EPISODE SATU BABAK,
COVID-19, DAN BANJIR
KIRIMAN KISAH LAINNYA
i
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta
1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pengarang Hak Cipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundanganundangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 27
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana masing-masing paling singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1000.000,00 (satu juta rupiah); atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
EPISODE SATU BABAK, COVID-19, DAN
BANJIR KIRIMAN KISAH LAINNYA
Mahasiswa PGSD Univ. Adi Buana Surabaya
Angkatan 2016 Kelas Kreativitas Sastra Anak
2020
iii
EPISODE SATU BABAK, COVID-19,
DAN BANJIR KIRIMAN KISAH LAINNYA
Kumpulan Karya Sastra
Mahasiswa PGSD Angkatan 2016 Kelas Kreativitas Sastra Anak
Cetakan I, Juni 2020
ISBN: 978-623-7564-74-4
xviii + 338 hal; 14,8 x 21 cm
Diterbitkan oleh Pagan Press
Dusun Tanjungwetan, RT/RW 001/001 No35
Desa Munungrejo, Kec Ngimbang, Lamongan
Telp 081-335-682-158
email:penerbitpaganpress@gmail.com
Penyunting:
Pana Pramulia
Tata Letak:
Pana Pramulia
Rancang Sampul:
Sabrina Zamzamiatul Sofa
Gambar Sampul:
https://pixabay.com/id/photos/petualangan-tinggi-pendakiangunung-1807524/
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau
memperbanyak isi buku ini sebagaian atau seluruhnya untuk
keperluan komersil tanpa izin tertulis dari penerbit.
All rights reserved
iv
KATA PENGANTAR
Oleh:
*Pana Pramulia, M.Pd.
Kurang lebih tiga bulan, berbagai elemen masyarakat di
dunia dihantam wabah Covid-19 atau yang populer di
Indonesia disebut virus korona, tanpa terkecuali dunia
pendidikan. Semua elemen, termasuk dunia pendidikan
mau tidak mau harus menyesuaikan diri, agar tidak
terombang-ambing di tengah badai virus yang telah
memakan korban ratusan ribu ini. Dalam dunia
pendidikan tersedia banyak pilihan media, dan
masyarakat akademik tinggal memilih media yang tepat
dan cocok digunakan. Saat ini pembelajaran daring
memang tepat dan dibutuhkan untuk melanjutkan
kegiatan belajar mengajar antara guru dengan murid
atau dosen dengan mahasiswa. Itulah satu-satunya jalan
terbaik agar kehidupan akademik terus memanjang.
Pada mata kuliah Kreativitas Sastra Anak
semester ini, pembelajaran daring tepat diberlakukan,
karena peraturan dari pemerintah, peserta didik harus
belajar di dan dari rumah dengan menggunakan media
yang tersedia. Mahasiswa yang menempuh mata kuliah
ini merupakan mahasiswa Program Studi PGSD
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya angkatan 2016
tingkat akhir (semester 8). Seperti semester-semester
sebelumnya tugas akhir mahasiswa, yaitu menulis
v
karya sastra (cerpen dan puisi) untuk dibukukan dan
diterbitkan ber-ISBN. Sebelum cerpen dan puisi
mahasiswa dibukukan dan diterbitkan, ada semacam
seleksi ketat yang tujuannya berkaitan dengan
ontentisitas dan kualitas karya.
Sebelum mahasiswa mulai menulis cerpen dan
puisi, saya sebagai dosen pengampu memberikan
seremonial berupa teknik menulis karya sastra
(terutama cerpen), dari membuat kerangka hingga
mengembangkan kerangka tersebut. Salah satu teknik
yang diperkenalkan kepada mahasiswa untuk membuat
kerangka, yaitu teknik cilukba. Sedangkan, teknik untuk
mengembangkan kerangka, yaitu teknik 5 mekanisme
pikir. Dua teknik tersebut diberikan secara daring
melalui aplikasi WhatsApp.
Cilukba diambil dari permainan masyarakat, di
mana ketika orang tua/dewasa bermain-main dengan
anak (balita). Cilukba merupakan permainan teka teki
dari orang tua/dewasa kepada anaknya (balita).
Terdapat tiga tahapan dalam permainan tersebut.
Pertama “ci”, di mana seorang anak masih melihat jelas
wajah orang tuanya. Kedua “luk”, ketika orang tua
menutup (menyembunyikan) wajahnya dengan kedua
telapak jari tangan. Ketiga “ba”, di mana orang tua
membuka telapak tangannya, sehingga wajahnya yang
disembunyikan dapat dilihat kembali oleh anak.
vi
Artinya, ci merupakan peristiwa sehri-hari, luk adalah
konflik (ketegangan) yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari, dan ba merupakan penyelesaian konflik.
Artinya, teknik cilukba merupakan teknik untuk
menyusun urutan kerangka: 1) menceritakan kehidupan
sehari-hari yang ditemui atau dialami; 2) menceritakan
konflik yang terjadi; dan 3) menceritakan penyelesaian
konflik tersebut. Setelah kerangka karangan disusun,
langkah
berikutnya
penulis
karya
sastra
mengembangkan kerangka tersebut menjadi sebuah
cerita pendek. Salah satu teknik mengembangkan,
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 5
mekanisme pikir. 5 mekanisme pikir tersebut, di
antaranya mengembangkan, menciutkan, menaikkan,
menurunkan, dan menyamping.
Mengembangkan merupakan cara kreatif untuk
berpikir bahwa sesuatu yang kecil dan tidak bermakna
dapat menjadi besar dan bermakna. Menciutkan
merupakan teknik untuk mengurangi atau memperkecil
permasalahan yang bertele-tele dan tidak penting untuk
diceritakan. Menaikkan merupakan teknik untuk
mengabstraktasi. Artinya, penulis diminta untuk
mengubah hal yang denotatif menjadi konotatif.
Menurunkan merupakan kebalikan dari teknik
menaikkan, yaitu mengubah hal yang abstrak menjadi
jelas. Menyamping adalah teknik untuk menceritakan
vii
kembali. Maksudnya, penulis dapat mengambil cerita
lain (dongeng/legenda), kemudian diceritakan kembali
berdasarkan
bahasa
sendiri.
Setelah
berhasil
menceritakan dengan bahasa sendiri, cerita tersebut
dapat disisipkan dalam cerpen yang ditulis.
Memang terdapat kendala di dalam menulis
karya sastra, apalagi di tengah wabah ini mahasiswa
mengalami
kejenuhan
belajar
dan
kejenuhan
berimajinasi, serta berekspresi karena terkurung di
rumahnya masing-masing. Permasalahan tersebut
berdampak pada penulisan cerpen maupun puisi.
Dampak utama terdapat pada penuangan ide yang
kaku, sehingga kerangka yang disusun terkesan beku
dan sulit dikembangkan oleh penulis karya sastra itu
sendiri. Ada beberapa karya menyuguhkan diksi yang
monoton. Ada karya yang kurang luwes menceritakan
suasana, tidak percaya diri menggambarkan karakter,
dan gagal menyuguhkan pesan moral.
Dengan intensitas pengoreksian, penyeleksian,
dan penyuntingan yang ketat, cerpen dan puisi
mahasiswa PGSD Angkatan 2016 ini, Alhamdulillah
walaupun tidak saling tatap muka, karena duduk di
depan layar terang di rumahnya masing-masing dapat
dinyatakan layak dikumpulkan menjadi satu dan
diterbitkan sebagai buku kumpulan karya sastra. Karya
sastra mahasiswa ini banyak menceritakan tentang
viii
situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, yaitu
kehidupan bermasyarakat di tengah wabah virus
korona dan bagaimana masyarakat itu menyesuaikan
diri.
Untuk itu, buku kumpulan karya sastra ini
diberi judul Episode Satu Babak, Covid-19, dan Banjir
Kiriman Kisah Lainnya. Judul buku tersebut mengacu
pada judul cerpen dan puisi yang dianggap dapat
mewakili kondisi saat ini, walaupun semua karya sastra
di sini secara kualitas baik. Buku ini secara keseluruhan
memuat 36 cerita pendek, dan puisi berjumlah 71 karya.
Semoga buku kumpulan karya sastra mahasiswa PGSD
angkatan 2016 ini berdaya manfaat untuk diri mereka
sendiri ketika kelak menjadi guru, adik-adik kelas
sebagai bahan bacaan dan pembelajaran, dan tentunya
bermanfaat dan sebagai hadiah kegembiraan untuk
dosen pengampu sendiri, karena mahasiswanya masih
sudi belajar dan bercerita melalui tulisan, walaupun
badai wabah ini belum bosan menghantam.
Minggu Pahing
Madiun. 31 Mei 2020
*Dosen Pengampu Mata Kuliah
ix
KOMPETEN
UNGGUL
BERKARAKTER
x
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................. xi
CERPEN
Chabibati Rosidah
Mereka Temanku ................................................................. 1
Debora Natalia Prastica
Ide Pintar Mama Farel ......................................................... 9
Dian Pratiwi
Sabda Rindu ........................................................................ 11
Dian Tri Puji Utami
Akhir Kebersamaan ........................................................... 16
Dinda Kurnia A
Hari Paling Pahit ................................................................ 21
Dini Nurazizah
Kering Kemarau Desaku ................................................... 27
Dinny Justika Herdiyanti
Cinta Tak Dapat Restu Orang Tua .................................. 31
Dyah Ayu Setyawati
Semesta Merestui ............................................................... 33
Elsa Desinta
Kejujuran Membawa Berkah ............................................ 47
Farah Dina Nur Azizah
Semangat Anak Difabel..................................................... 50
Fatimah Ayu D.S
Alunanku............................................................................. 53
Fitri Ayu Larasati
Apa Keberadaanku Salah? ................................................ 65
Fitri Widya Wailandini
Star Girl ................................................................................ 84
xi
Friska Alfianita Efendi Putri
Sebutir Telur ....................................................................... 94
Indah Wahyu N
Di Balik Mata Indigo........................................................ 102
Lailatul Fadilah
Meminangku..................................................................... 105
Linda Dwi N
Di Bawah Naungan Islam ............................................... 107
Masyatul Rohmatin
Sayap Yang Patah............................................................. 117
Mita Fatmawati
Healing................................................................................ 127
Mita Setiya Ningrum
Apa Salahnya Jadi Orang Miskin?................................. 131
Muhammad Shokhid
Anak Bibi Apakah Ujian Bagiku? .................................. 136
Nadlatul Ilma
Episode Satu Babak.......................................................... 142
Nafiatul Ilmiyah
Dream Catchter................................................................... 146
Nuzul Fitri Wulandari
Wahai Bunga Yang Mekar Tetaplah Engkau Bersabar
............................................................................................ 160
Oktavia Fatma Yudianti
Corona ............................................................................... 192
Pawestri Sekar Wilujeng
Kamar Sebelah .................................................................. 200
Putri Nur Hidayati
Ketulusan Yang Berbuah Pengkhianatan ..................... 210
Ratih Puspita Hadi
Erik Si Pemuda Berhati Emas ......................................... 219
Rizkika Madya
Minggu Sore...................................................................... 222
xii
Rohamatul Hanim Maulidia
Kunikmati Senjaku........................................................... 225
Sabrina Zamzamiatul Sofa
Air Mata Januari ............................................................... 228
Adella Cahyani
Kekacauan Manis ............................................................. 234
Tantri Astrida Yunitasari
Kesabaran Berbuah Bahagia ........................................... 243
Tatak Okta Tri Pangga
Banjir Kiriman .................................................................. 250
Tita Nanda Sari
Dermaga Sore Hari .......................................................... 255
Vilga Retya Guguh Vamanda
Ucil Dari Desa Ngulik ..................................................... 261
PUISI
Chabibati Rosidah
Caramu .............................................................................. 268
Dekorasi Hidup ................................................................ 268
Debora Natalia Prastica
Menerawang Masa Depan .............................................. 269
Indonesiaku Indonesia Kita ............................................ 271
Dian Pratiwi
Sukses ................................................................................ 272
Kelabu ................................................................................ 273
Dian Tri Puji Utami
Dia Ibuku........................................................................... 274
Ketidakmungkinan .......................................................... 275
Dinda Kurnia A
Arti Kata Merelakan ........................................................ 276
Pernah ................................................................................ 277
Dini Nurazizah
Sedekah.............................................................................. 278
xiii
Dinny Justika Herdiyanti
Teruntuk Kamu ................................................................ 279
Jarak ................................................................................... 279
Dyah Ayu Setyawati
Kenangan .......................................................................... 280
Lembayung Senja ............................................................. 281
Elsa Desinta
Sebuah Ketulusan ............................................................ 282
Luka Lama ........................................................................ 283
Farah Dina Nur Azizah
Covid-19 ............................................................................ 284
Hati..................................................................................... 286
Fatimah Ayu D.S
Wahai Bajing Dunia ......................................................... 287
Sempurnakan Langkah ................................................... 288
Fitri Ayu Larasati
Rinduku ............................................................................. 289
Lalai .................................................................................... 290
Fitri Widya Wailandini
Elegi Sanubari ................................................................... 291
Aksa Katarsis .................................................................... 292
Friska Alfianita Efendi Putri
Terimakasih ...................................................................... 293
Kedai .................................................................................. 293
Indah Wahyu N
Cepat Sembuh Bumiku ................................................... 294
Lailatul Fadilah
Amanah Besarmu............................................................. 296
Tetaplah di Sini................................................................. 297
Linda Dwi N
Kehilangan Orang Yang Dicintai ................................... 298
Padamu, Senjaku .............................................................. 299
xiv
Masyatul Rohmatin
Ibu, Malaikatku ................................................................ 300
Ayah Segalanya Untukku ............................................... 301
Mita Fatmawati
Penyesalan Dosa............................................................... 302
Wish .................................................................................... 303
Mita Setiya Ningrum
Jawaban Sebuah Doa ....................................................... 304
Luka Lama ........................................................................ 305
Muhammad Shokhid
Akhir Dari Sebuah Tulisan ............................................. 306
Lockdown Arus Balik ........................................................ 306
Nadlatul Ilma
Indonesiaku ...................................................................... 307
Naluri ................................................................................. 307
Nafiatul Ilmiyah
Impian ................................................................................ 308
Hai ...................................................................................... 308
Nuzul Fitri Wulandari
Filosofi Embun ................................................................. 309
Rintihan Penantian .......................................................... 311
Oktavia Fatma Yudianti
Berharga ............................................................................ 313
Rindu ................................................................................. 314
Kerinduan ......................................................................... 315
Pawestri Sekar Wilujeng
Mencintaimu ..................................................................... 316
Jarak ................................................................................... 317
Putri Nur Hidayati
Semilir ................................................................................ 318
Pemberhentian.................................................................. 319
Ratih Puspita Hadi
Ibu ...................................................................................... 321
xv
Hanya Gadis Kecil ........................................................... 322
Rizkika Madya
Langkah Sore .................................................................... 323
Katakan .............................................................................. 324
Rohamatul Hanim Maulidia
Rindu Senja ....................................................................... 325
Waktu Itu .......................................................................... 326
Sabrina Zamzamiatul Sofa
Semesta Tak Restu ........................................................... 327
Semangat Yang Tak Terbendung................................... 328
Adella Cahyani
Kehilangan ........................................................................ 329
Rebahan ............................................................................. 330
Tantri Astrida Yunitasari
Terus Melangkah.............................................................. 331
Bangkit dan Berjuang ...................................................... 332
Tatak Okta Tri Pangga
Halu Yang Nyata.............................................................. 333
Bosan .................................................................................. 334
Tita Nanda Sari
Ayah ................................................................................... 335
Silam................................................................................... 336
Vilga Retya Guguh Vamanda
Berlabuh ............................................................................ 337
Pergimu ............................................................................. 338
xvi
CERPEN
xvii
YES
MORE
EXCELLENT
xviii
MEREKA TEMANKU
Chabibati Rosidah
Siang yang cukup terik, seakan mentari ingin
menyombongkan sinarnya pada seluruh penghuni bumi.
Suara bel terdengar riang mengisi lenggangnya halaman
salah satu SMA di Surabaya. Sekejap, riuh suara dari siswa
seperti membanjiri seisi sekolah. Ada segerombolan anak
laki-laki berjalan di halaman berencana untuk bermain
bola nanti sore, segerombolan anak perempuan pun tak
mau kalah asik bercerita tentang film yang baru akan
tayang di bioskop, tak sedikit anak yang mengendarai
sepeda motornya keluar dari gerbang sekolah, tak jarang
pula terlihat anak yang menunggu jemputan orang tuanya
sambil sesekali melihat layar ponselnya. Kira-kira seperti
itulah keadaan rutin yang selalu terjadi setelah bel pulang
sekolah berbunyi.
Sebagian besar kelas kini tak berpenghuni
meninggalkan barisan kursi yang tertata rapi. Tawa riang
seakan mengiringi langkah dari tiga siswa yang berjalan ke
parkiran untuk mengambil motornya masing-masing,
sambil sesekali mereka tertawa mengingat kejadian
menarik di pelajaran terakhir. Salah satu dari ketiga siswa
itu bernama Diva, anak perempuan cantik berkerudung
dengan bros bunga yang ada di samping kanannya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
1
Sesampainya di gerbang sekolah, Diva dan kedua
temannya mematikan mesin motornya. “Mau beli es
campur dulu enggak?” ajak Diva pada kedua temannya
yang baru saja melepas helm. Cuaca yang cukup terik
didukung dengan telah terkurasnya tenaga oleh mata
pelajaran matematika yang baru saja mereka lalui di
pelajaran terakhir, membuat mereka ingin memakan es
campur langganan di dekat sekolah.
“Tumben bisa main Div? Biasanya pulang sekolah udah
langsung ke perpustakaan buat belajar lagi” sahut Mira,
salah satu temannya yang memiliki rambut lurus dengan
kuncir kuda.
“hehe, ya kan sekali-kali nggak papa” jawab Diva sambil
tersenyum menunjukkan gigi kelincinya.
“Dibayarin Diva!” goda Ica, teman Diva yang memiliki
lesung pipit cantik ketika tertawa.
“Enak aja!” jawaban spontan dan ekspresi Diva berhasil
membuat tawa kembali memecah ditengah teriknya
matahari yang menerpa hampir seluruh wajah mereka.
Sambil menikmati es campur di tempat angkringan
langganan mereka, Ica mengajak Diva dan Mira untuk
bermain di rumahnya hari minggu. Diva terdiam sejenak,
ekspresinya berubah mengingat setiap hari minggu ia
harus membantu orang tuanya berjualan di toko.
“Maaf ca, aku nggak bisa ikut. Kalian kan tahu, setiap hari
minggu aku bantu ibu jualan”.
2
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“ah, nggak asik Div”
“Iya nih, senin sampai jum’at sekolah, setiap sabtu selalu
belajar, minggu juga masih bantu orang tua. Masa libur
sehari aja nggak boleh? Udah kayak ikut kerja rodi zaman
kolonial Belanda aja” ucap Mira sambil diselingi tawa.
“Hahaha...Diva kalau di rumah udah kaya bersemayam
dalam goa, nggak bisa ke mana-mana” balas Ica sambil
tetap menyendok es campurnya
Tak ada yang menyadari, Diva hanya tersenyum
tipis sambil memainkan sendoknya, dalam hatinya ia juga
ingin ikut bermain bersama temannya. Selama ini ia hanya
bisa bermain bersama sebentar setelah pulang sekolah.
Ketika sekolah libur, ia harus membantu kedua orang
tuanya untuk berjualan di toko.
Orang tua Diva memiliki cara yang cukup tegas
dalam mendidik putrinya. Kondisi ekonomi keluarganya
membuat orang tua Diva tidak ingin ia menghabiskan
waktu untuk hal-hal yang menurut mereka tidak
bermanfaat. Mereka ingin Diva mengerti bagaimana
sulitnya mencari uang untuk keperluan sehari-hari agar ia
tidak sembarangan menghamburkan uang. Beberapa kali
Diva mencoba meminta izin untuk bermain bersama
temannya, tetapi jawaban nya tetap sama.
“kalau kamu main sama teman-temanmu manfaatnya apa?
Kalian Cuma duduk-duduk, ngobrol, ketawa-ketawa habis
itu apa? Sudah kan? nggak menghasilkan apa-apa. Kalau
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
3
kamu punya waktu luang, bantu ibu sama ayah di toko
atahu kalau enggak ya belajar. Ini juga kan buat kamu
sendiri di masa depan, biar bisa sukses.” Itulah jawaban
ayah Diva setiap ia meminta izin yang hanya bisa
membuatnya menghela nafas pelan.
Senin pagi, ketika Diva sedang membantu ibunya
menyiapkan persediaan di toko, Diva ingin meminta izin
untuk mengikuti olimpiade matematika tingkat daerah.
Tetapi ibunya menolak dengan alasan biaya ada biaya
pendaftaran sebesar Rp 150.000 dan tidak ada jaminan
Diva bisa memenangkan olimpiade.
“kamu ikut-ikutan kayak begitu, iya kalau menang? Kalau
kalah kan sayang uang 150.000 bisa buat beli makan. Yang
ikut olimpiade begitu pasti anak-anak yang mampu, yang
les Di mana-mana. Peluangmu untuk menang itu kecil,
nggak usah aneh-aneh, sekolah saja yang bener.”
Mendengar jawaban ibunya, seperti biasa Diva hanya bisa
menghela nafas pelan.
Diva adalah anak yang sangat penurut pada orang
tuanya. Tak pernah sekalipun ia membantah. Ia takut akan
dianggap sebagai anak yang berani kepada orang tua.
Diva percaya, setiap orang tua pasti hanya melakukan
yang terbaik untuk anaknya.
Di perjalanan ke sekolah, Diva menyeka ujung
matanya. Ia sangat menyukai pelajaran matematika. Telah
lama ia mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade
matematika ini. Ia yakin, walaupun tak bisa menjadi
4
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
pemenang, olimpiade akan menambah pengalamannya. Ia
mulai menghentikan motornya di parkiran sekolah,
memejamkan mata sejenak sambil menarik nafas panjang
untuk menenangkan hatinya. Diva mencoba kembali
tersenyum. “Masih ada kesempatan lain, mungkin saat ini
bukan waktunya” pikirnya.
Ketika Diva menjalankan peran selayaknya siswa
seperti hari-hari biasanya dengan menjawab pertanyaan
yang diajukan guru, mengajari temannya yang kurang,
paham juga ikut bercanda dengan teman-temannya,
sejenak ia melupakan rasa sedihnya. Hingga tak terasa bel
pulang sekolah telah berbunyi. Devi, Ica, dan Mira masih
berada di sekolah untuk mengerjakan tugas kelompok.
“Div, jadi ikut olimpiade?” tanya Ica yang berhasil
membuat Diva berhenti sejenak dari kegiatannya
menggambar tabel.
Tak lama, Diva tersenyum sambil menjawab, “enggak ca”
“loh kenapa? Aku kira kamu belajar keras selama ini buat
ikut olimpiade. Setiap jam istirahat, di kelas ngerjain
latihan soal matematika, pulang sekolah juga masih ke
perpustakaan buat belajar latihan soal lagi. Sekarang
kenapa nggak jadi ikut?” Mira juga ikut menghentikan
kegiatannya.
“aku merasa belum siap aja, terus juga biaya
pendaftarannya agak mahal. Mungkin aku mau ikut tahun
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
5
depan” jawab Diva sambil tetap tersenyum kemudian
melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
“Div... Div… kamu itu udah nggak pernah ikut main ke
mana-mana, gitu masih perhitungan sama biaya. Kalau
gini aku jadi ngerasa kamu bener-bener ikut kerja rodi
yang nggak dapat kebebasan sama sekali.” Canda Mira
yang dibalas suara tawa dari Ica.
Sekali lagi, Diva menghentikan kegiatannya,
hatinya mulai terasa sesak tetapi ia tidak ingin menangis
didepan teman-temannya. Ia tidak ingin dianggap anak
lemah yang menangis hanya karna hal sepele.
“aku ke koprasi dulu ya beli spidol” Diva mencoba
mencari alasan agar bisa keluar dari kelas. Diluar kelas,
Diva meringkuk di samping koprasi menangis meluapkan
rasa sedihnya yang tidak pernah bisa ikut berkumpul
dengan teman-temannya, ia meluapkan rasa sedihnya
karna tidak pernah bisa melakukan hal yang ia suka.
Hingga Ica yang ingin pergi ke kamar mandi tidak sengaja
melihat Diva sedang menangis.
“Diva!” teriak Ica sambil mengahmpiri Diva, “Kamu
kenapa Div?”
Ica menuntun Diva ke dalam kelas. Mira yang melihatnya
tak kalah terkejut dengan Ica, “Diva kenapa ca?!”
Ica hanya bisa menjawabnya dengan menggelengkan
kepala. Diva masih terus menangis, ia meluapkan semua
6
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
kesedihannya selama ini. 15 menit berlalu hingga Diva
berhenti menangis, tetapi tak ada yang berani bertanya.
“Maaf” satu kata yang diucapkan Diva memecah
keheningan.
“kamu tenangin diri dulu Div. Kalau sudah tenang, coba
cerita masalahmu. Jika memang kita bisa bantu, akan kita
bantu, tapi kalau memang itu masalah yang tidak bisa kita
bantu, maka setidaknya kamu nggak nanggung masalah
itu sendirian di hati” Mira mencoba menenangkan Diva.
Diva meremas jarinya, ia tidak pernah
menceritakan kesedihannya pada orang lain. Tapi, Diva
merasa Ica dan Mira benar. Perlahan Diva mencoba
menceritakan perasaannya selama ini, membuat Ica dan
Mira tertunduk.
“Maaf Div, selama ini aku nggak pernah mikirin
perasaanmu. Seharusnya aku tahu kondisimu, tapi malah
ngomong yang enggak-enggak ngejadiin keadaanmu jadi
bahan candaan” ucap Mira lirih.
Sekali lagi Diva menyeka ujung matanya. Ia tersenyum
tipis, “aku juga salah ra, seharusnya aku lebih berani
bicara kalau ada kata-kata kalian yang bikin aku sedih.
Maaf selama ini aku belum bisa terbuka dengan kalian”
“aku ada uang 100.000 Div, mungkin bisa bantu kamu
buat nambahin biaya pendaftaran olimpiade” ucap Ica
sambil memberikan uangnya pada Diva
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
7
“aku juga ada 50.000 buat tambahan biaya pendaftaran.
Kamu bisa bayar kita kapanpun dari simpanan uang
jajanmu” Mira juga ikut memberikan uangnya.
“tapi, gimana kalau kalian butuh?” Diva masih merasa
ragu untuk meminjam uang teman-temannya.
“aku masih ada uang simpanan kok” jawab Mira disusul
dengan anggukan Ica.
“Terimakasih” Diva tersenyum. Ia sadar, bahwa selama ini
rasa takutnya untuk menceritakan kesedihannya ternyata
salah. Selama ini Diva tidak menyadari bahwa ia memiliki
teman yang selalu ada bersamanya.
8
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
IDE PINTAR MAMA FAREL
Debora Natalia Prastica
Libur Sekolah Dasar telah diperpanjang selama satu bulan
karena adanya pandemik covid 19. Siswa-siswi mengikuti
kegiatan belajar di rumah secara online dan mengerjakan
tugas buku tematik masing-masing.
Namun Mama Farel resah dan sedih dengan
adanya musibah covid 19 karena Farel tidak pernah
mengulang pelajaran online yang masih belum ia pahami
dengan benar.
Farel adalah siswa SD kelas 1. Di rumah Farel
malas sekali belajar. Farel lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan bermain gadget seharian. Kemudian
Mama Farel mempunyai ide agar Farel memiliki minat
belajar yang tinggi dan mengurangi untuk bermain
gadget. Ketika malam tiba, Farel yang sudah tertidur
dengan pulas. Mama Farel bergegas melakukan idenya
yaitu dengan memberi make up warna hitam dibawah mata
Farel agar seolah-olah mata Farel terlihat menjadi bengkak.
Keeseokan harinya saat Farel bangun dari
tidurnya, Farel langsung menuju kamar mandi untuk
buang air kecil. Betapa kagetnya Farel saat menatap
wajahnya dikaca kamar mandinya dengan keadaan
matanya yang berwarna hitam dan bengkak itu.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
9
Sedangkan ia tidak tahu mengapa matanya bisa berubah
menjadi seperti itu. Farel langsung berteriak dan berlari
menemui mamanya. Ia bertanya kepada mamanya sambil
menangis dan meminta tolong pada mamanya agar segera
memberi matanya obat karna Farel sangat takut sekali
melihat matanya sendiri.
Akhirnya sambil berpura-pura mengobati Farel,
mamanya menjelaskan pada Farel penyebab matanya
berubah menjadi seperti itu karena Farel terlalu sering
bermain gadget hingga lupa akan waktu. Dan mamanya
menasihati Farel untuk mengurangi bermain gadget-nya
dan mengimbanginya dengan belajar serta berolahraga di
dalam rumah bersama mamanya.
10
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
SABDA RINDU
Dian Pratiwi
Suasana malam hari yang sendu datang, menghempaskan
hembusan angin yang dingin dan menghanyutkan suasana
hati yang sedang melahirkan perasaan akan kerinduan di
dalam jiwa. Memang begitu rasanya setiap malam yang
dirasakan olehku tuk menantikan datangnya pelukan
hangat dari seseorang. Akupun hanya terdiam melewati
sepanjang malam sambil memandangi cantiknya bintangbintang di langit dan kilauan sinar bulan yang menerangi
setiap malamku. Jiwaku hanya duduk terpaku disebuah
kursi di depan jendela kamar. Namun, pikiranku selalu
terngiang-ngiang akan bayangannya, sesekali diriku
membayangkan dia memelukku di sampingku. “Oh
Tuhan, apakah salah diriku selalu memikirkannya?”
bibirku selalu bergeming di tengah-tengah hembusan
angin yang berharap akan tersampaikannya pesanku
olehnya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
11
Seorang pria yang sedang kurindukan yakni bernama
Wildan. Laki-laki yang sangat sulit tuk kulupakan tetapi
tak mudah tuk kuperjuangkan. Entahlah, hanya dia
seorang yang mampu mengoyak seluruh jiwa dan hatiku.
Pikiranku tak selaras dengan perasaanku, bagaimana
mungkin aku bisa menyatukannya sedangkan yang hanya
ada dibenakku hanyalah dia seorang. Setahun silam, itulah
awal kisahku dimulai saat bertemu dengannya. Tak ada
yang berbeda darinya dengan beberapa lelaki lainnya,
tetapi senyumannya sangatlah istimewa untukku sehingga
diriku
tak
mampu
keluargakupun
ikut
mengelak
tertarik
darinya.
kepadanya
Sehingga,
karena
senyumannya yang membuat hati melebur dan berbinar.
“Ibu harap kau bisa bersanding bersamanya, Ibu percaya
suatu saat nanti kau pasti akan bahagia bersamanya” ucap
harapan Ibu di sore hari tadi. Tak hanya itu, Sasa pun juga
melontarkan harapan besar kepadaku. “Berdo’alah kepada
Tuhan, minta agar kau bisa hidup bersamanya suatu saat
kelak,” tambahan Sasa, kakakku. Hatiku selalu merontaronta tuk ingin memilikinya, tetapi apalah dayaku yang
hanya mampu berharap dan menerbangkan sebuah
untaian do’a kepada sang pencipta agar permohonanku
12
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
kan terwujud nantinya. Selalu kusisipkan namanya di
dalam
doa
sepertiga
malamku,
agar
Tuhan
bisa
mendengar dan mengabulkannya.
Hanya satu kalimat yang dilontarkan Wildan dan selalu
ku ingat di pikiranku, “Bersabarlah dan selalu berdo’alah,
jika
nantinya
kau
jodohku
maka
Tuhan
akan
mendekatkanmu padaku namun bila kau bukan jodohku,
maka Tuhan akan mempersiapkan hal yang indah sebagai
pengganti kelak”. Aku percaya Tuhan sudah menentukan
takdir kepada setiap insan manusianya, dan akupun
percaya Tuhan juga akan memberikan kebahagiaan yang
sangat indah kepada manusianya.
Tak
terasa
hari
sudah
semakin
malam
dan
jam
menunjukkan pukul 23:00, saatnya aku mengistirahatkan
jiwa dan ragaku. Tak lupa akupun berdoa agar esok hari
akan datang hari dengan penuh kebahagiaan, dan beban
pikiranku kan sedikit menghilang. Alarm ponsel pukul
06:00 membangunkanku dari mimpi tidurku. Betapa
terkejutnya diriku saat membuka kedua mataku di pagi
hari dan menatap layar ponselku, terdapat pesan indah
yang seketika menarik bibirku tuk tersenyum. Betul, pesan
tersebut dari Wildan yang hanya berisi sapaan singkat
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
13
namun mampu menghangatkan pagi hariku.
“Pagi
cantik,” isi pesan Wildan yang dikirimkannya kepadaku.
Hanya sapaan kecil darinya mampu membuat duniaku
seolah-olah meledak dan menebarkan ribuan bunga di
pagi hari.
Kutersenyum sambil memeluk ponselku seolah dia nyata
berada dalam pelukanku. Kukirimkan balik balasan
sapaan
kepadanya
yang
menandakan
bahwa
aku
menyambut pesan darinya, hingga kami pun saling
bercengkrama dan bersendau gurau di ponsel. Akupun
melanjutkan aktivitas seperti biasanya, Kakak dan Ibuku
tak heran melihatku selalu tersenyum karena mereka
mengerti apa yang aku rasakan saat ini.
“Terima kasih Tuhan atas hari ini,” ucapan syukur yang
kulontarkan kepada Tuhan karena telah memberikan
sebuah kebahagiaan di pagi hariku. Mungkin Tuhan
menyampaikan kerinduanku kepada Wildan semalam
lewat mimpi-mimpinya yang indah. Rindu, tak sedikit
orang yang mampu membendung sebuah kerinduan. Dan
tak
sedikit
pula
yang
hanya
terdiam
menantikan
datangnya sebuah keajaiban dalam harapan melalui sang
pencipta. Menikmati apa yang terjadi saat ini kepadaku,
14
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
diriku masih tak tahu tentang apa yang akan terjadi di hari
esok. Akan kah Tuhan memberikan jalan yang sama
seperti ini atahu pun tidak? aku tak tahu, yang jelas aku
hanya bisa menunggunya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
15
AKHIR KEBERSAMAAN
Dian Tri Puji Utami
Aku menutup pintu kamar. Kurebahkan tubuhku di kasur
busa di tempat tidur. Mengambil HP dan memutar video
kenangan bersama sahabatku dulu. Entah kenapa aku
sangat suka memutar video liburan kami. Itu salah satu
video kenangan bersama sahabat ku, Ajeng. Aku berharap
bisa bertemu lagi dengannya. Tapi aku tahu itu tidak lah
mungkin. Aku tahu dia sudah bahagia disana, itu yang
selalu dia katakan padaku sebelum meninggal 2 tahun
yang lalu. 'Aku ingin segera menemui Ibu dan ayahku.
Aku rindu suara ibuku, aku rindu ketika dia menyanyikan
sebuah lagu pengantar tidur untuk ku. Aku menyesali
setiap detik dalam hidupku, saat aku bersikap tak baik,
saat aku membuat ibuku menangis. Ajeng selalu
mengatakan itu setiap kita bermain di gubuk dekat
rumahku. Ajeng dia adalah sahabat baikku, 10 tahun kita
bersama, dan hanya waktu yang bisa memisahkan kita.
Ajeng dan aku suka bermain di pantai, bertingkah seolah
kita adalah petualang yang hebat, seolah kita sudah
pernah mengelilingi dunia. Kita bahkan pernah diam-diam
menyelinap di perahu salah seorang nelayan saat malam
hari. Ya, saat aku menginap di rumah Ajeng dan tiba-tiba
Ajeng mempunyai ide itu. Tindakan kita itu membuat
semuanya panik. Keluargaku, Ayah dan Ibu Ajeng, juga
16
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
nelayan pemilik perahu yang diam-diam kami tumpangi
itu. Ia mengira kami adalah jin yang menunggui laut
selatan pulau Jawa, sampai akhirnya kami menjelaskan
awal mula bisa di situ dan nelayan itu menanyai siapa
orang tua kami. Bersyukurlah, nelayan itu bekerja di
perusahaan milik ayah kami. Jadi kami tidak perlu
panjang lebar untuk menjelaskan semuanya. Menjelaskan
tentang asal-usul kami, dan menjelaskan bahwa kami
bukanlah jin, setan, siluman, dan sejenisnya. Pada saat
akan mengantarkan kami pulang, Ajeng menangis dan
meminta nelayan itu menemani kami berkeliling melihat
indahnya lautan sampai pagi.
Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Ajeng. Padahal
saat itu kita masih berumur 10 tahun. Aku tidak bisa, dan
tidak akan melupakan itu. Dan sejak kejadian itu, orang
tuaku dan orang tua Ajeng lebih ketat dalam menjaga
kami. Kami juga dilarang pergi jauh-jauh, apalagi ke
pantai. Akhirnya dengan terpaksa aku dan Ajeng
mengganti permainan kami, yang biasanya berpetualang,
menjadi bermain dengan Tuhan. Kami menjadi lebih
sering bermain di sungai. Membawa kertas, melipatnya
menjadi sebuah perahu, dan membawanya berlayar di
sepanjang sungai. Selain itu, kami juga suka
menerbangkan balon yang bertuliskan harapan kami.
Memang aneh, aku dan Ajeng melakukan itu, dengan
harapan Tuhan akan membaca surat kami, dan akan
mengabulkannya. Kami selalu bersama, kapanpun dan Di
manapun. Ayahku dan ayah Ajeng bekerja sama dalam
menjalankan perusahaan pengelola sumber daya alam dan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
17
itu sudah terjalin selama 8 tahun dan kerja sama itu saling
menguntungkan. Itu menjadi alasan mengapa aku dan
Ajeng sudah saling mengenal sejak kecil.
Liburan pun kita selalu bersama. Pernah suatu hari, saat
liburan kenaikan kelas, ayah mengajakku berlibur ke
rumah nenek, Ajeng menangis setiap mengingatku, dan
tidak ada yang bisa menghentikan tangisnya. Ibu ku
bilang, Ajeng mengira bahwa aku akan pergi selamalamanya dan tidak akan kembali ke rumah lagi, hingga
akhirnya pada hari ke 4 liburan, orang tua Ajeng
mengantarkan Ajeng ke rumah nenek ku, untuk bertemu
denganku. dan kita berlibur bersama.
Kita selalu mempunyai pengalaman yang indah,
menakjubkan, dan aneh. Itulah mengapa aku benar-benar
merasa kehilangan Ajeng saat ia meninggal. Dia sudah
seperti keluargaku sendiri. Orang lain bilang kalau kita itu
saudara kembar yang beda ayah dan ibu.
Aku ingat, aku ingat betul saat ulang tahun terakhir Ajeng
saat dia berusia 13 tahun. Tanggal 20 April saat dia minta
kepada pamannya untuk mengadakan pesta besar-besaran
untuk pertama dan terakhir kalinya. Mulanya aku tidak
tahu apa maksud permintaan pertama dan terakhirnya itu,
aku begitu tidak perduli, sampai tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu bahwa Ajeng
menderita penyakit kanker stadium akhir, dan dokter
sudah menyerah dalam menangani itu. Ya Tuhan! Betapa
jahatnya aku. Kenapa aku begitu mudah percaya saat
Ajeng bilang bahwa dia sudah sembuh dari penyakitnya.
18
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Kenapa aku begitu percaya bahwa operasi terakhirnya itu
berhasil? Kenapa aku begitu mudah tertipu dengan
kondisi fisiknya yang terlihat baik-baik saja itu? Padahal
sebenarnya, aku yakin dia menahan sakit, mencoba
bertahan mati-matian. Aku memang bukan sahabat yang
baik.
Dan kesempatan terakhirku bisa berbicara panjang pada
Ajeng adalah pada malam setelah acara ulang tahun
terakhirnya. Kita berada di kolam renang belakang rumah
Ajeng. Bercanda tanpa memikirkan beban dan keadaan
sebenarnya pada saat itu. Memberitahu bulan bahwa hari
itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup
kami. Setiap kata sangat berarti hari itu. Ajeng
menceritakan semua keajaiban dalam hidupnya, tentang
orang tuanya, masa kecilnya, dan impian-impiannya dulu
saat masih ada ayah dan ibunya. Ajeng juga
memberitahuku doa di ulang tahunnya yang ke 13 itu.
Aku sangat terkejut ketika Ajeng berkata dia ingin Tuhan
segera mempertemukan dirinya dengan ibunya. Tapi aku
tidak menebak, karena tidak mungkin jika malaikat segera
menjemput nyawa Ajeng. Aku tidak tahu bagaimana, tapi
kurasa alam sangat menyayanginya. Alam memberikan
malam terakhir yang indah untuk Ajeng. Bintang
bertaburan menghiasi langit. Bulan sabit seolah tersenyum
pada Ajeng, yang ingin menikmati malam terakhirnya.
Paginya, hari Jumat, pukul setengah 5 pagi. Ibu
memberitahuku tentang berita duka meninggalnya Ajeng.
Aku sama sekali tidak percaya dan mengatakan bahwa
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
19
semalam aku masih berbicara dengannya. Tapi ibuku
memberitahuku lagi. Bahwa itu memang benar. Seluruh
tubuhku lemas. Air mata tidak lagi bisa terbendung,
sambil menangis aku mengambil sepedaku di garasi dan
mengayuhnya menuju rumah Ajeng yang hanya berjarak
300 m dari rumahku. Aku merobohkan sepedaku. Aku
tidak perduli, aku ingin melihat Ajeng, memastikan bahwa
ibuku berbohong, memastikan Ajeng sahabat baik ku
masih hidup. Tapi apa daya, tidak ada lagi yang bisa aku
lakukan. Sudah ada banyak orang di kamar Ajeng. Paman
bibinya disana sambil menangis. Aku berjalan pelan, dan
semua orang memandangi ku. Memberi jalan untuk aku
lewati. Aku menyentuh kening Ajeng. Oh Tuhaann! Dia
benar-benar sudah tidak bernyawa. Badanku seketika
melemah. Lagi-lagi air mataku membanjiri pipiku. Ajeng!
Kenapa secepat ini?
Aku mematikan video yang kuputar, menengok jam
dinding biru di atas meja belajarku. Sudah jam tujuh
malam, dan itu artinya sudah tiga jam aku memutar video
itu. Waktu sangat cepat berlalu. Aku buru-buru bangun
dari tidurku dan menghampir ibu yang ternyata sudah
memanggilku dari tadi. Mentatap foto di atas meja.
“Ajeng, aku akan membawa mewujudkan mimpi-mimpi
kita! Aku akan berjuang Ajeng! Dan suatu saat nanti, aku
akan bertemu denganmu di surga,” kataku sungguhsungguh.
20
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
HARI PALING PAHIT
Dinda Kurnia
**
Beberapa orang mungkin akan berpura-pura baik di
depanmu. Namun, nyatanya dia menyimpan kekecewaan
yang sangat besar. Dia menyimpannya seperti peluru, kau
bisa saja mati karena tertembak oleh amarahnya.
Hampir 4 tahun aku bersama dengan sari. Iya, Sari
namanya. Seorang wanita yang menjadi teman di hari
awal aku masuk perkuliahan. Badan berisi, kulit putih dan
berkacamata. Sari, ia baik, suka sekali membantu dan
benci dengan benda apapun yang berantakan. Menjadi
seorang yang periang ketika bertemu dengan teman yang
sama-sama menyukai musik K-Pop dan ia tak pernah
membahas itu dengan ku karena aku tidak berada di
bidang yang sama. Menjadi seorang yang jengkel atahu
bisa-bisa marah jika aku sedang tidak peka atahu cuek. Ya,
kata Sari aku mempunyai sifat jelek seperti itu.
Semester awal hingga sampai semester akhir
dilalui bersama, di semester akhir bergelut dengan
penskripsian aku tetap satu kelompok dengan Sari.
Berjalan dengan lancer, saling berkeluh kesah jika merasa
sudah lelah dengan jadwal deadline yang harus
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
21
diselesaikan. Tapi, tenang meskipun kita mengeluh
pekerjaan kita tetap selesai.
Hari selasa, pukul 13.00 WIB, awalnya aku tak
pernah berpikiran jelek pada Sari. Hari ini aku berangkat
ke kampus untuk pertemuan bimbingan skripsi seperti
biasanya. Tapi seperti yang aku katakana tadi, hari ini Sari
tak seperti biasanya. Aku bertemu Sari, dia baru saja
keluar dari ruang dosen.
“Hei Sari… ada perlu….”
Belum sempat selesai aku menyapa, Sari hanya
memalingkan wajahnya dan bergegas pergi. Kaki yang
mula sedikit berlarian tiba-tiba berhenti. Diam ku
menyimpan tanda tanya kepada ia, ada apa dengan ia?
Atahu aku ada salah ke dia? Entahlah. Aku langsung
bergegas untuk masuk ke kelas.
Sampai di kelas pun, aku dan Sari tetap tak saling
tegur sapa. Kenapa Sari seolah tiba-tiba menghindar.
Untuk bertegur pun dia enggan.
**
Selasa, 3 September 2019 setelah menyiapkan
segala hal yang diperlukan untuk siding seminar proposal
skripsi hari ini.
“Ayah… ibu… doakan aku lancar mengikuti
seminar proposal hari ini”. Pamitku pada orang tua ku.
22
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Sampai hari ini pun aku dan Sari masih tak
bertegur sapa meskipun kita sama-sama menjalani sidang
seminar proposal ini. Pesanku pun juga tetap tak di balas
olehnya. Akan aku hiraukan semua permasalahan ini. Aku
akan fokus untuk sidang seminar proposal ini.
Setelah selesai, aku akan menemui Dini di kantin
kampus. Dari pintu masuk kantin, Dini berjalan menuju
tempat duduk ku. Sembari meletakkan tasnya.
“gimana sidangnya? Lancar apa gugup?” ucap dia
dengan ketawa ciri khasnya.
“ya tetap saja revisi pun gak sedikit” balasku pun
dengan tertawa.
“Lalu, bagaimana dengan Sari?”
“Masih tetap tak tegur sapa pun pesan ku belum
dibaca”
Dini sudah aku beri tahu tentang masalah ini. Ia
juga heran kenapa Sari tiba-tiba seperti itu, karena jarang
di temui sifat Sari yang seperti itu.
**
Bunyi dering ponsel ku berbunyi, nama Sari pun
muncul.ada sebuah pesan darinya.
“Dinda? Maaf ya, soal yang kemarin. Aku gak ada
maksud untuk menghindari. Tapi aku memang
suka lupa kalau ada teman yang baru. Nda…
bagaimana pun aku ke orang lain. Kamu tetap
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
23
teman yang bakalan aku jadikan rumah untuk aku
pulang. Sekali lagi maaf”.
Beberapa bulan aku dan Sari, kembali seperti
biasanya. Melupakan yang pernah terjadi waktu itu.
Hampir setiap hari bertemu karena jadwal bimbingan
untuk persiapan sidang skripsi yang beberapa minggu ke
depan akan dilaksanakan.
Hari ini aku, dini dan sari akan bertemu di tempat
makan untuk sekedar saling mengkoreksi atahu
menambahkan jika masih ada yang kurang untuk skripsi.
Dari siang hingga malam bercengkrama apapun hal di
bicarakan.
**
Hari ini hujan, aku berlarian untuk pulang dari
masjid setelah mengaji. Tiba di rumah, aku bergegas untuk
ganti baju. Setelah itu aku ambil Hand-phone, ada pesan
dari Sari.
“Nda… hitungin tes uji aku dong”.
“Sebentar ya. Barusan pulang dari mengaji”.
Pesan ku ini hanya di lihat oleh Sari, tapi aku
kirimkan pesan lagi.
“Tes uji yang mana? Sebentar ya, aku kirimkan
rumusnya dan contohnya” ucapku.
24
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Namun sepertinya pesan ku malah membuat Sari
jengkel dan marah. Apakah balasan pesan ku ada yang
salah? Tak lama Sari pun membalas pesan ku.
“Nda… kali ini aku akan bilang. Aku sedang
kecewa sama kamu. Sebelumnya aku terima kasih sekali
kamu telah menemaniku dari awal hingga akhir. Tapi
entah kenapa, kebaikanmu kali ini tertutupi oleh rasa
kecewa ku. Masalah ini sebenarnya sepele, tapi entah
kenapa juga aku merasa aku di titik lelah dengan
ketidakpekaan mu dan kecuekan mu. Ini aku yang terlalu
baik terhadap mu atahu bagaimana? Jujur aku memang
haus akan perilaku timbal balik ke aku. Aku tadi minta
tolong untuk menghitung tes uji ku, tapi kenapa balasan
mu seperti itu? Jujur aku kecewa.”
Aku diam membaca pesan Sari, akupun bingung
apakah balasan aku seperti itu salah? Belum sempat aku
membalas pesan, Sari tiba-tiba mengirim pesan lagi.
“Kamu tahu gak? Tujuan ku bilang hitungin tes uji
dong. Karena kamu tuh ga peka dan gak bisa di kode. Tapi
kamu malah balas pesan seperti itu! Aku gak minta kamu
buat mengirimkan rumus. Aku cuma minta kamu buat
menghitung tes uji ku. Sia-sia aku bilang seperti itu ke
kamu! Sudah terserah kamu!”
“Maaf, jika sifat ku ini yang membuat mu
seemosional ini. Kalau bisa aku di inginkan lahir seperti
apa, aku pasti tidak akan memilih seperti saat ini. Sekali
lagi minta maaf”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
25
**
Semenjak hari itu, hubungan pertemanan aku
dengan sari tak berjalan baik pun tak berakhir baik. Ia
semakin menghindar dan memilih pergi. Tak pernah
bertegur sapa ketika saling tatap. Aku berniat ingin
memperbaiki, tapi ia bersikeras untuk menjauh pergi.
26
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
KERING KEMARAU DESAKU
Dini Nurazizah
Di sebuah pedesaan terdapat kampung yang sangat kecil.
Desa tersebut bernama Desa Ijoijo. Desa tersebut terkenal
dengan keindahan dan kerindanganya. Namun sayangnya
pada musim kemarau tahun ini desa tersebut kekurangan
air. Semakin hari semakin panas dan gersang. Warga
mulai gelisah dan mulai mengadu ke kepala desa perihal
masalah tersebut.
Sebelum mengadu ke kepala desa, warga
memastikan apa saja yang harus dilaporkan. Dari lahan
sawah yang kekeringan sampai ketersediaan air sumur
yang kian menipis. Warga tak hanya sekadar menyimpan
laporan tetapi juga menunjukkan bukti kuat bahwa Desa
Ijoijo memang benar-benar membutuhkan air bersih untuk
kelangsungan hidup. Warga juga saling bekerja sama agar
menghemat penggunaan air bersih karena persediaan
semakin menipis.
Setelah beberapa hari kemudian mereka akhirnya
setuju agar masalah ini segera dilaporkan ke pemerintah
kota yang ada di dekat desa tersebut. Tak lama kemudian
kepala desa memutuskan untuk mengadukan semua
masalah yang terjadi di desa itu. Dari mulai kekurangan
air sampai tanah yang mulai gersang. Yang lebih
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
27
dikhawatirkan
lagi
ialah
lahan
sawah
yang
memungkinkan bisa gagal diproduksi menjadi beras
karena kekurangan air. Jika lahan sawah yang ada di Desa
Ijoijo tersebut gagal produksi maka tidak menutup
kemungkinan bahwa konsumen tidak akan mendapatkan
beras. Hal ini sangat memprihatinkan bagi pemerintah
kota maupun desa.
Setelah mengajukan pengaduan ke pemerintah
kota, kepala desa akhirnya mendapatkan bantuan subsidi
sementara yaitu air bersih gratis dari kota yang dikirim
menggunakan truk air sebanyak yang dibutuhkan warga
Desa Ijoijo tersebut.
Beberapa hari kemudian pemerintah kota sudah
menyiapkan berita acara dan laporan terkait apa yang
terjadi di Desa Ijoijo tersebut untuk dikirimkan ke menteri.
Laporan tersebut berisikan rencana pembuatan pipa besar
untuk disalurkan ke Desa Ijoijo. Pemerintah kota sangat
serius menanggapi masalah ini karena juga pengaruh
dengan kelangsungan hidup warga di desa maupun kota
itu.
Setelah berkas laporan siap, pemerintah kota
beserta kepala desa lapor dan mengadukan masalah yang
dialami Desa Ijoijo. Berita buruknya, ada salah satu
anggota menteri tersebut yang kurang setuju dengan
laporan dari kepala desa tersebut karena membutuhkan
dana yang tidak sedikit. Kepala desa lalu menjelaskan
semuanya kepada salah satu anggota menteri tersebut.
Panjang lebar kepala desa menjelaskan sampai membawa
28
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
bukti kuat agar menteri tersebut bisa paham apa yang
Desa Ijoijo rasakan saat ini. Akhirnya menteri tersebut
mempertimbangkan lagi apa yang dibicarakan kepala desa
dan hasil laporan akan diumumkan keesokan harinya
setelah para menteri berunding.
Pada esok hari, para menteri sudah mendiskusikan
masalah tersebut dan hasil laporan dari pemerintah kota
dan desa perihal kekurangan air telah diterima oleh para
menteri atas izin presiden. Para menteri menyampaikan ke
pemerintah kota dan kepala desa sebagian apa yang
dijelaskan presiden. Presiden menjelaskan dengan tegas
bahwa kelangsungan hidup di suatu desa sangatlah
penting bagi masyarakat semua kalangan. Apalagi jika
desa tersebut tertimpa musibah kekeringan. Hal tersebut
membuat kepala desa dan pemerintah kota ikut senang.
Alhasil, pekerjaan konstruksi pipa air bersih akan segera
dilaksanakan keesokan harinya.
Keesokan harinya, para pekerja konstruksi piipa
air bersih datang ke Desa Ijoijo guna untuk memasang
pipa besar untuk ketersediaan air bersih. Para pekerja
mengamati Di mana tanah dan lahanyang cocok untuk
digali dan dijadikan saluran pipa air bersih. Setelah tak
lama kemudian, mereka telah menemukan lahan yang pas
untuk digal. Berita baiknya para pekerja yang diutus
untuk membuat pipa air tersebut bukanlah para pekerja
biasa. Mereka semua ahli dalam bidang pipa air dan pipa.
Sehingga waktu yang dibutuhkan tidak begitu lama. Para
warga juga antisas membantu para pekerja. Warga juga
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
29
ada yang membantu untuk memotong rerumputan yang
ada disekitar lahan yang dibuat penggalian pipa. Ada juga
yang antusias membersihkan sampah kayu dan bekas
rerumputan yang berserakan disekitar lahan. Hal ini
sangat membantu para pekerja pipa air agar bisa semakin
cepat pekerjaannya agar segara jadi.
Setelah pekerjaan konstruksi pipa air bersih sudah
selesai, warga di Desa Ijoijo sangat gembira dan bisa
melakukan apa yang dilakukan seperti biasanya.
Kebutuhan air bersih di Desa Ijoijo terpenuhi dan
kerindangan di desa tersebut semakin terjaga meskipun di
musim kemarau. Presiden dan para menteri juga ikut
senang atas kembalinya Desa Ijoijo yang mulanya gersang
menjadi rindang.
Kini warga Desa Ijoijo kembali melakukan
aktivitas seperti biasanya dan yang terpenting lahan sawah
yang ada di Desa Ijoijo bisa kembali beroperasi dan
berproduksi sebagaimana mestinya. Karena beras adalah
sumber karbohidrat dan tenaga untuk kelangsungan
hidup masyarakat semua baik yang ada di desa maupun
kota.
30
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
CINTA TAK DAPAT RESTU ORANG TUA
Dinny Justika Herdiyanti
Pada tanggal 13 April 2016, ku buka BBM dan ku melihat
ada sebuah permintaan pertemanan dari seorang laki–laki
dan cerita asmaraku bermula pada saat aku “ACC,”
permintaannya.
Awalnya aku sedikit anggung padanya karena dia
adalah orang yang tak pernah aku kenal. Dan kata yang
pertama dia ucapkan adalah “salam”, dan kemudian dia
mulai berani menanyakan tempat tinggal, aktivitas dan
lain–lain. Seminggu kami chattingan dan sudah mulai ada
rasa ketertarikkan pada kami berdua. Aku coba untuk
meminta bukti rasa itu dengan cara menanyakan padanya
“apakah kamu punya rasa suka denganku, bila ada kamu
boleh datang ke rumahku. Dan bila tidak kamu tidak usah
datang ke rumahku.” Ternyata benar dia ada rasa suka
padaku dan semenjak itu kami semakin akrab.
Aku tidak berani menerima dia, karena aku masih
terikat janji pada orang tuaku bahwa aku tak akan pacaran
dengan orang Madura.
