Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Optimasi kekilapan pada pengecatan pelat St37 dengan metode respon permukaan (Optimization of shine in St37 plate painting with the response surface method) Halmi Pawa Guna1, Mahros Darsin2, Ahmad Adib Rosyadi3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Jember 68121 Phone/Fax: +62 331 410243, email: mahros.teknik@unej.ac.id Abstrak Pengecatan adalah proses pelapisan permukaan dengan pelapis berbentuk cair dengan tujuan untuk perlindungan dan keindahan. Untuk tujuan keindahan, salah satu tolak ukurnya adalah kekilapan yang dapat diukur dengan gloosimeter dalam satuan gloss unit (GU). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeroleh nilai GU optimum dengan memvariasi parameter yang berpengaruh. Eksperimen dirancang dengan metode respon permukaan (RSM) dengan desain Box-Behnken tiga faktor dan masing-masing faktor tiga level. Faktor dan level tersebut adalah tekanan (3 bar, 4 bar dan 5 bar), diameter nozzle (1.2 mm, 1.3 mm dan 1.4 mm) dan suhu pengeringan pada oven pasca penegecatan (55 oC, 60 oC dan 65 oC). Masing-masing kombinasi parameter diulang tiga kali. Mesin cat tipe semprot digunakan dalam eksperimen ini pada material St37. Pengolahan data dengan Minitab 18 menunjukkan bahwa ketiga faktor yang berpengaruh terhadap kekilapan secara urut adalah tekanan, diameter nozzle dan suhu pengeringan. Nilai kekilapan tertinggi sebesar 50.9 GU dicapai pada kombinasi faktor tekanan 5 bar, diameter 1.3 mm dan suhu oven pengering dijaga pada 55oC. Sebaliknya dengan kombinasi tekanan 4 bar, diameter nozzle 1.3 mm dan suhu oven 65oC diperoleh kekilapan minimum serendah 22.7 GU. Analisis biaya menunjukkan bahwa biaya antara penelitian dan bengkel resmi menggunakan cat nitrocelullose memiliki selisih harga Rp. 205.908. Sedangkan perbandingan biaya dengan penggunaan cat polyurethane adalah Rp. 698.348. Dari selisih biaya dapat dilihat bahwa pelapisan dengan menggunakan cat polyurethane menghasilkan kualitas cat yang lebih baik serta nilai gloss unit lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan cat nitrocelullose. Jadi, semakin meningkat nilai gloss unit maka semakin banyak biaya produksi yang dibutuhkan. Kata Kunci: Pengecatan, Kekilapan, RSM, Box-Behnken, Analisis Biaya Abstract Painting is a coating type by application of liquid film onto a surface. Two main purpose of painting is protection and decoration. For the later purpose, a method to quantify is by its glossiness using gloss meter in gloss unit (GU). This research purpose is to optimize glossiness by varying the factors influencing the glossy using Response Surface Methodology (RSM) with Box-Behnken design. Three factors and their variationas were: (i) pressure (3 bar, 4 bar and 5 bar), (ii) nozzle diameter (1.2 mm, 1.3 mm and 1.4 mm) and (iii) the drying oven temperature (55 oC, 60 oC and 65 oC). The machine for painting was paint demonstrator with which using spray type on St37 material . Each combination of factor were repeated three times. Minitab 18 was employed for processing the data. The maximum glossinees of 50.9 GU was achived by using combination pressure of 5 bar, nozzle diameter of 1.3 mm and drying temperature of 55 oC. While, combination of pressure of 4 bar, nozzle diameter of 1,4 mm and dryng temperatyre of 65oC resulted in the lowest glossinees of 22.7 GU. Another analysis also carried out on the cost of painting between real workshop and this research using two kind of paints. Painting using polyurethane would have different cost of Rp689,348. While when using nitrocellulose the cost difference was Rp205,908. The polyurethane paint usually used by the real workshop outweight in the glossy unit in compare to nitrocellulose which was used in this experiments. Keywords: Coating, Gloss Units, RSM, Box-Behnken Design, Comparison of costs. 