sampai ke ubun-ubun. Dilayangkannya tangan ke pipi
Nesya. Nesya yang kaget langsung menutup mata. Tapi beberapa detik berlalu,
Nesya merasa tamparan itu nggak mendarat di pipinya. Perlahan ia membuka
mata, dan dilihatnya Vino sedang menahan lengan Marsya kuat-kuat.
Vi o
e ge paska ta ga Marsya de ga kasar. “ori ya, “ya, tolo g ja ga
ga ggu e ek gue lagi, ujar Vi o di gi sa
Marsya ya g erasa terhi a aki
sih agus ya dia di a di g gue!?
Vi o erhe ti sesaat, ta pa
di a di g lo.
ggak isa
il
enggandeng tangan Nesya.
e ge dalika e osi ya. Apa
e oleh. Bagus ya adalah, gue le ih saya g dia
Nesya merasa pipinya menghangat. Jujur, ia senang mendengar Vino
membelanya seperti tadi.
Mereka kembali melangkah, masih sambil bergandengan tangan,
meninggalkan Marsya cs yang masih terlongo dan shock.
***
sori ya, Vi . Ha is tadi pas keluar kelas, ereka udah yegat gue. Ma a
pelajara Bu E da g garet a get, keluh Nesya. Kita au la gsu g
pula g?
Me a g ya ka u au ke a a? ta ya Vi o, ulai er- aku-ka u . Aku
mau jalan-jalan. Hari ini kan tepat empat bulan sejak aku kecelakaan. Jadi aku
au...
Ke apa sih hari ke elakaa aja kesa ya jadi isti e a a get? Vi o refleks
bertanya begitu mendengar Nesya menyebut- ye ut soal ke elakaa .
Nesya e gerutka dahi. Me a g ya ke apa? Buat aku sih itu e a g
istimewa. Habis, sejak kecelakaan itu, kata dokter sebagian memoriku hilang.
Ya g kui gat Cu a Ma a, Papa, Kiara..
Cu a kare a itu? ta ya Vi o, e utupi ketakuta ya se diri. Pasal ya, hari
di saat Nesya dan Mike kecelakaan adalah hari ulang tahun Mike!
Me a g ya kare a apa lagi? Nesya alik erta ya.
Vino tersadar. H , uka apa-apa. kita ke toko uku aja yuk, ujar Vi o
akhirnya. Nesya hanya mengangguk pelan.
Mobil baru memasuki tol. Entah kenapa, bagi Vino, perjalanan terasa jauh
sekali. Dia merasa toko buku yang harusnya hanya bisa ditempuh dalam
setengah jam itu berubah jadi berabad-abad. Dia ingin cepat-cepat sampai di
toko buku bersama Nesya. Dia nggak mau pikiran tentang Mike menghantui
dirinya seperti saat ini.
Yup, lagi-lagi Vino merasa bersalah pada Mike. Benar kata Egi, sebuah
hubungan yang diawali kebohongan nggak akan ada artinya. Bener juga kata
Kiara, darimana Vino tahu Nesya benar-benar menyayanginya atau nggak?
Kalo Nesya tau tentang Mike, apakah dia akan tetap mencintai Vino?
Setelah beberapa menit dilanda kebimbangan, akhirnya Vino mengambil
keputusan. Mungkin keputusan ini salah. Atau mungkin juga semuanya akan
jadi tambah berantakan. Tapi kesempatan ini memang hanya datang satu kali.
Jadi...
Lho, kita au ke a a? ta ya Nesya, elihat
toko buku yang seharusnya mereka datangi.
Vi o
o il terus
elaju
ele ati
e oleh sekilas. Ke te pat Mike...
Mike? dahi Nesya
Mike?
ere gut. Perasaa
Hari i i tepat ula g tahu Mike ya g kepelan.
ya ggak e ak. Ngapai ke te pat
tahu e pat ula , sahut Vi o
Hah? e a g ya au dirayai ? Kok aneh sih ada orang yang ngerayain ulang
tahu pas udah le at e pat ula ? kata Nesya, ya g ke udia tersadar.
...e pat ula ...?
Vino mengangguk yakin. Ditahannya perih yang sejak tadi sudah mengumpul di
dada ya. Tepat e pat ula .
Maksud ka u? tanya Nesya, mulai curiga. Perasaannya makin nggak enak.
Vi o se diri e gga er i ara lagi. ja ga ila g kalo dulu aku ke elakaa
are g Mike... Vi o asih terus dia . Ya Tuha ... ada apa sih se e ar ya?!
seru Nesya kesal.
Vino menepikan mobil. Ditatapnya Nesya yang masih terlihat kalut dan
ke e a. Ca...
Mike itu a ta pa ar ya Kiara, ka ? terus ke apa aku isa ke elakaa
are g dia? Terus...
E a!
e tak Vi o,
e yadarka kekaluta Nesya ya g
ulai erle iha .
Ekspresi wajah Nesya kosong. Air matanya mengalir. Entah apa yang dirasakan
Nesya saat ini. Tapi yang pasti, Vino bisa merasakannya.
Aku ggak au liat ka u kayak egi i. Le ih aik kita ke te pat Mike, da
ka u akal tau se ua ya, ujar Vi o lirih, sa il he dak ela jutka
perjalanan.
Tapi belum sempat Vino melajukan mobil, tiba-tiba Nesya membuka pintu dan
turun dari dalam mobil. Refleks Vino ikut turun dan menahan lengan Nesya.
Ka u
au apa?! ta ya Vi o keras.
Aku au pula g! seru Nesya sa il e ye era g jala da he dak
menghentikan taksi di tengah jalan raya.
Vi o e gejar da
sama-sa a!
Aku
e aha le ga Nesya de ga le ih kuat. Kita pula g
au pula g se diri! Aku ggak
au tau te ta g Mike! Aku ggak ke al
Mike da
ggak perlu ke al dia! seru Nesya le ih keras.
Vi o e atap ya a ar. Kalo e a g ka u ggak au i get te ta g Mike,
oke! Aku nggak bakal nyebut nama Mike lagi. Aku akan menganggap Mike
ggak per ah ada...
Nesya tersentak. Tatapannya kosong. Dia seperti teringat sesuatu.
Ca...? kita pula g ya? kata Vino lembut sambil mendekati Nesya.
Nesya mengangguk pelan. Tapi belum sempat mereka melangkah untuk
menepi, tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil yang keras. Nesya menoleh,
dan dilihatnya sebuah mobil sedang melaju ke arah mereka. Refleks Nesya
mendorong Vino sekuat tenaga sampai mereka terjatuh. Selanjutnya...
CIIIIIITT!!! BRAK!
DELAPAN
Empat bulan sebelumnya...
MIKE melepaskan bola basket yang dipegangnya, karena tiba-tiba dirasakannya
kulit lembut telapak tangan seseorang menutupi kedua matanya. Senyum Mike
mengembang.
Cewek yang mengisengi Mike menghentikan keisengannya. Ia mengangkat
kedua tangannya.
Eh, aku rlu
r ak siapa ka u kok udah dilepas dulua sih? ta ya Mike
sambil tertawa kecil.
Nesya terse yu
a is. Iya,
ood aku hila g gara-gara liat kamu senyum-
se yu
ggak jelas kayak tadi!
Yaudah deh. Mai petak u pet aja, ya? ta ar Mike ti a-tiba.
Mata Nesya
u pet?
e
esar. Ih, ga o! Udah gede kok
asih
au
ai petak
Mau ostalgia. Masih i get ggak, perte ua perta a kita? ta ya Mike
sambil tersenyum lembut.
Aku ggak aka per ah lupa. Ka u e ui aku saat ggak ada satu ora g
pu ya g erhasil e ui aku. iya, ka ? ujar Nesya a is. Tapi sesaat
ke udia , ia ela jutka , Waktu itu aku takut a get. ‘asa ya pe ge jerit,
tapi suaraku nggak mau keluar. Dan semua itu gara-gara Pi o...
Lagi-lagi dia. Na a ya Vi o, uka Pi o, Nes, ralat Mike u tuk kesekia
kalinya.
Ya aku ka dulu a ggil ya Pi o, uka Vi o. Da u tuk kesekia kali ya
pula, Nesya selalu membantah. “a pai sekara g pu aku ggak isa lupa
sama dia. Aku pengen banget ngeliat kayak apa sih dia sekarang ini. Aku
pengen ngomelin dia, pengen bikin dia ngerasain apa yang dulu aku rasain pas
dia i ggali aku egitu aja!
Mike menghela napas. Jujr, udah lama dia merasa bosan. Saat ini Nesya udah
resmi jadi pacarnya, tapi tetap aja, yang diomongin Nesya setiap hari pastilah
tentang teman kecilnya, Pino.
Oke, bukan Pino, tapi Vino. Awlanya Mike menduga, seiring berjalannya waktu,
Nesya akan melupakan Vino. Tapi ternyata, semakin besar, bahkan udah
sepuluh tahun berlalu, Nesya malah semakin terobsesi dengan keberadaan
Vino yang nggak jelas. Nesya selalu bilang bahwa dia penasaran sama Vino. Dia
nggak terima Vino meninggalkannya saat main petak umpet dulu. Tapi
sebenarnya, memang hanya sebatas itukah perasaan Nesya terhadap Vino?
Waktu kenaikan kelas tiga, Mike mengenal Vino di ekskul basket SMA Pelita.
Saat itu posisi Mike adalah kapten tim, dan Vino adik kelas yang baru gabung
jadi anggota. Awalnya Mike nggak tahu bahwa Vino adalah Pino. Tapi setelah
lumayan dekat dengan Vino, akhirnya ia ngeh bahwa orang yang selama ini
menjadi saingannya justru berada sangat dekat dengannya.
Cukup lama Mike menyembunyikan hal itu dari Nesya. Biarlah hanya dia yang
tahu bahwa Pino yang begitu ingin ditemui Nesya adalah Vino yang setiap hari
selalu bermain basket bersamanya. Karena jauh di lubuk hatinya, dia takut
kehilangan Nesya. Dan ketakutan itu hanya karena satu alasan, yaitu Vino.
***
Kiara mengembuskan napas kesal. Pi o lagi Pi o lagi. Lo kok erita te ta g dia
melulu sih? Nggak bosen ya? selama jadi temen lo, lo cerita tentang diaaa
terus. Lama-la a gue jadi hafal ih!
Nesya ere gut kesal. Ya gue ka Cu a pe ge urhat etapa
e ye alka ya si Pi o o o itu. “eenaknya aja dia ninggalin gue. Dia nggak
tau apa kalo gue ketakuta ? U tu g aja aktu itu...
Mike data g e ui lo, poto g Kiara, udah tau la juta
ya.
Yap! Mike is y hero. Dia ya g yela eti gue aktu gue a gis ketakuta .
Bagi gue, mungkin dia buka ya g perta a, tapi pasti ya g terakhir, ujar
Nesya sok romantis.
Kiara e asa g ta pa g pura-pura tidur -nya. Nesya langsung
e i puk ya de ga a tal. Oke, jadi Mike uka ya g perta a? Terus
ya g perta a siapa?
Nesya terdia
Kiara
sesaat. Gue juga ggak tau, ujar ya sa
e a da g ya de ga tatapa
il e ge gesa .
uriga. “i Pi o, ya?
A it-a it! seru Nesya epat. “ori ya. si pi okio tuka g oho g itu ggak
pa tes uat gue!
***
Malam itu Mike dan Nesya duduk di bangku taman yang hanya diterangi lampu
bulat. Untung mereka pakai celana panjang dan jaket. Kalo nggak, bisa-bisa
mereka jadi makanan lezat nyamuk, sepupunya drakula.
Besok kita
ai ke laut yuk! seru Nesya,
e e ahka kehe i ga .
Mike yang sejak tadi asyik memotret kunang-kunang di pojok taman dengan
ka era digital ya itu refleks e oleh ke arah Nesya. Ke laut? Boleh! Mau
ajak Kiara sekalia ?
Nesya e ggele g. Mike ke ali duduk di sa pi g Nesya. Kok ka u
kayak ya suka a get ya jala are g Kiara? ta ya Nesya.
Hah? Mike i gu g. Maksud ka u?
Bisa aja ka , ka u jadia sa a aku kare a pe ge deketi Kiara?
Hei... stop... stop! Aku pali g
Mike.
ales de geri o o ga
ga o ka u, sahut
Seakan ingin menyudahi pembicaraan, ia sudah siap berdiri, tapi... Nesya
menaha le ga Mike. Di fil -fil
iasa ya egitu, Mike...
Mike e guru gka
Nesya lembut.
iat ya u tuk erdiri. Terus? ta ya ya sa
il
e atap
Ya terus akhir ya ketaua deh kalo ter yata o ok ya itu i ta sa a
sahabatnya. Cewek itu nangis bombai deh, kata Nesya.
Mike terta a ke il. Kalo ka u jadi e ek di fil itu, ka u juga akal a gis
o ai kalo ter yata aku i ta sa a Kiara, egitu? pa i g Mike geli.
Nesya e atap Mike taja . Ya ggaklah! Ngapai aku a gis Cu a gara-gara
kehilangan kamu? Aku malah ikut seneng kalo ternyata Kiara dan kamu jadian.