Hampir cukup seminggu kami saling kenal satu
sama lain. Diapun berinisiatif untuk menembaknya
dengan satu syarat yaitu dia akan mendengar jawabanku
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
31
pada saat menerima ijazah kelulusan SMA, dan akupun
menerimanya.
Namun, semua berubah yang dulunya kami sering
chattingan dan sekarang sudah jarang atahu bisa
dikatakan tidak pernah lagi. Dia mencoba untuk mencari
tahu ada apa denganku dan setelah dia tahu bahwa cinta
kami kandas akibat dari kedua orang tuaku yang tak
merestui hubungan antara kami. Pada saat itu juga dia
mengatakan padaku “kita usaikan saja semua ini, anggap
saja aku orang yang tak pernah mengenalmu.”
Mendengar kata–kata itu hatiku terasa sakit, ku coba
untuk menahan semua ini dan pergi meninggalkannya. Di
dalam perjalanan pulang aku terus memikirkan mengapa
hal seperti ini dapat terjadi pada diriku. Belum sempat lagi
aku merasakan cinta, aku sudah mendapat cobaan yang
begitu berat. Aku mulai untuk menutup hatiku untuk
orang lain.
32
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
SEMESTA MERESTUI
Dyah Ayu Setyawati
Keheningan malam menyapa hati tanpa penghuni, dalam
jiwa yang sepi seakan tiada henti. Dalam suasana hening
kutemui sesosok pria berjiwa lembut, senyum menawan,
juga tata bicara yang sopan. Dalam angan inginku
bersamanya, berbagi kisah dengannya, dan menjalani
seluruh suka dan duka dengannya. Ketika semua angan
telah tercapai untuk merajut jalin kasih dengannya, aku
dihadapkan dengan kenyataan yang pahit mengenai jalan
kehidupan bagaikan tikungan tajam yang berkelok, tak
ada satupun kata yang dapat terucap mengenai berbagai
masalah yang ku alami. Air sungai yang keluar dari kedua
hulu mataku tak dapat dibendung, dalam hati terdalam
tak dapat melewati semua permasalahan yang terjadi,
tetapi dengan bersamanya semua permasalahan yang ku
hadapi terdapat sebuah titik temu yang indah.
Sebelumnya, namaku Tia Ayunindia. Panggilanku
sesuai kehendak hati mereka saja. Tapi dengan khas aku
biasa dipanggil tia oleh teman-temanku, aku seorang
mahasiswi dari jurusan kedokteran di kampus ternama.
Aku dari keluarga yang tidak terlalu kaya juga tidak
terlalu miskin bisa disebut juga perekonomian di
keluargaku stabil, temanku bernama Rika dia teman
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
33
semenjakku kecil sampai sedewasa ini dia tetap setia
menemaniku.
Kisahku dimulai dari sini pada suatu malam yang
indah, dengan ditemani bisikan angin beralaskan sebuah
tikar aku dan Rika saling bertukar cerita mengenai
kehidupan kami, bergurau bersama juga memberi solusi
ketika masing-masing dari kami memiliki sebuah masalah.
Lalu tak lama datanglah sesosok pemuda yang memiliki
senyum menawan ya… dia adalah tetangga dari temanku
Rika, dia bernama Fathur. Dia merupakan pemuda yang
sopan dan sangat humble. Pada waktu itu aku tidak
mengetahui namanya karena aku benar-benar baru
pertama kali bertemu dengannya. Dia pun ikut bergabung
bersama kami, kemudian tak lama setelah itu dengan basabasi dia bertanya padaku “kamu anak mana? bukan asli
sini ya?” akupun menjawab “aku anak sini kok, cuma aku
sibuk kuliah aja mangkannya aku jarang keluar.” hanya
dari pertanyaan itu kami pun menjadi dekat yang awalnya
sama-sama
tidak
saling
kenal
kemudian
kita
dipertemukan oleh semesta hanya lewat sebuah
cengkrama percandaan.
Tak lama kemudian akupun pamit kepada Fathur
dan juga Rika untuk pulang karena waktu yang
menunjukkan segera larut malam, memang dari
percandaan yang tidak disengaja itu aku merasa nyaman
dengan Fathur karena dia begitu humble juga perkataan
yang sopan selalu keluar dari mulut manisnya, jam terus
berdetak, waktu terus berlalu, hari pun terus berganti aku
melewati hari-hariku seperti biasannya. Waktu selesai
34
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
salat magrib berjamaah kulihat ponselku yang tergeletak
di atas kasur tempat tidur ternyamanku terdapat sebuah
notifikasi dengan nomor yang tidak aku kenal, dan ketika
kubuka pesan tersebut ternyata sebuah pesan dari Fathur
“Hei ini aku Fathur, yang kemarin ikut gabung
bercandaan sama kamu dan Rika.” Dengan gesitnya tanpa
menunggu lama akupun membalas pesan dari Fathur “oh
iya Fathur, bakal aku save nomor kamu”. Hanya sebuah
pesan singkat yang membuat hatiku sangat senang,
akupun tak tahu mengapa, mungkinkah ini yang
dinamakan jatuh cinta? dari sebuah pesan singkat itu kami
pun
saling
kontak
tiap
hari,
Fathur
selalu
memperhatikanku dia selalu menelponku pada waktu
senggangku dia sangat mengerti aku, pada malam hari
pun dia menelponku meskipun hanya bercanda bersama
dan menceritakan kejadian seharian yang telah dialami,
maklum aku kuliah di luar kota dan aku in-dekos di kota
tersebut jadi aku selalu kontak dengannya melalui telepon
seluler. Tak terasa aku sudah satu bulan kenal dengan
Fathur, hari-hari yang biasa kulewati bagaikan kopi tanpa
gula saat ini menjadi lebih berwarna dan sedikit manis
bagai permen gulali. Kenyamanan yang selalu ada dalam
diri ini membuat angan dibenak selalu muncul untuk
menginginkan terus bersamanya dan selalu berbagi kisah
dengannya baik suka maupun duka ku. Di saat libur
kuliah aku selalu menyempatkan diri pulang ke rumah
untuk bertemu dengan orang tua, juga teman-temanku
yang ada di rumah seperti Rika, tiba-tiba ponselku
bergetar tanda terdapat notifikasi pesan yang masuk,
yaa… seperti biasa orang yang selalu menemani hariku
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
35
akhir-akhir ini Fathur, dia menanyakan keberadaanku saat
ini Di mana. “Tia di mana, di rumahkah? Kalau iya bisa
bertemu sebentar?”. ku balas pesan darinya “iya, bisa
fathur”. Tak lama terdengar suara motor berhenti, ternyata
itu Fathur yang telah berada di depan gerbang rumahku,
akupun keluar untuk menemuinya “Tia keluar yuk,” suatu
ajakan yang sudah lama aku tidak pernah mendengarnya
dari mulut Fathur, akupun mengiyakan ajakan tersebut.
Sepanjang perjalanan kami saling bercanda dan
menceritakan kejadian-kejadian lucu, aku selalu dibuat
nyaman olehnya meskipun dari hal-hal kecil sedikitpun.
Ditengah perjalanan Fathurpun menghentikan motornya.
Di atas perbukitan yang indah dengan ditemani
senja yang elok dengan kawanan burung-burung yang
mengepakkan sayapnya untuk segera pulang ke singgah
sananya. Akupun bertanya, “kenapa berhenti di sini?”
Fathur pun membuka perkataan dengan serius. “tidak
apa-apa Tia, aku ingin melihat pemandangan yang indah
ini bersamamu dengan malaikat yang cantik di sebelahku
ini”. aku tersenyum padanya. “apa sih kamu Fathur, mulai
gombal deh”. Fathurpun menimpali perkataanku “iya Tia
aku serius, meskipun kita baru baru kenal entah kenapa
aku nyaman denganmu”, lagi-lagi akupun hanya
tersenyum kepadanya dan berkata “iya Fathur akupun
juga nyaman denganmu” tanpa basa-basi Fathur pun
berkata: Tia, aku ingin berkata serius padamu, aku tahu
saat ini hatimu masih kosong belum ada satu nama yang
singgah di hatimu, yang menetap untukmu, tapi izinkan
aku orang yang baru menganalmu meskipun hanya dalam
36
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
jangka satu bulan ini untuk mengisinya. Akan kujaga
perasaanmu agar hari-harimu selalu ada yang mewarnai,
menemani setiap suka dan dukamu. Tia, maukah kamu
menjadi pacarku?” mulutku terkunci, mataku terbelalak
seakan tak percaya mengenai perkataan yang baru saja di
ucapkannya, apa yang selama ini aku harapkan untuk
bersamanya akhirnya dapat tercapai dengan begitu
mudahnya, Aku menjawabnya dengan rasa yang ragu dan
jawaban yang pasang surut, “Fathur, tolong beri aku
waktu untuk menjawabnya. Akupun memiliki rasa yang
sama sepertimu, tapi untuk melanjutkan hubungan ini ke
tahap yang serius seperti pacaran aku sangat takut, aku
takut patah hati, karena hati manusia siapa yang tahu hari
ini kamu berkata padaku bahwa kamu ingin menemani
baik suka maupun dukaku, tapi Allah Maha
Membolakbalikkan hati setiap insan.” Dengan wajahnya
yang serius di tatapnya mataku, tangannya pun
menggenggam jemariku guna meyakinkanku untuk
melanjutkan hubungan yang lebih dari sebuah
pertemanan ini dia pun berkata. “Tia, aku tahu terlalu
cepat untuk mengungkapkan semua ini, mungkin untuk
saat ini kamu tidak akan percaya kepadaku tapi tolong Tia,
biarkan aku untuk membuktikannya kepadamu lewat
hubungan yang serius ini aku ingin kamu tetap di
sampingku, kita memupuk sebuah rasa agar lebih besar
sayang yang tercipta, aku akan sabar menunggu jawaban
darimu. Jangan terlalu dipikikan Tia, aku hanya ingin
kamu mengetahui perasaan terpendamku ini saja”.
Sembari menggenggam tangan dan mengelus rambut
teruraiku. Aku berkata padanya “nanti akan akan aku
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
37
jawab Fathur, ketika aku sudah yakin dengan keputusan
yang telah kubuat.”
Sesampainya di rumah perasaanku campur aduk
tatkala malam yang semakin indah dengan banyak
kawanan bintang yang mengangkasa aku memikirkan
jawaban yang akanku buat, inginku melangkah maju
untuk menerimanya tetapi dalam relung hatiku, aku takut
untuk merasakan sakitnya jatuh cinta, akupun tidak dapat
membohongi perasaanku sendiri ketika membayangkan
tidak dapat bersanding dengannya terasa tergores hati ini.
akhirnya dengan pemikiran yang matang akupun
memberanikan diri untuk bertemu dengannya dengan
jawaban yang telah kusiapka dalam benak. Tanpa basabasi akupun berkata padanya “maaf ya Fathur, tiba-tiba
aku mengajakmu untuk bertemu, aku ingin menjawab
perasaan yang telah kau untarakan padaku waktu senja
itu, setelah kupikir dengan matang, aku mau menjalin
hubungan lebih dari teman ini denganmu Fathur”. Dengan
perasaan yang sangat tidak terbayangkan sebelumnya,
Fathur pun memelukku tanpa berpikir panjang
dirangkullah aku dalam dekapannya terasa nyaman dalam
pelukannya.
Diapun
memegang
tanganku
dan
menciumnya sembari berkata “Tia, akan aku buktikan
padamu, aku akan menemani hari-harimu baik suka
maupun dukamu, aku berjanji padamu Tia.”
Tidak terasa sudah lewat tahun kedua aku
menjalin kasih dengannya hari demi hari kulalui bersama
dengan berbagi kisah, aku selalu bahagia bersamanya.
Aku selalu dibuatnya tersenyum dengan lelucon yang
38
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
selalu dibawakannya, di sela-sela percandaanya tiba-tiba
dia mengajakku untuk ke rumahnya. “Sayang, ke rumah
yuk. Aku kenalin sama orang tuaku.” Aku kira hanya
percandaan saja dan akupun men-iyakan ajakan itu “haha,
yaudah ayo kita ke rumah kamu”. Aku dipesilakan duduk
di sofa ruang tamunya yang sangat empuk, dan pergilah
Fathur ke dalam untuk memanggil orang tuanya.
Mamanya pun keluar untuk menemuiku, kata-katanya
sangat lemah lembut. Akupun menjabat tangannya yang
halus, disuguhkannya semua makanan yang ada di rumah
untukku makan. “Tidak usah malu-malu ya nak… panggil
mama saja, anggap mama sendiri. Fathur tiap hari selalu
cerita tentang kamu. Sering-sering ke rumah mama ya…”
begitu halus tutur katanya. Ku timpali perkataan
mamanya “Iya ma, nanti aku akan sering-sering ke sini.
Terimakasih ya ma.” Begitu tersanjungnya aku bertemu
dengan mamanya Fathur yang hatinya lembut bak kain
sutera. Mamanya pun berpesan kepadaku untuk menjaga
Fathur dan menegur dia ketika salah, atahu lalai dari
tanggung jawabnya.
Hubunganku dengan Fathur pun berjalan 3 tahun
lamanya keluarga kami sudah saling mengenal satu sama
lain. Pada waktu itu Fathur dengan tingkah
cengengesannya mengajak aku ke rumah dengan alibi sih
mamanya kangen denganku. Ketika sudah sampai rumah,
aku seperti biasa mengobrol panjang lebar dengan
mamanya, lalu mamanya mengatakan hal yang serius
kepadaku “Nak nanti mama ke rumah kamu ya… bertemu
dengan orang tua kamu, mama mau bicara dengan orang
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
39
tua kamu untuk kelanjutan hubungan kamu dengan
Fathur ke jenjang yang lebih serius”. Begitu bahagianya
aku mendapati kalimat yang indah keluar dari mulut
mamanya, aku tak menyangka bahwa Fathur benar-benar
seserius ini kepadaku. “Iya ma, nanti aku akan bicarakan
hal ini dengan orangtuaku” ucapku. Sesampai di rumah
akupun menyampaikannya pada papaku bahwa orang tua
dari Fathur akan segera ke rumah, respon papa dan
mamakupun positif, akhirnya jangka dua hari orang tua
dari Fathur datang ke rumah untuk memintaku. Ku kira
hanya berunding dengan orangtuaku saja ternyata mama
dari Fathur sudah menyiapkan sebuah cincin untuk
diberikan kepadaku sebagai tanda kelanjutan hubungan
untuk ke jenjang yang lebih serius lagi. Dilingkarkannya
cincin itu ke jari manisku oleh mamanya. Bahagianya aku
mendapatkan kejutan yang sangat tidak terduga
sebelumnya ini, perasaan yang sudah tidak dapat
diungkapkan dengan kata-kata serasa dunia sudah
merestui kami berdua untuk menyatukan hati sebuah
insan.
Penghujung malam kali ini. Di atas balkon dengan
beralaskan kursi yang kususun memanjang. Dengan
menatapi langit malam berhiaskan bulan emas yang
tinggal separuh, seperti melengkung senyuman, Aku
terbaring sendirian. Membayangkan masa suka maupun
duka yang kujalani selama ini dengan Fathur, begitu
banyak kenangan yang telah kita buat bersama. Tetapi
akhir-akhir ini aku merasakan ada hal aneh yang telah
terjadi pada Fathur, tidak biasanya dia membalas pesanku
40
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
dengan nada yang sinis, tutur kata yang sangat irit, juga
perlakuan yang dingin. Merasa mengganjal dengan semua
ini, akupun bertanya padanya “Sayang apa ada suatu hal
yang membuatmu merasa angkuh terhadapku?” dengan
nada datar nya dia hanya menimpali “Tidak” pada
perkataanku. “Apa kamu merasa bosan denganku? Apa
ada perempuan selain aku? Yang membuat kamu lebih
nyaman dari pada aku?” akupun seketika berbicara seperti
itu dengannya. “Kamu ngomong apa sih, kenapa kamu
menuduhku seperti itu, memang kamu ingin aku
melakukan hal seperti itu? Ha…?”. Jawabnya. Aku sangat
kecewa dengan jawaban sinis yang dilontarkannya, aku
sudah tidak melihat Fathur yang dulu, yang selalu
membahagiakan aku, selalu membuat lelucon meskipun
dari hal-hal kecil. Aku sudah tidak menemukan hal itu
pada dirinya, aku sudah merasa dia seperti orang asing
yang belum pernah aku kenal sebelumnya, dia benarbenar menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadapku, dia
sudah jarang menelponku, mengirim pesan padaku
bahkan hanya sekedar main ke rumah pun sudah jarang.
Sekalinya bisa bertemu, akupun mengutarakan semua rasa
yang telah kupendam sendiri dalam benakku. “Sayang,
apa kamu sudah bosan denganku?” ku lontarkan kata itu
untuknya. “kamu ngomong apa sih nggak jelas banget,
yang nggaklah ngapain juga ak bosen sama kamu”. Lagilagi menimpali perkataanku dengan nada sinis. “Sayang
aku tahu, hubungan kita ini sudah lama wajar juga kalau
kamu bosan untuk selalu ngabarin aku, aku juga bakal
nggak menghubungi kamu sementara waktu. Biar kamu
nggak bosen denganku, hubungan kitapun sudah ada
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
41
ikatan di dalamnya. Aku nggak mau ngecewain kedua
orang tua kita”. Dia hanya menimpali dengan nada biasa
“udahlah nggak usah dibahas, apasih kan yang penting
nantinya kita juga bakal nikah kan, yaudah nggk usah
mikirin yang enggak- enggak”. Meskipun dengan nada
datar dia berkata seperti itu tetapi aku sudah tenang
dengan jawaban yang telah diucapnya.
Tiba-tiba, datang setitik pemikiran yang membuat
rasa penasaran dalam diri, aku kebingungan dan bertanya
pada diri sendiri mengapa dia berubah? Apakah ada
sesuatu yang mengganjal dalam benaknya mengenai
diriku? Sehingga dia berubah total seperti ini. Resah dan
risaunya diriku mengenai sekelibat pemikiran yang selalu
terlintas dalam benak. Saat itu ketika aku diajak ke
rumahnya, dia izin kedalam untuk pergi ke kamar mandi.
Ponsel genggamnya dibiarkan tergeletak di sampingku,
dengan rasa penasaran aku membuka ponselnya, ternyata
kutemukan dia berbalas pesan yang sangat humble pada
wanita lain, tidak ada kata-kata yang acuh tak acuh
terhadap perempuan yang di kirimi pesan olehnya. Dia
curhat kepada perempuan ini mengenai hubungan yang
telah lama aku jalin dengannya. Bahkan ketika sang
perempuan ini tidak membalas pesan dari Fathur, dengan
sigapnya Fatkhur pun segera menelpon perempuan ini
atahu mengirimi pesan kepada perempuan tersebut dan
menanyai keberadaanya, “apakah kamu sibuk? Ke mana
saja baru membalas pesanku” balas Fathur terhadap
wanita itu, disela-sela pesan itu Fathur berkata pada si
perempuan ini bahwa aku ini tidak tulus sama sekali
42
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
mencintai Fathur, dia pun juga mengatakan kepada
perempuan itu “Pasanganku Tia, dia suka kepadaku itu
mungkin karena mamaku yang sangat baik padanya,
mangkannya dia mau denganku, tapi gapapa lah aku bodo
amat.” Seketika melihat kata-kata dia yang menuliskan hal
itu hatiku hancur berkeping-keping, seolah banyak belati
yang menghujam dadaku serasa telah robek hati ini
mendapati hal yang baru terungkap. Aku tidak pernah
menyangka dia seperti itu dibelakangku, dia yang selalu
acuh tak acuh, sinis, dan bersikap sangat dingin padaku.
Ternyata bersikap manis terhadap perempuan lain,
langsung ku taruh ponsel genggamnya pada tempat
semula tepat di sampingku. Akupun hanya terdiam
memikirkan hal yang barusan terjadi, tak lama diapun
kembali dari kamar mandi. Mulutku tidak bisa berkata
hanya sebuah kalimat yang terucap dari bibirku “tolong
antarkan aku pulang”, dia bertanya “kenapa sih kok buruburu.” Hanya jawaban singkat yang ku ucapkan
“GAPAPA!”.
Ketika sudah sampai di rumahku, dia ikut masuk
ke dalam rumah. Suasana hening tanpa ada satu kata pun
terucap, Fathur sangat kebingungan karena tidak biasanya
aku seperti itu. Akupun langsung seketika membuka suara
dan menanyakan hal yang telah terjadi itu “Kenapa kamu
berkata kepada teman perempuanmu bahwa aku suka
denganmu itu hanya karena orang tuamu, bukan karena
aku
yang
benar-benar
mencintaimu?”.
Seketika
terkejutnya Fathur mendengar aku berbicara seperti itu,
dan diapun hanya menjawab singkat “yaa aku ngerasanya
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
43
kayak gitu aja.” “Lalu kamu kenapa ketika pesanmu tidak
dibalas dengan perempuan itu, kamu dengan sigapnya
langsung menelpon dia mencari tahu keberadaannya Di
mana, sedangkan ketika beberapa hari kita tidak
komunikasi tidak sedikitpun kamu mencari aku”.
Tanyaku, dirangkullah aku, dibelainya rambutku sembari
berkata “Iya-iya aku yang salah, aku minta maaf sayang.
Udahlah nggak usah dipikirin kan nanti kita juga bakal
nikah. Ngapain kamu mikirin hal yang nggak penting
seperti itu”. Jawaban yang menurutnya dapat
menenangkanku itu malah berbanding tebalik, aku tidak
mempercayai perkataannya, kulepaskan tangan yang
membelai rambutku dan dagu yang disandarkan di
kepalaku sembari berkata. “aku capek, kamu pulang aja
aku mau tidur.” Akupun langsung pergi ke kamarku.
Tembok kepercayaan yang telah dibuat bersama,
dihancurkan seketika melaui sebuah kalimat yang terucap
tanpa pemikiran, begitu tertancapnya di lubuk hati
terdalam membuat tangis terpecah yang tak dapat
terbendung. Pikiran carut-maut yang membuat hati tidak
lagi untuk memaafkan semua kesalahan yang telah
dibuatnya. Hatiku benar-benar hancur dibuatnya.
Terdapat banyak notifikasi masuk dari Fathur yang
memang sengaja tidak ku baca. Aku benar-benar tidak
menyangka dia berbuat hal seperti itu dalam pikirku, aku
selalu bergumam sendiri “lalu semua suka duka yang
telah kita lewati selama beberapa tahun ini kamu anggap
apa? lalu pertemuan antara kedua orang tua kita dan
lingakaran cincin yang tertanam dalam jari ini untuk
44
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
apa?”. Hari-hari ku lewati tanpa aku berkomunikasi
dengannya, guna menenangkan jiwaku ini. aku sudah
tidak lagi memikirkan semua perkataan yang dibuat oleh
Fathur kala itu.
Tetapi tatkala malam yang memiliki banyak binarbinar bintang itu tiba-tiba Fathur ada di depan rumah,
papaku memanggilku agar aku segera turun menemui
Fathur, jujur dalam jiwaku aku tidak ingin untuk bertemu
dengannya lagi. Dia meminta maaf kepadaku dengan
sungguh-sungguh dan berjanji padaku untuk tidak
mengulanginya kembali, dia benar-benar memohon
kepadaku. Hati berbisik untuk memaafkan kesalahan yang
telah diperbuat akupun berkata kepadanya dengan sedikit
gertakan yang terlontar untuk memberikan kesan
meyakinkan pemberian maaf terakhir. “Iya aku akan
memaafkan kamu, tapi ini kali terakhir aku
memaafkanmu. Jika suatu saat aku mendapati hal seperti
itu terulang kembali, maaf aku nggak bisa meneruskan
hubungan ini.” Matanya terbelalak melihat aku
mengucapkan hal seperti itu, diapun merangkul aku
dengan hangatnya sembari berkata padaku “iya sayang,
maafin aku, tidak akan kusia-siakan lagi kesempatan
terkhir ini, akan aku buktikan padamu keseriusanku
dalam membina hubungan ini.” Sebulan berlalu, lagi-lagi
dia membuktikan keseriusanya untuk yang kedua kali, dia
membawa keluarganya datang ke rumah untuk
menentukan tanggal pernikahanku dengan dengannya.
Dan pada tanggal yang telah ditentukan yaitu pada tahun
mendatang, aku dan Fathur pun disibukkan menyiapkan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
45
berbagai keperluan untuk pernikan kami. Itulah sekilas
cerita kisah cintaku yang rumit bersamanya. Dengan
sebuah akhir yang manis bagaikan sari tebu yang
dikerumuni oleh kawanan semut.
46
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
KEJUJURAN MEMBAWA BERKAH
Elsa Desinta
Terik matahari di siang hari tidak menyurutkan semangat
Wawan untuk terus berjalan menyusuri ibu kota yang
penuh dengan hiruk pikuk serta polusi. Wawan adalah
anak yatim piatu yang mencoba bertahan hidup serta
berjuang untuk menghidupi kedua adiknya yaitu Nina
dan Rudi.
Suatu hari adiknya yang bernama Nina jatuh sakit
dan Rudi pun harus membayar uang sekolah yang sudah
ditunggak selama 3 bulan lamanya. Wawan pun bingung
apa yang harus ia lakukan, di sisi lain Wawan juga masih
duduk di bangku Sekolah Dasar.
Berbagai pekerjaan telah dilakukan oleh Wawan
termasuk menjadi kuli angkut beras di pasar. Pekerjaan
berat pun tetap dijalani Wawan semata-mata ingin tetap
membayar sekolah dan juga untuk menghidupi kedua
adiknya.
Suatu hari ada dompet seseorang yang terjatuh di
dekat toko sembako tempat Wawan menjadi kuli angkut,
kemudian dilihatnya isi dompet yang terjatuh tersebut
ternyata berisi uang yang sangat banyak. Wawan
ketakutan dan ingin segera mengembalikan dompet
tersebut kepada pemiliknya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
47
Namun Wawan tidak sepeser pun mengambil
uang dari dompet tersebut, justru ia berusaha untuk
mengembalikan kepada pemiliknya. Karna sebelum kedua
orangtuanya meninggal akibat kecelakaan, pesan
orangtuanya adalah agar Wawan dan kedua adiknya
menjadi orang yang jujur.
Setelah menemukan alamat lengkap pemilik
dompet tersebut yang diketahui lewat KTP yang ada di
dalam dompet, Wawan pun sesegera mungkin mencari
alamat yang dituju dengan berjalan kaki walau sangat
jauh.
Sesampainya di depan pagar rumah sang pemilik
dompet, Wawan pun heran karena rumah pada alamat
tersebut sangatlah besar dan luas. Tetapi ketika Wawan
mencoba memencet bel rumah justru ia diusir dengan
satpam yang jaga di dekat pagar rumah orang kaya
tersebut.
Satpam mengira bahwa Wawan adalah pengemis
yang ingin meminta makan dan meminta uang pada
pemilik rumah. Padahal niat baik Wawan adalah untuk
mengembalikan dompet pemilik rumah yang telah
terjatuh di pasar saat memborong sembako.
Wawan diusir dengan tega oleh satpam rumah
tersebut sampai wawan terjatuh, seketika itu mobil sang
pemilik rumah dengan laju agak kencang akan berbelok ke
rumah tersebut dan hampir saja Wawan tertabrak mobil
sang pemilik rumah.
48
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Pemilik rumah tersebut turun dari mobil dan
sesegera mungkin menolong Wawan, kemudian Wawan
menyampaikan maksud ia datang ke rumah tersebut
hanyalah untuk mengembalikan dompet yang terjatuh saat
di pasar.
Setelah di cek, tidak sepeserpun uang dari dompet
tersebut hilang. Pemilik rumah pun meneteskan air mata
melihat ketulusan Wawan walau ia masih kecil namun
perilaku jujurnya patut diapresiasi.
Setelah berbincang-bincang mengenai latar
belakang Wawan, orang kaya tersebut berkeinginan
mengadopsi wawan dan kedua adiknya untuk hidup
dengannya karena beliau tidak mempunyai anak.
Wawan sangat bersyukur karena nasihat kedua
orangtuanya lah ia dapat hidup dengan kejujuran dan
seberuntung itu karna mendapatkan keluarga baru yang
dapat menjamin agar kedua adiknya dapat makan setiap
hari serta mendapat pendidikan yang layak.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
49
SEMANGAT ANAK DIFABEL
Farah Dina Nur Azizah
Hari pertama Farah pindah rumah, ia sangat bahagia. Ia
berharap akan memiliki teman banyak dan bermain
bersama-sama. Ia merupakan anak difabel. Ayah sibuk
menurunkan barang-barang dari dalam mobil, sedangkan
ibu sedang menyapu dan membersihkan seluruh rumah.
Rumah yang di tinggali cukuplah luas. Memiliki halaman
depan yang cukup luas, hanya ada taman mini di bagian
pojok kanan, dan halaman belakang terdapat kolam
renang. Alasan sang ayah memilih rumah yang memiliki
kolam renang adalah, Farah sangat menyukai berenang.
Cita-cita Farah ingin sekali menjadi atlet perenang.
Sang ayah sangat mendukung dengan mengikutkan ia les
berenang dan sering menjadi juara dalam perlombaan
berenang tingkat kota. Setelah ayah dan ibu membereskan
barang-barang, mereka makan bersama dan bercanda
bahagia. Keesokan harinya, Farah ingin pergi jalan-jalan
untuk melihat keadaan di sekitar rumahnya. Di tengah
perjalanan, ia melihat anak-anak yang sedang bermain di
taman kompleks. Ia merasa sangat senang sekali, segera
mungkin ia berlari menghampiri anak-anak. Sebelum ia
sampai, anak-anak itu telah selesai bermain dan pulang.
Di sore hari, Farah sedang jalan bersama ibunya
untuk menikmati indahnya pemandangan. Ketika telah
50
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
sampai di taman, ia berdiri mengarah matahari terbenam.
Tiba-tiba saja ia marah tidak terkontrol, ibunya langsung
berlari dan memeluk anaknya. Ibu memahami anaknya,
mungkin Farah sedang kecapean karena les berenang yang
dijalaninya. Hampir setiap hari, dia tidak pernah bolos les.
Anak-anak yang sedang asyik bermain di taman kaget
dengan kejadian itu, mereka cepat berlari pulang karena
takut. Seminggu telah berlalu, Farah mengajak sang ibu
untuk bermain di tempat kesukaannya yaitu taman. Saat
itu, taman sangat ramai, karena saat itu hari minggu. Farah
jalan menuju anak-anak sedang bermain, dan ingin ikut
bermain bersama. Akan tetapi........
Tiba-tiba semua pergi menjauhi Farah. Ia terus
mendekati anak-anak. Akhirnya ada seorang anak yang
mengatakan bahwa, ia tidak mau bermain dengan Farah
karena Farah itu anaknya aneh, tidak bisa bicara dengan
jelas, suka marah sendiri. Anak perempuan juga berkata
bahwa ia tidak mau bermain atahu berteman dengan
Farah, karena ia jelek dan tidak bisa apa-apa. Saat itu juga
ia menangis merasa sangat sedih dan marah karena tidak
ada yang mau bermain dan berteman dengannya. Hingga
ia di olok-olok karena kekurangannya.
Farah yang merasa sangat marah saat itu, ia
bertekat untuk membuktikan pada anak-anak dan semua
orang, bahwa ia bisa berprestasi. Sejak saat itu, ia rajin
berlatih berenang. Dengan rasa sayang, ibu dan ayah
menemani Farah latihan dan memberikan asupan makan
yang sehat. Pagi, siang, sore ia lalui dengan berlatihberlatih dan terus berlatih. Pak pelatih memberi kabar,
bahwa ada lomba berenang tingkat provinsi dan menawari
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
51
Farah untuk mengikutinya. Dengan penuh semangat,
Farah menganggukkan kepalanya. Ibu dan Ayahnya tidak
dapat menghentikan semangat sang anak.
Hingga saat perlombaan tiba, Farah telah siap di
tempat bersama Ibunya. Ayah duduk di kursi penonton,
sambil berteriak untuk memberi semangat pada Farah.
Ketika wasit perlombaan membunyikan peluitnya, Farah
langsung saja berenang dengan cepat. Perlombaan terasa
sangat seru dan penuh semangat. Peserta nomor dua
berusaha mendahului Farah, tetapi belum bisa. Ia terus
melaju dengan cepat. Saat berada di putaran ke dua,
terjadi sebuah kecelakaan tba-tiba kaki Farah kaku dan
tidak bisa di gerakkan. Seketika itu ia berhenti dan melihat
ke arah Ibunya. Ibu terus memberi semangat, dan suara
teriakan ayah terdengar olehnya.
Farah langsung menoleh ke arah Ayah. Ia melihat
banyak anak-anak yang datang untuk melihat. Farah
kembali melihat ke arah ibunya, dengan penuh keyakinan
ia pun mulai memaksa mengayuh kakinya dengan cepat
untuk mengejar ketertinggalannya. Cepat… semakin
cepat… dan FINISH. Saat itu juga Ibu memeluk sang putri
sambil menangis bahagia. Ayah yang sedang duduk,
langsung berlari menuju sang putri untuk memeluknya.
Anak-anak yang dibuat kagum oleh Farah, akhirnya
memberi selamat kepada Farah dan meminta maaf atas
ucapannya yang sudah menyakiti perasaannya. Keesokan
hari di latar rumah Farah, anak-anak bermain berlarian ke
sana kemari, tertawa bersama-sama. Farah sangat merasa
bahagia dapat bermain bersama dengan teman baru di
halaman rumahnya.
52
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
ALUNANKU
Fatimah Ayu D.S
Anasthasa Geraldiana atahu yang biasa dipanggil Nana
adalah seorang gadis yang suka dengan segala hal tentang
musik. Tiada hari tanpa mendengarkan musik. Saat mandi,
saat beres-beres rumah dan kegiatan lain Nana suka sekali
bersenandung sambil mendengarkan musik. Kesukaan
Nana akan musik diturunkan langsung oleh ibunya.
Ibunya adalah mantan penyanyi daerah pada masanya.
Tidak hanya suara yang indah, Nana juga
menguasai berbagai macam alat musik. Menurutnya
musik adalah hidupnya. Dari kecil Nana sudah
mendapatkan les privat bermusik. Mulai dari les gitar, les
piano dan les vokal. Suara yang unik adalah daya tarik
Nana dalam bernyanyi.
Sore di ruang tamu...
"Nana sini, mama mau bicara sebentar" panggil mama
Yanti.
"Sebentar ma, Nana lagi ganti baju" Jawab Nana dari
kamarnya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
53
Ketika Nana keluar kamar betapa terkejutnya Nana
melihat ayah mama dan kakaknya sudah berkumpul di
ruang tamu.
"Wah ada apa ini, tumben sekali kita berkumpul. Jadi
terharu nih" kata Nana sambil senyum-senyum.
"Ayah mau ngomong sesuatu, tadi sore ayah bertemu
teman ayah yang bekerja di agensi. Kamu tahu paman
Hartono kan," tanya ayah Nana.
"Iya yah Nana tahu" jawab Nana.
"Om Hartono tahu, kamu sangat tertarik akan dunia tarik
suara. Om Tono memberi tawaran kepada kamu, apakah
kamu mau bergabung dengan agensinya?" tanya ayah
Widodo.
Nana seketika diam, dia belum berpikir sampai
harus mengejar mimpinya sejauh itu. Nana hanya
menikmati musik belum berpikiran akan berkarir dalam
dunia tarik suara.
Mama Yanti mengetahui kegalauan anaknya. "Jika tidak
mau tidak apa-apa nak, mama dan ayah tidak memaksa.
Hanya saja suaramu yang indah boleh saja di salurkan,"
ujarnya.
Kakak Nana Geraldi Kusuma menganggapi "betul Na,
daripada kamu nyanyi ga jelas di rumah, di kamar mandi
di sembarang tempat mending kamu salurkan. Tidak apaapa jika tidak lolos. Toh hanya mencoba," ujar kakak Nana.
54
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"Nana akan coba kak, semoga saja Nana kuat menjadi
trainer," jawab Nana dengan mantap.
Keesokan harinya di kantor agensi NR Entartaiment.
Nana sudah sampai di gedung NR Entartaiment
sejak 30 menit yang lalu. Rasa cemas, resah dan nervous
campur aduk menjadi satu. Acara audisi akan diadakan
pukul 10 pagi. "Ah masih 09.30, rajin sekali ya aku,"
kekehan Nana.
Yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Nana
akan masuk ke dalam ruangan audisi, ruangan yang akan
menentukan nasib Nana. Setelah audisi, Nana keluar
ruangan audisi dengan senang hati karena ia lolos, dan itu
artinya Nana akan menjadi seorang trainer di agensi NR
entartaiment. Nana sangat senang, tidak terkecuali mama,
ayah dan kakaknya.
Satu bulan sudah setelah acara audisi kini Nana
sudah tinggal di sebuah rumah milik perusahaan. Di
rumah tersebut ada sepuluh trainer yang menjadi saingan
Nana. Dari 10 trainer Nana dekat dengan Liana, gadis
yang berasal dari Surabaya. Mereka menjadi dekat ketika
Nana dan Liana berbagi kamar.
"Yakk, kita satu kamar Li," ucap Nana sambil lari dan
memeluk Liana.
"Syukurlah kita satu kamar Na, aku sudah membayangkan
yang tidak-tidak," jelas Liana dengan memeluk Nana.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
55
"Ya sudah, ayo bersih-bersih Li. Aku sudah capek," ajak
Nana.
Di sini tidak hanya tidur, makan, latihan, belanja
dll. Kita semua sebagai trainer dituntut untuk berkembang
di setiap hari nya. Sudah ada jadwal yang menanti, mulai
dari jadwal latihan vocal, latihan dance, latihan rap, latihan
alat musik, latihan berbahasa inggris dan latihan attitude.
Semua sudah dijadwalkan rapi oleh pihak agensi. Dan
akan ada evaluasi setiap 3 bulan sekali.
"Aku pikir aku sudah gila, jadwal sepadat ini evaluasi
bulanan," kata Nana melihat jadwal yang di tempel di
dinding kamar.
Evaluasi bulanan pun sedang dilakukan, tidak hanya om
Hartono yang datang ternyata para produser, penulis
script juga datang dan yang lebih membuat kaget CEO
perusahaan juga datang.
Para trainer yang awalnya semangat pun langsung down
karena tatapan intimidasi CEO Bara. Evaluasi bulanan
dimulai dengan satu persatu para trainer harus bernyanyi.
"Nana, silakan" panggil CEO Bara.
Seketika tubuh Nana lemas "kenapa aku yang pertama,"
kata Nana dalam hati.
Pada evaluasi bulanan Nana menyanyikan lagu
dari Shwan Mendes yang berjudul Here's Nothing Holdin
56
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Me Back. Nana sangat menikmati alunan musik dan
tentunya mulus dalam menyanyikan lagu tersebut.
Tapi tidak untuk CEO Bara "kamu terlalu mengebu-gebu
terlalu percaya diri jadi feel-nya gak ada. Coba dinikmati
santai, kamu bernyanyi kayak cerita mungkin hasil akan
berbeda. Tapi suaramu unik. "Saya suka," komentar CEO
Bara setelah melihat penampilan Nana.
Beberapa jam sudah dilalui untuk evaluasi. Nana tiduran
sambil memikirkan nasibnya, memang iya dalam vokal dia
unggul tapi dalam rap dan dance Nana sangat tertinggal.
Dia menjadi tiga trainer terburuk dalam dance dan rap.
"Li, aku kok ga optimis bakal debut ya… aku kurang dari
segala hal. Hanya bernyanyi kelebihanku itu pun aku juga
mendapat komentar pedas dari CEO Bara," kata Nana
sambil menangis.
"Hee sudah jangan menangis, ini masih evaluasi pertama,"
jawab Liana untuk menenangkan Nana.
"Tapi kita sudah 3 bulan di sini Li, semuanya bisa
berkembang. Lihat Tania dia tidak bisa rap tapi sekarang
malah jago. Nah aku ga bisa apa-apa Li," jawab Nana
sambil menutupi mukanya dengan bantal.
"Hei Na, jangan pikirkan orang lain. Cukup kamu
berkonsentrasi dan memperbaiki apa yang kamu belum
bisa. Sudah timbang nangis terus ayo aku temani kamu ke
ruang latihan," ajak Liana sambil menarik tangan Nana.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
57
Nana latihan dari malam sampai pagi buta, dia
mempelajari dance dari awal. Dia melakukan apapun
untuk bisa dance. Ketika lelah Nana sering menangis di
pojok studio latihan. Nana tidak menyesali akan
keputusannya. Malah Nana senang dengan ini, ia
mendapatkan banyak ilmu. Tetapi tekanan yang ada
membuat dada Nana sesak sampai tidak bisa bernafas
dengan benar. Persaingan yang ketat menuntut Nana
untuk mampu seperti yang lain. Terbesit untuk keluar dari
training ini tetapi Nana sudah terlanjur masuk, mana
mungkin keluar begitu saja.
Evaluasi demi evaluasi sudah dilakukan. Ini
adalah evaluasi ke enam yang dilakukan, dan terhitung
sudah satu tahun Nana berada di sini menjadi seorang
trainer. Kali ini evaluasi kelompok. Nana menjadi ketua
kelompok, Nana sendiri tidak tahu kenapa dia bisa
menjadi seorang ketua. Semuanya pas-pasan tetapi Nana
mendapat votting terbanyak untuk menjadi seorang ketua.
Kali ini Nana dan kelompok akan membawakan lagu
Raisa yang berjudul kali kedua.
Setelah penampilan waktunya mendengarkan komentar.
"Harmonisasi nya kurang, masih belum klop. Siapa yang
memimpin," tanya CEO Bara.
"Saya Mr," jawab Nana
58
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"Hmm… tolong dikoordinasikan lagi. Sudah satu tahun
lebih masak yang kamu bisa hanya itu," komentar terakhir
CEO Bara.
Setelah selesai evaluasi, semua trainer kembali ke
kamar masing. Tetapi tidak dengan Nana, Nana langsung
menuju taman. Ia menangis sendirian, Nana tidak ingin
terlihat lemah di hadapan teman-temannya. Sungguh
sesak dada Nana, satu tahun menjadi trainer sangatlah
melelahkan. Harus bangun pagi lalu mengikuti jadwal
yang ada dan berakhir larut malam. Setelah kelas selesai
Nana tidak kembali, dia menuju studio untuk latihan
hingga jam 3 dini hari.
"Ini sangat menekanku, belum lagi menjadi ketua. Belum
juga evaluasi individu, sangat sesak rasanya," monolog
Nana sendirian di tengah taman yang gelap.
Nana kembali ke kamarnya setelah menjernihkan
fikirannya. Ketika membuka kamar Nana dikejutkan oleh
teman-teman satu kelompok. Mereka tidak pergi tidur
tetapi memunggu Nana. Nana sangat terharu untuk itu
"yakk kenapa tidak istirahat, besok jadwal kita dari pagi,"
tanya Nana. "Kami menunggumu Na," jawab Salsa.
Setelah terjadi drama menangis mereka semua
kembali ke kamar masing-masing. Nana sudah bersiap
untuk tidur. Fikirannya lelah, hatinya lelah bahkan
tubuhnya sudah sangat lelah. Tidak lama Nana sudah
terpejam dan tidur dengan damai.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
59
Tahun berganti tahun evaluasi selalu menjadi
momok bagi setiap trainer. Siap tidak siap mereka akan
mendengar kata-kata pedas para komentator tentu hati
yang lapang harus dipunyai kalau tidak mungkin Nana
sudah gila sekarang.
Tahun ke 5 Nana menjadi trainer, Nana semakin
dewasa. Diumur ke 24 tahun Nana sudah menjadi wanita
yang kuat dan tegar. Segala komentar pedas yang
dilayangkan padanya sudah menjadi makanan setiap hari.
Tidak ada Nana yang menangis karena masalah sepele,
tidak ada Nana yang manja, tidak ada Nana yang suka
menangis, Nana menjadi seorang yang berani, tanggung
jawab dan masih banyak perubahan Nana.
Beberapa tahun belakangan Nana gunakan untuk
latihan yang serius. Tidak hanya memperbaiki vokal tetapi
Nana juga belajar dance dan rap. Memang benar adanya
kalau usaha tidak akan mengkhianati hasil. Sekarang Nana
menguasai semua bidang wajib yang harus dikuasai sesuai
syarat perusahaan. Minggu depan adalah ajang yang
sangat penting bagi Nana. Minggu depan dipertaruhkan
semua kerja keras Nana selama lima tahun. Debut tahu
akan menjadi trainer akan diketahui minggu depan melalui
survival show yang akan ditayangkan di TV. Tekanan
akan menjadi berlipat ganda, dari sepuluh trainer hanya
lima orang yang akan di debutkan oleh perusahaan. Para
trainer akan menunjukkan kelebihan yang mereka miliki.
Sebelum survival dimulai Nana sudah berlatih
mulai dari nyanyian apa yang akan dinyanyikan lalu dance
60
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
seperti apa yang akan ditampilkan hingga rap apa yang
akan disuguhkan kepada juri dan penonton.
Mulai dari pagi hinggal larut malam Nana terus
berlatih, yang ada dipikirannya adalah dia harus debut dia
harus menjadi seseorang yang dapat membanggakan
orang tuanya dan tentu lima tahun bukan hal yang mudah
dilalui Nana. Menangis, tertekan, bahagia semua dilalui
Nana selama lima tahun.
Survival pun dimulai, Nana gemetar jantungnya
berdetak lebih cepat. Kenyataan yang harus Nana lalui
adalah battle melawan Liana teman dekat selama lima
tahun
Sebelum Nana mengerti siapa lawan battle-nya,
Nana dan teman-temannya dikumpulkan di studio latihan
tidak ada yang tahu yang akan terjadi. Tidak lama
manager yang bertanggung jawab atas kami datang. Mbak
Lala dengan senyum khasnya namun senyum itu
mempunyai banyak arti.
"Selamat pagi kesayangannya mbak Lala," sapa mbak Lala
kepada kami dengan memawa amplop coklat
"Selamat pagi mbak," jawab kami semua
"Kali ini mbak Lala mau kasih tahu, minggu depañ kalian
akan bertarung siapa yang akan debut kan… tapi ternyata
produser sudah memberikan tantangan baru, yaitu kalian
akan battle dalam hal bernyanyi dan dance. Untuk lawan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
61
battle kalian mbak Lala udah bawa amplop dan berisi
pasangan battle siapa melawan siapa."
Setelah pengumuman diberikan oleh mbak Lala kami
kembali ke kamar...
"Na jangan sampai kendor ya, ayo bersaing secara sehat
dan sportif. Siapa yang sukses harus inget harus tetep jadi
temen okay," ucap Liana yang melihat Nana murung
"Ah Li... kenapa harus kita," sambil menangis dan
memeluk Liana
Survival yang membuat semua trainer menjadi
tertekan. Harus melawan temanmu sendiri demi debut,
sungguh kejam bukan acara ini. Setelah acara survival
selesai dan produser sudah mengumumkan siapa-siapa
saja yang akan debut. Dan akhirnya nama Nana menjadi
salah satu trainer yang akan melihat persaingan dunia tarik
suara. Persiapan sudah dilakukan untuk debut, single lagu
pertama Nana yang berjudul "My Boy" sudah
dipersiapkan secara matang. Pagi siang sore Nana
mempersiapkan acara debut stage-nya. Nana tidak akan
membuat orang-orang yang memilihnya kecewa.
"Hallo Na, ini aku liana. Bagaimana persiapannya,
bukankah minggu depan debut stage-mu," pembicaraan
telepon Liana ke Nana
"Haha kau tahu saja kalau minggu depan. Sudah 99% Li
tinggal eksekusi, kamu harus datang aku sudah pesankan
62
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
kursi VIP bersama keluargaku. Awas kau ya sampai tidak
datang," jawab Nana
"Siap Na siap, apa si yang tidak untuk sahabatku ini,"
jawab Liana dengan tersenyum
Acara debut stage Nana sudah dimulai dan terlihat
penonton hanyut dalam acara ini. Nana tampak seperti
sudah menguasai panggung. Dia terlihat sudah debut
bertahun-tahun yang lalu. Dari kejauhan keluarga Nana
meneteskan air matanya. Tidak menyangka usulan
ayahnya yang bertujuan untuk main-main bisa membuat
anaknya menjadi penyanyi profesional.
Acara telah selesai, Nana sangat senang karena
acara debut stage-nya lancar dan lagu yang dibawakan
Nana menjadi trending di berbagai negara. Sungguh indah
jika perjuangan dilakukan dengan benar-benar.
Dua tahun kemudian Nana menjadi seorang
penyanyi yang sukses. Nana diundang kesan kemari
untuk bernyanyi. Nana panggilan yang disukainya harus
diganti menjadi Anastasha, kata CEO Bara biar trendi.
Ada-ada aja memang tapi dia suka dengan Anasthasa.
Jika ingin lakukan jangan setengah-setengah.
Kekecewaan, kekesalan, tekanan dan apapun itu dapat
mengubah perilakumu. Sesuatu yang baru menantimu,
pengalaman baru menantimu dan semua yang lama akan
diperbarui melalui apapun yang dijalani.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
63
Kesuksesan Nana tentu untuk dirinya sendiri
bukan orang lain. Tekanan yang Nana dapat sampai
sebelum debut adalah pengalaman yang sangat luar biasa.
Seorang yang terjun dalam dunia musik harus bisa segala
hal, mulai dari dance, rap maupun modeling. Menjadi artis
multitalent adalah tujuan agensi. Aku baru menyadarinya,
jika mau bersaing harus bisa segala hal.
Jika kalian bertanya, apakah kamu bisa kembali
menjadi trainer. Mungkin jawabanku adalah tidak.
Tekadku sudah berubah dulu aku masih muda semangat
bersaingku berkobar tetapi sekarang aku hanya ingin
ketenteraman tanpa tekanan dimasa lalu. Aku sudah
berjuang di masa lalu, dan saatnya aku bersenang-senang
di masa ini -Anasthasa Geraldi.
64
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
APA KEBERADAANKU SALAH?
Fitri Ayu Larasati
Gadis kecil itu bernamanya Nada Cantika Ramadhani.
Parasnya begitu cantik dan kehadirannya selalu buat
orang tersenyum. Ia anak tunggal dari pasangan bu
Khofifah dan pak Midun, sayangnya kedua orang tuanya
harus berpisah saat Nada berusia 3 tahun. Kejadian itu
mengharuskan Nada bersama ibu untuk tinggal di rumah
kakeknya. Meski orang tuanya berpisah Nada tetap
mendapatkan kasih sayang dari kakek juga bibi dan
pamannya.
“Kek, Nada boleh tanya?” ujarnya pada kakek yang ada di
sampingnya.
“Boleh, Nada mau tanya apa sayang?” jawab kakek lalu
mengusap rambut cucu kesayangannya.
"Kenapa Nada sekolahnya diantar paman Agus bukan
ayah?” tanyanya dengan polos.
Kakek tersenyum untuk menutupi kebingungannya.
“Kakek jawab dong!”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
65
“Memangnya kenapa sayang kalau kamu diantar paman
sekolahnya? Kan sama saja sayang. Kamu nggak senang
diantar sama paman?” tanya kakek pada cucu
kesayangannya itu.
“Nggak kek aku senang banget tapi teman Nada
semuanya diantar sama ayah dan ibunya, Nada kan
pengen juga.” Jawab Nada seraya memanyunkan bibirnya.
“Iya nanti kakek bilangin ayahmu, supaya nanti dia yang
jemput kamu pulang sekolah gimana?” ujar kakek untuk
menghibur cucunya itu. Nada bersorak gembira
mendengar usulan kakeknya tersebut.
Hari-hari berikutnya sesuai janji kakek setiap pulang
sekolah ayah selalu menjemput Nada. Ia sangat bahagia
walaupun ayah tidak ikut pulang ke rumah kakek. Saat
kelas 1 SD Nada tahu kalau ayahnya sudah menikah dan
mempunyai anak dari istrinya tersebut.
“Ayah Nada boleh ikut ke rumah ayah?” Tanya Nada
dengan riang.
“Boleh, tapi ayah harus tanya sama ibu dan kakek kamu
dulu ya nak?” Jawab pak Midun seraya tersenyum.
Sesampainya di rumah pak Midun langsung minta izin
pada kakek Nada.
“Pak saya mau minta izin ngajak Nada ke rumah. Apakah
boleh?” Tanya pak Midun pada kakek.
66
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Boleh, tapi nanti setelah maghrib atar Nada pulang!”
ucap kakek tegas. “Nada sayang kamu boleh ikut ke
rumah ayahmu, tapi nanti maghrib pulang ya nak.” Lanjut
kakek pada Nada.
“Siap kakek saying.” Jawab Nada lalu hormat pada kakek.
“Ayah tunggu ya Nada mau ganti baju dulu.” Lalu Nada
berlari ke dalam rumah. Saat akan masuk kamar Nada
bertemu dengan ibunya.
“Nada jangan lari-lari dong nak! Nanti kamu jatuh loh ya.”
Ujar bu Khofifah sambil geleng-geleng kepala melihat
kelakuan anak semata wayangnya itu.
“Eh… ada ibuk, ibuk udah pulang kerja?”
“Udah nak. Kamu kenapa pulang sekolah kok langsung
lari-lari?”
“Aduh! aku sampai lupa… aku ganti baju dulu ya buk,
ayah ngajak aku main ke rumahnya buk.” Jawab Nada
langsung masuk ke kamar untuk ganti baju.
Sesampainya Nada di rumah ayahnya ia langsung
melompat dari motor pak Midun dan berlari ke rumah.
“Nada …. Tunggu ayah nak!”
“Iya yah… ini Nada tunggu di sini kok.” Ucap Nada
sambil bersandar di pagar rumah.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
67
Pak Midun hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya
lalu ia segera memasukkan motornya.
“Assalamualaikum.” Ucap pak Midun dan membuka
pintu.
“Waalaikumsalam.” Terdengar jawaban salam dari dalam
rumah. Mendengar hal itu Nada bingung dengan hal itu.
“Ayah ada orang di dalam?” Tanya Nada pada ayahnya.
“Oh…. Iya nak ada orang selain ayah di rumah ini.” Jawab
pak Midun kikuk, ia lupa jika belum menceritakannya
pada Nada. Lalu keluarlah seorang wanita sambil
menggendong bayi menghampiri mereka.
“Nak, kenalkan ini istri ayah mama Tika.” Ucap pak
Midun memperkenalkan istrinya. Nada hanya diam
melihat bu Tika.
“Hai Nada…” sapa bu Tika pada Nada.
“Halo tante…” jawab Nada pada mama tirinya tersebut.
“Nada salim dong sama mama! Dan jangan panggil tante
dong nak, panggilnya mama.” Ucap pak Midun
memeringatkan Nada. “Terus yang digendong mama ini
adik kamu namanya Erik.” Lanjut pak Midun
mengenalkan bayinya.
68
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Nada mengangukkan kepalanya, ia terlihat canggung
berhadapan dengan bu Tika. Sedangkan bu Tika juga
terlihat salah tingkah di hadapan Nada.
“Ayah sepertinya Nada lupa deh.”
“Lupa apa nak?”
“Lupa kalau Nada punya PR dari bu guru. Antar Nada
pulang ya ayah, please!” ucap Nada memohon sambil
menangkupkan tangan di depan dadanya.
“Kamu ini gimana sih Nad tadi minta main ke sini.
Yaudah ayah ke kamar mandi dulu.” Ucap ayah agak
kesal kepada Nada, lalu masuk ke rumah.
Akhirnya Nada diantar pulang oleh ayahnya,
sesampai di rumah saat ditanya oleh kakek atas
kepulangannya Nada menjawab jika ada PR. Nada tidak
bilang alasan yang sebenarnya kepada kakek dan ibunya.
Setelah hari itu Nada tidak minta ke rumah ayahnya lagi
jika tidak diajak oleh pak Midun. Sampai sekitar Nada
kelas 3 SD pak Midun dan keluarganya pindah ke
kampong halamannya di Semarang karena usaha yang
dirintis pak Midun harus gulung tikar. Sedangkan Nada
tetap tinggal di bandung bersama ibu dan keluarga
ibunya. Saat Nada berajak ABG atau lebih tepatnya saat
kelas 8 SMP ia dan bu Khofifah pindah ke rumah mereka
sendiri. Sebenarnya Nada agak sedih harus berpisah dari
kakek kesayangannya tapi kata ibunya mereka sudah
saatnya mandiri. Jadi Nada setuju dan mau pindah dari
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
69
rumah kakek dan lagi pula rumah barunya lebih dekat
dari sekolahannya. Walaupun begitu nada masih sering
tidur di rumah kakek karena kakek selalu minta ditemani
Nada, juga karena kakek sekarang tinggal sendirian di
rumahnya. Meski nada tidak mendapat kasih saying dari
ayahnya tapi ia mendapatkannya dari kakeknya. Namun
kejadian tak diinginkan itu terjadi ketika nada kelas 11
SMA ia harus kehilangan kakek tersayangnya selamalamanya. Nada sangat sedih dan terpukul atas kejadian
tersebut.