1. Pendahuluan Pengecatan (painting) adalah suatu proses aplikasi cat dalam bentuk cair pada sebuah objek untuk membuat lapisan tipis yang kemudian membuat lapisan keras dengan berbagai metode Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 pengeringan cat. Fungsi dari pengecatan adalah untuk memberi lapisan pada suatu benda sehingga umur benda tersebut bisa semakin lama. Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah 37 (decorative), memperkuat (reinforcing), serta melindungi (protective) suatu objek pengecatan [1]. Hasil pengecatan yang baik dilihat dari tingkat kekilapannya, semakin besar tingkat kekilapan maka menambah nilai plus untuk keindahan kendaraan. Kekilapan atau gloss dapat terjadi akibat adanya sudut selektivitas reflektans yang melibatkan pantulan cahaya pada suatu permukaan sehingga menimbulkan fenomena pencerminan suatu objek. Kekilapan diukur dengan satuan gloss unit dengan menggunakan alat yang bernama glossmeter [2]. Faktor yang menjadi pertimbangan untuk dilakukan pelapisan yang maksimal adalah besar tekanan pada spray gun. Spray gun merupakan media yang digunakan pada pelapisan sebagai pengabut cat yang sebelumnya cat dan thinner telah dicampur terlebih dahulu sebelum disemprotkan ke permukaan benda kerja. Pengabutan pada spray gun dapat terjadi karena udara dan cat bertemu pada tudung spray gun sehingga cat dan udara terpecah menjadi sekumpulan partikel yang halus dan lembut. Pada spray gun ini jarak dan tekanan udara sangat mempengaruhi hasil dari pelapisan yang dilakukan, jarak spray yang terjadi pada umumnya adalah 152,4 mm – 300 mm serta besar tekanan udara yang baik agar spray gun dapat beratomasi dengan baik sebesar 2 - 5 bar [3]. Faktor berikutnya yaitu diameter nozzle spray gun. Menurut Kristanto penggunaan diameter nozzle 1 mm mempunyai daya penyemprotan, tekanan udara dan pengabutan yang lebih baik. Sehingga pemilihan nozzle diameter 1 mm dalam proses pelapisan lebih efisien dibandingkan dengan diameter 1,5 mm dan diameter 2 mm [4]. Di sisi lain, suhu pengeringan mempengaruhi hasil dari proses pelapisan. Menurut Kusumadetya hasil kekilapan optimum yang didapatkan dengan jarak penyemprotan 17 cm menggunakan metode pengeringan micro oven didapatkan hasil dengan ketebalan cat sebesar 0.052 mm yaitu tingkat kekilapan sebesar 92.29 GU [5]. Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan di atas menyelidiki efek beberapa parameter terhadap gloss di antaranya tekanan spray gun, diameter nozzle spray gun dan suhu pengeringan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diperlukan suatu desain eksperimen yang dapat membantu dalam mengoptimalkan hasil pelapisan. Dan juga diusulkan metode respon permukaan karena metode ini digunakan dan berhasil dalam merancang percobaan, membuat model dan optimalisasi. Metode respon permukaan merupakan sekumpulan teknik matematika dan statistika yang berguna untuk menganalisis permasalahan di mana beberapa variabel independen mempengaruhi variabel respon dan tujuan akhirnya adalah untuk mengoptimalkan respon [6]. Metode respon permukaan telah digunakan pada berbagai aplikasi. Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 Salah satu contohnya Ongkowijoyo menggunakan metode respon permukaan untuk mengetahui kondisi optimum kecepatan mesin dan suhu mesin yang mempengaruhi nilai bursting strength pada proses corrugating [7]. 2. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 15 – 31 Januari 2019. Tempat penelitian pada penelitian ini dilakukan pada beberapa laboratorium yaitu Laboratorium Kerja Logam dan Laboratorium Uji Material Teknik Mesin Universitas Jember, Laboratorium Pengecatan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya dan PT. Mataram Paint Emco Surabaya. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1. Spray gun F75 dengan spesifikasi tekanan sebesar 0.25 – 0.45 MPa dan diameter nozzle 1.2, 1.3 dan 1.4 mm. 2. Kompressor dengan spesifikasi tekanan sebesar 0.7 MPa dan kapasitas tangki 25 liter. 3. Glossmeter dengan spesifikasi sudut pengukuran sebesar 20 60 & 85 , luasan pengukuran 9 X 10 / 9 X 16 / 5 X 39 dan kemampuan pengukuran 0 – 200 GU. Bahan yang digunakan pada penelitan ini sebagai berikut: 1. Spesimen berukuran 100 mm x 50 mm x 1 mm menggunakan material pelat baja St37 2. Epoxy PR 204 3. Cat polyurethane 9950 (PU) 4. Thinner polyurethane (PU) 2.1 Rancangan Percobaan Ada tiga parameter yang digunakan dalam percobaan ini, di mana setiap parameter proses coating memiliki tiga level pengaturan. Pengaturan level ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Variabel proses penelitian Faktor Level bawah Level menengah Level atas Kode -1 0 +1 Diameter (mm) 1.2 1.3 1.4 Tekanan (bar) 3 4 5 Suhu ( ) 55 60 65 Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah metode respon permukaan dengan rancangan percobaan Box-Behnken yang ditunjukkan pada Tabel 2. Dan dilakukan tiga kali 38 pengulangan pengambilan data untuk mendapatkan kevalidan data. Tabel 2. Rancangan Box-Behnken Tekanan udara (bar) Diameter nozzle Suhu pengeringan ( C) (mm) 3 1,2 60 5 1,2 60 3 1,4 60 5 1,4 60 3 1,3 55 5 1,3 55 3 1,3 65 5 1,3 65 4 1,2 55 4 1,4 55 4 1,2 65 4 1,4 65 4 1,3 60 4 1,3 60 4 1,3 60 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Data Hasil Percobaan Data hasil penelitian didapatkan nilai gloss unit seperti terlihat pada table 3 berikut: Tabel 3. Data hasil percobaan No Tekanan Diameter Gloss Unit (GU) Tekanan A B C 5 1,3 55 50,9 52,4 50,7 51,3 7 3 1,3 65 32,6 33,1 32,8 32,8 8 5 1,3 65 35,6 34,8 34,3 37,2 9 4 1,2 55 43,7 44,6 44,2 44,2 10 4 1,4 55 32,9 33,5 33,9 33,4 11 4 1,2 65 31,6 34,1 32,8 32,8 12 4 1,4 65 22,7 25,4 22,6 23,6 13 4 1,3 60 33,4 36 36,1 35,2 14 4 1,3 60 32,3 42,9 40,7 38,6 15 4 1,3 60 42,8 42,3 41,2 42,1 3.2 Analisis Data Gloss Unit Langkah-langkah yaitu dengan melakukan pembentukan model, pengujian kesesuaian model dan pengujian residual. Pembentukan model merupakan hasil dari data percobaan yang telah diolah menggunakan Minitab 18 dan hasil pengolahan data yang didapatkan disebut “estimated regression coefficient for GU”. Kemudian dibentuk sebuah model persamaan kekilapan yang diperoleh dari pengolahan data menggunakan Minitab 18. Kemudian langkah yang perlu dilakukan yaitu pengujian kesesuaian model. Pengujian kesesuaian model ini terdiri dari beberapa pengujian yaitu pengujian lack of fit, pengujian . Adapun parameter serentak dan pengujian langkah terakhir yang harus dilakukan yaitu pengujian residual yang pula terdiri dari pengujian identik, pengujian independen dan pengujian distribusi normal. 