Profil Setengah Pemimpin Serta Dampaknya dalam Manajemen (Herispon)
Profil Setengah Pemimpin Serta Dampaknya
Dalam Manajemen
HERISPON
Akademi Keuangan dan Perbankan Riau (AKBAR)
Jln. HR. Subrantas 57 Panam Pekanbaru 28293 Telp. (0761) 63237
E-mail : akbar_stier@yahoo.com
Abstract: The relationship between a leader with power is like the sweetness of
sugar, like salt and salty, like orange juice with acid. Both are inseparable, with
the power of leadership can inspire followers to achieve satisfactory performance.
When the powers it can arise not only from one source, effective leadership can
be analogue as a movement to utilize the genesis (origin) of power, and
menerapkannnya at appropriate places. While on the other side of a leader knows
the concept, philosophy, and how effective a leader in management, but the
application was not done with all my heart or in accordance with the concept and
philosophy of good and effective leadership, so that a target is made subordinate
to the estuary from all treatment and attitude of the leader half (half leader) is.
Kata kunci: Half Leader, Management
Bila dilihat kepada rujukan definisi
dari manajemen dan organisasi, manajemen
adalah usaha pencapaian tujuan yang
direncanakan
melalui
atau
dengan
menggunakan jasa orang lain. Organisasi
adalah wadah penampung, badan atau tempat
berkumpul, bernaung, yang terdiri dari
beberapa orang atau banyak orang yang
bekerja sama saling membahu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pengertian tersebut diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa untuk mencapai
suatu tujuan, baik individu atau kelompok,
mustahil tercapai tanpa melalui orang lain
baik langsung mapun tidak langsung, dengan
demikian
pimpinan
jangan
hanya
beranggapan bahwa orang yang bekerja
dibawah komandonya adalah bawahan
semata, tapi lebih dari itu bahwa bawahan itu
adalah sebagai mitra dalam mencapai tujuan
organisasi.
Seorang pemimpin adalah pribadi
yang memiliki kecakapan khusus, dengan
atau tanpa pengangkatan formal dapat
93
mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya,
untuk melakukan usaha bersama mengarah
kepada pencapaian tujuan tertentu. Namun
dewasa ini, berbagai teori manajemen baru
telah menjadi bahan sorotan dan analisis,
bukannya tidak mungkin bahwa ada pimpinan
yang
berpura-pura,
bahkan
merasakan
menganut teori secara benar, tapi dalam
aplikasi dan kenyataannya sama sekali tidak
mempunyai komitmen yang jelas, yang
kemudian terjadilah penyimpangan dan
manipulasi teori manajemen yang pada
hakekatnya bertentangan dengan prinsip-prinsip
manajemen, yang ia tahu bagaimana tujuan
yang diinginkan dapat tercapai.
Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa
banyak
sekali
definisi
mengenai
kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak
sekali
orang
yang
telah
mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut,
namun demikian semua definisi kepemimpinan
yang ada mempunyai beberapa unsur yang
sama. Menurut Sarros dan Butchatsky (1996)
”leadership is defined as the purposeful
94
behaviour of influencing other to contribute
to a commonly agreed goal for the benefit of
individual as well as the organization or
common good”. Yang dapat diartikan bahwa
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai
suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk
mempengaruhi aktivitas para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama
yang dirancang untuk memberikan manfaat
individu dan organisasi.
Berdasarkan definisi-definisi diatas,
kepemimpinan memiliki beberapa implikasi
dalam organisai antara lain :
1) Kepemimpinan berarti melibatkan orang
atau pihak lain, yaitu para karyawan atau
bawahan (followers). Para bawahan
harus memliki kemampuan untuk
menerima arahan dari pemimpin.
Walapun demikian, tanpa adanya
bawahan, kepempinnan tidak akan ada
juga.
2) Seorang pemimpin adalah seseorang
yang dengan kekuasaannya (his or
herpower}
mampu
menggugah
pengikutnya untuk mencapai kinerja
yang memuaskan. Kekuasan yang
dimiliki oleh seorang pemimpin dapat
bersumber dari :
- Reward power, yang didasarkan atas
persepsi bawahan bahwa pemimpin
mempunyai
kemampuan
dan
sumberdaya
untuk
memberikan
penghargaan kepada bawahan yang
mengikuti
arahan-arahan
pemimpinnya.
