Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017
Seri Sains dan Teknologi
ISSN 2477-3891
KAJIAN KEBERLANJUTAN PELAKSANAAN PERTANIAN PADI S.R.I ORGANIK
D.Yadi Heryadi 1), Betty Rofatin2)
1,2
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi Tasikmalaya
E-mail: heryadiday63@yahoo.co.id1,bettyrofatin@yahoo.com2
Abstrak
Kinerja pengembangan padi dengan metode SRI organik di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan
kecenderungan penurunan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya terkait dengan
keraguan secara ekonomi dan tantangan dan kompleksitas yang dihadapi petani dalam hal teknis
pelaksanaan pertanian padi organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kompleksitas
pelaksanaan pertanian padi S.R.I organik dibandingkan dengan pertanian padi konvensional dan mengetahui
pengaruh pelaksanaan pertanian padi S.R.I organik terhadap keberlanjutan ekonomi petani yang terdiri dari
produktivitas dan pendapatan petani. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan jenis data primer
dan sekunder, Dilakukan di Kelompok Tani Jembar II Desa Margahayu Kecamatan Manonjaya Kabupaten
Tasikmalaya dengan jumlah responden petani SRI organik sebanyak 25 orang dan 20 orang petani padi
konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Tingkat kompleksitas pelaksanaan pertanian padi
SRI organik sangat berbeda dengan pertanian padi konvensional, ; 2) Pelaksanaan pertanian padi SRI
organik tidak berpengaruh terhadap keberlanjutan ekonomi pertanian baik pada aspek produktivitas maupun
pendapatan petaninya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, maka masih terdapat beberapa kendala
dan hambatan yang mesti ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lanjutan. Selain dari pentingnya
dilakukan penelitian lanjutan, maka peran pemerintah sangat diharapkan untuk menanggulangi berbagai
permasalahan yang membelit pada pengembangan padi organik ini, khususnya di wilayah penelitian.
Kata Kunci : Kompleksitas, SRI (System of Rice Intensification), Konvensional, Keberlanjutan.
Abstract
The performance development of organic rice with System Of Rice Intensification (SRI) in Tasikmalaya
showed a declining trend. Many of the factors that caused to that happening, there were related to economic
doubts and challenges and complexities faced by farmers regarding technical implementation of organic rice
farming. The purpose of this study was to analyze the degree of complexity of the implementation of organic
rice farming S.R.I compared with conventional rice farming and to evaluated the effect of the
implementation of the organic S.R.I economic to the economic sustainability of farmers which consists of
productivity and farmers’ income. The research method using case studies with the primary and secondary
data. Applied to the Farmers group Jembar II Manonjaya Margahayu Tasikmalaya with the number of
organic farmers SRI respondents as 25 people and 20 conventional rice farmers. The results showed that: 1)
The level of complexity of the implementation of SRI organic farming is very different to conventional rice
farming, 2) The Implementation of SRI organic farming does not affect the economic sustainability of
farming both in the aspect of productivity and income of farmers.
Keywords: Complexity, System Of Rice Intensification (SRI), Conventional, Sustainability
I. PENDAHULUAN
Pertanian masa lalu dengan mengeksploitasi
sumber daya alam dan menggunakan berbagai cara
termasuk penggunaan bahan-bahan kimiawi yang
berlebihan telah memberikan dampak merugikan
pada pertanian masa kini. Beberapa percobaan
lapangan
jangka
panjang
menunjukkan
kecenderungan penurunan hasil gabah pada padi
tanam intensif dengan input pupuk konstan dan
tinggi[1]. Beras monokultur dari waktu ke waktu
telah jelas menunjukkan degradasi jangka panjang
pada sumber daya tanah. Oleh karena itu,
peningkatan dan pemeliharaan produktivitas sistem
dan kualitas sumber daya sangat penting untuk
pertanian berkelanjutan[2].