2.2 Prosedur Percobaan Percobaan dilakukan dengan melakukan proses pelapisan untuk tahap pengambilan data. Setelah itu, dilakukan proses pengujian nilai gloss unit dengan menggunakan glossmeter. Tahap selanjutnya yaitu analisis data gloss unit dengan melakukan pembentukan model, pengujian kesesuaian model dan pengujian residual. Setelah tahap analisis data gloss unit dilakukan perbandingan antara pelapisan dengan nilai gloss unit yang tinggi dan tanpa gloss unit terhadap biaya yang dibutuhkan. Parameter 6 RataRata (Bar) (mm) (Bar) 1 3 1,2 60 31,2 30,7 31,4 31,1 2 5 1,2 60 48,9 49,2 47,5 48,5 3 3 1,4 60 35 36,3 36,1 35,8 4 5 1,4 60 28,5 27,9 26,2 27,5 5 3 1,3 55 36,3 37 36,5 36,6 Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 3.3 Pembentukan Model Pengolahan data dilakukan menggunakan Minitab menghasilkan nilai koefisien penduga. Dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini menunjukkan nilai koefisien penduga model regresi gloss unit. Tabel 4. Koefisien regresi penduga untuk gloss unit Term Coef SE Coef T P Constant 36,17 2,23 16,25 0,000 Tekanan 3,60 1,36 2,64 0,046 Diameter -4,54 1,36 -3,33 0,021 Suhu Pengeringan -5,16 1,36 -3,79 0,013 Tekanan*Tekanan 2,93 2,01 1,46 0,204 Diameter*Diameter -3,20 2,01 -1,59 0,172 Suhu Pengeringan*Suhu -0,25 2,01 -0,12 0,907 Pengeringan Tekanan*Diameter -6,05 1,93 -3,14 0,026 Tekanan*Suhu -2,90 1,93 -1,50 0,193 Pengeringan Diameter*Suhu 0,48 1,93 0,25 0,815 Pengeringan S = 3,85459 R-sq = 90,85% R-sq(adj) = 74,39% Tabel 4 menunjukkan hasil taksiran parameter model untuk gloss unit. Berdasarkan tabel tersebut kemudian didapatkan model persamaan gloss unit penduga model orde kedua sebagai berikut: 39 Ŷgu = 36,17 + 3,60 - 0,25 - 4,54 - 6,05 - 5,16 + 2,93 - 2,90 - 3,20 + 0,48 3.4 Pengujian Kesesuaian Model Ada beberapa pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model sebagai berikut: a. Uji lack of fit Tujuan dari uji lack of fit ini yaitu untuk mengetahui kesesuain model yang telah dihasilkan. Hipotesis: = tidak ada lack of fit dalam model = ada lack of fit dalam model Daerah penolakan bila p-value kurang dari atau 5%. Sebaliknya, hipotesis awal akan gagal tolak apabila p-value melebihi nilai (5%). Pemeriksaan kesesuaian model dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan bahwa nilai p-value uji lack of fit sebesar 0,967. Dapat disimpulkan p-value uji lack of fit lebih besar dari 0,05 sehingga model tidak mengandung lack of fit atau model yang didapatkan telah sesuai. Tabel 5. ANOVA untuk gloss unit Source Regression Linear Square Interaction Residual Error Lack-ofFit Pure Error Total DF 9 3 3 3 Adj SS 737,900 481,602 75,345 180,952 Adj MS 81,989 160,534 25,115 60,317 5 74,289 14,858 3 7,682 2,561 2 14 66,607 812,189 33,303 F 5,52 10,80 1,69 4,06 P 0,037 0,013 0,283 0,083 maupun suhu pengeringan yang ditentukan maka semakin tinggi nilai gloss unit. Sedangkan untuk nilai regresi kuadratik didapatkan p-value melebihi batas signifikasi yang berarti pada model kuadratik ada beberapa variabel yang tidak memberikan dampak positif terhadap nilai gloss unit. Dapat disimpulkan bahwa kondisi yang berbeda atau parameter yang ditambahkan dalam penelitian ini tidak mengubah nilai gloss unit / hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap nilai gloss unit serta hubungan antara nilai gloss unit dengan kovariat secara statistik tidak signifikan [8]. c. Pengujian Koefisien Determinasi ( ) Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 < < 1. Apabila semakin besar nilai yang diperoleh maka akan semakin besar pengaruh variabel-variabel X terhadap variabel Y, Oleh karena itu untuk mendapatkan model yang baik nilai diharapkan mendekati 1. Tabel 4 menunjukkan untuk gloss unit adalah 90,85% yang bahwa nilai berarti model regresi yang dihasilkan dapat mewakili persamaan yang menghubungkan faktorfaktor terhadap nilai gloss unit. 3.5 Pengujian Residual Pengujian residual bertujuan untuk mengetahui apakah residual memenuhi asumsi normally dan independently distributed. Pengujian residual terdiri dari beberapa pengujian sebagai berikut: a. Uji Identik 0,08 0,967 b. Uji Parameter Serentak Analisis statistik p-value akan digunakan untuk mengevaluasi output uji parameter serentak dengan nilai toleransi sebesar 5%. Pemeriksaan dilakukan pada 2 regresi, yaitu liner ( ) dan kuadratik ( ). Tabel 5 menunjukkan nilai p-value untuk linear sebesar 0,013 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Sedangkan nilai p-value yang didapat untuk kuadratik sebesar 0,283 yang berarti lebih besar dari nilai toleransi 0,05. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi linear dari masing-masing variabel yaitu tekanan di dapatkan nilai sebesar 0,046, diameter sebesar 0,021 dan suhu pengeringan sebesar 0,013. Nilai regresi linear yang dihasilkan dari variabel tersebut menunjukkan bahwa tekanan semakin mendekati toleransi 5%, yang berarti semakin besar tekanan maka nilai gloss unit yang dihasilkan semakin tinggi [3].Berbeda dari hasil yang didapatkan pada diameter dan suhu pengeringan dimana lebih kecil dari tekanan sehingga dapat diartikan semakin kecil diameter Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa plot residual versus fitted values untuk nilai residualnya tersebar secara acak di sekitar harga nol dan tidak membentuk pola-pola tertentu sehingga ditarik kesimpulan asumsi bersifat identik terpenuhi. Gambar 1. Plot residual versus fitted values untuk gloss unit b. Uji Independen Pada Gambar 2 menunjukkan plot Autocorrelation Function (ACF) menyatakan semua korelasi berada pada interval , dimana n adalah banyaknya jumlah pengamatan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi 40 antara pengamatan yang berarti, sehingga uji independen terpenuhi. Plot Kontur Diameter dan Tekanan terhadap GU 1,40 30 35 40 45 1,35 Diameter Fungsi Autokorelasi untuk GU (dengan batas signifikan 5% untuk autokorelasi) 1,0 GU < 30 – 35 – 40 – 45 – 50 > 50 Hold Values Suhu Pengeringan 60 1,30 0,8 1,25 Autocorrelation 0,6 0,4 0,2 1,20 3,0 0,0 3,5 4,0 4,5 5,0 Tekanan -0,2 -0,4 Gambar 4. Diameter dan tekanan terhadap gloss unit pada temperatur 60 C -0,6 -0,8 -1,0 2 3 4 Lag Gambar 2. Plot Autocorrelation Function untuk gloss unit c. Uji Distribusi Normal Pemeriksaan asumsi distribusi normal yaitu dengan melihat probability plot. Dari hasil yang didapat dikatakan bahwa residual terdistribusi normal karena plot mendekati garis lurus seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Hipotesisnya sebagai berikut: : residual berdistribusi normal : residual tidak berdistribusi normal dapat diterima apabila P-value > Hasil yang didapat dari grafik probability plot of residual untuk asumsi distribusi normal didapatkan p-value sebesar 0,069 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dari hasil tersebut diputuskan untuk gagal menolak yang berarti residual berdistribusi normal dan sebaran titik-titik pada plot membentuk pola linear atau garis lurus. Dapat disimpulkan residual data memenuhi asumsi distribusi normal. Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai kekilapan / gloss unit didapatkan apabila diameter nozzle spray gun berada pada level 1,20 mm – 1,40 mm dan besar tekanan spray gun berada di antara 3,0 bar – 5,0 bar. Dengan parameter yang telah ditentukan menghasilkan tingkat kekilapan / gloss unit kurang dari 30 GU sampai 50 GU. Plot Kontur Suhu Pengeringan dan Tekanan terhadap GU 65,0 GU < 35 35 – 40 40 – 45 45 – 50 > 50 62,5 Suhu Pengeringan 1 Hold Values Diameter 1,3 60,0 57,5 55,0 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 Tekanan Gambar 5. Suhu pengeringan dan tekanan terhadap GU pada diameter 1,3 mm Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai kekilapan / gloss unit didapatkan apabila suhu pengeringan berada diantara level 55,0 C – 65,0 C dan tekanan spray gun berada pada 3,0 bar – 5,0 bar. Dengan parameter yang telah ditentukan menghasilkan tingkat kekilapan / gloss unit kurang dari 35 GU sampai 50 GU. Plot Kontur Suhu Pengeringan dan Diameter terhadap GU 65,0 GU < 25 25 – 30 30 – 35 35 – 40 > 40 Suhu Pengeringan 62,5 Hold Values Tekanan 4 60,0 57,5 Gambar 3. Plot probability untuk gloss unit 3.6 Analisis Contour Plot Analisis ini merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara tingkat kekilapan / gloss unit yang didapatkan dengan variabel bebas yang mempengaruhi respon. Gambar 4, 5 dan 6 menjelaskan hubungan antara dua variabel bebas dengan respon kekilapan dan pada masing-masing plot ada satu parameter yang dibuat konstan yaitu pada nilai tengah. Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 55,0 1,20 1,25 1,30 1,35 1,40 Diameter Gambar 6. Suhu pengeringan dan diameter terhadap GU pada tekanan 4 bar Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa tingkat kekilapan / gloss unit apabila suhu pengeringan berada diantara level 55,0 C – 65 C dan diameter 41 berada diantara 1,20 mm – 1,40 mm. Dengan pengaturan parameter tersebut menghasilkan tingkat kekilapan kurang dari 25 GU sampai 40 GU. 3.7 Analisis Hubungan antara masing-masing variabel dan interaksi yang diperoleh disajikan pada persamaan model gloss unit. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut: a. Tekanan spray gun memberikan pengaruh positif yang ditunjukkan oleh konstanta . Maknanya, semakin besar tekanan udara yang digunakan maka proses pengabutan yang dihasilkan lebih baik sehingga ketebalan cat meningkat dan porositasnya (butir hasil pengabutan) semakin baik. Dapat disimpulkan besar tekanan berbanding lurus atau semakin tinggi nilai gloss unit apabila tekanan yang digunakan semakin besar. b. Diameter nozzle spray gun memberikan pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh . Maknanya, semakin besar konstanta diameter nozzle yang digunakan maka volume cat yang menempel semakin sedikit karena daya pengabutan dan pelebaran zat pelapis lebih luas sehingga tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Akan tetapi apabila ukuran diameter yang digunakan semakin kecil maka akan terjadi penumpukan zat pelapis sehingga pelapisan tidak rata / seragam [4]. c. Suhu pengeringan memberikan pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh konstanta . Maknanya, suhu pengeringan yang terlalu tinggi mengakibatkan hasil akhir dari proses pelapisan tidak rata karena zat pelapis yang melindungi permukaan benda kerja semakin tipis. Hasil yang diakibatkan tidak ratanya proses pelapisan maka pengukuran nilai gloss unit tidak maksimal. Dapat disimpulkan bahwa suhu pengeringan berbanding terbalik atau semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin kecil nilai gloss unit yang dihasilkan [9]. 3.8 Perhitungan Nilai Ekonomis Perhitungan nilai ekonomis diperlukan untuk membandingkan biaya yang diperlukan pada masing-masing spesimen yang dilakukan proses pelapisan. Perhitungan nilai ekonomis yaitu dengan menentukan proses pelapisan dengan menggunakan cat nitrocelullose dan polyurethane serta perbandingan biaya antara proses pelapisan dengan gloss unit dan tanpa gloss unit antara percobaan penelitian dan bengkel resmi pengecatan. Tabel 6 menunjukkan alat dan bahan serta biaya yang dikeluarkan pada penelitian ini. Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 Tabel 6. Daftar harga bahan-bahan penelitian tahun 2019 No Nama Barang Thinner PU Auto Bright Epoxy PR 204 Nippe 2000 Glossy MET 9950 Amplas No. 150 Masking Tape Sewa tempat (Kompresor, Paint Test Demonstrator) 1 2 3 4 5 6 7 8 Sewa Micro Oven Jasa pengecatan Duco Jasa pengecatan Auto 2000 9 10 Total (Rp) / 2019 Volume Satuan Harga per satuan (Rp) Rp. 45.000 1000 ml Rp. Rp. 70.000 Rp. 65.000 Rp. 200.000 Rp. 15.000 Rp. 21.000 800 ml 1000 ml 1000 ml 6 lbr 1 pcs Rp. 87,5 Rp. 65 Rp. 200 Rp. 2.500 Rp. 21.000 Rp. 750.000 6 hari Rp. 125.000 Rp. 100.000 90 menit Rp. 1.111 Rp. 350.000 48 jam Rp. 7.291 Rp. 850.000 48 jam Rp. 17.708 45 Tabel 7. Daftar harga bahan dan alat untuk pengecatan dengan cat Nitrocelullose No 1 2 3 4 5 6 Nama Barang Thinner PU Auto Bright Epoxy Primer Filler Dark Grey Auto Glow Nippe 2000 Amplas Tempat dan Alat (Kompresor, Paint Test Demonstrator) Sewa Micro Oven Jumlah 100 ml Total Rp. 4.500 50 ml Rp. 4.375 50 ml 2 lembar Rp. Rp. 3.250 5.000 1 hari Rp. 125.000 30 menit Rp. 2.777 Rp. 144.902 Tabel 8. Daftar harga bahan dan alat untuk pengecatan dengan cat polyurethane No 1 2 3 4 5 6 Nama Barang Thinner PU Auto Bright Epoxy Primer Filler Dark Grey Auto Glow Glossy Copper Brown Metalic 9950 Amplas Tempat dan Alat (Kompresor, Paint Test Demonstrator) Micro Oven Jumlah Total 100 ml Rp. 4.500 50 ml Rp. 4.375 50 ml Rp. 10.000 2 lembar Rp. 5.000 1 hari Rp. 125.000 30 menit Rp. 2.777 Rp. 151.652 Perhitungan nilai ekonomis dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Dapat dilihat bahwa keduanya menggunakan alat dan beberapa bahan yang sama, perbedaannya terletak pada jenis cat yang digunakan pada proses pelapisan yaitu cat nitrocelullose (NC) yang memiliki nilai gloss unit kecil dengan biaya pengecatan sebesar Rp. 144.902 (Tabel 7). Sedangkan pada Tabel 8 cat yang digunakan adalah cat polyurethane (PU) yang memiliki nilai gloss unit tinggi dengan biaya pengecatan sebesar Rp. 151.652. 3.9 Perbandingan Biaya Penelitian Dengan Biaya Pabrik Biaya yang dibutuhkan pada penelitian ini dengan menggunakan dua jenis cat berbeda 42 dibandingkan dengan proses pengecatan pada bengkel pengecatan resmi Duco dan bengkel pengecatan resmi Auto 2000. Pada Tabel 9 dilihat perbandingan biaya yang dihasilkan pada percobaan pada penelitian ini dengan biaya jasa pada bengkel pengecatan resmi.[10] Tabel 9. Perbandingan biaya pada percobaan penelitian dan bengkel pengecatan Cat nitrocelullose Cat polyurethane Percobaan penelitian Bengkel pengecatan Duco Percobaan penelitian Bengkel resmi Auto 2000 Rp. 144.902 Rp. 350.000 Rp. 151.652 Rp. 850.000 Pada Tabel 9 menunjukkan hasil proses pelapisan menggunakan cat nitrocelullose pada percobaan penelitian dan pada bengkel pengecatan Duco dengan selisih harga Rp. 205.908. Sedangkan proses pelapisan menggunakan cat polyurethane pada percobaan penelitian dan bengkel pengecatan resmi Auto 2000 dengan selisih harga Rp. 698.348. Perbedaan proses pelapisan pada percobaan penelitian dengan proses pelapisan pada bengkel pengecatan dengan cat polyurethane menghasilkan selisih harga yang relatif mahal. Hal ini dikarenakan proses pelapisan yang dilakukan pada bengkel resmi pengecatan Auto 2000 menggunakan cat polyurethane dengan kualitas terbaik sehingga mempengaruhi nilai gloss unit yang didapat. Berbeda dengan proses pengecatan pada percobaan penelitian dan pada bengkel pengecatan Duco yang menggunakan cat nitrocelullose yang menghasilkan nilai gloss unit yang rendah serta perbedaan biaya yang tidak begitu signifikan antara metode percobaan dan pada bengkel pengecatan Duco. 4. Kesimpulan 1. Variabel proses yang berpengaruh terhadap gloss unit adalah tekanan spray gun dengan besar 3,60, selanjutnya diikuti oleh diameter