- Coercive power, yang didasarkan atas
persepsi bawahan bahwa pemimpin
mempunyai kemampuan memberikan
hukuman bagi bawahan yang tidak
mengikuti
arahan-arahan
pemimpinnya.
- Legitimate power, yang didasarkan
atas persepsi bahwa pemimpin
mempunyai hak untuk menggunakan
pengaruh
dan
otoritas
yang
dimilikinya.
- Referent power, yang didasarkan atas
pengenalan (identification) bawahan
terhadap
sosol
pemimpin.
Para
pemimpin
dapat
menggunakan
pengaruhnya
karena
karakteritik
pribadinya, reputasinya, dan atau
kharismanya.
- Expert power, yang didasarkan atas
persepsi bawahan bahwa pemimpin
adalah
seorang
yang
memliki
kompetensi dan mempunyai keahlian
dalam bidangnya. Para pemimpin dapat
menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan
atau kekuatan yang berbeda untuk
mempengaruhi perilaku bawahan dalam
berbagai situasi.
3) Kepemimpinan harus memiliki kejujuran
terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggung
jawab
yang
tulus
(compassion), pengetahuan (cognizance),
keberanian bertindak sesuai dengan
keyakinan (commitment), kepercayaan
pada diri sendiri dan orang lain
(confidence), dan kemampuan untuk
meyakinkan orang lain (communication)
dalam membangun organisasi. Walaupun
kepemimpinan (leadership) seringkali
disamakan
dengan
manajemen
(management), kedua konsep tersebut
mempunyai perbedaan, perbedaan antara
pemimpin dan manajer dinyatakan secara
jelas oleh Bennis and Nanus (1995).
Pemimpin berfokus pada mengerjakan
yang
benar,
sedangkan
manajer
memusatkan perhatian pada mengerjakan
secara tepat (managers are people who do
things rigth and leaders are people who do
the
right
thing).
Kepemimpinan
memastikan tangga yang kita naiki
bersandar pada tembok secara tepat,
sedangkan manajemen mengusahakan agar
kita menaiki tangga seefisien mungkin.
4) Setengah pemimpin (half leader), seorang
pemimpin yang sudah (belum) memahami
konsep, filosofi, teori kepemimpinan dan
manajemen tidak melaksanakan dan tidak
mengaplikasikannya dalam manajemen
94
95
atau organisasi, sehingga bawahan
menjadi sasaran sikap dan perilaku
setengah pemimpin (half leader)
tersebut.
Dalam
sebuah
survey
pada
perusahaan-perusahaan
besar
Amerika,
diselidiki faktor-faktor apa yang membuat
seorang pemimpin atau manajer menjadi jauh
lebih berhasil dari yang lain. Ternyata
bukanlah perbedaan kemampuan analisis
yang penting, tapi justru hal-hal yang
berkaitan dengan emosi dan perasaan, serta
hubungan personal. Empat hal yang paling
menonjol adalah ; kemauan dan keuletan
untuk mencapai tujuan, kemampuan untuk
mengambil inisiatif baru, kemampuan
bekerjasama. Secara umum ada enam tipe
kepemimpinan yaitu :
1) Visionary, kepemimpinan dengan visi
yang mampu membawa orang pada
tujuan impian bersama. Tipe ini
dibutuhkan
pada
saat
terjadinya
ketidakpastian
atau
dibutuhkannya
perubahan.
2) Coaching, gaya pembinaan yang lebih
mengutamakan hubungan inter personal
seorang dengan seorang untuk mencapai
tujuan organisasi, lebih pas untuk
melestarikan kemapanan.
3) Affiliate, kepemimpinan kerja sama yang
lebih mengutamakan harmoni, sangat
bagus untuk masa-masa susah dan
memotivasi tim yang sedang dalam
kritis.
4) Democratic, kepemimpinan demokrasi
yang mengedepankan pendapat dan
pandangan semua orang, dan konsensus
dan keinginan bersama adalah pendapat
tertinggi.