Kita memerlukan perubahan drastis dalam sistem
pangan global
untuk mencapai
pertanian
berkelanjutan yang akan memenuhi kecukupan
pangan masyarakat, memberikan kontribusi untuk
pembangunan
pedesaan
dan
memberikan
penghidupan kepada petani tanpa merusak dasar
sumber daya alam. Pertanian organik telah diusulkan
172
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017
Seri Sains dan Teknologi
Salah satu usaha tani padi organik yang umum
dikembangkan sekarang ini dikenal dengan System
of Rice Intensification (SRI Organik). Teknologi
budidaya SRI diperkenalkan sebagai upaya untuk
mencari jalan keluar dari sistem budidaya
konvensional yang dibawa oleh Revolusi hijau. SRI
yang dikembangkan di Jawa Barat adalah SRI
organik yang menekankan pada penggunaan pupuk
organik untuk memperbaiki kesuburan tanah. Salah
satu kabupaten di Jawa Barat yang memberikan
prioritas pada pengembangan SRI Organik dan ingin
menjadikannya sebagai “ikon” daerah yaitu
Kabupaten Tasikmalaya. Salah satu wilayah
pengembangannya adalah di Desa Margahayu
Kecamatan Manonjaya Kab. Tasikmalaya.
Walaupun pertanian organik termasuk padi
organik telah disebutkan banyak manfaat dan aspek
positifnya namun kinerja perkembangannya di
Kabupaten Tasikmalaya dapat dikategorikan
stagnan dan kurang menggembirakan. Beberapa
indikator yang dapat dilihat untuk menunjukkan
perkembangan yang belum sesuai dengan harapan
diantaranya adalah kecenderungan fluktuasi dan
penurunan pada luas tanam, luas panen,
produktivitas, produksi, dan yang paling ekstrim
adalah penurunan jumlah petani yang mengikuti
pertanian padi SRI Organik (Gambar 1,2,3,4).
Gambar 1. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen
Pertanian Padi Organik di Kabupaten
Tasikmalaya 2005-2012
80.000
60.000
40.000
produksi
20.000
0
2005 2007 2009 2011
Gambar 2. Perkembangan Produksi Pertanian Padi
Organik di Kabupaten Tasikmalaya 2005-2012
produktivitas
80
78
76
74
72
70
produktiv
itas
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
sebagai sarana penting untuk mencapai tujuan-tujuan
ini[3]. Pertanian organik dapat memecahkan semua
masalah diatas dan pertanian organik telah dianggap
sebagai salah satu pilihan terbaik untuk melindungi /
mempertahankan kesehatan tanah, dan mendapatkan
banyak hal penting di bidang pertanian saat ini[2].
Manfaat lainnya adalah perbaikan yang signifikan
dalam fisik tanah, kesuburan dan sifat biologis telah
dilaporkan di beberapa percobaan pertanian
organik[4][5]. Pertanian organik memungkinkan
ekosistem untuk lebih menyesuaikan diri dengan
dampak perubahan iklim, dan juga meningkatkan
potensi penyerapan karbon dari tanah [6].
ISSN 2477-3891
Gambar 3. Perkembangan Produktivitas Pertanian Padi
Organik di Kabupaten Tasikmalaya 2005-2012
Jumlah Petani
3.000
2.000
Jumlah
Petani
1.000
0
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4. Perkembangan Jumlah Petani pada Gapoktan
Simpatik
173
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017
Seri Sains dan Teknologi
Walaupun pertanian organik termasuk padi
organik telah disebutkan banyak manfaatnya, namun
pada kenyataannya kinerja pengembangannya belum
menggembirakan,
khususnya
di
Kabupaten
Tasikmalaya. Hal ini diantaranya disebabkan karena
petani sebagai pelaku utama dalam usahatani padi
organik masih memiliki keraguan secara ekonomi
ketika akan bergeser dari pertanian konvensional ke
pertanian organik. Pada kasus di Gapoktan Simpatik
di Kabupaten Tasikmalaya, jumlah petani organik
mengalami penurunan akibat adanya tantangantantangan yang dihadapi sewaktu melakukan
usahatani[7]. Salah satu Kelompok Tani yang
tergabung dalam Gapoktan Simpatik adalah
Kelompok Tani Jembar II di Desa Margahayu
Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
sebagai wilayah yang akan diteliti.
