This study aims to determine whether there are differences in mathematical communication skills b... more This study aims to determine whether there are differences in mathematical communication skills between students who are taught by the Search, Solve, Create, and Share (SSCS) learning model and students who are taught using conventional learning; find out whether or not there is a difference in the mathematical communication skills of students who have high, medium, and low prior knowledge of mathematics; and see whether or not there is an interaction between students' prior knowledge in mathematics and the SSCS learning model on students' mathematical communication skills. This research is a quasi-experimental study with a posttest-only control group design. The population in this study were all seventh grade students of SMP Negeri 3 Tambang for the 2019/2020 academic year. The sample in this study was class VII.1 as the experimental class and class VII.3 as the control class which was selected by simple random sampling. The data was collected by using a test technique in t...
PROSIDING SEMINAR NASIONAL Konvensi BK ke – XX & Kongres ABKIN ke - XIII, 2018
This research was inspired by the difficulties of students in learning mathematics and the need o... more This research was inspired by the difficulties of students in learning mathematics and the need of diagnosis and treatment done by teachers and counselor to overcome the learning difficulties. Research conducted in Indonesia includes Pekanbaru, Surabaya and Makassar and in Malaysia in Kuala Lumpur, Klang and Selangor with populations and samples of high school students. The sampling was conducted using Purposive Sampling technique and with quantitative and qualitative approach (mix-method). The findings showed that the difference of effort to overcome the learning difficulties of Mathematics in Indonesia is slightly better than Malaysia with the average comparison of 70.2% in Indonesia and 64.6% in Malaysia, especially on understanding of Mathematics concept, while the comparative analysis result obtained by the value of etha squared of 0.0237 (between 0.01 and 0.05 values), which means the significance of the difference between the Mathematics learning efforts of students at high schools in Indonesia and Malaysia is included in the low category. Factors of learning mathematics difficulties for high school students in Indonesia and Malaysia include: unmotivated students in learning Mathematics, unintelligible teacher explanations, lack of parental attention and family economic conditions. The counseling techniques used by counselors in Indonesia and Malaysia in general are not different as through individual services, groups, home visit and information services. The forms of learning difficulties of mathematics students in Indonesia and Malaysia include on Mathematics skills, learning motivation and family environment.
Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), 2019
ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya kemampuan komunikasi matematis dan pencapaian... more ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya kemampuan komunikasi matematis dan pencapaiannya yang masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi metakognitif terhadap kemampuan komunikasi matematis berdasarkan kemandirian belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan desain nonequivalent postest-only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 13 Pekanbaru. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-3 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan komunikasi matematis, angket kemandirian belajar dan lembar observasi. Berdasarkan hasil uji-t menunjukan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif dengan siswa yang mengikuti tanpa strategi metakognitif. Berdasarkan hasil uji anova dua arah dapat disimpulkan terdapatperbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah serta tidak terdapat interaksi antara strategi metakognitif dengan kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa. Kata kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, Kemandirian Belajar Siswa, Strategi Metakognitif. PENDAHULUAN Komunikasi matematis merupakan salah satu kompetensi yang harus dikembangkan pada setiap topik pembelajaran matematika. Hal ini karena salah satu standar proses pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh NCTM (Noviarni, 2014) adalah kemampuan komunikasi. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 (Permendikbud, 2016) juga menetapkan kemampuan komunikasi matematis sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika di sekolah yakni memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas Ada alasan penting mengapa komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi matematika itu sendiri. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan murid (Ansari, 2015). Dengan demikian matematika tidak hanya sebagai alat untuk berpikir dalam memahami sebuah konsep, memecahkan permasalahan dan menarik kesimpulan, tetapi juga sebuah alat untuk mengomunikasikan ide pemikiran dengan jelas dan tepat. Artinya, bahwa kemampuan komunikasi matematis sangatlah penting. Dalam pembelajaran matematika, kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan gagasan atau ide matematis baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ide matematis orang lain secara cermat, analitis kritis dan evaluative untuk mempertajam pemahaman (Hendriana, Rohaeti & Sumarmo, 2017). Kemampuan komunikasi matematis lisan seperti reading, listening, discussing, explaining dan sharing.