5) Pacesetting, kepemimpinan memacu
kemajuan, yang sangat dibutuhkan untuk
memotivasi team dalam mengejar
ketingggalan atau untuk mencapai target
yang luar biasa.
6) Commanding, kepemimpinan otoriter
yang lebih umum dipakai untuk
mengatasi kemelut internal organisasi atau
manajemen.
Dari enam tipe kepemimpinan itu, empat yang
pertama lebih mementingkan emotional
intellegent, dan lebih sering berhasil dari pada
dua yang terakhir. Pemakaian dua tipe yang
terakhir haruslah dijalankan dengan sangat
berhati-hati karena dalam pelaksanaannya
sering membawa hasil yang buruk. Hanya pada
situasi khususlah kedua tipe tersebut dapat
digunakan dengan hati-hati. Seorang pemimpin
dapat saja memiliki dan memakai beberapa tipe
gaya kepemimpinan yang berbeda untuk
keadaan dan saat yang berbeda.
HASIL
Setengah Pemimpin (half leader) dalam
Manajemen.
Lalu bagaimana setengah pemimpin
(half leader) dalam sebuah organisasi atau
lembaga, kalau berbicara tentang setengah
pemimpin dalam sebuah organisasi, ada
pimpinan
atau
manajer
yang
selalu
mematahkan semangat, bahkan menghardik
bawahan atau karyawannya, ide bawahan tidak
pernah diterima, ada juga tipe pimpinan yang
sama sekali tidak pernah menggubris saran dan
ide dari bawahannya.
Perlakuan ini bentuknya bermacam-macam dari
berupa penganiayaan fisik sampai kepada
kekejaman mental yang tidak kentara.
Penganiayaan secara fisik dapai dijumpai
dipenjara, kehidupan para gengster, pada anak
jalanan,
kejadian
pemerkosaan,
dalam
kehidupan suami isteri, dalam kehidupan
politik, kejadian yang dialami tenaga kerja
wanita Indonesia di luar negeri dan lain
sebagainya, dan sifat yang cenderung
memaksakan kehendak dan pendapat untuk
dapat diterima oleh orang lain tanpa mengenal
situasi dan tempat.
Sedangkan dalam sebuah lembaga atau
organisasi yang sering dijumpai adalah siksaan
mental atau moril, yang dilakukan oleh orangorang yang serakah terhadap kekuasaan dan
95
96
materi, ingin menguasai orang lain dan
menginginkan
keuntungan
marginal
(pribadi). Bagaimana dapat diketahui ciri-ciri
dari setengah pemimpin antara lain dengan
mengamati sikap dan perilakunya yaitu :
1) Menonjolkan kepentingan pribadi dan
tak rasional.
Profil pimpinan seperti ini sangat
mengutamakan kepentingan pribadi,
tidak mau tahu, tidak mengindahkan apa
akibat sikap, kebijaksanaan, dan perilaku
terhadap orang-orang sekitar atau
bawahan tidak ada yang dipercaya,
karyawan selalu dicurigai, tidak peduli,
over akting dan selalu ikut campur dalam
urusan dan pekerjaan bawahan, apapun
yang dikerjakan harus selalu melalui atau
mendapat
persetujuan
pimpinan,
karyawan tidak diberi kesempatan untuk
bekerja dengan tenang, karyawan diberi
tugas, pekerjaan atau diminta untuk
bertanggung jawab, tapi tidak diberi
wewenang dan kuasa pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan
pekerjaan yang diberikan.
Dalam masalah keuangan profil
pimpinan seperti ini sangat kritis, tidak
transparan, tidak mempunyai data dan
laporan keuangan yang baik, sehingga
menganggap uang organisasi atau
lembaga adalah uang kantongnya, untuk
itu ia dapat mengatur menurut
kehendaknya, disisi lain profil pimpinan
seperti ini suka menumpuk kekayaan
berupa harta benda dan informasi ini
selalu ditutupi agar bawahan atau
karyawan tidak mengetahuinya.