Da ...
Oh ya? e er ih...? Mike pura-pura takjub.
Nesya ere gut. Oke, oke, aku oho g. Kalo e era ka u jadia sa a aku
Cuma karena pengen deketin Kiara, aku bakal neror kamu setiap hari. Eh,
terlalu baik, setiap detik! Habis itu aku bakal bikin kamu putus sama Kiara dan
sela a ya gejo lo!
Bagus... kreatif..., seru Mike kagu .
Nesya terse yu
a gga. Iya do g! esya gitu loh! poko ya ggak oleh ada
cewek lain deket-deket sama kamu. Apalagi kalo sampe pacaran sama kamu.
“ejak sepuluh tahu ya g lalu, ka u ka udah terikat ko trak sa a aku, da ...
Nesya tak sempat menyadari apa yang selanjutnya terjadi. Yang dia tau, bibir
Mike sudah mendarat di bibirnya. Posisi itu bertahan hanya beberapa detik,
sampai akhirnya Mike melepaskan diri dan menatapnya lembut.
Itu ta da sah ya ko trak kita, ujar Mike le
ut.
Nesya masih tertegun. Tapi perlahan senyumnya mengembang begitu melihat
Mike tersenyum. Dan belum sempat Nesya membuka mulut, mereka udah
dikejutkan oleh suara alarm HP Nesya yang berbunyi nyaring.
Happy irthday Mike! seru Nesya ria g sa
Mike
e
il
e eluk Mike erat.
alas peluka Nesya. Tha ks ya. sekara g kita foto-fotoa dulu.
Mike dan Nesya pun berpose. Mike memeluk pinggang Nesya, sedangkan
Nesya memeluk leher Mike. Mereka tersenyum manis. Dan... KLIK! Momen itu
pun terabadikan untuk selamanya.
***
Met ultah ya, Mike..., u ap Kiara le at telepo .
Mike ya g aru aja selesai erpakaia la gsu g eria. Tha ks ya, ‘a. kadonya
a a?
Kado ya, satu hari i i gue ggak akal ga ggu kalia . Oke? ja a Kiara ise g.
Mike terta a ke il. E a g ya lo per ah ga ggu gue da Nesya? Nggak, kali!
Malah seru kalo ada lo. ‘a e!
Udah deh, lo ggak usah
e ghi ur gue. Gue tau kok lo aik.
Eh, ‘a, se e er ya hari i i gue pu ya kejuta
Kejuta ? ula g Kiara.
uat Nesya, kata Mike.
Mike
e arik apas. Gue
au
e perte uka Nesya de ga Vi o.
Vi o siapa? ta ya Kiara epat. Tapi elo se pat Mike
keburu sadar. Vi o te e ke il ya Nesya?
e ja a , Kiara
Yap!
Lo udah gila ya, Mike! Ngapai lo e perte uka Nesya sa a ora g ggak
jelas itu? Lagia lo ka tau kalo Nesya terlalu tero sesi sa a si Vi o, o el
Kiara, seratus persen nggak setuju.
Justru itu gue pe ge se uanya selesai. Gue pengen ngeyakinin diri gue
sendiri kalo Nesya bener-bener nggak ada perasaan khusus sama Vino. Nesya
hanya terobsesi sama bayangan Vino kecil, bukan Vino yang nyata sekarang ini.
Me a g ya lo ke al sa a Vi o ya g sekara g? Kiara uriga.
“e e er ya, gue udah ke al sejak setahu ya g lalu. Dia ju ior gue di ti
basket sekolah. Sori kalo selama ini gue nggak cerita ke elo dan Nesya. Gue
pikir belom saatnya aja. Tapi berhubung sebentar lagi kalian bakal ketemu
orangnya langsung di Pelita, mendingan gue kenalin dulu ke Nesya. Gue kan
nggak akan di Pelita lagi, jadi gue pengin ngeyakinin diri gue sendiri kalo
semuanya memang bakal baik- aik aja, jelas Mike pa ja g-lebar.
Kiara
e ghela apas pa ja g. Gue ggak tau harus go o g apa lagi.
Gue udah ja jia kete u Vi o ja se elas i i di sekolah. Gue ila g sih au
ge ali pa ar gue ke dia. Lo au ikut? ta ar Mike, kali i i uka ha ya
sekadar basa-basi.
Kayak ya lo erdua aja deh sa a Nesya. I i ka
asalah kalia . Jadi gue
tinggal de ger ka ar aja setelah kalia pula g. Good lu k ya! oke?
Ya udah kalo gitu. tha ks ya, ‘a!
Begitu menutup telepon, kiara mendesah berat. Perasaannya nggak enak. Dia
tau akan terjadi sesuatu yang buruk setiap kali ada Vino. Tapi nggak pernah
terlintas di otaknya sedikit pun bahwa obrolannya dengan Mike di telepon tadi
akan menjadi obrolan yang terakhir.
***
Nesya masih asyik menikmati pemandangan di luar mobil, di jalan tol, sambil
mendengarkan lagu Destiny lantunan Jim Brickman kesukaan Mike. Sekali-kali
Mike menoleh ke arah Nesya, ingin tahu apa yang ada di pikiran gadis itu saat
ini.
Ka u ke apa geliati aku terus dari tadi? ta ya Nesya,
kutu.
e
uat Mike
Aku Cu a lagi u ggu, kapa ka u gasih kado ke aku? ujar Mike sa
tersenyum kecil.
Nesya
ati
il
e u it pipi Mike. Nih kado ya.
A ! Mike eri gis ke il. “epuluh tahu aku gerayai ula g tahu are g
kamu, dan baru kali ini kamu nggak kasih kado apa-apa ke aku..., keluh Mike.
Nesya terse yu pe uh arti. Ya udah, kado ya... aku yanyi aja ya! ...And as
far as I a see... You ere al ays ea t to e... y desti y... Nesya
e ya yika lagu desti y de ga pe uh pe ji aa . Gi a a? suara aku
agus ka ? ujar Nesya.
Mike tersenyum manis. Inilah yang membuatnya senang bila berada di dekat
Nesya. Apa pun yang dilakukan Nesya, pasti mampu menarik perhatian Mike
plus membuatnya tersenyum.
Yeah, you ere al ays
ke arah Nesya. Nes...
ea t to e
y desti y..., ula g Mike ta pa
Ya?
Ka u
Nesya
au kete u Vi o? ta ya Mike.
e atap Mike de ga
Mike terdia
Vi o?
uriga. Kita
au e laut, ka ?
esaat. Kita ggak ke laut, tapi kete u Vi o...
e oleh
Ya, Vi o te a ke il ka u. “ori aku aru erita sekara g. Vi o iitu ter yata
ju ior asket aku di sekolah.
Kok ka u ggak ila g sih? keluh Nesya. Ia ggak tahu ke apa isa ti a-tiba
kesal, tapi yang pasti, mendadak rasa takut itu muncul begitu membayangkan
akan segera bertemu Vino.
“ela a i i ka u pe ge
a get kete u Vi o, ka ?
Nggak! Aku Cu a pr ge tau dia kayak gi a a sekara g. Aku...
Ah, terus tera g aja... ka u pe ge kete u dia..., sela Mike di gi .
Nesya terdia . Ka u ggak
ikir ya g a eh-a eh, ka ? Nesya uriga.
A eh-a eh kayak gi a a? Mike pura-pura bego, tapi masih dengan nada
dingin.
Ka u ggak
ikir kalo aku suka sa a dia, ka ?
Mike menoleh sekilas sambil tersenyum datar. Matanya tampak terluka.
Ka u ya g go o g egitu.
Nesya
ulai pa ik. Dia ggak le ih dari te e ke il aku, Mike!
Ya, te e ke il ya g sela a sepuluh tahu i i selalu ka u bahas. Nggak ada
hari ta pa a a Vi o.
Ya ggak gitu! aku ggak per ah suka sa a Vi o. Da
harus e uru...
Maka ya, aku
au
ggak ada alasa ka u
e astika ...
De ga gajak aku kete ua sa a dia? sela Nesya. Ka u pikir se ua ya
akan tetap seperti dulu kalo aku udah kete u dia?
Maksud ka u?
Gi a a kalo ter yata hu u ga kita ggak aka sa a lagi setelah aku kete u
Vi o? ta ta g Nesya di gi .
Emosi Mike terpancing. Dia mulai nggak konsentrasi mengemudi. Sebentarsebentar dia menoleh ke arah Nesya. Jadi itu ya g ka u au? Nesya
terdia . Kalo gitu, sela a i i ra g ya g ka u saya g uka aku, tapi Vi o?
O o ga ka u
aki
ga o deh, sahut Nesya kesal.
Aku ggak salah do g, kalo dari dulu selalu iri sa a Vi o...
Kali ini emosi Nesya ya g terpa i g. Ka u ke apa sih? Apa ya g perlu ka u
irii dari Vi o? Ka u tahu, Mike, ka u tuh jauh le ih aik daripada dia!
ggak tuh. sa pai kapa pu , di ata ka u, Vi o aka terus jadi sosok ya g
nggak akan terlupakan. Dan terkadang bikin aku kepe ge jadi Vi o...
Ka u uka dia! Ka u ggak harus jadi dia! Buat aku, ka u jauh le ih aik
di a di gka o ok a a pu di du ia i i!
Mike
e ge
uska
apas keras. Kalo gitu, sekara g kita kete u sa a dia.
Ke apa sih ka u ggak gerti-ngerti juga?! Nesya ta
ah kesal.
seharus ya aku ya g a ya. Ke apa sih ka u takut kete u dia? Apa ya g
sebenarnya kamu takuti? Kamu takut ya, kalo ternyata kamu memang masih
u ggu dia? sahut Mike sa a kesal ya.
Nu ggu dia? Ngapai aku u ggu dia? Nesya
percakapan mereka sia-sia belaka.
akin tegang. Ia merasa
Mike terdiam sesaat. Mungkin bagi Nesya, kecurigaan Mike terdengar konyol.
Tapi uat Mike, it s a ight are! Aku selalu gerasa... sejak dulu ka u asih
u ggui dia...
Nu ggui dia u tuk apa? tanya Nesya.
Ya u tuk e ui ka u, ujar Mike.
Nesya terse tak. Petak u pet sepuluh tahu ya g lalu udah erakhir, Mike.
Ka u ya g e ui aku, uka dia.
Ka u yaki per ai a udah erakhir? Aku
terus berjalan. Vino belum e ui ka u.
alah gerasa per ai a
Ya g e ui aku uka Vi o, Mike, tapi ka u! Da
uadah selesai! seru Nesya.
asih
uat aku, per ai a
Tapi di dalam hati, Mike yakin Nesya nggak bicara terus terang. Rasanya ironis
banget. Di hari ulang tahunnya, yang seharusnya dirayakan dengan romantis,
mereka malah bertengkar. Mike benar-benar nggak tau apakah harus
melanjutkan semua ini atau malah menjalani semuanya seperti nggak pernah
ada apa-apa.
Mobil terus melaju dengan kencang. Baik Nesya maupun Mike sama-sama
diam.
Kita ke laut, ka ? ta ya Nesya,
Mike
asih
e asa g ajah di gi
e e ahka kehe i ga .
ya. Kita tetap kete u Vi o.
Nesya la gsu g e ge uska aps pa ja g. Terserah ka u deh, sahut ya,
nggak pengen cari ribut lagi. Kalo Mike ingin mempertemukan dirinya dan
Vino, fine!
Mike
e oleh ke arah Nesya. Ka u ggak
arah, ka ?
“edikit.
“e ua ya akala
Nesya.
aik- aik aja kok, ujar Mike sa
il
e gge gga
ta ga
Mudah- udaha , sahut Nesya pela .
Nesya merasakan tangan Mike dingin. Ia tahu, yang sebenarnya takut bukanlah
dirinya, melainkan Mike sendiri. Nesya memang ragu akan perasaannya
terhadap Vino kecil. Tapi berbeda dengan Nesya, Mike justru khawatir pada
sosok Vino yang sekarang!
Mike....?
H ?
“e ua ya akala
dirinya sendiri.
Mike
aik- aik aja, ka ? ta ya Nesya, seakan ingin meyakini
e atap ya sesaat sa
il terse yu
le
ut. Ya.
Nesya balas tersenyum.
Begitu Mike kembali memerhatikan jalan di depannya tiba-tiba dari arah
berlawanan muncul sebuah mobil yang melaju cepat ke arah mereka.
Apa-apaa sih tuh
ke tepi.
o il...? gerutu Mike sa
il
e ge udika
o il le ih
Si mobil makin mendekat. Mike masih berusaha menghindar. Tapi mobil di
depannya itu malah makin menuju ke arahnya. Mike membanting setir dan...
BRAK!!
SEMBILAN
Lost in the darkness, hoping for a sign
Instead there is only silence
Ca t you hear y s rea s?