Keraguan-keraguan ekonomi dan tantangan
seperti apa yang dihadapi petani ketika akan
bergeser dari pertanian konvensional ke pertanian
organik adalah merupakan suatu hal yang menarik
dan perlu untuk dilakukan penelitian sehingga akan
dapat diketahui jawabannya sehingga harapannya
pertanian organik dapat berkembang lebih baik lagi.
Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis
tingkat kompleksitas pelaksanaan pertanian padi
S.R.I organik apabila dibandingkan dengan
pertanian padi konvensional dan 2) Mengetahui
pengaruh pelaksanaan pertanian padi S.R.I organik
terhadap keberlanjutan ekonomi petani.
II. BAHAN DAN METODE
Objek yang diteliti adalah Kelompok Tani
Jembar II di Desa Margahayu Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif yang dikumpulkan
melalui teknik pengumpulan data sesuai dengan
masing-masing jenis data. Sumber data yang
dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Unit
analisis penelitian ini adalah individu. Pengambilan
responden dilakukan secara sensus terhadap 25
orang anggota yang merupakan petani organik yang
telah melaksanakan praktik pertanian organik SRI
lebih dari dua tahun dengan tanaman budidaya padi
sawah. Selain itu juga diambil responden yang
menanam padi secara konvensional sebanyak 20
orang, sehingga total responden sebanyak 45 orang.
Penelitian dan kegiatan penunjang lainnya dilakukan
mulai bulan Januari 2016 sampai Desember 2016.
Data primer yang diperoleh melalui metode
kuantitatif, Data-data tersebut kemudian diolah
ISSN 2477-3891
menggunakan program SPSS 17.0 for Windows dan
diuji dengan Statistik Nonparametrik.
Penelitian ini menggunakan Independent two
Samples Test, yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov dua
Sampel untuk menguji hipotesis pertama penelitian
ini, sehingga tingkat kompleksitas praktik pertanian
organik dapat dibandingkan dengan praktik
pertanian konvensional. Selain itu untuk menguji
hipotesis kedua tentang Pengaruh Pelaksanaan
Pertanian SRI Organik terhadap Keberlanjutan
Ekonomi Petani menggunakan Korelasi Rank
Spearman.
Untuk menganalisis tingkat kompleksitas
pelaksanaan pertanian padi S.R.I organik apabila
dibandingkan dengan pertanian padi konvensional,
maka Variabel yang dioperasionalisasikan terdiri
dari sebagai berikut :
1) Pelaksanaan Pertanian padi SRI organik adalah
Teknik budidaya pertanian yang menggunakan
sumberdaya alam secara organik atau terbebas
dari penggunaan input kimia dan dilakukan oleh
petani sesuai dengan pengetahuan dan kondisi
lokal mereka, menggunakan skala pengukuran
Ordinal dengan indikator sebagai berikut :
a) Lahan pertanian haruis dikonversi dari lahan
non organik menjadi organik tanpa tercemar
bahan kimia sintetik selama lebih dari atau
sama dengan 3 tahun yaitu Periode yang
dibutuhkan untuk mengkonversi lahan dari
non-organik menjadi organik, sehingga lahan
terbebas dari residu bahan kimiasintetik
secara ideal selama min imal 3 tahun.
b) Bertanam padi organik harus menggunakan
bibit padi varietas lokal yaitu Petani
menggunakan bibit padi varietas lokal dan
bukan hibrida.
c) Bertanam padi organik harus menggunakan
bibit muda dan per lubang dengan satu
tanaman adalah Petani menggunakan bibit
muda dengan jumlah bibit satu per libang
tanam.
d) Proses pengadaan dan pengangkutan pupuk
organik ke sawah sesuai rekomendasi secara
rutin setiap musim tanam yaitu Cara petani
mendapatkan dan mengangkut pupuk yang
berasal dari bahan organik seperti pupuk
kompos, kandang, hijau, cair dan lain-lain dari
lokasi awal mereka menuju ke sawah secara
rutin setiap musim.
e) Lahan dan sumber air irigasi untuk pertanian
organik harus dipisahkan dari pertanian
konvensional yaitu Pemisahan lahan dan
sumber air irigasi antara pertanian organik
174
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017
Seri Sains dan Teknologi
dengan pertanian konvensional
untuk
menghindari kontaminasi bahan-bahan kimia
sintetik.
f) Pengendalian hama dan penyakit tanaman
dengan menggunakan pestisida organik yaitu
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
secara alami yang dapat dilakukan oleh petani
dengan memanfaatkan pestisida hayati atau
nabati serta predator hama alami tanpa bahan
kimia sintetik.
