Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PKP UT

Khusus Mahasiswa UT

PENERAPAN METODE OBSERVASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SDN JURUREJO 2 KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Nurul Hidayati 1 ( 819072473 ) nurulhidayati819072473@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian menggunakan metode observasi adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan, sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan siswa ikut aktif dan antusias mengikuti proses pembelajaran dan hasilnya dapat maksimal sesuai dengan tujuan. Maka dari itu, guru diharapkan dapat merencanakan strategi yang kreatif dan efektif dengan menggunakan metode observasi.Dalam penelitian ini mengunakan 2 siklus pembelajaran dan melalui empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi / pengamatan dan refleksi. Objek yang menjadi penelitian adalah siswa kelas VI SDN Jururejo 2, kecamatan Ngawi, kabupaten Ngawi dengan jumlah siswa 32 anak. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode observasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI mata pelajaran IPA dengan materi Membandingkan Sifat Menghantarkan Panas ( Isolator dan Konduktor ). Dari hasil penelitian membuktikan ada peningkatan hasil belajar siklus 1 dari rata-rata 69,06 meningkat menjadi 84,68 pada siklus 2. Metode observasi ini juga dapat meningkatkan kreatifitas, dan intelektual siswa sehingga ketuntasan hasil belajar bisa meningkat dari 63% pada siklus 1 menjadi 100% pada siklus 2. Kata kunci : metode, observasi, IPA 1Mahasiswa Progam SI PGSD, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka. Email : nurulhidayati819072473@gmail.com PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang harus dilalui setiap bangsa untuk mencapai kemajuan peradaban. Keberhasilan suatu pendidikan sangat dipengaruhi oleh peran serta lembaga pemerintah, lembaga pendidikan dan khususnya peran guru. Keberhasilan pendidikan ini dapat terwujud bilamana ada kesamaan visi dalam pelaksanaan misi pendidikan. Salah satu wujud pelaksanaan pendidikan berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar di kelas Sekolah Dasar. Didalam proses belajar mengajar ini dibutuhkan peran seorang guru professional, berpengetahuan luas, memahami konsep dan teknik pembelajaran untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Proses belajar mengajar yang terjadi di SDN Jururejo 2, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA tentang membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda ( Isolator dan Konduktor ) guru menerapkan metode observasi dalam pembelajaran, sambil berdiskusi kelompok di dalam kelas, dengan menggunakan media alat atau benda nyata ditambah dengan lembar petunjuk observasi yang telah dirancang guru tentang materi yang akan diajarkan. Guru menyampaikan materi serta petunjuk percobaan observasi yang akan dilakukan, sedangkan siswa memperhatikan kemudian melaksanakan percobaan tersebut. Mata pelajaran IPA di kelas VI merupakan pembelajaran di kelas tinggi, siswa sudah mengalami perkembangan kognitif yang menunjukkan kemampuan berfikir tinggi atau berfikir ilmiah. Siswa lebih aktif, dan selalu ingin mengungkapkan argumentasinya tentang hal–hal yang diketahuinya. Banyak strategi mengajar yang dapat digunakan di kelas VI salah satunya adalah metode observasi atau pengamatan. Metode ini sangat cocok diterapkan dalam mata pelajaran IPA dengan materi perpindahan panas ( Isolator dan Konduktor). Oleh karena itu siswa sebagai peserta didik dituntut untuk menguasai materi dengan cara observasi bersama kelompoknya, dengan melakukan suatu pengamatan percobaan untuk membuktikan apa yang akan dipelajari dalam mata pelajaran IPA tersebut. Belajar IPA memerlukan ketrampilan intelektual, kecerdasan dalam berfikir ilmiah, objektivitas dari hasil yang diamati serta pengalaman dari seorang guru agar siswa mudah memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar, maka siswa akan sulit menerima materi palajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam malakukan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan. Siswa kelas VI SDN Jururejo 2 berjumlah 32 anak. Masing-masing siswa memiliki karakteristik tingkat intelektual yang berbeda. Ada siswa yang aktif dan langsung bisa menyerap materi yang disampaikan, ada siswa yang pasif dan diam dalam pembelajaran . Dari pengamatan, baru 15 siswa yang mampu menguasai materi dan17 siswa yang lainnya masih kurang. Maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu cara agar pelaksanaan belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode observasi secara langsung yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari – hari di rumah, sehingga metode dalam pembelajaran IPA ini lebih membantu siswa dengan mudah menyerap materi yang diajarkan. Metode observasi dipilih sebagai alat bantu pembelajaran karena biasanya metode ini membuat senang dan antusias anak-anak lebih aktif, berminat dan menyukai kegiatan pengamatan praktik secara langsung. Sehingga didasarkan pada ketertarikan anak, peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan ketuntasan belajar siswa diharapkan dapat tercapai. Berdasarkan pendapat para pakar pendidikan bahwa cara berpikir anak itu dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Rumusan Masalah Berdasarkan proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang telah dilakukan di kelas VI SDN Jururejo 2, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi dengan materi pembelajaran membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas ( isolator dan konduktor ) maka didapatkan beberapa penyebab rendahnya ketuntasan belajar siswa kelas VI karena materi pelajaran IPA bersifat kompleks dan membutuhkan suatu gambaran yang nyata dan jelas sehingga dapat melemahkan daya rangsang anak untuk berpikir dan aktif. Maka penulis merumuskan masalah dalam Pemantapan Kemampuan Profesional ( PKP ) ini adalah sebagai berikut : Bagaimana menerapkan metode observasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Jururejo 2 dalam mata pelajran IPA tentang konsep membandingkan Sifat Kemampuan Menghantarkan Panas (Isolator dan Konduktor ) ? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian, tujuan diadakan penelitian tindakan kelas ini adalah : Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa dalam penggunaan metode observasi dalam proses belajar mengajar di kelas VI SDN Jururejo 2, Ngawi. Untuk mengetahui apakah penggunaan metode observasi dapat membuat pembelajaran lebih efektif dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran IPA. Manfaat penelitian Bagi siswa Penggunaan metode Observasi yang diterapkan oleh guru diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif, senang dan antusias menerima materi IPA sehingga pembelajaran lebih efektif dan berjalan dengan baik. Bagi Guru Penggunaan metode Observasi menjadikan guru lebih mudah dalam menyampaikan mata pelajaran dan mengarahkan siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi Lembaga Penggunaan metode observasi dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan bagi lembaga sekaligus sebagai kerangka acuan kedepannya dalam mengembangkan hal – hal yang berkaitan dengan pengajaran dalam pembelajaran mata pelajaran IPA yang lebih baik. Bagi Peneliti Penggunaan metode observasi akan mempermudah peneliti dalam mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap materi mata pelajaran IPA yang telah diberikan serta menambah wawasan dan pengalaman siswa dan dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian di bidang yang serupa. KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Ipa Pembelajaran sering juga disebut dengan belajar mengajar sebagai terjemahan dari istilah “instructional” yang terdiri atas dua kata yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sesuai yang dinyatakan Nana Sujana (2004:28), Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada dalam individu. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (OemarHamalik,2007:57). Menurut Rizky ( 2013:02), Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang dapat dirumuskan kebenarannya secara empiris. Menurut Setyadhi IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Cain & Evans (1990) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Dyasanggraeni (2011) mengatakan bahwa dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen(PusatKurikulum,2006). Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “inquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Menurut Romizoswki dalam Sri Anitah ( 2009: 2.19 ) menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu : 1) ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berpikir logis. 2) keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual. 3) keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan,dan self control. 4) keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan social dan kepemimpinan. Menurut keempat pendapat para ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan pembelajaran IPA yaitu pembelajaran yang berkaitan dengan gejala-gejala alam di sekitar, yang memerlukan suatu pengamatan dan hipotesis. Metode Observasi 1. Pengertian Metode Observasi Dalam Pembelajaran Menurut anonymous (2013) menyatakan bahwa Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.  Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama.           Sebelum observasi itu dilaksnanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apayang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut. Klasifikasi tentang jenis-jenis observasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandangan antara lain : a. Berdasarkan situasi yang diobservasi Observasi terhadap situasi bebas (free situasion), observasi yang dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang sedang bermain secara bebas.  Observasi terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated situasion), yaitu situasi yang telah dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih variabel. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok siswa.  Observasi terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially controlled), jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi situasi bebas dan situasi yang dimanipulasikan. b. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi Observasi partisipasi, yaitu apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan subyek yang sedang diobservasi. Misalnya seorang guru bidang studi yang ingin mengetahui bagaimana antosias siswa-siswanya terhadap pelajaran yang diberikan.  Observasi non partisipasi, dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi. Misalnya seorang petugas bimbingan ingin mengetahui bagaimana antosias siswa terhadap bimbingan karir.  Konduktor Dan Isolator Panas Konduktor Panas Konduktor panas adalah benda-benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Artinya, jika benda ini terkena panaas dari api, air panas, atau sinar matahari disalah satu bagian, panas dapat diteruskan ke bagian lain. Berikut ini beberapa bahan atau benda yang bersifat konduktor : a) Logam bersifat keras, mengkilap, dan tahan terhada suhu yang sangat tinggi. Oleh karena it, logam juga dapat menghantarkan panas dengan baik. Merebus air dalam cerek adalah salah satu contoh pemanfaatan sifat konduktor pada logam. Logam menghantarkan panas, api dari kompor menuju ke air hingga menyebabkan mendidih. Logam mampu menghantarkan anas dengan baik yaitu besi, baja, aluminium, tembaga,kuningan, dan nikel, b) Kaca juga termasuk bahan konduktor. Akan tetapi kemampuan kacadalam menghantarkan panas bebeda dengan logam. Logam lebih mudah menghantarkan panasdaripada kaca. Sifat konduktor kaca dapat dibuktikan ketika gela diberi airpanas. Gelas yang berisi air panasini akan terasa panas saat kita pegang. Benda isolator Benda isolator adalah benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Benda ini, bila terkena api, air panas, atau sinar matahari di satu bagian tidak dapat atau lambat meneruskan ke bagian lainnya. Berikut ini beberapa bahan atau benda yang bersifat isolator. a) Kayu dan plastik merupakan bahan yang lambat menghantarkan panas. Dengan kata lain kayu dan plastic termasuk isolator. Karena sifatnya isolator maka plastik dan kayu digunakan untuk membuat pegangan ( gagang ). Contoh bahan isolator yang digunakan adalah gagang setrika, gagang wajan, tatakan gelas, tatakan piring. Pada saat benda seperti setrika dan wajan bersinggunan dengan panas maka dengan memegang gagang atau tatakan kita tidak akan merasa panas karena terbuat dari bahan isolator. b) kain Wol merupakan serat alam yang terbuat dari bulu domba atau biri-biri. Wol digunakan untuk membuat pakaian seperti jaket, sweater, dan lain-lain. Wol digunakan karena sifatnya yang mudah menyerap air dan menahan panas tubuh. Dengan menggunakan pakaian yang terbuat dari wol pada saat musim dingin tubuh akan tetap terasa hangat. Menurut Rositawaty dan Muharam ( 2008: 77 ) Panas merupakan salah satu bentuk energi. Suatu panas dikatakan panas jika suhu benda tersebut tinggi. Panas dapat berpindah atau mengalir dari benda atau tempat bersuhu tinggi ke tempat atau benda yang suhunya lebih rendah. Secara umum perpindahan panas dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi adalah Perpindahan panas tanpa disertai perpindahan partikel zat perantaranya. Perpindahan panas ini terjadi pada zat padat. Konveksi adalah perpindahan pans yang disertai partikel zat perantaranya. Perpindahan panas ini terjadi pada zat cair dan gas. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa melalui zat perantara. Misalnya saat kita berada didekat api unggun. III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN JURUREJO 2 dengan keseluruhan jumlah siswa kelas VI adalah 32 anak siswa perempuan 13 anak dan siswa laki – laki 19 anak dengan materi IPA Isolator dan Konduktor. Tempat Penelitian Dan Lokasi Penelitian Yang menjadi tempat sebagai penelitian adalah SDN JURUREJO 2 Kec. Ngawi , Kab. Ngawi Waktu Penelitian Waktu penelitian berlangsung pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. Pihak Yang Membantu Supervisor 1 dan 2 sebagai pembimbing, Bapak / Ibu Guru SDN Jururejo 2, dan teman – teman. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Rancangan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Peneliti berusaha merefleksikan, mengkaji, secara mendalam beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu performance guru, interaksi guru dengan siswa, interaksi diantara siswa untuk dapat menjawab permasalahan penelitian. Penelitian yang dilakukan ini dibagi dalam 2 siklus yang disesuaikan dengan alokasi waktu dan topik atau materi yang dipilih. Masing-masing setiap siklus terdiri dari empat tahap berikut : Perencanaan, yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, merumuskan masalah, merencanakan penelitian tindakan kelas dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Melakukan tindakan, merealisasikan rencana yang kita buat agar ada perubahan. Observasi, dilakukan secara sistematis dan langsung untuk mengamati hasil tindakan terhadap proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Refleksi, yaitu dilakukan untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan dari proses belajar yang dilakukan. Secara operasional, prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut : Prasiklus Kegiatan yang dilakukan pada Prasiklus meliputi : Tahap perencanaan Perencanaan tindakan pada Prasiklus ini didasarkan pada tujuan penelitian. Prasiklus 1 ini direncanakan 1 x pertemuan pada saat jam pelajaran IPA pada hari Kamis 19 September 2013, Siklus 1 Sabtu tanggal 21 September 2013. Dan dilanjutkan siklus 2 pada hari Rabu tanggal 2 Oktober 2013. Beberapa hal yang dipersiapkan dalam tahap ini antara lain : RPP, kumpulan soal, lembar petunjuk percobaan (observasi ), lembar analisis penilaian siswa, media benda nyata dan lembar kerja siswa observasi. Tahap Tindakan Siswa diberi apersepsi tentang benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang termasuk Isolator dan Konduktor. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan disampaikan. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok masing – masing beranggotakan 8 anak, dan ditugaskan bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Masing – masing kelompok melakukan percobaan sesuai petunjuk yang telah diberikan. Siswa mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa Observasi secara berkelompok. Peneliti melakukan observasi penilaian sambil melakukan bimbingan kepada masing-masing kelompok atas jalannya proses pembelajaran. Setelah kegiatan selesai, peneliti membahas hasil Lembar Kerja Siswa bersama siswa. Peneliti memberikan soal evaluasi kepada siswa secara individu untuk pemantapan penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa. Tahap Pengamatan / Observasi Selama dalam tahap tindakan, peneliti juga melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda ( Isolator dan Konduktor ). Tahap Refleksi Setelah tahap tindakan selesai dilakukan, dan analisis hasil observasi atas peningkatan pemahaman siswa dalam membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda ( Isolator dan Konduktor ). Hasil dan permasalahan yang didapat selama tahap tindakan digunakan peneliti sebagai dasar melakukan perencanaan ulang pada siklus berikutnya. Analisis atas keberhasilan dari tahap perencanaan sampai dengan tahap observasi pada Prasiklus disampaikan dalam beberapa indikator seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Keberhasilan Prasiklus No Aspek Penilaian Pencapaian Cara Mengukur 1 Keaktifan siswa dalam bertanya interaksi siswa dan guru 25 % Diamati saat tahap tindakan berlangsung dan dicatat dalam lembar observasi. Dihitung dari jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dari jumlah keseluruhan siswa. Jumlah anak yang aktif bertany x 100% Jumlah siswa 2 Keaktifan siswa dalam berdiskusi ( Interaksi antar siswa ) 40 % Diamati ketika siswa melakukan diskusi dan kerjasama dalam kelompok dan dicatat dalam lembar observasi. Dihitung dari jumlah anak yang saling aktif bertukar pendapat dalam kelompok dari jumlah keseluruhan siswa. Jumlah anak yang aktif diskusi x 100% Jumlah siswa 3 Ketuntasan