Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

BATIK NUSANTARA

www.batikklasik.com kami produsen batik jika anda memesan kami berarti anda menjadi tangan pertama yang memakai batik kami yang berasal dari solo. kami jual batik bisa juga hanya jual kain batik yang dapat anda jahit sendiri. Segera hubungi kami untuk mendapatkan batik dari kami. Dailymotion : http://www.dailymotion.com/batikklasik youtube : https://www.youtube.com/channel/UCsFClp6O8YYwq2D9UbqPEnQ Facebook : https://www.facebook.com/Batikklasikcom-1938817166359588/ Instagram : http://www.instagram.com/batikklasiksolo/ Pinterest : http://id.pinterest.com/batikklasik/ Tumblr : http://www.tumblr.com/blog/batikklasik Twitter : https://twitter.com/BatikKlasikSolo Phone : MUNDARSO 0821-3939-2345 WA #batik #batikmodern #batikcap #batikday #batikmurah #batikprint #batikkatun #batiksolo #batiktulis #batikhalus #batikkantor #batikseragam #batikonline #batikprinting #batikprintingmurah #batikseragammurah #batiktulissolo #batiktulismurah #juakbatikmurah #jualkainbatik #grosirkainbatik #grosirbatiksolo #kekinian #realpicture #batikcolet #batiktiedye

BATIK : SELAYANG PANDANG Pada saat mendengar kata batik, kita pasti sudah mengetahui apa yang dimaksud. Kita akan langsung merujuk pada jenis kain yang dibuat secara khusus mengikuti motif-motif tertentu. Betul, seperti itulah pengertian batik secara umum. Batik adalah sejenis kain tertentu yang dibuat khusus dengan motif-motif yang khas, yang langsung dikenali masyarakat umum. Pada masa lampau, batik banyak dipakai oleh orang Indonesia di daerah Jawa. Itu pun terbatas pada golongan ningrat keraton dengan aturan yang sangat ketat. Artinya, tidak sembarang orang boleh mengenakan batik, terutama pada motif-motif tertentu yang ditetapkan sebagai motif Jarangan bagi khalayak luas. Namun pada perkembangannya, batik telah menjadi salah satu "pakaian nasional" Indonesia yang dipakai oleh bangsa Indonesia di seluruh Nusantara dalam berbagai kesempatan. Batik enak disandang dan enak dipandang. Itulah salah satu alasan mengapa batik banyak dipakai di berbagai kalangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007), batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu; atau biasa dikenal dengan kain batik. Di kamus tersebut dijelaskan pula perihal batik cap, yaitu batik yang dibuat dengan alat cap. Batik tulis adalah batik yang dibuat dengan tangan (bukan dengan cap). Kata yang berkaitan dengan batik adalah "membatik"yaitu membuat corak atau gambar (terutama dengan tangan) dengan menerakan malam pada kain, membuat batik, atau menulis dengan cara seperti membuat batik (sangat perlahan-lahan dan berhati-hati sekali) karena takut salah. Selain itu, ada pula kata-kata lainnya yang berkaitan, yaitu "batikan" adalah hasil membatik; "pembatik" adalah orang yang membatik atau orang yang pekerjaannya membuat kain batik; dan "pembatikan" adalah tempat membatik, perusahaan batik, atau bisa juga proses, cara, dan perbuatan membatik. Secara etimologi, kata batik berasaldaribahasaJawa, "amba"yang berarti lebar, luas, kain; dan "titik" yang berarti titik atau matik (kata kerja membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah "batik", yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambartertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga mempunyai pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan membuat titik-titik tertentu pada kain mori. Dalam bahasa Jawa, "batik" ditulis dengan "bathik", mengacu pada huruf Jawa "tha" yang menunjukkan bahwa batikadalah rangkaian dari titik-titikyang membentuk gambaran tertentu. Berdasarkan etimologi tersebut, sebenarnya "batik" tidak dapat diartikan sebagai satu atau dua kata, maupun satu padanan kata tanpa penjelasan lebih lanjut. Batik sangat identik dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses pemalaman, yaitu menggoreskan malam (lilin) yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap. Para sarjana ahli seni rupa, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, hingga saat ini belum mencapai kata sepakat tentang apa sebenarnya arti kata batik. Ada yang mengatakan bahwa sebutan batik berasal dari kata "tik" yang terdapat di dalam kata titik, yang berarti juga tetes. Dan memang, di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan malam di atas kain putih. Ada juga ahli yang mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno. Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan dengan kata tulis atau lukis. Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya. Apa pun pemikiran dan pendapat yang lahir mengenai asal-usul nama batik, sekarang ini batik sudah banyak dikenal luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Di Indonesia, baik perempuan maupun lelaki dari berbagai suku sangat senang memakai batik. Para turis asing atau pun pejabat-pejabat asing yang tinggal di Indonesia juga senang mengenakan batik dan sering membawanya pulang ke negara asal sebagai oleh-oleh. ----Lalu, bagaimana cara membuat batik? Untuk membatik, diperlukan alat yang disebut canting. Canting terbuat dari bambu, berkepala tembaga, serta bercerat atau bermulut. Canting ini berfungsi seperti sebuah pulpen yang dipakai untuk menyendok malam cair yang panas, yang digunakan sebagai bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna. Sekarang ini, selain canting tradisional, sudah ada canting elektrik. Namun sebelum sang pembatik melelehkan malam dikain putih, banyak langkah yang harus dikerjakan pada kain putih tersebut. Persiapannya berupa pencelupan kain dalam minyak tumbuh-tumbuhan serta larutan soda. Gunanya untuk memudahkan malam melekat dan zat warna meresap. Setiap kali kain akan diberi warna lain, bagian-bagian yang tidak boleh terkena zat warna ditutup dengan malam, sehingga makin banyak warna yang dipakai untuk menghias kain batik, semakin lama juga proses pekerjaan menutup tersebut. Pada taraf penghabisan, malam dibuang dengan merebus kain dalam air mendidih. Sesudah itu, kain batik dijemur dan terlihatlah hasilnya berupa batik dengan warna-warna yang indah dan polapola yang telah ditentukan. Pada masa sekarang, telah banyak modifikasi dan pengembangan teknik pembuatan batik mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi tekstil. Namun demikian, masih ada sekelompok tertentu perajin batik yang mempertahankan cara pembuatan batik secara tradisional sebagai salah satu cara mertjaga warisan budaya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa seiring kemajuan zaman, batik telah banyak dibuat dengan cara cap, printing (sablon), kain tekstil bercorak batik, batik dengan desain komputer, dan lain sebagainya. Berbagai macam cara pembuatan batik tersebut telah membuat batik di Indonesia semakin dikenal sangat luas. Batik digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dari kalangan paling bawah hingga masyarakat dengan strata tertinggi. Pada masa lampau, ada jenis-jenis batik tertentu yang hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan dan penguasa, namun sekarang hal itu tidak berlaku lagi. Batik telah menjadi busana adiluhung yang mencerminkan cita rasa Indonesia yang indah dan elegan. Batik di Indonesia memang telah dikenali secara luas, tetapi belum banyak masyarakat yang mengerti dan tahu apa sesungguhnya batik tersebut. Bahkan, perhatian dan konsentrasi untuk melestarikan batik di Indonesia pada umumnya masih sebatas perlakuan normal memakai dan menggunakan batik. Padahal, di dalam batik ada banyak aspek kehidupan yang bisa kita ungkapkan. Baik aspek historis, filosofis, wisata, maupun kebudayaan. Batik telah menjadi salah satu ikon budaya asli Indonesia. Sebelumnya, batik sempat diklaim sebagai warisan budaya dari Malaysia. Pertikaian itu sempat memperkeruh hubungan baik antara dua bangsa serumpun Melayu ini. Namun dengan berbagai bukti, tidaklah dapat dipungkiri bahwa batik merupakan salah satu budaya asli Indonesia. Dan akhirnya badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya (UNESCO) mengukuhkan batik sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009. Sejak itulah, tanggal 2 Oktober diperingati sebagai "Hari Batik" di Indonesia. Batik digunakan secara meluas di segala kalangan. Di lingkungan pegawai pemerintah, setiap hari Jumat pegawai diwajibkan menggunakan seragam kerja berupa batik. Kebiasaan ini banyak diikuti pula oleh perkantoran-perkantoran swasta, sehingga batik semakin eksis dan meluas. Demikian populernya batik, batik di masa kini tidak hanya dipakai sebagai baju atau pakaian saja. Banyak bentuk modifikasi berbagai keperluan rumah tangga yang borasal dari batik. Kita dapat menemukan dengan mudah berbagai bentuk olahan batik, seperti tas, sepatu, sandal, sprei, sarung bantal, taplak meja, kerudung, aksesori, suvenir, lukisan, bahan dasar berbagai kerajinan, dan lain-lain. Batik telah menjadi bagian keseharian masyarakat Indonesia yang sangat berarti. Batik telah menjadi aset kekayaan Nusantara. Keberadaan batik menjadi sangat penting bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Industri batik di Nusantara telah menampung jutaan tenaga kerja, terutama perempuan dengan industri-industri skala rumah tangga yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Belum terhitung pula jumlah mereka yang menjadi pedagang batik, baik skala kecil, menengah, maupun besar. Secara umum di dunia internasional, batikjuga telah menempati hati masyarakat dunia sebagai salah satu warisan budaya asli Indonesia. Apalagi pengusaha batik nasional terusmenerus melakukan terobosan untuk mengembangkan industri batik. Berbagai cara kreatif terus dilakukan agar batik kita dapat menembus pasar internasional. Tentu saja, dengan harapan batik mendapatkan penghargaan dan penghormatan yang layak, sebagai salah satu fashion dunia yang pantas diperhitungkan. Batik memang sangat istimewa. Bentuk kain bercorak itu bukan sekedar kain yang tanpa makna. Di balik setiap motif dan jenisnya, ada berbagai makna filosofis yang memiliki nilai dan sejarah yang panjang. Ada perjalanan sejarah yang dapat kita baca lewat tutu ran corak dan motif batik. Corak dan motif batik tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur yang melekat dari wilayah asal pembuatannya. Dan dapat dipastikan tidak semua orang mengerti adanya sejarah panjang di balik batik. Selain adanya makna filosofis di dalamnya sesuai dengan corak dan motifnya, batik juga memiliki sejarah panjang di Indonesia. Dengan adanya sejarah panjang mengenai batik, sangat tepat jika batik disebut sebagai salah satu tujuan wisata. Pasar Beringharjo Yogyakarta, Pasar Klewer Solo, dan Pasar Grosir Batik Sentono Pekalongan merupakan contoh dari tempat penjualan batik yang dapat menjadi tujuan wisata batik. Di tempat-tempat tersebut, kita tidak hanya dapat berbelanja batik dengan murah, tetapi kita juga dapat menemukan berbagai variasi bentuk dan modifikasi industri batik. Selain itu, kalau kita memiliki banyak waktu, kita juga dapat belajar membatik, mengenal sejarah, dan industri batik secara lebih luas. Demi pelestarian batik ini, sudah ada satu museum nasional batik, yaitu Museum Batik Nasional yang berada di Jalan Jetayu No. 3 Pekalongan. Museum ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 Juli 2006. Banyak orang berkunjung ke sini untuk mendapatkan pengetahuan yang lengkap mengenai batik. Museum Batik Pekalongan ini mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai tempat terbaik untuk pendidikan dan pelatihan batik bersamaan dengan pengakuan UNESCO atas batik sebagai warisan dunia asli dari Indonesia. Jadi, kalau kebetulan berkunjung ke kota Pekalongan untuk berbelanja batik atau berbagai keperluan lainnya, singgahlah ke Museum Batik Nasional untuk mengerti batik secara detail. Batik memang istimewa. Batik adalah milik semua orang. Batikku, batikmu, batik kita, batik dunia! SEJARAH BATIK Di Indonesia, batik memiliki sejarah dan riwayat yang panjang. Di setiap wilayah di Nusantara, batik memiliki perkembangan dan kisah yang menarik. Keberadaan Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan yang besar, makmur, dan mengalami masa kejayaan selama beberapa abad telah membuat tradisi dan kebudayaannya mengakar kuat di wilayah Nusantara, termasuk di antaranya seni batik. A. Perkembangan Umum Sampai saat ini, sebenarnya kapan batik mulai tercipta masihlah menjadi tanda tanya. Namun, motif-motif batik di Indonesia dapat ditemukan pada beberapa artefak budaya, seperti pada candi-candi. Motif dasar lereng dapat ditemukan pada patung emas Syiwa (dibuat abad IX) di Gemuruh, Wonosobo. Dasar motif ceplok ditemukan pada pakaian patung Ganesha di Candi Banon dekat Candi Borobudur (dibuat abad IX). Batik juga ditemukan pada titiktitik dalam motif pada patung Padmipani di Jawa Tengah (menurut perkiraan patung tersebut dibuat awal abad VIII-X). Motif liris ditemukan pada patung Manjusri, Ngemplak, Semongan, Semarang (dibuat abad X). Selanjutnya, batik semakin eksis pada masa Kerajaan Majapahit dengan wilayah dan kekuasaan yang sangat luas. Namun data yang lebih pasti tentang sejarah dan perkembangan batik di Indonesia mulai terekam jelas sejak masa Kerajaan Mataram Islam, yang bersumber dari keraton, seperti motif parang rusak, semen rama, dan lainlain. Pada awalnya, batik digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan agar tampak lebih menarik. Seiring perkembangan interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa asing, maka mulai dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional, khusus digunakan di kalangan ningrat keraton. Dalam beberapa literatur, sejarah pembatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan penemuan area dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (memerintah 1294-1309), memakai kain batik bermotif kawung. Oleh sebab itu, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit secara turun-temurun. Wilayah Kerajaan Majapahit yang sangat luas menyebabkan batik juga dikenal luas di Nusantara. Berikut ini adalah beberapa kota di Indonesia yang memiliki riwayat dan sejarah batik yang cukup panjang dan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan batik di Indonesia. 1) Mojokerto dan Tulungagung Dengan pusat kekuasaan Kerajaan Majapahit berada di Jawa Timur (Trowulan, Mojokerto), tidak mengherankan kalau hampir setiap kota di Jawa Timur mengenal batik. Daerah Jawa Timur, terutama Mojokerto, memiliki gaya pembatikan yang khas karena sangat dekat dengan pusat kekuasaan Majapahit. Perkembangan gaya batik ini hingga sekarang dapat ditelusuri di daerah Mojokerto. Tulungagung memiliki riwayat sejarah khusus tentang keberadaan batik dan Kerajaan Majapahit. Pada waktu itu, daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dikenal dengan nama Bonorowo. Pada saat Kerajaan Majapahit sedang pada masa keemasan di bawah kendali Mahapatih Gadjah Mada, Bonorowo dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak bergabung di bawah Majapahit. Keinginan Gadjah Mada dengan Sumpah Palapa-nya adalah mempersatukan Nusantara di bawah Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, Gadjah Mada pun bertekad untuk menaklukkan Bonorowo atau Tulungagung. Sayangnya, Adipati Kalang tidak mau tunduk kepada Majapahit begitu saja. Akhirnya, Majapahit memutuskan untuk menyerang Bonorowo. Dalam aksi penyerangan yang dilancarkan oleh Majapahit, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran. Dia meninggal di sekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret, berasal dari kata "Kalang" dan "disebret-sebret", yang artinya badan Adipati Kalang yang dicacah-cacah sehingga tidak bisa utuh kembali dan dihanyutkan ke sungai. Sejak saat itulah desa tersebut terkenal dengan nama Desa Kalangbret. Setelah itu, Bonorowo masuk menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. Para tentara Majapahit dan keluarganya dari Kerajaan Majapahit banyak yang menetap di Bonorowo. Mereka membawa kesenian membuat batik tulis. Keterampilan membatik ini kemudian disebarluaskan pada masyarakat asli Bonorowo sehingga menjadi keahlian dan mata pencaharian mereka. Pada perkembangannya, batik bonorowo lebih banyak dipengaruhi oleh corak batik solo dan yogya karena adanya pelarian pengikut Pangeran Diponegoro setelah kalah dalam Perang Diponegoro melawan Belanda. Bahan-bahan batik yang dipakai pada waktu itu adalah kain putih yang ditenun secara tradisional dan pewarna alami dari soga jambal, mengkudu, nila torn (tarum), nila tinggi, dan sebagainya. Obat-obat pembuatan batik dari luar negeri baru dikenal sesudah Perang Dunia I yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil (Pasuruan) dan pengusaha-pengusaha batik mojokerto dapat membelinya di Pasar Porong, Sidoarjo. Di masa lalu, sebelum krisis ekonomi dunia akibat Perang Dunia I, Pasar Porong dikenal sebagai pasar yang ramai. Hasil produksi batik dari Kedungcangkring, Jetis, Sidoarjo, dan sekitarnya banyak diperjual-belikan di Pasar Porong. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik mojokerto ikut lumpuh karena mereka hanya pengusaha kecil. Sesudah krisis, kegiatan pembatikan timbul kembali. Dan ketika Jepang menduduki Indonesia, kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah kemerdekaan dan Mojokerto sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia. Secara umum, batik tulungagung dan rnojokerto hampir sama dengan batikbatik keluaran Yogya, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya cokelat muda atau biru tua. Tempat pembatikan yang dikenal sejak lama di Tulungagung adalah Desa Majan dan Desa Simo. Sedangkan daerah pembatikan di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero, dan Sidomulyo. Desa Majan di Tulungagung juga mempunyai riwayat sebagai tempat pelarian dari para pengikut Pangeran Diponegoro. Ketika terjadi bentrok antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo melarikan diri ke arah timur dan sampai sekarang bernama Desa Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini, Desa Majan berstatus desa perdikan (daerah istimewa) dan kepala desanya seorang kyai yang memimpin secara turun-temurun. Pembuatan batik majan ini merupakan seni membuat batik peninggalan zaman perang Diponegoro. Batik majan dan simo sangat unik karena warna dasarnya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom (tarum). Salah satu sentra batik lainnya adalah Desa Sembung. Para pengusaha batik di daerah ini kebanyakan berasal dari Solo yang datang ke Bonorowo pada akhir abad XIX. Hingga sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatik dari Solo yang menetap di Desa Sembung. 2) Ponorogo Riwayat dan sejarah pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya yang cukup berpengaruh adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Pada waktu itu, ada seorang keturunan dari Kerajaan Majapahityang bernama Raden Katong, adik dari Raden Patah. Raden Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dengan mendirikan pesantren. Dia terkenal sebagai Kyai Hasan Basri dan lebih dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang, dan kesusasteraan. Seorang murid kesusasteraan yang terkenal dari Tegalsari adalah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri kemudian menjadi menantu raja Keraton Solo. Lalu putri Keraton Solo diboyong ke Tegalsari, diikuti oleh para pengiringnya. Dari sanalah batik ponorogo menjadi sangat dipengaruhi oleh batik solo. Di samping itu, banyak pula keluarga Keraton Solo belajar di Pesantren Tegalsari dan semakin menguatkan pengaruh batik solo terhadap batik ponorogo. Peristiwa inilah yang membawa seni batik keluar dari Keraton Solo menuju ke Ponorogo. Saat pemuda-pemudi yang dididik di Pesantren Tegalsari lulus, mereka membaur di tengah masyarakat dan menyumbangkan ilmunya di bidang pemerintahan maupun agama. Mereka juga mengembangkan tradisi membatik sebagai salah satu mata pencaharian. Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang adalah daerah Kauman, yaitu Kepatihan Wetan hingga meluas ke Desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono, dan Ngunut. Saat itu, obat-obat yang dipakai dalam pembatikan adalah obat buatan dalam negeri dari kayu-kayuan, antara lain pohon tom, mengkudu, dan kayu tinggi. Sedangkan bahan kain putihnya juga memakai buatan lokal dari tenunan gendong. Kain putih impor baru dikenal di Ponorogo pada akhir abad XIX. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah Perang Dunia I berakhir. Daerah Ponorogo pada awal abad XX sangat terkenal dengan batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur. Oleh karena itu, banyak pengusaha batik dari Banyumas dan Solo yang memberikan pekerjaan kepada para pengusaha batik di Ponorogo. Sejak masa itulah, batik ponorogo terkenal di seluruh Indonesia dengan batik Cap Mori Biru. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam adalah banyak daerah pusat perbatikan di Jawa merupakan daerah santri. Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan perekonomian Belanda. Dengan adanya industri batik yang dapat dilakukan di dalam rumah, usaha ini jauh dari pengintaian Belanda sehingga memungkinkan ekonomi masyarakat tetap berkembang, walaupun dalam masa peperangan. Kejayaan Kerajaan Majapahit turut membantu menyebarluaskan seni batik. Dan saat kerajaan ini kehilangan pamor dan kedigdayaannya, perkembangan batik di Nusantara tidaklah surut. Di daerah-daerah pedalaman, di luar keraton dan di luar daerah pesisir, batik terus berkembang dan semakin eksis. Perkembangan batik di Nusantara kembali menggeliat dan mendapatkan titik terang pada saat kelahiran Kerajaan Mataram Islam. Pusat kekuasaan kerajaan yang berada di Jawa Tengah telah turut memengaruhi perkembangan batik secara umum. 3) Yogya dan Solo Keberadaan batik di setiap kota tidak dapat dilepaskan dari sejarah kota tersebut. Demikian juga dengan Yogyakarta yang dianggap sebagai cikal bakal batik dengan adanya batik keraton. Batik di kota ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati. Setelah memindahkan pusat kerajaan dari Pajang ke Mataram, Panembahan Senopati sering mengadakan taper brata (bertapa, bersemedi) di sepanjang pesisir selatan, menyusuri Pantai Parangkusuma ke Dlepih Parang Gupita, menyisiri tebing Pegunungan Seribu yang tampak seperti pereng atau tebing berbaris. Tempat pengembaraan itu akhirnya melahirkan ilham pembuatan motif batik lereng atau parang yang merupakan ciri khas batik mataram yang berbeda dengan batik-batik sebelumnya. Batik di keraton memang bukan sekedar lukisan tanpa makna, tetapi sering dikaitkan dengan laku brata dan pengalaman spiritual penciptanya. Hak eksklusif penggunaan batik parang tentu saja menjadi milik raja pembuatnya dan keturunannya. Kalangan di luar keraton dilarang menggunakan batik motif parang tersebut. Larangan tersebut pernah dicanangkan oleh Sri Sultan HB I pada tahun 1785, yang antara lain termasuk kain batik motif parang rusak barong dan beberapa motif parang lainnya. Terakhir, Sri Sultan HB VIII menetapkan revisi larangan tersebut dengan membuat Pranatan Dalem bab Namanipun Pengangge ing Nagari Ngayogyokarta Hadiningrat, yang dimuat dalam Rijksblad van Dyogyakarto No 19 Tahun 1927. Pranoton ini sampai sekarang tidak diperbarui dan menjadi semacam aturan tidak tertulis yang menjadi tradisi di lingkungan keraton. Di masa lalu, batik bukan hanya digunakan untuk melatih keterampilan lukis (menggambar) dan sungging (mewarnai dengan cat), namun merupakan seni yang sarat dengan pendidikan etika dan estetika bagi perempuan. Batik juga sering digunakan untuk menandai adanya peristiwa-peristiwa penting di dalam kehidupan manusia Jawa. Misalnya saja batik dengan corak truntum cocok untuk upacara akad nikah. Sedangkan corak midodareni, grompol, semen rama, naga sari cocok untuk pernikahan. Selain itu, banyak aturan dan larangan yang berkaitan dengan penggunaan batik. Batik dengan corak parang rusak dilarang dipakai saat pernikahan dengan harapan agar terhindar dari rumah tangga yang rusak. Pada saat pernikahan biasanya digunakan kain batik dengan corak sido mukti atau sido luhur dengan harapan agar kehidupan anaknya kelak menjadi orang yang luhur dan terpandang. Dalam perkembangan selanjutnya, batik dijadikan komoditi perdagangan. Daerah pembatikan Yogya pertama kali berada di Desa Plered, Imogiri, Bantul. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga keraton yang dikerjakan oleh perempuan-perempuan pembantu ratu. Dari sini, pembatikan rneluas pada tingkat pertama keluarga keraton lainnya, yaitu istri dari abdi dalem dan tentaratentara kerajaan. Pada upacara resmi kerajaan, keluarga keraton baik lelaki maupun perempuan memakai pakaian dengan kombinasi batik dan lurik (kain tenun yang coraknya berjalur-jalur). Pada masa itu, rakyat terbiasa melakukan kunjungan atau seba pada waktuwaktu tertentu ke keraton. Mereka melihat pakaian bagus yang dikenakan oleh keluarga keraton. Dari sinilah mereka tertarik untuk membuatnya. Batik akhirnya ineluas ke kalangan rakyat dan pembatikan pun keluar dari tembok keraton. Batik solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya, baik batik cap maupun batik tulis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pewarnaan adalah bahanbahan dalam negeri, seperti soga. Motifnya yang terkenal adalah sido mukti dan sido luruh. Akibat dari peperangan pada masa awal Kerajaan Mataram I, baik keluarga raja maupun rakyat mengungsi dan kemudian menetap di daerah-daerah baru. Mereka pada umumnya menetap di Kebumen, Banyumas, Pekalongan, Ponorogo, Tulungagung, dan sebagainya. Meluasnya daerah pembatikan ini ke daerah-daerah tersebut dimulai pada abad XVIII. Keluarga-keluarga keraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan ke seluruh pelosok Pulau Jawa. Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda mendesak sang Pangeran dan keluarganya, serta para pengikutnya meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah timur dan barat Yogyakarta. Di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut Pangeran Diponegoro mengembangkan batik. Ke daerah timur, batik solo dan yogya menyempurnakan corak batik yang telah ada di Tulungagung dan Mojokerto. Selain itu, juga menyebar ke Gresik, Surabaya, dan Madura. Sedang ke arah barat, batik solo dan yogya berkembang di Kebumen, Banyumas, Pekalongan, legal, dan Cirebon. Di masa sekarang, Yogya dan Solo masih tetap menjadi "kiblat" industri batik di Nusantara. Segala macam hal yang berkaitan dengan batik sering diidentikkan dengan batik yogya dan batik solo. Meskipun pada kenyataannya, di luar daerah tersebut terdapat berbagai modifikasi dan pengembangan batik yang tidak kalah pesatnya. 4) Kebumen Di Kebumen, batik dikenal sekitar awal abad XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah agama Islam. Mereka mengembangkan batik di Kebumen. Batik pertama di Kebumen dinamakan tengobang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas atau Solo. Pada permulaan ab4ad XX, batik kebumen mengalami perkembangan yang pesat. Untuk membuat pola batik, digunakan kunyit dengan cap terbuat dari kayu. Motif-motif batik kebumen pada umumnya adalah pohon-pohon dan burung-burung. Bahan-bahan pewarna yang digunakan umumnya dari pohon mengkudu dan pohon nila tom. Pemakaian obat-obatan impor di Kebumen baru dikenal pada tahun 1920. Obat-obatan impor ini diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia. Pengenalan obat-obat impor inilah yang membuat para perajin batik meninggalkan bahan-bahan alami buatan sendiri. Tujuannya demi menghemat waktu dan meningkatkan mutu. Pemakaian cap dari tembaga di Kebumen dikenal pada tahun 1930. Daerah pembatikan di Kebumen antara lain di Watugarut dan Tanurekso. 5) Banyumas Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja, dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro setelah selesainya peperangan tahun 1830. Bahan kain yang dipakai adalah hasil tenunan sederhana dan obat pewarna berasal dari pohon tom dan mengkudu. Pewarna ini memberi warna merah bersemu kuning (jingga). Pembatikan pun meluas pada rakyat Sokaraja, dan pada akhir abad XIX, para pembatik di Banyumas dapat berdagang dan berhubungan langsung dengan para pembatik di daerah Solo dan Ponorogo. Perkembangan batik di Indonesia terus meluas, meskipun terjadi pergantian kekuasaan, peperangan, maupun bencana alam. Setelah Perang Dunia I, industri pembatikan mulai dilirik oleh orang Cina yang semula hanya berdagang bahan-bahan dan alat keperluan batik. Mereka inilah yang dalam masa Perang Dunia I merajai industri pembatikan di Nusantara. 