2) Keberlanjutan Ekonomi Petani yaitu Kondisi
ekonomi petani yang ideal yakni jika petani
mampu mencukupi kebutuhan mereka dan
memperoleh pendapatan yang cukup untuk
melaksanakan kberlanjutan penghidupan secara
kontinu diukur dengan skala rasio, terdiri dari :
a) Tingkat Produktivitas yaitu Kemampuan
sistem usahatani dalam menghasilkan panen
per luas lahan pada musim tertentudari
tanaman yang dibudidayakan untuk menjamin
kelangsungan hidup petani.
b) Keuntungan usahatani per musim tanam yaitu
Jumlah total penerimaan petani per musim
tanam dikurangi jumlah total biaya input
produksi pertanian.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tingkat Kompleksitas Pelaksanaan Pertanian
Padi S.R.I Organik dibandingkan dengan
pertanian padi konvensional
Menurut Aero Widiarta dkk, bahwa terdapat
beberapa variabel yang menjadi perhatian utama
apakah sistem pertanian tersebut dikategorikan
sebagai pertanian organik atau bukan, diantaranya
juga dirujuk sebagai variabel dalam penelitian ini
yaitu : 1) Lahan pertanian harus dikonversi dari
lahan non organik menjadi organik tanpa tercemar
bahan kimia sintetik selama lebih dari atau sama
dengan 3 tahun, 2) Menggunakan pupuk organik, 3)
Menggunakan bibit padi varietas lokal, 4)
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan
menggunakan pestisida organik dan 5) Lahan dan
sumber air irigasi untuk pertanian organik harus
dipisahkan dari pertanian konvensional[8].
Analisis tingkat kompleksitas pelaksanaan
pertanian Padi SRI Organik dan konvensional ini
dilakukan
untuk
membandingkan
tingkat
kompleksitas dari kedua pelaksanaan sistem
pertanian tersebut. Masing-masing petani dari
kelompok padi SRI Organik dan petani
konvensional memberikan penilaian tentang sampai
sejauh mana pendapat mereka tentang sistem padi
SRI Organik.
ISSN 2477-3891
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov
dua Sampel, diperoleh hasil sebagaimana yang
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Tingkat Kompleksitas
Pelaksanaan Padi SRI Organik
Most Extreme Differences Absolutes
Positive
Negative
Kolmogorof-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Tingkat
kompleksitas
Pelaksanaan Padi
SRI Organik
.710
.710
.000
2.367
.000
Hasil analisis menunjukkan Asymp.Sig = 0,000 <
α = 0,01 maka Tolak Ho, ini berarti bahwa tingkat
kompleksitas pelaksanaan pertanian padi SRI
organik sangat berbeda dengan pertanian padi
konvensional.
Berdasarkan pandangan responden petani padi
SRI organik bahwa pelaksanaan budidaya padi SRI
organik tidak begitu menyulitkan mereka, hal ini
ditunjukkan dengan nilai total rata-rata sebesar 3,17.
Diantara persyaratan bertanam padi organik yang
masih dianggap menjadi kendala bagi mereka adalah
proses pengadaan dan pengangkutan pupuk organik
ke sawah sesuai rekomendasi secara rutin setiap
musim tanam (nilai rata2 3,68), dan yang paling
mudah adalah pelaksanaan variabel cara menanam
padi organik yang harus menggunakan bibit muda
dan per lubang dengan satu tanaman (nilai rata2
2,80) (Gambar 5).
Sedangkan menurut pandangan petani padi
konvensional bahwa bertanam padi SRI organik
adalah lebih sulit dibanding dengan bertanam padi
konvensional, hal ini dapat dilihat dari nilai total
rata-rata yang lebih besar dibanding nilai total ratarata petani padi SRI organik yaitu sebesar 3,73.
