Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
JURNAL PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN KAJIAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL PERENCANAAN DAN PERACANGAN GEREJA BETHEL INDONESIA PONDOK DAUD BUKIT BINTANG DI GUNUNGKIDUL OLEH : Ir. PENUS TABUNI, S.T. PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITY OF WIDYA MATARAM YOGYAKARTA TAHUN 2019 CONTECS PUBLICATION A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN DAN SASARAN D. METODE PENELITIAN E. PEMBAHASAN F. KESIMPULAN ABSTRAK The church is one of the architectural objects of worship houses that have many meanings, not only pragmatic or functional meanings, but contain religious meanings, which were created by human civilization in the past, those meanings contained in the architecture and interior of the Church building own. The Church of Bethel Indonesia Pondok Daud Bukit Bintang, Gunungkidul theme With the emphasis on Contextual Architecture Design and with the concept of adjusting the climate of the natural environment that exists, in its interior design strives to apply the natural style in the Church and meaning in accordance with the liturgy of the Prostate Christian Church. The elements that create an impression and natural atmosphere are placed on the layout, laying furniture, pattern of floors, walls, ceiling to the aesthetic elements that are in it so that the interior design of the Church is expected to provide a natural-style design. The church is a building of Christian worship that accommodates spiritual activities for the congregation. Various forms of church design have been created since centuries ago and some of them have now become historical assets. The frequent development of Christian religion, the shape of the Church building became more varied. Keywords: Designing a church building. Gereja adalah salah satu objek arsitektur rumah ibadah yang memiliki banyak makna, tidak hanya makna pragmatic atau fungsional, namun mengandung makna-makna keagamaan, yang di ciptakan peradaban manusia pada jaman dulu, makna-makna itu tertuang di dalam arsitektur maupun interior dari bangunan Gereja itu sendiri. Gereja Bethel Indonesia Pondok Daud Bukit Bintang, Gunungkidul tema Dengan Penekanan Desain Arsitektur Kontesktual dan dengan konsep sesuaikan iklim lingkungan alami yang ada, dalam dperancangan interiornya berusaha untuk menerapkan gaya alami di dalam Gereja serta pemaknaan yang sesuai dengan liturgi Gereja Kristen Prostestan. Elemen-elemen yang menimbulkan kesan dan suasana alami di letakan pada layout, peletakan furniture, pola lantai, dinding, ceiling hingga elemen-elemen estetis yang ada di dalamnya sehingga perancangan interior Gereja diharapkan dapat memberi desain bergaya alami. Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabadabad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset sejarah. Sering berkembangnya agama kristiani, bentuk dari bangunan Gereja menjadi makin variatif. Kata Kunci : Perancangan gedung Gereja. I.A. LATAR BELAKANG Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” Bukit Bintang, Gunungkidul adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat Gereja. Juga dikenal sebagai suatu organisme yang senantiasa tumbuh dan berkembang sebagai persekutuan sekalingus suatu organisme pada saat ini merupakan wujud atau hasil perkembangan dari umat Kristen yang diperoleh Yesus. Dimulai dari pergerakan sosial keagamaan hingga pada umat Kristen perdana yang kemudian melalui perjalanan panjang berabad - abad persekutuan orang orang percaya mengalami perkembangan hingga berbentuk Gereja seperti pada saat sekarang. Pertumbuhan jemaat Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” secara kuantitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 1.1 Data Jemaat Gereja Bethel Indonesia “Jemaat Pondok Daud” Tahun Anak-anak Pemuda Dewasa Laki-laki (L) Perempuan (P) Laki-laki (L) Permpuan (P) Laki-laki (L) Perempuan (P) 2004 8 7 11 11 25 18 2005 10 8 11 11 32 30 2006 12 8 11 16 38 37 2007 12 8 11 15 37 36 2008 18 16 13 17 54 42 