Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019, Ruwatan
Sikap hidup masyarakat Jawa memiliki identitas dan karakter yang menonjol yang dilandasi direferensi nasehat-nasehat nenek moyang sampai turun temurun, hormat kepada sesama serta berbagai perlambang dalam ungkapan Jawa, menjadi isian jiwa seni dan budaya Jawa. Wayang sebagai pertunjukan, merupakan ungkapan-ungkapan dan pengalaman religius yang merangkum bermacam-macam unsur lambang, bahasa gerak,suara, warna dan rupa. Dalam wayang terekam ungkapan pengalaman religius yang "kuno" seperti tampak bahwa pada tahap perkembangannya dewasa ini, masih berperan pula mitos dan ritus, misalkan pada lakon Ruwat atau Murwa Kala. Secara tradisional, wayang merupakan intisari kebudayaan masyarakat Jawa yang diwarisi secara turun temurun, tidak hanya sekedar tontonan dan tuntunan bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam kehidupannya, namun juga merupakan tatanan yang harus dititeni kanti titis. (merupakan hukum alam yang maha teratur yang harus diketahui dan disikapi secara bijaksana) untuk menuju kasunyatan serta mencapai kehidupan sejati. Bagi manusia jawa (manusia yang mengerti sejati) wayang merupakan pedoman hidup, bagaimana mereka bertingkah laku dengan sesama dan bagaimana menyadari hakekatnya sebagai manusia serta bagaimana dapat berhubungan dengan sang penciptanya
Kuswoyo's paper Sm 1, 2018
Indiginus India dan Jawa memiliki kekhasannya masing masing, meskipun dalam kajian ini mampu di cari titik temu melalui singgungan budaya (akultusari) dan singgungan sistem kepercayaan (sinkretisme). Terdapat banyak diskusi oleh para pemikir India tentang hubungan antara pengetahuan (Jnana) dan intelek (buddhi). Intelek memiliki kapasitas untuk menggunakan pengetahuan untuk befikir jernih, objektif, dan dapat dipahami. Jadi, dilain pihak orang mengemukakan pengetahuan selalu berkaitan dengan masa lalu dan sesuatu selalu ditambahkan padanya. Di lain pihak, intelek, sangat sensitif,waspada dan terjaga. Oleh karena kualitas-kualitas yang melekat padanya intelek tidak melekat pada keputuan atau evaluasi tertentu. Sensitifitas merupakan karekteristik intelek yang paling signifikan. Tanpa sensitifitas pengetahuan menjadi sangat berbahaya. Sensitifitas dapat digunakan untuk segala macam maksud destruktif. Dengan demikian sistem pemikiran India sangat mengarah pada pencapaian konsistensi dan keseimbangan antara pengetahuan dan intelek agar pengetahuan dapat menelurkan hasil hasil yang positif. Filsafat Jawa pun menggunakan cara-cara serupa untuk memperoleh pengetahuan. Hanya saja bedanya dalam filsafat Jawa sebagaimana dikemukakan Ciptoprawiro (2000), proses tersebut berupa tahap-tahap penggunaan cipta, rasa dan karsa melalui tingkat-tingkat kesadaran yang terbagi atas : kesadaran inderawi atau Aku, kesadaran hening (manunggal dalam cipta-rasa- karsa), kesadaran pribadi (Ingsun, Suksma Sejati) dan kesadaran Ilahi (manunggalnya Aku – Suksma Sejati – Suksma Kawekas). Model model ritual peribadatan yang dilakukan oleh sebagaian besar masyarakat Jawa kebanyakan didominasi oleh sinkretisme keyakinan ajaran Hindu dan ajaran asli Jawa yang semula penganut dinamisme dan animisme. Sinkretisme ini terus berkembang ketika islam muncul di tanah air. Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan. Pada sinkretisme terjadi proses pencampuradukkan berbagai unsur aliran atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan. Upacara pernikahan, Upacara/ritual kehamilan, Upacara/ritual pasca melahir kan, upacara/ritual kematian, selamatan, sesajen dan lain lain.
