Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

DISERTASI 17 NOV

xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI iii UCAPAN TERIMA KASIH iv ABSTRAK v ABSTRACT vi DAFTAR ISI xii DAFTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR LAMPIRAN xviii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 5 1.3. Tujuan Penelitian 7 1.4. Manfaat Penelitian 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu 9 2.2. Landasan Teori 16 2.2.1. Model Perilaku Ekonomi Rumah tangga 16 2.2.2. Pendapatan Petani Peternak 27 2.23. Tenaga Kerja Dalam Usahatani 34 2.2.4 Pengambilan Keputusan Ekonomi Rumah Tangga 35 2.2.5. Konsep Produksi 36 2.3. Faktor-Faktor Produksi 39 2.3.1. Lahan 39 2.3.2. Tenaga Kerja 39 2.3.3. Modal 41 2.3.4. Manajemen Usahatani 41 2.4. Inovasi Baru 42 2.5. Barang Konsumsi 46 BAB IIIKERANGKA PENELITIAN 48 3.1. Kerangka Pemikiran 48 3.2. Hipotesis 53 3.3. Definisi Operasional 55 BAB IV METODE PENELITIAN 57 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 57 4.2. Metode Penentuan Sampel 57 4.3. Metode Pengumpulan Data 60 4.4. Metode Analisis Data. 60 4.4.1. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Petani Padi Itik 60 xiii Halaman 4.4.2. Pendapatan On-Farm dan Non-Farm Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumahtangga Petani Padi Itik 61 4.4.3. Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Itik 6 BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 84 5.1. Kondisi Geografis 85 5.2. Iklim 86 5.3. Kependudukan 86 5.4. Kesehatan 87 5.5. Tingkat Pendidikan 88 5.6. Ketenaga-Kerjaan 88 5.7. Indikator Perekonomian 89 5.8. Sektor Pertanian 93 5.8.1. Tanaman Pangan 94 5.8.2. Peternakan 95 5.8.3. Perkebunan 96 5.9. Kondisi Usahatani 97 5.9.1. Rumah tangga Usahatani Padi-Itik 97 5.9.2. Pola Usahatani Padi-Itik 97 5.9.3. Pengadaan Pakan 98 BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 99 6.1. Karakteristik Petani Responden 99 6.1.1.. Usia Responden Petani Padi-Itik 99 6.1.2. Pendidikan Formal 100 6.1.3.. Jumlah Anggota Rumah Tangga 101 6.1.4.. Kepemilikan Lahan Usahatani Padi 102 6.1.5.Kepemilikan Itik 102 6.1.6. Pengalaman Responden Pada Usahatani Padi-Itik 103 6.1.6.1. Penguasaan Lahan 104 6.1.6.2.Pengeluaran Rumah tangga Usahatani Padi-Itik 104 6.2. Alokasi Tenaga Kerja dan pengggunaan Saprodi Pada Usaha tani Pada Itik 110 6.2.1. Penggunaan Tenaga kerja Dalam Keluarga Pada UsahataniPadi 109 6.2.2.Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Padi 110 6.2.3. Curahan Tenaga Kerja Keluarga Pada Buruh 111 6.2.4. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usaha Itik 112 6.2.5.Penggunaan Saprodi Usahatani Padi 112 6.2.5.1. Penggunaan Benih Padi 112 6.2.5.2. Penggunaan Pupuk Urea 6.2.5.3. Penggunaan Pupuk SP36 114 6.2.5.4. Penggunaan Pupuk NPK 114 Halaman 6.2.5.5. Penggunaan Pestisida 115 xii 6.2.5.6. Penggunaan Tenaga kerja Untuk Padi 115 6.3 Pendapatan on-farm dan non-farm serta kontribusi terhadap pendapatan 117 6.3.1. Pendapatan dan Penerimaan On-Farm 117 6.3.2. Biaya dan penerimaan usahatani padi itik. 118 6.3.3. Biaya Produksi, Pendapatan dan Penerimaan Usahatani 119 6.3.1.3 Gambaran Pendapatan Usahatani Padi 119 6.3.1.4 Penggunaan Saprodi Usaha Itik (Dedak, Keong danKonsentrat) 122 6.3.1.5.Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Itik 125 6.4. Pendapatan dari Usahatani On farm, Kegiatan Non-farm 128 6.5.1 Kinerja Model 129 6.5.2 Validasi Model 130 6.5.3 Anova Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Usahatani 131 6.5.4. Anova Model Luas Area Panen Padi Pada Usahatani Padi 132 Itik (LAP) 132 6.5.5. Anova Model Produktivitas Usahatani Padi Itik (PDTVS) 136 6.5.6. Anova Model Produksi Itik (PRODI) 140 6.5.7. Anova Model Penggunaan Tenaga Kerja DalamKeluarga 143 Untuk Usahatani Padi (JTKDP) 143 6.5.8. Anova Model Penggunaan TenagaKerja Luar Keluarga 145 Untuk Usahatani Padi (JTKLP) 145 6.5.9. Anova Model Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga 149 Untuk Usaha Itik (JTKDI) 149 6.5.10. Anova Model Curahan Kerja Keluarga Pada Usaha Buruh/ Non Tani (CTKDB) 151 6.5.11.Anova Model Adopsi Sistem Intregrasi Padi Itik 154 6.5.12.Anova Model Konsumsi Pangan Rumah Tangga Usahatani Padi Itik 158 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 160 7.1. Kesimpulan 160 7.2. Saran 161 DAFTAR PUSTAKA 162 LAMPIRAN 168 xv DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Jenis Itik, Jumlah Telur per Tahun dan Bobot Telur per Butir 45 2. Jumlah Responden Penelitian 62 3. Identifikasi Syarat Kecukupan Terhadap 9 Persamaan Perilaku signifikan 84 4. Ketinggian Lokasi Penelitian diatas Permukaan Laut 85 5. Jumlah penduduk Kecamatan Langowan 89 6. Pola Usahatani dan Jumlah Responden di Lokasi Penelitian 90 7. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Menurut Tanaman Padi di Kecamatan Lawongan Timur, 2010 94 8. Banyaknya Ternak Besar Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Lawongan Timur, 2010 95 9. Banyaknya Ternak Unggas, 2010 96 10. Luas Area dan Produksi Menurut Tanaman Perkebunan di Kecamatan Lawongan Timur, 2010 96 11. Umur Kepala Keluarga (UKK) 99 12. Pendidikan Kepala Keluarga Dalam Tahun (PKK) 101 13. Prosentasi Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Dalam Jiwa (JAKL) 101 14. Luas Area Panen (LAP) 102 15. Pemilikan Itik Dalam Ekor (JBI) 103 16. Pengalaman Usahatani Padi-Itik Dalam Tahun (PENGUT) 104 17. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Per Tahun 105 18. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Padi Dalam HOK (JTKDp) 110 19. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Padi Dalam HOK (JTKLP) 111 20. Curahan Tenaga Kerja Keluarga Non Usahatani Padi/buruh HOK (CTKDB) 112 21. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Itik Dalam HOK (JTKDI) 112 22. Penggunaan Benih Padi Dalam Kg (JBP) 113 23. Penggunaan Pupuk Urea Dalam Kg (JPU) 113 24. Penggunaan Pupuk SP 36 Dalam Kg (JPSP36) 114 25. Penggunaan Pupuk NPK Dalam Kg (JPNPK) 114 26. Penggunaan Jumlah Obat Pestisida Liter (JO) 115 27. Rata-rata Penggunaan Input dan Produktifitas Pada Usahatani Padi 118 28. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi 120 N xvi xvi omor Teks Halaman 29. Pendapatan Rumahtangga Petani Dalam Rupia (PRTP) 121 30. Penggunaan Saprodi Usaha Itik 123 31. Penggunaan Dedak Padi Segar Dalam Kg (JDDK) 123 32. Penggunaan Makanan Itik Keong Emas Renga Kg (JKER) 124 33. Penggunaan Konsentrat Kg (JKO) 124 34. Pemilikan Itik Dalam Ekor (JBI) 125 35. Produksi Telur Itik dalam Butir Kg (PRODi btr) 126 36. Produksi Daging Itik Per Ekor (HIH Rp./ekor) 126 37. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Itik 127 38. Total Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi – Itik 128 39. Uji Statistik Tingkat Daya Prediksi Model Perilaku Pendapatan Rumah tangga Petani Padi-Itik 131 40. Model Anova Luas Areal Panen Padi 133 41. Model Luas Area Panen Padi 133 42. Model Anova Produktivitas Usahatani Padi Itik 138 43. Model Produktifitas Usahatani Padi 139 44. Model Anova Produksi Itik 142 45. Model Produksi Itik 142 46. Model anova penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi 144 47. Model Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Untuk Usahatani Padi 144 48. Model Anova Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Untuk Usahatani Padi 146 49. Model Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Untuk Usahatani Padi 147 50. Model Anova Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga 150 51. Model Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usaha Itik 151 52. Model AnovaCurahan Kerja Keluarga Pada Usaha Buruh atauNon Tani 152 53. Model Curahan Tenaga Kerja Keluarga Pada Usaha Buruh 153 54. ModelAnova Adopsi Sistem Intregrasi Padi Itik 155 55. Model Adopsi Usahatani campuran Padi Sawah dengan Itik 156 56. Model Anova Konsumsi Pangan Rumah Tangga Usahatani Padi Itik 159 57. Model Konsumsi Pangan Rumah Tangga 159 xvii DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Model Konseptual Perilaku Rumah tangga (Mangkuprawira, 1984) 19 2. Tingkat Kepuasan Anggota Rumah tangga 22 3. Alur Pemikiran Model Pengembangan Pendapatan Rumahtangga Petani Padi itik 54 4. Usahatani yang dijalankan seluruh Responden. 90 5. Grafik Pendapatan Usahatani. Sumber: Data Diolah (2013) 121 6. Kurva Linear dan Hasil Penelitian.Sumber : Data Diolah (2013) 122 7. Diagram Pendapatan 1. Non-farm (Non Usahatani padi itik), 2. Pendapatan On-farm dan 3. Total Pendapatan 129 xviii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Teks Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian 168 2. Padi Sawah Yang Ditanam Difoto Pada Satu Hari Yang Sama Menunjukkan Musim Tanam Petani Tidak Bersamaan.Tikus tidak mengganggu sebab dapat Dikonsumsi 169 3. Padi Sawah Masih Menghijau dan Ada Yang Sudah Menguning 169 4. Bentuk Usahatani campuran Padi Sawah dengan anak Itik 170 5. Jenis Itik dan Entok sedang bertelur dan dipungut setiap Hari Di Lokasi Penelitian 170 6. Hasil Estimasi Terhadap Parameter-Parameter Pada Persamaan Simultan Model Perilaku Pengembangan Pendapatan Rumahtangga Usahatani Padi-Itik. 171 7. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data 172 8. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data 173 9. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data 174 10. Hasil Analisis SAS :Syslin, dan Print Data 175 11. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data 176 12. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data 177 13. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data (Lanjutan) 178 14. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data Produksi Itik 179 15. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data 180 16. Tabulasi Data Penelitian Produksi Padi 181 17. Hasil Tabulasi Data Penelitian Jumlah TK Usaha Padi 182 18. Hasil Tabulasi Data Penelitian Keseluruhan Variabel 184 19. Hasil Tabulasi Data Penelitian Luas Area Panen 185 xix Lampiran Teks Halaman 20. Hasil Tabulasi Data Penelitian Pengalaman Kepala Keluarga 186 21. Total biaya produksi dan tenaga kerja dalam Usahatani Padi 192 22. Kalkulasi Usaha Itik selama 3 bulan 196 23. . Daftar Singkatan 200 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan pertanian adalah mengembangkan sub sektor tanaman pangan yang diarahkan pada pengembangan pertanian rakyat. Sub sektor tanaman pangan ini merupakan sumber lapangan kerja yang banyak menyerap tenaga kerja pedesaan dan juga sebagai penyedia bahan baku untuk keperluan industri makanan. Sub sektor tanaman pangan juga merupakan salah satu sub sektor yang berperan dalam menunjang pembangunan ekonomi Indonesia. Tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh rakyat di pedesaan adalah tanaman padi. Mengembangkan tanaman pangandi Indonesia juga diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dimana upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan kinerja petani sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia. Kecenderungan menurunnya pendapatan petani diantaranya disebabkan oleh pola usahatani yang mereka lakukan misalnya dengan cara monokultur. Sistem usahatani yang monokultur akan membuat petani dengan lahan relative kecil mempunyai pendapatan yang kurang dibandingkan dengan non monokultur, oleh karena terjadi adanya penurunan harga produk otomatis menurunkan pendapatan yang berasal hanya dari satu jenis tanaman saja. Penanaman dengan sistem monokultur juga dapat menurunkan nilai tukar petani sehingga berdampak pada pendapatannya sehingga perlu adanya perubahan pertanian yang lebih dapat diandalkan. Menurut Biro Pusat Statistik bahwa sampai dengan Tahun 2009, nilai tukar petani (NTP) mempunyai kecenderungan menurunmisalnya pada Tahun 2007/2008 NTP Januari 100.69, Februari 100,59, Maret 98,79 dan April 99,05. kemudian mulai terjadi peningkatan pada tahun 2010 Januari sebesar 101,19, Februari 101,09, Maret 101,20 dan April 101,15. Angka NTP ini cenderung bertahan dan membaik sampai dengan 2014. pada berbagai komoditas. Ini disebabkan banyaknya petani yang melakukan pertanian secara monokultur sudah berpindah melakukan pertanian yang tidak monokultur dan juga melakukan berbagai usaha sampingan lainnya didalam pertanian dan pertanian sampingan lainnya dan non usahatani, dimana dalam pertanian padi dengan pertanian campuran mempunyai dampak besar terhadap pendapatan petani apabila diukur berdasarkan nilai tukar, dengan demikian perilaku yang mengusahakan usahatani campuran, atau usaha tani ternak lainnya perlu dilaksanakan disamping sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Minahasa mencakup sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan hortikulura. Tanaman pangan didominasi oleh padi, jagung, kacang tanah, kedelai dan ubi kayu. Dengan besarnya prospek dibidang tanaman pangan seperti padi, para petani melakukan berbagai macam cara untuk peningkatan produksi dan pendapatan mereka, salah satunya dengan melakukan usahatani campuran antara tanaman dan ternak khususnya tanaman padi dan itik. Usahatani usahatani campuran antara padi dan itik memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan dengan sistem usahatani padi saja, karena itik dapat mengurangi populasi gulma dan hama pengganggu tanaman, dan itik merupakan nilai tambah bagi pendapatan petani, dimana kesejahteraan akan meningkat dengan meningkatnya pendapatan petani dengan memperhitungkan ketersediaan sumberdaya. Ketersediaan sumberdaya yang yang ada di daerah ini, memungkinkan untuk mengusahakan tanaman dengan ternak secara terintegrasi, penggunaan pupuk anorganik dan pupuk organik serta perilaku lainnya dari rumah tangga petani padi itik. Namun dalam segala upaya petani dengan sumberdaya yang ada di lokasi penelitian maka penulis mempertanyaan apakah dengan adanya ketersediaan sumberdaya ditingkat petani sistem tersebut mempengaruhi usahatani yang dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu analisis mengenai perilaku rumah tangga usahatani yaitu pertanian padi itik, antara tanaman dan ternak yang berkaitan erat dengan perilaku petani dalam menentukan cabang usahatani serta dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya. Rumah tangga mengalokasikan sumberdaya yang tersediadikenal sebagai keputusan produksi, sedangkan perilaku dalam menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga sebagai keputusan konsumsi.Keputusan produksi dan konsumsi dalam usahatani campuran adalah perlakuan dalam usahatani dengan kombinasi beberapa komoditas tanamanpangan, dan pemeliharaan ternak yang dikelola oleh petani menjamin produktifitas dan keberlanjutan multi komoditas atau budidaya pertanian campuran,. Budidaya tanaman pangan lahan sawah didominasi oleh tanaman atau komoditas padi sawah yang sebagian besar tersebar di kecamatan di wilayah Kabupaten Minahasa. Pola budidaya baik tanaman pangan lahan basah atau lahan kering yang diterapkan petani sudah tergolong maju. Petani biasanya menerapkan teknologi pertanian dengan memanfaatkan pupuk buatan atau pupuk organik dan pengendalian hama penyakit tanaman secara terpadu serta pemilihan benih unggul dalam berusahatani sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani. Teknologi yang digunakan untuk itik adalah mengatur pakan agar telur dapat diproduksi pada besaran yang lebih daripada sebelum pengaturan pakan dengan teknologi, teknologi lainnya adalah menetaskan jumlah telur itik melalui alat penetas menjadi bibit itik. Usahatani merupakan kumpulanfaktor produksi bagi perolehan pendapatan bagi keluarga petani, sebagai faktor yang penting untuk pertimbangan mengelola usahatani dalam penentuan apa yang akan diusahakan, karena petani selalu berusaha untuk memilih penggunaan sumber daya yang terbatas untuk digunakan sebaik-baiknya agar diperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. Pemilikan sumberdaya yang terbatas yang dimiliki oleh petani merupakan masalah utama yang dihadapi oleh petani didalam meningkatkan pendapatan usahataninya. Pendapatan adalah penerimaan keluarga tani pada usahatani padi itik setelah dikurangi biaya saprodi dan biaya tenaga kerja, selain digunakan sebagai cadangan untuk musim tanam dan pengembangan itik pada musim pemeliharaan berikutnya terutama juga untuk mengisi semua konsumsi kebutuhan rumah tangga agar menjamin kesehatan keluarga dalam menghadapi pengelolaan usahatani padi itik. Hal lain yang dihadapi oleh usahatani campuran padi itik adalah kurangnya benih padi dan bibit itik yang unggul, serta sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan air, pembagian pendapatan untuk biaya sekolah anak dan pendapatan untuk pengeloaan usaha padi itik. Secara ekonomi, banyak hal juga yang menjadi pertimbangan bagi petani untuk memilih teknologi pertanian padi itik ini, ketersediaan sumberdaya maupun kemampuan dalam mengadopsi teknologi pertanian padi itik itu sendiri menjadi salah satu pertimbanganterhadap kepemilikan modal yang tebatasserta ketersediaan tenaga kerja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan usahatani campuran. Untuk itu petani akan memilih usahatani yang tekhnologinya lebih murah, tetapi memberikan hasil dan pendapatan yang tinggi. Salah satu perlakuanpertanian campuran yaitu pertanian padi itik sangat efektif untuk persediaan makanan dan juga produksi yang menjamin pendapatan masyarakat yang meningkat. Menurut Nelson, (2002) produksi pertanian diusahakan oleh rumahtangga petani menghadapi sumberdaya yang terbatas meliputi penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga, komoditas yang akan diproduksi seberapa banyak yang akan diproduksi pada harga mana layak dijual hasil produksinya yang melingkupi investasi bagi barang dan jasa yang digunakan serta hasil yang memadai, sedangkanSaari, (2006) menjelaskan bahwa produktifitas adalah output produksi dibagi dengan input, dimana nilai surplus atau output lebih besar dari input untuk meraih produktifitas tinggi. Perumusan Masalah Memperbaiki peningkatan pendapatan budidaya tanaman campuran ataupun tanaman dan ternak bertujuan untuk mengakumulasikan modal melalui usahatani (On Farm), budidaya pertanian padi itik, (Off Farm), budidaya pertanian lain pada tiap keluarga petani selain padi itik, dan Non Farm, yaitu usaha non pertanian lainnya dalam keluarga yang menunjang akumulasi modal pada usahatani campuran padi itik dalam rangka berproduktifitas. Produktifitas menunjukkan seberapa besar nilai yang didapat padausahatani yang dinilai sesuai dengan data primer penelitian dengan hubungan variabledimana dua variabel produksi dan lahan misalnya.Produktifitas lahan terhadap penggunaan saprodi, yang ada di lokasi penelitian. Produktifitas pada penelitian ini dalam persamaan ditentukan oleh penggunaan benih pada besaran lahan yang dimiliki petani, penggunaan pupuk urea pada besaran lahan petani, penggunaan pupuk SP36 pada besaran lahan petani penggunaan pupuk kcl pada besaran lahan petani dan juga penggunaan tenaga kerja pada besaran lahan yang dimiliki petani. Pertanyaannya berapa banyak tenaga kerja yang digunakan oleh petani, apakah dari dalam rumahtangga sendiri dan luar keluarga, apakah tenaga kerja non pertanian juga memberikan manfaat atas pengelolaan usahatani tersebut.Penggunaan berbagai input tersebut akan disebut produksi yang berkontribusi bagi pendapatan. Multi komoditas menghasilkan multi pendapatan sekaligus terjadi efisiensi tenaga kerja dalam keluarga, sekaligus mendapat multi keuntungan dari multi komoditas. Seberapa besar pendapatan yang dapat diterima petani antar usahatani campuran yang dilaksanakan petani merupakan studi di lokasi pertanian. Curahan tenaga kerja didalam dan diluar keluarga hasilnya dialokasikan untuk pengelolaan usahatani, demikian juga anggota keluarga yang bekerja di bidang non tani mengalokasikan sebahagian pendapatan non tani tersebut untuk dana pengalokasian usahatani sebagai modal untuk pembelian saprodi bagi usahatani padi itik. Usahatani campuran padi itik adalah benuk inovasi yang masih harus dipelajari sebagai salah satu studi. Dari perumusan masalah diatas maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : Faktor-faktor apakah yang mempengaruhiproduktivitas usaha tani tanaman campuran padi itik? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masalah curahan kerja rumah tangga petani padi itik? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masalah inovasi usaha tani padi itik? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masalah konsumsi rumahtangga petani dalam hubungannya dengan perilaku ekonomi rumahtangga padi itik. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku rumah tangga dalam pelaksanaan usahatani campuran padi itik yang dapat meningkatkan pendapatan di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Adapun tujuan khusus penelitian adalah untuk : Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas usaha tani padi itik. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja usahataniPadi itik. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasiusaha tani padi itik. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga usahatani padi tik dalam hubungannya dengan perilaku ekonomi rumahtangga. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : Manfaat teoretis: untuk menyusun model simultan dengan alat analisis SAS, sebagai bahan telaahan, kajian dan analisis bagi pengembangan teoretik dan konsep ilmiah yang memiliki hubungan pemberdayaan masyarakat. Manfaat praktis: sebagai bahan masukan dan saran untuk pertimbangan yang bersifat praktis bagi pemerintah daerah, kabupaten Minahasa dan dalam mengaplikasikan pemberdayaan masyarakatberhasil dan berdayaguna. Manfaat tambahan: sebagai pengetahuan dalam rangkapengembangan peternakan sistem pertanian padi itik. Manfaat tambahan: sebagai masukan untuk pelestarian lingkungan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat di lokasi penelitian khususnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya adalah studi tentang usahatani padi, sebagaimana kebijakan pembangunan pertanian yaitu mengembangkan sub sektor tanaman pangan asal ternak sebagai sumber pangan yang dikembangkan dalam pertanian rakyat, melalui peningkatan kinerja petani sesuai kondisi lahan. Menurut Makki (2014) penelitian ini dilaksanakan dengan melihat ekonomi rumahtangga petani padi melaui melalui blok produksi yaitu produksi padi, penggunaan input berupa benih padi, penggunaan pupuk urea, penggunaan obat obatan, blok tenga kerja, tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga, blokpendapatan dan blok pengeluaran. Ketiga usahatani ini ternyata usahatani itik mempunyai penerimaan dan pendapatan terbesar, kedua adalah usahatani campuran dan ketiga adalah usahatani padi sebagai pemaparan perilaku petani padi itik. Mengenai akumulasi modal petani didapatkan dari pengelolaan on farm, dimana akumulasi hasil padi itik dianalisis, yang digunakan adalah pupuk organik dan nonorganic di Langowan Minahasa, Sulawesi Utara. Hal tersebut yang membentuk perilaku ekonomi rumahtangga padi itik di lokasi penelitian yang dianalisis. Penelitian ini adalah penelitian yang tidak sama dengan penelitian lainnya yang meneliti hanya itik saja atau hanya padi saja atau penggunaan pupuk organik saja bukan pada padi tapi pada tanaman kacang dan lain sebagainya sehingga disebut kebaruan dari penelitian penelitian yang lainnya yang akan dijelaskan sebagai berikut. Berbeda dengan Pangemanan (2014) meneliti tentang model peningkatan ekonomi rumahtangga pada hanya peternak itik tradisional saja. Berbeda dengan Manda,(1992) yang menunjukkan bahwa dengan memelihara itik penyiangan pada padi yang seharusnya dua kali dalam musim tanam padi dapat ditekan sehingga hanya satu kali penyiangan. Berbeda dengan penelitian yang diadakan di Bangladesh oleh Malik Khan,(2004)pertanian padi yang hanya mengandalkan pupuk organik dari itik saja. Berbeda dengan Priyanti (2004) pada sistem usahatani di lahan kering, dimana respon penggunaan pupuk organik dari penggunaan kompos yang dibuat oleh petani dengan proses fermentasi melalui limbah pertanian yang mempunyai biaya tenaga kerja pembuatan limbah, tidak secara alami seperti pada pemeliharaan itik. Memang penelitiannya adalah pada penerimaan dari hasil produksi kacang tanah memberikan hasil yang paling tinggi dibandingkan dengan penggunaan kompos komersial. Dengan kotoran ternak yang telah dikeringkan. Perbedaan tersebut untuk setiap Ha mencapai Rp. 624.937 dan Rp. 724.333 masing-masing untuk penggunaan kompos kotoran ternak yang telah dikeringkan. Hasil penelitiannya dapat menjadi suatu pilihan bagi petani yang mempunyai banyak limbah pertanian untuk dijadikan kompos dan mempunyai spasi keuntungan sebesar seratus ribuan per musim tanam. Berbeda dengan Penelitian di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat menunjukkan bahwa petani padi pada sistem usahatani terpadu dengan menggunakan pupuk organik menunjukkan pendapatan Rp. 1.45 juta untuk sekali musim tanam,kelihatannya lebih tinggi dibandingkan dengan petani padi yang tidak menggunakan pupuk organik, karena penggunaan pupuk organik menyebabkan berkurangnya penggunaan pupuk anorganik dan biaya produksi lebih rendah. (BPTP, 2008). Berbeda dengan yang telah dilaporkan oleh Syam, dan Sariubang, (2004) dimana penggunaan pupuk organik dan anorganik yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik sebanyak 2 ton per Ha dibarengi dengan pupuk urea, Za dan KCl pada sistem usaha padi sawah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, menaikkan pendapatan petani . Berbeda dengan penelitian pada usahatani campuran pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus dari sawah, jerami dan dedak, ternak, pupuk organik dan kembali ke sawah lagi (Heryanto et al., 1999). Hal ini berkaitan dengan adanya dedak padi yang berlimpah setiap kali musim panen dan dapat digunakan sebagai sumber pakan itik. (Liu, 1985) melaporkan bila anak itik digembalakan di sawah yang tergenang dan dibajak dapat memangsa larva serangga, cacing dan hama lain selama tahap pembajakan. Murtisari dan Evans (1982) melaporkan bahwa itik yang dipelihara di sawah mengkonsumsi siput sebanyak 17 % dari total pakan. Berbeda dengan pengkajian pola usahatani campuran tanaman padi dan ternak sapi pada sistem usahatani telah dilakukan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Model usahatani campuran yang dikembangkan adalah berdasarkan potensi sumberdaya lahan yang dimiliki petani, dengan kegiatan terdiri dari pengelolaan jerami padi dan pengelolaan pupuk kandang. Distribusi tenaga kerja rumah tangga petani terdiri dari kegiatan on farm, off farm dan non farm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang cukup signifikan pada alokasi penggunaan tenaga kerja rumah tangga petani pada waktu sebelum dan sesudah mengikuti program pertanian terpadu. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan keuntungan usahatani pada pola sistem tumpangsari tanaman-ternak telah dianalisis oleh Suwandi (2005) yang menyatakan bahwa usaha tani pola ini memberikan harapan bagi petani lahan sempit untuk meningkatkan produksi usahatani dan diperlukan insentif untuk mendorong semakin berkembangnya usaha sistem campuran tanaman ternak. Inovasi dapat saja ditolak dan diterima oleh pelaku usahatani, hal ini terkait dengan pendekatan usahatani yang tepat di lokasi, selain itu juga perlu kesadaran bagi para peneliti untuk memastikan komunitas petani yang akan menjadi target. Berbagai faktor yang dapat diidentifikasi sebagai kemungkinan penyebab hal ini adalah : (1) kelayakan ekonomi dan penerimaan sosial dari inovasi yang terintroduksi, (2) derajat kepentingan pada sistem produksi, (3) kemudahan akses input akibat inovasi tersebut, (4) ketersediaan sarana waktu dan tenaga, serta (5) tingkat perbedaan sebelum dan sesudah penggunaan inovasi dari sisi permintaan (Soedjana dan Krisjanson, 2001). Penelitian ini dapat membantu menjelaskan lanjut tentang inovasi. Berbeda dengan penelitian berikut oleh Khan, (2004)mengambil data selama tiga tahun pada 40 desa dalam komunitas yang memelihara itik. Hal ini menekan biaya-biaya tenaga kerja. Berikut adalah analisis biaya keuntungan. Tingkat efisiensi teknis dan ekonomis pada sistem pemeliharaan terpadu antara tanaman padi dengan itik lokal jantan. Itik memakan jentik nyamuk dan larva nyamuk. Dia menekankan mengenai pemeliharaan itik baik untuk mengontrol penyakit malaria, membuat telor dan daging itik bernutrisi dan lembut. Kandungan nutrisi bahan dan pakan untuk itik berdasarkan hasil perhitungan analisis yang dibuat NRC. Itik Khaki Campbell adalah itik unggul menghasilkan pendapatan telur sebanyak 40-50 butir per ekor.Itik Khaki Campbel bertelur 250 butir per tahun. Pada Peternakan itik harus diperhatikan sebagai berikut : 1. Air mengalir dibutuhkan jika tidak tersedia air untuk berenang. 2. Kumpulkan telur pada pagi jam 9. 3. Jangan ijinkan itik ada pada bekas tempat makanannya. 4. Penyakit-penyakit yang sering diderita itik : Virus terutama pada itik dewasa. Berak darah, yang sakit walaupun sudah sembuh dapat menjangkiti yang lain. Beri Vaksin pada umur 2,10,dan24 minggu, tiga kali setahun sesudah enambulan. Berbeda dengan penelitian Khan (2004) tentang telur itik menyediakan 191 Kcal; sedangkan telur ayam 163 Kcal. Konsep multi fungsional "eco-agricultural" pada sawah, pendekatannya untuk konservasi alam, pada pemilihan varitas-varitas padi, tentang bagaimana padi tumbuh dan dipanen, sumber air biologis.air hubungannya dengan lingkungan, habitat termasuk mengundang populasi burung-burung yang sudah menurun jumlahnya. 2.2. Landasan Teori Usahatani campuran antara tanaman pangan dengan ternak itik adalah suatu sistem usahatani yang memadukan antara tanaman dan ternak untuk mendapatkan manfaat setinggi-tingginya dan memperbaiki pendapatan petani, sehingga perpaduan dua spesies tersebut akan saling mendukung antara tanaman dan ternak mengingat habitat kehidupan itik mendukung tanaman padi untuk memberikan efek ganda yaitu efisien dalam menggunakan sarana produksi, tenaga kerja dan sarana pertanian atau peternakan serta optimal dalam penggunaan bahan lokal yang dimiliki denganharapan adanya nilai tambah berupa peningkatan pendapatan. Sejak petani mengenal pertanian, sistem intregasi telah dilakukan antara tanaman dan ternak, baik antara ternak itik dengan tanaman padi atau ternak sapi dengan tanaman pangan yang lain. Hanya dalam melaksanakan usahatani campuran antara tanaman dengan ternak, peternak belum memperhatikan keberlanjutan, lingkungan dan nilai ekonomi (Diwyanto et al.,2001). Pada awalnya usahatani itik yang diusahatani campuran dengan tanaman padi adalah, itik yang digembala pada lahan sawah yang habis dipanen dengan memanfaatkan padi yang jatuh untuk pakan, di samping itik akan makan biota lain yang ada di sawah. Hasil penelitian (Evans, 1985) pada pembedahan tembolok itik dewasa yang digembalakan pada sawah habis panen, ternyata 77,2% isi tembolok berupa padi, 17,4% berupa keong dan 1,0% berupa serangga, dibandingkan dengan penelitian ini tidak melihat hal itu. Namun demikian usahatani campuran sering juga menimbulkan konflik, sebagai contoh antara peternak itik dengan petani tanaman padi, utamanya pada tanaman padi muda yang digunakan untuk penggembalaan ternak itik. Hal ini terjadi karena belum ada sinergi antara peternak dengan petani, kadang peternak menggembalakan dalam jumlah yang banyak sehingga itik merusak tanaman padi. Melihat karakteristik habitat kehidupan dan cara makan, ternak itik dapat dimanfaatkan untuk membantu petani dalam mengelola tanaman padinya. Usahatani campuran antara tanaman dengan ternak saling menguntungkan dilihat dari sisi tanaman maupun ternaknya. Keuntungan yang didapat pada ternak itik adalah pakan yang ada di sawah seperti serangga, katak, keong, dan biota lain yang ditemui di sawah, sehingga pada penelitian tersebut itik cuma diberi pakan 50% dari kebutuhan ternyata itik dapat tumbuh dengan baik.Tanaman padi akan mendapat keuntungan dari usahatani campuran antara lain gulma yang ada dimakan itik sehingga mengurangi penyiangan. Ternak makan serangga pengganggu tanaman termasuk wereng coklat, tentunya dengan perilaku ini dapat mengurangi penggunaan pestisida untuk pemberantasan serangga, selain itu itik akan mencari makan ke tanah untuk mencari cacing sehingga membantu penggemburan tanah dan kotorannya juga akan memberikan pupuk pada tanaman. Usahatani campuran tanaman padi dengan ternak itik juga dapat menekan penyiangan. Pada tanaman padi monokultur penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada umur 30 dan 45 hari setelah tanam, sedang pada tanaman usahatani campuran dengan ternak itik penyiangan dilakukan hanya pada umur 45 hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan pada gulma yang tinggi yang tidak mampu dimakan itik. Seperti diiaporkan oleh peneliti terdahulu bahwa itik akan makan gulma yang ada di sawah sehingga membantu penyiangan (Manda, 1992) sedangkan dalam penelitian ini fokus ada pada sosial dan ekonominya.Dalam sistem usahatani campuran tanaman padi dengan ternak itik, komponen teknologi tanaman padi itik menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Komponen PTT meliputi dasar wajib yang harus diterapkan dan komponen penunjang sebagai tambahan inovasi agar mendapatkan hasil yang optimal. 