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 2018
Abstrak. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan komponen kemampuan yang harus dimiliki o... more Abstrak. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan komponen kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam pembelajaran matematika. Salah satu upaya untuk menyikapi masalah kemampuan pemecahan masalah matematis adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Model Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan nyata dari permasalahan yang nyata. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Instructiondengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional jika ditinjau dari Emotional Quotient tinggi, sedang, dan rendah pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk hipotesis 2 dan 4, uji-t' untuk hipotesis 1 dan uji Mann Whitney U untuk hipotesis 3. Hasil hipotesis menunjukan bahwa untuk hipotesi pertama diperoleh t hitung lebih dari t table , untuk hipotesis kedua diperoleh t hitung lebih dari t tabel , dan untuk hipotesis ketiga diperoleh t hitung kurang dari t tabel , serta untuk hipotesis yang keempat diperoleh t hitung lebih dari t tabel .Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Instructiondengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional jika ditinjau dari Emotional Quotient tinggi, sedang, dan rendah pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis.
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 2018
Abstrak. Tulisan ini mengeksplorasi budaya Melayu Riau yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran... more Abstrak. Tulisan ini mengeksplorasi budaya Melayu Riau yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran matematika. Melayu Riau kaya dengan khazanah budayanya, diantaranya yang amat menonjol adalah motif ornamen Melayu yang banyak dipakai untuk motif kain songket dan seni ukir. Jika diamati secara seksama, pada motif-motif tenun Melayu atau yang lebih sering disebut dengan songket sesungguhnya terdapat sifat-sifat keteraturan yang berirama dan berpola. Beberapa bentuk keteraturan pada tenun Melayu Riau merupakan bentukan transformasi geometris. Salah satu aplikasi geometri transformasi yang terdapat pada motif tenun Melayu Riau diantaranya adalah aplikasi refleksi (pencerminan) pada motif pucuk rebung dan kuntum bersanding. Kata Kunci : etnomatematika, geometri transformasi, motif tenun Melayu Riau dan refleksi.
Proceeding: The 2nd International conference on teacher education (ICTE), 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X M... more Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X MAN 1 Padusunan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan peneliti adalah tes berupa soal essay yang dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan indikator-indikator pemecahan masalah yang dikemukan oleh polya yaitu:(1)Memahami masalah;(2)Merencanakan pemecahannya; (3)Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua;(4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back). Hasil Penelitiannya Menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X pada materi trigonometri cukup memuaskan.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Statistik (SEMASTAT) , 2016
. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran inq... more . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran inquiri terhadap kemampuan pemecahan masalah ditinjau juga dari kemandirian belajar mahasiswa jurusan pendidikan matematika UIN Suska Riau.Jenis Penelitian ini adalah kuasi eksperimen.Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah random sampling.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis tes dan non tes.Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah setelah diterapkan perlakuan. Sedangkan Non tes berupa angket digunakan untuk mengetahui kemandirian belajar mahasiswa yang dikelompokkan menjadi kelompok tinggi, sedang, dan rendah sebelum diterapkan perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa secara keseluruhan kemampuan pemecahan masalah yang diajar dengan pembelajaran inquiri lebih baik daripada yang diajar dengan pembelajaran konvensional.Sedangkan yang ditinjau dari kemandirian belajar kelompok tinggi, sedang, dan rendah kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa tidak ada berpengaruh signifikan pembelajaran yang diajarkan dengan pembelajaran inquiri terhadap pembelajaran konvensional
This study aims to determine whether there are differences in mathematical communication skills b... more This study aims to determine whether there are differences in mathematical communication skills between students who are taught by the Search, Solve, Create, and Share (SSCS) learning model and students who are taught using conventional learning; find out whether or not there is a difference in the mathematical communication skills of students who have high, medium, and low prior knowledge of mathematics; and see whether or not there is an interaction between students' prior knowledge in mathematics and the SSCS learning model on students' mathematical communication skills. This research is a quasi-experimental study with a posttest-only control group design. The population in this study were all seventh grade students of SMP Negeri 3 Tambang for the 2019/2020 academic year. The sample in this study was class VII.1 as the experimental class and class VII.3 as the control class which was selected by simple random sampling. The data was collected by using a test technique in t...