6) Pekalongan Pembatikan juga dikenal di Pekalongan. Dilihat dari proses dan desainnya, batik pekalongan banyak dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad XX, proses pembatikan yang dikenal di Pekalongan adalah batik tulis dengan bahan mori buatan dalam negeri dan sebagian impor. Setelah Perang Dunia I baru dikenal pembuatan batik cap dan pemakaian obat-obat buatan Jerman dan Inggris. Pada awal abad XX, yang pertama kali dikenal di Pekalongan adalah pertenunan yang menghasilkan setagen (sabuk atau ikat pinggang perempuan yang terbuat dari kain, panjangnya antara 3-5 meter berwarna polos, umumnya putih, merah, hitam, hijau, dan lain-lain, yang dikenakan oleh mereka yang berkain) dan benangnya dipintal secara sederhana. Beberapa tahun berikutnya, barulah dikenal cara pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja di sektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan di Pekalongan menjadi lebih pesat dari pertenunan setagen. Akibatnya, buruh-buruh pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik karena upahnya lebih tinggi daripada upah bekerja di pabrik gula. Saat ini, Pekalongan merupakan salah satu sentra industri batik nasional dengan jumlah produksi batik yang sangat besar. Batik-batik pekalongan tidak hanya dibuat untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga diekspor ke Amerika, Eropa, Timur Tengah, dan lain-lain. Di kota ini pula terdapat Museum Batik Nasional yang dapat dijadikan sebagai rujukan tentang sejarah dan perkembangan batik di Nusantara. Museum ini semakin memperkuat keberadaan Kota Pekalongan sebagai salah satu kota batik terbesar di Indonesia. 7) legal Pembatikan dikenal luas di legal pada akhir abad XIX. Pewarna yang dipakai pada waktu itu diambil dari tumbuh-tumbuhan, seperti mengkudu, nila, dan soga kayu. Kain yang digunakan merupakan tenunan sendiri dengan cara sederhana. Pada awalnya, warna batik legal adalah sogan dan dasar abu-abu. Setelah dikenal pewarna nila dari pabrik, warna meningkat menjadi merah dan biru. Pasaran batik tegal waktu itu sudah menjangkau ke luar daerah, antara lain ke Jawa Barat dan dibawa oleh para pengusaha dengan berjalan kaki atau menggunakan andong dan dokar. Mereka inilah yang kemudian mengembangkan batik di Tasikmalaya dan Ciamis, di samping pendatang-pendatang lainnya dari kota-kota batik di Jawa Tengah. Pada awal abad XX, legal sudah mengenal mori dan obat-obat impor. Para pengusaha batik di legal pada umumnya lemah dalam hal permodalan. Akhirnya, mereka mendapatkan bahan baku dari Pekalongan dengan cara kredit dari orangorang Cina. Batik hasil olahan mereka pun dijual kepada orang Cina yang memberikan kredit bahan baku. Konsep perdagangan saling menguntungkan sudah terjadi sejak masa ini, walaupun secara umum dunia dalam keadaan perang. Pada waktu krisis ekonomi melanda dunia akibat perang yang berkepanjangan, industri pembatikan di legal ikut mengalami kelesuan. Ini terjadi karena mahalnya bahan baku dan sedikitnya permintaan terhadap batik. Usaha tersebut baru menghangat dan kembali beroperasi pada tahun 1934 sampai permulaan Perang Dunia II. Waktu pendudukan Jepang di Indonesia, industri ini kembali tidak beroperasi hingga awal kemerdekaan Indonesia, tahun 1945. Baru setelah Indonesia merdeka dan kondisi ekonomi mulai meningkat, industri batik beroperasi kembali. Hingga sekarang, legal masih memiliki banyak industri batik. 8) Purworejo Pembatikan di Purworejo muncul pada awal abad XIX dengan datangnya para pembatik dari Yogya dan Solo. Perkembangan kerajinan batik di Purworejo sangat lambat dan sebagian besar hanya digunakan untuk konsumsi keluarga. Tidak banyak perkembangan batik di wilayah ini, tetapi batik di sini menjadi penting karena coraknya sangat dipengaruhi oleh gaya keraton. Hal ini terjadi karena pembatik di sini sebagian besar adalah orang-orang. keraton yang ikut mengungsi ketika perang terjadi di Yogya dan Solo. Keberadaan batik keraton di Purworejo inilah yang membuat banyak pedagang Cina melakukan pembelian di kota ini. Jadi, secara tidak langsung Purworejo menjadi cukup populer di lingkungan pedagang dan pengusaha batik, terutama bagi mereka yang ingin mendapatkan batik keraton dengan harga yang lebih murah. Dengan keberadaan pesanan dari para pedagang dan pengusaha, para ibu yang semula hanya membuat batik untuk konsumsi keluarga pun membuat lebih banyak batik, meskipun tidak secara terang-terangan memproduksi dalam jumlah banyak seperti industri batik yang terjadi di daerah-daerah lainnya. Dan jumlah pembatik yang sedikit di kota ini pun tidak menyurutkan para pengusaha untuk datang karena motif batiknya berbeda dan sangat kental dengan warna batik keraton. Suatu kekhasan yang tidak banyak ditemukan dari daerah batik lainnya. 9) Tasikmalaya Tasikmalaya merupakan daerah basis pembuatan batik. Di sana banyak pohon tarum yang digunakan untuk pembuatan batik. Sentra pembuatan batik di Tasikmalaya adalah Desa Wurug, Sukapura, Maronjaya, dan Kota Tasikmalaya. Batik di Tasikmalaya sudah dipengaruhi oleh pembuatan pewarnaan dari soga karena datangnya pengusaha-pengusaha batik dari Jawa Tengah, seperti Tegal, Pekalongan, Banyumas, maupun Kudus. Pengusaha-pengusaha batik ini pindah ke Jawa Barat ketika terjadi peperangan di Jawa Tengah, yaitu pada abad XVII. Tidak mengherankan kalau produksi batik tasikmalaya di masa sekarang merupakan batik-batik campuran, baik dalam segi corak maupun warnanya. Batik tasikmalaya merupakan perpaduan antara batik tasikmalaya dengan batik-batik asal Pekalongan, legal, Banyumas, Kudus, maupun Kebumen. 10) Ciamis Batik juga dikenal di daerah Ciamis mulai awal abad XIX setelah berakhirnya Perang Diponegoro tahun 1830. Para pengikut Pangeran Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogya dan menuju selatan. Sebagian ada yang menetap di Banyumas, sebagian yang lain meneruskan perjalanan menuju Ciamis atau Tasikmalaya. Walaupun mereka telah berada di daerah baru, para pengikut Pangeran Diponegoro tetap melanjutkan hidup dengan tata cara yang biasa mereka lakukan di Yogya. Sebagian dari mereka ahli dalam pembatikan dan mengerjakannya sebagai usaha rumah tangga. Lama kelamaan, pekerjaan tersebut berkembang pada penduduk asli karena adanya interaksi dan pergaulan sehari-hari. Membatik telah meluas menjadi pekerjaan keluarga, terutama di kalangan perempuan. Bahan-bahan yang dipakai pada masa itu masih berupa bahan-bahan tradisional. Kain yang digunakan adalah hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari bahan alam, seperti dari pohon mengkudu, pohon torn, dan sebagainya. Motif batik ciamis adalah campuran dari batik dari Jawa Tengah dan pengaruh daerah Ciamis, terutama dalam hal motif dan warna. Di sinilah salah satu keistimewaan batik-batik dari Ciamis. Perpaduan antara kedua tradisi yang sangat berbeda menjadikan batik ciamis memiliki ciri khas. Sampai pada awal abad XX, pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, ari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sekarang ini, batik ciamis tidak banyak seperti di masa lampau. Kenyataan bahwa masyarakat Ciamis lebih menyukai batik-batik dari Yogya, Solo, atau Cirebon tidak menyurutkan atau mematikan keberadaan industri-industri batik skala kecil di kota tersebut. Industri batik tetap memproduksi batik dan memperluas pemasarannya ke luar daerah Ciamis. Kondisi ini semakin mantap karena di kota ini terdapat koperasi batik yang beranggotakan para perajin batik, pedagang, hingga pengusaha batik. Inilah yang menyokong agar industri-industri batik di Ciamis tetap eksis. 11) Cirebon Batik tumbuh sangat subur di daerah Cirebon. Batik cirebon berkaitan erat dengan Kerajaan Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. Batik cirebon muncul di lingkungan keraton dan dibawa keluar oleh abdi dalem yang bertempat tinggal di luar keraton. Batik di Cirebon sudah dikenal sejak abad XIII. Raja-raja dari kerajaankerajaan di Cirebon sangat senang dengan lukisan-lukisan. Sebelum mereka mengenal benang katun, lukisan menggunakan media daun lontar. Sangatlah dapat dimaklumi kalau kemudian batik cirebon tetap eksis hingga saat ini, karena keberadaannya sudah sangat lama dan terpelihara dalam lingkungan keraton maupun masyarakat pendukungnya. Sebagian besar batik cirebon bermotifkan gambar dengan lambang hutan dan margasatwa. Corak-corak seperti merak ngibing sangat disenangi di kalangan masyarakat Cirebon. Sedangkan motif laut dipengaruhi oleh alam pemikiran Cina karena Kesultanan Cirebon di masa lampau pernah menyunting seorang putri dari Cina. Batik cirebon yang bergambar garuda dipengaruhi oleh motif batik dari Yogya dan Solo. 12) Garut Garut adalah salah satu sentra pembuatan batik pesisiran yang sangat maju. Sejak zaman kerajaan-kerajaan lama, di sini telah berkembang tradisi batik. Industri batik di daerah ini sempat terhenti pada masa pendudukan Jepang, 1942-1945. Namun pada tahun 1949, usaha pembatikan pesisiran yang tumbuh pesat di Garut mulai bergerak kembali dan dikerjakan oleh beberapa keluarga perajin. Akhirnya, batik ini berkembang pesat di tahun 1960 sampai sekarang. Batik Garut memiliki berbagai corak dan motif yang diproduksi secara massal untuk kepentingan segala lapisan masyarakat. Kemudian, banyak industri batik rumah tangga di kota ini yang berubah menjadi industri menengah bahkan besar. Industri batik inilah yang turut rnemperkokoh perekonomian masyarakat Garut secara umum. 13) Jakarta Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembang bersamaan dengan perkembangan batik di daerah-daerah lainnya, yaitu pada akhir abad XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar di sekitar Tanah Abang yaitu di daerah Karet, Bendungan Hilir, Udik, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, dan Tebet. Sebelum Perang Dunia I, Jakarta telah menjadi pusat perdagangan antar daerah dengan pelabuhan Pasar Ikan. Setelah Perang Dunia I selesai, proses pembatikan cap mulai dikenal di Jakarta. Produksi batik meningkat dan pedagangpedagang batik mulai mencari daerah pemasaran baru, yang meluas hingga ke luar Pulau Jawa. Hal inilah yang turut mempercepat perkembangan batik di luar Pulau Jawa. Daerah pemasaran tekstil dan batik yang terkenal di Jakarta adalah Tanah Abang, Jatinegara, dan Jakarta Kota. Yang terbesar adalah Pasar Tanah Abang. Hingga sekarang pun, Pasar Tanah Abang masih menjadi pasar grosir tekstil terbesar di Indonesia. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Kebumen, Ponorogo, Tulungagung, Mojokerto, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon, dan daerahdaerah lain di Indonesia bertemu di Pasar Tanah Abang. Dari sini, pedagangpedagang besar mengirimnya ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Tanah Abang dan bahanbahan baku batik diperdagangkan di tempat yang sama, timbullah pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di Jakarta yang berdekatan dengan Tanah Abang. Pengusaha-pengusaha batik yang muncul sesudah Perang Dunia I terdiri dari bangsa Cina. Buruh-buruh batiknya didatangkan dari daerah-daerah pembatikan di Kebumen, Pekalongan, Yogya, Solo, dan lain-lain. Selain dari buruh batik luar Jakarta itu, maka diambil pula tenaga-tenaga setempat sebagai pembantu. Usaha pombatikan kemudian meluas pada penduduk asli di sekitar Tanah Abang. Motif dan proses batik Jakarta sesuai dengan asal para buruh. Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan adalah hasil tenunan tradisional dan obat-obatnya merupakan hasil ramuan sederhana dari pohon mengkudu, kunyit, dan sebagainya. Pengaruh kain dan budaya Betawi juga ikut memperkaya corak dan warna batik-batik khas Jakarta. Para pengusaha Cina pada umumnya memberikan kebebasan penuh kepada para buruh batiknya untuk melakukan kreasi terhadap pola, corak, dan warna batik. Inilah yang membuat batik Jakarta berkembang lebih pesat dan mendorong majunya perdagangan. 14) Padang Permintaan batik yang terus meningkat di luar Pulau Jawa memicu perkembangan industri batik di beberapa kota besar di luar Pulau Jawa, contohnya Kota Padang, Sumatera Barat. Sebelumnya, daerah ini hanya merupakan daerah konsumen batik, terutama batik-batik dari Pekalongan, Solo, dan Yogya. Melihat tingginya permintaan batik, sebagian besar pengusaha asli Padang mulai menggerakkan usaha batik. Pembatikan mulai berkembang di Padang setelah pendudukan Jepang, sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa. Dengan hasil karya sendiri dan penelitian yang saksama terhadap batik-batik yang dibuat di Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan diterapkan pada kayu sebagai alat cap. Obat-obat batik yang dipakai juga hasil buatan sendiri, yaitu dari mengkudu, kunyit, gambir, damar, dan sebagainya. Bahan kain putihnya diambil dari kain putih bekas dan hasil tenun tangan. Setelah Padang dan kota-kota lainnya menjadi daerah pendudukan tahun 1949, banyak pedagang batik membuka perusahaan-perusahaan batik dengan mengimpor bahan dari Singapura melalui pelabuhan Padang dan Pekanbaru. Setelah hubungan dengan Pulau Jawa terbuka kembali, para pedagang ini kembali berdagang dan melupakan usaha batiknya. Hingga saat ini, produksi batik di Padang masih banyak dan cukup maju, meskipun tetap kalah jauh bila dibandingkan dengan produksi batik di kota-kota batik di Jawa. 15) Riau Daerah Riau juga merupakan daerah sentra pembuatan batik. Pengembangan ini berasal dari pedagang-pedagang batik di Padang. Perluasan usaha telah membuat sebagian pedagang batik di Padang melirik kota ini untuk pengembangan batik. Batik riau sangat khas, baik corak maupun warnanya, karena adanya pengaruh Melayu yang sangat kuat. Walaupun proses pembuatannya menggunakan cara yang sama dengan sistem pembatikan, batik riau sering tidak diakui sebagai batik karena coraknya yang sangat berbeda dengan motif batik pada umumnya. Warnanya yang lebih terang karena pengaruh Melayu sering membuat batik dari daerah ini dianggap sebagai bukan batik, tetapi kain yang bermotif batik. Motif batik yang banyak digunakan pada batik riau adalah motif flora (tumbuh-tumbuhan), rangkaian geometris, dan simbol-simbol lokal yang sangat kental warna Melayu. Motif batik di sini sangat khas, sehingga tidak dapat dimasukkan dalam golongan batik keraton maupun batik pesisiran. Sebagian besar banyak yang mengatakan batik riau termasuk dalam batik pedalaman. Batik ini memiliki ciri dan tanda-tanda yang khas, yang sangat berbeda dengan batik keraton dan batik pesisiran. Namun keberadaan batik di Riau ini sangat penting karena telah menunjukkan bagaimana tradisi melukis pada kain juga ada di daerah Melayu dan memadukannya dengan unsur-unsur pembatikan yang sangat eksis di Pulau Jawa. 16) Jambi Batik di Jambi memiliki riwayat yang lebih kurang sama dengan batik di Riau. Pengaruh Melayu sangat kuat, baik dalam motif maupun pewarnaannya. Namun batik di Jambi dipengaruhi pula oleh tradisi Cina, sehingga batik-batik model encim yang merupakan pakaian bangsa Cina banyak ditemukan di daerah ini. Corak khas Jambi yang terang dan merah pun sangat banyak ditemukan di dalam batik ini. Namun, ada juga beberapa corak yang sangat dipengaruhi oleh tradisi Islam. Sebagai daerah yang sudah banyak berinteraksi dengan bangsa asing, J.irnbi mampu menampilkan corak batik yang sangat khas dan tidak ada duanya. Warnawarna emas dan terang (terutama merah) sangat banyak digunakan dalam berbagai keperluan. Ini juga dipengaruhi oleh tradisi Cina yang memiliki kopercayaan bahwa warna merah terang membawa keberuntungan bagi para pemakainya. 17) Lampung Walaupun Lampung cukup dekat dengan Jakarta, corak batik dan perkembangan batik di daerah ini sangat jauh berbeda dengan Jakarta. Batik di sini umumnya sangat dipengaruhi oleh kultur Lampung, didominasi dengan corak geometris dengan warna dasar biru. Perkembangan batik di sini cukup pesat untuk memenuhi kebutuhan di lingkungan Lampung dan sekitarnya. Tradisi penggunaan pakaian adat yang cukup megah dan memberatkan pun sangat memengaruhi perkembangan batik yang dirasa praktis, mudah, dan sangat enak dipakai. 18) Pontianak Pengaruh corak tekstil suku Dayak sangat kuat di daerah ini. Walaupun teknik pembuatannya sama seperti batik, tetapi karena corak dan warnanya lebih mirip kainkain khas Kalimantan, batik dari daerah ini sering tidak dianggap sebagai batik sama halnya dengan batik dari daerah Kalimantan lainnya. Perlu diingat, batik di wilayah Nusantara sudah ada sejak zaman Majapahit. Kalimantan sebagai bagian kekuasaan Majapahit juga mengenal tradisi pembatikan ini, meskipun tidak sepesat dengan yang ada di Pulau Jawa. Keberadaan kota ini sangat penting dalam perkembangan batik di Nusantara karena di kota inilah batik lahir dengan corak dari Jawa yang dipadukan dengan Warna serta corak yang khas dari Kalimantan. 19) Toraja Toraja merupakan salah satu daerah di Sulawesi yang memiliki banyak perkembangan batik. Batik toraja tidak sama dengan batik-batik di Jawa. Pada umumnya, corak batik toraja adalah dasar terang dengan warna putih dengan gambar berwarna biru. Motifnya lebih mirip tradisi zaman lampau, yaitu lukisan dari zaman prasejarah yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dengan bentuk-bentuk yang khas. Di masa kini, batik toraja sering dianggap sebagai kain atau tekstil bercorak batik. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena batik toraja juga menggunakan proses pembuatan batik seperti cara membuat batik pada umumnya. Namun coraknya yang tidak biasa membuatnya sulit untuk digolongkan ke dalam batik. Di masa kini, dengan banyaknya banyaknya batik bercorak Jawa dijual di Sulawesi, batik toraja semakin tidak dikenali. Namun peranan batik toraja di masa lampau telah memperkaya khazanah batik dengan warna dan coraknya yang khas. 20) Makassar Di Makassar, corak batik cenderung dipengaruhi oleh Islam. Penggambaran makhluk-makhluk bernyawa selalu menggunakan simbol-simbol dalam bentuk geometris yang tidak tampak sebagai makhluk bernyawa. Sebagai bentuk kuatnya pengaruh Islam di daerah ini, corak-corak kain batik di sini pun cenderung menggunakan motif flora, bunga-bunga, serta benda-benda secara geometris. Walaupun cukup banyak batik di daerah ini, tetapi sebagian besar hanya dikonsumsi secara terbatas di lingkungan keraton. Masyarakat tidak Uinyak menggunakan batik karena mereka lebih senang menggunakan kain asli daerah Makassar. 21) Bali Bali sangat terkenal dengan pantainya yang indah dan tradisi ritual yang kental. Kondisi ini juga sangat memengaruhi sejarah dan perkembangan batik di Bali. Sebagian besar batik bali berwarna terang dengan motif flora dan binatang. Model dan corak kain batik bali lebih mirip dengan kain-kain pantai di masa klni. Sebagian lagi menggunakan model-model putri Bali yang sedang menari. Oleh karena itu, batik bali sering dianggap bukan batik walaupun proses pembuatannya sama dengan proses pembatikan di Jawa. 22) Flores Kain tenun dari Flores sangatlah terkenal. Pola, motif, corak, hingga warna kain tenun tersebut juga sangat memengaruhi perkembangan batik di daerah ini. Corak-corak dengan warna gelap maupun warna kontras sangat banyak ditemukan di daerah ini, walaupun ada beberapa corak yang mirip dengan batik jawa. Batik flores sangat khas karena tidak hanya mengandalkan warna-warna yang udah terbiasa digunakan di Jawa. Flores memiliki banyak tumbuhan khas yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna yang tidak ada di daerah lain. Keadaan lilah yang menjadikan warna-warna batik flores sangat berbeda dengan warna batik-batik dari Jawa. 23) Ambon Cara pembuatan batik di daerah ini sama seperti proses batik di Jawa. Namun perbedaan yang sangat menonjol di sini adalah corak-corak dan pewarnaannya. warna-warna cerah dan terang sangat dominan pada batik-batik ambon. 24) Abepura (Papua) Di Papua, tidak hanya ada pakaian suku Asmat yang biasa dikenal dengan koteka. Namun di sana juga ada tradisi pembatikan, terutama di Abepura. Kebiasaan ini memang hanya ada di lingkungan ningrat Papua. Jadi, tidak aneh kalau masyarakat luas Papua secara umum tidak mengenal pembatikan. Corak dan warna batik abepura juga sangat dipengaruhi oleh segala sesuatu yang khas Papua. Corak-corak seperti patung Asmat, lingkungan alam, dan warnawarna gelap sangat dominan di dalam batik abepura. Meskipun demikian, banyak juga batik yang corak dan motifnya ditiru dari batik-batik Jawa, tetapi dimodifikasi dan dikembangkan dengan warna lokal Papua. Dengan tidak adanya catatan tertulis yang mencukupi tentang batik, asal mula batik di Indonesia sampai saat ini sebenarnya masih belum jelas karena banyak perbedaan pendapat. Satu hal yang pasti, batik telah dikenal di Indonesia sejak lama dan merupakan tradisi serta warisan budaya turun-temurun yang asli dari Indonesia. Di India Selatan, batik pertama kali dibuat pada tahun 1516, yaitu di Palekat dan Gujarat dalam lukisan malam, yang kemudian disebut dengan kain palekat. Perkembangan batik di India mencapai puncaknya pada abad XVII-XIX, sedangkan batik di Indonesia sudah muncul sejak abad XIII dan mencapai kesempurnaan pada sekitar abad XIV-XV, pada waktu Kerajaan Mataram Islam mulai eksis. Batik di Jepang, disebut ro-kechi, diperkenalkan pada masa Dinasti Nara. Batik juga muncul di Cina pada zaman Dinasti Tang. Selain itu, ada juga batik di Bangkok dan Turkistan Timur. Desain batik dari daerah-daerah tersebut umumnya bermotif geometris. Batik di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar yang kemudian diteruskan oleh kerajaan-kerajaan berikutnya. Pertemuan bangsa Indonesia dengan berbagai bangsa, seperti Cina, Arab, Belanda, Portugis, Spanyol, Inggris, India, Melayu, Jepang, dan lain-lain pada masa lampau telah turut mewarnai perkembangan motif dan tata warna seni batik. Contohnya adalah batik jlamprang yang terinspirasi dari negeri India dan negeri Arab. Ada pula batik encim dan batik klengenan yang dipengaruhi oleh gaya berpakaian orang China. Serta batik pagi sore dan hokokai yang berkembang di masa pendudukan Jepang. Pada awalnya, batik ditulis dan dilukis pada daun lontar. Pada saat itu, pola atau motif batik masih didominasi dengan bentuk tanaman dan binatang yang ada di sekitar lingkungan. Seiring dengan perkembangan zaman, motif-motif tanaman dan binatang tersebut berkembang menjadi motif abstrak, seperti awan, relief candi, wayang, dan lainlain. Jenis dan corak batik tradisional sangatlah banyak dan tiap daerah penghasil batik memiliki corak dan variasi sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing. Jadi, dapatlah dimengerti kalau kemudian corak batik yogya berbeda dengan corak batik cirebon, misalnya. Inilah yang justru menambah kekayaan corak dan motif batik di Nusantara. Sebelum dikenal teknik batik dengan menggunakan malam, telah dikenal cara menahan warna pada kain dengan teknik yang lebih sederhana. Hal ini tampak dalam pembuatan kain simbut di Banten yang menggunakan nasi pulut yang dilumatkan dan dicampur air gula. Bukti ini mendukung bahwa batik di Indonesia memiliki cikal bakal teknik pewarnaan yang asli dan membantah pandangan bahwa batik kita berasal dari India karena pengaruh Hindu. Selain itu, penamaan batik yang berasal dari kata-kata bahasa Jawa sebenarnya telah cukup bisa mematahkan berbagai argumentasi bahwa batik di Indonesia lahir karena pengaruh asing. Batik di Indonesia memperlihatkan bagaimana masyarakat Indonesia dengan arif bijaksana mentransformasi budaya yang dikenalnya ke dalam budayanya masing-masing tanpa meninggalkan jati diri dan warna lokalnya. Di dalam proses transformasi tersebut, tampak adanya kekuatan besar untuk melahirkan budaya-budaya baru yang diterima oleh kedua belah pihak yang saling memengaruhi. Jadi, sangatlah tepat kalau UNESCO-pada tanggal 2 Oktober 2009-menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia asli dari Indonesia. Beberapa alasan yang menyatakan bahwa batik adalah hasil budaya asli Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Teknik dasar batik, yaitu menutup bagian kain tidak berwarna, tidak hanya dikenal di daerah-daerah yang langsung terkena kebudayaan Hindu (Jawa dan Bali), tetapi juga dikenal di Toraja, Flores, dan Papua. 2. Pemberian zat warna dengan atau dari bahan-bahan tumbuhan setempat dikenal di seluruh wilayah Nusantara. 3. Penggunaan malam sebagai penutup dalam pembatikan asli dari Indonesia berasal dari Palembang, Sumbawa, dan Timor. 4. Teknik mencelup dengan cairan merah yang dingin beda dengan teknik pencelupan panas yang dilakukan di India. 5. Pola geometris sudah dikenal di seluruh wilayah Nusantara, jauh sebelum terjadi interaksi antara pedagang Nusantara dengan pedagang dari India. 6. Menurut sejarah, batik di Nusantara sudah dikenal dan berkembang pada masa Kerajaan Majapahit di Jawa pada abad XIII. Padahal perkembangan teknik celup di India baru mulai abad XVII. Pada masa ini (abad XVII), batik nusantara telah menjadi bagian budaya, baik di kalangan kerajaan maupun rakyat Nusantara. Artinya, jauh sebelum abad tersebut, batik telah hidup dan berkembang subur di wilayah Nusantara dengan adanya Kerajaan Majapahit. 7. Penggunaan batik sebagai busana pada saat itu membuat batik mengalami banyak perkembangan bentuk dan pola. Pola yang ada memiliki perbedaan tersendiri antara batik yang berkembang di keraton dan di luar keraton yang disebut juga batik pesisiran. Selain kedua jenis batik ini, ada juga batik-batik lain yang berkembang dengan bentuk dan pola khas yang berbeda dengan batik keraton atau pesisiran, yang disebut batik pedalaman. Untuk memudahkan pemahaman, maka sejarah batik di Nusantara dalam bab ini akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut: 1. Batik keraton (batik kalangan keraton, misalnya Keraton Yogya dan Keraton Solo)yang memiliki ragam khusus, hiasan bersifat simbolis, berlatarkan budaya Hindu, Budha, dan Islam, serta memiliki warna-warna yang cenderung netral atau kalem seperti sogo (merah), indigo (biru), hitam, cokelat, dan putih. 2. Batik pesisiran (batik pekalongan, indramayu, cirebon, garut, lasem, dan madura) yang memiliki ragam hiasan natural dan dipengaruhi oleh berbagai budaya asing karena pesisir (pantai) adalah tempat pertemuan berbagai bangsa (pelabuhan). Warnawarna di dalam batik pesisiran sangat beraneka ragam dan lebih berani tampil mencolok. 