Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019, TAHAP PERSALINAN PADA KALA 1-4
TAHAPAN PERSALINAN Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut : 1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001). 2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996). 3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002). 4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002). A. PENGERTIAN Kala I Persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18-24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. a. Fase laten persalinan • Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix secara bertahap • Pembukaan servix kurang dari 4 cm • Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam b. Fase aktif persalinan • Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi
1. Posisi Ibu yang sedang menjalani persalinan harus mengupayakan posisi yang nyaman baginya dengan catatan tidak ada kontraindikasi dari posisi tersebut. posisi yang dapat diambil antara lain : telentang (dengan kepala tempat tidur pada sudut iklinasi atau datar) , rekumben lateral, dada lutut, tangan lutut, duduk, berdiri, berjalan , dan jongkok. 2. Mobilisasi Pada saat fase laten , menuju ke pesalinan masih cukup lama , apalagi kalau ibu hamil tersebut primigravida. maka tidak ada salahnya jika ibu difasilitasi untuk mobilisasi seperti jalan-jalan di sekitar tempat bersalin. 3. Nutrisi dan Hidrasi Pemeberian makanan dan minuman saat persalinan dahulu menjadi kontroversi yang panjang .karena atas pertimbangan selama persalinan motilitas usus menurun sehingga ditakutkan terjadi nausea atau mual-muntah saat persalinan. namun evidence based terkini menyebutkan bahwa makan dan minum saat persalinan diperbolehkan , apalagi masih dalam fase laten. Mengingat untuk persalinan diperlukan tenaga / energi yang sangat banyak. untuk alternatif dari motalitas usus yang menurun maka dianjurkan makanan yang diberikan dapat dicerna dengan cepat dan mempunyai kadar kalori yang tinggi , makanan tersebut antara lain seperti agar-agar , pudding , biscuit , untuk minumannya bisa diberikan Teh manis hangat , Jus yang konsistensinya cair (seperti Jus strawberry manis), atau minuman pengganti elektrolit juga bisa diberikan , tetapi tetap yang menjadi anjuran adalah minum air teh manis hangat , karena atas pertimbangan cepat menjadi energi. 4. Rasa Nyaman Rasa nyaman behubungan juga dengan kebutuhan psikologis , bidan harus bisa memfasilitasi tentang pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ini. yang pertama bisa bidan lakukan adalah dengan memberikan informasi tentang perubahan apa saja yang terjadi pada fase laten ini , meciptakan ruangan yang nyaman (Bersih, rapih, wangi,kondusif) (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 2007) B. Kebutuhan Fisik Kala 1 Fase Aktif 1. Manajemen nyeri Seiring dengan bertambahnya pembukaan serviks pada fase aktif, rasa nyeri yang dirasakan ibu pun akan semakin bertambah. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen nyeri agar nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang atau teralihkan. Ada dua pendekatan dalam manajemen nyeri yaitu pendekatan nonfarmakologis dan farmakologis. Pendekatan nonfarmakologis misalnya : relaksasi dan distraksi, imajinasi atau visualisasi, masase atau pijatan, hidroterapi, akupresur, dan sebagainya. Sedangkan pendekatan farmakologis contohnya : pemberian obat jenis sedatif/tranquilizer, opioid, dan sebagainya. 2. Kebutuhan nutrisi dan hidrasi Ada dua pendapat mengenai pemberian makan dan minum melalui mulut pada ibu selama persalinan, ada yang melarang makan dan minum melalui mulut karena lambung kosong menurunkan risiko aspirasi pneumonia pada kasus yang memerlukan anestesia umum. Namun, ada juga pendapat yang tidak setuju dengan hal itu, dengan alasan yang menjadi masalah adalah makanan padat, karena