hasil belajar 41% Dihitung dari jumlah siswa yang tuntas dari keseluruhan jumlah siswa. Ketuntasan diukur dari hasil tes menggunakan instrumen tes pada tiap siklus. Siswa yang mendapat nilai >70 dinyatakan lulus. Siklus 1 Pada siklus 1 dilakukan tahapan-tahapan seperti pada Prasiklus dengan tujuan untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang terjadi pada pembelajaran Prasiklus. Hal ini terjadi karena beberapa anak masih pasif dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara demonstrasi. Hal pelaksanaan pada siklus 1 secara tersurat bisa dilihat berdasarkan indikator keberhasilan pada tabel 2. Tabel 2. Tabel Hasil Pengamatan Keberhasilan siklus I No Aspek Penilaian Pencapaian Cara Mengukur 1 Keaktifan siswa dalam bertanya interaksi siswa dan guru 35 % Diamati saat tahap tindakan berlangsung dan dicatat dalam lembar observasi. Dihitung dari jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dari jumlah keseluruhan siswa. Jumlah anak yang aktif bertanya x100% Jumlah siswa 2 Keaktifan siswa dalam berdiskusi ( Interaksi antar siswa ) 60 % Diamati ketika siswa melakukan diskusi dan kerjasama dalam kelompok dan dicatat dalam lembar observasi. Dihitung dari jumlah anak yang saling aktif bertukar pendapat dalam kelompok dari jumlah keseluruhan siswa. Jumlah anak yang aktif diskusi x 100% Jumlah siswa 3 Ketuntasan hasil belajar 63 % Dihitung dari jumlah siswa yang tuntas dari keseluruhan jumlah siswa. Ketuntasan diukur dari hasil tes menggunakan instrumen tes pada tiap siklus. Siswa yang mendapat nilai >70 dinyatakan lulus. 4.Siklus 2 Pada siklus 2 dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus 1 dengan tujuan untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus 1 dengan. Hal ini terjadi karena beberapa anak masih pasif dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara kelompok. Untuk itu diadakan perbaikan pembelajaran dengan metode observasi secara langsung yang melibatkan siswa. Hal pelaksanaan pada siklus 2 secara tersurat bisa dilihat berdasarkan indikator keberhasilan pada tabel 3. Tabel 3. Tabel Hasil pengamatan Keberhasilan siklus II No Aspek Penilaian Pencapaian Cara Mengukur 1 Keaktifan siswa dalam bertanya ( interaksi siswa dengan guru ) 60 % Diamati saat tahap tindakan berlangsung dan dicatat dalam lembar observasi. Dihitung dari jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dari jumlah keseluruhan siswa. Jumlah anak yang aktif bertanyax 100% Jumlah siswa 2. Keaktifan siswa dalam berdiskusi (Interaksi antar siswa ) 80 % Diamati ketika siswa melakukan diskusi dan kerjasama dalam kelompok dan dicatat dalam lembar observasi. Dihitung dari jumlah anak yang saling aktif bertukar pendapat dalam kelompok dari jumlah keseluruhan siswa. Jumlah anak yang aktif diskusi x 100% Jumlah siswa 3 Ketuntasan hasil belajar 100 % Dihitung dari jumlah siswa yang tuntas dari keseluruhan jumlah siswa. Ketuntasan diukur dari hasil tes menggunakan instrumen tes pada tiap siklus. Siswa yang mendapat nilai ≥70 dinyatakan lulus. Perbandingan dari pencapaian keberhasilan pelaksanaan pada siklus pertama dan kedua secara rinci disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 4. Tabel Perbandingan Keberhasilan Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 No Aspek Penilaian Pencapaian Prasiklus Pencapaian Siklus I Pencapaian Siklus II 1 Keaktifan siswa dalam bertanya ( interaksi siswa dengan guru ) 25 % 35 % 60 % 2 Keaktifan siswa dalam berdiskusi ( Interaksi antar siswa ) 40% 60 % 80 % 3 Ketuntasan hasil belajar 41% 63% 100% Pada penelitian tindakan kelas ini, pengumpulan data dilakukan peneliti dengan cara teknik dokumentasi data statistik, observasi, dan tes. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengambil dari data kelas ditujukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Teknik ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas hasil proses belajar mengajar siswa yang sedang berlangsung. Sedangkan teknik tes secara umum dilakukan untuk mengukur kualitas proses belajar mengajar hasil belajar siswa, dan secara khusus dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan belajar siswa. C. Teknik Analisis Data 1. Observasi Untuk mengetahui aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, digunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti, dengan memberikan tanda check list (  ) dalam kategori B dengan nilai 3, C dengan nilai 2, dan K dengan nilai 1, kemudian nilai tersebut dikalikan dengan item kemunculan dan dibagi dengan banyak jumlah item yang diobservasi dikalikan dengan skor yang