Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

KONSEP DASAR GEA (GASTROENTERITIS AKUT)

2017, LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTRITIS AKUT

A. Pengertian Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2012). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2010). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan dengan demikian kandungan air dalam tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml) per jam tinja (Sjaifoellah, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari. Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar daripada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak pula garam dan cairan yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah yang sering menyertai diare (Nurmasarin, 2010).

KONSEP DASAR GEA (GASTROENTERITIS AKUT) A. Pengertian Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2012). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2010). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan dengan demikian kandungan air dalam tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml) per jam tinja (Sjaifoellah, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari. Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar daripada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak pula garam dan cairan yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah yang sering menyertai diare (Nurmasarin, 2010). B. Etiologi Menurut Ngastiyah (2010), etiologi terjadinya gastroenteritis akut yaitu : 1. Faktor infeksi a. Infeksi bakteri Vibrio, E.Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya b. Infeksi virus Entrovirus, coxsackie, adenovirus, rotavirus, astovirus dan sebagainya c. Infeksi parasit Cacing, protozoa dan jamur 2. Faktor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat : disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak dan protein 3. Faktor makanan Makanan basi beracun dan alergi makanan 4. Faktor kebersihan Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar 5. Faktor psikologi Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus. C. Klasifikasi Menurut Sunoto (2010), Diare dapat di klasifikasikan : 1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi a. Diare infeksi spesifik : thypus dan parathypus, satphilococcus disentri basiller dan enterotolitis nekrotikans b. Diare non spesifik : diare dietetis 2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya diare karena bronkhitis 3. Ditinjau dari lama infeksi a. Diare akut : diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak. Berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3-5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5%-15% yang berakhir dalam 14 hari. b. Diare kronik : diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih Menurut Hidayat (2012), jenis-jenis diare yaitu : 1. Diare cair akut (termasuk kholera), berlangsung selama beberapa jam atau hari. Mempunyai bahay utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga dapat terjadi jika makan tidak di lanjutkan 2. Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri yang mempunyai bahay utama yaitu kerusakan mukosa usus, sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti dehidrasi 3. Diare persisten, yang berlangsung 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah malnutrisi dna infeksi non-usus serius dan dehidrasi 4. Diare dngan malnutrisi berat (marasmus dan kwasiorkor) mempunyai bahay utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan vitamin dan mineral. D. Manifestasi Klinis 1. Feses lunak dan cair 2. Peningkatan frekuensi defekasi 3. Kram perut 4. Frekuensi bising usus meningkat 5. Kemerahan pada anus 6. Anoreksia 7. Mulut kering 8. Penderita biasanya cemas, gelisah dan rewel diawali dengan suhu tubuh meningkat 9. Feses cair atau kehijau-hijauan 10. Muntah sebelum atau selama diare 11. Berat badan menurun (Carpenito, 2009). E. Patofisiologi Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 5 hal yaitu faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, faktor kebersihan dan faktor psikologis. Diare karena infeksi seperti bakteri berawal dari makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung yang kemudia bakteri di bunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos ke duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering terserang adalah usus. Di dalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus mengembung dan tenaga dan sebagian dinsing usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare. Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit keadaan rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Tertelannya makanan yang beracun juga menyebabkan diare karena akan mengganggua motilitas usus, Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan dan selanjutnya timbul diare pula. Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain itu nyeri perut atau kram perut timbul karena metabolisme KH oleh bakteri di usus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual dan muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan mengakibatkan klien jatuh pada keadaan malnutrisi. Yang ditandai dengan berat bdan menurun, turgor kulit kering, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas. Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain itu air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus makan volume darah juga berkuang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, tekanan darah menurun, klien sangat lemah bahkan sampai keadaan menurun. Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare karena faktor psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin di bawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus (Hidayat, 2012). 6. WOC Infeksi Makanan Psikologi Berkembang di usus Toksik tak dapat diserap Ansietas Hipersekresi air dan elektolit Hiperperistaltik Malabsorbsi KH, lemak, protein Isi usus Penyerapan makanan di usus menurun Mening tekanan osmotik Pergeseran air dan elektrolit ke usus Diare Distensi Abdomen Frekuensi BAB meningkat Mual. muntah Hilang cairan dan elektrolit berlebihan MK : Gangguan integritas kulit perianal Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Asidosis metabolik Dehidrasi Sesak MK : Gangguan pertukaran gas Nafsu makan menurun MK : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh MK : Kekurangan volume cairan MK : Resiko Syok hipovolemik Bagan 2.1 WOC Sumber : Nurarif, 2015 F. Komplikasi 1. Dehidrasi Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar tanpa pemasukan yang adekuat 2. Hipokalemia Dikarenakan banyaknya kalium yang terbuang bersama tinja 3. Hipokalsemia Dikarenakan banyaknya kalsium yang terbuang bersamanya 4. Aritmia jantung Dikarenakan hipokalemia dan hipokalsemia 5. Hiponatremia Dikarenakan banyaknya natrium yang terbuang bersama tinja 6. Syok hipovolemik Dikarenakan cairan dan elektrolit yang terbuang bersama tinja (Suryadi, 2011). G. Pemeriksaan Penunjang Menurut Suharyono (2008) : 1. Pemeriksaan tinja Makroskopis, mikroskopis, biakan kuman penyebab dan tes resistem terhadap berbagai antibiotik 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila memungkinkan dengan menentukan ph keseimbangan analisa gas darah atau astrup bila memungkinkan 3. Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal 4. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasti secara kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik. H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis a. Pemberian cairan 1) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dna sedang di berikan per oral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar natrium 90 mEq/l. Pada anak di bawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringansedang natrium 50-60 mEq/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajim disebut formula yang tidak lengkap karena mengandung NaCl dan sukrosa. 2) Cairan parenteral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan aturan : a) Anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg - 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit 3 tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit) - 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit 3 tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 4 tetes/kgBB/menit) - 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/oralit b) Anak umur 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg - 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam 3 tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 10 tetes/kgBB/menit) c) Anak umur 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg - 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam 5 tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 7 tetes/kgBB/menit) - 7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam 2,5 tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 3 tetes/kgBB/menit) - 16 jam berikutnya: 105 ml/kgBB/ oralit per oral d) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg - kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1,5%) - Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kg/BB/jam atau 6 tetes/kg/BB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kg/BB.menit e) Untuk bayi berat badan lahir rendah - Kebutuhan cairan : 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1,5%) b. Pengobatan dietetik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan : 1) Susu (ASI, susu formula yang mengadnung laktosa rendah dan lemak tak jenuh 2) Makanan setengah padat (bubur atau nasi tim) 3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh c. Obat-obatan Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karobohidrat lain 2. Penatalaksanaan Keperawatan Masalah keperawatan diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebuthan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang mengenai proses penyakit. Mengingat diare sebagian besar menular sehingga perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain Suharyono (2008). ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS GASTROENTERITIS AKUT A. Pengkajian 1. Identitas a. Identitas klien Nama anak, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pendidikan, anak ke-, BB dan TB, alamat b. Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat 2. Riwayat Keperawatan a. Keluhan utama Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi besar ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer b. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi c. Riwayat psikososial keluarga Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya mereka akan bereaksi dengan marah dan rasa bersalah 3. Kebutuhan Dasar a. Pola Eliminasi Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang b. Pola Nutrisi Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien c. Pola Tidur dan Istirahat Terganggu jika adanya distensi abdomen yang menimbulkan rasa tidak nyaman d. Pola Hygiene Kebiasaan mandi setiap harinya e. Pola Aktivitas Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen 4. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan psikologis Keadaan umm tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan berat badan lemah, pernafasan agak cepat b. Pemeriksaan sistematik - Inspeksi Mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan - Palpasi Adanya distensi abdomen - Perkusi Turgor kulit kurang elastis - Auskultasi Terdengarnya bising usus c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun B. Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan 3. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena 4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan dehidrasi 6. Gangguan Pertukaran gas C. Intervensi No Diagnosa 1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Tujuan dan Kriteria Hasil NOC - Fluif balance - Hydration - Nutritional status : food and fluid intake - Intake Intervensi NIC Fluid Management 1. Timbang popok jika di perlukan 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 3. Monitor status hidrasi (kelembaban, membran mukosa, nadi adekut, tekanan Kriteria Hasil : - Mempertahankan urine outpt sesuai dengan sesai darah ortostatik) dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal 4. Monitor vital sign - Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan normal 5. Monitor masukan makanan dan hitung - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi intake kalori harian - Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa 6. Monitor stats nutrisi lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan 7. Berikan cairan IV pada suhu ruangan 8. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan 9. Tawarkan snack 10. Kolaborasi dengan dokter 11. Atur kemungkinan transfsi 12. Persiapan untk transfusi Hypovolemia Management 1. Monitor status cairan dan termasuk intake dan output cairan 2. Pelihara IV line 3. Monitor tingkat Hb dan Ht 4. Monitor tanda vital 5. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan 6. Monitor berat badan 7. Dorong pasien untuk menambah intake oral 8. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan 9. Monitor adanya tanda gagal ginjal 2 Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan NOC - Nutritional status - Nutritional status : food and fluid intake - Nutritional : nutrient intake - Weight control NIC Nutrition Management 1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung Kriteria Hasil : - Adanya peningkatan berta badan sesuai dengan tinggi serat untuk mencegah konstipasi tujuan 4. Monitor jumlah nutrisi - Berat badan idela sesuai dengan tinggi badan 5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi - Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak ada tanda malnutrisi Nutrition Monitoring - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari 1. BB pasien dalam batas normal menelan 2. Monitor adanya penurunan berat badan - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor lingkungan selama makan 5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 6. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 7. Monitor turgor kulit 8. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah 9. Monitor mual dan muntah 10. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 11. Monitor kalori dan intake nutrisi 12. Catat adanya edema 3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan dehidrasi NOC - Syok prevention - Syok management Kriteria Hasil : - Nadi dalam batas yang di harapkan - Irama jantung dalam batas yang di harapkan - Frekuensi dalam batas yang di harapkan - Kalium serum dbn - Klorida serum dbn - Kalsium serum dbn NIC Syok prevention 1. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denut jantung, HR 2. Monitor suhu dan pernafasan 3. Monitor input dan output 4. Pantau nilai labor, HB, HT, AGD dan elektrolit 5. Monitor hemodinamik invasi yang sesuai 6. Monitor tanda dan gejala asites 7. Monitor tanda awal syok 8. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan preload dengan tepat 9. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas 10. Berikan cairan IV atau oral yang tepat 11. Berikan vaasodilator yang tepat 12. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala syok 13. Ajarkan keluarga dna pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok Syok Management 1. Monitor fungsi neurologist 2. Monitor fngsi renal 3. Monitor tekanan nadi 4. Monitor status cairan, input dna output 5. Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan 6. Monitor gejala gagal pernafasan 7. Monitor nilai laboratorium 8. Masukkan dan memelihara besarnya kebosanan akses IV 4. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare NOC - Tissue integrity : skin and mucous membranes - Hemodyalis akses NIC 1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang longgar 2. Hindari kerutan pada tepat tidur 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan Kriteria Hasil : - Integritas kulit yang baik bisa di pertahakan kering - Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Monitor kulit akan adanya kemerahan - Perfusi jaringan baik 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi klien -Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan 6. Oleskan lotion atau baby oil dan mencegah terjadinya cidera berulang 7. Memandikan pasien dengan sabun dan air - Mampu melindungi kulit dan mempertahakan hangat kelembaban kulit dan perawatan alami