Pengantar Hukum dan pengadilan tidaklah berada di ruang hampa, ia selalu berada " in beetwen " proses dan progress kehidupan social nyata dengan segala kompleksitas dan kontekstualitasnya. Konsep " hukum dan ketertiban " (law and order) haruslah dipahami bukan dalam maknanya yang statis, dimana hukum dibuat untuk hukum itu sendiri, tetapi dalam maknanya yang dinamis, dalam arti ia terus berproses, berprogres, berinteraksi serta beradaptasi dengan dinamika perkembangan dan perubahan social. Konsep hukum dan ketertiban harus dipahami dan ditempatkan dalam bingkai " hukum dan kemasyarakatannya ". Hukum, termasuk putusan pengadilan (hakim), idealnya mampu secara simultan merefleksikan nilai-nilai dasar kepastian (validitas juridis), nilai dasar kemanfaatan (validitas sosiologis), serta nilai dasar keadilan (validitas filosofis) yang kesemuanya bermuara pada penghargaan dan perlindungan nilai-nilai kemanusiaan. Hukum diciptakan untuk kemanusiaan, bukan sebaliknya kemanusiaan dikorbankan atas nama hukum. Namun harus diakui mewujudkan ketiga nilai dasar tersebut secara integral bukanlah hal yang mudah. Ada muatan antinomy dan saling menegasikan antara satu nilai dasar dengan nilai lainnya, seyogyanya dapat diupayakan bahwa suatu hukum atau putusan hakim (pengadilan) mampu mereflesikan ketiga nilai dasar tersebut secara proporsional sesuai dengan kontekstualitasnya, agar suatu putusan hakim mampu menyelesaikan masalah secara berkepastian, berkeadilan sekaligus berkemanfaatan dan bukan justru menjadi penyebab timbulnya persoalan baru. Dalam kerangka acuan panitya FGD PERADI, meski tanpa uraian data atau fakta (saya kira sudah menjadi rahasia umum " facta-notoir " putusan-putusan pengadilan dirasakan masih jauh memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat) menyimpulkan bahwa putusan-putusan pengadilan yang berkepala " Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa " (KBKYME) dalam prakteknya perlu ditelaah kembali, karena ia berdampak signifikan bagi perkembangan pendidikan dan ilmu hukum. Di sisi yang lain profesi Advokat sebagai professional menuntut selalu mengedepankan peran akademiknya selalu menelaah " makna keadilan ". Situasi inilah yang melahirkan tiga pertanyaan-pertanyaan yang menjadi bahan dan akan dibahas dalam diskusi ini, yaitu: (1) Apakah tidak sebaiknya Putusan Pengadilan yang berirah-irah " demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, diubah menjadi demi keadilan berdasarkan pancasila?, (2)Apakah putusan Pengadilan selama ini sudah mengandung makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila? Dan yang ke (3) Bagaimana pengaruh Pancasila dalam proses penegakan hukum di Indonesia (mulai dari penyelidikan hingga putusan)?
Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pemantauan kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin pada kala 1 dengan tepat 2. Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan persalinan dengan tepat 3. Mahasiswa dapat menjelaskan tanda bahaya kala 1 dengan tepat.
Russia in Global Affairs
Neo_Tsymburskian Cycles in the History of Russian-Western Relations2024 •
Chinese Semiotic Studies, vol. 15, no. 1 (2019), pp. 39–48.
______ is Necessary for Interpreting a PropositionVaria Archaeologica III
Drob, Aparaschivei, Vasilache, Rățoi, Dolia Ibida, Varia III, 20232023 •
Hebrew University
Tamar Kadari, On the Redaction of Midrash Shir haShirim Rabbah- dissertation Hebrew2004 •
Resonancias Imperiales. América y el Tratado de Utrecht 1713
El Tratado de Utrecht y sus repercusiones en los contactos marítimos entre Nueva España y Guatemala2015 •
REBRAE
Challenges to cooperative societies: implementation of international standards of accounting CPC 012017 •
The FASEB Journal
Increased endothelial cell permeability in endoglin-deficient cells2015 •
EAS journal of medicine and surgery
The Risk Factors in Patients of Myocardial Infarction: An Observational Study2023 •
Forensic Science International
Value of histological study in the fronto-sphenoidal suture for the age estimation at the time of deathMateria-rio De Janeiro
Caracterização de diferentes classes genéticas de milho cultivados em região semiárida quanto ao potencial forrageiro2021 •
CardioVascular and Interventional Radiology
A Stranger in the Middle Cerebral Artery2014 •
Minerva Psichiatrica
Affective and sexual needs of residents in psychiatric facilities2019 •