semestinya diperoleh lalu dijadikan dalam bentuk persen., sehingga dapat diketahui persentase siswa yang aktif dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan rumus persentase yaitu: Keterangan: P = angka persentase f = frekuensi yang dicari persentasenya N = Jumlah frekuensi / banyaknya individu (number of cases) Setelah itu dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut: Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Predikat 81% -100% 61% - 80% 31% - 60% 0 - 30% A B C K Baik sekali Baik Cukup Kurang 2. Analisis Data Tes dalam menganalisis data yang dikumpulkan dengan metode tes, digunakan rumus: Keterangan: MX = Mean yang dicari  X = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan frekuensinya N = banyaknya skor-skor itu sendiri ( number of cases ) Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, maka digunakan rumus : x 100% Keterangan : P = Angka persentase n = Jumlah anak yang dicari persentasenya N = Jumlah anak 1 kelas. Target yang dihasilkan hasil belajar anak bisa mencapai rata-rata 70, adapun kriteria persentase ketuntasan belajar sebagai takaran keberhasilan kondisi tersebut minimal 70 %. Gambar 1. Prosedur alur perbaikan pembelajaran jalannya penelitian 2 siklus sebagai berikut : SIKLUS I Indikasi Permasalahan Perencanaan Penyusunan RPP Siklus 1, Metode Pembelajaran, Lembar Observasi Pelaksanaan Penerapan Metode Observasi Dalam Pelajaran IPA Observasi Pengamatan Proses Pembelajaran Refleksi Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan. Jika indikator belum tercapai dilaksanakan pada siklus II SIKLUS 2 Perencanaan Penyusunan RPP Siklus II, Metode Pembelajaran, Lembar Observasi Pelaksanaan Penerapan Metode Observasi Dalam Pelajaran IPA Observasi Pengamatan Proses Pembelajaran Refleksi Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan. Melihat ketercapaian indikator pada siklus 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Kondisi awal ( Prasiklus ) Pada awal ketika dilaksanakan proses pembelajaran IPA dengan pembahasan membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas ( Isolator dan Konduktor ) pada kelas VI SDN Jururejo 2 kec. Ngawi – Kab. Ngawi tidak menunjukkan semangat dan antusias dalam materi pembelajaran saat menggunakan metode demonstrasi. Hanya ada beberapa anak yang menonjol saja yang mampu menunjukkan sikap aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Kebanyakan dari mereka terlihat pasif dalam menerima materi yang disampaikan dengan metode demontrasi. Keberhasilan proses belajar pada tahap prasiklus diketahui setelah dilakukan evaluasi , nilai rata-rata kelas yang dicapai oleh peserta didik hanya sebesar 57,81. Dan bila diukur ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 41 % dari seluruh jumlah siswa kelas VI. Tabel 5. Hasil Pengamatan Rata – Rata Nilai Siswa Pra Siklus No Nilai Prosentase Keterangan 1. 30 – 60 56% Belum tuntas 2. 61 – 69 3% Belum tuntas 3. 70 – 90 41% Tuntas Jumlah 100% Sedangkan menurut hasil penelitian pada waktu proses pembelajaran berlangsung, peneliti mencatat hasilnya dalam lembar observasi sebagai berikut : Tabel 6. Hasil pengamatan Waktu Proses Pembelajaran Pra Siklus No. Situasi Pembelajaran % Kriteria 1. Siswa aktif dalam mengikuti diskusi. 42% C 2. Siswa berani mengeluarkan pendapat 54% C 3. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar 49% C Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan melakukan perubahan strategi mengajar, dengan melakukan perubahan strategi pembelajaran dengan mengganti metode pembelajaran demonstrasi dan penugasan, dimana guru hanya melakukan ceramah di depan kelas tanpa menggunakan media benda nyata dan metode dengan percobaan langsung sebagai metode pembelajaran yang lebih nyata bagi peserta didik. Siklus 1 Dari hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I, maka didapat temuan dari hasil tes evaluasi seperti tercantum pada tabel 6 berikut ini : Tabel 7. Tabel Rata Rata Nilai Siswa Siklus I No Nilai Prosentase Keterangan 1. 40 – 60 34% Belum Tuntas 2. 61 – 69 3% Belum Tuntas 3. 70 – 90 63% Tuntas Jumlah 100% Dari tabel di atas dapat diketahui terjadi peningkatan hasil belajar pada Siklus 1, baik secara individu maupun keseluruhan. Pada siklus 1 ini rata – rata nilai perkelas yang dicapai adalah 69,06. Terjadi peningkatan sebesar 11,25 point bila dibandingkan dengan rata-rata nilai pada kondisi awal ( Pra Siklus ) yang hanya sebesar 57,81. Sedangkan menurut hasil pengamatan pada waktu proses pembelajaran Siklus 1 berlangsung, peneliti mencatat hasilnya dalam lembar observasi sebagai berikut : Tabel 8. Hasil pengamatan Waktu Proses Pembelajaran Siklus 1 No. Situasi Pembelajaran % Kriteria 1. Siswa aktif dalam mengikuti diskusi. 