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Total 20 20 20 20 23 24 187 16 16 15 14 15 16 139 13 13 13 13 15 17 141 18 20 20 22 23 40 231 57 59 57 58 60 66 501 45 47 46 50 52 58 459 1.658 Sumber: Buku Besar Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” 2004-2014 Hal ini bertujuan agar Gereja dapat Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” menghadirkan damai sejahtera dari Allah kepada Bukit Bintang, Gunungkidul sebagai organisme dunia. Perubahan zaman serta perkembangan yang hidup merupakan karya Roh Kudus yang pemikiran manusia turut menjadi bagian historis juga melibatkan peran serta orang - orang dari perjalanan panjang. Berbagai pemikiran percaya. Keberadaan ini dipahami sebagai tentang Gereja muncul dan berkembang bagian dari dunia, bagian dari iman yang keberadaan Gereja pada masa sekarang. Oleh berkembang dari suatu tempat dimana Ia berada karena itu Gereja tidak mungkin akan bertahan dan bagian dari masyarakat dunia, hal-hal ini tanpa adanya perubahan, karena Gereja tidak disebut juga dengan konteks. melakukan perubahan - perubahan, maka itu Gereja Bethel Indonesia “Jemaat Pondok sama artinya Gereja bersifat defensif yakni Daud” sebagai organisme yang hidup tidak bisa mempertahankan diri dalam bentuk lama dan terlepas dari konteks, artinya menyesuaikan terjebak pada sikap konservatif yang tertutup dengan kondisi iklim lingkungan merespon pada perubahan. Penulis dalam satu buku: perencanaan bangunan baru adalah Gereja akan Pendapat Pdt. Eka Darmaputera, “Menuju dapat terus hidup dan apabila Gereja terus Teologi Kontekstual di Indonesia”, dalam merespon konteks perlu berdialog dengan Konteks Berteologi di Indonesia, Jakarta, BPK konteksnya, karena konteks senantiasa berubah. Gunung Mulia, 1988, hlm. 8-9. Dengan demikian Gereja Bethel Indonesia Merefleksikan juga makna Gereja. Namun “Jemaat Pondok Daud” dituntut untuk selalu apabila yang digunakan adalah gedung/aula. dinamis menyikapi perubahan - perubahan yang Sifat dinamis Gereja Bethel Indonesia “Jemaat ada. Pondok Daud” juga diperlukan dalam merayakan fungsi - fungsinya. Persekutuan, kesaksian dan pelayanan adalah fungsi Gereja dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Ketika fungsi ini sebenarnya telah dilakukan oleh komunitas Gereja perdana. Dan hal ini menjadi acuan bagi Gereja di tengah kehadirannya pada masa kini. Tentu saja Arsitektur Gereja dalam konteks zaman pada waktu itu sangat berbeda dengan konteks Arsitektur Gereja zaman saat ini khususnya di Indonesia. I.B. RUMUSAN PERMASALAHAN Rumusan masalah yang diangkat dalam desain proyek ini adalah bagaimana perencanaan dan merancang gedung Gereja yang mampu mengakomodasi kegiatan kerohanian didalamnya, serta menyelesaikan permasalah Gereja sebelumnya yaitu kurangnya kapasitas jemaat dalam gedung. Bagaimana konsep perencanaan Gereja Bethel Indonesia “Jemaat Pondok Daud” sebagai wadah kegiatan kerohanian baik di bidang sosial maupun non sosial yang mampu mendorong interaksi sosial yang positif di kalangan masyarakat yang mampu mencitrakan karakter Gereja. Sfesifikasi dan karakteristik dengan pendekatan “Arsitektur Kontekstual” Ketika pertama kali ditanya tentang arsitektur kontekstual, pikiran saya langsung mengacu kepada sederetan bangunan yang dibangun pada tahun yang berbeda. Namun hampir sama dari segi bentuk dan fungsinya. Selain dari itu, pengetahuan saya masih abu-abu soal frase yang satu ini. Satu hal yang segera saya lakukan adalah mengecek di situs Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arsitéktur 1. Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan; 2 metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan kontékstual berhubungan dengan konteks iklim lingkungan. Konteks; a). Ling bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; b). situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Sedangkan menurut Bill Raun; Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebut dapat dibentuk melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada dalam lingkungan (bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya. Maka, arsitektur kontekstual menurut pemahaman saya adalah sebuah metode perencanaan yang mengkaitkan dan menyelaraskan bangunan baru dengan karakteristik lingkungan sekitar. Gerakan pengusung paham arsitektur kontekstual sendiri muncul dari penolakan dan perlawanan terhadap arsitektur modern sebagai ikon gaya internasional yang antihistoris, monoton, bersifat industrialisasi, dan kurang memerhatikan kondisi bangunan lama disekitarnya. Sehingga, kontekstualisme selalu dihubungkan dengan kegiatan konservasi dan preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang simpatik, yang akan menghasilkan sebuah kontinuitas visual. I.C. TUJUAN PENELITIAN Yang ingin dicapai adalah merumuskan konsep desain Perencanaan Gereja Bethel Indonesia “Jemaat Pondok Daud” sebagai wadah yang ideal bagi umat Kristen untuk melaksanakan ibadah dan juga sebagai sarana umat bersosialisasi antar umat Kristen dengan umat beragama lain melalui fasilitas pelayanan sosialnya. I.D. SASARAN PENELITIAN Menciptakan konsep perencanaan dan perancangan bangunan Gereja Bethel Indonesia Pondok Daud Bukit Bintang Gunungkidul sebagai wadah interaksi antar umat beragama Kristen yang ada di Gunungkidul maupun luar daerah, dengan suasana nyaman untuk interaksi antar umat dan masyarakat umum. Dan Mendapatkan suatu dasar-dasar program perencanaan dan perancangan yang ideal sebagai sarana peribadatan; 1. Konsep Layout; 2. Konsep Bentuk; 3. Konsep Bahan; 4. Konsep Struktur; 5. Konsep Utilitas; 6. Konsep Ruang-ruang. 1) Konsep Layout Konsep “Layout merupakan rancangan komposisi sebuah desain, Memaksimalkan layout ruang dengan sirkulasi yang baik dan terarah serta teratur dengan bentuk geometri dan layout ruang yang dinamis. Biasanya digunakan dalam perencanaan visualisasi sebuah iklan”, menurut (Jefkins, 1994:80). Layout diberi tanda - tanda berupa instruksi tentang jenis huruf dan ukurannya. Untuk ukuran ruang, gambar, dan komposisi desain final nanti akan dibuat berdasarkan layout aslinya. 2) Konsep bentuk Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” dibedakan bentuk akan menimbulkan kontras dan dualisme yang saling melawan. Konsep geometri sedehana dalam hal ini diterapkan untuk menghidari dualisme masa bangunan sehingga tidak terjadi bentuk yang lebih dominan. Tampilnya 2 unsur yang berkebalikan justru dihadirkan pada desain fasade. Bentuk bangunan ini menghasilkan dari 2 bagian fasade, yaitu fasade bagian luar/tampak luar dan fasade bagian dalam. Fasade bagian luar mencerminkan kedinamisan dan kreaktivitas dimana bentuk geometris seperti bentuk bulat dan kubus dengan permainan warna mendominasi bentuk eksterior. Permainan bentuk geometris ini menibulkan kendinamisan bentuk ruang positif dan negatif sekaligus menciptakan skala ruang yang dinamis pada entrance utama bangunan. 3) Konsep Bahan Dasar pemilihan bahan dalam perencanaan gedung Gereja ini dalam mengacu pada prinsip kedaerahan dan aspek kelokalah karena berkaitan langsung dengan tempat perencanaan. Pemilihan sangat penting artinya bagi sebuah perencanaan karena berkaitan dengan iklim yang ada di tapak. Maka bahan yang dipilih untuk perencanaan gedung Gereja. 4) Konsep Struktur Secara garis besar, konsep struktur pada perencanaan gedung Gereja ini adalah dapat dibagi menjadi dua sistem struktur, yaitu: a. Sub struktur Adalah struktur pada bagian bawah pada bangunan yang berfungsi sebagai penyalur beban dari struktur ke dalam tanah. Berdasarkan kondisi tanah pada lokasi tapak perencanaan dan beban yang dipikul, maka struktur yang dipilih adalah tiang pancang. Pemilihan tersebut didasarkan pada keuntungan-keuntungan yang diperoleh, yaitu proses pemasangan lebih cepat, dapat menahan beban yang besar dan tidak perlu membuat ditempat. b. Upper Struktur Merupakan struktur pada bagian atas bangunan, mulai dari badan bangunan sampai atap bangunan yang berfungsi menyalurkan beban struktur ke sub struktur. Struktur yang dipilih untuk perencanaan gedung Gereja ini adalah sistem pembalokan rusuk satu arah, dimana plat ditumpu oleh balok rusuk yang jarak antar balok rusuk saling berdekatan. c. Konsep Utilitas Konsep perencanaan utilitas bangunan Gereja Bethel Indonesi “Pondok Daud” mencakup sistem jaringan listrik, sistem air bersih dan air kotor, sistem jaringan telekomunikasi, sistem transportasi, sistem pembuangan sampah, sistem penanggulangan kebakaran. 