Never stop hoping
Need to know where you are
But one thing is for sure
You re al ays i
y heart
I ll fi d you so e here
I ll keep o tryi g u til y dyi g day
I just need to know whatever has happened
The truth will free my soul
(somewhere – Within Temptation)
NESYA merasa kepalanya sakit. runtunan peristiwa bergantian datang dan
pergi di depan matanya yang terpejam. Kerongkongannya terasa kering. Ia
butuh air. Ia ingin berteriak meminta segelas air.
Nesya membuka matanya perlahan. Dilihatnya Mama, Papa, Kiara, dan Vino
tersenyum lega melihat dirinya. entah sudah berapa lama ia tertidur sampai
kepalanya sakit begini. Ups, bukan! Ia bukan sedang tertidur. Ini bukan
kamarnya. Ini kamar rumah sakit. ia kecelakaan. Ya, kecelakaan!
Nesya erusaha a gkit dari te pat tidur. Ma... udah erapa la a aku di
si i? ta ya Nesya.
Ka u pi gsa dua hari. Tapi syukur, sekara g ka u udah sadar, ujar Ma a
senang, lalu mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang. wajah
Mama tampak lelah, dan matanya sembap karena habis menangis.
Papa ppa ggil dokter dulu ya! kata Papa sa
il
e gha
ur keluar.
Nesya menoleh ke samping. Vino sedang tersenyum lembut memerhatikan
diri ya. Vi o...?
Vi o
Nesya
e ega g ta ga Nesya de ga le
ut. Ya, aku di si i.
e atap Kiara ya g ada di sa pi g Vi o. ‘a...
Hei, Ca...,
alas Kiara sa
il terse yu
lega.
Nesya masih merasa lemas. Matanya masih mengantuk. Kepalanya terasa
berat. Tapi masih ada orang yang ingin dilihatnya. Nesya menatap setiap sudut
ruangan.
Lo yari siapa, Nes? ta ya Kiara i gu g.
Mike a a, ‘a? Baik Kiara, Vi o,
ulai pa ik. Mike a a?!!
aupu Ma a sa a-sama terdiam. Nesya
***
Gue ggak tahu harus go o g apa ke Nesya, kata Vi o sa
wajah dengan kedua telapak tangannya.
Kiara ya g duduk di sa pi g ya
nggak tau harus ngomong apa.
il
e utup
e oleh. Lo uka satu-satunya orang yang
Vi o alas e atap Kiara. U tuk se e tara kita asih isa erkelit. Tapi
nanti setelah kesadaran Nesya mulai kembali, apa kita harus bilang yang
sebenarnya tentang Mike?
Kiara mendesah bingung. Baru kali ini ia merasakan hal yang sama dengan
Vi o. Gue rasa le ih aik Nesya tau ya g se e ar ya setelah ko disi ya pulih.
Ya paling nggak, setelah dia keluar dari rumah sakit..
Lo yaki Nesya isa ditaha sela a itu? sela Vi o, putus asa dulua .
Gue sih udah siap kalo dia marah, bahkan sampai benci sama gue. Gue tau
gue uka saha at ya g aik kare a ggak isa jujur sa a dia. Kiara e arik
napas dan mengembuskannya dengan sedih. Perlahan, ia menoleh ke arah
Vi o, asih de ga tatapa sedih ya. Ya g gue khawatirkan justru elo.
Gue? ta ya Vi o i gu g.
Apa lo udah siap u tuk kehila ga Nesya?
Vino tertegun.
Kalo Cu a putus sih asih agus. Tapi kalo dia sa pai e i sa a elo, apa lo
udah siap? ujar Kiara prihati .
Vino terenyak. Dia nggak mau kehilangan Nesya! Dia nggak mau putus dari
Nesya! Dan terlebih lagi, dia nggak mau Nesya membencinya!
Kiara e epuk ahu Vi o. Gue tau dari dulu kita ggak per ah akur. Tapi
untuk sekarang, kita bener-bener punya masalah yang sama.
***
Nggak
u gkin!
Wajah Nesya tampak pucat. Perlahan tubuhnya terempas ke atas sofa.
Ca, lo harus de ger dulu pe jelasa gue, kata Kiara, erusaha
Nesya yang kini mematung.
Lo udah oho gi gue..., ujar Nesya lirih. Air
Mike ggak u gki i ggali gue!
ata
ulai
e e a gka
e galir di pipi ya.
Tapi, Ca... Kiara ggak sa ggup erkata-kata lagi.
Nesya e atap Kiara de ga ke e a. Lo saha at gue, ‘a. lo ora g ya g
paling gue percaya. Lo juga deket sama Mike. Dulu kita sering jalan bareng,
kan? tapi kenapa lo malah sengaja menghapus keberadaan Mike! Mike pasti
masih hidup...
Kiara hanya bisa mematung melihat Nesya yang begitu shock di hadapannya.
Kiara melihat dengan jelas betapa sakitnya hati Nesya sampai air mata pun
nggak cukup untuk mengungkapkannya.
Vino, yang juga ada di ruangan itu, hanya bisa menunduk. Ia nggak berani
menatap Nesya. Melihat Nesya begitu sedih saat ini, rasanya sama aja dengan
mengiris jantungnya perlahan-lahan. Kalo tau akan seperti ini, ia lebih rela
nggak ketemu Nesya. Ia rela terus menjadi bayangan. Ia rela Mike yang
menjadi pacar Nesya.
Nesya e ghapus air ata ya g e asahi pipi ya. Ia erusaha kuat.
Semua orang bohong sama gue. Semua orang nggak ada yang bener-bener tau
gimana perasaan gue. Semua orang jahat sama gue. Kalia jahat..., ujar Nesya
lirih.
***
Nesya duduk sambil memeluk lutut di atas ranjang. Dadanya terasa sakit dan
hampa. Ia nggak tau lagi apa yang harus ditangisi. Air matanya sudah
e geri g. “aat i i ia erasa le ih ha pa, le ih tersesat di a di gka saat
amnesia dulu.
Terdengar suara pintu diketuk. Nesya nggak menyahut. Akhirnya pintu terbuka
dan Mama masuk menghampirinya.
Tadi aku ke ru ah Mike, Ma. tapi ru ah ya koso g... Nesya i ara ta pa
ekspresi.
Ca... se elu ya Ma a i ta aaf, ggak e eritaka se ua ya ke ka u.
Seminggu setelah pemakaman Mike, keluarganya pindah. Mama nggak tau
ereka pi dah ke a a. Ma a duduk di hadapa Nesya. Ma a tau ka u
pasti kaget... Nesya tetap u gka . Tapi ka u ggak isa kayak egi i terus.
Life goes o , saya g, ujar Ma a sa il e elai ra but Nesya.
Ma a oho g sa a aku, ujar Nesya di gi . Ma a terdia , erasa
ersalah. “ela a i i ke apa Ma a ggak erita kalo Mike udah ggak ada?
“a pai detik i i, aku asih ggak isa per aya kalo Mike udah e i ggal!
Tak sanggup lagi menahan pedih di hatinya, Nesya menangis. Ia merasa ditipu
habis-habisan.
Apa eda ya ka u tau dulu atau sekara g?
Nesya dan Mama langsung menoleh ke arah datangnya suara. Papa udah
berdiri di depan pintu dan berjalan menghampiri mereka berdua.
Kalo ka u tau se ua ya pada saat kamu masih amnesia, apa kamu yakin
kamu nggak akan merasa sedih kayak sekarang ini? Atau jangan-jangan, kamu
malah makin menyalahkan diri kamu sendiri, karena orang yang kamu sayangi
udah nggak ada tapi kamu malah nggak inget apa-apa tentang dia?
Nesya tersentak.
Papa duduk di sa pi g Nesya. Nggak usah ikiri ya g udah le at, Ca.
Sekarang yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana kamu menjalani hidupmu
sekara g, ujar Papa ijak.
Nesya terdiam, sadar bahwa kata-kata papanya benar. Tapi masalahnya nggak
semudah itu. Dia masih belum bisa menerima bahwa Mike udah nggak ada. Itu
aja.
Papa yang seakan tau apa yang sedang dipikirkan putrinya itu langsung
ela jutka , Me a g ggak udah e jala i hidup. “atu-satunya yang kita
butuhkan adalah... waktu.
***
Nesya masih berbaring di ranjangnya. Sejam yang lalu orantuanya udah keluar
dari kamarnya setelah menceramahinya habis-habisan. Papa yang selama ini
terkesan cuek, ternyata diam-diam tahu masalah apa yang sedang dihadapi
Nesya.
Nesya memejamkan mata, berusaha tidur, tapi rasa kantuknya hilang entah ke
mana. Hatinya masih terasa perih. Dadanya terasa penuh, seakan ingin
meledak. Otaknya belum bisa diajak berpikir jernih. Yang ada di benaknya saat
ini hanyalah Mike, Mike, dan Mike.
Perlahan Nesya mengambil komik Slamdunk yang masih ada di pojok lemari
buku. Sekarang ia ingat dari mana ia mendapatkan komik itu. Komik itu
memang bukan miliknya. Itu milik Mike. Ia ingat, saat itu Mike sedang asyik-
asyiknya membaca komik Slamdunk. Karena kesal dicuekin, akhirnya Nesya
merebut komik itu dari tangan Mike.
Mike meminjamkan komik tersebut pada Nesya, tapi Cuma jilid pertama.
Nesya nggak berminat membaca lanjutannya. Awalnya ia ingin mengembalikan
komik itu saat Mike ulang tahun. Tapi ia lupa. Padahal ia udah menyelipkan
selembar kertas bertuliskan lirik lagu khusus untuk Mike.
Nesya mengambil kertas bertuliskan lirik lagu sunshine after the rain itu dari
dalam laci meja belajar. Dibacanya ulang lirik lagu yang dulu ditulisnya dengan
penuh perasaan untuk Mike. Tanpa terasa, air matanya mengalir. Buru-buru ia
menghapusnya. Mike nggak akan suka melihatnya menangis, apalagi kalo lagi
sendirian. Bahkan dulu, bukankah Mike-lah orang yang menghapus tangisnya
pada saat ia main petak umpet, ditinggalkan Vino dan menangis sendirian?
Seakan ada yang menyuruhnya, Nesya membuka lemari baju. Di bawah lipatan
baju terbawah, di sudut terdalam, tangan Nesya meraba-raba. Ia menemukan
sebuah kotak hitam.
Perlahan dikeluarkannya kotak hitam itu dari dalam lemari bajunya. Ia ingat,
sudah lama ia menyimpan kotak itu.
Nesya membukanya perlahan. Ditatapnya satu per satu benda yang pernah
diberikan Mike kepadanya. Nesya tersenyum pilu saat mengeluarkan
gantungan kunci berbentuk bola basket sebagai kado ulang tahunnya yang ke10. Ada pula gelang, kalung, bando. Nesya tertawa sedih. Terlalu banyak
kenangan indah bersama Mike yang nggak akan mungkin ia lupakan.
Nesya ingat cara Mike memutar bola basket dengan telunjuk kanannya. Ia
ingat Mike nggak suka makanan bersantan. Ia ingat Mike nggak suka kopi. Kata
Mike dulu, alasannya nggak suka kopi adalah, karena kalau sudah
e i ipi ya, takut ke a dua . Tapi ada satu a du ya g sa gat dii gi ka
Mike, yaitu Nesya!
Nesya mengeluarkan foto terakhir mereka saat malam sebelum kecelakaan. Ia
ingat, sebelum pergi, Mike sempat memberikan foto itu kepadanya. Awalnya ia
juga kaget kenapa bisa jadi secepat itu. Mike khusus mencetaknya pagi-pagi
dan langsung memberikannya sebagai kenangan termanis yang mereka miliki.
Untung ia masih sempat menyimpannya. Jadi sekarang, ia masih bisa melihat
senyum Mike dengan jelas. Wajah bahagia mereka malam itu benar-benar
terabadikan untuk selamanya.
Dan kini, seberapa kuat pun Nesya menahan tangis, air matanya tetap aja
keluar. Malah perasaannya semakin tercabik-cabik. Ingin rasanya ia berteriak,
tapi suaranya tercekat.
Andaikan Mike bisa mendengar jeritnya saat ini. Andaikan Mike bisa
merasakan perih hatinya. Andaikan Mike tau betapa Nesya menangis karena
merindukannya. Andaikan Mike ada di suatu tempat yang bisa dijangkau oleh
Nesya.
Sayangnya, seberapa keras pun Nesya mencari, Mike nggak akan pernah
ditemukan lagi. Mike nggak akan muncul di hadapannya lagi dengan senyum,
tawa, dan pelukan hangat seperti biasanya. Padahal keinginan Nesya Cuma
satu: ia ingin Mike kembali...
SEPULUH
NGGAK ada yang berubah dari sekolah. Semuanya masih sama seperti empat
bulan lalu, saat pertama kali Nesya menapakkan kaki di SMA Pelita. Tapi buat
Nesya, semuanya jelas terasa berbeda. Cara pandangnya pun nggak sesimpel
dulu. Ingatannya telah pulih. Dan itu artinya, melihat SMA Pelita sama saja
seperti melihat sosok Mike saat SMA dulu. Di setiap sudut ada bayangan Mike.
Kalo terus seperti ini, bagaimana ia bisa menghilangkan Mike dari pikirannya!?