3. Batik pedalaman (batik bali, lampung, abepura, dan lain-lain). Batik pedalaman memiliki motif, corak, dan ragam hiasan yang berbeda dengan batik keraton maupun batik pesisiran. Batik-batik ini sangat eksis di daerah masing-masing, tetapi sering dianggap bukan batik, bahkan sering disebut kain bermotif karena corak dan warnanya yang keluar dari pakem (aturan) corak dan warna batik,, meskipun cara dan pembuatannya mengikuti proses pembuatan batik. Namun di luar semua itu, keberadaan batik pedalaman ini telah ikut mewarnai sejarah perkembangan batik di Nusantara. Berikut ini adalah uraian lebih detail tentang sejarah perkembangan batik di Nusantara berdasarkan tiga kelompok besar yang telah disebutkan. B. Batik Keraton Walaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa batik dimulai di negara lain, lalu dibawa dan dikembangkan di Indonesia, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa batik benar-benar asli Indonesia dan berkembang pesat akibat kekuasaan Kerajaan Majapahit dan karena adanya pengaruh berbagai jenis pakaian dan pewarnaan, serta motif corak dan kebudayaan bangsa lain yang datang ke Indonesia. Perdebatan tersebut sangat masuk akal mengingat bahwa teknik pembuatan motif dengan menggunakan malam dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia, diantaranya Jawa, India, Mesir, Jepang, Srilanka, Cina, Turki, Afrika, bahkan di sebagian besar daerah lain di Nusantara. Semua teknik pembuatan motif tersebut menghasilkan kain sejenis batik. Jawa, sebagai salah satu tempat penting dalam teknik pembuatan motif dengan malam, memiliki sejarah perkembangan batik yang luar biasa. Kalau berbicara soal batik di Indonesia, kita pasti tidak dapat memisahkan pembicaraan tersebut dengan batik jawa. Batik jawa memang sangat istimewa, baik dari bentuk, motif, corak, maupun sejarah panjang yang melingkupinya. Semenjak berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Jawa, batik jawa mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain berkembang pesat, batik di Jawa juga mengalami persebaran yang meluas. Perkembangan itu semakin pesat pada awal abad XIX. Kemajuan teknologi telah membuka kelancaran jalinan komunikasi antar daerah, sehingga informasi pun dapat menyebar dengan pesat. Implikasinya pada batik adalah kemudahan dalam memperoleh bahan baku hingga pemasarannya. Inilah yang membuat batik berkembang semakin pesat. Batik jawa (khususnya yogya dan solo) merupakan batik yang sarat dengan makna perlambangan dan simbol-simbol filosofis. Batik keraton sangat erat kaitannya dengan falsafah kebudayaan Jawa dan bersumber pada pemikiran masyarakat Jawa yang sentral atau berpusat di keraton. Dengan demikian, batik jawa sering dianggap sebagai batik keraton yang memiliki kandungan rohaniah, yaitu sebagai media perenungan dan meditasi. Kegiatan membatik bagi kalangan keraton adalah sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Batik di kalangan keraton juga berkaitan dengan tingkat keningratan atau kebangsawanan. Ada corak-corak tertentu yang hanya boleh dipakai oleh raja dan keluarga dekatnyai Biasanya corak-corak seperti ini disebut dengan corak larangan, artinya masyarakat umum yang bukan trah keraton atau golongan bangsawan tidak boleh mengenakannya. Keberadaan batik yogya tentu tidak lepas dari sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam oleh Panembahan Senopati (Hamengkubuwono I). Setelah memindahkan pusat kerajaan dari Pajang ke Mataram, dia sering bertapa di sepanjang pesisir Pulau Jawa, antara lain Parang Kusuma menuju Dlepih Parang Gupito, menelusuri tebing Pegunungan Seribu yang tampak seperti "pereng" atau tebing berbaris. Sebagai Raja Jawa yang tentu saja menguasai seni, keadaan tempat tersebut mengilhaminya menciptakan pola batik lereng atau parang, yang merupakan ciri ageman (pakaian) Mataram yang berbeda dengan pola batik sebelumnya. Oleh karena penciptanya adalah raja pendiri kerajaan Mataram, maka oleh keturunannya, pola-pola parang tersebut hanya boleh dikenakan oleh raja dan keturunannya di lingkungan keraton. Motif larangan tersebut dicanangkan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1785. Corak larangan biasanya digunakan di lingkungan keraton sebagai busana kebesaran keluarga keraton, untuk keperluan upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. Batik tersebut digunakan sebagai kain panjang, sarung dodot, selendang, ikat kepala, maupun kemben. Semenjak perjanjian Giyanti tahun 1755 yang melahirkan Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, segala macam tata adibusana, termasuk di dalamnya adalah batik, diserahkan sepenuhnya oleh Keraton Surakarta kepada Keraton Yogyakarta. Hal inilah yang kemudian menjadikan Keraton Yogyakarta sebagai kiblat perkembangan budaya, termasuk pula khazanah batik. Kalaupun batik di Keraton Surakarta memiliki beragam inovasi, sebenarnya motif pakemnya lotap bersumber pada motif batik keraton Yogyakarta. Batik tradisional di lingkungan Kasultanan Yogyakarta mempunyai ciri khas dalam tampilan warna dasar putih yang sangat bersih. Pola geometri Kasultanan Yogyakarta sangat khas, besar-besar, dan sebagian di antaranya diperkaya dengan parang dan nitik. Sementara itu, batik di Pura Pakualaman merupakan perpaduan antara pola hcitik kasultanan Yogyakarta dan warna batik keraton Surakarta. Perpaduan ini dimulai sojak adanya hubungan keluarga yang erat antara Pura Pakualaman dengan Keraton Surakarta ketika Sri Paku Alam VII mempersunting putri Sri Susuhunan Pakubuwono X. Putri Keraton Surakarta inilah yang memberi warna dan nuansa Surakarta pada batik pakualaman, hingga akhirnya terjadi perpaduan keduanya. Dua pola pola yang terkenal dari Pura Pakulaman adalah pola candi baruna yang terkenal sejak sebelum tahun 1920 dan peksi manyuro yang merupakan ciptaan RM Notoadisuryo. Sedangkan pola batik kasultanan Yogyakarta yang terkenal antara lain ceplok blah kedaton, kawung, tambal nitik, parang barang bintang leider, dan lain-lain. Batik keraton atau yang disebut juga batik klasik ini sarat akan nilai-nilai filosofi akibat adanya pengaruh pemikiran religi dan sopan santun yang mencerminkan budaya keraton. Batik keraton merupakan batik dengan motif tradisional, terutama yang semula tumbuh dan berkembang di keraton-keraton Jawa. Tata susunan ragam hias dan pewarnaan batik keraton merupakan paduan mengagumkan antara karya seni, adat, pandangan hidup, dan kepribadian lingkungan yang melahirkannya, yaitu lingkungan keraton. Sebagian besar motif batik keraton mencerminkan pengaruh Hindu-Jawa yang pada zaman Pajajaran dan Majapahit berpengaruh sangat besar dalam seluruh tata kehidupan dan kepercayaan masyarakat Jawa. Kemudian, datangnya Islam di Pulau Jawa turut menampakkannuansa Islam dalam bentukhiasanyang berkaitan dengan manusia dan satwa di dalam motif batik. Pengaruh Hindu-Jawa tercermin jelas pada batik-batik keraton yang bermotif semen. Burung garuda dan pohon hayat mencerminkan unsur mitologi Hindu-Jawa. Sementara hiasan pengisi berupa ragam toru (tumbuh-tumbuhan) merupakan unsur asli Jawa. 1) Perkembangan Batik Keraton Pada awalnya, pembuatan batik keraton secara keseluruhan, yaitu sejak penciptaan dan pembuatan ragam hias hingga pencelupan akhir, dikerjakan di dalam keraton dan dibuat khusus untuk keluarga raja. Motif-motif dan pembatikannya dikerjakan para putri keraton, sedangkan pekerjaan lanjutan dilaksanakan oleh para abdi dalem. Dengan demikian, jumlah batikyang dihasilkan pun terbatas. Seiring dengan kebutuhan batik di lingkungan keluarga kerabat keraton yang semakin meningkat, pembuatan batik tidak mungkin lagi hanya bergantung pada para putri dan abdi dalem keraton. Keadaan ini menyebabkan munculnya kcgiatan pembatikan di luar keraton. Pembatikan di luar keraton mula-mula hanya dalam bentuk kegiatan rumah tangga yang dikelola oleh para kerabat dan abdi dalem yang tinggal di luar keraton. Ketika kebutuhan batik meningkat pesat, usaha para kerabat dan abdi dalem berkembang menjadi industri yang dikelola oleh para saudagar. Mereka mempekerjakan para pembatik terampil dan mengawasi seluruh proses pombatikan. Kehadiran saudagar pada batik di luar tembok keraton, yang semula hanya untuk memenuhi kebutuhan lingkungan keraton, mendorong masyarakat di luar tembok keraton yang semula memakai kain tenun untuk ikut mengenakan kain batik. Gayung pun bersambut.. Para saudagar batik menangkap kesempatan dongan membuat batik yang diperuntukkan bagi masyarakat luas. Sejak inilah batik keluar dari keraton dan dapat digunakan oleh masyarakat luas, meskipun Masih dengan aturan-aturan yang ketat, yaitu adanya motif-motif larangan untuk rakyat. 2) Batik Keraton Larangan Perluasan pemakaian dan produksi batik di luar keraton menyebabkan pihak Keraton Surakarta dan Yogyakarta membuat ketentuan mengenai pemakaian motif batik. Ketentuan tersebutdiantaranya mengatursejumlah motif yang hanya boleh dikenakan oleh raja dan keluarga keraton. Motif tersebut kemudian dikenal dengan motif larangan. Motif larangan hanya terdapat di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, meskipun jenis masing-masing motif larangan tidak sama persis. Pemberlakuan motif larangan di Keraton Yogyakarta lebih terperinci dibanding yang berlaku di Keraton Surakarta. Pola batik yang termasuk larangan di Keraton Yogyakarta antara lain motif parang besar, terutama motif parang rusak barong, semen ageng, dan sawat gurdha. Semua motif parang, terutama parang rusak, cemukiran, udan liris, dan berbagai motif semen yang menggunakan sawat ageng merupakan motif larangan Keraton Surakarta. Di luar aturan baku mengenai motif larangan di atas, motif sembagen huk juga dianggap sebagai motif larangan. Anggapan ini kemungkinan besar muncul karena rasa hormat kepada Sultan Agung Hanyakrakusuma, yaitu tokoh pencipta motif tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, pihak keraton melonggarkan kebijakan mengenai motif larangan. Peraturan motif larangan sekarang hanya berlaku di dalam keraton, terutama bila ada upacara-upacara adat atau upacara kebesaran. Motif larangan sekarang menjadi motif batik yang dapat digunakan masyarakat umum. 3) Daerah Perkembangan Batik Keraton Batik keraton sudah berkembang pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma di Mataram awal pada abad XVII. Pada masa itu, Sultan Agung Hanyakrakusuma menciptakan motif yang sebagian besar kemudian dikenal sebagai motif larangan. Politik pecah belah Belanda atas Mataram melahirkan Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta melalui perjanjian Giyanti tahun 1755. Berbagai motif yang semula bersumber dari zaman Sultan Agung tersebut masing-masing berkembang secara terpisah di kedua keraton sehingga menampilkan batik dengan karya keindahan dan gaya yang berbeda. a) Keraton Surakarta Hadiningrat Batik keraton Surakarta penuh dengan isen halus. Warna batik surakarta lembut, dari biru sampai kehitaman, krem, dan cokelat kemerahan. Motif batik surakarta yang terkenal antara lain parang barong, parang curiga, parang sarpa, ceplok burba, ceplok lung kestlop, candi luhur, srikaton, dan bondhet. b) Pura Mangkunegaran Motif Pura Mangkunegaran bergaya serupa dengan batik keraton Surakarta, tetapi dengan warna soga cokelat kekuningan. Meski demikian, batik dari Pura Mangkunegaran selangkah lebih maju dalam penciptaan motif. Hal ini tampak dari motif batik yang beragam, antara lain buketan pakis, sapanti nata, oleole, wahyu tumurun, parang kesit barong, parang sondher, parang klithik glebag seruni, dan liris cemeng. c) Keraton Yogyakarta Batik keraton Surakarta dan Yogyakarta berasal dari satu sumber, yaitu Kerajaan Mataram. Oleh karena itu, motif-motifnya memiliki banyak persamaan, meskipun pada di kemudian hari terdapat beberapa perbedaan. Batik yogyakarta mempunyai ciri khas, yaitu banyak bidang putih bersih dan motif geometrisnya dibuat besar-besar, jauh lebih besar dibandingkan dengan motif geometris di Surakarta. Beberapa contoh motif batik keraton Yogyakarta yang terkenal antara lain ceplok belah kedaton, kawung, tambal nitik, ceplok noga raja, parang kesit tumarutum. d) Pura Pakualaman Pada awalnya, wilayah Pakualaman merupakan bagian dari Kasultanan Yogyakarta. Pada tahun 1813, Kasultanan dibagi menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan Kadipaten Pakualaman sebagai akibat persengketaan antara Kasultanan Yogyakarta dengan Letnan Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford Raffles. Oleh karena itu, unsur budaya dan motif batiknya memiliki banyak persamaan. Gaya motif Pura Pakualaman berubah sejak Sri Paku Alam VII mempersunting putri Sri Susuhunan Paku Buwono X. Motif batik pakualaman kemudian tampil dalam paduan antara motif batik yogyakarta dan warna batik keraton Surakarta. Motif batik pakualaman diantaranya canti baruna, peksi manyura, parang barong seling sisik, parang klitik seling ceplok, parang rusak seling huk, sawat manak, dan babon angrem. e) Keraton Cirebon Cirebon di bawah pemerintahan Sunan Gunung Jati merupakan pusat kerajaan Islam tertua di Jawa dan sekaligus merupakan pelabuhan penting dalam jal.ur perdagangan dari Persia, India, Arab, Eropa, dan Cina. Kedua keratonnya, yaitu Kasepuhan dan Kanoman, menghasilkan batik dengan motif dan gaya yang tidak terdapat di daerah lain. Motif batik cirebon menunjukkan adanya pengaruh budaya Cina. Hal ini tampak pada bentuk hiasan yang mendatar, seperti lukisan ragam hias khas mega dan walasan dalam mega mendung dan walasan. Beberapa contoh batik lainnya adalah batik hereto kasepuhan, kopal kandas, peksi naga liman, dan cento ponji. f) Keraton Sumenep Sumenep terletak di timur Pulau Madura yang masih memiliki keraton dan terpelihara hingga sekarang. Berbeda dengan batik madura, batik sumenep berwarna kecokelatan soga, hampir menyerupai batik dari Keraton Mataram. Meski demikian, terdapat juga batik biru tua, hitam, dan putih, dengan tambahan sedikit rona hijau dan merah. Ragam bias sawat dan lar diperkirakan merupakan pengaruh Mataram ketika Mataram menguasai Sumenep, walau kini ragam hias tersebut telah mengalami banyak modifikasi. Beberapa contoh batik sumenep adalah lar, sekar jagad, lereng, limar buket, dan corceno lobang. C. Batik Pesisiran Batik pesisiran adalah batik yang tumbuh subur di luar batik keraton. Pada mulanya, batik pesisiran digunakan untuk kain panjang yang akan digunakan sebagai kebaya dan sebagian besar untuk menggendong barang, menggendong anak, maupun untuk bahan selimut. Fungsi ini tentu sangat berbeda dengan batik keraton yang tujuan awalnya untuk kepentingan busana secara terbatas di lingkungan keraton. Istilah "pesisir" muncul karena letaknya berada di daerah pesisiran utara pulau Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Lasem, dan lain sebagainya. Batik pesisiran ini lebih kaya corak, simbol, maupun warna. Selain itu, batik jenis ini lebih moderat karena lebih banyak dipengaruhi oleh corak-corak asing. Pelabuhan dan pesisir sebagai tempat pertemuan berbagai bangsa dalam perdagangan telah memunculkan berbagai perkembangan corak batik yang luar biasa. Ragam hias pada batik ini biasanya natural yang merupakan gambaran tentang kehidupan alam nyata, sebagai pengungkapan dari ciri-ciri bentuk alam dan peristiwa sehari-hari. Warna dalam batik pesisiran juga sangat kaya ragam. Biasanya menggunakan latar warna gading (jingga atau warna mangga yang hampir masak), biru tua, hijau tua, cokelat tanah, hingga ungu. Sedangkan ragam hiasnya sangat dipengaruhi oleh unsurunsuryang menjadi ciri khas daerah yang bersangkutan, seperti letak geografis, keadaan alam, falsafah penduduk, sifat masyarakat, pola penghidupan, dan kepercayaan masyarakat. Usaha batik pesisiran ini secara komersial telah tumbuh pesat sejak masa Kolonial Belanda. Namun usaha ini pernah berhenti pada masa pendudukan Jepang, yaitu sekitar tahun 1942-1945 dan mulai bangkit kembali setelah Indonesia merdeka, sekitar tahun 1946. Perjalanan sejaran batik pesisiran dapat digambarkan seperti berikut. Pada lahun 1656, utusan VOC Belanda datang ke ibukota Mataram. Pada saat itu, kegiatan kerajinan masyarakat sudah sangat maju, seperti tenun, bordir, menjahit, membatik, dan lain-lain. Menurut laporan Van der Kamp, pada tahun 1915 dibentuk komisi untuk industrialisasi. Namun komisi ini ditujukan untuk menggarap bahan mentah menjadi bahan jadi untuk kepentingan pemerintah penjajahan Belanda. Kemudian pada tahun 1918, bagian Kerajinan dibentuk di bawah Departemen Pertanian, dan kerajinan yang mendapatkan perhatian pemerintah Hindia Belanda adalah pertenunan, keramik, bata merah, dan perkulitan. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1949, usaha pembatikan pesisiran yang tumbuh pesat di Garut mulai bergerak kembali dan dikerjakan oleh beberapa keluarga perajin. Akhirnya, batik ini berkembang pesat hingga di tahun 1960. Hingga sekarang, batik pesisiran yang ada di Garut menjadi salah satu sentra industri batik pesisiran yang memiliki berbagai corak dan motif yang diproduksi secara massal untuk kepentingan segaia lapisan masyarakat. Contoh motif batik pesisiran antara lain motif lereng arben, lereng calung, cupat manggu, gambir saketi, kurung ayam, patah tebu, dan lain-lain. Selain Garut, Indramayu juga memegang peranan penting dalam perkembangan batik pesisiran. Batik indramayu termasuk ke dalanr jenis batik pesisiran jika dilihat dari jenis motif yang ada. Mayoritas motif batik yang digunakan pada batik indramayu menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut. Motif-motif batik di Indramayu mendapat pengaruh besar dari gambar atau kaligrafi Arab. Corak-corak asli dari Cina, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, juga turut memengaruhi motif-motif batik indramayu. Ciri yang menonjol dari batik indramayu adalah ragam flora dan fauna yang digambarkan secara datar, dengan banyak lengkung dan garis yang meruncing (riritan). Selain itu, batik indramayu juga menggunakan latar putin dan warna gelap dengan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen atau sawut yang pendek dan kaku. Motif etong misalnya, menggambarkan berbagai satwa laut yang biasa dibawa pulang oleh kalangan nelayan seusai melaut, seperti ikan, udang, cumi-cumi, ubur-ubur, dan kepiting. Motif kapal kandas menyiratkan kapal nelayan yang sedang berada di batubatu karang sehingga terancam kandas. Motif ganggeng, sesuai namanya, menggambarkan berbagai ganggang lautyang terdapat di Pantai Utara Jawa. Sedangkan motif kembang gunda merupakan tumbuhan yang hidup di pesisir pantai dan bisa dijadikan lauk. Selain menggambarkan kegiatan di pesisir, motif batik khas Indramayu juga menggambarkan kegiatan sehari-hari. Contohnya adalah motif swastika, merak ngibing, kereta kencana, dan jati rombeng. Motif swastika diilhami oleh masa penjajahan Jepang. Swastika, menu rut para perajin batik di Indramayu, menggambarkan kekerasan dan penjajahan yang terjadi selama masa pendudukan Jepang. Motif merak ngibing diilhami oleh keindahan burung merak. Sedangkan motif hereto kencana merupakan penggambaran Raja Wilarodra yang sedang mengendarai kuda mengelilingi kerajaannya. Batik pesisiran berkembang pesat di daerah-daerah pesisir yang merupakan tempat pertemuan banyak pedagang, terutama di daerah-daerah pelabuhan besar. Di sini, segala macam kebudayaan berinteraksi, saling memengaruhi, dan saling memperkaya satu dengan lainnya. Keragaman itulah yang juga memperkaya ragam hias batik di Nusantara. D. Batik Pedalaman Penyebutan batik pedalaman tidak dimaksudkan untuk mengucilkan batik ini dari batik keraton maupun batik pesisiran. Penyebutan ini mengacu pada batik-batik dengan ciri-ciri khusus yang tidak ditemukan pada batik keraton maupun batik pesisiran. Oleh karena itu, batik-batik tersebut tidak dapat dimasukkan pada golongan batik keraton maupun batik pesisiran. Ciri khasnya sangat berbeda dengan kedua golongan batik tersebut. Batik-batik ini terutama berkembang di luar Jawa dengan mengutamakan unsurunsur lokal yang kental. Ciri unik ini dipengaruhi oleh unsur-unsur daerah yang berbeda dengan ciri-ciri umum di Jawa maupun pesisiran. Artinya, batik di Nusantara tidak hanya ditemukan di lingkungan masyarakat Jawa. Batik dapat dijumpai dan ditemukan hampir di setiap daerah di Nusantara. Masingmasing daerah memiliki cara penggarapan seni kain seperti yang dilakukan pada proses pembatikan. Tentu saja, mereka menggunakan unsur-unsur yang ada di daerah asal mereka untuk mewarnai corak dan ciri khas kain yang dibuatnya. Lihat saja misalnya pada batik bali, batik Sulawesi, batik kalimantan, batik abepura, batik bengkulu, dan lainlain. Warna dan coraknya sangat khas. Teknik pembatikan untuk batik di Indonesia sangat beragam dan berkembang sejak zaman Kerajaan Majapahit. Haruslah diingat bahwa di masa lampau, Kerajaan Majapahit pada masa kejayaannya memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas. Tidak hanya meliputi wilayah Nusantara, tetapi beberapa negara tetangga, seperti Tumasik (Singapura), Malaysia, Laos, Brunei, Papua Nugini, dan beberapa daerah lainnya. Dengan kemajuan seni budaya Majapahit pada masa itu, tidaklah mengherankan kalau semua wilayah kekuasaannya juga terpengaruh oleh seni dan budaya Majapahit, termasuk dalam pembuatan batik. Masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri, baik corak maupun warnanya, yang berbeda dengan batik keraton maupun batik pesisiran. Secara umum, teknik pembuatan batiknya tetap sama. Namun pewarnaan, motif, dan pernak-pernik pembuatannya biasanya berbeda, disesuaikan dengan kondisi dan tradisi di lingkungan pembuatannya. Perbedaan yang paling mencolok dari masingmasing daerah adalah motifnya yang disesuaikan dengan topografi dan kekayaan alam masing-masing. Pembaharuan selalu dilakukan untuk pengembangan seni perbatikan. Pengaruh dari unsur budaya asing yang datang juga muncul di dalam batik-batik tersebut tanpa menghilangkan jejak keasliannya. Kekhasan karakter batik tersebut menjadikan batik mengalami kategorisasi ketat dalam aspek estetik dan teknisnya. Bentuk-bentuk corak dan pencorakan yang bukan mencerminkan gaya pencorakan tradisional khas batik sering kali sulrt mendapatkan pengakuan sebagai batik. Bahkan sering disebut "bukan batik" meskipun segala proses pembuatannya sama persis dengan batik. Daerah-daerah yang tidak memiliki sejarah batik, walaupun memiliki tekad dan niat sungguh-sungguh untuk membuat batik, tidak mudah mendapat pengakuan akan produk batiknya selain dari masyarakat pembuat batik di daerah tersebut. Penggunaan nama daerah di belakang batik, seperti batik jambi, batik papua, batik betawi, dan lainlain mengikuti cara penamaan batik di Jawa, seperti batik solo dan batik pekalongan, tetap tidak menyebabkan batik-batik dengan ciri khusus ini diakui sebagai anggota lingkaran dalam keluarga besar batik jawa. Meskipun demikian, batik-batik daerah yang tersebar di seluruh Nusantara ini secara otomatis tetap masuk di dalam lingkaran keluarga besar batik. Batik-batik tersebut telah memperkaya batik di Nusantara, yang tidak dapat ditandingi dalam hal corak dan ciri khasnya oleh batik-batik dari negara lain. Kondisi di atas akan tampak jelas bila kita datang ke suatu pameran batik. Batikbatik dari luar daerah lingkaran keluarga batik jawa (batik yogya, solo, pekalongan), biasanya termarginalkan dan kurang mendapatkan perhatian. Walaupun sebenarnya kainkain tersebut juga merupakan seni batik yang menggunakan teknik batik sama seperti yang digunakan untuk pembuatan batik di Jawa. Uniknya, walaupun tidak menggunakan teknik batik (printing, cap, tenun, dan lain-lain), kalau motifnya batik, maka kain tersebut tetap disebut sebagai "batik". Pandangan seperti inilah yang membuat perkembangan dan sejarah batik dari luar Jawa sering kali tidak diperhatikan. Meskipun demikian, batik-batik pedalaman ini tetap eksis, tumbuh, dan berkembang secara perlahan. Batik pedalaman akan semakin eksis jikalau generasi muda turut mengembangkan dan melestarikannya. Dengan demikian, corak khas kedaerahan dapat ditonjolkan. Inilah yang menjadikan batik-batik pedalaman dari masing-masing daerah memiliki ciri khas yang berbeda dengan batik-batik dari daerah Indonesia lainnya. Di masa lalu, produksi batik di setiap wilayah berulang kali menjawab tantangan melalui kreativitas. Kreativitas itulah yang berhasil menjadikan informasi eksternal sebagai energi untuk membuat corak dan pencorakan baru, bahkan medium baru. Pencorakan kreatif yang menerobos ke masa kini, menciptakan pencorakan yang baru berdasarkan sikap terbuka terhadap perubahan dan informasi yang tersedia. Kreasi batik di masa lalu telah membuatnya eksis hingga masa kini, maka dengan kreativitas pula batik mulai mendunia. Para pengusaha batik tidak henti-hentinya mengembangkan kreativitas terhadap batik agar eksistensi batik dan usahanya terus meningkat. Semangat mengikuti perubahan dan perbaikan itulah yang membuat usaha dan industri batik di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Motif dan corak yang diciptakan pun semakin banyak dan beraneka ragam. Setiap tahun, semakin banyak motif dan corak batik kita yang dipatenkan agar tidak dicuri atau diklaim oleh negara lain. Untuk inilah, generasi muda harus mengenali batik. Kecintaan terhadap batik yang telah menjadi sangat besar tidak boleh berhenti pada euforia belaka. Kecintaan itu harus diwujudkan dalam berbagai kegiatan nyata untuk melestarikannya. mulai dari memakai, mengembangkan, memasarkan, menyebarluaskan, menciptakan tren baru sehingga lebih mudah diterima publik, dan lain-lain. Demikianlah gambaran singkat mengenai sejarah perkembangan batik di Nusantara. Batik telah ada di seluruh Indonesia, tidak hanya di Jawa dan terbatas pada Yogya, Solo, dan Pekalongan saja. Namun, kita tidak dapat memungkiri bahwa ketiga kota di Jawa tersebut merupakan basis industri batik nasional yang hingga saat ini tetap dijadikan sebagai rujukan dan referensi utama dalam urusan batik, baik untuk pembuatan, motif corak, hingga perkembangannya. Satu hal yang penting untuk kita cermati, seperti apa puncara pembuatannya, bentuk, corak dan motif, bahkan medianya, pada kenyataannya batik adalah milik Indonesia. Batik merupakan salah satu ikon kekayaan warisan budaya yang sangat berharga. Kita wajib melestarikan budaya batik demi kebanggaan dan kejayaan bangsa di masa-masa mendatang. Keanekaragaman batik yang ada di Nusantara adalah suatu anugerah yang harus kita kembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan banyaknya jenis batik, ada banyak peluang dan kesempatan yang bisa dimunculkan untuk mencari pangsa pasar baru, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Banyaknya permintaan batik karena luasnya daerah pemasaran akan semakin mendorong majunya industri pembatikan di Indonesia. Kalau sudah demikian, secara tidak langsung batik akan mengangkat harkat, martabat, dan kesejahteraan para pelaku industri batik secara umum. RAGAM HIAS BATIK Batik di Indonesia memiliki keragaman jenis, pola, motif, dan corak sesuai dengan unsur-unsur daerah yang membentuknya. Batik bukan saja merupakan identitas visual artistik dari keragamannya, tetapi juga merupakan identitas dan karakter budaya yang membentuknya. Ragam hias batik sangat dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing yang bersentuhan dengan budaya lokal. Pada mulanya, batik memiliki ragam hias yang terbatas, baik corak maupun warnanya dan hanya boleh digunakan oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisiran telah mampu menyerap berbagai pengaruh luar, seperti dari para pedagang asing dan dari para penjajah. Bangsa Eropa turut menaruh minat pada batik sehingga memengaruhi corak batik pada masa itu. Ini terlihat dengan adanya corak bunga yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung dan kereta kuda), termasuk warna-warna kesukaan mereka, seperti warna biru. Meskipun demikian, batik tradisional tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat. A. Komponen Batik Batik memiliki dua komponen utama, yaitu warna dan garis. Kedua komponen inilah yang membentuk batik menjadi tampilan kain yang indah dan menawan. Tanpa perpaduan warna dan garis yang serasi dan selaras, tidak mungkin ada hiasan-hiasan maupun corak dan motif yang sesuai. Perpaduan tersebut sangat bergantung pada pengolahan dan kreativitas sang pembatik. 1) Warna Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan dari panjang gelombang cahaya tersebut. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.Sebagai contoh, warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya, yaitu merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 100% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan (biru) dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah. Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Masyarakat penganut warna memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda-beda terhadap warna. Ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, pandangan hidup, status sosial, dan lain-lain. Pemikiran terhadap warna sering pula dipengaruhi oleh kondisi emosional dan psikis seseorang. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan. Meskipun secara teoretis sebenarnya putih bukanlah warna, tetapi netral. Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen. Secara psikologis, orang bisa memberikan pemikiran yang berbeda terhadap warna. Orang yang sedang jatuh cinta sering disimbolkan dengan warna pink atau merah muda. Namun kenyataannya, setiap warna dapat menjadi warna cinta bagi orang yang sedang jatuh cinta. Warna-warna yang ada di alam sangat beragam dan pengelompokannya adalah sebagai berikut: a. Warna netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi yang tepat sama. b. Warna kontras, adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari warna yang berseberangan (memotong titik tengah segitiga), terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan mengolah nilai atau pun kemurnian warna. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu, dan biru dengan jingga. Warna kontras biasanya digunakan untuk memberikan efek yang lebih "tampak" dan "mencolok" perhatian. c. Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol dari keadaan riang, semangat, marah, dan sebagainya. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. d. Warna dingin, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol dari kelembutan, kesejukan, kenyamanan, dan sebagainya. Warna sejuk mengesankan jarak yang jauh. Kondisi ini juga mencerminkan keselarasan yang ingin ditunjukkan melalui warna. Warna dapat diperoleh dengan bermacam cara. Zat pewarna dapat dibedakan menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil, terbagi menjadi dua, yaitu: a. Zat pewarna alam, diperoleh dari alam, yaitu berasal dari hewan (lac dyes) atau pun tumbuhan dapat berasal dari akar, batang, daun, buah, kulit, dan bunga. Zat ini biasanya dibuat secara sederhana dan umumnya memiliki warna yang sangat khas. b. Zat pewarna sintetis, adalah zat warna buatan (zat warna kimia). Oleh karena banyaknya zat warna sintetis, maka untuk pewarnaan batik harus dipilih zat warna yang memenuhi syarat berikut ini: 1) Pemakaiannya dalam keadaan dingin, atau jika memerlukan suhu panas, prosesnya tidak sampai melelehkan malam. 2) Obat bantunya tidak merusak malam dan tidak menyebabkan kesulitan pada proses selanjutnya. 