Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

APLIKASI REFLEKSI DALAM MOTIF TENUN MELAYU RIAU

2018, SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR

Abstrak. Tulisan ini mengeksplorasi budaya Melayu Riau yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran matematika. Melayu Riau kaya dengan khazanah budayanya, diantaranya yang amat menonjol adalah motif ornamen Melayu yang banyak dipakai untuk motif kain songket dan seni ukir. Jika diamati secara seksama, pada motif-motif tenun Melayu atau yang lebih sering disebut dengan songket sesungguhnya terdapat sifat-sifat keteraturan yang berirama dan berpola. Beberapa bentuk keteraturan pada tenun Melayu Riau merupakan bentukan transformasi geometris. Salah satu aplikasi geometri transformasi yang terdapat pada motif tenun Melayu Riau diantaranya adalah aplikasi refleksi (pencerminan) pada motif pucuk rebung dan kuntum bersanding. Kata Kunci : etnomatematika, geometri transformasi, motif tenun Melayu Riau dan refleksi.

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id APLIKASI REFLEKSI DALAM MOTIF TENUN MELAYU RIAU Erdawati Nurdin*, Ramon Muhandaz, Irma Fitri, Annisa Kurniati, Ade Irma Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasim Riau * erdawati.nurdin@uin-suska.ac.id Abstrak. Tulisan ini mengeksplorasi budaya Melayu Riau yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran matematika. Melayu Riau kaya dengan khazanah budayanya, diantaranya yang amat menonjol adalah motif ornamen Melayu yang banyak dipakai untuk motif kain songket dan seni ukir. Jika diamati secara seksama, pada motif-motif tenun Melayu atau yang lebih sering disebut dengan songket sesungguhnya terdapat sifat-sifat keteraturan yang berirama dan berpola. Beberapa bentuk keteraturan pada tenun Melayu Riau merupakan bentukan transformasi geometris. Salah satu aplikasi geometri transformasi yang terdapat pada motif tenun Melayu Riau diantaranya adalah aplikasi refleksi (pencerminan) pada motif pucuk rebung dan kuntum bersanding. Kata Kunci : etnomatematika, geometri transformasi, motif tenun Melayu Riau dan refleksi. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada abad 21 menuntut seseorang harus memiliki berbagai keterampilan. Hal ini pula yang menyebabkan pendidikan harus mampu mempersiapkan peserta didiknya menguasai berbagai keterampilan tersebut agar dapat bersaing di masa depan. Dalam pidatonya di Jakarta Expo 2017, Anies Baswedan (mantan menteri pendidikan RI) menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) keterampilan abad 21 yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah karakter (akhlak), kompetensi dan literasi (keterbukaan wawasan). Salah satu literasi yang dimaksud adalah literasi budaya. Pengaitan budaya dengan pembelajaran juga pernah direkomendasikan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK) sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi peserta didik Indonesia di bidang matemamatika. Pembelajaran matematika perlu dikaitkan dengan permasalahan kontekstual yang ada dalam masyarakat, tidak hanya yang dialami siswa saja. Dengan menyertakan konteks budaya ini, wawasan siswa akan menjadi semakin luas dan kosakata yang dimiliki juga makin kaya, sehingga siswa akan mudah menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi (Whardani dan Rumiati, 2011). Menurut Zhang dan Zhang (2010) Etnomatematika menghubungkan antara matematika (pendidikan matematika) dan latar belakang sosial budaya. Pengintegrasian antara budaya dan matematika dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dan belajar menghargai kelompok ethnik dan budaya dapat membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan yang multicultural di masa depan (Zhang dan Zhang, 2010). 