“Kakek kenapa ninggalin aku secepat ini…” kata nada
dengan menangis tersedu-sedu menatap jenazah kakek.
“Nada sabar ya… ikhlasin kakek sayang… supaya kakek
tenang
disana.”
Ujar
tante
Jia
menenangkan
keponakannya itu.
Nada hanya mengangguk sambil mengelap air matanya.
Setelah kepergiaan kakek, nada menjadi lebih
pendiam dan tertutup. Setelah lulus SMA ia tidak
langsung kuliah tapi mencoba untuk bekerja iku tante Risa
adik kedua ibunya. Ia bekerja menjadi kasir, setelah 1
tahun bekerja nada melanjutkan kuliah. Semester awalawal semua berjalan lancar tapi saat semester 4 bu khafifah
mangalami kesusahan dalam keuangan jadi nada terpaksa
mengambil cuti. Dan ibunya menjadi sering marah-marah
meski nada tidak melakukan kesalahan kecil seperti
menimbulkan bunyi saat cuci piring. Dan selalu
mengatakan kata-kata yang menyakiti perasaan Nada.
70
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Sedang ayahnya seperti tidak mempedulikan Nada dan
masa bodo terhadapnya. Suatu ketika nada ingin
melanjutkan kuliahnya dan ia menghubungi pak midun.
“Halo assalamualaikum Yah, ini Nada ayah.”
“Waalaikumsalam Nada… ada apa kamu telepon ayah?”
jawab ayah diseberang sana.
“Ayah, nada mau minta tolong bisa?”
“Tolong apa Nada? Kalau ayah bisa bantu ayah
usahakan.” Melihat jawaban ayahnya nada melihat ada
secercah harapan.
“Nada minta tolong… nada ingin melanjutkan kuliah
ayah, kemaren kan Nada cuti jadi pengen lanjutin lagi.
Tapi ibuk nggak punya uang untuk membiayai lagi, ini aja
orangnya lagi binggung cari uang untuk bayar hutang.”
Jelas nada pada ayahnya tapi ayah langsung menutup
telponnya.
Nada binggung dan kaget dengan sikap ayahnya itu, lalu
ia menchat ayahnya.
Nada
“Yah kenapa kok langsung di matikan teleponnya?”
Ayah
“Maaf nak…. Ayah ada kerjaan tadi.”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
71
Nada
“Jadi ayah bisa bantu nggak”
Ayah
“Maaf ya Nada. Ayah ndak bisa bantu ini soalnya Erik lagi
butuh uang untuk biaya untuk masuk SMA.”
Nada
“Yaudah kalau Ayah nggak bisa bantu.”
Lama Nada menunggu balasan dari ayah tapi tidak
ada jawaban apapun. Nada benar-benar kecewa atas sikap
ayahnya. Padahal selama ini yang membiayai sekolahnya
hanya ibunya dan dulu waktu SD sampai SMP kakek yang
menanggung semua biaya sekolahnya. Tapi kenapa
ayahnya tidak merasa bersalah sama sekali atas semuanya
dan hanya mempedulikan anaknya dari istrinya yang
sekarang.
“Kenapa ayah nggak peduli denganku apa karena aku anak
perempuan dan Erik seorang anak laki-laki? Atau karena aku
anak dari mantan istrinya tapikan bagaimanapun aku ini anak
kandung ayah...” kata Nada dalam hatinya dan tak terasa
mengalirlah air mata yang tak diinginkan itu.
“Nada kenapa kamu ngelaun disitu?” tegur ibu yang tibatiba muncul di sampingnya.
72
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Aku ngg….” saat akan menjawab bu Khofifah langsung
mencela ucapannya
“Kamu itu ditanya kok diem aja… daripada ngelamun di
sini mendingan kamu cari pekerjaan biar bisa bantu-bantu
bayar hutang. Dasar tidak berguna kamu itu!” omel bu
Khofifah sambil menuding-nuding Nada.
“Iya bu, tapi aku kan belum lulus kuliahnya.”
“ya kerja terserah gitula… apa kek… apa kerja pabrik gitu
kaya anak tetangga itu baru lulus SMA tapi udah bisa
ngasih mamanya setiap bulan 2 juta. Terus kamu apa?
Bisanya Cuma minta uang terus bikin pusing TAUU…”
kata ibunya diakhiri dengan kekesalannya yang
dilampiaskan pada Nada.
“Dulu waktu aku kerja juga ngasih ibu juga.” Jawab nada
dengan mata yang berkaca-kaca.
“Kamu itu ya ngasih 300 ribu aja diungkit-ungkit. Selama
ini ibu biayain kamu aja nggak ibuk tagih… DASAR
ANAK GAK TAHU DIRI!” Damprat bu Khofifah pada
anaknya itu lalu ia masuk ke kamrnya sambil mengomelngomel. Disisi lain Nada sudah menangis dengan tak
mengeluarkan suara karena jika ia menangis dengan
mengeluarkan suara ibunya akan marah lagi.
Nada jadi tak percaya diri lagi dan malas untuk keluar
rumah. Dan entah sadar atau tidak ia jadi gadis yang tak
bersemangat lagi dan terlihat linglung. Bahkan ada saat ia
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
73
ingin menghilang dari dunia ini agar kedua orang tuanya
senang dan bahagia. Keinginan ini didasari oleh chat
terakhir dengan ayahnya.
Nada
“Ayah apa kabar?”
15 menit kemudian
Ayah
“Baik”
“Ada apa kamu WA ayah lagi?”
Nada
“Alhamdulillah kalo baik”
“Apa Nada nggak boleh WA ayah? Nada kan cuma tanya
kabar ayah.”
Ayah
“Iya , karena kamu cuma ganggu ketenangan keluarga
ayah!”
“Kamu jangan WA ayah lagi ya Nada kalau masih mau
ayah anggap anak.”
74
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Setelah membaca chat itu nada merasa dadanya
sesak dam kesulitan bernafas karena menahan tangis.
Tiba-tiba Nada tak sadarkan diri tapi tak ada yang tau
kejadian itu sampai ia bangun dari pingsannya sendiri.
Setelah bangun nada menangis ia menyesal kenapa tuhan
tidak mengambil nyawanya sekalian tapi masih
disadarkan dari pingsannya.
“Ya Allah kenapa aku masih kau beri kehidupan?” ucap
nada frustasi. Lalu ia memukul-mukul kepalanya sendiri.
Hingga ia lelah sendiri dan memilih untuk tidur, dilain sisi
lain pak Midun sedang bercengkrama dengan istrinya.
"Gimana yah anak kamu si Nada itu udah kamu bilangin
untuk nggak ganggu-ganggu keluarga kita lagi? " tanya bu
Tika kepada suaminya.
"Mama sayang kamu tenang aja anak pengganggu itu
ndak akan WA atau telpon ayah lagi kok." Ujar pak Midun
dengan entengnya tanpa merasa bersalah pada putrinya.
"Lagian kenapa sih dia hubungin kamu? Kan kamu udah
lama nggak muncul dihidupnya seharusnya dia nggak
perlu cari-cari kamu lagi!" kata bu Tika dengan sinis.
Pak Midun menganggukkan kepala tanda menyetujui
perkataan istrinya.
"Iya, lagian dia hanya anak perempuan tidak berguna
bisanya cuma merengek saja. Iya toh ma? Beda banget
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
75
sama anak kita Erik, dapat diharapkan dan berguna untuk
kita." Kata pak Midun bangga.
Mentari bersinar cerah hari ini sangat bertolak
belakang dengan wajah gadis yang sedang meringkuk di
kamarnya itu ia terlihat suram. Sejak semalam Nada sudah
memikirkan keputusannya ini, kalau memang Tuhan tidak
menghendaki ia untuk mati maka ia akan pergi dan
menghilang dari kehidupan kedua orangtuanya agar
mereka bahagia. Nada dengan tergesa memasukkan
pakaiannya ke ransel, ia tidak mau ibunya mengetahui
kepergiannya. Pagi ini di rumah hanya ada ia karena bu
Khofifah sedang ke rumah tantenya untuk bersembunyi
dari penagih hutang. Setelah selesai nada beranjak pergi ia
tak lupa mengunci pintu rumah. Tidak seperti sinetron
televisi yang menayangkan adegan kabur dengan
meninggalkan surat, Nada kabur tapi meninggalkan surat
atau pesan.
"Semoga dengan kepergian ku ayah dan ibu merasa bahagia dan
tak terbebani lagi. Dan aku berdo'a agar mereka tenang
menjalani hidup juga diberi rezeki yang banyak. " Batin Nada
Nada terus berjalan tak tentu arah tanpa ia sadari
ia sudah keluar dari komplek rumahnya. Saat sampai
dijalan Raya dan ia merasa capek Nada memutuskan
untuk naik angkot, tujuan yang ia pikirkan hanya makam
kakeknya. Sesampainya di makam kakek ia langsung
menumpahkan semua kesedihannya.
76
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"Kakek.. Na… da… ingin pergi bersama kakek aja. Nada
sudah tak diinginkan di dunia ini... Hiks hiks... Tapi
kenapa Allah tidak mengijinkan Nada menyusul kakek…
Huuu huhuhu... Ke mana Nada harus pergi sekarang kek?
Tolong jawab Nada kek! " Aduh Nada pada kakek. Nada
menangis hingga rasanya air matanya mengering dan
tidak terasa Nada tertidur disana, saat sadar dari tidurnya
hari sudah beranjak senja.
Nada memutuskan untuk pergi dari sana karena ia
bertujuan untuk menghilang dari hidup orangtuanya. Ia
kembali berjalan tak tentu arah seperti orang tidak waras,
tak terasa Nada sudah sangat jauh dari rumah ibunya.
Entah karena lelah atau efek tidak makan dari semalam
Nada jatuh tak sadarkan diri didekat persimpangan
kecamatannya. Orang-orang melihat kejadian tersebut
seraya berlari kearah Nada untuk menolongnya. Diantara
orang yang berkerumun ada seseorang yang mengenali
Nada ia meminta tolong warga untuk membantunya
membawa Nada ke rumah sakit.
Setelah 2 jam tak sadarkan diri akhirnya Nada terbangun.
Ia bingung sedang berada Di mana.
"Di mana ini? " tanya Nada entah pada siapa mungkin
pada dirinya sendiri.
"Nada? Hei, apa kamu sudah baikan?
panggilin dokter dulu ya! "
Sebentar aku
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
77
Gadis tersebut langsung keluar tanpa menunggu
jawaban karena Nada hanya diam dan kebingungan. Tak
lama kemudian dokter dan seorang perawat datang
bersama gadis tersebut.
Setelah memeriksa keadaan Nada dan memastikan jika ia
sudah benar-benar sadar dokter tesebut berkata pada sang
gadis.
"Ia sudah sadar tetapi belum membaik. Jadi seperti saran
saya tadi bahwa pasien harus tetap dirawat di sini sampai
keadaannya pulih. "
"Baik dok. Tolong lakukan yang terbaik saja untuk sahabat
saya ini! " jawab gadis tersebut dan direspon hanya
anggukkan oleh dokter. Mendengar kata sahabat Nada
baru sadar bahwa yang ada didepannya ini adalah Dhita
sahabatnya sejak SMP, mereka tidak bertemu lagi sejak
lulus SMA. Karena Dhita harus melanjutkan kuliah di
Depok.
"Dhita? Kok bisa aku sama kamu? " Tanya Nada
kebingungan
"Udah jangan banyak tanya dulu! Kamu itu tadi pingsan
hampir 3 jam tauk dan banyak banget yang harus kamu
ceritakan padaku! " Ucap Dhita tegas lalu menunjuk ransel
yang tergeletak di kursi samping ranjang Nada.
"Kamu sekarang istirahat dulu ya Nad. Dan kamu
sekarang harus makan dulu aku suapin nggak boleh nolak!
78
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"lanjut Dhita seraya mengambil makanan yang ada di
nakas saat ia melihat ada raut penolakan dari sahabatnya
tersebut. Mau tak mau Nada menurut karena kalau Dhita
sudah menginginkan sesuatu ia terus memaksa dan tak
menyerah. Nada memilih untuk menuruti sahabatnya itu
karena merasa tubuhnya sudah lelah dan lemas ia tidak
mau berdebat dengan Dhita.
Setelah merasa Nada sudah kembali segar, Dhita
memberanikan diri bertanya pada Nada karena ia sangat
penasaran dengan yang terjadi pada sahabatnya.
"Nad kamu kenapa kok bawa-bawa ransel dan sampai
pingsan dibatas kecamatan pula? Kamu kabur dari rumah?
Kamu lagi patah hati? Tapikan setahu ku kamu nggak ada
gebetan apalagi pacar kan?" Tanya Dhita mengebu-gebu
karena saking penasarannya.
"Terus aku harus jawab yang mana dulu? Belum dijawab
satu kamu udah nerocos duluan." jawab Nada lalu
mencebikkan bibirnya.
"Yaudah intinya lu cerita ama gua Nada sayang! " ucap
Dhita yang udah gemas dan tidak sabar itu.
"Mentang-mentang
kuliahnya
di
dekat
ibukota
ngomongnya sekarang Lu-gua. Oke aku ceritain. " Ledek
Nada pada Dhita lalu mengalirlah semua cerita itu dari
Nada.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
79
"Gile juga ya bokap lu! kan meskipun dia udah pisah sama
nyokap tapi lu kan tetap anaknya Nad. " Dhita jadi kesal
sendiri setelah mendengar cerita Nada. "Dan seharusnya
nyokap juga nggak ngelampiasin semua sama lu kan? "
lanjut Dhita mengebu. Melihat tanggapan sahabatnya
Nada merasa agak tenang karena merasa masih ada yang
peduli dengannya.
"Pokoknya setelah udah baikan secara fisik kamu harus
mulihin mentalmu Nad jangan kayak mayat hidup begini!
Ini bukan Nada yang aku kenal sumpah. " Kata Dhita
seraya memegang tangan Nada seolah ingin menyalurkan
semangat untuk sahabatnya.
"Aku nggak kenapa-napa kok Dhit. Lagian ini aku udah
merasa sehat jadi boleh ya kita pergi dari rumah sakit,
please! Lagian aku nggak punya uang untuk bayar biaya
rumah sakit Dhit. " Ucap Nada memohon pada Dhita.
"Ya ampun Nada! Kamu nggak dengar tadi dokter bilang
apa? Paling enggak besok kamu baru boleh pulang, dan
soal biaya rumah sakit tenang aja aku yang bayar kayak
orang lain aja. "Ujar Dhita kesal pada sahabatnya.
"Tapi aku nggak mau ngerepotin kamu. Lagian kamu kan
harus balik ke Depok untuk kuliah Dhit." ucap Nada
berusaha membujuk Dhita.
"Udah gak usah dipikir itu aku lagi libur. Setelah keluar
dari rumah sakit kamu harus mau ikut aku ke psikolog
kenalan ku untuk nyembuhin mentalmu dan kamu kalau
80
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
masih nggak mau pulang ke rumah bisa kok tinggal di
rumah ku. Tunggu jangan ngebantah dulu Nad! mama
papa ku udah tau kok kalau aku lagi ngebantuin kamu jadi
nggak usah khawatir mereka senang banget malah waktu
ku telpon tadi bilang kamu mau nemani aku di rumah."
ucap Dhita panjang lebar saat melihat Nada akan protes.
Keesokan harinya seperti kata Dhita kemaren
setelah keluar dari rumah sakit Nada diantar konsultasi
pada psikolog kenalan Dhita yang tidak lain adalah dosen
sahabatnya itu. Setelah hampir seminggu konsultasi dan
berobat pada Prof. Ibrahim mental Nada mulai membaik
dan semangat hidupnya telah kembali. Tanpa diketahui
oleh Nada selama ini ibunya selalu memantau keadaan
anaknya tersebut melalui Dhita, beliau sangat menyesal
atas semua yang dialami anaknya tersebut. Setelah
Kepergian Nada dari rumah saat itu bu Khofifah
malamnya pulang dan mendapati rumahnya sepi tak ada
orang beliau kira Nada pergi ke minimarket lalu beliau
masuk ke kamarnya untuk istirahat. Ternyata sampai
beliau bangun keesokan paginya anak semata wayangnya
tersebut tidak ada di rumah, saat beliau masuk ke kamar
anaknya bu Khofifah tidak menemukan apapun kecuali
smartphone Nada dan mengecek benda tersebut. Bu
Khofifah sangat kaget saat melihat chat terakhir di WA
Nada beliau langsung marah pada mantan suaminya itu.
Dan saat kebingungan mencari anaknya Dhita sahabat
Nada menghubunginya lalu menceritakan semuanya pada
bu Khofifah atas keadaan Nada sekarang. Saat bu Khofifah
ingin menemui Nada ia dilarang oleh Dhita karena
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
81
khawatir tindakan tersebut membuat anaknya kabur lagi,
dan setelah seminggu lebih akhirnya bu Khofifah
diperbolehkan menemui anaknya yang sudah stabil
mentalnya.
"Assalamualaikum. "Ucap bu Khofifah pelan saat melihat
anaknya di teras rumah Dhita.
"Waalaikumsalam. "Jawab Nada ceria saat menoleh pada
arah suara ia terkejut dengan kehadiran ibunya. "Ibuk?
Kok ibuk tau Nada ada di sini? " lanjut Nada setelah
keterkejutannya.
"Aku yang ngasih tahu ibumu Nad. "Sahut Dhita yang ada
di samping Nada. "Kamu harus selesaikan semuanya
dengan ibumu Nad supaya beban pikiranmu hilang. Aku
tinggal kedalam ya Nad, Tante. " lanjut Dhita lalu beranjak
pergi.
"Makasih ya nak Dhita. "Ucap bu Khofifah tulus
"Nada sayang maafin ibu ya nak. "Ujar bu Khofifah penuh
penyesalan sambil menatap anaknya.
"Iya buk salah Nada juga kok buk terlalu baper,
seharusnya kan Nada mengutarakan semuanya pada
ibuk."
"Untuk ucapan ayahmu ndak usah dihiraukan nak meski
dia seperti itu dia tetap ayahmu dan kamu masih punya
banyak orang yang sayang sama kamu. Ada ibuk, sahabat
82
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
kamu, bibi dan pamanmu kita semua sayang sama kamu
nak. "Ucap bu Khofifah penuh kasih sayang.
"Iya buk Nada paham kok. Nada akan berusaha
nggak akan terpuruk lagi seperti kemaren. Dan Nada akan
berusaha ngebantuin ibuk untuk menyambung hidup agar
hidup kita tenang. Dan ibuk juga harus janji nggak
melampiaskan semuanya pada Nada ya buk! Ibuk bisa
ceritakan semua pada Nada dan minta bantuan Nada."
setelah mengucapkan uneg-unegnya tersebut Nada
menjadi lega. Bu Khofifah mengangguk tanda menyetujui
permintaan anaknya tersebut. Mereka lalu berpelukan
dengan menunjukkan kasih sayang mereka kepada satu
sama lain. Di dalam rumah Dhita yang mengintip interaksi
ibu dan anak tersebut merasa senang dan bangga atas
dirinya yang sudah bisa berhasil membantu sahabat
tersayangnya itu.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
83
STAR GIRL
Fitri Widya Wailandini
07.15 di sebuah sekolah menengah atas.
“Kring...kring...kringg” tanda masuk jam pelajaran
telah dimulai, lagi-lagi Devi terlambat masuk kelas
dikarenakan harus membantu ibunya untuk
berjualan. Untungnya satpam yang berjaga
memaklumi dan membiarkannya masuk.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa salah satu guru
yang bertugas mengajar. Hari ini jadwal pelajaran
fisika yang terkenal dengan gurunya yang killer.
“Pagi, Buk,” jawab semua murid.
Dengan terburu-buru
kelasnya.
Devi
berlari
menuju
“Tok-tok”, bunyi ketokan pintu mengalihkan
“Ya, masuk”, jawab Ibu guru fisika tersebut.
“Maaf bu saya terlambat, “dengan nada takut devi
meminta ijin kepada guru fisika tersebut.
Devi adalah anak yang pintar dan rajin, sopan
santun dan selalu baik kepada semua guru serta
84
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
temannya, namun sering sekali mendapati terlambat
untuk masuk kelas, akhirnya salah satu guru mencoba
untuk mencari tahu dan alhasil menemukan penyebabnya.
Salah satu guru yang mengetahui keadaan ekonomi
keluarga Devi menceritakan kepada kepala sekolah untuk
memberi keringanan ketika dimungkinkan adanya
keterlambatan masuk sekolah sehingga semua guru telah
paham dan memaklumi, tapi pada akhirnya ada beberapa
guru yang tidak suka jika kelasnya terganggu, termasuk
ibu guru mapel fisika ini.
“Kamu lagi-lagi terlambat ya Dev, yasudah cepat
masuk” jawab guru tersebut.
“Buk, kok enak banget sii giliran yg lain pasti di
hukum terlebih dulu, “timpal salah satu murid.
“Iya bu, giliran saya aja telat masuk disuruh
berjemur dulu, kok Devi enak banget sih buk,
mentang-mentang anak pintar ya jadi disayang
sama guru” sahut murid yang lainnya.
“Huuuuuuuuuuuuu…. “sorak murid-murid dalam
satu kelas tesebut.
“Diam semua, tidak boleh ada yang berkomentar,
kita akan mulai pelajaran, dan kamu Devi
usahakan lain kali jangan terlambat lagi, jika ada
terlambat lagi ibu tidak akan mentolerir lagi,
paham?”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
85
“Iya paham Bu, terima kasih Bu” jawab Devi
dengan nada menyesal,
Jam istirahat pun berbunyi. seluruh anak-anak
berhambur keluar untuk melakukan aktivitasnya masingmasing.
“Eh anak pintar ngga ke kantin nih ?? kenapa gak
punya duit yak, kasian hahahahhahha, “kata salah
satu anak geng di kelas tersebut.
“Bisanya cuman sok-sok an sii di depan guru, idih
najis liat mukamu tau gak Dev” sahut yang lainnya
“Kalian gabisa ya kalo ga gangguin Devi, sana deh
urusin urusan kalian masing-masing” potong ani
membela Devi.
“Pergi dehh lo semua, gua lempar sapu ni”
sambung Rio.
“Apaan sii, gangguin aja, yuk gengs ga usah
ladenin mereka berdua” sahut ketua geng itu dan
berlalu pergi.
Ani dan Rio adalah dua sahabat baik Devi, mereka
selalu membantu Devi ketika ada salah satu atau banyak
teman sekolahnya memojokkan atau membulinya, mereka
selalu ada untuk devi dan tidak malu berteman
dengannya, tanpa memandang strata mereka.
86
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Udah kamu ga usah hiraukan mereka Dev, yang
sabar ya, “kata Ani menenangkan.
“Iya kamu tau sendiri kan mereka emang gitu, ga
ada baik-baiknya kalo ngomong. Jangan diambil
hati ya kan ada kita” sahut Rio dengan gaya
coolnya.
“Makasih ya kalian, aku beruntung memiliki
kalian.” Jawab Devi.
Hari itu berlalu dengan normal seperti biasa,
seluruh siswa-siswi belajar sesuai dengan jadwal masingmasing. Sore pun datang dengan cepat menunjukkan
seolah mengisaratkan sudah waktunya pulang. Tak lama
kemudian bel pulang sekolah telah berbunyi, pertanda
pelajaran untuk hari ini telah usai.
“Baik anak-anak. Sampai di sini pelajaran yang
bapak berikan, sampai jumpa besok, selamat sore
dan selamat berakhir pekan,“ kata guru
mengakhiri kelas.
“Sore Paaakkkk … terima kasih,“ sahut seluruh
siswa sembari menyiapkan tas dan bukunya untuk
segera pulang.
Hari pun berganti, mentari yang terik menyambut
akhir pekan yang menyenangkan, Devi yang tak pernah
absen untuk membantu keluarganya berjualan keliling
memulai aktivitasnya dengan rasa syukur. Tak dirasa hari
Minggu ini berakhir dengan sangat cepat. Keesokan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
87
harinya devi bersiap-siap menuju sekolahnya lebih awal
karena ada upacara hari senin, akhirnya diapun bias
datang tidak terlambat hari itu. Upacara pun selesai, tibatiba ada beberapa anak yang menghampiri Devi dan
teman-temannya.
Menginjak kaki Devi dengan sengaja dari belakang
secara tiba-tiba, “rasain lu, dasar miskin makanya sepatu
ganti dong bulu gitu” ucap salah seorang anak yang
menghampiri devi,
“Woy, kasar lu ya, ….” Dengan spontan Ani
membela sahabatnya itu,
“Udah lah An, ga perlu diladenin, udah gua
gapapa kok, udah biasa,” timpal Devi.
“Hmmm Dev, yaudah kita ke kelas yuk, “
“Ayo...“
Beberapa menit kemudian bel masuk kelas sudah
berbunyi, anak-anak pun mengikuti pelajaran dengan
tertib. Selang beberapa jam, bel istirahat akhirnya pun
menyusul. Di kelas yang hanya di huni oleh anak-anak
unggulan tersebut ramai membicarakan lomba yang akan
segera diikuti, termasuk Devi. Dia mengikuti lomba OSN
mewakili sekolahnya dalam bidang matematika. Devi
mempersiapkannya dengan belajar lebih giat lagi agar
mampu membanggakan sekolahnya.
88
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Udah dong jangan belajar mulu, cepet tua ntar,
yuk ah ke kantin” ajak Rio kepada dua sahabatnya
itu.
“Aku ga ikut deh ya aku mau belajar aja lagian aku
udah bawa bekal nih,“ ucap Devi.
“Gak gak, pokoknya kita bertiga ke kantin, yuk,“
gandeng Ani pada tangan Devi dan Rio.
Pada saat yang sama ketika mererka bertiga telah
menuju kantin salah satu anak di kelas mereka memulai
aksinya mengerjai Devi, mereka merobek buku Devi. Salah
satu anak yang menyaksikan berniat untuk memberi tahu
Devi namun tidak berani. Akhirnya dia hanya diam saja.
Devi pun kembali ke kelasnya dan spontan terkejud
dengan apa yang dia lihat. Ya, buku catatan yang
dibuatnya belajar untuk persiapan lomba telah rusak entah
oleh siapa. Inginnya dia menangis namun ditahannya. Ani
dan Rio yang merasa tidak terima langsung menanyai
semua anak-anak di kelas tersebut,
“Siapa yang ngelakuin ini!!!” teriak Ani dalam
kelas tersebut.
Satu ruangan tersebut hening tidak ada yang
mengaku siapa yang melakukannya.
“Jangann diem aja woi, kalo gak ngaku bakal gua
aduin ke BK biar pada di hukum kalian semua”
lanjut Rio.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
89
Beberapa anak di dalam kelas tersebut ada yang panik dan
mulai menatap mereka bertiga. Ada yang hanya
menunduk karena tidak tahu apa-apa. Ada pula yang
sedari awal hanya mlengos tak peduli.
“Udah ih Ani, Rio jangan, udah biarin aja semoga
yang nglakuin ini cepet sadar,“ potong Devi.
“Ga bisa gitu Dev, ini udah keterlaluan, sampe
robek buku loh, ini kan buat persiapan lomba.”
Jawab Ani
“Udah ya plis, gua gamau timbul masalah lagi,“
sahut Devi.
“Lu kalo kaya gini terus mereka yang bar-bar ga
bakal kapok Dev, udah deh masalah ini lu serahinn
ke kita berdua” ucap Rio.
“Lagian kalian berdua ngapain sok-sok an siih,
mau jadi pahlawan apa” potong salah satu anak
dikelas itu.
“Bukan mau jadi pahlawan, kalian tau gak ini
buku punya guru yang dipinjamkan ke Devi, kok
kalian tega sih, siapapun ini bakal aku aduin ke
guru biar dihukum sepantasnya,” teriak Ani
mengancam dalam satu kelas tersebut.
Kebetulan Ani adalah ketua kelas di kelas tersebut,
jadi untuk akses ke guru sangat mudah karena dia sangat
kompeten dan bertanggung jawab. Dilain waktu sebelum
90
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
pulang sekolah tiba-tiba ada salah satu anak yang menjadi
saksi perobekan buku tersebut mengadu kepada Ani
karena merasa kasihan terhadap Devi. Dia memberi tahu
Ani secara diam-diam karena takut ketahuan. Keesokan
harinya anak yang merobel buku itu dipanggil oleh guru
BK dan diberi hukuman. Devi yang baru saja tahu
langsung menuju ruang BK tersebut dan berniat untuk
mencegah hukuman tersebut.
“Bu, maaf sebelumnya tapi saya mnta tolong
masalah ini tidak pelru dibesarkan, gapapa Devi
tidak marah sama sekali sama tasya atas kejadian
ini,“ ucap Devi seraya merayu Guru BK.
“Tidak bisa Dev, ini sudah keterlaluan, “
“Tolong bu, Devi yakin dia akan berubah dan Devi
juga sudah memaafkan Tasya atas kejadian yang
kemarin.”
“Yasudah kalo itu memang mau kamu Dev,”
jawab guru tersebut,” tapi ingat kalau ibu
mendengar lagi kejadian yang seperti ini ibu akan
benar-benar memberi hukuman untuk membuat
jera, paham Tasya?”
“Baik, paham Bu”
Mereka berdua keluar dari ruang BK bersama, ada
perasaan menyesal dari hati Tasya iapun segera meminta
maaf dan mengakui kesalahanya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
91
“Makasih ya lo udah belain gua tadi, sorry
kejadian yang kemaren gua gak bermaksud jahat”
ucap Tasya malu.
“Gapapa Tasya, Devi udah maafin lo kok, Devi ga
marah atau dendam” jawab Devi
“Baik banget sii lo Dev, sorry gua udah kerlaluan
selama ini “
“Iya Devi maafin, yasudah ayo kita ke kelas”
Akhirnya Tasya mengakui kesalahannya di depan
kelasnya. Dia menyadari bahwa rasa benci nya kepada
devi hanya karena dia iri dengan keadaan devi yang
banyak disukai oleh anak-anak dikelasnya sehingga ia
melakukan hal tersebut, namun sekarang dia sadar karena
devi memang baik apa adanya, dia pun akhirnya berdai
dengan dirinya sendiri. Devi pun sekarang menjadi lebih
tenang dan bahagia karena tidak ada lagi yang
membullynya dan semua berteman dengannya, pada
akhirnya kisah indah yang dia idamkan selama ini
terwujud.
Dia
memiliki
banyak
teman
yang
menyayanginya termasuk dua sahabat yang sangat
disayanginya, yang selalu ada untuknya, untuk itu devi
sangat bersyukur.
92
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
SEBUTIR TELUR
Friska Alfianita Efendi Putri
Di sebuah desa hidup dua orang anak yang bersahabat,
Freya dan Rena. Mereka bersahabat sejak duduk di
bangku sekolah dasar. Sekarang mereka bersekolah di
SMPN 1 Sedati. Freya berasal dari keluarga yang kaya. Ia
memiliki rumah berlantai dua. Sedangkan Rena berasal
dari keluarga yang kurang berkecukupan. Rumahnya
sangat sederhana berbeda dengan rumah Freya. Ayah
Freya adalah seorang pengusaha. Sedangkan Ayah Rena
hanyalah seorang petani dan beliau memiliki beberapa
ekor ayam yang nantinya telur ayam itu dijual untuk
membantu perekonomian keluarga mereka. Mereka sangat
rukun dan hidup berdampingan. Mereka tidak pernah
bertengkar sekalipun. Meskipun mereka hidup dari latar
belakang keluarga yang berbeda. Mereka juga saling
menyayangi satu sama lain.
Hari ini adalah hari senin di mana seluruh siswa
sekolah diwajibkan untuk mengikuti upacara bendera.
Freya dan Rena sedang bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah. Buku pelajaran untuk Hari Senin dan atribut
untuk upacara sudah selesai mereka siapkan semalam.
Pagi harinya mereka tidak perlu tergesa-gesa
menyiapkannya lagi. Dan sarapan pun tidak pernah
terlewatkan. Rutinitas Rena sebelum pergi ke sekolah yaitu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
93
menjemput Freya. Hampir setiap hari mereka berangkat
bersama-sama karena jarak antara rumah mereka dan
sekolah tidaklah jauh. Cukup ditempuh dengan berjalan
kaki saja. Dalam perjalanan, Freya bertanya kepada Rena
"Ren, bagaimana tugas menggambarmu? Bagus tidak
hasilnya? Susah sekali menggambarnya, punyakku kurang
bagus", Rena menjawab "Iya fre, punyakku juga kurang
bagus. Aku tidak terlalu suka menggambar". Selain
upacara bendera, yang membuat mereka tidak suka Hari
Senin adalah pelajaran menggambar. Mereka berdua
mempunyai persamaan tidak suka menggambar, jadi tidak
heran setiap Hari Senin mereka kurang bersemangat untuk
bersekolah. Sesampainya di sekolah, mereka bergegas
meletakkan tas dan pergi menuju lapangan sekolah untuk
mengikuti upacara bendera.
Bel istirahat berbunyi. Rena mengajak Freya pergi ke
kantin untuk membeli beberapa makanan kecil dan
minuman
"Fre, ikut aku ke kantin yuk! Perutku sudah mulai lapar."
"Yuk! Tapi aku hanya mengantarkanmu saja karena aku
membawa bekal dari rumah."
Mereka berjalan menuju kantin. Kantin sudah nampak
ramai dan penuh. Freya terus berdiri di belakang Rena
mengikuti Rena memilih makanan kecil dan minuman.
"Sudah Ren? Mau beli apa lagi?" Tanya Freya. "Iya sudah
Fre, ayo kita balik ke kelas!" Jawab Rena. Setelah sampai di
kelas, Freya mengambil bekal yang dibawa dan
94
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
meletakkannya di atas meja. Dibukanya bekal itu dan
Freya berkata dengan nada kecewa "Ah, kenapa ibu
memasak ayam lagi!" Rena yang mendengarnya pun
menjawab "Tidak apa-apa Fre, dimakan saja. Masih
beruntung ibumu membawakanmu bekal untuk dimakan
di jam istirahat". Akhirnya Freya memakan bekal itu dan
Rena juga memakan makanan kecil yang ia beli tadi di
kantin. Beberapa menit kemudian, bel masuk telah
berbunyi. Mereka lekas membersihkan meja mereka dan
mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya.
Tepat pukul 13.00, bel berbunyi 3 kali. Bel tersebut
yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa,
begitupun Freya dan Rena. "Cukup sekian pelajaran hari
ini ya anak-anak! Jangan lupa kerjakan tugas yang telah
ibu berikan. Mari kita berdoa dulu sebelum pulang!" Ucap
Bu Yani. "Iya bu", murid-murid menjawah dengan
serentak. Iya, bel pelajaran telah usai dan waktunya
mereka untuk pulang. Freya dan Rena membereskan buku
pelajaran, buku tulis, dan alat tulis yang masih berada di
atas meja. Mereka membereskannya dengan hati-hati agar
tidak ada yang ketinggalan. Setelah itu mereka berdoa dan
bersalaman dengan Bu Yani. Dalam perjalanan pulang,
mereka telah sepakat untuk mengerjakan tugas di Rumah
Freya pada pukul 18.00. "Ren, jangan lupa ya nanti ke
rumah ku! Kita kerjakan bersama tugas dari Bu Yani", kata
Freya. "Oke Fre, aku tidak akan lupa", jawab Rena.
Mereka asyik mengobrol selama perjalanan pulang,
juga diselingi dengan canda tawa. Hingga tak terasa
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
95
mereka telah sampai di depan rumah Freya. "Aku masuk
rumah dulu ya, Ren. Hati-hati di jalan! Ingat, pukul 18.00
aku tunggu kamu di rumahku", ucap Freya. "Siap Fre, aku
pasti datang dan tidak akan terlambat. Sampai jumpa!"
Jawab Rena. Lalu ia terus berjalan menuju rumahnya.
"Assalamualaikum. Bu, Freya sudah pulang", Freya masuk
ke rumah dan bersalaman dengan ibunya.
"Waalaikumsalam. Wah anak ibu yang cantik ini sudah
sampai rumah. Gimana tadi belajarnya di sekolah? Bekal
yang dibawakan ibu juga habis kan?" jawab Ibu sambil
memeluk Freya.
"Alhamdulillah, Freya bisa mengikuti semua pelajarannya
bu. Iya bekalnya juga sudah Freya makan sampai habis.
Tetapi kenapa ibu memasak ayam lagi?" Freya agak kesal.
"Iya sayang, itu kan kesukaan kamu. Ibu juga memasaknya
dengan resep yang berbeda", jawab ibu dengan lembut.
"Ah sudah bu! aku mau ganti baju dulu. Setelah itu aku
mau tidur karena nanti aku dan Rena akan mengerjakan
tugas di sini", Freya menjawabnya dengan kesal. Ia
berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia
bergegas mengganti seragamnya dengan baju biasa
kemudian berjalan menuju kamar mandi. Ia mencuci kak
dan mencuci tangan. Kemudian ia bersiap untuk tidur
siang.
Rena melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, ia hanya melihat ketiga adiknya.
96
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Tidak ada kedua orang tuanya di rumah. Iya kedua orang
tua Rena bekerja sebagai petani di sawah milik pak lurah.
Mereka juga memiliki beberapa ayam di belakang rumah.
Ayam tersebut bertelur dan telurnya dijual untuk
menambah penghasilan keluarganya. Rena mengganti
seragamnya dengan baju rumah, juga meletakkan tas dan
sepatu pada tempatnya. Sepulang sekolah, ia selalu
membuatkan makan siang untuk dirinya dan juga ketiga
adiknya. Rena bergegas pergi ke dapur. Terdapat dua
belas butir telur di dalam wadah baskom. Ia hanya
mengambil satu butir telur saja. Itu sudah cukup dimakan
untuk mereka berempat dan sisanya untuk dijual. Setelah
selesai memasak, Rena menyiapkan peralatan makan
untuk mereka berermpat. Satu telur tadi dibaginya
menjadi empat bagian, satu bagian untuk dirinya, dan tiga
bagian untuk masing-masing adiknya. Mereka makan
dengan sangat lahap dan habis tak bersisa. Mereka tetap
bersyukur masih bisa makan walaupun lauknya dibagi
sama rata. Lalu Rena membereskan piring-piring,
mencucinya, dan meletakkan pada tempatnya. Sekarang
waktunya Rena untuk tidur siang karena ia sudah ada janji
belajar bersama di Rumah Freya.
Jam menunjukkan pukul 17.45, Rena segera
menyiapkan buku lalu memasukkannya ke dalam tas. Tak
lupa ia berpamitan kepada kedua orang tuanya, “Pak, Bu,
Rena pergi ke Rumah Freya dulu ya! Kami mengerjakan
tugas yang diberi oleh Bu Yani.”
“Iya nak, hati-hati di jalan. Jangan pulang larut malam!”
kata Bapak Rena.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
97
“Iya pak.” Rena pun berjalan menuju Rumah Freya.
“Assalamualaikum, Fre.” Rena mengucapkan salam di
depan Rumah Freya.
“Waalaikumsalam, Ren. Ayo masuk! Aku sudah
menunggumu dari tadi. Kita mengerjakan di kamarku saja
ya.” Jawab Freya dengan senang.
Mereka mengerjakan tugas hingga pukul 20.30. Rena
berpamitan pulang ke Freya dan kedua orang tua Freya.
Hari ini Freya tidak membawa bekal ke sekolah. Ia
dan Rena membeli kue di kantin sekolah. Bel pulang
berbunyi, Freya dan Rena sangat bersemangat untuk
pulang. Seperti biasa, Freya sampai ke rumahnya terlebih
dahulu.
“Kok tidak salam, sayang? Cepat ganti bajumu! Ini ibu
sudah siapkan makan siang”, sapa Ibu Freya.
“Iya bu, hari ini ibu masak apa?” jawab Freya.
“Ayam asam manis, ibu ambilkan ya?”
“Kenapa ibu memasak ayam lagi? Freya bosan bu. Nanti
saja Freya makannya!” jawab Freya dengan kesal. Ia
berjalan menuju kamar. Mengganti bajunya lalu ia
berpamitan kepada ibunya untuk pergi ke Rumah Rena. Ia
malas di rumah karena ibunya selalu masak ayam. Agar
tidak terus merasa kesal, ia bermain ke Rumah Rena.
Setelah beberapa menit berjalan, ia sampai di Rumah
Rena. Ternyata Rena sedang bermain bersama adik98
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
adiknya. Ia langsung masuk ke dalam Rumah Rena. Rena
menyambutnya dengan senang.
“Hai Fre, mari sini masuk! Ada apa siang-siang begini
kamu ke sini? Biasanya jam segini kamu tidur siang.”
Tanya Rena.
“Iya Ren. Aku sedang malas saja di rumah.” Jawab Freya.
“Yasudah di sini dulu saja. Aku mau menyiapkan makan
siang, Fre. Sebentar ya! Kamu tunggu di sini saja bersama
adik-adikku.”
Freya hanya mengangguk. Ia bermain bersama adik-adik
Rena, sedangkan Rena pergi ke dapur menyiapkan makan
siang. Seperti biasa, ia mengambil telur di dalam wadah
baskom. Dilihatnya telur itu hanya tersisa dua butir. Ia
mengambilnya satu butir lalu digoreng. Setelah selesai
menyiapkan makan siang, dipanggilah adik-adiknya satu
persatu untuk mengambil piring mereka masing-masing.
Mereka makan dengan lahapnya. Freya yang melihat
keadaan tersebut, sangat terkejut. Ia masih tak percaya jika
ternyata selama ini sahabatnya hidup seperti ini. Makan
pun lauknya harus dibagi bersama adik-adiknya. Dengan
cepat Freya berpamitan pada Rena untuk pulang. Ia
terlihat terburu-buru. Melihat Freya seperti itu, Rena
bertanya-tanya dalam hati ada apakah dengan sahabatnya
itu. Apakah ada yang salah dengan dirinya, Rena tak tahu.
Freya lari terburu-buru menuju rumahnya. Ia
langsung membuka pagar dan pintu. Ia mencari ibunya
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
99
yang ternyata masih berada di dapur. Ia memeluk ibunya
dan menangis.
“Freya, kamu kenapa nak? Kenapa tiba-tiba menangis?
Kamu habis terjatuh di jalan? Ada apa sayang?” Ibu Freya
terkejut karena Freya datang dan langsung memeluknya
sambil menangis.
“Bu, maafkan Freya. Freya sempat kesal pada ibu. Freya
juga sempat tidak mau makan karena lagi-lagi ibu
memasak ayam. Freya minta maaf bu.” Jawab Freya
dengan sesenggukkan.
Ibunya mengelus rambut Freya, “iya sayang ibu sudah
memaafkan. Tapi kenapa tiba-tiba kamu seperti ini? Coba
ceritakan pada ibu!”
Freya melepas pelukannya, dan berkata “tadi sewaktu
Freya bermain di Rumah Rena, Freya melihat Rena dan
adik-adiknya makan siang, bu. Mereka hanya makan
dengan nasi dan satu butir telur. Tetapi satu butir telur itu,
dibagi menjadi empat bagian supaya Rena dan adikadiknya bisa makan sama rata. Mereka juga memakannya
dengan lahap. Freya terkejut melihatnya, bu.”
Ibu Freya hanya tersenyum, dan berkata “Jadi begitu?
Sekarang bagaimana perasaan Freya? Sudah tidak marah
pada ibu kan? Freya harus tetap bersyukur ya, sayang.”
“Iya bu. Freya janji tidak akan marah lagi pada ibu. Freya
juga merasa sangat bersyukur. Terima kasih ya bu. Freya
sayang ibu.” Freya memeluk ibunya kembali.
100
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Setelah itu, freya tidak pernah protes lagi jika ibunya
memasak ayam. Dan ibunya selalu membawakan dua
bekal, satu untuk Freya dan satu lagi untuk Rena. Rena
merasa senang karena ia mempunyai sahabat yang baik
hati dan mau menerima bagaimanapun keadaannya.
Sedangkan Freya juga bersyukur bisa membuat Rena
senang dan membantu sahabatnya itu.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
101
DI BALIK MATA INDIGO
Indah Wahyu N
Namaku Tiya, umurku 20 tahun. Aku anak ke 2 dari 3
bersaudara. Aku mempunyai ponakan yang bernama
Fahri, dia adalah putra pertama dari kakaku dan masih
berusia 2 tahun. Dia memanggilku dengan sebutan
“Mbak”, karena aku nggak mau di panggil tante. Rumah
Fahri di sidoarjo kota sedangkan aku tinggal di sebuah
desa terpelosok. Tetapi kami tinggal bersama, karena Fahri
tidak ada yang menjaga sedangkan orang tuanya bekerja
di rumah sakit. Dia termasuk anak yang cerdas, dari
usianya itu dia sudah bisa mengetahui warna, menghafal
abjad, huruf hijaiyah, angka serta penjumlahan. Permainan
yang dia sukai adalah ular tangga dan monopoli meskipun
kadang dia bermain curang, namanya juga masih anak
kecil.
Pada sore itu aku bersepeda dengan Fahri, ada
penggembala kambing di dekat rumahku, penggembala
itu sedang memandikan kambing di sungai depan rumah
kami. Kemudian Fahri melihat dan bertanya “mbak, itu
apa?”, kemudian aku iseng dan bilang “itu hantu dek”
namanya aku ganti hehe, jadi kalau melihat kambing dia
menyebutnya hantu. Dan suatu malam, aku di tinggal
orang rumah jalan-jalan. Disebelah rumah ada jalan untuk
menuju ke kebun belakang. Jalan itu terlihat sangat gelap.
102
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Disaat aku sendirian di rumah, aku mendengar sebuat
tawa ceria dari anak-anak kecil, aku yang mendengarnya
mengabaikan itu, aku kira itu suara anak tetangga yang
sedang bermain. Kebetulan tetanggaku kanan dan kiri
mempunyai anak yang berusia 13 tahun. Disaat orang
rumah datang aku bercerita yang aku alami kepada ibu,
dan ibu berkata “tetangga kanan mudik ke Kediri mbak,
tetangga kiri mudik ke mojokerto”. Akupun langsung
kaget dan berkata “arrghhh sudahlah, sudah berlalu juga”.
Akupun langsung bermain bersama Fahri di depan rumah.
aku perlihatkan kepada Fahri jalan yang gelap itu dan
berkata “dik, kamu tau itu apa? Itu dinamakan kambing”
dengan iseng aku memperkenalkan hantu sebagai
kambing dan menyebut kambing sebagai hantu heheh.
Aku dan keluarga masih belum tau kalau Fahri bisa
melihat hantu. Kakekku memang ada yang mempunyai
kelebihan seperti itu, dan kami bertiga peka terhadap hal
seperti itu namun tidak melihat begitu jelas. Beliau
meninggal di usia 99 tahun. suatu ketika didepan
rumahku ada pohon mangga yang besar dan tua. Disaat
bermain pada malam hari tiba-tiba Fahri menunjuk ke
pohon itu dan berkata “mbak-mbak ada kambing warna
merah”. Aku langsung merinding dan masuk ke dalam
rumah. akupun langsung membenarkan nama itu. “dik itu
tadi bukan kambing, itu adalah hantu”, yang dilihatnya
adalah kuntilanak. Dan keesokannya ada kambing yang
mandi di depan rumah, aku mengajaknya melihat dan
berkata “dik, ini dinamakan hewan kambing, bunyinya
mbeeeekkkk” kemudian Fahri tertawa.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
103
Setiap hari, sekitar pukul 12.00-02.00 Wib di saat
tengah malam Fahri selalau bangun, turun dari tempat
tidur dan bermain sendirian. Sering tertawa dan berbicara
sendirian. Kalau sudah bosan dia kembali tidur lagi,
sementara bapak ibunya tertidur pulas. Suatu ketika orang
tua Fahri curiga terhadap anaknya itu. Ibunya yang peka
terhadap kehadiran makhluk tak kasat mata merasa ada
yang aneh dengan anaknya. Kemudian dia datang ke
rumah saudara kami yang memiliki kelebihan seperti
kakek kami. Ia berkata Fahri mempunyai teman wanita.
Tempat makhluk itu dahulu di rumah kami, tetapi sudah
di pindah oleh kakek kami. Dan setelah Fahri lahir dia
kembali lagi ke rumah kami.
Anak yang baru lahir itu seperti wadah yang
kosong. Jika di isi dengan keburukan dia akan menjadi
nakal. Jika di isi dengan kebaikan, ia akan menjadi baik.
Maka dari itu orang tuanya khawatir dan memakaikan
jimat, agar makluk itu tidak bisa mendekati Fahri. Namun
jika memang dia mempunyai kelebihan sejak lahir, suatu
hari kelebihan itu bisa kembali lagi. Fahri sekarang sudah
berusia 4 tahun.
104
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
MEMINANGKU
Lailatul Fadilah
Pada tanggal 13 maret 2018, awalnya saya kenal dia
melalui sebuah aplikasi akhirnya saya kenal sama dia, saya
kenal dia seminggu dia mengajak ku bertemu dan dia
ingin engantarku ke kampus saat itu di kampus ada
ektrakulikuler dia mengantarku ke kampus dia juga tidak
ingin pulang sehabis mengantarku ke kampus dia ingin
menunggu saya sampai selesai dan dia mengantarku
pulang lagi. Di perjalanan pulang dia mau bilang sesuatu
dan saya pun menjawab “mau bilang apa?” lalu dia bilang
kalau saya mau gak menjadi kekasihnya. Saya hanya bisa
diam dan gak tau mau bilang apa dan akhirnya sesampai
di rumah dia menginginku untuk menjawab nya dan saya
menjawab “bissmillahirohmanirohim iya mas aku mau “.
Dengan berjalan nya waktu sampai tanggal 10
Januari 2019 dia mengasih kabar kesaya kalau dia mau
main ke rumah ku dan ingin bertemu kedua orang tua ku
saya bilang ke dia “mau ngapain mas” dia sangat sangat
merahasiakan nya sesampai nya di rumah saya sangat
kaget dia memakai pakaian rapi datang ke rumah, setelah
itu dia saya persilakan masuk dan saya pun segera
memanggil kedua orang tua saya. Dia mulai mau
mengatakan sesuatu kepada kedua orang tua saya, kedua
orang tua saya bertanya “ada apa mas, apa ada yang di
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
105
omongin” akhirnya dia mulai berbicara kepada kedua
orang tua saya bahwasannya dia ke rumah mau
bermaksud minta ijin untuk memenangku, lalu saya di
tanyain sama ayah “nak apa kamu mau menerima
permintaan dia” saya pun menjawab dengan bissmillah
insya allah saya siap yah. Dia dengan rasa bahagia dia
mengucapkan “alhamdulillah”. Lalu dia bilang ke orang
tua saya “insyaallah tanggal 20 Januari 2019 keluarga saya
ke sini yah buk“ dia rencana sekalian lamaran.
Pada waktu nya tanggal 20 Januari saya merasa
senang banget sampai sampai saya pun menangis pada
pukul 18.30 keluarga dari dia pun datang saya tambah gak
tau gimana rasa nya antara senang atau sedih benar benar
rasa nya campur aduk, banyak sekali yang ikut buat
ngelamar aku dan alhamdulillah acara pun bisa berjalan
dengan lancar meskipun terhalang hujan tetapi acara
masih tetap di laksanakan. Meliat keluarga nya berada di
rumah saya sangat bahagia sangat senang, syukur
alhamdulillah saya mau menjadi bagian hidupnya dia.
Dan akhirnya pada tanggal 13 maret 2020 saya menikah
dengan dia. Dia adalah seseorang yang istimewa buat
saya. Love You Suamiku.
106
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
DI BAWAH NAUNGAN ISLAM
Linda Dwi N
Perkenalkan nama saya Linda Dwi Novianti, sekarang
saya berumur 23 tahun. Saya tinggal di Bluru Sidoarjo
bersama kedua orang tua saya dan berstatus agama
muslim, kali ini saya mempunyai teman dekat yang
bernama Kevin yang bertempat tinggal di Candi Sidoarjo.
Kebutulan dia berstatus agama non muslim, kami
berkenalan melalui satu universitas yang sama di
Surabaya. Saya dan dia sudah kenal baik hingga 2 tahun
yang lalu, meskipun berbeda agama kami tetap
menghargai agama satu sama lain, Akhirnya saya dan
Kevin mempunyai hubungan yang agak serius untuk
melanjutkan ke hubungan yang lebih serius dan kami juga
sudah merencanakan untuk menikah.
Pada hari senin tanggal 2 Februari 2020 pukul 08.00 pagi
Kevin menghubungi saya lewat sosial media yaitu
WhatsApp dan dia ingin mengajak saya bertemu di
kampus dan ada hal yang ingin dibicarakan.
“Hai Linda” kata Kevin.
“iya mas” kataku.
“Hari ini kamu ke kampus kan? dan ada jam perkuliahan
kan?” kata Kevin.
“Iya mas, aku hari ini ke kampus dan ada perkulihan, ada
apa mas?” kataku.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
107
“Ini saya ingin ketemu dan ada hal yang ingin saya
bicarakan ke kamu” kata Kevin.
“Iya mas, jam berapa?” kataku.
“Kamu selesai kuliah jam berapa?” kata Kevin
“Pukul 01:00 mas” kataku
“Ya sudah nanti pukul 02:00 siang kita ketemuan di taman
wolu belakang masjid ya” kata kevin
“iya mas” kataku
Sesudah kami berdua berkomunikasi lewat media sosial
WhatsApp, dan jam sudah menunjukkan pukul 08.30 saya
pun bersiap-siap untuk berangkat ke kampus dan saat
saya sudah melakukan jam perkuliahan, saya pun selesai
perkuliahan pukul 01:00 siang dan saya mulai mencoba
menghubungi Kevin untuk pertemuan yang katanya ada
hal yang ingin dibicarakan.
“Mas ada Di mana?” kataku (menghungi Kevin melalui
WhatsApp).
“Iya dek, ini aku lagi di kantin.. gimana sudah selesai
perkuliahannya?” kata Kevin
“Iya sudah, gimana jadi ketemuan kah?” kataku
“Iya jadi dek, aku otw ke taman sekarang ya” kata Kevin
“Iya mas, aku juga otw ke taman” kataku.
Tidak lama kemudian saya dan Kevin sudah
bertemu di taman sehingga kita berdua mulai
membicarakan yang katanya ada hal penting yang ingin di
bicarakan lalu saat sudah bertemu kami langsung
berbincang-bingcang.
“Sudah menunggu dari tadi mas?” kataku
“Ya, lumayan dek, gimana kuliahnya tadi dek?” kata
Kevin.
108
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Alhamdulillah berjalan dengan lancar mas” kataku
“Syukur deh kalau gitu” kata Kevin.
“Oh ya katanya ada yang ingin dibicarakan mas?” kataku
“Iya dek ini aku bicara mengenai hubungan kita” kata
Kevin.
“Iya mas, ada apa dengan hubungan kita?” kata Kevin
“Kita kan sudah kenal 2 tahun dan aku pun selama kuliah
ini juga sambi bekerja dan aku rasa aku ingin mencoba
untuk menjalin hubungan yang serius lagi, dan aku ingin
secepatnya kita untuk menikah” kata Kevin
“Tapi kan kita masih sama-sama kuliah mas dan aku juga
belum sempat untuk memikirkan sampai sana” kataku
“Tapi kamu sayang kan dek sama aku” kata Kevin
“Aku sayang mas sama kamu, kita juga sudah kenal baik
sampai 2 tahun ini” kataku.
“Lalu kenapa kamu gak ingin lebih cepat untuk menikah
denganku?” kata Kevin.
“Bukannya begitu mas, aku masih ragu dengan hubungan
kita, kamu sendiri kan non muslim dan kamu juga belum
kenal sama keluagaku mas” kataku.
“Yaudah biar kamu bisa lebih yakin lagi sama aku dan aku
ingin secepatnya bertemu dengan orang tua kamu untuk
menanyakan ini semua” kata Kevin.
“Ya sudah jika kemauan kamu kayak gitu mas, aku juga
belum tau gimana menurut orang tua aku mengenai
hubungan kita ini” kataku.
“Jika menurut kamu gimana dek, kamu mau kan jika kita
secepatnya untuk menikah denganku” kata Kevin.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
109
“Iya mas aku mau, aku juga sudah nyaman denganmu,
tapi aku gak tau gimana jika menurut orang tuaku, karena
permasalahannya kita juga berbeda agama” kataku
“Iya sudah kapan aku bisa ke rumah kamu dan ingin
membicaran ini semua dengan orang tua kamu?” kata
Kevin
“Iya mas, besok minggu aja tidak apa kebetulan orang tua
aku ada di rumah kalau hari minggu” kataku
“Ya sudah, besok minggu aku ke rumah kamu, dan
semoga orang tua kamu setuju juga mengenai hubungan
kita untuk ke jenjang yang lebih serius” kata Kevin
“Iya mas, amiiin” kataku
Sesudah kita berdua ketemu dan membicarakan mengenai
hubungan yang lebih serius, kita berdua juga sepakat
untuk mencoba menemui
orang tuaku untuk
membicarakan hal ini. Tidak lama kemudian pada hari
minggu pukul 07.00 pagi. Kevin mencoba menghubungiku
melalui WhatsApp untuk memberi kabar jika Kevin mau
berangkat dan menemui kedua orang tuaku di rumah.