3) Zat pewarna tersebut tidak menimbulkan iritasi bagi pembatik dan pengguna batik. Sebagian besar warna tekstil untuk batik dapat diperoleh dari produk tumbuhan. Di dalam tumbuhan terdapat pigmen penimbul warna yang berbeda, tergantung menurut struktur kimianya. Para perajin batik telah mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil sejak dahulu kala. Beberapa tumbuhan yang dijadikan sebagai bahan pewarna adalah daun pohon nila (Indofera), kulit pohon soga tinggi (Ceriops andolleana Arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis). kunyit (Curcuma), teh (Camellia sinensis), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelono), dan daun jambu biji (Psidium guajava). Namun tidak semua bagian tumbuhan dapat digunakan sebagai zat pewarna. Pada umumnya, golongan pigmen tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, flavonoid, dan kuinon. Pewarna nabati yang digunakan untuk mewarnai tekstil dapat dikelompokkan menjadi empat tipe menurut sifatnya, yaitu sebagai berikut: a. Pewarna langsung dari ikatan hidrogen dengan kelompok hidroksil dari serat; pewarna ini mudah luntur. Contoh: kunyit (Curcuma). b. Pewarna asam dan basa yang masing-masing berkombinasi dengan kelompok asam basa pada kain wol dan sutra sehingga warna asam dan basa dapat melekat dengan baik pada wol dan sutra; sedangkan katun tidak dapat kekal warnanya jika diwarnai. Contoh: pigmen-pigmen flavonoid. c. Pewarna lemak yang ditimbulkan kembali pada serat melalui proses redoks, pewarna ini sering memperlihatkan kekekalan yang istimewa terhadap cahaya dan pencucian. Contoh: tarum. d. Pewarna mordan yang dapat mewarnai tekstil yang telah diberi mordan berupa senyawa etal polivalen; pewarna ini dapat sangat kekal. Contoh: alizarin dan morindin. Dalam pencelupan dengan zat warna alam, pada umumnya diperlukan pengerjaan mordanting pada bahan yang akan dicelup atau dicap. Dan proses mordanting ini dilakukan dengan merendam bahan ke dalam garam-garam logam, seperti aluminium, besi, timah, atau kromium. Zat-zat mordan ini berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam dengan serat sehingga afinitas zat warna meningkat terhadap serat. Perubahan sifat fisika dan kimia kain sutra akibat pewarna alami kulit akar mengkudu menunjukkan bahwa penggunaan pewarna mordan dapat mengurangi kelunturan warna kain terhadap pengaruh pencucian. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa mordan mampu mengikat warna sehingga tidak mudah luntur. 2) Garis Garis adalah suatu hasil goresan di atas permukaan benda atau bidang gambar. Garis-garis inilah yang menjadi panduan dalam penggambaran pola dalam membatik. Menurut bentuknya, garis dapat dibedakan sebagai berikut: a. Garis lurus (tegak lurus, horizontal, dan condong). b. Garis lengkung. c. Garis putus-putus. d. Garis gelombang. e. Garis zig-zag. f. Garis imajinatif. Garis-garis inilah yang membentuk corak dan motif batik sehingga menjadi gambar-gambar yang indah sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa garis-garis yang menjadi panduan ini, tidaklah mungkin terbentuk pola-pola batik yang sesuai. Garisgaris tersebut akan dibentuk dan dikreasikan sesuai dengan motif yang diinginkan. B. Kain untuk Batik Ada bermacam-macam jenis kain yang digunakan untuk batik. Kain tersebut dapat terbuat dari bahan sutra, katun prima, primisima, polisima, dobi, paris, atau shantung. Jenis-jenis kain tersebut ini berbeda-beda tekstur maupun bahan dasarnya. 1) Kain Katun Katun merupakan kain yang umum digunakan untuk batik. Ada beberapa tingkatan dalam kain katun. Kain katun primisima lebih bagus dari katun prima, dan kain polisima merupakan yang paling bagus. Masing-masing katun tersebut memiliki beberapa tingkatan pula. Ada yang kasar dan tipis, lebih halus, tebal, paling tebal, dan halus. Semua bergantung dari campuran serat kapas yang digunakan dalam pembuatan kain tersebut. 2) Kain Shantung Tekstur kain ini halus dan dingin. Kain ini juga terbagi dalam beberapa tingkatan, dari yang tipis hingga tebal. Serat kain katun lebih kuat daripada kain shantung. 3) Kain Dobi Dobi dapat dikatakan sebagai kain setengah sutra. Ada beberapa tingkatan dalam kain ini, seperti halnya katun prima dan primisima. Ciri khas kain dobi terletak pada tekstur kasarnya. Jadi, pada kain dobi yang paling halus sekalipun, kita akan merasakan serat-seratnya yang menonjol dan cenderung kasar. Inilah kekhususan kain dobi. 4) Kain Paris Teksturnya lembut dan jatuh. Bahannya tipis dengan serat kain yang kuat. Kain paris pun memiliki tingkatan-tingkatan seperti kain-kain yang lain. 5) Kain Sutra Bahan dasar kain sutra sangat mahal. Teksturnya lembut dan jatuh serta mengkilap. Sangat nyaman digunakan dan terlihat eksklusif. 6) Kain Serat Nanas Tekstur serat nanas kasar mirip dengan dobi. Kain tersebut mengkilap dan biasanya terlihat sulur-sulur. Hampir semua kain mempunyai tingkatan, dari yang paling kasar sampai yang paling halus, tergantung dari pencampuran bahan dasar pada saat pembuatan kain. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jenis tekstil yang sangat banyak. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak tumbuhan yang dapat digunakan untuk industri tekstil. Oleh karena itu, banyak jenis kain yang bisa digunakan untuk batik. Pemilihan kain untuk membatik sering dikaitkan dengan kepentingan, siapa pemakainya, serta biaya yang dianggarkan. Kekayaan batik di Indonesia rasanya mustahil ditandingi oleh negara-negara lain. Apalagi kalau Indonesia terus-menerus berkonsentrasi mengembangkan batik untuk berbagai kepentingan yang memiliki nilai ekonomis. C. Jenis Batik Jenis batik di Indonesia sangatlah bermacam-macam. Berbagai pengaruh dari tradisi klasik sampai yang modern dan abstrak turut menyemarakkan jenis batik di Indonesia. Banyaknya jenis batik di Indonesia juga disebabkan karena batik telah lama berada di Indonesia, sejak kelahirannya pada masa Kerajaan Majapahit sampai saat ini. Selain itu, banyaknya jenis batik di Indonesia juga disebabkan oleh interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa asing, baik melalui hubungan persaudaraan, terjadinya pernikahan antar bangsa, perdagangan, hubungan diplomatik, maupun karena penjajahan bangsa Barat di Indonesia. 1) Batik Pecinan atau Cina Bangsa Cina sudah lama dikenal sebagai bangsa perantau. Mereka juga dikenal teguh dalam melestarikan adat budaya leluhurnya. Biasanya di negeri perantauan, mereka tetap melestarikan budayanya. Mereka terbiasa memadukan budaya mereka dengan budaya lokal sebagai bentuk akulturasi budaya. Demikian juga yang terjadi di Indonesia, khususnya pada batik. Keturunan dari para perantau Cina di Indonesia biasanya memproduksi batik untuk komunitas sendiri dan diperdagangkan. Batik produksi mereka yang disebut batik pecinan memiliki warna yang cukup variatif dan cerah. Dalam selembar kain, mereka dapat menampilkan bermacam warna. Motif yang digunakan pun banyak memasukkan unsur budaya Cina, seperti motif burung huk (merak) dan naga. Biasanya pola batik pecinan lebih rumit dan halus. Pada zaman dulu, batik pecinan yang berbentuk sarung dipadukan dengan kebaya encim sebagai busana khas para perempuan keturunan Cina di Indonesia. Pekalongan cukup terkenal dengan produksi batik pecinan. Batik-batik model encim di masa sekarang juga sering diangkat sebagai tren mode pada masa tertentu, terutama bila menjelang tahun baru Cina atau imlek. 2) Batik Belanda Pada zaman penjajahan Belanda, banyak warga Belanda yang tinggal dan menetap di Indonesia. Mereka juga berinteraksi dengan budaya lokal Indonesia. Sama seperti warga keturunan Cina, warga keturunan Belanda juga banyak yang membuat dan memproduksi batik. Batik yang dihasilkan warga keturunan Belanda mempunyai ciri khas tersendiri dan sering disebut dengan batik belanda. Motif yang digunakan pada batik belanda biasanya bunga-bunga yang banyak terdapat di Eropa, seperti tulip, dan tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di negeri asalnya. Batik model ini sangat disukai di Eropa. Batik belanda juga sangat banyak diproduksi di Pekalongan sepanjang abad XIX-XX. 3) Batik Jawa Hokokai Batik jenis ini muncul pada masa pendudukan Jepang, yaitu tahun 1942-1945. Modelnya pagi sore, yaitu dalam satu kain terdapat dua pola atau corak yang berbeda. Motif yang terbanyak adalah motif bunga, seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik jawa hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail, seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif jepun (bunga padi). 4) Batik Rifa'iyah Batik rifa'iyah mendapat pengaruh Islam yang kuat. Dalam budaya Islam, motif-motif yang berhubungan dengan benda bernyawa tidak boleh digambarkan sama persis sesuai aslinya. Oleh karena itu, corak dalam batik rifa'iyah yang berupa motif hewan terlihat kepalanya terpotong. Dalam ajaran Islam, semua wujud binatang sembelihan yang dihalaikan harus dipotong kepalanya. Biasanya warga keturunan Arab memproduksi batik ini. 5) Batik Keraton Pembuat batik di Pekalongan sering membuat batik yang motifnya merupakan ciri khas dari batik keraton Yogyakarta atau pun Surakarta. Motif gaya keraton yang biasanya dipakai yaitu motif semen, cuwiri, parang, dan lain-lain. Walaupun bermotif pengaruh keraton, teknik pembuatan dan pewarnaannya menggunakan gaya Pekalongan. Dengan demikian, batik keraton produksi Pekalongan ini menjadi lebih unik dan menarik. Ini karena gaya Pekalongan adalah gaya pesisiran yang lebih bebas dan banyak mendapat berbagai pengaruh dari luar. Akhirnya, batik keraton yang dihasilkan Pekalongan memiliki ciri-ciri yang sama dengan batik-batik keraton dari Solo maupun Yogya, namun karakteristiknya telah menunjukkan adanya perubahan yang kontras dalam hal warna maupun bentuknya. Pada umumnya, motif batik keraton mengandung makna filosofi hidup. Batikbatik ini pada mulanya dibuat oleh para putri keraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan keraton. Dan pada umumnya, motif yang dipakai adalah motif larangan. 6) Batik Sudagaran Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan batik motif baru yang sesuai selera masyarakat. Mereka juga mengkreasikan motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik sudagaran umumnya terkesan "berani" dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang sangat indah. 7) Batik Jawa Baru Batik jenis ini diproduksi sesudah era batik jawa hokokai. Motif dalam dan warna batik ini menyederhanakan batik jawa hokokai, tetapi masih berciri khas pagi sore tanpa tumpal (hiasan lain). Kebanyakan menggunakan motif rangkaian bunga dan lung-lungan. 8) Batik Jlamprang Motif-motif jlamprang atau yang di Yogyakarta dikenal dengan nama nitik adalah salah satu batik yang cukup populer diproduksi di daerah Krapyak, Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain patola dari India. Sebagian besar dari motif-motif jlamprang berbentuk geometris dan kadang berbentuk bintang atau mata angin serta menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Pekalongan. Ini terjadi karena banyaknya produksi batik jlamprang di Pekalongan. 9) Batik Terang Bulan Desainnya berupa ornamen yang hanya ada di bagian bawah, baik itu berupa lung-lungan atau berupa ornamen pasung, bagian atasnya kosong atau berupa titiktitik. Batik terang bulan ini disebut juga dengan sebutan gedong atau rom-raman. 10) Batik Cap Kombinasi Tulis Batik ini merupakan batik cap dengan proses kedua direntes atau dirining oleh pembatik tulis sehingga batik kelihatan seperti ditulis. Hal ini dilakukan untuk mempercepat produksi batik dan keseragaman. Namun, mereka yang terbiasa menggunakan batik tulis tetap tidak menyenangi bentuk ini. Batik jenis ini biasanya dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah. 11) Batik Tiga Negeri Pekalongan Seperti halnya batik-batik negara lain, batik ini memiliki beberapa warna dalam satu kain, yaitu warna merah, biru, dan soga yang semua dibuat di Pekalongan. Kadang-kadang warna biru diganti dengan warna ungu dan hijau. 12) Batik Sogan Pekalongan Batik sogan Pekalongan adalah batik dengan proses dua kali. Proses yang pertama, latar putih diberi coletan dan untuk proses kedua, batik ditandai penuh atau diberikan ornamen plataran berupa titik halus, baru setelah itu disoga. Batik yang disoga terlihat klasik. Demikian pula yang terlihat pada batik sogan Pekalongan. Namun perlu diingat, ini bukan jenis batik keraton. Orang sering mengartikan bahwa segala sesuatu yang klasik itu adalah batik keraton. Padahal, tidak demikian adanya. 13) Batik Tribusana Batik tribusana merupakan batik gaya baru yang cara proses keduanya direntas atau riningan dan sebagian besar motifnya berupa lung-lungan lonjuran. Batik tribusana ini ada yang bercorak dan ada juga yang polos. 14) Batik Pangan atau Batik Petani Batik ini dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah pada saat tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan "sedikit aneh", serta tidak halus. Motifnya bermacam-macam dan paling banyak disesuaikan dengan kondisi daerah pembuatnya masing-masing. Batik ini dikerjakan secara sembilan sehingga tidak profesional. Pewarnaannya pun hanya dipasrahkan kepada saudagar yang menjual bahan pewarna. Jenis batik ini adalah salah satu pembuatan batik yang kurang kreatif. Ini karena pembuatnya adalah mayoritas perempuan petani yang tidak memiliki keterampilan khusus untuk membatik dan membatik bukan mata pencaharian hidup mereka. 15) Batik Coletan Dalam batik ini, pewarnaan di sebagian tempat menggunakan sistem colet dengan kuas dengan hanya sekali pencelupan, kecuali warna sogo. Warna-warna lainnya menggunakan colet. 16) Batik Kemodelan Batik kemodelan merupakan batik-batik modifikasi dari batik-batik klasik, baik itu batik dari gaya Yogya maupun Solo. Batik ini dibuat dengan komposisi baru dengan pewarnaan Pekalongan dan kelihatan modern. Hal ini sangat populer di zaman Presiden Soekarno. Batik jenis ini merupakan salah satu ide Presiden Soekarno untuk menjadikan batik yogya dan solo tampil lebih modern dan cerah. Batik kemodelan ini sampai sekarang masih dapat ditemukan di berbagai tempat yang menyediakan batik. Batik jenis ini cenderung disenangi oleh mereka yang menginginkan sesuatu yang klasik, tetapi tetap tampil sesuai dengan tren. Sekarang, jenis batik kemodelan ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga kaya corak dan warna. 17) Batik Osdekan Batik ini memiliki berbagai warna bayangan. Dalam suatu kain batik akan timbul satu warna yang sudah jadi, kemudian bagian atas kain batik tersebut akan dibatik lagi, kemudian ditimpa lagi dengan warna lain. Warna yang digunakan untuk menimpa pun bermacam-macam, bisa warna tua, muda, maupun campuran. Inilah yang membuat batik menjadi sangat kaya warna dan seperti ada bayang-bayang sehingga tampak indah dipandang. Namun jika pencampuran warnanya tidak bagus, hasilnya akan kurang memuaskan. 18) Batik Modern Proses pewarnaan dan pencelupan batik ini telah menggunakan sistem baru. Sistem tersebut dapat berupa gradasi, urat kayu, maupun rintang broklat. Motif-motif ini adalah motif baru yang berhubungan dengan estetika. Komposisi gaya bebas. Batik ini sangat populer pada tahun 1980 dan hingga sekarang masih banyak diminati. Batik modern inilah yang mendorong perkembangan batik di Indonesia karena lebih ekspresif, lebih bebas, dan dimodifikasi dengan berbagai ma cam tekstil yang dapat digunakan oleh kalangan anak muda. 19) Batik Kontemporer Batik ini terlihat tidak lazim untuk disebut batik, tetapi proses pembuatannya sama seperti membuat batik. Warna dan coraknya cenderung seperti kain pantai khas Bali atau kadang warna dan coraknya seperti kain sasirangan. Batik kontemporer banyak dikembangkan oleh desainer batik untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam mengembangkan batik dan mode pakaian yang didesain. Jadi, tidaklah aneh kalau batik cap ini dapat diperoleh dengan harga murah. Tapi, batik cap ini dapat ditemukan dipakai oleh banyak orang sehingga terkesan "pasaran", walaupun ada juga yang dibuat secara terbatas untuk memenuhi kepentingan tertentu. Oleh karena itu, kalangan menengah ke atas jarang menggunakan batik cap ini. 20) Batik Tulis Kain ini dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memerlukan waktu lebih kurang 2-3 bulan. Batik ini sangat eksklusif karena dibuat dengan tangan sehingga sangat khas dan dapat dibuat sesuai pesanan. Harganya lebih mahal dan biasanya digunakan oleh kalangan menengah ke atas. Semakin rumit corak dan warnanya, semakin mahal harganya. 21) Batik Lukis Batik ini langsung dilukis pada kain putih. Namun, batik lukis ini jarang digunakan untuk pakaian, karena kurang lazim. Biasanya batik jenis ini hanya digunakan sebagai pajangan. Sudah banyak pelukis yang menggunakan batik sebagai salah satu cara untuk menuangkan ide kreatifnya. Industri kreatif ini juga sudah mulai banyak berkembang di daerah Yogya dan sekitarnya. Lukisan yang diterakan dengan cara membatik ini sangat bermacam-macam. Sebagian besar dibuat berdasarkan pesanan pembeli, tetapi sebagian yang lain juga dibuat oleh pelukis dan kemudian dijual secara bebas. Itulah jenis-jenis batik yang ada di Indonesia. Batik-batik tersebut memiliki penggemarnya masing-masing. Semuanya turut memperkaya khazanah batik di Indonesia. Masing-masing orang dapat memilih batik sesuai dengan keperluannya. Batik tidak lagi harus dibeli dengan harga yang mahal, tetapi sangat terjangkau dan dapat ditemukan dengan mudah di mana saja. D. Pola Batik Pola batik adalah gambar di atas kertas yang nantinya akan dipindahkan ke kain batik untuk digunakan sebagai motif atau corak pembuatan batik. Artinya, pola ini adalah gambar-gambar yang menjadi blue print pembuatan batik. Dan keragaman budaya dan suku bangsa yang ada di Indonesia membuat pola dan motif batik kita sangat beragam juga. Kini, pola-pola batik yang digunakan pun berkembang mengikuti jalannya tren mode yang ada. Berbagai unsur alam, teknologi, geometris, dan berbagai bentuk abstrak kini menjadi hal yang biasa dalam pola batik. Setiap daerah di Indonesia memiliki polapola pembuatan motif batik yang khas. Daerah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua, memiliki cara dan pola-pola yang unik untuk membuat batik. Itu semua sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, lingkungan, falsafah, pengetahuan, adat istiadat, dan unsur-unsur lokal yang khas di setiap daerah. Pola-pola batik yang umum dikenal hingga saat ini adalah sebagai berikut: 1. Batik pola sri katon (sri katonan). 2. Batik pola semen rama (klasik). 3. Batik pola semen rama (baru). 4. Batik pola sido mukti Yogyakarta. 5. Batik pola semen remeng (gurda, burung garuda). 6. Batik pola lung-lungan babon angrem. 7. Batik pola lung-lungan gragah waluh. 8. Batik pola semen klewer dengan gaya batik pedalaman. 9. Batik pola semen klewer dengan gaya batik pesisiran. 10. Batik pola burung huk (burung merak). 11. Batik pola kawung. 12. Batik pola parang dan lereng. 13. Batik pola parang rusak baron. 14. Batik pola nitik (geometris). 15. Batik pola abstrak. Pola-pola inilah yang lazim digunakan dalam batik-batik di Indonesia. Tentu saja dengan perkembangan dan kemajuan yang semakin modern, semua pola tersebut mengalami modifikasi dan penyempurnaan, sesuai dengan keperluan. Tidak heran kalau kemudian banyak batik dengan pola-pola yang keluar dari "pakem" batik. Namun, janganlah menanggapi dengan negatif, karena pola-pola yang baru justru memperkaya pola batik Indonesia. E. Corak Batik Batik Indonesia memiliki corak yang beraneka macam. Berbagai bentuk dan unsur keragaman budaya yang sangat kaya dapat dilihat dalam corak batik. Corak batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut dengan canting. Jumlah corak batik Indonesia saat ini sangat beragam, baik variasi bentuk maupun warnanya. Pada umumnya, corak batik sangat dipengaruhi oleh letak geografis daerah pembuatan, sifat dan tata penghidupan daerah bersangkutan, kepercayaan dan adat istiadat yang ada, keadaan alam sekitar, termasuk flora dan fauna, serta adanya kontak atau hubungan antar daerah pembuat pembatikan. 1) Bagian Corak Batik Pada sehelai kain batik, corak dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu: a) Ornamen Utama Ornamen utama adalah suatu corak yang menentukan makna motif tersebut. Pemberian nama motif batik tersebut didasarkan pada perlambang yang ada pada ornamen utama ini. Jika corak utamanya adalah parang, maka biasanya batik tersebut diberi nama parang. Banyak sekali jenis corak utama, diantaranya meru (gunung), api, naga, burung, garuda, pohon hayat (kehidupan), tumbuhan, bangunan, parang, dan lain-lain. b) Isen-isen Isen-isen merupakan aneka corak pengisi latar kain dan bidang-bidang kosong corak batik. Pada umumnya, isen-isen berukuran kecil dan kadang rumit. Dapat berupa titik-titik, garis-garis, atau pun gabungan keduanya. Dahulu, ada beragam jenis isen-isen, tetapi pada perkembangannya hanya beberapa saja yang masih biasa dijumpai dan masih dipakai pada saat ini. Isen-isen pengisi latar antara lain galaran, rawan, ukel, udar, belara sineret, anam karsa, debundel atau cebong, kelir, kerikil, sisik melik, uceng mudik, kembang jati, dan gringsing. Sedangkan isen-isen pengisi bidang kosong antara lain cecek, kembang jeruk, kembang suruh (sirih), kembang cengkeh, sawat, sawut kembang, srikit, kemukus, serit, dan untu walang. Pembuatan isen-isen memerlukan waktu yang cukup lama karena bentuknya yang kecil dan rumit membutuhkan ketelitian yang tinggi. 2) Penggolongan Corak Batik Berdasarkan Bentuknya Secara garis besar, corak batik berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan ragam hias geometris dan non geometris. a) Corak Hias Geometris Corak hias geometris adalah corak hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun, seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran, dan bintang, yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan corak. Yang termasuk ragam hias geometris aclalah sebagai berikut: 1. Corak Ceplok Corak ceplok atau ceplokan adalah corak-corak batik yang di dalamnya terdapat gambaran-gambaran bentuk lingkaran, roset, binatang, dan variasinya. Beberapa nama corak ceplok yaitu ceplok nogo sari, ceplok sup/t urang, ceplok truntum, dan ceplok cakra kusuma. 2. Corak Ganggong Banyak orang menganggap corak ganggong adalah corak ceplok karena sepintas hampir sama. Namun kalau diperhatikan dengan detail, akan terlihat perbedaan antara corak ganggong dengan corak ceplok. Biasanya orang yang paham batik akan memerhatikan perbedaan ini, terutama bila batik akan digunakan untuk kepentingan tertentu. Ciri khas yang membedakan corak ganggong dengan ceplok adalah adanya bentuk isen yang terdiri atas seberkas garis yang panjangnya tidak sama, dan ujung garis yang paling panjang berbentuk serupa tanda +. Namanama corak ganggong antara lain ganggong arjuna, ganggong madusari, dan ganggong sari. 3. Corak Parang dan Lereng Corak parang merupakan salah satu corak yang sangat terkenal dalam kelompok corak garis miring. Corak ini terdiri atas satu atau lebih ragam bias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut kemiringan 45°. Contoh corak parang dan lereng adalah parang rusak dan lereng ukel. 4. Corak Banji Corak Banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan swastika pada garis-garis, sehingga membentuk sebuah corak. Swastika ini menggambarkan kekerasan yang diterima oleh masyarakat pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Batik dengan corak banji memang berkembang pesat di saat terjadi penjajahan Jepang. Di masa kini, corak ini tetap digunakan untuk melambangkan perjuangan melawan ketidakadilan. Nama-nama corak banji antara lain banji guling, banji bengkok, banji kerton, dan banji lancip. b) Corak Hias Nongeometris Pola nongeometris merupakan pola dengan susunan tidak terukur, artinya polanya tidak dapat diukur secara pasti, meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan seluruh corak. Pola yang termasuk ke dalam golongan pola ini yaitu: 1. Corak Semen Ragam hias utama yang merupakan ciri corak semen adalah meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama Gunung Mahameru. Hakikat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas (bersemi) hingga corak ini disebut semen. Semen berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah garudo, sawat, lar, maupun mirong. Contoh corak semen adalah semen jolen dan semen gurdha. 2. Corak Lung-lungan Sebagian besar corak lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda dengan corak semen, ragam hias corak lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Corak lunglungan di antaranya adalah grageh waluh dan babon angrem. 3. Corak Buketon Corak buketan mudah dikenali lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu kesatuan corak. 4. Corak Pinggiran Corak ini disebut corak pinggiran karena unsur hiasannya terdiri atas ragam hias yang biasa digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada dodot, kemben, dan udheg. 5. Corak Dinamis Corak dinamis adalah corak-corak yang masih dapat dibedakan menjadi unsur-unsur corak, tetapi ornamen di dalamnya tidak lagi berupa ornamenornamen tradisional. Corak ini merupakan peralihan corak batik klasik dan modern. Corak-corak ini terus mengalami perkembangan dan perluasan sehingga semakin memperbanyak corak batik di Indonesia. Namun secara umum, corak batik masih berkisar pada corak-corak tersebut. Selain untuk mengembangkan kreativitas, corak-corak baru dibuat untuk memperoleh pelanggan baru yang akan meningkatkan pemasaran batik. F. Motif Batik Motif batik di Indonesia sangat beragam. Apalagi di masa modern sekarang ini motif batik ikut dimodernisasi dan dikreasikan sesuai perkembangan zaman. Semuanya semakin memperkaya motif batik Nusantara. Motif batik adalah suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang merupakan pangkal atau pusat suatu rancangan gambar, sehingga makna dari tanda, simbol, atau lambang dibalik motif batik tersebut dapat diungkap. Motif merupakan susunan terkecil dari gambar atau kerangka gambar pada benda. Motif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan komposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola. Motif itu mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang sehingga diperoleh sebuah pola. Pola itulah yang nantinya akan diterapkan pada benda lain yang nantinya akan menjadi sebuah ornamen. Di balik kesatuan motif, pola, dan ornamen, terdapat pesan dan harapan yang ingin disampaikan oleh pencipta motif batik. Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik, kadang digunakan untuk penamaan corak batik atau pola batik itu sendiri. Pada umumnya, motif batik di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Motif sawat. 2. Motif ceplok. 3. Motif gurdha (burung garuda). 4. Motif meru (gunung). 5. Motif truntum. 6. Motif udon liris. 7. Motif parang kusuma. 8. Motif parang rusak barong. 9. Motif slobog. 10. Motif tombol. 11. Motif ciptoning. 12. Motif parikesit. 13. Motif sido luhur. 14. Motif sido drajad. 15. Motif sido mukti. 16. Motif cuwiri. 17. Motif kawung. 18. Motif nitik karawitan. 19. Motif burung huk (burung merak). 20. Motif parang dan lereng. 21. Motif mega mendung. 22. Motif semen ramo. 23. Motif semen ageng. 