107 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id Sejalan dengan hal di atas, Furuto (2012) mengungkapkan bahwa etnomatematika mendorong kita untuk memahami bagaimana matematika terus diadaptasi dan digunakan oleh orang-orang di dunia. Siswa dapat didorong utnuk menkonstruksi pemahaman matematikanya sendiri, mengembangkan literasi kuantitatif dan menanamkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian, semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk membuat, mengalami dan mengaplikasikan matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. D’Ambrosio (Sumardoyo, 2004) menyatakan terdapat dua alasan utama penggunaan etnomatematika dalam pendidikan, yaitu (1) untuk mereduksi anggapan bahwa matematika itu bersifat final, permanen, absolut (pasti) dan unik (tertentu), (2) mengilustrasikan perkembangan intelektual dari berbagai macam kebudayaan, profesi, jender dan lain-lain. Sani, Wedaring Tias, Wahyuni (2013) menyatakankan bahwa etnomatemtika merupakan jembatan matematika dengan budaya. Etnomatematika mengakui adanya cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dalam aktivitas masyarakat. Dengan menerapkan etnomatematika sebagai suatu pendekatan pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi yang pelajari terkait dengan budaya mereka sehingga pemahaman suatu materi oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait langsung dengan budaya meraka yang merupakan aktivitas mereka sehari-hari dalam bermasyarakat. Tentunya hal ini membantu guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran untuk dapat memfasilitasi siswa secara baik dalam memahami suatu materi. Menurut S. Sirate (2015), gagasan etnomatematika dalam pembelajaran matematika dan dalam kurikulum sekolah memberi nuansa baru dalam pengajaran matematika di sekolah. Misalnya kegiatan mengamati berbagai macam benda budaya (artifak) yang memiliki aplikasi geometri, dongeng, cerita upacara adat atau aturan dalam hukum adat. Beberapa penelitian mengenai etnomatematika memperlihatkan bahwa etnomatematika dapat menjadi sumber belajar matematika melalui budaya lokal yang terdapat di sekitar siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh Tandililing (2013) bahwa berbagai bentuk kegiatan baik kegiatan sehari-hari maupun kegiatan ritual masyarakat Dayak Kanayatn seperti dalam mantra-mantra atau sastra lisan lainnya mempunyai nilai Etnomatematika. Termasuk jenis-jenis permainan yang dipraktikkan anak-anak dan artifak-artifak seni budaya baik seni pahat maupun seni lukis juga mempunyai nilai etnomatematika. Gagasan Etnomatematika yang dipraktikkan dalam masyarakat ini dapat memperkaya pengetahuan matematika yang telah ada. Berbagai potensi dari etnomatika yang dipraktikkan masyarakat Dayak Kanayat’n 108 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id dapat dikembangkan dalam berbagai pokok bahasan atau materi matematika khususnya di SD seperti pada materi bilangan dan lambangnya, rnembandingkan bilangan, dan mengurutkan bilangan di kelas satu semester satu SD, materi penjumlahan dan pengurangan bilangan asli di kelas satu dan kelas dua SD pada materi geometri seperti: titik, garis, sudut, pojok, bangun ruang dan bangun datar. Prabawati (2016) mengkaji mengenai anyaman rajapolah di kabupaten Tasikmalaya. Keberadaan etnomatematika kerajinan anyaman ini dapat digunakan sebagai sumber belajar dan tentu saja dapat membuat siswa ataupun masyarakat lebih memahami bagaimana budaya mereka berhubungan dengan matematika. Dalam anyaman rajapolah terdapat konsep teselasi. Teselasi meliputi beberapa konsep-konsep matematika seperti segi banyak beraturan, segi banyak tidak beraturan, kekongruenan,sudut dalam, jumlah sudut dalam suatu segi banyak, simetri, translasi, refleksi, dan rotasi. Utami (2015) menyimpulkan bahwa pembelajaran probing-Prompting berbasis etnomatematika secara efektif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Utami (2015) menambahkan bahwa sikap cinta budaya lokal memberikan pengaruh sebesar 50,1% terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran etnomatematika dapat pula dipadukan dengan media interaktif yang menarik dan efektif. Sebagaimana dinyatakan oleh Ismawanto (2014) bahwa pembelajaran menggunakan CD interaktif berbantuan swishmax dengan model etnomatematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tidak hanya di Indonesia, berbagai penelitian telah dilakukan di negara lain. Penelitian yang dilakukan di Nigeria mengungkapkan bahwa masyarakat Hausa di Nigeria Utara telah menggunakan matematika sebelum pendidikan barat datang. Terdapat permainan yang dimainkan anak-anak Hausa yang mengandung