2.2.1. Model Perilaku Ekonomi Rumah tangga Komoditas pertanian dan peternakan khususnya itik sekarang ini mulai diminati di sekitar daerah penelitian sebagai sumber pendapatan petani, dan memenuhi kebutuhan daging itik yang bertambah pada akhir-akhir ini, sehingga harus dipertahankan dan dikembangkan. Namun, dalam pengembangannya diperlukan sumberdaya yang memadai. Lebih terincinya pengertian sumberdaya dijelaskan dengan sebagai komponen mata pencaharian. (Ashley,1999) menjelaskan bahwa komponen mata pencaharian berkelanjutan secara umum meliputi: (1) manusia, (2) modal fisik, (3) modal sosial), (4) modal finansial, (5) modal alam. Usaha pertanian atau peternakan tidak terlepas dari peran usahatani sebagai suatu unit usaha, dalam prakteknya petani berusaha baik secara on farm, didalam pertanian itu sendiri, off farm di luar pertanian inti dan non farm, yaitu usaha-usaha non pertanian yang saling menunjang sehingga, petani dalam meningkatkan pendapatannya mengusahakan perbaduan antara ternak dengan tanaman bahkan juga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Setiap anggota rumah tangga usia produktif (P) dapat melakukan berbagai kegiatan misalnya mencari nafkah (K-1) baik usaha sendiri maupun mendapat upah, pekerjaan rumah tangga (K-2), kegiatan sosial (K-3), kegiatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (K-4), kegiatan pribadi (K-5), dan kegiatan waktu luang (K-6). Anggota rumah tangga dalam mengalokasikan waktu untuk berbagai kegiatan diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor didalam (XD) dan diluar (XL) rumah tangganya. Faktor-faktor didalam (XD) adalah usia, pengalaman, pengetahuan (pendidikan), lahan yang dikuasai, jumlah ternak yang dipelihara, jumlah tanggungan rumah tangga, dan pendapatan kepala rumah tangga. Faktor luar rumah tangga meliputi tingkat upah, harga bibit ternak, harga pakan ternak berupa hijauan dankonsentrat, pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Setiap perlakuan jenis kegiatan sesuai kegiatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan menghasilkan jenis jenis output tertentu. Dari mencari nafkah (K-1) akan memperoleh pendapatan (Y-1), kemudiaan anggota rumah tangga yang juga mengalokasikan waktunya dalam pekerjaan rumah tangga (K-2) akan menghasilkan pelayanan rumah tangga dan sosialisasi (Y-2). Dalam aktifitas sosial (K-3) tiap anggota rumah tangga mencurahkan tenaga kerja bagi peningkatan hubungan sosial (Y-3).Menyangkut kegiatan pendidikan (K-4) maka setiap anggota rumah tangga memanfaatkan waktu tersebut untuk meningkatkan pengetahuan.Sedangkan kegiatan pribadi (K-5) dan waktu luang (K-6) biasanya digunakan untuk bersantai dengan anggota rumah tangga atau berlibur guna memenuhi kepuasan lahir batin sebagai kesejahtraan. Dalam model ini setiap anggota rumah tangga dianggap memanfaatkan waktu dan potensi yang dimilikinya untuk mencapai kepuasan maksimum individu dan rumah tangga. Kontribusi kerja relatif tiap anggota rumah tangga akan beragam yang diduga berkaitan dengan kedudukan di rumah tangga, jenis kelamin, lokasi dan lapisan ekonomi. Tingkat kepuasan atau kesejahteraan yang telah dicapai akan merupakan umpan balik bagaimana anggota rumah tangga melakukan proses pengambilan keputusan berikutnya baik dalam proses pengeluaran untuk produksi maupun untuk konsumsi. (Becker,1995) mengatakan rumah tangga dalam menghasikan unit produksi dengan mengkombinasikan barang-barang modal dan barang mentah bersama dengan curahan tenaga kerja serta waktu untuk menghasilkan barang akhir. Tenaga kerja adalah faktor yang sangat penting didalam usahatani rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan keluarga tergantung dari seberapa besar penggunaan tenaga kerja. (Semaoen dan Kiptiyah, 2011) menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah upaya manusia baik dalam bentuk fisik maupun mental yang akan dikorbankan untuk proses produksi. Dapat dijelaskan baik aspek produksi maupun konsumsi dalam pengambilan keputusan rumah tangga petani peternak. Aspek produksi ditunjukan oleh fungsi produksi yang menjelaskan respon output terhadap berbagai variasi tingkat input tenaga kerja. Fungsi produksi (TVP) mengambarkan diminishing marginal returns terhadap tenaga kerja. Selanjutnya karena output dan pendapatan adalah sinonim, maka kurva TVP dapat digambarkan sebagai kurva pendapatan keluarga.Setiap titik pada kurva indeferen, pada menunjukkan kombinasi pilihan rumah tangga untuk leisure dan pendapatan. Sejumlah tambahan pendapatan yang dibutuhkan rumah tangga sebagai konpensasi atas kehilangan satu unit leisure. Secara implisit jumlah tambahan pendapatan ini merupakan tingkat upah subyektif anggota keluarga.Tingkat upah subyektif ini dipengaruhi oleh posisi indeferen, tingkat pendapatan yang memenuhi standar hidup minimal keluarga peternakdan jumlah maksimum hari kerja penuh yang dimiliki oleh anggota rumah tangga yang sudah bekerja. (Semaoen dan Kiptiyah,2011) menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah upaya manusia baik dalam bentuk fisik maupun mental yang akan dikorbankan untuk proses produksi. A Rumah tangga XD Rumah tangga XL K – 1 K – 2 K – 3 K – 4 K – 5 K – 6 Y – 1 Y – 2 Y – 3 Y – 4 Y – 5 Y – 6 Kepuasan Kesejahteraan Kegiatan Potensi Tujuan Akhir Masalah Tujuan antara Masalah I Rumah tangga Responden Usaha Tanaman Usaha Peternakan Usaha Non Pertanian Padi, Jagung, Kelapa, Cengkeh, Kopi, Lada, Sayuran, dll Pegawai, Menjahit, Tukang, Kayu, ojek Pedagang, sopir Sapi potong, kerbau, kambing, ayam kampung, itik, dll Suami, Istri Anak B Gambar 1. Model Konseptual Perilaku Rumah tangga (Mangkuprawira, 1984) Dapat dijelaskan baik aspek produksi maupun konsumsi dalam pengambilan keputusan rumah tangga petani peternak. Aspek produksi ditunjukan oleh fungsi produksi yang menjelaskan respon output terhadap berbagai variasi tingkat input tenaga kerja. Fungsi produksi (TVP) mengambarkan diminishing marginal returns terhadap tenaga kerja. Selanjutnya karena output dan pendapatan adalah sinonim, maka kurva TVP dapat digambarkan sebagai kurva pendapatan keluarga. Keadaan ekuilibrium usahatani rumah tangga ditentukan oleh titik singgung fungsi produksi terhadap kurva indeferen tertinggi yang dapat dicapai pada titik A dengan tenaga kerja Le dan pendapatan Ye dimana produk marginal tenaga kerja (MVPL) sama dengan nilai subyektif dari waktu tenaga kerja keluarga (dY/dH), yakni jumlah tambahan pendapatan yang diperlukan untuk mengganti kehilangan satu unit leisure. Memaksimumkan utilitas dengan tiga kendala yaitu : a) fungsi produksi, b) tingkat pendapatan minimal yang dapat diterima dan c) jumlah maksimum hari kerja rumah tangga peternak secara sederhana dapat dinotasikan : U.k = f(Y,H) Subject to Y = PY*f(L) ; Y ≥Ymin ; L ≤ Lmak Solusi untuk permasalahan ini dapat diperoleh pada saat marginal subtitusi leisure., terhadap pendapatan (upah subyektif) sama dengan nilai produksi marginal tenaga kerja yang dinotasikan : MUH/MUY = dY/dH = MVPL Karakter demografi juga harus diperhatikan dalam mengkaji dampak keseimbangan output dan perubahan penggunaan tenaga kerja dalam fungsi produksi. Fungsi produksi atau kurva pendapatan keluarga dapat dipengaruhi oleh a) perubahan sumberdaya lain yang berkombinasidengan tenaga kerja, b) perubahan teknologi, dan c) perubahan harga pasar dari output. Perubahan-perubahan tersebut akan cenderung mengubah kurva pendapatan keluarga kearah atas yang selanjutnya akan menempatkan kepuasan rumah tangga pada kurva indeferen yang lebih tinggi. Dengan demikian bukan berarti tidak mempunyai kekuatan untuk memprediksi respon rumah tangga terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi. Model ini sesuai dengan perubahan struktur demografi rumah tangga terhadap slopedan posisi kurva indeferen, analisis perubahan keadaan rumah tangga yang terdiri dari dua tenaga kerja dewasa tanpa anak-anak, rasio c/w = 1. Rumah tangga dapat dipandang sebagai unit ekonomi yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani tentang tujuan yang ingin dipenuhi dan cara mencapainya dengan sumberdaya yang tersedia menjadi salah satu variabel utama dalam sistem usahatani. Perilaku rasional dapat dipelajari jika rumah tangga sebagai satu unit ekonomi mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh suatu rumah tangga adalah memaksimumkan fungsi kepuasan atau fungsi utilitas dengan memanfaatkan sejumlah sumberdaya yang tersedia dalam rumah tangga. Ciri utama yang membedakan perilaku individu dan rumah tangga sebagai konsumen adalah bahwa pada ekonomi rumah tangga pada saat yang sama anggota rumah tangga juga sebagai produsen sebagaimana suatu perusahaan. Dengan demikian, rumah tangga dalam memaksimumkan kepuasannya dibatasi oleh kendala produksi, waktu dan pendapatan, dimana pendapatan seluruhnya dibelanjakan untuk konsumsi. Gambar 2. Tingkat Kepuasan Anggota Rumah tangga Anggota rumah tangga bersikap rasional dalam mengalokasikan jam kerja dan waktu santai dengan memaksimalkan utilitasnya. Maksimasi utilitas rumah tangga (barang konsumsi) dilakukan dengan mengkombinasikan waktu santai dan barang konsumsi dalam memaksimumkan kepuasan. Mangkuprawira (1984) menyatakan bahwa setiap angkatan kerja anggota rumah tangga dihadapkan pada pilihan bekerja dan tidak bekerja, dimana pilihan bekerja akan bernilai guna untuk pendapatan yang meningkatoleh karena petani mencurahkan tambahan waktu bagi pencapaian kebutuhan konsumsi. Sebaliknya, pilihan tidak bekerja, maka waktu santai akan mempunyai nilai guna lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh. Kedua pilihan tersebut akan menghasilkan berbagai kombinasi dalam mencapai kepuasan yang maksimum sebagaimana disajikan dalam Anggota rumah tangga akan mengkonsumsi X0 dan S0 untuk mendapatkan tingkat kepuasan U0. Jika semakin banyak X dan S yang dikonsumsi. Agar diperoleh kombinasi yang optimum antara jumlah barang yang dikonsumsi dengan waktu santai untuk memperoleh tingkat kepuasan maksimum, maka anggota rumah tangga akan dihadapkan pada kendala anggaran. Hal ini meliputi kendala waktu yaitu 24 jam sehari dan jumlah anggota rumah tangga dalam menawarkan jumlah jam kerja di pasar sehingga tidak akan mempengaruhi tingkat upah. Kombinasi optimum terletak pada garis anggaran yang menyinggung kurva indifference. Seseorang cenderung meningkatkan konsumsi barang dan waktu santai lebih banyak, yang berarti terjadi pengurangan jam kerja, sehingga terjadi efek pendapatan. Kenaikan tingkat upah menunjukkan harga waktu santai menjadi mahal dan mendorong anggota rumah tangga mensubsidi waktu santai lebih banyak bekerja untuk meningkatkan konsumsi barang, sehingga terjadi efek substitusi. Pada mulanya anggota rumah tangga akan bekerja lebih lama pada saat tingkat upah naik, namun sekali tingkat pendapatan mencapai jumlah yang dirasa cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya, maka jam kerja akan dikurangi sehingga waktu santai akan bertambah. Kondisi seperti ini akan menghasilkan kurva penawaran tenaga kerja bersudut negatif, atau backward bending supply curve (Nicholson, 2001). Fungsi Langrange G ditunjukkan pada persamaan yang dapat menurunkan persamaan kepuasan marjinal dari waktu dan pendapatan. marjinal produk bekerja di rumah sama dengan tingkat marjinal substitusi antara konsumsi barang serta konsumsi waktu, dan sama dengan harga bayangan pada persamaan, sedangkan apabila seseorang bekerja di pasar, maka upah yang diharapkan sama dengan tingkat upah riil dimana variabel masing-masing adalah kepuasan marjinal dari waktu dan pendapatan. Mengembangkan formulasi tersebut dengan model bahwa rumah tangga adalah pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi dalam hubungannya dengan alokasi waktu. Model tersebut, kepuasan rumah tangga adalah fungsi dari konsumen barang yang dihasilkan oleh rumah tangga, konsumsi barang yang dibeli di pasar yang memaksimumkan kepuasan melalui konsumsi barang dan waktu menjadi: konsumsi waktu santai (Xs). Sehingga, model dasar rumah tangga yaitu : U = u (Xa, Xm, Xs) Kendala yang dihadapi dalam memaksimumkan kepuasan tersebut tetap kendala produksi, waktu dan pendapatan sebagaimana disajikan berturut-turut dalam persamaan yakni: Kendala produksi: Q = Q (L, A) Kendala waktu : T = XI + F Kendala pendapatan: Pm Xm= Pa (Q – Xa) – w (L-F) Dimana : Q = jumlah produksi rumah tangga A = faktor produksi tetap dalam rumah tangga (lahan) (Q-Xa) = surplus produksi untuk dijual di pasar Pm = harga barang yang dihasilkan di pasar Pa = harga barang yang dihasilkan oleh rumah tangga w = upah di tingkat pasar L = penggunaan total tenaga kerja F = Penggunaan tenaga kerja rumah tangga w (L-F) = pengeluaran upah tenaga kerja luar rumah tangga Jika (L-F) positif berarti terdapat tenaga kerja luar rumah tangga yang diupah, sedangkan jika negatif terdapat penawaran tenaga kerja keluarga untuk bekerja diluar pertanian. Kendala-kendala tersebut dapat digabung dengan mensubstitusi kendala produksi dan waktu ke dalam kendala pendapatan, sehingga menjadi bentuk persamaan kendala tunggal, yakni: Pm Xm + Pa Xa + w XI = w T + π Dimana π adalah keuntungan yang ditunjukkan sebagai berikut: Π = Pa Q (L, A) – w LSisi kiri persamaan merupakan pengeluaran total rumah tangga untuk barang yang dibeli dipasar. Barang yang yang diproduksi rumah tangga (Xm dan Xa) serta waktu Xs yang dikonsumsi. Sisi kanan merupakan pengembangan dari konsep pendapatan penuh model Becker dengan nilai waktu yang tersedia disajikan secara eksplisit. Pengembangan lainnya adalah memasukkan pengukuran keuntungan dengan tenaga kerja dihitung berdasarkan tingkat upah di pasar.Rumah tangga dalam memaksimumkan kepuasannya memilih tingkat konsumsi dari barang yang dibeli (Xm), barang yang diproduksi rumah tangga(Xh) dan waktu yang dikonsumsi rumah tangga (XI) serta tenaga kerja (L) yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kondisi turunan pertama untuk mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja adalah: Rumah tangga yang akan menyamakan penerimaan marjinal produksi dari tenaga kerja dengan upah pasar. Dari persamaan tersebut dapat diturunkan penggunaan input L sebagai fungsi dari w dan Pa, sebagai berikut: L* = L* (w, Pa) Persamaan menunjukkan bahwa sisi kiri merupakan konsumsi komoditas yang dibeli di pasar (PmXm), komoditas pertanian yang diproduksi rumah tangga (PaXa) dan konsumsi waktu santai dalam rumah tangga (wXI). Sedangkan sisi kanan persamaan tersebut menunjukkan pendapatan yang diperoleh dari waktu bekerja dalam bentuk upah (wT) serta keuntungan produksi (π) yang merupakan total pendapatan rumah tangga. Maka untuk selanjutnya akan diperoleh persamaan sebagai berikut: Pm Xm + Pa Xa + w Xs = Y* Dimana Y* adalah pendapatan penuh (potensial).Kondisi turunan pertama dalam memaksimumkan kepuasan dengan kendala persamaan akan dapat diperoleh fungsi permintaan konsumsi barang dan waktu santai. Memaksimumkan kepuasan rumah tangga dengan fungsi Lagrangian akan diperoleh : Max U = u (Xm, Xa, Xs) – λ (Pm Xm – Pa Xa – w Xs – Y*) Dimana λ adalah pengganda Lagrangian. Persamaan dapat diturunkan persamaan permintaan konsumsi barang yang dibeli (Xm), barang pertanian yang diproduksi rumah tangga (Xa) dan konsumsi waktu santai (Xs) berdasarkan kondisi turunan pertamanya, yaitu: Pm Xm – Pa Xa – w Xs = Y* Berdasarkan persamaan tersebut, fungsi permintaan konsumsi barang yang dibeli di pasar (Xm), barang pertanian yang diproduksi rumah tangga (Xa) dan konsumsi waktu santai (Xs) adalah sebagai berikut: Xm = Xm (Pm, Pa, w, Y*) Xa = Xa (Pa, Pm, w, Y*) Xs = Xs (w, Pa, Pm, Y*) 2.2.2. Pendapatan Petani Peternak Pendapatan petani peternak di pedesaan umumnya bersumber dari sektor pertanian (farm) dan sektor non pertanian (non farm), pendapatan peternak di perdesaan sangat beragam hal ini dikarenakan kondisi sumber daya di samping pontensi yang dimiliki oleh masing-masing peternak. Berdasarkan kontribusi beberapa sektor dan tingkat kemampuannya maka dapat diukur pendapatan dan pangsa pendapatan peternak dalam kurun waktu misalnya dalam sebulan atau setahun. Agar kita dapat mengetahui gambaran pendapatan yang menunjukan besarnya sektor pertanian dalam arti luas (pertanian/peternakan, perkebunan dan tanaman pangan) sehingga tingginya pendapatan peternak dapat ditunjang dari tingginya sektor pertanian dan sektor non pertanian. (Susilowati dkk, 2002) mengatakan secara umum sumber pendapatan rumah tangga masih tergantung pada sektor pertanian, yaitu sebesar 51 % yang terdiri dari 29,5 % dibidang usahatani atau nelayan dan 21,5 % sebagai buruh;tani atau buruh nelayan selanjutnya sumber pendapatan rumah tangga yang sifatnya usaha sebanyak 20,6 % yang terbanyak berupa usaha dagang yaitu 14,1 % sedangkan yang bersumber dari pendapatan utama dari buruh non pertanian sebanyak 21,5 % persen terutama yang dominan adalah buruh jasa. Dalam mengantisipasi kegagalan produksi sebagai akibat adanya kondisi ketidak pastian, maka peternak cenderung melakukan diversifikasi, baik diversifikasi dalam usahatani melalui berbagai macam pola tanam, usaha terpadu dengan memelihara ternak maupun diversifikasi sumber-sumber pendapatan lain. Diversifikasi adalah suatu usaha seseorang atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu yaitu meningkatkan keuntungan dan menurunkan tingkat resiko melalui beragam usaha. Keuntungan mendiversifikasikan usaha, khususnya mengusahatani campuran ternak dengan usahatani lainnya, selain dapat memperkecil risiko kegagalan dari salah satu cabang usaha juga dapat menjamin distribusi tenaga kerja yang merata sepanjang tahun dan dapat mempertahankan keseimbangan unsur hara. Lebih lanjut (Hartono,2005) mengatakan bahwa pendapatan rumah tangga pada umumnya tidak berasal dari satu sumber tetapi dapat berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan, ragam pendapatan tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu sendiri sedangkan tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat dalam memenuhi kebutuhan. Sedangkan (Semaoen dan Kiptiyah, 1997) mengemukakan bahwa sumber pendapatan rumah tangga digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu; (a) pendapatan usahatani, (b) pendapatan non pertanian, (c) pendapatan yang diperoleh dari buruh dan (d) remitan, yaitu pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga yang berasal dari salah satu anggota rumah tangga yang bekerja di luar desa. (Winardi,1984) mengemukakan bahwa pada usahatani skala kecil pendapatan merupakan penerimaan bersih (net return) dan pendapatan ini merupakan selisih antara seluruh penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan peternak, dengan demikian pendapatan peternak terdiri dari hasil penjualan produksi, upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal sendiri untuk alat, lahan, dan lainnya. Sedangkan (Karokaro,2005) menyatakan bahwa pengertian biaya produksi disini adalah input yang digunakan selama pemeliharaan ternak yaitu biaya pemeliharaan induk, pejantan, anak yang masih belum layak dijual dan biaya variabel serta biaya penyusutan kandang dan biaya tetap yang dibebankan menjadi biaya atau unit produksi. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya, sedang pendapatan non-usahatani merupakan hasil yang diperoleh dari upah untuk setiap tenaga kerja yang dicurahkan dipasar tenaga kerja maka dengan memasukan pendapatan lain. Pendapatan total rumah tangga peternak dapat di rumuskan : I = (Pqi QiPxiXi)+W+V Di mana : I = Pendapatan rumah tangga Pqi = Harga output pertanian ke-i Q; = Jumlah output pertanian ke-i P,; = Harga input pertanian ke-i X; = Jumlah input pertanian ke-i W = Pendapatan off-farm V = Pendapatan lain (non kerja) (Rasahan,1998) menyatakan adanya pola yang memberikan ciri-ciri struktur pendapatan masyarakat perdesaan pada berbagai kondisi sumber daya dan potensinya. Pertama, dilihat dari tingkat kemampuan ekonomi keluarga dan sumbangan tiap sektor (pertanian dan non-pertanian), yang diukur dalam pendapatan dan pangsa pendapatan rumah tangga dalam setahun, ada dua pola struktur pendapatan dari desa dengan potensi sumberdaya lahan, antara lain : Pola pertama adalah rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang relatif tinggi tetapi kontribusi pertaniannya juga tinggi bila disbanding dengan pendapatan dari sektor non-pertanian. Pola ini menunjukan bahwa usaha pertanian didaerah yang secara teknis pengairan kurang baik tetapi masih menggali sektor pertanian lain seperti usaha pertanian dan peternakan. Pola Kedua adalah rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang relatif tinggi tetapi disertai dengan kenyataan bahwa sumber terbesar dari pendapatan tersebut dari sektor non-pertanian, pola ini terjadi pada lahan-lahan marjinal. Struktur pendapatan masyarakat perdesaan dapat dijabarkan secara umum dengan persamaan identitas sebagai berikut: I = ∑Pi + ∑Npi Di mana : I = Total pendapatan rumah tangga, Pi = Pendapatan dari usaha di sektor pertanian ke-i, dan∑i = 1,2,...,n Npi = Pendapatan dari usaha di sektor non-pertanian ke-i, dan∑i = 1,2,...,n (Sukardono, 2009) mengatakan pada usaha pertanian atau peternakan perhitungan pendapatan kotor lebih kompleks dari pada usahatani tanaman, karena variabel-variabel yang menentukan produksi dan pendapatan usaha pertanian/peternakan lebih kompleks. Pada usaha pertanian atau peternakan dapat terjadi perubahan-perubahan yang relatif fleksibel terhadap jumlah ternak yang dipelihara dalam suatu periode pembukuan dengan menjual dan membeli sedangkan dalam usahatani tanaman sangat kecil kemungkinan terjadi karena tanaman harus tumbuh dilahan tertentu sampai produksi. Lebih lanjut ia menjelaskan pendapatan kotor usaha pertanian atau peternakan dalam satu periode pembukuan dapat terdiri dari : a) penjualan tani atau ternak (+), b) nilai tani atau ternak yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga, pembayaran upah, dan atau hadiah (+), c) nilai tani atau ternak pada akhirtahun penjualan (+), d) nilai hasil ternak seperti susu, telur, wool, kotoran (+), e)pembelian bibit/ternak (-), f) nilai hasil tani atau ternak pada awal tahun pembukuan (-), g) nilai hasil tani atau ternak yang diperoleh dari pembayaran upah dan atau hadiah (-). Pendapatan usaha ternak tersebut terditi dari penerimaan tunai dari hasil tani, susu, ternak afkir dan komponen-komponen bukan tunai (non-tunai) seperti nilai-nilai perubahan inventaris, hasil tani/ternak yang dikonsumsi sendiri dan atau digunakan untuk pembayaran. Perubahan nilai inventaris adalah peningkatan nilai ternak karena pertambahan bobot badan dan penurunan nilai ternak yang semakin tua. Ia mengatakan bahwa pendapatan bersih usahatani (Net Farm Income) adalah selisih dari pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi. Untuk usahatani non komersial tenaga kerja tidak dimasukan dalam pengeluaran (pengeluaran termasuk pengeluaran tunai dan non tunai). Pendapatan ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani/peternak dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Dengan menggunakan simbol pendapatan bersih usahatani dapat ditulis sebagai berikut: NFI = GFI - TFC Dimana: NFI = net farm income GFI = gross farm income TFC = total farm cost. Pendapatan bersih usahatani adalah pendapatan bersih tunai ditambah dengan nilai komponen-komponen bukan tunai (non-tunai) seperti nilai produk yang di konsumsi sendiri. Dengan demikian pendapatan bersih usahatani adalah keuntungan kegiatan usahatani satu tahun dan menunjukan imbalan kepada pemilik untuk tenaga sendiri dan keluarga, manajemen dan model yang digunakan dalam usahatani. Pendapatan dan biaya produksi dimana pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan total dengan total biaya. Sumber pendapatan usahatani ini mencakup semua imbalan atau balas jasa yang mestinya harus diterima petani atas telah dipergunakannya faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, manajemen yang merupakan miliknya sendiri. (Mubyarti, 1989) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani antara lain : Efisiensi kerja dan efisiensi produksi, sedangkan faktor yang tidak dapat dirubah oleh petani yaitu iklim dan jenis tanah yang berpengaruh terhadap hasil. Efisiensi kerja adalah banyaknya hasil kerja yang dapat diperoleh dari satu kesatuan pekerjaan, sedangkan efisiensi produksi adalah banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi. Faktor lain yang mempengaruhi penerimaan atau pendapatan antara lain fluktuasi harga, inflasi, berubahnya permintaan, krisis moneter, dan bencana alam. Penerimaan dari hasil produksi merupakan fungsi persamaan dari jumlah satuan komoditas yang diproduksi dikalikan dengan harga komoditas dari produk tersebut. Berbagai satuan yang ada dikalikan dengan harga pada waktu tertentu. Penerimaan dan hasil produksi menunjukkan tinggi rendahnya harga mempengaruhi tinggi rendahnya penerimaan usaha tani. Beattie dan Taylor (1994) mendefinisikan, Penerimaan Total sama dengan haarga yang dilkalikan dengan kuantitas yaitu kuantitas jumlah produksi petani. Hastuti (2007) menjelaskan bahwa biaya dalam usahatani adalah pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani dan peternak) dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (variable Cost). Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap juga dapat dikatakan sebagai biaya yang dapat dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, misalnya pajak, penyusutan, sewa lahan, dan sebagainya. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh, misalnya biaya sarana produksi pertanian. Biaya tetap dan biaya tidak tetap dibagi pada penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya Produksi meliputi : Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah-ubah apabila luas usahanya berubah, biaya ini ada apabila ada sesuatu barang diproduksi. Produksi biaya tidak dapat dipisahkan. Penentuan biaya tetap atau biaya tidak tetap tergantung pada sifat dan waktu pengambilan keputusan tersebut. Biaya total adalah jumlah total biaya tidak tetap ditambah biaya tetap. Biaya total dapat diformulasikan sebagai berikut: TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Total Cost (Biaya Total) TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total) TVC = Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total) 2.2.3. Tenaga Kerja Dalam Usahatani Istilah keluarga menunjuk kepada konsepsi "keluarga batih atau inti" yaitu keluarga yang terdiri dari ayah ibi beserta anaknya yang masih menjadi tanggungan orang tuanya (Sajogyo, 1994), keluarga terdiri dari pribadi-pribadi dan merupakan bagian dari jaringan sosial dalam masyarakat, keluarga merupakan suatu kelompok dalam rumah tangga yang saling berinteraksi dalam melakukan kegiatan untuk tujuan terentu, misalnya mencari pekerjaan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga tersebut. Dikaitkan dengan alokasi tenaga kerja keluarga, keluarga didefinisikan sebagai satu unit keputusan yang menentukan beberapa orang dan siapa diantara anggota keluarga yang harus bekerja dan berapa jam setiap orang tersebut perlu bekerja, mengurus rumah tangga dan meneruskan sekolah. Strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimumkan kepuasan secara keseluruhan disamping itu juga bahwa aspek yang paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi keluarga karena distribusi dan alokasi kekuasaan, kemudian sebagai aspek berikutnya yang juga penting adalah pembagian kerja dalam keluarga. Tenaga kerja adalah penduduk dalam umur produktif (15-64 Tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan produktif adalah kegiatan memproduksi barang dan jasa dengan maksud memperoleh pendapatan. Dalam kaitan ini (Saladin, 1980) membagi penduduk dalam 5 kelompok berdasarkan jenjang umur dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan kegiatan produktif secara efisien yaitu : 1) kelompok umur belum produktif (0-14 tahun), 2) Kelompok umur belum produktif penuh (15-19 tahun), 3) kelompok umur produktif penuh (20-54 tahun), 4) kelompok umur tidak produktif penuh (55-64 tahun), 5) kelompok umur tidak produktif (diatas 64). 2.2.4. Pengambilan Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani Diawali dengan arti ekonomi yaitu dari bahasa Yunani yang berarti "seseorang yang mengatur sebuah rumah tangga". Keputusan-keputusan ekonomi rumah tangga petani menyangkut model membuat keputusan dengan membandingkan biaya-biaya dan keuntungan atau manfaat sebagai tindakan untuk memilih diantara berbagai alternatif, dengan tujuan menghitung dan membandingkan secara umum manfaat atau keuntungan Marginal (MB) dibandingkan dengan biaya marginal (MC) dari keputusan yang dibuat. Keputusan waktu untuk menjual komoditas hasil usahataninya kepasar pada waktu yang tepat agar mendapat harga yang lebih baik, petani juga memutuskan sebagai masyarakat untuk mengusahakan yang terbaik dari sumberdaya yang ada secara efisien, dan juga memutuskan untuk memilih dan mendistribusikan kesejahtraan ekonomi diantara anggota masyarakat yaitu persamaan atau ekwiti. 2.2.5. Konsep Produksi Konsep produksi, berkaitan dengan hubungan fisik antara input (faktor produksi) dengan output (produksi) yang dihasilkan. Kegiatan mengkom-binasikan faktor-faktor produksi dalam menghasilkan produk disebut sebagai proses produksi. Agar proses produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan output maka diperlukan beberapa input. Input adalah segala sesuatu yang diikut sertakan dalam proses produksi seperti: luas lahan, modal kerja, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan teknologi. Sedangkan output adalah hasil produksi tanaman yang diperoleh petani dari kegiatan. (Soekartawi, 1990) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: (a) faktor biologi, seperti lahan dengan macam dan tingkat kesuburannya, benih, varietas, pupuk, pestisida, dan gulma (b) faktor sosial ekonomi seperti: biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidak pastian, kelembagaan, tersedianya fasilitas kredit, dan sebagainya. (Yotopoulus dan Nugent, 1976) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor-faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Hubungan fisik atau teknis antara input dan output yang menggambarkan perubahan input (faktor sarana produksi) menjadi output (hasil produksi) disebut sebagai fungsi produksi. Fungsi produksi mempunyai landasan teknik, dalam teori produksi disebut dengan fungsi produksi. (Soekartawi, 2003), menyatakan fungsi produksi dapat ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, ……………………….., Xn) Keterangan : Y = Jumlah produksi; X1, X2, ………………………………, Xn = faktor-faktor produksi Selain faktor produksi lahan, modal kerja, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja maka teknologi merupakan hal yang penting untuk tujuan jangka panjang. Dengan demikian bahwa asumsi pengetahuan dan teknologi yang digunakan petani adalah sama, tidak dapat dipertahankan lagi karena pada kenyataannya petani mengadopsi teknologi dengan daya serap yang berbeda-beda. Hasil produksi padi dipengaruhi secara kausal antara lain oleh jumlah dan mutu sarana produksi yang digunakan petani. Sarana produksi yang optimal akan memberikan pendapatan yang maksimum atau meningkatkan pendapatan petani. Keragaman hasil produksi ditentukan oleh keragaman sarana produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam pengalokasian sarana produksi petani dihadapkan pada berbagai alternatif, baik jumlah, jenis maupun kualitas sumberdaya yang akan dialokasikan. Dalam hal ini efisiensi banyak digunakan dalam mengkaji peningkatan keuntungan petani. Model fungsi produksi beranjak dari suatu asumsi bahwa jumlah produksi dapat dijelaskan dengan baik oleh faktor produksi yang digunakan dengan suatu jenis fungsi tertentu. Bentuk fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian ekonomi pertanian adalah perluasan fungsi Cobb-Douglas. Pendekatan melalui fungsi ini banyak dipakai karena mudah diestimasi serta lebih sederhana dalam analisis. Penjumlahan dari koefisien regresi menunjukkan skala usaha (return to scale), sehingga dapat diketahui apakah alokasi faktor sarana produksi itu perlu ditambah atau dikurangi penggunaannya. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel independent yang dijelaskan (X). Penyelesaian antara hubungan Y an X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian, kaida-kaida pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara matematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut: Y = boX1b1.X2b2.X3b3. ………….. Xnbn.eµ Untuk memudahkan pendugaan, selanjutnya persamaan tersebut diubah menjadi bentuk liner berganda dengan cara melogaritmakan (In) persamaan tersebut, sehingga persamaan berubah menjadi: In Y = In bo + b1 In X1 + b2 In X2 +…..+ bn In Xn + µ (Soekartawi, 1990), bahwa ada tiga kelebihan Fungsi Produksi Cobb-Douglas: Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain; Koefisien regresinya sekaligus menunjukkan besaran elastisitas; Besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale. Kelemahan Fungsi Produksi Cobb-Douglas: Spesifikasi variabel yang keliru Kesalahan pengukuran variabel Bias terhadap variabel menejemen Multikolonearitas 2.3. Faktor-Faktor Produksi 2.3.1. Lahan Lahan sebagai faktor produksi dapat memberikan kontribusi atas jasanya dalam proses produksi. Luas lahan dan tingkat kesuburan tanah merupakan dua faktor penting yang menentukan efisiensi pencapaian profit maksimum dari suatu usahatani. Status kepemilikan lahan merupakan salah satu input yang menentukan petani dalam mengelola usahataninya (Hermanto, 2012). Lahan berbeda dengan tanah pertanian. Lahan adalah tanah yang siap diusahakan untuk usaha tani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan sebagai usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional berbeda dengan ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar.(Soekartawi, 2003) menyatakan bahwa luas usahatani dapat diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut: Luas total lahan adalah jumlah tanah yang siap diusahakan pada usahatani seperti sawah, tegal, pekarangan. Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami atau diusahakan. Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat. (Suraitiyah, 2006) 2.3.2. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu dan utama bagi usaha tani yang sangat tergantung pada musim (Suratiyah, 2006). Tenaga kerja menurut (Hermanto, 2004) terdiri dari tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, dan pengalaman. Dalam usahatani tenaga kerja dari dalam keluarga biasanya merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian dan tidak dinilai oleh uang sebagai balas jasa. Tenaga kerja dari luar keluarga dapat dinilai dengan uang sebagai upah. Karakteristik tenaga kerja dalam usahatani adalah sebagai berikut: Keperluan terhadap tenaga kerja bersifat tidak kontinyu dan merata. Penyerapan tenaga kerja dalam usaha tani sangat terbatas. Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan. Beraneka ragam coraknya dan seringkali tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Atau dengan kata lain melaksanakan berbagai pekerjaan yang dapat ditangani bersama-sama, sekaligus dalam usahatani dan aktifitas rumah. Tenaga kerja usaha tani keluarga biasanya terdiri atas petani beserta keluarganya dan tenaga kerja dari luar keluarga yang semuanya berperan dalam usaha tani, banyak atau sedikitnya tanaman, banyak sedikitnya tenaga kerja keluarga petani yang diperlukan, tergantung jenis tanaman yang diusahakan. Tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan tergantung pada dana yang tersedia untuk membayar upah tenaga kerja tersebut. Kegiatan tenaga kerja luar keluarga sangat dipengaruhi oleh beberapa input antara lain: sistem upah, lamanya waktu kerja, keterampilan, dan umur tenaga kerja (Suratiyah, 2006). Modal pada penelitian Suratiyah sudah termasuk tenaga kerja pertanian dalam keluarga, tenaga kerja pertanian luar keluarga dan tenaga kerja non pertanian. Didalam penjelasan penelitian modal dianggap berbeda. Modal dilengkapi dari dalam keluarga berupa tabungan dan keuntungan sisa panen dikurangi konsumsi. Modal dari luar keluarga berupa pinjaman di bank atau badan perkreditan lainnya berupa pegadaian. 2.3.3. Modal Modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah, 2006). Modal merupakan sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi. Modal sebagai input produksi biasanya dibagi menjadi modal sendiri dan modal pinjaman, namun demikian penggunaan kedua modal dalam proses produksi dianggap sama. Modal dalam kegiatan produksi dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap dapat diartikan sebagai modal yang memiliki jangka waktu depresiasi lebih lama seperti tanah bangunan dan alat-alat produksi. Modal tidak tetap dapat diartikan sebagai modal yang dapat berubah-ubah baik jumlah maupun volumenya seperti bibit, pupuk dan pestisida. (Soekartawi, 1995). 2.3.4. Manajemen Usahatani Manajemen uusahatani merupakan faktor produksi tidak langsung (intangible). Manajemen usaha tani adalah kemampuan petani menentukan, merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan dan mengevaluasi input-input produksi dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian yang maksimal. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi manajemen antara lain: tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha dan macam komoditas. Tingkat pendidikan merupakan lamanya pendidikan yang biasanya dihitung dalam tahun. Tingkat keterampilan yang didapat melalui pengalaman bekerja, skala usaha yang dipilih dan komoditas yang dipilih petani maupun peternak. Dalam hal ini perlu dibantu dengan inovasi baru untuk menumbuhkan efisiensi yang lebih bersaing daripada tanpa inovasi sama sekali. 