24. Motif abstrak. Selain motif-motif yang populer tersebut, masih ada banyak motif lainnya yang beredar di pasaran batik. Terlebih di masa kini, motif batik sudah demikian modern dan dikreasikan dengan berbagai corak, warna, serta bentuk. Bahkan modifikasi tersebut sering kali tidak sesuai dengan pakem dan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya demi memperoleh nilai estetika yang diharapkan. Indonesia harus bersyukur karena batik dengan motif berpakem tradisional tersebut masih terus-menerus digunakan di kalangan tertentu, seperti lingkungan keraton. Para penerus dan keturunan keraton masih banyak menggunakan batik-batik dengan motif tertentu untuk melestarikan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Mereka masih menggunakan batik sesuai dengan pakem dan aturan, terutama pada acara-acara keraton dan upacara-upacara adat yang mengharuskan mereka berbusana sesuai dengan aturan yang ada di lingkungan keraton. Pengembangan dan modifikasi terhadap motif, corak, dan warna batik harus didukung sepenuhnya agar batik semakin memasyarakat dan dapat lestari. Pengembangan tersebut selalu bertujuan baik, misalnya untuk mendapatkan nilai estetika yang diharapkan, batik dibuat menggunakan bahan yang diinginkan serta menerobos jalur-jalur klasik agar batik lebih dapat diterima di berbagai kalangan dengan beragam kepentingan. Untuk itu, sangatlah penting untuk menghargai berbagai usaha yang dilakukan oleh setiap pihak untuk mengembangkan batik. Bagaimana pun juga, batik di Indonesia dapat bertahan dalam waktu yang lama karena masyarakatnya terus-menerus melestarikannya. Tanpa adanya usaha tersebut, lambat laun batik bisa punah. Tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi karena batik adalah kekayaan dan warisan budaya yang sangat bernilai dan harus kita jaga kelestariannya demi identitas dan kejayaan Indonesia. MAKNA FILOSOFIS DI BALIK MOTIF BATIK Batik merupakan hasil seni budaya yang memiliki keindahan visual dan mengandung makna filosofis pada setiap motifnya. Penampilan sehelai batik tradisional, baik dari segi motif maupun warnanya, dapat mengatakan kepada kita dari mana batik tersebut berasal. Motif batik berkembang sejalan dengan waktu, tempat, peristiwa yang menyertai, serta perkembangan kebutuhan masyarakat. Bering kali lokasi memberi pengaruh yang cukup besar pada motif batik. Meskipun berasal dari sumber atau tempat yang sama, jika berkembang di tempat yang berbeda, motifnya akan berbeda pula. Contohnya adalah motif nitik. Motif n/t/'/rsebenarnya berasal dari pengaruh luar yang berkembang di pantai utara Laut Jawa, sampai akhirnya berkembang pula di pedalaman dan menjadi suatu motif yang sangat indah. Pada saat pedagang dari Gujarat (India) datang di pantai utara Pulau Jawa, mereka membawa kain tenun dan bahan sutra khas Gujarat dalam barang dagangannya. Motif dan kain tersebut berbentuk geometris dan sangat indah, dibuat dengan teknik dobel ikat yang disebut patola yang dikenal di Jawa sebagai kain cinde. Warna yang digunakan adalah merah dan biru indigo. Motif kain patola memberi inspirasi para pembatik di daerah pesisir maupun pedalaman, bahkan lingkungan keraton. Di daerah Pekalongan tercipta kain batik yang disebut jlomprang, bermotif ceplok dengan warna khas Pekalongan. Oleh karena terinspirasi motif tenunan, maka motif yang tercipta terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang yang disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan anyaman yang terdapat pada tenunan patola. Kain batik jlamprang berkembang di daerah pesisir, sehingga warnanya pun bermacam-macam, sesuai selera konsumennya yang kebanyakan berasal dari Eropa, Cina, dan negara-negara lain. Warna yang dominan digunakan adalah merah, hijau, biru dan kuning, meskipun masih juga menggunakan warna soga dan wedelan. Selain terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang, nitik dari Yogyakarta juga diperindah dengan hadirnya isen-isen batik lain, seperti cecek (cecek pitu, cecek telu), bahkan ada yang diberi ornamen batik dengan klowong maupun tembokan, sehingga penampilannya, baik bentuk dan warnanya, lain dari motif jlamprang Pekalongan. Nitik dari Yogyakarta menggunakan warna indigo, soga (cokelat), dan putih. Seperti motif batik yang berasal dari keraton lainnya, motif nitik kreasi keraton juga berkembang ke luar lingkungan keraton. Lingkungan Keraton Yogyakarta yang terkenal dengan motif nitik yang indah adalah Ndalem Brongtodiningrat. Batik nitik Yogyakarta yang terkenal adalah dari Desa Wonokromo, dekat Kotagede. Untuk membuat batikan yang berbentuk bujur sangkar dan persegi panjang, diperlukan canting tulis khusus dengan lubang canting yang berbeda dengan canting biasa. Canting tulis untuk nitik dibuat dengan membelah lubang canting biasa ke dua arah yang saling tegak lurus. Dalam pengerjaannya, setelah pencelupan pertama dalam warna biru, proses mengerok hanya dikerjakan untuk bagian cecek saja atau bila ada bagian Wowong-nya. Agar warna soga dapat masuk di bagian motif yang berupa bujur sangkar dan persegi panjang yang sangat kecil tersebut, maka bagian tersebut ditekan-tekan sehingga pada bagian tertentu malamnya dapat lepas dan warna soga dapat masuk ke dalamnya. Oleh karena itu, untuk membuat batik nitik diperlukan malam khusus yaitu malam yang kekuatan menempelnya antara malam klowong dan malam tembok. Langkah selanjutnya adalah mbironi, menyoga, dan akhimya melorod. Sampai saat ini terdapat kurang lebih 70 motif nitik. Sebagian besar motif nitik diberi nama dengan nama bunga, seperti kembang kenthang, sekar kemuning, sekorrandu, dansebagainya. Ada pula yang diberi nama lain, misalnya nitik cakar, nitik jonggrang, tanjung gunung, dan sebagainya. Motif nitik juga sering dipadukan dengan motif parang, ditampilkan dalam bentuk ceplok, kothak, atau sebagai pengisi bentuk keyong, dan juga sebagai motif untuk sekar jagad, tambal, dan sebagainya. Paduan motif ini terdiri dan satu macam maupun bermacammacam motif nitik. Tampilan yang merupakan paduan motif nitik dengan motif lain membawa perubahan nama, misalnya parang seling nitik, nitik tambal, nitik kasatrian, dan sebagainya. Seperti halnya motif batik yang lain, motif nitik juga mempunyai arti filosofis. Contohnya, nitik cakar yang sering digunakan pada upacara adat perkawinan ini diberi nama demikian karena pada bagian motifnya terdapat ornament yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau kaki bagian bawah. Cakar ini digunakan untuk mengais tanah mencari makanan atau sesuatu untuk dimakan. Motif nitik cakar dikenakan pada upacara adat perkawinan, dimaksudkan agar pasangan yang menikah dapat mencari nafkah dengan halal, sepandai ayam mencari makan dengan cakarnya. Nitik cakar dapat berdiri sendiri sebagai motif dan satu kain atau sebagai bagian dari motif kain tertentu, seperti motif wirasat atau sido drajat, yang juga sering digunakan dalam upacara adat perkawinan. Setiap motif batik memiliki makna filosofis. Makna-makna tersebut menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap nilai-nilai lokal. Hingga sekarang nilai-nilai tersebut masih bertahan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa makna filosofis motif batik yang populer di kalangan masyarakat. A. Motif Sawat Sawat berarti melempar. Pada zaman dulu, orang Jawa percaya dengan para dewa sebagai kekuatan yang mengendalikan alam semesta. Salah satu dewa tersebut adalah Batara Indra. Dewa ini mempunyai senjata yang disebut wajra atau bajra, yang berarti pula thathit (kilat). Senjata pusaka tersebut digunakan dengan cara melemparkannya (Jawa: nyawatake). Bentuk senjata Batara Indra tersebut menyerupai seekor ular yang bertaring tajam serta bersayap (Jawa: mawa lar). Bila dilemparkan ke udara, senjata ini akan menyambarnyambar dan mengeluarkan suara yang sangat keras dan menakutkan. Walaupun menakutkan, wajra juga mendatangkan kegembiraan sebab dianggap sebagai pembawa hujan. Senjata pusaka Batara Indra ini diwujudkan ke dalam motif batik berupa sebelah sayap dengan harapan agar si pemakai selalu mendapatkan perlindungan dalam kehidupannya. B. Motif Ceplok Bentuk pola ceplok sangat kuno adalah pola kawung. Pola dengan motif-motif ceplok ini terinspirasi oleh bentuk buah kawung (buah atap atau buah aren) yang dibelah empat. Keempat bagian buah bersama intinya itu melambangkan empat arah (penjuru) utama dalam agama Budha. Pada dasarnya, ceplok merupakan kategori ragam bias berdasarkan pengulangan bentuk geometri, seperti segi empat, empat persegi panjang, bulat telur, atau pun bintang. Ada banyak varian lain dari motif ceplok, misalnya ceplok sriwedari dan ceplok keci. Batik truntum juga masuk kategori motif ceplok. Selain itu, motif ceplok juga sering dipadupadankan dengan berbagai bentuk motif lainnya untuk mendapat corak dan motif batik yang lebih indah. C. Motif Gurda Gurda berasal dari kata garuda. Seperti diketahui, garuda merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua buah sayap (/or) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor. Motif batik gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal sebagai Dewa Matahari. Garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu dan dijadikan sebagai lambang matahari. Oleh masyarakat Jawa, garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan. D. Motif Meru Kata meru berasal dari Gunung Mahameru. Gunung ini dianggap sebagai tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti, yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma, dan Sang Hyang Siwa. Tri Murti ini dilambangkan sebagai sumber dari segala kehidupan, sumber kemakmuran, dan segala sumber kebahagiaan hidup di dunia. Oleh karena itu, meru digunakan sebagai motif batik agar si pemakai selalu mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan. E. Motif Truntum Motif batik truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III), bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama terasa semakin subur berkembang (tumaruntum). Kain motif truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk "menuntun" kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru. F. Motif Udan Liris Motif ini mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama. Suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah. Misalkan, bila suami sedang mendapat cobaan tergoda oleh perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari solusi dan mencari penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya, jika sang istri mendapat godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap arif tanpa harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti. G. Motif Parang Kusuma Motif ini bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga (kusuma). Contohnya, bagi orang Jawa, yang paling utama dari hidup di masyarakat adalah keharurnan (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin. Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat kepada perintah Tuhan. Kondisi ini memang tidak mudah untuk direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan hidup yang sempurna lahir batin. Mereka akan mengusahakan banyak hal untuk mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Di zaman yang serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang yang dimiliki, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang baik. H. Motif Parang Rusak Barong Motif batik parang rusak barong ini berasal dari kata batu karang dan barong (singa). Parang barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya, motif ini hanya boleh digunakan untuk raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi. Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta. Kata barong berarti sesuatu yang besar dan ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif parang rusak barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri. I. Motif Slobog Slobog bisa juga berarti lobok atau longgar. Kain ini biasa dipakai untuk melayat, dengan tujuan agar yang meninggal tidak mengalami kesulitan menghadap Yang Maha Kuasa. Hal ini sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip keagamaan bahwa setelah kematian ada kehidupan lain yang harus dipertanggungjawabkan, yaitu menghadap Tuhan Yang Maha Esa. J. Motif Tambal Ada kepercayaan bahwa bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka ia akan cepat sembuh. Tambal artinya menambah semangat baru. Dengan semangat baru itu diharapkan harapan baru akan muncul sehingga kesembuhan mudah didapat. Selain itu, dengan kehadiran para penjenguk, diharapkan si sakit tidak merasa ditinggalkan dan memiliki banyak saudara sehingga keinginan untuk sembuh semakin besar. K. Motif Ciptoning Motif ciptoning ini biasanya dipakai oleh orang yang dituakan maupun pemimpin. Dengan memakai motif ini, pemakainya diharapkan menjadi orang bijak dan mampu memberi petunjuk jalan yang benar pada orang lain yang dipimpinnya. Makna filosofis di balik motif ini sebenarnya bukan hanya untuk pemimpin, tetapi juga untuk setiap orang agar mampu memimpin (menempatkan) dirinya sendiri di tengah masyarakatnya. L. Motif Pari Kesit Motif ini mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan, harus dilandasi dengan usaha keras dan kegesitan. Tentu usaha keras dan kegesitan itu tidak boleh meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Usaha keras dan kegesitan dengan cara kotor harus dihindari karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. M. Motif Sido Luhur Motif ini mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang bertujuan untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya segala kebutuhan ragawi bisa tercukupi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Keluhuran materi sebaiknya diperoleh dengan cara yang benar, halal, dan sah tanpa melakukan kecurangan atau perbuatan yang tercela, seperti korupsi, merampok, mencuri, dan sebagainya. Sebab walaupun merasa cukup atau bahkan berlebihan secara materi, jika harta materi itu diperoleh secara tidak benar, keluhuran materi belum bisa tercapai. Keluhuran materi akan lebih bermakna lagi bila harta yang dimiliki itu bermanfaat bagi orang lain dan bisa diberikan dalam berbagai bentuk, seperti sumbangan, donasi, hibah, dan sebagainya. Artinya, sejak dulu masyarakat Indonesia sudah terbiasa saling menolong. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran nonmateri. Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain atau perkataannya sangat bermanfaat kepada orang lain tentu akan lebih baik daripada orang yang perkataannya tidak bisa dipegang dan tidak dipercaya orang lain. Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain adalah suatu bentuk keluhuran nonmateri. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. Semua ini tidak lepas dari falsafah hidup orang Jawa, bahwa orang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga, kerabat, masyarakat, bahkan lingkungan, dan kepada Tuhan yang menciptakannya. N. Motif Sido Drajad Batik sido drajad dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan. Cara pemakaian batiknya juga memiliki nilai pendidikan tersendiri. Bagi anak-anak, batik dipakai dengan cara sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofi, pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa anakanak yang masih bebas, belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab moral di dalam masyarakat. Ketika beranjak remaja, seseorang tidak lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit. Panjang jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit, semakin tinggi derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek jarit, semakin rendah pula strata sosial orang tersebut dalam masyarakat. Bagi orang dewasa, pemakaian batik memiliki pakem yang berbeda antara lakilaki dan perempuan. Pada laki-laki, wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru diletakkan di sebelah kanan, yang berarti nengeni, seorang putri tidak boleh melanggar kehendak suami. O. Motif Sido Mukti Motif sido mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di akhirat. Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketenteraman lahir dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan. Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu dambaan masyarakat. P. Motif Cuwiri Batik motif cuwiri biasa digunakan pada saat acara mitoni, sebuah tradisi memperingati tujuh bulan usia bayi. Cuwiri artinya kecil-kecil. Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati oleh masyarakat. Sejak kecil, manusia di Jawa sudah memiliki banyak aturan sesuai dengan falsafah hidupnya dengan tujuan mendapatkan kemakmuran dan kebaikan. Q. Motif Kawung Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memakan waktu yang lama. Contohnya, seorang petani yang bekerja giat di sawah, jika tidak ada hama yang mengganggu, tentu dia akan memanen hasil padi yang berlipat di kemudian hari. Kerja keras untuk menghasilkan rejeki berlipat akan lebih bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti, cermat, dan tidak boros. Namun sayang, budaya kerja keras untuk menuai hasil maksimal tidak dilakukan oleh semua orang. Apalagi di zaman sekarang, di mana banyak orang ingin serba instan, orang ingin cepat kaya tanpa harus bekerja keras. Oleh karena itu, ada saja mereka yang melakukan hal-hal tercela untuk mendapatkan keinginannya. R. Motif Nitik Karawitan Kebijaksanaan menjadi inti dari filosofi batik bermotif nitik karawitan. Dengan demikian, para pemakainya diharapkan akan menjadi orang yang bijaksana. Itulah mengapa orang-orang yang dituakan di lingkungannya banyak menggunakan batik motif ini. S. Motif Burung Huk Bentuk dasar ragam hias motif burung huk adalah seekor anak burung yang baru menetas, menggeleparkan kedua sayapnya yang masih lemah, berusaha lepas dari cangkang telurnya, serta separuh badan dan kedua kakinya masih berada di dalam cangkang. Motif burung huk juga sering disebut dengan motif burung merok. Ide dasarnya adalah pandangan hidup tentang kemana jiwa manusia sesudah mati. Dari gambaran tersebut disimpulkan bahwa kematian hanyalah kerusakan raga, sedangkan jiwanya tetap hidup menemui Sang Pencipta. Keunikan motif ini adalah ia selalu nadir bersama dengan motif lainnya, misalnya ceplokan sebagai selingan motif parang, dalam bentuk yang berbaur dengan motif lainnya. T. Motif Parang dan Lereng Batik parang atau lereng menurut pakemnya hanya boleh digunakan oleh sentono dalem (anak dari ratu). Lereng berasal dari kata mereng (lereng bukit). Sejarah motif ini diawali dari pelarian keluarga kerajaan dari Keraton Kartasura. Para keluarga raja terpaksa bersembunyi di daerah pegunungan agar terhindar dari bahaya. Mereka berada di daerah-daerah yang sulit dijangkau musuh. Motif ini berarti juga topo brata para raja yang dilakukan di lereng-lereng pegunungan untuk mendapatkan wahyu atau wangsit. Dalam topo brata itulah mereka dapat melihat pemandangan gunung dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai pereng atau lereng. U. Motif Mega Mendung Pada bentuk mega mendung, bisa kita lihat garis lengkung dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) yang menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun). Hal itu kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani kehidupan sosial agama). Pada akhirnya, membawa dirinya memasuki dunia baru menuju ke dalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Dengan demikian, kita bisa lihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil, tetapi tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofis bahwa mega mendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya harus menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis lengkung mega mendung bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih mudah. V. Motif Semen Rama Semen berasal dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman. Pada umumnya, ornamen pokok pada pola batik motif semen adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan yang digambarkan dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang berkaki empat, udara digambarkan dengan awan (mega) dan binatang terbang, serta air atau laut digambarkan dengan binatang air. Sedangkan rama yang merupakan nama motif semen berasal dari nama Ramawijaya. Dalam motif semen rama terdapat pesan atau nasihat Ramawijaya saat penobatan Wibisana sebagai Raja Alengka dalam cerita pewayangan. Nasihat tersebut termaktub di dalam osto brata (delapan keutamaan bagi seorang pemimpin), yaitu: 1. Endabrata, yaitu pemberi kemakmuran dan pelindung dunia. Dilambangkan dengan pohon hayat. 2. Yamabrata, yaitu menghukum yang bersalah secara adil. Dilambangkan dengan awan atau meru (gunung). 3. Suryabrata, yaitu watak matahari yang bersifat tabah. Dilambangkan dengan garuda. 4. Sasibrato, yaitu watak rembulan yang bersifat menggembirakan dan memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan dengan ornamen binatang. 5. Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen burung. 6. Dhanababrata atau kuwerabrata, yaitu watak sentosa dan memberi kesejahteraan pada bawahan. Dilambangkan dengan ornamen bintang. 7. Pasabrata, yaitu berhati lapang tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air. 8. Agnibrata, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Dilambangkan dengan ornamen lidah api. W. Motif Semen Ageng Motif ini tersusun atas beberapa unsur, yaitu pohon hayat yang menggambarkan pohon kehidupan, kemakmuran, keadilan, dan kekuasaan, serta simbol kesuburan, burung yang merupakan simbol angin yang bermakna berbudi luhur, serta garuda menggambarkan matahari yang bersifat jantan bermakna kekuasaan dan kepemimpinan. Motif ini memiliki makna seorang pemimpin yang bersifat baik dan berbudi luhur, adil, dan tabah dalam menghadapi segala rintangan, mengayomi, dan melindungi rakyatnya serta lingkungan alam sekitar. Motif ini biasanya digunakan oleh keturunan raja sebagai dodot dan bebet keprajuritan pada saat menghadiri upacara kebesaran keraton. X. Motif Abstrak Ini adalah motif yang paling bebas. Motif ini menggabungkan berbagai unsur dan warna. Penciptanya mengarahkan arti ini pada kehidupan yang lain: hidup setelah mati, sehingga penggambarannya abstrak. Walaupun ada beberapa motif tradisional yang menggambarkan kehidupan setelah mati, misalnya motif burung huk, tetapi motif ini sering dianggap tidak memiliki jiwa muda. Oleh karena itu, banyak pencipta desain batik yang menggunakan motif abstrak yang lebih bebas dan ekspresif dalam menggambarkan kehidupan setelah mati. Motif ini biasanya digunakan pada lukisan dengan penggambaran yang bebas dan tidak menggunakan pakem batik seperti pada umumnya. Demikianlah makna-makna di balik motif-motif batik yang banyak beredar di masyarakat sekarang ini. Sebenarnya masih banyak lagi makna-makna filosofis di balik motif-motif batik lainnya, terlebih di masa kini dengan adanya banyak modifikasi dan penambahan kreasi di setiap model corak dan motif batik. Namun pada dasarnya motifmotif tersebut memiliki makna-makna filosofis yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Motif batik di Indonesia akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan industri. Ini merupakan hal yang sangat baik karena akan mendorong masyarakat luas untuk lebih mencintai batik dan mendukung setiap kegiatan untuk melestarikan batik. PROSES PEMBUATAN BATIK Dari dulu hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami perubahan. Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih sama. Berikut ini adalah uraian lebih detailnya: A. Perlengkapan Membatik Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan. Dilihat dari peralatan dan cara mengerjakannya, membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat tradisional. 1) Gawangan Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah. 2) Bandul Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja. 3) Wajan Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain. 4) Kompor Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik. 5) Taplak Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik. 6) Saringan Malam Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran. Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk membatik. Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih dari kotoran saat digunakan untuk membatik. 7) Canting Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan menggunakan bahan teflon. 8) Mori Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan. Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut dukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar. Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain. Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori. Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan. 9) Malam (Lilin) Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan. 10) Dhingklik (Tempat Duduk) Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat dengan mudah dibeli di toko-toko. 11) Pewarna Alami Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari warna-warna buatan. Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan teknologi yang canggih pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami. Itulah jenis perlengkapan membatik yang harus ada. Proses membatik memerlukan waktu yang cukup lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat luas dan coraknya cukup rumit. B. Proses Membatik Di masa kini, pengusaha batik juga menyediakan pendidikan batik kilat pada anak-anak sekolah dan masyarakat umum. Yang diajarkan adalah tata cara membatik dengan benar, dan biasanya menggunakan kain selebar saputangan sebagai percobaan. Dengan demikian, proses membatik itu dapat dikerjakan hanya dalam beberapa jam dan biaya yang diperlukan pun sangat kecil. Tradisi ini sangat bagus untuk memperkenalkan proses membatik kepada masyarakat, terutama generasi muda. Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi. Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik. 2) Nyorek atau Memola Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut ganggang. 3) Mbathik Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isenisen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit. 4) Nembok Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan. 5) Medel Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan. 6) Ngerok dan Mbirah Pada proses ini, malam pade kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan. 7) Mbironi Mbimni adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan. 8) Menyoga Menyoga berasal dad kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat, Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut. 9) Nglorod Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-anginkan hingga kering. Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awat hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi. INDUSTRI BATIK DI INDONESIA Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang tersebar di sepanjang garis khatulistiwa. Penduduknya terdiri dari ratusan suku bangsa dengan beragam adat istiadat. Masing-masing suku bangsa memiliki jenis busana yang berbeda dengan ragam hias dan pola yang berbeda-beda pula. Ragam hias yang bermacam-macam itu turut memperkaya motif kain batik yang sudah lama ada di Indonesia. Industri batik di Indonesia secara tidak langsung telah muncul sejak adanya tradisi membatik di Nusantara. Dengan perjalanannya yang panjang, industri batik Indonesia tetap eksis hingga sekarang. Bahkan dengan adanya pengukuhan dari PBB bahwa batik adalah warisan budaya dunia asli dari Indonesia, muncul semangat baru untuk melestarikan dan mengembangkan batik. Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama pernah memprakarsai penciptaan batik yang menampilkan desain motif khas Indonesia. Desain batik tersebut dicontoh dari desain Solo dan Yogya dengan pewarnaan model Pekalongan sehingga menjadi batik yang modern dan biasa disebut batik kemodelan. Batik ini sangat populer pada tahun 1950-an dan menyebabkan industri batik secara umum bangkit kembali. Tahun 1970-an, batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Para pegawai lelaki di kantor Pemerintah Daerah DKI Jakarta diwajibkan mengenakan kemeja batik berlengan panjang saat menghadiri acara-acara resmi. Busana batik ini digunakan untuk menggantikan busana sipil lengkap yang biasa dikenakan pada acara-acara resmi. Sedangkan untuk busana sehari-hari, dikenakan kemeja batik berlengan pendek. Busana batik kini telah berubah menjadi busana nasional Indonesia sebagai pengganti jas pada acara-acara tertentu. Prakarsa ini dilandasi pemikiran-pemikiran sebagai berikut: 1. Suasana kemerdekaan yang menggugah semangat persatuan di seluruh bidang kehidupan masyarakat. 2. Batik dapat menampilkan nilai seni budaya sebagai jati diri bangsa sekaligus menyuarakan pesan persatuan Indonesia, dengan tujuan agar batik tidak hanya dikenal sebagai batik dari daerah di Indonesia, tetapi juga mencerminkan persatuan Indonesia. 3. Mendorong semangat para seniman batik daerah untuk berkarya sekaligus menumbuhkembangkan rasa memiliki warisan budaya leluhur pada seluruh bangsa Indonesia. 4. Sebagai bahan sandang tradisional yang memiliki kekhasan tersendiri, batik memungkinkan dijadikan busana nasional Indonesia. Untuk mencapai tujuan dari pemikiran-pemikiran tersebut, maka diambillah langkahlangkah sebagai berikut: 1. Mempertemukan pola tradisional batik keraton dengan proses batik pesisiran, serta membebaskan adanya modifikasi dan pengembangan demi kebaikan dan estetika. 2. Mengubah pola-pola dari ragam hias tenun yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia, yaitu Bali, Dayak, Papua, dan lain-lain. 3. Perkembangan selanjutnya, para desainer Indonesia telah mengembangkan batik dengan memasukkan ragam hias yang berasal dari berbagai suku di Indonesia. 4. Dengan bertumpu pada pola batik keraton yang kaya makna dan ragam hias kedaerahan, pewarnaan dilakukan dengan berbagai cara pada berbagai unsur pola batik. Pewarnaan pada latar dilakukan dengan cara celupan, sedangkan pada bagian pola dalam beberapa warna dilakukan secara coletan atau gabungan dari kedua cara pewarnaan tersebut. Sejak itulah, semakin banyak seniman Indonesia melahirkan batik Indonesia dengan ciri khasnya masing-masing. Beberapa nama yang sangat eksis sebagai seniman batik diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bintang Soedibjo (Ibu Soed); dengan menghasilkan batik terang bulan, yaitu batik yang bagian tengahnya hanya berupa bidang berwarna atau secara acak diisi dengan ragam hias kecil yang merupakan bagian dari pola pinggirannya, sedang tepi kain dihias dengan pola tradisional atau rangkaian bunga. 2. KPT Hardjonagoro, seorang budayawan dan pengusaha batik; dengan mendasarkan usaha batiknya pada pola batik keraton dengan kehalusan batikan. 