kalkulasi, aljabar, teori peluang, koordinat geometri, dan lainnya (Yusuf, Saidu & Hairu, 2010). Rosa dan Orey (2011) menjelaskan bahwa pendekatan matematika terhadap kurikulum sekolah menjadikan matematika lebih relevan dan bermakna bagi siswa dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Matematika membantu mengembangkan intelektualitas siswa, sosial, emosi dan pembelajaran politis menggunakan budaya mereka masing-masing yang unik. Pembelajaran etnomatematika dapat membantu siswa secara signifikan dalam meningkatkan pemahaman mereka melalui aktivitas yang berkaitan dengan budaya mereka sendiri (Massarwe, Vener & Bshouty). Sani, Wedaring Tias, Wahyuni (2013) mengatakan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran adalah budaya yang ada di dalam lingkungan masyarakat 109 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id yang siswa tempati. Budaya sangat menentukan bagaiamana cara pandang siswa dalam menyikapi sesuatu. Termasuk dalam memahami suatu materi matematika. Ketika suatu materi begitu jauh dari skema budaya yang mereka miliki tentunya materi tersebut sulit untuk dipahami. Arisetyawan, Suryadi, Herman dan Rahmat (2014) mengungkapkan bahwa jika kita mengaitkan kehidupan nyata dengan pembelajaran matematika di sekolah, dibutuhkan subjek konkret yang membuat siswa tertarik dan membuat siswa memahami masalah riil dapat diselesaikan dengan matematika. Semakin sedikit relevansi subjek matematika ke kehidupan nyata, semakin sulit membangun koneksi siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang mampu menghubungkan antara matematika dengan budaya mereka. Oleh karena itu, perlu kita telusuri subjek nyata dalam hal ini yang berbasis budaya, yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran matematika (etnomatematika). Dengan harapan pendekatan etnomatematika ini dapat memperbaiki kualitas pembelajaran matematika siswa, meningkatkan berbagai kemampuan matematis siswa, menaikkan prestasi belajar matematika siswa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air. Memperhatikan pentingnya etnomatematika, pada makalah ini akan diuraikan salah satu etnomatematika yang dapat dikembangkan bagi pembelajaran geometri yang dikaitkan dengan budaya Melayu Riau. Seperti yang telah diketahui bahwa Melayu Riau kaya dengan khazanah budayanya. Penelitian Hasanuddin (2017) mengeksplorasi budaya Melayu Riau yang dapat dikaitkan dengan matematika. Diantaranya, aplikasi etnomatematika pada seni sastra, rancangan busana Melayu, seni ukir, pembuatan sampan dan permainan tradisional masyarakat Melayu Riau. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa banyaknya budaya Melayu Riau yang dapat dikaitkan dengan matematika. Pada busana Melayu Riau, tidak hanya rancangan (pola) busananya saja yang dapat dikaitkan dengan matematika, motif kain-kain tenun juga dapat kita kaitkan dengan matematika. Jika diamati secara seksama, pada motif-motif tenun Melayu atau yang lebih sering disebut dengan songket sesungguhnya terdapat sifat-sifat keteraturan yang berirama dan berpola. Beberapa bentuk keteraturan pada tenun Melayu Riau merupakan bentukan transformasi geometris. Salah satu aplikasi geometri transformasi yang terdapat pada motif tenun Melayu Riau diantaranya adalah aplikasi refleksi (pencerminan) pada motif pucuk rebung dan kuntum bersanding. Tulisan ini akan mengeksplorasi aplikasi geometri transformasi, khususnya refleksi yang terdapat pada motif songket Melayu Riau. METODE PENELITIAN 110 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian ethnomatematika. Menurut Zhang dan Zhang (2010), etnomatematika sering didefinisikan sebagai penelitian mengenai hubungan antara matematika (pendidikan matematika) dan latar belakang sosial budaya. Subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pada penelitian ini, peneliti berusaha menggali informasi dan kemudian mendeskripsikan hasil eksplorasi bentuk etnomatematika masyarakat Melayu Riau berupa konsep-konsep matematika pada berbagai motif tenun Melayu Riau, khususnya yang berkaitan dengan pola geometri refleksi (pencerminan). HASIL DAN PEMBAHASAN Tenunan Melayu Riau yang masih bertahan hingga saat ini adalah tenunan Siak. Tenunan (kain