2.4. Inovasi Baru Faktor-faktor yang amat penting bagi manusia adalah matahari, tanah nutrisi dan air. Pertanian dan sumberdaya alam menyangkut kualitas tanah dengan adanya intervensi manusia melalui tenaga kerja dan waktu. Keberlanjutan diartikan sebagai pendekatan ekosistem pada pertanian sehingga menyebabkan kerusakan tanah dalam jangka panjang disebabkan terjadinya erosi atau gerakan tanah dan air tanpa adanya kecukupan drainase, atau jalan air yang aman. (Jahn, 2001). Energi di pertanian sangat diperlukan untuk digunakan bagi pertanian sampai dengan produksi makanan. Pertanian yang berkelanjutan menjadi topik yang menarik pada kebijakan Internasional khususnya untuk menurunkan resiko perubahan iklim dan pertumbuhan populasi manusia di dunia. Bagi pengambilan keputusan tentang perubahan iklim maka pertanian berkelanjutan harus berusahatani campuran kedalam kebijakan nasional dan internasional, sebab perubahan cuaca akan berpengaruh negatif terhadap hasil hasil pertanian. Investasi dapat bertambah dimasa yang akan datang, termasuk penelitian nasional dan anggaran pembangunan, rehabilitasi tanah, insentif ekonomi, dan perbaikan infrastruktur.(July, 2009) Ahli-ahli lingkungan mengembangkan kepadatan populasi yang dapat menjadi hambatan dari kecukupan tanah pertanian dan memaksimumkan efisiensi energi. Ada juga yang mengembangkan ekosistem perkotaan atau ekosistem pedesaan yang mengkombinasikan habitat dan pertanian yang hampir sama antara produsen dan konsumen yang akan melengkapi istilah keberlanjutan. Satu dari banyak ide terbaru untuk melaksanakan pertanian berkelanjutan termasuk menghasilkan produksi komoditas makanan dari pertanian pertanian kecil menjadi pertanian besar, di desa dengan fasilitas teknis yang disebut pertanian vertikal, keunggulannya yaitu produksi selama setahun penuh, pengisolasian dari penyakit dan pests menjadi lebih mudah, mengontrol daur ulang sumberdaya, produksi dilaksanakan pada satu tempat dengan pabrik sehingga tidak membutuhkan biaya-biaya transportasi. Semua hal diatas adalah untuk menunjang populasi yang bertambah. (Dore, 1997)Namun pertanian vertikal tersebut belum menjadi realitas. Ide ini mendapat momentum terhadap mereka yang percaya bahwa metode pertanian yang berkelanjutan yang ada sekarang ini tidak akan mencukupi untuk menyediakan makanan bagi populasi global yang makin bertambah. Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika atau tropiculture (Laulanine, 2011) karena sebahagian besar daerahnya ada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua, dan mempunyai tanah yang bergunung-gunung. Sawah di Indonesia terdiri dari sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah lebak dan sawah pasang surut mencapai 4.075.461 Ha mencakup Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Pada Tahun 1973 penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian mencapai 61,7% (BPS, Sensus Penduduk, 1961, 1971) dalam (Mubyarto, 1973). Pertanian usahatani campuran yaitu menyatukan dua hasil pertanian, misalnya usahatani padi juga mengembangkan usahatani itik, (Echols, 1987). Dampak padi itik, sebagai 'aquatic animals' dipelajari di Huazhong China, Agricultural University, Wuhan melihat dalam tiga perlakua eksperimen dengan tiga perlakuan (1) tanpa itik (CK); (2) dengan empat itik (D4); (3) dengan 6 itik(D6) di tiap plot of 222 m2. Studi ini menampilkan suatu pendekatan penelititan terhadap diversifikasi hewan air (itik) terhadap pertumbuhan ekosistem padi itik dan memberikan beberapa tujuan teoretis terhadap berapa banyak kwantitas itik yang dipelihara dan membuat standardisasi teknologi pertumbuhan padi itik. Itik merupakan unggas air, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil telur dan daging sebagai sumber protein, namun sampai saat ini perkembangan itik di Indonesia masih terbatas (Matheos, 2007). Dalam usahatani itik dikenal tiga macam pemeliharaan yaitu: a) Sistem pemeliharaan tradisional, sistem pemeliharaan ini terjadi ketika ternak itik dibiarkan sepanjang hari dan mencari makanannya di sekitar pemukiman penduduk atau di area persawahan tanpa dikandangkan : b) Sistem pemeliharaan semi intensiif atau pemeliharaan pada saat-saat tertentu dikeluarkan untuk digembalakan; c) Sistem pemeliharaan intensif atau sistem pemeliharaan, ternak itik dipelihara terus menerus di dalam kandang. Pakan sangat penting bagi usaha pertanian atau peternakan karena didalam struktur biaya produksi pakan berkisar 70%, serta lokasi kandang perlu memperhatikan konstruksi kandang dan lantai kandang (Sukwanto, 1994). Di Aman, Bangladesh dimana masyarakatnya sebagian besar tergantung pada konsumsi beras petani dan penelitinya sudah dan sedang mengadakan penelitian mengenai cara tanam dengan menggunakan cara yang tidak conventional. Cara yang conventional adalah cara dimana batas-batas dari pada petak-petak sawah dinaikkan tanahnya sehingga membentuk dinding pembatas. Hal ini agak sulit dimusim penghujan dan juga pada saat mengatur air. Cara yang tidak conventional adalah membentuk batas batas antara petak-petak sawah dengan menggali furrows atau alur, jalur got yang dapat mengairi sawah sehingga petak sawah disebut sebagai bed. Dengan demikian tidak ada genangan air pada petak sawah. Petani yang bekerja di sektor pertanian di langowan yang mempunyai 4 Kecamatan mempunyai sawah dan ladang yang menghasilkan padi. Sawah petani nampak masih memakai cara tradisional, sehingga perbaikan yang dapat lebih menguntungkan yaitu mengadopsi cara tidak tradisional dengan membangun alur atau jalur got untuk menampung air agar tidak menutupi petak sawah. Usaha ternak itik di Sulawesi Utara umumnya berada di lokasi yang berdekatan dengan area persawahan. Cara ini dilakukan oleh peternak untuk menekan biaya pakan, karena itik dapat memperoleh makanan berupa sisa-sisa padi yang ada di sawah (Matheos, 2007). Pada awalnya, pemeliharaan dengan system penggembalaan sangat menunjang konsep pengendalian hama terpadu pada usahatani padi sawah sehingga sangat dianjurkan. Tabel 3. Jenis Itik, Jumlah Telur per Tahun dan Bobot Telur per Butir Jenis Itik Jumlah Telur Bobot (Gram) Itik Khaki Campbell 300 – 330 60 Itik CV 2000-INA 285 – 286 75 Itik Tegal 150 – 250 60 – 75 Itik Mojosari 200 – 265 70 Itik Alabio 130 – 250 65 – 70 Itik Bali 153 – 250 59 – 65 Itik BPT AK 297 70 Itik BPT KAT 282 70 Itik BPT KA 274 70 Sumber: Suharno, (1995) ltik-itik yang digembalakan itu mencari makan di permukaan sawah dan di sekitar batang padi, terutama dibagian bawah dekat permukaan tanah, atau didalam air, sesudah panen padi.(Suharno, 1995). Sejalan dengan aktifitas penanaman dan pemanenan padi maka pemeliharaan itik juga dipelihara disekitar aktifitas pertanian ini.Hal ini disebut usahatani campuran tani ternak.Produksi diarahkan pada hasil daging dan telurnya. ltik mempunyai kemampuan bertelur tergantung dari jenis itik petelur. 2.5. Barang Konsumsi Hubungan antara dua barang konsumsi dapat dibedakan menjadi pertama, kaitan teknis dan kedua, kaitan ekonomi. Rasional penggolongan seperti ini didasarkan motivasi jika harga naik (kaitan ekonomi) maka permintaan barang turun (kaitan teknis). Jika permintaan barang turun , maka hubungan antara barang pertama dan barang kedua adalah komplementer, jika permintaan barang satu bertambah maka hubungan barang satu dan barang dua disebut kompetitif. Dua barang dalam penggunaannya ada yang disebut utama ada yang disebut kurang dari utama. Konsumen diasumsikan memiliki pendapatan terbatas, jika dibelanjakan untuk komoditi barang satu dengan harga p per unit, maka total pengeluaran adalah harga dikalikan barang, dengan syarat pengeluarannya tidak boleh melebihi pendapatannya. Konsumen di satu pihak memiliki kemampuan daya beli yang terbatas yang dinyatakan dengan anggaran yang dimilikinya. (Semaoen dan Kiptiyah, 2011). Dua barang konsumsi pada fungsi utility, tidak mungkin semuanya inferior. Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya berkurang bilamana pendapatan konsumen bertambah.Oleh sebab itu dua barang yang satu boleh saja inferior tetapi yang satunya lagi adalah barang substitusi, atau substitusi silang atau yang berhubungan dengan pendapatan disebut total differensial persamaan anggaran. Juga harga barang misalnya p1 dan p2 tidak mungkin negatif, dan karena jumlah suku pertama dan kedua sama dengan satu maka jika q1 barang inferior maka tidak mungkin juga q2 barang inferior, atau sebaliknya. Berbagai kombinasi konsumsi q1 danq2 yang menghasilkan utility tetap. Kadar pertukaran dua barang yang dikonsumsi atau ratio antara unit barang q2, yang dilepaskan dan diganti dengan barang q1, sedemikian rupa sehingga konsumen tetap berada pada kepuasan yang sama. Menciptakan kemiringan negatif yang menunjukkan bilamana komoditi yang satu bertambah maka yang lainnya pasti berkurang. Anggaran dua konsumen yang berbeda diartikan sama dengan nol. BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani peternak mengambil keputusan sebagai perilaku untuk mmengalokasikan sumberdaya yang ada padanya dengan penggunaan berbagai input bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dan pendapatannya. Setiap individu mempunyai tujuan memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya dari aktifitas usahanya, tetapi dilain pihak dalam pelaksanaan usahataninya dihadapkan pada keterbatasan sumberdaya pertanian yang dimilikinya untuk prosesproduksi, selanjutnyadalampengambilan keputusan yang berhubungan dengan kegiatan usahataninya petani harus dapat mengatur sumberdaya-sumberdaya yang dimilikinya secara efektif dan efisien yang artinya bukan mencapai keuntungan yang tinggi hanya pada satu usaha cabang saja, melainkan keuntungan usahatani akan maksimalbila cabang-cabang tersebut dapat dikelola dengan efisien. Setiap petani dalam melakukan jenis kegiatan usahataninya dengan menggunakan berbagai input produksi atau faktor-faktor yang mempengaruhinya akan menghasilkan output tertentu. Petani memelihara itik sebagai mata pencaharian yang berkelanjutan (sustainable livelyhoods) yang harus dipertahankan kelestariannya namun agar usaha ini dapat berkelanjutan diperlukan sumberdaya yang memadai.Usaha peternakan itik tidak terlepas dari peran usahatani sebagai suatu unit usaha. Petani dalam meningkatkan pendapatannya mengusahakan perpaduan antaraternak dengan tanaman, tanaman dengan tanaman lainnya, bahkan ada juga tanaman dengan ikan untuk mencukupi kehidupan petani juga mencari penghasilan dari non pertanian, tujuan ini dimaksudkan untuk mendapatkan penghasilan dan memperkecil kerugian apabila salah satu cabang usaha tersebut mengalami ketidak berhasilan. Dalam melaksanakan usahatani terpadu tersebut terdapat tiga komponen utama yang saling berkaitan yaitu petani, ternak, tanaman, dimana petani menyediakan lahan, modal, tenaga kerja dan manajemen dalam mengusahakan ternak dan tanamannya, sebagai imbalan hasil tanaman dan ternak sebagai sumber pendapatan. Ketiga hal tersebut bisa berjalan bila sumberdaya yang tersedia bisa dimanfaatkan dengan baik dan seoptimal mungkin, yaitu, ketersediaan lahan akan mempengaruhi jumlah pakan yang tersedia, disampingmodal, tenaga kerja dan manajemen yangakan menentukan kelangsungan usahatani, dan perlu didukung oleh pangsa pasar yang baik. Dalam hal ini apakah sumberdaya yang dimiliki akan digunakan untuk akses produksi ternak atau tidak, bila dari segi pendapatan petani mengalami kerugian maka petani akan mengalihkan usahanyake sektor usahatani yang lain. Sistem usahatani campuran tanaman ternak mengandung arti bahwa kedua usaha diharapkan berlangsung dalam satu sistem usaha agribisnis Crop-Livestock Systems (CLS) yang saling mengisi dan salin menguntngkan, yaitu dari tanaman tersedia input berupa pakan dan dari ternak termanfaatkan kotoran ternak menjadi pupuk organik (Djayanegara dan Ismail, 2004). Pertanian non monokultur yang dikelola bersama antara tani dan ternak telah diterapkan di negara yang ada di Asia Tenggara.(Diwyanto et al., 2002). Namun pada umumnya petani kecil, sistem pertanian ini masih lebih optimal dari apa yang telah diterapkan. Secara terperinci manfaat sistem tanaman dan ternak antara lain, adanya peningkatan budidaya terhadap kotoran ternak, hasil ikutanyang meningkat, pada tanaman dan limbahnya yang dapat diolah lebih lanjut sebagai pupuk, peningkatan potensi kesehatan dengan terciptanya fungsi ekosistem yang lebih sehat, peningkatan kemandirian yang tinggi dalam mengelola sumberdaya, dan terjadinya nutrisi dan energi yang saling mengalir antara duo sumberdaya dari duo komoditas tersebut. Dasar penyusunan kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa petani padi dan peternak itik didalam memenuhi kebutuhannya tidak hanya bertumpu pada salah satu cabang usahatani saja, tetapi juga dari usaha ternak, dan juga non pertanian.Oleh sebab itu pendapatan usahatani dalam rangka konseptual dapat digolongkan menjadi (1) pendapatan dari sektor peternakan itik (2) pendapatan dari sectorpertanian padi sawah (3) dan pendapatan dari non usahatani. Dengan demikian maka pendapatan dapat diestimasi melalui fungsi produksi yang dapat diukur melalui fungsi penerimaan, karena banyaknya berbagai jenis komoditas yang diusahakan oleh petani, sehingga pendapatanrumahtangga tidak hanya bersumber dari pendapatan usaha tani padi saja melainkan dari hasil non usaha tani padi. Pemeliharaan ternak itik pada usahatani padi telah dikembangkan oleh Balai Penelitian di Bogor. Hasilnya berupa teknologi yang dilaksanakan oleh petani agar dapat diadopsi sesuai kondisi petani. Introduksi sistem ini tentunya tidak sama diterima pada semua petani mengingat adanya berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh petani. Beberapa inovasi yang diperkenalkan kepada petani oleh lembaga-lembaga penelitian telah dilaksanakan dengan baik, namun ada pula yang tidak terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Kejadian ini menunjukkanpenerapan inovasi baru tidak dapat diterima secara umum, dimana hal ini memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang sangat mendalam terhadap interaksi lingkungan, petani, lahan, kultur masyarakat dan teknologi. .Dimana penerapan inovasi harus spesifik lokasi.(Francis dan Hildebrand, 1989 dalam Noman dan Douglas, 1994). Inovasi dapat saja ditolak dan diterima oleh pelaku usahatani,hal ini terkait dengan pendekatan usahatani yang tepat di lokasi di samping itu juga perlu kesadaran bagi para peneliti untuk memastikan komunitas petani yang akan menjadi target. Berbagai faktor yang dapat diidentifikasi sebagai kemungkinan penyebab hal ini adalah : (1) kelayakan ekonomi dan penerimaan sosial dari inovasi yang terintroduksi, (2) derajat kepentingan pada sistem produksi, (3) kemudahan akses input akibat inovasi tersebut, (4) ketersediaan sarana waktu dan tenaga, serta (5) tingkat perbedaan sebelum dan sesudah penggunaan inovasi dari sisi permintaan (Soedjana dan Krisjanson, 2001). Usahatani campuran usaha ternak pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus dari sawah, jerami dan dedak, ternak, pupuk organik dan kembali ke sawah lagi (Heryanto et al., 1999).Hal ini berkaitan dengan adanya dedak padi yang berlimpah setiap kali musim panen dan dapat digunakan sebagai sumber pakan itik.(Liu, 1985) melaporkan bila anak itik digembalakan di sawah yang tergenang dan dibajak dapat memangsa larva serangga, cacing dan hama lain selama tahap pembajakan. Murtisari dan Evans (1982) melaporkan bahwa itik yang dipelihara di sawah mengkonsumsi siput sebanyak 17% dari total pakan. Itik berfungsi sebagai alat penghasil bahan dasar pupuk organik yang akan dipergunakan untuk menjaga kelestarian kesuburan lahan persawahan. Kawasan persawahan dapat menghasilkan padi sebagai produk utama.Telur, daging dan pupuk organik sebagai hasil usaha peternakan.Produksi jerami padi dapat mencapai 6-8 ton per hektar per panen, disamping jerami padi, dapat pula digunakan dedak padi sebagai salah satu komponen bahan pakan untuk menyusun ransum (Haryanto et al., 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan keuntungan usahatani pada pola sistem usahatani campuran tanaman-ternak telah dianalisis oleh Suwandi (2005) yang menyatakan bahwa usaha tani pola ini memberikan harapan bagi petani lahan sempit untuk meningkatkan produksi usahatani dan diperlukan insentif untuk mendorong semakin berkembangnya usaha sistem usahatani campuran tanaman ternak. Dibandingkan dengan petani yang tidak mengadopsi pola sistem usahatani campuran tanaman-ternak, usaha padi sawah pola ini mampu meningkatkan produksi padi sebesar 23,6 persen dengan keuntungan 14,7 persen lebih tinggi. Peningkatan penggunaan pupuk kandang sebesar satu unit dapat meningkatkan produksi padi sebesar 0,125 dengan peningkatan keuntungan usaha tani sebesar 0,134.perbaikan aplikasi pupuk kandang sesuai standar teknis ternyata mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Hasil usaha tani digunakan untuk konsumsi oleh rumah tangga petani, ada yang dijual, ditukar.Penjualan hasil usahatani menghasilkan uang tunai yang dapat dipakai untuk membeli berbagai macam barang atau jasa (misalnya pangan, sandang, pendidikan dan transportasi), dan mendapatkan input pertanian. Rumah tangga petani dipandang sebagai pengambil keputusan dalam aktivitas produksi dan konsumsi, serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan rumah tangga yang dianalisis secara simultan.Kegiatan produksi merupakan salah satu kegiatan penting dalam sistem usaha tani, dimana tujuan produksi tidak semata-mata untuk dipasarkan, tetapi juga untuk memenuhi keutuhan konsumsi rumah tangga. Petani lebih banyak berperilaku sebagai penerima harga input dan output, serta tidak mampu mempengaruhi harga-harga tersebut. Secara skematis kerangka berpikir yang menjadi paradigma penelitian terlihat pada Gambar 3. 3.2. Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Diduga bahwa faktor faktor yang mempengaruhi produktifitas terhadap usahatani padi itik adalah tenaga kerja, upah dan penerimaan usahatani. 2. Diduga bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi curahan kerja usahatanipadi itik adalah penggunaan berbagai pupuk, pestisida dan tenaga kerja dalam usahatani padi itik. 3. Diduga bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi adopsi-inovasi usahatani padi itik adalah usahatani usahatani campuran, pendidikan, pengalaman, jumlah keluarga, jumlah keluarga yang bekerja dan luas area panen. 4. Diduga bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga usahatani padi itik adalah pendapatan rumahtangga, jumlah anggota keluarga,dan produktifitas padi itik. 54 Jumlah Benih Padi (JBP) Luas Area Panen (LAP) Produktivitas (PDTVS) Jumlah Pupuk Urea ( JPU ) Jumlah Pupuk SP36 ( JPSP36 ) Produksi Itik (PRODI) Jumlah Pupuk KCI ( JPKCI ) Jumlah Obat ( JO ) Total Penggunaan Tenagakerja Usaha Padi ( TTKP ) Jumlah Kredit Usahatani ( JKUT ) Harga Itk Hidup ( HIH ) Luas Area Serangan Hama Penyakit Tanaman (LASHPT) Jumlah Dedak Segar (JDDK) Jumlah Konsentrat (JKO) Jumlah Itik (JI) Jumlah Dedak Segar (JDDK) Jumlah Tenagakerja Dalam Keluarga Usaha Padi (JTKDP) Tenagakerja Luar Keluarga Usaha Padi (JTKLP) Jumlah Tenagakerja Dalam Keluarga Usaha Itik (JTKDI) Penerimaan Usahatani Padi (PUTP) Umur Kepala Keluarga (UKK) Pendidikan Kepala Keluarga /Responden (PKK) Upah Tenagakerja (UTK) Curahan Tenagakerja Keluarga pada UsahaBuruh (CTKDB) Adopsi Sistem Usahatani campuran Padi - Itik (ADOPSI) Pengalaman Usahatani (PENGUT) Jumlah Anggota Keluarga(JAKL) Pendapatan Rumahtangga Petani (PRTP) Jenis Pekerjaan Utama (JNSPKJU) Jenis Pekerjaan Utama (JNSPKJU) Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja (JAKP) Konsumsi ( KS ) = Variabel Eksogen = Variabel Endogen Gambar 3. Alur Pemikiran Model Pengembangan Pendapatan Rumahtangga Petani Padi itik 3.3. Definisi Operasional Variabel-variabel dalam penelitian ini diukur dan didefinisikan sebagai berikut: Produksi padi adalah produksi padi yang diperoleh petani pada satu kali musim panen yaitu berupa gabah kering giling, yang dinyatakan dalam (kg); Luas area panen adalah luas lahan padi sawah produktif. Luas area panen diambil dari petani yang telah menerapkan sistem usahatani campuran padi itik dan petani yang belum menerapkan, yang dinyatakan dalam satuan (ha), Tenaga kerja keluarga pada usahatani padi sawah adalah curahan tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi sawah satu musim panen, yang dinyatakan dalam HOK. Jam kerja petani adalah total jam kerja yang digunakan petani untuk melakukan kegiatan usahatani padi sawah selama satu musim panen, meliputi pembibitan, pengolahan lahan penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, panen, dan pascapanen. Semua jam kerja dikonversikan dalam HOK setara dengan 8 jam / hari kerja. Tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah adalah curahan tenaga kerja luar keluarga yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi sawah dalam satu musim panen, yang dinyatakan dalam HOK. Jam kerja petani adalah total jam kerja yang digunakan petani untuk melakukan kegiatan usahatani padi sawah selama satu musim panen, meliputi pembibitan, pengolahan lahan penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, panen, dan pasca panen. Untuk memudahkan analisis maka semua jam kerja dikonversikan dalam HOK setara dengan 8 jam / kerja; Tenaga kerja keluarga pada usaha itik adalah curahan tenaga kerja keluarga yang digunakan dalam kegiatan usaha itik dalam satu musim panen padi, yang dinyatakan dalam HOK. Jam kerja petani adalah total jam kerja yang digunakan petani untuk melakukan kegiatan usaha itik selama satu musim panen padi, meliputi pemeliharaan itik, pemberian pakan dan penggembalaan itik ke lahan sawah. Jam kerja dikonversikan dalam HOK setara dengan 8 jam / hari. Tenaga kerja luar keluarga pada usaha itik adalah curahan tenaga kerja luar keluarga yang digunakan dalam kegiatan usaha itik dalam satu musim panen padi, yang dinyatakan dalam HOK. Jam kerja petani adalah total jam kerja yang digunakan petani untuk melakukan kegiatan usaha itik selama satu musim panen padi, meliputi pemeliharaan itik, pemberian pakan dan penggembalaan itik ke lahan sawah. Jam kerja dikonversikan dalam HOK setara dengan 8 jam / hari; Jumlah anggota keluarga yang bekerja adalah jumlah anggota yang melakukan kegiatan usahatani padi sawah dan usaha itik (HOK); Pupuk adalah banyaknya unsur hara yang diberikan kepada tanaman padi selama satu musim panen, yang tersiri dari pupuk urea (PU), pupuk SP36 (PSP36), dan pupuk KCI (PKCI), yang dinyatakan dalam (kg); Pestisida atau obat hama adalah yang diberikan kepada tanaman padi untuk memberantas hama dan penyakit tanaman dihitung selama satu musim panen, yang digunakan dan dinyatakan dalam (liter); Total biaya tetap (TFC) adalah biaya yang tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh dan tidak habis terpakai dalam waktu satu musim panen, yang dinyatakan dalam (Rp). Biaya tetap meliputi pajak tanah, sewa lahan, dan penyusutan alat; Total biaya variabel (TVC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan habis terpakai dalam satu musim panen, yang dinyatakan dalam (Rp). Biaya variabel meliputi upah tenaga kerja, biaya pembelian pupuk, dan pestisida; Total biaya produksi (TC) adalah semua pengeluaran total yang merupakan jumlah biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) selama satu musim panen, yang dinyatakan dalam (Rp); Penerimaan (TR) adalah jumlah yang diterima oleh petani yang merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga penjualan selama satu musim panen, yang dinyatakan dalam (Rp); Harga produksi tingkat petani adalah harga yang diterima petani dari hasil penjualan produksi yang diperoleh petani setelah dikurangi biaya transportasi pemasaran, yang dinyatakan dalam(Rp/Kg); Pendapatan usahatani padi adalah selisih antara penerimaan padi dan biaya produksi padi, yang dinyatakan dalam (Rp); Pendapatan usaha itik adalah selisih antara penerimaan itik dan biaya produksi itik, yang dinyatakan dalam (Rp); Pendapatan usahatani diluar usaha padi dan itik adalah pendapatan yang diperoleh petani selain berusaha padi dan itik misalnya usahatani jagung, palawija, tanaman keras, beternak sapi, kambing maupun ayam selama satu musim panen, diukur dalam (Rp); Pendapatan diluar usahatani adalah pendapatan dari aktifitas ekonomi luar usahatani misalnya buruh, dagang, tukang selama satu musim panen, diukur dalam (Rp); Pendapatan rumah tangga petani adalah jumlah seluruh pendapatan rumah tangga selama satu musim panen yang berasal dari usaha tani dan luar usahatani, termasuk pendapatan non kerja yaitu pendapatan berupa sewa atau bunga dari asset dan tabungan dan dari sumber lain seperti kiriman dan bantuan, diukur dalam (Rp); Jumlah anggota rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan, diukur dalam jumlah orang (jiwa); Upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar tenaga kerja yang disewa, diukur dengan (Rp/HOK/hari); Harga pupuk adalah harga yang diterima petani dari pembelian pupuk setelah ditambah biaya transportari pembelian, yang dinyatakan dalam (Rp/Kg); Harga pestisida adalah harga yang diterima petani dari pembelian pestisida setelah ditambah biaya transportasi pembelian, yang dinyatakan dalam (Rp/Kg); Umur kepala keluarga adalah usia kepala keluarga pada saat penelitian dinyatakan dalam (tahun); Pendidikan petani responden adalah tingkat pendidikan format terakhir yang dicapai kepala keluarga, dinyatakan dalam tidak tamat SD, Tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat PT; Pengalaman petani adalah lamanya petani melakukan usahatani padi, yang dinyatakan dalam (tahun); Adopsi sistim usahatani campuran padi sawah dengan itik adalah tingkat adopsi sistim usahatani campuran padi sawah dengan itik oleh petani, yang dinyatakan dalam; penggunaan teknologi di lokasi penelitian dan diluar lokasi penelitian. Jumlah kredit usahatani adalah besar kredit yang diterima petani padi dalam satu musim panen, yang dinyatakan dalam (Rp/tahun); Jenis kredit usahatani (JNSKUT) adalah jenis kredit yang diterima petani padi, yang dinyatakan dalam (dari perusahaan finansial atau pedagang); Jumlah konsumsi (KS) adalah biaya hidup yang dikeluarkan oleh kepala rumah tangga selama satu musim panen, yang dinyatakan dalam (Rp); Data yang dianalisis adalah data selama satu musim panen yaitu musim panen terakhir tahun 2012. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Minahasa kecamatan Langowan Timur. Kecamatan Langowan Timur merupakan satu dari empat kecamatan kecamatan diLangowan, letaknya lebih kurang 145 Km dari Kotamadya Manado. Kecamatan Lawongan Timur secara administrasi memiliki 7 desa dengan luas wilayah 10,98 km2 dengan jumlah penduduk 11.665 jiwa yang terdiri dari 5.643 penduduk laki-laki dan 6.022 penduduk perempuan dengan total kepala keluarga 4.303 KK (Kecamatan Langowan Timur dalam Angka, 2011). Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Nopember 2012 sampai bulan Agustus 2013. Mata pencaharian utama penduduk adalah bekerja dalam sektor pertanian, yang terdiri dari 81% pemilik dan 9% penggarap, dan non pertanian bekerja antara lain sebagai buruh tani, buruh ternak dan ojek. Metode Penentuan Sampel Lokasi penelitian difokuskan pada 3 desa yaitu Desa Wolaang, Desa Amongena I dan Desa Amongena II, dari 33 desa yang ada di wilayah kecamatan Langowan, dilaksanakan secara purposive sampling dengan pertimbangan sebagai berikut : Kecamatan Langowan merupakan kecamatan yang populasi ternak itiknya paling banyak dan luas areal persawahannya lebih luas dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Minahasa. Desa-desa tersebut merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya banyak memelihara itik sehingga disebut desa sentra padi-itik. Petani padi melakukan pengolahan secara intensif dalam bertani dan juga memelihara itik sehingga memudahkan pencari data tentang padi-itik. Mengacu pada uraian diatas, maka ketiga desa tersebut dapat mewakili Langowan untuk dijadikan lokasi sampel, disamping itu ketiga desa tersebut memiliki ciri sebagai suatu daerah agraris dengan tipologi tanaman usaha tani sawah, usahatani kebun serta usaha dibidang peternakan, namun usaha peternakan yang paling merakyat adalah ternak itik. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey yaitu penelitian yang mengsurvey desa desa sentra di kabupaten Minahasa yaitu pada petani dengan usahatani padi itik khususnya di Kecamatan Langowan yaiitu Langowan Timur sehingga ditemukan tiga desa sentra padi itik yaitu desa Wolaang. Desa Amongena I dan desa Amongena II. Kemudian menentukan petani responden untuk dilakukan pengisian questionnaire yang berguna untuk mengisi persamaan persamaan yang akan dianalisis, menerangkan hubungan antar fenomena, menguji hipotesis serta membuat interpretasi serta mendapatkan makna dari fenomena yang diteliti. Sebagai kriteria penentuan sampel pada penelitian ini antara lain : 1) Sampel yang diambil adalah petani yang memiliki ternak itik 80-1000 ekor dan minimal mempunyai pengalaman beternak selama sepuluh tahun. 2) petani memiliki lahan garapan sawah dan memiliki itik 3) petani memiliki garapan sawah saja, maupun lahan milik orang yang dikuasai untuk berusahatani dan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Penentuan jumlah sampel (sample size) minimal dilakukan dengan pertimbangan bahwa sampel yang diambil secara representatif yang dapat mewakili populasi, ditentukan berdasarkan rumus penetapan ukuran sampel dengan presisi (tingkat kesalahan) 10%, yaitu: n = N N (d)2 + 1 . Keterangan: n = jumlah sampel minimal N = populasi d = Presisi ditetapkan 10% yang merupakan tingkat penyimpangan dari karakteristik sampel terhadap populasi n = 294 294 (0.10)2 + 1 n = 74.61929 dibulatkan menjadi 75 orang Sehingga dalam penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 75 responden dari 3 desa terpilih. Untuk menghitungnya menggunakan teknik perhitungan proporsional random sampling pada tiap desa didapatkan sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah Responden Penelitian No. Nama Desa Responden Sampel 1. Wolaang 107 27 2. Amongena I 92 23 3. Amongena II 95 24 Total 294 75 Adapun rincian perhitungan sebagai berikut: Untuk Desa Wolaang, populasi sebesar 107, diperoleh perhitungan sampel sebesar (107/294) x 75 = 27 orang. Sehingga pada Desa Wolaang akan diambil 27 responden Untuk Desa Amongena I, populasi sebesar 92, diperoleh perhitungan sampel sebesar (92/294) x 75 = 23 orang. Sehingga pada Desa Amongena I akan diambil 20 responden Untuk Desa Amongena II, populasi sebesar 95, diperoleh perhitungan sampel sebesar (95/294) x 75 = 24 orang. Sehingga pada Desa Amongena II akan diambil 24 responden. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: Observasi ; teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Wawancara ; teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang berkenaan dengan aspek-aspek produksi dan pendapatan. 4.4. Metode Analisis Data. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Petani Padi Itik Analisis alokasi penggunaan internal keluarga petani tanaman padi dan itik petelur untuk memperoleh pendapatan pada kegiatan usahatani on-farm dan Non-farm dilakukan secara deskriptif. Meliputi : Sebaran dan kuantitas serta produktifitas curahan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi lahan sawah yang dikelompokkan menjadi lima macam kegiatan usahatani tersebut yaitu : pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Kuantitas curahan tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kekrja (HOK) Sebaran dan kuantitas serta produktifitas curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk kegiatan usahatani non padi yaitu kekgiatan tanaman sayuran, perikanan dan peternakan. Kuantitas curahan tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kerja (HOK) Sebaran dan kuantitas serta produktifitas curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk kegiatan on-farm dan off-farm. Kuantitas curahan tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kerja (HOK). Pendapatan On-Farm dan Non-Farm Serta KontribusinyaTerhadap Pendapatan Rumahtangga Petani Padi Itik Analisis diperlukan untuk menentukan besarnya kontribusipendapatan dari on-farm / usahatani (padi dan itik) terhadap pendapatan total rumahtangga petani. Pada tahap awal adalah menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan dari usahatani padi serta usahatani non padi. Penerimaan dan pendapatan dari usahatani padi dihitung dalam satu kali musim tanam. Pendapatan usahatani non padi itik dihitung sama dengan satu kali musim tanam padi (dengan asumsi off farm dan non farm adalah sama, dan tidak dihitung tanaman palawija dan usaha lainnya sebab jumlahnya yang relatif kecil berupa tanaman dan ternak lainnya. Penerimaan dan pendapatan usahatani padi dirumuskan dengan persamaan berikut : Penerimaan : TR = PQ ……………………………………………………… (4.1.) TR = Penerimaan (Rp/Kg) Q = Jumlah prooduksi (Kg) P = Harga beras ditingkat petani dalam bentuk (Rp/Kg) Pendapatan Padi π = TR – TC ………………………………………….. (4,2,) Π = Besarnya tingkat pendapatan (Rp) TR = Penerimaan Bruto (Rp) TC = Biaya total yang dikeluarkan Pendapatan dari luar usahatani padi itik Untuk menghitung penerimaan total luar usahatani berupa hasil pekerjaan non tani digunakan rumus : TR = Qi - P Qi ……………………………………………………… (4.3.) Dimana : TR : Total penerimaan dari usaha non tani (Rp,) Q : Produksi nonusahatani ke I (Rp.) P Qi : Harga usahatani dan non usahatani ditingkat petani (Rp. Per unit) I : Jenis sayuran dan palawija ditingkat petani (Rp./unit) Pendapatan diperoleh dengan mengurangkan total penerimaan denganbiaya dengan rumus : πi = TR – TC ………………………………………….. …………………(4,4,) dimana : Πi = Total pendapatan non usahatani (Rp) TR =Total penerimaan non usahatani (Rp) TC = Biaya total yang dikeluarkan (Rp.) Pendapatan dari ternak itik (Anasmocha) Salah satu bagian dari pendapatan usahatnani selain padi adalah usaha ternak itik (Anasmocha). Perhitungan pendapatan rumahtangga petani padi di lahan sawah danternak itik di sawah dan belakang rumah petani dilakukan dengan menganalisis biaya, penerimaan dan pendapatan dari usahatani tersebut. Ternak itik yang diusahakan menghasilkan pprooduk meliputi telur, dan bibit serta pembesaran itik betina, dan juga daging itik. Biaya total (total cost ) merupakan penjumlahan dari seluruh biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variable, secara matematis dapat dirumuskan : TCi = TFCi + TVCi ……………………………………………. (4.5.) Yaitu TCi = Biaya Total (Total Cost) TFCi = Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) TVCi = Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) Dimana I = 1,2, ………………………n 1 = Usaha ternak penghasil telur konsumsi 2 = Usaha ternak pembesaran itik 3 = Usaha ternak pembibitan Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tergantung pada besar kecilnya produksi. Komponen biaya tetap pada usahaternak itik adalah biaya kandang dan peralatan. Pembebanan biaya tetap dihitung dari penyusutan selama setahun dengan menggunakan metode garis lurus atau. Straight Line Method : D = A -R ……………………………………………………….. … (4.6.) n yaitu : D = Besarnya biaya penyusutan per tahun A = Biaya pengadaan / harga pembelian R = Nilai Residu/ sisa aktiva (Rp.) N = Taksiran umur manfaat aktiva tetap (tahun) Biaya variable adalah biaya dikeluarkan tergantung pada besar kecilnya produksi. Komponen biaya vafriabel pada usaha ternak itik adalah biaya pakan dan pembelian bibit itik. Penerimaan dari usaha ternak itik adalah : TRi = Qi – PQi …………………………………………………… (4.7.) Tri = Penerimaan usahaternak itik (Rp.) Qi = Hasil produksi masing masing usaha ternak itik yang dihasilkan selama periode penelitian (unit) PQi = Harga jual rata rata hasil produksi masing masing usahaternak itik selama periode penelitian (Rp,) Pendapatan dari usahaternak itik adalah : Πi = TR – TC ……………………………………………………….. (4.8) Dimana : Πi : Total pendapatan usahaternak itik (Rp.) TR : Total penerimaan usahaternak itik (Rp.) TC : Total biaya yang dikeluarkan (Rp.) Pendapatan dari kegiatan Non-farmperlu dianalisis. Kegiatan Non-farm adalah kegiatan diluar usahatani padi itik namun pendapatannya dapat menopang usaha pertanian itu sendiri. Kegiatan di lokasi penelitian yang tergolong kegiatan off-farm yaitu : pengumpulan renga sebagai bahan makanan itik, PNS, ojek, sopir kendaraan umum atau kendaraan milik sendiri yang diusahakan, pabrik barang barang kaleng, operator traktor pertanian, membuka warung atau kios pertanian. Berdasarkan karakteristik kegiatannya maka perhitungan pendapatan untuk off-farm didekati dari jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan untuk off--farm tersebut dikalikan dengan dengan upah yang diperoleh dari kegiatan tersebut selama satu musim tanam saja. Penerimaan yang diterima dan selisih dari harga produk yang dihasilkan dengan harga bahan baku yang digunakan, juga upah yang diterima disebabkan bahan baku disediakan oleh pemberi kerja. Persamaan untuk pendapatan off-farm adalah : Π off = TK off - P off ………………………………………………………(4.9) Π off = Pendapatan dari kegiatan off-farm (Rp,) TK off = Curahan TK untuk kegiatan off-farm (HOK). Gaji. Honor. P off = Upah kegiatan off-farm Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Itik di Sawah Perumusan Model Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tiga jenis usaha pertanian dari padi (Oryza Sativa), iitik (Anasmocha) dan padi itik. serta melihat hubungan antar variabel variabel endogen dan eksogen dari perilaku petani yaiitu penentuan produktifitas, penggunaan tenaga kerja, penggunaan adopsi inovasi dan konsumsi rumah tangga petani. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dan analisis simultan dengan menghasilkan ANOVA (Analysis of Variance) serta uji lanjut Tukey. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran awal mengenai nilai rata-rata pada setiap perlakuan. Hasil-hasil anova adalah untuk menguji hipotesis secara parsial atau keseluruhan. Jika nilai p<0,05 (hipotesis diterima) mengindikasikan adanya perbedaan diantara ketiga jenis usahatani pada masing masing variabel yang diamati. Jika hipotesis diterima diperlukan pengujian lanjut untuk mengetahui perbedaan usahatani antara satu dengan yang lainnya menggunakan uji Tukey. Uji Anova menggunakan software SAS. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, untuk menjawab tujuan pertama kedua ketiga dan keempat digunakan analisis simultan, Analisis ini dilakukan untuk mempelajari faktor faktor yang mempengaruhi petani dalam menerapkan usahatani padi itik, Penerapan usahatani padi itik dipengaruhi oleh faktor sosial petani antara lain : (1) umur petani, (2) pendidikan petani, (3) pengalaman berusaha tani padi itik,(4) jumlah anggota rumah tangga, (5) penggunaan berbagai macam pupuk,(6) pestisida, dan (7) tenaga kerja. Pada pendekatan kuantitatif, analisis terhadap suatu fenomena tidak selalu dilakukan secara faktual. Beberapa penyederhanaan harus sering dilakukan untuk menghindari kompleksitas tanpa mengurangi esensi fenomena. Bentuk penyederhanaan atau abstraksi dari suatu fenomena pada keadaan sesungguhnya disebut model (Intriligator, 1978). Sebagai alat analisis kehandalan suatu model akan tergantung pada kemampuan mempresentasikan permasalahan yang riil dan fenomena pada keadaan sesungguhnya. Oleh sebab itu penyederhanaan dengan model hendaknya tetap mampu menampilkan unsur-unsur utama dari fenomena yang diamati.Berdasarkan pemahaman terhadap kerangka teoretis dan tinjauan pustaka yang diperolah, dirumuskan model perilaku rumahtangga petani padi peternak itik tersebut yang diharapkan dapat menerangkan permasalahan dan tujuan penelitian. Analisis validasi dilakukan untuk melihat baik tidaknya daya prediksi model. Analisis simulasi signifikan dilakukan untuk melihat dampak hubungan-hubungan antar variabel yang sudah diprediksi. Ada Sembilan hubungan yang akan dianalisis, mengenai ekonomi rumahtangga petani, yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan, biaya-biaya lahan sawah dan biaya-biaya pemeliharaan itik. Model ekonomi rumahtangga petani usaha usahatani campuran padi-itik pada dasarnya merupakan keterkaitan alur keputusan alur sumberdaya untuk menghasilkan output produksi. Sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah disampaikan sebelumnya, model perilaku ekonomi rumahtangga usahatani usahatani campuran padi-itik dalam penelitian terdiri dari 14 model persamaan yang dapat dikelompokkan menjadi 9 kelompok. Sembilan kelompok tersebut yaitu 1) kelompok penggunaan bibit, 2) kelompok penggunaan tenaga kerja, 3) kelompok penggunaan obat dan makanan tambahan, 4) kelompok usahatani lahan sawah, 5) kelompok usahatani pemeliharaan itik, 6) kelompok tenaga kerja dalam keluarga,7) kelompok tenaga kerja luar keluarga, 8) kelompok usaha non pertanian, 9) penerimaan keluarga. Penggunaan lahan pada usahatani yang awalnya adalah kepemilikan lahan yang menjadi tumpuan usahatani utama yaitu padi, kemudian dari padi akan dilihat produktivitasnya. Persamaan dari model ekonomi rumah tangga petani padi sawah adalah sebagai berikut. Penggunaan Luas Area Panen Padi Penggunaan luas areal panen padi sangat berhubungan dan ditentukan oleh jumlah benih padi yang digunakan dalam usahatani, jumlah pupuk urea yang digunakan dalam usahatani, jumlah pupuk SP36 yang digunakan dalam usahatani, jumlah pupuk KCL yang digunakan dalam usahatani, jumlah obat/pestisida yang digunakan dalam usahatani. Penggunaan: jumlah benih padi (JBP), jumlah pupuk urea (JPU), jumlah pupuk SP36 (JPSP36), jumlah pupuk KCL (JPKCL), jumlah obat/pestisida diduga dipengaruhi oleh Penggunaan luas areal panen, dengan variabel-variabel : LAP = luas area panen (Ha) JBP = jumlah benih padi (kg) JPU = jumlah pupuk urea (kg) JPSP36 = jumlah pupuk SP36 (kg) JPKCl = jumlah pupuk KCl (kg) JO = jumlah obat/pestisida (kg) TTKP = total penggunaan tenaga kerja usaha padi (HOK) JKUT = jumlah kredit usahatani (Rp) U1 = peubah pengganggu. Parameter dugaan yang diharapkan adalah: a1,a2,a3,a4,a,a6 > 0 Tingkat Produktivitas Produktivitas pada usahatani padi itik berhubungan dengan jumlah benih padi pada usahatani padi, jumlah pupuk urea yang digunakan pada usahatani padi, jumlah pupuk SP36 yang digunakan pada usahatani padi, jumlah pupuk KCL yang digunakan pada usahatani padi, jumlah obat atau pestisida yang digunakan pada usahatani padi, total penggunaan tenaga kerja yang digunakan pada usaha padi, jumlah kredit yang digunakan pada usahatani padi, luas areal serangan hama penyakit pada tanaman padi dan adopsi usahatani campuran usahatani padi-itik. Produktivitas pada usahatani padi-itik diduga dipengaruhi oleh penggunaan jumlah benih padi pada usahatani padi (JBP), jumlah pupuk urea yang digunakan pada usahatani padi (JPU), jumlah pupuk SP36 yang digunakan pada usahatani padi (JPSP), jumlah pupuk KCL yang digunakan pada usahatani padi (JPKCL), jumlah obat atau pestisida yang digunakan pada usahatani padi total penggunaan tenaga kerja yang digunakan pada usaha padi (TTKP), jumlah kredit yang digunakan pada usahatani padi (JKUT), luas areal serangan hama penyakit pada tanaman padi (LASHPT) dan adopsi usahatani campuran usahatani padi-itik (ADOPSI) dengan variabel-variabel : PDTVS = produktivitas (kg/ha) JBP = jumlah benih padi (kg) JPU = jumlah pupuk urea (kg) JPSP36 = jumlah pupuk SP36 (kg) JPKCl = jumlah pupuk KCl (kg) JO = jumlah obat/pestisida (kg) TTKP = total penggunaan tenaga kerja usaha padi (HOK) JKUT = jumlah kredit usahatani (Rp) LASHPT = luas area serangan hama penyakit tanaman (ha) ADOPSI = adopsi sistim usahatani campuran padi-itik U2 = peubah pengganggu Parameter dugaan yang diharapkan adalah: b1,b2,b3,b4,b5,b6,b7,b9 >0 Produksi padi Hasil produksi padi berhubungan dengan penggunaan berbagai jumlah input produksi dan berbagai jumlah biaya produksi dikalikan dengan luas lahan yang diolah. Hasil produksi padi (PRDP) diduga dipengaruhi oleh berbagai jumlah input produktivitas pada usahatani padi-itik, untuk penggunaan jumlah benih padi pada usahatani padi (JBP), jumlah pupuk urea yang digunakan pada usahatani padi (JPU), jumlah pupuk SP36 yang digunakan pada usahatani padi (JPSP), jumlah pupuk KCL yang digunakan pada usahatani padi (JPKCL), jumlah obat atau pestisida yang digunakan pada usahatani padi (JO), total penggunaan tenaga kerja yang digunakan pada usaha padi (TTKP), jumlah kredit yang digunakan pada usahatani padi (JKUT), luas areal serangan hama penyakit pada tanaman padi (LASHPT) dan adopsi usahatani campuran usahatani padi-itik oleh petani (ADOPSI), dan luas areal panen yang diusahakan oleh masing masing petani dalam besaran penanaman padi pada areal yang dimiliki oleh petani (LAP), dengan variabel : PRDp = produksi padi (kg) Parameter dugaan yang diharapkan adalah : b8 <0 Produksi Itik Hasil produksi itik berhubungan dengan penggunaan berbagai jumlah input produksi dan berbagai jumlah biaya produksi dikalikan dengan jumlah kepemilikan itik yang dipelihara oleh petani dalam usahatani usahatani campuran atau usahatani itik saja. Hasil produksi itik berupa telur dan daging afkir (PRODI) diduga dipengaruhi oleh berbagai jumlah input pada usahatani padi-itik yaitu : penjualan daging afkir untuk modal (HIH), penggunaan jumlah dedak segar untuk pakan itik (JDDK), jumlah konsentrat untuk pakan itik (JKO), jumlah obat itik untuk kesehatan ternak itik (JOI), dan jumlah itik yang dipelihara atau dikembangkan (JI), dengan variabel variabel : PRODI = produksi itik HIH = harga itik hidup (Rp/kg) JDDK = jumlah dedak segar (kg) JKO = jumlah konsentrat (kg) JOI = jumlah obat itik (l) JI = jumlah itik (ekor) U3 = peubah pengganggu. Parameter dugaan yang diharapkan adalah c1,c2,c3,c4,c5 > 0 Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Usahatani Padi Penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga yang bekerja di usahatani padi, penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang disewa untuk usahatani padi. Total penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi diduga dipengaruhi oleh penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga (JTKDP) dan penggunaan jumlah tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi denga variabel : TTKP = JTKDP + JTKLP Penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi terdiri dari penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik, dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk non usahatani yang bekerja di usahatani padi, itik, dan usahatani campuran. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi (JTKDP) diduga dipengaruhi oleh Total penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani itik dan penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk non usahatani (CTKDB), dengan variabel variabel : JTKDP = jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha padi (HOK) JTKDI = jumlah tenaga kerja dalam keluarga usaha itik (HOK) CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh/non usahatani (HOK) U4 = peubah pengganggu. Parameter dugaan yang diharapkan adalah d1, d2 < 0 Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Untuk Usahatani Padi Penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi berhubungan dengan penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik dan jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk non usahatani dan penerimaan usahatani padi. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi (JTKLP) diduga dipengaruhi oleh penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik (JTKDI) dan jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk non usahatani (JTKDB) serta penerimaan usahatani padi (PUTP), dengan variabel-variabel : JTKLP = tenaga kerja luar keluarga pada usaha padi (HOK) JTKDI = jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik (HOK) CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh / non Usahatani (HOK) PUTp = penerimaan usahatani padi (Rp) U5 = peubah pengganggu. Parameter dugaan yang diharapkan adalah e1, e2, e3 < 0 Parameter dugaan yangdiharapkan adalah e4 > 0 Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Untuk Usaha Itik Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani itik terdiri dari penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik, penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi, dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk non usahatani,dan umur kepala keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani itik (JTKDI) diduga dipengaruhi oleh penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik (JTKDI), penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi (JTKDP), dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk non usahatani,dan umur kepala keluarga (UKK), dengan variabel-variabel : JTKDI = jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha titik (HOK) JTKDP = jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha padi (HOK) CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh / non usahatani (HOK) UKK = umur kepala keluarga (tahun) U6 = merupakan peubah pengganggu. Parameter dugaan yang diharapkan adalah f1, f2 < 0 Parameter dugaan yang diharapkan f3 > 0 Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Usaha Tani (Buruh /Non Pertanian) Curahan tenaga kerja dalam keluarga pada non usahatani hubungannya terdiri dari jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga pada non usahatani, jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi, jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik, lamanya pendidikan kepala keluarga, jumlah pemberian upah tenaga kerja. Curahan tenaga kerja dalam keluarga pada non usahatani (CTKDB) diduga dipengaruhi oleh jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk non usahatani (CTKDB), jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi (JTKDP), jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik (JTKDI), lamanya pendidikan kepala keluarga (PKK), dan juga upah Tenaga Kerja (UTK), dengan variabel-variabel : CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh/non usaha tani (HOK) JTKDP = jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha padi (HOK) JTKDI = jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik (HOK) PKK = pendidikan kepala keluarga (tahun) UTK = upah tenaga kerja (Rp) U7 = peubah pengganggu. Parameter dugaan yang diharapkan adalah g1,g2 < 0 Parameter dugaan yang diharapkan adalah g3, g4 >0 Inovasi Sistim Usahatani campuran Padi-Itik Inovasi sistem usahatani campuran padi sawah itik terdiri dari: lamanya pendidikan responden, lamanya pengalaman usahatani, jumlah jiwa dalam anggota keluarga, umur kepala keluarga, jumlah luas areal panen,jumlah pendapatan rumahtangga petani, jenis pekerjaan utama, jumlah jiwa anggota keluarga yang bekerja, dan jumlah kredit usahatani. Inovasi sistem usahatani campuran padi sawah itik (ADOPSI) diduga dipengaruhi oleh lamanya pendidikan responden (PKK), lamanya pengalaman usahatani (PENGUT), jumlah jiwa dalam anggota keluarga (JAKL), umur kepala keluarga (UKK), jumlah luas areal panen (LAP), jumlah pendapatan rumahtangga petani (PRTP), jenis pekerjaan utama (JNSPKJU), jumlah jiwa anggota keluarga yang bekerja (JAKP), dan jumlah kredit usahatani (JNSKUT), dengan variabel-variabel : ADOPSI = adopsi sistim usahatani campuran padi-itik PKK = pendidikan responden PENGUT = pengalaman usahatani (tahun) JAKL = jumlah anggota keluarga (jiwa) UKK = umur kepala keluarga (tahun) LAP = luas area panen (ha) PRTP = pendapatan rumah tangga petani (Rp) JNSPKJU = jenis pekerjaan utama JAKP = jumlah anggota keluarga yang bekerja (jiwa) JKUT = jumlah kredit usahatani (Rp) JNSKUT = jenis kredit usahatani U8 = peubah pengganggu Parameter dugaan yang diharapkan adalah : i1,i2,i3,i4,i5,i6,i7,i8,i9,i10 > 0 Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumahtangga petani yang beraktifitas didalam usahatani berhubungan dengan pendapatan total rumahtangga petani yang dihasilkan, jumlah jiwa anggota keluarga dalam satu keluarga, produktivitas usahatani padi, produksi itik selama satu musim tanam padi. Pengeluaran konsumsi rumahtangga petani yang beraktifitas didalam usahatani (KS) diduga berhubungan dengan pendapatan total yang dihasilkan rumahtangga petani padi (PUTP), jumlah jiwa anggota keluarga dalam satu keluarga petani (JAKL), produktivitas usahatani padi (PDTVS), dan produksi itik selama satu musim tanam padi (PRODI), dengan variabel-variabel : KS = konsumsi PRTP = pendapatan total rumah tangga petani (Rp) JAKL = jumlah anggota keluarga (Rp) PDTVS = produktivitas usahatani padi (kg/ha) PRODI = produksi itik U9 = peubah pengganggu Parameter dugaan yang diharapkan adalah i1, i2, i3, i4 > 0 Jumlah kredit usahatani berhubungan dengan pendapatan total rumahtangga petani dari usahataninya, baik padi maupun itik,dan konsumsi rumah tangga petani selama satu musim tanam. Jumlah kredit usahatani (JKUT) berhubungan dengan pendapatan total rumahtangga petani dari usahataninya (PRTP) baik padi maupun itik, dan konsumsi rumah tangga petani selama satu musim tanam (KS), dengan variabel-variabel : JKUT = jumlah kredit usahatani (Rp) PRTP = pendapatan total rumah tangga (Rp) KS = konsumsi (Rp) U10 = peubah pengganggu Parameter dugaan yang diharapkan adalah : j1 < 0 Parameter dugaan yang diharapkan adalah : j2 > 0 Jumlah Penggunaan Biaya Produksi Jumlah penggunaan biaya produksi terdiri dari jumlah biaya sarana produksi usahatani, jumlah penggunaan bibit padi, harga bibit padi, jumlah pupuk urea yang digunakan, harga pupuk urea, jumlah pupuk SP36 yang digunakan, harga pupuk SP36, jumlah pupuk KCL yang digunakan, harga pupuk KCL, jumlah obat yang digunakan, harga obat, jumlah tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi, upah tenaga kerja, jumlah biaya sarana produksi usaha itik, jumlah bibit itik, harga bibit itik, jumlah konsentrat yang digunakan untuk pakan itik, harga konsentrat, jumlah obat itik, harga obat itik. Jumlah penggunaan biaya produksi padi (BSP) diduga dipengaruhi oleh jumlah biaya sarana produksi usahatani (BSP), jumlah penggunaan bibit padi(JBP), harga bibit padi (HBP), jumlah pupuk urea yang digunakan (JPU), harga pupuk urea (HPU), jumlah pupuk SP36 yang digunakan (JPSP36), harga pupuk SP36 (HPSP36), jumlah pupuk KCL yang digunakan (JPKCL), harga pupuk KCL (HPKCL), Jumlah obat/pestisida yang digunakan (JO), harga obat (HO), jumlah tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi (JTKLP), upah tenaga kerja (UTK), jumlah biaya sarana produksi usaha itik (BSI), jumlah bibit itik (JBI), harga bibit itik (HBI), jumlah konsentrat yang digunakan untuk pakan itik (JKO), harga konsentrat (HKO), jumlah obat itik (JOI), harga obat itik (HOI), dengan variabel-variabel : BSP = biaya sarana produksi usaha padi JBP = jumlah bibit padi HBP = harga bibit padi JPU = Jumlah pupuk urea HPU = harga pupuk urea JPSP36 = jumlah pupuk SP36 HPSP36 = harga pupuk SP36 JPKCl = jumlah pupuk KCl HPKCl = harga pupuk Kcl JO = jumlah obat HO = harga obat JTKLp = tenaga kerja luar keluarga pada usaha padi (HOK) UTK = upah tenaga kerja BSI = biaya sarana produksi usaha itik JBI = jumlah bibit itik HbI = harga bibit itik JKO = jumlah konsentrat HKO = harga konsentrat JOI = jumlah obat itik HOI = harga obat itik Pendapatan Rumah Tangga Petani Pendapatan rumahtangga petani berhubungan atau terdiri dari pendapatan rumahtangga dari usahatani padi, pendapatan rumah tangga dari usahatani itik, pendapatan rumahtanggadari non usahatani. Pendapatan rumahtangga petani (PRTP) diduga dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga usahatani padi (PUTP), pendapatan rumahtangga usahatani itik (PUTI) dan pendapatan non usahatani (PNONUT), dengan variabel-variabel : PUTP = PRDp*HPRDp – BSp PUTI = PRDi*HPRDi – BSI PNONUT = CTKDB*UTK 4.4.3.2. Identifikasi Model Identifikasi model dilakukan sebelum mengadakan estimasi yang bertujuan untuk menentukan metode estimasi yang dilakukan. Terdapat tiga bentuk identifikasi model yaitu (1) underidentified dan unidentified, (2) exactly identified dan overidentified. Jika suatu sistem persamaan teridentifikasi underidentified,maka tidak satupun teknikmodel statistika dapat dilakukan untuk mengestimasi semua parameter dalam model persamaan simultan tersebut. Jika persamaan simultan teridentifikasi exactly identified, makateknik yang paling tepat digunakan adalah Indirect Least Squares (ILS), sedangkan jika persamaan simultan teridentifikasi overidentified, maka berbagai teknik dapat digunakan seperti Two Stage Least Square (2SLS), Three Stage Least Square (3SLS), Limited Information Maximum Likehood (LIML), atau Full Information Maximum Likehood (FIML). Metode 2SLS adalah metode yang paling banyak digunakan, karena kemudahan alat bantu berupa perangkat lunak SAS. Identifikasi dapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu, pengujian terhadap model struktural (order condition) dan pengujian terhadap model reduced form (rank condition) karena metode pertama lebih sederhana dan lebih mudah, maka dalamstudi disertasi digunakan metode yang pertama. Persyaratan agar satu persamaan dikatakan teridentifikasi (identified) adalah jika jumlah variabel yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut tetapi termasuk kedalam persamaan lainnya, minimal sebanyak jumlah persamaan yang ada dalam model persamaan simultan dikurangi satu. Hal tersebut dituliskan sebagai berikut (Gujarati, 2001) Persamaan identified jika (K-M)≥ (G-1) Dimana : K : Banyaknya variabel dalam model (endogeneous and predetermined) M : Jumlah variabel (endogenous and exogenous) dalam persamaan yang diidentifikasi. G : Jumlah persamaan (banyaknya variabel endogen) Kondisi persamaan diatas secara terperinci adalah sebagai berikut : 1. Jika (K-M) > (G-1) maka persamaan teridentifikasi sebagai under identified. 2. Jika (K-M) = (G-1) maka persamaan teridentifikasisebagai exactly identified. 3. Jika (K-M) > (G-1) maka persamaan teridentifikasi sebagai over identified. Persamaan dalam penelitian ini sebanyak sepuluh (10) persamaan yang terdiri dari 10 persamaan strukutral dan 10 persamaan identitassebagai berikut : (1) LAP = a0 + a1 JBP + a2 JPU + a3 JPSP36 + a4 JPKCl + a5 JO + a6 TTKP + a7 JKUT + U1 (2) PDTVS = b0 + b1JBP + b2 JPU + b3 JPSP36 + b4 JPKCl + b5 JO + b6 TTKP + U2 (3) PRODI = c0 + c1 HiH + c2 JDDK + c3 JKO + c4 JOi + c5 Ji + U3 (4) JTKDP = d0 + d1 JTKDI + d2 CTKDB + U4 (5) JTKLP = e0 + e1 JTKDI + e2 CTKDB + e3 UTK + e4 PUTP + U5 (6) JTKDI = f0 + f1 JTKDP + f2 CTKDB + f3 UKK + U6 (7) CTKDB = g0 + g1 JTKDP + g2 JTKDI + g3 PKK + g4 UTK + U7 (8) ADOPSI = ho + h1PKK + h2PENGUT + h3JAKL + h4UKK + h5LAP + h6PRTP + h7JNSPKJU + h8JAKP + h9JKUT + h10JNSKUT + U8 (9) KS = i0 + i1 PRTP + i2 JAKL + i3 PDTVS + i4 PRODI + U9 (10) JKUT = jo + j1 PRTP + j2 KS + U10 4.4.3.2. Validasi Model Validasi model bertujuan untuk mengetahui tingkat representasi model dibandingkan dengan dunia nyata sebagai dasar untuk melakukan simulasi. Berbagai kriteria statistik dapat digunakan untuk validasi model ekonometrika dengan membandingkan nilai-nilai aktual dan dugaan peubah-peubah endogen. Validasi model dilakukan dengan menggunakan Root Means Squares Error (RMSE), Root Means Percent Squares Error (RMSPE) dan Theil’s Inequality Coefficient (U) (Pindyck dan Rubinfield, 1991). Kriteria-Kriteria dirumuskan sebagai berikut: dimana: = Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi = Nilai aktual variabel observasi n = Jumlah periode observasi Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif (persen), atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Sedangkan nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 0 dan 1. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U = 1 maka nilai koefisien determinasi (R2), semakin besar nilai tersebut semakin besar proporsi variasi perubahan peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam peubah penjelas sehingga model semakin baik. Pada penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang telah disebutkan sebelumnya simulasi model dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel seperti yang dipelajari beberapa ahli ekonometrika sebagai berikut : Sistem sosio ekonomi dengan batasan analisis mikro telah dipelajari dalam sebuah studi simulasi sejak lama (Orcutt, 1991). Sejalan dengan Orcutt, teknik analisis data adalah studi tentang rumahtangga petani. Sargan (1998) menjelaskan bahwa dengan hubungan estimasi ekonomi menggunakan instrumental variabel, data-data akan dikumpulkan dari studi lapang atau lokasi penelitian mencakup banyak variabel dan instrumental variabel yang ada akan dianalisis sebagai estimasi ekonomi. Sejalan dengan Sargan, Rothenberg (1994) memperkenalkan buku ekonometrika dengan judul Pendekatan Distribusi Pengestimasi-Pengestimasi dan Uji Statistik Ekonometrika. Dari uji statistik tersebut akan menghasilkan hasil analisis. Hasil analisis memuat koefisien-koefisien sebagai parameter dari regresi yang dianalisis (Chow, 1960). Distribusi estimasi koefisien-koefisien ini di analisis pada sistem simultan (Anderson, 1993). Tabel 3. Identifikasi Syarat Kecukupan Terhadap 9 Persamaan Perilaku signifikan No Persamaan Perilaku G – g K – k (G-g) + (K-k) G – 1 Identifikasi 1 LAP = a0 +a1 JBP + a2 JPU + a3 JPSP36 + a4 JPKCl + a5 JO + a6 TTKp + a7 JKUT + U1 8 17 25 9 Over 2 PDTVS = b0 + 01 JBP + b2 JPU + b3 JPSP36 + b4 JPKCl + b5 JO + b6 TTKp + b7 JKUT + b8 LASHPT + b9 ADOPSI + U2 7 16 23 9 Over 3 PRODi = c0 + c1 HiH + c2 JDDK + c3 JKO + c4 JOi + c5 Ji + U3 9 18 27 9 Over 4 JTKDp = d0 + d1 JTKDi + d2 CTKDB + U4 7 22 29 9 Over 5 JTKLp = e0 + e1 JTKDi + e2 CTKDB + e3 UTK + e4 PUTp + U5 7 20 27 9 Over 6 JTKDi = f0 + f1 JTKDp + f2 CTKDB + f3 UKK + U6 7 21 28 9 Over 7 CTKDB = g0 + g1 JTKDp + g2 JTKDi + g3 PKK + g4 UTK + U7 7 20 27 9 Over 8 ADOPSI= ho + h1PKK + h2PENGUT + h3 JAKL + h4UKK + h5LAP + h6PRTP + h7JNSPKJU + h8JAKP + h9JKUT + h10JNSKUT + U8 7 15 22 9 Over 9 KS = i0 + i1 PRTP + i2 JAKL + i3 PDTVS + i4 PRODI + U9 7 20 27 9 Over Keterangan : G = jumlah variabel endogen dalam model = 9 g = jumlah variabel endogen yang terdapat dalam persamaan K = jumlah variabel eksogen dalam model = 22 k = jumlah variabel eksogen yang terdapat dalam persamaan jika (G-g) + (K-k) > G – 1 maka persamaan tersebut dikatakan overidentified (over) 84 BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Kabupaten Minahasa merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara yang terletak di jazirah utara pulau Sulawesi. Terletak di sebelah utara garis khatulistiwa, dengan wilayah seluas 57.365,09 km2, terletak antara 2022’ Lintang Utara dan 06015’ Lintang Selatan serta 120045’ – 124030’ Bujur Timur. Kabupaten Minahasa beribu kota di Tondano, kini memiliki luas kurang dari setengahnya dari luas semula sejak tahun 2002 karena beberapa bagian wilayah kecamatan membentuk wilayah kabupaten atau kota yang baru menjadi Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Tomohon. Luas Kabupaten Minahasa kini menjadi ±872,32 km2. Batas-batas Kabupaten Minahasa meliputi di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara, di sebelah timur berbatasan dengan laut Maluku dan Kota Bitung, di sebelah selatan berbatasan dengan laut Maluku dan Kabupaten Minahasa selatan dan di sebelah barat berbatasan dengan laut Sulawesi dan Kota Manado. Kabupaten Minahasa merupakan suatu wilayah yang mempunyai variasi sumberdaya alam, karena terdiri dari bentangan lahan yang sangat bervariasi juga.Bila dicermati dari topografi-morfologi terdiri dari dataran dan perbukitan, kondisi topografi-morfologi demikian yang mendomnasi dan membentuk tipe-tipe wilayah yaitu tipologi wilayah khusus yang sangat menentukan potensi sumberdaya alam wilayahnya. Dalam setiap tipologi wilayah tersebut membentuk satu kesatuan ekosistem lahan yang apabila dirinci lebih lanjut masih dibagi menjadi sub-sub sistem lahan yang akan menentukan potensi sumberdaya alam daerah, dan juga mempunyai karakteristik lahan yang berbeda pula yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi dan menentukan tingkat kesuburan atau kemampuan lahan. Keaneka-ragaman dalam tingkat kesuburan tanah atau lahan tersebut akan menentukan sistem pertanian yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanahnya dan bahkan sesuai dengan pilihan masyarakat petani, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kesesuaiannya sudah sama, misalnya untuk usahatani padi, tanaman palawija, tanaman perkebunan bahkan peternakan. Keadaan topografi Kabupaten Minahasa sebagian besar mempunyai relief datar sampai berombak dan sebagian lainnya bergelombang sampai curam.dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Ketinggian Lokasi Penelitian diatas Permukaan Laut No. Desa Ketinggian dari permukaan laut (m) 1. Teep 722 2. Wolaang 746 3. Waleure 737 4. Amongena Dua 743 5. Amongena Satu 731 6. Karondoran 731 7. Sumarayar 728 Sumber : Biro Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2010 Tabel 5 memperlihatkan bahwa desa Wolaang mempunyai ketinggian +746 m dari permukaan laut, Amongena I +731 m dan Amongena II +743 m. Kabupaten Minahasa merupakan suatu wilayah yang mempunyai bervariasi sumberdaya alam, karena terdiri dari bentangan lahan yang sangat bervariasi juga. Di Kabupaten Minahasa terdapat Danau Tondano yang merupakan muara dari tiga sungai utama yaitu Sungai Panasen, Sungai Ranowelang, dan Sungai Bowolean (Walangitan, 2012). 5.2. Iklim Salah satu factor dari iklim sangat berpengaruh terhadap kondisi wilayah di kabupaten Minahasa adalah curah hujan yang setiap bulannya bervariasi.Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografis dan perputaran arus udara sehingga menyebabkan jumlah curah hujan tersebut beragam tiap bulannya. Kabupaten Minahasa mengalami curah hujan terbesar pada bulan Desember, januari Februari, Maret, April, Mei dan Juni. Jumlah curah hujan tertinggi pada tahun 2013 terjadi selama bulan Desember dan Januari mencapai 296 mm dengan hari hujan terbanyak pada periode bulan januari sampai Maret, sementara pada bulan agustus curah hujan relative sedikit sekita 75 mm. Fenomena alam di Kabupaten Minahasa tidak terlepas dari dampak pemanasan global.Konsekuensi dari kombinasi cukup tingginya curah hujan dan berada di daerah landai maka ada potensi frekuensi banjir yang cukup tinggi di daerah ini.Bencana banjir cukup sering terjadi di Minahasa sesuai dengan lingkungan alamnya. Khususnya di sekitar daerah sawah dan sepanjang sungai 5.3. Kependudukan Satu hal yang menjadi perhatian dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup antara lain jumlah, komposisi dan distribusi penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal dasar pembangunan yang sangat potensial, namun disisi lain jumlah penduduk yang besar juga dapat merupakan beban bagi pembangunan apabila tidak disertai dengan kualitas sumberdaya manusia yang memadai. Oleh karena itu, informasi kependudukan tentang jumlah, komposisi serta distribusi penduduk sangat diperlukan sebagai bahan perencanaan pembangunan maupun upaya pengentasan kemiskinan.Secara absolute jumlah penduduk Kabupaten Minahasa terus bertambah setiap tahunnya.Pada Tahun 2010 berdasarkan sensus khusus pada Kecamatan Langowan Timur sebagai daerah penelitian menunjukkan jumlah penduduk sebesar 11.665 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1107 per Km2.Ratio jenis kelamin sebesar 5643 laki-laki dan 6022 perempuan. 5.4 Kesehatan Salah satu indicator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan adalah angka kesakitan ( Morbidity Rate). Meningkatnya derajat kesehatan diharapkan dapat meningkatkan produktifitas penduduk sehingga dapat mencapai kesejahtraan.Keadaan kesehatan penduduk pada suatu saat dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang status kesehatan penduduk pada umumnya.Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahtraan, status kesehatan memberikan pengaruh pada tingkat produktifitas.Oleh karena itu untuk mengukur status kesehatan digunakan indicator angka kesakitan.Angka kesakitan didefinisikan sebagai penduduk yang mengalami gangguan kesehatan yang terjadi selama pencacahan. Oleh sebab itu peran ahli- ahli dan praktisi kesehatan sangat diperlukan pada Kecamatan tersebut. Gambaran pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Langowan adalah terdapatnya rumah sakit dua buah Puskesmas dua buah Posyandu 7 buah dengan 10 orang dokter sepuluh orang bidan dan sepuluh orang perawat. Pasangan Usia Subur mencapai 4111 sepadan dengan yang mengikuti Keluarga Berencana sebesar 4222 orang. 5.5. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk dapat menggambarkan kesejahteraan penduduk.Secara umum tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat rata-rata lama bersekolah.Indikator ini dapat menunjukkan rata-rata jenjang pendidikan yang dicapai oleh penduduk di suatu wilayah.Rata rata lama penduduk bersekolah yaitu yang berusia 15 tahun keatas bersekolah, dengan kata lain, rata rata penduduk bersekolah sampai kelas dua SLTP. Tempat pendidikan di Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa tersedia enam Taman Kanak Kanak, 10 Sekolah Dasar, 1 Sekolah Menengah Pertama dan 2 Sekolah Menengah Atas. 5.6. Ketenaga-Kerjaan Ketenaga kerjaan diawali dengankeadaan demografi dimana secara administratif, Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa terdapat 33 desa yang terdiri dari 3 desa sentra padi-itik. Dengan luas wilayah 872,37 km2, berarti kepadatan penduduk rata-rata mencapai 292 jiwa/km2. Berdasarkan data per kecamatan, kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Tondano Barat yaitu 640 jiwa/km2 yang diikuti oleh kecamatan Langowan Barat yaitu 637 jiwa/km2 sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di kecamatan Kombi yaitu 98 jiwa/km2.Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5. Jumlah penduduk Kecamatan Langowan No. Kecamatan Penduduk Laki-laki (Jiwa) Penduduk Perempuan (Jiwa) 1 2 3 4 Langowan Timur Langowan Barat Langowan Utara Langowan Selatan 6772 8423 4507 2040 6687 7944 4124 1815 Berdasarkan jenis kelamin, di kabupaten Minahasa rata-rata penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih besar daripada penduduk berjenis kelamin perempuan.Hal ini ditunjukkan dengan sex ratio yang lebih besar dari 100 yaitu 105 yang merupakan angka rata-rata di semua kecamatan di kabupaten Minahasa.Namun terdapat 2 kecamatan yang berpenduduk jenis kelamin perempuan lebih besar yaitu kecamatan Kakas dan Kecamatan Eris.Di kabupaten Minahasa mata pencaharian utama penduduknya adalah dibidang pertanian.Tanaman utama yang diusahakan adalah padi sawah.Selama 4 tahun terakhir, pertanian tepatnya tanaman pangan dan perkebunan masih menjadi andalan, seperti padi, jagung, cengkih dan kelapa merupakan komoditi penting bagi ekonomi Kabupaten Minahasa. 5.7. Indikator Perekonomian Petani menjalankan perekonomian keluarganya berdasarkan status fisiologisnya yang selalu berada dalam kondisi sehat, salah satunya ditunjukkan oleh berat badan dan usia. Pendidikan juga adalah hal yang penting sehingga seluruh keluarga mempunyai akses yang baik dalam mengelola pekerjaannya sebagai petani ataupun pekerjaan lainnya, yang dikenal dengan pekerjaan sampingan. Tabel 6. Pola Usahatani dan Jumlah Responden di Lokasi Penelitian No. Orang Usahatani Persentasi(%) 1. 13 Usahatani 17,4 2. 25 Itik 33,3 3. 