3. R.Ay. Kanjeng Harjowiratmo; menghasilkan batik wonogiren yang memadukan berbagai ragam hias bebas dan natural dalam nuansa warna soga batik keraton dan memiliki latar pecahan warna soga yang khas. 4. M.D. Hadi, pengusaha batik yang mengembangkan berbagai motif dan corak batik dengan pembaharuan di berbagai bidang untuk modernisasi batik. Batik Indonesia hadir dalam berbagai bentuk sandang, antara lain kain panjang dan sarung. Setelan kain atau sarung dengan selendangnya sering digunakan dengan kebaya sebagai busana nasional perempuan Indonesia. Sekarang ini berkembang jenis batik yang menampilkan pola dan ragam hias daerah, seperti pola dan ragam hias bunga-bunga khas Bali, ragam hias Asmat, dan ragam hias ukiran Tana Toraja. Perkembangan pemakaian batik yang tidak hanya digunakan sebagai bahan busana memungkinkan penerapan ragam-ragam hias kedaerahan sebagai penyusun pola batik. Batik Indonesia semula sebagian besar diproduksi di Yogya dan Solo, namun kini dapat ditemukan dengan mudah di Pekalongan, Bali, Papua, Kalimantan, dan Sulawesi, khususnya Toraja. Oleh para desainer Indonesia, batik dikembangkan secara luas menjadi busana modern. Produk busana sehari-hari atau pun produk adi busana, yang dibuat untuk kepentingan khusus atau terbatas (limitededition), dibuat dengan pola-pola batik, baik yang berasal dari keraton maupun jenis batik lainnya, serta ragam hias daerah sesuai dengan kepentingan. Para desainer busana yang menggunakan dan mengembangkan batik untuk berkarya, diantaranya sebagai berikut: 1. Iwan Tirta dari Jakarta. 2. Ardiyanto Pranata dari Yogyakarta. 3. Danar Hadi dari Solo, Jawa Tengah. 4. Samuel Wattimena dari Jakarta. 5. Asmoro Damais dari Yogyakarta. 6. Chossy Latu dari Jakarta. 7. Edward Hutabarat dari Jakarta. Masih banyak lagi desainer busana di Indonesia yang menggunakan batik sebagai salah satu bahan ekspresi, namun kebanyakan dari mereka tidak beriklan sehingga kurang dikenal. Akibatnya, generasi muda Indonesia lebih mudah mengingat para desainer luar negeri daripada desainer dalam negeri. Padahal, di kancah internasional, desainer Indonesia tidak kalah pamor dengan desainer-desainer dari luar. Industri batik di Indonesia sangat pesat dan tidak hanya terbatas pada produk sandang. Kini batik telah digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai sandang: bahan busana tradisional, kain panjang, sarung, kerudung, selendang, ikat kepala, busana utama, dan kemben. 2. Sebagai busana modern: rok, bahan untuk kain, gaun, scarf, dasi, saputangan, T-shirt, dompet, kostum boneka, tas, dan sandal. 3. Sebagai barang kebutuhan rumah tangga: serbet, alas piring, alas gelas, taplak meja, penutup berbagai barang rumah tangga (dispenser, tempat nasi, dan lain-lain), serta seprai dan sarung bantal. 4. Sebagai pelengkap interior: gorden, penutup jok, bedcover, dan tutup lampu. 5. Sebagai elemen estetis: lukisan, hiasan dinding, map, dan lain-lain. 6. Sebagai seni kriya: patchwork, kartu bergambar, dan lain-lain. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, industri batik di Indonesia juga diekspor untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Batik telah menjadi busana dunia yang sangat populer. Kelebihan batik Indonesia dibandingkan dengan batik-batik dari negara lain adalah keragaman motif dan desain penggarapannya yang cenderung halus, mengingat Indonesia adalah negeri batik yang sudah ratusan tahun mengenal dan mengembangkan batik. Salah satu faktor yang mempersulit perkembangan industri batik untuk ekspor adalah rumitnya aturan birokrasi ekspor sehingga hanya sedikit pengusaha batik yang mengekspor produknya. Usaha-usaha perbaikan untuk mempermudah ekspor tersebut terus dilakukan dari tahun ke tahun sehingga memudahkan pengusaha batik untuk melakukan ekspansi. Industri batik di Indonesia termasuk salah satu industri besar yang menampung banyak tenaga kerja. Di dalam negeri, industri batik dapat ditemukan di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa, baik dalam skala industri rumah tangga, skala industri kecil, menengah, maupun besar. Perdagangan dan jual beli batik pun dapat ditemukan di setiap tempat, dari pasar-pasar tradisional, grosir-grosir, toko-toko kecil, supermarket, sekolah mode, toko-toko online, hingga butik-butik elit yang khusus menjual batik-batik tertentu. Industri batik di Indonesia telah menjadi bagian erat dari kehidupan masyarakat Indonesia. Batik di Indonesia telah menjadi barang yang sangat mudah didapatkan dengan harga terjangkau. Tidak ada orang yang tidak bisa mendapatkan batik. Sementara untuk ekspor batik ke luar negeri, tidak setiap perusahaan batik dapat melakukannya. Hanya perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi standar dan aturan untuk melakukan eksporlah yang dapat melakukannya. Ini karena batik sebagai komoditas ekspor tidak dilakukan secara massal, tetapi dibawa secara perorangan (atau perusahaan) melalui pameran-pameran tekstil dan busana di forum internasional. Apabila mereka memiliki kekurangan stok atas produk untuk ekspor, biasanya perusahaan-perusahaan seperti ini akan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang menjadi mitra binaannya. Dengan demikian, kebutuhan ekspor akan dapat dipenuhi. Tentunya hal ini sangat membantu penyebarluasan batik sebagai komoditas ekspor mengingat batik di luar negeri juga tidak hanya digunakan sebagai bahan pakaian, tetapi cenderung sebagai bahan seni bernilai tinggi. Inilah yang menjadi tantangan besar bagi industri batik di Indonesia. Para pengusaha dan perusahaan batik harus dapat melakukan terobosan-terobosan agar batik Indonesia dapat dijadikan komoditas ekspor yang dikirim secara massal. Beberapa negara yang bukan negeri batik, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, Cina, bahkan Afrika Selatan, dan Polandia sudah dapat melakukan hal ini. Mereka mengekspor batik buatan mereka ke mancanegara. Padahal, batik-batik tersebut banyak dibuat di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kearifan dan kerja sama dari berbagai pihak, baik pengusaha, pedagang, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi pengekspor batik terbesar di dunia. Namun jika potensi ini tidak dikelola dengan baik dan dibiarkan begitu saja, jangan heran kalau kemudian negara-negara lain yang bukan negeri asal batik pun bisa menjadi negara pengekspor batik skala besar. Tantangan besar lainnya dalam industri batik Indonesia adalah sumber daya manusia (SDM). Generasi pembatik di Indonesia pada umumnya sudah berumur lanjut dan biasanya tidak ada upaya regenerasi secara besar-besaran untuk mentradisikan proses membatik. Akhirnya, banyak generasi pembatik yang tidak mewariskan apa-apa, selain karyakarya batik yang sudah diperjualbelikan dan mungkin sudah rusak karena pemakaian. Berkaitan dengan hal ini, sangat diperlukan upaya khusus untuk menggugah minat generasi muda Indonesia agar ikut terjun ke usaha dan industri batik. Di masa sekarang, sudah banyak upaya regenerasi yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat pembatik secara umum. Banyak sekolah dan kursus informal pembatikan yang dibuka khusus untuk anak-anak, remaja, dewasa, hingga masyarakat umum. Waktu dan biaya yang diperlukan pun relatif singkat dan terjangkau. Dengan demikian, makin banyak orang mengenal dan mengerti proses pembatikan. Dari sini diharapkan makin banyak generasi muda yang bersedia menekuni usaha pembatikan dan mengembangkannya demi kelestarian batik Indonesia. Dari segi teknologi, industri batik di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan industri pembatikan di negara-negara lain. Industri batik di Indonesia pada umumnya belum melakukan perbaikan sistem dan teknik produksi agar lebih produktif dan mutunya bisa sama untuk setiap lembar batik yang diproduksi. Penggunaan zat warna alam pada umumnya masih belum dapat memberikan hasil yang stabil antara satu dengan lainnya. Jadi, terjadi perbedaan kualitas dalam setiap produksi batiknya. Ini tentu sangat mengganggu bila ditujukan untuk produksi massal. Selain itu, ketersediaan bahan baku sutra-bahan baku batik yang sangat diminati di luar negeri-juga masih sangat terbatas. Sebagian besar serat sutra masih harus diimpor. Diperlukan upaya khusus untuk mengembangkan dan memperluas industri ternak ulat sutra sehingga dapat menumbuhkan industri tekstil sutra. Industri batik memang tidak dapat dipisahkan dengan industri-industri lainnya, seperti tekstil, zat-zat pewarna, dan lain-lain. Dari segi pemasaran, industri batik Indonesia juga masih sangat bias, belum ada fokus pemasaran untuk mengangkat batik Indonesia sebagai high international fashion. Dengan demikian, batik Indonesia masih sering dianggap sebagai fashion tradisional yang dikenal di lingkungan terbatas. Padahal, sebenarnya batik Indonesia telah mendunia. Telah banyak desainer busana dari Indonesia yang menyelenggarakan pameran batik maupun fashion show batik di luar negeri. Permasalahan hak kekayaan intelektual motif batik juga menjadi tantangan yang tidak ringan bagi industri batik Indonesia. Sudan begitu banyak motif batik Indonesia yang ditiru dan dijiplak mentah-mentah oleh industri batik negara lain karena tidak adanya hak paten. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah berusaha mendokumentasikan motif-motif batik Indonesia. Ada sekitar 3.000 motif batik telah didokumentasikan. Jumlah motif ini akan terus bertambah dan berkembang karena adanya berbagai modifikasi dan pengembangan yang dilakukan oleh para desainer maupun pelaku kreatif lainnya di industri batik Indonesia. Saat ini, terdapat kurang lebih 50 perusahaan batik yang terdata, dengan 300 unit usaha dan menyerap sekitar satu juta tenaga kerja di berbagai pelosok Nusantara, terutama dari kalangan perempuan. Jumlah ini tidak termasuk jaringan distribusi dan berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan dan industri kreatif batik, seperti desainer busana, pencipta motif, pencipta modifikasi bahan dan perlengkapan dari batik, dan lain-lain. Berikut ini adalah beberapa perusahaan batik raksasa yang ada di Indonesia, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga telah melakukan ekspor batik ke mancanegara; baik secara mandiri maupun bersama-sama dengan kelompok pengusaha lainnya mengadakan pameran batik di ajang pameran tekstil internasional. Penulisan nama perusahaan batik disini tidak membedakan segmentasi pasar; apakah tujuan pasar mereka kelompok menengah ke bawah atau menengah ke atas. Hal ini disebabkan ada perusahaan yang pada awalnya melakukan segmentasi pasar untuk tujuan menengah ke atas, tetapi pada perkembangannya kemudian juga membidik pasar menengah ke bawah atau memproduksi keluaran-keluaran tertentu secara massal untuk memenuhi permintaan khalayak luas. Beberapa Daftar Nama dan Alamat Perusahaan Batik di Indonesia: 1. ADMTex Jl. Pekajangan XX No. 10, Kedungwuni, Pekalongan 51172, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0285-785178, 785198. Faks: 0285-785178. 2. Batik Allure Jl. Kemang Raya No. 27 A, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-7181355. Faks: 021-7195725. Gerai batik Allure tersebar di pusat-pusat perbelanjaan elite di kota-kota besar Indonesia dan beberapa kota pusat mode di luar negeri. 3. Batik Cirebon Jl. Kelapa Dua No. 20 RT 03/06, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11550, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-5301995. Faks: 021-5301995. 4. Batik Danar Hadi Jl. RE Martadinata No. 60, Bandung 40115, Jawa Barat, Indonesia. Telp: 022-4261668, 4261665. Faks: 022-4230782. Gerai batik Danar Hadi tersebar di kota-kota besar di Indonesia. 5. Batik El Rahma Jl. Urip Sumoharjo No. 197, Pekalongan 51111, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0285-7997817. 6. Batik Ike Jl. Trusmi Kulon No 129, Weru, Cirebon 45154, Jawa Barat, Indonesia. Telp: 0231-320307. 7. Batik Kencana Murni Jl. Perintis Kemerdekaan No. 37, Solo 57142, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0271-714045, 723230. Faks: 0271-742935. 8. Batik Kencana Ungu Jl. Karet Kuningan No. 8, Jakarta Selatan 12940, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-3847756. Faks: 021-3915076. 9. Batik Margaria Jl. Ahmad Yani No. 69, Yogyakarta 55122, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-512669. Faks: 0274-516026. 10. Batik Merak Manis Jl. Sidoluhur No. 19 Laweyan, Surakarta 57148, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0271-719641. 11. Batik Nusa Indah Perkampungan Industri Kecil Blok C No. 6, Penggilingan, Jakarta Timur 13940, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-46822816. Faks: 021-46822816. 12. Batik Plentong Jl. Tirtodipiran No. 48, Yogyakarta 55143, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-373777, 371912. Faks: 0274-371912. 13. Batik Riana Kusuma Jl. Bintaro Utama Blok EB 1 -71 Sektor V, Jakarta Selatan 12330, Indonesia. Telp: 021-7374356. Faks: 021-7342543. 14. Batik Sahabat Tanah Abang Shopping Centre Blok D Los A G-1 No. 6, Jl. KH. Fachruddin No. 36, Tanah Abang, Jakarta Pusat 10250, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-31937940, 3148265. Faks: 021-8298111. 15. Batik Sekar Wangi Jl. Kadipaten No. 2, Yogyakarta 55132, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-374728. Faks: 0274-377818. 16. Batik Sinar Gunung Jati Jl. Syekh Datul Kahfi No. 73, Plered, Cirebon 45154, Jawa Barat, Indonesia. Telp: 0231-321163. Faks: 0231-325578. 17. Batik Sri Timur Jl. Parangtritis No. 71,Yogyakarta, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-385539, 376327, 374680. Faks: 0274-376327. 18. Batik Srihadi Griya Bintara Indah Blok BB-2 No. 4, Jl. Bintara Raya, Bekasi Barat, Bekasi 17134, Jawa Barat, Indonesia. Telp: 021-8852367, 8852368. Faks: 021-8852368. 19. Batik Zainal Jl. Raya Grogol Gang Seruni RT. 02/03, Solo 57552, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0271-622880, 621979, 621240. Faks: 0271-621089. 20. CV Batik Surya Kencana Jl. Ngadinegaran MJ 3 No. 133, Yogyakarta 55143, Dl Yogyakarta, Indonesia.\ Telp: 0274-376798. Faks: 0274-377526. 21. CV Gino Valentine Jl. Nangka Gg. Kenari V No. 17 Denpasar Timur, Denpasar 80231, Bali, Indonesia. Telp: 0361-245233. Faks: 0361-244516. 22. CV Indah Rara Djonggrang Jl. Tirtodipuran No. 18, Yogyakarta 55143, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-375209, 378653. Faks: 0274-378653. 23. CV Nadira Jl. Kuta Resik No. 16, Indiahiang, Tasikmalaya 46132, Jawa Barat, Indonesia. Telp: 0265-331335. Faks: 0265-338225. 24. Jawa Dwipa Jl. Danau Semayang No. 135, Pejompongan, Jakarta Pusat 10210, Indonesia. Telp: 021-5736732, 5704203. Faks: 021-5736732. 25. Luwes Putra Batik Jl. Mongkuyodan No. 45, Yogyakarta, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-378655, 376144. Faks: 0274-369023, 381231. 26. Mustika Dewie Trading Co. Jl. Nyai Ahmad Dahlan NG IV No. 58, Yogyakarta 55261, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-373352. Faks: 0274-381380. 27. Nalendra Batik Galery Jl. Mangunsarkoro No. 54, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0291-592781. 28. PT. Adi Luhur Batik Jl. Anggrek IV No. 24, Jakarta Selatan 12940, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-5223047-8. Faks: 021-5223049. 29. PT. Alfa Manunggal Texindo Jl. Kaliwingko RT 01 /01, Grogol, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0271-620877. Faks: 0271-620877. 30. PT. Batik Hajadi Jl. Palmerah Utara No. 46, Slipi, Jakarta Barat 11480, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-5480656, 5480584. Faks: 021-5480816. 31. PT. Batik Kencana Ungu Alfa Building No. 10, Proyek Tanah Abang, Jakarta Pusat 10160, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021 -31936078, 3847756. Faks: 021 -3915076. 32. PT. Batik Keris Utama Kelurahan Cemani (Selatan Laweyan), Grogol, Solo 57100, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0271-715399, 714555, 714400. Faks: 0271-717182, 714551. Galeri Batik Keris tersebar di seluruh kota besar di Indonesia dan beberapa negara Asia. 33. PT. Batik Semar Jl. Adi Sucipto No. 101, Solo 57132, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0271-722937. Faks: 0271-721590. Galeri Batik Semar tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. 34. PT. Binkomara Huma (Bin House) Jl. Purworejo (Teluk Betung) No. 10, Jakarta Pusat 10310, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-31934948, 31935941. Faks: 021-3152493. 35. PT. Citra Mulia Arta Kencana Agung Sedayu Complex Blok F No. 22, Jl. Mangga Dua Raya, Harco Mangga Dua, Jakarta Pusat 10730, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021 -6121174, 6128603. Faks: 021 -6128653. 36. PT. Damiru Cipta Kreasi Jl. Bendi Besar No. 30, Tanah Kusir, Jakarta Selatan 12240, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-7290686, 7394875. Faks: 021-7239655. 37. PT. Dwira Kencana Citra Mandiri Grand ITC Permata Hijau Complex, Jl. Letjen Soepeno No. 15-16 PG, Jakarta Selatan 12210, Indonesia. Telp: 021-53663981-3. Faks: 021-53663980. 38. PT. Fuji Semitexijaya Jl. Karet Kuningan No. 4, Jakarta Selatan 12930, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-5255925, 5256184, 5254355. Faks: 021-5207597, 5225052. 39. PT. Graha Toms Silver Jl. Ngeksigondo No. 60, Kotagede, Yogyakarta 55172, DI Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-377800, 372818. Faks: 0274-373070. 40. PT. Hanung Craft Jl. Aria Putra No. 40 RT 02/02, Ciputat, Jakarta Selatan 12410, Indonesia. Telp: 021-70806044, 7490963. Faks: 021-7490963. 41. PT. Praja Cipta Karya Jl. Hang Lekir VI No. 5, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, Indonesia. Telp: 021-7243680, 7398668. Faks: 021-7398668. 42. PT. Sakura Sarana Putra Jl. Kyai Maja No. 51, Solo 57117, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0271-645621. Faks: 0271-654551. 43. PT. Santha Buana Bali Jl. Imam Bonjol No. 339 C Denpasar Barat, Denpasar 80119, Bali, Indonesia. Telp: 0361 -484653. Faks: 0361 -484165,483534. 44. PT. Tirtasuryatex Anggun Jl. Karet Sawah I No. 30, Jakarta Selatan 12930, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-5225001, 5250611. Faks: 021-5225002. 45. PT Wieda Sejahtera Jl. Batu Alam Jaya No. 43, Condet, Jakarta Timur 13520, DKI Jakarta, Indonesia. Telp: 021-8090410, 8404866. Faks: 021-8090410. 46. Qonita Batik Jl. Gajah Mada No. 49 Kramatsari, Pekalongan Barat, Pekalongan 51118, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0285-423939, 422915. Faks: 0285-423939. 47. Ratna Dewi Tunggal Abadi Jababeka Industrial Estate Blok W No. 10, Jl. Jababeka XII, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia. Telp: 021-8934220. Faks: 021-8934541. 48. Ravena Batik Garmenindo Jl. Pati Unus No. 46, Pekalongan 51123, Jawa Tengah, Indonesia. Telp: 0285-428049. Faks: 0285-428048. 49. Rizki Ayu Batik Jl. Langenarjan Lor No. 24, Keraton, Yogyakarta 55281, Dl Yogyakarta, Indonesia. Telp: 0274-371685. Faks: 0274-371685. 50. Win-Win Batik Cirebon Jl. Trusmi, Plered, Cirebon 45100, Jawa Barat, Indonesia. Telp: 0231-3390483. Demikian beberapa perusahaan batik yang ada di Indonesia. Selain daftar yang ada di atas, masih sangat banyak usaha atau industri batik di Indonesia yang berskala kecil, menengah, maupun industri rumah tangga. Bahkan ada pula yang melakukan usaha tanpa nama, tetapi tetap membuat batik, memperjual-belikan, dan melakukan proses-proses yang lain. Jenis usaha rumah tangga seperti ini sangat banyak dan mungkin tak terhitung jumlahnya. Sebagian besar dapat terus hidup karena keberadaan koperasi atau industriindustri besar yang melindunginya sebagai bapak asuh. Namun, tidak sedikit pula yang terpaksa mati karena kekurangan modal, tidak bisa memasarkan, berganti profesi, dan lainlain. Kendala industri batik yang dirasa cukup memberatkan kalangan pembatik, terutama mereka yang berprofesi sebagai buruh batik adalah upah membatik yang masih sangat rendah. Merupakan kenyataan yang dapat dengan mudah ditemukan ditengah masyarakat di lingkungan pembatik bahwa mereka membatik (memburuhkan tenaga kerjanya kepada pengusaha), namun juga harus melakukan pekerjaan lainnya (seperti berdagang makanan, menjadi buruh upahan kasar, dan lain-lain) karena upah dari membatik tidak mencukupi. Para buruh batik tersebut terpaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Di siang hari, mereka bekerja sebagai pedagang asongan, pedagang jajanan, buruh upahan kasar (tukang cuci, membersihkan rumah, pekerja rumah tangga, buruh gendong di pasar, dan lam-lain), dan baru di malam harinya mereka membatik. Untuk mengatasi hal ini, tentunya diperlukan kesadaran pemerintah dan pihak terkait untuk mengangkat kesejahteraan para buruh batik. Tujuannya agar mereka berkonsentrasi membatik dan menghasilkan karya batik yang lebih bagus. Sungguhlah ironis kalau batik Indonesia demikian berjaya di pentas nasional dan internasional, tetapi buruh-buruh batiknya hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Para pengusaha batik yang mempekerjakan mereka hendaknya juga lebih bijak menetapkan upah dan standar pembayaran. Tentu sangatlah tidak adil kalau pengusaha memperoleh banyak keuntungan yang berlipat ganda tetapi para buruh batiknya sangat miskin dan tidak bisa konsentrasi membatik karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi secara layak. Konsep industri di mana pun akan sama, memperoleh hasil dan keuntungan sebesarbesarnya dengan biaya seminimal mungkin. Namun rasanya konsep ini seharusnya tidak diberlakukan di dalam industri batik mengingat para buruh batik itu tidak hanya bekerja, tetapi mereka membatik-mereka memiliki keahlian membatik yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Coba pikirkan saja, berapa banyak biaya yang diperlukan oleh para pengusaha kalau mereka harus mendidik tenaga-tenaga mentah yang tidak siap pakai untuk membatik. Jadi, sangatlah bijaksana untuk mempertimbangkan upah buruh batik pada tingkat layak dan sesuai dengan tingkat kesabaran dan keahliannya dalam membatik. Selain itu, ada juga masalah yang berkaitan dengan desain-desain asli Indonesia yang dengan mudah dibajak dan diambil oleh perusahaan-perusahaan batik di luar negeri karena sedikitnya perlindungan paten terhadap karya anak bangsa. Permasalahan ini sering kali dipicu oleh minimnya informasi tentang bagaimana mempatenkan karya asli mereka, biaya yang cukup tinggi, serta birokrasi yang masih cukup sulit untuk berbagai urusan perizinan di Indonesia. Industri batik Indonesia juga terhadang oleh pasar global yang menyebabkan produkproduk dari luar negeri, misalnya Cina, masuk secara bebas. Harga produk Cina yang lebih murah, dengan berbagai corak dan motif, bila tidak disikapi bijaksana akan menghancurkan industri kecil dan industri skala rumah tangga. Kita tidak mungkin menghindari pasar global, tetapi harus menghadapinya dengan meningkatkan mutu, menambah pelayanan prima, dengan harga yang bersaing sehingga pelanggan tetap memilih produk-produk batik Indonesia. Mudah-mudahan di masa mendatang semua ini dapat terpecahkan dengan lebih bijaksana. Apabila kondisinya sangat kondusif, pasti semakin banyak pihak yang tergerak untuk menekuni dan mengembangkan industri batik. Demikianlah gambaran singkat industri batik yang ada di Indonesia. Industri batik telah mengalami perkembangan yang luar biasa dari masa ke masa. Kita harus berbangga dengan hal ini, karena akan membantu pelestarian tradisi batik Indonesia. Namun di sisi lain, kita juga tidak boleh menutup mata atas segala kekurangan, kelemahan, dan berbagai kendala yang melingkupinya. Semua itu harus dijadikan sebagai tantangan dan peluang untuk memajukan industri batik Indonesia. BATIK SEBAGAI IDENTITAS BANGSA Batik adalah bagian dari kebudayaan yang telah menjadi keseharian masyarakat Indonesia. Dari masa Kerajaan Majapahit hingga masa kini, batik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Batikdikenal dan digunakan secara meluas setelah mengalami perkembangan dan jalan sejarah yang tidak singkat. Di masa lalu, batik memang hanya identik sebagai pakaian para penguasa dan trah keraton. Namun dengan perkembangan zaman, batik menjadi pakaian milik rakyat yang digunakan dalam berbagai kesempatan. Secara faktual, batik sebagai warisan budaya asli Indonesia tidaklah dapat dipungkiri. Namun kenyataannya, kita sangat lemah dalam melindungi segala macam yang bersifat "warisan" ini, sehingga membuat Malaysia mengklaim batik sebagai salah satu warisan budaya mereka. Perselisihan dan persengketaan ini akhirnya diselesaikan oleh UNESCO dengan menetapkan batik sebagai salah satu warisan dunia asli Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009. Tanggal 2 Oktober itulah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganjurkan seluruh pegawai di lingkungan pemerintahan menggunakan batik sebagai pakaian kerja pada hari Jumat. Anjuran ini sebagai salah satu usaha untuk memperkenalkan batik sebagai identitas bangsa. Tidak hanya pegawai pemerintahan yang mengenakan batik pada hari Jumat, banyak juga pegawai di lingkungan swasta yang menggunakan batik sebagai pakaian kerja di hari yang lain. Penghargaan dunia terhadap batik Indonesia sangatlah membanggakan. Namun yang terpenting adalah bagaimana agar kita sebagai bangsa yang besar mampu melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa. Untuk itu, sangatlah penting membangun kesadaran bersama agar batik tidak hanya menjadi euforia dan trensesaat yang kemudian hilang begitusaja. Batik harus tetap dikembangkan agar identitas sebagai bangsa Indonesia tidak pudar dan kecintaan terhadap batik juga tidak luntur. Dengan demikian, batik tidak hanya menjadi warisan sebagai bagian masa lalu, tetapi tetap eksis di masa kini dan semakin berkembang di masa yang akan datang. Usaha untuk memperkenalkan batik sebagai salah satu identitas bangsa tidak hanya dilakukan dengan mengenakan batik di berbagai kesempatan. Setiap pengusaha, pemerintah, elite politik, desainer, model, dan berbagai pihak lainnya juga banyakberperansertadalam memperkenalkan batiksebagai identitas bangsa Indonesia di forum internasional. Indonesia terletak di Asia Tenggara dan merupakan bagian dari masyarakat dunia. Keberadaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan negara-negara lainnya, baik negaranegara tetangga, maupun negara-negara di belahan dunia lain. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia pun turut berperan aktif dalam berbagai forum dan kancah dunia untuk kemajuan. Di forum-forum seperti inilah bangsa Indonesia menggunakan batik untuk mengenalkan Indonesia. Pengenalan terhadap batik tentunya tidak hanya lewat pemakaian batik di forum-forum internasional. Pengenalan itu dapat pula dilakukan melalui desain para desainer handal dari Indonesia yang menggunakan batik sebagai bahan utamanya; dapat dilakukan melalui pameran-pameran tekstil internasional; pembukaan gerai-gerai batik dari Indonesia di negara-negara lain; ekspor batik; pengiriman tenaga-tenaga ahli batik untuk memberikan pelajaran dan pengajaran tentang batik di luar negeri; penerbitan buku-buku berbahasa Inggris tentang batik; pengenalan adanya industri dan wisata batik di Indonesia; dan masih banyak lagi cara yang dapat ditempuh oleh setiap warga negara Indonesia untuk turut serta menyebarluaskan batik. Indonesia merupakan sumber utama inspirasi dunia dalam mengenai dan memahami batik. Di Indonesia, tradisi membatiktelah diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan adanya berbagai arti simbolis dalam wujud teknik, corak, proses pembuatan yang panjang, pemakaian secara khusus dalam berbagai upacara adat, hingga berada di area kekuasaan, seperti Keraton Yogya dan Keraton Solo, batik telah menjadi identitasyang memiliki maknadari kehidupan budaya bangsa Indonesia. Pengembangandan modifikasi batik dalam berbagai bentuk dalam keperluan masyarakat juga telah banyak membantu memperkenalkan batik sebagai salah satu identitas bangsa. Batik tidak lagi hanya dipakai dalam bentuk busana, tetapi segala macam keperluan kehidupan untuk semua katangan. Dengan dernikian, batik sebagai identitas bangsa diharapkan tidak luntur begitu saja. Dengan corak batik yang saat ini beragam, cantik, fresh, dan memenuhi selera kaum muda, generasi muda yang merupakan salah satu ujung tombak peiestarian batik dapat berbangga hati dengan batik. Bahkan batik juga sudah banyak yang digunakan sebagai atribut dalam kegiatan olahraga, seperti balap motor, balap mobil, basket, dan lain-lain yang sesuai dengan selera kaurn muda. Apa pun bentuk pengembangan dan modifikasi yang dilakukan terhadap batik, kita patut berbangga hati dan terus mendukung. Dengan adanya kreativitas seperti itulah batik dapat lestari. BATIK DAN KEBUDAYAAN Indonesia sangatlah kaya akan kebudayaan. Batik hanya salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang ada di Indonesia. Batik merupakan bagian kebudayaan asli Indonesia yang diturunkan dari generasi ke generasi dengan cara yang sangat elegan, diajarkan dan dijadikan tolok ukur kedewasaan seseorang. Batik sebagai bagian dari kebudayaan bukan hanya digunakan untuk melatih keterampilan lukis dan sungging, tetapi juga penuh dengan pendidikan etika dan estetika bagi perempuan zaman dulu. Batik juga ikut menandai peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia, terutama di Jawa. Misalnya, batik corak sido mukti cocok digunakan untuk upacara pernikahan. Tentunya ini bukan sekedar dipakai, tetapi digunakan untuk menyampaikan maksud-maksud tertentu secara simbolis melalui motif-motif batik. Kebudayaan Indonesia selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Kebudayaan bersifat sangat dinamis dan mengikuti perkembangan pemiliknya. Untuk memahami kebudayaan, kita juga harus memahami makna, nilai, simbol, dan acuan yang digunakan oleh komunitas pendukungnya. Nilai-nilai yang berkaitan dengan sesuatu yang dianggap berharga dan simbol biasanya merniliki fungsi tertentu yang erat berkaitan dengan identitas komunitas. Pada umumnya, kebudayaan mengandung dua kemampuan sekaligus, yaitu kemampuan untuk melestarikan dan kemampuan untuk mengembangkan. Satu kemampuan mempertahankannya agar lestari, sementara daya yang lain menariknya untuk berkembang lebih maju. Kemampuan tersebut akan sangat bergantung pada tingkat ketahanan budaya masyarakatnya. Semakin rendah ketahanan budaya masyarakat, semakin kuat budaya luar memengaruhi dan bahkan menghilangkannya secara perlahan-lahan. Proses persentuhan budaya lokal dengan tradisi-tradisi besar di dunia telah melahirkan keragaman budaya Nusantara, demikian pula yang terjadi pada batik. Baling silang budaya itu telah membuat perubahan yang dinamis dalam tradisi batik Nusantara. Batik di Indonesia telah mengalami perubahan yang demikian kreatif sehingga memunculkan berbagai bentuk dan corak yang sangat asli Indonesia, seolah-olah tidak ada kebudayaan lain yang melatari corak-corak dan motif-motif tersebut. Berbagai jenis batik di Indonesia yang dipengaruhioleh India, Eropa, Asia, dan berbagai bentuk karakterbusana tradisi-tradisi besardiduniatelahmengejawantah menjadi dirinya sendiri. Mereka telah menjawab tantangan budaya global secara kreatif, sehingga tidak terdesak tenggelam di dalam kebudayaan-kebudayaan besar tersebut. Seni batik di Indonesia bukan hanya "seni yang indah dilihat" tetapi juga "seni yang dapat dipakai". Seni batik telah berkembang sedemikian pesat sehingga tidak hanya menjadi karakteristik keindahan, tetapi telah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dengan sangat mudah dapat diperhitungkan nilai jual belinya berdasarkan keindahan dan kegunaannya. Keragaman corak, warna, hingga estetika yang membentuk batik pada masing-masing daerah bukan saja merupakan identitas visual artistik dari keragaman batik itu sendiri, tetapi sekaligus dapat dilihat sebagai identifikasi karakter budaya yang membentuknya. Selain itu, ada pula filosofi, sejarah, dan nilai lainnya. Kebudayaan yang maju di suatu negara akan semakin mendorong masyarakatnya untuk terus bergerak kreatif. Dengan kekreatifan itu, diharapkan batik Indonesia akan semakin menunjukkan jati dirinya sebagai salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang memiliki ciri, karakter, warna, corak, dan motif yang khas Indonesia. BATIK DAN PARIWISATA Dunia pariwisata Indonesia tidak dapat dilepaskan dari batik, teriebih sejak dikukuhkannya batik sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia. Batik telah begitu banyak digunakan, sangat populer, dan menjadi salah satu ikon pariwisata Indonesia. Batik kerap digunakan pada hari atau acara tertentu oleh seluruh komponen industri pariwisata di Indonesia. Keberadaan batik di Indonesia sangat menunjang industri pariwisata. Kita dapat menemukan batik di setiap tempat wisata, meskipun batik sendiri bukan komponen utama untuk pariwisata di daerah tersebut. Misalnya saja di Bali, kita dapat dengan mudah menemukan batik di berbagai tempat; dari bandara, hotel, rumah makan, pakaian para pelayan, suvenir, perabotan, berbagai atribut di tempat wisata, dan lain-lain. Batik telah ikut membantu memperkenalkan pariwisata Indonesia di mata dunia. Dengan berbagai atribut batik tersebut, mau tidak mau para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing, teringat akan batik. Ingat batik berarti ingat Indonesia. Secara tidak langsung, ini akan membantu promosi pariwisata Indonesia ke wisatawan asing di luar negeri. Ikon penggunaan batik di Indonesia pasti sangatlah khas dibandingkan dengan penggunaan batik-batik di negara lain. Dan bila batik menjadi atribut yang ada di kota-kota batik, para wisatawan tidak hanya melihat dan menikmati pemandangan tentang batik, tetapi mereka juga dapat mengenal batik dengan lebih dekat. Mereka dapat berkunjung ke museum batik dan mengetahui sejarah perbatikan, mengenali proses dan cara membatik, berbelanja batik dengan harga yang lebih murah dan kualitas terbaik, dan berbagai macam hal yang berkaitan dengan batik. Dengan demikian, mereka akan lebih mengenali batik yang di dalamnya terdapat berbagai nilai-nilai dan makna filosofis yang adiluhung. Pengenalan batik untuk memopulerkan pariwisata Indonesia tidak hanya dilakukan di dalam negeri, namun juga gencar dilakukan di luar negeri. Berbagai elemen, mulai dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Indonesia di luar negeri juga ikut menggunakan batik sebagai sarana mempromosikan Indonesia, terutama bidang pariwisata. Di berbagai perwakilan Indonesia di luar negeri, tidak jarang diadakan kegiatan yang bersifat mengenalkan batik dan pariwisata dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan asing ke Indonesia. Pengenalan-pengenalan tersebut sering pula dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Batik telah menjadi salah satu identitas Indonesia yang dapat digunakan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Batik yang khas Indonesia sangat memudahkan orang asing mengingat segala sesuatu tentang Indonesia. Batik membuat orang yang awalnya sama sekali tidak tahu tentang Indonesia ingin berkunjung ke Indonesia. Mungkin tujuan awal mereka ke Indonesia hanya untuk mengenal batik secara intensif, tetapi tidak jarang kemudian mereka meneruskan perjalanan wisata batiknya ke tern pat-tern pat wisata lain di Indonesia. Hal ini jelas sangat menguntungkan dunia pariwisata Indonesia karena pada umumnya, sekali orang asing berkunjung ke Indonesia, mereka akan datang lagi di lain waktu dengan rombongan yang lebih besar. Ini bisa terjadi karena mereka terpikat dengan Indonesia yang begitu indah, ramah, memukau, dan penuh kebudayaan yang tiada bandingnya. Selain batik, berbagai tari-tarian asli Indonesia yang menggunakan pakaian adat juga turut membantu perkembangan pariwisata Indonesia. Masih ditambah lagi berbagai macam ritual dan upacara adat. Batik tidak dapat dilepaskan dari masyarakat Indonesia dan keberadaannya pun telah membantu kemajuan dunia pariwisata Indonesia. Pariwisata Indonesia memang tidak bergantung pada keberadaan batik, namun pengakuan dunia internasional atas batik sebagai warisan budaya asli Indonesia telah mendorong industri pariwisata Indonesia berkembang pesat dengan menggunakan batik sebagai pendukungnya. BATIK DAN DUNIA FASHION Di balik simbol-simbol dalam berbagai motif dan corak batik terdapat banyak makna dan nilai-m'lai luhur yang ingin disampaikan. Batik di Indonesia telah melewati masa dan sejarahyang panjang untuk sampai pada perkembangannya yang pesat dewasa ini. Semua tidak lepas dari perkembangan zaman, pemikiran, teknologi, hingga kreativitas yang mewarnai motif dan corak batik. Kreativitas memang tanpa batas. Kreativitas mendorong seseorang menjelajahi alam pikiran yang gaib dan membuat kejutan yang tidak terduga. Kreativitas para pelaku industri batik terus berkembang menerobos ruang dan waktu tanpa mengabaikan nilai-nilai universal, sehingga dapat bertahan dan semakin kokoh eksistensinya. Merupakan suatu keniscayaan realitas bahwa kemudian batik Indonesia lebih mampu mengaktualisasi diri sebagai satu bagian dari warisan budaya yang disenangi, menjadi tren, berkembang pesat, dimodifikasi, dikembangkan, disebarluaskan, hingga menjadi semacam budaya baru yang up-to-date. Batik tidak tenggelam dimakan usia karena adanya usaha terusmenerus dari generasi ke generasi untuk melestarikannya, sesuai dengan perkembangan pemikiran dan teknologi di masanya masing-masing. Kenyataan ini semakin menemukan relevansi ketika dunia batik menjadi bagian dari dunia mode dan dunia fashion. Didalamdunia mode dan dunia fashion, telah berkembang adanya fashion design industry yang membuat batik semakin kokoh dan eksis. Batik telah diakui sebagai bahan fashion yang diperhitungkan, tidak hanya di dalam Indonesia tetapi juga di luar negeri, di pentas internasional. Dengan adanya sistem industri tersebut, segala sesuatu yang berkaitan dengan urusun komersial berjalan dengan sangat ketat, tidak hanya bergantung pada selera pencipta (designer), tetapi juga melibatkan unsur-unsur lain secara terpadu, seperti konseptor, penata gaya, pembuat, promoter, pemasar, kolektor, pemakai, pengamat, kritikus, hingga penulis. Hubungan lain yang berkaitan dengan kerjasama tersebut adalah adanya industri batik yang bersifat global, di mana batik Indonesia telah menjadi bagian dari liberalisesi perdagangan tekstil dunia. Di sinilah diperlukan komitmen yang kuat dari berbagai unsur dan komponen yang bekerja sama tersebut untuk tetap mempertahanan keteguhan hati dalam mempertahankan unsur dan nilai budaya bangsa yang terkandung di dalam batik. Perjalanan sejarah batik yang sangat panjang tentunya tidak dapat dilepaskan dari masalah perekonomian. Bahkan di masa lalu, batik ikut menopang perekonomian masyarakat saat negara dalam keadaan perang dan masih dalam masa penjajahan. Jadi, batik bukan sekedar kain warisan yang tidak bernilai karena batik sarat akan kisah yang mendalam. Para pelaku industri fahion batik harus selalu memperbarui komitmen mereka bahwa batik merupakan jati diri mereka. Batik tetap harus kental dan menjadi karakter dari setiap karya mereka walaupun batik sudah dibingkai dalam pola-pola liberalisesi maupun pasar bebas atas dasar keuntungan komersial. Bagaimana pun juga, urusan industri dan komersialisasi tidak harus mengabaikan nilai-nilai budaya adiluhung yang terkandung di dalam batik. Telah banyak pengusaha batik nasional yang mernpertahankan batik sebagai industri mereka. Walaupun mereka mengeluarkan batik cap sebagai produksi massal dengan berbagai desain yang modern dan tidak sesuai pakern, mereka juga tetap mengeluarkan batik tulis yang setia pada nilai-nilai budaya dan menggunakan pakem batik yang sangat kental bahkan cenderung konvensional. Fashion batik juga terus mengalami perkembangan pesat. Batik tidak hanya menjadi fashion golongan tertentu, namun batiktelah menjadi miliksemua orang, dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, orang sampai tua. Dalam dunia busana pun sudah banyak perancang muda yang serius menekuni fashion batik. Inilah yang mendorong perkembangan fashion batik. Pengembangan terhadap batik tidak hanya berkaitan dengan busana. Batik sebagai fash/on juga telah merambah home furnishing, misalnya piring dengan desain batik untuk suvenir, corporate gift, taplak meja, bantal hias, serbet, quilted bedcover, dan lain-lain. Semuanya itu akan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Semakin banyak orang yang terlibat dalam fashion batik, semakin banyak pula tenaga kerja yang terserap. Perkembangan ini tentu sangat baik untuk terus ditingkatkan di masa-masa yang akan datang. WISATA BATIK DI INDONESIA Membicarakan wisata batik di Indonesia ibarat membicarakan seluruh kota yang ada di Indonesia. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya setiap kota di Indonesia memiliki daerah "wisata batik", meskipun hanya kelas kecil atau mungkin baru berupa beberapa tempat perbelanjaan yang menyediakan batik. Hampir di seluruh kota di Indonesia dapat ditemukan tempat yang memperjualbelikan batik. Namun yang dimaksud dengan wisata batikdisiniadalah tempat yang dikenal sebagai daerah tujuan wisata batik. Di tempat tersebut tidak hanya terjadi jual beli batik, tetapi juga komponen atau unsur-unsur penunjang lainnya, seperti museum batik, cara pengenalan dan pembuatan batik, sarana dan prasarana yang memadai untuk mencapai tempat tersebut, dan lain-lain. Berikut ini adalah tempat-tempatyang dikenali sebagai daerah wisata batik di Indonesia. Daerah-daerah wisata batik pada umumnya terdapat di daerah-daerah yang memiliki sejarah cukup panjang berkaitan dengan batik. Jadi, di sini akan dikemukakan daerah-daerah wisata batik, yang di dalamnya terdapat berbagai fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan batik secara cukup lengkap. Baik dari sejarah, proses pembuatan, penjualan, dan lain-lain yang berkaitan dengan batik. A. Tulungagung Tulungagung memiliki sejarah batik yang cukup panjang. Di kota yang terkenal dengan industri marmernya ini terdapat beberapa tempat yang dapat dijadikan wisata batik, di antaranya Desa Sembung dan Desa Majan. Keberadaan wisata batik di Tulungagung ini dipelopori oleh Lintu Tulistyan-toro dan Sigit, perajin batik dari Tulungagung. Mereka berusaha menumbuhkan kembali semangat dan kecintaan terhadap batik tulungagung, yang memiliki nilai sejarah terhadap perkembangan batik di Jawa Timur dan Nusantara secara umum. Dengan adanya desa tersebut sebagai wisata batik, diharapkan perhatian masyarakat terhadap batik semakin meningkat dan akan meningkatkan penjualan batik. Dengan demikian, diharapkan secara tidak langsung meningkatkan kesejahteraan perajin batik. Di sini, orang yang datang juga bisa belajar membatik, mengetahui sejarah singkat batik, dan juga melakukan pembelian berbagai jenis dan bentuk batik. Sebagian besar tempat wisata batik di Tulungagung menggunakan bahan-bahan alam, meskipun tetap mengedepankan inovasi. Bahan-bahan alam tersebut digunakan karena aman untuk lingkungan dan murah karena banyak terdapat di lingkungan sekitar. Batik tulungagung berasal dari banyak daerah di sekitarnya. Daerah tertua Bonorowo atau Mrowo memiliki ciri khas batik dengan tanaman atau binatang air. Beberapa corak antara lain kalangbret dengan ciri khas kotongon (bentuk kosong tanpa ada isen-isennya) dan kembang blinjo. Ada pula corak rowan dengan ciri khas tergantung daerah yang membuat. Corak yang lain misalnya sekar jagad dengan ciri bunga-bunga. Sedangkan batik di Desa Majan, mengadaptasi dari Jawa Tengah; ada corak sido luhur jarot asem, merak biru kedah, banyak ndekem (sampek engtay), dan lain-lain. Umumnya, batik di Tulungagung dan sekitarnya ini dipengaruhi corak-corak batik dari Solo dan Yogya. B. Mojokerto Mojokerto adalah kota istimewa dalam sejarah Indonesia. Inilah kota yang pernah menjadi ibukota Majapahit. Jadi, tidak mengherankan kalau di kota ini banyak sekali peninggalan bersejarah, baik yang sudah ditemukan dan terdata maupun yang masih terpendam dan tersebar di hampir seluruh wilayah Mojokerto. Sayangnya, walaupun di masa lalu batik mojokerto berkembang cukup pesat, kini hampir tidak tersisa jejaknya. Hanya ada satu keluarga yang secara turun-temurun meneruskan tradisi membatik, dan diperlukan kesabaran bertanya untuk bisa menemukan lokasinya karena warga setempat umumnya mengernyitkan dahi bila mendapat pertanyaan tentang "wisata batik mojokerto". Yang masih sangat aktif membatik adalah Erna, perempuan setengah baya yang secara turun-temurun meneruskan tradisi membatik dengan canting di kediamannya di kawasan Surodinawan. Bisa jadi, dia kini satu-satunya pembatik yang masih produktif di Mojokerto. Batik yang biasa dibuatnya adalah batik khas Mojokerto dengan simbol Surya Majapahit yang dicampur dengan motif merica belong, beras tumpah, dan motif-motif primitif lainnya. Di tempat ini, walaupun skalanya kecil, kita bisa mendapatkan banyak wawasan tentang batik, mengerti dan mengikuti proses pembuatan batik, serta membeli atau memesan batik yang kita inginkan. C. Ponorogo Di Ponorogo, hanya terdapat tempat belanja batik yang menyediakan batik-batik khas Ponorogo, yang sebagian besar coraknya didominasi oleh gambar-gambar merak yang populer. Namun demikian, banyak sekolah bahkan masyarakat pembatik yang bersedia memberikan workshop batik secara berkala pada mereka yang memerlukan. D. Yogya "Yogya Kota Wisata". Sepertinya julukan itu tidak berlebihan untuk Yogya. Kalau kita sudah ada di kota ini, ada banyak sekali tempat wisata yang dapat dinikmati, dari kotanya yang sangat nyaman dengan berbagai tradisi dan budaya, pantai-pantai yang menawan, hingga peninggalan-peninggalan sejarah yang sangat banyak. Tidak ketinggalan pula wisata kulinernya yang luar biasa. Wisata batik di kota ini juga sangat lengkap. Batik seperti apapun pasti dapat ditemukan di kota ini. Ada banyak sentra industri batik yang menyediakan wisata batik. Daerah yang biasa dijadikan tempat wisata batik antara lain Tirtodipuran, wisata batik Kayu Krebet Bantul, Kampung Batik Giriloyo, Desa Kliwonan, dan museum batik yang ada di Jl. Dr. Sutomo 13A Yogyakarta. Selain itu, wisatawan yang ingin mendapatkan model batik dalam bentuk lukisan dapat menemukannya dengan mudah di Pasar Seni Gabusan, sepanjang Jalan Malioboro, atau pun Pasar Beringharjo. Selain tempat-tempat tersebut, ada pula tempat wisata batik yang cukup lengkap, yaitu Museum Ullen Sentalu di Kaliurang (dekat Kali Boyong) yang menyimpan sejarah kejayaan kerajaan yang lebih menonjolkan jati diri wanita-wanita keraton yang selama ini belum banyak diketahui orang. Museum ini sudah dibuka dari tahun 1997 oleh KGPAA Paku Alam VIII yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DIY. Di Yogya, para pengagum batik bisa puas mendapatkan segala sesuatu tentang batik: sejarahnya, wisatanya, belanjanya, bahkan workshop pembelajaran tentang batik. Membatik di Yogya bukanlah sesuatu yang aneh dan merupakan profesi yang cukup populer. Membatik tidak lagi hanya dilakukan oleh nenek-nenek atau orang-orang tua generasi lama. Di sini, membatik telah menjadi bagian dari kegiatan generasi muda. Di berbagai tempat dapat ditemukan anak-anak muda sibuk membatik. Di Yogya, para seniman dan pengusaha batik terus-menerus melakukan inovasi dan terobosan di bidang batik. Dengan demikian, wisata batik di Yogya mengalami perubahan dan perbaikan setiap saat. Semuanya dilakukan untuk dapat mempertahankan usaha batik itu sendiri dan di sisi lain juga mencari hal-hal baru yang dapat dikembangkan untuk memajukan batik secara umum. E. Solo Solo juga merupakan kota besar untuk batik. Di sini terdapat banyak sentra industri batik sehingga wisata batik pun bisa dilakukan di banyak tempat di kota ini. Di antaranya adalah wisata batik Kampung Kauman, wisata batik Kampung Laweyan, wisata batik Museum Galeri Batik Kuno Danar Hadi, dan Pasar Klewer. Batik apa pin tersedia di kota ini. Selain itu, dijamin harganya cukup murah dan masih bisa ditawar. F. Kebumen Saat ini terdapat sekitar 170 perajin batik tulis yang eksis di Kebumen. Mereka terus melakukan produksi batik dengan kecepatan seminggu untuk corak yang sederhana dan sebulan untuk corak yang rumit. Pusat industri batik yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata batik adalah Desa Tanuraksan, yang berada di Jalan Karangsambung Km 1,5 RT 04 RW 01 Tanuraksan, Depan Masjid Al Khayyu, Kebumen. Di tempat tersebut ada kegiatan pembatikan, pemesanan, hingga jual beli batik. G. Banyumas Banyumas memiliki cukup banyak perajin batik, namun daerah yang paling banyak menghasilkan batik adalah Desa Sokaraja. Di sini banyak sekali perajin batik yang terus memproduksi batik, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Banyumas, tetapi juga untuk pesanan dari luar daerah. Kalau ingin berwisata batik di Banyumas, pastikan mampir ke Sokaraja. Di tempat ini kita bisa belajar membatik, membeli, hingga memesan batik. Walaupun wisata batiknya belum dikelola secara profesional, ada kecenderungan tempat ini akan dijadikan daerah wisata batik di masa-masa yang akan datang. H. Pekalongan Kalau ingin memanjakan keinginan tentang batik dan seluk-beluknya, kota yang tak boleh dilewatkan adalah Pekalongan. Kota ini merupakan salah satu sentra industri batik terbesar di Nusantara. Di sana banyak sekali industri dan pusat-pusat perdagangan batik yang dapat dijadikan referensi wisata batik. Biasanya sentra industri batik di Pekalongan disebut berdasarkan nama desa atau kelurahannya karena hampir semua penduduk di daerah tersebut bekerja di bidang batik; baik sebagai perajin, pengusaha, pedagang, hingga pemasok kain dan perabotan keperluan batik. Sebut saja sentra industri batik Jenggot, sentra industri batik Kradenan, sentra industri batik Kergon dan Pesindon, sentra industri batik Kauman, sentra industri batik Landungsari, dan sentra industri batik Pasirsari. Di tempat-tempat tersebut, para wisatawan dapat menikmati wisata batik dengan lengkap, mulai dari mengetahui cara membatik, membeli batik, hingga pemesanan. Segala jenis dan bentuk batik dapat ditemukan di tempat ini. Apabila tidak cukup puas dengan mengunjungi sentra-sentra industri batik, jangan khawatir. Di Pekalongan terdapat dua pasar grosir besar yang bisa memanjakan mata dan keinginan kita untuk berbelanja batik, yaitu Pasar Grosir Setono dan Pasar Grosir Gamer. Keduanya terletak di Jl. Dr. Sutomo, Pekalongan. Seharian mengelilingi pusat grosir ini serasa tak puas karena ada begitu banyak batik yang ditawarkan. Kalau masih merasa belum puasbelajarmembatikdan belanja batik dari sentra industri maupun pasar grosir, wisata batik bisa dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Batik Nasional yang berada di Jl. Jetayu No. 3, Pekalongan. Museum terebut berisi segala pengetahuan yang ingin kita ketahui tentang batik. Secara umum, bangunan museum ini seperti bangunan museum lainnya. Tiket masuk ke tempat ini sangat murah dan pelayanannya sangat memuaskan. Setelah membayar tiket, pengunjung akan didampingi seorang guide untuk melihat seluruh koleksi. Koleksi di museum tersebut selalu diperbaharui dan di-rolling. Demikian pula dengan tatanan interiornya. Museum ini telah menjadi salah satu aset nasional dan dikelola langsung oleh pemerintah pusat dan bukan milik Pemda Pekalongan. Menurut statistik data pengunjung, rata-rata per bulan terdapat sekitar 150 orang pengunjung dan sebagian merupakan wisatawan asing. Di museum ini terdapat 4 ruang pamer, perpustakaan, dan ruang peraga. Ruang pamer utama menampilkan gambaran umum batik, bahan pembuatnya, dan aneka batik kuno, baik dari Indonesia maupun batik luar yang menurut ceritanya didatangkan dari India. Ruang pamer kedua merupakan ruang batik Nusantara. Di sini ditampilkan batik khas dari daerah di seluruh Indonesia. Ruang pamer ketiga adalah ruang interior batik, menampilkan perangkat interior rumah dengan bahan dasar batik. Terdapat juga batik koleksi seorang warga negara Australia bernama Digby Mackintosh yang dihibahkan kepada Museum Batik Pekalongan. Ruang pamer yang terakhir adalah ruang IwanTirta, berisi bermacam-macam kain batik hasil karya Iwan Tirta, seorang desainer Indonesia yang memiliki kecintaan pada batik. I. Tegal Di kota Tegal terdapat sekitar 200 perajin batik tulis yang hampir semuanya berada di kecamatanTegal Selatan. Mereka memproduksi batik untukkepentingan masyarakat Tegal dan juga memenuhi pesanan dari luar Tegal. Tempat wisata batik di Tegal dapat ditemukan di Griya Batik Tulis Tegal yang ada di Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. Griya ini didirikan oleh pemerintah Kota Tegal bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Tegal. Griya batik tulis ini merupakan pusat perdagangan dan pendidikan batik tulis di Kota Tegal. Di sini para pengunjung dapat mengetahui proses pembuatan batik tulis dan juga melakukan pembelian maupun pemesanan batik. J. Tasikmalaya Tasikmalaya merupakan salah satu sentra industri batik di Indonesia. Setelah penetapan Hari Batik dan penetapan dari Wali Kota Tasikmalaya agar para pegawai di lingkungan pemerintahan dan swasta mengenakan batik pada hari Kamis dan Jumat, batik menjadi semakin populer di Tasikmalaya. Sejak itu, galeri batik bermunculan di Tasikmalaya sehingga mempermudah wisatawanyang hendak belanja. Namun galeri batik yang dapat dijadikan rujukan sebagai wisata batik adalah Galeri Batik Tasik Deden di sentra batik Cigeureung, Tasikmalaya. Koleksi di galeri ini sangat lengkap dan selalu diperbarui. Selain itu, berbagai jenis bahan batik ada di sini. Harganya juga sangat variatif dan dapat menyesuaikan kantong pengunjung. K. Ciamis Di masa lalu, Ciamis pernah menjadi daerah sentra industri batik. Namun industri batik ini sempat berhenti karena kalah saing dengan batik printing. Baru setelah munculnya pengakuan UNESCO terhadap batik pada tanggal 2 Oktober 2009, industri batik tulis mulai berkembang kembali. Ada salah satu tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata batik, yaitu Sanggar Rukun Batik. Di sanggar ini dilakukan produksi batik khas Ciamis dengan 20 orang pekerja. Selain memproduksi batik, Sanggar Rukun Batikjuga membuka tempat untuk belajar membuat batik sehingga batik ciamis dapat dilestarikan. Corak-corak batik ciamis yang populer adalah galuh pakuan, parang sontak, ciung wanara, dan batu hiu. L. Cirebon Kota ini merupakan salah satu sentra industri batik nasional. Di kota ini terdapat banyak perajin batikdengan gaya Cirebonan. Sangat mudah menemukan sentra-sentra batik di kota ini, namun tempatyang dapat dijadikan rujukan sebagai wisata batik adalah Desa Trusmi Kulon dan Desa Trusmi Wetan yang berada di Kecamatan Plered, Kota Cirebon. Batik dari daerah ini sering disebut dengan batik trusmi. Tempat ini terletak sekitar 5 km dari pusat kota Cirebon. M. Garut Kota ini merupakan salah satu sentra industri batik nasional. Di banyak tempat, di kota ini dapat dengan mudah ditemukan sentra-sentra industri batik. Namun tempat yang dapat dijadikan rujukan untuk wisata batik adalah Galeri Batik Tulis Garutan RM yang ada di Jl. Papandayan 54, Garut. Batik yang diproduksi sebagian besar merupakan batik tulis dan khas Garut, yang terkenal dengan nama batik garutan. Produksinya cukup banyak karena gerainya tersebar di beberapa kota dan sudah melayani penjualan ke luar negeri. Pengunjung di sini dapat membeli, memesan batik, juga dapat belajar membuat batik. N. Jakarta Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara memiliki banyak tempat yang dapat dijadikan wisata batik. Namun wisata batik di Jakarta lebih bersifat wisata belanja. Pasar-pasar grosir hingga butik-butik batik elite tersedia di Jakarta. Sebut saja Pasar Grosir Tanah Abang, Pasar Grosir Mangga Dua, Pasar Grosir Jatinegara, Pasar Grosir Cililitan, dan lain-lain. Batik juga masuk ke berbagai mall elite, seperti di Senayan City, EX Plaza, FX Plaza, Thamrin City, dan berbagai butik elite khusus batik yang tersebar di kawasankawasan elite Jakarta, seperti Kemang. Selain itu, batik-batik dari gerai-gerai yang sudah branded juga banyak terdapat di galeri-galeri hotel berbintang lima di seluruh Jakarta. Koleksi batik di Jakarta pun sangat komplit. Kita bisa mendapatkan berbagai jenis batik sesuai dengan keperluan dan dana yang disediakan, dari batik cap hingga batik halus edisi terbatas. Jakarta merupakan pusat berkumpulnya berbagai batik dari daerah produsen batik di Jawa sebelum kemudian dikirimkan ke luar Jawa. Kota yang terjaga sepanjang waktu ini menyajikan pesona tersendiri untuk wisata belanja batik. Tentu saja, kalau khusus untuk berbelanja batik, calon pembeli dapat memilih gerai-gerai atau butik-butik khusus batik. O. Riau Batik riau yang cenderung terpengaruh oleh tradisi Melayu ini sebenarnya dapat dengan mudah ditemukan di setiap tempat, terutama pusat-pusat perbelanjaan- biasanya selalu ada tempat-tempat yang khusus melayani pembelian batik. Namun kalau ingin berwisata batik, ada satu galeri yang dapat dijadikan rujukan yaitu Galeri Sri Puan yang berada di Jl. Pantai Impian Gg. Lumba-lumba VI No 63, Tanjung Pinang, Riau. Tempat ini memiliki koleksi batik yang relatif lengkap walaupun tempatnya tidak mewah dan bukan didesain seperti gerai-gerai atau galeri batik. Tempat ini merupakan tempat yang layak untuk berwisata batik. Selain itu, ada juga yang menyediakan penjualan batikdan memberi pelajaran tentang membatik, yaitu Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Riau yang berada di Jl. Sisingamangaraja No. 140, Pekanbaru, Riau. P. Jambi Jambi merupakan salah satu kota penting dalam sejarah perkembangan batik Nusantara. Di masa sekarang pun perkembangan industri batik di kota ini cukup pesat. Batik Jambi disenangi tidak hanya oleh masyarakat Jambi, tetapi juga oleh masyarakat dari berbagai daerah di luar Jambi. Tidak hanya itu, banyak pula wisatawan mancanegara yang menyenangi batik Jambi. Hal ini disebabkan karena coraknya yang khas didominasi oleh warna-warna terang yang berbeda dengan batik-batik yang ada di Jawa. Wisata batikyang dapat dikunjungi di kota ini adalah Desa Seberang Kota, yang berada tepat di jantung kota Jambi yang terletak di pinggir Sungai Batanghari. Desa ini penuh dengan para perajin batik tulisyang membawa dan menghadirkan kembali kejayaan batik kuno dari Kerajaan Melayu Jambi. Demikian populernya daerah ini hingga banyak birowisata yang menyediakan paket wisata batik lengkap dengan workshop batiknya. Jadi, kalau berada di sekitar Jambi, kita tak perlu jauh.