PROSIDING SEMINAR NASIONAL Konvensi BK ke – XX & Kongres ABKIN ke - XIII, 2018
This research was inspired by the difficulties of students in learning mathematics and the need o... more This research was inspired by the difficulties of students in learning mathematics and the need of diagnosis and treatment done by teachers and counselor to overcome the learning difficulties. Research conducted in Indonesia includes Pekanbaru, Surabaya and Makassar and in Malaysia in Kuala Lumpur, Klang and Selangor with populations and samples of high school students. The sampling was conducted using Purposive Sampling technique and with quantitative and qualitative approach (mix-method). The findings showed that the difference of effort to overcome the learning difficulties of Mathematics in Indonesia is slightly better than Malaysia with the average comparison of 70.2% in Indonesia and 64.6% in Malaysia, especially on understanding of Mathematics concept, while the comparative analysis result obtained by the value of etha squared of 0.0237 (between 0.01 and 0.05 values), which means the significance of the difference between the Mathematics learning efforts of students at high schools in Indonesia and Malaysia is included in the low category. Factors of learning mathematics difficulties for high school students in Indonesia and Malaysia include: unmotivated students in learning Mathematics, unintelligible teacher explanations, lack of parental attention and family economic conditions. The counseling techniques used by counselors in Indonesia and Malaysia in general are not different as through individual services, groups, home visit and information services. The forms of learning difficulties of mathematics students in Indonesia and Malaysia include on Mathematics skills, learning motivation and family environment.
Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), 2019
ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya kemampuan komunikasi matematis dan pencapaian... more ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya kemampuan komunikasi matematis dan pencapaiannya yang masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi metakognitif terhadap kemampuan komunikasi matematis berdasarkan kemandirian belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan desain nonequivalent postest-only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 13 Pekanbaru. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-3 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan komunikasi matematis, angket kemandirian belajar dan lembar observasi. Berdasarkan hasil uji-t menunjukan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif dengan siswa yang mengikuti tanpa strategi metakognitif. Berdasarkan hasil uji anova dua arah dapat disimpulkan terdapatperbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah serta tidak terdapat interaksi antara strategi metakognitif dengan kemandirian belajar dalam mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa. Kata kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, Kemandirian Belajar Siswa, Strategi Metakognitif. PENDAHULUAN Komunikasi matematis merupakan salah satu kompetensi yang harus dikembangkan pada setiap topik pembelajaran matematika. Hal ini karena salah satu standar proses pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh NCTM (Noviarni, 2014) adalah kemampuan komunikasi. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 (Permendikbud, 2016) juga menetapkan kemampuan komunikasi matematis sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika di sekolah yakni memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas Ada alasan penting mengapa komunikasi matematis perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama matematika pada dasarnya adalah sebuah bahasa bagi matematika itu sendiri. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan murid (Ansari, 2015). Dengan demikian matematika tidak hanya sebagai alat untuk berpikir dalam memahami sebuah konsep, memecahkan permasalahan dan menarik kesimpulan, tetapi juga sebuah alat untuk mengomunikasikan ide pemikiran dengan jelas dan tepat. Artinya, bahwa kemampuan komunikasi matematis sangatlah penting. Dalam pembelajaran matematika, kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan gagasan atau ide matematis baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ide matematis orang lain secara cermat, analitis kritis dan evaluative untuk mempertajam pemahaman (Hendriana, Rohaeti & Sumarmo, 2017). Kemampuan komunikasi matematis lisan seperti reading, listening, discussing, explaining dan sharing.
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 2018
Abstrak. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan komponen kemampuan yang harus dimiliki o... more Abstrak. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan komponen kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam pembelajaran matematika. Salah satu upaya untuk menyikapi masalah kemampuan pemecahan masalah matematis adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Model Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan nyata dari permasalahan yang nyata. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Instructiondengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional jika ditinjau dari Emotional Quotient tinggi, sedang, dan rendah pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji-t untuk hipotesis 2 dan 4, uji-t' untuk hipotesis 1 dan uji Mann Whitney U untuk hipotesis 3. Hasil hipotesis menunjukan bahwa untuk hipotesi pertama diperoleh t hitung lebih dari t table , untuk hipotesis kedua diperoleh t hitung lebih dari t tabel , dan untuk hipotesis ketiga diperoleh t hitung kurang dari t tabel , serta untuk hipotesis yang keempat diperoleh t hitung lebih dari t tabel .Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Instructiondengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional jika ditinjau dari Emotional Quotient tinggi, sedang, dan rendah pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis.