37 Padi 49,3 Jumlah 75 100 Sumber: Data Diolah (2013) Berkaitan dengan usaha padi-itik, maka keadaan wilayah yang kompleks di Kabupaten Minahasa dapat membentuk ciri atau karakteristik daerah yang dapat mengakibatkan perbedaan tingkat kemampuan lahan untuk mendukung dalam penyediaan sumber pakan dan penyediaan pupuk organik. Hal ini juga dapat mempengaruhi budaya dan teknologi bagi petani dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki, keanekaragaman tingkat, kemampuan lahan maupun tingkat kesesuaian lahan tersebut, ditinjau dari aspek fisik misalnya kondisi iklim yang mendukung. Gambar 4. Usahatani yang dijalankan seluruh Responden. Sumber : Data Diolah (2013) Terdapat tiga usaha yang dijalankan : 1) Usahatani campuran, 2), usahatani itik dan 3) usahatani padi. Usahatani campuran berasal dari ketiga desa sentra di lokasi penelitian mempunyai cara pemeliharaan yang unik yaitu membawa itik-itik mereka ke sawah-sawah yang baru saja dipanen, dan mereka menjaga itik sambil berkemah disekitar sawah dan mereka menunggu selama sawah itu masih ada limbah yang bisa dijadikan pakan itik. Penerimaan dari lahan padi sawah yang ditanami dan telur itik yang dipungut disebut penerimaan usahatani.Usahatani juga membutuhkan pengeluaran biaya yang disebut biaya saprodi. Biaya saprodi terdiri dari benih bibit dalam kg, pupuk urea dalam kg, pupuk SP36 dalam kg, pupuk NPK dalam kg, pupuk kandang, pestisida dan biaya irigasi. Upah tenaga kerja yang terdiri dari pengeluaran upah tenaga kerja pria, upah tenaga kerja wanita dan biaya traktor.Pengeluaran untuk biaya tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang dihitung per hari orang kerja (HOK).Tenaga kerja mengerjakan pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, penyemprotan pestisida, pengairan, panen dan membersihkan sesudah panen.Setiap panen berulang pekerjaan itu dilakukan. Pengeluaran untuk peralatan yang digunakan untuk usahatani berupa cangkul, bajak, garu, sekop, sabit, ganco, traktor, diesel untuk pompa air atau lainnya. Sebagai pengeluaran akses input produksi mereka membeli di KUD/koperasi, membeli ditoko atau kios, atau juga mengolah sendiri bibit sebagai hasil panen musim tanam yang lalu. Sebagai permasalahan yang biasanya timbul yaitu kelangkaan benih, kelangkaan pupuk, kelangkaan pestisida ataupun kesulitan air. Pemasaran hasil usahatani dan cara menjual hasil panen juga membutuhkan pengeluaran. Pekarangan biasanya untuk ditanami, untuk ternak atau untuk kolam jika pekarangan luas dan memungkinkan. Biasanya pekarangan diusahakan untuk memenuhi kebutuhan sayur-sayuran, sebagai pendukung usahatani, sumber pupuk organik, tempat menjemur hasil, memenuhi kebutuhan buah-buahan, untuk menghindari daerah polusi udara, memenuhi kebutuhan protein hewani, digunakan untuk tempat bersantai-santai atau duduk-duduk, memenuhi kebutuhan obat-obatan tradisional, untuk melakukan kegiatan diwaktu senggang, sumber pendapatan tambahan ekonomi rumah tangga sebagai sumber keindahan dan memenuhi kebutuhan kayu bakar. Jenis tanaman pekarangan yaitu tanaman obat seperti jahe, kencur, kunyit, atau lainnya; jenis tanaman buah-buahan seperti mangga, jambu, anggur, rambutan, atau lainnya; jenis tanaman sayur seperti kacang panjang, jagung, kecipir, lombok atau lainnya; jenis tanaman palawija seperti cabai, tomat, timun, kacang-kacangan, bawang-bawangan atau lainnya; jenis tanaman umbi-umbian seperti tales, ketela pohon, ketela rambat (telo), kentang atau lainnya. Jenis peternakan dan perikanan seperti ayam, bebek, menthok, atau lainnya; jenis ternak seperti kambing, kerbau, sapi atau lainnya dan jenis perikanan seperti gurame, lele, mujair atau lainnya. Di dalam penelitian ini ada 43 (empat puluh tiga) variabel yang diteliti, sesuai dengan lahan dan itik yang dimiliki petani mereka menggunakan input yang berbeda-beda jumlahnya. Kepemilikan lahan dan itik yang sedikit biasanya menggunakan input dengan jumlah yang sesuai dengan jumlah lahan yang diusahakan dan jumlah itik yang dipelihara. Kepemilikan lahan dan itik yang lebih sedikit biasanya menggunakan input dengan jumlah yang sesuai dengan jumlah lahan yang diusahakan, dan petani dengan lahan luas yang diusahakan dan itik yang dipelihara berjumlah ratusan sampai 1.000 ekor akan menggunakan input yang banyak. Apa yang mereka putuskan dengan input yang diberikan pada usahatani maka hasil yang mereka capai akan sesuai dengan keputusan rumah tangga petani. Urutan besarnya penerimaan petani adalah usahatani usahatani campuran, usahatani padi sawah dan usahatani itik. Perbedaan yang nyata adalah bahwa usahatani itik menempati tempat nomor satu dalam penerimaannya.Kedua usahatani usahatani campuran dan nomor tiga usahatani padi.Itik bertelur pada umur 5-6 bulan, di petak sawah sambil menikmati limbah panen dan berbagai larva serta keong emas atau keong hitam (renga) bisa bertelur disitu selama dua bulan.Jika membuat kandang (setal) di sawah atau dipinggir danau itik bisa bertelur selama dua belas bulan, umur afkir paling lama 10 (sepuluh) tahun tergantung makanan. Apabila populasi terlalu banyak itik yang sudah berumur dua tahun ada yang sudah dijual di pasar untuk daging dan ada juga itik yang sudah berumur empat tahun sudah dijual di pasar untuk daging.Itik yang dijual adalah juga untuk mengganti stok bibit itik. Bibit itik diperbanyak dengan cara telurnya ditetaskan melalui ayam, namun sekarang ada DOC (Day Old Chicken / bibit itik). Sub sektor perkebunan merupakan salah satu andalan di Kecamatan Langowan Timur dengan komoditas antara lain tanaman kelapa, cengkeh, pala, vanili, kopi, kakao, cassiavera, aren, jambu, lada, kemiri dan daun jarak. Tanaman perkebunan juga berintegrasi dengan ternak seperti, kelapa-sapi, cengkeh-ayam, kakao-ikan-itik, kelapa-kambing, kelapa cengkeh, kelapa palawija, vanilla-kelapa, dan berbagai usahatani campuran lain. 5.8. Sektor Pertanian Sektor pertanian dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu bagian tanaman pangan, bagian peternakan dan terakhir adalah bagian tanaman perkebunan. 5.8.1. Tanaman Pangan Sasaran pembangunan pertanian ke depan salah satunya adalah meningkatkan ketahanan pangan daerah, mengembangkan agribisnis dengan peningkatan nilai tambah, meningkatkan kesejahteraan sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan. Ukuran pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan prioritas pada sektor pertanian utamanya pada sub sektor tanaman pangan yaitu terjaminnya kondisi swasembada pangan yang didukung oleh berbagai tanaman penunjang peningkatan produksi. Tabel 7. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Menurut Tanaman Padi di Kecamatan Lawongan Timur, 2010 Luas dan Produksi Padi Sawah Padi Ladang Luas Tanam (Ha) 1.324 0,00 Luas Panen (Ha) 1.337 0,00 Produksi (Ha) 6.613 0,00 Rata-rata Produksi (Ha) 49,79 0,00 Sumber: BPS Sulawesi Utara, 2011 Kemampuan lahan sawah dan lahan kering didasarkan penggunaannya dimana lahan potensial dan yang sudah dimanfaatkan atau lahan fungsional yang didasarkan kemampuan lahan maka mampu menampung usahatani padi sawah dan usaha ternak itik. Lahan sawah dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk tanaman biasanya merupakan sumber yang potensial untuk pakan ternak yang berupa hijauan.Lahan kering umumnya sesuai untuk tanaman palawija khususnya jagung dan kedelai yang merupakan dua komoditas yang diusahakan oleh petani setelah padi. Sisa tanaman tersebut juga sangat potensial sebagai sumber pakan ternak, sedangkan potensi dan capaian luas tanam kedua komoditi yaitu jagung dan kedelai.Pertanian dan peternakan merupakan suatu kegiatan yang umumnya dilakukan oleh petani untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan sekaligus merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga, keadaan pertanian baik.Luas panen dan produksinya sangat menentukan kondisi atau pola usahatani baik tanaman pangan maupun pola usaha padi-itik.Pada usaha ternak itik dengan skala kepemilikan yang kecil sumber pakan dapat diperoleh dari sisa sisa hasil produksi pertanian. 5.8.2. Peternakan Wilayah yang luas juga menunjang berbagai peternakan.Dengan pengembangan ternak sapi, kambing, kuda, ayam, anjing dan babi yang dikembangkan sebab area lahan yang tersedia dan sisa pertanian atau limbah yang sampai ini relatif banyak yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dan kedepan dapat dijadikan pakan ternak. Ternak besar khususnya ternak sapi potong perkembangan populasi masih sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam menyerap Tabel 8. Banyaknya Ternak Besar Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Lawongan Timur, 2010 Ternak Besar Jantan (Ekor) Betina (Ekor) Jumlah (Ekor) (%) Persentase (%) Sapi potong 53 156 209 26,8 Kuda 32 104 136 17,5 Anjing 831 104 136 17,5 Kambing 0 0 0 0 Babi 0 269 296 15,9 Sumber: BPS Sulawesi Utara (2011) inovasi teknologi baik berupa cara pemberian pakan, sistem perkandangan maupun penerapan teknologi seperti inseminasi buatan (IB) di tingkat petani yang hingga saat ini dirasakan masih rendah, kondisi ini juga dipengaruhi oleh tenaga teknis peternakan dan yang dilihat kurang juga pada sarana produksi bidang peternakan di lapangan yang kurang tersedia. Tabel 9. Banyaknya Ternak Unggas, 2010 Ternak Unggas Jumlah (Ekor) Itik 2.845 Ayam Buras 4.598 Ayam Ras Pedaging 0 Ayam Ras Petelur 0 Sumber: BPS Sulawesi Utara (2011) Jenis ternak kecil yang paling banyak diusahakan oleh petani adalah itik dan ayam, dengan tingkat penerapan teknologi pemeliharaan yang cukup intensif, walaupun masih banyak memerlukan sentuhan di bidang teknologi yang lain seperti cara penyusunan ransum dan penanganan kesehatan ternak di tingkat petani. Pada ternak unggas, faktor-faktor produksi yang paling mempengaruhi adalah teknologi perkandangan, ransum atau pakan serta penanganan kesehatan berupa vaksinasi. 5.8.3. Perkebunan Tabel 10. Luas Area dan Produksi Menurut Tanaman Perkebunan di Kecamatan Lawongan Timur, 2010 Jenis Tanaman Perkebunan Luas dan Produksi Luas Area Produksi Luas Area Belum Produksi Hasil Produksi Rata-rata Produksi (Ha) Kelapa 6,75 2,000 3,65 540,74 Cengkeh 20,5 2,50 0,00 0,00 Pala 0,00 0,00 0,00 0,00 Vanili 3,00 1,00 0,68 22,67 Kopi 1,00 0,00 380,00 380,00 Kakao 0,00 0,00 0,00 0,00 Cassiavera 0,00 0,00 0,00 0,00 Aren 3,25 3,25 28,80 8.861,54 Jambu 0,00 0,00 0,00 0,00 Lada 0,00 0,00 0,00 0,00 Kemiri 0,00 0,00 0,00 0,00 Jarak 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber: BPS Sulawesi Utara (2011) 5.9. Kondisi Usahatani 5.9.1. Rumah tangga Usahatani Padi-Itik Dalam melaksanakan kegiatan usaha rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan keluarga maka petani tidak hanya tergantung pada satu jenis usaha tetapi juga beberapa usaha antara lain, non usahatani dalam arti luas. Tiga dari tujuh desa sentra pemasarannya ke seluruh Minahasa dan Manado Propinsi Sulawesi Utara; desa-desa yang mengolah usahatani campuran padi-100itik, yaitu desa Wolaang, desa Amongena I dan desa Amongena II di Kecamatan Langowan Timur yaitu Kabupaten Minahasa. pendapatan keluarga, ada beberapa alasan mengapa petani padi memelihara itik antara lain 1) sebagai tabungan keluarga dengan menjual telor dan daging itik untuk kebutuhan sehari-hari, 2) membantu petani mengurangi hama padi, 3) bisa memanfaatkan hasil limbah pertanian untuk pakan, dan 4) bisa menekan pengeluaran biaya rumah tangga. 5.9.2. Pola Usahatani Padi-Itik Kesempatan di luar sektor pertanian di wilayah Langowan sangat sempit, oleh karena itu memelihara itik bagi petani padi merupakan salah satu bagian untuk mendukung dalam memenuhi kebutuhan keluarga, petani memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga untuk merawat, menggiring itik untuk mencari makan di sawah, mengambil pakan berupa konsentrat dan selanjutnya itik mendatangkan keuntungan berupa telor, daging dan kotoran sebagai pupuk. Namun keadaan padi sawah di daerah penelitian belum ditanam serempak pada satu hari, petani padi menanam pada saat yang berbeda-beda (Lampiran 1), pada hari yang sama ada sawah yang sudah dua bulan ditanami tapi masih menghijau, ada pula sawah yang sudah menguning ( Lampiran 1) dan sawah yang sudah dipanen. Lampiran 2 menunjukkan ada padi yang menguning dan siap untuk dipanen, bersebelahan dengan sawah padi menguning, terdapat padi masih menghijau dan belum layak dipanen ditunjukkan foto sebelah kiri. Foto sebelah kanan pada lokasi yang lain terlihat bahwa padi masih menghijau dan belum layak panen. Demikian pula pada lampiran 3, lokasi pengambilan potret di kedua foto adalah dua lokasi yang berbeda tetapi pengambilan foto pada hari yang sama, terlihat juga pada foto sebelah kiri padi masih menghijau sedangkan foto sebelah kanan padi sudah menguning dan siap di panen. Disebabkan petani mengatur waktu pembagian tenaga kerja yang berbeda-beda. 5.9.3. Pengadaan Pakan Dalam pemberian pakan itik, sumber pakan yang diberikan kepada itik bersumber dari sawah berupa keong hitam/keong emas, gulma, ikan di sungai/parit, sedangkan dari petani dapat berupa konsentrat berupa dedak padi yang diperoleh petani dari hasil penggilingan padi dan jagung.Pakan diberikan kepada itik 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.30-08.00 WIB, berupa konsentrat dan jagung dan sore hari pukul 15.00-14.00 WIB dengan menggiring itik ke sawah.Jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan itik dan kebiasaan itik dalam pemberian pakan. Untuk mencegah penyakit pada itik, petani biasanya menyemprotkan pestisida pada kandang untuk menghilangkan kuman dalam kadar yang sangat rendah. Dalam hal ini ada petani yang sama sekali tidak menggunakan pestisida untuk itik. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Petani Responden Kondisi rumah tangga responden merupakan keadaan dan cirri khas internal rumah tangga petani tersebut, kondisi yang diamati adalah umur, pendidikan formal, jumlah anggota rumah tangga, kepemilikan lahan, kepemilikan itik, pengalaman responden pada usahatani, penguasaan lahan. dan pengeluaran rumah tangga usahatani. Keadaan rumah tangga dalam kemampuannya mendapatkan kesempatan berusaha memperoleh akses informasi dan kemampuan mengembangkan sumberdaya yang dimiliki termasuk didalamnya kemampuan mengadopsi inovasi dan teknologi sebagai sarana dalam usaha meningkatkan pendapatan rumah tangganya. 6.1.1. Usia Responden Petani Padi-Itik Umur merupakan salah satu sumberdaya yang dapat mempengaruhi produktivitas petani, karena selain terkait dengan kegiatan fisik seperti membersihkan kandang, memberi pakan dan kegiatan usahatani lainnya juga terkait dengan kemampuan mengadopsi informasi dan teknologi.Pada umumnya umur petani semakin tua produkvitasnya semakin rendah, sehingga tenaga kerja yang dicurahkan untuk usaha pertanian juga semakin rendah. Tabel 11. Umur Kepala Keluarga (UKK) No. Jumlah (Orang) Umur (Tahun) Prosentasi (%) 1. 39 30-50 52 2. 18 51-60 24 3. 18 >60 24 Jumlah 75 100 Sumber: Data Diolah (2013) Tabel 11 bahwa responden yang berada pada umur kerja 30 sampai dengan 50 tahun sebesar 52%, responden yang berada pada umur 51 sampai dengan 60 tahun sebesar 24% dan responden yang berada pada umur 61 tahun keatas sebesar 24%, mereka adalah lansia namun masih beraktifitas dengan bekerja atau menyewakan lahan yang ada untuk pekerja-pekerja yang muda namun tetap sebagai petani yang memiliki lahan dan hasil pertanian. 6.1.2. Pendidikan Formal Komposisi responden menurut tingkat pendidikan digunakan untuk mengetahui kemampuan responden dalam menganalisis, merencanakan dan membuat keputusan dalam berusahatani.Pendidikan juga menjadi salah satu faktor penentu selain pengalaman peternak itu sendiri.Penelitian terhadap 75 responden petani padi-itik menggambarkan bahwa sebagian besar telah banyak mendapatkan pendidikan walaupun ada responden yang tidak sampai menamatkan pendidikan sekolah dasar. Dari Tabel 15 terlihat bahwa pendidikan formal sebanyak 1 sampai dengan 6 tahun ada 53%, pendidikan formal sebanyak 6 sampai dengan 12 tahun sebanyak 37% dan pendidikan formal lebih dari 13 tahun sebanyak 10%. Pendidikan oleh responden seperti terlihat dari tabel tingkatan SD sebesar 53%, tingkatan SLTP 37% dan tingkatan SLTA selebihnya sebesar 10%. Ditunjang oleh pengalaman yang banyak maka responden dapat menghasilkan dan menunjang keluarga dengan pendapatannya. Dalam hal ini petani responden mengandalkan pengalaman turun temurun yang diwariskan dari turunan ke turunan sehingga dasar dari pengetahuan itu sebagai pendidikan awal yang berharga disamping pendidikan formal yang didapatkan di bangku sekolah. Tabel 12. Pendidikan Kepala Keluarga Dalam Tahun (PKK) No. Jumlah (Orang) Pendidikan (Tahun) Persentasi (%) 1. 40 1- 6 53 2. 28 6-12 37 3. Jumlah 7 >13 10 100 Sumber : Data Diolah (2013) 6.1.3. Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah anggota rumah tangga berkaitan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga seperti pengeluaran untuk konsumsi pangan, membeli pakaian, uang sekolah dan lainnya, apabila jumlah anggota keluarga semakin banyak maka pengeluaran juga akan semakin banyak pula. Tabel 13. Prosentasi Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Dalam Jiwa (JAKL) No. Jumlah (orang) Jumlah Anggota RT (jiwa) Persentasi % 1. 11 1-2 15 2. 60 3-4 80 3. 4 >5 5 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Tabel 13 menunjukkan bahwa keluarga petani yang keluarganya mempunyai anggota sebesar satu sampai dua jiwa dalah sebesar 15%. Hal ini berdampak negative pad keluarga petani yang membutuhkan keluarga agak besar untuk membantu dalam pertanian mengolah padi dan juga mengolah usaha itik. keluarga petani yang keluarganya mempunyai anggota sebesar 3 sampai 4 jiwa sebesar 80%, dan keluarga yang mempunyai anggota sebesar lebih dari 5 orang adalah 5%. Keluarga petani telah mengikuti anjuran ber-keluarga Berencana sehingga dua orang tua dan dua anak saja menempati posisi 80%, atau terbanyak, keluarga muda 15% dan keluarga lansia 5%. Anggota rumah tangga tersebut sebagian besar merupakan anggota keluarga yang dapat membantu melakukan aktivitas usahatani dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, selanjutnya anggota keluarga merupakan sumber tenaga kerja keluarga yang potensial untuk usahatani padi-itik. 6.1.4. Kepemilikan Lahan Usahatani Padi Lahan dan komoditas yang diusahakan adalah dua hal penting dalam pekerjaan di usahatani.Lahan terdiri dari lahan pekarangan, lahan sawah 1, lahan sawah 2, dan seterusnya.Tabel 14 menampilkan kepemilikan lahan dalam luas area padi yang diusahakan pada usahatani padi. Tabel 14. Luas Area Panen (LAP) No. Jumlah (orang) Strata luas ha Prosentasi (%) 1. 37 0,03 – 0,32 36 2. 25 0,33 - 0,99 33 3. 13 > 1 31 Jumlah 100 Sumber: Data Diolah (2013) Tabel 16 memperlihatkan bahwa pemilikan areal panen padi bervariasi yaitu pada besaran 0,03 ha sampai dengan 0,3 ha sebesar 36%, besaran sedang dari 0,33 ha sampai dengan 0,99 ha sebesar 33% dan besaran >1 ha sebesar 31%. 6.1.5. Kepemilikan Itik Kepemilikan itik berskala kecil oleh responden yaitu kepemilikan sebanyak 80 sampai dengan 200 ekor ada 60%, kepemilikan itik berskala sedang yaitu 201 sampai dengan 400 ekor ada 31% sedangkan kepemilikan itik berskala besar 401 sampai dengan 1000 ekor ada 9% responden. Itik yang dipelihara petani adalah jenis itik dan entok.Foto yang diambil di lokasi penelitian pada waktu penelitian berlangsung (Lampiran 1, Gambar 5).Itik yang dipelihara di lokasi penelitian, itik, umur seperti pada foto disebelah kiri sedang memberikan hasilnya yaitu telur yang dipungut setiap hari. Tabel 15. Pemilikan Itik Dalam Ekor (JBI) No. Pemilikan Itik (ekor) Jumlah itik (ekor) Persentasi (%) 1. 80 - 200 45 60 2. 201 - 400 23 31 3. > 401 7 9 Jumlah 75 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) 6.1.6. Pengalaman Responden Pada Usahatani Padi-Itik Pengalaman responden pada usahatani merupakan jangka waktu petani dalam bertani dan memelihara itik sampai dilakukan penelitian ini, pada umumnya pengalaman responden adalah faktor turun temurun yang dilakukan oleh para pendahulunya, sehingga pengalaman dalam usahatani padi-itik merupakan suatu hal yang sangat berharga. Tabel 15 menunjukkan jumlah pengalaman usahatani bagi kepala keluarga dari 16 sampai 25 tahun sebesar 16%, pengalaman usahatani bagi kepala keluarga 26 sampai dengan 35 tahun sebesar 48% dan pengalaman usahatani bagi kepala keluarga lebih dari 36 tahun sebesar 36%. Pengalaman membawa peternak itik lebih mengetahui seluk beluk peternakan itik. Selama penelitian tidak pernah terlihat ada itik yang diserang penyakit sehingga dapat mengurangi jumlah itik petelur.Pengalaman terkecil adalah 17 tahun memelihara itik dan pengalaman terbanyak adalah 36 tahun Tabel 16. Pengalaman Usahatani Padi-Itik Dalam Tahun (PENGUT) No. Responden (Orang) Pengalaman Thn. Persentasi (%) 1. 12 17 - 25 16 2. 36 26 - 35 48 3. 27 > 36 36 Jumlah 100 Sumber: Data Diolah (2013) memelihara itik menunjukkan kepiawaian dari peternak itik.Pengalaman seperti ini dilanjutkan dari keturunan ke keturunan berikutnya sehingga berkelanjutan sampai saat ini. 6.1.6.1. Penguasaan Lahan Dalam suatu proses produksi usahatani pertanian di perdesaan, lahan merupakan faktor produksi yang penting. Lahan pertanian untuk usahatani berfungsi sebagai media untuk menanam berbagai jenis tanaman. Tanaman dan ternak ada keterkaitan dan saling mendukung dimana ternak memperoleh sumber makanan dari limbah hasil pertanian sedangkan tanaman dapat memanfaatkan limbah dari kotoran itik sebagai pupuk pada usahatani dan mengurangi hama di lahan. Pemilikan area padi bervariasi sehingga dikelompokkan kecil pada besaran 0,03 ha sampai dengan 0,3 ha, besaran sedang dari 0,33 ha sampai dengan 0,99 ha dan besaran > 1 ha. 6.1.6.2. Pengeluaran Rumah tangga Usahatani Padi-Itik Dalam menghadapi pekerjaan mereka mempunyai pendapatan untuk pengeluaran-pengeluaran mulai dari pengeluaran pangan rumah tangga, pengeluaran non pangan berupa membuat rumah tinggal ataupun memperbaiki rumah tinggal tersebut, pengeluaran untuk bahan bakar energi dirumah tangga untuk memasak, penerangan dan transportasi, untuk jasa-jasa sebagai akses memperlancar hubungan pekerjaan dan rumah tangga serta sosialisasi, untuk pengeluaran kesehatan, untuk pengeluaran pakaian, pengeluaran untuk menambah asset, atau pembelian barang yang dapat diuangkan kembali. Tabel 17. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Per Tahun No. Responden (orang) Tingkat Konsumsi Pangan Rp/Tahun Prosentasi (%) 1. 7 70.000 - 500.000 9,3 2. 41 501.000- 20000.000 54,6 3. 27 > 20.000.000 36,1 Jumlah 100 Sumber: Data Diolah (2013) Pengeluaran pangan rumah tangga petani untuk konsumsi dihitung dalam satu kali masa panen yaitu tiga bulan terdiri dari pengeluaran serelia berupa beras, beras ketan, jagung, mie, bihun atau lainnya.Pengeluaran untuk umbi-umbian berupa kentang, ubijalar, talas, gaplek atau lainnya. Pengeluaran untuk biji bijian dan kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang tanah, tahu, tempe bongkrek, tempe kedelai, atau lainnya. Pengeluaran untuk daging dan telur seperti ayam kampung, ayam ras, bebek, sapi, telur ayam kampung, telur ayam rasa tau lainnya, pengeluaran untuk ikan seperti gurami, mujaer, teri, udang, lele, bandeng, kuniran atau lainnya. Pengeluaran untuk sayuran seperti bayam, kangkung, mentimun, kol, wortel, kacangpanjang, Lombok, bawang merah, bawang putih, bawang bombay atau lainnya. Pengeluaran untuk buah-buahan seperti alpukat, jeruk, mangga, nangka, papaya, pisang, rambutan atau lainnya. Pengeluaran untuk susu dan olahannya seperti susu sapi murni, susu bubuk, susu kental manis, susu asam atau lainnya. Pengeluaran untuk lemak dan minyak goreng seperti margarine, mentega atau lainnya pengeluaran lain-lain yang penting untuk di konsumsi seperti gula merah, gula putih ,teh, kopi, agar-agar, pala, merica, jahe, kunyit, laos, kerupuk, rokok, tembakau atau lainnya. Pengeluaran untuk perbaikan rumah seperti pembelian cat, kayu, genteng, pasir, semen, batu kali, batu bata, paku atau lainnya. Pengeluaran untuk bahan bakar energi di rumah tangga untuk memasak, penerangan, transportasi berupa kayu bakar, minyak tanah, spiritus, oli, bensin, gas, solar, batubara, listrik PLN. Pengeluaran rumah tangga untuk jasa seperti telepon rumah, Handphone, surat, Ojek, Air, Pajak (PBB), rekreasi dan slametan. Pengeluaran untuk kesehatan seperti untuk dokter, bidan/mantra, puskesmas, dukun, orang pintar, obat, atau lainnya. Pengeluaran untuk pendidikan seperti biaya anak di SD, biaya anak di SMP, biaya anak di SMU, biaya anak di Perguruan Tinggi, biaya anak untuk kursus ketrampilan sebagai pendidikan non formal.Pengeluaran untuk pakaian seperti popok bayi, pakaian bayi, pakaian anak, pakaian remaja, pakaian orang tua atau lainnya.Pertambahan asset atau pembelian barang yang dapat diuangkan kembali seperti sepeda motor, mobil, tanah atau lainnya. Sumber dari semua pengeluaran diatas diharapkan akan ditalangi oleh usahatani dan usaha sampingan yang akan diusahakan. 6.2. Alokasi Tenaga Kerja Dan Penggunaan Sapprodi Pada Usahatani Padi Itik. 6.2.1. Penggunaan Tenaga kerja Dalam Keluarga Pada UsahataniPadi Dari Tabel 21 menunjukkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada 10 sampai dengan 21 responden menggunakan 10-20 sebesar 28%, penggunaan tenaga kerja pada 16 responden menggunakan 21 sampai dengan 30 HOK sebanyak 22% dan penggunaan tenaga kerja 28 responden dalam keluarga lebih dari 31 HOK sebanyak 50%. Tabel 18. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Padi Dalam HOK (JTKDp) No. Responden orang Pnggunaan Tenaga Kerja (HOK) Persentasi (%) Rata rata Per Resp. 1. 21 10-20 28 1 HOK Per hari 2. 16 21-30 22 3. 28 > 31 50 Jumlah 100 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) Tenaga kerja dalam keluarga biasanya terdiri dari ayah saja sebagai petani padi sawah, dan ibu sebagai penopang untuk membawa makanan ke sawah tapi ada juga yang mempunyai tenaga kerja lain (saudara) dalam keluarga yang tinggal seatap.Mereka termasuk responden yang 50% menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 28 responden dengan penggunaan 31 HOK dan lebih dari 31 HOK untuk tenaga kerja dalam keluarga usahatani padi.. 6.2.2. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Padi Penggunaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi (JTKLp) sebesar 24-120 HOK sebesar 30%, penggunaan 121 sampai dengan 273 HOK sebesar 42% dan penggunaan lebih dari 274 HOK adalah sebesar 28%. Tenaga kerja luar keluarga digunakan dengan sistem sewa ataupun dengan sistem gotong royong. Dengan sistem gotong royong maka petani mengerjakan sawah-sawah mereka secara bergilir bersama sama. Jika pada saatnya ada yang berhalangan maka yang berhalangan menggantikan sejumlah uang sewa dalam sistem ini. Namun pada responden ditemui penggunaan tenaga kerja Luar keluarga sebagai berikut : Tabel 19. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Padi Dalam HOK (JTKLP) No. Responden (Org) Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Persentasi (%) 1. 22 24 - 120 30 2. 32 121 - 273 42 3. 21 > 274 28 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) 6.2.3. Curahan Tenaga Kerja Keluarga Pada Buruh Tabel 23 menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha lain sebanyak 5 sampai dengan 29 HOK sebesar 30%, jumlah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga 30 sampai dengan 60 HOK sebanyak ,50% sedangkan lebih dari 61 HOK sebesar 20%. Usahatani padi sawah Itik, ataupun usahatani campuran, responden masih mempunyai usaha lain yang tergolong non usahatani. Non usahatani terdiri dari: sopir, ojek, pabrik kaleng, toko, kios, PNS, pencari renga, dan pedagang. Usaha ini dilaksanakan oleh keluarga, jika ayah bertani maka ibu dan anak-anak yang melakukan pekerjaan non usahatani tersebut.Misalnya ibu sebagai PNS maka ayah bertani.Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga usahatani itik sebesar 40-100 HOK sebanyak 55%, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga 101-200 HOK sebesar 29% dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih dari 201 HOK sebesar 16%. Tabel 20. Curahan Tenaga Kerja Keluarga Non Usahatani Padi/buruh HOK (CTKDB) No. Responden (orang) Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Persentasi (%) 1. 22 5 – 29 30 2. 37 30 – 60 50 3. 16 > 61 20 Jumlah 75 100 Sumber : Data Diolah (2013) 6.2.4. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam KeluargaUsahatani Itik Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani itik mengikuti jumlah kepemilikan itik. Kepemilikan itik sedikit menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sedikit yaitu 5 sampai 29 HOK, kepemilikan itik sedang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga 30 sampai dengan 60 HOK, sedangkan kepemilikan itik banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 61 HOK sampai lebih dari 61 HOK. Tabel 21. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Itik Dalam HOK (JTKDI) No. Responden (Org) Tenaga Kerja HOK Persentasi (%) 1. 41 40 – 100 55 2. 22 101 - 200 29 3. 12 > 201 16 Jumlah 100 Sumber: Data Diolah (2013) Tabel 24 menunjukkan bahwa 41 responden bekerja pada usaha itik Dengan menggunakan 40 – 100 HOK atau sebanyak 55% dari responden yang menggunakannya, 22 responden menggu nakan 101 sampai 200 HOK yaitu sebanyak 28% dari responden dan 12 responden yaitu 16% dari mereka menggunakan 201 HOK atau lebih dari 201 HOK untuk usaha Itik. 6.2.5. Penggunaan Saprodi (Benih, Pupuk dan Obat-obatan)Usahatani Padi Produktivitas usahatani padi ditentukan oleh berbagai input sebagai berikut: 6.2.5.1. Penggunaan Benih Padi Responden yang menggunakan bibit padi 15-60 Kg dalam satu musim tanam ada 43%, responden yang menggunakan bibit padi sebanyak 61-99 Kg dalam satu kali musim tanam sebesar 36% dan petani responden yang menggunakan 100 kg keatas bibit padi dalam satu musim tanam adalah sebesar 16%. Tabel 22. Penggunaan Benih Padi Dalam Kg (JBP) No. Responden (Org) Berat (Kg) Persentasi (%) 1. 36 15 – 60 48 2. 27 61 – 100 36 3. 12 > 100 16 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Dari 75 responden ada data yang diperhitungkan tidak termasuk, hanya sebagai data nol, menunjukkan data tersebut hanya mengusahakan itik saja tidak mengusahakan padi sawah. Berikut ini adalah gambaran penggunaan pupuk urea oleh tujuh puluh lima responden pada usahatani padi sebagai berikut : 6.2.5.2. Penggunaan Pupuk Urea Tabel 23. Penggunaan Pupuk Urea Dalam Kg (JPU) No. Responden (Org) Berat (kg) Persentasi (%) 1. 15 15 – 75 20 2. 31 76 – 200 42 3. 29 > 200 38 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Penggunaan pupuk urea sebanyak 15-75 kg ada 15 responden yaitu 20 % dari responden, penggunaan pupuk 76-200 kg sebesar 31 responden atau 42% dan penggunaan lebih dari 200 kg ada 29 responden atau 38%.Penggunaan pupuk urea oleh responden mengikuti areal yang dimiliki, yang mempunyai area kecil menggunakan pupuk yang 20% pertama yaitu 15-75 kg selama satu musim tanam,, responden yang memiliki area sedang menggunakan pupuk yang 42% kedua atau 75-200 Kg selama satu musim tanam , dan yang memiliki area padi sawah besar menggunakan pupuk yang 38%, ketiga.atau 200 Kg dan lebih dari 200 Kg selama satu musim tanam. 6.2.5.3. Penggunaan Pupuk SP36 Tabel 24. Penggunaan Pupuk SP 36 Dalam Kg (JPSP36) No. Responden (Org) Berat (kg) Persentasi (%) 1. 22 5 – 60 30 2. 27 61 – 100 36 3. 26 > 101 34 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Responden yang menggunakan pupuk SP36 sebanyak ada 30%, responden yang menggunakan 61-100 Kg ada 36% dan responden yang menggunakan pupuk SP36 sebesar lebih dari 101 Kg 34%. Pupuk tersebut untuk memperkuat tanaman dan bulir padi menjadi lebih kuat, Penggunaan pupuk SP 36 juga mengikuti areal tanaman padi yang bervariasi skala . 6.2.5.4. Penggunaan Pupuk NPK Tabel 25. Penggunaan Pupuk NPK Dalam Kg (JPNPK) No. Responden (Org) Berat (kg) Persentasi (%) 1. 28 5 - 60 38 2. 25 61 - 100 34 3. 22 > 101 22 28 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Penggunaan pupuk 5-60 Kg sebesar 38%, penggunaan 61-100 Kg 34% dan yang menggunakan lebih dari 101 Kg ada 28%. Dari tujuh puluh limaresponden maka penggunaan pupuk mengikuti jumlah areal lahan padi sawah yang dimiliki, responden yang memiliki areal padi sawah kecil menggunakan pupuk 5-60 Kg. Responden yang memiliki areal padi sawah sedang menggunakan pupuk 61-100 Kg, responden yang memiliki areal padi sawah besar menggunakan pupuk 101 Kg sampai lebih dari 101 Kg terlihat pada sumber yang diolah dari hasil penelitian di lapangan atau lokasi penelitian dimana petani responden memberikan jawabannya. Penggunaan obat pestisida dalam liter, dimana penggunaan 5-9 liter sebesar 24%, penggunaan lebih dari 10 liter sebesar 70% dan penggunaan lebih dari 11 liter adalah 6% petani. Penggunaan pestisida mengikuti luas areal lahan yang dimiliki responden. Penggunaan obat pestisida dalam liter, dimana penggunaan 5-9 liter sebesar 24%, penggunaan lebih dari 10 liter sebesar 70% dan penggunaan lebih dari 11 liter adalah 6% petani. Penggunaan pestisida mengikuti luas areal lahan yang dimiliki responden. 6.2.5.5. Penggunaan Pestisida Tabel 26. Penggunaan Jumlah Obat Pestisida Liter (JO) No. Responden (Org) Berat (Liter) Persentasi (%) 1. 18 5 – 9 24 2. 52 10 70 3. 5 > 11 6 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Responden yang mempunyai lahan kecil menggunakan pestisida 5-9 liter selama satu kali musim tanam, responden yang memiliki lahan sedang menggunakan pestisida 10 liter selama musim tanam dan responden yang memiliki lahan luas menggunakan pestisida 11 sampai lebih dari 11 liter. 6.2.5.6. Penggunaan Tenaga kerja Untuk Padi Penggunaan 40-100 HOK per musim tanam terdapat 8%, penggunaan 101-200 HOK per musim tanam terdapat 24% dan penggunaan lebih dari 201 tercatat 68%.Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga untuk membersihkan sawah, menyemai bibit, menanam bibit padi, penyiangan rumput, panen dan pasca panen permusim tanam juga mengikuti luas areal lahan responden. Responden dengan lahan kecil menggunakan 40 -100 hari kerja, responden yang berlahan sedang menggunakan 101-200 hari kerja, dan responden berlahan besar menggunakan 201 sampai lebih dari 201 hari kerja. Jika pekerjaan dilakukan oleh dua puluh orang maka responden berlahan kecil hanya memerlukan dua hari sampai dengan 5 hari kerja, responden yang berlahan sedang dengan menggunakan 20 tenaga kerja dari luar maupun dalam keluarga maka mereka memerlukan 5 hari - 10 hari kerja sedangkan responden yang berlahan luas dengan 20 tenaga kerja memerlukan 10 hari sampai lebih dari 10 hari kerja. Tabel 27. Prosentasi Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Dalam HOK (TTKp) No. Responden (Org) Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Persentasi (%) 1. 6 40 – 100 8 2. 18 101 – 200 24 3. 51 > 201 68 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Luas areal serangan hama tidak tersedia data dari kuesioner dan responden sebab sangat jarang padi dan itik diserang hama terutama itik karena memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungannya, disebabkan juga oleh kondisi alam dan cuaca yang dingin di daerah tersebut, sehingga perkembangan hama kurang terlihat, dan ditunjang oleh pemeliharaan itik dilokasi penelitian dimana itik-Itik memakan segala yang ada di persawahan seperti misalnya keong, berbagai larva yang ada diair tempat berkembang biak hama, keong sebagai hama padi, sisa-sisa padi yang tidak sempat membusuk di area penanaman padi sebab dimakan oleh itik, sebab membusuknya sisa panen adalah tempat untuk hama berkembang biak. Sistem integrasi dilakukan oleh hampir semua petani padi sawah sebab kebaikan pemeliharaan itik sebagai predator terhadap berbagai hama penyakit padi, namun ketika pengambilan data ada petani yang sudah menjual seluruh itiknya untuk digantikan dengan bibit itik-itik baru. Untuk hal ini makapetani tersebut akan dihitung dengan hanya mempunyai padi saja. Petani usahatani campuran memelihara itik dengan jumlah yang sedikit dibawah delapan puluh (80) ekor dan juga memelihara itik di pekarangan belakang rumahnya, berupa pemeliharaan 10 ekor, 15 ekor, dan 20 ekor, namun dalam hal ini tidak diperhitungkan sebagai petani usahatani campuran. Perhitungan atau estimasi yang dihitung sebagai petani usahatani campuran adalah petani yangmempunyai lahan dan bertani padi, dan juga mempunyai itik sebanyak 80 ekor lebih. Cara pemeliharaan itik yang berpindah lokasi untuk mencari panenan padi juga membuat peneliti kesulitan untuk mendapatkan responden yang diharapkan, sebab responden sedang berada ditempat dimana mereka tidak mungkin pulang selama kira-kira dua minggu atau lebih sesuai besaran lokasi panen yang mereka tempati. 