Hasil ini juga ditunjang dengan pendapat mereka
tentang pertanian padi SRI organik, 100 persen
petani padi konvensional sebenarnya berminat untuk
beralih ke pertanian SRI organik namun terkendala
dengan faktor teknis yang mereka hadapi. Faktor
tersulit yang mereka hadapi sama dengan yang
dihadapi petani padi organik yaitu terkait dengan
proses pengadaan dan pengangkutan pupuk organik
ke sawah sesuai rekomendasi secara rutin setiap
musim tanam (nilai rata2 4,45 ), sedangkan variabel
teknis budidaya padi SRI organik yang mereka
anggap paling mudah adalah terkait dengan
bertanam padi organik harus menggunakan bibit
padi varietas lokal (nilai rata-rata 2,75) (Gambar 5).
175
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017
Seri Sains dan Teknologi
ISSN 2477-3891
musim tanam, sedangkan di lokasi penelitian masih
ada beberapa responden yang baru mengikuti
pertanian padi organik. Hal ini juga sesuai dengan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Sukristiyonubowo R dkk bahwa dibandingkan
dengan sistem padi konvensional, pada awal
pelaksanaan sistem padi semiorganik dan organik
sepenuhnya, hasil padi lebih rendah sekitar 3 - 4 ton
per ha per musim tanam. Namun, setelah delapan
tahun produksi beras relatif sebanding dengan sistem
konvensional[9]. Sementara Chitra L dkk,
menyatakan meskipun hasil gabah dengan pertanian
organik seringkali lebih rendah dibanding pertanian
konvensional, namun layak untuk meningkatkan
hasil panen padi[10].
5
4
3
Konv.
2
Org.
1
0
Catatan :
V1 : Konversi ke lahan organik tanpa tercemar selama lebih dari
sama dengan 3 tahun
V2 : Bertanam dengan ibit padi lokal
V3 : Bertanam dengan satu tanaman per lubang tanam
V4 : Pengadaan dan pengangkutan pupuk organik
V5 : Lahan & sumber air terpisah dari pertanian konvensional
V6 :Pengendalian hapen dengan pestisida organik
Gambar 5. Nilai Mean masing-masing Variabel Teknis
Budidaya Padi SRI Organik
3.2 Pengaruh Pelaksanaan Pertanian Padi S.R.I
organik terhadap keberlanjutan ekonomi
Petani Organik
Hasil analisis statistik pengaruh pelaksanaan
pertanian Padi S.R.I organik terhadap keberlanjutan
ekonomi petani dalam hal ini terhadap produktivitas
yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.
Tabel 2. Hasil Analisis Pengaruh Pelaksanaan
Pertanian Padi S.R.I Organik terhadap Keberlanjutan
Ekonomi Petani (Produktivitas)
Spearman’s
rho
Pelaksa
naan
Produkti
vitas
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Pelaksa
naan
1.000
Produkti
vitas
.278
25
.278
.179
25
1.000
.179
25
25
Hasil analisis menunjukkan Sig = 0,179 > α =
0,05 maka Terima Ho, ini berarti bahwa pelaksanaan
pertanian padi SRI organik tidak berpengaruh
terhadap
keberlanjutan
ekonomi
pertanian
(produktivitas).
Dari data yang diperoleh, produktivitas rata-rata
yang dicapai responden petani organik hanya sekitar
6,74 ton/ha dan hasil ini masih dibawah rata-rata
produktivitas padi konvensional sebesar 6,80 ton/ha.
Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya bahwa produktivitas pertanian padi
organik akan meningkatkan hasil setelah beberapa
Penyebab masih rendahnya produktivitas ini juga
dimungkinkan karena petani organik masih
menggunakan takaran pupuk organik yang lebih
rendah dibanding rekomendasi, hal ini disebabkan
karena sulitnya memenuhi ketersediaan pupuk
organik seperti hasil analisis data di bagian
sebelumnya yang membuktikan bahwa faktor tersulit
yang dihadapi petani padi organik yaitu terkait
dengan proses pengadaan dan pengangkutan pupuk
organik ke sawah sesuai rekomendasi secara rutin
setiap musim tanam.