songket) Siak berasal dari Siak Sri Indrapura. Perintis kerajinan tenun Siak adalah Encik Siti binti E. Wan Karim yang berasal dari Trengganu (saat ini merupakan salah satu kerajaan negeri di Malaysia) (Malik, Effendy, Junus dan Thaher, 2004). Tenun Melayu Riau merupakan kekayaan asli Melayu yang sangat kaya akan motif, warna dan makna simbol (Dinantia, 2016). Malik, Effendy, Junus dan Thaher (2004) menambahkan bahwa masyarakat Melayu memiliki beraneka ragam corak/motif dasar yang sejak ratusan tahun sila menjadi bagian dari khazanah budanya. Bagi orang Melayu motif tak hanya menjadi hiasan semata, tetapi dijadikan lambang yang mengandung makna dan falsafah tertentu yang sarat berisi nilai-nilai luhur budaya setempat. Nilainya mengacu kepada sifatsifat asal dari setiap benda atau makhluk yang dijadikan motif, yang dipadukan dengan nilainilai kepercayaan dan budaya setempat serta diselaraskan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Seperti yang telah dikatakan di pendahuluan, bahwa pada motif tenun Melayu Riau terdapat aplikasi refleksi (pencerminan). Berikut ini adalah salah satu motif tenun pucuk rebung, dengan variasi pucuk rebung kuntum mambang. Gambar 1. Motif Pucuk Rebung Kuntum Mambang 111 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id (Sumber : Riau Daily Photo, 2010) Motif pucuk rebung dengan variasi pucuk rebung kuntum mambang mengandung filosofi Malik, Effendy, Junus dan Thaher, 2004) : “Pucuk rebung kuntum mambang Cahaya bagai bulan mengambang Hilang raga lenyaplah bimbang Bagaikan bunga baharu bimbang”. Perhatikan gambar motif pucuk rebung di atas. Bentuk pucuk rebung tersebut simetris, sehingga dapat dipandang sebagai hasil refleksi (pencerminan) berbagai bangun datar terhadap sumbu simetrinya. Bentuk dasarnya berupa garis lurus, garis lengkung dan beberapa bentuk bangun datar (Gambar 2a), kemudian dicerminkan terhadap sumbu simetrinya, misalkan garis l (Gambar 2b), sehingga diperoleh bentuk utuh pucuk rebung kuntum mambang. l Gambar 2. Pencerminan Bentuk Dasar Motif Pucuk Rebung Kuntum Mambang Perpaduan beberapa hasil refleksi motif pucuk rebung kuntum mambang membentuk pola pada tenun Melayu Riau, seperti pada gambar berikut : Gambar 3. Perpaduan Motif Pucuk Rebung Kuntum Mambang Selain variasi pucuk rebung kuntum mambang, terdapat juga variasi pucuk rebung kuntum dewa, seperti gambar di bawah ini : 112 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id Gambar 4. Motif Pucuk Rebung Kuntum Dewa (Sumber : Riau Daily Photo, 2010) Motif pucuk rebung rebung dengan variasi pucuk rebung kuntum dewa mengandung filosofi Malik, Effendy, Junus dan Thaher, 2004).: “Pucuk rebung kuntum dewa Tanda hidup berhati mulia Tuah mengikat kasih berbicara Di situ tempat saudara mara” Motif pucuk rebung kuntum dewa di atas dicerminkan terhadap sebuah garis vertikal, sebut garis m. Hasil pencerminannya menghasilkan orientasi bentuk sebagai berikut : m Gambar 5. Hasil Pencerminan Motif Pucuk Rebung Kuntum Dewa terhadap Garis m Perpaduan beberapa hasil refleksi motif pucuk rebung kuntum dewa membentuk pola pada tenun Melayu Riau, seperti pada gambar berikut : 113 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id Gambar 6. Perpaduan Hasil Perncerminan Motif Pucuk Rebung Kuntum Dewa Selain motif pucuk rebung, terdapat pula motif tenun Melayu Riau lainnya yang merupakan hasil refleksi, yaitu motif kuntum bersanding seperti gambar berikut: Gambar 7. Motif Kuntum Bersanding (Sumber : Riau Daily Photo, 2010) Gambar di atas merupakan motif kuntum bersanding dengan variasi kuntum berlenggek, filosofi yang terkandung di dalamnya adalah (Malik, Effendy, Junus dan Thaher, 2004) : “Kalau memakai kuntum bersanding Segala bala akan terdinding Sengketa usai dalam berunding Duduk setara tegak sebanding” Bentukan pada motif tenun di atas dapat dipandang sebagai hasil pencerminan terhadap suatu garis vertikal, horizontal dan diagonal, sebut garis n, garis o dan garis p, sehingga diperoleh orientasi bentuk seperti gambar-gambar berikut : 114 SEMINAR NASIONAL PENDIDI DIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 20 2018 https://snpm.uir.ac.id Gambar bar 8. Pencerminan Motif Kuntum Bersandin ding Gabungan gambarr 