-jauh ke Jawa untuk dapat berwisata batik. Belajar batik di sini menjadi sangat khas karena cenderung ke arah membuat lukisan batik. Q. Bengkulu Bengkulu memiliki beberapa tempat yang dapat dijadikan tujuan untuk berwisata batik. Berbeda dengan Jambi yang memiliki fasilitas belajar batik cukup lengkap, daerah ini sebagian besar merupakan tempat belanja batik. Namun karena di wilayah Bengkulu juga terdapat batik khas Bengkulu (besurek, dengan ciri bunga Raflesia), maka workshop batik juga mungkin diberikan pada kesempatan tertentu. Tempat-tempat yang dapat dijadikan rujukan untuk berwisata batik di Bengkulu adalah Ovelia Galeri yang ada di Jl. Sutoyo No. 6, Tanah Patah, Bengkulu (Telp: 073622387); Limura yang ada di Jl. S. Parman No. 16, Bengkulu (Telp: 0736 -342271); Anggrek Biru yang ada di Jl. A. Yani No. 14, Bengkulu (Telp: 0736-343211); dan La Mentique yang ada di Jl. Putri Gading Cempaka No. 30, Bengkulu (Telp: 0736-341081). Selain itu, biasanya batik juga terdapat di mal yang ada di Bengkulu. R. Pontianak Kota ini memiliki kekhasan dalam hal batik. Tempat wisata batik yang dapat dijadikan rujukan adalah Batik Insan di Jl. Nusa Indah III No. 61, Pontianak (Telp: 0561733417). Di sini terdapat koleksi batik khas Pontianak dan sekitarnya. S. Bali Bali merupakan salah satu tempat wisata yang paling spektakuler di Indonesia. Kepopulerannya sebagai tempat wisata pantai yang eksotis di dunia telah membuat Bali memiliki ciri tersendiri dalam hal batik. Di tempat ini, banyak terdapat gerai batik yang dapat dijadikan tempat sasaran berbelanja, baik tempat-tempat yang berjejeran di pinggiran jalan wisata hingga butik-butik khusus yang menyediakan batik. Tentu saja yang dominan di sini adalah batik dengan corak kain-kain khas Bali yang tidak dapat ditemukan di daerah lainnya. Namun di beberapa tempat juga tersedia berbagai batik dari daerah lain di Indonesia, termasuk dari Yogya dan Solo. Ada beberapa tempat di Bali yang dapat menjadi rujukan wisata batik, yaitu Pasar Seni Sukowati; Pasar Seni Kuta; Pasar Seni Guwang; Pasar Badung; Pasar Kumbasari; Uluwatu Handmade Balinese Lace yang berada di Jl. Legian, Jl. Pantai Kuta, Jl. D. Tamblingan Sanur, dan Jl. Monkey Forest Ubud; Lucy's Batik di Jl. Basangkasa 88X, Seminyak; Milo's di Kuta Square's; dan Prasada di Jalan Kunti, Seminyak. Demikianlah tempat-tempat wisata batik yang ada di Indonesia. Jika ingin berbelanja batik, hampir di setiap kota di Indonesia dapat ditemukan gerai, butik, atau pun pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan batik dengan berbagai bentuk, jenis, motif, dan pilihan harga yang sesuai. Jadi, kalaupun di daerah dekat kita belum ada tempat atau daerah khusus wisata batik, bukan berarti kita tidak bisa ikut menikmati dan melestarikan batik. Workshop atau pelatihan membatik sekarang ini juga sudah sangat banyak diberikan secara berkala di masing-masing daerah. Tidak ada alasan lagi untuk tidak mengenal batik dan membatik dari dekati Selamat berwisata batik. Mari kita lestarikan budaya asli Indonesia!. RAGAM KREASI BATIK INDONESIA Seperti telah dibahas sebelumnya, batik tidak hanya digunakan sebagai busana, tetapi telah berkembang menjadi berbagai macam barang sesuai dengan keperluan pemakainya. Di Indonesia, batik telah mencapai pengembangan yang luar biasa. Ragam kreasi batik tersebut akan terus berkembang dari tahun ke tahun mengikuti perkembangan zaman. Dengan memerhatikan berbagai kegiatan yang terus berkembang di lingkungan masyarakat, baik yang bersifat individu maupun kelompok berkaitan dengan batik, maka kita dapat mengetahui beberapa jenis produk batik yang ada. Produk batik tersebut merupakan produksi kerajinan yang memodifikasi batik. Berikut ini adalah barang-barang yang merupakan bentuk kreasi dari batik Indonesia. 1. Kain panjang dan kain sarung Kain dan sarung merupakan produk dasar dari batik. Kain panjang batik biasanya digunakan oleh para perempuan dan kain sarung digunakan oleh para lelaki, meskipun sekarang kondisi tersebut tidak lagi menjadi keharusan. Kain panjang dan kain sarung batik telah banyak dimodifikasi menjadi bentuk rok maupun celana. Semua itu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selain untuk kain panjang dan kain sarung, batiksebagai bahan busana tradisional juga dimanfaatkan untuk kerudung, selendang, ikat kepala, busana utama, dan kemben. 2. Pakaian jadi Bentuk pakaian jadi dengan bahan dasar batik sangat banyak ditemukan di pusatpusat perbelanjaan maupun di pasar grosir tradisional. Segala macam bentuk pakaian jadi, dari anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, baik lelaki maupun perempuan dapat ditemukan dengan mudah. Bentuk dan variasinya sangat bermacam-macam dengan ukuran yang beragam, harganya pun bertingkat-tingkat, dari yang murah, sedang, hingga yang sangat mahal karena hanya dibuat secara terbatas untuk memenuhi pesanan. Jenis pakaian yang bisa dibuat dari batik antara lain busana muslim, busana pesta, busana tidur, dan lain-lain. Tidak jarang pula batik digunakan sebagai bahan rok, gaun, scarf, dasi, sapu tangan, Tshirt, serta kostum boneka. 3. Tas Sudah banyak tas yang dibuat dengan bahan batik. Ada yang menggunakan bahan batik sepenuhnya, ada juga yang dimodifikasikan dengan bahan-bahan lainnya, seperti kain flanel, kayu, kulit, bambu, rotan, dan lain-lain. Semuanya itu makin membuat batik eksis dengan berbagai bentuk. 4. Sepatu Bentuk sepatu di masa modern ini sangat bermacam-macam. Demikian pula dengan bahannya. Sepatu batik juga sudah banyak dibuat dengan berbagai pengembangan dan modifikasinya. Mendapatkan sepatu batik juga sangat mudah, terutama di tempattempat yang khusus menjual batik. 5. Topi Topi dengan berbagai bentuk dari bahan batik juga dapat kita temukan dengan mudah. Ada yang berbentuk lebar, bulat, lonjong, kotak dengan berbagai hiasan, dan lainlain. Seperti juga tas, ada topi batikyang menggunakan bahan batik sepenuhnya, ada juga yang digabungkan dengan bahan-bahan lainnya sehingga menambah keartistikannya. 6. Dompet Biasanya dompetterbuat dari kulit binatang, misalnya kulit kambing atau kulit sapi. Namun sejak batik eksis, dompet pun banyak dibuat dari batik. Kadang dimodifikasikan dengan berbagai bahan lainnya sehingga dompet batik semakin cantik, tetapi tetap kuat dan awet. 7. Aneka selendang, kerudung modern, dan peralatan ibadah muslim Sangat banyak perempuan yang menggunakan selendang dan kerudung. Kedua jenis atribut pakaian ini juga sangat banyak yang berbahan plastik terutama batik sutera karena teksturnya yang halus dan nyaman dipakai. Selain itu, tidak jarang pula batik digunakan sebagai bahan mukena, sajadah, bahkan kopiah. 8. Barang keperluan rumahtangga Barang-barang keperluan rumah tangga sangat banyak dan beragam. Berbagai keperluan rumah tangga tersebut sudah banyak yang dibuat dari batik, misalnya seprai, bed cover, gorden, taplak, serbet, tutup tudung saji, tutup dispenser, tutup mogic com, tutup jok mobil, berbagai tutup perabotan rumah tangga, alas piring, alas gelas, bahkan permainan anak-anak, seperti boneka, dan lain-lain. 9. Batik lukis Lukisan terus mengalami perkembangan. Sekarang ini juga sudah banyak batik lukis yang menjadi koleksi masyarakat karena keindahan dan keunikannya. 10. Hiasan rumah tangga Banyak hiasan rumah tangga yang dibuat dari batik, misalnya penghias meja, penghias dinding, patchwork, tutup lampu hias, kartu bergambar, dan lain-lain. TIP-TIP BATIK Bagi orang yang sudah terbiasa dengan batik, sangatlah mudah untuk menentukan pilihan bagaimana membeli batik, merawat, memelihara, maupun berbelanja produk variasi batikyang menguntungkan dan menyenangkan. Namun bagi mereka yang tidak tahu sama sekali, bisa jadi yang mereka lakukan justru merugikan diri mereka sendiri. Misalnya, membeli batik dengan harga terlalu mahal, membeli batik dengan motif yang tidak sesuai dikenakan di acara tertentu, atau tidak benar cara mencuci dan merawat batik sehingga batiknya cepat rusak, dan lain sebagainya. Untuk menghindari hal-hal yang merugikan tersebut, di bagian ini akan diberikan beberapa tip yang berkaitan dengan dunia batik. Tip-tip tersebut berkaitan dengan cara memilih batik, cara belanja, dan cara merawatnya. A. Tip Memilih Batik Pada saat kita hendak menggunakan batik, kita pasti bingung saat dihadapkan pada berbagai pilihan yang terlihat sama bagusnya. Untuk itu, ada beberapa tip yang dapat kita ikuti dalam memilih batik. 1. Tentukan batik yang diinginkan. Untuk menentukan ini, kita bisa melihat dari referensi batik dari katalog-katalog galeri batik maupun majalah-majalah mode. Bertanya langsung pada orang yang mengerti batik juga sangat baik. Setelah itu, barulah tentukan batik yang diinginkan, seperti warna, bentuk, corak, jenis, harga, dan untuk keperluan apa. Setelah tahu apa yang diinginkan, akan mudah bagi kita untuk memilih batik yang beragam. Jika dilihat dari proses pembuatannya, batik dapat dibedakan menjadi batik tulis, batik printing, dan batik cap. Batik tulis memiliki motif yang sama pada bagian dalam dan luar pakaian. Sedangkan, batik printing lebih terang di bagian luarnya dan agak pudar di bagian dalam pakaian. Batik cap biasanya memiliki motif yang sama tetapi terlihat sangat "pasaran" karena memang diproduksi massal untuk kepentingan masyarakat menengah ke bawah. Untuk memastikannya, kita bisa mengeceknya langsung. Untuk kuantitas pembelian, kita tentu bisa membeli secara satuan maupun grosir, kecuali untuk batik tulis yang dibuat secara terbatas; biasanya harus memesan lebih dulu dan jadinya memerlukan waktu 3-4 bulan. 2. Jika dilihat dari bahannya, ada "batik lawas" yang awalnya digunakan untuk kain gendongan yang sifatnya mudah sobek. Secara penggunaan, bahan ini digemari karena dingin dan nyaman dipakai, seperti katun. Namun secara tekstur, kainnya lebih tebal dan terlihat berbeda dari bahan batik yang dipakai secara umum. 3. Bahan terbaik yang digunakan untuk batik tulis adalah bahan yang berasai dari alat tenun bukan mesin (ATBM). Untuk ini, biasanya bahan dasar yang digunakan adalah sutera. Jadi wajar kalau kemudian harga batik tulis sutera sangat mahal. Proses pembuatan batik tulisnya cukup lama dan bahan sutera juga cukup mahal. Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan jika hendak memilih batik. Jadi, semuanya memang sangat bergantung pada kita. Para penjaga butik-butik batik biasanya akan membantu kita menemukan jenis batik yang sesuai dengan keperluan kita. Namun pada umumnya, di setiap galeri batik tersedia batik-batik tulis dan halus yang diproduksi secara terbatas. B. Tip Belanja Batik Batik terlihat sangat menggoda. Apalagi kalau kita sedang berada di daerah wisata batik yang menyediakan berbagai pilihan dari ragam, bentuk, corak, kualitas, hingga harga. Untuk dapat berbelanja secara efektif dan efesien, ada beberapa tip belanja yang harus kita ikuti. 1. Proses pembuatan. Proses pembuatan batik akan memengaruhi harga dan kualitas kain batik yang dihasilkan. Batik tulis yang dikerjakan dengan tangan membutuhkan waktu dan ketelitian yang lebih sehingga harganya cenderung lebih mahal. Lain halnya dengan batik cap atau batik sablon (printing) yang dikerjakan secara massal, harganya tentu akan lebih bersahabatdi kantong. 2. Tiap motif ada artinya. Secara garis besar, motif batik dibagi menjadi dua jenis, yaitu motif tradisional (keraton) dan pesisiran. Batik tradisional biasanya memiliki aturan (pakem), karena setiap motif memiliki makna tertentu. Oleh karena itulah, motif batik tertentu dipakai pada acara adat, bahkan beberapa di antaranya hanya boleh dikenakan oleh kalangan tertentu, biasanya anggota keluarga keraton. Sedangkan motif pesisiran sudah merupakan campuran budaya lokal dan budaya asing sehingga motifnya lebih beragam dan penggunaannya tidak dibatasi. Namun di masa kini, hampir semua motif boleh digunakan oleh masyarakat umum. Namun, ada batik tradisional yang hanya boleh dikenakan oleh keluarga keraton sesuai dengan tingkatan kebangsawanannya. Aturan dalam mengenakan batik sekarang lebih longgar. Meskipun begitu, alangkah baiknya kalau kita mengerti arti filosofis dibalik motif batik. Tujuannya agar kita tidak salah menggunakan motif batik pada kesempatan tertentu. 3. Kualitasdan bahannya. Kualitas bahan juga merupakan salah satu hal penting dalam penentuan harga kain atau busana batik. Jika terbuat dari sutera, tentu saja harganya akan lebih mahal dibandingkan dengan kain batik yang terbuat dari katun. 4. Periksa anggaran. Saat hendak membeli batik, yang harus kita perhatikan juga adalah anggaran. Periksalah anggaran baik-baik dan tentukan berapa yang akan kita belanjakan, terutama bila kita sedang berada di daerah wisata batik yang menawarkan berbagai macam jenis dan pilihan batik yang terlihat menggoda hati. 5. Kain atau busana jadi. Saat kita berada di tempat penjualan batik, kita sering bingung hendak memilih kain batik atau busana jadi. Membeli busana lebih praktis dan bisa langsung dicoba untuk merasakan cocok tidaknya dengan tubuh kita. Kalau memutuskan untuk membeli kain batik, pikirkan lagi dengan sungguhsungguh. Ada motif-motif tertentu yang tidak cocok untuk diolah sebagai pakaian. Ada beberapa jenis corak yang hanya cocok untuk pakaian bawah saja. Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih batik yang coraknya sesuai untuk bahan busana. 6. Harga mahal tidak jaminan batik tulis. Ada yang beranggapan batik dengan harga mahal pastilah batik tulis dengan corak halus yang tahan lama.Jangan keliru dengan persepsiitu. Batik-batik cap maupun printing sekarang ini banyak mengikuti corak batik tulis dan kadang-kadang bisa lebih halus dari batik tulis. Oleh karena itu, pastikan untuk menanyakan pada penjualnya. Batik tulis, bagaimana pun halusnya, pasti akan terdapat garis-garis khusus yang dapat dikenali sebagai produk olahan tangan. Sangat berbeda dengan batik cap maupun batik printing yang sangat halus. Walaupun agak susah membedakan batik tulis dengan batik lainnya, cobalah cermati beberapa hal ini. Pada batik tulis, setiap gambar dan motifnya tidak sama persis (asimetris) ada bagian yang terlalu kecil dan ada bagian yang terlalu besar. Cecek-cecek dan isen-isen dalam tiap gambar juga tidak sama besarnya. Selain itu, yang tidak dapat ditiru oleh batik cap atau batik printing adalah aroma batik tulis sangat khas. Ini disebabkan karena batik tulis tersebut disoga atau diwarnai dengan kulit-kulit kayu, seperti kayu tingi untuk warna hitam dan kayu teger untuk warna kuning, kayu jambal untuk warna cokelat, serta daun tom dan akarnya untuk warna biru. Mori yang biasa dipakai pun lebih berat dibanding dengan mori untuk jenis batik lainnya. Semakin kecil dan rumit motifnya, biasanya batik itu semakin halus. C. Tip Merawat Batik Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar busana atau kain batik kita tetap indah, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Jangan cuci batik menggunakan detergen, tetapi gunakan sampo atau pembersih khusus untuk batik. Apabila menggunakan sampo, larutkan sampo terlebih dahulu agar tidak terlalu kental. Kemudian tambahkan air secukupnya. Setelah itu, celupkan batik yang hendak dicuci ke dalamnya. Saat mencuci, jangan gosok batik terlalu kuat, secukupnya saja. Apabila batik tidak terlalu kotor, batik dapat dicuci dengan air hangat tanpa pembersih. Kalau batik terkena noda, kita dapat mencucinya dengan sabun mandi (batangan). Jika noda tersebut belum dapat dihilangkan, kita bisa menggunakan kulit jeruk yang digosokkan pada bagian noda. Dilarang keras mencuci batik dengan mesin cuci karena akan merusak serat-serat kain dan juga dapat mengubah warnanya. Kita juga tidak perlu memerasnya agar tidak kusut dan merusak bentuk. 2. Setelah noda dan kotoran hilang, batik harus dijemur di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung. Biarkan kering secara alami tanpa terpanggang sinar matahari. Pada saat menjemur, sebaiknya kita menarik bagian tepi kain agar serat kain yang terlipat dapat kembali seperti sedia kala. 3. Sebaiknya tidak menyetrika batik secara langsung. Apabila batik terlalu kusut, semprotkan air netral di atas kain batik, kemudian lapisi batik tersebut dengan kain lainnya. Barulah, kita menyetrika di atas kain tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan batik dari panas langsung dari setrika. Panas setrika dapat mengubah warna batik dan menjadikan batik tidak tahan lama. 4. Kalau kita harus memberikan pewangi dan pelembut pada kain batik tulis, jangan menyemprotkan langsung pada kainnya. Tutuplah kain batik terlebih dulu dengan koran, kemudian baru semprotkan pewangi dan pelembut kain. Sebaiknya kita juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi ke kain batik secara langsung. Tindakan ini dapat mengubah warna asli batik. 5. Sesudah batik disetrika, sebaiknya kita simpan batik di dalam plastik khusus agar tidak dimakan ngengat. Dilarang memberi kapur barus karena zat padat ini dapat merusak kain batik. Jika ingin mengamankannya, berikan merica atau lada yang telah dibungkus dengan tisu. Masukkan ke sisi batik yang disimpan agar tidak dimakan ngengat. Kalau cara ini dianggap tidak praktis, cobalah gunakan akar wangi. Celupkan akar wangi ke dalam air panas, kemudian jemur sampai kering. Lakukan hal ini dua kali dan setelah itu letakkan akar wangi di dekat batik yang akan disimpan. Akar wangi lebih praktis karena bisa didapatkan di gerai-gerai batik. Demikianlah tip batik yang mesti kita ketahui agar kita dapat memilih batik yang baik dan sesuai, berbelanja batik sesuai dengan keperluan dan anggaran, serta merawat batik agar tetap awet. Bagaimana pun, hidup dengan perencanaan tentu lebih baik dan lebih mudah. Demikian pula dalam hal memilih dan berbelanja batik sehingga kita tidak menjadi boros dalam usaha ikut melestarikan batik. SERBA-SERBI BATIK Batik memang salah satu seni indah yang merupakan ciri bangsa Indonesia. Tidak aneh kalau kemudian kita dapat menemukan berbagai hal yang unik dan menarik berkaitan dengan batik. Dan beberapa fakta yang mungkin tidak kita pikirkan sebelumnya akan dibahas dalam bagian ini. 1. Batik merupakan hasil kebudayaan tak benda asli dari Indonesia. Pernyataan ini dikukuhkan oleh UNESCO, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa di bidang kebudayaan, pada serangkaian kegiatan pada 28 September 2009 sampai 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sejak itu, tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Persengketaan dengan Malaysia terhadap berbagai warisan budaya telah membuat Indonesia semakin sadar untuk melindungi berbagai aset kebudayaan dan warisan budaya bangsa. 2. Sejarah batik tidak lepas dari perkembangan kebudayaan kerajaan-kerajaan Jawa dan penyebaran ajaran Islam di Jawa. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai masa asal mula batik di Indonesia. Dahulu kala, membatik merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam keraton dan hanya untuk pakaian raja. Namun lambat laun batik dikerjakan oleh warga karena banyaknya abdi dalem yang tinggal di luar keraton. Dari hal tersebut, batik mulai dikenal oleh masyarakat. Kebanyakan dari pembatik merupakan perempuan yang mengisi waktu senggang. 3. Batik di Indonesia pertama diperkenalkan ke khalayak asing oleh Chastelein seorang anggota Raad van Indie (dewan Hindia Belanda) pada tahun 1705 dengan nama botex. Dari situ banyak orang asing yang menyenangi batik dan mendorong kemajuan industri batik di lingkungan bangsawan Jawa; yang sebelumnya lebih banyak dibuat untuk kepentingan pakaian para bangsawan di lingkungan istana. Artinya, pembuatan batik di lingkungan keraton pun semakin terdorong maju setelah adanya usaha pengenalan batik oleh bangsa asing. 4. Bahan dasar batik pada mulanya adalah kain putih yang ditenun sendiri, malam, pewarna alami (seperti kunyit, pohon mengkudu, tinggi, soga, nila), dan canting sebagai alat menuliskan malam cair di atas kain. Proses pembatikan dengan cara tradisional atau terkenal dengan batik tulis dimulai dengan menggambar pola yang selanjutnya diikuti menuliskan malam cair di atas pola lalu merendamnya dengan air panas yang sudah diberi pewarna alami. Setelah itu, kain direndam dengan air panas dengan tujuan menghilangkan malam yang masih melekat. Tahap terakhir, batik dijemur dan jadilah kain batik yang diinginkan. 5. Pada abad XX, muncul metode pembuatan batik dengan cara cap. Dengan metode batik cap, pembuatan batik bisa menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Selain itu, keseragamannya lebih dapat diandalkan. Namun dampak negatifnya, karena dibuat secara banyak dan seragam, batik cap ini menjadi terlihat pasaran sehingga tidak disenangi oleh kalangan menengah ke atas. Pembuatan batik cap memang lebih sederhana dari segi pengerjaan daripada batik tulis. Walaupun demikian, keberadaan batik cap tidak menggeser eksistensi batik tulis. Hal ini disebabkan segmentasi pasaryang berbeda antara batik cap dan batik tulis. 6. Batik solo dan batikyogya sangat terkenal dalam hal corak dan pola tradisional. Pola yang masih banyak digunakan dalam batik adalah sido mukti dan sido luruh. Hingga kini, batik dari Solo dan Yogya tetap dikenal luas dengan pola-pola yang masih mematuhi pakem keraton. Tentu saja, banyak daerah lain di Indonesia yang membuat dan memproduksi batik dengan pola dan corak batik keraton. Namun ada kecenderungan pecinta batik keraton lebih memilih batik dari Solo dan Yogya. 7. Akrobatik adalah produk pengembangan batik yang digenerasikan dari teknologi komputer. Caranya adalah dengan memasukkan motif batik tertentu ke dalam program komputer. Kemudian program komputer akan menggenerasikan motif tersebut menjadi berbagai bentuk desain. Selanjutnya desain tersebut akan diaplikasikan pada kaos dan jaket dengan produksi terbatas. Akrobatik mempunyai visi memperkenalkan batik pada kaum muda, dengan desain-desain yang lebih pop dan kemudian disablon pada kaos dan jaket. 8. Batik print merupakan salah satu jenis batik yang baru muncul. Tidak diketahui pasti kapan mulai dikenal, tetapi kini menjadi produksi batik dengan jumlah paling banyak jika dibandingkan dengan batik cap dan batik tulis. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah massal tanpa melalui proses penempelan malam dan tidak menggunakan pencelupan seperti batik pada umumnya. Namun motifnya tetap menggunakan motif batik. Sebagian seniman dan perajin batik menganggap ini bukan batik, tetapi kain dengan motif batik. Apa pun namanya, usaha ini berkembang sangat pesat dan banyak digerakkan oleh anak-anak muda yang kreatif. Desain-desainnya yang berani dan pembuatannya yang cepat, serta dapat diproduksi massal membuatnya cepat populer di lingkungan anak-anak muda yang selalu menyukai gerak cepat. 9. Pada umumnya, kain yang digunakan untuk membatik adalah dari serat poliester, tetapi ada juga yang terbuat dari kain katun, kain rayon, kain rami, dan kain sutra. Penggunaan kain ini akan menentukan masalah kualitas, kenyamanan, dan harga batik. 10. Cara cepat untuk membedakan batik cap (sablon) dengan batik tulis adalah dengan memerhatikan gambardan coraknya, serta mencium baunya. Gambar pada kain tekstil bermotif batik (sablon) biasanya tidak akan tembus hingga pada bagian belakang kain. Berbeda dengan yang terdapat pada kain batik tulis asli yang berkualitas. Pada batik sablon dan batik cap, pada corak yang halus sekalipun, tidak akan tercium aroma malam dan sering kali tidak tercium aroma apa pun. 11. Detail gambar pada kain batik sablon relatif lebih halus dan lebih lengkap bila dibandingkan dengan kain batik tulis. Pada kain tekstil bermotif batik (sablon), detail gambarnya lebih bisa mencapai ukuran yang kecil dengan warna yang lebih gelap, berbeda dengan kain batik tulis. Hal ini dikarenakan kemampuan proses sablon semakin bagus dan teknologinya semakin maju. 12. Harga kain batik sablon relatif lebih murah. Jumlah produksinya biasanya lebih banyak. Hal ini ditempuh agar biaya untuk pembuatan film atau pembuatan screen sablon bisa tertutupi karena biaya pembuatan film cukup mahal. Apabila diproduksi dalam jum|ah sedikit, maka dengan sendirinya harga kain batik sablon akan sama mahalnya dengan kain batik tulis. Itulah sebabnya bisa ditemukan banyak batik sablon bermotif sama. 13. Bentuk ragam hias atau ornamen pada lembaran kain sablon sudah pasti akan tepat sama antara satu dengan yang lainnya. Kain sablon bisa kita temui dalam bentuk gulungan. Biasanya satu gulung bisa mencapai panjang lebih dari 100 meter. 14. Dengan adanya batik cap dan batik sablon, kini batik dapat dinikmati secara murah meriah oleh segala kalangan. Tentunya ini adalah hal yang membanggakan. Meskipun begitu, pelestarian tradisi membatik tetaplah harus diselamatan dengan cara memperkenalkan teknik atau pembuatan batik tulis kepada generasi muda secara meluas; caranya dapat dengan memberikan materi membatik pada kegiatan studi muatan lokal kepada para siswa di sekolah. 15. Batik telah berkembang meluas, tidak hanya digunakan sebagai kain panjang dan busana jadi, tetapi telah banyak bentuk modifikasi dalam bentuk kerajinan tangan batik. Kerajinan tangan batik sebagai salah satu warisan leluhur bangsa ini seharusnya ditingkatkan sebagai kegiatan aplikatif bagi kehidupan bangsa yang produktif. Artinya, kita menjadikan kerajinan tangan batik sebagai kegiatan yang mendatangkan income bagi diri dan keluarga. Tentunya ini tidak bisa ditangani secara asal-asalan, tetapi harus dikelola dengan profesional. Perkembangan keterampilan tangan batik ini sangat pesat sehingga untuk saat sekarang ini keterampilan batik ada di beberapa negara, misalnya Indonesia, Thailand, India, Malaysia, Iran, dan Sri Lanka. Dengan kata lain, keterampilan tangan batik ini ada hampir di seluruh wilayah Asia. Tidak hanya itu, dengan perkembangan teknologi yang ada, keterampilan tangan batik ini juga sudah ada di seluruh belahan dunia. Meskipun demikian, batik dari Indonesia masih menjadi andalan dan terkenal di seluruh dunia. 16. Batik merupakan simbol komunitas. Sebagai simbol komunitas, batik menjadi barang konsumsi yang selalu dibutuhkan. Hal ini terjadi mengingat perkembangan komunitas di negeri ini yang sangat pesat dan menyebabkan kebutuhan batik juga meningkat. Oleh karena itu, hendaknya kita mengelola kesempatan ini sebaik-baiknya sehingga akan menjadi peluang usaha yang sangat potensial di masa depan. Sebagai contoh, jika suatu kelompok pegawai yang berjumlah cukup banyak menggunakan batik sebagai simbol komunitasnya, maka semakin lama semakin banyak kebutuhannya. Apalagi, pemerintah telah mencanangkan hari batik dengan penentuan penggunaan batik selama tiga hari kerja, yaitu Kamis, Jumat, dan Sabtu. 17. Di berbagai tempat di Indonesia telah ada wisata-wisata batik. Di tempat ini, kita tidak hanya dapat berbelanja dan memesan batik, tetapi juga belajar membuat batik. Walaupun tidak semua tempat di Indonesia terdapat wisata batik, tetapi di banyak sekolah dasar hingga menengah telah digalakkan pembelajaran batik untuk memperkenalkan proses membatik pada generasi muda.Sedangkanuntukurusanbelanja, batik dapat dengan mudahditemukan di berbagai tempat di Indonesia. 18. Di masa kini modifikasi terhadap batik dan aneka kreasi batik terus dikembangkan. Tidak hanya meliputi pakaian, hiasan, dan kebutuhan rumah tangga seperti yang sudah biasa dikenal. Namun ada juga segolongan anak muda kreatif yang mengecat mobil-mobil mereka dengan pola batik, adajuga yang mengecat helm dan berbagai atribut otomotif mereka lainnya. Anak muda Indonesia memang tidak pernah mati berkreasi, termasuk dalam mengembangkan batik. Tentunya ini merupakan hal yang positif dan harus mendapatkan dukungan. Kecintaan terhadap batik bisa membuat batik tetap terjaga dan lestari. 19. Batik ternyata tidak hanya menjadi milik manusia. Di Laut Banda, beberapa waktu yang lalu ditemukan spesies ikan tertentu yang bermotif batik. Sekujur tubuhnya, dari ujung ekor hingga kepala, bercorak batik. Untuk memudahkan penamaan, ikan ini pun disebut dengan ikan batik. 20. Ada berbagai hal tentang batik yang sudah memecahkan rekor MURI di Indonesia, antara lain panggung bermotif batik parang dan sido mukti, 10.000 roti batik pernah dibagikan di lapangan Manahan Solo, kolase batik boneka Sinterklas, longmarch batik, mural motif batik terlama selama 192 jam, jalan berbatik dengan 10.000 orang, batik terpanjang, cemara batik untuk perayaan Natal, dan lain-lain. Ternyata ada berbagai cara yang dilakukan orang untuk mengekspresikan kecintaan pada batik dan melestarikannya.