“kriiing......?” (bunyi telepon)
“kriiing......?” (bunyi telepon)
“kriiing......?” (bunyi telepon)
“Haloo… Iya mas?” kataku
“Kamu ada di rumah kan?” kata Kevin
“Iya, aku ada di rumah” kataku
“kedua orang tua kamu juga ada di rumah kan?” kata
Kevin
“Iya mas, apa kamu jadi ke sini mas? karna kemarin aku
juga sudah bilang ke kedua orang tua ku kalau akan ada
110
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
teman dekat ku yang ingin bertamu ke sini dan ingin
menemui bapak dan ibu
” kataku
“iya dek, aku jadi kesana, ini aku juga ingin berangkat dan
membelikan oleh-oleh untuk orang tuamu” kata Kevin
“Iya mas, hati-hati ya jika mau berangkat ke sini” kataku
“iya dek, yaudah aku berangkat dulu ya” kata Kevin
“iya mas” kataku
Sesudah mereka berdua bertelepon dan memberi kabar
jika Kevin mau pergi ke rumahku untuk menemui kedua
orang tuaku. Pukul 09.00 pagi Kevin sampai ke rumah ku.
lalu saat Kevin mengetuk pintu, kebetulan sudah di
bukakan dan di sambut oleh ibuku.
“Pagi bu” kata Kevin (sambil memberikan oleh-oleh)
“Pagi juga nak, terimakasih.. siapa ya?” kata ibuku (sambil
menerima oleh-oleh)
“Ini saya temannya Linda bu, apakah Lindanya ada bu?”
kata Kevin
“Iya ada, biar ibu panggilkan dulu ya, silakan masuk dan
duduk dulu nak” kata ibuku
“Iya bu, terimakasih” kata Kevin
Saat Kevin sudah di sambut oleh ibuku dan Kevin pun
masuk dan duduk di ruang tamu dengan melihat lukisanlukisan yang ada di sekitar dinding ruang tamuku, tidak
lama kemudian saya pun keluar dari kamar dan berjalan
untuk menghampiri Kevin.
“Loh.. sudah sampai dari tadi mas?” kataku
“Barusan sampai kok dek” kata Kevin
“Gimana tadi di jalan macet atau nggak mas” kata Linda
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
111
“Nggak kok dek, lancer-lancar saja.. oh ya gimana dek
bapak dan ibu kamu?” kata Kevin
“Alhamdulillah.. Oh ya… sebentar ya mas biar saya
panggilkan, silakan sama diminum dulu mas
minumannya” kata Linda (sambil memberi segelas air
putih)
“Iya dek, terimakasih”
Sambil menunggu Kevin melihat jam yang ada di dinding,
“betapa uniknya jarum jam itu berjalan melingkar dengan
sendirinya,“ batinnya. Tidak lama kemudian saya pun
mulai berjalan dan menghampiri Kevin bersama kedua
orang tuaku.
“Pagi pak” sapa Kevin (dengan berjabat tangan)
“iya pagi nak, ini toh temannya Linda yang katanya ingin
bertamu ke rumah” kata ayahku
“Hehehe iya pak” kata Kevin
“Teman satu kampus sama Linda ya nak?” kata ayahku
“Iya pak” kata Kevin
“Ohh.. iya nak kemarin Linda sudah bicara dengan saya
dan ibu katanya mau ada temannya yang ingin bertamu
dan katanya ada hal yang ingin dibicarakan, apa betul?”
kata ayahku”
“Iya pak betul sekali. Jadi begini saya dan Linda kan sudah
berteman dekat dan saya rasa sudah lama untuk berteman
baik dengannya dan ini saya ingin meminta izin untuk
menjalin hubungan yang lebih serius lagi dengan Linda
dan jika di perbolehkan secepatnya saya juga ingin untuk
melamar Linda pak” kata Kevin (dengan nada tegas dan
lantang untuk mengungkap perasaannya)
112
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Tapi anak saya masih kuliah dan saya juga belum tau
betul mengenai status nak Kevin” kata ayahku (dengan
perasaan kaget ketika mendengar berita seperti itu)
“Iya pak, mungkin saat kali ini saya siap untuk menunggu
hingga Linda lulus kuliah, karena saya juga kebetulan satu
angkatan dengan Linda dan mungkin dengan adanya
bertamu seperti ini saya akan semakin yakin untuk
kedepannya agar hubungan ini juga lebih jelas lagi dalam
ke jenjang selanjutnya” kata Kevin
“Emang rumah nak Kevin di mana?” kata ayahku
“Rumah saya di Candi Sidoarjo pak” kata Kevin
“Ohh iya nak, bukannya saya tidak merestui hubungan
kalian dan ini semua juga tergantung dari Linda nya
gimana dan seharusnya bagaimana.. kan ini semua yang
menjalani hubungan Linda dan sehabis lulus kuliah dia
juga harus bekerja dulu yang mapan baru memikirkan ini
semua” kata ayahku
“Iya pak, kebetulan selama saya kuliah ini saya juga
menyambi dengan bekerja di pabrik sepatu boots yang
berada di Krian Sidoarjo pak, dan saya rasa sudah
waktunya untuk secepatnya membicarakan ini semua
karena saya sama Linda juga sudah lama kenal baik” kata
Kevin (dengan rasa tegas untuk meyakinkan ayahku)
“Gimana Linda? Apakah kamu mau untuk menerima
permintaan nak Kevin?” kata ayahku (menanyakan
kepadaku)
“Iya pak saya mau, karena saya juga tau kalau mas Kevin
orangnya baik, bekerja keras, dan juga sepertinya
bertanggung jawab. Tapi pak emm….?” kataku (tidak
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
113
melanjutkan pembicaraan dan dengan rasa bimbang atas
penjelasanku kepada ayah)
“Tapi kenapa?” kata ayahku
“Mas Kevin berstatus non muslim pak apakah bapak mau
untuk menerimanya juga?” kataku
Suasana pun mulai hening seketika selama
terdengar pembicaraan seperti itu, dan hanya ada suara
jam dinding yang berjalan hingga menghiasi keheningan
suasana saat memulai berdiskusi mengenai pembicaraan
yang cukup begitu serius.
”Apakah benar nak kamu bukan non muslim” kata
ayahku (dengan perasaan yang begitu kaget dan
mengejutkan)
“Iya pak kebetulan saya non muslim dan agama saya
katolik, apakah ada yang salah dengan adanya status
agama saya pak?” kata Kevin
“Bukannya begitu nak tapi jujur saya merasa sangat berat
untuk menerimanya jika realitanya seperti itu” kata
ayahku
“Lalu bagaimana pak apa saya sangat bersalah jika saya
tidak se agama dengan Linda?” kata Kevin
“Jadi gini nak keluaga kami sudah dikenal baik di
masyarakat sekitar tentang agamis islami kami dan semua
agama memang tidak ada yang salah karena semua samasama mengajarkan tentang kebenaran, jadi jika realitanya
seperti itu saya pribadi masih berat dan sulit untuk
menerimanya sebuah kenyataan ini, dan mungkin ada satu
hal yang nak Kevin tau untuk kepastiannya dalam
menerima atau menyetujui hubungan kalian berdua ini”
114
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
kata ayahku (dengan rasa tegas menjelaskan kepada
Kevin)
“Apa pak?” Tegasnya Kevin
“Mungkin saya bisa menerima kamu jika kamu mau
mengikuti adat kami dan kamu mau menjadi mu’alaf, ya
memang ini sangat berat untuk kamu tapi ini salah satu
alasan pribadi saya menjadi orang tua Linda untuk
merestui suatu hubungan kalian berdua” kata ayahku
“Untuk mengenai keseriusan hubungan dengan Linda
saya sangat benar-benar serius pak dan saya juga sudah
merasa nyaman berada di dekat Linda, akan tetapi jika
mengenai agama ini saya masih belum menyakinkan
untuk dapat melanjutkan suatu hubungan ini karena ini
juga menyangkut agama dan keyakinan saya juga dan ini
hal yang sangat berat untuk saya, jikalau begitu akan saya
diskusikan kepada semua keluarga saya” kata Kevin
(dengan nada penjelasan yang begitu tidak menyangka
dengan adanya realita yang dialaminya kali ini)
“Iya nak, lebih baik nak Kevin diskusikan permasalahan
ini aja dulu kepada keluarga nak kevin, jika memang
benar-benar ingin melanjutkan suatu hubungan. Karena
ini juga sangat berat untuk kita jalani sama-sama jika
realitanya seperti itu” kata ayahku.
“Iya pak saya juga paham kok mengenai adanya kondisi
seperti ini” kata Kevin
“iya nak” kata ayahku
“Silakan diminum dulu nak dan dimakan dulu
makanannya yang seadanya ya nak” kata ayahku (sambil
menawarkan minuman dan makanan yang ada di meja
ruang tamu)
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
115
“iya pak” kata Kevin (dengan wajah tersenyum)
Suasana yang tadinya begitu hening dan seakan seperti
berada di meja rapat atau tempat diskusi yang begitu
serius kini sudah dapat di kembalikan seperti suasana
yang begitu syahdu dengan adanya bunyi jam yang
berada di dinding ruang tamu dan juga terdengarnya
suara qiroah yang akan melantunkan adzan dhuhur yang
ada di masjid sekitar rumahku dan kini dapat disimpulkan
jika suatu perbedaan agama adalah salah satu alasan yang
penting untuk menjalin suatu hubungan dengan rasa kasih
sayang yang sudah dijalani selama 2 tahun ini.
116
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
SAYAP YANG PATAH
Masyatul Rohmatin
Perkenalkan terlebih dahulu nama saya Maysatul
Rohmatin biasa dipanggil Maysa, 5 Mei 1998 saya
dilahirkan oleh seorang malaikat yang cantik berhati mulia
dialah ibu saya, 9 bulan saya di dalam rahimnya, saya
adalah anak terakhir dari 6 bersaudara sayalah salah satu
anak perempuan, perjuangan orang tua untuk anakanaknya tidaklah muda seorang ayah yang berjuang dari
pagi hingga sore entah itu panas atau hujan apapun itu
keadaannya dia tetap menerjang mengais rezeki untuk
membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya.
14 tahun saya menjadi seorang pelajar, pada suatu
hari ketika saya lulus SMA ibu bilang kepada saya “Ibu
ingin punya anak seorang guru” pada waktu pendaftaran
kuliah ibu selalu menyuruh saya untuk mengambil
program studi pendidikan karena semua kakak saya
seorang pelayar.
Juli 2016, pengumuman tes seleksi Universitas
PGRI Adi Buana saya dinyatakan diterima di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, orang yang pertama kali saya beri
kabar yaitu ibu. Seorang yang sangat menginginkan
anaknya menjadi seorang guru, hari demi hari kujalani di
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
117
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 2 semester kujalani
dengan hati yang senang dan bahagia karena menemukan
sahabat yang sangat baik.
Menginjak semester 3 saya berkenalan dengan
seorang laki-laki yang sangat baik hati dari Universitas
sebelah, sebelumnya dia adalah kakak kelas waktu saya
duduk di bangku SMA, Fathul Arifin namanya. Saya pun
bercerita kepada ibu saya tentang kedekatan saya dengan
seorang laki-laki tersebut, pada suatu hari dia
mengantarkan saya pulang dari Surabaya di situ Ibu sudah
merestui hubungan saya dengan seorang laki-laki tersebut,
dia laki-laki yang baik sopan dan apa adanya.
Hari demi hari saya lalui pada awal tahun 2019
tepatnya saya liburan semester, ibu menyuruh saya untuk
berkunjung di keponakan ibu yang tinggal di Makassar,
pada waktu itu Ibu sedang sakit namun tidak begitu
parah, ibu masih bisa beraktifitas seperti biasa. Sepulang
saya dari Makassar Ibu mengeluh karena sakitnya mulai
terasa, 3 hari setelah saya pulang dari Makassar saya
mengantarkan ibu untuk periksa ke rumah sakit Semen
Gresik, dokter pun menyarankan Ibu harus operasi dan
masih belum diketahui jelas penyakitnya apa yang
dikeluhkan ibu tapi dokter menyarankan operasi.
19 Maret 2019 Ibu saya operasi dan pada saat itu
saya sedang ujian tengah semester, sepulang ujian saya
langsung menuju rumah sakit, padahal jarak kampus
dengan rumah sakit itu sangat jauh, Ibu bilang kepada
saya “nggak usah pulang sudah ada kakakmu dan
118
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Ayahmu yang menunggu ibu”. Tetapi saya ingin melihat
kondisi dan keadaan ibu, pukul 4 sore saya berangkat dari
kampus menuju rumah sakit dengan keadaan hujan yang
cukup deras, saya tak memperdulikan semua itu saya
cuma ingin melihat kondisi dan keadaan ibu setelah
operasi. Sesampai di rumah sakit Ibu berkata padaku
“Tidurlah di rumah saja, di sini sudah ada ayah dan
kakakmu, besok kamu juga kembali ke Surabaya pagi”.
Pukul 8 malam saya pulang untuk tidur di rumah dan jam
5 pagi saya kembali ke Surabaya, tak lupa saya berpamitan
kepada ibu di rumah sakit. 20 Maret 2019 pukul 9 pagi Ibu
pulang ke rumah dengan keadaan yang sehat tanpa
keluhan sakit apapun.
22 Maret 2019 tepatnya hari Jumat saya kembali ke
Surabaya untuk mengikuti kegiatan ekstra Pramuka, saya
menelepon Ibu kalau saya tidak pulang ke rumah tetapi
tidur dikos karena besok juga ada ekstra senam, ibu bilang
kepada saya “Pulang saja nggak usah nginep di kos besok
antarkan ibu check up di rumah sakit” saya menuruti apa
yang dikatakan ibu, pada saat itu aku langsung ke rumah
sakit untuk mengambil nomor antrian untuk check-up ibu,
sampai di rumah saudara-saudaraku masih berkumpul
untuk menjenguk ibu pukul 9 malam ibu memanggilku
dan berkata “Sudah malam tidur di sini sama ibu”, saya
pun langsung ke kamar ibu dan tidur bersama ibu tepat,
pukul 1 malam ibu membangunkanku aku dan berkata
kepadaku “Kamu adalah anak satu-satunya perempuan
jagalah ayahmu bahagiakan ayahmu Jadilah orang yang
berguna dan jadilah guru yang amanah tetaplah setia
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
119
kepada seorang laki-laki yang membersamaimu saat ini,
ibu sudah merestuinya karena dialah laki-laki yang baik
yang bisa menjagamu yang bisa yang bisa menjagamu
dan juga bisa mendidikmu”. Kata-kata ibu itulah yang
saya ingat sampai detik ini dan sampai selamanya.
Pada tanggal 23 Maret 2019, tepatnya waktu sholat
subuh ibu pun membangunkan saya dan saya
mengantarkan ibu kekamar mandi untuk wudhu dan
sholat, pada waktu itu ibu di dalam kamar mandi dan saya
mengajak bicara ibu yang awalnya menjawab pertanyaan
saya dan sekitar 1 menit tidak saya ajak bicara kemudian
saya ajak bicara lagi tetapi ibu tidak ada suara dan
jawaban sampai aku berteriak “ibu.......ibu........” kemudian
saya buka pintu kamar mandi ternyata badan ibu sudah
lemah tak berdaya,” saya berteriak memanggil kakak saya
kemudian kakak saya berlari-lari menghampiri saya dan
ibu. Anehnya ibu tidak terpeleset atau terjatuh seketika
lemas tidak sadarkan diri. Aku dan kakak bergegas untuk
membawa ibu ke rumah sakit pada waktu itu ayah sedang
sholat berjamaah di Masjid, ayah pun tidak tahu kalau ibu
dibawa ke rumah sakit, sesampai di rumah ayah
diberitahu oleh kakak ipar saya bahwa ibu dibawah ke
rumah sakit ayah pun terkejut dan langsung bergegas ke
rumah sakit, pada saat itu ibu sudah tidak sadarkan diri.
Aku tak pernah mengira dan tak pernah menyangka
bahwa ibu akan meninggalkan saya, ibu juga sempat
melihat ayah, setelah melihat ayah ibu pun langsung
menutup matanya dan meninggalkan semua yang ada
120
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
didunia dalam keadaan aku masih membutuhkan seorang
ibu.
Tepat pada tanggal 23 Maret 2019 Ibu
meninggalkan saya untuk selama-lamanya, tidak pernah
saya sangka dan kubayangkan seorang ibu meninggalkan
saya ya pada saat saya masih membutuhkan seorang ibu,
saat Ibu pergi meninggalkan saya, saya tak sadarkan diri
sampai malam hari, bahkan ibu dimakamkan saja aku
tidak tahu karena sedih dan belum siap untuk kehilangan
seorang ibu, pada saat itu saya akan melaksanakan ujian
magang 2 yaitu micro teaching rasa sedih gelisah tak
bersemangat ada pada diri saya, namun ayah selalu
memberiku semangat dan berkata “Ingatlah apa yang
diinginkan ibu untukmu jadilah guru yang amanah
tetaplah bersemangat kamu pasti bisa”. Setiap aku
mendengar kata ayah seperti itu aku seketika bangkit
kembali karena ada ayah yang masih bisa melihat saya
menjadi guru kelak walaupun semua ini keinginan ibu.
Hari-hari saya jalani tanpa seorang ibu, hanya saya
dan seorang ayah yang ada di rumah karena kakak saya
sudah mempunyai keluarga sendiri dan rumah sendiri.
Ayah selalu mengingatkan apa yang ibu katakan kepada
saya, terkadang saya sangat sedih harus kehilangan
seorang ibu padahal dari dahulu ibu yang menginginkan
saya menjadi seorang guru, tetapi kenapa ibu
meninggalkan semua saat saya akan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan. Saya tidak pernah membayangkan
betapa sedihnya diri ini wisuda tanpa seorang ibu, hari-
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
121
hari yang kujalani tanpa seorang ibu sangatlah berat tidak
ada tempat curhat ternyaman selain ibu, yang memberikan
saya saran, masukan, dorongan semangat dan lainnya
yang membuat saya bangkit dari keterpurukan. Bagiku ibu
adalah sayapku.
Waktu terus berjalan maju kehilangan semakin
terasa, tidak ada seorang ibu adalah masalah terbesar
dalam hidup saya, terkadang saya iri kepada teman-teman
yang seumuran dengan saya tapi masih bisa bermanja
dengan seorang ibu sedangkan saya harus mandiri tanpa
ibu, saya harus berdiri kokoh untuk mewujudkan apa
yang diinginkan ibu dan saya harus bisa menjadi guru
yang amanah dan berguna.
Pada suatu hari tepat hari Minggu tanggal 2 bulan
Februari 2020, seorang laki-laki yang ibu katakan sewaktu
sebelum meninggal yang membersamai aku sampai saat
ini datang ke rumah dengan keluarganya untuk melamar
saya, pada saat itu aku sudah menyelesaikan sidang
skripsi, dan di hari itu juga saya pembekalan KKN di
kampus pagi hingga sore dan langsung pulang ke rumah,
memang sudah dipersiapkan sejak 1 bulan lalu tetapi saat
itu saya tidak ada istirahat sama sekali, malam hari
keluarga mas Ari datang ke rumah, pada saat itu antara
bahagia dan sedih menjadi satu. Saya sangat sedih karena
saat seorang laki-laki melamar saya tanpa adanya ibu di
samping saya dan mendampingisaya. Saya pun sempat
menangis dan bersedih apa saat hari bahagia saya tanpa
adanya ibu, seperti sayap saya telah patah.
122
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
HEALING
Mita Fatmawati
Ting... ponselku berbunyi tanda notif WhatsApp, baru
kulihat hanya dari notif dan kubaca dalam hati (Bangsat)
nama kontak pacarku. Isi pesannya pun hanya “Haii”
setelah satu minggu belakang ini tidak memberi kabar. Itu
sudah sangat biasa bagiku, kami menjalin hubungan
hampir dua tahun. Long Distance Relationship, seperti kata
orang hubungan hanya awalnya yang manis setelah 6
bulan atau satu tahun semuanya akan seperti biasa bahkan
bisa jadi hambar. Mungkin itu juga yang terjadi antara aku
dan dia. Dua jam kemudian baru kubalas “iyaaa?
Kenapa?” (a nya sengaja dibanyakin biar gak kelihatan
cuek). “Akhir tahun, udah ada rencana belom?” tanya nya.
“belom sih, paling juga pulang ke gresik.” Iya, di sini kami
sama-sama asli gresik, aku dari kecamatan bungah (gresik
utara) sedangkan dia kecamatan balongpanggang (gresik
selatan). Dia lulusan SMK listrik dan kebetulan diterima di
BUMN PLN bagian Transmisi. Dia ditempatkan di bagian
trasmisi APP Malang sedangkan aku kuliah di Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya (anwy ini tugas UTS online
ketika pandemi COVID-19). Awal aku mengenalnya dari
teman smp ku yang juga satu SMK dengan dia, dan kita
kenal ketika aku semester 2 menuju 3 (bisa dibilang
peralihan sih ya). Semester 3 aku mulai menjalin
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
123
hubungan dengannya, semua baik-baik saja seperti pada
umumnya.
Kami nonton, jalan-jalan, hangout, makan, itu yang
kami lakukan setiap dua minggu sekali saat weekend
karena malang-surabaya sebenarya dekat cuma macetnya
jalanan malang-surabaya dan sebaliknya yang sering
membuat begah. Dia pun membalas “Q time yuk, dah
lama engga. Aku kangen nih. Bangetttt.” Iya, dan akhirnya
aku pun mau. Auto aku kontak temanku Suci yang kuliah
dimalang, aku mau ijin menginap ditempatnya ketika
akhir tahun dan Suci pun memperbolehkan. Iya kalau
kami q time di malang aku sering sekali menginap
ditempat teman-temanku yang kuliah disana selain suci
karena memang banyak, hehe… maklumlah mahasiswa
mana mampu menginap di hotel atau penginapan lain
meskipun yang murah lebih baik uangnya disimpan. “tapi
aku ndak bisa jemput kamu, kamu naik kereta aja ya? Aku
pesenin tiket kereta atau aku transfer buat tiket kereta?
Gimana? Gapapa kan?” Akhirnya aku pun meng iyakan
dan dia mentransfer uang untuk membeli tiket kereta PP
Surabaya-Malang. Lalu aku membeli tiket melalui aplikasi
KAI Access. Paginya dia menanyakan pukul berapa
keretaku berangkat dari stasiun Waru dan pukul berapa
sampai di stasiun Malang, chatting intensif selalu kita
lakukan ketika akn bertemu dan sesudah bertemu sampai
dua atau tiga hari dan setelah itu kami hanya berkabar
sesempatnya. Siang harinya aku bersiap-siap, maklum lah
cewek pasti ribet dong kalau mau nginep ditempat orang
lain yah meskipun teman sendiri seenggaknya jangan
124
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
sampai merepotkan lah. Aku menyiapkan baju ganti dan
baju tidur serta peralatan mandi dan makeup (ini paling
wajib buat cewek). Aku berangkat ke stasiun pukul 11.20
dan keretaku datang pukul 11.37, tiap kali aku selalu
datang awal karena tidak ingin tertingal kereta meskupun
jarak stasiun dan kos tidak begitu jauh.
Aku membeli camilan dan minuman untuk
dimakan dikereta karena waktu perjalanan dikereta
merupakan jam-jam makan siang. Setelahnya aku smapai
di stasiun Malang pukul 14.41 dan ini hari senin, untung
saja tidak seperti biasanya aku harus menunggu sampai
dia pulang kerja pukul 16.00 karena ini harpitnas yang
termasuk cuti bersama tahun baru. Diluar stasiun dia
sudah menunggu dengan melemparkan senyum manisnya
(iyaaaaa memang dia manis, kadang itu yang membuatku
gak bisa marah lama-lama) dan akupun melempar senyum
kembali seperti sudah lama tidak bertemu, karena hampir
2 bulan kami sibuk dengan urusan masing-masing.
Diapun mengajakku makan, dan setelah makan dia tidak
lupa membelikanku ice cream (hahaa yawlaaa andaikan
kita ga jauh, pasti sering-sering begini mungkin yaa (’:…).
Akhirnya sampai di kosnya dia, kosnya itu rumah dan ada
ibu kosnya. Ibu kosnya pun hafal denganku dan baikkk
sekali orangnya. Aku pun menunggunya mandi dan siapsiap, ibu kosnya pun sangat mempersilakan ku jika mau
mandi atau sholat. Akhirnya aku memilih untuk shlat
ashar terlebih dahulu, dan setelah itu dia menghampiriku
di ruang tamu “kita berangkat habis maghrib aja ya ke
BNS nya”, akupun menjawab “boleh, tapi nanti usahain ga
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
125
malam-malam ya pulangnya kan aku mau nginep di
kosnya suci”. “gapapa, malang malam tahun baru itu rame
pasti gapapa klo agak telat”, aku pun mengiyakan. Tetapi
pada akhirnya kami berangkat habis isya (jam karet
indonesia). Dan sebelum masuk BNS dia mengajakku
makan katanya biar ngga lapar nanti tapi kalo habis main
di BNS nanti lapar lagi beli makan lagi juga gapapa. Oke
aku dan dia makan, setelah makan kita parkir dan masuk
ke BNS.
Di sana rameee, banget. Ya maklum sih ya
namanya juga malam tahun baru haha. Kami pun
bersenang-senang, menaiki wahana permainan, bercanda,
bercengkrama, sepertinya rasa kangen kami benar-benar
hilang. Hingga akhirnya dia pergi ke toilet kerna dia
perokok aktif, dan aku menunggunya ditempat duduk
samping wahana. Diapun meninggalkan ponselnya
denganku, ya karena aku meminjamnya untuk
mendapatkan view bagus di lampu-lampu BNS buat
kebutuhan instastory IG. Tak lama kemudian, ting... dan
ponsel itu berbunyi kulihat di notif ada nama perempuan
yang sedang menanyakan “Kamu lagi Di mana? Udah
pulang ke gresik?” seketika itu aku langsung kaget dan
auto membuka pesan WhatsApp itu. Semua chat pesan
dan log panggilan di whatsappnya membuatku terpaku
membeku. Mataku mulai berkaca-kaca, tapi berusaha
kutahan airmataku karena ini bukan yang pertamakalinya
dia seperti ini. Aku mencoba menenangkan diriku ternyata
bukan hanya perempuan itu saja karena ada daftar 5 chat
perempuan lainnya lagi dan percakapan mereka benar126
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
benar seperti sudah menjalin hubungan meskipun di
dalam chat dari awal kenalan sampai terakhir hari itu
tidak ada janjian perjumpaan antara mereka. Tapi kupikir
lagi, ini bukan pertamakalinya meskipun chat ku di pin
olehnya di bagian paling atas sebelum grup kerja dan
keluarganya.
Aku berusaha tenang sampai dia kembali dari
toilet dan ponselnya hanya kupegang lalu kuberikan
padanya. Dan aku langsung minta untuk pulang, ya itu
hampir pukul 23.00. “kenapa? Kan belum lihat kembang
api bareng, gimana sih.” Akupun hanya terdiam dan aku
minta “aku pengen beli sempol sama ice, kita keluar dari
sini. Beli diluar dan liat diluar aja. Udah unmood aku”
Kamipun keluar dari BNS dan beli camilan itu, aku ngga
banyak ngomong, ngga banyak bercanda intinya sikapku
180 derajat berubah. Dan kamipun melihat kembang api
bersama, yah memang sosweet kalau sepasang kekasih bisa
menghitung mundur bersama dan melihat kembang api
bersama ditahun baru. Karena di budaya negara thailand
kalau sekelompok orang entah itu sepasang kekasih,
sahabat, atau yang lainnya menghabiskan malam
pergantian tahun bersama dan menghitung mundur
bersama, maka akan dipertemukan lagi ditahun
berikutnya, iya seperti doa panjangkan umur agar tetap
bisa bersama-sama selalu. Setelah itu aku langsng
memintanya untuk mengantarku ke kosnya suci. ”besok
gausah anter aku ke stasiun ya, udah cukup”, “kamu kok
gitu? kenapa? Kamu marah? Aku salah apa?” (di sini dia
masih pura-pura goblok gais). “gapapa, udah aku lg
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
127
gamau ngomong sama kamu, dan aku juga udah capek
permasalahin ini terus-terusan. Toh ya udah biasa juga”.
(aku gatau sih ya, di sini aku emng udh bener-bener capek
karena terlalu sering di khiaantin atau emang rasa yang
aku punya udah hilang sejak pertamakali dia begitu. But
aku sih tetep let it flow aja. Kenapa? ya alasanku karena
hubungan kami udah lumayan lah hampir dua tahun jadi
aku sabar-sabar dan nahan-nahan diri aja).
Besoknya pukul 6 pagi dia sudah nungguin di
depan kosnya suci mau ngantar ke stasiun, ya gimana lagi
toh dia juga sudah di depan gaenak juga mau nolak.
“kalian berantem lagi? Dari tadi dia telepon sama WA
cuma dilihat notif doang, kenapa? gitu aja terus mit sampe
kamu capek hm, tapi anehnya km gak capek-capek udah
tau dia gabaik buat kamu. Masih aja diterusin” aku hanya
bisa menjawab dengan senyuman ocehan suci pada pagi
itu. “sorry ya ciii blom bisa cerita, klo pulkam ke gresik aja
aku ceritain semua ke kamu, okey? makasih tumpangan
nginepnya, aku balik dulu yaaa” lalu suci berkata “iya
hati-hati, kalo ada apa-apa langsung kabarin, kalo udah
distasiun sama mau berangkat keretanya jangan lupa
kabarin, oke?” tanganku membentuk gaya OKE sambil
kami berjalan ke depan pagar kosnya suci. “Dijaga tuh,
jangan disakitin terus. Kasihan anak orang haha”. Diapun
hanya membalas suci “siap boss hehe” sambil senyum sok
manis. Tak banyak perbincangan yang kami lakukan di
motor dan sampai di stasiun aku juga hanya bisa diam lalu
bilang terimakasih (sebenernya ini punya arti banyak si,
makasih kenangannya, lukanya intinya banyak). Dan dia
128
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
bilang “kalau udah di kereta kabarin, jangan lupa hati-hati
jaga diri. Aku minta maaf, oke? (sambil memegang
tanganku) dan aku juga minta maaf kalo gabisa anterin
kamu ke surabaya. Aku sayang sama kamu. Kamu jangan
ke mana-mana, tetep sama aku,” namanya juga bangsat, ya
pasti lah kata-katanya manis, kayak rasa tea break haha.
Gasalah dong aku namain kontaknya bangsat. Seperti
biasanya setelah pertemuan itu kami intens chat 2-3 harian
lalu sama-sama ngilang.
Tapi di sini nggak sepenuhnya salah dia juga sih,
karena aku juga bisa dibilang fakgirl juga. Siapa sih yang
betah LDR? Gak ada!! Udah jujur aja apalagi cewek. Aku
mulai melencong ketika dia pertama kali ngekhianatin
aku, setelah kejadian itu aku sering sekali keluar sama
cowok lain, entah itu jalan-jalan, nonton, makan. bahkan
dari mereka gak sedikit minta kejelasan sama aku. Ini
adalah poin pentingnya (keuntungan sih ya) ketika aku
nggak perna pasang foto berdua di instagram atau
instastory ig, tapi kalu whatsapp sih sering hahaha. Dari
situ aku menemukan healing tersendiri buat aku. Aku tau
sih ini gak baik, tapi aku juga pengen ngerasain gimana
rasanya punya pacar tapi juga jalan sam yang lain. Dih
jahat sih ini namanya. Dan akhirnya hari raya Idul Fitri
tahun 2019 kemarin aku memutuskan hubungan
dengannya. Bukan karena konflik tapi ya karena aku
capek aja mesti gini-gini terus. Toh juga rasaku ke dia
udah mulai hilang dan hampir gaada. Dari sini aku
menyamaratakan para cowok. Kalau mereka sama aja,
mereka pasti asyik menegjar kalau di awal dan aku hanya
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
129
membiarkan mereka hanya sampai diawal ahahah jahat
baget sih ini habis nonton, jalan, sering keluar bareng
makan atau ngehabisin waktu bersama tapi nggak juga
aku kasih kepastian gatau sampai kapan healing ini bakal
ada di aku, yang jelas aku ingin nemuin cowok yang
mampu mematahkan semua argumenku mengenai
penyamarataan cowok. Dan dia bisa jadi healing yang
benar-benar healing di dalam hidupku. Yang bisa
membuatku
berhenti
mempermainkan
perasaan
seseorang.
130
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
APA SALAHNYA JADI ORANG MISKIN?
Mita Setiya Ningrum
Hari demi hari telah dijalani oleh Rani. Iya Rani… dia
adalah anak dari seorang penjual bakso keliling. Dia
tumbuh menjadi gadis yang anggun, sopan, pintar dan
mempunyai sejuta harapan. Saat ini dia menginjak Sekolah
Menengah Atas. Saat ini dia sudah menginjak kelas 11.
Pada waktu itu pun dia belum juga memilki laptop. Ya,
apalagi kalua orantua Rani tidak mampu untuk
membelikannya. Seringkali dia mendpatkan tugas dari
guru yang mana tugas tersebut sangan membetupkan
sebuah laptop untuk mnegerjakannya. Pada suatu hari
saat dia sekolah Bu Dewi seorang guru Biologi
memberinya tugas “Anak-anak saya beri tugas yang
resume untuk meresume perbedaan sel pada hewan dan
manusia… dikumpulkan besok dalam bentuk print beserta
gambar...” ucap Bu Dewi kala itu. “iya Bu..” semua siswa
menanggapinya. Rani mulai resah waktu yang diberikan
untuk mengumpulkan tugas tidaklah panjang.
Hari mulai sore menandakan bahwa kegiatan
belajar di Sekolah harus segera diakhiri. Sesampainya di
rumah Rani bilang kepada ibunya yang sedang mencuci
piring “Buk… Rani ada tugas dan membutuhkan laptop
untuk mengerjakannya, Rani izin ke warnet ya…” “Jangan
hari sudai mulai malam, lebih baik ibu pinjamkan saja
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
131
laptopnya Ibu Lilik…” Jawab ibunya. Bu Lilik adalah salah
seorang tetangga Rani yang mempunyai anak satu sekolah
dengan Rani namun beda kelas. “Baiklah, semoga boleh ya
bu” Ujar Rani dengan wajah yang sedikit khawatir.
Selepas ibunya mencuci piring, ibunya pun berbegas
meminjamkan
laptop
ke
rumah
ibu
Lilik.
“Assalamualaikum…” salam ibu Rani di depan rumah ibu
Lilik. “Waalaikumsalam… Ada apa Bu Wati” sahutnya bu
Lilik. “Jadi begini bu, apa boleh saya pinjam laptop ibu
sebentar buat anak saya mengerjakan tugas InsyaAllah
besok pagi sudah saya kembalikan…”.
“Oh begitu, Rani kelas berapa ya kok belum punya
laptop? bukanya dari SMP laptop sudah menjadi barang
yang penting ya?...” sahut bu Lilik dengan wajah yang
sinis. “Iya bu, saya belum mampu membelikannya…” ibu
Rani sudah tidak kuat membendung air matanya di depan
Bu Lilik. “Kalau begitu bawa laptopnya, awas kalau besok
belum di kembalikan…”. Sesampainya di rumah ibunya
membawakan laptop pinjamannya untuk Rani. Rani
sangat senang dan segera mengerjaknnya. Dan keesokan
harinya saat dia sekolah dia mengumpulkan tugasnya
tepat waktu. Tetapi berbeda dengan kondisi di rumah,
ibunya mendapat cacian dari bu Lilik “Wati… mana
laptopnya kalau mau anaknya sukses dibelikan laptop
dong anaknya jangan modal pinjam saja” Ucap bu Lilik
dengan sinis. “Saya tadi mau mengebalikannya bu, tapi
masih bantuin bapak masak bakso” jawab ibunya Rani.
“Yasudah lain kali kalau pinjam langsung kembalikan…”.
Ibu Rani sangat sedih. Bapaknya yang hanya mendengar
132
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
percakapan mereka berdua pun sangat terpukul. Orangtua
Rani berbincang di dapur mereka bertukar pikiran untuk
membelikan sebuah laptop untuk Rani namun mereka
belum mempunyai cukup uang. Alhasil mereka
memutuskan untuk menjual kalung bu Wati untuk
membelikan laptop buat Rani. Kalung tersebut adalah
salah satu harta yang dimiliki oleh keluarga Rani, ibunya
menyimpannya untuk dana saat Rani masuk Perguruan
Tinggi nantinya.
Pada suatu sore di hari Minggu saat itu Rani
sedang duduk di bawah pohon manga tepat di depan
rumahnya. Rani di bapak dan ibunya untuk masuk ke
rumah. Ibunya mengatakan “Nduk… apakah laptop ini
cukup untuk sekolahmu? Ibu dan bapak hanya bisa
membelikan dengan harga yang murah…” “sudah buk
pak, ini terlalu mewah untuk Rani… terima kasih ya buk
pak…” jawab Rani sembari memeluk mereka berdua.
“Jaga baik-baik laptopnya sampai nanti kamu masuk
Perguruan Tinggi” sahut bapaknya. “Iya pak… pasti Rani
jaga” jawab Rani.
Setahun sudah berlalu, saat tahun ajaran baru Rani
diterima di salah satu Perguruan Tinggi ternama di
Yogyakarta. Tidak tanggung-tanggung dia mendapat
beasiswa disana segala kebutuhan kuliahnya sudah di
tanggung oleh pemerintah. Orang tua Rani sangat bangga
padanya. Pada suatu hari saat Rani sudah memasuki
Perguruan Tingginya, ibunya bertemu dengan bu Lilik di
warung saat membeli gula. “Rani masuk Perguruann
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
133
Tinggi di Jogja ya…?” Tanya bu Lilik ke ibunya Rani. “Iya
bu Alhamdulillah, jurusan pendidikan matematika” ujar
ibu wati, “Halah nanti juga ujung-unjungnya juga
ganggur” jawab bu Lilik yang sepertinya kesal karea
anaknya sendiri belum masuk Perguruan Tinggi dan
memilih berhenti satu tahun untuk bekerja.
Ibunya Rani pulang dengan wajah sedih.
Sesampainya di rumah ibunya menelfon Rani untuk
memastikan bahwa keadaan ibu Rani baik-baik saja
disana. Tak lupa juga ibunya mengingatkan dia agar tidak
lupa makan dan menjaga dirinya baik-baik serta yang
terpenting adalah sholat lima waktu. Setiap hari
orangtuanya mendoakan yang terbaik untuk Rani
berharap dia menjadi orang yang sukses dan bisa
membanggakan kedua orang tuanya. Pada tahun kedua
setelah Rani menjalankan pendidikannya di bangku
kuliah. Anak bu Lilik belum juga masuk Perguruan Tinggi.
Dan memutuskan untuk bekerja saja karena kondisi
keuangan keluarga bu Lilik yang sedikit memburuk. Pada
tahun ke empat tepat Rani selesai wisuda dia di terima
kerja di salah satu Sekolah Menengah Atas yang satu
kecamatan dengan rumahnya. Orangtua Rani sangat
bangga dengan apa yang telah telah dicapai oleh anaknya
itu. Sedikit demi sedikit Rani mengembalikan uang
orangtuanya itu sebagai ganti uang yang telah mereka
keluarkan untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari
Rani dari kecil sampai sebesar ini. Keluarga Rani pun
sekarang dipandang keluarga terhormat oleh warga
sekitar. Sampai saat ini Rani menjalani kehidupan yang
134
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
berliku-liku sampai pada akhirnya dia bisa menjunjung
tinggi harkat dan martabat keluarganya yang selama ini di
pandang rendah bagi sebagian orang di kampungnya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
135
ANAK BIBI APAKAH UJIAN BAGIKU?
Muhammad Shokhid
Di sebuah desa yang sangat ramai hiduplah sepasang
suami istri yang hidup serba sederhana. Sang suami biasa
disebut dengan nama panggilan Pak Jo dan istrinya
bernama Bu Sri. Mereka menikah sudah 10 tahun tetapi
belum dikaruniai seorang anak. tetapi mereka tidak
pernah putus asa untuk bersabar dan selalu tekun dalam
menghidupi keluarga kecilnya setiap harinya. “Pak, kita
sudah lama menikah tapi belum diberikan seorang anak.
bapak bisa sabar kan?” Ujar sang istri. Pak Jo pun
menyauti ucapan istrinya “Tak apa Bu, asal kita tetap
berusaha meminta kepada yang maha Pemberi”. Ibu Sri
pun tidak bisa membohongi matanya sehingga Pak Jo
sempat melirik dari mata istrinya terkilau sebuah tetesan
yang membuat kedua mata Bu Sri berkaca-kaca.
Setiap hari Pak Jo bekerja sebagai buruh pasang
perlengkapan alat pesta mulai dari ayam berkokok dia
sudah stand by memanasi mesin mobil pick up punya
juragannya, mencuci perlengkapan alat pesta itu sebagian
kecil detail pekerjaan Pak Jo. Apapun Ia lakukan dengan
tekun demi selembar rupiah yang ditabungkan untuk
kehidpan masa depannya. Mulai dari matahari sejajak
dengan benda yang ada di bumi sampai matahari turun
kembali untuk pulang ke arah barat, barulah Pak Jo ijin
sang Juragan untuk kembali ke rumah. Seperti itulah hal
136
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
yang dilakukan Pak Jo setiap hari ketika tiada job
manggung memasang perlengkapan pesta pesanan
pelanggan.
“Assalamualaikum wr.wb” Ucap Pak Jo sambil
melepaskan sendalnya yang sudah peok dan lesu
bercampur keringat. “Waalaikumussalam wr.wb., Bapak
sudah pulang. Silakan masuk Pk” sahut istri Pak Jo dengan
sangat ceria. Setelah Pak Jo masuk kedalam rumahnya
ternyata ada Kakak dari istrinya berkunjung ke rumah.
“Gimana kabarmu Jo” Sahut sang Kakak.
“Alhamdulillah baik kak, seperti biasa baru pulang
kerja. Bu carikan gorengan dan makanan seadaanya buat
mereka ya” Pak Jo.
“Iya Pak” sahut sang istri sambil berbirit-birit
menggembol sebuah tas berisikan dompet dan kunci
sepeda motor.
“Jo… ini saya datang kemari di utus oleh eyang
uti, Katanya kamu belum juga punya anak” Tanya sang
kakak dengan nada santun.
“Iya kak, mungkin belum waktunya diberikan
seorang rezeki berupa anak” Jawab Pak Jo dengan rendah
hati sambil mengibas-kibaskan topinya pada lehernya
yang baru saja meneteskan sebuah keringannya hari ini
Kakaknya Bu Sri pun menjawab “Tapi kamu tetap
berusaha kan Jo? Sudah program istrimu? atau sudah
periksa?”
“Sudah Kak, cuman ya… suruh ikhtiar dulu,
soalnya ada kendala, tapi ada juga solusi ke dua yaitu
dengan bayi tabung” ujar Pak Jo
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
137
Setelah mendengarkan ucapan Pak Jo seperti itu
semua yang berada disitu pun terdiam, mungkin karena
Kakak Bu Sri tahu kalau biaya proses bayi tabung lebih
dari 100 juta dan Pak Jo hanya menjadi seorang buruh.
Disitulah suasana terpecah ketika Kakak Bu Sri
menceritakan alasannya datang ke Pak Jo. Dia
menceritakan bahwa Eyang Uti nenek dari Bu Sri
mengamanatkan untuk salah satu anak Kakak dari Bu Sri
untuk diasuhkan kepada Pak Jo. Sentak Pak Jo pun kaget,
meskipun Kakak Bu Sri sudah memiliki 4 anak dan 2 anak
tersebut yang kembar barusan berumur 1 tahun. Setelah
Bu Sri datang akhirnya mereka berunding dan akhirnya
keluarga Pak Jo setuju dengan saran Eyang Putri apalagi
itu atas kehendak kakaknya sendiri. Karena menurut
kepercayaan orang jawa selain usaha dalam hal materi dan
doa ada pula mengatakan bahwa dengan mengangkat
seorang anak dapat memancing dalam hal dikaruniainya
seorang anak, dengan harapan tesebut akhirnya Pak Jo
merawat dan mengangkat 1 anak dari Kakak Bu Sri yang
bernama Ria dan dia berasal dari anak kembar. Si Ria dan
Si Rini, tetapi Pak Jo mengangkat si Ria menjadi anaknya.
Hari demi hari berlalu sudah 3 tahun merawat Ria
akhirnya Bu Sri merasa badannya terasa lemah gemulai
setelah diperiksakan ternyata dia hamil. Mereka pun
senang begitu juga Ria yang saat itu belum tahu bahwa dia
bukan anak kandung mereka. Dari bertambahnya rotasi
bumi mengelilingi matahari sampai bertahun-tahun
lamanya akhirnya Ria memiliki adik yang bernama Siti
yang sudah berumur 17 tahun. Di sinilah adik dan kakak
mulai bertengkar, ketika adiknya merasa iri dengan Ria
138
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
karena ia sudah bekerja tetapi ia gunakan uangnya untuk
bersenang-senang saja, membeli baju, handphone, laptop,
dan banyak lagi.
“Kak kamu serakah banget aku gapernah dikasih
bapak uang lebih tapi kakak?” ujar Siti penuh dengan
wajah dengki.
“Iyalah… bapak harus berterimakasih kepadaku
karena kalau gak ada aku, kamu gak bakal lahir?” jawab
Ria sungguh membuat hati iri sang adik makin
memuncak, ternyata sejak lulus SMA Ria tahu bahwa dia
adalah anak dari bibi Siti. Sejak saat itu mereka sering
bertengkar, mulai dari uang saku yang kurang sampai Siti
kasihan dengan ayahnya yang sedang dimanfaatkan oleh
Ria. Hal tersebut terjadi terus menerus hingga membuat
Bu Sri sering menangis.
Di suatu malam sunyi yang hanya ramai gericik air
hujan dan suara jangkrik, tiba-tiba si Siti kabur dari rumah
karena merasa dirinya dianggap sebagai anak tiri
dikeluarganya meskipun dia sebenernya yang anak
kandung Pak Jo.
“Pak, Bapak bangun pak, Kenapa pintu rumah
pagi ini terbuka. Ibu ingat tadi adzan shubuh ke kamar
mandi masih terkunci” Bu Sri mencoba membangunkan
Pak Jo. “Apa Bu jangan-jangan ada maling” sahut Pak Jo.
Setelah dicek ternyata si Siti kabur dengan menuliskan
surat yang berisi ia ingin menenangkan dirinya lebih
dahulu selama dua hari dan berniat tidur rumah
sahabatnya. Sontak hal tersebut membuat Bu Sri sedih dan
sengsara.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
139
“Sudahlah Bu, mungkin dia lelah” ujar Ria.
“jangan seperti itu nak, dia itu juga adikmu kami juga
ingin menyayangimu dan adikmu tanpa membedakan”
sahut ibu dengan nada pelah dan terngia-ngia. Ria pun
kembali ke kamar dan ibu berusaha di tenangkan oleh
bapak. Setelah dua hari berlalu Siti kembali ke rumah
dengan terlihat agak bahagia, mungkin karena sudah puas
bercurah pendapat dengan sahabatnya. Begitu juga Ria
seperti biasa ia berlagak biasa-biasa saja. Bu Sri merasa
senang dan bahagia ketika Siti pulang baik-baik saja. Dan
kembali lagi Ria di nasehati oleh ibu dan dia hanya
menganggukan kepalanya layaknya orang paham.
Beberapa tahun kemudian Ria yang sudah dilamar
oleh seseorang akhirnya menikah dan melahirkan seorang
bayi laki-laki dan ia memilih untuk ngekos di daerah dekat
rumah Pak Jo. Kabar ini membuat Pak Jo bahagia. Smakin
hari ia jarang berkunjung ke rumahnya dikarenakan ia
repot bekerja dan membiayai anaknya yang dititipkan
kepada seseorang. Siti pun hidup bahagia karena merasa
kakak tirinya sudah hidup sendiri berkeluarga apalagi
sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang lucu.
Setelah beberapa hari Ria kembali ke rumah bersama
keluarganya dan memberikan Bu Sri sembako dan uang,
serta bilang untuk menitipkan anknya kepada mereka. Ria
sambil meminta maaf bercerita kisah hidupnya setelah
menikah sangat susah apalagi setelah mempunyai anak.
Akhirnya Ria memutuskan meminta bantuan Pak Jo dan
Bu Sri serta Siti untukmerawat anaknya sehingga ia dapat
bekerja tenang dan bisa memberikan sebagian rezekinya
untuk mereka. Sejak saat itu Ria sadar bahwa kehidupan
140
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
berkeluargalah membuat ia paham akan kondisinya di
masa lalu yang sangat menyusahkan keluarga Pak Jo.
Dengan bertaubatnya Ria dan memahami kondisi Pak Jo di
masa tua, keluarga mereka akhirnya hidup bahagia dan
semakin dimudahkan dalam menjalani hidupnya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
141
EPISODE SATU BABAK
Nadlatul Ilma
Angga dan Aji adalah sahabat baik di kampungnya. Dulu
Angga pernah berkata bahwa tidak ada teman yang sebaik
Aji. Aji pun tidak kalah dalam memuji Angga. Kata Aji,
kalau ada sepuluh anak seperti Angga di kampungnya,
maka Perang Dunia Ketiga tidak bakal meletus. Memang
Perang Dunia Ketiga belum meletus. Mungkin ibarat
petasan, baru dinyalakan sumbunya. Sudah jelas, terompet
peperangan sudah ditiup antara Angga dan Aji. Keduanya
sudah menyatakan putus tali persahabatan. Mereka
musuhan antara satu dengan yang lainnya.
Sudah seminggu lamanya Angga dan Aji tidak
terlihat bermain bersama. Jika bermain, kalau ada Angga
pasti ada Aji. Begitu sebaliknya. Teman-temannya
menyebut mereka seperti sepatu dan kaos kaki. Ada juga
yang mengatakan persahabatan mereka seperti benang
dan layang-layang. Sebagian juga ada yang mengatakan
sendok dan piring. “Sekarang kau tidak pernah bermain
dengan Aji, Ngga. Kata teman-teman musuhan ya, kalian
memutuskan tali persahabatan?” tanya Dodot penasaran.
“Siapa bilang?” sahut Angga. “Ada deh! Tapi benarkan?”
tanya Dodot sambil tersenyum menyebalkan. “Kalau iya,
kau mau apa Dot? Jangan ikut campur urusan dalam
negeri orang lain!” jawab Angga dengan ketus. “Jadi,
benar saat ini kalian musuhan!” jawab Dodot. “Benar!
142
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Memang kau menyebalkan! Sekarang aku ingin memukul
kepalamu!” jawab Angga dengan wajah marah.
Dodot yang baru pulang dari langgar, segera
meringkas sarungnya dan kabur dari hadapan Angga. Ia
tidak menyangka kalau Angga bisa marah begitu
parahnya. Berita permusuhan antara Angga dan Aji itu
pun cepat menyebar luas. Teman-teman sekampung sibuk
membicarakan sebab-sebab permusuhan antara Angga
dan Aji. “Ini kesempatan baik untuk membuktikan siapa
yang paling hebat antara Angga dan Aji!” kata Bubby pada
teman-temannya. “Benar! Kita semua tahu ilmu silat
mereka berimbang. Pasti seru kalau keduanya duel!”
sambut teman yang lainnya. “Ini baru yang namanya
berita menarik. Kalau aku sih menjagokan Angga.
Badannya kekar dan tinggi. Aji akan repot meladeni
Angga.” “Biar badannya kecil, Aji punya jurus simpanan
loh. Taruhan sepuluh kelereng saja berani. Aku pegang Aji
yang menang!” “Kita lihat saja nanti. Tidak usah kita
debatkan dan taruhan segala. Itu judi namanya. Judi kan
dilarang dalam agama?” kata Komo yang biasa bertindak
sebagai kapten kesebelasan di kampungnya.
Keesokan harinya, rencana pun dilaksanakan.
Komo dan sebagian temannya segera menghampiri
Angga. Di tempat terpisah, yang lain menemui Aji.
“Angga, pulang sekolah nanti, kau ditantang duel Aji di
hutan bambu daerah sebrang. Kau berani enggak?” kata
Komo memanas-manasi Angga. Waktu itu jam istirahat,
mereka tidak takut rencana itu terdengar oleh Bapak dan
Ibu Guru. “Aku terima tantangan Aji. Kalian boleh lihat
siapa yang lebih hebat jurusnya!” kata Angga dengan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
143
mantap. Sementara itu, teman-teman yang lain pun segera
datang bergabung dengan Komo. “Beres! Aji menerima
tantangan itu!” lapor Bubby pada Komo, tentu saja tanpa
sepengetahuan Angga dan Aji.
Siang itu, di hutan bambu daerah sebrang, sudah
berkumpul
anak-anak
yang
ingin
menyaksikan
perkelahian yang menegangkan ini. Mereka terpisah
menjadi dua kelompok. Kelompok yang satu menjagokan
Angga dan sebagian menjagokan Aji. “Tenang Angga, kau
akan keluar sebagai pemenang” kata kelompok yang
menjagokan Angga. “Keluarkanlah semua jurus
andalanmu, supaya Angga tau kehebatanmu” kata
kelompok yang menjagokan Aji. Masing-masing kelompok
mengobarkan semangat jagoannya. Saat yang dinantikan
pun tiba. Angga dan Aji saling berhadapan. Komo dan
teman-temannya segera membentuk lingkaran. Sorak sorai
mulai terdengar. Ada yang bertepuk tangan. Ada pula
yang bersuit-suit.
Angga dan Aji saling mengulurkan tangan.
Keduanya saling berjabat tangan. Lama sekali keduanya
saling berbisik dan mengedipkan mata. “Ayo mulai,
jangan saling berjabat tangan. Perkelahian macam apa ini.”
teriak Komo yang sudah tidak sabar lagi. Teman-teman
yang lain pun mendukung ucapan Komo. Sudah hampir
20 menit Angga dan Aji saling berbisik seperti
merencanakan sesuatu. Teman-teman yang lainnya sampai
bosan menunggu duel antara Angga dan Aji.
Teman-teman bertambah heran ketika Angga dan
Aji saling berpelukan dengan mesra. “Ini perkelahian gaya
baru ya. Seperti main drama saja?” seru Bubby. Suasana
144
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
bertambah hingar bingar. “Siapa yang berkelahi? Kalian
senang kalau ada temannya bermusuhan?” kata Angga
sambil melihat ke teman-temannya. “Jadi…jadi…..”
“Tidak ada permusuhan diantara aku dan Angga. Kami
hanya menguji kalian. Bagaimana sikap kalian seandainya
ada teman yang berselisih. Bukannya mendamaikan
perselisihan, tapi kalian malah mangadu domba. Sungguh
tercela tindakan kalian!” kata Aji. “Memang sandiwara itu
aku yang merencanakan. Ternyata kami bisa mengelabuhi
kalian. Bukankah kami hebat dalam memainkan
sandiwara ini? Anggaplah ini sebuah episode satu babak!”
ujar Angga sambil memeluk Aji yang tersenyum-senyum.
Terdengarlah suara gerutu disana-sini. Suaranya mirip
suara tawon yang bergerombol. Mereka segera
meninggalkan Angga dan Aji dengan perasaan kecewa
karena, tontonan gratis yang mengasyikan ternyata gagal.
“Episode satu babak apaan? Tidak bermutu, tidak penting,
tidak ada gunanya. Coba kalau dua pemain episode itu
kita keroyok ramai-ramai, tentu mereka babak belur!” kata
Komo di tengah perjalanan pulang. Teman-temannya yang
lain hanya terdiam kecewa dan mendengarkan ucapan
Komo karena, mereka semua merasa segan jika
berhadapan dengan Angga dan Aji. Sekian dan terima
kasih.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
145
DREAM CATCHTER
Nafiatul Ilmiyah
Hai namaku Alika Huzein. Aku biasa dipanggil Lika.
Menulis telah menjadi hobiku. Aku seorang siswa kelas 11
di SMA Angkasa Jakarta. Aku anak yang tertutup,
kegiatanku hanya membaca buku, membaca novel dan
kadang terlihat menulis cerita pendek. Teman-temanku,
mungkin bisa dihitung dengan jari, itupun mereka yang
mendekatiku. Mungkin jika bukan mereka yang
mendekatiku, aku bisa saja tidak memiliki teman. Karna
hidupku yang hanya terfokus untuk menulis.