Tapi profil pimpinan seperti ini
juga boros dalam memberikan pujian
atau hadiah kepada temannya dan secara
pribadi bukan organisasi. Semua urusan
dikira
mudah
karena
dibaliknya
disisipkan amplop atau iming-iming
tertentu. Jadi dia menganggap semua
bisa diatur yang penting ada uang,
kadangkala dia bersikap manis kepada
orang-orang diluar unitnya dan mencari
orang-orang dalam unitnya yang bisa
dijadikan sebagai kambing hitam kalau
terjadi kesalahan. Pimpinan atau manajer
seperti ini pandai menjilat sana sini demi
kepentingannya.
Walaupun
pimpinan
ini
seringkali
kedengaran sangat moralistik, tetapi sifat
dan perilakunya mencurigakan, tidak dapat
diramalkan, irasional, gaya dan modelnya
mudah berubah.
2) Menggunakan kekuasaan agar bawahan
menjadi penurut.
Profil pimpinan seperti ini tidak bisa
mentolerir sikap bawahan yang tidak setuju
atas kebijaksanaannya, menuntut agara
bawahan menurut, taat, dan patuh, selalu
setuju dengan pendapatnya. Disatu sisi
bawahan dituntut agar dapat bekerja
dengan baik, ulet, dan tepat waktu, tapi
disisi lain dia mengungkung bawahan
dengan peraturan dan kebijaksanaan
irrasional yang sengaja diciptakannya.
Pimpinan ini tidak mau menerima ide,
masukan atau saran dari bawahan karena
tidak
ada
yang
sesuai
dengan
keinginannya, yang benar hanya ide dia
saja, bahkan sang pimpinan mau
melakukan segala cara agar bawahan
tunduk dan patuh padanya dengan
mendatangi orang pintar atau dukun untuk
meminta sesuatu yang ditujukan kepada
bawahan, atau untuk dipakai sendiri oleh
sang pimpinan agar tampak berwibawa dan
ditakuti oleh bawahan, dari semua itu sang
pimpinan menggunakan kekuasaannya
seperti :
a. Mengamcam akan memecat atau mem
PHK kannya.
b. Tidak memberikan kemudahan atau
fasilitas
kepada
bawahan
atau
karyawan
c. Mengenakan hukuman atau denda yang
tinggi atau memecat sewaktu-waktu
d. Menggencet bawahan atau karyawan
yang tidak disukai dengan menyiksa
moril bawahan dengan tidak memberi
tugas yang jelas, tidak diberi pekerjaan,
96
97
sehingga lambat laun bawahan yang
bersangkutan merasakan dirinya
tidak diperlukan lagi dan berakhir
mengambil
jalan
untuk
mengundurkan diri.
Tujuan pimpinan ini bukannya hasil
positif untuk organisasi atau lembaga
tapi bagaimana ia bisa menikmati
kekuasaan atau mendapat keuntungan.
Untuk itu sang pimpinan tidak segansegan menahan informasi yang penting,
selalu merusak rencana kerja dan
peraturan yang telah disepakati, dan
mengganti-ganti prioritas, membedabedakan antara bawahan yang satu
dengan bawahan yang lain, karena yang
lain itu dianggap lebih menurut
pandangannya.
3) Peraturan tidak tetap dan standard tidak
jelas.
Profil pimpinan seperti ini menerapkan
anggaran dasar atau peraturan-peraturan
hanya kalau ia merasa perlu, kalau sesuai
dengan kepentingannya, jika keadaan
sebaliknya
peratuaran
diabaikan,
peraturan dibuat sesuai dengan kehendak
dan kepentingannya, permasalahan soal
gaji, honor, lembut tidak ada ketentuan
yang
jelas
diberikan
menurut
keinginannya, sering membandingkan
bahwa apa yang diberikan merasa lebih
dari bekerja ditempat lain atau sering
berkata ”bekerja disini honor, gajinya
lebih besar dari bekerja ditempat lain”
pada hal jika diteliti secara cermat itu
tidak benar.