57% C 2. Siswa berani mengeluarkan pendapat 63% B 3. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar 60% B Siklus II Pada perbaikan yang telah dilakukan pada siklus II, didapatkan hasil tes evaluasi seperti berikut : Tabel 9. Tabel Rata Rata Nilai Siswa Siklus II No Nilai Prosentase Keterangan 1. 40 - 60 0% - 2. 61 - 69 0% - 3. 70 – 100 100% Tuntas Jumlah 100% Dari hasil tes evaluasi siklus II seperti yang tersebut di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata yang dicapai pada siklus II sebesar 84,68. Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 15,62 point dari nilai rata-rata kelas pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I. Dalam ketuntasan belajar pada siklus II ini dapat dihitung berdasarkan tabel hasil tes evaluasi siklus II. Setelah dilakukan penghitungan maka ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN Jururejo 2 ini mencapai 100 %. Ketuntasan dihitung dari jumlah anak yang tuntas dibagi jumlah anak dikalikan 100 %. Ketuntasan belajar = Sedangkan menurut hasil pengamatan pada waktu proses pembelajaran Siklus 2 berlangsung, peneliti mencatat hasilnya dalam lembar observasi sebagai berikut : Tabel 10. Hasil Pengamatan Waktu Proses Pembelajaran Siklus 2 No. Situasi Pembelajaran % Kriteria 1. Siswa aktif dalam mengikuti diskusi. 74% B 2. Siswa berani mengeluarkan pendapat 80% B 3. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar 85% A Refleksi Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan pembelajaran atau pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan praktisi dalam penelitian ini adalah dengan cara mendiskusikan yang dilakukan dalam penelitian. Kegiatan tersebut meliputi :(a) analisis sintesis, (b) pemaknaan, ( c) penjelasan, (d) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan. Berdasarkan hasil paparan data di atas, maka refleksi yang disampaikan peneliti adalah : Penggunaan media benda nyata sangat cocok digunakan dalam kegiatan belajar mengajar IPA materi membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas ( Isolator dan Konduktor ) di kelas VI SDN Jururejo 02 kec. Ngawi kab. Ngawi Dengan metode observasi kegiatan pembelajaran lebih efektif dan siswa menjadi lebih aktif sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa sebagai pembelajar. Prestasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan–kegiatan belajar membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas (Isolator dan Konduktor) sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hal ini dibuktikan oleh penggunaan media benda nyata dan metode observasi percobaan langsung yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas ( Isolator dan Konduktor ) di kelas VI SDN Jururejo 02 kec. Ngawi kab. Ngawi tahun ajaran 2013/2014. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa selama kegiatan pembelajaran dengan metode observasi, penerapan hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan metode demonstrasi. Artinya kegiatan pembelajaran di sekolah selama ini masih didasari paradigma lama bahwa pengetahuan merupakan fakta – fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I Setelah diadakan penelitian pada siklus I didapatkan hasil bahwa nilai rata - rata siswa adalah 69,06 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Dan dari 32 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70 adalah sebanyak 12 anak dan siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 adalah 20 anak. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa kelas VI dalam materi membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas ( Isolator dan Konduktor ) adalah sebesar 63 %. Terjadi peningkatan 22% dibandingkan pada awal siklus ( Pra Siklus ) yang hanya 41 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti merasa belum puas dengan penelitiannya. Karena menurut peneliti dan hasil diskusi dengan teman sejawat, ketuntasan belajar dalam membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas ( Isolator dan Konduktor ) di kelas VI bisa mencapai 100 %. Untuk itu, peneliti meneruskan penelitian ini di siklus II, dengan harapan peserta didik semakin menguasai materi sehingga ketuntasan belajar bisa mencapai 100 %. Siklus II Setelah melihat hasil perbaikan penelitian pada siklus II didapatkan hasil bahwa perkembangan prestasi siswa sebagai berikut : Nilai rata – rata siswa meningkat hingga mencapai 84,68 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Dari 32 siswa tersebut yang mendapatkan nilai kurang dari 70 sudah tidak ada, semua siswa mendapatkan nilai lebih dari 70 ke atas. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa kelas VI SDN Jururejo 2 dalam membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas ( Isolator dan Konduktor ) adalah 100 %. Dibandingkan dengan proses perbaikan prestasi pada siklus I yang diukur dari nilai rata – rata kelas terlihat jelas peningkatan prestasi belajar siswa yang cukup signifikan dari 69,06 pada siklus I menjadi 84,68 pada siklus II. Perbandingan perbaikan belajar mulai dari awal siklus hingga siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 11. Perbandingan Pencapaian Perbaikan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II No Pencapaian Perbaikan Pra Siklus Siklus I Siklus II 1. Nilai Rata – rata 57,81 69,06 84,68 2. Ketuntasan Belajar 41% 63% 100% SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan media benda nyata dan penerapan metode observasi telah dilakukan dalam pembelajaran materi IPA membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas (Isolator dan Konduktor) di kelas VI SDN Jururejo 2 Kec. Ngawi – Kab. Ngawi, dalam laporan telah terpaparkan bahwa hasilnya sangat berdampak positif bagi siswa, baik ditinjau dari proses pembelajaran siswa maupun dari peningkatan prestasi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, Penelitian Tindakan Kelas selalu diupayakan guru untuk meneliti dan mengevaluasi diri dalam melaksanakan tugasnya sebagai perancang dan pelaksana skenario pembelajaran. Penelitian berupa tindakan dan evaluasi terhadap dampak tindakan itu sendiri, sehingga proses penelitian dilakukan secara berkesinambungan dari Prasiklus, siklus I ke siklus 2 berikutnya. Dengan demikian penelitian ini tidak mungkin dilakukan oleh guru sebagai peneliti seorang diri, tetapi berkolaborasi dengan teman sejawat. Sekolah sebagai tempat terjadinya proses pembelajaran akan ikut terangkat pula kualitasnya dan akan mendapat kepercayaan dari lembaga pendidikan dan masyarakat, apabila berusaha menciptakan situasi yang kondusif dan menghasilkan lulusan peserta didik yang berkualitas, cerdas dan berintelektual sehingga mendorong setiap guru agar melakukan penelitian tindakan kelas dengan cara melengkapi sarana dan prasarana dan menyediakan anggaran demi terlaksananya penelitian. Guru juga akan termotivasi untuk memperbaiki proses pembelajarannya dalam penelitian sehingga harapan menjadi guru yang profesional dan berkompeten dapat terwujud. Saran Tindak Lanjut Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media benda nyata dan metode Observasi dalam pembelajaran IPA pada penelitian tindakan kelas dapat disarankan bahwa: Guru harus bisa mengembangkan dan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa, sehingga siswa tidak bosan dan siswa menjadi antusias dalam menerima pembelajaran. Dalam mempelajari materi perbandingan sifat kemampuan menghantarkan panas ( Isolator dan Konduktor) disampaikan dengan menggunakan media benda nyata dengan metode observasi, hal ini terbukti dapat meningkatkan daya tarik siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, guru harus bisa pandai - pandai membaca kondisi siswa didalam kelas, sehingga metode yang akan digunakan sesuai dengan kondisi siswa pada saat itu. DAFTAR PUSTAKA Anggoro, M Toha, dkk. 2011. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka. Anitah, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardhani, I.G.A.K & Wihardit Kuswaya. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Rositawaty S, Aris Muharam. 2008. Senang Belajar IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Anonymous. 2011. Metode Observasi.(www.bloggerlombok.com/2011/11/metode-observasi-html ). Diunduh pada tanggal 30 September 2013. Anonymous. 2011. Teori Pembelajaran IPA. Diunduh pada tanggal 30 September 2013. (http://dnoeng.wordpress.com/2011/07/17/teori-pembelajaran-ipa/) Dyasanggraeni.2011.Teori Pembelajaran IPA. Diunduh pada tanggal 30 September 2013. (http://desailmu.blogspot.com/2011/11/metode-r observasi.html). Anonymous. 2013. Pengertian Metode Observasi dan Definisi. Diunduh pada tanggal 6 Oktober 2013. (http://www.sarjanaku.com/2013/04/pengertian-metode-observasi-definisi.html.) Intania Rizky. 2013. Definisi IPA. Diunduh pada tanggal 6 Oktober 2013. (http://intaniarizkyu0808.blogspot.com/2013/02/definisi-ipa.html.). Setyadhi, Sigit. 2013. Pengertian IPA. Diunduh pada tanggal 6 Oktober 2013 (http://sigitsetiyadhi.wordpress.com/tag/pengertian-ipa/). PAGE \* MERGEFORMAT 1