Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Review Jurnal Bone Marrow

PENDAHULUAN Osteoporosis adalah gangguan tulang metabolik yang umum pada usia lanjut dan konsekuensinya telah menjadi salah satu masalah yang terus bertambah banyak. Pada penelitian sebelumnya dalam beberapa decade terakhir telah menunjukkan hubungan antar pembuluh darah perifer penyakit dan kepadatan mineral tulang. Pasokan darah dilingkungan makro dapat dicerminkan dengan Dynamic Contrast Enhanced (DCE) MRI, yang menyediakan pengukuran langsung dari perfusi di jaringan system hidup. Pengukuran DCE-MRI sumsum tulang perfusi bawah akan bergantung pada beberapa factor seperti, aliran jaringan darah, kapasitansi kapiler dan permeabilitas, difusi interstitial, volume ruang interstitial dan aliran balik vena. Faktor-faktor ini dapat dinilai dengan semi-kuantitatif langsung dari perfusi kurva karakteristik atau parameter kuantitatif dari pemodelan. Dalam penelitian yang sebelumnya, model Brix dimodifikasi untuk menganalisis perfusi tulang, yang menunjukkan bahwa volume perfusi darah yang berkurang ditulang osteoporosis dibandingkan pada subject normal dengan Bone Mineral Density (BMD). Namun, model Brix tidak bisa menunjukkan perubahan perfusi tulang bawah menggunakan Arterial Input Function (AIF) bervariasi. Meskipun AIF bervariasi untuk setiap subject individu, AIF yang akurat sulit untuk diperoleh, diperlukan resolusi yang lebih tinggi temporal (< 10s) dari pengukuran jaringan (30-60s). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarekterisasi sifat perfusi sumsum tulang dengan cara kuantitatif dengan menggunakan Bone Marroe Model. Parameter kuantitatif, K trans,TOI , K trans,m (contrast agent extravasation rate constants for tissue of interest (TOI) and erector spine muscle, respectively) dan V e,TOI , V e,m (extravascular-extracellular volume fractions for TOI and muscle, respectively), diektraksi menggunakan curve-fitting routine, dan kemudian dibandingkan antara kelompok tingkat BMD yang berbeda. METODOLOGI A. Subjects Untuk menghindari pengaruh jenis kelamin, sehingga hanya perempuan yang menjadi subyek penelitian. Pada penelitian ini melibatkan penilaian ulang dari data mentah DCE-MRI yang diperoleh dalam studi sebelumnya. Subyek tidak dipilih jika mereka memiliki a). Bukti klinis atau data citra osteodistrofi ginjal atau tulang metabolik panyakit selain osteoporosis atau a known malignancy, b). Memiliki riwayat operasi lumbar tulang belakang atau iradiasi atau c). Bukti MR citra intravertebral disk yang herniasi, hemangioma, atau sedang patah tulang belakang yang parah L3. Delapan puluh dua subject (usia 72,5 ± 3,4 tahun) secara total yang terlibat dalam penelitian ini. Studi ini melibatkan komite Etika, Universitas Cina Hong Kong dengan semua subject yang berpartisipasi memberikan persetujuan tertulis.

Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Felliks F Tampinongkol (G651160191) 3. REVIEW PAPER ARTIFICIAL IMMUNE SYSTEM (AIS) Tema : Bone Marrow Models Author : Xinxin Zhao, James F. Griffth Judul : Bone Marrow Perfusion of Females Tahun : 2013 with Varied Bone Mineral Density: a Study by Muscle-based Model PENDAHULUAN Osteoporosis adalah gangguan tulang metabolik yang umum pada usia lanjut dan konsekuensinya telah menjadi salah satu masalah yang terus bertambah banyak. Pada penelitian sebelumnya dalam beberapa decade terakhir telah menunjukkan hubungan antar pembuluh darah perifer penyakit dan kepadatan mineral tulang. Pasokan darah dilingkungan makro dapat dicerminkan dengan Dynamic Contrast Enhanced (DCE) MRI, yang menyediakan pengukuran langsung dari perfusi di jaringan system hidup. Pengukuran DCE-MRI sumsum tulang perfusi bawah akan bergantung pada beberapa factor seperti, aliran jaringan darah, kapasitansi kapiler dan permeabilitas, difusi interstitial, volume ruang interstitial dan aliran balik vena. Faktor-faktor ini dapat dinilai dengan semi-kuantitatif langsung dari perfusi kurva karakteristik atau parameter kuantitatif dari pemodelan. Dalam penelitian yang sebelumnya, model Brix dimodifikasi untuk menganalisis perfusi tulang, yang menunjukkan bahwa volume perfusi darah yang berkurang ditulang osteoporosis dibandingkan pada subject normal dengan Bone Mineral Density (BMD). Namun, model Brix tidak bisa menunjukkan perubahan perfusi tulang bawah menggunakan Arterial Input Function (AIF) bervariasi. Meskipun AIF bervariasi untuk setiap subject individu, AIF yang akurat sulit untuk diperoleh, diperlukan resolusi yang lebih tinggi temporal (< 10s) dari pengukuran jaringan (30-60s). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarekterisasi sifat perfusi sumsum tulang dengan cara kuantitatif dengan menggunakan Bone Marroe Model. Parameter kuantitatif, Ktrans,TOI, Ktrans,m (contrast agent extravasation rate constants for tissue of interest (TOI) and erector spine muscle, respectively) dan Ve,TOI , Ve,m (extravascular-extracellular volume fractions for TOI and muscle, respectively), diektraksi menggunakan curve-fitting routine, dan kemudian dibandingkan antara kelompok tingkat BMD yang berbeda. METODOLOGI A. Subjects Untuk menghindari pengaruh jenis kelamin, sehingga hanya perempuan yang menjadi subyek penelitian. Pada penelitian ini melibatkan penilaian ulang dari data mentah DCE-MRI yang diperoleh dalam studi sebelumnya. Subyek tidak dipilih jika mereka memiliki a). Bukti klinis atau data citra osteodistrofi ginjal atau tulang metabolik panyakit selain osteoporosis atau a known malignancy, b). Memiliki riwayat operasi lumbar tulang belakang atau iradiasi atau c). Bukti MR citra intravertebral disk yang herniasi, hemangioma, atau sedang patah tulang belakang yang parah L3. Delapan puluh dua subject (usia 72,5 ± 3,4 tahun) secara total yang terlibat dalam penelitian ini. Studi ini melibatkan komite Etika, Universitas Cina Hong Kong dengan semua subject yang berpartisipasi memberikan persetujuan tertulis. B. Data Acquisittion Area Bone Mineral Density (BMD) tingkat L3 diukur dengan dual-energi X-ray absorptiometry (DXA). Citra MR dilakukan pada 1.5T (Intera NT, Philips, Best, Netherlands). Axial T1-weighted (TR/TE, 450/11 ms; ketebalan 4mm) diperoleh gambar tengah L3 MR dari daerah vertebral. MRI (DCEMRI) data peningkatan kontras dinamis diperoleh melalui mid-L3 dari daerah vertebral. Citra dinamis MR diperoleh dengan menggunakan gradient-echo urutan terpendek bobot-T1 (2.7/0/95; prepulse inversion time, 400ms; flip angle, 15o). Sebanyak 160 gambar dinamis diperoleh dengan resolusi temporal 543ms, sehingga total waktu introgari 87detik. C. Data Processing Untuk memperoleh intensitas signal pada kurva melalui pixel by pixel, region of interest (ROI) digambar secara maunual untuk setiap daerah otot dan bone marrow pada gambar aksial vertebra, meliputi tulang trabecular dari vertebral body (seperti yang ditunjukkan pada gambar.1), dimana kurva intensitas waktu-signal yang dihasilkan merupakan rataan dari intensitas signal dalam ROI. Berdasarkan reference region model, muscle-based model membentuk hubungan antara CTOI dan Cm. Model berikut dapat ditunjukkan dengan algoritma dibawah ini : [( Dimana; , ) dan ( )] ∫ ( ) 1) merupakan konsentrasi zat pada (Gd-DTPA) pada TOI dan otot erector spine, , (contrast agent extravasation rate constants for TOI and muscle, respectively) dan , (fraksi volume ekstravaskuler-ekstraseluler untuk TOI dan muscle). Berdasarkan penelitian ini, muscle-based model menggunakan algoritma untuk menyesuaikan otot erector spine untuk setiap subject dan mengintegrasi fomulasi kedalam persamaan 1), sehingga curve-fitting routine bisa dietimasi dalam , , dan . Signal erector spine muscle dinyatakan dalam persamaan 2): [ ] 2) Dimana A, B, C, D dan E adalah kepadatan dan waktu untuk masing-masing konstanta. Untuk setiap data set, koefisien yang belum ditentukan pertama kali ditandai dengan signal menggunakan persamaan 2) dari titik awal. Koefisien yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam persamaan 1), maka parameter farmakokinetik, , , dan yang diperoleh pada persamaan 1) signal sumsum tulang memiliki karekteristik dari titik awal sampai titik akhir dengan metode least square. Secara total terdapat 304 parameter dari 76 subject yang dianalisis. Gambar 1. T1-weighted MR image in axial plane. Image shows manually drawn ROI positioned within cortical margins of L3 vertebral body and erector spine muscle for time-signal intensity data points measured from dynamic contrast enchanced images. Gambar 2. Data Processing on DCE data. a) Erector spinae muscle curve fitting by muscle-based model to derive characteristic parameters. b) Bone marrow curve fitting by equation 1) HASIL Pada table 1 menunjukkan hasil ANOVA (Analisis of varians) dan menunjukkan tidak terlihat perbandingan yang signifikan antara ketiga group. Nilai rataan dari dua parameter farmakokinetik TOI yang berkurang, seperti yang tersaji pada table 1 menunjukkan nilai P-value 0,009. Itu artinya daerah bawah otot erector spinae tidak menunjukkan abnormity apapun, yang menunjukkan bahwa daerah tersebut belum terpengaruh. KESIMPULAN Muscle-based model dirancang untuk perfusi sumsum tulang belakang tanpa menggunakan AIF, yang digunakan untuk menjadi faktor yang tidak stabil. Dalam penelitian ini, model farmakokinetik memiliki ketahanan yang baik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa muscle-based model untuk perfusi sumsum tulang yang dibandingkan dengan perfusi sumsum tulang pada wanita dengan kepadatan tulang yang normal, perfusi sumsum tulang belakang pada wanita dengan osteopenia dan akan berkurang pada wanita dengan osteoporosis. Hanya perfusi dalam tubuh vertebral yang menunjukkan tren menurun dengan kepadatan mineral tulang belakang berkurang, tetapi tidak dalam jaringan paravertebral yang dipasok oleh arteri yang sama. Sehingga penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk memperoleh lebih banyak lagi informasi tentang fisiologi perfusi dengan hilanya BMD.