"Hai lik, ayo ke kantin jangan baca mulu. Ayo sekali kali
makan bareng temen-temen" ajak Sandra salah satu teman
kelasku
"Tidak San, aku sudah bawa bekal" tolakku dengan halus
"Yasudah, aku tinggal ya" jawab Sandra sambil berjalan
meninggalkanku
Dikantin...
"Loh kata nya mau ajak Alika" tanya Deva sambil
membawa semangkok bakso
146
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"Anak nya gak mau, uda bawa bekal katanya. Anak itu
tertutup banget sih, uda setahun sekolah juga" kezal
Sandra
"Sabar aja namanya juga Alika" jawab Deva
Bel berbunyi menandakan sekolah telah selesai,
tentu hal ini sangat disukai oleh siswa-siswa tidak
terkecuali aku. Aku sangat ingin pulang untuk
menidurkan otakku yang rasanya sangat penat sekali. Aku
mengambil speda motorku yang teparkir di parkiran
sekolah.
Butuh 20 menit untuk sampai ke rumah,
sesampainya dirumah seperti biasa rumah terasa sepi
karena kedua orang tuaku yang masih bekerja. Pulang pun
ketika aku sudah terlelap, tentunya aku sudah
terbiasaseperti ini, sendirian hanya berteman dengan
buku. Menurutku buku lebih setia karena dengan buku
aku dapat menulis keluh kesah dan dengan buku aku
dapat melupakan kesepianku.
Setelah sampai rumah, aku langsung pergi ke
kamarku untuk mengganti pakaianku dan langsung
menyantap makanan yang ada. Cacing diperutku seakan
meronta-ronta ingin diberi nasi dan lauk yang lezat.
Dirumah, aku bersama Mbok Nah, asisten rumah tangga
yang menjagaku sejak bayi.
"Mbok, hari ini masak apa? Alika sangat lapar" tanyaku
sambil memeluk mbok Nah
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
147
"YaAllah nduk, kaget si mbok. Mbok ya jangan ngagetin
toh nduk"jawab mbok Nah
"Hehe maaf mbok, abis nya mbok serius si nyuci piring
nya" jawabku sambil tertawa kecil
"Ini mbok masak sayur asem sama ikan goreng bandeng.
Ayo sini mbok ambilkan" tawar mbok nah
"Siap mbok, hemm mbok ini enak banget. Mbok nah
emang juara" jawabku sambil memakan makanan Mbok
Nah.
Aku hanya akan terbuka dan terlihat ceria ketika
bersama si Mbok. Karena sudah terbiasa dari kecil
bersama Mbok Nah membuatku terasa sangat dekat
dengan beliau. Setelah makan selesai aku bergegas masuk
kamar untuk meneruskan ritualku, apalagi kalau bukan
membaca novel kesayanganku.
Kamarku sudah seperti perpustakaan mini. Banyak
sekali novel yang kukoleksi mulai dari action, teenfiction,
horror sampai romance. Dengan membaca sudah mampu
membuat seorang Alika Huzein tersenyum sumringah.
Tidak terasa aku sudah membaca selama dua jam
lamanya. Lama kelamaan membuat mataku mengantuk,
aku menyudahnya dan pergi tidur.
Saat magrib mbok Nah membangunkaku untuk
melaksanakan sholat maghrib. Tentu sholat harus di
laksanakan karena itu kewajiban bagi umat Islam.
148
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"Assalamualaikum mbok" salam mama
"Waalaikumsalam nyonya" jawab mbok Nah sambil
membuka pintu
"Di mana Alika mbok, kok tidak kelihatan?" tanya mama
"Lagi sholat nyonya, barusan bangun" jawab mbok nah
Mama langsung menuju kamarku.
"Hallo sayang, sudah sholat nya?" Tanya mama
"Sudah ma, tumben sudah pulang" jawabku sinis
"Mama kan ingin berdua juga sama Alika" jawab mama
sambil mengelus kepalaku
"Oalah" jawabku singkat
Mama melihat sekeliling, setiap sudut di kamarku,
mama terlihat kaget melihat kamarku dipenuhi oleh
beberapa jenis buku. Mama tidak menentang aku
membaca buku tetapi mama kurang suka dengan
keinginanku untuk menjadi seorang penulis. Mama ingin
aku menjadi seorang dokter, bahkan mama sudah
mencari-cari universitas yang harus aku masuki.
Terkadang mama suks heran kenapa aku bisa memilih
penjurusan bahasa daripada penjurusan IPA.
Dari ketidaksetujuan mama membuatku semakin
tidak nyaman. Hidupku selalu diperintah harus ini harus
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
149
itu sesuai keinginan mama. aku hanya ingin melakukan
hal yang disukai, percuma jika melakukan hal yang tidak
disukai hasil nya pasti setengah-setengah.
Di sekolah…
Seperti biasanya Aku akan datang pagi untuk
menghindari kerumunan. Sampai dikelas aku langsung
membuka bekal yang kubawa. aku tidak sempat sarapan
karena mood makannya hancur gara-gara mama
mengomel pagi tadi. Untung ada mbok Nah, beliau
membawakan bekal untukku. Setelah bekal sarapan yang
diberikan oleh mbok Nah sudah habis, aku kembali
meyibukkan dengan membaca buku sembari menunggu
bel berbunyi.
Setelah setengah jam membaca buku anak kelas
mulai berdatangan. Jam pertama pun dimulai, pelajaran
matematika mengawali pagi itu. Setelah beberapa jam
berkutat dengan rumus, akhir nya bel istirahat pun
berbunyi. Suatu kelegaan karena tugas yang diberikan
dirubah menjadi PR. Bayangkan saja 4 jam mu dihabis kan
dengan menghitung, bisa rontok lama-lama ini rambut.
Setelah kelas berakhir Sandra dan Deva mencoba
mengajakku berbincang.
"Lik ayo daftar ini" ajak sandra sambil melihatkan
selebaran
"Apa ini? Ahh komunitas menulis" jawabku
150
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"Ikut ayo, itung-itung nambah temen sama nambah ilmu"
tawar Deva
"Boleh" jawabku
"Oke, pulang sekolah kita langsung cuss ke tempat
pendaftaran" ucap Deva
"Mau ke kantin gak?" Tawar Sandra
"Kagak San" tolakku
"Gue ditolak lagi, kampret ni anak" kekeh Sandra
Setelah bel pulang sekolah, aku berjalan kearah
parkiran bersama kedua temanku. Kami langsung menuju
ke tempat pendaftaran komunitas menulis. Setelah
mendaftar, akupun langsung pulang ke rumah begitu pun
dengan kedua temanku. Karena sore nanti akan diadakan
pertemuan pertama untuk anggota komunitas baru.
Sampai rumah aku sangat tekejut melihat mama
sudah ada dirumah. Sepertinya mama pulang cepat agar
bisa berbincang banyak denganku. Aku bergegas
mengganti pakaianku kemudian pergi untuk makan siang,
tentu saja aku senang karena makan siang kali ini
disiapkan oleh mama.
"Ma, nanti Lika mau ada acara " ucapku
"Ke mana Lik, kok sore tumben" jawab mama
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
151
"Mau ada acara di komunitas menulis sama Sandra dan
Deva" jawabku sambil memakan makanannya
"Mama gak izinin, lebih baik kamu istirahat atau kerjakan
saja PR mu" jawab mama
"Gamau, mama ga setuju pun aku tetep pergi. Lika selesai
makan" ucapku sambil berlalu
Sore hari tiba aku pun tetp berangkat meskipun
mama menentangnya. Sandra dan Deva sudah berada di
tempat, mereka sedang menungguku. aku datang sedikit
mepet karena kehabisan bensin. Waktuku banyak
terbuang karena harus mengantri.
Setelah sampai kamipun bergegas masuk, ternyata
di tempat komunitas sudah banyak orang yang
menunggu. Acara diawali dengan perkenalan masingmasing anggota baru. Jangan heran kenapa yang terlihat
hanya anak-anak cewek, komunitas ini hanya untuk
perempuan saja. Ada laki-laki tapi beda kelas, salah satu
aku menyetujui ajakan Sandra dan Deva ya karena tidak
ada laki-laki.
"Perkenalkan nama saya Alika Huzein saya siswi kelas 11
di SMA Angkasa" ucapku
"Loh ini mbak Zein blogger terkenal bukan? Kok nama nya
sama" tanya salah satu anggota komunitas
152
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
"Ahh itu, alhamdulillah kalau suka" jawab Alika malumalu.
Aku memang mempunyai blog, tentu tidak ada
yang tau jika aku mempunyai blog. aku hanya iseng
mencari hiburan. Hiburan yang ku punya hanya menulis,
membaca dan berburu novel atau buku. Dari keisenganku
membuat blog, aku mempunyai banyak pengikut. Banyak
yang memuji tulisan tanganku, tulisan yang halus tapi
langsung ngenak dalam hati jika membacanya. Aku
senang ketika karyaku diakui oleh banyak orang. Tidak
perlu mengenal siapa yang menulis tapi suka dengan
karya yang ditulisnya. Begitu saja sudah membuat seorang
Alika Huzein senang sekali.
Setelah pertemuan singkat berakhir, kami sedang menuju
ke parkiran.
"Gitu ya diem-diem gue punya temen blogger terkenal"
ucap Sandra
"Hehe" hanya kekehan yang dilihatkan olehku
"Makanya ya, gue ajak ke kantin ga mau terus kelihatan
nulis mulu baca mulu ternyata oh ternyata" ucap sandra
"Hehe maaf ya, bukan nya gak mau gabung. Cuma males
aja di keramaian" ucapku
"Gapapa" jawab Sandra dan deva bersamaan. Lalu kami
tertawa
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
153
Sudah satu bulan kami mengikuti komunitas,
nama komunitas menulis kami adalah lingkar pena. Sejauh
ini komunitas ini sangat menyenangkan, tidak meluluh
harus menulis tapi juga diselingi dengan segala hal yang
mampu membuat ide kami mengalir deras. Contoh nya
saat ini kami lagi kunjungan ketempat yang sangat
nyaman, yaitu kota tua Jakarta. Tempat yang asik untuk
menulis karena suasana yang baru bisa mempengaruhi
mood menulis.
Sedikit demi sedikit pula aku mulai terbuka. aku
bukan lagi anak yang murung, penyendiri dan diam seribu
kata. Pertemanan dengan Sandra dan Deva juga semakin
baik. Bahkan bisa dikatakan kami adalah sahabat yang
dipisahkan lalu disatukan. Kami sering ke kantin bersama,
pulang selalu bersama meskipun hanya sampai parkiran
dan pernah sesekali menginap di rumahku. Sebulan yang
membuatku mengetahui bahwa bersosialisasi itu penting.
Tentunya selama sebulan ini aku juga main
kucing-kucingan dengan mama. Mama masih melarangku
untuk mendalami bidang penulisan. Kalau tidak keras
kepala dan cuek bukan Alika nama nya, meskipun
dilarang aku tetap nekat. Jika mama mengunci pintu agar
tidak keluar rumah, aku tidak kehilangan akal, aku akan
lewat jendela dan akan pergi ketika mama sudah tidur.
"Toh aku gak kluar buat hura-hura, aku ingin
mewujudkan sesuatu. Dada mama maaf kan Alika ya, aku
pergi sebentar" ucapku langsung pergi dari kamar mama
154
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Aku sudah sampai di tempat tujuan, yaitu rumah
Deva. Kami berencana mengikuti lomba menulis cerpen
nasional. Hadiah nya lumayan bisa trip ke korea selatan
dan uang saku 3.000.000 rupiah. Setelah pembahasan
tentang lomba akhirnya aku pulang ke rumah. Sangat
melelahkan ingin rasa nya langsung tidur saja tidak perlu
bersih-bersih badan.
Selepas mandi aku malah terjaga dan tidak bisa
tidur. Akhirnya aku meneruskan menulis cerpen yang
akanku gunakan untuk lomba. Dan tidak terasa aku malah
ketiduran ditempat belajar. aku terbangun kemudian
pindah ke tempat tidur. Mencari tempat ternyaman untuk
tidur dan mengistirahatkan semua badan.
Sepulang sekolah kami langsung pergi ke tempat
pendaftaran lomba, setelah pendaftaran aku dan kedua
temanku bergegas pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan hari nya adalah batas terakhir pengiriman cerita
pendek, tetapi aku masih belum menyelesaikan dan butuh
beberapa paragraf lagi.
Setelah sampai rumah, aku langsung menuju
kamar lalu menguncinya agar tidak ada yang menganggu
kegiatan menulisku. Aku akan berusaha fokus agar
targetku tercapai, aku harus dapat juara satu, selain hadiah
nya aku juga ingin membuktikan kepada mama bahwa
penulis juga mengasilkan karya dan dihargai banyak
orang. Beberapa jam aku mengurung diri dan cerpen yang
kutulis telah selesai.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
155
"Ahhh selesai tinggal kirim" kataku dalam hati
Tidak lama ada telefon masuk ke ponsel ku, ternyata itu
Deva.
"Hallo Lika" sapa Deva
"Salam Dev, ulang" jawabku
"Assalamualaikum Alika cantik" ulang Deva
"Waalaikumsalam jelek wleq" jawabku
"Kampret ni anak ya, btw uda kirim cerpen" tanya Deva
"Belum, baru selesai. Habis ini aku kirim, yaudah aku
tutup dulu mau ngirim. Dada" pamitku
"Oh okeoke cepet sana" jawab deva
Setelah aku mengirim cerita, rasa dag dig dug
sangat mengangguku. Jiwa percaya diriku seakan hilang
sekarang yang tersisa hanya pasrah akan keadaan. Butuh
waktu tiga hari untuk penyeleksian karena yang
mengikuti begitu banyak. Setelah lolos penyeleksian akan
ada 6 terbaik yang akan dipanggil lalu naskah cerpen nya
akan di publish. Akan ada vote lewat blog panitia.
Disekolah aku dan kedua temanku sangat resah,
gugup dan takut. Hari ini adalah pengumuman enam
orang yang lolos untuk untuk ke tahap selanjutnya.
Setelah kami melihat hasil pengumuman, namaku ada di
156
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
nomor dua dari enam peserta. Bahagianya aku sampai tak
bisa berkata-kata, karena mampu bersaing dengan begitu
banyak orang.
Hari sabtu besok aku diundang ke tempat acara
lomba dan ada undangan untuk orang tua. Aku hanya
menaruh undangan di meja, datang tidak datang aku tidak
peduli yang penting sudah menyampaikan undangan.
Hari ini aku sudah siap untuk berangkat ke tempat
acara, sampai diacara ternyata ada kedua temanku siapa
lagi kalau bukan Sandra dan Deva. Mereka selalu
menyemangatiku ketika galau melihat cerita dari peserta
lain. Yang awal nya teman tidak dekat sekarang kami
sudah seperti sahabat.
Acara sudah dimulai ternyata ada penulis terkenal
yang ikut andil menilai cerpen para peserta. Acara diawali
dengan pembukaan ketua panitia dan penampilanpenampilan band dan sedikit arahan dari mbak Risa
Saraswati untuk peserta. Gimana ga meleleh ya didepan
ada mbak Risa Saraswati.
"Mau foto pokoknya nanti, harus" ucapku
Setelah selesai arahan dari mbak Risa Saraswati,
waktu penggumuman hasil akan di sampaikan langsung
oleh mbak Risa Saraswati.
"Juara 3 yaitu laila dengan judul Bulan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
157
Juara 2 yaitu Sinta dengan judul Hal terindah
Juara 1 diraih oleh ananda Alika
Kebebasanku" ucap mbak Risa Saraswati
dengan
judul
Ternyata aku menjadi juara 1 dalam lomba ini,
senang sekali tetapi awalnya kukira orang tuaku tidak
hadir dan ternyata aku salah. Mama dan ayah ku ada di
bangku penonton mereka melihat ku dipanggil kedepan
karena menjadi juara 1 dan mereka melihat karya ku yang
dihargai oleh orang banyak. Aku terharu mereka
menyempatkan datang. Setelah acara selesai aku bergegas
menemui mama dan ayah.
"YaAllah nak selamat" peluk mama
"Selamat ya lika" peluk ayah
"Ku kira Ayah dan mama tidak melihat undangan itu"
jawabku
"Ayah mu yang lihat, kita langsung ke sini saja" jawab
mama
"Terima kasih Ayah Mama" ucap Alika
Setelah acara peluk memeluk tadi aku dan kedua
temanku pergi ke tempat makan. Tentu saja aku akan
mentraktir mereka lebih tepatnya orang tuaku yang
mentraktir. Kini Aku mempunyai sahabat yang mengerti
diriku dan tentunya satu passion denganku. Hubunganku
158
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
dengan orang tuaku juga mulai membaik bahkan mama
sudah tidak menentang keinginanku untuk menjadi
penulis. Semua terasa lebih berwarna untukku, jangan
takut mencoba dan terus berusaha. Semangaaaat.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
159
WAHAI BUNGA YANG MEKAR TETAPLAH ENGKAU
BERSABAR
Nuzul Fitri Wulandari
“Melati Vania Hussein.”, ujar lirih seorang ibu itu sambil
mengusap perutnya membesar.
Sore hari menuju senja, suara kayuhan becak kakek
tua memecah kesunyian suasana kota sore itu. Pada
tempat duduk becak itu tampak seorang ibu hamil dengan
wajah sedikit pucat akibat menahan rasa sakit saat
mengandung dengan didampingi oleh seorang lelaki
duduk di sampingnya, yang tak lain mereka merupakan
sepasang suami istri. Seorang ibu hamil dan suaminya
tersebut hendak pergi ke rumah sakit yang dekat dengan
kediaman mereka untuk melangsungkan prosesi
melahirkan. Kakek tua pengayuh becak berusaha
mempercepat kayuhan kakinya dengan tujuan agar cepat
sampai di rumah sakit tempat ibu hamil tersebut hendak
dirawat.
Beberapa saat kemudian, sampailah sepasang
suami istri tersebut di kamar rumah sakit. Sang ibu
berbaring di tempat tidur rumah sakit sembari mengusapusap perutnya yang membesar dan bersiap untuk
melakukan persalinan. “Melati”, ucap sang ibu tersebut
lirih sambil tersenyum dan memandangi perutnya. “Pak,
160
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
nanti kalau bayi perempuan kita sudah lahir, ibu beri
nama Melati.”, ujar sang ibu kepada suami yang berada di
sampingnya untuk medampingi proses persalinan nanti.
“Melati, nama yang bagus bu, bapak sangat setuju.”
Pasangan suami istri itu saling memandang satu sama lain
dan tersenyum.
Setelah beberapa saat sang ibu mempertaruhkan
nyawanya untuk melahirkan sang buah hati dalam
kandungannya, terdengar suara tangisan bayi perempuan
yang memecah kesunyian di kamar rumah sakit. Bayi itu
terlihat sangat cantik dan sehat. Ia tampak memiliki kulit
putih bersih dan pipi merah yang merona. “Owee oweee.”,
suara Melati kecil yang sedang menangis. Ayah Melati
kemudian menggendong dan mengadzaninya untuk
pertama kali. Raut bahagia jelas terpancar pada wajah
sepasang suami istri tersebut, mengingat Melati adalah
anak perempuan pertama mereka. Mereka mempunyai
anak pertama berjenis kelamin laki-laki, namun mereka
tidak merawatnya sendiri, anak itu berada jauh di luar
kota ikut dengan neneknya. Di satu sisi, keluarga kecil itu
sangat bahagia karena putri mereka lahir dengan sehat
dan selamat. Namun, di sisi lain mereka bersedih karena
harus mengikhlaskan Melati untuk dirawat oleh orang
lain.
Di tempat tidur rumah sakit, ibu itu melamun dan
teringat perjanjiannya dengan sahabat karibnya. “Jika
nanti anak dalam kandungan kamu itu lahir, bolehkah aku
merawatnya hingga ia dewasa?”. Kata-kata itu masih saja
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
161
terngiang dalam benaknya yang membuatnya gelisah dan
sedikit bersedih. Tak terasa air mata jatuh menetes
membasahi pipi sang ibu yang baru saja melahirkan
putrinya itu.
Dulu, sang ibu bermata pencaharian sebagai
penjual ikan di pasar dekat dengan kediamannya. Hal itu
biasa ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari bersama suaminya yang baru saja
diberhentikan dari pekerjaanya. Saat kehamilan sang ibu
berusia sekitar 7 bulan, ibu itu masih berjualan ikan di
pasar. Setiap hari ia berjualan berdekatan dengan seorang
wanita warga asli kampung daerah pasar tersebut. Wanita
itu sudah menikah sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi
belum juga diberi kepercayaan oleh Sang Kuasa untuk
menimang momongan. Wanita itu biasa dipanggil Ibu
Asih, sedangkan sang ibu yang tengah hamil biasa
dipanggil Ibu Dahlia. Suatu hari, Ibu Asih memberanikan
diri untuk bertanya kepada Ibu Dahlia yang saat itu
tengah mengandung, bahwa jikalau nanti anak dalam
kandungan Ibu Dahlia lahir, ia ingin mengambil dan
merawatnya hingga anak tersebut dewasa. Karena merasa
iba dengan Ibu Asih yang sudah lama menikah tetapi
belum memiliki momongan, Ibu Dahlia pun mengiyakan
ucapan Ibu Asih dan terikat janji untuk menyerahkan
putrinya ketika sudah lahir nanti.
“Assalamu’alaikum, Mbak Dahlia.”. Suara lirih dari
wanita itu. “Wa’alaikumussalam.”, jawab Ibu Dahlia
terperanjak dari lamunannya dan kemudian berusaha
162
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
mengusap air mata untuk menutupi tangisnya. Wanita itu
tak lain adalah Ibu Asih. Ia datang bersama suaminya ke
rumah sakit tempat Ibu Dahlia bersalin dengan tujuan
membawa pulang Melati. Ibu Asih dan suaminya
menggendong Melati yang masih bayi, kemudian mereka
menyewa taksi untuk membawa Melati pulang ke rumah.
Sebelumnya, Ibu Dahlia telah berpesan kepada Ibu Asih
agar putrinya itu diberi nama ‘Melati’. Kedua orang tua
kandung dan angkat dari Melati memang saling sepakat
untuk merahasiakan asal-usul Melati hingga saat ia
dewasa dan menikah nanti.
Ibu Dahlia dan suaminya juga pulang ke rumah
mereka sendiri dengan menyewa becak, kendaraan yang
sama dengan saat mereka berangkat ke rumah sakit sore
itu. Dari awal, sebenarnya sang ayah sangat ingin untuk
merawat putrinya sendiri, namun ia dan juga istrinya
sadar bahwa ekonomi kehidupannya saat ini sangat
terbatas. Sehingga mereka menaruh harapan yang begitu
besar kepada teman istrinya itu untuk membuat
kehidupan putrinya nanti menjadi lebih baik. Bukan
mereka tidak sayang dengan Melati, darah daging mereka
sendiri, namun jauh daripada itu semua mereka memilih
melakukan ini untuk kebaikan diri Melati kelak. Bukan
mereka tidak menaruh kepercayaan, hanya saja mereka
belum siap untuk melepaskan putri yang paling
disayangnya itu kepada orang lain, yang tak lain adalah
sahabat karibnya. Di samping itu, Ibu Dahlia juga iba
melihat Ibu Asih, sahabatnya itu terus-terusan bersedih
karena belum dikaruniai momongan. Ibu Dahlia tetap
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
163
berusaha mengikhlaskan, meskipun tak terasa air matanya
terus menetes membasahi kedua pipinya. Di sisi lain,
suami Ibu Dahlia berusaha memberikan kekuatan untuk
istrinya tersebut. Mereka berusaha untuk kuat dan tabah
demi kebaikan putrinya kelak.
Sesampainya di rumah, Ibu Asih dan suamianya
menggendong, menciumi, dan menyuapi Melati dengan
bubur bayi, tak lupa mereka memberi Melati kecil susu
khusus bayi baru lahir untuk merawat pertumbuhan bayi
perempuannya itu. Ibu Asih dan suaminya sangat amat
senang telah diberikan kepercayaan untuk merawat
Melati, meskipun Melati lahir bukan dari rahim Ibu Asih
sendiri. Orang tua angkat Melati merawat Melati dengan
penuh kasih sayang, mereka memberi perhatian,
mencukupi kebutuhan, mendidik, dan mencintai Melati
seperti mereka memperlakukan itu semua kepada anak
kandung mereka sendiri. Setiap hari kelahiran Melati,
mereka selalu memperingatinya dengan mengadakan
pesta kecil-kecilan dan mengundang beberapa teman
kampung Melati untuk bernyanyi, makan, dan berfoto
bersama di rumah mereka dengan tujuan agar Melati
merasa senang. Perayaan sederhana ulang tahun Melati ini
berlangsung dalam 5 tahun berturut-turut, yakni saat
Melati genap berusia 1, 2, 3, 4, dan 5 tahun.
Tepat pada hari saat Melati dilahirkan, yakni pada
perayaan ulang tahun Melati setiap tahunnya, Ibu Dahlia,
yang merupakan ibu kandung dari Melati datang untuk
memberikan ucapan selamat dan doa. Ibu itu selalu
164
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
membawakan baju-baju yang bagus, boneka-boneka
beruang yang lucu, permen warna-warni, kue-kue yang
lezat, ataupun sepatu yang memiliki banyak ragam untuk
Melati setiap tahunnya. Pada saat itu Melati masih terlalu
kecil dan belum mengetahui semuanya, namun yang
masih terngiang dalam benaknya adalah wajah seorang
wanita misterius yang selalu datang untuk memberinya
kado setiap perayaan ulang tahunnya, ia ingat secara
samar-samar saja.
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Melati tumbuh
menjadi anak yang penurut, periang, dan ia selalu rajin
dalam bersekolah juga mengaji. Kedua orang tua angkat
Melati merasa sangat beruntung memiliki Melati. Mereka
sangat menyayangi Melati, tidak ingin kehilangannya
meski sedetikpun, begitupun sebaliknya. Hari itu tepat
saat Melati genap berusia 5 tahun. Perayaan ulang tahun
Melati masih dirayakan oleh kedua orang tuanya secara
sederhana di rumahnya. Melati tampak sangat bahagia
kala itu, ia bisa bersenda gurau dan tertawa bersama
teman-teman sebayanya yang datang saat acara ulang
tahun. Hal itu juga membuat Ibu Dahlia ikut merasakan
kebahagiaan saat mengawasi anak kandungnya itu dari
kejauhan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ibu kandung
Melati memang selalu datang untuk membawakan kado
yang sederhana namun tentunya sangat istimewa untuk
putri kesayangannya itu. Namun kali ini, ibu kandung
Melati tidak datang bersama suaminya, melainkan ia
datang dengan ditemani seorang bayi perempuan yang
digendongnya. Bayi itu tak lain adalah adik kandung
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
165
Melati. Masih saja Melati belum mengetahui siapa
sebenarnya wanita yang membawakan kado setiap
perayaan ulang tahunnya itu.
Ketika perayaan ulang tahun telah usai, di
belakang rumah Ibu Dahlia berusaha mengobrol dengan
Ibu Asih tentang hak asuh Melati. “Ibu Asih, mohon maaf
sebelumnya, kedatangan saya kemari untuk menghadiri
ulang tahun Melati, sekaligus saya berniat untuk merawat
Melati kembali. Mengingat Melati sekarang sudah berusia
5 tahun, saya ingin membesarkannya sendiri.”, ujar Ibu
Dahlia. “Iya bu, saya paham bagaimana perasaan ibu
sebagai ibu kandung Melati. Tapi saya sudah terlanjur
sayang, sangat sayang kepada Melati. Melati sudah saya
anggap seperti anak kandung saya sendiri, saya tidak mau
kehilangan dia. Ibu paham kan bagaimana perasaan saya,
saya akan merawat Melati sebaik mungkin.”, ujar Ibu
Asih. Ujaran Ibu Asih diperkuat dengan ucapan dari
nenek angkat Melati, yang merupakan orang tua dari Ibu
Asih yang tinggal satu rumah dengan keluarga Melati.
Tanpa sepengetahuan Ibu Asih, nenek Melati berucap
kepada Ibu Dahlia untuk tidak mengambil Melati kembali
dan tidak datang kembali ke rumah Ibu Asih, anak
kandungnya itu dengan tujuan agar Ibu Asih tidak
bersedih dan merasa diberi kepercayaan untuk merawat
Melati. Mengingat dari banyaknya cucu nenek Melati,
Melati lah yang paling disayangi oleh neneknya karena ia
anak yang lemah lembut, penyayang, serta penurut.
Keluarga kandung dan keluarga angkat Melati memang
166
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
sudah sepakat untuk menyembunyikan jati diri Melati
hingga waktu yang tepat.
Ibu kandung Melati pulang dengan hati sedikit
kecewa, namun tetap berusaha untuk ikhlas. Ia pulang
dengan tujuan utama membawa bayi kecilnya tersebut
untuk beristirahat. Beberapa saat mereka beristirahat,
terdengar suara orang mengetuk pintu dengan membawa
berita duka. Berita duka itu datang dari suami Ibu Dahlia,
ayah kandung Melati yang meninggal dunia karena
hanyut di sungai dekat rumahnya ketika mencari ikan
hasil tangkapan untuk dijual. Ibu Dahlia sangat terpukul
dengan kenyataan yang dihadapinya sekarang. Ia harus
membesarkan anaknya seorang diri dan menjadi tulang
punggung untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia
bersedih karena anak-anaknya akan menjadi anak yatim,
dan dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ayah. Dengan
demikian, secara tidak langsung Melati sudah menjadi
seorang anak yatim. Meski begitu, Ibu Dalia adalah wanita
yang kuat, ia yakin pasti bisa menghadapi setiap ujian
yang datang di kehidupannya. Sekali lagi, Ibu Dahlia
adalah wanita yang kuat dan sangat kuat, ia berusaha
untuk menjadi figur seorang ibu sekaligus seorang ayah
untuk anaknya.
Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa Melati
sekarang hendak duduk di bangku sekolah dasar. Tidak
seperti tahun-tahun sebelumnya, tepat di usia Melati yang
ke enam, tahun ini hari jadi Melati tidak dirayakan dengan
pesta ulang tahun. Melati sudah mempunyai satu orang
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
167
adik laki-laki sekarang. Ya, Ibu Asih baru saja melahirkan
anak keduanya. Melati sangat senang dapat adik baru.
Melati tumbuh menjadi anak yang pintar dan mandiri. Di
sekolah, ia selalu mendapatkan peringkat nomor 1. Melati
juga sangat rajin dalam membantu pekerjaan rumah ibu
angkatnya serta membantu menjaga adiknya.
Di suatu sisi, saat Melati tumbuh menjadi anak
yang rajin dan pandai di sekolahnya, ada saja godaan yang
menimpa Melati. Di sekolah, teman-teman sekolahnya
mengolok-olok Melati dengan sebutan “Anak yang
Terbuang”, ada pula temannya yang mengatakan bahwa
Melati sebenarnya bukanlah anak yang dilahirkan dari
rahim ibunya yang sekarang, bahkan sebagian dari mereka
mengatakan bahwa Melati adalah anak angkat yang
digunakan sebagai pancingan untuk memperoleh anak
kandung dari orang tua yang merawatnya sekarang. Entah
darimana sumber ucapan mereka sehingga mereka bisa
mengatakan demikian, yang jelas ucapan-ucapan itu
terdengar dan tertanam di benak Melati sehingga
menimbulkan tanya besar pada hatinya. Meski begitu,
Melati tetap sabar dan tentunya tidak pernah membalas
ataupun marah dengan ucapan teman-temannya. Melati
kecil hanya membalas mereka dengan senyum manis dari
bibirnya.
Ketika itu Melati sedang keluar rumah, ia hendak
membelikan makanan untuk ibunya. Ada saja ucapan
tetangga yang berbisik dan mengatakan bahwa Melati
sebenarnya bukanlah anak kandung dari kedua orang
168
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
tuanya yang sekarang. Ucapan dari para tetannganya itu
seringkali didengar olehnya pada saat ia keluar rumah.
Ketika itu Melati kecil masih berusia enam tahun, dan
duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Ia masih belum
memahami apa yang sebenarnya diucapkan oleh orangorang tentang asal-usul dirinya. Namun, ia berpikiran ada
suatu hal yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya.
Kala itu Melati baru saja pulang dari sekolah.
Selepas berganti pakaian, dengan gaya polos anak
seusianya, ia bertanya kepada Ibu Asih, ibu yang
merawatnya dari kecil. “Bu, apa benar aku ini sebenarnya
bukan anak kandung ibu?”, tanya Melati sambil
memandangi wajah ibunya. “Siapa yang mengatakan
demikian, nak?”, tanya ibunya. “Ada banyak orang yang
berkata seperti itu bu, teman-teman juga. Mereka bilang
Melati bukan anak ibu dan ayah.”, jawab Melati dengan
nada polosnya. “Melati tidak usah menghiraukan ucapan
yang tidak benar dari orang-orang ya. Melati anak ibu dan
ayah. Ibu, ayah, nenek, adik, dan semuanya sayang sekali
dengan Melati.”, ujar ibu seraya mengelus rambut Melati.
Melati menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, ibu
juga.
Di kesehariannya, Melati rajin membantu
pekerjaan orang tuanya. Selain itu ia rajin beribadah dan
juga rajin belajar. Tak seperti kebanyakan anak seusianya,
Melati terlihat lebih memiliki kepribadian yang tenang dan
jarang untuk membuang waktu dengan bermain atau
keluyuran tanpa ada keperluan yang penting dan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
169
bermanfaat bagi dirinya serta orang lain. Hari demi hari
berlalu, Melati hidup bahagia dan merasa cukup, baik
perihal materi atau kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Ia selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah
dimilikinya sekarang.
Dua tahun kemudian, Ibu Asih melahirkan anak
ketiganya. Ya, di usianya yang menginjak delapan tahun,
Melati memiliki satu adik laki-laki dan satu adik
perempuan dari keluarga angkatnya sekarang. Melati
sangat senang mendapatkan adik baru. Ia biasa membantu
ibu untuk mengasuh adik-adiknya itu. Melati sangat
menyayangi kedua adiknya. Namun, kebahagiaan itu tak
lama berubah menjadi kesedihan. Nenek Melati yang
sangat menyayangi Melati meninggal dunia di usianya
yang menginjak delapan puluh tiga tahun dikarenakan
sakit. Melati sangat bersedih telah kehilangan nenek yang
paling disayangnya itu. Ia mendoakan agar neneknya itu
bahagia di surga.
Semua terlihat baik-baik saja. Namun seiring
berjalannya waktu, perubahan dalam hidup Melati terjadi.
Ibu yang biasa menyayanginya sejak kecil tampaknya
sedikit berubah sikapnya kepada Melati. Ibu Asih sering
membandingkan Melati dengan adik-adiknya. Apabila
Melati melakukan kesalahan sedikit saja, Bu Asih lebih
sering memarahi Melati dengan kata-kata yang kasar,
bahkan sesekali wanita beranak tiga tersebut memukuli
Melati. Ibu Asih sering tidak percaya kepada Melati. Ia
selalu menuduh Melati melakukan kesalahan yang
170
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
sebenarnya tidak Melati lakukan. Apabila ada kesalahan
dalam rumah, nampaknya ibunya menganggap itu semua
adalah kesalahan dari Melati. Di mata Ibu Asih sekarang,
Melati lah yang salah walaupun ia tidak pernah
melakukannya. Semua yang dilakukan Melati terlihat hina
di mata ibu angkatnya tersebut.
Sesekali Melati meneteskan air mata untuk
membasuh luka hatinya. Ia merasa sedih apabila ibunya
memperlakukan ia demikian. Namun Melati tetaplah
memiliki kebesaran hati untuk bersabar. Ia mempunyai
keyakinan bahwa seperti apapun sifat orang tuanya
kepada, mereka tetap berjasa besar dalam merawat dan
membesarkannya. Kesabaran hati Melati juga didukung
oleh sifat baik ayahnya, suami Ibu Asih yang seringkali
membela Melati ketika dimarahi dan dipukuli oleh ibunya.
Melati masih merasa beruntung karena memiliki seorang
ayah yang mengerti akan dirinya sekarang, meskipun ayah
Melati jarang berada di rumah karena harus berjualan alatalat memancing di toko. Melati juga sering datang dan
membantu ayahnya di toko keperluan memancing yang
berada di pinggir jalan raya itu. Ia biasa membantu
ayahnya sepulang sekolah dan menggantikan ayahnya
berjaga ketika jam waktu salat lima waktu tiba.
Matahari siang menyingsing, waktu itu Melati
yang duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar pulang dari
sekolah. Melati berjalan kaki menuju rumah, seperti pada
saat ia berangkat ke sekolah. Tidak seperti hari-hari
biasanya hari itu Ibu Asih menjemput Melati di depan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
171
gang rumah dan mengisyaratkan supaya Melati
mempercepat langkahnya untuk pulang. Saat tiba di
depan rumah, Melati sangat terkejut karena ia melihat
banyak saudara dan tetangganya yang datang dan duduk
memenuhi ruang tamu rumahnya. Tanpa berpikir
panjang, ia mengucapkan salam dan perlahan masuk ke
dalam rumah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Melati melihat sekeliling dan menelaah satu per satu orang
yang ada di ruangan rumahnya itu. Di sudut ruangan,
Melati melihat seorang wanita muda memakai baju
terusan hitam sedang menggendong anak perempuannya
yang masih berusia balita. Sepertinya Melati tidak asing
lagi dengan wajah wanita itu dan sering terlihat
sebelumnya. Melati ingat secara samar-samar saja. Di
pikirannya terbesit bahwa waktu ia kecil dulu sering
mendapatkan kado dari seorang wanita yang wajahnya
mirip dengan wanita yang dilihatnya saat ini. Namun ia
belum berani menyimpulkan apapun.
Melati menaiki anak tangga menuju ke ruangan
lantai dua untuk berganti pakaian. Pembicaraan para ibu
itu terdengar hingga ke lantai atas secara sayup-sayup.
Melati tidak sengaja mendengarkan pembicaraan mereka.
Semua yang hadir sepertinya menujukan perhatiannya
kepada ibu berbaju hitam tadi. Ibu berbaju hitam itu
menanyakan banyak hal tentang diri Melati. Mulai dari
bagaimana keadaan Melati, bagaimana peringkatnya di
sekolah, dan bagaimana sikap Melati di rumah ini. Semua
ibu yang hadir memberikan jawaban positif kepada ibu
itu, Ibu Asih juga ikut menjawab dengan jawaban baik
172
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
yang sesuai dengan diri Melati sebenarnya. Wanita berbaju
hitam yang menggendong anak itu juga memandangi fotofoto kecil Melati satu per satu. Foto ketika Melati ulang
tahun, bermain, belajar, mengaji, ataupun ketika menangis.
Wanita itu terlihat sangat senang sekali mengetahui
keadaan Melati sekarang.
Setelah sekitar satu jam berlalu dengan berbagai
cerita ibu-ibu di ruang tamu tentang Melati, wanita itu
memutuskan untuk pulang. Tak lupa Melati datang
menyambut untuk mencium tangannya. Wanita itu
mencium kening Melati seraya berkata “Kamu sudah
tumbuh besar dan cantik, nak”. Kemudian ibu itu pergi
setelah memberikan sedikit uang untuk Melati. Para
saudara dan tetangga yang hadir juga turut menyambut
kepulangan wanita itu. Melati bertanya kepada ibunya
tentang siapa sebenarnya wanita yang datang itu, dan
ibunya menjawab ia adalah teman bekerja ibunya dulu.
Melati percaya dengan ucapan ibunya. Ia memang belum
dewasa untuk mengetahui semuanya, namun ia merasa
ada yang belum ia ketahui. Ikatan batin antara ibu dan
anak terasa kuat dalam hal ini. Melati ingin datang ke
rumah Ibu Dahlia. Ia memohon kepada Ibu Asih dengan
harapan ibunya itu mau mengajaknya ke rumah Ibu
Dahlia. “Bu, nanti kalau liburan sekolah tiba, ajak Melati
ke rumah teman ibu tadi ya, Melati mau main.”, ujar
Melati. “Iya, nanti kalau Melati sudah kelas 5 ya.”, jawab
ibu. Melati menganggukkan kepala. Ucapan ibunya tadi
seperti hanya ingin menenangkan Melati. Sampai Melati
hendak duduk di bangku sekolah menengah pertama pun
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
173
ibunya belum mengabulkan permintaannya, dan mungkin
Melati sendiri juga sudah lupa akan permintaannya
beberapa tahun lalu itu. Melati tetap menjalani hidupnya
dengan semestinya dan senantiasa bersabar dalam
menghadapi segala gejolak yang terjadi di kehidupannya.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa Melati
sekarang sudah sudah duduk di bangku kelas 9 sekolah
menengah pertama. Melati tumbuh menjadi gadis remaja
yang sangat cantik dan cerdas di sekolahnya. Waktu itu
Melati mendapatkan tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah untuk mencari tahu asal-usul
mengenai rumah sakit tempat setiap siswa dilahirkan.
Melati bertanya kepada sang ibu perihal itu. Bu Asih pun
menjawab bahwa Melati dulu dilahirkan di Rumah Sakit
Ibunda, sebuah rumah sakit swasta yang terletak tak jauh
dari tempat tinggalnya sekarang. Satu hari setelahnya,
Melati datang ke rumah sakit tempatnya dilahirkan
tersebut. Waktu itu sepulang sekolah, matahari
menyingsing dengan terangnya. Melati naik angkutan
umum untuk sampai ke tempat tujuan, hal yang biasa ia
lakukan ketika berangkat dan pulang dari sekolah.
Sebenarnya Melati punya tujuan lain selain
menanyakan asal-usul rumah sakit tempat ia dilahirkan
tersebut, yaitu ia ingin mencari tahu tentang siapa dirinya
yang sebenarnya. Setelah tiba di rumah sakit, Melati
memberikan diri diri untuk menanyakan niatnya tersebut
meskipun dengan hati yang gundah. Ia memberanikan diri
untuk masuk ke ruangan depan, kemudian memulai
174
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
bertanya kepada pelayan rumah sakit bagian administrasi
dan pendataan. Wanita muda yang merupakan pelayan
rumah sakit itu terlihat sangat ramah dan nyaman untuk
diajak ngobrol, sehingga Melati tidak canggung untuk
bertanya kepadanya. “Selamat pagi kak, apakah ada yang
bisa kami bantu?”, ujar pelayan itu ramah. “Selamat pagi
juga kak saya mau bertanya, apakah rumah sakit ini masih
menyimpan data-data setiap bayi yang lahir dalam
rentang waktu belasan tahun yang lalu?”, tanya Melati.
“Masih menyimpan kak, boleh tahu tahun berapa
kelahirannya?”, kata pelayan rumah sakit itu. Melati pun
memberitahukan tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya
dengan tujuan agar pelayan rumah sakit itu dapat dengan
mudah mencarikan datanya. Setelahnya, wanita itu datang
dengan membawa buku catatan yang berisi data-data
setiap bayi yang lahir pada tahun 1999, tahun yang
disebutkan Melati. Dalam buku itu tercatat berbagai
informasi penting, seperti tanggal, bulan, tahun, jam ketika
bayi dilahirkan, nama pasien, nomor telepon pasien, serta
alamat pasien.
Dalam buku catatan kelahiran tersebut sebagaian
besar tidak dicantumkan nama bayi yang dilahirkan,
karena pada saat melahirkan biasanya para orang tua
belum memikirkan nama yang pas untuk buah hatinya.
Mengetahui hal tersebut, Melati mencoba menanyakan
apakah ada nama Ibu Asih yang melahirkan pada tanggal
kelahirannya. Wanita itu mencoba mengecek sejenak nama
Ibu Asih di buku catatan kelahiran. “Tidak ada, kak.”, ujar
wanita itu sembari menunjukkan buku catatan kelahiran
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
175
kepada Melati. “Oh begitu. Kalau Ibu Dahlia ada tidak
kak?”, tanya Melati penasaran. Sebenarnya Melati masih
belum mengetahui betul nama dari ibu kandungnya, ia
hanya mendengar samar-samar saja dari para tetangga
yang sering membicarakan asal-usul dirinya. “Ada kak.”,
ujar wanita itu seraya menunjukkan buku catatan
kelahiran kepada Melati. Melati mengecek buku itu dan
ternyata benar tertulis nama Ibu Dahlia pada tanggal
kelahirannya, kebetulan pada tanggal tersebut hanya ada
tiga kelahiran saja, dan nama Ibu Dahlia hanya ada satusatunya pada tanggal tersebut. Melati sedikit terperanga
mengetahui kenyataan ini. Jantungnya berdetak kencang
dan hatinya bergejolak ingin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi. Melati kemudian menengok buku itu
dan mengingat-ingat alamat Ibu Dahlia yang tertera pada
kolom bagian samping nama ibu yang melahirkan.
Kemudian ia melanjutkan tugasnya untuk bertanya
mengenai asal-usul rumah sakit tersebut. Setelah itu,
Melati mengucapkan terima kasih kepada pelayan rumah
sakit yang telah membantunya dengan baik.
Setelah tugas dan pencarian Melati selesai, ia
keluar dari rumah sakit. Rasa penasarannya memang
terjawab, namun hatinya sedikit kalut. Tubuhnya lemas
dan lututnya gemetar mengetahui kenyataan yang sudah
lama ia tanyakan dalam hatinya. Melati berusaha kuat
dengan menahan air mata yang hendak membasahi pipi
merahnya itu. Sekarang juga, ia berniat untuk mendatangi
alamat rumah tempat Ibu Dahlia tinggal. Ia berharap
sampai detik ini Ibu Dahlia masih tinggal disana. Melati
176
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
sangat ingin bertemu dengan Ibu Dahlia apapun yang
terjadi, meskipun ia tahu bahwa kemungkinan besar yang
terjadi adalah Ibu Dahlia tidak mengenalinya karena ia
telah beranjak remaja sekarang sehingga sedikit banyak
mengalami perubahan pada wajahnya.
Melati melanjutkan perjalanannya ke rumah Ibu
Dahlia. Ia memilih untuk menaiki angkutan umum saja,
mengingat rumah Ibu Dahlia tidak jauh dari rumah tempat
tinggalnya sekarang. Setelah sekitar 10 menit perjalanan, ia
sampai di depan kampung tempat Ibu Dahlia tinggal. Ia
turun dari angkutan umum untuk kemudian berjalan kaki
sekitar 300 meter menyusuri jalanan kecil yang ramai
kendaraan lalu lalang karena memang kendaraan umum
dilarang memasuki perkampungan itu. Begitu padat dan
riuh laju kendaraan memenuhi sekujur jalan, Melati
memilih jalan lain agar cepat sampai tujuan. Ia berjalan
sambil menengok kanan kiri dengan tujuan dapat melihat
plang bertuliskan gang yang sesuai dengan tujuannya.
Sesampainya di gang 7, gang rumah Ibu Dahlia, Melati
meneruskan langkahnya dan kemudian berhenti di sebuah
gubuk kayu kecil yang tidak berlantai. Ia masih ragu
untuk masuk. Ia kemudian bertanya kepada orang sekitar
apakah benar rumah tersebut ditinggali oleh Ibu Dahlia.
Para tetangga mengatakan bahwa benar rumah kecil itu
ditinggali oleh Ibu Dahlia dan satu anak perempuannya,
suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Para
tetangga
melanjutkan
pembicaraannya
dengan
mengatakan bahwa sebenarnya Ibu Dahlia bukan
penduduk asli kampung tersebut. Ia datang dari sebuah
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
177
kota di daerah Jawa Tengah. Mereka mengatakan juga
bahwa Ibu Dahlia tinggal di kota ini dikarenakan ia
memiliki seorang anak yang diasuh oleh orang lain di kota
yang sama, dan mungkin Ibu Dahlia tidak ingin jauh dari
anaknya. Dalam hati kecil Melati berkata bahwa seorang
anak yang dimaksud itu anak dirinya, Melati Vania
Hussein.
Setelah mengobrol dan mengucapkan terima kasih
kepada para tetangga yang telah memberikannya
informasi, Melati memberanikan diri untuk datang ke
rumah Ibu Dahlia. Ia mengetuk pintu rumah yang terbuat
dari kayu 178ka n itu perlahan. “Tok tok tok,
Assalamu’alaikum.”, suara ketukan pintu dan salam
Melati. “Wa’alaikumussalam.”, ujar suara itu. Setelah
salam terjawab, ada seorang wanita yang menengokkan
kepalanya lewat jendela rumahnya seraya berkata “Ada
apa mbak, mbak mencari siapa?”. “Oh tidak bu, maaf saya
salah orang.”, jawab Melati gugup seraya berlalu. Melati
tahu bahwa wanita yang ditemuinya barusan adalah Ibu
Dahlia, ibu kandungnya. Ia masih hafal raut muka Ibu
Dahlia sama persis dengan wanita yang sering
memberikannya kado berupa baju, permen, sepatu, dan
makanan saat dirinya kecil dulu.
Melati menahan dirinya untuk tidak berbicara
dengan Ibu Dahlia. Meskipun ia sudah mengetahui bahwa
Ibu Dahlia adalah ibu kandungnya, namun ia memilih
untuk menunggu saat yang tepat. Sepertinya Ibu Dahlia
sudah tidak mengenali wajah anak kandungnya itu, Melati
178
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
remaja yang telah sedikit banyak mengalami perubahan,
mengingat Ibu Dahlia sudah tidak pernah datang ke
rumah untuk menjenguknya. Terakhir kali ibu Dahlia
datang ke rumah Melati adalah ketika ia duduk di bangku
kelas 3 sekolah dasar. Melati memutuskan untuk pulang
ke rumah saja dengan menaiki kendaraan umum.
Mendung hitam tampak di angkasa, sebentar lagi hujan
akan membasahi bumi dan seisinya. Dan benar saja,
beberapa menit kemudia hujan turun dengan derasnya.
Melati terpaksa turun dari angkutan umum dan berlari
menembus derasnya hujan, mengingat ia tidak membawa
persediaan payung dan jarak pemberhentian angkutan
umum dengan rumah Melati yang hanya sekitar 100 meter
saja.
Setibanya di rumah, Melati membersihkan
tubuhnya yang basah karena hujan. Senja telah tiba,
bintang-bintang di langit hendak memancarkan terangnya,
tanda malam telah datang, Melati merenungkan kenyataan
tentang dirinya. Hatinya bergejolak, ia bimbang dan
sedikit canggung dengan keluarganya sekarang setelah ia
mengetahui tentang jati dirinya yang sebenarnya.
Meskipun ia merasa sedih karena sejak lahir tidak dirawat
oleh orang tua sendiri, namun Melati tetap bersabar dan
berpikir positif bahwa semua yang terjadi dalam
kehidupannnya merupakan kehendak Tuhan Yang Maha
Esa. Melati sadar, bahwa Tuhan memberikan apa yang
hamba-Nya butuhkan, bukan yang diinginkan. Ia
menyadari sepenuhnya bahwa kehendak Tuhan ini adalah
jalan terbaik. Kewajibannya sekarang adalah selalu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
179
berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya, serta
berupaya membahagiakan keluarga dengan prestasinya.
Melati kemudian mengambil air wudhu untuk
melaksanakan ibadah salat dan berdo’a agar Tuhan selalu
melindunginya dan keluarganya, baik kandung maupun
keluarganya yang sekarang.
Seiring waktu berlalu, tangis dan tawa telah dilalu
oleh Melati di hidupnya. Melati sangat menyayangi
keluarganya yang sekarang. Di sisi lain, ia juga merasa iba
dengan keadaan ibu dan adik kandungnya yang sekarang,
ia memiliki cita-cita untuk mendatangi dan membantu
mereka suatu saat nanti. Ibu dan ayah Melati memang
tidak pernah berpilih kasih dalam hal pendidikan kepada
Melati dan adik-adiknya. Namun, terkadang ibu Melati
sering memarahi Melati dengan perkataan yang kasar
ketika ia melakukan kesalahan yang sepele. Ibu Asih juga
sering memarahi Melati, meskipun adik-adik Melati lah
yang melakukan kesalahan. Pendidikan Melati juga
sebagian besar kedua orang tuanya sekarang yang
mengatur. Orang tua Melati seperti kurang mempercayai
Melati, tidak mendengarkan isi hatinya, dan sering
mengabaikannya. Hal itulah yang terkadang membuat
Melati bersedih. Meski demikian, Melati tetap berusaha
bersabar dalam menghadapi segala cobaan di
kehidupannya. Ia tumbuh menjadi pribadi yang tabah
dalam menghadapi segala yang terjadi dalam
kehidupannya. Ia tahu betul bahwa semua yang terjadi
merupakan kehendak Tuhan yang Maha Esa, dan
merupakan hal yang terbaik untuknya.
180
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Waktu berjalan begitu cepat, Melati sekarang
sudah beranjak dewasa. Ia memilih untuk melanjutkan
kuliah di pendidikan guru karena sejak kecil ia memiliki
cita-cita yang mulia sebagai pendidik generasi penerus
bangsa. Ia berkuliah sambil membuka program les di
rumahnya ataupun private untuk sedikit membantu
ekonomi kedua orang tuanya. Tahun ini, ia sedang
menjalani semester 5. Di kelasnya, Melati dikenal sebagai
pribadi yang rajin dan pandai. Ia memiliki seorang sahabat
yang setia dengannya, namanya Fitria. Melati dan Fitria
sudah saling mengenal sejak awal perkuliahan. Mereka
sering bertukar pikiran, mengobrol, ataupun saling
berbagi cerita mengenai kehidupan pribadi masingmasing.
Di siang hari yang terik, Melati baru saja selesai
melakukan perkuliahan. Melati bersama Fitria memilih
untuk membeli makanan di kantin bersama. Melati
bercerita bahwa setelah ini ia berniat mengunjungi ibu
kandung yang sudah lama tidak ditemuinya. Ia meminta
pendapat kepada sahabat karibnya itu. Fitria memberikan
saran kepada Melati bahwa boleh saja datang kesana
untuk menjenguk ibunya. Melati berhenti di sebuah toko
roti kecil di dekat kampus untuk membeli satu buah roti
besar dan membawakan kepada ibu kandungnya. Tekad
Melati sudah bulat, pikirannya sudah mantap untuk
menanyakan kepada Ibu Dahlia siapa dirinya yang
sebenarnya. Melati berangkat ke kediaman Ibu Dahlia
dengan mengendarai sepeda motor, kendaraan yang biasa
dinaikinya ketika berangkat dan seusai kuliah.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
181
Sesampainya di alamat rumah Ibu Dahlia, Melati
tidak mendapati siapa siapa yang tinggal disana, rumah
itu kosong. Kata warga sana, Ibu Dahlia sudah pindah ke
kontrakan yang ada di gang sebelah. Tanpa pikir panjang,
Melati langsung menuju alamat kontrakan tempat Ibu
Dahlia tinggal yang ditunjukkan oleh warga kampung
tadi. Sesampainya di depan kontrakan, Melati bingung
karena banyak sekali kamar yang ada disana. Ia harus
bertanya kepada warga sekitar tentang keberadaan Ibu
Dahlia. Seorang nenek tua memberitahukan kepadanya
letak kamar yang ditinggali Ibu Dahlia sekarang.
Sesampainya di kamar yang menjadi tujuannya, Melati
mencoba mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Sosok
wanita muncul dan membukakan pintu. Melati sangat
mengenali wajah tersebut, seperti yang pernah dilihatnya
beberapa tahun yang lalu, saat ia kecil dan saat di gubuk
kecil itu. Ya, wanita itu adalah Ibu Dahlia. Melati
memandangi wajah wanita yang mulai menua itu sejenak,
kali ini ia tidak dapat menghindar lagi. “Cari siapa
mbak?”, tanya wanita itu. “Saya anak dari Ibu Asih bu, ini
ada titipan dari ibu saya untuk ibu.”, jawab Melati sembari
memberikan roti yang dibawanya tersebut kepada wanita
yang ada di hadapannya itu. “Anak Ibu Asih? Loh ini
Melati?”, tanya wanita itu kembali dengan nada terkejut.
“Iya bu, saya Melati.”, ujar Melati. “Ya Allah Melati, kamu
sekarang sudah besar dan cantik nak.” Ujar wanita itu
dengan mata yang berkaca-kaca. Ibu Dahlia spontan
memeluk Melati dengan kencang dan terdengar suara
tangisan lirih dari wanita itu di depan kamar kontrakan.
Melati juga spontan menyambut pelukan dari ibu
182
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
kandungnya itu. Nenek tua yang memberikan petunjuk
kepada Melati rupanya masih berdiri di depan gang
kontrakan dan memandangi mereka yang saling
berpelukan. “Ada apa Ibu Dahlia kok bersedih, jangan
menangis di depan pintu, ayo bawa anak itu masuk ke
dalam.”, kata nenek tua itu. “Ini anakku.”, kata Ibu Dahlia
dengan nada yang sangat lirih kepada nenek tua itu. Tapi
tetap saja Melati masih mendengar samar-samar perkataan
Ibu Dahlia tadi.