Jika terjadi kesalahan bawahan kritikan
akan menjadi pedas, karena pimpinan
tidak menjelaskan standard performan
yang dia kehendaki dan tidak
menjelelaskan apa yang menjadi agenda
atau maksud-maksud diluar itu, semua
faktor itu membuat bawahan tidak bisa
tahu apa sebenarnya yang diinginkan
sang pimpinan.
Kritikan yang dilancarkan pimpinan
terhadap bawahan bila bawahan melakukan
kesalahan atau tidak melakukan kesalahan
sama sekali, maksud kritikan itu bukannya
untuk
mengoreksi,
tetapi
untuk
menunjukkan kesalahan atau kelemahan,
kritikan sering untuk hal yang kurang
penting atau sepele yang tidak berarti dan
dilancarkan terhadap orang, bukan
pekerjaannya.
Bawahan tidak mendapat komentar positif
yang memberikan semangat kerja, sang
pimpinan kadangkala memberikan janjijanji untuk memberikan peluang dalam
promosi jabatan atau ingin menambah
tingkat pendidikan dengan dalih untuk
meningkatkan sumber daya manusia atau
untuk memberikan citra bagus bagi
lembaga atau organisasi dimata masyarakat
luar. Tetapi itu hanya sebagai trik dan
strategi yang menyebabkan bawahan
supaya dapat lebih rajin sesuai dengan
kepentingan sang pimpinan. Sedangkan
dalam kenyataan jika sibawahan menuntut
janji pimpinan itu, ia sering mengelak dan
mengalihkan perhatian bawahan pada halhal lain yang kurang dimengerti oleh
bawahan tersebut, bahkan pimpinan tanpa
malu dan segan mengatakan organisasi
dalam keadaan merugi atau keuangan
lembaga sedang minus pada hal yang
sebenarnya tidak demikian.
5) Memanipulasi data dan mengubah catatan.
Profil pimpinan seperti ini sering
mengubah catatan dan memanipulasi
persepsi atau data mengenai aktivitasaktivitas lembaga atau organisasi yang
sudah dilaksanakan untuk menciptakan
suasana kerja yang lebih sesuai dengan
keinginannya, pimpinan ini sering tidak
mengaku bahwa dia telah memberikan
perintah langsung kepada bawahan untuk
melakukan sesuatu, dengan demikian dia
menghindari tanggung jawab atas akibat
buruknya, disisi lain pimpinan seperti ini
juga memanipulasi data dan fakta,
kejadian-kejadian dan hubungan-hubungan
4) Kritikan yang pedas dan tidak motivatif.
97
98
yang ada agar dialah yang mendapat
pujian kalau ada pekerjaan yang berhasil
dikerjakan oleh bawahannya.
Bila suatu kali pimpinan seperti ini
membuat suatu kekeliruan, dia tidak
segan-segan melemparkan kesalahan
kepada bawahannya seperti pepatah
”lempar batu sembunyi tangan”, rumor,
kasak kusuk, dan menjelekan bawahan
dipakai sebagai sarana oleh sang
pimpinan semacam itu.
6) Suka merendahkan moril bawahan.
Profil
pimpinan
seperti
suka
menjatuhkan moril bawahan dihadapan
bawahan lain, bahkan tidak jarang
membentak dan menghardik didepan
khlayak ramai dengan berkata-kata kasar
yang tidak enak didengar. Ada pimpinan
yang mempunyai kebiasaan memanggil
bawahannya keruang kantornya dan
memarahinya agar dapat didengar oleh
bawahan lain, juga tipe pimpinan seperti
ini suka berkata dalam kalimat sindiran,
serta
mudah
sekali
mengancam
memberhentikan
bawahan,
atau
menjelek-jelekan
seorang
bawahan
kepada bawahan yang lain, sehingga
yang menjadi sasaran tersebut merasa
tidak dihargai.
Pimpinan seperti ini lebih menghargai
jasa orang lain yang bukan bawahannya
sedangkan bawahannya telah bekerja
secara maksimal kurang dihargai,
seharusnya keadaan ini proporsional, jika
dalam kesulitan pimpinan ini cepat-cepat
minta ide dari bawahan atau bantuan
orang lain, tapi setelah keluar dari
permasalahannya, jasa orang sebagai
penolongnnya rasanya tak pernah ada
bahkan sebaliknya menghitung-hitung
atau mengungkit kesalahan orang lain
kepadanya, seakan dia selalu berada
dalam pihak yang benar tanpa mau
mengakui kelemahan dan kekurangan
yang ada padanya.