6.3. Pendapatan On- Farm dan Non-Farm Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan. 6.3.1. Pendapatan dan Penerimaan On-Farm Kegiatan On-farm adalah kegiatan usahatani padi itik.Oleh sebab itu akan dihitung biaya dan penerimaan terlebih dahulu. 6.3.2. Biaya dan penerimaan usahatani padi itik. Biaya usahatani padi dipengaruhi oleh penggunaan input dari penerimaan dan usahataninya sangat tergantung pada produktifitas usahatani padi tersebut Rata rata penggunaan input dan produktifitas pada usahatani padi tersebut. Rata-rata penggunaan input dan produktifitas pada usahatani padi di daerah penelitian tersaji pada Tabel 29. Tabel 28. Rata-rata Penggunaan Input dan Produktifitas Pada Usahatani Padi / Ha No Uraian Jumlah Luas Lahan (ha) 1,00 Benih (Kg)/ Ha 27,30 Pupuk Urea (Kg)/Ha 24,00 Obat-obatan (Lt)/Ha 2,30 TK Dalam Keluarga/TKDK (HOK) /Ha 151,20 TK Luar Keluarga/TKLK (HOK)/Ha 169,20 TK Total (HOK)/Ha 320,40 Produktifitas (kg)/Ha 3502,00 Sumber : Data Diolah Tabel diatas memperlihatkan bahwa rata-rata penggunaan benih padi jenis serayu adalah 23,5 kg per usahatani atau rata rata 27,3 kg per ha. Bila dibandingkandengan varietas serayu pada tipoloogi lahan sawah selain pada lokasi penelitian yang rata-rata 40-42 kg per ha, maka penggunaan benih padi di lahan tersebut tidak terlalu berbeda jumlahnya. Penggunaan pupuk pada usahatani padi sawah menggunakan pupuk urea sebesar 15,3 kg yang digunakan pada saat persemaian benih saja. Oleh sebab itu, rata-rata penggunaan pupuk urea hanya sebesar 24 kg per Ha.Penggunaan pupuk urea ini tentu saja sangat kecil dibandingkan dengan anjuran penggunaan pupuk urea pada tipologi tersebut.Penggunaan pupuk urea pada sawah selain sawah di lokasi penelitian biasanya digunakan tidak saja hanya pada persemaian tapi juga diberikan setelah tanam dan pada saat umur padi dua bulan. 6.3.3. Biaya Produksi, Pendapatan dan Penerimaan Usahatani Padi Penerimaan usahatani padi adalah pembayaran tenaga kerja ditambah dengan pendapatan usahatani padi. Produksi usahatani padi diperoleh dari hasil panen selama tiga bulan atau satu periode penanaman padi, tenaga kerja yang disewa atau tenaga kerja dengan sistem bagi hasil telah tercakup pada penerimaan usahatani padi. Produksi usahatani padi terlihat pada kisaran yang terkecil sebesar 720 kg dan produksi usahatani padi yang terbanyak adalah sebesar 20.000 kg. Tabel 32 memperlihatkan bahwa biaya produksi petani dalam usahatani padi sebesar Rp. 38.894.000,- atau rata-rata sebesar Rp. 5.185.900,-/responden. Penerimaan dari produksi padi sebesar Rp. 273.326.000,- atau rata-rata sebesar Rp. 36.433.500/responden. 6.3.1.3. Gambaran Pendapatan Usahatani Padi Pendapatan petani sebesar Rp. 5.820.000,- sampai dengan Rp.14.380.000,- adalah sebesar 27%, pendapatan petani sebesar Rp. 14.380.001,- sampai dengan Rp. 28.770.000,- adalah sebesar 36% dan pendapatan petani lebih dari Rp. 28.770.001,- adalah 37%. Pendapatan petani setelah dikurangi biaya bagi hasil dengan pekerja.Pendapatan rumahtangga petani ada 20 responden dengan prosentasi 27% mempunyai pendapatan sekitar dua sampai tiga juta rupiah sebulannya disebabkan perhitungan menggunakan satu kali musim tanam, yaitu selama tiga bulan, dan dianggap mempunyai kontribusi terkecil. Tabel 29. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi Pengolahan padi Rata-rata/ha Saprodi Benih (kg) 27,30 Pupuk (kg) 24,00 Pestisida (ltr) 2,30 Tenaga Kerja Pengolahan/penyiangan (HOK) 100,00 Penanaman (HOK) 69,00 Pemetikan (HOK) 69,00 Biaya saprodi Benih (Rp) 19.3571 Pupuk (Rp) 40.4345 Pestisida (Rp) 25.5119 Biaya Tenaga Kerja 1.640.571 Produksi padi (kg) 11.985.030 Penerimaan padi (Rp) 23.970.060 Pendapatan usahatani padi (Rp) 21.476.454 Sumber: Data Diolah (2013) (Lampiran) Pendapatan rumahtangga petani ada 20 responden dengan prosentasi 27% mempunyai pendapatan sekitar dua sampai tiga juta rupiah sebulannya disebabkan perhitungan menggunakan satu kali musim tanam, yaitu selama tiga bulan, dan dianggap mempunyai kontribusi terkecil. Pendapatan rumahtangga petani ada 20 responden dengan prosentasi 27% mempunyai pendapatan sekitar dua sampai tiga juta rupiah sebulannya disebabkan perhitungan menggunakan satu kali musim tanam, yaitu selama tiga bulan, dan dianggap mempunyai kontribusi terkecil. Tabel 30. Pendapatan Rumah tangga Petani Dalam Rupiah (PRTP) No. Responden (Org) Tingkat Pendapatan ( 000 Rp ) Persentasi (%) 1. 20 58,2 - 14,380 27 2. 27 14,380 - 28,770 36 3. 28 > 28,770 37 Jumlah 100 Sumber : Data Diolah (2013) Pada kontribusi menengah terlihat bahwa 36% petani padi mempunyai pendapatan sebesar tiga sampai sembilan juta per bulannya dan kontribusi terbesar pada pendapatan rumahtangga berada pada sekitar 37% petani padi yang mempunyai pendapatan sebesar sembilan juta lebih. Gambar 5. Grafik Pendapatan Usahatani. Sumber: Data Diolah (2013) Gambar diatas menunjukkan usahatani itik mempunyai responden sedang, usahatani usahatani campuran mempunyai responden kecil sedangkan usahatani padi mempunyai responden terbesar, nNamun jika diteliti lebih jauh sebagai kesimpulan ternyata bahwa pendapatan berbanding terbalik seperti pada gambar. Usahatani padi dengan responden terbesar menghasilkan pendapatan terkecil; usahatani usahatani campuran dengan responden terkecil mendapatkan hasil pendapatan sedang, sedangkan responden usahatani itik yang sedang mendapatkan hasil atau pendapatan yang tertinggi. Artinya bahwa petani dengan usahatani padi itk namun tanpa memelihara itik akan sangat berpengaruh pada pendapatan petani tersebut sebab sawah tersedia untuk kedua usahatani tersebut. Gambar 6. Kurva Linear dan Hasil Penelitian.Sumber : Data Diolah (2013) Garis linear menunjukkan bahwa, seharusnya pendapatan usaha itik adalah yang terkecil, usaha usahatani campuran nomor dua atau sedang dan pendapatan terbesar adalah usahatani padi, lihat garis linear pendapatan.Namun kenyatannya ditunjukkan oleh warna biru bahwa pendapatan padi terkecil kedua, pendapatan usahatani campuran dan pendapatan itik yang terbesar, semuanya setelah dikurang seluruh biaya usahatani. 6.3.1.4. Penggunaan Saprodi Usaha Itik (Dedak, Keong danKonsentrat) Penggunaan saprodi usaha itik yang berupa dedak, keong dan konsentrat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 31. Penggunaan Saprodi Usaha Itik No Jenis Saprodi Rata – rata Penggunaan (kg) Dedak segar 2628 Keong 1860 Konsentrat 265 Sumber : Hasil Diolah (2013) 6.3.1.4.1. Penggunaan Dedak Segar Penggunaan dedak padi antara 300 sampai dengan 2.000 kg dijual oleh 34% petani, penggunaan dedak padi antara 2001 Kg sampai dengan 4.000 Kg digunakan oleh 45% petani, sedangkan penggunaan lebih dari 4.001 kg digunakan oleh sebanyak 21% petani pengguna. Tabel 32. Penggunaan Dedak Padi Segar Dalam Kg (JDDK) No. Responden (Org) Berat (Kg) Persentasi (%) 1. 25 300 – 2000 34 2. 34 2001 – 4000 45 3. 16 > 4001 21 Jumlah 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) Terdiri dari pemilikan itik oleh responden yang terhitung kecil menggunakan 300 sampai dengan 2.000 Kg dedak segar, responden yang terhitung kepemilikan itik sedang memerlukan 2.001-4.000 Kg dedak segar, sedangkan responden yang memiliki itik banyak memerlukan 4.001 Kg lebih dedak segar, selama tiga bulan pemeliharaan. 6.3.1.4.2. Penggunaan Keong Emas Penggunaan renga (keong emas) untuk pakan itik 100-1000 kg sebanyak 60% pemelihara itik, penggunaan 1.001 sampai dengan 2.000 Kg sebanyak 32% sedangkan penggunaan sebesar lebih dari 2.001 kg adalah sebesar 8%. Keong emas adalah hama bagi padi tetapi sangat berguna bagi pakan itik. Renga dicari oleh pekerja khusus yang mengumpulkan renga dari sawah jika sawah tersebut oleh pemiliknya tidak boleh melepas itik disitu, renga dijual per 20-30 Kg kepada peternak itik dan peternak itik membelinya atas kesesuaian harga renga. Tabel 33. Penggunaan Makanan Itik Keong Emas Renga Kg (JKER) No. Responden (Org) Keong Emas / Renga Kg Persentasi (%) 1. 45 100 - 1.000 60 2. 24 1.001 - 2.000 32 3. 6 > 2001 8 Jumlah 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) Peternakan renga belum diusahakan secara besar-besaran jadipeternak itik mengandalkan pencari renga. Dalam hal itik dapat dilepas pada sawah responden maka itik akan menelan renga (keong emas, atau juga keong hitam) tersebut. Menurut peternak itik di lokasi penelitian tanpa memakan renga maka itik tidak bertelur banyak. Jadi renga adalah hama bagi petani padi sawah tetapi sebagai pakan itik untuk maksimal dapat menghasilkan telur. 6.3.1.4.3. Penggunaan Konsentrat Tabel 34. Penggunaan Konsentrat Kg (JKO) No. Responden (Org) Berat (Kg) Prosentasi (%) 1. 25 30 – 200 34 2. 34 201 – 400 45 3. 16 >401 21 Jumlah 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) Penggunaan 30 sampai dengan 200 kg konsentrat digunakan sebesar 34% petani, penggunaan 201 kg sampai dengan 400 kg digunakan oleh 45% petani sedangkan penggunaan konsentrat lebih dari 401 kg, digunakan oleh 21% petani. Penggunaan konsentrat tergantung dari kepemilikan itik. Responden yang memiliki itik sedikit menggunakan 30-200 Kg konsentrat, responden yang memiliki itik sedang menggunakan 201-400 Kg dan responden yang memiliki itik banyak menggunakan konsentrat 401 Kg sampai lebih dari 401 Kg selama tiga bulan pemeliharaan. 6.3.1.4.4. Jumlah Kepemilikan Itik Petani yang mempunyai itik sebanyak 80 sampai dengan 200 ekor ada 60%.yang mempunyai 201 sampai dengan 400 ekor ada 31% dan yang mempunyai lebih dari 401-1000 ekor ada 9%.Kepemilikan itik berskala kecil oleh responden yaitu kepemilikan sebanyak 80 sampai dengan 200 ekor ada 60%, kepemilikan itik berskala sedang yaitu 201 sampai dengan 400 ekor ada 31% sedangkan kepemilikan itik berskala besar 401 sampai dengan 1000 ekor ada 9% responden. Tabel 35. Pemilikan Itik Dalam Ekor (JBI) No. Responden (orang) Pemilikan Itik (Ekor) Persentasi (%) 1. 45 80 - 200 60 2. 23 201 - 400 31 3. 7 > 401 9 Jumlah 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) 6.3.3.2. Rata Rata Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Itik Dari seratus percent responden rata rata dihasilkan antara 70 sampai dengan 200 butir telur itik selama tiga bulan masa pengumpulan. Responden pemelihara itik yang menghasilkan 3.000 sampai dengan 7.000 telur itik ada 36% selama musim panen padi tiga bulan dan tidak termasuk itik yang belum masa bertelur, yang menghasilkan 7.001 sampai dengan 12.000 telur itik ada 24% dan petani yang menghasilkan 12.001 butir telur lebih ada 40%. responden peternak Itik mendapat hasil telurnya selama tiga bulan sesuai bibit itik yang dikelolanya, peternak kecil menghasilkan 3.000 sampai dengan 7.000 butir telur itik, peternak itik sedang mendapat hasilnya sebanyak 7.001 sampai dengan 12.000 butir telur, sedangkan peternak itik besar menghasilkan telur 12.001 butir sampai dengan 12001 lebih butir telur itik. Penelitian ini dihitung produksi telur selama tiga bulan pemeliharaan dan pemungutan telur selama tiga bulan, itik yang dihitung hanya itik yang sudah bertelur, tidak termasuk bibit itik dalam pengembangan menuju masa bertelur. Waktu tiga bulan disesuaikan dengan panenpadi selama tiga bulan agar dapat dibandingkan pendapatan padi-itik dengan waktu yang sama. Tabel 36. Produksi Telur Itik dalam Butir Kg (PRODi btr) No. Responden (orang) T Telur Itik (Butir) Persentasi (%) 1. 27 3. 3000 - 7.000 36 2. 18 7.001 - 12.000 24 3. 30 > 1 >12.000 40 Jumlah 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) Harga itik per ekor di pasar dalam keadaan tanpa hari raya adalah 34% dari harga berkisar diantara Rp. 60.000,- sampai dengan Rp. 70.000,- per ekor, pada pasar biasa 24% harga berkisar dari Rp.71.000 sampai denganRp. 80.000 dan pada saat hari raya harga 42% berkisar dari Rp. 81.000 sampai dengan Rp. 100.000. (Sumber : wawancara petani/peternak). Tabel 37. Produksi Daging Itik Per Ekor (HIH Rp./ekor) No. Responden (Org) Harga Itik ( 000 Rp/Ekor ) Persentasi (%) 1. 25 60 - 70 34 2. 18 71 - 80 24 3. 32 > 100 42 Jumlah 100 Sumber : Hasil Diolah (2013) Penerimaan adalah perhitungan produksi telur itik selama tiga bulan ditambah dengan penerimaan daging itik selama tiga bulan.Pendapatan adalah perhitungan produksi telur itik yang sudah dihitung dengan perkalian harga itik. Penerimaan itik diperoleh dari telur dan daging, pada penelitian ini daging itik dihitung keseluruhanjumlah itik yang ada, dikalikan jumlah per ekor itik, namun sebenarnya penjualan dilakukan per kebutuhan responden, dan dalam hal mereka menjual itik afkir untuk digantikan dengan bibit itik yang baru dan menjual itik berumur 2-4 bulan jika kelebihan populasi, sedangkan untuk pendapatan dari telur itik diperoleh melalui Itik yang dipasarkan disekitar Kecamatan Langowan Timur, Langowan Barat, Langowan Selatan dan Langowan Utara; juga dibawa ke pasar-pasar Kabupaten di Tondano bahkan kepasar-pasar Propinsi yang ada di Manado. Itik dari ketiga desa sentra produksi: Waleleng, Amongena I dan Amongena II dipasarkan secara luas ke pasar pasar tersebut, bahkan juga ke kecamatan kecamatan yang ada diluar Kabupaten Tondano, seperti Tomohon, Minahasa Utara, Minahasa Selatan dan Kabupaten lainnya yang ada di Sulawesi Utara. Tabel. 38. Rata-Rata Biaya Produksi, Penerimaan danPendapatan UsahaItik Pemeliharaan itik Rata-rata/ha Saprodi Dedak segar (kg) 2.628 Keong (kg) 1.860 Konsentrat (kg) 265 Biaya saprodi Dedak segar (Rp) 27.034.142 Keong (Rp) 24.091.285 Konsentrat (Rp) 5.300.000 Biaya Tenaga Kerja (Rp) 614.285 Produksi telur (butir) 47.716 Penerimaan (Rp) 95.432.285 Pendapatan usaha itik (Rp) 38.392.573 Sumber: Data Diolah (2013) (Lampiran) Pendapatan usahatani padiitik, penerimaan usahatani padi-itik adalah berupa telur itik dan daging itik dalam hal ini petani menjualnya untuk penambahan modal atau pada saat itik tidak bertelur lagi atau sudah afkir untuk digantikan dengan bibit itik yang baru.Telur itik dipungut setiap hari di dalam perhitungan ini produksi telur itik dihitung selama tiga bulan dan dikurangi berbagai biaya seperti bibit itik, Pakan berupa dedak, keong, obat, vitamin dan konsentrat serta tenaga kerja untuk itik dibawa ke sawah kemudian dikembalikan ke kandangnya di belakang rumah atau kepasar untuk menjual telur dan daging itik. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi diatas memberikan kontribusi 81% terhadap total pendapatan rumahtangga petani. Kontribusi tersebut ternyata mmerupakan kontribusi pendapatan terbesar yang didapatkan oleh rumahtangga petani di kecamatan Langowan Timur, khususnya desa Amongena 1, Amongena 2. Berdasarkan aktifitas yang dilakukan rumahtangga maka ternyata pendapatan yang bersumber dari usahatani non tani memberikan pendapatan yang lebih kecil, atau berkontribusi sekitar 20% terhadap total pendapatan rumahtangga. Tabel 39. Total Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi – Itik Item Jumlah (Rp) Biaya 219.484.000 Biaya rata-rata (Rp/bln/responden) 2.926.453 Penerimaan 1.119.342.000 Penerimaan rata-rata (Rp/bln/responden) 14.924.560 Pendapatan 1.080.267.410 Pendapatan rata-rata (Rp/bln/responden) 14.403.565 Sumber: Data Diolah (2013) Pendapatan dari Usahatani On farm, Kegiatan Non-farm Serta Kontribusinya Pada Total Pendapatan Rumahtangga Pendapatan total rumahtangga petani adalah penjumlahan kedua kegiatan tersebut diatas yaitu kegiatan pada usahatani dan non usahatani yang berkontibusi positif pada pendapatan dalam keluarga petani itu sendiri.Pendapatan total yang dapat diperoleh rumahtangga petani adalah sebesar Rp. 1.165.232.531 per satu kali musim tanam. Pendapatan inilah yang digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran keluarga meliputi konsumsi baik pangan maupun non pangan, pengeluaran untukpendidikan dan kesehatan. Tentu saja rata-rata pendapatan rumahtangga petani ini masih relative kecil Karena pendapatan ini meliputi pendapatan keseluruhan responden dibagi tujuh puluh lima responden.Bila pendapatan on-farm dan Non-gfarm digabungkan maka terlihat bahwa kontribusi dari usahatani on farm ternyata memberikan kontribusi atau share terbesar yaitu sekitar 80% seperti terlihat pada Gambar 7, Ini mengindikasikan bahwa sesungguhnya kegiatan Non-gfarm menunjang sebesar 20% daripada pendapatan keseluruhannya. Gambar 7. Diagram Pendapatan 1. Non-farm (Non Usahatani padi itik), 2. Pendapatan On-farm dan 3. Total Pendapatan. 6.5. Hasil Analisis Model Perilaku Ekonomi RumahTangga 6.5.1. Kinerja Model Model persamaan simultan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 31 (tiga puluh satu) persamaan, terdiri dari 9 persamaan endogen dan 22 persamaan eksogen. Sembilan persamaan endogen meliputi luas area panen padi (LAP), produktivitas (PDTVS), produksi itik (PRODI), tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha padi (JTKDP), tenaga kerja luar keluarga untuk usaha padi (JTKLP), tenaga kerja keluarga untuk usaha itik (JTKDI), curahan tenaga kerja keluarga pada non usahatani/buruh (CTKDB), adopsi sistim integrasi padi-itik (ADOPSI), konsumsi (KS). Estimasi terhadap parameter-parameter pada persamaan simultan dilakukan dengan menggunakan metode 2 SLS (Two Stages Least Squares). 6.5.2. Validasi Model Validasi model dilakukan untuk mengetahui variabel endogen dalam model yang digunakan apakah dapat menggambarkan informasi yang tidak jauh berbeda dengan nilai aktualnya.Validasi model dilaksanakan sebelum analisis simulasi dilakukan lebih lanjut.Model perilaku rumah tangga petani dalam usahatani padi-itik didasarkan pada jumlah responden sebanyak 75 responden. Untuk tujuan simulasi hubungan variabel satu sampai dengan Sembilan, maka model divalidasi dengan menggunakan criteria Theils Inequity Coefficient (U-Theil) serta dekomposisinya. Dekomposisi dari U-Theil adalah bias rata-rata (UM), bias kemiringan regresi (US) kesalahan sistematik karena komponen ini mengukur sampai seberapa jauh nilai rata-rata simulasi dan aktualnya menyimpang satu dari yang lain. Variabel endogen dalam model usahatani usahatani campuran padi-itik diperoleh rata-rata prediksi relatif mendekati rata-rata aktual, hal ini terlihat nilai UM mendekati nol, yang berarti model tidak mengalami bias yang sistematik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai UM yang terendah sebesar 0.00 dan yang terbesar 0.006 dalam penelitian ini semua persamaan (100%) mempunyai nilai UM 0,50 yang berarti semua persamaan mempunyai UM mendekati nol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua persamaan tidak mempunyai bias sistematik. Hal ini berarti bahwa kehandalan model dalam memprediksi nilai aktual variabel endogen dapat dikatakan layak di simulasi. Demikian pula nilai proporsi varian (US) yang mendekati nol, yang menyatakan prediksi hasil analisis dapat mengikuti dengan baik fluktuasi data aktual. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai US yang terendah sebesar 0.00 dan yang terbesar 0.368 dalam penelitian ini semua persamaan (100%) mempunyai nilai UM 0.50 yang berarti semua persamaan mempunyai nilai US mendekati nol. Tabel 43. Uji Statistik Tingkat Daya Prediksi Model Perilaku Tabel 40. Pendapatan Rumah tangga Petani Padi-Itik Variabel Rata-rata Aktual Rata-rata Prediksi (UM) (US) (UC) LAP 11085.02 11085.52 0.00 0.11 0.89 PDTVS 0.59 1.09 0.00 0.08 0.74 PRODI 4488.32 4488.82 0.02 0.02 0.99 JTKDP 41.86 42.36 0.00 0.04 0.63 JTKLP 255.48 255.98 0.00 0.21 0.80 JTKDI 23.40 23.90 0.06 0.36 0.85 CTKDB 39.34 39.84 0.00 0.12 0.72 ADOPSI 0.26 0.76 0.00 0.12 0.86 KS 1693400.00 1693400.50 0.00 0.00 0.96 Sumber: Data Diolah (2013) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kehandalan model dalam memprediksi nilai aktual variabel endogen dapat dikatakan layak disimulasi. Sedangkan nilai proporsi kovarian (UC) mendekati satu berarti kesalahan prediksi tidak berarti dan tidak mengikuti pola tertentu, dan penyebarannyamengikuti data aktual.Dengan demikian, hasil analisis validasi model usahatani usahatani campuran padi-itik cukup valid untuk dipergunakan sebagai alat simulasi. 6.5.3. Anova Perilaku Ekonomi Rumahtangga Usahatani Padi Itik Dalam meningkatkan pendapatan usahatani padi itik maka perlu berbagai cara penanganannya dimana diantaranya yaitu mengoptimalkan pemanfaatan lahan serta memanfaatkan tenaga kerja keluarga seefisien mungkin untuk memperlakukan usahatani dengan cara melakukan perawatan tanaman, serta memanfaatkan teknologi yang ada misalnya dengan memberikan pupuk kompos, dari kotoran ternak itik dan lain sebagainya. 6.5.4. AnovaLuas Area Panen Padi Pada Usahatani Padi Itik (LAP) Keterangan : JBP = Jumlah Benih Padi JPU = Jumlah Pupuk Urea JPSP 36 = Jumlah Pupuk SP36 JPKCL = Jumlah Pupuk KCL JO = Jumlah Pestisida TTKP = Total Tenaga Kerja Usahatani Padi Tabel 41. Anova Luas Areal Panen Padi Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Intercept 1 3170.74 3400.63 0.93 0.35 JBP 1 88.88 40.42 2.20 0.03 JPU 1 -22.58 14.27 -1.58 0.12 JPSP36 1 17.29 25.15 0.69 0.49 JPKCL 1 61.72 36.82 1.68 0.10 JO 1 175.97 204.80 0.86 0.39 TTKP 1 -11.61 13.81 -0.84 0.40 Sumber: Data Diolah (2013) Luas Area Panen Padi Dari hasil analisis persamaan model luas area panen padi diperoleh hasil sebagai berikut: LAP = 618.2687 + 76.46844 JBP – 22.8228 JPU + 13.65491 JPSP36 + 71.61036 JPKCL + 243.0623 JO – 4.63464 TTKp Dimana: LAP = luas area panen padi (Ha) JBP = jumlah penggunaan benih padi (kg/Ha) JPU = jumlah penggunaan pupuk urea (kg) JPSP36 = jumlah penggunaan pupuk SP36 (kg) JPKCL = jumlah penggunaan pupuk KCL (kg) JO = jumlah penggunaan obat/pestisida (kg) TTKp = penggunaan tenaga kerja total dalam usahatani padi (HOK) Tabel 42. Hasil Analisis Regresi Luas Area Panen Padi Dan Faktor Yang Mempengaruhi. Variabel Koefisien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept 618,26 0,51 0,61 Ns JBP 6,46 2,51 0,01 ** JPU -22,82 2,02 0,04 ** JPSP36 13,65 0,69 0,49 Ns JPKCL 71,61 2,59 0,01 ** JO 243,06 1,63 0,10 * TTKP -4,63 0,49 0,62 Ns Koefisien Determinasi (R2) F value Prob-F 0,57 15,16 <0,0001 Ns = Non signifikan ** = Sgnificant pada α0,01;α0,04 * = Significant pada α 0,10. Sumber : Hasil Analisis Hasil analisis persamaan model luas area panen padi dapat dilihat pada Tabel 42. Menunjukkan bahwa variable Jumlah Bibit Padi significant pada α0,01 artinya Jumlah Bibit Padi (JBP) mempengaruhi Luas Areal Panen dengan tingkat kepercayaan 99%. Variabel Pupuk Urea significant pada α0,04% dimana Jumlah Penggunaan Pupuk Urea mempengaruhi luas areal panen dengan tingkat kepercayaan 96%. Variabel Pupuk KCL mempengaruhi Luasa Areal Panen Padi dengan α0,01 atau dengan tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan Jumlah Penggunaan Pestisida mempengaruhi jumlah areal panen sebesar α0,10, yang berarti berada pada tingkat kepercayaan 90% (1-α). Hasil analisis model luas area panen padi dipengaruhi nyata oleh jumlah penggunaan benih padi, jumlah penggunaan pupuk urea, jumlah penggunaan pupuk KCL, dan jumlah penggunaan obat/pestisida. Variabel jumlah penggunaan benih padi berpengaruh nyata positif terhadap luas area panen padi dengan nilai koefisien parameter 76,46844. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan luas area panen padi. Jumlah penggunaan benih padi memiliki nilai Prob-T sebesar 0,01 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan 5%. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan benih mempengaruhi variabel luas area panen padi dengan tingkat kesalahan 5% atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefisien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan satuan jumlah penggunaan benih padi akan dapat meningkatkan luas area panen padi sebesar 76,46844 satuan. Semakin banyak penggunaan benih maka akan semakin banyak bibit yang tumbuh dan dapat ditanam pada lahan. semakin banyak bibit yang ditanam maka semakin besar harapan tanaman padi yang tumbuh dan dapat dipanen. Variabel jumlah penggunaan pupuk urea berpengaruh nyata negatif terhadap luas area panen padi dengan nilai koefisien parameter -22,8228. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan luas area panen padi. Variabel jumlah penggunaan pupuk urea memiliki nilai Prob-T sebesar 0,0469 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,05. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan pupuk urea mempengaruhi variabel luas area panen padi dengan tingkat kesalahan kurang dari 5 % atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefisien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan satuan jumlah penggunaan pupuk urea akan dapat menurunkan luas area panen padi sebesar 22,8228 satuan. Variabel jumlah penggunaan pupuk KCL berpengaruh nyata positif terhadap luas area panen padi dengan nilai koefisien parameter 71,6. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan luas area panen padi. Variabel jumlah penggunaan pupuk KCL memiliki nilai Prob-T sebesar 0,01 koefisien parameter signifikan pada nilai 71,61. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan pupuk KCL mempengaruhi variabel luas area panen padi dengan tingkat kesalahan kurang dari 5 % atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefisien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan satuan jumlah penggunaan pupuk KCL akan dapat meningkatkan luas area panen padi sebesar 71,61036 satuan. Variabel jumlah penggunaan obat atau pestisida berpengaruh nyata positif terhadap luas area panen padi dengan nilai koefisien parameter 243,0623.Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan luas area panen padi. Variabel jumlah penggunaan obat atau pestisida memiliki nilai Prob-T sebesar 0,1067 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,15. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan obat/pestisida mempengaruhi variabel luas area panen padi dengan tingkat kesalahan kurang dari 15 % atau dengan tingkat kepercayaan 85%. Nilai koefisien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan satuan jumlah penggunaan obat/pestisida akan dapat meningkatkan luas area panen padi sebesar 243,0623 satuan. Dari hasil analisis persamaan model produktivitas usahatani padi diperoleh hasil sebagai berikut: PDTVS = 165.6666 – 75.43703 JBP + 9.404680 JPU – 27.4290 JPSP36 + 43.05294 JPKCL + 73.79077 JO + 26.28661 TTKp + 623,8586 ADOPSI Dimana: PDTVS = produktivitas usahatani padi (kg/ha) JBP = jumlah penggunaan benih padi (kg) JPU = jumlah penggunaan pupuk urea (kg) JPSP36 = jumlah penggunaan pupuk SP36 (kg) JPKCL = jumlah penggunaan pupuk KCL (kg) JO = jumlah penggunaan obat/pestisida (kg) TTKp = penggunaan tenaga kerja total dalam usahatani padi (HOK) ADOPSI = adopsi usahatani intregasi padi dan itik 6.5.5. Anova Produktivitas Usahatani Padi Itik (PDTVS) Hasil analisis persamaan model produktivitas usahatani padi dapat dilihat pada tabel 6. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,44. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 44% oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya sebesar 56 % dijelaskan variabel eksogen lainnya diluar model. Sedangkan, dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0001 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Pada tabel hasil analisis model produktivitas usahatani padi dipengaruhi nyata oleh jumlah penggunaan benih padi, jumlah penggunaan pupuk SP36, jumlah penggunaan pupuk KCL, dan tenaga kerja total usahatani padi. Sedangkan variabel jumlah penggunaan pupuk urea dan jumlah penggunaan obat/pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas usahatani padi.Variabel jumlah penggunaan benih padi berpengaruh nyata negatif terhadap produktivitas usahatani padi dengan nilai koefesien parameter -75,37. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan Tabel 43. Anova Produktivitas Usahatani Padi Itik Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Intercept 1 0.09 0.24 0.36 0.71 JBP 1 -0.01 0.00 -2.92 0.00 JPU 1 0.01 0.00 0.87 0.39 JPSP36 1 -0.00 0.00 -1.72 0.09 JPKCL 1 0.0 0.00 1.69 0.09 JO 1 0.01 0.01 0.46 0.64 TTKP 1 0.00 0.00 2.80 0.01 ADOPSI 1 0.05 0.25 0.20 0.84 Sumber: Data Diolah (2013) produktivitas usahatani padi. Variabel jumlah penggunaan benih padi memiliki nilai Prob-T sebesar 0,00 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan benih mempengaruhi variabel produktivitas usahatani padi dengan tingkat kesalahan kurang dari 1% atau dengan tingkat kepercayaan 99%. Nilai koefesien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan satuan jumlah penggunaan benih padi akan dapat menurunkan produktivitas usahatani padi sebesar 75,37 satuan. Semakin banyak penggunaan benih maka akan semakin banyak bibit yang tumbuh dan jarak tanamnya menjadi semakin rapat. Tanaman padi membutuhkan jarak tanam yang ideal maka semakin rapatnya tanaman padi karena semakin banyaknya penggunaan benih padi akan membuat tanaman padi tidak dapat tumbuh dengan optimal. Tabel 44. Hasil Analisis Regresi Produktifitas Usahatani Padi Dengan Faktor Yang Mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept 165,67 0,21 0,84 Ns JBP 75,37 3,89 0,00 ** JPU 9,40 1,08 0,28 Ns JPSP36 -27,43 2,19 0,03 * JPKCL 43,05 2,08 0,04 * JO 73,79 0,75 0,46 Ns TTKp 26,29 4,32 0,00 ** ADOPSI 623,86 0,29 0,78 Ns Koefesien Determinasi (R2) F value Prob-F 0,44 7,53 <0,0001 Ns = Non significant ** =significant padaα 0,00 * =significant padaα 0,03,α0,04. Tabel 44 menunjukkan bahwa yang berpengaruh nyata (significant) pada Produktifitas Usahatani Padi adalah Jumlah Bibit Padi pada α0,00., yaitu pada 100% tingkat kepercayaan, Jumlah Pupuk SP36 pada α0,03, berarti pada 97% tingkat kepercayaan, Jumlah Pupuk KCL pada α0,04berarti 96% tingkat kepercayaan dan Total Tenaga Kerja Usahatani pada α0,00 berarti 100% tingkat kepercayaan serta Jumlah. Nilai koefesien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan satuan jumlah penggunaan pupuk SP36 akan dapat menurunkan produktivitas padi sebesar 27,42 satuan. Hal tersebut dikarenakan jika penggunaan SP36 melebihi dosis maka dapat menyebabkan tanah masam karena SP36 mengandung superfosfat yang dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen sehingga tanaman padi tidak tumbuh optimal. Variabel jumlah penggunaan pupuk KCL berpengaruh nyata positif terhadap produktivitas usahatani padi dengan nilai koefesien parameter 43,05294. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan produktivitas usahatani padi. Variabel jumlah penggunaan pupuk KCL memiliki nilai Prob-T sebesar 0,04dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,05. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan pupuk KCL mempengaruhi variabel produktivitas usahatani padi dengan tingkat kesalahan kurang dari 5 % atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefesien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan satuan jumlah penggunaan pupuk KCL akan dapat meningkatkan produktivitas padi sebesar 43,05 satuan. Pupuk KCL dapat mencegah buah atau bulir padi tidak rontok sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi. Variabel total penggunaan kerja pada usahatani padi berpengaruh nyata positif terhadap produktivitas usahatani padi dengan nilai koefesien parameter 26,28661. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan produktivitas usahatani padi. Variabel total penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi memiliki nilai Prob-T sebesar 0,0001 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. t sehingga dapat menghasilkan produktivitas semakin tinggi. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel total penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi berpengaruh nyata terhadap produktivitas usahatani padi dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan99%. Nilai koefesien parametermya menunjukan bahwa setiap kenaikan jumlah total penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi akan dapat meningkatkan produktivitas padi sebesar 26,28661 satuan. Hal tersebut sesuai kondisi dilapang dimana semakin banyak tenaga kerja pada usahatani padi maka tanaman padi lebih secara intensif terawat. Hasil analisis persamaan model produksi itik diperoleh sebagai berikut: PRODi = -60.9212 + 0.002568 HIH + 2.760579 JDDK + 13.46608 JKO - 0.01850 JOi + 1.450173 JBi Dimana: PRODi = Produksi Itik (butir telur) HIH = harga itik hidup (Rp/ekor) JDDK = jumlah penggunaan dedak segar (kg) JKO = jumlah penggunaan kosentrat (kg) JOi = jumlah penggunaan obat itik (liter) JBi = jumlah bibit itik (ekor) 6.5.6. Anova Produksi Itik (PRODI) Hasil analisis persamaan model persamaan produksi itik dapat dilihat pada tabel 8. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,98. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 98 % oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya 2 % dijelaskan variabel eksogen lainnya diluar model. Dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0001 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Pada tabel hasil analisis model persamaan produksi itik dipengaruhi nyata oleh variabel jumlah penggunaan dedak segar dan jumlah penggunaan konsentrat. Sedangkan variabel harga itik hidup, jumlah penggunaan obat itik, Pada tabel hasil analisis model persamaan produksi itik dipengaruhi nyata oleh variabel jumlah penggunaan dedak segar dan jumlah penggunaan konsentrat. Sedangkan variabel harga itik hidup, jumlah penggunaan obat itik. Tabel 45. Anova Produksi Itik Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Intercept 1 113.11 200.79 0.56 0.57 JDDK 1 2.9728 0.57 5.13 <.00 JKO 1 13.41 0.82 16.17 <.00 JOi 1 -0.89 1.82 -0.49 0.62 JBi 1 1.65 3.90 0.42 0.67 Sumber: Data Diolah (2013) dan jumlah bibit itik tidak berpengaruh nyata terhadap produksi itik.Variabel jumlah penggunaan dedak segar berpengaruh nyata positif terhadap jumlah produksi itik dengan nilai koefesien parameter 2,760579. Tabel 46. Hasil Analisis Regresi Produksi Itik Dengan Faktor Yang Mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept -60,92 0,76 Ns HIH 0,00 0,84 Ns JDDK 2,76 0,00 * JKO 13.46 0,00 * JOi -0.01 0,69 Ns BBi 1.45 0,53 Ns KoefesienDeterminasi (R2) F value Prob-F 0,98 1185,21 <0,0001 Ns = Non significant * = Significant pada α 0,00 Sumber: Data Diolah (2013) Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan produksi itik. Variabel jumlah penggunaan dedak segar pada usaha itik memiliki nilai Prob-T sebesar 0,0001 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan dedak segar dalam usaha itik mempengaruhi jumlah produksi itik dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan 99%. Nilai koefesien parametermya bernilai positif menunjukan bahwa semakin meningkatnya satu kg (satuan) jumlah penggunaan dedak segar dalam usaha itik akan dapat meningkatkan produksi itik sebesar 2,760579 butir telur.Variabel jumlah penggunaan konsentrat berpengaruh nyata positif terhadap jumlah produksi itik dengan nilai koefesien parameter 13,46608. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan produksi itik. Variabel jumlah penggunaan konsentrat pada usaha itik memiliki nilai Prob-T sebesar 0,0001 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel jumlah penggunaan konsentrat dalam usaha itik mempengaruhi jumlah produksi itik dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan 99%. Nilai koefesien parametermya bernilai positif menunjukan bahwa semakin meningkatnya satu kg (satuan) jumlah penggunaan konsentrat dalam usaha itik akan dapat meningkatkan produksi itik sebesar 13,46608 butir telur. 