8a 8a, 8b dan 8c menghasilkan orientasi bentuk ntuk pada motif kuntum bersanding berikut : Gambar 9. Penggab ggabungan Hasil Pencerminan Motif Kuntum um Bersanding Perpaduan beberapa pa hasil refleksi motif kuntum bersanding m membentuk pola pada tenun Melayu Riau, seperti rti pa pada gambar berikut : 115 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id Gambar 10. Perpaduan Motif Kuntum Bersanding KESIMPULAN Pola bentuk pada motif tenun Melayu Riau dapat menjadi alternatif sumber belajar matematika bagi siswa, yang menggabungkan matematika dengan budaya yang ada di sekitar siswa (etnomatematika). Dengan menyertakan konteks budaya ini, wawasan siswa akan menjadi semakin luas dan kosakata yang dimiliki juga makin kaya, sehingga siswa akan mudah menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Selain siswa memperoleh pengetahuan terkait konsep refleksi (pencerminan), mereka juga dapat memahami aplikasi refleksi yang dapat menghasilkan karya seni. Melalui etnomatematika ini diharapkan siswa juga semakin mengapresiasi karya seni bangsa sendiri sehingga menumbuhkan rasa cinta tanah air. DAFTAR PUSTAKA Arisetyawan, A, Suryadi, D, Herman, T & Rahmat, C. (2014). Study of Ethnomathematics : A Lesson from The Baduy Culture. International Journal of Education and Research, 2(10). Baswedan, A. (2017). Tiga Faktor Proyeksi Pendidikan Abad 21. Pidato pada Jakarta Expo 2017. Dinantia, C.P . (2016). Upaya Pemerintah Kota Pekanbaru dalam Mengembangkan Kain Songket Sebagai Produk Unggulan. JOM FISIP,(2). Furuto, at all. (2012). Etnomathematics Curriculum Textbook : Lesson Plans for Precalculus, Trigonometry and Analytic Geometry. West O’ahu : University of Hawai’i. Hasanuddin. (2017). Etnomatematika Melayu : Pertautan antara Matematika dan Budaya pada Masyarakat Melayu Riau. Jurnal Sosial Budaya, 14(2), 136-149. Ismawanto. (2014). Pengembangan CD Interakif Berbantuan Swishmax dengan Model Etnomateamtika pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII Semester II. Prosiding Mathematics and Science Forum. Malik, A, Effendy, T, Junus, H & Thaher, A. (2004). Corak dan Ragi Tenun Melayu Riau. Yogyakarta : Balai Kerajinan dan Budaya Melayu Bekerjasama dengan Penerbit Adicipta. 116 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 29-30 AGUSTUS 2018 https://snpm.uir.ac.id Massarwe, K, Verner, I & Bshouty, D.Analysis and Construction of Geometric Ornaments. Journal of Mathematics and Culture : ICEM 4 Focus Issue. Ethnomathematics and Multi-Cultural Education Prabawati, M.N. (2016). Etnomatematika Masyarakat Pengrajin Anyaman Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Infinity, 5(1). Riau Daily Photo. (2011). Motif dan Corak Tenun Melayu Riau. [Online]. Tersedia : http://www.riaudailyphoto.com. [14 Maret 2016] Rosa, M, Orey, D. C. (2011). Revista Latinoamericana de Etnomatematica 4(2). Ethnomatematics : The Cultural Aspect of Mathematics. Sani, B, Wahyuning Tias, A.A & Wahyuni, Astry. (2013). . Peran Ethnomatematika dalam Membangun Karakter Bangsa. Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Negari Yogyakarta Sumardoyo. (2004). Karakteristik matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. S. Sirate, S.F. (2015). Menggagas Integrasi Multikultur Pembelajaran Matematik : Suatu Telaah Etnomatematika. Auladuna, 2(2). Tandililing, E. (2013). Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Matematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah. Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Negari Yogyakarta. Utami, T. (2015). Keefektifan Model Pembelajaran Probing-Prompting Berbasis Etnomatematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis. Skripsi Universitas Negeri Semarang. [Tidak Diterbitkan]. Whardani, S dan Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Yusuf, M.W, Saidu, I & Haliru, A. (2010). A Mathematical Game in Haus Culture. Sutra : Journal of Mathematical Science Education. Ethnomathematics. Zhang, W and Zhang, Q. (2010). Etnomathematics and Its Integration within the Mathematics Curriculum. Journal of Mathematics Education, 1(1). [Online]. Tersedia: http://educationforatoz.com/images/_12_Weizhong_Zhang_and_Qinqiong_Zhang.pdf. [14 Maret 2016]. 117