PEMBAHASAN
Dampak dari Setengah Pemimpin (Half
Leader).
Sikap dan perilaku setengah pemimpin
ini menciptakan suasana kerja yang penuh
ketegangan, penuh kepura-puraan, artinya
sibawahan seolah-olah bekerja dengan tekun
bila pimpinan hadir diruangan tempat bekerja,
suasana sehat sulit dicapai karena penuh dengan
kecurigaan dan kepura-puraan.
Bawahan
yang
menentang
arus
pimpinan umumnya kalah, dan biasanya
disingkirkan dari lembaga atau organisasi, jika
dalam keadaan ini tetap bertahan itu hanya
supaya tugas bisa selesai dan pekerjaan tidak
menumpuk, belum ada pekerjaan lain sebagai
gantinya, bertahan karena pertimbangan yang
perlu pemikiran yang matang bila keluar dari
pekerjaan, karena harus menggung resiko dan
konsekwensinya yaitu menganggur dalam
waktu tertentu. Bawahan lari menyingkir
dengan mula-mula bersikap menarik diri secara
psikologis umumnya merasa takut dan tidak
berdaya, tidak mampu mengambil keputusan
apapun, sehingga membuat bawahan tak
mampu mengambil inisiatif dan selalu minta
izin kalau berbuat apapun, kehilangan
kepercayaan diri, kreativitas, dan timbulnya
sikap skeptis dan apatis terhadap organisasi
atau lembaga.
Bawahan tetap bekerja tapi tidak
mempunyai rasa kebanggaan, rasa memiliki
akan pekerjaan, terhadap kemajuan lembaga
atau organisasi. Bagi lembaga atau organisasi
itu sendiri efek dari pimpinan yang tak mau
tahu adalah lembaga atau organisasi tidak
mempunyai visi dan misi yang jelas dalam
perjalanannya, satu persatu bawahan akan
menarik
diri,
kemungkinan
bawahan
melakukan mogok kerja kecil bila dilihat dari
jumlah bawahan yang sedikit. Pimpinan seperti
ini banyak memanipulasi dalam hal sifat dan
sikap terhadap bawahannya antara lain :
a. Berpura-pura bijaksana.
98
99
b.
c.
d.
Pimpinan seperti ini menutupi sifatnya
yang otoriter dengan berpura-pura
bersikap seperti orang tua yang bijaksana
dan hatinya baik. Apa yang dia lakukan
hanyalah demi bawahannya, tapi sebalik
itu hatinya penuh dengan kedengkian,
bawahan sering dijadikan tumbal atas
kesalahan yang dilakukan oleh sang
pimpinan, dia baik kalau bawahan
tunduk dan patuh pada keinginannya.
Bersikap kekeluargaan.
Pimpinan ini membuat bawahannya
mengira bahwa mereka itu sebuah
keluarga yang erat hubungan satu sama
lain, dia sering berkata demi kemajuan
lembaga atau organisasi kita ini,
bekerjalah dengan tekun dan sungguhsungguh, anggaplah pengorbanan anda
dilembaga atau organisasi ini sebagai
pengabdian
yang
murni.
Pada
kenyataannya pimpinan tersebut hanya
ingin
mengeksploitasi
tenaga
bawahannya untuk kepentingan sang
pimpinan,
tapi
tidak
pernah
memperhatikan masa depan atau
kesejahteraan
bawahannya,
apakah
cukup gaji, insentif atau kompensasikan
yang diberikan kepada bawahannya
sesuai masa kerja bawahan.
Berlagak partisipatif.
Pimpinan ini mencoba untuk membujuk
bawahan supaya memberikan komitmen
yang mendukung pendapatnya, sehingga
keluarnya seakan-akan hasil kesepakatan
bersama. Apa yang dia lakukan hanya
basa basi, seolah melibatkan bawahan
dalam mendukung idenya tapi yang jelas
dia menunjukkan suatu kafmulase dalam
mengambil suatu keputusan yang
diinginkannya.