Ibu
Dahlia
melepaskan
pelukannya
dan
mempersilakan Melati untuk masuk. Ia kemudian
membawakan segelas minuman untuk Melati. “Saya ini
budhe kamu nak, ini budhe, teman ibu kamu.”, ujar Ibu
Dahlia memulai pembicaraan. “Kalau pakdhe, suami
budhe ini sudah meninggal beberapa tahun yang lalu saat
Melati masih kecil.”, kata Ibu Dahlia melanjutkan
ceritanya. Melati mendengarkan dengan baik ucapan Ibu
Dahlia seraya mengangguk menandakan bahwa ia paham.
Ia bersedih mengetahui bahwa ternyata benar ayah
kandungnya itu sudah meninggal sejak lama, seperti yang
dikatakan oleh tetangga Ibu Dahlia beberapa tahun yang
lalu di gubuk kecil.
Mereka saling bercerita tentang kehidupan pribadi
satu sama lain. Ibu Dahlia menanyakan keadaan Melati,
perkuliahannya, dan kehidupannya dengan keluarganya
sekarang. Melati menjawab setiap pertanyaan Ibu Dahlia.
Ia menahan dirinya untuk menanyakan kebenaran kepada
Ibu Dahlia, menunggu saat pembicaraan yang tepat. Ibu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
183
Dahlia juga menceritakan bahwa ia sekarang sudah
dipecat dari tempat biasa ia bekerja. Ia sekarang hanya
bekerja serabutan di terminal yang jaraknya cukup jauh
dari kontrakan tempatnya tinggal sekarang. Ia biasa
bekerja saat sore hingga malam hari. Ibu Dahlia hanya
bekerja membantu membawakan barang-barang bawaan
para pelancong yang telah melakukan perjalanan dan
kemudian berhenti di terminal itu. Setelah membantu, ia
hanya mendapat upah dua ribu hingga lima ribu rupiah
saja untuk setiap orang yang dibantu. Ada juga orang
yang berbaik hati memberikan upah yang lebih banyak
kepadanya. Namun, tak jarang pula ia tidak mendapatkan
upah sama sekali karena tidak ada orang yang mau
dibantunya. Sering pula Ibu Dahlia tidak pulang ke rumah
dan terpaksa untuk menginap serta tidur di terminal
karena tidak mendapat pelanggan, sehingga ia tidak
mempunyai uang naik angkutan umum untuk pulang. Ia
juga sering menahan rasa lapar karena tidak mampu
untuk membeli makanan. Mendengar cerita Ibu Dahlia,
Melati sangatlah sedih dan ingin sekali sedikit membantu
meringankan beban ibu kandungnya itu.
Ibu Dahlia bercerita banyak hal kepada Melati. Ia
sepertinya sangat senang bisa bertemu dan bercerita
kepada Melati, anak kandungnya itu. Ia kemudian
menunjukkan foto-foto dirinya bersama almarhum
suaminya, yang merupakan ayah kandung Melati ketika
mereka masih muda dulu. Semua foto-foto itu masih
tersimpan dengan baik dan sangat rapi. Di foto itu,
nampak sekali bahwa Ibu Dahlia sangat menyayangi
184
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
suaminya yang telah meninggalkan dirinya itu, begitupun
sebaliknya. Masih nampak jelas kesedihan pada raut wajah
Ibu Dahlia ketika bercerita tentang almarhum suaminya
itu. Di salah satu foto yang memperlihatkan senyum
almarhum ayah Melati, terlihat mirip sekali dengan Melati
saat tersenyum juga. Ibu Dahlia juga mengatakan
demikian. Ibu Dahlia bercerita bahwa sebenarnya ia
memiliki tujuh orang anak. Namun, tiga diantaranya telah
meninggal sejak masih dalam kandungan.
“Anak pertama budhe ini bernama Beni, yang
tinggal di luar kota bersama dengan neneknya. Anak
kedua, ketiga, dan keempat telah meninggal dunia ketika
mereka berada di dalam kandungan budhe. Anak keenam
bernama Dina yang juga tinggal di luar kota bersama
dengan neneknya, dan anak ketujuh bernama Aisyah yang
tinggal bersama budhe, tapi dia belum pulang dari sekolah
sekarang.”, cerita Ibu Dahlia yang masih menyebut dirinya
dengan sebutan ‘budhe’. “Lah anak kelima ibu di mana,
kok tadi belum disebutkan?”, tanya Melati penasaran.
“Hmmm anak kelima…”, jawab Ibu Dahlia pilu seraya tak
kuasa menahan tangisnya. “Anak kelima itu bernama
Melati ya bu, anak kelima itu aku ya?”, tanya Melati
perlahan. “Iya, nak.”, jawab Ibu Dahlia sambil menangis.
“Sebenarnya ibu ini bukan tidak mau merawat dan
membesarkan Melati. Bukan berarti ibu membuang Melati.
Ibu sangat sayang kepada Melati, tapi ibu kasihan dengan
Ibu Asih yang belum dikaruniai anak selama beberapa
tahun setelah menikah dan memberikan kepercayaan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
185
kepadanya dengan merawat kamu, Melati. Dulu
almarhum ayah kamu pernah menyuruh ibu supaya
Melati ibu rawat sendiri saja, tapi ibu sudah berjanji
kepada Ibu Asih, teman baik ibu. Melati jangan bersedih
ya. Semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha
Esa. Ini yang terbaik untuk Melati. Kalau Melati ikut
dengan ibu, pasti Melati juga hidupnya kurang enak.
Sedangkan sekarang Melati sudah hidup enak dan bisa
mengenyam pendidikan hingga perguruan. Melati harus
banyak bersyukur ya. Melati juga harus berbakti kepada
kedua orang tua Melati yang sekarang. Jadilah anak yang
sukses, dan bahagiakan orang tua kamu yang sudah
sangat baik dalam merawatmu ya, nak. Melati janji ya,
untuk tidak memberitahu perihal ini kepada siapapun.
Jangan sampai keluarga kamu tahu kalau kamu sudah
mengetahui asal-usulmu yang sebenarnya. Nanti akan ada
saatnya Melati diberitahu tentang semua ini oleh kedua
orang tua Melati.”, ujar Ibu Dahlia sembari memeluk
Melati. Seperti ada ikatan batin antara ibu dan anak
kandungnya yang telah terpisah sekian lama, Ibu Dahlia
melampiaskan rasa rindunya kepada Melati dengan
memeluk dan mencium keningnya. Rasa pilu jelas
terpancar di wajahnya. Wanita yang melahirkan Melati itu
terlihat sedih dan sesekali mengusap air matanya, Melati
juga. “Walaupun ayah kandung Melati sudah meninggal,
Mas Beni sebagai kakak kandung Melati bisa menjadi wali
jika Melati menikah nanti.”, tambah Ibu Dahlia.
Setelah beberapa saat bersama dan saling bercerita,
Melati berniat untuk pamit pulang karena hari mulai sore.
186
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Melati mencium tangan Ibu Dahlia, dan Ibu Dahlia
mencium kening Melati kembali sebagai tanda ibu dan
anak itu akan berpisah kembali dalam waktu yang cukup
lama. Ibu Dahlia memberikan Melati mukenah untuk
dibawanya pulang. Ibu Dahlia mengatakan bahwa Melati
boleh untuk sering-sering datang ke kontrakannya. Tak
lupa Melati menanyakan tempat di mana almarhum ayah
kandungnya dimakamkan, yang tak jauh dari tempat
tinggalnya juga, dengan tujuan mengunjunginya
secepatnya.
Hari-hari berganti, Melati kali itu mengunjungi
makam almarhum ayahnya. Namun beberapa menit
mencari makam di blok yang sesuai arahan dari ibunya,
makam almarhum ayah Melati tidak dapat ditemukan.
Makam itu sepertinya sudah tertindih dengan makam
baru dan sudah hilang begitu saja. Melati dibantu oleh
pekerja makam yang juga berusaha mencari, namun belum
ditemukan. Wajar saja hal itu terjadi, karena sudah belasan
tahun ayah Melati meninggal, tetapi makam tersebut
jarang dikunjungi dan dirawat oleh keluarga, mengingat
keadaan ibu dan adik kandungnya sekarang yang kurang
berkecukupan. Kakak dan adik tertuanya juga berada di
luar kota bersama dengan neneknya. Dengan itu, Melati
memutuskan untuk pulang ke rumah dan berpesan
kepada penjaga makam untuk memberitahunya apabila
sudah menemukan makam yang sama dengan identitas
almarhum ayahnya. Melati nantinya berniat menandai
makan tersebut dengan pagar ataupun batu agar tidak
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
187
hilang kembali. Untuk saat ini, ia hanya bisa mendoakan
almarhum ayah kandungnya itu dari jauh saja.
Sudah dua kali Melati mengunjungi rumah Ibu
Dahlia untuk menjenguk ibu dan adik kandungnya itu.
Melati juga sering membawakan makanan ataupun uang
untuk sedikit membantu ibu kandungnya. Namun, saat
kali ketiga Melati berkunjung kesana, kamar kontrakan Ibu
Dahlia sudah ditutup dan disita. Baju dan perabotan Ibu
Dahlia harus ditahan di kamar kontrakan itu sebagai
jaminan karena Ibu Dahlia tidak bisa membayar uang
kontrakan tahun ini. Para tetangga mengatakan bahwa Ibu
Dahlia pindah ke rumah seseorang yang masih ada
hubungan saudara dengannya. Rumahnya hanya beberapa
kilometer dari kontrakan Ibu Dahlia sekarang, namun para
tetangga tidak mengetahui secara pasti di mana alamat
tempat ia tinggal sekarang. Melati sedih karena merasa
belum bisa membantu ibu kandungnya itu, karena ia
masih belum memiliki uang yang cukup dan masih dalam
proses kuliah. Ia kemudian memutuskan untuk pulang.
Beberapa hari kemudian, ternyata Ibu Dahlia dan
anak perempuan kecilnya memberanikan diri untuk
datang ke rumah Melati yang sekarang. Ia berniat
meminjam sedikit uang untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari dan meminta beberapa baju masa kecil Melati
untuk diberikan kepada adiknya, mengingat baju-baju
mereka sedang ditahan sebagai jaminan di kontrakan. Ibu
Asih dan suaminya memberikan permintaan Ibu Dahlia.
Melati menemui Ibu Dahlia beserta adiknya untuk
188
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
bersalaman. Mereka bertindak seperti tidak mengenal satu
sama lain. Hal ini mereka lakukan agar kedua orang tua
Melati tidak curiga, seperti perjanjian mereka waktu itu.
Saat Melati membuatkan minuman untuk mereka di
dapur, Ibu Dahlia mengatakan kepada ibu dan ayah Melati
sekarang bahwa ia ingin sekali diundang dan
menyaksikan pernikahan Melati kelak. Ibu dan ayah
Melati mengiyakan permintaannya. Tak lama setelah
berbincang-bincang, Ibu Dahlia dan anak perempuannya
itu pulang.
Sore itu Melati sedang berjaga di toko tempat
ayahnya bekerja. Ibu Dahlia tiba-tiba datang dengan
memberikan nomor telepon dan alamat tempat tinggalnya
sekarang. Ia meminta agar Melati menghubunginya dan
sering berkunjung ke tempat tinggal barunya. Tampak
terburu-buru karena tidak ingin kedua orang tua angkat
Melati tahu akan hal ini, Ibu Dahlia pamit sesudah
mencium kening Melati. Beberapa hari kemudian, Melati
berniat mengunjungi rumah ibu kandungnya itu sesuai
dengan alamat yang telah diberikan. Di rumah barunya,
Melati melihat ada beberapa kepala keluarga yang tinggal
disana. Rumah itu tidak terlalu besar. Itu adalah rumah
teman Ibu Dahlia yang masih ada hubungan saudara
dengannya meskipun jauh. Ibu Dahlia hanya tinggal di
kamar kecil bersama anak perempuannya. Ia juga masih
bekerja serabutan sebagai pembawa barang di terminal
setiap sore hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
anaknya, adik kandung Melati.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
189
Melati sudah datang ke rumah itu dua kali untuk
bertemu ibu dan adik kandungnya. Para saudara Ibu
Dahlia yang tinggal disana nampaknya sangat senang
dengan kedatangan Melati. Mereka sering mengobrol dan
berbagi cerita. Mereka mengatakan bahwa mereka bangga
mengenal Melati, karena Melati menjadi pribadi yang
sukses dalam menggapai cita-citanya menjadi seorang
guru profesional. Mereka juga kagum kepada Melati yang
berhasil mencari jati dirinya sendiri. Meskipun jarak
rumah Melati dengan rumah baru ibunya tidak jauh, akan
tetapi Melati memilih untuk tidak sering datang kesana.
Selain karena ia merasa tidak enak harus mengganggu
saudaranya untuk menemui ibu kandungnya di rumah itu,
ia juga berusaha memendam kenyataan ini sendiri untuk
disimpan sampai waktunya telah tiba.
Dua tahun kemudian, Melati sudah lulus kuliah
dan bekerja menjadi guru sekolah dasar di sekolah negeri
dekat dengan kediamannya. Ia mengenal seorang laki-laki
yang baik yang menjadikan Melati sebagai calon
makmumnya. Dua tahun setelah itu, mereka hendak
melangsungkan pernikahan. Ibu Asih mengabari Ibu
Dahlia untuk datang di pernikahan Melati. Mas Beni,
kakak kandung Melati juga datang dari luar kota khusus
untuk menjadi wali pernikahan Melati. Saat ini merupakan
saat yang tepat bagi kedua orang tua Melati untuk
menyampaikan kebenaran tentang diri Melati. Kedua
orang tua melati mengatakan bahwa Ibu Dahlia adalah ibu
kandungnya dan Mas Beni adalah kakak kandungnya.
Para saudara kandung Melati juga hadir dari luar kota
190
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
khusus untuk menghadiri pernikahan Melati yang
dirayakan secara sederhana namun istimewa dan berkesan
tersebut. Melati menangis bahagia karena bisa menikah
dengan pria yang dicintainya dan mendengarkan
kebenaran yang disampaikan oleh kedua orang tuanya
yang selama ini ia tunggu. Beberapa saat kemudian
terdengar suara “Sah…” dari para saksi yang hadir.
Melati hidup berbahagia dengan lelaki pilihannya. Ia juga
sukses dalam menjalaninya karirnya sebagai guru, cita-cita
mulia yang diinginkannya sejak kecil. Melati juga sudah
menebus barang-barang perabotan ibu kandungnya yang
disita untuk kemudian membelikan keluarganya itu
rumah baru yang sederhana. Kedua orang tua Melati yang
telah membesarkannya beserta adi-adik Melati juga turut
bangga dengan hasil dari pengorbanan dan kesabaran
Melati. Melati juga sering datang ke rumah keluarga yang
telah merawatnya dari kecil untuk menjenguk, membantu,
dan memberikan adik-adiknya uang untuk membantu
pendidikan mereka. Semua orang yang menyayangi Melati
turut bahagia dengan pencapaian Melati sekarang.
Beberapa tahun kemudian, Melati dikaruniai dua orang
anak yang sangat lucu. Ia hidup bahagia bersama keluarga
kecilnya di rumah sederhana tempat ia tinggal. Semua
kebahagiaan ini adalah buah dari kesabaran dan
perjuangan Melati yang tak pernah padam.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
191
CORONA
Oktavia Fatma Yudianti
Berminggu-minggu sudah aku di rumah saja menanti
pengumuman kapan masuk sekolah. Hari-hariku terasa
sunyi, rindu sekolah, rindu humornya bapak, ibu guru,
teman. Bahkan kini, saya sekolah online semua informasi
dan tugas serta berkomunikasi dengan teman, keluarga
melalui online.
Bahkan saat ini kerjaanku sering main HP,
karena sumber utama dari segalanya saat ini hanyalah HP.
Pada suatu hari, aku merasa bosan dengan semua ini
tetapi aku tidak kehabisan akal untuk mencari kesibukan
agar tetap di rumah baik itu main game, tik tok, belajar
masak, nonton film, olahraga, nugas, membantu berjualan,
dan mengasah keterampilan yang lain.
Saya mengambil HP lalu menghubungi beberapa
teman saya yang tergabung atau tersambung dalam
aplikasi zoom dan kami semua bercerita tentang corona.
Aplikasi zoom selain untuk media pembelajaran berbasis
online tetapi aplikasi zoom juga bisa untuk media
komunukasi kami lebih dari 4 orang melalui video call
atau telfon.
192
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Assalammualaikum,
hallo
bagaimana kabarnya kalian?” Tanyaku.
teman-teman
“Waalaikumsallam, hallo corrin Alhamdulillah
baik. Bagaimana Kabarnya kalian?” Tanya Demia.
“Demia sepertinya sinyal atau jaringannya
teman-teman kurang mendukung, karena video dan suara
mereka tersedat-sedat.” Pintaku.
“Iya sepertinya. Demia aku rindu sekolah, rindu
teman-teman, rindu travelling, main, aku rindu aktivitas
seperti sedia kala.” Sambung Corrin.
“Iya Corrin kamu benar, aku sudah tidak sabar
bisa sekolah kembali, bisa aktivitas seperti sedia kala. Tapi
apa daya kondisinya belum memungkinkan, jadi kita
harus sabar dab berdoa agar kondisi bisa seperti semula.”
Sambung Demia.
“Yang terpenting kita semua sehat dan selalu
dalam lindungannya, terlebih penting lagi semoga virus
corona segera sirna dari bumi kita supaya kita bisa
aktivitas seperti sedia kala.” Pinta Corrin.
“Aamiin Corrin semoga saja peristiwa ini cepat
berlalu. Oh ya Corrin kita masuk sekolah jadi kapan?” Ujar
Demia.
“Entah Demina, kita tunggu pengumuman saja.
Telfonnya kita sambung lain waktu ya Demina bersama
teman-teman, assalammualaikum.” Ujar Corrin.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
193
“Baiklah Corrin, walaikumsallam.” Ujar Demina.
Akibat adanya virus corona ini awalnya yang
masuk sekolah tanggal 30 Maret 2020 diperpanjang sampai
tanggal 13 April 2020 hingga tanggal 03 Mei 2020 baru
masuk sekolah. Dengan adanya virus corona ini dan
semuanya serba online, maka mata saya menjadi gampang
lelah serta sakit dan uang habis untuk membeli paketan.
Kami semua rindu keadaan normal yang seperti biasanya.
Sekolah dengan media pembelajaran melalui online kurang
memadai, karena di sini kami hanya diberikan soal, soal,
tugas, tugas dan tugas yang ditentukan dengan waktu
tertentu dan membuat kami lebih ketergantungan dengan
HP.
Bukan hanya sekolah diliburkan, tetapi semua
kegiatan yang menimbulkan kerumunan dibatalkan,
semua aktivitas terbatas. Dengan adanya corona ada
hikmah yang bisa kami ambil diantaranya kita semua lebih
bisa menjaga kebersihan diri sendiri serta lingkungan,
saling peduli satu sama lain, saling mendukung, kita di
rumah aja kalau penting baru keluar, dan lain sebagainya.
Dampaknya udara disurabaya, suasana, dan langit
menjadi sejuk serta langitnya biru terbebas dari polusi
udara.
Virus corona ini sangat berbahaya bahkan bisa
mematikan semua mahkhluk hidup. Sudah sebulan kami
semua di rumah saja demi memutus rantai virus corona.
Suatu hari Vilas menelpon saya, “Hallo Corrin, kamu di
194
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
mana? Main yuk, aku sudah sangat bosan berada di rumah
terus”
“Corrin menjawab, ingin mengatakan apa yang
ada difikirannya: Maaf Vilas kita mau main kemana?
Semua akses jalan banyak yang ditutup, begitupun juga
dengan tempat hiburan. Lebih baik kita di rumah saja
sampai benar-benar keadaan seperti semula.”
“Loh kita bisa mengelilingi jalan sambil
mengendarai motor bahkan mobil. Corrin asal kamu tau
ya aku ini sudah bosan sekali di rumah selama sebulan ini.
Ayolah Corrin, aku jemput kamu ya, kita Cuma
mengelilingi jalan dengan mengendarai mobil, toh kita ya
tidak keluar kita kan hanya di dalam mobil saja tentunya
kita tidak bakal terkena virus yang menyebalkan itu.” Ujar
Vilas
“Astagfirullah Vilas, semua orang tentunya
merasa bosan dengan semua ini, tapi mereka tidak
kehabisan akal untuk mencari kegiatan atau kesibukan
agar tidak bosan di rumah. Ini semua untuk kepentingan
kita semua dan kita harus patuhi. Setelah ini usai terserah
kamu mau melakukan apa saja di luar rumah dan kamu
mau ajak aku kemana saja, aku pasti mau. Sabar Vilas”
Ujar Corrin.
“Lalu? Ini semua sampai kapan akan berakhir?
Kalau pun kita keluar rumah dan kemana pun kita pergi
kita tidak akan tertular Corrin yang terpenting kita tidak
bersentuhan dengan orang lain. Udahlah jangan terlalu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
195
berlebihan dan jangan terlalu patuh. Aku akan jemput
kamu ke rumahmu, sekarang silakan kamu bersiap diri.”
Jawab Vilas.
“Ya Allah, Vilas sadar. Kamu tidak boleh
berbicara seperti itu, kita tidak tau kapan musibah akan
datang kepada kita. Tolong dijaga setiap perkataan yang
kamu lontarkan dan maaf aku tidak bisa ikut denganmu
serta memenuhi permintaanmu kali ini.” Ujar Corrin
Vilas tetap bersih kukuh untuk keluar rumah
tanpa izin ke orang tuanya. Corrin sangat cemas dengan
Vilas. Corrin coba menghubungi Vilas tapi Vilas tidak
meresponnya sama sekali bahkan ia mematikan HP nya.
Suatu ketika di daerah rumahnya Vilas ada yang
terkena Virus Corona dan dijemput paksa oleh tim medis.
Teman-teman Vilas sangat mengkhawatirkan keadaan
Vilas serta keluarganya. Teman-teman serta keluarga Vilas
sudah menghimbau Vilas untuk tidak keluar rumah lagi,
akan tetapi Vilas sama sekali tidak peduli akan hal itu. Dia
masih bersih kukuh dengan fikirannya meskipun dia
keluar
rumah
dan
mengelilingi
jalan
dengan
menggunakan mobil dia tidak akan tertular virus corona
itu.
Corrin mencoba menasehati Villas lebih dalam
akan bahayanya virus corona agar ia sadar dan tidak
berperilaku seperti apa yang difikirannya. Tetapi sampai
saat ini Villas tidak pernah mendengarkan semua
perkataannya, bahkan ia menantang virus corona tersebut
196
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
dengan sering keluar rumah untuk menghibur dirinya.
Bagi dia menghibur dirinya sendiri lebih penting daripada
kesehatannya.
Villas menyalahkan pemerintah kenapa harus
ada social distancing, lockdown, sehingga semua kena
dampaknya. Dan terlebih lagi Villas bergumam “Kenapa
sih harus ada virus corona, kenapa sih Negara itu
menyebabkan terjadinya virus corona?” sambil marah.
Corrin menjawab “Villas tolong jangan berbicara
seperti itu, virus corona itu ada karena Tuhan yang
menghendaki tetapi melalui Negara itu dan ini menjadi
peringatan untuk makhluk hidup terutama manusia harus
saling menyayangi, menjaga, peduli satu sama lain,
menjaga kebersihan, kesehatan dan lebi mendekatkan diri
dengan Tuhannya.”
“Udahlah Corrin jangan sok alim, bijak, bosan
aku mendengar ceramahmu yang tidak penting malah
membuatku semakin pusing. Kalau mau ceramah sana di
masjid atau mushollah! Sok suci banget!” Ujar villas.
“Astagfirullah Villas, suatu saat kamu akan sadar
dan mengerti apa maksudku selama ini.” Jawab Corrin
sambil mengelus dada.
“Terserahlah! Bodoh Amat! Aku benci dengan
keadaan saat ini. Ujar Villas dengan nada kasar.
Meskipun Villas bersikap itu tetapi Corrin tidak
pernah marah dan tidak akan pernah berhenti untuk
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
197
menasehati Villas. Suatu ketika Villas mengajak temantemannya untuk pergi ke sebuah tempat. Tidak banyak
kata di telfon mereka semua menolak ajak an dari Villas
dan akhirnya Villas tetap nekat berangkat sendiri dan
tidak peduli saran atau larangan dari teman-temannya.
Dua hari kemudian, badan Villas panas, lemas
serta leher kaku. Villas mulai takut dengan keadaannya
dan takut diperiksa. Ibu Villas memintanya untuk segera
memeriksakan diri ke dokter agar tau penyakitnya dan
segera diobati. Akhirnya Villas mau pergi ke dokter dan
mau minum obat. Ternyata Villas hanya kelelahan. Suatu
ketika ia sembuh dari penyakitnya. Tetapi karena dia
sering melihat berita, artikel, sosmed tentang corona Villas
itu semua membuat Villas memikirkannya dan akhirnya
terbawa tidur. Villas takut dengan sendirinya dengan
Virus Corona melalui gejala-gejala yang timbul yang
akhirnya membuatnya ia stress dan dia jatuh sakit
kembali.
Jangan pernah takut dan sering melihat berita itu
atau hal yang membuat kita tegang dan akhirnya
menjadikan stress lalu jatuh sakit. Kita harus waspada dan
cukup menjaga kebersihan, kesehatan dan berjaga jarak.
Dengan kejadian itu akhirnya Villas menyesal dan
meminta maaf kepada Corrin serta yang lain.
Akhirnya Villas menjadi pribadi yang lebih baik
lagi.
198
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Dengan di rumah aja, serta mematuhi semua
anjuran dari pemerintah maka akan memutus rantai virus
corona dan keadaan semakin cepat membaik. “Ujar Villas.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
199
KAMAR SEBELAH
Pawestri Sekar Wilujeng
(28 Februari 2000)
“Andi, tolong simpan kardus-kardus ini ke kamar
sebelahmu”. Perintah ibu. “siapa tahu nanti beruna”, aku
langsung membawa setumpuk lipatan kardus itu ke kamar
di sebelahku. Saat itu kami sekeluarga baru pindah rumah,
sehingga banyak barang yang harus kami tata. Untung saja
rumah baru kami sangat besar dan berlantai dua, jadi kami
tidak usah bersempit-sempitan lagi seperti di rumah lama.
Saat aku masuk ke ruangan di sebelah kamarku, jendela
besar langsung terpampang di sana tanpa tirai. Aku bisa
melihat pemandangan hutan disana dengan sangat jelas.
Pucuk-pucuk pepohaonan melambai-lambai seolah-olah
mengajakku untuk pergi ke sana. Tapi memang itu
keinginanku. Aku paling suka berkemah atau menjelajahi
hutan yang belum kukenal. Dan untungnya, ayah
mengizinkanku untuk berkemah di hutan itu.
Siang terus berlanjut, aku bersama kakak
perempuanku. Dona tidak henti-hentinya membantu yah
dan ibu, hingga waktu senja dating menjemput kami.
Setelah menutup semua tiara dan membersihkan diri,
kami langsung makan malam bersama di ruang makan.
Jam menunjukkan pukul pukul 10.00 malam ketika aku
200
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
bergegas naik ke tempat tidur. Alunan music rock yang
dating dari kamar kakaku sangat menyiksaku saat itu.
Meski kamarnya ada di bawah, namun musiknya tetap
terdengar sampai ke telingaku. Aku jadi benar-benar tidak
bisa tidur. Hingga akhirnya terdengar sebuah suara yang
dating dari kamar di sebelahku. Sebuah suara yang
lumayan keras, dan membuat lantai kamarku bergetar.
Aku langsung bangkit dan memasang telinga baik-baik.
Itu suara jendela dibanting. Tidak salah lagi. Tapi siapa
yang membantingnya? Dan pada saat itu juga, alunan
music rock dari kamar kakakku berhenti seketika. Suasana
menjadi hening. Tetapi tak lama kemudian, terdengar
suara langkah kaki berlari menaiki tangga dan lewat di
depan kamarku. Setelah itu suara langkah kakinya tak
terdengar lagi. Kupikir itu adalah kak Dona yang berlari.
Mungkin ia juga mendengar jendela dibanting keras, lalu
segera berlari menghampiri kamar sebelahku itu.
Akhirnya aku pun keluar dari kamarku. “kakak? Kakak
ada di sna?” tanyaku sambil mnegetuk pintu kamar
sebelahku. Tidak ada jawaban. Karena penasaran, aku
buka pintunya. Ternyata di dalamnya sma sekali tidak ada
siapa-siapa, dan terkunci. Aneh sekali, pikirku.
Tiba-tiba ada seorang anak perempuan meminta
tolong, “Tolong…Tolong aku…” aku benar-benar terkejut.
“siapa itu?” “tolong aku…”, Aku berpaling kesana kemari,
mencari asal muasal suara itu. Namun aku tidak
menemukannya. Dan meski aku sudah berbaring
dikamarku, suara menyeramkan it uterus menerus
menghantuiku sepanjang malam. Aku benar-benar tidak
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
201
bisa tidur. Keesokan harinya aku menceritakan semua
yang terjadi pada kak Dona. “Benarkah?” ujar Dona.
“padahal kan aku membiarkan kaset rock-ku menyala
sampai tengah mala”. “Tidak mungkin. Aku benar-benar
mendengar kalau music rock di kamar kakak mati setelah
ada suara jendela dibanting itu. Lalu terdengar suara
langkah kaki berlari menaiki tangga,” jelasku. Saat itu
kami sedang makan pagi. Aku ceritakan semuanay kepada
kakak ayah dan ibu. Ibu hanya tersenyum mendengar
perkataanku. “Mungkin kamu hanya bermimpi”, “kau
tidak biasa dengan rumah ini, sehingga halusinasimu
mulai bermain dan mengganggumu”. Tambah ayah.
“Kalau sudah terbiasa pasti tidak akan begitu”, aku
mengeluh di dalam hati. Mengapa mereka tidak pernah
percaya padaku? Sedangkan pada kak Dona, semua yang
diceritakannya selalu ditanggapi dan dipercaya. Aku dan
dia kan hanya beda 5 tahun. Aku kelas 4 SD, sedangkan
dia kelas 1 SMA. Tapi kata teman-temanku, orang yang
lebih tua memang lebih dipercaya. “Oh ya, nanti malam,
pamanmu akan dating menginap di sini”. Kata ayah
membuyarkan lamunanku “Ia akan dating bersama Arin.
Biarkan mereka memilih kamar yang mereka mau untuk
ditempati”, Arin. Ya, siapa yang tidak mengenal dia. Anak
itu sebaya denganku, tetapi punya kelebihan. Dia pinta,
manja dan cantik. Orang tuanay yang kaya raya
membesarkannya dengan penuh kasih saying. Semua yang
diinginkannya selalu dipenuhi. Di depan orang tuaku atau
orang lain, ia adalah gadis manis yang penuh sopan
santun. Tapi di depanku, ia adalah anak sombong dan
202
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
licik. “Kenapa harus memilih? Biar saja mereka tidur di
kamar sebelahku”. Tegasku kesal.
Ayah menatapku. “Andi, dengarkan ayah.
Pamanmu yang menemukan rumah besar ini. Pamanmu
yang meminta pemilik rumah ini agar harga jualnya
dipotong sehingga tidak terlalu mahal. Dan pamanmu
juga yang membayar setengahnya”. Ayah diam beberapa
saat, memperhatikankku lekat-lekat. “Mereka adalah tamu
istimewa kita. Kalau kau berbuat yang tidak-tidak lagi,
ayang yang menentukan hukumannya. Mengerti?” Dan
malamnya mereka benar-benar datang. Ayah dan ibu
mempersiapkan semuaini dengan matang. Makanan
mewah dihidangkan di meja makan yang panjang dan
besar itu. Semua ruangan dipel, dan kak Dona
mengenakan baju terbaiknya. Sialnya, Arin memilih
kamarku untuk ditempati. Aku terpaksa tidur di kamar
menyeramkan itu hanya dengan satu buah matras, selimut
tipis dan sebuah bantal yang keras, menyebalkan. arin
hanya tersenyum puas sambil bertolak pinggang saat ia
memilih kamarku dan malihatku mernegut karenannya.
Malam tiba, seperti biasa, aku tidak bisa tidur. Lampu
tidak kumatikan, dan kubiarkan selimut membungkusku
hingga ke hidungku. Aku tetap terjaga, rasanya waktu
berputar cepat sekali. Pukul 21.00, pukul 22.00, pukul
23.00. dan aku tetap tidak bisa tidur. Telinga kupasang
baik-baik. Tetapi saat itu sama sekali taka da suara apaapa. Satu jam pun berlalu. Tidak, tidak satu jam. Tetapi
pukul 23.59 menit 55 detik. Jam dinding terus
kuperhatikan dan kuhitung detiknya. 56, 57, 58, 59… dan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
203
saat itu lonceng jam di ruang tamu berdentang keras. Itu
sedikir membuat terkejut. Aku benar-benar tak percaya.
Inilah pertama kalinya dalam seumur hidup aku tidak
tidur hingga pukul 00.00 malam.
Tiba-tiba sesuatu terjadi. Lampu kamarku dalam
sekejap mati, dan aku sangat ketakutan. Aku berlari
menghampiri pintu dan berusaha membunkanya. Tetapi
tidak bisa. Terkunci! Padahal pintu itu taka da kuncinya
sama sekali. Aku terus memaksa membukanya dengan
menggedor-gedor pintunya. “Tolong!” teriakku panik.
“Tolong aku! Tolong!” Di sekelilingku benar-benar gelap,
hitam dan hanya sedikit cahanya yang masuk melewati
jendela besar di sana. Aku tak henti-hentinya menggedor
pinttu. Pikiran-pikiran tentang mahkluk halus atau hantu
mengiang di pikiranku. Aku diam sebentar dan mengatur
nafas. Anehnya, Paman dan Arin yang tidur di ruangan
tidak mendengarku sama sekali. Ayah, ibu atau kaka Dona
pun tidak datang menghampiriku, padahal teriakanku
sangat keras. saat diam beberapa detik, tahu-tahu lampu
sudah menyala kembali. Aku tersentak kaget. Tapi
anehnya, lampu diruangan itu sangat pudar dan berwarna
kuning. Padahal sebelumya lampu berwarna putih terang.
Aku masih menghadap ke pintu, berjalan mundur
perlahan-lahan ke belakang. Debu dan sarang laba-laba
menghiasi setiap sudut tembok, membungkus lemari dan
peralatan yang ada disana. Lantai yang kupijak sangat
kotor dan berpasir. Aneh sekali. Aku merasa berada di
masa lampau. Masih dengan keheranan, aku berbalik
menghadap jendela besar tiba-tiba ada sesuatu yang
204
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
membuat urat nadiku hamper putus, membuat kakiku
bergetar hebat terbelalak. Aku seperti disamabar petir. Ya.
Di sana, di jendela itu, sebuah sosok anak perempuan
seumurankku tergantung melayang dengan tali tambang
melilit dilehernya. Dia menghadap ke arahku. Gadis itu
memakai baju daster hingga ke lututnya. Seluruh
tubuhnya berwarna putih pucat, rambut hitamnya yang
panjang sebahu tergerai menutupi sebagian wajahnya.
Tetapi dapat kulihat degan jelas, matanya melotot lebar
seolah-olah akan keluar. Mulutnya terbuka sedikit, dan
darah mengalir lembut melaluki hidung dan mulutnya.
Kakinya yang bergelantungan dan bergerak sedikit ketika
ada angina kencang menerpa. Aku mnjerit kencang sekali.
Ini bukan rumahku. Ini bukan ruangan itu. Ku bawa kaki
ini berlari menghampiri pintu dan memaksa tanganku
membuka pintu itu. Tetapi pintu tetap terkunci. Aku
panik. Sangat panik. “Ayah! Ibu! Tolong Aku!!!”
(29 Februari 1992)
“Tolong aku….”
Di sudut ruangan itu , Lisa merapatkan kedua lututnya,
menunduk dan menangis lagi. Sudah lebih dari seminggu
ia disekap di dalam kamar kosong tanpa ada yang
menemani seorang pun. Hanya dua buah obor yang
terpajang di dinding, menyinari sedikit ruangan itu.
Cahaya bulan menembus masuk melalui jendela besar di
belakangnya. Sudah banyak korban berjatuhan. Dan yang
mengalami pasti selalu anak perempuan. Dan kini Lisa
pun ikut terpilih. Semula ia tak terlalu mengerti hal itu,
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
205
namun ketika ada sekelompok pria tidak dikenal
menawarkan permen dan boneka, Lisa terbujuk dan
menuruti perintah pria-pria itu. Lisa dibawa ke suatu
tempat yang jauh sekali dari rumahnya. Ia disuruh masuk
ke dalam sel yang penuh dengan jeruji miri seperti
penjara. Disa, banyak sekali anak-anak perempuan
seumurannya yang sedang duduk membungkuk. Wajah
mereka sangat memelas, seolah tidak ada harapan yang
akan menyelamatkan mereka dari kengerian itu. Mereka
semua sangat kurus dan cekung. Dan inilah awal
malapetaka yang dialami Lisa. Gadis cantik itu harus
menerima siksaan yang amat sangat menyakitkan. Ia tidak
bisa bertemu dengan kedua orang tuanya di kejauhan
sana, orang tua Lisa sangat panic mengetahui anaknya
hilang. Sirine mobil polisi terdengar di mana-mana.
Sementara surat kabar tak henti-hentinya menampangkan
berita itu, “Penculikan Anak Terus Berlanjut”.
Satu per satu anak di dalam ruangan itu dipanggil
dan dijual ke luar negeri. Lisa tidak tahu tentang itu. Yang
ia tahu, pasti anak yang dipanggil akan dibawa pergi ke
tempat yang sangat jauh, dan di sana akan dijadikan
budak dan disiksa terus-menerus. Dan sekarang tepatnya
tanggal 29 Februari, tinggal Lisa yang terakhir berada di
sel itu. Keheningan malam sangat mencekam dan
menyiksa dirinya. Baju daster se lutut sedah dipakainya
selama seminggu. Ia juga menggigil kedinginan. Angina
kencang terus mmenerpa hinga tulang-tulang kurusnya.
Sebelumnya, Lisa dan beberapa sudah berusaha untuk
kabur. Mereka dengan susah payah membuka jendela
206
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
besar yang digembok dan dirantai. Tetapi suatu kali
mereka berhasil. Mereka bisa membuka jendela itu, namun
ketika melihat ke bawah, hanya sungai kotor dan hutan
yang tampak. Belumlagi ketinggiannya mencapai
beberapa meter, dan anak-anak itu terlalu takut untuk
meloncat ke bawah. Pada saat itu juga, angina luar
berhembus kencang hingga membantin jendela besar itu.
Suaranya sangat keras seperti gempa. Salah satu pria yang
ada di bawah langsung berlari menaiki tangga dan
memarahi anak-anak itu. Tiba tiba Lisa berfikir, apa yang
harus ia lakukan agar ia tidak seperti anak-anak lainya.
Bagaimana cara agar ia dapat menghindar dari semua itu.
Ia sangat marah. Marah pada dirinya. Seharusnya, anak
usia 10 tahun sudah bisa menjaga diri sendiri. Ia menyesal
kenapa tidak memikirkan baik-baik nasihat orang tuanay.
Dan juga anak-anak lainya. Mereka semua sangat bodh
dan tolol.
Malam itu, Lisa mengamuk-ngamuk sendiri. Ia
menangis, menendang-nendang tembok, meloncat-loncat
mendumel sendiri, dan berteriak-teriak seperti ornag gila.
Tiba-tiba ia melihat sejumput tali tambang di sudut
ruangan. Tangisannya mendadak berhenti. Ia berpikir, ia
pasti bisa melakukan sesuatu dengan tali itu. Pasti, Lisa
tersenyum, dan tertawa terbahak-bahak. Ia terus tertawa
sambil berjalan mengambil tali itu. Kemudia ia perhatikan
paku yang sudah berkarat yang terpajang di atas jendela
besar. Tawa Lisa meledak lagi. Gadis malang itu
mengambil kursi kayu dan menyimpannya di dekat
jendela. Setelah menaikinya, ia mengikat tali tambang
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
207
pada paku dengan sangat erat. Lalu di ujung lainnya, ia
membuat simpul tali melingkar seperti sebuah lingkaran.
Kemuadia ia berbalik dan memasukkan tali itu ke
lehernya. Ia pun membiarkan dirinya bergelantungan di
jendela itu, membiarkan nyawanya lepas dari tubuhnya.
Kejadia itu lalu terus terjadi setiap 4 tahun sekali di bulan
Februari. Dan bangunan tempat penjualan anak itu pun
sudah dibersihkan dan dijadikan sebuah rumah megah.
Tetapi jendela besar tetap terpasang rapi di dinding, tanpa
meninggalkan sedikitpun sisa-sia luka seorang anak. Dan
setiap ada anak perempuan berumur 10 tahun berada di
bangunan itu saat tanggal 29 Februari, ia akan ikut
merasakan penderitaan seperti yang pernah dialami Lisa.
(29 Februari 2000)
Aku tersentak kaget. Nafasku tersengal-sengal,
penuh berkucuran di keningku. Ku lihat sekelilingku. Aku
masih duduk di atas matras, dengan selimut tipis dan
bantal keras. lampu di ruangan itu masih berwarna putih
terang, dan sama sekali taka da debu atau sarang laba-laba
di sana. Lantainya juga bersih tidak berpasir. Aku bernafas
lega. Apakah ini semua hanya mimpi? Yang kuingat,
terakhir kali aku memukul-mukul pintu dan memanggil
ayah dan ibuku. Kugali lagi isi pikiranku. Di dalam
mimpiku, aku melihat penderitaan Lisa. Aku melihat
bagaimana sosok gadis itu. Dan aku mengerti. Suara anak
yang meminta tolong kemarin malam pasti adalah suara
Lisa saat ia disekap di sel. Suara jendela dibanting keras itu
tak lain adalah ketika Lisa mencoba kabur dan membuka
208
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
jendela, tiba-tiba angina kencang membantingnya. Lalu
suara tapak kaki orang itu pasti adalah suara langkah pria
yang berlari menghampiri sel. Dan sel itu sedang
kutempati sekarang. Kejadian 8 tahun lalu terus berulang
dan menimpa anak perempuan. Syukurlah. Aku bukan
anak perempuan. Tapi…. Tunggu. Setiap ada anak
perempuan berumur 10 tahun berada di bangunan itu saat
tanggal 29 Februari, ia akan ikut merasakan penderitaan
seperti yang pernah dialami Lisa. Anak perempuan…10
tahun… jangan-jangan… Dan saat itu aku berpaling ke
belakang, di jendela itu sudah tergantung sesosok anak
perempuan yang sangat kukenali. “ARIN!!!
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
209
KETULUSAN YANG BERBUAH PENGKHIANATAN
Putri Nur Hidayati
Kehadiran seorang anak dalam rumah tangga merupakan
suatu rezeki yang dinanti nantikan. Namun sepasang
suami istri di sebuah desa Dadapan ini tidak juga
diberikan momongan sampai pasangan tersebut lanjut
usia. Panggil saja Kakek darmo dan nenek Saida, sepasang
suami istri yang sangat sabar dalam menghadapi setiap
ujian rumah tangga. Pada suatu hari, sang kakek tak
sengaja melihat seorang anak kurang lebih umur 13 tahun
duduk bersimpu di gerbang sekolah SMP tempat kakek
berjualan gado-gado, kebetulan kakek Darmo merupakan
penjual gado-gado legenda di wilayah tersebut. Tak lama
kemudian sang kakek memanggil anak yang duduk di
dekat gerbang sekolah tersebut.
“le, kamu ngapain di sini?” anak tersebut pun
terdiam, dengan penasaran sang kakek pun menanyakan
Kembali.
“le, kamu ngapain? Makan dulu yuk, kakek
buatkan gado-gado ya….”, dengan mata berkaca kaca
anak tersebut pun mengangguk dan mengikuti Langkah
kakek menuju gerobaknya.
210
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Sembari membuatkan gado-gado, sang kakek pun
membuka percakapan dengan anak laki-laki tersebut.
“le, ini gado-gadonya, oh ya rumah kamu di
mana?”
“iya kek, terima kasih, saya sudah tidak punya
apa-apa dan siapa-siapa kek.”
“astagfirullah, lalu arang tua juga sudah tidak
ada?”
“orang tua, sudah tidak ada dari seminggu yang
lalu kek, akibat kecelakaan.”
“oallah le, yauda kalo begitu kamu ikut kakek
kerumah saja ya, tinggal sama kakek dan nenek di
rumah…”
“beneran kek???? “
“iya le…. Kebetulan kakek juga tidak punya
anak, jadi pasti nenek sangat senang kalo kakek
membawa kamu pulang kerumah”
“waaah, terima kasih kek, saya sangat senang”
“iya le, habiskan dulu nanti ikut kakek keliling
dulu ya baru pulang”
“baik kek”
Tak terasa hari sudah menjelang sore, dagangan
pun sudah mulai habis tersisa 2 sampai 3 bungkus, kakek
pun menepi dan meracik gado-gadonya untuk di bungkus
dan membagikan ke orang yang kurang beruntung. Salah
satunya adalah Naura gadis lucu yang biasa kakek beri
gado-gado.
“keeeek….”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
211
“iya nauraa… ini ya gado-gadonya”
“tapi naura pengen kentangnya saja kek…”
“hmmm, kamu ini gimana masak gadogado cuman isi kentang saja kok ya lucu…”
“hehe tak apa kek, biar sehat”
“loh kan gado-gado isinya sayur semua,
jadi semuanya sehat”
“oh iya yaaa keeek hehehe”
“yadusah, kakek pulang dulu ya nduk.”
“iya kek, terima kasih hati-hatiii.”
Setalah semua habis kakek dan tole (sebutan anak
laki-laki dalam Bahasa jawa) pulang ke rumah, sekitar 30
menit melakukan perjalanan dengan berjalan kaki
mendorong gerobaknya, sang kakek dan tole pun sampai
di rumah. Nampak sang nenek duduk di teras sembari
meminum kopi, kopi hitam pahit merupakan salah satu
konsumsi wajib sang kakek dan nenek Ketika pagi
maupun sore hari, jika ada ketela rebus atau jagung rebus
akan menjadi pelengkap hangatnya sore hari sembari
bercanda ringan dengan suaminya. Namun sore ini nenek
di kejutkan dengan seorang anak laki laki yang iku kakek
ke rumah.
“Assallamuallaikum, nek kenalkan ini si tole, mau
tinggal di sini dengan kami”
“waallaikumsalam, Namanya siapa le,”
“Indra nek” sembari mencium tangan nenek
212
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“oh, bagus ya Namanya, yasudah ayo kakek sama
indra mandi dulu habis itu makan tadi nenek
sudah masakin”
“baik nek terima kasih,….”
Keesokan harinya kakek seperti biasa berjualan di
depan sekolah sembari keliling, dan nenek bekerja di
rumah seperti sehari-hari. Sedangkan Indra ikut kakek
berjualan, sambil memperhatikan anak-anak seumuran dia
sekolah, melihat hal tersebut, terbesit dalam fikiran kakek
untuk menyekolakan indra sampai tamat SMA. Tak
berfikir panjang indra pun di daftarkan untuk melanjutkan
sekolah SMP sampai SMA.
Sejak kehadiran Indra menjadikan keseharian
kakek dan nenek lebih berwarna. Indra pun demikian,
Namun siapa sangka sikap Indra mendadak berubah
ketika masuk di bangku kuliah, Memang saat melanjutkan
ke pendidikan sarjana Indra juga sembari kerja dalam
membantu biaya hidup sendiri di kota sehingga tidak serta
merta mengandalkan uang kiriman kakek. Rupanya
pergaulan yang kurang baik mampu mempengaruhi
Indra.
“Hai ndra…. Nongkrong yuk nanti ka nuda ga ada
kuliah” ajak Dena di sela jam selesai kelas ke dua.
“Eh Den… liat nanti yaa”
Ayolah kapan lagiii kita main”
“hmmm baiklah, liat nanti ya”
“Oke, aku tunggu”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
213
Dena, merupakan teman satu kelas Indra dari
semester satu. Sejak awal keduanya saling suka namun
Indra kerap kali selalu menghindar karena iapun sadar
bahwa dirinya bukan dari keluarga kaya. Sejak keluar
bersama kala itu hubungan keduanya semakin dekat
sampai akhirnya di penghujung cerita perkuliahan Indra
pun di wisuda. Mendengar kabar tersebut kakek dan
nenek pun turut bahagia.
Kriiing…. kriiing… kriiing dering telfon rumah bu
Rani pun berbunyi….
“Halo… Assalamuallaikum, bu Rani ini Indra,
boleh bicara dengan kakek dan nenek bu?”
“Waallaikumsalam indraaa, iya sebentar ya saya
panggilkan dulu”
Singkat saja, Bu Rani adalah tetangga kakek dan
nenek. Karena memang kakek tidak memiliki ponsel
sehingga Indra seringkali mengabari lewat telfon rumah
bu Rani.Oke, lanjut … Dengan sigap, bu Rani pun
memanggil nenek dan kakek.
“neeek, keeek dapat tlfon dari Indra.
“oooh iya nduk” saut kakek nenek dengan kompak
Akhirnya mereka menuju rumah bu Rani dan
mengangkat gagang telfon yang sedari tadi ditunggu oleh
Indra
214
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
“Halo
leeee
Assallamuallaikum…
gimana
kabarmu? tanya nenek dengan girang
“Alhamdulillah baik nek, nenek dan kakek
gimana?”
“Alhamdulillah kita semua baik lee”
“nek, kek Indra besok pulang”
“Waah, bagus toh le, yawes kita tunggu yaaaa..
hati-hati kalau pulang”
“ya sudah ya nek, kek. Indra tutup dulu telfonnya”
“iya leee,“
“Assallamuallaikum”
“Waallaikumsalam”
Keesokan harinya Indra sampai kampung halaman
sore hari, sudah pasti nenek dan kakek menyambut
dengan bahagia. Kehangatan Kembali terasa di tengah
keluarga tersebut. Beberapa hari kemudian Indra
mendapat panggilan kerja di luar kota sehingga
meninggalkan kakek dan nenek di kampung.
Sebulan kemudian Indra mengirim uang lewat bu
Rani, kepada kakek dan nenek. Bulan kedua pun
demikian, namun di bulan ke tiga, ke empat, ke lima Indra
tidak lagi berkabar dan mengirim uang kepada kakek dan
nenek. Rasa cemas pun melanda kakek dan nenek. Pada
akhirnya di penghujung tahun Indra Kembali pulang
dengan menggandeng Dena sebagai istrinya.
“Assallamuallaikum, kek, nek …Indra pulang”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
215
“Waallaikumsalam leeee. Kamu kenapa ndak
pernah kasih kabar? ini siapa?”
“Sudah ya nenek sama kakek sekarag tidak usah
khawatir Inddra sekarang sudah besar dan sudah
punya istri”
Seketika nenek dan kakek bersedih karena Indra
tidak mengundang mereka dalam pernikahannya. Dan
seketika pula Indra pun dirasa berubah sejak memiliki
istri. Indra yang dulu menjadi sosok lembut namun
sekarang lebih menjadi sosok yan temperamen. Sikap
Dena terhadap kakek dan nenek pun juga kurang baik.
Dua hari kemudian akhirnya Indra dan Dena Kembali ke
kota. Suatu Ketika Indra mengalami musibah dalam
ekonominya, karena sang istri memiliki kebiasaan belanja
menghabiskan banyak uang dan selalu ingin hidup kaya.
Sehingga hal tersebut membuat bisnis Indra seringkali
merosot dan uang semakin menipis. Merasakan hal
demikian seketika Indra mengingat sawah kakek yang ada
di kampung.
Suatu hari Indra Kembali ke kampung, seketika ia
merajuk kepada si kakek yang ia tau kakek akan
melakukan apa saja buat anak angkatnya yang di tolong 13
tahun yang lalu. Dengan memelas Indra menceritakan
segala musibah yang menimpanya, dengan akhir meminta
sang kakek untuk menjual sawahnya yang di mana
penghasilannya nanti akan di buat Indra untuk modal
usaha kembali. Awalnya sang nenek tidak setuju sehingga
sempat memunculkan konflik kecil antara kakek dan
nenek. Namun keberhasilan Indra yang merajuk pada
216
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
nenek pun akhirnya mendapat persetujuan. Dan
sawahpun terjual kemudian Indra Kembali ke kota.
Beberapa bulan kemudian usaha Indra pun
bangkit kembali dan lagi lagi Indra melupakan kakek dan
nenek untuk mencicil hutangnya. Sampai akhirnya Indra
gagal Kembali sebab toko miliknya terbakar habis.
Mengetahui hal tersebut Indra tidak kapok mengelabuhi
kakek dan nenek. Ia datang kembali ke kampung untuk
merajuk agar kakek mau menggadaikan sertifikat
rumahnya. Mengetahui bahwa nenek tidak menyetujui.
Pada akhirnya Indra mencuri sertifikat rumah tersebut dan
menggadaikan kepada rentenir.
Beberapa bulan kemudian sang rentenir datang ke
rumah untuk menyita rumah kakek dan nenek, sebab
Indra tak kunjung menebubsnya. Kondisi pilu menimpa
kakek dan nenek si usia lanjut, namun rasa sabar tak
pernah surut di hati keduanya. Mereka selalu berfikir
bahwa setiap ujian pasti ada hikmahnya dan segala cobaan
yang menimpa akan berbuah pahala. Dan tak lama
kemudian Pak Rasyid mengulurkan tangannya kepada
kakek dan nenek dengan menawarkan bantuan untuk
mendirikan rumah di tanah milik pemerintah. Singkat
waktu rumah singgah untuk kakek dan nenek pun beridiri
dengan layak.
“Alhamdulillah ya kek sekarang kita Sudah punya
tempat tinggal lagi”
“iya nek…Alhamdulillah. Terima kasih ya pak
Rasyid kerana sudah bersedia membantu kami”
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
217
“iya pak, sama sama. Semoga betah ya tinggal di
sini”
“Inshaallah kami sangat senang”
Setelah beberapa cobaan melewati kakek dan
nenek, pada akhirnya keduanya kini hidup dengan tenang
kembali, kakek berjualan gado-gado dan nenek seperti
biasa membereskan pekerjaan rumah. Kisah malang yang
menimpa sang kakek seperti peribahasa “air susu di balas
dengan air tuba”. Sungguh kebaikan kakek yang telah
berusaha dengan ikhlas menolong Indra untuk menjadi
anak angkatnya kemudian menyekolahkan sampai sarjana
berakhir pengkhianatan. Beruntung sepasang suami istri
telah mengiklaskan apa yang di perbuat oleh Indra dan
memaafkan segala kesalahannya. Pertolongan Tuhan
selalu sehingga membuat kakek dan nenek merasa yakin
bahwa Tuhan tidak akan menelantarkan hambanya.
218
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
ERIK SI PEMUDA BERHATI EMAS
Ratih Puspita Hadi
Pada suatu hari ada seorang pemuda laki-laki yang
bernama Erik dia memiliki paras yang sangat buruk dan
kekurangan harta atau miskin. dia tidak memiliki apapun
selain hanya pakaian serta penutup kepala yang dia pakai.
Saat itu Erik sedang berkelana untuk mencari pekerjaan,
lalu Erik membawa makanan dan makanan itu dia
dapatkan dari orang yang memberikan belas kasihan
kepadanya. Pada hari itu udara sangat dingin dan
Untunglah Erik mempunyai jaket yang tebal dan dapat
dipakainya, saat itu ia bertemu dengan gadis kecil dan
gadis tersebut menghampiri Erik.
“Bolehkah aku minta makananmu? karena perutku sangat
lapar,” ucap gadis kecil.
“Oh ya, tentu saja boleh,” jawab Erik kembali
DAN akhirnya Erik dengan senang hati
memberikan makanannya kepada anak gadis kecil
tersebut sambil tersenyeum, Padahal dia juga sangat lapar
sekali, sambil berkata dalam hati.
“Aku masih sanggup untuk menahan lapar, sedangkan
gadis kecil itu sudah kelaparan sekali, jika aku tidak
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
219
memberikan makanan ini, pasti dia akan menderita
dengan menahan laparnya itu, gumam Erik.
Dan akhirnya Erik kembali berjalan. Kemudian dia
bertemu dengan nenek yang sedang kedinginan, dia
merasa kasihan dengan nenek tersebut, nenek itu tidak
memakai jaket.
“Boleh nenek meminta jaketmu nak? nenek sangat
kedinginan.” ucap si nenek tersebut.
Dan akhirnya Erik melepaskan jaket yang dia pakai, dia
memberikan jaket kepada si nenek yang sedang menggigil
kedinginan.
” Ini nek Pakailah,” ucap Erik.