Daftar Isi: 1. [PembukaKalam] Menyikapi Mitos oleh Tia Septian 2. [TulisanUtama] Mitos dan Kekinian dalam Pemikiran Mircea Eliade oleh Dewik TIS 3. [TulisanUtama] Wayang dan Mitos oleh Chandra Saputra Purnama 4. [Warta] Sejarah adalah Perubahan oleh Redaksi 5. [OmongOmong] Mitos: Dulu dan Kini, wawancara dengan Prof. Dr. Achadiati Ikram 6. [Artikel] Kita Kirimi Saja Roti Buaya oleh JJ Rizal 7. [Artikel] Mancapat, Tipologi Kuarter Ala Jawa oleh JC Pramudia Natal 8. [Artikel] Pengelolaan Lingkungan di Kasepuhan Cipta Gelar oleh Muhammad Firmansyah 9. [BukuBuku] Arung Palakka: Mitos dan Realitas oleh Ivan Aulia Ahsan 10. [CoratCoret] Asal Mula, Masa Kini, dan Masa Depan oleh Berto Tukan
Permasalahan intoleransi beragama yang semakin jelas dan brutal di kancah perpolitikan berbangsa dan bernegara semenjak era demokrasi reformasi menjadi tantangan utama yang mendesak untuk segera dicarikan solusi. Hal ini, sebagaimana penelitian SETARA (2016) dan Ma’arif Institute (2015) misalnya, dimungkinkan karena pendidikan agama di institusi pendidikan di masa Orba cenderung eksklusif dan sepertinya negara tidak menghiraukan realita ini atas nama demokrasi dan HAM. Multikulturalisme adalah suatu keniscayaan yang terdiri dari berbagai eksklusivitas budaya dan agama, namun bila tidak ada jembatan yang menghubungkan antar-agama dan budaya yang ada ini, intoleransi adalah benih yang akan tumbuh. Jembatan toleransi yang seharusnya dibangun ini salah satunya adalah dengan mengambil kekayaan teks sastra religius yang eksklusif tersebut sebagai media dialog yang membangun toleransi. Artikel ini mengajukan alternatif media pembelajaran multikulturalisme dengan mengembangkan inter-religus literasi melalui sastra religius. Kata kunci: multikuturalisme, toleransi beragama, sastra religius, literasi
Ensiklopedi Islam Nusantara Edisi Budaya, 2018
Ensiklopedi Islam Nusantara ini menjadi tolok ukur sekaligus pengakuan bahwa Islam Nusantara mempunyai sejarah panjang di Indonesia. Penerbitan ini juga menemukan momentumnya terutama setelah launching titik nol Islam Nusantara di Baros awal tahun 2017 oleh Presiden Joko Widodo. Launching tersebut sekaligus menunjukkan akan adanya pengakuan bahwa Islam Nusantara memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengelolaan bangsa Indonesia yang majemuk ini; dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, yang dihuni oleh 714 suku bangsa, 500-an bahasa, ribuan tradisi budaya, dan 6 agama serta ratusan kepercayaan lokal. Islam Nusantara mampu memposisikan diri sebagai kekuatan agama yang mengintegrasikan dan mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia dalam bingkai utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlu ditegaskan bahwa Islam Nusantara sebagai sebuah identitas adalah nilai-nilai Islam yang diimplementasikan di bumi Nusantara, dan sudah lama dipraktikkan oleh para pendahulu kita. Salah satu ciri Islam Nusantara adalah bagaimana santun dalam menyebarkan ajaran agama. Islam disebarkan oleh para ulama yang sebagiannya diinformasikan dalam buku ini.
jurnal ponir, 2019
Abstrak Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan yang pesat pada bidang ilmu dan teknologi membuat manusia hidup menjadi tanpa batas yang jelas. Di era globalisasi ini pergeseran dan saling menpengaruhi antar nilai-nilai budaya tidak dapat dihindarkan lagi. Seiring perkembangan zaman, eksistensi budaya dan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sampai saat ini belum optimal dalam upaya membangun karakter warga negara, fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan, fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alkohol dan seks bebas, menurunnya perilaku sopan santun, menurunnya perilaku kejujuran, menurunnya rasa kebersamaan, dan menurunnya rasa gotong royong di antara anggota masyarakat. Nilai seni Didong berunsur keindahan, religius dan kebersamaan yang tertransformasi dari pesan kebijaksanan lokal, yaitu mukemel, tertib, setie, semayang-gemasih, mutentu, amanah, genap-mupakat, alang-tulung, dan bersikekemelen. Pendidikan Islami dari pertunjukan Didong tidak lepas dari adat, syari"at, dan lebih bisa diserap oleh masyarakat dengan begitu sifat toleransi yang terbina menciptakan perdamaian dan menciptakan suasana Islami sebagai daerah penegak syari"at Islam. Semua keindahan yang terbentuk dari kesenian Didong merupakan kebijaksaaan setempat atau kearifan lokal dan sebagai sarana dakwah dan pendidikan bagi masyarakat.
Jurnal Ilmiah Cita Ilmu, 2016
Cipta Prima Nusantara, 2019
PENERBIT LAKEISHA, 2020
Tugas UTS SPI smstr 7 UIN Walisongo, 2018
Jurnal Suwa No. 14/2012, 2012
MATAPENA: Jurnal Keilmuan Bahasa Sastra dan Pengajarannya, 2018
filosofi wayang santri, 2016