Memberikan usul setengah jadi.
Pimpinan seperti ini sengaja memberikan
usul-usul yang tidak sempurna kepada
bawahannya
supaya
bawahan
mengoreksinya
dengan
demikian
sibawahan
seolah-olah
mendapat
e.
kepuasan bathin, itu hanya sebagai taktik
untuk menjalankan usul yang lain.
Keputusan dan kebijaksanaan yang
otoriter.
Berbagai peraturan dan kebijaksanaan
dibuat oleh pimpinan untuk menjalankan
tugas dengan baik, tapi dalam pekerjaan
bawahan
tidak
diberi
keluwesan,
wewenang, kuasa dalam memutuskan suatu
masalah, bawahan hanya diberi tugas dan
beban pekerjaan, dan tak pernah
memberikan batasan-batasan pekerjaan
secara jelas, dan wewenang yang
seharusnya dipegang dan dijalankan oleh
bawahan.
SIMPULAN
99
Tidak disangkal bahwa banyak organisasi
atau lembaga yang mencapai tingkat
keberhasilan yang diinginkan karena telah
mengaplikasikan konsep, filosofi, dan teori
manajemen dengan baik dan benar serta
didukung dengan kemampuan sumber daya
yang dimilikinya, tapi disisi lain masih
juga banyak organisasi atau lembaga yang
mengalami kesulitan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan, karena tidak dapat
mengaplikasikan konsep, filosofi, dan teori
manajemen dengan baik.
Bagi organisasi atau lembaga yang tidak
dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
diinginkan, bisa saja sang pimpinan
sesungguhnya mengetahui bagaimana
menerapkan konsep, filosofi, dan teori
manajemen yang baik, tapi karena sifat dan
prilaku setengah pemimpin yang ada dalam
diri sang pimpinan, maka timbulah
kebijaksanaan, buah pemikiran, peraturan
atau ide sang pimpinan saja yang benar,
sedangkan
masukan
dari
bawahan
dianggap sebagai pelengkap saja.
Kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih,
dan bukan didapat sejak lahir, hal ini sering
diperdebatkan, dan secara ilmiah telah
dibuktikan pada banyak survey bahwa
100
dengan pelatihan dan dalam iklim yang
menunjang, seseorang dapat berkembang
dan menjadi pemimpin yang baik.
Pada dasarnya setiap manusia yang
dilahirkan untuk memimpin, minimal
untuk diri sendiri, untuk itu marilah kita
tingkatkan kualitas kepemimpinan kita
untuk mencapai hasil yang lebih baik,
dengan mengaplikasikan konsep, filosofi,
dan teori-teori kepemimpinan dan
manajemen khususnya dalam organisasi
atau perusahaan.
Maka dalam era zaman globalisasi ini
bagi organisasi atau lembaga dalam
sektor apapun akan ketinggalan dan akan
banyak mengalami hambatan bagi yang
masih mempertahankan pola manajamen
tradisional dan manajemen kekeluargaan,
yang tidak didukung dengan sumber
daya manusia yang tidak memadai.
http://webmediacenter.com/2010/01/27/6-tipepemimpin
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=
Hubungan%20Kepemimpinan%20dan
%20Kekuasaan&&nomorurut_artikel=2
01
http://www.mailarchive.com/diskusikepemimpinan@ya
hoogroups.com/msg/00248.
http://massofa.wordpress.com/2009/02/23/tipekepemimpinan
DAFTAR RUJUKAN
Bass, B.M. and Avolio, B J., “Improving
Organizational Effectiveness through
Transformational Leadership, Sage,
Thousand Oaks, 1994.
Bryman, A. Charisma and Leadership in
Organizations, Sage, London, 1992.
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen,
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,
1991.
Majalah Eksekutif, Halaman 73, No. 153,
Maret Tahun 1992.
T. Hani Handoko, Manajemen II, BPFEUGM, Yokyakarta, 1992
http://myhad.blogspot/2007/04/pengertiankepemimpinan-leadership.html.
100