“Kamu sangat baik nak. Semoga Allah
melindungimu”. ucap si nenek itu. Amiinnnn
selalu
Akhirnya Erik sangat merasa kedinginan dan lapar
tetapi dia tidak menghiraukan semua itu. dia terus berjalan
menuju hutan. Barangkali di hutan dia dapat menemukan
buah-buahan yang dapat dia makan. Dan Akhirnya Erik
itu bertemu anak laki-laki dan anak laki-laki tersebut
mendekatinya”. dan dia berkata boleh aku minta tutup
kepalamu yang sedang kamu pakai? Aku kedinginan”.
ucap laki-laki tersebut.
Dan akhirnya Erik dengan senang hati melepaskan
tutup kepala yang dia pakai, lalu memberikan kepada
anak laki-laki tersebut, Kini apa yang Erik rasakan sangat
220
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
lengkap, dengan kedinginan dan kelaparan. Dengan
penderitaan yang dirasakan Erik, akhirnya membuahkan
hasil dia pun menemukan orang yang sangat dermawan
telah benyak memberikan di makanan, pakaian bahkan
pekerjaan yang baru. Erik tidak menyangka anak laki-laki
yang dia tolong ternyata putra dari Raja Ameer dari
Kerajaan Samanta yang tersesat di hutan.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
221
MINGGU SORE
Rizkika Madya
Ribuan hari telah ku lalui dengan ribuan momen dan
kesempatan yang berbeda. Banyak hari-hari yang terasa
singkat ketika sedang berbahagia dan terasa panjang
ketika sedih melanda. Orang berkata itu merupakan hal
wajar, manusiawi, sedih dan bahagia datang secara
bergiliran. Kucamkan penuh di hati sambil berulang
mengucapkan “kodrat manusia, kita hanya perlu
menjalani, waktu akan mengubahnya”.
Tidak bisa
dipungkiri ketika sedih kita selalu mengingatnya karena
memang sedih itu terkadang menjadi titik rendah hidup
manusia.
Pagi itu masih seperti pagi-pagi sebelumnya yang
selalu membawa suasana baru. Kujalani hariku sewajarnya
namun tidak pernah kehilangan porsi ritme semangat
yang sudah aku takarkan. Seiring bertumbuhnya manusia
cara memandang suatu masalah pun berkembang. Bukan
hanya dengan memandang mayoritas, tetapi lebih luas
tanpa ada batasan. Itu sebabnya ada sebagaian orang yang
saling memahami, sebagian lagi tidak bisa mengerti,
sebagian lagi masa bodoh.
Rumah merupakan salah satu tempat untuk
berkembang, tidak ada tempat lain senyaman rumah,
222
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
hidup dengan beberapa anggota keluarga menjadi modal
awal manusia mempraktekan hidup sosial. Keberhasilan
dalam suatu praktek ditunjang banyak factor dan besar
juga kemungkinan kegagalannya. Mungkin itulah
mengapa keluarga harus saling mendukung dan
berkembang. Aku tidak memposisikan diri sebagai sang
maha tahu dan maha benar, hanya saja aku memiliki
pandangan.
Memang benar, tidak semua pandanganku benar
dan diterima banyak orang, namun toh jika ada kekeliruan
kita harus kembali ke aturan awal. “kita harus saling
mendukung dan berkembang” lirih gumamku pada Gia.
“Aku mendukungmu Ka, aku paham kamu ingin
pekerjaan yang lebih baik, tapi kita juga butuh
penghidupan, aku tau kamu mencoba tapi saatnya ngga
tepat” Suara Gia memecah gema ruangan. Gia memang
selalu memahamiku tapi entah kenapa kali ini aku tidak
merasakan hal itu.
Hampir 8 bulan aku keluar dari kantor sialan itu,
hanya penghasilan Gia yang menopang kebutuhan rumah.
Puluhan lamaran kerja sudah aku kirim namun belum ada
yang memanggil. Bisa saja aku menjadi manager di kantor
orang tuaku tapi dari dulu sudah kubulatkan tekad untuk
berusaha dengan keahlianku sendiri. Aku berharap Gia
mengerti arti dari pandanganku itu. Tetapi waktu semakin
berjalan membuat goncangan dalam hubunganku ini.
“Ka, sebenarnya kamu ini serius sama hubungan
kita ngga?” Gia membuatku tersentak. Tak pernah
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
223
sekalipun dari awal hingga 4 tahun menikah Gia
melontarkan pertanyaan seperti itu. “Gia aku tau kamu
muak dengan aku yang terus-terusan dirumah tapi aku
saat ini butuh kepercayaanmu aja gi…” Kataku terpotong.
“kurang percaya apa aku sama kamu Ka, aku kerja sampai
ambil double shift buat nutupin kekurangan kita, kita
semua tau passion ngga akan berarti tanpa ada kemauan”.
“apa aku harus hidup pakai topeng lagi? Kamu bilang aku
harus bebas, jadi diriku sendiri? Kenapa sekarang kamu
ngeraguin aku?
Tak berucap apapun Gia langsung pergi keluar
rumah. Aku dan Gia hanya perlu bertahan beberapa
waktu lagi, hanya saja mungkin ini memang belum
waktuku untuk bekerja. Aku dan Gia sudah berkali-kali
melewati permasalahan yang lebih berat daripada ini, aku
hanya ingin dia bertahan sekali lagi, dan semua akan baikbaik saja.
224
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
KUNIKAMTI SENJAKU
Rohmatul Hanim Maulidia
Pagi-pagi sekali kabutnya mulai hilang, kadang rintikan
kabutnya mengenai jendela, kadang pula sinar elok
langsung menghantam jendela mengenai ranjangku.
Memang begitu rasanya setiap pagi setelah adzan subuh
membangunkanku. Dari aku masih muda hingga serenta
ini tidak pernah sekalipun aku melewatkan pagi.
Sebagaimana banyak orang katakan pagi bukan sekedar
pagi biasa, pagi adalah awal yang sangat menentukan.
Menyambut pagi dengan penuh kebahagiaan, menerima
hasil cipta-Nya dengan menghembuskan napas tanda
kebersyukuran.
Aku di sini, di rumah kecil nan nyaman ini tinggal
dengan cucuku, Gentar namanya. Umurnya masih 10
tahun, dia adalah buah cinta anakku, Kinara. Salah satu
kebahagiaan tersendiri Kinara menitipkan Gentar padaku
setalah Sang Maha Kuasa memanggil suamiku, Mas Mukti
7 tahun lalu. Gentar dan Kinara adalah pemanis hidupku
yang benar-benar nyata. Aku bahagia sesungguhnya
mereka mampu merasakan keberadaanku, begitu pula aku
yang membutuhkan mereka.
Semakin hari terasa badanku semakin rapuh,
untuk bergerak lama persendian terasa tegang. Memang
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
225
diumurku yang sekarang tidaklah sekuat waktu muda
dulu, bermain dengan Kinara kecil, menemani Mas Mukti
patroli hutan ataupun memompa air untuk warga
sekampung aku bisa melakukannya. Itu dulu waktu jaman
muda dan bugarku. Ini akan terus terjadi hingga beberapa
tahun lagi ku semakin rapuh. Dan tak mudah bagiku
untuk mengingat hal yang detil-detil. Masih terngiang
kisahku dulu, namun akan sulit sekali darimana harus
menceritakannya.
Ketika aku berbaring diatas kasur sembari
menatap ke luar jendela, seseorang mengetuk pintu. Siapa
kupikir, setelah pintu itu terbuka, ada wanita cantik
dibaliknya, iya… itu Kinara anakku. Dia pulang. Anakku
Kinara, dia memang bekerja di kota, karena itulah dia
menitipkan Gentar padaku. Ditinggalkan suami saat
Gentar berumur 5 bulan, entah aku juga tidak tahu
kemana dia pergi. Ada yang pernah mengatakan padaku,
jika dia sudah menikah lagi. Aku tidak tahu dan tidak
ingin menahu. Yang terpenting sekarang hanyalah
kebahagiaan Kinara, Gentar dan Aku.
Kupeluk erat Kinara, kubangunkan Gentar
diranjangnya untuk segera menemui ibunya. Aku
tersenyum melihat Kinara dan Gentar berpeluk erat.
Memandang mereka, otakku terasa berat mengingat masa
laluku saat Mas Mukti masih ada, teringat saat itu duduk
bersamanya diteras depan melihat Kinara bermain dengan
sepeda mengelilingi pagar bunga matahari yang kutanam.
Menoleh sebelah, kulihat Mas Mukti tersenyum lebar
226
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
menatap Kinara. Sulit sekali jika harus mengingat lebih
dalam, kepala terasa berat. Namun, rindu sesekali datang
yang tidak tahu waktu dan kondisi.
Hingga aku tersadar, jika Kinara dan Gentar terus
memerhatikan lamunanku. Aku terkaget, sampai akhirnya
mereka membawaku duduk di ruang tamu. Kinara
menceritakan kondisi pekerjaan barunya. Aku bangga
padanya, menjadi seorang ibu dan ayah tunggal Gentar
yang tidak pernah mengeluh akan tanggung jawabnyanya.
Aku bangga padamu, Kinara.
Senja, adalah waktu di mana aku merindukannya.
Menunggu sinar tenggelam, menunggu hawa dingin
malam, duduk di teras depan, melihat bunga matahariku
yang tunduk akan gaya gravitasinya, merindukan tawa
seseorang sedang berada di samping namun ternyata
haluan. Memikirkan apa yang akan terjadi padaku besok,
saat aku terbangun dan membuka mata, apakah aku masih
ditempat yang sama atau aku telah berada di ruang yang
berbeda? Aku tidak tahu, aku hanya ingin menikmati
masa senjaku.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
227
AIR MATA JANUARI
Sabrina Zamzamiatul Sofa
Langit yang semula cerah berubah menjadi gumpalan
awan mendung, membuat sebagian orang memilih untuk
tidak beranjak keluar rumah. Suara gemuruh petir disertai
gerimis sebagai pertanda kepada penduduk bumi agar
tetap berada di dalam rumah, tapi tidak berlaku untuk
satu pasangan, mereka tetap berboncengan menuju tempat
belajarnya.
Saat di jalan tak ada yang berani memulai
percakapan, mereka terlalu sibuk dengan pikiran masingmasing. Saat di jalan, hujan mulai mengguyur bumi
dengan deras tanpa ampun membuat sebagian umat
manusia mengumpat karena bajunya basah terkena hujan.
Mereka berteduh di halte yang ada di persimpangan jalan.
Mereka duduk bersebelahan sambil menatap air hujan
yang mulai memenuhi gorong-gorong jalan.
Cipratan air hujan yang membasahi sepatu putih milik
Naila, membuatnya mengumpat kesal, “Duh, basah deh.”
Candra di sebelahnya Naila hanya bisa terdiam dan
menatap sekilas ke arah Naila yang mengumpat kesal
karena sepatunya basah terkena air hujan. Candra sedang
perang dengan pikiran dan hatinya, pikiran meminta
228
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
untuk mengungkapkan, sedangkan hati meminta untuk
memendam agar cinta itu tumbuh dengan subur.
Terlihat Naila sedang memasukkan sepatu ke
dalam tas plastik, sekarang dia harus bertelanjang kaki.
Meskipun harus menahan dinginnnya air hujan dia harus
menahannya, karena jika dirinya tetap memakai sepatu
maka besok tidak bisa masuk kuliah dengan alasan sepatu
basah karena hujan.
Naila tak akan pernah membuat alasan seperti itu
karena hujan tidak pernah salah, menurut Naila hujan itu
sebagai penyalur rasa sedih dan bahagia karena setiap
Naila merasakan sedih atau bahagia dia selalu bermain
hujan,
hanya
dengan
itulah
kesedihan
dan
kebahagiaannya akan larut dalam rintikan air hujan yang
mengalir.
Kaki Naila berayun sambil memainkan tampias air
hujan, membuat Candra semakin takut mengganggu
aktivitas Naila. Saat akan memanggil Naila selalu saja ada
halangan, petir menyambar atau suara klakson mobil yang
melewati persimpangan.
“Ehm,” Candra berdehem untuk mengode Naila agar
menoleh, namun sepertinya kode yang diberikan Naila
kalah dengan tampias air yang membuat sesekali Naila
tertawa.
“Eum, NAILA!” teriak Candra membuat Naila menoleh
dengan tatapan bingung.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
229
“Apa?” jawab Naila dengan berteriak karena hujan mulai
mengguyur dengan deras dan menimbulkan suara di atap
halte.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!”
“Apa?”
Tiba-tiba suara petir menyambar-nyambar membuat
Candra mengurungkan ucapannya, sedangkan Naila
berteriak kaget.
Aa!
Kemudian mereka kembali sibuk dengan pikiran mereka
masing-masing dan melupakan percakapan tadi yang
sempat terhenti karena petir yang menyambar.
Suara derasnya air ibarat alunan melodi alam mengalun
indah mengubah suasana menjadi rileks, terlihat Naila
sedang menikmati suara derasnya air hujan sambil sesekali
bernyanyi.
Bagaimana dengan Candra? Dia juga sedang sibuk dengan
pikirannya
yang
sedari
tadi
menuntut
untuk
mengucapkan yang sesungguhnya kepada Naila. Namun,
rasa ego Candra lebih besar daripada keinginannya
sehingga dia mengurungkan niatnya untuk mengatakan
hal itu.
230
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Satu jam berlalu dengan cepat, hujan mulai mereda sedikit
demi sedikit meninggalkan kerikil yang terbawa arus air
dan ditinggalkan air masuk ke dalam selokan.
“Eh, Naila.”
“Iya kenapa Can?” ujar Naila sambil menatap Candra
yang sedang merangkai kata-kata yang pas untuk
diucapkan.
Lima belas menit Naila menanti Candra megucapkan
sesuatu namun sepertinya Candra masih berkutat dengan
pikirannya untuk merangkai kata, Naila menghela napas
kasar.
Aku gak salah dengerkan tadi dia manggil aku? Apa guanya aja
yang kegeeran?
“Ekhem,” deheman suara Candra untuk menetralkan rasa
gugupnya, Naila menoleh dengan alisnya diangkat
sebelah.
“Aku mau ngomong sama kamu.”
“Hadeuh, iya mau ngomong apa?” tanya Naila sambil
menatap wajah Candra yang sangat bersih tanpa jerawat,
sedangkan Candra ditatap oleh Naila malah salah tingkah
sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Jangan liat aku, plis.”
“Duh ribet banget!” omel Naila karena sedari tadi dia
menunggu Candra mengatakan sesuatu yang mungkin
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
231
penting sekali, segera mungkin Naila menatap lurus ke
depan melihat mobil berlalu lalang tanpa kena macet.
“Aku suka sama kamu.”
DEG!
Satu kalimat yang membuat badan Naila tegang.
Apa yang Candra kata ke aku? Dia suka sama aku? Demi apa
tuh anak suka aku!
“Bisa gak si bilang gitu sambil natap mataku," ucap Naila
karena sedari tadi Candra tak mau melihatnya sedikitpun
dia hanya menatap lurus ke depan.
“Ga bisa Nai, aku gak bisa,” lirih Candra pelan, karena
memang setiap Candra melihat cewe yang dia suka pasti
salah tingkah kalau nggak gitu akan sering bolak-balik ke
kamar mandi untuk buang air kecil.
“BISA!”
Dengan terpaksa dan menahan diri untuk tidak pergi ke
toilet, Ardi memberanikan diri melihat wajah Naila yang
sangat manis, “Nah gitu dong!”
“Nai, aku sayang sama kamu.”
“Aku juga sayang sama kamu, tapi cuma sebatas teman,
maaf aku harus pergi.” Kemudian Naila pergi
meninggalkan Candra sendirian duduk di bangku halte
yang mulai berkarat, dadanya terasa sesak, tak terasa air
232
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
matanya menetes bersama derasnya air hujan yang
menemani kesendiriannya di halte.
Mendengar jawaban dari Naila seketika Candra sadar jika
diantara mereka ada sebuah pembatas yang membuat
mereka tidak akan pernah menyatu yaitu perbedaan
keyakinan.
“Tapi apakah cinta berbeda keyakinan itu dibolehkan
asalkan keduanya saling percaya?? Ah sudahlah mungkin
aku emang ga pentes buat Naila yang sempurna.”
“Seharusnya Aku sadar dari dulu kalau di antara kita ada
pembatasnya yaitu keyakinan,” lanjut Candra dengan
nada sedih sambil mengelap sisa air matanya yang jatuh di
pipinya, dia sungguh tidak menyangka akan terjadi seperti
ini, Candra baru pertama kali menyatakan perasaannya
kepada wanita yang dia suka yaitu Naila.
Seseorang yang membuat Candra semakin bersemangat
kuliah yaitu Naila. Naila-lah yang memotivasi Candra
untuk selalu berubah menjadi lebih baik tapi tidak bisa
mengubah keyakinannya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
233
KEKACAUAN MANIS
Adella Cahyani
Senja di 7 Oktober tahun 2018 menjadi saksi bagaimana
awal kisah kami bermula. Senyum yang bersemayam di
wajah menjadi bukti betapa bahagianya kita. “Dek, kamu
mau enggak kalau aku lamar?” tanyanya yang membuat
jantungku bertalu dengan cepat. Aku terdiam dan
celingukan. “Hehe kamu yakin mas? Kan kita baru aja
akrab”. Aku menertawakan pertanyaannya dan tawaku
bukan bermaksud untuk meremehkan niatnya. Kami
adalah teman satu SMA yang sudah lama lepas kontak.
Walaupun begitu, Aku tidak mengenal banyak tentang
dirinya, begitupun juga dirinya terhadapku. Aku yang
tidak permah menjalin cinta, merasa terbang dengan
niatannya, tak pelak ragu pun menghampiriku. “Gimana
dek? Aku enggak bakal mengajak kamu pacaran. Kalau
kamu mau sama aku, aku bakal langsung melamarmu”.
Ucapnya dengan raut wajah yang serius. Di usia kami
sekarang yang sudah berkepala dua, tidak heran jika dia
ingin menjalani hubungan yang serius. Selain itu, enam
tahun silam di bangku SMA, aku menjadi cinta pandangan
pertamanya. Tiga tahun masa S++-MA menjadi jalannya
sehari-hari untuk mengejarku. Tetapi, aku selalu
menolaknya karena alasan tidak ingin menjalin kisah
apapun di bangku SMA. Dua tahun setelah lulus SMA,
kami bertemu lagi. Banyak yang berubah, tetapi tidak
234
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
dengan perasaannya padaku. Hingga pada titik keakraban
kami, dia mulai mengutarakan keinginannya untuk
melamarku. “Dek, Kok diem aja.” Tegurnya padaku. Aku
tersentak dari lamunanku tentang masa SMA kami. “Jadi
gimana dek?” dengan sabar dia menanti jawabanku. Aku
menghembuskan nafasku perlahan, untuk menenangkan
diriku. “Mas, boleh aku minta waktu? Aku akan
memikirkannya. Karena aku tidak ingin tergesa-gesa
dalam memberi keputusan. Bagaimanapun permintaanmu
itu sesuatu yang berhubungan dengan masa depan”. Dia
terdiam sejenak, kemudian dengan tersenyum ia
menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan pintaku.
Hari demi hari sudah berlalu, hingga tak terasa
sudah tiga bulan kami bersama. Banyak hal yang sudah
kami lewati. Perlahan akupun juga mulai mengenal
banyak tentang dirinya dan aku benar-benar merasa
bahagia bersamanya. Setelah memikirkannya dengan
matang selama berbulan-bulan, akupun bersiap untuk
menjawab tawaran lamarannya waktu itu. Dia benar-benar
memberiku waktu tanpa pernah memburu jawabanku.
“Mas, ada yang mau aku omongin”. Ucapku dengan
perlahan. “Iya dek, ngomong aja. Ada apa?” jawabnya
dengan senyum teduhnya. “Soal niatan mas waktu itu
yang ingin melamarku. Aku mau mas”. Ucapku dengan
malu-malu. Dia tersenyum lebar dengan matanya yang
berbinar. “Beneran dek? Wah…kamu tahu, aku benarbenar bahagia hari ini. Serasa segala bebanku tiba-tiba
terangkat. Terima kasih dek, aku sayang kamu.” Ucapnya
seraya memegang tanganku. Kebahagiaan yang
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
235
dirasakannya benar-benar menular padaku, akupun ikut
tersenyum bersamanya. “Dek, aku janji. Waktu kamu
semester 7 nanti, aku akan melamarmu”. “Mas, kamu ngga
perlu buru-buru. Niat tulusmu yang ingin melamarku
sudah cukup untuk meyakinkanku”. Tiba-tiba dia
mengenggam tanganku dengan erat, akupun sedikit
tersentak dibuatnya. “Kenapa mas?” tanyaku dengan
tenang. “Aku enggak mau lama-lama dek, aku takut kamu
didahuluin sama orang lain.” Akupun tertawa renyah
dengan apa yang diucapkannya. “Kok kamu ketawa sih
dek”. Ucapnya dengan kesal padaku. “Kamu tahu sendiri
aku gimana mas. Kamu pacar pertamaku, Ah bukan tapi
kamu sekarang udah jadi calon tunanganku. Sebelum
kamu, juga tidak ada laki-laki lain yang menjalin
hubungan denganku. Jadi kamu tenang aja, aku udah pilih
kamu dan aku bakal tetep berhenti di kamu”. Diapun
semakin mengeratkan genggaman tangannya padaku,
dengan suara rendah dia mengatakan bahwa betapa
bersyukurnya dia mendapatkanku. Jauh di dalam lubuk
hatiku, aku merasa lebih bersyukur lagi, karena sudah
melabuhkan hatiku pada seseorang yang kurasa tepat
untuk menjadi imamku di masa depan. Dia akan menjadi
pelengkap di dalam kehidupanku. Semoga ini benar-benar
pilihan terbaikmu untukku Tuhan.
Selang tujuh bulan kami bersama, perlahan
masalah-masalah mulai bermunculan di hubungan kami.
Bahkan ada satu hal yang membuatku terkejut dan merasa
ragu untuk melanjutkan hubungan ini. Aku mendapati
kenyataan bahwa sebelum dia bersamaku, ada seorang
236
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
perempuan yang menjadi kekasihnya. Tetapi, perempuan
tersebut dia tinggalkan tanpa sepatah kata. Perempuan
tersebut marah, dan yang menjadi pelampiasan atas
amarahnya adalah aku. Aku bahkan tidak tahu siapa
perempuan itu, tetapi dia banyak mencelaku dengan
perkataan-perkataan yang cukup kasar. Banyak fakta-fakta
baru yang kuketahui mengenai calon tunanganku dari
perempuan itu, hingga fakta terburuk sekalipun. Hari itu,
benar-benar serasa lonceng peringatan untukku. Keraguan
mulai bermunculan di dalam benakku. Aku hilang arah
dan tidak tahu harus bagaimana. Hingga yang terlintas di
otakku hanya aku harus bicara dengan calon tunanganku.
Aku akan menuntut kebenaran padanya. “Mas, ada yang
ingin aku tanyakan sama kamu.” Ucapku dengan serius.
“Iya, apa dek?” jawabnya dengan suara sedikit gemetar.
Akupun mulai menceritakan semua hal tentang
apa yang dikatakan oleh mantan kekasihnya. Hingga
fakta-fakta yang kudapatkanpun tak luput dari tanyaku
padanya. Semua jawaban yang dia berikan berbeda
dengan apa yang diucapkan mantannya. Tapi ada satu
fakta yang dikonfirmasinya bahwa itu benar. Iya, dia dan
perempuan itu memang pernah melakukan hubungan
yang tidak seharusnya dilakukan oleh pasangan yang
belum halal di mata Tuhan. Detik itu juga aku hancur, aku
benar-benar buntu. Aku tidak tahu apa yang harus aku
katakan. Perasaan marah kepada Tuhan muncul dalam
benakku, aku merasa Tuhan tidak adil kepadaku.
Mengapa ketika aku sudah menerima dia dengan segenap
hatiku, harus mendapatkan kenyataan pahit ini. “Aku
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
237
minta maaf dek, aku khilaf. Tolong jangan tinggalin aku.
Aku benar-benar mau kamu yang jadi pelabuhan
terakhirku dek.” Aku menghembuskan nafasku dengan
berat.
Tuhan, aku benar-benar ingin marah dengan
kenyataan ini. Tetapi, aku tidak bisa, yang kulakukan
hanya diam membisu. Aku berusaha menenangkan diriku,
mencoba mengerti dengan apa yang terjadi. Dalam
benakku, aku merapalkan sebuah do’a. Jika ini memang
jalanku, semoga Tuhan memberiku kemudahan dalam
menjalani hubungan ini bersamanya. Aku menatap
matanya dengan senduh, sambil menahan lelehan air mata
yang siap terjun kapan saja. “Baik, aku akan tetap
bersamamu mas. Kamu melakukan kesalahan dengan
perempuan itu disaat belum bersamaku. Maka aku akan
mencoba melupakannya. Aku akan berusaha tidak
mengungkit
bagaimana
masa
lalumu.”
Sambil
mengenggam tanganku, dia mengucapkan banyak terima
kasih padaku. “Aku janji dek, aku tidak akan membuatmu
kecewa. Mari kita tetap menatap masa depan bersama”.
Dengan sedikit ragu, akupun menganggukkan kepalaku
sebagai jawabannya.
Setelah kejadian itu, hubungan kami mulai
membaik. Kami semakin dekat, tiada hari tanpa kata cinta
dan sayang yang meluncur dari bibir kami. Hingga pada
bulan Agustus 2019, kami memulai persiapan untuk
lamaran. Kami memesan baju dan membeli semua
perangkat yang diperlukan untuk lamaran. Tetapi, seiring
238
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
mendekati waktu lamaran. Aku selalu merasa tidak tenang
dengan hubungan kami. Aku merasa dia perlahan mulai
berubah, kami mulai jarang bertemu. Komunikasi pun
hanya sebatas berkirim pesan. Jika aku menginginkan
sebuah pertemuan atau hanya ingin menelfonnya, maka
dia akan memberikanku banyak alasan yang lagi-lagi
harus kumengerti. Hingga tepat pada tanggal 13 oktober
2019, dia tiba-tiba pergi tanpa berpamitan padaku. Itu hal
yang aneh, mengingat selama kami bersama. Berpamitan
sebelum pergi kemanapun merupakan sebuah kewajiban
bagi kami. Aku mengetahui hal tersebut dari kakaknya
yang menanyakan kebaradaannya padaku. Khawatir
mulai menyergapku, pikiran buruk mulai melintas di
kepalaku. Aku menghubunginya berkali-kali dan tak ada
jawaban sekalipun. Bahkan, pesanku pun luput dari
balasannya. Aku menyampaikan kepada kakak calon
tunanganku, bahwa dia sangat sulit dihubungi.
Sampai akhirnya, kakak calon tunanganku
memberikanku kabar, bahwa calon tunanganku sudah
sampai di rumah. Detik itu juga aku merasa tenang
walaupun belum sepenuhnya, karena aku masih belum
mengetahui kemana perginya dia seharian tersebut.
Bahkan keesokan harinya, dia tetap tidak mau
menjawabnya. Aku pun memutuskan untuk tidak
bertanya lagi. “Mas, aku berangkat yah. Semangat mas
untuk kerjanya hari ini.” Aku mengirim pesan padanya
seperti kebiasaan pagi kami sehari-hari, yaitu berpamitan
jika aku akan pergi ke sekolah tempatku magang dan
memberikan semangat padanya untuk bekerja hari ini.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
239
“Iya, ini aku baru sampai tempat kerja dek. Semangat juga
ya”. Balasnya satu jam kemudian kepadaku, dan aku tidak
pernah tahu jika itu menjadi pesan terakhirnya untukku.
Sejak itu, dia tidak pernah mencariku atau mengubungiku
barang sedikitpun. Aku pun rasanya sudah lelah, karena
itu bukan hal pertama dia mengabaikanku tanpa alasan
yang jelas. Selama setahun aku berada di sampingnya,
rasanya aku mulai tidak bisa mengerti lagi dengan
keegoisannya. Mulai dari fakta kelamnya bersama mantan
kekasihnya, dia yang berselingkuh, dia yang sering
menyalahkanku dan mengabaikanku tanpa alasan yang
jelas.
Tetapi, aku selalu memaafkan semua kesalahannya
tersebut, aku berusaha mengerti dengan segala apa yang
dia inginkan. Tetapi, rasanya ini sudah keterlaluan.
Keikhlasanku menjalani hubungan ini bersamanya, tidak
mendapatkan timbal balik yang baik untukku. Jika
biasanya aku yang mencarinya ketika diabaikan, maka
tidak untuk sekarang. Menunggu dan terus menunggu,
namun tetap tidak ada tanda-tanda kemunculan batang
hidungnya. Lamaran kami tinggal 14 hari lagi, tetapi
masalah kami tidak ada tanda-tanda menuju titik terang.
Aku tidak mau menghubunginya, karena ujungnya pasti
seperti yang sudah-sudah. Aku mencarinya, mengerti
alasannya. Kemudian, kami saling memaafkan, dan dia
akan mengulangi kesalahan yang sama. Hubungan kami
selalu bersiklus seperti itu dan sekarang aku benar-benar
lelah menghadapi keegoisannya yang hanya ingin menang
240
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
sendiri. Dia tidak pernah mau mengerti bagaimana
perasaanku.
Satu minggu sebelum lamaran, amarah keluargaku
mulai memuncak. Karena sudah menjelang detik-detik,
baik dia maupun keluarganya tidak ada yang mempunyai
niatan baik untuk meluruskan hubungan kami. Akhirnya,
tiga hari sebelum tanggal lamaran kami, Ibunya
menghubungiku dan hari itu, tepat tanggal 13 November
2019 akan menjadi hari peringatan yang akan kuingat
seumur hidupku. Ibunya membatalkan lamaran kami.
Tidak hanya itu, ibunya menyalahkanku atas kesalahan
gagalnya lamaran kami, bahkan aku tidak tahu letak
kesalahanku dimana. Lamaran yang sudah kami
persiapkan dari jauh-jauh hari sudah tidak ada gunanya
lagi. Hubungan kami berakhir buruk, tanpa kata
perpisahan. Aku dibuang layaknya sampah. “Sabar nak,
tidak apa-apa. Allah tahu yang terbaik untukmu, yang
jelas sekarang kamu harus bersyukur karena sudah
terlepas dari laki-laki yang tidak baik.” Ucap ayahku.
Ibuku dan semua anggota keluargaku pun juga demikian,
mereka semua menyemangatiku.
“Yang hilang akan berganti. Kebenaran dan
keadilan akan selalu ada, suatu saat nanti. Jadi
bersabarlah”. Ucap kakakku dengan senyum lebarnya.
Aku sebenarnyan ingin meraung dan menangis hingga tak
tertolong untuk mencurahkan seluruh sakit hatiku, tetapi
melihat seluruh anggota keluargaku rasanya aku tidak
bisa. Aku mencoba menekan sakit hatiku dan bersabar atas
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
241
musibah ini. Selang beberapa bulan, aku mendapatkan
kabar jika dia memiliki hubungan dengan seorang
perempuan. Aku tersenyum miris, begitu mudahnya dia
mencari seseorang untuk menggantikanku. Sampai
sekarang masih terasa seperti mimpi untukku, terkadang
aku tidak percaya jika 365 hari kami bersama akan
berakhir menjadi kekacauan yang terasa manis untuk
dikenang selamanya. Karena bagaimanapun dia adalah
orang pertama yang mengajariku tentang ketulusan dan
keikhlasan dalam cinta. Kegagalan kami, akan menjadi
bekal untukku untuk belajar menjadi orang yang lebih
baik lagi dan lebih bijak lagi dalam memilih pasangan.
242
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
KESABARAN BERBUAH BAHAGIA
Tantri Astrida Yunitasari
Perkenalkan terlebih dahulu namaku Tantri Astrida
Yunitasari biasa dipanggil Tantri. Aku mempunyai pacar
yang punya lika liku panjang perjalanan dalam kisah
percintaan ini dimulai dari masa cinta monyet semenjak
duduk kelas SMA yang bernama Yudha Ady Firmansyah
yang biasa dipanggil Yudha. Dia adalah kakak kelasku,
meskipun kami berbeda sekolah tetapi aku merasakan
akan kehadiran dia dilingkungan sekolah sehingga
membuat aku sangat bersemangat untuk menimbah ilmu.
Dia sangatlah sosok inspiratif buat aku, sikap optimisnya,
percaya dirinya dan dia orangnya tidak mudah untuk
menyerah. Dalam pandangan hidupku dia adalah
berpengaruh positif dalam kehidupan, selalu memberikan
semangat akan cita-citaku dan selalu membantu ketika aku
mengalami kesulitan.
Aku dan dia sudah bersahabat semenjak masih
duduk di Sekolah Dasar karena jarak rumah kita yang
sangatlah berdekatan. Aku mempunyai 4 sahabat yang
bernama Yudha, Mada, Nurul, Vita. Sepulang sekolah
dibawah teriknya matahari aku dan sahabatku bermain
bersama hingga langit biru berubah menjadi senja. Dengan
berjalannya waktu aku dan sahabatku mulai remaja
sehingga jarang untuk berjumpa dan bermain bersama.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
243
Saat-saat itulah yang tidak pernah aku lupakan. Dengan
jarangnya kami bertemu sehingga kita lost kontak yang
pada jaman dahulu dengan minimnya teknologi masih
menggunakan hp jadul yang hanya bisa mendengar lewat
suara dan membaca sms saja. Jaman dahulu juga lagi
hitsnya teror sms yang beralasan menemukan nomer HP
di uang kertas. Tiba-tiba ada seseorang yang boom sms
aku, setelah aku tanya dapat nomerku darimana dia
dengan beralasan bilang kalau dapat nomerku dari uang
kertas lima ribu. Aku langsung mengingat-ingat terus, tapi
kenyataannya aku memang gak pernah sekalipun menulis
nomerku di uang kertas lima ribu. Seketika aku ketawa
mendengar alasan dia dapet nomerku dari uang kertas.
Aku tak percaya dengan akan hal-hal teror seperti
itu dengan sikap cueknya aku yang tidak pernah
membalas smsnya dia. Tetapi dia tetap terus-terusan
untuk menelvon dan sms berkali-kali. Aku langsung
ketakutan akan teror smsnya meskipun itu teror smsnya
hanya berisi manggil namaku. Semakin sering aku diteror,
aku langsung bergegas ganti nomer dengan kaki yang
bergemeteran karena terus-terusan ditelvon sama orang
yang tidak dikenal. Seiring berjalannya waktu setelah aku
ganti nomer aku tidak lagi diteror dengan orang yang
tidak dikenal itu.
Beberapa tahun kemudian, saat aku duduk dikelas
2 SMA. Seiring kemajuan teknologi di Indonesia sudah ada
kemajuan aplikasi BBM, Facebook dan LINE untuk alat
komunikasi jarak jauh dengan orang tanpa menggunakan
244
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
sms dan telvon lagi. Berawal dari Facebook sahabatku
yang namanya Yudha tiba-tiba chatt menanyakan kabar.
Kamipun langsung bertukar pin BBM untuk komunikasi
lebih lanjut. Awalnya aku tak pernah menyangka akan
bertemu dan berkomunikasi lagi dengan sahabat kecilku
ini. Tiba-tiba dia minta ingin kumpul reuni dengan aku
dan teman-teman. Aku sangat senang sekali bisa bercanda
lagi tertawa dengan sahabat kecilku dulu.
Setelah reuni itu, Yudha sering chatt aku
komunikasi kami berdua lancar setiap hari. Sehingga
beberapa minggu kemudian, Yudha ngajak aku nonton
bioskop berdua aku berpikiran waktu itu sahabat kecilku
sedang rindu ingin bertemu denganku. Namun tak
terduga di detik-detik jam menunggu tayangnya bioskop
dia menyatakan semua perasaan. Jantungku tiba-tiba terus
berdetak seperti tak menyangka kalau dia akan ngomong
seperti itu. Aku meminta waktu untuk menjawab itu
semua dengan sabarnya dia menunggu jawabannya dalam
5 hari aku baru menerima semua perasaan dia. Setelah aku
nerima perasaannya, dia langsung cerita bagaimana
pengorbanan dahulu saat mendekatiku dengan sikap dia
yang masih malu-malu mangkanya dengan cara boom sms
aku berkali-kali. Aku langsung tersipu malu ketika aku
mengingat saat ketakutannya aku diteror sama orang dan
ternyata orang itu adalah dia.
Akhirnya, dia lulus SMA dan aku masih kelas 3
SMA. Semenjak kita menjalin kasih, sering kali kita jalan
bareng, dia selalu ngebantu aku ngerjakan PR dan selalu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
245
memberikan aku semangat untuk menggapai cita-citaku
yang ingin menjadi seorang guru. Semenjak aku masih 3
SMA dan dia sudah lulus SMA. Dia punya keinginan
untuk menggapai cita-citanya menjadi tentara. Dia selalu
main kerumah, kumpul dengan keluargaku dan selalu care
dengan lingkungan rumahku. Sehingga, tetanggaku
mengetahui kalau Yudha bukan lagi sahabat masa kecilku
melainkan kekasihku.
Dengan kesibukanku di kelas 3 SMA dan dia sibuk
menggapai cita-citanya menjadi tentara. Kamipun jadi
susah untuk bertemu bisa dikatakan hubungan Long
Distance Relationship, ketemua hanya seminggu sekali.
Hanya bisa menitipkan lewat angin rinduku kepadanya.
Dimana dia harus sering-sering ke malang untuk latihan
menjadi tentara. Dia memiliki sikap optimis yang sangat
tinggi sehingga akan berusaha apapun yang terjadi dia
percaya pasti akan bisa tercapai semua impiannya.
Kemudian disaat dia mencoba pertama kali untuk
daftar tentara. Kemudian, dia langsung menelvon aku
untuk mengabari hasil pengumumannya,
Yudha : “Assalamu’alaikum, maaf aku belum bisa ngasih
kabar gembira karena aku gagal untuk masuk
tentara” dengan suara lemas dan lirih dia.
Akupun menjawab,
Aku : “Waalaikumsalam, Gak apa-apa ini belum rejekimu
pasti Allah menggantikan rejeki yang lebih dari
246
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
ini” dengan mata berkaca-kacaku menguatkan
diri.
Setelah kegagalan itu, dia langsung pulang dari
malang dan menghampiri aku, sangat tak tega melihat
sikap optimisnya dia yang hampir saja runtuh karena
kekecewaan ini. Namun, aku selalu menyemangati dia
untuk selalu terus mencoba karena rejeki sudah Allah
yang ngatur dan manusia hanya bisa berdo’a dan
berusaha.
Setelah beberapa bulan kemudian, aku dinyatakan
lulus SMA dan dia masih pengangguran, karena dia masih
tetap optimis dan berusaha untuk menggapai cita-citanya
menjadi tentara. Setiap hari dia selalu mengantarkanku
untuk membantu mencari universitas yang terbaik buat
aku. Dia selalu mendukung akan cita-citaku. Akhirnya aku
kuliah di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Meskipun dia masih pengangguran tapi kami tetap
seperti biasanya sering jalan bareng dan dia sering main
kerumahku tidak ada perbedaan sama sekali. Keluargaku
pun tidak mempermasalahkan itu. Namun, tetangga ku
sangatlah usil, dia selalu mengejek Yudha karena status
dia penggangguran. Aku tak menyangka kalau mereka
akan setega itu sama Yudha, dia sama sekali tidak
memikirkan perasaan kami. Sedangkan aku dan
keluargaku tidak mempermasalahkan status Yudha yang
masih penggangguran. Dengan lancangnya mereka bilang,
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
247
Tetangga : “Duh nak, kamu itu sudah jadi mahasiswa
masak iya mahasiswa masih mau sama cowok
pengangguran? Di kasih makan apa nanti
anakmu” aku langsung melihat matanya
Yudha
yang
berkaca-kaca
mendengar
omongan orang itu.
Dari kejadian itu sempat membuat trauma Yudha
untuk main kerumahku lagi. Namun, dengan sikap
optimisnya akan membuktikan ke tetanggaku kalau dia
bisa membahagiakanku dari kesuksesan dia. Sehingga dia
semakin semangat untuk mencoba daftar tentara yang
kedua. Setelah aku kuliah berjalan 4 bulan pendaftaran
tentara yang kedua dibuka, dia langsung bergegas untuk
mendaftarkan dirinya dengan berpamitan dan minta restu
keorang tuanya dan ke orang tuaku.
Aku hanya bisa berdoa dari kejauhan di setiap
sepertiga malam aku selalu bersujud melantunkan doa
yang kupanjatkan akan rahmat yang diberikan Allah
terhadap hambanya. Aku percaya akan ada rahmat dari
Allah yang akan mengangkat derajat hambanya bagi
hambanya yang selalu ingat akan Rabb-nya.
Beberapa minggu kemudian, dia menelvon akan
kelulusan dia menjadi tentara. Aku tak menyangka,
badanku gemeteran akan berita itu seperti mimpi. Aku
sangat bersyukur aku percaya akan kuasa Allah. Setelah
sebelum berangkat pendidikan dia langsung main
kerumah untuk membuktikan ke tetanggaku bahwa dia
248
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
gak selamanya pengangguran yang gak bisa bahagiakan
aku.
Setelah beberapa tahun kemudian, dia sudah dapat
ijin yang sesuai peraturan tentara yang baru bisa menikah
setelah kenaikan pangkat. Sungguh nikmat keberkahan
Allah dia 4 tahun mengabdi menjadi tentara sudah
kenaikan pangkat dan akupun sudah wisuda sehingga dia
dijinkan untuk menikah oleh kesatuan TNI. Akhirnya dia
cuti langsung melamar aku dan ingin segera menikahiku.
Hari-hari yang berlalu kian pasti satu demi satu
melangkah untuk menaiki anak tangga untuk menggapai
kesuksesan. Berjuang merasakan pahitnya omongan orang
demi sebuah cita-cita. Kalau aku bisa kirimkan surat
kepada Tuhan, akan aku tulis semua kesedihan yang
pernah aku rasakan agar membukakan hati bagi umatnya
yang suka menghujat dan mengejek sesama manusia.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
249
BANJIR KIRIMAN
Tatak Okta Tri Pangga
Matahari pagi berbinar terang menyilaukan mata.
Membuatku terheran, padahal malam sebelumnya rintik
hujan membasahi genting sampai terdengar jelas dan
mengusik tidurku yang nyenyak. Akhir-akhir ini cuaca
memang tidak dapat ditebak, meskipun perkiraan cuaca
yang ada di ponselku memperlihatkan bahwa akan turun
hujan tapi kenyataannya pagi itu sangat cerah, tidak
melulu tentang cuaca bahkan perkiraan tentang hal lain
saja terkadang meleset.
Cuaca yang sangat mendukung untuk menjemur
membuat ibu dirumah senang karena dapat mengeringkan
pakaian secara alami, lumayan dapat menghemat
pengeluaran listrik yang membludak akibat sering
menggunakan pengering mesin cuci dalam jangka
panjang. Rata-rata didepan rumah tetanggaku pakaian
berjejer rapi sedang di jemur, pemikiran yang kompak
serentak perkara jemuran.
Aroma ikan membuat para kucing berdatangan
menghampiri kerupuk ikan yang di jemur yang kucing
kira itu aroma dari ikan segar ternyata memang ikan tetapi
yang sudah mengering. Hari itu banyak yang beraktifitas
didalam maupun diluar rumah seperti biasa berlalu
250
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
seiring berjalannya waktu hingga tak terasa terdengar
suara adzan dzuhur.
Siang itu setelah melaksanakan shalat dhuhur, aku
keluar rumah untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Setelah selesai dan keluar dari supermarket, mendung
hitam menyelimuti awan yang sebelumya cerah berwarna
kebiruan, secepat itu cuaca silih berganti hanya dengan
hitungan menit.
Sesampainya dirumah, gerimis mulai berjatuhan
dengan angin kencang yang membawa dedaunan
mengikuti arahnya membuat semua orang riuh
kebingungan mengambil pakaian yang sudah mulai
kering. Rintik hujan perlahan semakin deras membasahi
pelataran yang sebelumnya kering membuat tanah
mengeluarkan aroma yang terhirup wangi.
Hujan tak kunjung reda sampai waktu maghrib,
waktu yang sangat lama menurutku tidak seperti
biasanya. Terdengar suara angin dari luar jendela,
membuat bulu kudukku berdiri karena hawa dingin yang
menyelimuti. Suasana yang membuat kebanyakan orang
sering merasa keroncongan padahal dalam perut terisi
penuh dengan makanan.
Dingin-dingin rasanya membuat iman goyah
tergoda oleh mie instan, hal manusiawi yang dirasakan
oleh seluruh umat manusia. Setelah kenyang, penyakit
yang sering melanda orang ketika merasa kekenyakan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
251
adalah ngantuk yang luar biasa dirasakan membuat mata
tidak lagi kuat menahan untuk tidak terpejam.
Tertidur sangat pulas, sampai akhirnya aku
dibangunkan oleh suara orang melaju cepat seperti
kebingungan dan ternyata memang ibu dan bapakku
sedang mengamankan barang berharga.
Saat perlahan nyawaku sudah terkumpul dan
kembali seperti semula aku melihat ponselku dan waktu
masih menunjukkan dini hari tengah malam, aku berjalan
dengan bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi.
Saat aku melihat kearah luar, di depan rumah
penuh dengan air berwarna coklat yang menggenang.
Banjir yang deras tidak biasanya terjadi sampai di area
perumahan, tempat aku tinggal.
Sungguh tak menyangka hal ini terjadi, karena
daerah ditempatku tinggal lumayan jauh dari sungai. Hal
tersebut terjadi karena sungainya membludak oleh air
yang mengalir deras hingga mengakibatkan kiriman banjir
datang pada saat yang tak diduga.
Seluruh warga perumahan panik tak terhingga
karena kiriman banjir yang datang secara mendadak
datang tengah malam, di saat seluruh mata terpejam lelap.
Seluruh keluarga sedang sibuk mengamankan barangbarang berharga masing-masing, membuat malam itu
yang biasa sepi menjadi penuh aktifitas.
252
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Baru kali itu merasakan panik karena banjir dan
semoga tidak terjadi lagi, rasanya tidak terbayang orang
yang rumahnya dekat bahkan sangat dekat dengan sungai.
Panik yang ku rasakan tidak seberapa dengan yang
mereka rasakan saat itu, karena itu termasuk banjir yang
cukup besar terjadi di daerahku.
Arus banjir sangat deras mengakibatkan
kendaraan tidak bisa melewati jalan seperti biasanya,
apalagi daerah ini termasuk jalan poros yang menjadi lalu
lalang berbagai macam kendaraan.
Sebuah bencana alam yang terjadi hampir setiap
tahunnya di berbagai daerah, karena cuaca yang tak
menentu dan seiring berjalannya waktu pepohonan
semakin berkurang, saluran air yang tersumbat karena
tumpukan sampah berserakan juga menjadi faktor utama
terjadi banjir.
Aku sangat bersyukur tidak sampai masuk rumah,
namun mengotori seluruh halaman depan rumah, ternyata
air berwarna coklat itu akibat tanah lempung dan pasir
yang ikut hanyut terbawa derasnya arus.
Banjir surut perlahan, semakin terihat tanah
lempung dan pasir yang ada di halaman depan rumah. Ini
membutuhkan kerja ekstra untuk membersihkannya,
sungguh tak terbayang jika banjir masuk kedalam rumah.
Hewan hewan yang ikut didalam air juga sangat
mengganggu, membersihkannya akan membuat jauh
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
253
merasa tidak merasa jijik. Saat semuanya telah selesai
dibersihkan membuat hati merasakan lega yang luar biasa,
melihat tidak ada lagi kotoran yang tersisa. Meskipun
badan ini terasa remuk namun rasanya terbayar oleh
kebersihan yang harus dilakukan dan dijaga oleh kita
semua.
Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan, tidak ada
salahnya untuk saling mengingatkan demi kebaikan. Di
dunia ini berbagai macam manusia yang ada didalammya,
jadi tetap hati-hati karena terkadang salah arti padahal
semata-mata demi kenyamanan bersama.
254
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
DERMAGA SORE HARI
Tita Nanda Sari
Gadis mungil itu masih menggenggam erat tangan
ayahnya, seraya diikuti senyum yang mengembang di
kedua pipi merah jambunya. Clarisa selalu meluangkan
waktu bersama ayahnya di ujung dermaga ketika sore
telah tiba. Senada, langkahnya diayunkan pelan sembari
berbincang tentang permen gula kesukaan Clarisa di
Pantai Carita saat libur sekolah tiba. Sinar jingga yang
menunggu di barat setia menghangatkan perbincangan
mereka. Clarisa dan ayah sudah sampai di ujung dermaga,
disambut angin sepoi dan burung laut yang sedang
berbincang mesra menuju arah rumah. Clarisa
memandangi langit tiada habis, “Ayah, langitnya indah
sekali! Clarisa selalu suka”. “Langit itu namanya senja,
Clarisa” balas ayah. “Minggu besok, Clarisa mau pergi ke
Carita beli permen gula yang warna senja, kalau begitu”
ucap gadis mungil itu dengan polos.
Ayahnya yang mendengar ucapan putrinya
tersenyum sembari mengusap rambut panjang Clarisa,
“Iya, janji. Ayah besok ajak Clarisa beli permen gula warna
senja, ya”. Senyumnya mengembang, giginya yang kecil
nampak rapi nan putih sekali ditunjukkan kepada
ayahnya, “Asyik, nanti Clarisa kasih tunjuk ke temanteman warna senja yang indah”. Ayah tersenyum sembari
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
255
menggendong gadis mungilnya menuju pulang karena
petang sudah datang. Senja kesukaan Clarisa sudah hilang,
para bintang mulai turun memenuhi langit. Lampu di sisi
dermaga mulai menyala, mengantarkan Clarisa dan Ayah
pulang menuju rumah. Dalam perjalanan pulang, gadis
mungil itu selalu terlelap di bahu ayahnya, entah karena
tidak berani dengan petang atau mungkin ia sedang
dimanja angin dermaga yang harum dan membuat
nyaman.
Tepat pukul 19.00 malam mereka tiba di rumah.
Kebetulan sekali, dermaga dan rumah jaraknya tidak jauh.
Hampir setiap hari Clarisa selalu menyempatkan
mengunjungi dermaga sore hari dengan ayah. Pagi telah
tiba, rutinitas seperti biasa adalah Clarisa pergi ke sekolah
dan ayah kembali bekerja. Meski harus menjalani rutinitas
itu setiap hari, Clarisa sangat bersemangat untuk pergi
sekolah dan tidak sabar untuk bertemu teman-teman. Ia
berbeda dengan gadis seusianya yang kebanyakan diam
dan malu. Clarisa di sekolah cukup terkenal sebagai murid
yang aktif dan agak cerewet. Setiap temannya disapa dan
diajak berbicara. Membahas hal tentang warna bunga di
kebun pak Raden, menyusun puzzle di ruang bermain,
atau mengajak temannya untuk memperhatikan bu guru
saat membacakan dongeng putri salju.
Seperti itulah tingkah Clarisa setiap di sekolah,
sehingga ia juga tidak merasa asing dengan temantemannya, bahkan Clarisa selalu membantu teman yang
kesulitan dan suka saling berbagi. Selepas jam sekolah
256
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
berakhir, Mrs. Ann sebagai guru kelas selalu mengantar
Clarisa pulang. Kebetulan rumah Mrs. Ann searah dengan
rumah Clarisa. Biasanya, sebelum pulang ke rumah, Mrs.
Ann mengajak Clarisa untuk bermain di rumahnya
bersama brownie, anjing kecil milik Mrs. Ann dan
membuat roti lapis keju dan cokelat hangat untuk Clarisa.
Baginya, Mrs. Ann adalah malaikat yang baik, yang suka
ia ajak berbincang mengenai segala hal, oh—ya! termasuk
warna senja dan permen gula yang dijanjikan ayah.
Maklum, gadis mungil itu merasa dekat dengan Mrs. Ann,
karena semenjak usia dua tahun ia kehilangan ibu, terlebih
Mrs. Ann yang selalu bersemangat untuk mendengar
cerita Clarisa yang kadang imajinatif.
Clarisa suka bercerita tentang dermaga sore hari
dan warna senja kesukaannya, kepiting pantai yang suka
terbang, kuda poni yang mengirimkan kado setiap malam
natal, dan selai rasa pelangi di atas roti setiap pagi. Mrs.
Ann jadi asyik ikut berimajinasi membayangkan cerita
gadis itu. Selepas membagi cerita dengan Mrs. Ann,
Clarisa pulang. Di rumah, ia tinggal dengan nini yang
usianya sudah memasuki senja. Nini adalah ibu dari ayah
Clarisa. Biasanya sepulang sekolah, nini berterimakasih
kepada Mrs. Ann dan mengajak cucunya untuk istirahat
siang sembari menunggu ayah untuk pergi ke dermaga
saat sore tiba.
Namun, saat sore telah tiba hingga petang turun,
ayah belum kunjung datang. Clarisa mulai cemberut,
senyum pipi merahnya tidak nampak. Ia sudah terlalu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
257
lama menunggu ayah di teras rumah. Nini sudah bilang
untuk menunggu di dalam rumah saja, “Ayo masuk Risa,
ayah mungkin pulang agak malam, banyak kerjaan”.
“Tidak mau nini, Risa mau tunggu ayah disini sampai
pulang” balas Clarisa sembari menggendong boneka kuda
poninya. “Dermaga sudah petang, tidak ada langit oren
disana. Mungkin besok saja Risa kesana, ya” saran nini
seraya mengelus kepala cucunya. “Langit oren itu langit
senja, nini. Hari minggu Risa mau beli permen gula warna
senja di Carita” ucap Clarisa. “Iya, kalau begitu ayo masuk
dulu, menunggu hari minggu untuk beli permen gula,
oke?” ucap nini merayu. Clarisa akhirnya mau, menuju
masuk ke rumah.
Menunggu ayah dan hari minggu memang lama,
jadi Clarisa lebih baik memutuskan untuk meminta
dibacakan dongeng tentang hutan jamur dan naga baik.
Setelah nini membacakan dongeng yang panjang itu,
akhirnya Clarisa terlelap. Jam di dinding menunjukkan
pukul 02.00 dini hari, nini yang terbangun dari tidurnya
merasa aneh karena anaknya yang belum pulang. Ia
khawatir kalau sampai pagi datang dan Clarisa terbangun.
Ia membayangkan cucu kecilnya tidak akan mau
berangkat sekolah jika tidak dengan ayahnya. Hari terus
berganti, tidak ada pagi yang lebih baik dibanding
kemarin. Clarisa sudah beranjak remaja, hari ini ulang
tahunnya. Gadis mungil itu tumbuh cantik, usianya
sekarang 15 tahun.
258
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Tidak ada lagi hari yang lebih bahagia baginya,
selain kemarin. Tidak ada lagi dermaga sore hari, tidak
juga dengan permen gula warna senja di Carita. Semua
hilang dibawa pergi, ayahnya pergi. Semalaman Clarisa
tidur terlalu lelap dengan dongeng yang dibacakan nini,
namun sayang justru mimpi buruk menyambutnya saat ia
terbangun. Hari itu, ayahnya pergi dari dunia, membawa
senja yang sudah dijanjikan akan menjadi warna di
permen gula Clarisa di hari minggu nanti. Semenjak itu,
Clarisa seperti tumbuh bersama mimpi buruk yang
bahkan tidak pernah dimimpikan sebelumnya. Gadis itu
masih percaya bahwa langit dan dermaga sore masih baikbaik saja.
Sebelum hari ulang tahunnya, ia sempatkan untuk
melihat dermaga sekali lagi, sebelum ia harus
meninggalkan kota ini untuk pindah sekolah. Ia
memastikan bahwa senja yang dilihatnya kemarin pasti
masih ada. Seumur hidupnya, sampai saat ini, ia
memastikan kalau senja tidak hilang. Dari kejauhan,
Clarisa yang dibalut dress warna krem berjalan
mengunjungi dermaga untuk terakhir kali. Dibawanya
setangkai mawar putih yang segar melewati dermaga.
Sesampainya di dermaga, ia sejajarkan kedua kakinya di
pinggiran dermaga, duduk di atas dermaga yang cat-nya
mulai pudar. Kakinya sengaja dibiarkan telanjang agar
disapu dinginnya air surga di bawah dermaga.
Tatapannya tentu mengarah pada langit. Angin masih
segar menyapu rambut panjangnya, burung-burung di
laut pulang menuju rumah, dan senja tidak lagi ada.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
259
Dalam pandangannya, Clarisa selalu melihat langit
yang abu-abu. Tidak ada kuda poni atau naga baik yang
bersembunyi di balik langit. Sekarang ia percaya bahwa
senja hanyalah warna semu. Sebelum pergi meninggalkan
dermaga, Clarisa ingat untuk menitipkan mawar putih
pada dermaga agar dibawa senja sebagai salam
terakhirnya sebelum ia pergi dari kota ini. Tidak ada air
mata perpisahan hari ini, Clarisa sudah percaya bahwa
senja memang warna abu-abu.