nozzle spyay gun dengan besar (- 4,54) dan suhu pengeringan dengan besar (- 5,16). Semakin besar tekanan spray gun maka nilai gloss unit meningkat, sedangkan semakin besar diameter nozzle spray gun dan suhu pengeringan maka nilai gloss unit menurun; 2. Nilai regresi linear sebesar 0,013 yakni berada di bawah nilai yang berarti persamaan model yang dibuat telah cocok. Sedangkan pada nilai regresi kuadratik diperoleh nilai p sebesar 0,283 melebihi batas signifikasi yang berarti persamaan model untuk kuadratik tidak mengalami kecocokan; 3. Nilai gloss unit tertinggi yaitu 50,9 GU dengan besar tekanan spray gun sebesar 5 bar, diameter nozzle spray gun 1,3 mm dan suhu pengeringan sebesar 55 . Sebaliknya pelapisan dengan nilai gloss unit terendah yang dihasilkan yaitu sebesar Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 22,7 GU dengan tekanan spray gun 3 bar, diameter nozzle spray gun sebesar 1,4 mm dan suhu pengeringan 65 . 4. Perbandingan biaya antara percobaan penelitian dan bengkel resmi pengecatan dengan cat nitrocelullose memiliki selisih harga Rp. 205.908, sedangkan perbandingan biaya dengan menggunakan cat polyurethane sebesar Rp. 698.348. Dari selisih biaya dapat dilihat bahwa cat polyurethane menghasilkan nilai gloss unit yang tinggi dibandingkan dengan penggunaan cat nitrocellulose. Sehingga semakin mengkilap atau nilai gloss unit bodi kendaraan semakin tinggi maka semakin meningkat pula biaya produksi yang dibutuhkan. Saran 1. Pengaturan parameter hasil pengolahan data yang optimal diharapkan dapat digunakan pada proses pelapisan selanjutnya; 2. Penelitian selanjutnya agar menggunakan parameter lain dan apabila mengulang dengan parameter yang sama pada penelitian diharapkan pada parameter sekitar titik optimum; 3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya agar menggunakan vernish yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan juga nilai gloss unit. 4. Dalam pengolahan data selanjutnya, sebaiknya menggunakan metode statistika yang lain agar dapat dilakukan optimasi pada proses pelapisan. Daftar Pustaka [1] H. Susyanto, Kontrol Kualitas produksi Cat. http://www.oocities.org/ heri_susyanto/kontrolKualitasCat.htm, [Diakses 11 Oktober 2018], 2009 [2] Y. S. R. Wijaya, “Pengaruh Jarak Penyemprotan Spray Gun Terhadap Keoptimalan Hasil Pengecatan”. Jurnal Teknik Mesin 02 (3): 88-95, 2014. [3] M. F. Dzikriansyah, “Analisa Pengaruh Jarak Nozzle Dan Tekanan Udara Pada Pelapisan Dengan Metode Air Spray Terhadap Sifat Magnetik Komposit Barium Heksaferrit/ Polianilin”. Tugas Akhir. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2017 [4] Y. Kristanto, “Pengaruh Diameter Nossle Spray Gun Terhadap Efisiensi Pengecatan”. VMac 02 (1): 5-8, 2017. [5] K. B, Hermianto, “Pengaruh Drying Process Tehadap Finishing Top Coat Pada Pengecatan Komponen Bodi Kendaraan Bermotor”. JPTM 06 (3): 215-224, 2018. [6] D. C. Montgomery, Design and Analysis of Experiments. 5th Australia: John Willey & Sons, INC, 1997. 43 S. Ongkowijoyo, “Penentuan Parameter Setting Mesin Pada Proses Corrugating”. Jurnal Teknologi 11 (1): 22–28, 2016. [8] N. Iriawan, , dan S. P. Astuti. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Andi, 2006. [9] A. S. A. Nugroho, “Analisis Parameter Pelapisan Baja Karbon Rendah (St 37) Dengan Metode Respon Permukaan (mrp)”. Skripsi. Jember: Fakultas Teknik Mesin Universitas Jember, 2018. [10] A Maulana, Perbandingan Harga Pengecatan Duco Dan Bengkel Resmi. https://otomotif.kompas.com/read/2017/12/26/ 082200615, [Diakses 28 April 2019], 2017. [7] Jurnal Polimesin. Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019 44