Ca, gue harus jelasi se ua ya ke elo, ujar Kiara sa il e egat Nesya
yang hendak menuju kantin sendirian. Sudah cukup Kiara dicuekin sejak tadi
pagi.
Nesya
e atap Kiara de ga si is. Lo
au ge oho gi gue apa lagi?
Kiara erusaha e aha e osi. Gue tahu gue salah kare a udah
ngebohongin lo habis-ha isa ...
E a g! “a pai gaku- gaku jadi pa ar ya Mike segala. He at! poto g
Nesya epat. “ori, ‘a, sekara g gue udah i get se ua ya. gue uka ora g
tolol lagi. Nesya er alik he dak pergi.
Kiara menahan lengan Nesya kuat-kuat. Gue ggak per ah ga ggep lo tolol,
Ca! Gue Cu a pe ge geli du gi elo. Gue ggak au lo ta ah sakit.
Tapi lo ggak tau ka kalo sekara g gue le ih sakit?! Nesya tak sa ggup
menahan emosinya. Air matanya udah mau keluar lagi.
U tuk itu gue inta maaf. Gue emang bersalah banget. Jadi, gue harus kayak
gi a a supaya lo isa aafi gue?
Nesya terse yu si is sa il e gelap ata ya. Lo ta ya aja sa a Mike
gi a a ara ya supaya dia isa aafi elo... setelah erkata egitu, Nesya
meninggalkan Kiara yang terenyak sendirian.
***
Sepulang sekolah, setelah gedung sekolah cukup sepi, tempat pertama yang
dikunjungi Nesya adalah toilet cewek. Kenapa? Karena hanya di tempat itulah
keberadaan Mike terabadikan. Walaupun semua orang menganggapnya udah
nggak ada, tapi buat Nesya, Mike akan selalu ada di hatinya.
Dibacanya satu per satu kalimat-kalimat yang tertulis di tembok toilet cewek.
Begitu banyak cewek yang naksir Mike. Padahal selama ini Mike nggak pernah
cerita kalo dia populer di sekolah. Dan sekarang, ironisnya, setelah Nesya tau,
ia hanya bisa tersenyum datar. Kalo saja Mike ada di sini, mungkin Nesya bisa
membanggakan diri karena menjadi pacar Mike yang populer. Tapi Nesya
nggak peduli pada kebanggaan dan kepopuleran. Yang penting baginya adalah
Mike kembali ke sisinya. Tapi itu tak mungkin!
Nesya mencuci muka untuk menyamarkan sisa tangis yang masih membekas di
wajahnya. Setelah merasa lebih baik, ia mengambil tas dan beranjak keluar
toilet.
E a...? terde gar suara
e a ggil ya.
Nesya menoleh ke samping. Vino sedang menatapnya tajam. Tapi Nesya nggak
peduli. Dia berbalik dan melanjutkan langkahnya.
Ca, ka u harus de geri aku dulu..., ujar Vi o sete gah e elas. Nesya
terus erjala , ta pa e ghirauka diri ya. E a! seru Vi o sa il enarik
lengan Nesya.
Mau ggak au Nesya e oleh ke arah ya. Aku ggak utuh pe jelasa
ka u, kata Nesya di gi .
Aku e a g salah kare a udah ge oho gi ka u. Tapi aku Cu a pe ge
geli du gi ka u. Aku...
Nesya e asa g ajah kagu . Wah! He at ya! kamu dan Kiara sama-sama
pe ge geli du gi aku... Nesya la gsu g e gu ah ekspresi ajah ya
e jadi di gi . Makasih deh.
Vino menahan emosi kuat-kuat. Terus, sekara g ka u au ya gi a a?
ngehukum aku dan Kiara dengan cara menghindari kami? Apa itu bisa
e yelesaika
asalah? Nesya he dak e yahut, tapi Vi o ke ali
ela jutka , Apa itu isa ge alii Mike ke du ia i i?
E osi Nesya
eledak. Ka u ggak erhak ye ut- ye ut a a Mike!
Vino tersentak. Baru kali ini ia melihat Nesya membentak dirinya dengan keras.
Dan yang membuatnya nggak berani berkutik adalah, Nesya menangis di
tengah amarah!
“etiap hari ka u erita te ta g Mike. Bila g kalo Mike adalah ora g ya g
pali g ka u kagu i... Nesya e ghela apas pa ja g. Terlihat jelas ia
menahan kepediha . Apa ka u ggak per ah gerasa ersalah setiap kali
ka u ye ut a a Mike di depa aku?
Vi o e atap Nesya de ga pa da ga spee hless. Kalo ka u au tau,
setiap detik aku selalu merasa bersalah pada Mike. Tapi apa aku salah kalo
lama-lama aku alah jadi saya g sa a ka u...?
Ya! seru Nesya epat. Nggak au e de gar la juta kali at Vi o. Aku
pacar Mike. Dan andaikan Mike sekarang masih ada, kami pasti bakal jadi
pasa ga pali g ahagia di du ia i i..., ujar Nesya lirih sa il tertu duk.
Vino nggak bisa membantah. Ia kecewa mendengar kalimat Nesya. Jadi selama
ini hubungan mereka nggak ada artinya sama sekali? Hah!
Kalo saja... Nesya e atap Vi o de ga pe uh ke e ia . Kalo saja hari itu
Mike nggak ngajak aku ketemuan sama kamu, Mike pasti masih hidup. Ini
semua gara-gara ka u! Nesya e u pahka se ua e osi, sakit hati, da
kesedihan yang selama ini nggak tau harus ia lampiaskan pada siapa.
Dan tanpa berani menatap Vino, Nesya langsung berlari, pergi sejauh mungkin
dari Vino yang ia tau pasti sama sakit hatinya seperti dirinya.
***
Nesya berlari ke belakang sekolah. Saat ini ia butuh tempat untuk menangis
sepuas mungkin, tanpa harus disodori beribu pertanyaan yang ia sendiri pun
nggak tau apa jawabannya.
Ia nggak tau siapa yang sebenarnya membuat hatinya begitu sedih saat ini.
Mike yang pergi untuk selamanya ataukah malah Vino yang udah
membohonginya? Kenapa dia justru ikut merasa sakit saat tau Vino terluka
oleh kata-katanya tadi? Kenapa ia malah nggak merasa puas sama sekali?
Duuuuuuh... siapa tuh ya g lagi a gis?! Lagi ri ut sa a pa ar tersaya g, ya?
hahaha!
Refleks Nesya menghapus tangisnya dan menoleh ke arah suara yang
mengejeknya barusan. Lagi-lagi Marsya dan gengnya yang kurang kerjaan itu
menampilkan wajah senang.
Nesya memilih untuk nggak menghiraukan. Ia hendak beranjak pergi, sebelum
akhir ya le ga ya ditarik kasar oleh Marsya. Maka ya, ggak usah elagu
lo! e tak Marsya.
Nesya
Gue
e atap ya taja . Jadi
au lo apa?
au lo putus sa a Vi o! seru Marsya yolot.
Nesya terse yu
aja...
si is. Lo
au gue putus sa a Vi o? Ya udah, putus ya putus
Marsya yang mengira Nesya sedang mempermainkannya langsung mendorong
Nesya ke tembok. Nesya meringis kecil, merasakan sakit di punggungnya.
Be er-bener belagu lo ya! Marsya
elaya gka ta ga
ya ke arah Nesya.
Nesya menutup mata. Tapi lagi-lagi, tangan Marsya nggak mendarat di pipinya.
Perlahan Nesya membuka mata. Kali ini bukan Vino, melainkan Kiara yang
dengan kuat menahan tangan Marsya.
Lo pikir lo siapa, sa pe era i a par te e gue see ak ya?!
sambil mengempaskan lengan Marsya dengan kasar.
e tak Kiara,
Marsya meringis kesakitan, tapi sedetik kemudian dia pasang tampang belagu
lagi. Oooh, jadi lo au sok jadi pahla a !? sere pak, ge g ya Marsya aju
hendak melabrak Kiara.
Kiara bergeming. Dia malah berani menatap kakak-kakak kelasnya itu dengan
taja . Mau ai keroyoka ? Mau pakai gaya apa? ja ak-jambakan atau
tampar-tamparan?: tantang Kiara.
“iala lo!
Emang nggak tahu malu, Marsya dan gengnya benar-benar maju untuk
mengeroyok Kiara.
Cukup!!! seru Nesya. “uara ya keras a get, hi gga e uat e ek-cewek
itu e oleh ke arah ya. Nesya aju e ghala gi Kiara. Lo au gue putus
sa a Vi o, ka ? ta ya Nesya pada Marsya. Asal lo tau, gue udah putus sama
Vi o.
Cih! Lo kira gue isa lo egoi ?!
Terserah lo per aya atau ggak. Gue udah ggak peduli lagi sa a Vi o! kata
Nesya serius.
Marsya terus
e atap Nesya de ga taja . Oke, tapi kalo lo oho g, lo tau
apa aki at ya! a a
Nesya dan Kiara.
ya. Ke udia Marsya dan gengnya pergi dari hadapan
Ca, lo ggak apa-apa, ka ? ta ya Kiara kha atir.
Nesya terdiam cukup lama sambil menatap Kiara tanpa ekspresi. Tapi sedetik
kemudian, air matanya kembali mengalir. Kali ini Kiara langsung memeluknya
erat, seakan tahu perasaan Nesya.
Gue... Nesya erusaha i ara di sela-sela tangisnya, tapi tetap aja nggak
sanggup.
Kiara
e
elai kepala Nesya. Gue gerti kok...
Maafi gue, ‘a..., ujar Nesya.
Kiara
e ga gguk pela . Buka salah lo...
sekarang gue udah nggak punya siapa-siapa lagi. Mike udah ninggalin gue...
da gue udah yakiti Vi o...
Vi o? ta ya Kiara kaget. Lo
penasaran.
asih saya g sa a dia ka , Ca? ta ya Kiara
Nesya menggeleng kuat-kuat, asih sa il e a gis. Gue ggak tau, Ra,
gimana sebenarnya perasaan gue ke dia. Gue benci sama dia. Kalo aja dia
nggak ada, gue dan Mike nggak bakal kecelakaan, dan mungkin Mike masih
ada sampai sekarang. Tapi gue ikut sedih kalo tau Vino sedih. Gue sayang sama
dia, Ra. gue nggak tau harus gimana sekarang. Gue pengen menghilang dari
du ia...
Kiara e pererat peluka
g ati se ua ya...
ya. Lo utuh aktu, Ca. Cu a aktu ya g isa
Nesya nggak menyahut. Dia udah tenggelam dalam kesedihan dan tangisnya
sendiri. Kiara pun hanya bisa ikut merasakan perasaan Nesya, tanpa bisa
membantu lebih banyak lagi.
Sedangkan Vino, tanpa sengaja ia mendengar semuanya dari balik tembok.
Ingin rasanya ia menghampiri Nesya dan melakukan sesuatu yang bisa
membuat Nesya pulih. Tapi benar yang Kiara bilang, yang Nesya butuhkan saat
ini bukanlah dirinya atau siapa pun juga. nesya Cuma butuh waktu....
***
Sudah lebih dari tiga bulan, Nesya nggak pernah bicara lagi dengan Vino. Setiap
bertemu pun, keduanya pasti langsung membuang muka, seolah-olah nggak
kenal. Dan jelas, berita putusnya hubungan mereka langsung menyebar.
Nesya! pa ggil Egi sa
kantin sendirian.
il
e gha piri Nesya ya g saat itu seda g duduk di
Lho, Kiara a a? ta ya Nesya, egitu elihat Egi data g ta pa Kiara.
Pasalnya, tadi Kiara bilang ia mau menemui Egi. Katanya sih dia mau ikut ekskul
renang, sama kayak Egi.
Lagi go rol sa a ketua ekskul. Maka ya gue se gaja ke si i, uat e e i
elo.
Ooh... Nesya e ga gguk pela . Lo ggak are g Vi o? Dala
juga kaget kenapa ia bertanya seperti itu.
hati Nesya
Egi terse yu ise g. “ejak putus sa a elo, dia aki si uk sa a asket ya.
Gue ajak ai ke ar et aja dia ggak au, keluh Egi ete. Tapi go o ggo o g, elo asih gedie i dia, ya??
Nesya terse yu
tipis. Gue rasa dia ya g ggak
Lho, ke apa? Buka
au go o g sa a gue.
ya dia ya g salah? ta ya Egi i gu g.
Nesya e atap Egi sedih. “oal ya gue juga udah yakiti dia... esya
e ghela apas pa ja g. Dia pasti e i a get sa a gue. Dia ggak per ah
mau ngomong lagi sama gue. Ngeliat gue pu dia la gsu g ua g uka.
Yah... dia pu ya perti a ga se diri, kali, Nes. Gue tau a get dia ggak
per ah er iat yueki lo, apalagi ge oho gi lo te ta g Mike.
Lo tau se erapa esar arti Mike uat gue? ta ya Nesya. Egi terdia . Mike is
y hero...
E a g ya Mike
e yela atka lo dari siapa? sela Egi epat.