5) Konsep Ruang-Ruang Konsep Ruang ibadah, mengatur dan mengarahkan fungsi ruang mati atau ruang bebas yang terjadi yang diakibatkan oleh desain bentukan dan superimposisi geometri ataupun hybrid geometri, menjadi ruang yang mempunyai fungsi arsitektural atau fungsi penunjang seperti fungsi memaksimalkan konfigurasi ruang dengan fungsi - fungsi yang adaptable dalam desain function follow form. Mengatur interaksi ruang yang terjadi dalam desain dengan sebuah pendekatan morfologi dan fungsi ruang tersebut, sehingga tercipta sirkulasi yang terarah serta aksesibilitas yang logis sesuai standart ruang arsitektural. Ruang ini dapat mewadahi aktivitas kegiatan ibadah dalam gedung Gereja selain tempat digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan. Gambaran pikiran masyarakat dapat berbeda dari kegunaan fungsional fasilitas seperti yang dinyatakan dalam program bangunan, tetapi perencanaan yang baik, memasukkan kedua pertimbangan tersebut menjadi suatu keseluruhan yang dipersatukan dimana satu bagian memperkuat yang lainnya. I. D. METODE PENELITIAN Rencana penelitian yang meliputi: Berdasarkan tujuan untuk menjabarkan atau memaparkan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai peristiwa - peristiwa, fakta - fakta populasi, maka penulis memakai metode penelitian deskreptif. Ataupun jenis penelitian deskreptif yang dipakai adalah penelitian deskreptif metode survey. digunakan metode deskpretif survey karena penulis hendak mengumbulkan data-data dari lapangan penelitian yaitu Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” Bukit Bintang, Gunungkidul. 1. Metode Pengumpulan Data Usaha pengumpulan data respoden atau objek penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengamati ke tempat penelitian untuk menyebarkan angket dan melakukan pengamatan sesuai dengan variabel penelitian. Pada dasarnya digolongan menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder yang penjelasannya sebagai berikut: o Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data ini diperoleh dari Jemaat Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” baik yang ada di sekretariat maupun di setiap Pos PI, mengenai tanggapan mereka terhadap pertumbuhan jemaat, jemaat missioner dan Amanat Agung Tuhan Yesus: a. Interview (wawancara) berusaha mendapatkan data melalui wawancara secara langsung dengan para majelis dan jemaat Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud” b. Quesioner Pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sistematis untuk diisi oleh warga Jemaat Gereja Bethel Indonesia “Pondok Daud”. o Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain atau kepustakaan yang ada hubungannya dengan pokok masalah baik dalam bentuk buku, majalah, jurnal, surat kabar dan lain-lain, yang ada hubungannya dengan penulisan disertai yang mencakup: a. Data Intern yaitu data yang diperoleh dari luar lembaga dimana penulis melakukan penelitian b. Data Ekstern data yang diperoleh dari luar lembaga Gereja tempat penulis melakukan penelitian. 2. Metode Pembahasan Metode Pembahasan yang digunakan pada penulisan ini adalah metode analisa - sintesa, yaitu melalui tahap sebagai berikut : o Mengidefinikasikan permasalahan yang muncul dalam proses perencanaan dan perancangan dengan berdasar pada pengamatan, wawancara, pengumpulan dokumen dan studi literatur. o Menganalisa permasalahan berdasarkan data primer dan sekunder serta menimpulkan alternatif pemecahan dengan metode induktif, yang berarti bahwa pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis tetapi lebih merupakan pembentukan abstraksi bagi proses selanjutnya. o Mengadakan pendekatan - pendekatan untuk mendapatkan solusi dan merumuskan hasilhasil sintesa kedalam suatu rumusan konsep perencanaan.