260
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
UCIL DARI DESA NGULIK
Vilga Retya Guguh Vamanda
Saat itu adalah hari yang gelap muram dan dingin di
bulan Januari, dan jarum jam menunjukkan pukul 09.00
WIB. Angin berhembus begitu halus, membuat daun-daun
kering berterbangan. Gemercik air membuat kedamaian di
setiap tetesannya. Indah, tenteram dan sejuk itulah yang
tergambar dalam desa Ngulik. Desa yang terletak di
daerah pegunungan, dikelilingi oleh hutan pinus yang
lebat. Sungguh asri tempatnya. Penduduknya sangat
ramah, suasana gotong royongnya sangatlah kental.
Di rumah Pak Ucil
Petugas perusahaan : ini pak (sambil menyerahkan
amplop putih berisikan uang)
Pak Ucil : apa ini ? (sambil melihat isi amplop tersebut)
untuk apa ini?
Petugas perusahaan : ini sebagai pengganti pohon yang
akan kami tebang.
Pak Ucil : maksudnya?
Petugas : jadi saya akan membeli pohon di sekeliling
rumahmu, untuk diambil kayunya.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
261
Pak Ucil berkata dalam hati,” semudah ini akan
mendapatkan uang, tanpa harus kukeluarkan keringat”.
Petugas perusahaan : “Bagaimana pak?
Pak Ucil : “ok saya setuju”.
Kemudian setelah itu para petugas mulai
melakukan penebangan pohon-pohon yang ada di sekitar
rumah Pak Ucil semakin hari semakin banyak pohon yang
ditebang, sehingga hutan pun sudah tak lagi hijau seperti
dahulu, kini yang tersisa hanyalah lahan kosong.
Pada suatu hari yang mendung. Langit tak lagi
cerah seperti biasanya, awanpun mulai bergerombol
dengan tean-temannya. Langit yang biasanya biru
sekarang mulai berubah menjadi abu-abu. Namun yang
tetap sama adalah para petugas perusahaan yang selalu
menebang pohon. Hutan hijau milik wargapun sekarang
telah menghilang, semakin siang bukan semakin terang,
namun semakin gelap, dan akhirnya hujan pun turun dari
siang hingga petang. Hujan tidak juga mereda, hanya
bertambah deras, entah mengapa hal ini terjadi. Hujan kali
ini adalah hujan pertama di musim penghujan kali ini.
Namun pada esok harinya saat hujan belum lagi reda, tibatiba para warga mersasakan tanahnya terasa bergerak.
Tidak kencang namun tetap terasa. Warga pun mulai
panik dan berhamburan keluar dari rumah sambil
berteriak “gempa, gempa, gempa !!!” namun gempa yang
terjadi tidaklah bertahan lama dan setelah merasa cukup
aman warga pun mulai kembali ke dalam rumahnya
262
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
samsing-masing untuk kembali membereskan rumahnya
ataupun kembali beristirahat.
Namun pada saat malam hari hujan pun mulai
turun kembali. Hujan turun sepanjang malam hingga pagi
hingga tanahpun sudah tidak dapat menampung air
karena terlalu banyak air yang turun sedangkan sudah
tidak ada lagi pohon yang menyerap air dan
memperkokoh tanah hingga akhirnya saat siang tiba dan
hujan masih deras terjadilah longsor. Itu terjadi disekitar
disekitar rumah Pak Ucil (terjadi longsor) (proses longsor,
suara bergemuruh binatang2 dan burung2 yang
berterbangan meninggalkan sarangnya).
Warga : longsor!!! Longsor!!!
meninggalkan rumahnya
Sambil
berlarian
Warga I : ya Allah ampuni kami
Warga II : tolong!!! Tolong!!! Tolong!!!
Warga III : Duh Gusti ada apa ini, sambil membawa
barang2 penting
Dari arah yang berlawanan datanglah Pak Ucil dengan
santainya turun dari mobilya lalu Pak Ucil dihampiri oleh
seorang warga
Warga III : pak, Pak Ucil ayo pak kita pergi di atas sana
sudah longsor pa kayo kita menyelamatkan diri
Pak Ucil : apa??? Longsor???
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
263
Warga II : iya pak longsor pak, ayo pak cepat
Pak Ucil : mau pergi kemana? Barang2 saya masih ada
disana, saya mau mengambilnya dulu
Warga :sudahlah pa kayo??? Jangan memilirkan itu dulu
yang terpenting kita selamat dahulu…
Pak Ucil : tapi, tapi uang saya masih disana
Warga : sudahlah pak itu gampang. Lalu wargapun
lansung menarik Pak Ucil dan mengajak Pak Ucil berlari
mencari tempat yang aman
Setelah 1 ja, kemudian barulah warga berani pergi
meninggalkan pengungsian dan mengecek keadaan
longsor, Pak Ucil pun ikut serta memastikan TKP, namun
saat sampai tempat longsor tiba2 Pak Ucil pingsan
Pak Ucil : Rumahku!!! Lalu Pak Ucil tiba2 kehilangan
kesadaran
Warga2 : loh Pak Ucil, Pak Ucil kenapa Pak???
Warga : ayo pak kita bawa ke tempat pengungsian saja
Setelah 1 jam Pak Ucil pingsan akhirnya Pak Ucil pun
sadar
Pak Ucil: huhuhuhu rumahku mana rumahku uangku
mana, mobilku mana?? Sambil terus menangis
264
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Halimah : sudah Pk, sudah, ikhlaskan saja yang terpenting
bapak selamat
Pak Ucil : tapi tetap saja, bagaimana saya mau hidup kalau
semua sudah tidak ada sambil menangis
Halimah : kita semua ada disini sama pak, kita disini
sama2 menjadi korban. Sekarang Pak Ucil istirahat dahulu,
nanti kita bicarakan lagi pak dengan warga.
Malam harinya Pak Ucil, Halimah dan para warga
berkumpul
Halimah : Pak Ucil apa saya boleh bertanya sesuatu
Pak Ucil: iya mbk, boleh
Halimah : maaf Pak sebelumnya, apakah Pak Ucil yang
telah menjual pohon2 pada….
Pak Ucil : tidak!!! Jangan menuduh sembarangan ya….
Halimah : tapi pak banyak warga yang bertanya pada
petugas dan mereka menjawab telah membeli pohon pada
bapak.
Pak Ucil : tidak, saya tidak menjualnya
Halimah : iya pak saya percaya pada bapak, maafkan saya
ya pak, menurut sepengetahuan saya menebang pohon
bahkan menggunduli hutan itu tidak baik karena dapat
menyebabkan bencana alam longsor pak, karena tugas
pohon itu sendiri adalah sebagai penyerap air dan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
265
memperkokoh tanah. Jika tidak ada pohon maka air hujan
tidak bisa diserap dan tanah sudah tidak kokoh lagi,
sehingga dapat membahayakan manusia.
Pak Ucil : maafkan saya, saya mengaku bersalah ini semua
salah saya. Saya yang menjual pohon – pohon itu.
Halimah : iya pak sudah, semuanya sudah terjadi. Besok
kita mulai mencari barang yang tertimbun longsor, dan
setelah itu lahan yang kosong akan kita tanami kembali
agar desa kita tetap aman.
266
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
PUISI
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
267
Chabibati Rosidah
CARAMU
Ku tatap pelangi.
Menunggu sejuknya.
Namun, ku dapat indah warnanya.
Ku tatap barisan bintang.
Menunggu merdu suaranya.
Namun, ku dapat terang kilaunya.
Kini, ku tatap dirimu.
Karna ku tau,
Kau juga akan bersinar dengan caramu.
DEKORASI HIDUP
Hidup…
Tak kan selalu ada senyum disana.
Pun tak selalu membuat jatuh airnya mata.
Kau kan melihat dekorasi.
Entah itu goresan luka,
Atau sebuah ukiran bahagia
268
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Debora Natalia Prastica
MENERAWANG MASA DEPAN
Dunia tenggelam dalam kelarutan
Menghilang tanpa ingatan Pudar dan hampa tak
terbendung
Sudah tak terngiang batin kesempurnaan
Mati raga tak bernyawa, penantian hidup tak kunjung
sampai
Jalan terjal sulit tuk diarungi, meliku tanpa arah
Mencari sesuatu yang jauh, sejauh ku tak dapat melihat
Kelenturan batin melesat bagai anak panah
Terbang melayang menuju titik kehidupan
Memendam, terkubur bayangan hitam
yang menutupi kalbu
Terkekang dalam pelabuhan rasa, tertinggal jauh impian
Pupus sudah kelenturan jiwa, lemas sudah gairah hidup
Menghela nafas tanda penyesalan
Ingin rasa ku gapai tangan bintang penerang
Tak sampai ku gapai penghalau datang
Masa lalu menggugah perasaan ini
Gemerlap masa depan kian datang
Takkan terenggut oleh tangan sang pengahalau
Kenangan tak ku harapkan, terbelenggu dalam suatu
pengalaman
Terdiam dan termenung dalam kekosongan
Hingga ku tersentak dan terbangun, hidup ini sangatlah
berharga
Tuk dijadikan sebuah permainan
Tujuan tak jelas impianpun telah menghilang
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
269
Bayangan jalan kehidupan meraih kesuksesan telah
menghilang
Lenyap dekapan kunci masa depan
Telah menjadi pedoman dan lambing yang bersinar terang
O… Tuhan… keajaibankah ini?
Dunia telah bernyanyi menggempar seluruh isi kehidupan
Naungan masa depan cemerlang
Telah menanti didepan pintu kemenangan
Kemenangan, kemenangan…
Akan ku genggam erat dalam batin kehidupan
Kehidupanku adalah kehidupan yang tak pernah terjaga
siang dan malam
Kuharus melantukan berlaksa-laksa kesiapsiagaan
Agar dapat menghadang penghalau
Masa depan ku, kunci harapanku
Matahari terbit untuk dapat menyinari
Betapa berartinya masa depan
270
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
INDONESIAKU INDONESIA KITA
Ada yang selalu harus kita camkan
Kita ini satu bangsa
Meski berbeda bahasa, adat, dan keturunan
Meski berbeda warna kulit dan keyakinan
Ada yang selalu harus kita ingat
Kita ini satu tanah air
Meski tinggal didaerah yang berbeda
Meski terpisah selat dan lautan
Ada yang harus kita hayati
Kita ini satu negara
Yang berdasarkan pancasila
Undang-Undang Dasar Empat Lima
Bhineka Tunggal Ika
Indonesia…
Itulah janji dan sumpah kita
Di hadapan Tuhan
Di haribaan Ayah Bunda
Ditekad dan jasad pahlawan Kusuma Bangsa
Di harkat martabat dan kehormatan anak manusia
Indonesia…
Merah putih bendera dan semangatnya
Merah putih jiwa dan rohnya
Merah putih nafas dan harapannya
Indonesia…
Itulah komitmen kita
Prasasti dan sumpah kita
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
271
Dian Pratiwi
SUKSES
Hari ini aku bernafas
Saat masih ada waktu
Sekarang ini aku akan bertindak
Membangun kesuksesan yang kuinginkan
Tidak ada kata besok ataupun nanti
Karena mati tidak selalu pasti
Gagal adalah awal kesuksesan
Kata kata yang ku dapat dari seorang ilmuwan
Ini bukan janji ataupun mimpi
Pasti sukses akan terjadi
Aku berdo’a, berusaha dan percaya
Selama masih hidup kemungkinan pastilah bisa
272
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
KELABU
Langit kita makin kelabu
Tatkala telu tak lagi jadi candu
Dan tunggu, kandas tersingkir waktu
Langit kita makin kelabu
Sementara jiwa masih mengadu rindu
Tapi katamu, kita hanyalah lalu
Jauh di fikiran hati
Tertulis suatu suratan hati
Tentang kesimpulan kehidupan
Suatu nikmat anugerah
Biar suatu saatnya
Kita imbas semula
Rasa hati ini
Buat titipan hari seterusnya
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
273
Dian Tri Puji Utami
DIA IBUKU
NF singkatan dari nama ibuku
Dia adalah makhluk Tuhan yang sangat berarti
Tanpanya aku tak bisa lahir ke bumi ini
Ibu… aku sangat menyayangimu
Ibu kau membuatku sadar akan artinya pengorbanan
Pengorbanan yang selama ini kau lakukan demi anakanakmu
Cinta dan kasih sayangmu
Seolah tak pernah surut kau berikan
Ibu…
Di kala pagi, kau selalu terbangun dari tidurmu
Demi menyiapkan makanan untuk anakmu
Dengan keikhlasan hati yang tak pernah jemu
Ibu…
Disaat aku kelelahan menghadapi peliknya dunia
Kau selalu menjadi tempatku untuk berkeluh kesah
Kau membimbingku disaat aku kehilangan arah
Dan kau berikan aku semua yang terbaik
Ibu…
Engkau adalah makhluk Tuhan yang berhati peri
Terima kasih atas semua yang sudah kau beri
Aku sungguh menyayangimu ibu...
274
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
KETIDAKMUNGKINAN
Di kala bulan sedang tersenyum indah
Aku mengingat seorang lelaki
Lelaki yang dulu pernah singgah
Singgah di hati
Tak pernah sedikitpun tersirat dibenakku
Dan tak pernah menjadi bayangan langkahku
Bisa berkenalan dengamu
Seorang lelaki primadona hatiku
Semua ini bagaikan mimpi
Kau adalah ketidakmungkinan yang ingin ku gapai
Karena aku tau
Banyak perempuan yang ingin menjadi kekasihmu
Kau datang kepadaku dengan sopan
Seolah memberi harapan
Bahwa aku ini cerminan
Cerminan segala keindahan
Kata demi kata pengaduan keseharian
Dan sapaan kehangatan
Tak lagi ku dapatkan
Bagai membalikkan telapak tangan
Semua hilang dalam sekejap mata
Seakan aku kehilangan permata
Kini kusadari
Aku sendiri
Berdiri tegak melawan sepi
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
275
Dinda Kurnia A
ARTI KATA MERELAKAN
Aku terperangkap dalam sebuah hal yang berlebihan
memaksa ku menjadi pribadi yang tak pernah aku ingini.
Aku tau diriku banyak sekali kekurangan
yang membuat mu letih atas diriku.
Tapi bukan berati bermain perasaan menjadi pilihan mu.
Dengan rasa menjadi pemenang atas permainan perasaan
yang kamu jalani.
Mengertilah, kadang aku lelah menuruti kata sabar.
Merasakan harus baik-baik saja padahal keadaannya
berbalik.
Aku terus belajar
Untuk bisa mengetahui ingin mu
Untuk bisa memahami setiap perilaku mu
Untuk bisa saling menerima kekurangan
Untuk bisa selalu mendampingi apa yang kamu citacitakan
Hingga akhirnya kamu mendapatkan impian mu.
Tapi kenapa aku tergantikan?
Apakah aku terlalu kurang untuk mu?
Surabaya, 27 Maret 2020
276
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
PERNAH
Aku yang selalu larut dalam tutur katamu
Aku pernah terlena oleh dialog manismu
Adanya dua jiwa yang terikat dengan sedih pun bahagia
Saling tumbuh dengan rasa percaya,
Jauh dari rasa curiga
Telah aku sampaikan padamu berkali-kali
Perihal percaya adalah kunci dari aku dan kamu
Karena aku ingin kita tetap bersama
Sampai pada suatu hari
Ada yang benar-benar mengkhianati dengan sepenuh hati
Sungguh jangan coba kamu tanya perasaan ku saat itu.
Hancur, tak berbentuk.
Surabaya, 12 April 2020
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
277
Dini Nurazizah
SEDEKAH
Dan janganlah kamu hanya memandang fisiknya saja…
Hingga penilaianmu terhadap si fakir salah berprasangka
Sedekahmu hanya sisa sisa dari yang telah kamu pakai
Bagaimana bisa dianggap sebagai sang kaya jika yang kau
beri seharga sisa sisa
Sesungguhnya jika engkau tau
Si fakir yang kau pikir itu mana pernah dia memberi hasil
sisa sisa kepada lainya
Demi wujud syukurnya dengan dada sesak dia terima
278
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Dinny Yustika Herdiyanti
TERUNTUK KAMU
Teruntuk kamu…
Kasih yang pernah berjarak karena waktu
Pernah memulai, jua pernah mengakhiri
Meniadakan diri dari lain hati
Teruntuk kamu…
Kisah yang pernah hadir
Memasuki lubukku tanpa permisi
Meninggalkanku tanpa kata pamit
Tenang… aku masih di sini
Meratapi kepergian yang tiada henti
JARAK
Jarak…
Tanpamu rindu takkan menyapu
Rasa takkan menggebu
Pertemuan takkan jadi syahdu
Entah pada siapa diri ini mengadu
Hanya doa yang selalu ku sanjung setiap waktu
Kapan? Ya pertanyaan yang selalu ku pinta untuk bertemu
Kenangan, yang selalu ku peluk
Menenteskan deraian air mataku
Dalam bayanganku selalu memeluk
Janji manismu untuk kita bersatu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
279
Dyah Ayu Setyawati
KENANGAN
Entah sudah berapa kali jarum jam berputar
Melewati angka demi angka
Membuat kejadian menjadi kenangan
Sudah 1.560 detik ku memikirkan
Berharap jawaban datang disela rentetan hujan
Hujan….
Disini sudah terang
Tapi entah kenapa diri ini masih bimbang
Membuat raga sudah tak kuat tuk bertahan
Berharap waktu kita bisa putar ulang
Memperbaiki kejadian yang menyebalkan
Kita sama-sama belajar
Kau belajar bersabar
Dan aku belajar berjuang
Selanjutnya kita ciptakan kenangan manis yang tak perlu
dihapuskan
Dalam sebuah memori ingatan
280
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
LEMBAYUNG SENJA
Senja…
Mewarnai keindahan langit pada setiap sudut cakrawala
Menambah elok pemandangan bak surga
Perlahan…
Kegagahan matahari yang ditelan bulat-bulat oleh
kejamnya bumi
Kilau kemuning tersapu bersih lembayung senja
Warna indah kebiruan seakan berduka digatikan
kelamnya malam
Tergantilah dengan separuh bulan yang seakan tersenyum
Aku masih disini…
Menatap rangakaian bintang yang mengankasa sendiri
Ditemani duka yang kian menusuk kalbu
Mengenang kisah aku dan kamu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
281
Elsa Desinta
SEBUAH KETULUSAN
Mencintaimu tidak pernah ada dalam rencana hidupku.
Namun, pada suatu hari dengan alasan yang masih belum
kupahami,
Tuhan menempatkanmu menjadi bagian terbaik dalam
hidup ini.
Ketika nanti kau menanyakan alasan mengapa aku bisa
sejatuh ini dalam mencintaimu,
Maaf… aku tidak bisa menjawabmu,
Sebab, sampai hari ini pun aku sudah berusaha mencari
jawabannya.
Aku hanya berharap,
perasaan-perasaan terbaik dan terburukku dalam
mencintaimu, tidak pernah merepotkanmu.
Semoga perjalanan sulit ini menjadi sesuatu yang dihitung
baik oleh Tuhan.
Sebagai bentuk perjuangan, kesetiaan, serta ketulusan.
Aku tidak ingin apa-apa,
Aku hanya ingin dipercaya Tuhan,
Jika di hatiku, cintamu akan tenang dan aman.
282
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
LUKA LAMA
Hari ini aku ingin melipat-lipat perasaanku.
Seribu kenangan tiba-tiba datang secara bersamaan.
Aku terdiam,
kemudian sadar bahwa kehilanganmu telah menjadi
sesuatu yang menyakitkan dalam ingatan.
Aku tidak bisa bergerak,
Masih sulit untukku menerima kenyataan, jika kita
memang telah berjarak.
Padahal, sebelum hari ini aku pernah begitu percaya
malaikat begitu baik menjaga cinta kita.
Tetapi, ternyata itu hanya sementara.
Bila bagimu cinta hanyalah aku, lalu… dia kah sisanya?
Percayalah, bahwa aku pernah begitu bangga dengan
caramu bersetia.
Sampai akhirnya, kamu sendiri yang membuatku sadar,
bahwa memang kamu tidak pantas untuk menerimanya.
Dia yang kau panggil sayang, silahkan dipeluk erat-erat.
Kemudian, aku yang pernah percaya bahwa kau belahan
jiwa, lupakan saja.
Waktu telah mengajakku berjalan dan untuk berbahagia,
aku harus lepas dari paku-paku masa lalu yang
menyakitkan.
Kau hanya cukup dikenang, bukan untuk kembali
diinginkan.
Suatu hari,
ingatlah aku sebagai masa lalu yang pernah
mengantarkanmu bahagia,
Meski kau harus melukai aku.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
283
Farah Dina Nur Azizah
COVID-19
Hai... kenalkan penghuni baru di bumi…
Dia dikenal banyak orang di seluruh belahan bumi.
Manusia takut akan dirinya, terutama di belahan bumi
Indonesiaku.
Penyebab kematian terbesar dengan waktu singkat.
Penyebab manusia tak beraktivitas di luar.
Menjadikan manusia yang individu.
Penyebab manusia tak bekerja, tak memiliki pemasukan.
Penyebab krisis ekonomi melanda.
Karena, dia lebih kejam dari sebuah narkoba.
Pembasmian akan dirinya, dilakukan di mana-mana.
Perkenankan aku memperkenalkan dia...
Dia adalah virus corona yang datang di akhir tahun 2019.
Hai corona,
Kedatanganmu tak melulu soal kenegatifan.
Dengan kehadiranmu, semua manusia belajar arti sebuah
kebersihan dan kesehatan.
Menyadarkan manusia yang lupa akan arti kemanusian.
Membuat semua lebih patuh pada tuhannya
Semenjak kehadiranmu, bumiku beristirahat sejenak dari
kesibukan manusia yang membuat polusi dimana-mana.
Menghirup udara segar disetiap pagi hingga menjelang
siang, masih kurasa.
Kesejukan udara dibumi semakin kurasa.
284
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Oh mengapa, tak bisakah dirimu pergi lantas tak
menghantui manusia di muka bumi?
Do'a ku dengan manusia lain, inginkan menyambut
ramadhan dengan penuh suka cita..
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
285
HATI
Ah… entahlah…
Setan sedang menyerang ragaku.
Apa daya, aku hanya manusia biasa yg juga memiliki
seonggok kekurangan..
Tatkala setan menyerang perasaan dan fikiranku,
Aku hanya bisa pasrah menerima itu.
Walau kalam ilahi telah ku serukan..
Tuhan, apa kau tak cemburu?
Melihat aku sedang cemburu dengan makhlukmu...
286
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Fatimah Ayu D.S
WAHAI BAJING DUNIA
Bajing…
Kau sangat pintar bersilat lidah
Lidah yang semestinya engkau gunakan untuk beristighfar
Malah engkau gunakan untuk membujuk rayu calon
korban
Bajing…
Muka lugumu seperti tidak ada artinya
Fisikmu saja yang berpenampilan religi
Padahal hati busuk bak penuh duri
Bajing…
Kau manusia ataukah hewan?
Suka loncat kesana kemari cari mangsa
Untuk mengenyangkan dan memuaskan nafsu duniawimu
saja
Bajing…
Ingatlah bahwa dunia ini hanya sementara
Semoga kau segera mendapat hidayah
Sebelum ajal kan menjemputmu jua
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
287
SEMPURNAKAN LANGKAH
Lama tak kujalani
Hidup jauh darimu
Terlalu kunikmati
Keindahan syurga duniawi
Tuhan…
Ku rindu akan belaian-Mu
Yang telah lama hilang dari hidupku
Tuhan…
Bantu aku, tunjukkan jalanku
Agar aku bisa sempurnakan langkahku
Tuhan…
Hanya kepada-Mulah
Aku bersimpuh
Dan Memohon ampunanmu
288
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Fitri Ayu Larasati
RINDUKU
Rintik rinai menemuiku dengan mengebu
Semoga rintik rinai mengabulkan harapanku
Menghapus batas antara aku dan engkau
Agar ku dapat berlari menemuimu
Bercengkrama dengan ombak yang
malu-malu
Dibelai bayu yang mengoda nyiurmu
Menikmati hangatnya sang surya
bersamamu
Pantai…. Ku merindukanmu
Kapankah aku dapat menemuimu?
Apakah harapan ini hanya bayang-bayang semu?
Kapankah pandemik ini meninggalkanku?
Sehingga tak ada lagi batas tuk menemuimu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
289
LALAI
Semilir angin mengelitik wajahku
Menyadarkan ku akan kelalaian masa lalu
Kesombongan ku menghancurkan keindahanmu
Membuatmu murka dan meninggalkan ku
Tuhan telah mencipkan mu nan
sempurna
Dengan warna-warna indah nan
menyejukkan
Warna-warna indah itu telah musnah
Berganti dengan warna kemarahan
Bumi maafkan kebodohanku
Bumi maafkan kesombonganku
Ku akan berusaha menyembuhkan mu bumi
Menjaga alammu tetap lestari
290
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Fitri Widya Wailandini
ELEGI SANUBARI
Butuh jeda untuk sementara waktu
Memulihkan dahan hati yang ringkih
Sejenak rasa terasa asing
Hati meronta lekas meramu bunga
Sakit? Bukan, namun kecewa
Bersambut dengan dinginnya malam
menusuk kalbu
Bersama dengan derasnya air jatuh di pipi
Pikiranku berkecamuk, kalut
Kali ini ego dan hati tak selaras
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
291
AKSA KATARSIS
Aku tidak mencarimu
Di setiap sudut kota tempat anak rantau
Menawarkan matanya kepada takdir
Dan aku tidak mencarimu
Ketika diri ini telah pandai menyulap sepi
Aku tidak mencarimu dan kau tidak mencariku
Di ruas-ruas jalan yang menyukai selamat datang
Atau di musim – musim yang mencintai keraguan
Aku tidak ingin mencarimu
Jika yang pasti, aku mengecup ketiadaan dan sia – sia
Dan kau tidak mencariku
Sebab yang pasti aku ini adalah seperti mata angin
Kita sama-sama tidak mencari
Langkah dilucuti supaya sadar diri
Aku masih menjembatani titik-titik yang paling kita kasihi
sendiri
Lalu ingatlah, semesta merangkum keinginan diri
Cukuplah mencari diri sendiri
Sebelum mencari yang lain
292
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Friska Alfianita Efendi Putri
TERIMAKASIH
Terimakasih....
Untuk lisan selembut madu
Untuk perhatian seramai ombak
Untuk tawa sekacau remah
Untuk omelan seberisik kenari
Engkau hadir dengan berjuta emosi
Yang memberi noda indah selama ini
Ingin rasanya hati mengucap beribu-ribu cinta
Sebelum menutup mata
KEDAI
Malam ini hatiku terasa gundah
Ku lewati bersama asap yang mengepul
Tak ada yang lebih hebat dari obrolan kedai
Yang mampu melupakan rasa gundah di hati
Entah memesan secangkir kopi
Ataupun segelas iced tea
Tak ada emosi
Tak ada kacau di hati
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
293
Indah Wahyu N
CEPAT SEMBUH BUMIKU
Di negeri ini aku berpijak.
Diatas pertiwi cantik nan indah.
Di mana kehidupan bergantung pada sang Ilahi.
Kini, Bumiku menopang beban terlalu berat.
Seakan manusia begitu serakah akan kekayaan.
Tanpa terima kasih, tanpa belas kasih.
Sampai sampai lupa dengan sang Pemberi.
Alam semakin sengsara
Manusia sudah tidak takut dosa
Hanya ambisis nafsu durjana merajalela
Adidaya saling berlomba
Menunjuk taring sok kuasa
Dari ketamakan sampai keserakahan
Mengundang bala bencana
Mendatangkan virus yang bengis
Membungkam ramai, tebarkan cemas
Kematian mengintai setiap insan.
Ketakutan mengambil kendali
Derita memeluk asa
Cakrawalapun meneteskan air mata.
Seketika kegetiran alam menyentak kesadaran
Bumiku tidak sedang baik baik saja.
Seakan memberi pesan tersirat,
Kini kau mau berlindung, atau
Lari atas nama takdir semesta?
Hanya penyesalan yang tersisa.
294
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Tuhan, kami para insan lemah.
Dengan tangan ternganga penuh pasrah
Lewat sisa-sisa secuil gairah
Kami memohon secercah cerah
Untuk kembalinya hidup yang indah
Semoga segalanya lekas membaik
Selamat beristirahat bumiku
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
295
Lailatul Fadilah
AMANAH BESARMU
Suamiku,
Amanah taklah kecil bagimu,
Yang Tuhan Titipkan kepadamu,
Di sepenggalan sisa usiaku.
Dia hadirkan aku untukmu,
Yang haus akan bimbinganmu,
Secercah semangat terbit dimatamu,
Meski segumpah gundah jua menjamu.
Kaulah Suamiku,
Penghibur sedih dan laraku,
Pelarai cemas dan gelisahku,
Pengusir lara dan dukaku..
Wahai suamiku tercinta,
Bimbinglah aku menuju Surga-Nya,
Begitu besar harapan tercurah,
Disetiap kali kedua tangan mengadah..
Hai suamiku tersayang,
Kehadiranmu membuatku tenang,
Semula haru berubah girang,
Untuk jalani hidup yang panjang…
296
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
TETAPLAH DI SINI
Kau bukan pahlawan, kau suamiku,
Menemani siang dan malamku,
Dalam suka dan dukaku,
Dalam gelak dan tangisku..
Kau bukan Khalifah, kau suamiku,
Ayah dari anak-anakku,
Tulang punggung keluargaku,
Pembimbing menuju surgaku..
Kau hanya manusia biasa,
Namun cintaku padamu luar biasa,
Kesabaran dan kelembutan kata,
Membawaku menuju bahagia..
Tetaplah disini, aku butuh akanmu,
Cinta, kasih sayang dan pengorbananmu,
Semua yang ada pada dirimu,
Bersama menuju surga yang dirindu..
Tetaplah memegang kesabaran,
Setialah untuk menjadi panutan,
Semoga kelak dipersatukan Tuhan,
Di dalam Surga-Nya yang kekal.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
297
Linda Dwi N
KEHILANGAN ORANG YANG DICINTAI
Air mataku terus mengalir ketika aku ingin
melupakannya,
Sakit rasanya tuk ku perjuangkan demi 1 nama dihati,
Biarkanlah dia pergi tuk tersenyum,
Mungkin dengan itu,,
Aku bisa merasakan kebahagiaan dirinya,
Walau sakit kurasa..
Kehilangan orang yang dicintai,
Bagaikan jari yang terluka goresan pisau..
Apalagi bila kita mempunyai sebuah kenangan dengan
dirinya,
Maka hanya air mata dan hati,
Yang bisa merasakan kenangannya..
298
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
PADAMU, SENJAKU
Seperti bayang hitam dalam gelapnya pekat malam
Hanya ada siluet senja nan temaram
Tak ada kepastian yang dapat digenggam
Layaknya pelangi dalam ruang hitam
Jingganya senja memang begitu menawan
Tapi hanya singgah sebentar, sesudahnya ketiadaan
Dan terkadang senja terlihat kelabu
Hingga yang ada hanya bisa memendam rindu
Senja pernah berkata:
Bahwa rindu tidak hanya soal jumpa
Tetap menunggu meski tau akhirnya tak bersua
Tetap bertahan meski pada akhirnya luka
Karena senja bukan tentang memiliki
Lebih kepada rela melepas hati untuk pergi
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
299
Masyatul Rohmatin
IBU, MALAIKATKU
Ibu…
Di sini kutulis cerita tentangmu
Nafas yang tak pernah terjerat dusta
Tekad yang tak koyak oleh masa
Seberapa pun sakitnya kau tetap penuh cinta
Ibu…
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak fikirkan lelahmu
Kau terus berjalan diantara duri-duri
Ibu…
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
300
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
AYAH SEGALANYA UNTUKKU
Ayah…
Beribu kata telah kau ucapkan
Beribu cinta tlah kau berikan
Beribu kasih tlah kau berikan
Hanya untuk anakmu
Ayah…
Kau ajarkan ku tentang kebaikan
Kau tunjukanku tentang arti cinta
Kau jelaskanku tentang makna kehidupan
Dan kau mendidikku dengan sungguh kasih sayang
Ayah…
Betapa mulianya hatimu
Kau korbankan segalanya demi anakmu
Kau banting tulang hanya untuk anakmu
Kini ku berjanji tuk semua kerja keras hanya untukmu
Ku berjanji tuk semua kasih sayangmu
Dan ku berjanji untuk ketulusan hatimu
Bahwa aku akan selalu menjagamu
Aku akan selalu menyayangimu hingga akhir hidupku
Terima kasih ayah untuk semua kasih sayangmu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
301
Mita Fatmawati
PENYESALAN DOSA
Lusuhnya sajadah serta mukenah yang rindu nonanya
Kitab suci berdebu, seakan lupa tersentuh oleh jemari
Sewindu bibir ini tak pernah berirama
Melantunkan bait bait ayat suci
Aku benar-benar seorang pendosa
Terpikat dengan tampannya maksiat
Tergiur akan cantiknya dunia dusta
Bahkan berpijak kuat dalam jalan yang sesat
Beribu kali kekhilafan terulang
Lagi....lagi....
Hingga aku terlupa
Bahwa setiap langkahku adalah dosa
Kuserukan nama-Mu dalam tiap sumpahku
Dan ku mulai terlena tanpa tegur-Mu
Asyik tanpa tampar-Mu
Namun dengan kuasa-Mu
Sekejap mampu kau hilangkan dosa hamba-Mu
Penyesalan datang menamparku, sadar
Betapa aku sangat ingkar
Inginku beralih ke masa kecilku
Maka ikhlasku atas dosaku pada-Mu ...
302
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
WISH
Kamu manis, tapi hatiku kembali mengikis
Memberiku harapan, setelahnya kau jatuhkan
Terpotong...
Tapi bukan hilang...
Hanya merelakan yang baik
Untuk menyambut yang terbaik
Semoga kamu tidak menyesal
Meninggalkanku dengan bebal
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
303
Mita Setiya Ningrum
JAWABAN SEBUAH DOA
Aku, dan sebuah doa
Ssat semuanya berwarna hitam dimataku
Saat semuanya sia-sia bagiku
Hanya Nama-Nya yang selalu aku ingat
Duduk di teras
Saat matahari mulai di telan bumi
Dan, berganti Bulan yang menyinari dunia
Hanya seucap doa yang aku lantunkan dihatiku
Aku masih ingat bekas luka yang tak terlihat itu
dikepalaku
Aku, dan sebuah doa ....
Tidak ada harapan tanpa usaha
Tidak ada masalah tanpa jawaban
Bahkan hutan yang lebat dapat ditemukan jalan keluarnya
Tidak usah panik
Jangan risau
Kita punya Tuhan
Dan, segala jawabannya
304
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
LUKA LAMA
Membekas
Tidak mudah untuk menghapusnya
Sulit untuk melupakannya
Masalah yang bertubi-tubi
Gertakan dari sisi lain
Semakin kacau susanaku kala itu
Geram, putus asa dan menyerah
Rasaku kala itu
Luka lama yang tidak mudah kulupakan
Kini menjadi pelajaran bagiku
Melangkah maju mendaki setaapak demi setapak
Jalan yang tidak semua mulus
Kini aku bisa mencapai puncak
Dengan beban yang berat dipundak
Aku berhasil
Terima kasih
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
305
Muhammad Shokhid
AKHIR DARI SEBUAH TULISAN
Dengan ku menulis tentangmu di hari ini
Mungkin ini yang terakir ku menuliskanmu
Aku mengerti bahwa kau selalu bahagia
Meskipun dengan seorang yang mengharuskanku
Untuk melupakanmu…
Dariku yang tersadar
Dariku yang terihklaskan
Bahwa kamu telah pergi meninggalkan Ku…
LOCKDOWN ARUS BALIK
Kabar demi kabar berlalu
Ku dengar berita radio di pagi hari
Pasar ditutup
Kulihat berita ditelevisi
Masjid ditutup
Apa karena hal itu? Kuliahku juga ditutup
1,2,3,4 hari tak masalah
1,2 minggu tak masalah
1 minggu lebih 2 hari
Rakyat menderita rakyat sengsara
Kita butuh makan tetapi kita juga butuh menghindari
Konsumsi bertambahnya sebuah peti mati
Kita harus bangkit, anggap saja dia tantangan
Pasrah kepada pembuat hal yang wajib,
Menghidupi diri kita juga wajib
Serah-serah kamu saja, Lockdwon…
306
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Nadlatul Ilma
INDONESIAKU
Indonesia bumi pertiwiku
Sebuah tempat yang istimewa
Sudah 22 tahun hidup di pertiwi
Masih saja terlihat mempesona
Satu titik awal permulaan
Bukti kayanya negeri Indonesia
Melintang terhampar luas dari Sabang sampai Merauke
Indahnya warna-warni Indonesia
Diwujudkan beragam macam karya
Ragam corak, ragam arti didalamnya
Karya asli selalu memberi inspirasi
NALURI
Ketika akan beranjak pulang
Aku menentukan jalan ke rumah
Menyatukan tenaga dan pikiran
Rasa rindu telah menggenggam di hati
Sebab tujuanku ialah kepadamu
Ketika aku harus pergi
Aku tetap kembali ke rumah
Sebab ke pulanganku ada padamu
Ibu…
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
307
Nafiatul Ilmiyah
IMPIAN
Aku… pernah punya mimpi yang tinggi
Harapanku pun mejulang tinggi
Katanya usaha tidak menghianati hasil
Tapi yang kulihat jauh dari kata adil
Saat aku mulai menaiki anak tangga
Keringat bercucuran dan mulai terengah-engah
Tapi mereka yang memegang tiket di tangannya
Dapat dengan mudahnya melangkah
HAI
Kubuka pintu yang menjadi awal pertemuan yang
menarik
Selayaknya sebuah magnet yang saling tarik-menarik
tanpa sadar retinaku menangkap sebuah gambar…
wajahmu
yang sebenarnya sudah hilang terkikis waktu
menatapmu, serasa Tuhan sedang senghentikan waktu
mampu memporakporandakan isi kepalaku
seketika pandanganku membeku
kala telingaku mendengar sebuah suara… hai, aku rindu
308
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Nuzul Fitri Wulandari
FILOSOFI EMBUN
Berawal dari pagi yang indah, sejuk hawa nan
segar tertiup
Burung-burung bernyanyi dengan merdunya
Bunga pun turut tersenyum menyambut setiap
kebahagiaan
Tanda mentari kan datang hangatkan alam raya
Percikan di pagi buta itu, menebarkan bau basah
Selembut embun pagi nan memukau
Menghapus perih hati, beri arti diri pada aktivitas
hari
Bersama kedipannya yang manja, bersama
tetesannya yang syahdu
Embun tersenyum dan menguap bersama mentari
pagi
Oh alangkah damainya hidup, apabila seiring
seirama
Menatap senja di langit yang indah, suka cita kian
tercipta
Filosofi embun kian merona dalam dada
Tulus hati berbagi pada sesama tanpa terbiasa puji
dan puja
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
309
Kulihat embun menghilang layaknya fatamorgana
Seolah-olah ia berkata dan bercerita
Hidup tak hanya berkelana, tebarkan cinta pada
seisi dunia
Pagi biarkan memburu senja
Senja biarkan merangkul malam
Karna waktu takkan mampu menyapu
kehangatanmu
Embun pagiku sampai jumpa esok nanti
Wahai, embun…
Kamu adalah inspirasi dari segala filosofi
310
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
RINTIHAN PENANTIAN
Rintikan air hujan turun dengan derasnya
membasahi kota kecil ini
Namun, kali ini ia tidak sendirian
Ia hadir bersama segala kenangan
Seolah memaksa pikiran dan hatiku untuk
mengingat semuanya kembali
Disini ada segenggam rindu yang datang
mengancam
Membuat hati kecil ini riuh tak berdaya
Menahan sebak dalam dada
Semakin hari, semakin saja menggelora
Rindu ini tidak bertuan, entah kepada siapa
hendak berlabuh
Aku tidak tahu, bahkan rapuh termakan oleh
kepedihan
Jika asa diri semakin larut
Aku semakin takut
Menjadi debu yang bertaburan
Tak berguna dan begitu menyakitkan
Seperti inikah rasa yang begitu pelik
Mencintai seseorang namun tak berbalas
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
311
Seperti inikah rasa rindu yang datang mengancam
dibalik tepi kepedihan
Dalam rintihan aku menanti, entah untuk apa dan
kepada siapa
Kapan rasa manis itu menyambut
Tuhan, aku mulai letih mendamaikan
Hatiku yang selalu mencoba untuk tenang
312
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Oktavia Fatma Yudianti
BERHARGA
Pedagang bilang...
Emas adalah harta yang berharga...
Aku setuju…
Profesor bilang…
Ilmu jauh lebih berharga…
Aku setuju…
Guru ku pun bilang…
Pengalaman yang paling berharga…
Aku setuju…
Pedagang, Profesor dan Guruku pun setuju…
Saat aku bilang…
Oktavia Fatma Yudianti yang paling berharga…
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
313
RINDU
Tentang rindu yang mengusik…
Biarlah ini jadi tanggung jawabku…
Pagi biarkan memburu senja…
Senja biarkan merangkul malam…
Karna waktu takkan mampu menyapu
rinduku…
Tapi kamu…
Kamu adalah tujuan akhir rinduku
Berlabuh…
314
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
KERINDUAN
Seandainya hati ini bisa di tuliskan…
Entah sudah berapa juta kata berisi namamu…
Seandainya Rindu ini bisa di gambarkan…
Entah sudah berapa ratus lukisan
Tergambar wajahmu…
Kita memang berjauhan…
Namun percayalah...
Ini hanyalah jarak…
Bukan hati.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
315
Pawestri Sekar Wilujeng
MENCINTAIMU
Kau bagaikan cahaya dikegelapan
Menerangiku yang tak tau jalan
Dan menemaniku yang sendirian
Dalam heningku menatap senja
Yang semakin jingga dan Nampak berpaling muka,
kembali ke peraduannya
senjaku menemani detik-detik kau memeluk tubuhku
senjaku menarik erat tangan indah sang kekasih pemilik
hati
316
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
JARAK
Setiap hari yang ku lewati, selalu menatap akan wajahmu
Setiap hembusan nafas ini, selalu menceritakan keindahan
dalam dirimu
Setiap jantung berdetak, selalu merindu akan dirimu
Setiap langkah yang berpijak, selalu mengalirkan cinta
untukmu
Entah bagaimana lagi caraku menebus rindu ini
Rindu ini seakan berkecambuk di relung hati
Mungkin saat ini rinduku sepi menguyur
Tapi yakinlah esok pasti melebur
Dan saat itu tiba kunantikan
Senyummu yang indah menawan
Bagaikan senja di langit jogja
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
317
Putri Nur Hidayati
SEMILIR
Matahari telah berganti tugasnya dengan sang rembulan
Namun sang rembulan belum juga memunculkan dirinya
Langit mulai cerewet, Ia merengek dan menampilkan
awan pekatnya,
Ia pun menangis, Suara gemericik, aroma hujan, dan
semilir angin
Yang melewati kulitku, membuatku meremang
Ku bisikkan suaraku kepada sang
angin
Untuk bertitip salam pada
seseorang yang jauh disana
Angin tolong sampaikan suaraku
padanya
Agar setidaknya dia bisa merasakan
kehadiranku
Katakan padanya bahwa doa
baikku mengahantarkannya
Untuk melalui dunia yang keras ini
318
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
PEMBERHENTIAN
Ada kalanya kegelapan, mulai merasuk kedalam relung
jiwa
Merampas dan menghempaskan segala macam cahaya
kebahagiaan
Kebuntuan mulai merambati diri, memaksa masuk
kedalam dirimu
Menguncimu didalamnya, tidak ada siapapun, hanya ada
dirimu
Tidak ada yang peduli, tidak ada yang mengerti
Tidak ada yang mendengar suara jeritan hati dan otak
pilumu
Mereka tidak mendengar atau memang pura-pura tak
mendengar?
Ketika dunia mencampakkanmu
Tak ada tangan manusia yang menarikmu keluar dari sana
Lantas kemana kau akan pergi?
Beribu pertanyaan menghantam pemikiranmu
Apa yang bisa kau lakukan? Menangis?
Ya tentu saja
Tapi itu sama sekali tidak membebaskan
jiwamu dari sana
Ketika kau sudah sangat lelah yang
tidak bisa dijelaskan lagi
Tapi didalam hatimu yang paling
dalam, masih tersimpan nama Tuhan
Dia akan datang, mengulurkan
tangannya padamu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
319
Memberikanmu cahaya tuk berjalan
walau dengan tertatih sekalipun
Kau akan sampai diujung sana dan tak
akan pernah melepaskan tanganmu
Ketika banyaknya manusia yang pergi
mencampakkanmu di dunia
Tapi tidak dengan Tuhan, dia akan
mengenggam tanganmu
Tuhan akan selalu bersama mereka yang
membutuhkan pertolongannya
320
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Ratih Puspita Hadi
IBU
Tuhan membuat ibu yang luar biasa
Seorang ibu yang tidak pernah menjadi tua
Dia membuatnya tersenyum bagai sinar matahari
Dan Dia membentuk hatinya dari emas murni
Di matanya Dia menempatkan bintang-bintang
yang bercahaya
Di pipinya, mawar-mawar cantik jelita
Tuhan membuat ibu yang luar biasa
Dan Dia membErikan ibu terkasih itu kepada saya
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
321
HANYA GADIS KECIL
Ada seorang gadis kecil
Yang punya tahi lalat kecil
Tepat di tengah dahinya
Kapan dia baik-baik saja?
Dia memang sangat baik
Tetapi ketika dia buruk dia akan sangat
mengerikan.
Namun apa maksud bagiku,
Lebih dari yang bisa ku ungkapkan.
Dia membuat kita untuk satu sama lain,
Untuk berbagi senyum dan air mata
kehidupan.
Terkadang kita marah,
Atau kita mungkin mulai
bertarung,
Tapi itu bagian yang
menyenangkan tentang memiliki
saudara perempuan,
Kami berdua berpikir kami selalu
benar!
322
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Rizkika Madya
LANGKAH SORE
Daun berguguran di musim semi
Hati diselimuti rasa dingin
Pahit getir rasa tak henti tertawa mengejek bekas luka
Tangis?
Jauh lebih pedih
Merangkai puing kaca yang hancur tak berbentuk
Sinar matahari tak lagi elok
Juga senja di langit sore, semua kalah
Lebih indah goresan luka cinta
Semua hanya pilu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
323
KATAKAN
Cukupkah waktu yang kupunya
Untuk menyelamatkan cinta ini?
Berseluncur diatas es yang tipis
Tak terlihat jelas
Kuatkah untuk menahan kita?
Teriakan dan jeritannya
Mencabik asa
Merobek satu sama lain
Katakan sayang,
Katakan ini tidak akan berakhir
Meski ditengah keraguan sekalipun
324
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Rohmatul Hanim
RINDU SENJA
Aku, Senja dan Kamu
Saat sedang bersamamu
Bersama senja dan kamu
Duduk berdua diteras rumah
Menikmati senja dan tawamu
Aku masih ingat betapa bahagianya dirimu
Aku masih ingat saat kamu bersandar dibahuku
Aku masih ingat saat senja tiada kamu menarik lenganku
Dan mengucapkan “Terima Kasih, telah menemani diriku,
Ruth”
Aku mengingatnya
Aku, Senja dan Kamu
Aku duduk seorang diri
Hanya senja yang menemaniku
Tiada tawamu, tiada lagi ucapan Terima Kasihmu
Aku dan senja sekarang
Dimasa senja yang begitu dingin
Tiada lagi yang bisa menghangatkan
Tiada lagi pengharapan
Tiada lagi seseorang yang selalu dalam pelukan
Sekarang, waktu ini, aku rindu senja dan dirimu
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
325
WAKTU ITU
Aku menemuinya dibalik tenggelamnya surya
Saat itu, diwaktu itu kita bercengkrama
Kita saling menyapa,
Kita saling tersenyum
Benar, itulah awalnya kuberjumpa dengannya
Waktu itu, aku sangat kagum padanya
Waktu itu, aku mulai terbiasa akan keberadaanya
Waktu itu, hatiku semakin yakin padanya
Hari demi hari, bulan demi bulan kita lalui
Aku dan dengannya mulai terbiasa bersama
Aku dan dia
Aku mencintanya diwaktu itu juga
Jika memang inilah jalannya, tolong jaga dia
Tolong biarkan aku terus bersamanya
Tolong berikan senjanya kepadaku pula
Benar, aku sudah mencintainya di waktu itu
326
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Sabrina Zamzamiatul Sofa
SEMESTA TAK RESTU
Kini udara kian memanas
Segala harap mulai meretas
Di ujung kota, tampak angin yang tak lagi syahdu
Mengirim berita pedih tentangmu
Sesekali ia menyelinap di kedua telingaku
Mengoyak dada
Memaksa mata tuk berduka
Sejenak kaki membeku kehilangan arah
Menemani jiwa yang goyah
Kau dulu bintang di hati
Tapi hadirnya kini bagai duri
Telah kurelakan bintang itu pergi
Jauh bersama pelangi
Biarlah aku bersama sepi
Bersama mimpi
Yang tak lagi hidup di sanubari
Seperti pahitnya secangkir kopi
Yang pernah kusuguhkan mesrah di bibirmu
Tak pernah ku beri gula
Tapi kutuang dengan sejuta cinta
Mungkin semesta punya cara
Untuk kembali menyatukan kita
Diiringi dengan doa yang bernyanyi saat tahajud tiba
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
327
SEMANGAT YANG TAK TERBENDUNG
Kuliah bukanlah drama
Bukan tempat untuk bersandiwara
Namun tempat merajut cita-cita
Impiannya tak sekedar canda
Semangat yang berkobar mengawali langkahnya
Membusungkan dada
Serta mengejar cita
Karena akan memanggul gelar maha dari para siswa
Begitulah semangat yang tumbuh dalam dirinya
Dan kemudian impianku kan segera nyata
328
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Adella Cahyani
KEHILANGAN
Pada hari, bulan, dan tahun itu
Lonceng perpisahan terdengar olehku
Bagai petir di siang bolong
Aku menangis hingga tak tertolong
Anganku, mimpiku, hidupku lebur
Hingga tak perlu aku yang mengubur
Tawa, senyum, sedih yang terlewati
Hilang lenyap bagai buih
Takut dan trauma berkawan denganku
Hingga aku tak memupuk rasa baru
Sang waktu terus berjalan
Akupun tidak bisa melawan
Semua yang terjadi bukan ilusi
Hingga tak harus kusesali
Kata Maha Kuasa, harus kuyakini
Bahwa yang hilang, akan berganti
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
329
REBAHAN
Tujuh hari dalam seminggu
Dua puluh empat jam dalam sewaktu
Aktivitas menjadi rutinitas
Yang digerakkan hingga lupa batas
Ada selingan waktu untuk manusia
Melunakkan otot kakunya
Rebahan adalah jalan ninjanya
Tenang dan bahagia titik akhirnya
Akhir pekan, malam, hujan, dan musik
Menjadi teman rebahan yang asyik
Tiba-tiba kerinduanpun mengusik
Akibatnya begadang hingga terik
Gravitasi kasur menjadi daya tarik
Agar jasad tidak berbalik
Rebahan adalah liburan yang elit
Jika terusan, kamu yang sulit
330
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Tantri Astrida Yunitasari
TERUS MELANGKAH
Kehidupan kita terdiri dari banyak pilihan
Ada yang baik ada yang buruk
Jangan larut dalam penyesalan
Perubahan itu pasti datang pelan-pelan
Jangan terlalu memaksa untuk sebuah keadaan
Jalani saja dengan penuh kepasrahan
Menapaki kehidupan selangkah demi selangkah
Sambil bersyukur mengharap sebuah berkah
Berhasil dan gagal itu merupakan satu paket
Semuanya hanyalah untuk ujian hidup
Tetaplah optimis jangan buat hati menjadi redup
Hidup ini terlalu singkat untuk sebuah penyesalan
Keluarlah dari lembah kebodohan
Pompalah kesadaran untuk sebuah perubahan
Buktikan diri, tunjukkan potensi
Jangan mau terjebak dalam halusinasi
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
331
BANGKIT DAN BERJUANG
Kesalahan seringkali terjadi
Tantangan hidup senantiasa dihadapi
Dengan langkah besar terus berjalan menggapai mimpi
Jangan pernah takut dengan caci maki dan persekusi
Kekurangan materi jangan dijadikan alasan
Tampilkan senyum ikhlas penuh kesan
Namun jika kepenatan menguasai diri
Beristirahatlah tetapi jangan tuk berhenti
Keberhasilan dan kegagalan itu saling melengkapi
Keyakinan jangan dibalut dengan ketakutan
Jangan berkecil hati karena kelemahan
Bangkit dan teruslah lawan keragu-raguan
332
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Tatak Okta Tri Pangga
HALU YANG NYATA
Kala itu aku sendiri
Melihat megah sebuah pertujukan
Keindahan bakat yang dimiliki
Membuat hati ingin merasakan
Kerinduan raga dalam diri
Menari didepan ribuan orang
Kenyamanan gerakan yang menjiwai
Menyatu dengan segala tantangan
Kenangan membawa jalan ini
Menunjukkan bakat yang terpendam
Kurasa ini seperti misteri
Menghantui bayangan dan ingatan
Ku bergerak silih berganti
Merasa ragu terbentur dengan impian
Kata hati terus menjalani
Menjadi kenyataan dari sebuah harapan
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
333
BOSAN
Di rumah cukup lama
Terdiam tak tau berbuat apa
Dengan kerinduan yang terus meronta-ronta
Bertemu teman dan sanak keluarga
Terus menjadi tanda tanya
Semua ini ingin berakhir segera
Tetap saling melindungi dan menjaga
Untuk kebaikan kita semua
Yakin ini tak akan berlangsung lama
Terus berusaha dan berdoa
Tetap tenang ketika melewatinya
Secepatnya kita akan berjumpa
334
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Tita Nanda Sari
AYAH
Fajar dan rembulan adalah sambutan.
Dari tubuh yang wangi berselimutkan dingin.
Hingga peluh yang penuh didekap angin.
Dingin menelisik,
Menusuk raga.
Tak menjadi alasan padamnya semangat.
Bara semangatmu berubah menjadi api bergejolak.
Pikirmu penuh tanggung jawab.
Tangismu datang dalam sujud sepertiga malam.
Memohon pada pencipta untuk dimudahkan.
Ragamu laksana batu karang,
Kuat menerjang besarnya ombak sendirian.
Berusaha mati-matian,
Untuk mencukupi kebutuhan pangan.
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
335
SILAM
Jingga tak lagi elok
Beradu kelabu yang suram
Di sepanjang jalan yang berbelok
Sinar redup temaram
Telah nyenyak mimpi terjamah
Tenang tentram menyatu
Menderu melesak peluru timah
Gemuruh menderu risau
Laksana harimau garang
Surabaya murka menggeram
Semangat bangkit menyerang
Menerkam pengusik malam
Debu dan darah menyatu
Jenat sudah sang sekutu
Menjadi saksi bisu
Kemenangan sang rakyatmu
336
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra
Vilga Retya Guguh Vamanda
BERLABUH
Perihal aksara yang ku rangkai dengan penuh makna
Perihal rindu yang kau acuhkan
Adalah aku, buaian rasa dari segala keluh kesah
Dan kau, sehangat-hangatnya dekap saat sendu dan
sembab
Titik yang sedikit berbekas
Jatuh di pelupuk mata dengan angkuh
Lelahmu serapuh rintik, perlahan namun
melengkapi
Meski diabaikan, kau tau cara untuk kembali
Binar lampu dermaga menyeka mata
Remang-remang membias sendu
Raga tertampar degup jantungmu
Tanpa spasi tak bertepi
Tak usah bersua
Aku menunggu sisa-sisa aksaramu
Di tengah kabut di ujung pelabuhan
Tempatmu singgah dan berlabuh, Tuan!
Episode Satu Babak , Covid 19, dan Banjir Kiriman Kisah Lainnya
337
PERGIMU
Aku sangat jatuh.
Saat cinta tak dapat ku genggam lagi.
Tiba-tiba kau menghilang.
Tanpa ucap. Tanpa kabar. Tanpa firasat.
Aku bertanya...
Adakah cinta yang dulu?
Apa yang membuat pergi?
Kau tau, pergimu merusak hati.
Merusak pikiran.
Merusak jiwa.
Sedangkan rute yang berat dan melelahkan
Adalah menunggu…
Aku tak perlu mencurigaimu.
Hanya kabar yang ku mau.
Tapi singkat saja
Kau harus tau.
Aku mencintaimu…
338
Kumpulan Karya Mahasiswa PGSD 2016 Kelas Kreativitas Sastra