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UIR, 2018
Abstrak. Tulisan ini mengeksplorasi budaya Melayu Riau yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran... more Abstrak. Tulisan ini mengeksplorasi budaya Melayu Riau yang dapat dihubungkan dengan pembelajaran matematika. Melayu Riau kaya dengan khazanah budayanya, diantaranya yang amat menonjol adalah motif ornamen Melayu yang banyak dipakai untuk motif kain songket dan seni ukir. Jika diamati secara seksama, pada motif-motif tenun Melayu atau yang lebih sering disebut dengan songket sesungguhnya terdapat sifat-sifat keteraturan yang berirama dan berpola. Beberapa bentuk keteraturan pada tenun Melayu Riau merupakan bentukan transformasi geometris. Salah satu aplikasi geometri transformasi yang terdapat pada motif tenun Melayu Riau diantaranya adalah aplikasi refleksi (pencerminan) pada motif pucuk rebung dan kuntum bersanding. Kata Kunci : etnomatematika, geometri transformasi, motif tenun Melayu Riau dan refleksi.
Proceeding: The 2nd International conference on teacher education (ICTE), 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X M... more Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X MAN 1 Padusunan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan peneliti adalah tes berupa soal essay yang dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan indikator-indikator pemecahan masalah yang dikemukan oleh polya yaitu:(1)Memahami masalah;(2)Merencanakan pemecahannya; (3)Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua;(4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back). Hasil Penelitiannya Menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X pada materi trigonometri cukup memuaskan.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Statistik (SEMASTAT) , 2016
. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran inq... more . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran inquiri terhadap kemampuan pemecahan masalah ditinjau juga dari kemandirian belajar mahasiswa jurusan pendidikan matematika UIN Suska Riau.Jenis Penelitian ini adalah kuasi eksperimen.Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah random sampling.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis tes dan non tes.Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah setelah diterapkan perlakuan. Sedangkan Non tes berupa angket digunakan untuk mengetahui kemandirian belajar mahasiswa yang dikelompokkan menjadi kelompok tinggi, sedang, dan rendah sebelum diterapkan perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa secara keseluruhan kemampuan pemecahan masalah yang diajar dengan pembelajaran inquiri lebih baik daripada yang diajar dengan pembelajaran konvensional.Sedangkan yang ditinjau dari kemandirian belajar kelompok tinggi, sedang, dan rendah kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa tidak ada berpengaruh signifikan pembelajaran yang diajarkan dengan pembelajaran inquiri terhadap pembelajaran konvensional
Uploads
and treatment done by teachers and counselor to overcome the learning difficulties. Research conducted in Indonesia includes Pekanbaru, Surabaya and Makassar and in Malaysia in Kuala Lumpur, Klang and Selangor with populations and samples of high school students. The sampling was conducted using Purposive Sampling technique and with quantitative and qualitative approach (mix-method).
The findings showed that the difference of effort to overcome the learning difficulties of Mathematics in Indonesia is slightly better than Malaysia with the average comparison of 70.2% in Indonesia and 64.6% in Malaysia, especially on understanding of Mathematics concept, while the comparative analysis result obtained by the value of etha squared of 0.0237 (between 0.01 and 0.05 values), which means the significance of the difference between the Mathematics learning efforts of students at high schools in Indonesia and Malaysia is included in the low category.
Factors of learning mathematics difficulties for high school students in Indonesia and Malaysia include: unmotivated students in learning Mathematics, unintelligible teacher explanations, lack of parental attention and family economic conditions. The counseling techniques used by counselors in Indonesia and Malaysia in general are not different as through individual services, groups, home visit and information services. The forms of learning difficulties of mathematics students in Indonesia and Malaysia include on Mathematics skills, learning motivation and family environment.
and treatment done by teachers and counselor to overcome the learning difficulties. Research conducted in Indonesia includes Pekanbaru, Surabaya and Makassar and in Malaysia in Kuala Lumpur, Klang and Selangor with populations and samples of high school students. The sampling was conducted using Purposive Sampling technique and with quantitative and qualitative approach (mix-method).
The findings showed that the difference of effort to overcome the learning difficulties of Mathematics in Indonesia is slightly better than Malaysia with the average comparison of 70.2% in Indonesia and 64.6% in Malaysia, especially on understanding of Mathematics concept, while the comparative analysis result obtained by the value of etha squared of 0.0237 (between 0.01 and 0.05 values), which means the significance of the difference between the Mathematics learning efforts of students at high schools in Indonesia and Malaysia is included in the low category.
Factors of learning mathematics difficulties for high school students in Indonesia and Malaysia include: unmotivated students in learning Mathematics, unintelligible teacher explanations, lack of parental attention and family economic conditions. The counseling techniques used by counselors in Indonesia and Malaysia in general are not different as through individual services, groups, home visit and information services. The forms of learning difficulties of mathematics students in Indonesia and Malaysia include on Mathematics skills, learning motivation and family environment.