Dia ya g e ui gue, yela eti gue aktu gue i gu g. Waktu gue ggak
tau jala pula g...
Tapi lo yaki , ora g ya g sela a i i lo a ggap pe ti g Cu a Mike?
Nesya me gerutka dahi, i gu g. Maksud lo?
Egi e atap Nesya de ga taja . Lo tau, dala se uah fil , siapa tokoh
uta a ya g se e ar ya? Nesya asih terdia , ggak e gerti. Kita
memang selalu berpikir, yang namanya superhero adalah tokoh utama. Tapi
apa arti superhero kalo nggak ada penjahatnya? Jadi mana yang penting,
pe jahat atau superhero?
Nesya terse tak. Nggak per ah sekalipu dia erpikir seperti itu. Ah, ga o
lo!
Eh, gue go o g serius. Kalo ggak ada pe jahat, ggak aka ada
superhero, la jut Egi yaki . Nesya asih spee hless. Maka ya gue ta ya
sa a elo. Kalo Mike adalah hero uat elo, terus pe jahat ya siapa?
Vino! Jerit Nesya dalam hati. Jelas-jelas Vino yang dulu meninggalkannya
begitu aja saar main petak umpet.
Da i ti perta yaa gue adalah, mana yang lebih penting: Mike atau penjahat
itu? “iapa ya g se e er ya lo pikiri sela a i i? Pe jahat atau superhero?
Nesya terenyak. Benar kata Egi. Sebenernya yang selama ini ada di pikirannya
Mike atau Vino? Tiada hari tanpa nama Vino dalam hidupnya. Semua hal yang
dilakukannya pasti berhubungan dengan Vino. Dan tanpa sadar, Vino-lah yang
selama ini selalu menjadi tokoh utama dalam hidupnya, bukan Mike!
Tiba-ti a Egi tergelak. “ori, sori... gue Cu a er a da, Nes. Elo ja ga serius
gitu do g. tapi o o ga gue arusa kere a get, ka ? seru Egi sa il
cengengesan.
Nesya Cu a isa
Gue Cu a pe ge
elo go,
e yadari diri ya seda g dikerjai Egi. Hah?
gise gi elo, eh ter yata lo ga ggep ya e era . Egi
kembali tergelak.
Jadi, se ua teori yang lo omongin tadi itu Cuma asal-asala ? Nesya jadi ilfil
sama cowok ini. Kecentilan banget!
Egi kembali cengengesan.
Nesya geleng-gele g kepala sa
Tapi
il terse yu
geli. Gelo lo!
ood lo jadi agus, ka ?
Nesya sadar Egi sedang berusaha menghiburnya. Karena itu ia tersenyum
a is. Tha ks ya, Gi.
“a a-sa a. Eh iya,
berpromosi.
Nesya terse yu
e di ga lo juga ikut ekskul re a g, Nes. “eru lho! Egi
a is. Gue pikir-pikir dulu deh.
Oke, gue dulua ya! kata Egi sa il era jak dari kantin. Tapi belum jauh dia
melangkah, tiba-ti a dia er alik, asih de ga e ge gesa ya. Oh ya, Nes.
Kalo superhero gue sih Batman. Walaupun dia punya sayap tapi nggak bisa
ter a g, setidak ya o il ya kere . Mirip gue, lagi!
Nesya tertawa kecil. Kok ada orang kayak Egi ya? hah!
***
Sepulang sekolah, Nesya dan Kiara kembali ke markas ekskul renang. Selain
memiliki lapangan basket indoor, SMA Pelita juga memiliki kolam renang
indoor. Nesya yang tertarik oleh ajakan Egi dan Kiara itu pun ingin mendaftar
jadi anggota.
Tapi gue ggak isa ere a g, ‘a, ujar Nesya
Kiara ditemani Egi.
Argi, sa g ketua ekskul re a g, la gsu g
tapi ggak isa ere a g?
Ka
aru
alu-malu. Saat itu Nesya dan
e atap Nesya. Mau ikut re a g
au elajar..., sahut Nesya pelan.
Tapi pali g ggak, lo isa gapu g, ka ? A di sedikit erharap.
Nesya menggeleng. Andi tampak menimbang-nimbang. Nesya mulai putus asa.
Kiara sendiri malah asyik mengobrol dengan anggota lainnya. Maklum, dia kan
suka cari informasi sebanyak mungkin.
Egi mendekati Andi, ingin merayu sang ketua agar mau mengajari Nesya
renang. Ternyata, pucuk dicinta ulam tiba.
Oke, ka i akal gajari lo re a g di si i. Met ga u g di ekskul re a g ya!
kata Ardi, memenuhi harapan Egi.
Egi sampai terbengong-bengong. Dia nggak nyangka Ardi dan dirinya punya
hubungan batin yang amat kuat. Yiha!
Nesya la gsu g terse yu
Hei, Vi ! seru Egi, egitu
lega. Makasih ya!
elihat Vi o
asuk ke rua ga .
Vino yang awalnya tersenyum, ekspresi wajahnya langsung berubah begitu
melihat Nesya di samping Egi. Nesya jadi salah tingkah.
Lo udah selesai elo , Gi? Gue
au alik ih, kata Vi o.
Egi e gha piri Vi o de ga ge ira. Lo tau ggak? Nesya aru aja jadi
anggota ekskul renang lho. Yah, walaupun dia nggak bisa ere a g...
Vi o
e aikka alis. Nggak isa ere a g tapi ikut ekskul re a g?
Nesya langsung membuang muka. Dia merasa Vino mengejeknya. Memangnya
kalo nggak bisa berenang, nggak boleh ikut ekskul renang? Justru dia mau
belajar.
Nesya berbalik dan hendak berjalan menghampiri Kiara yang sedang asyik
mengobrol di sudut kolam. Karena jalan terburu-buru, Nesya nggak nyadar
bahwa lantainya licin. Tiba-tiba kakinya terpeleset, dan...
BYUR!
Semua menoleh ke arah Nesya. Nesya tercebur di bagian kolam yang dalam.
Tangannya menggapai-gapai dengan panik. Napasnya pun mulai tersengalsengal.
Ardi dan Egi hendak melompat ke kolam. Tapi belum sempat mereke bergerak,
Vino udah nyebur duluan. Dengan cepat Vino meraih tubuh Nesya dan
membawanya ke tepi. Ardi dan Egi membantu Nesya naik.
Nesya langsung terbatuk-batuk, berusaha mengeluarkan air yang tadi nggak
sengaja ditelannya. Matanya merah karena kemasukan air. Tubuhnya basah
kuyup dan kedinginan.
Lo ggak apa-apa, Ca?! seru Kiara pa ik.
Belum sempat Nesya menjawab, terdengar suara Vino menggelegar di sudut
rua ga . Lo ggak pu ya otak ya!?
Nesya menoleh, kaget.
Vino yang juga basah kuyup memukul wajah Ardi dengan keras. Ardi meringis
kesakita . Kalo tadi Nesya te ggela , lo au ta ggu g ja a , hah!?
Vi ! Udah, Vi ! Lo gila, ya!? seru Egi pa ik sa
il
e aha tu uh Vi o.
Lo juga! udah tau Nesya ggak isa ere a g, gapai lo gajak dia ke si i? Lo
sa a aja kayak Ardi, ggak pu ya otak! sahut Vi o e osi.
Itu uka salah Ardi! Nesya jatuh se diri. Lo nggak liat? Lo yang nggak punya
otak! Egi ggak au disalahka egitu saja oleh Vi o.
Vino terdiam.
Egi
e gha piri Ardi. Lo ggak apa-apa?
Ardi membuang muka, kesal. Vino yang merasa bersalah langsung meminta
aaf. “ori, gue e osi a get.
Belum selesai Vino bicara, Ardi udah memukul wajahnya dengan keras.
Ga tia , Vi o ya g eri gis kesakita . I pas, ka ? ujar Ardi.
Vino nggak menjawab. Tapi ia terima. Ini memang salahnya karena terlalu
emosional.
Ardi pergi menghampiri anggota lainnya untuk menenangkan mereka yang
sejak tadi menonton adegan tadi.
Nes, lo ggak apa-apa? ta ya Egi,
e
uat Vi o
e oleh ke arah Nesya.
Nesya menggeleng cepat, tanpa bisa melepaskan pandangan dari sosok Vino.
Gi, gue tu ggu di parkira , ujar Vi o sa
il erbalik dan berjalan keluar.
Vi o! pa ggil Nesya keras. Vi o e ghe tika la gkah ta pa er alik.
Tha ks udah yela ati gue..., ujar Nesya tulus.
Vino melanjutkan langkah dan menghilang di balik pintu.
***
Akhirnya Nesya nggak jadi mendaftar ekskul renang. Dia udah jiper duluan
sebelum benar-benar belajar. Cukup sekali hampir mati karena tenggelam.
untung ada Vino yang menyelamatkannya. Ya, lagi-lagi Vino. Sayangnya,
walaupun udah beberapa hari berlalu sejak peristiwa itu, tetap aja hubungan
mereka belum membaik. Mereka sama-sama enggan memulai duluan.
Gue asih suka a gis kalo i get Mike, kata Nesya,
dengan Kiara di kantin.
Kiara
e ga ali o rola
ya
era gkul pu dak Nesya. “ori, gue ggak gasih tau elo dari a al.
Nesya menggelengkan kepala. Be er kata okap gue. Nggak ada eda ya gue
tau dari dulu ataupun sekarang. Gue tetap bakal sedih. Bahkan kalo gue tau
dari dulu, gue bakal lebih menyalahkan diri gue sendiri. Pacar gue meninggal,
tapi gue malah nggak inget apa-apa te ta g dia...
Kiara mempererat rangkulannya saat melihat mata Nesya mulai tergenang air
lagi. Lo au ke aka Mike? ta ar Kiara ti a-tiba.
Nesya terse tak. Gue
asih elu
siap.
Kiara
e ga gguk
e gerti. Lo udah
ulai go o g sa a Vi o?
Nesya e desah pela . Ke apa sih orang itu selalu ada di hidup gue? Bahkan
gara-gara dia, Mike jadi... kali at Nesya terhe ti.
Itu ur i ke elakaa , Ca. Buka salah Vi o. Dia ggak tau apa-apa, ujar
Kiara, membela Vino.
Dia e a g selalu jadi ora g ya g ggak tau apa-apa! keluh Nesya kesal. Lo
tau, setiap gue lewat, cewek-cewek pasti pada ngeliatin gue dan bisik-bisik.
Padahal udah lama banget gue nggak ngobrol sama dia. Ketemu aja kayak lagi
kete u irus!
Dahi Kiara erkerut. Lo kesel sa a dia gara-gara masalah Mike, atau gara-gara
hu u ga lo da Vi o ya g ggak jelas sekara g i i?
Nesya terse tak. Dia i gu g
e ja a
ya. M
...
Lo ka ge sa a dia, ya? ta ya Kiara.
Gue saya g Mike, Nesya
e gelak.
Buka itu aksud gue. Gue tau lo saya g sa a Mike. Tapi lo juga sayang
sa a Vi o, ka ?
He i g sesaat, sa pai akhir ya Nesya era i
tau.
Kiara
e
uka
e desah pela . Ca, gue tau, per ai a kalia
ulut lagi. Gue ggak
elo
erakhir.
Maksud lo? ta ya Nesya i gu g.
Kiara e atap Nesya. Ta pa sadar, lo
se e er ya asih e ari lo....
asih terus nunggu dia, dan dia pun
***
Lewat celah pintu yang terbuka sedikit, Nesya mengintip ke dalam lapangan
basket indoor. Vino dan anggota yang lain tampak sedang latihan. Seperti
biasa, Vino, sang kapten andalan, selalu menjadi pusat perhatian. Awalnya
Nesya hanya ingin membayangkan sosok Mike jika sedang latihan. Tapi begitu
melihat Vino, bayangan Mike sama sekali nggak muncul. Bahkan senyum Nesya
saat ini tulus untuk Vino, bukan orang lain.
Perlahan Nesya masuk dan meletakkan sebotol air mineral di atas tas Vino.
Hanya beberapa menit Nesya berada dalam ruangan tersebut, memerhatikan
sosok Vino yang udah lama nggak dilihatnya. Dia nggak bisa membohongi
dirinya sendiri lagi. Walaupun sangat menyayangi Mike, dia kangen sama Vino.
Nesya tersenyum ragu, tapi kemudian ia keluar dari ruangan itu. Sambil
mengayunkan langkah, ia terus berpikir. Entah akan jadi seperti apa
hubungannya dengan Vino. Selama hampir empat bulan ini, dia benar-benar
menolak kehadiran Vino. Dan seakan mengerti posisi Nesya, Vino memberi
waktu bagi Nesya, selama yang Nesya butuhkan.
Woy! I i i u siapa? ta ya Vi o seusai latiha , sa il e ga gkat otol
minum yang ada di atas tasnya tinggi-ti ggi. Kalo ggak ada ya g gaku, gue
i u
ih!
Lho, ka e a g pu ya lo! seru salah satu o ok.
Hah? ggak kok. gue alah lupa a a i u ... Vi o
jangan ada orang yang mau mengerjainya!
ulai uriga. Ja ga -
Tadi e ek lo ya g aro situ...