Kemudian pada penelitian ini juga dianalisis
pengaruh pelaksanaan pertanian Padi S.R.I organik
terhadap keberlanjutan ekonomi petani dalam hal ini
terhadap pendapatan yang diperoleh petani organik
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Analisis Pengaruh Pelaksanaan
Pertanian Padi S.R.I Organik terhadap Keberlanjutan
Ekonomi Petani (Pendapatan)
Spearman’s
rho
Pelaksa
naan
Produkti
vitas
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Pelaksa
naan
1.000
Pendapatan
.024
25
.024
.909
25
1.000
.909
25
25
Hasil analisis menunjukkan Sig = 0,909 > α =
0,05 maka terima Ho, ini berarti bahwa pelaksanaan
pertanian padi SRI organik tidak berpengaruh
terhadap
keberlanjutan
ekonomi
pertanian
(pendapatan).
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pertanian
padi SRI organik yang dilaksanakan di lokasi
penelitian tidak berpengaruh terhadap peningkatan
tingkat pendapatan petaninya. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian yang diperoleh Dobbs dkk,
176
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017
Seri Sains dan Teknologi
yang menyatakan bahwa sistem tanam organik
kurang menguntungkan dibandingkan dengan sistem
konvensional[11].
Pada hasil penelitian ini pendapatan petani belum
memenuhi harapan. Hal ini disebabkan karena
pendapatan petani akan sangat ditentukan oleh
besarnya biaya yang dikeluarkan, produktivitas yang
diperoleh dan harga untuk produk yang dihasilkan.
Biaya yang dikeluarkan untuk pertanian organik
adalah sebesar Rp. 12.444.152.- per ha, lebih rendah
dibanding pertanian konvensional sebesar Rp.
12.765.200- per ha. Namun, biaya produksi yang
rendah ini belum diimbangi dengan produktivitas
yang diharapkan, padahal di beberapa tempat
berdasarkan
hasil
penelitian
sebelumnya
produktivitas padi organik dapat mencapai 7-10
ton/ha. Harga produk padi organik adalah sebesar
Rp. 550.000.-/kuintal. Harga ini sudah lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan harga gabah padi
konvensional, sehingga hal ini merupakan nilai
tambah
yang
sesungguhnya
akan
dapat
meningkatkan
pendapatan
petani
apabila
produktivitasnya bisa ditingkatkan di kemudian hari.
Kondisi ini diharapkan akan berubah lebih baik
di masa mendatang seiring dengan pengaruh
pemberian pupuk organik yang akan memberikan
dampak
positif
jangka
panjang
terhadap
produktivitas
padi
organik.
Walaupun
profitabilitasnya saat ini masih belum memenuhi
harapan namun padi organik lebih menguntungkan
dibandingkan dengan pertanian konvensional seperti
yang diungkapkan oleh Surekha K, et all, (2013)
yang menyatakan bahwa walaupun profitabilitasnya
sama, pertanian organik lebih menguntungkan
daripada pertanian konvensional, mengingat
kontribusinya terhadap kesehatan, lingkungan, dan
keberlanjutan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pertanian padi S.R.I organik
memiliki tingkat kompleksitas yang lebih tinggi
dibanding dengan pertanian konvensional.
Kompleksitas paling tinggi adalah dalam proses
pengadaan dan pengangkutan pupuk organik ke
sawah sesuai rekomendasi secara rutin setiap
musim tanam.
2) Pelaksanaan pertanian padi S.R.I organik tidak
berpengaruh terhadap aspek ekonomi petani
yang terdiri dari produktivitas dan pendapatan
petani. Hal ini terjadi karena rata-rata
produktivitas padi S.R.I organik yang diperoleh
ISSN 2477-3891
masih berada di bawah rata-rata produktivitas
padi konvensional.
Beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan
dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya
ditujukan untuk pemerintah, perguruan tinggi serta
pihak yang terlibat dalam peningkatan produksi padi
S.R.I organik untuk segera mengambil langkahlangkah strategis untuk pengembangan dan mencari
solusi yang tepat untuk mengantisipasi berbagai
kendala yang dihadapi para petani padi sawah
dengan sistem SRI organik. Walaupun penelitian ini
hanya bersifat kasus namun mungkin ada kesamaan
permasalahan yang dihadapi oleh petani di berbagai
wilayah lainnya. Beberapa yang harus dicari solusi
nya adalah terkait dengan hal-hal sebagai berikut :
1) Mesti secara terus menerus dan berkelanjutan
melakukan penyuluhan, pelatihan, sekolah lapang
atau apapun bentuknya untuk memberikan
pemahaman bagaimana budidaya padi sawah
secara organik (SRI organik) yang benar agar
hasilnya memuaskan, sesuai dengan potensi hasil
dan sesuai dengan kualitas organik yang
diharapkan.
2) Guna mengantisipasi kendala keterbatasan pupuk
organik, maka harus dilakukan upaya penyediaan
bahan baku pembuatan pupuk organik dan
pestisida organik bagi petani yang membuat
pup;uk tersebut secara mandiri atau bekerjasama
dengan pihak lain yang mampu menyediakan
pupuk organik dengan harga murah.
3) Memberikan informasi bagaimana melaksanakan
sertifikasi padi organik secara mandiri dan
memfasilitasinya dengan lembaga sertifikasi
yang berwenang dengan harga yang tidak terlalu
mahal dan dapat dijangkau petani/kelompok tani.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Cassman KG, Pingali PL.(1995). Extrapolating
trends from long-term experiments to farmer’s
fields: the case of irrigated rice systems in Asia.
In: Agricultural
Sustainability: Economic,
Environmental and Statistical Considerations,
John Wiley and Sons, New York, USA.
[2] Surekha K, Rao KV, Shobha Rani N, Latha PC,
Kumar RM .(2013). Evaluation of Organic and
Conventional Rice Production Systems for their
Productivity, Profitability, Grain Quality and
Soil
Health.
Agrotechnol
S11:
006.
doi:10.4172/2168-9881.S11-006
[3] Verena Seufert. (2012). Organic Agriculture as
an Opportunity for Sustainable Agricultural
Development. Policy Brief No. 13 Part of the
177
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017
Seri Sains dan Teknologi
ISSN 2477-3891
Research Project : Research to Practice –
Strengthtening Contributions to Evidence-based
Policymaking. Institute for the Study of
International Development. Canada.
[4] Pathak H, Kushwala JS, Jain MC .(1992).
Eyahiation of manurial value of Biogas spent
slurry composted with dry mango leaves, wheat
straw and rock phosphate on wheat crop.
Journal of Indian Society of Soil Science 40:
753-757
[5] Carpenter Boggs L, Kennedy AC, Reganold JP.
(2000). Organic and biodynamic management
effects on soil biology. Soil Sci Soc Am J 64:
1651-1659
[6] Bhooshan, N. and Prasad, C. (2011). Organic
Farming: Hope of Posterity, 1–10. Lucknow:
UP Council of Agricultural Research (UPCAR)
[7] Elena Yanti K.Y.S. (2014). Pola Hubungan
Patron Klien dalam Pengembangan Usahatani
Padi Organik (Studi Kasus pada Kelompok
Tani Cidahu, Di Desa Mekarwangi Kecamatan
Cisayong Kabupaten Tasikmalaya). Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran Jatinangor.
[8] Aero Widiarta, Soeryo Adiwibowo dan
Widodo. (2011). Analisis Keberlanjutan Praktik
Pertanian Organik di Kalangan Petani. Sodality.
Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan
Ekologi Manusia. IPB. Bogor.
[9] Sukristiyonubowo R, Wiwik H, Sofyan A,
Benito H.P, and S. De Neve.(2011,July).
Change from conventional to organic rice
farming system: biophysical and socioeconomic
reasons. International Research Journal of
Agricultural Science and Soil Science (ISSN:
2251-0044)Vol. 1(5) pp. 172-182 July 2011
[10] Chitra L, Janaki P. (1999). Combined effect of
organic wastes and inorganic nutrients on the
nutrient uptake and yield of rice in kar and
pishanam seasons. Oryza 36: 327-330.
[11] Dobbs TL, Smolik JD. (1997). Productivity and
profitability of conventional and alternative
farming systems: A Long-Term On-Farm
Paired Comparisons. Journal of Sustainable
Agriculture 9: 63-79.
178