6.5.7. Anova Model Penggunaan Tenaga Kerja DalamKeluarga Untuk Usahatani Padi (JTKDP) Dari hasil analisis persamaan model penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi diperoleh hasil sebagai berikut: JTKDp = 35.40346 – 0.33667 JTKDi + 0.299511 CTKDB Dimana: JTKDP = penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi (HOK) JTKDi = penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha Itik (HOK) CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh/non usahatani (HOK) Hasil analisis persamaan model penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 46. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,63. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 63 % oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya sebesar 37 % dijelaskan variabel eksogen Tabel 47. Anova penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Intercept 1 39.22 3.80 10.30 <.00 JTKDi 1 -0.23 0.06 -3.52 0.00 CTKDB 1 0.20 0.07 2.81 0.00 Sumber: Data Diolah (2013) lainnya diluar model. Sedangkan, dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0001 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Pada tabel hasil analisis model penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik dan curahan tenaga kerja pada usaha buruh. Karena petani yang memiliki lahan sawah tanaman utama padi maka setiap petani yang memiliki lahan sawah akan mencurahkan tenaga keluarga dalam usahatani padi. Tabel 48. Hasil Analisis Regresi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Untuk Usahatani Padi Dan Yang Mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept 35,40 10,97 0,00 * JTKDi -0,33 8,13 0,00 * CTKDB 0,29 5,32 0,00 * Koefesien Determinasi (R2) F value Prob-F 0,63 63,62 <0,0001 Ns = Non significant * = Significant padaα0,00 Sumber: Data Diolah (2013) Jumlah penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga untuk usahaternak itik significant pada α0,00 berarti pada 100% tingkat kepercayaan mempengaruhi penggunaan tenaga kerja untuk usahatani padi. Curahan tenaga kerja Dalam Keluarga pada Usaha Buruh atau non pertanian berpengaruh atau significant pada α0,00 yang berarti berpengaruh pada tingkat kepercayaan 100% terhadap penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usahatani padi. Hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyususn model persamaan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi menunjukkan nilai Prob-T untuk variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik dan curahan tenaga kerja pada usaha buruh sebesar <0,0001 lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel eksogen mempengaruhi variabel endogennya dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan 99%. Variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik berpengaruh nyata negative terhadap penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi dengan nilai koefesian parameter -0,33667, maka setiap kenaikan satuan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik akan menurunkan penggunaan tenaga kerja keluarga dalam usahatani padi sebesar 0,33667 satuan. Hal ini sesuai dengan kondisi dilapang dimana rumah tangga yang memiliki dua kegiatan usaha akan membagi penggunaan tenaga kerjanya untuk kedua usaha yang dilakukannya. Sedangkan variabel tenaga kerja pada usaha buruh berpengaruh nyata positif terhadap penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi dengan nilai koefesian parameter 0,299511 maka setiap kenaikan satuan curahan tenaga kerja pada usaha buruh akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani sebesar 0,299511. Rumah tangga yang memiliki curahan tenaga kerja pada usaha buruh lebih banyak akan lebih produktif dan meningkatkan pekerjaannya pada usaha utama rumah tangga yaitu usahatani padi. Hasil analisis persamaan model penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi diperoleh hasil sebagai berikut: JTKLp = 71.98389 – 1.24724 JTKDi + 0.837857 CTKDB + 0.000852 UTK + 2.265E-6 PUPTp Dimana: JTKLp = penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi (HOK) JTKDi = penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha Itik (HOK) CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh/non usahatani (HOK) UTK = upah tenaga kerja (Rp/HOK) PUPTp = penerimaan usahatani padi (Rp) 6.5.8. Anova Model Penggunaan TenagaKerja Luar Keluarga Untuk Usahatani Padi (JTKLP) Tabel 49. Anova Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Untuk Usahatani Padi Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Intercept 1 163.41 104.15 1.57 0.12 JTKDi 1 -0.75 104.15 -0.57 0.57 CTKDB 1 0.28 1.04 0.27 0.78 UTK 1 0.00 0.00 0.15 0.87 PUTp 1 1.92 8.99 2.14 0.03 Sumber: Data Diolah (2013) Hasil analisis persamaan model penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 47. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,45. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 45 % oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya sebesar 55 % dijelaskan variabel eksogen lainnya diluar model. Sedangkan, dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0001 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Pada tabel hasil analisis model penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi dipengaruhi nyata oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik, curahan tenaga kerja pada usaha buruh dan penerimaan usahatani padi.Sedangkan variabel upah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi. Penggunaan tenaga luar keluarga berupa menyewa buruh tani untuk bekerja pada kegiatan usahatani yang dilakukan rumah tangga petani. Sedangkan variabel upah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi. Penggunaan tenaga luar keluarga berupa menyewa buruh tani untuk bekerja pada kegiatan usahatani yang dilakukan rumah tangga petani. Besarnya upah tenaga kerja berbeda beda dalam setiap tahapan pelaksanaan usahatani padi seperti upah tenaga kerja pengolahan lahan lebih besar dari pada upah tenaga kerja untuk menanam padi. Tabel 50. Hasil Analisis Regresi Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Untuk Usahatani Padi dan Yang Mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept 71,98389 0,85 0,39 Ns JTKDi -1,24724 2,68 0,00 ** CTKDB 0,837857 1.49 0,13 * UTK 0,000852 0,93 0,35 Ns PUTp 2,265E-6 3,84 0,00 ** KoefesienDeterminasi (R2) F value Prob-F 0,45 14,59 <0,0001 Ns = Non significant ** = Significant pada α 0,00 * = Significant pada α 0,13 Sumber: Data Diolah (2013) Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Untuk Usaha itik menunjukkan α0,00 yang berarti mempengaruhi penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi sebesar tingkat kepercayaan 100%. Demikian pula Penerimaan Usahatani padi berada pada α0,00 yang berarti mempengaruhi penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi pada tingkat kepercayaan 100%. Curahan Tenaga kerja Dalam keluarga untuk usaha buruh atau non pertanian berada pada α0,13 yang berarti mempengaruhi penggunaan tenaga kerja luar keluarga sebesar 87% tingkat kepercayaan. Hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi untuk variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik dan penerimaan usahatani padi memiliki nilai Prob-T sebesar <0,0001 lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel eksogen tersebut mempengaruhi variabel endogennya dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan variabel curahan tenaga kerja pada usaha buruh memiliki nilai Prob-T sebesar 0,1398 lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,20. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel eksogen (curahan tenaga kerja pada usaha buruh) tersebut mempengaruhi variabel endogennya dengan tingkat kesalahan kurang dari 20 % atau dengan tingkat kepercayaan 80%. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik berpengaruh nyata negative terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi dengan nilai koefesian parameter -1,24724. Setiap kenaikan satuan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik akan menurunkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi sebesar 1,24724 satuan. Sebaliknya penurunan tenaga kerja dalam keluarga akan dapat meningkatkan penggunaan tenaga kerja luar untuk usahatani padi.Hal tersebut dikarenakan pada kondisi lapang usaha itik tidak memerlukan tenaga kerja secara intensif dan dapat dilakukan dengan intregasi usahatani. padi sehingga tersedianya banyak tenaga kerja untuk usahatani itik dapat digunakan membantu dalam kegiatan usahatani padi dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja luar.Variabel curahan tenaga kerja pada usaha buruh berpengaruh nyata positif terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi dengan nilai koefesien parameter 0,83787. Setiap kenaikan satuan curahan tenaga kerja pada usaha buruh akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi sebesar 0,83787 satuan. Hal tersebut sesuai dengan kondisi empiris dimana semakin banyaknya anggota keluarga yang mencurahkan tenaga kerjanya pada usaha buruh maka dibutuhkan lebih banyak tenaga luar keluarga untuk melakukan usahatani padi. Variabel penerimaan usahatani padi berpengaruh nyata positif terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga dengan nilai koefesien parameter sebesar 2,265-E6. Maka setiap kenaikan penerimaan usahatani akan dapat meningkatkan penggunaan tenaga kerja luar untuk usahatani padi sebesar 2,265-E6 satuan. Semakin besarnya penerimaan usahahatani padi maka meningkatkan kemampuan petani dalam menyewa tenaga kerja luar keluarga sehingga penggunaan tenaga kerja luar keluarga semakin meningkat. 6.5.9. Anova Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Untuk Usaha Itik (JTKDI) Dari hasil analisis persamaan model penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usaha itik diperoleh hasil sebagai berikut: JTKDi = 84.34163 - 2.18541 JTKDp + 0.554904 CTKDB + 0.153077 UKK Dimana: JTKDi = penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha Itik (HOK) JTKDp = penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi (HOK) CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh/non usahatani(HOK) UKK = umur kepala keluarga (tahun) Hasil analisis persamaan model penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik dapat dilihat pada Tabel 48. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,55. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 55 % oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya sebesar 45 % dijelaskan variabel eksogen lainnya diluar model. Sedangkan, dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0001 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Pada tabel hasil analisis model penggunaan tenaga kerja keluarga pada usaha itik dipengaruhi nyata oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi dan curahan tenaga kerja dalam usaha buruh. Tabel 51. Anova Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 31431.34 10477.11 6.64 0.00 Error 46 72552.67 1577.23 Corrected Total 49 77922.00 Sumber: Data Diolah (2013) Sedangkan variabel umur kepala keluarga tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh. Hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan peggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usaha itik untuk variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha padi dan variabel curahan tenaga kerja dalam usaha buruh memiliki nilai Prob-T sebesar 0,0001 dan 0,0010 lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel eksogen tersebut mempengaruhi variabel endogennya dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan 99%. Variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi berpengaruh nyata negatif terhadap penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik dengan nilai koefesien parameter -2,18541. Tabel 52. Hasil Analisis Regresi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Usaha Itik dan yang mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept 84.34163 5.02 0.00 * JTKDp -2.18541 9.00 0.00 * CTKDB 0.554904 3.43 0.00 * UKK 0.153077 0.50 0.62 Ns KoefesienDeterminasi (R2) F value Prob-F 0,55 30,06 <0,0001 Ns = Non significant * = Significant pada α 0,00 Sumber: Data Diolah (2013) Jumlah Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usahatani Padi berada pada α0,00 yang berarti mempengaruhi secara significant penggunaan tenaga kerja Dalam keluarga untuk Usaha Itik sebesar tingkat kepercayaan 100%. Curahan tenaga kerja Dalam keluarga untuk buruh atau non pertanian berada pada α0,00 yang berarti mempengaruhi tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik sebesar 100%. Hal tersebut dikarenakan rumah tangga petani yang mempunyai dua usaha yaitu usahatani padi dan usaha itik harus membagi penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, maka dari itu semakin banyak penggunaan tenaga kerja untuk usahatani padi maka akan mengurangi tersedianya atau penggunaan tenaga kerja keluarga dalam usaha itik.Variabel curahan tenaga kerja pada usaha buruh berpengaruh nyata positif terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usaha itik dengan nilai koefesien parameter 0,554904 maka setiap kenaikan satuan. 6.5.10. Anova Model Curahan Kerja Keluarga Pada Usaha Buruh/ Non Tani (CTKDB) Curahan tenaga kerja pada usaha buruh akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk usaha itik sebesar 0,554904 satuan. Tabel 53. Anova Curahan Kerja Keluarga Pada Usaha Buruh atau Non Tani Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Intercept 1 -41.16 25.06 -1.64 0.10 JTKDp 1 0.92 0.60 1.53 0.13 JTKDi 1 0.69 0.21 3.26 0.00 PKK 1 -0.51 1.46 -0.35 0.72 UTK 1 0.00 0.00 1.37 0.17 Sumber: Data Diolah (2013) Hal tersebut curahan tenaga kerja pada buruh berarti besarnya ketersediaan tenaga kerja keluarga sehingga dapat meningkatkan penggunaan tenaga kerja keluarga dalam kegiatan usaha itik.Dari hasil analisis persamaan model curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh diperoleh hasil sebagai berikut: CTKDB = -35.3439 + 1.898621 JTKDp + 0.516875 JTKDi + 0.146363 PKK – 0,000020 UTK Dimana: CTKDB = curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh/non usahatani (HOK) JTKDp = penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi (HOK) JTKDi = penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha Itik (HOK) PKK = pendidikan kepala keluarga (tahun) UTK = upah tenaga kerja (Rp/HOK) Hasil analisis persamaan model curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh dapat dilihat pada Tabel 49. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,35. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 35 % oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya sebesar 65 % dijelaskan variabel eksogen lainnya diluar model Tabel 54. Hasil Analisis Regresi Curahan Tenaga Kerja Keluarga Pada Usaha Buruh dan Yang Mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept -35,34 1,46 0,14 Ns JTKDp 1,89 5,78 0,00 * JTKDi 0,51 3,35 0,00 * PKK 0,14 0,13 0,89 Ns UTK 0,00 0,95 0,34 Ns KoefesienDeterminasi (R2) F value Prob-F 0,35 9,79 <0,0001 Ns = Non significant * = Significant pada α 0,00 Sumber: Data Diolah (2013) Jumlah tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi berada pada α0,00 yang berarti mempengaruhi curahan tenaga kerja keluarga pada unsaha buruh atau non pertanian sebesar tingkat kepercayaan 100%. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga usaha itik berada pada α0,00 yang berarti mempengaruhi curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh atau non pertanian sebesar tingkat kepercayaan 100%. Sedangkan, dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0001 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01.Pada tabel hasil analisis model curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh dipengaruhi nyata oleh penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarha untuk usahatani padi. Sedangkan variabel upah tenaga kerja dan pendidikan kepala keluarga tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh.Curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh merupakan besarnya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani untuk kegiatan usaha buruh atau kegiatan usaha diluar usahatani. Hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan curahan tenaga kerja pada usaha buruh untuk variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik dan variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi memiliki nilai Prob-T sebesar 0,0013 dan <0,0001 lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel eksogen tersebut mempengaruhi variabel endogennya dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan 99% .Variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi berpengaruh nyata positif terhadap curahan tenaga kerja pada usaha buruh dengan nilai koefesien parameter 1,898621. Maka setiap kenaikan satuan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi akan meningkatkan curahan tenaga kerja pada usaha buruh sebesar 1,898621 satuan. Hal tersebut dikarenakan peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi menandakan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga sehingga curahan tenaga kerja pada usaha buruh juga meningkat. Variabel penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik berpengaruh nyata positive terhadap curahan tenaga kerja pada usaha buruh dengan nilai koefesian parameter 0,516875. Maka setiap kenaikan satuan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik akan berpengaruh meningkatkan curahan tenaga kerja padausaha buruh sebesar 0,516875 satuan dan sebaliknya penurunan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha itik akan berpengaruh meningkatkan curahan tenaga kerja pada usaha buruh. Hal tersebut dikarenakan pada kondisi lapang usaha itik tidak memerlukan tenaga kerja secara intensif sehingga tersedianya banyak tenaga kerja untuk usahatani itik dapat meningkatkan curahan tenaga kerja dalam usaha buruh sekaligus menghasilkan pendapatan diluar kegiatan usaha itik. 6.5.11. Anova Model Adopsi Sistem Intregrasi Padi Itik Dari hasil analisis persamaan model adopsi sistem intregrasi padi sawah dengan itik diperoleh sebagai berikut: ADOPSI = -0.03966 – 0.00649 PKK – 0.01426 PENGUT – 0.0404048 JAKL + 0.013836 UKK + 0.000022 LAP – 0.1.38-E9 PRTP + 0.049254JAKP Dimana: ADOPSI = adopsi sistem intregrasi padi sawah dengan itik PKK = pendidikan kepala keluarga PENGUT = pengalaman usahatani (tahun) JAKL = jumlah anggota keluarga (jiwa) Hasil analisis persamaan model adopsi sistem intregrasi padi sawah dengan itik dapat dilihat pada Tabel 50. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,24. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 24 % oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya dijelaskan variabel eksogen lainnya diluar model.Hasil analisis persamaan model adopsi sistem intregrasi padi sawah dengan itik dapat dilihat pada Tabel 50. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,24. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 24 % oleh variabel eksogennya, sedangkan sisanya dijelaskan variabel eksogen lainnya diluar model. Tabel 55. Anova Adopsi Sistem Intregrasi Padi Itik Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr > |t| Intercept 1 -0.64 0.56 -1.13 0.26 PKK 1 -0.02 0.019 -1.26 0.21 PENGUT 1 -0.06 0.02 -2.82 0.00 JAKL 1 -0.06 0.06 -1.01 0.31 UKK 1 0.06 0.02 2.75 0.00 LAP 1 0.00 9.72 3.77 0.00 PRTP 1 -7.17 3.26 -2.20 0.03 JAKP 1 0.11 0.14 0.76 0.44 Sumber: Data Diolah (2013) UKK = umur kepala keluarga (tahun) LAP = Luas Areal Panen (Ha) PRTP = pendapatan rumah tangga petani (Rp) JAKP = jumlah anggota keluarga yang bekerja (jiwa) Dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0065 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01.Pada tabel hasil analisis model adopsi sistem intregrasi padi sawah dengan itik dipengaruhi nyata oleh pengalaman usahatani, umur kepala keluarga,dan luas areal panen padi. Variabel pengalaman usahatani signifikan secara negatif terhadap keputusan mengadopsi sistem intregrasi padi sawah degan itik dengan nilai koefesien parameter -0,01. Sedangkan variabel Umur Kepala Keluarga signifikan positif pada koefisien parameter 0,01, Luas areal panen berbepangruh positif dengan koefisen parameter 0,00. Tabel 56. Hasil Analisis Regresi Adopsi Usahatani Padi Itik Dan Yang Mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept -0,039 0,12 0,90 Ns PKK -0,00 0,57 0,56 Ns PENGUT -0,01 1,42 0,16 * JAKL -0,04 0,83 0,40 Ns UKK 0,01 1,36 0,17 * LAP 0,00 3,97 0,00 ** PRTP -1,38 0,86 0,39 Ns JAKP 0,04 0,50 0,61 Ns KoefesienDeterminasi (R2) F value Prob-F 0,24 3,12 <0,0065 Ns = Non significant ** = Significant pada α 0,00 * = Significant pada α 0,16 And α 0,17. Sumber: Data Diolah (2013) Pengalaman Usahatani kepala keluarga berada pada α0,16 yang berarti significant atau mempengaruhi adopsi usahatani padi itik sebesar 84% tingkat kepercayaan. Umur kepala keluarga berada pada α0,17 yang berarti bahwa umur mempengaruhi adopsi usahatani padi itik sebesar 83% tingkat kepercayaan dan Luas Areal Panen berada pada α0,00 yang berarti mempengaruhi adopsi usahatani padi itik sebesar tingkat kepercayaan 100%. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan adopsi sistem intregrasi padi dengan itik. Variabel pengalaman usahatani menunjukkan bahwa secara parsial variabel pengalaman usahatani mempengaruhi keputusan adopsi intregrasi padi dan itik. Nilai koefesien parametermya bernilai negatif menunjukan bahwa semakin tinggi atau banyak pengalamannya melakukan usahatani maka petani cenderung lebih memutuskan untuk tidak melakukan adopsi Hal tersebut sesuai kondisi di lapang dimana petani yang sudah banyak mempunyai pengalaman dalam usahatani enggan untuk menerapkan adopsi karena lebih sulit menerima dan pengelolaan usahataninya pun terjadi seperti hal itu.Variabel umur kepala keluarga berpengaruh nyata positif terhadap keputusan mengadopsi sistem intregrasi padi sawah degan itik dengan nilai koefesien parameter 0,013836.Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan adopsi sistem intregrasi padi dengan itik. Variabel umur kepala keluarga memiliki nilai Prob-T sebesar 0,1790 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,20. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel umur kepala keluarga mempengaruhi keputusan adopsi intregrasi padi dan itik dengan tingkat kesalahan kurang dari 20 % atau dengan tingkat kepercayaan 80%. Nilai koefesien parametermya bernilai positif menunjukan bahwa semakin tua umur kepala keluarga (petani) maka petani tersebut cenderung lebih memutuskan untuk melakukan adopsi.Berdasarkan kondisi dilapang umur kepala keluarga yang lebih tua lebih memilih melakukan usaha itik yang pngelolaannya lebih mudah dan untuk usahatani padi dikelola oleh anak-anaknya sehingga lebih cenderung untuk melakukan adopsi.Variabel luas areal panen padi berpengaruh nyata positif terhadap keputusan mengadopsi sistem intregrasi padi sawah degan itik dengan nilai koefesien parameter 0,000022.Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian model secara parsial yaitu dilihat dari uji T masing-masing variabel eksogen penyusun model persamaan adopsi sistem intregrasi padi dengan itik. Variabel luas areal panen padi memiliki nilai Prob-T sebesar 0,0002 dimana lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01. Hal tersebut berarti bahwa secara parsial variabel luas areal panen padi mempengaruhi keputusan adopsi intregrasi padi dan itik dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 % atau dengan tingkat kepercayaan 99%.Nilai koefesien parametermya bernilai positif menunjukan bahwa semakin luas areal panennya (petani) maka petani tersebut cenderung lebih memutuskan untuk melakukan adopsi.Hal tersebut sesuai kondisi dilapang dimana petani yang memiliki lahan lebih luas areal panen lebih mudah menerapkan intregrasi itik karena pada lahan bekas panen menyediakan makanan bagi itik. 6.5.12. Anova Model Konsumsi Pangan Rumah Tangga Usahatani Padi Itik Dari hasil analisis persamaan model konsumsi pangan rumah tangga petani diperoleh sebagai berikut: KS = 671584.2 -0.0672 PRTP + 29702.93 JAKL + 62.89728 PDTVS + 61.01073 PRODi Dimana:KS = konsumsi pangan rumah tangga (Rp) PRTP = pendapatan total rumah tangga petani (Rp) JAKL = jumlah anggota keluarga (jiwa) PDTVS = produktivitas usahatani padi (kg/ha) PRODi = produksi itik (butir telur) Hasil analisis persamaan model persamaan konsumsi pangan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 51. Pada tabel dapat dilihat nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,42. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan sebesar 42 % oleh variabel eksogennya. Dari hasil pengujian uji F didapatkan nilai Prob F sebesar <0,0001 yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel eksogen yang menyusun model berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya yang ditunjukkan dengan nilai Prob F yang lebih kecil dari tingkat kesalahan α=0,01.Pada tabel hasil analisis model persamaan konsumsi pangan rumah tangga dipengaruhi nyata oleh variabel pendapatan rumah tangga petani, produktivitas usahatani padi dan produksi itik. Sedangkan variabel jumlah anggota keluarga petani tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan rumah tangga. Berikut adalah Tabel 61 gambaran Model Konsumsi Pangan Rumah Tangga sebagai berikut : Tabel 57. Hasil Analisis Regresi Konsumsi Pangan Rumah Tangga dan Yang Mempengaruhinya. Variabel Koefesien Parameter T-value Prob-T Keterangan Intercept 671584,20 1,65 0,10 Ns PRTP -0,00 1,85 0,06 * JAKL 29702,93 0,30 0,76 Ns PDTVS 62,89 2,74 0,00 ** PRODi 61,01 6,86 0,00 ** Koefesien Determinasi (R2) F value Prob-F 0,42 12,87 <0,0001 Ns = Non significant * * = Significant pada α 0,00 * = Significant pada α 0,06 Sumber: Data Diolah (2013) Variabel pendapatan rumah tangga petani mempunyai α0,06 terhadap konsumsi rumah tangga petani, yang berarti signifikan terhadap konsumsi rumahtangga petani campuran padi iti sebesar tingkat kepercayaan 94%.. Variabel produktifitas berpengaruh nyata atau signifikan secara positif terhadap konsumsi pangan rumah tangga petani dengan α0,00 yang berarti berada pada tingkat kepercayaan 100%. Demikian juga variable Produksi itik berada pada α0,00 yang berarti mempengaruhi konsumsi rumahtangga petani sebesar 100%. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa petani dapat meningkatkan pendapan melalui campuran usahatani padi itik yang menjamin adanya sistem pertanian yang berkelanjutan daripada hanya satu usahatani saja dan berdasarkan hasil analisis maka ditemukan sebagai berikut : Berdasarkan hasil analisis yang menampilkan anova maka faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas usahatani padi signifikan pada penggunaan jumlah bibit padi, jumlah pupuk SP 36, jumlah pupuk KCL dan pada total tenaga kerja yang digunakan pada usahatani padi itik. Hasil analisis yang menampilkan anova menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja dalam rumahtangga petani padi signifikan pada CTKDB atau tenaga kerja non pertanian atau non usahatani padi itik, juga pada tenaga kerja luar keluarga; tenaga kerja luar keluarga dipengaruhi secara signifikan secara negative pada JTKDi yaitu penggunaan jumlah tenaga kerja usaha itik, CTKDB, non usahatani dan penerimaan usahatani padi itik; sedangkan penggunaan tenaga kerja usaha itik dipengaruhi secara signifikan JTKDp jumlah tenaga kerja dalam keluarga usahatani padi dan CTKDB atau tenaga kerja non usahatani; Tenaga kerja non usahatani dipengaruhi secara signifikan oleh JTKDp penggunaan tenaga kerja usahatani padi dan JTKDi penggunaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga usahatani itik. Hasil analisis yang menampilkan anova menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi usahatani padi-itik dipengaruhi secara signifikan olleh PENGUT yaitu pengalaman usahatani padi itik, UKK yaitu Umur kepala keluarga dan LAP yaitu Luas areal panen. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumahtangga usahatani padi itik dipengaruhi secara signifikan oleh PDTVS yaitu produktifitas usahatani padi itik, dan PRODI yaitu jumlah produksi itik. 7.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas maka saran yang bisa disampaikan oleh penelitian adalah sebagai berikut : Diharapkan dukungan pemerintah yang utama untuk masyarakat tani untuk melakukan aktivitas usahatani dengan sentuhan teknologi tepat guna yang dapat memberi manfaat untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani sesuai dengan yang akan digunakan petani sebagai konsumsi dan saprodi bagi pengolahan setiap musim tanamnya. Dibutuhkan tambahan tenaga kerja luar keluarga yang lebih berpengalaman sehingga sistem usahatani campuran padi itik dapat lebih bermanfaat menyumbangkan pendapatan dan penerimaan. Diharapkan bagi petani dapat mengembangkan system usahatani campuran padi itik ini dengan maksimal, sehingga dapat meningkatkan penerimaan dan pendapatan serta menjamin usahatani campuran yang ramah lingkungan dan menjamin sustainable agriculture. DAFTAR PUSTAKA Adi Djayanegara dan Inu Ganda Ismail. 2004. Manajemen Sarana Usahatani dan Pakan Dalam Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Workshop Kelembagaan Usaha Tanaman-Ternak Terpadu dalam Sistem dan Usaha Agribisnis.Denpasar tanggal 30 November – 2 Desember 2004. Adiningsih,S.J. 2000. Peranan bahan organic tanah dalam system usahatani konservasi. Dalam : Bahri. Materi Pelatihan Revitalisasi Keterpaduan Usaha Ternak dalam Sistem Usaha Tani. Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Anderson,T.W. and T. Sawa (1993). "The Distribution of Estimates Of Coefficients of A single Equation In Simultaneous System and Their Asymptotic Expansion". Econometrica, 41(683-714). Ashley. 1999. Sustainable Livelyhoods. DFID. London. Badan Litbang Pertanian, Sistem usahatani di lahan irigasi : studi kasus di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia, Wartazoa, 12 (1): 29-35, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Balai PengkajianTeknologi Pertanian. 2008. Informasi Ringkas (Bank Pengetahuan padi Indonesia). Jakarta Beattie, B.R. dan C.R.Taylor. 1994. Ekonomi Produksi (terjemahan). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Becker, G.S. 1995. The Economic Approach to Human Behavior. The University of Chicago Press, Chicago. BPPS Pusat, 2009, 2010 . Jakarta. BPPS. 2011. Kecamatan Langowan Timur Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Kabupaten Minahasa. Sulawesi Utara. Budianto, J. 2003. Kebijaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi peningkatan produktivitas padi terpadu. Prosiding Lokakarya Pelaksanaan Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Chow, G. (1990) Test of Equality Between Sets Of Coefficients In Two Linear Regressions". Econometrica 28: 591-605. Dahlan I. And Shaher M.Z (1992) Simulation Model For Quantitative Decision In Crop-Livestock Integrated Farming System. Asia Farming System Journal 1 (3) pp.351-360 Dwiyanto, K.B.R. Prawiradipuradan D. Lubis. 2002. Integrasi tanaman-ternak dalam pengembangan agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan. Buletin ilmu Peternakan Indonesia, Wartazoa, 12 (1): 1-8, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Hartono, B., 2005. Model Simulasi Kebijakan Pengembangan Ekonomi Rumahtangga Peternak Sapi Perah (Studi Kasus Di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang) Disertasi Doktor. Universitas Brawijaya, Malang. Haryanto, B., I. Inounu, IGM B. Arsanadan K. Dwiyanto. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak. Departemen Pertanian, Jakarta. Hayami Y. And Ruttan V.W. 1991.Agricultural Development : An International Perspective. John Hopkins. Baltimore. Howara, D. 2004. Optimalisasi pengembangan usahatani tanaman padi dan ternak sapi secara terpadu di Kabupaten Majalengka.Tesis Magister Sains. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Intriligator, M.D. 1991. Mathematical Optimization And Economic Theory. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall. Jahn, GC, B. Khiev, C. Pol, N. Chhorn, S. Pheng, and V. Preap. 2001. Developing sustainable pest management for rice in Cambodia. pp. 243–258, In S. Suthipradit, C. Kuntha, S. Lorlowhakarn, and J. Rakngan [eds.] "Sustainable Agriculture: Possibility and Direction" Proceedings of the 2nd Asia-Pacific Conference on Sustainable Agriculture 18–20 October 1999, Phitsanulok, Thailand. Bangkok (Thailand): National Science and Technology Development Agency. 386 p. Journal of Agricultural Science 2012. 146:521-539. IFSA Symposium..Outlook. In: Sukmana et al., (eds). Development in Procedures for Farming Systems Research.Proceedings of an International Workshop.Agency for Agricultural Research and Development, Jakarta. Journal of Life Sciences 59(1-2): 61-62. Glover's D. Glover's 2011 Comments to article in NJAS - Wageningen Journal of Life Sciences: 'The System of Rice Intensification: Time for an empirical turn': + Uphoff, N. 2012. Comment to 'The System of Rice Intensification: Time for an empirical turn', [NJAS - Wageningen Journal of Life Sciences 57 (2011) 217-224]. NJAS - Wageningen Journal of Life Sciences 59 (1-2): 53-60. doi:10.1016/j.njas. 2012.02.001.2012.Reply to Comment to: ‘The System of Rice Intensification: Time for an empirical turn’, by D. Glover. NJAS – Wageningen Jurnal Zootek Vol 30. Januari 2010. P. 81. Femmy H. Elly. Pengembangan Pakan Sapi di Sulawesi Utara. Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Karokaro, S., Priyanti, A. dan Sianipar, J. 2005. Analisis Kontribusi Usaha Agribisnis Ternak Kambing Berbasis Perkebunan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner hal. 696. Laulanié de, H. 2011. Intensive rice farming in Madagascar. Tropicultura 29(3):183-187 (technical notes section). [The Tropicultura editors included this article because it is the 30th anniversary of Laulanié's work with SRI; the original article published in their journal appeared in 1993.] Liu, F. 1985. Integration of duck production and rice culture in South China. In: Duck Production and World Practice, FARREL, D.J. and STAPLETON, P. (ed) University of New England, pp. 385-392. Loing J.C..“The Significance Analysis of The Economic Decision Of Farmer Family AgainstThe Integration of Wetland Paddy Duck Farming System In Langowan, Minahasa, North Sulawesi, Indonesia.”2013. International Institute for Science, Technology and Education. Journal of Developing Country Studies. ISSN 2224-607x. Vol 3 No. 12. Mahfrudz, L.D. dan Prasetya, E. 1999. Tingkat Efisiensi Teknis dan Ekonomis Pada Sistem Pemeliharaan Terpadu antara Tanaman Padi Dengan Itik Lokal Jantan. 2005. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Proceeding Seminar Nasional Unggas Lokal II.Semarang Dalam J. Indor. Agric.30(1) Maret. Makki Muhammad Fauzi. 2014. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Tanaman Padi Lahan Rawa Lebak Kabupatren Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan Indonesia. Disertasi Doktor. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang, Malang. Manda, M. 1992. Paddy rice cultivation using crossbred ducks. Agricultural Science and Nature Resources, Faculty of Agriculture, Kagoshima University. Farming Japan. Vol. 26; pp. 35-42. Mangkuprawira, S. 1985. Alokasi waktu dan kontribusi kerja anggota keluarga dalam kegiatan ekonomi rumahtangga: studi kasus di dua tipe desa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Disertasi Doktor. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Marwan, I. 1989. Farming Systems Research in Indonesia: Its evolution and future. Malang. Matheos, M. 2007. Kontribusi Usaha Ternak Itik Terhadap Pendapatan Keluarga Petani Peternak di Kecamatan Tondano Selatan. Fakultas Peternakan Unsrat. Manado. Mosher A.T. 1966.Getting Agriculture Moving.Praeger. USA. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Murtisari, T and Evans, A.J. 1982. The Importance of aquatic snails in the diet of fully herded ducks. Research Report 1982, Balai Penelitian Ternak Ciawi. Pp. 75-86. Nicholson, W. 2001.Teori Ekonomi Mikro : Prinsip Dasar dan Pengembangannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Orcutt, G.H., M. Greenburger, J. Korbel, and A.M. Rivlin(1991). Micro Analysis of Socioeconomic Systems : A Simulation Study. New York : Harper & Row Pulishers, Inc. Pangemanan S.P. 2014. Model Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Peternak Itik Tradisional di Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara.Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Peter J.I, P et. al. (1993).Duckweed aquaculture.A New Aquatic Farming System for Developing Countries. The World Bank, Washington. Available From http://www.ntnet.net~Skilli/duckweed.htm # duckweed. Priyanti, A., B.R. Prawiradiputra, D. Lubis dan A. Djajanegara. 2004. Respon ekonomi penggunaan pupuk organic dan berbagai pola tanam pada system usahatani di lahan kering. Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Pusat Penelitian dan pengembangan peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Prosiding Seminar Nasional. 2011. “Prospek dan Potensi Sumberdaya Ternak Lokal dalam Menunjang Ketahanan Pangan Hewani. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Unsoed Press. Purwokerto. Puslittanak. 1997. Potensi Lahan Sawah di Indonesia dan Permasalahannya. Pusat Penelitian dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Rahim, A. dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Rasahan, C.A. 1998. Perspektif Struktur Pendapatan Masyarakat Pedesaan Dalam Hubungannya Dengan Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian. Buku 2. Tahun 1998. Hal 1212-1219. Inovasi Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Rogers, Everett M. (1993).Diffusion of Innovation. Canada: The Free Press, A. Division of Macmillan Publishing Co., Inc. New York. Rothenberg, T.J. 1994. "Approximating The Distribution of Econometric Estimators And Test Statistics" in Z. Griliches and M.D. Intriligator, Eds. Handbook Of Econometrics, Vol 2. Amsterdam : North Holland Publishing Company. Rogers, Everett M. 1983.Diffusion of Innovation. Canada: The Free Press, A. Division of Macmillan Publishing Co., Inc. New York. Saari, S. 2006Productivity Theory and Measurement in Business (PDF). Espoo, Finland, European. Samuelson, P. A. and W.D. Nordhaus. Ekonomi Edisi kedua belas. Terjemahan Warsana, A.J. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sargan, J.D. 1998. "The Estimation of Economic Relationship Using Instrumental Variable". Econometrica, 26 : 393-415. Semaoen, I dan Kiptiyah. 2011. Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan Di Desa Miskin, JawaTimur, Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Agustus Vol 9 (2). Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya, Malang. Soekardono, 2009. Ekonomi Agribisnis Peternakan Teori dan Aplikasinya, Akademika Presindo, Jakarta. Setioko, A.R. 1997. Recent Study on Traditional System of Duck Layer Flock Management in Indonesia.Proc.of 11th European Symposium on Waterfowl. Nantes, September 8-10, 1997. pp. 491-498. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suharno, B. dkk. 1995. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta, h. 4. Suratiyah, K., 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Susilowati, S.H. Supadi dan Saleh, C. 2002. Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumahtangga di Pedesaan Jawa Barat.Jurnal Agroekonomi Vol 20 No.1 .Hal. 106. Suwandi. 2005. Keberlanjutan usahatani pola padi sawah- sapi potong terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Tesis Magister Sains. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, sekolah pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syam, A. dan M. Sariubang. 2004. Pengaruh pupuk organik (kompos kotoran sapi) terhadap produktivitas padi di lahan irigasi. Prosiding seminar nasional system integrasi tanaman-ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Soedjana, T.D. and P. Kristjanson. 2001. Ex post impact assessment of technological interventions. Traning Manual of Research Approaches and Methodologies for improving crop animal systems in Southeast Asia. Livestock Research Isntitute, Addis Abbaba. Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas, Rajawali Pers, Jakarta. Sugiyono, 2007.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA Suharno, B. dkk. 1995. Beternak itik secara intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. H.4 Suharto. 2000. Konsep Pertanian Terpadu (integrated farming systems) mewujudkan keberhasilan dengan kemandirian. Prosiding Revitalisasi keterpaduan usaha ternak dalam system usahatani.Solo, 6 Maret 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Suratiyah, K., 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Walangitan, 2012. Analisis Keragaan Sistem Usahatan iKonservasi Pada Daerah Tangakapan Air (Catchment Area) Danau Tondano Kabupaten Minahasa.Sulawesi Utara. Disertasi Program DR. Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Universitas Brawijaya Press., Malang. Warsana. 2007. Agribisnis Efisiensi dan keuntungan Usahatani Jagung (Studi di Wageningen Journal of Life Sciences (NJAS) Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora) Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Winardi. 1984. Pengantar Ilmu Ekonomi. Tarsito, Bandung. Yotopoulus, Pan A. dan Jeffrey B. Nugent., 1996. Economic Development, Empirical Investigation, Harper and Row Publisher, London. Zaini, Z., A.M. Fagi, I. Las,K. Makarim, U.S. Nugraha, B. Haryanto, Sugiarto, A. Zein dan Sudariyah. 2003. Rumusan Lokakarya Pelaksanaan Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu. Prosiding Lokakarya Pelaksanaan Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar 2. Padi Sawah Yang Ditanam Difoto Pada Satu Hari Yang Sama Menunjukkan Musim Tanam Petani Tidak Bersamaan.Tikus tidak mengganggu sebab dapat dikonsumsi. Gambar 3. Padi Sawah Masih Menghijau dan Ada Yang Sudah Menguning Gambar 4. Bentuk Usahatani campuran Padi Sawah dengan anak itik Gambar 5. Jenis Itik dan Entok sedang bertelur dan dipungut setiap Hari Di Lokasi Penelitian Lampiran 6. Parameter-Parameter Pada Persamaan Simultan Model Perilaku Pengembangan Pendapatan Rumahtangga Usahatani Padi-Itik. LAP = JBP + JPU + JPSP36 + JPKCl + JO + TTKp + JKUT (1) PDTVS = b0 + b1JBP + b2 JPU + b3 JPSP36 + b4 JPKCl + b5 JO + b6 TTKp + b7 JKUT + b8 ASHPT + b9 ADOPSI + U2 (2) PRODI c0 + c1 HiH + c2 JDDK + c3 JKO + c4 JOi + c5 Ji + U3 (3) JTKDP d0 + d1 JTKDi + d2 CTKDB + U4 (4) JTKLP e0 + e1 JTKDi + e2 CTKDB + e3 UTK + e4 PUTp + U5 (5) JTKDI f0 + f1 JTKDp + f2 CTKDB + f3 UKK + U6 (6) CTKDB g0 + g1 JTKDp + g2 JTKDi + g3 PKK + g4 UTK + U7 (7) ADOPSI ho + h1PKK + h2PENGUT + h3JAKL + h4UKK + h5LAP + h6PRTP + h7JNSPKJU + h8JAKP + h9JKUT + h10JNSKUT + U8 (8) KS i0 + i1 PRTP + i2 JAKL + i3 PDTVS + i4 PRODI + U9 (9) Lampiran 7. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : JTKDP Dependent Variable : JTKDP Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 2 4764.757 2382.379 8.16 0.0009 Error 47 13720.22 291.9195 Corrected Total 49 17134.02 Root MSE 17.08565 R-square 0.25776 Dep Mean 41.86000 Adj R-SQ 0.22618 C.V 40.81618 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 39.22501 3.808579 10.30 <.0001 JTKDi 1 -0.23750 0.067509 -3.52 0.0010 CTKDB 1 0.208248 0.074099 2.81 0.0072 Durbin-Watson 1.465979 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation 0.26349 Lampiran 8. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : JTKLP Dependent Variable : JTKLP Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 4 303734.1 75933.52 2.16 0.0892 Error 45 1583996 35199.90 Corrected Total 49 1888936 Root MSE 187.61637 R-square 0.16090 Dep Mean 255.48000 Adj R-SQ 0.08631 C.V 73.43681 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 163.4180 104.1502 1.57 0.1236 JTKDi 1 -0.75773 104.1502 -0.57 0.5746 CTKDB 1 0.284078 1.045964 0.27 0.7872 UTK 1 0.000221 0.001436 0.15 0.8784 PUTp 1 1.923E-6 8.991E-7 2.14 0.0379 Durbin-Watson 1.726614 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation 0.133285 Lampiran 9. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : CTKDB Dependent Variable : CTKDB Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 4 22754.90 5688.724 3.98 0.0075 Error 45 64309.75 1429.106 Corrected Total 49 72657.22 Root MSE 37.80351 R-square 0.26136 Dep Mean 39.34000 Adj R-SQ 0.19570 C.V 96.09434 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 -41.1613 25.06985 -1.64 0.1076 JTKDp 1 0.922532 0.603031 1.53 0.1331 JTKDi 1 0.690396 0.211674 3.26 0.0021 PKK 1 -0.51253 1.469200 -0.35 0.7288 UTK 1 0.000401 0.000293 1.37 0.1780 Durbin-Watson 1.333528 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation 0.329502 Lampiran 10. Hasil Analisis SAS :Syslin, dan Print Data The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : JTKDI Dependent Variable : JTKDI Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 3 31431.34 10477.11 6.64 0.0008 Error 46 72552.67 1577.232 Corrected Total 49 77922.00 Root MSE 39.71438 R-square 0.30227 Dep Mean 23.40000 Adj R-SQ 0.25677 C.V 169.71958 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 61.41442 28.31128 2.17 0.0353 JTKDp 1 -1.69260 0.430215 -3.93 0.0003 CTKDB 1 0.520625 0.177387 2.93 0.0052 UKK 1 0.241527 0.380001 0.64 0.5282 Durbin-Watson 1.343603 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation 0.324505 Lampiran 11. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : LAP Dependent Variable : LAP Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 6 2.2453E9 3.7421E8 4.97 0.0006 Error 43 3.2385E9 75313434 Corrected Total 49 5.3231E9 Root MSE 8678.33132 R-square 0.40944 Dep Mean 11085.0200 Adj R-SQ 0.32704 C.V 78.28882 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 3170.744 3400.632 0.93 0.3563 JBP 1 88.88438 40.42861 2.20 0.0333 JPU 1 -22.5812 14.27646 -1.58 0.1210 JPSP36 1 17.29046 25.15400 0.69 0.4955 JPKCL 1 61.72961 36.82537 1.68 0.1009 JO 1 175.9700 204.8020 0.86 0.3950 TTKP 1 -11.6169 13.81526 -0.84 0.4051 Durbin-Watson 2.254764 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation -0.13293 Lampiran 12. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : ADOPSI Dependent Variable : ADOPSI Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 7 3.754781 0.536397 2.82 0.0168 Error 42 7.990294 0.190245 Corrected Total 49 9.620000 Root MSE 0.43617 R-square 0.31969 Dep Mean 0.26000 Adj R-SQ 0.20630 C.V 167.75806 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 -0.64459 0.569781 -1.13 0.2644 PKK 1 -0.02435 0.019365 -1.26 0.2156 PENGUT 1 -0.06864 0.024375 -2.82 0.0074 JAKL 1 -0.06963 0.068629 -1.01 0.3161 UKK 1 0.066266 0.024121 2.75 0.0088 LAP 1 0.000037 9.723E-6 3.77 0.0005 PRTP 1 -7.17E-9 3.264E-9 -2.20 0.0336 JAKP 1 0.114157 0.149319 0.76 0.4488 Durbin-Watson 1.710697 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation 0.097116 Lampiran 13. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data (Lanjutan) The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : PDTVS Dependent Variable : PDTVS Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 7 4.393031 0.627576 2.26 0.0482 Error 42 11.67984 0.278091 Corrected Total 49 9.384578 Root MSE 0.52734 R-square 0.27332 Dep Mean 0.59225 Adj R-SQ 0.15221 C.V 89.04079 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 0.086034 0.236778 0.36 0.7182 JBP 1 -0.00724 0.002481 -2.92 0.0056 JPU 1 0.000911 0.001045 0.87 0.3881 JPSP36 1 -0.00266 0.001543 -1.72 0.0923 JPKCL 1 0.004117 0.002434 1.69 0.0982 JO 1 0.005785 0.012477 0.46 0.6453 TTKP 1 0.002459 0.000879 2.80 0.0077 ADOPSI 1 0.049242 0.249052 0.20 0.8442 Durbin-Watson 2.177535 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation -0.09128 Lampiran 14. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data Produksi Itik The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : PRODI Dependent Variable : PRODI Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 4 8.1061E9 2.0265E9 1265.72 <.0001 Error 45 72049088 1601091 Corrected Total 49 8.1782E9 Root MSE 1265.34218 R-square 0.99119 Dep Mean 4488.32000 Adj R-SQ 0.99041 C.V 28.19189 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 113.1116 200.7910 0.56 0.5760 JDDK 1 2.972854 0.579948 5.13 <.0001 JKO 1 13.41223 0.829663 16.17 <.0001 JOi 1 -0.89073 1.829540 -0.49 0.6287 JBi 1 1.657260 3.902803 0.42 0.6731 Durbin-Watson 1.836074 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation 0.079359 Lampiran 15. Hasil Analisis SAS : Syslin, dan Print Data (Lanjutan) The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model : KS Dependent Variable : KS Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr> F Model 4 7.685E13 1.921E13 2.49 0.0566 Error 45 3.475E14 7.721E12 Corrected Total 49 4.126E14 Root MSE 2778703.53 R-square 0.18112 Dep Mean 1693400.00 Adj R-SQ 0.10834 C.V 164.09021 Parameter Estimates Variable DF Parameter Estimate Standard Error t Value Pr> |t| Intercept 1 3921625 1758086 2.23 0.0307 PRTP 1 -0.03247 0.017795 -1.82 0.0747 JAKL 1 -635054 395612.9 -1.61 0.1154 PDTVS 1 1503728 1013258 1.48 0.1448 PRODi 1 57.72367 31.33992 1.84 0.0721 Durbin-Watson 1.888509 Number of Observations 50 1st Order Autocorrelation 0.054873 Lampiran 16. Hasil Tabulasi Data Penelitian Produksi Padi INPUT NO PRODp ADOPSI PRODi JDDK JKO JOi JBi CARDS; 1 5040 0 0 0 0 0 0 2 3601 0 0 0 0 0 0 3 10320 0 0 0 0 0 0 4 1800 0 0 0 0 0 0 5 3600 0 0 0 0 0 0 6 7500 0 0 0 0 0 0 7 6400 0 0 0 0 0 0 8 1785 0 0 0 0 0 0 9 1500 0 0 0 0 0 0 10 3995 0 0 0 0 0 0 11 2820 0 0 0 0 0 0 12 3060 0 0 0 0 0 0 13 3000 0 0 0 0 0 0 14 5400 1 36000 1800 1800 450 500 15 2280 1 48000 2700 2700 670 550 16 1920 1 70000 4500 4500 1100 1000 17 1860 0 0 0 0 0 0 18 5940 0 0 0 0 0 0 19 6000 0 0 0 0 0 0 20 8000 0 0 0 0 0 0 21 2520 0 0 0 0 0 0 22 720 0 0 0 0 0 0 23 1920 0 0 0 0 0 0 24 2800 0 0 0 0 0 0 25 12600 0 0 0 0 0 0 26 5040 0 0 0 0 0 0 27 20000 1 7000 350 350 100 80 28 20000 0 0 0 0 0 0 29 4860 0 0 0 0 0 0 30 3000 0 0 0 0 0 0 31 6500 1 12000 700 700 200 160 32 6500 0 0 0 0 0 0 33 6500 0 0 0 0 0 0 34 6000 0 0 0 0 0 0 35 1400 0 0 0 0 0 0 36 12000 0 0 0 0 0 0 37 6500 0 0 0 0 0 0 38 12000 0 0 0 0 0 0 39 13400 0 0 0 0 0 0 40 6500 0 0 0 0 0 0 41 2600 0 0 0 0 0 0 42 3500 0 0 0 0 0 0 43 1875 1 7556 2680 0 1600 250 44 13000 1 7556 2680 0 1000 100 45 1900 1 3236 1340 0 600 100 46 1880 1 3236 1340 0 500 100 47 190 1 6044 2410 0 700 200 48 6000 1 3236 1340 0 700 100 49 3000 1 3236 1340 0 700 400 50 2800 1 17316 6000 0 1760 200 51 0 0 17316 6240 0 31200 400 52 0 0 6044 2000 0 1410 200 53 0 0 7556 2200 0 2480 200 54 0 0 7556 2680 0 1000 200 55 0 0 17316 6240 0 3000 400 56 0 0 7556 2680 0 1600 250 57 0 0 7556 2680 0 1000 100 58 0 0 3236 1340 0 600 100 59 0 0 3236 1340 0 500 100 60 0 0 6044 2410 0 700 200 61 0 0 3236 1340 0 700 100 62 0 0 3236 1340 0 700 400 63 0 0 17316 6000 0 1760 200 64 0 0 7556 2680 0 1600 240 65 0 0 7556 2680 0 1600 200 66 0 0 6044 2410 0 700 150 67 0 0 6044 2410 0 700 225 68 0 0 6044 2410 0 700 250 69 0 0 7556 2680 0 1600 200 70 0 0 7556 2680 0 1600 200 71 0 0 6044 2410 0 700 150 72 0 0 3236 1340 0 700 100 73 0 0 7556 2680 0 1600 240 74 0 0 6044 2410 0 700 150 75 0 0 20152 5400 0 1750 500 Lampiran 17. Hasil Tabulasi Data Penelitian Jumlah TK Usaha Padi INPUT NO CARDS; JTKDp JTKDi CTKDB JTKLp UTK PUTp UKK; 1 50 0 30 170 100000 40320000 50 2 50 0 10 110 100000 28810000 32 3 60 0 10 320 100000 82560000 49 4 12 0 60 250 100000 14400000 32 5 30 0 120 280 60000 28800000 64 6 60 0 30 32 100000 60000000 39 7 60 0 10 30 100000 54400000 36 8 60 0 20 280 100000 14280000 63 9 60 0 60 290 100000 12000000 40 10 30 0 30 200 100000 31960000 38 11 39 0 39 160 60000 22560000 67 12 39 0 60 120 60000 24480000 67 13 60 0 10 100 60000 24000000 70 14 60 90 90 140 60000 43200000 58 15 42 90 180 180 60000 18240000 61 16 60 90 200 190 100000 15360000 34 17 30 0 5 140 60000 14880000 30 18 52 0 30 210 60000 47520000 30 19 60 0 10 260 100000 48000000 65 20 10 0 10 440 60000 64000000 34 21 50 0 27 140 60000 20160000 40 22 45 0 57 160 60000 5760000 38 23 60 0 30 120 60000 15360000 66 24 60 0 75 80 100000 22400000 33 25 60 0 30 260 60000 100800000 64 26 60 0 24 220 100000 40320000 35 27 58 90 24 300 100000 160000000 43 28 60 0 32 500 100000 160000000 67 29 85 0 60 320 100000 38880000 46 30 51 0 29 120 100000 24000000 51 31 43 90 27 215 100000 52000000 28 32 49 0 31 100 100000 52000000 50 33 35 0 26 290 100000 52000000 50 34 57 0 48 150 100000 48000000 60 35 18 0 15 811 100000 11200000 38 36 35 0 50 364 100000 96000000 89 37 20 0 32 761 100000 52000000 60 38 40 0 61 914 100000 96000000 55 39 41 0 39 290 100000 107200000 46 40 55 0 41 790 100000 52000000 54 41 40 0 40 273 100000 20800000 54 42 19 0 19 220 100000 28000000 32 43 20 90 21 215 400 27500000 55 44 18 90 10 410 1000 56000000 44 45 19 90 30 200 400 27000000 54 46 24 90 28 200 500 29000000 60 47 10 90 20 24 400 2300000 51 48 16 90 10 215 300 28000000 72 49 10 90 8 110 300 14000000 82 50 11 90 9 100 600 12500000 82 51 0 90 0 0 40 0 50 52 0 90 0 0 100 0 56 53 0 90 0 0 200 0 46 54 0 90 0 0 1000 0 39 55 0 90 0 0 1240 0 55 56 0 90 0 0 400 0 36 57 0 90 0 0 1000 0 60 58 0 90 0 0 400 0 38 59 0 90 0 0 500 0 39 60 0 90 0 0 400 0 42 61 0 90 0 0 300 0 57 62 0 90 0 0 300 0 54 63 0 90 0 0 600 0 37 64 0 90 0 0 400 0 57 65 0 90 0 0 400 0 41 66 0 90 0 0 450 0 42 67 0 90 0 0 450 0 47 68 0 90 0 0 450 0 54 69 0 90 0 0 400 0 62 70 0 90 0 0 400 0 42 71 0 90 0 0 450 0 58 72 0 90 0 0 120 0 59 73 0 90 0 0 400 0 59 74 0 90 0 0 200 0 47 75 0 90 0 0 510 0 34 Lampiran 18. Hasil Tabulasi Data Penelitian Keseluruhan Variabel DATA KETY; MERGE KETY1 KETY2 KETY3; BY NO; TTKp =JTKDp+JTKLp; PDTVS =PRODp/LAP; RUN; PROC SYSLIN SIMPLE 2SLS DATA=KETY; ENDOGENOUS JTKDpJTKLpTTKp CTKDB JTKDi LAP ADOPSI PDTVS PRODi KS; INSTRUMENTS UTK PUTp PKK UKK JBP JPU JPSP36 JPKCL JO PKK PENGUT JAKL PRTP JAKP JDDK JKO JOiJBi ; JTKDp : MODEL JTKDp = JTKDi CTKDB/DW; JTKLp : MODEL JTKLp = JTKDi CTKDB UTK PUTp/DW; TTKp : IDENTITY TTKp = JTKDp+JTKLp; CTKDB : MODEL CTKDB = JTKDpJTKDi PKK UTK/DW; JTKDi : MODEL JTKDi = JTKDp CTKDB UKK/DW; LAP : MODEL LAP = JBP JPU JPSP36 JPKCL JO TTKp/DW; ADOPSI : MODEL ADOPSI = PKK PENGUT JAKL UKK LAP PRTP JAKP/DW; PDTVS : MODEL PDTVS = JBP JPU JPSP36 JPKCL JO TTKp ADOPSI/DW; PRODi : MODEL PRODi = JDDK JKOJOiJBi/DW; KS : MODEL KS = PRTP JAKL PDTVS PRODi/DW; Lampiran19. Hasil Tabulasi Data Penelitian Luas Area Panen DATA KETY1; INPUT NO LAP JBP JPU JPSP36 JPKCL JO TTKp; CARDS; 1 10000 60 45 5 5 5 220 2 6666 80 250 5 5 6 160 3 15000 62 300 100 100 5 380 4 4400 61 200 75 75 6 262 5 5000 50 200 75 75 7 310 6 10000 58 100 10 10 10 92 7 10000 45 350 10 100 10 90 8 8750 62 260 60 10 10 340 9 8750 60 70 40 40 10 350 10 5000 40 200 100 100 5 230 11 5655 70 210 90 80 10 199 12 6666 75 200 80 80 10 159 13 6666 70 180 60 60 5 160 14 16250 50 40 40 10 10 200 15 6666 50 175 80 80 10 222 16 5000 40 150 75 75 10 250 17 3333 45 150 50 50 5 170 18 10000 90 300 120 120 10 262 19 18750 67 250 75 75 10 320 20 21000 250 390 100 90 60 450 21 4666 25 200 150 50 10 190 22 5000 20 50 50 10 10 105 23 5000 25 100 100 50 10 180 24 4400 20 230 230 60 5 140 25 12000 45 420 280 150 10 320 26 10000 40 300 240 120 10 280 27 10000 35 200 100 100 10 358 28 10000 30 125 50 50 5 560 29 10000 50 75 37 15 10 405 30 5000 40 100 100 100 10 171 31 5000 35 150 150 150 10 258 32 6000 70 250 100 100 10 149 33 6000 70 250 100 100 10 325 34 10000 100 75 75 50 10 207 35 3333 25 25 25 25 10 829 36 20000 140 500 200 200 10 399 37 10000 120 400 400 100 10 781 38 20000 140 500 200 200 10 954 39 7000 140 500 200 200 10 331 40 15000 300 250 100 100 10 845 41 5000 90 120 120 120 10 313 42 5000 100 150 150 150 10 239 43 5000 100 150 150 150 10 249 44 60800 200 280 275 260 20 400 45 5000 99 145 145 145 10 240 46 45000 146 150 146 146 20 420 47 4500 15 15 15 15 5 40 48 30700 99 100 120 120 10 210 49 16200 60 50 50 50 10 105 50 15100 58 45 45 45 5 80 51 0 0 0 0 0 0 0 52 0 0 0 0 0 0 0 53 0 0 0 0 0 0 0 54 0 0 0 0 0 0 0 55 0 0 0 0 0 0 0 56 0 0 0 0 0 0 0 57 0 0 0 0 0 0 0 58 0 0 0 0 0 0 0 59 0 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 61 0 0 0 0 0 0 0 62 0 0 0 0 0 0 0 63 0 0 0 0 0 0 0 64 0 0 0 0 0 0 0 65 0 0 0 0 0 0 0 66 0 0 0 0 0 0 0 67 0 0 0 0 0 0 0 68 0 0 0 0 0 0 0 69 0 0 0 0 0 0 0 70 0 0 0 0 0 0 0 71 0 0 0 0 0 0 0 72 0 0 0 0 0 0 0 73 0 0 0 0 0 0 0 74 0 0 0 0 0 0 0 75 0 0 0 0 0 0 0 Lampiran 20. Hasil Tabulasi Data Penelitian Pengalaman KepalaKeluarga DATA KETY3; INPUT NO PKK PENGUT JAKL PRTP JAKP PUTlain KS; CARDS; 1 9 35 3 40420000 2 9800000 770000 2 12 17 3 28910000 2 0 760000 3 6 34 3 82660000 2 0 860000 4 12 17 4 14500000 2 5700000 1020000 5 6 49 3 28860000 3 6700000 1720000 6 12 24 4 60100000 2 4200000 1140000 7 6 21 3 54500000 2 0 1410000 8 6 48 3 14380000 2 0 790000 9 6 25 3 12100000 2 1500000 1150000 10 2 23 4 32060000 2 29700000 1630000 11 3 52 4 22620000 4 60000 1440000 12 1 52 6 24540000 2 22500000 910000 13 4 55 4 24060000 2 0 910000 14 5 43 2 43260000 2 15000000 3500000 15 6 46 5 18300000 4 6000000 1780000 16 12 19 4 15460000 2 20000000 7470000 17 12 15 3 14940000 2 0 5270000 18 6 15 4 47580000 2 0 770000 19 6 50 4 48100000 2 1400000 940000 20 6 19 4 64060000 2 6350000 1650000 21 6 25 4 20220000 2 6000000 1560000 22 4 23 4 5820000 2 0 770000 23 9 51 3 15420000 2 9000000 1300000 24 3 18 6 22500000 2 11000000 1330000 25 12 49 2 10080000 2 0 20000000 26 2 20 3 40420000 2 0 620000 27 6 28 4 16010000 2 0 820000 28 6 52 3 16010000 2 6000000 830000 29 6 31 4 38980000 2 3200000 1480000 30 15 36 5 24100000 2 0 2480000 31 9 13 4 52100000 2 0 1030000 32 5 35 4 52100000 2 2000000 880000 33 12 35 4 52100000 2 2000000 1720000 34 9 45 2 48100000 2 0 290000 35 9 23 3 11300000 2 0 620000 36 6 74 2 96100000 2 0 320000 37 9 45 3 52100000 2 0 510000 38 12 40 2 96100000 3 0 860000 39 6 31 4 10730000 2 0 1250000 40 6 39 6 52100000 3 0 1070000 41 6 39 4 20900000 2 0 930000 42 9 17 2 28100000 2 0 950000 43 12 20 3 74960000 2 2000000 510000 44 18 29 4 58760000 2 0 1070000 45 6 39 3 35460000 2 0 1130000 46 6 45 3 31460000 2 0 1770000 47 0 36 3 10860000 2 0 680000 48 14 57 2 41340000 2 0 470000 49 2 67 2 16410000 2 0 430000 50 6 67 2 76160000 2 0 1100000 51 6 35 4 79160000 3 0 960000 52 2 41 3 25340000 2 0 570000 53 6 31 4 28760000 3 0 690000 54 12 24 3 28760000 2 0 620000 55 12 40 3 79160000 2 0 760000 56 6 21 4 28760000 2 0 690000 57 9 45 5 28760000 4 0 900000 58 12 23 4 8960000 2 0 570000 59 12 24 4 8960000 2 0 520000 60 9 27 4 25340000 2 0 520000 61 6 42 3 8960000 2 0 480000 62 16 42 4 8960000 2 0 70000 63 12 39 4 79160000 2 0 770000 64 17 22 4 28760000 2 0 760000 65 9 26 3 28760000 2 0 540000 66 9 27 4 25340000 2 0 780000 67 9 37 5 60440000 2 0 1070000 68 6 39 3 60440000 2 0 630000 69 9 47 2 28760000 2 0 500000 70 9 27 4 28760000 2 0 770000 71 6 43 3 60440000 2 0 620000 72 6 44 2 8960000 2 0 520000 73 6 44 3 28760000 2 0 650000 74 12 43 3 60440000 2 0 930000 75 12 19 4 150000000 2 12450000 1000000 DATA KETY; Lampiran 21. Total biaya produksi dan tenaga kerja dalam usahatani Padi No. Responden LAP (m2) (Dalam Ha) JBP Kg JPU Kg JPSP36 Kg NPK Kg JO/pestisida Kg TTKp HOK Prod. padi (dalampuluhanribu) 1 Fendy P 50 10.000 1.00 60 45 5 5 5 220 5.040 2 Nofi M. 32 6.666 0.67 80 250 5 5 6 160 3.601 3 Jefri T. 49 15.000 1.50 62 300 100 100 5 380 10.320 4 Jisan T. 32 4.400 0.44 61 200 75 75 6 262 1.800 5 Jotje T. 64 5.000 0.50 50 200 75 75 7 310 3.600 6 Hansye W 39 10.000 1.00 58 100 10 10 10 92 7.500 7 Donal W. 36 10.000 1.00 45 350 10 100 10 90 6.400 8 Mindert S. 63 8.750 0.88 62 260 60 10 10 340 1.785 9 Novi S 40 8.750 0.88 60 70 40 40 10 350 1.500 10 Meidy S. 38 5.000 0.50 40 200 100 100 5 230 3.995 11 Fientje T 67 5.655 0.57 70 210 90 80 10 199 2.820 12 Jemmi M. 67 6.666 0.67 75 200 80 80 10 159 3.060 13 Johny K. 70 6.666 0.67 70 180 60 60 5 160 3.000 14 Max K. 58 16.250 1.63 50 40 40 10 10 200 5.400 15 Edy S. 61 6.666 0.67 50 175 80 80 10 222 2.280 16 Joyke R. 34 5.000 0.50 40 150 75 75 10 250 1.920 17 Melky R. 30 3.333 0.33 45 150 50 50 5 170 1.860 18 Freddy T. 30 10.000 1.00 90 300 120 120 10 262 5.940 19 Lexy W. 65 18.750 1.88 67 250 75 75 10 320 6.000 20 Edy M. 34 21.000 2.10 250 390 100 90 60 450 8.000 21 Rommy K 40 4.666 0.47 25 200 150 50 10 190 2.520 Lampiran 21. (Lanjutan) No. Responden LAP (m2) (Dalam Ha) JBP Kg JPU Kg JPSP36 Kg NPK Kg JO/pestisida Kg TTKp HOK Prod. padi (dalampuluhanribu) 22 Steven S. 38 5.000 0.50 20 50 50 10 10 105 720 23 Frans L 66 5.000 0.50 25 100 100 50 10 180 1.920 24 Fanly T 33 4.400 0.44 20 230 230 60 5 140 2.800 25 Jotje T. 64 12.000 1.20 45 420 280 150 10 320 12.600 26 Frangki M. 35 10.000 1.00 40 300 240 120 10 280 5.040 27 Jerry T 43 10.000 1.00 35 200 100 100 10 358 20.000 28 Abraham N. 67 10.000 1.00 30 125 50 50 5 560 20.000 29 Herry M. 46 10.000 1.00 50 75 37 15 10 405 4.860 30 Harry M 51 5.000 0.50 40 100 100 100 10 171 3.000 31 Krisman DS. 28 5.000 0.50 35 150 150 150 10 258 6.500 32 Fenly R 50 6.000 0.60 70 250 100 100 10 149 6.500 33 Jemmy DB. 50 6.000 0.60 70 250 100 100 10 325 6.500 34 Johni L. 60 10.000 1.00 100 75 75 50 10 207 6.000 35 Novri FS 38 3.333 0.33 25 25 25 25 10 829 1.400 36 Alexius 89 20.000 2.00 140 500 200 200 10 399 12.000 37 Nyong P. 60 10.000 1.00 120 400 400 100 10 781 6.500 38 Toni S 55 20.000 2.00 140 500 200 200 10 954 12.000 39 Royke K 46 7.000 0.70 140 500 200 200 10 331 13.400 40 Youke M 54 15.000 1.50 300 250 100 100 10 845 6.500 41 Frans L 54 5.000 0.50 90 120 120 120 10 313 2.600 42 Rudi P. 32 5.000 0.50 100 150 150 150 10 239 3.500 Lampiran 21. (Lanjutan) No. Responden LAP (m2) (Dalam Ha) JBP Kg JPU Kg JPSP36 Kg NPK Kg JO/pestisida Kg TTKp HOK Prod. padi (dalampuluhanribu) 43 Denny A. 55 5.000 0.50 100 150 150 150 10 249 1.875 44 Herry FR. 44 60.800 6.08 200 280 275 260 20 400 13.000 45 Ferro S. 54 5.000 0.50 99 145 145 145 10 240 1.900 46 Jotje M. 60 45.000 4.50 146 150 146 146 20 420 1.880 47 Eddy R. 51 4.500 0.45 15 15 15 15 5 40 190 48 Jorry S 72 30.700 3.07 99 100 120 120 10 210 6.000 49 Johan T. 82 16.200 1.62 60 50 50 50 10 105 3.000 50 Johan T. 82 15.100 1.51 58 45 45 45 5 80 2.800 51 Denny S. 50 750 0.08 0 0 0 0 0 0 0 52 Youke 56 500 0.05 0 0 0 0 0 0 0 53 Jefri W. 46 400 0.04 0 0 0 0 0 0 0 54 Jemi M. 39 400 0.04 0 0 0 0 0 0 0 55 Albert T 55 750 0.08 0 0 0 0 0 0 0 56 James W. 36 350 0.04 0 0 0 0 0 0 0 57 Herry W. 60 500 0.05 0 0 0 0 0 0 0 58 Stanley L. 38 600 0.06 0 0 0 0 0 0 0 59 Hesky L. 39 300 0.03 0 0 0 0 0 0 0 60 Jefry M. 42 300 0.03 0 0 0 0 0 0 0 61 Oldy M. 57 300 0.03 0 0 0 0 0 0 0 62 James F-K 54 250 0.03 0 0 0 0 0 0 0 63 Charul H. 37 800 0.08 0 0 0 0 0 0 0 Lampiran 21. (Lanjutan) No. Responden LAP (m2) (Dalam Ha) JBP Kg JPU Kg JPSP36 Kg NPK Kg JO/pestisida Kg TTKp HOK Prod. padi (dalampuluhanribu) 64 Max L. 57 500 0.05 0 0 0 0 0 0 0 65 Alfa T.T. 41 500 0.05 0 0 0 0 0 0 0 66 Yorri W. 42 200 0.02 0 0 0 0 0 0 0 67 Arol K. 47 400 0.04 0 0 0 0 0 0 0 68 Ronny W. 54 450 0.05 0 0 0 0 0 0 0 69 Nicolas S. 62 600 0.06 0 0 0 0 0 0 0 70 Herisal S 42 450 0.05 0 0 0 0 0 0 0 71 Adry M. 58 350 0.04 0 0 0 0 0 0 0 72 Liher M. 59 450 0.05 0 0 0 0 0 0 0 73 Jorry R. 59 700 0.07 0 0 0 0 0 0 0 74 Jemmy A 47 300 0.03 0 0 0 0 0 0 0 75 Maikel K. 34 400 0.04 0 0 0 0 0 0 0 Sumber : Data Diolah 2013 Lampiran 22. Kalkulasi Usaha Itik selama 3 bulan NO Responden Jbi (ekor) PRODibtr JDDK/ 90 hari JKO/ 90 hr Renga / 90hr Hoi (Rp/liter) HDagingitik (Rp) Hteluri (Rp) 1 Fendy P 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 2 Nofi M. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 3 Jefri T. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 4 Jisan T. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 5 Jotje T. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 6 Hansye W 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 7 Donal W. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 8 Mindert S. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 9 Novi S 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 10 Meidy S. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 11 Fientje T 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 12 Jemmi M. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 13 Johny K. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 14 Max K. 500 36.000 1.800 1.800 450 0 30.000 2.000 15 Edy S. 550 48.000 2.700 2.700 670 0 30.000 2.000 16 Joyke R. 1.000 70.000 4.500 4.500 1.100 0 30.000 2.000 17 Melky R. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 18 Freddy T. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 19 Lexy W. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 20 Edy M. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 21 Rommy K 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 Lampiran 22. (Lanjutan) NO Responden Jbi (ekor) PRODibtr JDDK/ 90 hari JKO/ 90 hr Renga / 90hr Hoi (Rp/liter) HDagingitik (Rp) Hteluri (Rp) 22 Steven S. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 23 Frans L 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 24 Fanly T 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 25 Jotje T. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 26 Frangki M. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 27 Jerry T 80 7.000 350 350 100 0 30.000 2.000 28 Abraham N. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 29 Herry M. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 30 Harry M 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 31 Krisman DS. 160 12.000 700 700 200 0 30.000 2.000 32 Fenly R 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 33 Jemmy DB. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 34 Johni L. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 35 Novri FS 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 36 Alexius 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 37 Nyong P. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 38 Toni S 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 39 Royke K 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 40 Youke M 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 41 Frans L 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 42 Rudi P. 0 0 0 0 0 0 30.000 2.000 43 Denny A. 250 7.556 2.680 0 1.600 0 30.000 2.000 Lampiran 22. (Lanjutan) NO Responden Jbi (ekor) PRODibtr JDDK/ 90 hari JKO/ 90 hr Renga / 90hr Hoi (Rp/liter) HDagingitik (Rp) Hteluri (Rp) 44 Herry FR. 100 7.556 2.680 0 1.000 0 30.000 2.000 45 Ferro S. 100 3.236 1.340 0 600 0 30.000 2.000 46 Jotje M. 100 3.236 1.340 0 500 0 30.000 2.000 47 Eddy R. 200 6.044 2.410 0 700 0 30.000 2.000 48 Jorry S 100 3.236 1.340 0 700 0 30.000 2.000 49 Johan T. 400 3.236 1.340 0 700 0 30.000 2.000 50 Johan T. 200 17.316 6.000 0 1.760 0 30.000 2.000 51 Denny S. 400 17.316 6.240 0 31.200 0 30.000 2.000 52 Youke 200 6.044 2.000 0 1.410 0 30.000 2.000 53 Jefri W. 200 7.556 2.200 0 2.480 0 30.000 2.000 54 Jemi M. 200 7.556 2.680 0 1.000 0 30.000 2.000 55 Albert T 400 17.316 6.240 0 3.000 0 30.000 2.000 56 James W. 250 7.556 2.680 0 1.600 0 30.000 2.000 57 Herry W. 100 7.556 2.680 0 1.000 0 30.000 2.000 58 Stanley L. 100 3.236 1.340 0 600 0 30.000 2.000 59 Hesky L. 100 3.236 1.340 0 500 0 30.000 2.000 60 Jefry M. 200 6.044 2.410 0 700 0 30.000 2.000 61 Oldy M. 100 3.236 1.340 0 700 0 30.000 2.000 62 James F-K 400 3.236 1.340 0 700 0 30.000 2.000 63 Charul H. 200 17.316 6.000 0 1.760 0 30.000 2.000 64 Max L. 240 7.556 2.680 0 1.600 0 30.000 2.000 65 Alfa T.T. 200 7.556 2.680 0 1.600 0 30.000 2.000 Lampiran 22.(Lanjutan) NO Responden Jbi (ekor) PRODibtr JDDK/ 90 hari JKO/ 90 hr Renga / 90hr Hoi (Rp/liter) HDagingitik (Rp) Hteluri (Rp) 66 Yorri W. 150 6.044 2.410 0 700 0 30.000 2.000 67 Arol K. 225 6.044 2.410 0 700 0 30.000 2.000 68 Ronny W. 250 6.044 2.410 0 700 0 30.000 2.000 69 Nicolas S. 200 7.556 2.680 0 1.600 0 30.000 2.000 70 Herisal S 200 7.556 2.680 0 1.600 0 30.000 2.000 71 Adry M. 150 6.044 2.410 0 700 0 30.000 2.000 72 Liher M. 100 3.236 1.340 0 700 0 30.000 2.000 73 Jorry R. 240 7.556 2.680 0 1.600 0 30.000 2.000 74 Jemmy A 150 6.044 2.410 0 700 0 30.000 2.000 75 Maikel K. 500 20.152 5.400 0 1.750 0 30.000 2.000 Lampiran 23. Daftar Singkatan Altitude = Ketinggian lokasi penelitian dari permukaan laut. Amongena I = Lokasi Penelitian. Amongena II = Lokasi Penelitian. ADOPSI = Adopsi sistem Usahatani campuran padi sawah dengan itik. CTKDB = Curahan tenaga kerja keluarga pada usaha buruh/non usahatani dihitung per hari per orang kerja (HOK). Entok = Pladyrhynchos, sebutan di lokasi: bebe manila. Gantang = Ukuran di Lokasi Penelitian, satugantang = 15 Kg padi kering. HBi = Harga bibit itik dihitung dengan Rupiah per ekor. HBp = Harga bibit padi dihitung dengan Rupiah per Kg. HIH = Harga itik hidup dihitung dengan Rupiah per ekor. HKO = Harga konsentrat untuk itik dihitung dengan Rupiah per Kg. HO = Harga Obat/pestisida Padi dihitung dengan Rupiah per Liter. Hoi = Harga obat/pestisida itik dihitung dengan Rupiah per Liter. HOK = Per Hari per Orang Kerja. HPKCL = Harga pupuk KCL dihitung dengan Rupiah per Kg. HPRDi = Harga produksi itik dihitung dengan Rupiah per butir telur. HPRDp = Harga produksi Padi dihitung dengan Rupiah per Kg. HPSP36 = Harga pupuk SP36 dihitung dengan Rupiah per Kg. HPU = Harga pupuk urea dihitung dengan Rupiah per Kg. Itik = Anasmocha, sebutan di lokasi:bebe jawa atau itik. JAKL = Jumlah Anggota Keluarga dihitung dengan jiwa. JAKP = Jumlah anggota keluarga yang bekerja dihitung dengan jiwa. JBi = Jumlah bibit itik yang dimiliki responden dihitung dengan ekor. JBP = Jumlah benih padi dihitung dengan kg. JDDK = Jumlah dedak segar yang menjadi pakan itik dihitung dengan kg. JKO = Jumlah konsentrat yang menjadi pakan itik dihitung dengan Kg. JKUT = Jumlah kredit usahatani dihitung dengan Rupiah. JO = Jumlah obat/pestisida dihitung dengan Liter. JOi = Jumlah obat itik dihitung dengan liter. JPKCL = Jumlah pupuk KCL dihitung dengan kg. JPU = Jumlah pupuk urea dihitung dengan kg. JPSP36 = Jumlah pupuk SP36 dihitung dengan kg. JTKDp = Jumlah tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi dihitung dengan per hari per orang kerja (HOK). JTKDi = Jumlah tenaga kerja dalam keluarga usahatani itik dihitung dengan per hari per orang kerja (HOK). JTKLp = Tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi dihitung dengan per hari per orang kerja (HOK). JNSKUT = Jenis kredit usahatani. KS = Konsumsi Rumahtangga petani responden dihitung Dengan Rupiah LAP = Luas areal panen padi dihitung dengan Ha. LASHPT = Luas areal serangan hama penyakit tanaman dihitung dengan Ha. Padi = Oryza-Sativa L. PDTVS = Produktivitas PENGUT = Pengalaman usahatani dihitung dengan tahun. PKK = Pendidikan kepala keluarga dihitung dengan tahun. PRODi = Produksi itik berupa telur dihitung selama tiga bulan dihitung dengan butir. PRODp = Produksi padi dihitung dengan kg selama satu musim Tanam yaitu tiga bulan. PRTP = Pendapatan rumahtangga petani dihitung dengan Rupiah. PUTp = Penerimaan usahatani padi dihitung dengan Rupiah. PUT lain = Pendapatan Usahatani lain seperti tanaman pekarangan dihitung dengan Rupiah. RT/RW = RumahTangga/RukunWarga. TekTek = Ukuran di Lokasi Penelitian yaitu satu 'tektek' = 1/3 Ha. TTKp = Total penggunaan tenaga kerja usahatani padi dihitung dengan Per Hari per orang kerja. UKK = Umur kepala keluarga dihitung dengan Tahun. UTK = Upah tenaga kerja dihitung dengan Rupiah per hari per orang kerja. Waleleng = Ukuran di Lokasi Penelitian yaitu satu Waleleng = 1/8 Ha Wolaang = Lokasi Penelitian 1 108 254 111 14