Ce ek gue? Vi o terse tak.
Eh,
a ta lo deh! Itu lho, ya g a ak kelas satu!
Perlahan senyum Vino mengembang. Sekarang ia tau dari mana asal si botol
minum. Tanpa ragu, diteguknya air dari dalam botol. Apakah ini artinya sebuah
kesempatan...?
***
Ca, tha ks uat i u ya ya! seru Vi o, saat Nesya erjala
elewati
ta a dekat ko pleks ru ah ereka. Nesya e oleh. Ka u dari a a?
tanya Vino sambil menghampiri Nesya.
Nesya
e
ua g
uka. ‘u ah Kiara.
Kalo au arah, arah aja, Ca. Aku udah siap kok, ujar Vi o sa
menyodorkan bola basket ke arah Nesya.
il
Melihat ta pa g polos Vi o, Nesya alah aki kesal. Ke apa sih ka u
selalu iki aku sedih?! Nesya e ukul ola itu de ga keras. Dari dulu
kamu selalu seenaknya. Kamu nggak pernah peduli sama aku. kamu selalu
oho gi aku! air ata Nesya ke ali engalir.
Aku tau aku salah. Tapi aku e er-bener nggak pernah berniat bohongin
kamu. Asal kamu tau, setiap detik aku selalu ngerasa bersalah karena udah
jatuh i ta sa a ka u...
Nesya terse tak. Tapi sesaat ke udia , ia alah terse yu si is. Ci ta?
Kamu ngomong tentang cinta? Vino yang terkenal suka meng- ga tu g e ekcewek di sekolah, sekarang bawa- a a i ta?
Vino terenyak.
Nesya ke ali e aha ta gis. Aku e er-bener ragu kamu cinta sama aku.
atas dasar saya g atau kasiha ?
Kasiha ? ula g Vino nggak ngerti.
Ka u sok aik da
i ta aku jadi pa ar ka u kare a ka u kasiha sa a aku,
kan? kasihan sama cewek amnesia tolol yang bahkan nggak inget pacarnya
se diri? Iya, ka ? Nesya erasa hati ya sakit. uka i i ya g se e ar ya i gi
ia ucapkan.
Tapi Mike ya g udah gere ut ka u dari aku! seru Vi o kesal.
Nesya terpera jat. Ngere ut? Mike ya g udah yela eti aku! dia ya g
nemuin aku waktu kamu ninggalin aku sendirian. Kamu nggak tau betapa
takutnya aku waktu itu. Dan kamu nggak pernah kembali untuk nyari aku,
ka ?
Vino tersentak. Dia nggak pernah tau kalo permainan petak umpet saat kecil
itu meninggalkan bekas luka yang terlalu dalam seperti ini. Dia benar-benar
nggak pernah menyangka semuanya bakal menjadi serumit ini. Dan yang nggak
bisa dia terima adalah, kenapa harus Mike yang menemukan Nesya saat itu!?
Aku e a g salah. Tapi aktu itu kita ka
asih ke il, Ca! Aku asih ggak
tau apa-apa dan... Ya ampun...! masa Cuma kejadian sepele gitu kamu ungkitu gkit sih? Vi o erusaha e ela diri.
“epele? Ka u ila g sepele? “oal ya ka u e ak sih, ti ggal pula g egitu
aja. Nggak ikiri aku ya g ketakuta . U tu g ada Mike, poto g Nesya epat.
Di tuh u ul Cu a ke etula ! seru Vi o kesal. Ke apa sih harus Mike
yang jadi pahlawan di ata ka u?
Kare a dia ggak egois, ggak seperti ka u, ujar Nesya ke e a.
Vino terenyak. Jujur, dia nggak menyangka bakal mengucapkan kata-kata
seperti tadi. Itu bukan dirinya! nggak pernah dia memiliki pikiran seperti itu!
Dan hanya satu alasan kenapa dia menjadi begitu, yaitu karena... Nesya.
Tapi, kenapa masalahnya jadi runyam begini? Bukankah sebenarnya ia ingin
berbaikan dengan Nesya?
Buat aku, sa pai kapa pu Mike adalah o ok ter aik dala
Nesya dingin, lalu berlalu.
hidupku, kata
***
Eh, spider a ! seru Egi, sa
il
e epuk pu ggu g Vi o keras.
Vino langsung berlagak muntah- u tah. Dasar ge to g gila! Lo
ge u uh gue?
au
Egi tergelak da duduk di sa pi g Vi o. Lo ke apa? Masih ggak ada
ke ajua sa a Nesya? ta ya ya.
Vino mengem uska apas lelah. “ejak gue ri ut sa a dia se i ggu ya g
lalu, se ua ya alah jadi ta ah uruk.
‘i ut di ta a deket ru ah lo itu?
‘i ut di a a lagi? “ekolah? Biar se ua ora g tau gue lagi ada asalah sa a
dia, terus dijadii hot gossip? sahut Vino bete. Egi cengengesan nggak jelas.
Gue pe ge
aika sa a dia, tapi kayak ya
e a g elu
isa...
Egi e atap Vi o ukup la a. Baru kali i i gue liat lo putus asa a get. Ma a
Vino yang selalu tegar menghadapi segala masalah? Yang nggak pantang
me yerah?
Pa da ga Vi o koso g. Lo tau, kalo la a gue a usia, gue pasti e a g.
Tapi sekarang, lawan gue adalah bayangan. Dan sampai kapan pun, gue nggak
aka isa e a g dari aya ga Mike.
“a a seperti Mike ya g dulu ggak per ah isa
ucap Egi pelan tanpa sadar.
e a g dari aya ga lo,
Apa?!
Gue sih yaki lo isa e e a gka per ai a i i, kata Egi te a g. Lo pasti
isa e ui Nesya, Vi .
Vi o
e gerutka dahi. Maksud lo?
Nesya
asih u ggui lo uat e ui dia, ujar Egi,
asih sok misterius.
Maksud lo, petak u pet sepuluh tahu ya g lalu? Itu ka udah la a a get.
Da ya g e ui dia pu uka gue, tapi Mike...
Tapi seperti ya g per ah lo ila g ke gue, per ai a i i ka a tara elo da
dia. Elo yang memulai permainan, dan udah seharusnya lo juga yang
e gakhiri... Kata-kata Egi ukup telak, e uat Vi o aki i a g. Lo
tau nggak, Vin. Gue selalu ngerasa kalian sama-sama tolol. Yang satu masih
setia e u ggu, ya g satu lagi asih setia yari. Kapa
au kete u ya?
SEBELAS
NGGAK terasa, ujian semester udah berlalu. Hubungan Kiara dan Nesya masih
dekat seperti dulu. Ya iyalah, namanya juga teman sebangku.
Sayangnya, hubungan baik itu masih nggak menghampiri Nesya dan Vino.
Mereka masih diem-dieman. Status mereka pun masih nggak jelas. Setiap kali
ada yang bertanya, baik Nesya maupun Vino sama-sama enggan menjawab.
Vino masih bertahan dengan keraguan akan perasaan Nesya terhadapnya.
Nesya sendiri masih enggan mengakui bahwa selain Mike, ternyata masih ada
Vino yang juga disayanginya.
Ca, kita ggak re idi! seru Kiara se a g, sa
ulangan matematika mereka.
il
e u jukka kertas
Nesya ter elalak. Wih! Ma tap! Gue dapet delapa li a!
Tapi gue pu ya erita uruk ih, Ca...
Apaa , ‘a...? Nesya e gikuti arah pa da ga Kiara. Dilihatnya Vino yang
sedang ddikerubungi teman-teman sekelasnya.
Di kelas kita, a ak e ek ya Cu a lo da gue ya g ggak re idi. Itu kare a
kita seri g elajar are g, ka ? Kiara erhe ti seje ak u tuk e ge gesa .
Kayaknya udah ketularan Egi deh! Tapi asalah ya, Bu E da g i ta Vi o
jadi tutor temen-temen kita yang dapat nilai jelek. Begitu cewek-cewek di kelas
kita tahu, ereka la gsu g he oh gitu deh.
Nesya asih e erhatika sosok Vi o ya g ta pak gerah dikelili gi a yak
e ek. Biari aja!
Hah? Kiara terkejut.
Nesya ere gut ete. Biari aja dia jadi tutor. Ka lu aya , isa deket
cewek- e ek ego! ujar Nesya ketus sa il era jak pergi.
Kiara hanya bisa geleng-geleng kepala.
***
Ke apa sih kita juga harus ikut-ikutan ditutorin sa a dia? keluh Nesya ete.
Saat itu mereka di dalam kelas atas perintah Bu Endang.
Kiara ere gut ke il. Kare a ilai kita elo seratus. Kata Bu E da g, ggak
ada salahnya kalo sekalian aja satu kelas, tanpa terkecuali, ikut tutorialnya
Vi o.
Vino yang saat ini sedang mengajar di depan kelas, sekilas melirik Nesya dan
Kiara yang duduk di paling pojok belakang. Apa yang mereka berdua lakukan
sejak tadi? Memerhatikan Vino sambil mendengarkan MP3 secara diam-diam.
Tapi go o g-ngomong, dia baik juga ya...
Dia siapa? ta ya Nesya.
Kiara e u juk Vi o de ga geraka kepala ya. Dia tau kita ggak de geri
dia, tapi dia ggak egur kita...
Ke apa harus ditegur? Kita ka seharus ya ggak ada di si i. Nilai delapa
lima kan udah bagus. Mungkin dia sendiri matematikanya nggak jago-jago
a at, kata Nesya, ggak sadar kalo Vi o udah ada di sa pi g ya.
“ori, tapi ilai ujia
pelan tapi dalem.
ate atik gue ya g terakhir dapet seratus, ujar Vi o,
Nesya melirik kiara. Kiara langsung pura-pura mencatat. Nesya memejamkan
mata kuat-kuat, dan begitu ia menoleh dan membuka matanya lebar-lebar,
Vino udah menatapnya lekat-lekat.
Ada perta yaa ? ta ya Vi o, seperti ola asket ya g
Nesya.
e gha ta
kepala
Nesya Cuma bisa diam. Masalahnya, status Vino sekarang ini adalah tutor, jadi
nggak lucu kan, kalo dia marah-marah soal masalah pribadi? Nesya melirik satu
kelas. Semuanya sedang mencatat. Untung nggak ada yang memerhatikan
mereka! Fiuh!
H ... selesai ya ja
erapa ya? ta ya Nesya.
Kiara langsung melengos. Cape deh! Pertanyaan Nesya tolol banget sih?
Pikirnya.
“e e tar lagi, sahut Vi o datar sa
Nesya
e de gus kesal. “ok kere
il erjala ke depa kelas.
a get...
Buka
ya
e a g kere ? sahut Kiara sa
il terse yu
geli.
Cih! Nesya e ua g muka. Tapi kemudian, bukannya mencatat, dia malah
asyik menggambar di kertas. Sekali-sekali dia memang melirik ke arah Vino. Itu
sih karena dorongan hati. Jadi nggak bisa dijelasin pake logika.
Ya a pu , Ca...
Nesya menoleh begitu mendengar desahan Kiara. Dilihatnya Vino sedang
membungkuk di samping salah satu teman Nesya yang kebetulan cewek.
Gayanya sih seakan sedang menjelaskan, tapi sambil ketawa-ketawa. Kali ini,
tanpa dicolok ke listrik pun, hati Nesya udah panas sendiri. Dicoretnya kertas
sampai sobek.
Kiara ergidik. Lo ke apa, Ca?
Terus aja... Keta a aja terus..., gerutu Nesya sa
Vino.
Kiara
Ca?
E
il terus
e erhatika
elirik ke arah Vi o. Ooooh..., kata ya lo udah ggak peduli sa a dia,
er! ujar Nesya, sa
Terus, ke apa lo
il
e oret-coret kertas dengan kejam.
arah? pa i g Kiara.
Tanpa sengaja, mata Nesya kembali melihat Vino yang masih ketawa-ketawa.
Emosinya makin terpancing. Ditekannya pensil dengan kuat sampai isinya
patah. Kare a gue... Huh! seru Nesya kesal sa il membanting pensilnya.
Semua menoleh, termasuk Vino. Cepat-cepat Nesya membereskan buku,
mengambil tas, dan berjalan keluar kelas tanpa menoleh lagi pada Vino. Kiara
segera bangkit ingin mengejar Nesya, tapi kali ini dia sempat ditahan oleh Vino.
Nesya ke apa, ‘a? ta ya Vi o kha atir.
Biasa, e uru, isik Kiara sa il terse yu sok isterius. “ori ya, gue
dulua ! Cepat-cepat ia keluar kelas menyusul Nesya.
Tinggallah Vino, terlongo-longo di depan pintu. Cemburu? Nesya cemburu?
Perlahan ia tersenyum, campuran antara geli, senang, dan lega. Sepertinya ia
memang harus melakukan sesuatu. Ia memang suka meng- ga tu g e ek,
tapi Nesya nggak akan jadi salah satunya!
***
Seperti biasa, Vino pulang bareng Egi naik motor. Sejak putus dengan Nesya,
dia nggak pernah lagi membawa mobil ke sekolah. Buat apa naek mobil
sendirian? Sepi. Bikin dia teringat terus sama Nesya.
Oh iya, Vi . Tadi pelatih lo itipi gue i i, ujar Egi, sa
sebuah CD dari dalam tas.
Vi o
e aikka alis. CD apaa
il
e geluarka
ih?
Kta ya sih itu CD hasil reka a pas perpisaha Mike. Berhu u g tadi lo udah
di parkira da dia kete u ya sa a gue, ya dia yuruh gue kasih ke elo...
Mike...? ula g Vi o i gu g. Perasaa
ya ggak e ak.
Egi langsung menepuk punggungnya dengan keras. Kita to to
are g yuk!
Dan sekarang, di sinilah mereka. Duduk di ruang TV di rumah Vino sambil
memutar CD tersebut. Sebelum menonton, Egi udah mengajak Vino berdoa
terlebih dahulu, yang langsung ditanggapi Vino dengan timpukan bantal.
Lo kira
au o to apaa ? kata Vi o, putus asa a is gadepi Egi ya g ajai .
Ya siapa tau itu CD terkutuk. Ti a-tiba ada Sadako yang keluar dari TV, terus
kita ati! Aaaaaa!!! jerit Egi. Berle iha a get deh tuh o ok.
Kalo lo jerit lagi, se elu “adako keluar, lo udah pingsan duluan gara-gara
gue ti puk pake i i! Vi o sudah siap-siap mengangkat bantal sofa lagi, kali ini
yang lebih besar.
Egi cengengesan. Vino menghela napas sambil menekan tombol play. Dan
rekaman pun terputar di hadapan mereka.
Sorotan dimulai dari lapangan basket indoor. Semua orang di dalamnya
tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang asyik mengobrol. Ada
yang sedang sharing dengan pelatih. Dan terakhir, kamera menyorot dua orang
yang sedang bermain di lapangan.
Mike dan Vino.
Mereka saling berebut bola. Mike memasukkan bola ke ring dan dengan cepat
langsung mengopernya pada Vino. Vino menangkap dengan sigap, melompat,
dan three point pun didapatkannya. Mike tersenyum puas. Tanpa kata, mereka
saling menghampiri dan ber-high five.
I i dia kapte ke a gggaa kita! Mi hael Ardia syah! seru si pereka .
Mike menoleh sambil tersenyum malu- alu. Apaa sih lo...?
Mike, kasih pesa -pesa do g!
Mike e ghadap ke ka era. H ... pesa apa ya? gue Cu a au ila g,
kalian jangan males latihan. Kita bisa berprestasi bukan karena karbitan, tapi
kare a seri g erlatih...
Tapi kalau dari sa a ya ggak pu ya akat, susah juga, kali ya. isa sa pe
o gkok latiha ya, aru isa...
Kamera langsung menyorot ke arah datangnya suara.
Vino, dengan tampang kagetnya karena nggak nyangka bakal ikut disorot,
hanya bisa tersenyum lebar.
Mike langsung merangkul leher Vino sambil pura-pura arah. Nih a ak
emang belagu. Nggak usah diikutin. Untung aja jago, kalo nggak, udah gue
dribel terus gue masuki ke ri g, ujar Mike de ga ajah e garah ke
kamera.
Vi o terta a geli. Yap-yap! Mike ini memang kapten tim basket kita yang
paling... nggak jelas kehidupan cintanya. Gue aja nggak pernah liat ceweknya
ya g a a.
Eh, eh, go o g apa lo arusa ? Bawa-bawa cewek gue lagi! Eh iya, pesan
gue buat elo,Vin, ntar kan cewek gue bakal jadi adik kelas lo. Berhubung gue
udah he gka g, jadi a tu gue jagai e ek gue sela a di sekolah, ya!
Halah! Cewek kok pakai dijaga-jagain segala. Siapa sih yang mau ganggu cewek
lo? sahut Vi o, seke a ya.
Eh, e er ya. kalo udah liat e ek gue, lo ggak oleh deket-deket dia! kata
Mike bercanda.
Tiba-tiba Vino menekan tombol pause.
Eh, kok di-pause? ta ya Egi i gu g.
“ela a ya Nesya e a g ilik Mike. Gue ggak erhak gere ut dia, ujar
Vino, bangun dari sofa, hendak masuk ke kamarnya.
Ya udah, gue to to se diri aja, sahut Egi sa
play.
il ke
ali
e eka to
ol
Terdengar suara Mike dari player.
...eh iya, erhu u g si Vi o elagu itu lagi ggak ada, gue mau bocorin
rahasia. Sebenernya dia itu calon kapten yang baru. Walaupun belagu, dia
aslinya asyik kok. jadi kalo pas belagunya keluar, timpuk aja pake bola biar
sadar. Hehehehe!
Vino terus melangkah menuju kamar sambil tersenyum sedih.
Terus, gue
au a
ahi pesa
uat dia, terde gar lagi suara Mike.
Langkah Vino terhenti mendengar lanjutan rekaman yang diputar Egi. Dengan
cepat, ia kembali menoleh ke TV.
...ada satu hal lagi ya g au gue sa pei . Vi , kalo suatu saat terjadi sesuatu
yang nggak per ah gue prediksii , tolo g tetep jagai e ek gue ya..., ujar
Mike yakin.
Mike, kayak ya ukup deh. E a g ya kita au iki fil ? Betah a get di
depa ka era?! ujar Vi o sa il era gkul Mike.
Yuk. Oke!
Mike dan Vino melambaikan tangan ke arah kamera. Sedetik kemudian,
kamera pun dimatikan.
Vino terdiam sesaat. Dia masih terpaku. Masih nggak percaya akan apa yang
baru saja dilihatnya. Menjaga Nesya? Bolehkah? Dan, bolehkah ia lebih dari
sekadar menjaga? Apakah dari awal Mike memang sudah memperkiraka ya
Tuh ka , Vi . Lo tuh udah dititipi sa a Mike u tuk jagai Nesya, kata Egi,
menyadarkan Vino.
Ya, tapi... gue ggak akal
ere ut Nesya dari Mike, sahut Vi o di gi .
Egi menoleh, mencoba meyakinkan diri apakah roh Sadako telah merasuki
tubuh Vino. Tapi sedetik kemudian, Vino tersenyum yakin.
Gue aka
i ta, uka
gere ut...
***
Lo
asih
Nesya
arah ya sa a Vi o? ta ya Kiara pe asara .
e ghela apas pa ja g. Gue udah
aafi dia kok...
Maafi se ua ya? aafi kesalaha dia gebohongin elo, Mike, juga masa
ke il kalia ? ta ya Kiara ggak per aya. Terus ke apa lo ggak au aika
sa a dia?
Gue takut, ‘a! sahut Nesya epat.
Takut apaa ?
Gue takut sa a perasaa gue s diri. Maki la a gue aki sadar kalo gue
suka dia. Bahka lae ih dari itu, gue sya g sa a dia..., kata Nesya.
Ke apa takut, Ca? Lo tau dia juga saya g sa a elo...
Justru itu. “e ua ya jadi
Kiara terse tak. Mike?
aki
ggak adil uat Mike.
Nesya tertu duk sedih. Kalo gue jadia sa a Vi o, itu sama aja gue
mengkhianati Mike. Sejak dulu, Mike menganggap Vino adalah bayangan masa
lalu gue. Satu-satunya orang yang Mike iriin adalah Vino. Dan kalo sekarang
gue alah ilih Vi o, Mike akal...
Mike udah ggak ada, poto g Kiara di gi . Nesya terse tak. Lo go o g
seolah-olah Mike masih hidup, Ca. Apa lo udah bener-bener bisa nerima kalo
Mike udah ggak ada? MIKE UDAH NGGAK ADA, la jut Kiara pe uh
penekanan.
Nesya tere yak. Gue Cu a...
Kalo lo udah e er-bener bisa nerima itu, lo nggak akan nyia-nyiain waktu
kayak sekarang. Kalo lo terus mikirin perasaan Mike, sori, lo bakal menyesal
karena udah ngancurin perasaan Vino dan perasaan lo sendiri.
He i g ukup la a, sa pai akhir ya Nesya era i uka ulut. ‘a... kalo gue
jadian sama Vino, bener nih, Mike ggak arah? ta ya Nesya lirih.
Kiara terse yu
le
ut. Yup! Trust
e.
***
Berhubung Nesya sering pulang sore-tuh anak betah banget nongkrong dulu di
rumah Kiara-sore itu Vino sengaja menunggunya di taman sambil duduk di
ayunan. Vino yakin banget, Nesya pasti lewat taman ini. Selama menunggu,
ingatan Vino kembali melayang ke peristiwa sepuluh tahun lalu. Dia ingat
pertama kali ribut sama Nesya. Waktu itu Nesya mendorongnya jatuh dari
ayunan. Dia juga ingat di taman inilah pertama kalinya dia nembak Nesya
untuk jadi pacarnya. Kenangan yang manis sekaligus konyol kalau diingat-ingat
lagi.
Dugaan Vino benar. Sepulang dari rumah Kiara, Nesya memang lewat taman.
Dan dia heran banget ngeliat Vino duduk sendirian di ayunan.
Vino nggak sadar Nesya muncul dari belakang. Perlahan Nesya menghampiri
Vino dan...
BRUK!
Vino terempas ke tanah. Tapi kali ini, dia langsung bisa menebak siapa yang
mendorongnya dari ayunan... untuk kedua kalinya!
Ka u apa-apaa sih?! seru Vi o kesal. Lagi-lagi telapak tangannya lecet.
Nesya terse yu
si is. “akit, ya? syukuri !
Dari dulu ka u tuh selalu iki aku elaka, keluh Vi o, sa
butiran-butiran pasir dari telapak tangannya.
il
e
ereska
Ah, erle iha !
Eh, i i e era , tau! Vi o e dekat ke arah Nesya da menatapnya dalamdala . Ka u ggak i get kalo dulu ka u per ah a rak aku sa pai jatuh pas
lagi main kejar-kejaran? Waktu itu kalo nggak salah, lutut aku berdarah. Terus
yang paling aku inget, kamu pernah nabrak aku pake sepeda sampai lengan
aku kena batu. Bekas luka ya aja asih ada sa pai sekara g..., kata Vi o
sambil memperlihatkan luka di lengannya pada Nesya.
Ah, asa sih? ta ya Nesya polos sa il e julurka kepala u tuk elihat
bekas luka di lengan Vino. Dia benar-benar nggak nyangka, waktu kecil
ternyata dia sering membuat Vino terluka. huah!
“ekara g ka u harus ta ggu g ja a , Ca! seru Vi o ise g.
Nesya la gsu g e ukul pela ekas luka di le ga Vi o. Itu ka udah
sembuh. Bekas lukanya juga udah nggak terlalu kelihatan. Lama-lama juga
hila g.
Aku alah ggak au ekas luka ya hila g, sahut Vi o su gguh-sungguh.
Nesya terpaku e de gar ya. Biar ka u erasa ersalah terus, la jut Vi o
sambil cengengesan.
Nesya la gsu g
ere gut. Dasar Pi okio jelek!
Pi okio?
Iya, se e er ya kamu lebih cocok dipanggil Pinokio daripada Pino. Kamu
tuka g oho g! seru Nesya, e u pahka u ek-unek masa kecilnya.
Vino tersentak. Dia nggak bisa menebak ke mana arah pembicaraan Nesya ini.
Akankah semuanya memang akan kembali ke masalah Mike? Semoga saja
tidak. Dia hanya ingin memperbaiki semuanya dengan Nesya.
Ke apa dia ? Udah gaku kalah? ta ya Nesya a gga.
Aku ka udah
i ta
aaf soal...
Kapa
i ta aaf ya? Buka ya setelah ai petak u pet itu, esok ya
ka u la gsu g pi dah? sela Nesya cepat, tau apa yang dipikirkan Vino.
“esaat Vi o
elo go. Aku kira
Ka u tetep ggak
au
i ta
asalah...
aaf? sela Nesya u tuk kedua kali ya.
Vino tersenyum lega. Terima kasih, Tuhan! Ternyata Nesya menuntut
permintaan minta maaf atas permainan petak umpet mereka dulu. Bukan soal
Mike. Ngapai aku harus i ta aaf? Dala per ai a , ggak ada kata
aaf . Kalo ggak puas, ya la juti per ai a ya. Gi a a? ta ta g Vi o,
belagu seperti biasanya.
Nesya
e aikka alis. Maksud ka u?
Kita la juti per ai a sepuluh tahu ya g lalu.
Perlahan Vino berbalik memunggungi Nesya. Nesya terdiam sesaat. Haruskah
dia melanjutkan permainan ini lagi? Tapi perlahan ia tersenyum. Mengerti apa
maksud ucapan Vino, Nesya pun menyentuh punggung Vino dengan salah satu
jarinya. Vino berbalik menghadap Nesya.
Ya g i i..., ujar ya sa
il
e u juk jari telu juk Nesya.
Nesya menggeleng.
Ya g i i... Kali i i Vi o
e u juk jari te gah.
Nesya kembali menggeleng.
H ... Vi o e e ak- e ak. Ya g i i! seru ya sa
kelingking Nesya.
il menyentuh
Nesya tersenyum senang. Akhirnya permainan bisa juga dimulai setelah Vino
berhasil memilih jari yang tepat. Vino menyandarkan lengan ke tembok taman,
sambil menutup mata.
Ka u akal ari aku sa pai kete u, ka ? ta ya Nesya pelan. Ada keraguan
dalam suaranya.
Vi o e oleh. Dia tau Nesya aka erta ya seperti itu. Kali i i, ka u pasti
aku te ui , ujar Vi o yaki sa il e atap Nesya dala -dala . Aku hitu g
ya! satu... dua... tiga...
Nesya berbalik dan mencari tempat persembunyian yang aman. Dan persis
seperti sepuluh tahun yang lalu, Nesya bersembunyi di balik semak-semak
yang ditata rapi di taman. Tempat itu masih ada. Tempat Mike dulu pernah
menemukannya. Tapi sekarang, Mike nggak akan pernah menemukannya lagi,
karena Vino-lah yang akan menemukannya.
Suara Vino masih terdengar jelas di telinga Nesya. Nesya memejamka mata,
e u ggu da terus e u ggu. ...delapa ... se ila ... sepuluh... udah
elo ? seru Vi o di akhir hitu ga ya.
Vino membuka mata dan celingak-celinguk mencari sosok Nesya. Tekadnya
satu: menemukan Nesya.
Matahari mulai surut. Senja mulai datang. Lampu taman yang berbentuk bola
menyala temaram. Tanpa sadar, di tempat persembunyiannya, Nesya
menangis. Tapi ia menangis bukan karena ketakutan seperti dulu. Ia bukan lagi
anak berumur lima tahun yang takut gelap. Dia sudah 15 tahun dan bisa pulang
sendiri ke rumah.
Bukan itu yang ditakutkannya. Dia takut kejadian sepuluh tahun yang lalu
terulang lagi. Dia takut Vino menyerah dan nggak menemukannya seperti dulu.
Ini bukan lagi masalah siapa yang akan menemukannya. Dia baru sadar, sejak
sepuluh tahun yang lalu, yang sebenarnya ia inginkan bukanlah seseorang
menemukannya, melainkan hanya Vino yang menemukannya. Ya! dia ingin
Vino, bukan Mike ataupun orang lain!
Ke apa a gis, Ca?
Nesya mengelap matanya dengan punggung tangan dan mendongakkan
kepala. Begitu melihat Vino sedang berdiri di hadapannya, tangis Nesya malah
tambah keras.
Vi o pa ik. Perlaha ia e a tu Nesya erdiri. Hei, kok a gis sih? Aku
berhasil e ui ka u, ka ?
Nesya
e eluk Vi o erat. Aku kira ka u akal i ggali aku lagi...
Vino mengelus-elus kepala Nesya de ga le
Aku ja ji.
ut. Nggak aka per ah lagi.
***
Vino dan Nesya duduk bersisian di bangku taman. Vino masih menggenggam
tangan Nesya. Nesya malah asyik menatap langit malam yang gelap.
Kok ggak ada i ta g, ya? ta ya ya. Apa
Vi o ikut
e atap la git. H ...
au huja ?
u gki . Udara ya juga
ulai di gi .
Nesya terse yu lega. Perlaha ia e oleh ke arah Vi o. “ori ya, Vin, tangan
kamu lecet karena aku dorong tadi. Habis, pas tutorial waktu itu, kamu bikin
aku e uru sih...
Vi o tergelak. Ka u e
uru? Bagus do g!
Nesya ere gut ke il. H ... seri g-sering aja begitu ya! jadi tiap hari aku
punya alasan untuk ngelukain kamu. Aku boleh nabrak kamu pake sepeda,
doro g ka u dari ayu a , i puk ka u pake ola asket... U apa Nesya
terhenti, karena tiba-tiba Vino meraih kedua bahu Nesya dan mendekatkan
wajahnya.
Nesya terbelalak. Bibir Vino mendarat cepat di bibirnya. Sama dengan first kiss
dulu, tapi bedanya, orang yang ada di hadapannya ini, yang sedang
menciumnya, bukanlah Mike, tapi Vino.
Vino menatap Nesya lekat-lekat. Nggak apa-apa, Ca, asal kamu tetap di sisiku
da saya g sa a aku, ujar Vi o le ut. Tapi omong-omong, kayaknya aku
elo per ah de ger ka u ila g saya g ke aku deh, Vi o e gi gat-ingat.
Nesya salah ti gkah se diri. Me a g ya perlu diu api ?
Kalo ka u ggak ila g, gi a a aku tau isi hati ka u ya g se e ar ya?
Vi o... aku saya g ka u, sela Nesya epat-cepat dan dengan suara pelan.
Wajahnya bersemu merah.
Vi o e aikka alis. Apa? epet a get go o g ya. “uara ya pela , lagi.
Pasti ggak tulus.
Nesya e atap Vi o ete. AKU... “AYANG... KAMU! seru Nesya keras da
perlahan.
Vino terta a geli. Aku juga saya g ka u, ujar Vi o yaki . Bi ir ya terse yu
lebar. Sorot matanya menyiratkan ketulusan. Ia mencubit hidung Nesya pelan.
Angin berembus makin kencang. Suasana begitu hening, karena mereka
berdua mendadak sama-sama diam dan hanya saling menatap. Sampai
akhirnya..
Huaaaaaah!!! Huja !!! seru Nesya pa ik saat ti a-tiba hujan turun.
Ayo pula g! seru Vi o, la gsu g
berlari menuju rumah.
e arik ta ga Nesya da
e gajak ya
Nesya tertawa riang. Belum pernah ia hujan-hujanan seperti ini, apalagi bareng
Vino. Tapi baru beberapa langkah, tiba-ti a Nesya erhe ti. Per ai a udah
erakhir, ka ? ta ya ya, terde gar ragu da e as.
Vi o e pererat ge gga a
per ai a udah erakhir.
ya, lalu
e oleh sa
il terse yu
le
ut. Ya,
Nesya kembali menoleh ke arah bangku taman, tempat ia dan Mike sering
menghabiskan waktu mereka. Ya, sekarang udah benar-benar berakhir, Mike,
ujarnya dalam hati sambil tersenyum lega.
EPILOG
SIANG itu cerah ceria. Matahari terhalang awan putih, bukan awan hitam yang
akan membawa hujan. Angin yang bertiup sepoi-sepoi membuat udara sejuk.
Nesya menatap makan yang ada tepat di hadapannnya. Makam Mike.
Kompleks pemakaman ini begitu rapi dan asri. Nggak ada kesan seram sama
sekali. Yang terasa hanya kedamaian.
Perlaha Nesya e ye tuh ukira a a Mi hael Ardia syah di atu isa .
Tatapannya begitu sedih. Seberapa kuat pun ia menahan, rasa sakit di dadanya
masih tetap ada. Matanya pun lagi-lagi terasa panas.
Mike, ka u isa de gar aku? ta ya Nesya pela . Maaf kare a aku telat
datang ke sini. Maaf karena aku sempat lupa sama kamu. Dan maaf karena
sekarang aku juga menyayangi cowok lain selain kamu...
Nesya merasa air matanya jatuh seiring berembusnya angin, membelai rambut
hitamnya yang terurai lembut.
Aku asih i get de ga jelas ajah ka u, se yu ka u, ta a ka u, suara
ka u, peluka ha gat ka u... Nesya e gusap air ata ya. Aku ahka
masih inget gimana pertemuan kita pertama kali dulu. Kamu nemuin aku... you
are my hero, Mike...
Nesya menghela apas sesaat. “aat aku tau ka u udah ggak ada, aku selalu
berharap semua itu Cuma mimpi. Aku berharap di saat aku terbangun, kamu
ada di sisi aku da erkata ka u ggak aka per ah i ggali aku... Air ata
Nesya makin deras.
Nesya menatap rerumputan di hadapa ya ya g ergoya g le ut. Tapi
sekarang aku sadar, ternyata kamu benar. Selama ini aku selalu menunggu
Vino. Walaupun dulu kamu udah nemuin aku, tetap aja aku masih nunggu dia
untuk nemuin aku. dan pada saat aku sadar, aku nggak bisa menghentikan rasa
sayangku ke dia...
Tapi ya g perlu ka u tau, Mike, perasaa saya gku pada ka u ggak aka
hilang. Betapa pun sayangnya aku ke orang lain, kamu tetap nggak akan
tergantikan. Aku bisa bertahan karena aku merasa kamu selalu ada dalam
hidup aku. kenangan... ya, Cuma kenangan yang meyakinkan aku bahwa kamu
akan terus ada di hati aku.
Perlahan Nesya menghapus sisa air mata di pipinya, lalu berdiri menyambut
Vino, Egi, dan Kiara yang menghampirinya dengan buket bunga di tangan
mereka.
I i... ujar Vino sambil menyerahkan buket mawar merah yang masih segar
kepada Nesya. Vino sendiri memilih mawar putih.
Mike, gue a ai a ggrek putih uat elo, ujar Kiara. “e e er ya, gue asih
pe ge erita a yak ke elo, tapi... Kiara e gelap air ata ya g yaris jatuh
dari matanya.
Udah, udah. “ekara g gilira gue! seru Egi, se gaja supaya Kiara ggak jadi
a gis. H ... Mike, u gki lo ggak ke al gue. Jadi gue e perke alka
diri dulu ya. nama gue Egi. Gue anggota ekskul renang di SMA Pelita...
Nesya, Vino, dan Kiara langsung menatapnya tajam. Egi langsung cengengesan.
Eh, iya, g... gue gasih lo tulip ku i g aja ya. kata ya g jual sih arti ya
harapan cinta. Tapi nggak apa-apalah. Toh ntar kalo di kehidupan mendatang
gue jadi cewek, gue rela kok jatuh cinta sama elo. Hehehe. Ng... Mike, gue pilih
tulip kuning karena gue suka aja, kuning kan warna favorit gue.
Udah, die ! kata Kiara sa
nyerocos terus kayak bebek.
il
e
u gka
ulut Egi, takut o ok itu
Vi o terse yu tulus. Tha ks, Mike. Lo udah gajari a yak hal ke gue. Gue
nggak akan pernah bisa ngerebut Nesya dari elo. Gue Cuma bisa minta izin lo.
Dan Nesya memang bukan bola basket yang bisa kita rebutin. Kita sama-sama
sayang sama dia. Dan sekarang giliran gue yang menjaga dia. Lo tenang aja.
Trust me...
Gilira Nesya terse yu le ut. Ka u tau, Mike? Mu gki Vi o ora g ya g
tepat uat aku. tapi ya g pasti, ka u ya g ter aik. You re the est a d ill
always be...
Nesya menyelipkan selembar kertas di antara celah tangkai yang ada di buket
mawar merahnya dan meletakkannya ke atas makam, kemudian disusul oleh
yang lainnya. Vino dengan mawar putihnya, Kiara dengan anggrek putihnya,
dan Egi dengan tulip kuningnya.
Serempak mereka mengucapkan doa di dalam hati. Doa tertulus untuk seorang
Michael Ardiansyah yang nggak akan terlupakan. Mike boleh pergi untuk
selamanya, tapi nggak ada satu orang pun yang bisa menghapus
keberadaannya di dunia ini. Dia pernah ada. Dan selama orang yang
menyimpan kenangan tentangnya masih hidup, ia pun akan terus ada.
Mereka berbalik dan beranjak pergi meninggalkan makam. Egi dan Kiara sudah
berjalan jauh di depan. Sedangkan Vino dengan setia mendampingi Nesya.
Baru beberapa melangkah, tiba-tiba Nesya berbalik, menoleh ke arah makam.
Dilihatnya kertas yang tadi diselipkannya terbang bersama angin yang
berembus kencang. Nesya sempat tertegun. Tapi biarlah, cukup dia, Tuhan,
dan mungkin Mike yang tau apa yang tertulis di kertas itu. Perlahan senyumnya
mengembang. Senyum tertulus dan damai yang khusus diberikannya untuk
Mike.
Ke apa? ta ya Vi o i gu g.
Nesya e ggele g epat sa
pulang!
il terse yu
a is. Nggak apa-apa kok. ayo
Nesya menggandeng lengan Vino dengan erat. Mereka melanjutkan langkah
pulang.
Kertas yang ditulis Nesya untuk Mike terbang semakin jauh tertiup angin.
Kertas itu berisi lirik lagu kesayangan Nesya, buat Mike.
In this world you tried
Not leaving me alone behind
There s o other ay
I prayed to the gods let him stay
The memories ease the pain inside
Now i know why
All of my memories keep you near
In silent moments imagine you here
All of my memories keep you near
Your silent whispers, in silent tears
Made e pro ise I d try
To find my way back in this life
I hope there is a way
To give me a sig you re ok
‘e i ds e agai it s orth it all
So I can go on
Together in all these memories
I see your smile
All the memories I hold dear
Darling, you know I will love yu
Until the end of time
(Memories-Within Temptation)